78395763 mesin penetas telur itik berbasis mikrokontroler at89s51

Upload: sumanto

Post on 09-Oct-2015

56 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • ALAT PENETASAN TELUR ITIK DENGAN KONTROL SUHUMENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89S51 DAN

    PEMBALIKAN TELUR SECARA OTOMATIS

    SKRIPSI

    Oleh:

    FATHUR ROHMANNIM: 03540002

    JURUSAN FISIKAFAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGIUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

    MAULANA MALIK IBRAHIMMALANG

    2009

  • ALAT PENETASAN TELUR ITIK DENGAN KONTROL SUHUMENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89S51 DAN

    PEMBALIKAN TELUR SECARA OTOMATIS

    SKRIPSI

    Diajukan Kepada :Universitas Islam Negeri Malang

    Untuk Memenuhi Salah Satu Persayaratan DalamMemperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)

    Oleh:

    FATHUR ROHMANNIM: 03540002

    JURUSAN FISIKAFAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGIUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

    MAULANA MALIK IBRAHIMMALANG

    2009

  • HALAMAN PERSETUJUAN

    ALAT PENETASAN TELUR ITIK DENGAN KONTROL SUHUMENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89S51 DAN PEMBALIKAN

    TELUR SECARA OTOMATIS

    SKRIPSIOleh:

    FATHUR ROHMAN

    NIM: 03540002

    Disetujui oleh:

    Pembimbing I

    Imam Tazi, M. SiNIP: 150 327 265

    Pembimbing II

    Munirul Abidin, M.AgNIP. 150 321 634

    MengetahuiKetua Jurusan Fisika

    Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Malang

    Drs. M. Tirono, M.SiNIP. 131 971 849

  • HALAMAN PENGESAHAN

    ALAT PENETASAN TELUR ITIK DENGAN KONTROL SUHUMENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89S51 DAN

    PEMBALIKAN TELUR SECARA OTOMATIS

    SKRIPSI

    Oleh:FATHUR ROHMAN

    NIM: 035 400 02

    Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi danDinyatakan Diterima Sebagai Salah Satu Persyaratan

    Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)

    Tanggal

    Susunan Dewan Penguji : Tanda Tangan1. Penguji Utama : Drs.Abdul Basid, M. Si ( )

    NIP: 131 918 439

    2. Ketua Penguji : Irjan M. Si ( ) NIP: 150 381 861

    3. Sekr. Penguji : Imam Tazi, M. Si ( )NIP: 150 327 265

    4. Anggota Penguji : Munirul Abidin, M.Ag ( )NIP. 150 321 634

    Mengetahui dan Mengesahkan

    Ketua Jurusan

    Drs. M. Tirono, M.SiNIP. 131 971 849

  • PERSEMBAHANKU :Sang pemilik jiwaku, yang maha mengabulkan segala doa, segala

    puji syukur senantiasa terlahir untuk-Mu, Ya... Robbi.Nabi akhir zaman pemberi safaat, sholawat serta salam senantiasa

    tercurahkan kaharibaanmu, ya... Rosululloh sawKedua orang tuaku tercinta; Kasiadi dan Siti Munawaroh yangselalu mendidik, mendoakan dan menyayangiku terima kasihatas segalanya. semoga Allah selalu memberikan kesehatan,

    kebahagiaan dunia-akhirat dan umur panjangAminYang aku sayangi mbak Azizah dan De saifuddin terima kasih atas

    dukungan dan motivasinya selama ini.Yang mengajari aku, guru-guruku, ustadz-ustadzahku, dosen-

    dosenku, dan Guru spiritualku, terima kasih atas bimbingan danpetuah yang diberikan selama ini.

    Dosen2 Fisika yang terhormat; P.Tirono, P.Tazi, P.Tokhi, P.Basid,P.Agus Kris, P.Agus Mul, P.Irjan, P.Farid, P.Novi, Bu Erika dan Bu Erna.

    Semoga Allah membalas kebaikan MerekaAminUntuk teman-temanku, kokok, Rizal, Yusuf, Fuad, Bolang, fatchur,Adib thanks banget and Semua temen2 Fisika angkatan 2003

    kapan kita bisa berkumpul and camping barengRekan/ita IPNU-IPPNU ranting suru cabang Mojokerto, terimakasih

    atas semangat, diskusi serta doanya. VIVA IPNU-IPPNU suru

    Teman-teman :BBCclub : Agus, Imron, Tain, P-mand, Adib, Lukman, Wawan, Kusairi,Bagus, serta semua Mahasiswa Fisika yang telah memberikan suport

    keadaku sehingga penulis dapat menelesaikan sikripsi ini

    Dan untuk semua orang yang aku sayangi dan yangmenyayangiku

  • MOTTO

    Artinya: Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang kedalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, danEngkau keluarkan yang mati dari yang hidup. dan Engkau beri rezkisiapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)"(QS. Al-Imron: 27).

  • KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum Wr. Wb.

    Segala puji bagi Allah SWT karena atas rahmat, taufiq dan hidayahNya,

    penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi sebagai salah satu syarat untuk

    memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si.). Penulis menyadari bahwa banyak pihak

    yang telah berpartisipasi dan membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi

    ini. Untuk itu, iringan doa da ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis

    sampaikan, utmanya kepada:

    1. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku Rektor Universitas Islam Negeri

    Maulana Malik Ibrahim (UIN MMI) Malang.

    2. Bapak Prof. Drs. Sutiman Bambang Sumitro, SU., DSc selaku Dekan Fakultas

    Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN

    MMI) Malang.

    3. Drs. M. Tirono. Selaku Ketua Jurusan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi

    Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN MMI) Malang.

    4. Bapak Imam Tazi M.Si. Selaku Dosen Pembimbing I, karena atas bimbingan,

    bantuan dan kesabaran beliau penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

    5. Bapak Munirul Abidin, M.Ag selaku pembimbing II yang senantiasa

    mengarahkan dan membimbing penulisan skripsi yang berhubungan dengan

    Agama.

    6. Bapak dan ibu dosen Fisika yang senantisa memberikan ilmu dan informasi

    yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini.

  • 7. Ayah dan Ibunda tercinta yang sepenuh hati memberikan dukungan moril

    maupun sprituil serta ketulusan doanya sehingga penulis skripsi ini dapat

    terselesaikan.

    8. Kakak dan adikku yang selalu memberikan motivasi sehingga penulis dapat

    menyelesaikan skripsi ini.

    9. Teman-teman Fisika, terutama angkatan 03 yang telah memberikan

    dukungan, bantuan dan loyalitas serta kerjasamanya selama penulisan skripsi

    ini.

    10. Semua pihak yang telah membantu baik secara moril maupun materiil, yang

    tidak bisa penulis sebutkan di sini satu persatu. Semoga Allah membalas

    semua amal baik kalian dengan balasan yang berlipat ganda.

    Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah khasanah ilmu

    pengetahuan. Amin.

    Wassalamualaikum wr. Wb.

    Malang, 15 Juni 2009

    Penulis

  • DAFTAR ISI

    Halaman Judul.................................................................................................... iHalaman Pengajuan........................................................................................... iiHalaman Persetujuan ....................................................................................... iiiHalaman Pengesahan........................................................................................ iv

    Halaman Persembahan...................................................................................... vHalaman Motto ................................................................................................. vi

    Kata Pengantar ................................................................................................ viiDaftar Isi ........................................................................................................... ix

    Daftar Tabel..................................................................................................... xiiDaftar Gambar ...............................................................................................xiiiDaftar Lampiran.............................................................................................. xvAbstrack .......................................................................................................... xvi

    BAB I : PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1

    1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 31.3 Tujuan Penelitian............................................................................. 41.4 Manfaat Penelitian........................................................................... 4

    1.5 Batasan Masalah.............................................................................. 41.6 Sistematika Penulisan ...................................................................... 5

    BAB II : TINJAUAN PUSTAKA2.1 Penetasan Telur ............................................................................... 7

    2.1.1 Cara Tradisional Alamiah ....................................................... 82.1.2 Cara Teknologi (modern) ........................................................ 8

    2.2 Temperatur .................................................................................... 12

    2.2.1 Konsep Temperatur............................................................... 12

    2.2.2 Pengukuran Temperatur ........................................................ 13

    2.3 Pengaturan Dalam Perpetif Al-Quran ........................................... 142.4 Kontrol Otomatis ........................................................................... 162.5 Sensor Suhu(Tranduser IC LM35) ................................................. 172.6 Analog To Digital (ADC) .............................................................. 18

  • 2.7 Mikrokontroler .............................................................................. 24

    2.7.1 Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 ..................................... 242.7.2 Susunan Pin MCS AT89S51 ................................................. 262.7.3 Rangkaian Osilator................................................................ 292.7.4 Memori data Internal............................................................. 302.7.5 Memori Data Eksternal ......................................................... 302.7.6 Register Fungsi Khusus (FR) ................................................ 31

    2.8 Liquid Crystal Display (LCD)........................................................ 342.9 Pemanas (Heater)........................................................................... 372.10 Penguat Operasional .................................................................... 38

    2.10.1 Penguat Pembalik (Inverting Amplifier) .............................. 412.10.2 Penguat Tak Membalik (Non Inverting Amplifier)............... 422.10.3 Integrator Op-Amp.............................................................. 432.10.4 Sifat-sifat ideal Op-Amp ..................................................... 442.10.5 IC LM741 ........................................................................... 44

    2.11 Motor DC .................................................................................... 462.12 Real Time Cloc (RTC) ................................................................. 47

    BAB III : METODOLOGI PENELITIAN3.1 Bentuk dan Sampel Penelitian........................................................ 493.2 Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 493.3 Alat dan Bahan .............................................................................. 493.4 Perancangan dan Pembuatan Alat ................................................. 52

    3.4.1 Perancangan Sistem Keseluruhan.......................................... 523.4.2 Perancangan Rangkaian Sensor Suhu.................................... 543.4.3 Perancangan Rangkaian Pengondisi Sinyal ........................... 543.4.4 Perancangan Rangkaian ADC ............................................... 553.4.5 Perancangan Rangkaian Miroontroller AT89S51 .................. 553.4.6 Perancangan Rangkaian Driver Relay ................................... 563.4.7 Perancangan Rangkaian RTC................................................ 573.4.8 Perancangan Rangkaian Motor DC ....................................... 573.4.9 Perancangan Rangkaian LCD................................................ 58

  • 3.4.10 Perancangan Perangkat Lunak............................................. 603.5 Teknik Pengambilan Data.............................................................. 61

    3.5.1 Pengujian Sensitivitas Rangkaian Sensor Suhu (LM35) ........ 613.5.2 Pengujian Rangkaian Penguat Sinyal .................................... 623.5.3 Pengujian Rangkaian ADC 0804........................................... 623.5.4 Pengujian Rangkaian LCD.................................................... 633.5.5 Pengujian Rangkaian Driver Relay........................................ 643.5.6 Pengujian Alat Penetasan Telur Itik Dengan Kontrol Suhu

    Menggunakan Mikrokontroller AT89S51 dan PembalikanTelur Secara Otomatis........................................................... 64

    3.6 Teknik Analisis Data ..................................................................... 65BAB IV : LAPORAN HASIL PENELITIAN

    4.1 Pengujian Alat ............................................................................... 674.1.1 Hasil Pengujian Sensitivitas Sensor Suhu.............................. 674.1.2 Hasil pengujian Rangkaian Penguat Sinyal............................ 684.1.3 Hasil Pengujian Rangkaian ADC .......................................... 694.1.4 Hasil Pengujian Rangkaian LCD........................................... 714.1.5 Hasil Pengujian Rangkaian Driver Relay............................... 714.1.6 Hasil Pengujian Telur Itik Dengan Kontrol Suhu Menggunakan

    Mikrokontroller AT89S51 dan Pembalikan Telur SecaraOtomatis ............................................................................... 72

    4.2 Pembahasan................................................................................... 734.2.1 Pembahasan Alat................................................................... 734.2.2 Pembahasan dalam Kajian Al-Quran.................................... 75

    BAB V : PENUTUP5.1 Kesimpulan ................................................................................... 785.2 Saran ............................................................................................. 78

    DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN-LAMPIRAN

  • DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Termometer dengan sifat termometriknya........................................... 13

    Tabel 2.2 Pemberian Nilai Pada RD dan WR Serta Perubahan Nilai Pada-INTR ............................................................................................... 23

    Tabel 2.3 Fungsi Alternatif dari Port 3 ............................................................... 28

    Table 2.4 Bank Register..................................................................................... 32

    Table 2.5 Pembagian Alamat Pada Fungsi-fungsi Khusus.............................................. 36

    Tabel 2.6 Konfigurasi Pin LCD M1632 ............................................................... 34

    Table 4.1 Hasil Pengujian Rangkaian Sensor Suhu ............................................ 67

    Tabel 4.2 Hasil Pengujian Pada Rangkaian Penguat Sinyal ................................ 68

    Tabel 4.3 Hasil pengujian rangkaian ADC ......................................................... 69

    Tabel 4.5 Hasil Pengujian Rangkaian liquid cristal display (LCD) .................... 71

    Tabel 4.6 Hasil pengujian rangkaian relay pemanas ........................................... 71

    Tabel 4.7 Hasil pengujian rengkaian driver relay motor DC ............................... 72

    Tabel 4.3 Tabel Pengujian Alat Penetasan Telur Itik dengan Sensor SuhuMenggunakan MK AT89S51 dan Pembalik Telur Secara Otomatis.... 73

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Alat penetas telur dengan lampu minyak tanah ................................. 9

    Gambar 2. 2 Penampang alat penetas telur dengan lampu minyak tanah.............. 9

    Gambar 2.3 Isoterm dari dua sistem yang berbeda ............................................. 12

    Gambar 2.4 Percepatan sekalar temperatur menyangkut penentuan harga numerik

    pada isoterm sistem baku atau termometer ..................................... 14

    Gambar 2.5 Sistem control umpan balik............................................................. 17

    Gambar 2.6 Sensor temperatur LM35 dan Typical Aplication LM35 ............... 18

    Gambar 2.7 Konversi sinyal analog menjadi digital/ biner.................................. 19

    Gambar 2.8 Konversi dasar ADC..................................................................... 20

    Gambar 2.9 Rangkaian successive approximation pengkonversi A/D................. 21

    Gambar 2.10 Rangkaian Free running ADC....................................................... 22

    Gambar 2.11 Blok Diagram AT89S51 .............................................................. 26

    Gambar 2.12 Pin Diagram AT89S51................................................................. 27

    Gambar 2.13 Rangkaian Oscillator AT89S51 .................................................... 29

    Gambar 2.14 LCD M1632 ............................................................................... 35

    Gambar 2.15 Lambang Op-Amp ....................................................................... 38

    Gambar 2.16 Penguat pembalik (Inverting Amplifier) ....................................... 41

    Gambar 2.17 Penguat tidak pembalik ................................................................ 42

    Gambar 2.18. Rangkaian Integrator.................................................................... 43

    Gambar 2.19 Kemasan IC 741 42 ..................................................................... 45

    Gambar 2.20 Rangkaian IC 741 ....................................................................... 45

  • Gambar 2.21 Pin RTC DS 12C887 .................................................................... 47

    Gambar 2.22 Diagram Blok DS12C887 ............................................................ 48

    Gambar 3.1. Diagram Blok Sistem.................................................................... 53

    Gambar 3.2 Rangkaian Minimum Mikrokontroller AT89S51............................. 56

    Gambar 3.3 Interface LCD dengan MCU........................................................... 59

    Gambar 3.4 Diagram Alir Program .................................................................... 60

    Gambar 3.5 Rangkaian pengujian sensor suhu ................................................... 61

    Gambar 3.6 Rangkaian pengujian penguat sinyal ............................................... 62

    Gambar 3.7. Grafik hubungan output analog dengan digital .............................. 63

    Gambar 3.8 Rangkaian pengujian rangkaian LCD.............................................. 63

    Gambar 3.9 Rangkaian pengujian driver relay .................................................. 64

    Gambar 4.1. Grafik hubungan Pembacaan ADC dan Suhu ................................. 70

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran I Gambar Rangkaian Keseluruhan

    Lampiran 2 Gambar Rangkaian PCB

    Lampiran 3 Foto Alat Petasan Telur

    Lampiran 4 List Program Assambler

  • Rohman, Fathur. 2009, ALAT PENETASAN TELUR ITIK DENGANKONTROL SUHU MENGGUNAKAN MIKROKONTROLERAT89S51 DAN PEMBALIKAN TELUR SECARA OTOMATIS.Sikripsi. Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas IslamNegeri Maulana Malik Ibrahim (UINMMI) Malang.Pembimbing : (1) Imam Tazi, M.Si. (2) Munirul Abidin, M.Ag.

    Kata Kunci: Telur Itik, suhu, Mikrokontroller AT89S51

    Salah satu usaha yang sederhana untuk mendapat hidup yang layak yaitubeternak unggas, terutama itik. Jaman dahulu beternak itik merupakan suatupekerjaan yang kurang bergengsi, peternak menjadi pengembala dan mengekoritiknya kemana ia pergi. Ditambah dengan lamanya proses penetasan telur itikkarena selama ini hanya mempergunakan bola lampu 5 - 20 Watt dan lampuminyak tanah untuk menghangatkan ruang penetasan. Skripsi ini bertujuanmembuat suatu alat kontrol temperatur untuk penetesan telur itik menggunakanmikrokontroler AT89S51 dan pembalikan telur secara otomatis, pemutaran telurdilakukan agar telur mendapatkan panas yang lebih merata. Dengan alat inidiharapkan dapat meningkatkan efesiensi dan efektifitas kerja peternak itik.

    Penelitian ini menggunakan metode eksperimental kuantitatif karena datayang diperoleh berupa angka-angka. Pengkalibrasian dilakukan dengan caramembandingkan keluaran alat uji dengan data yang dihasilkan oleh termometer.

    Dari hasil pegujian terhadap incubator melelui sistem pengontrol baikpengontrol mikrokontroller AT89S51, motor DC, real time clock (RTC) maupunliquid cristal display (LCD) dapat disimpulkan bahwa analisa data output alatpenetasan telur menggunakan sensor suhu dan pemutaran secara otomatis inididapatkan hasil rata-rata kesalahan relatif sebesar 0.54 %, nilai tersebutmenunjukan nilai kesalahan relatif yang minimum dan apabila diaplikasikan padapenetasan telur akan mendapatkan hasil yang maksimum.

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Semakin maju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, semakin

    terbuka pula peluang berusaha. Beberapa puluh tahun yang lalu orang harus

    kekota untuk mengadu nasib dan berusaha mendapatkan kehidupan yang lebih

    layak. Sekarang tidak demikian, bahkan dicanangkan gerakan kembali ke desa.

    Salah satu usaha yang sederhana untuk mendapat hidup yang layak yaitu

    beternak unggas, terutama itik. Jaman dahulu beternak itik merupakan suatu

    pekerjaan yang kurang bergengsi, peternak menjadi pengembala dan mengekor

    itiknya kemana ia pergi. Ditambah dengan lamanya proses penetasan telur itik

    karena selama ini hanya mempergunakan bola lampu 5 - 20 Watt dan lampu

    minyak tanah untuk menghangatkan ruang penetasan. Dalam kehidupan sehari-

    hari, perubahan suhu atau temperatur dipengaruhi dengan perubahan cuaca. Hal

    ini sangat merepotkan bagi peternak itik petelur, karena cepat tidaknya telur yang

    menetas di pengaruhi oleh kesetabilan temperatur (Bambang, 1988: 78).

    Mahasiswa sebagai generasi muda yang penuh dengan potensi, dinamika

    idealisme dan sebagai aset nasional yang perlu untuk mengembangkan dan

    mengaktualisasikan dirinya agar dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

    serta mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap kepentingan

    masyarakat. Dalam hal ini dapat dilakukan dengan salah satu cara yaitu membuat

    sistem kendali dari temperatur ruangan untuk pengembangbiakan itik darat.

  • Kontrol otomatis telah memegang peranan yang sangat penting dalam

    perkembangan ilmu dan teknologi. Di samping sangat diperlukan pada pesawat

    ruang angkasa, peluru kendali, sistem pengendali pesawat, dan sebagainya.

    Kontrol otomatis telah menjadi bagaian yang sangat penting dan terpadu dari

    proses-proses dalam pabrik dan industri modern. Misalnya kontrol otomatis perlu

    sekali dalam kontrol numeric dari mesin alat-alat bantu industri manufaktur. Ia

    juga perlu sekali dalam operasi industri seperti pengontrolan tekanan, suhu,

    kelembaban, viskositas, dan arus dalam industri proses.

    Melihat kemajuan teknologi yang berdampak positif dan bermanfaat

    dalam kehidupan manusia sehari-hari, seperti halnya kontrol otomatis dan

    dijelaskan dalam al-Quran betapa sang maha pencipta Allah SWT telah mengatur

    isi jagat raya, sehingga di dalamnya berlaku hukum-hukum alam dan keteraturan.

    Menjadikan sesuatu memiliki kadar serta sistem tertentu dan teliti baik itu yang

    berkaitan dengan materi, maupun waktu seperti Siang, malam, pagi, sore

    semuanya itu telah diatur oleh ketentuan Allah SWT. Maksudnya Dialah yang

    menerapkan seluruh ketetapan dan hukumnya yang diberlakukan terhadap semua

    makhluk-Nya sesuai kehendak dan keinginannya. Allah SWT berfirman:

    Artinya: Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiapsesuatu. (QS. Ath-Thalaaq: 3)

    Al-Quran juga menghimbau kepada manusia untuk memikirkan masa

    depannya dan berusaha merubah nasibnya melalui kegiatan-kegiatan yang

    dilakukan bertahap dan terus-menerus sesuai dengan ayat berikut:

  • .

    Artinya: .Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaumsehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (QS. ar-Rad:11).

    Karena kemajuan dalam teori dan praktek kontrol otomatis memberikan

    kemudahan dalam mendapatkan kemudahan dalam performansi dari sistem

    dinamik, mempertinggi kualitas dan menurunkan biaya produksi, mempertinggi

    laju produksi, meniadakan pekerjaan-pekerjaan rutin dan membosankan yang

    harus dilakukan oleh manusia, dan sebagainya, maka sebagaian besar insinyur dan

    ilmuan sekarang harus mempunyai pemahaman yang baik dalam bidang ini.

    Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mencoba untuk membuat suatu

    alat penetas telur itik menggunakan pengontrol otomatis agar mempermudah

    proses penetasan, supaya peternak itik dapat memperoleh hasil yang lebih

    maksimal.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diambil rumusan masalah

    sebagai berikut:

    1. Bagaimana merancang dan membuat suatu alat kontrol temperatur untuk

    penetesan telur itik menggunakan mikrokontroler AT89S51 dan

    pembalikan telur secara otomatis?

    2. Bagaimana analisa penggunaan sensor suhu dalam penetesan telur itik

    menggunakan mikrokontroler AT89S51 dan pembalikan telur secara

    otomatis?

  • 3. Bagaimana pengaruh penggunaan alat ini terhadap proses penetasan bila

    dibandingkan dengan proses penetasan alamiah?

    1.3 Tujuan

    Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

    1. Merancang dan membuat suatu alat kontrol temperatur untuk penetesan

    telur itik menggunakan mikrokontroler AT89S51 dan pembalikan telur

    secara otomatis.

    2. Menganalisa penggunaan sensor suhu dalam penetesan telur itik

    menggunakan mikrokontroler AT89S51 dan pembalikan telur secara

    otomatis.

    3. Bagaimana pengaruh penggunaan alat ini terhadap proses penetasan bila

    dibandingkan dengan proses penetasan alamiah.

    1.4 Manfaat

    Adapun manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut:

    1. Pengontrol temperatur untuk penetasan telur itik dan pembalikan telur

    sacara otomatis menggunakan kontrol suhu dapat diaplikasikan pada

    kondisi nyata pada peternakan itik,sehingga dapat meningkatkan

    produktifitas dan penghasilan mereka.

    2. Dengan alat ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas

    kerja peternak itik.

    3. Perancangan dan pembuatan alat ini diharapkan dapat berfungsi sebagai

    alat otomatis terprogram dan dapat dikembangkan untuk penelitian

    selanjutnya sesuai dengan kebutuhan.

  • 1.5 Batasan Masalah

    1. Pada penelitian ini dibuat sistem kontrol suhu dan pembalik telur secara

    otomatis dengan set point antara 38,6 C sampai 39.4 C (Bambang, 1988:

    78) dan menggunakan heater sebagai penghantar panas dan motor DC

    sebagai pembalik telur.

    2. Sebagai model digunakan miniatur.

    3. Objek Penelitian ditekankan untuk penetasan telur itik

    1.6 Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

    BAB I PENDAHULUAN

    Berisi tentang latar belakang, tujuan, batasan masalah dan

    sistematika penulisan dari proyek akhir yang dibuat.

    BAB II TEORI PENUNJANG

    Membahas tentang teori dasar dari komponen-komponen yang

    digunakan pada proyek akhir ini.

    BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT

    Berisi tentang perencanaan dan pembuatan alat proyek akhir yang

    meliputi perencanaan komponen, rangkaian yang digunakan.

    BAB IV PENGUKURAN DAN PENGUJIAN ALAT

    Membahas tentang pengujian alat yang meliputi cara kerja alat,

    perolehan data dan fenomena yang terjadi selama pengujian.

  • BAB V PENUTUP

    Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dari proyek akhir yang telah

    dibuat dan saran yang mungkin bisa diberikan.

  • BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Penetasan Telur

    Penetasan telur teleh dijelaskan oleh al-Quran di dalam surat al-Imron

    ayat 27 sebagaimana berikut:

    Artinya: Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkansiang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yangmati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. danEngkau beri rezki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab(batas)".

    Sebagian mufassirin memberi misal untuk ayat ini dengan mengeluarkan

    anak ayam dari telur, dan telur dari ayam. dan dapat juga diartikan bahwa

    pergiliran kekuasaan diantara bangsa-bangsa dan timbul tenggelamnya sesuatu

    umat adalah menurut hukum Allah (DEPAG RI. 1998 : 53).

    Sebutir telur itik yang siap ditetaskan, memiliki komposisi kimia yang

    mengandung sekitar 69% air; 1,2% karbohidrat; 1,0% mineral, dan sisanya

    vitamin. Dari komposisi lengkap telur bertunas, lemak banyak terdapat pada

    kuning telur, selain mineral dan vitamin. Sedangkan putih telur merupakan

    sumber protein dan beberapa jenis mineral, tetapi kandungan karbohidrat sangat

    sedikit, kecuali mineral seperti Calsium, Fosfor, Magnesium, Klorium, Potasium,

    dan lain-lain.

  • Kuning telur dan putih telur dipisahkan oleh selaput Vitiline yang

    mempertahankan kuning telur mempengaruhi sekresi puti telur sehingga semakin

    besar kuning telur, semakin besar pula sekresi putih telur. Chalaza yang

    merupakan tali terpilin dan bisa berputar-putar berfungsi untuk menjaga agar

    kuning telur tetap di tengah.

    Dalam tata laksana penetasan telur itik selama ini dikenal ada dua cara

    yakni:

    2.1.1 Cara tradisional alamiah

    Cara ini termasuk salah satu cara yang praktis, ekonomis, dan

    menghasilkan indeks tetas yang tinggi. Penetasan menggunakan ayam atau

    "enthog/menthok" yang sedang mengeram. Kelemahannya, jumlah telur sangat

    terbatas dan harus bersamaan dengan waktu mengeram ayam atau

    "enthog/menthok". Menetaskan telur itik dengan bantuan ayam hanya mempunyai

    kapasitas 10 butir per ekor. Jika menggunakan "enthog/menthok" maksimal 15

    butir per ekor. Pengeraman dengan cara ini memerlukan waktu 28 hari, terhitung

    mulai saat telur pertama kali dierami.

    2.1.2 Cara teknologi

    Cara ini merupakan usaha penetasan dengan menggunakan alat penetas.

    Keistimewaannya, penetasan dapat dilakukan setiap saat dan dalam jumlah yang

    banyak, tetapi pelaksanaannya memerlukan keterampilan khusus supaya bisa

    menghasilkan angka tetas yang tinggi.

    Ada dua cara sederhana dan ekonomis dalam penetasan telur itik:

  • a. penetasan telur itik dengan pemanas lampu minyak tanah dan lampu neon.

    b. Penetasan telur itik dengan gabah dan energi surya.

    Gambar 2.1 Alat penetas telur dengan lampu minyak tanah

    Gambar 2. 2 Penampang alat penetas telur dengan lampu minyak tanah

    Pedoman Penetasan :

    Alat penetas harus diletakkan pada tempat yang rata, tidak boleh terkena

    pancaran sinar matahari secara langsung, tempat penetasan tidak banyak

    tertiup angin.

    Ruangan tempat alat penetas harus bebas dari obat-obatan atau cairan yang

    mudah menguap, alat penetasan sudah disterilkan dengan desinfektan atau

    air kapur sebelum digunakan.

  • Lampu minyak tanah dinyalakan dan diatur lebih dulu sampai panasnya

    sesuai dengan yang dibutuhkan dan cukup stabil. Sebaiknya dalam rak

    penetasan ditaruh alat pengukur suhu atau thermometer.

    Telur itik yang akan ditetaskan harus dibilas air hangat bersuhu sekitar 38-

    39 C. pembilasan harus meratah ke seluruh permukaan kulit telur,

    kemudian baru disusun dalam rak penetas.

    Penampan berisi air untuk mengatur kelembaban dimasukkan ke dalam rak

    penetas. Penampan jangan terlalu penuh dan setiap hari bisa ditambahkan

    air hangat.

    Akan lebih baik alat penetas dilengkapi alat pengukur kelembaban

    sehingga dapat diusahakan kelembaban penetasan hari pertama sekitar

    70%. Mulai hari kedua dan selanjutnya 60%.

    Temperatur yang diperlukan selama penetasan 28 hari yaitu:

    Minggu pertama 38,6 C

    Minggu kedua 38,9 C

    Minggu ketiga 39,2 C

    Minggu keempat 39,4 C

    Pembilasan telur itik dengan air hangat selama penetasan :

    Hari kedua sampai ke-14 (sekali sehari, waktu pagi)

    Hari ke-15 sampai ke-25 (dua kali sehari, waktu pagi dan sore)

    Pelambaran kain yang dibasahi selama penetasan:

    Hari ke-26 dan ke-27

  • Pembalikan telur selama penetasan dilakukan paling sedikit 2 kali sehari,

    mulai hari ke-3 sampai ke-25.

    Pendinginan telur selama penetasan selama 15 menit :

    Hari ke-4 sampai ke-25 (dengan diangin-anginkan)

    Pemeriksaan telur selama penetasan dilakukan 3 kali :

    Pemeriksaan pertama pada hari ke-7

    Pemeriksaan kedua pada hari ke-14

    Pemeriksaan ketiga pada hari ke-21

    Setelah telur menetas, biarkan anak itik yang bulunya masih basah berada

    dalam alat penetas selam 24 jam sampai bulunya kering. Selanjutnya

    dipindahkan ke kandang atau kotak anak itik yang sudah dilengkapi

    pemanas (induk buatan). (Bambang, 1988: 77-79)

    Pemutaran telur sedikitnya adalah 3 kali sehari atau 5 kali sudah lebih dari

    baik untuk mencegah embrio telur melekat pada selaput membran bagian dalam

    telur. Oleh sebab itu jangan pernah membiarkan telur tetas tidak dibalik atau

    diputar posisinya dalam 1hari pada masa penetasan telur. Pemutaran telur tersebut

    dilakukan dalam 18 hari pertama penetasan. Tetapi jangan membalik telur sama

    sekali pada 3 hari terakhir menjelang telur menetas. Pada saat itu telur tidak boleh

    diusik karena embrio dalam telur yang akan menetas tersebut sedang bergerak

    pada posisi penetasannya.(UNILA, 2007:10-11)

  • 2.2 Temperatur

    Semakin Suhu menyatakan panas atau dinginnya sesuatu. Semakin panas

    suatu benda maka semakin tinggi suhunya. Sehingga suhu menyatakan panas atau

    dinginnya sesuatu. (Sears dan Zemansky, 1991:354)

    2.2.1 Konsep Temperatur

    Tinjaulah sistem A kedalam Y1, X1 dalam kesetimbangan termal dengan

    sistem B dalam keadaan Y1, X1. jika sistem A disingkirkan dan keadaannya

    diubah, maka dapat di dapatkan keadaan lain Y2, X2 yang dalam kesetimbangan

    termal dengan keadaan semula Y1, X1 dari sistem B. Percobaan menunjukkan

    terdapat sekumpulan keadaan Y1, X1; Y2, X2; Y3, X3; dan seterusnya, yang

    masing-masing dalam kesetimbangan termal dengan keadaan yang sama Y1, X1

    dari sistem B dan menurut hukum ke nol, dalam kesetimbangan termal satu sama

    lain. Kita akan menganggap bahwa jika semua keadaan seperti itu digambarkan

    dalam diagram YX, letaknya pada kurva akan seperti I dalam dalam gambar 2.3,

    yang di sebut isoterm. Isoterm adalah kedudukan semua titik yang

    menggambarkan keadaan sistem yang dalam kesetimbangan termal dari satu

    keadaan dari sistem lain. Kita tidak mengambil pengandaian mengenai kemalaran

    isoterm, walaupun keadaan pada sistem yang sederhana menunjukkan bahwa

    biasanya sekurang-kurangnya sebagai isoterm merupakan kurva yang

    malar.(Zemenski, 1982 : 8-9)

  • 11 , XY

    22 , XY

    33 , XY 11 ',' XY

    22 ',' XY33 ',' XY

    Gambar 2.3 Isoterm dari dua sistem yang berbeda

    2.2.2 Pengukuran Temperatur

    Untuk menentukan sekala empiris, kita memiliki beberapa sistem untuk

    koordinal Y dan X sebagai sistem baku yang kita sebut termometer dan

    mengambil seperangkat kaidah untuk menentukan harga numerik pada temperatur

    yang berkaiatan dengan masing-masing isoterm. Pada setiap sistem lain yang

    dalam kesetimbangan termal dengan termometer itu, kita pilih bilangan yang sama

    untuk menunjukkan temperatur. Prosedur yang paling sederhana adalah memilih

    lintasan yang mudah dalam bidang Y X, seperti yang diperlihatkan pada gambar

    2.4 oleh garis terputus-putus Y = Y1 yang memotong isoterm itu pada titik yang

    masing-masimg mempunyai koordinat Y yang sama tetap, isoterm diambil

    sebagai fungsi X disebut sifat termometrik, dan bentuk sifat termometrik (X0

    memutus sekala temperatur). Terdapat enam jenis termometer yang penting, yang

    masing-masing dengan sifat termometriknya, seperti yang dilhat pada tabel 2.1.

    .(Zemenski, 1982 : 11-12)

  • Tabel 2.1 Termometer dengan sifat termometriknya

    Termometer Sifat termometrik Lambang

    Gas (volum tetap)

    Resistor listrik (tegangan mekanis tetap)

    Termokopel (tegangan mekanis tetap)

    Uap helium (jenuh)

    Garam para magnetik

    Radiasi benda hitam

    Tekanan

    Radiasi listrik

    Elektromotansi termal

    Tekanan

    Suseptibilitas magnetik

    emitensi

    P

    R

    P

    R B.

    Isoter

    mpad

    a temp

    eratur

    titik tr

    ipel ai

    r

    Gambar 2.4 Percepatan sekalar temperatur menyangkut penentuan harga nomerikpada isoterm sistem baku atau termometer

    2.3 Pengaturan Dalam Perspektif Al-Quran

    Membahas masalah peraturan, yang paling Maha Pengatur adalah Allah

    karena Allah berhak atas semua apa yang ada di langit ataupun di bumi

    Hal ini telah dijelaskan dalam al-Quran:

  • Artinya: Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segalasesuatu. (QS. Az-Zumar/39 : 62).

    Ayat diatas mejelaskan betapa sang maha pencipta Allah SWT telah

    mengatur isi jagat raya, sehingga di dalamnya berlaku hukum-hukum alam dan

    keteraturan. Menjadikan sesuatu memiliki kadar serta sistem tertentu dan teliti

    baik itu yang berkaitan dengan materi, maupun waktu seperti siang, malam, pagi,

    sore semuanya itu telah diatur oleh ketentuan Allah SWT. Maksudnya Dialah

    yang menerapkan seluruh ketetapan dan hukumnya yang diberlakukan terhadap

    semua makhluk-Nya sesuai kehendak dan keinginannya. Allah SWT berfirman:

    (Shihab, 2003: 258-260)

    Artinya: Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagitiap-tiap sesuatu. (QS. Ath-Thalaaq/65 : 3)

    Artinya: Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, mataharidan bulan. masing-masing dari keduanya itu beredar di dalamgaris edarnya. (QS. Al-Anbiya/21 : 33)

    Asbabun nuzul dari surat Ath-Thalaaq ayat ketiga ini berkenaan dengan seseorang

    suku Asyja yang fakir, cekatan dan banyak anak. Ia menghadap kepada

    Rosulullah SAW. Meminta bantuannya (tentang anak yang ditawan musuh dan

    tentang penderitaan hidupnya). Rosulullah SAW. Bersabda: :Bertaqwalah kepada

    Allah dan sabarlah. Tiada lama kemudian datanglah anaknya (yang ditawan itu)

  • membawa seekor kambing (hasil rampasan dari musuh sewaktu melarikan diri).

    Hal ini segera dilaporkan kepada Rosulullah SAW. Rosulullah SAW. Bersabda:

    Makanlah (kambing itu)(H. A. Dahlan, dkk. 1989 : 533)

    Ayat ini menjelaskan kepada kita semua bagaimana konsep pengaturan

    alam semesta ini diatur dengan tatanan yang sangat rapi, hal ini menunjukkan

    keseimbangan kontrol yang dibuat oleh Allah SWT untuk kemaslahatan demi

    kelangsungan hidup makhluk-Nya. (Abdullah bin Muhammad, 2007: 448-449)

    Di dalam Al-Quran Allah juga menjelaskan sebagaimana firman-Nya:

    Artinya: Dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnahAllah itu. (QS. Al-Fathir/35 : 43 )

    Yakni siapapun dari makhluk ini, tidak akan mampu mengalihkan hukum

    Allah dari arah yang telah ditentukan. Kata () sunnah antara lain berartikebiasaan. Sunnatullah atau sunnah Allah adalah kebiasaan-kebiasaan yang

    diberlakukannya terhadap apa, siapa dan kapanpun. Karena ia adalah sunnah yang

    tidak menyimpang dari arah yang telah ditetapkan dari hukum-hukum Allah SWT.

    (Shihab, 2003: 494-495 )

    2.4 Kontrol Otomatis

    Kontroler berfungsi membandingkan nilai yang sebenarnya dengan

    keluaran plant dengan nilai (set poin) yang diinginkan, menentukan deviasi dan

    menghasilakan suatu sinyal kontrol yang akan memperkecil deviasi sampai nol

  • atau sampai suatu nilai yang kecil. Cara kontroler menghasilkan sinyal kontrol

    disebut aksi pengontrolan (Ogata, 1991: 197)

    Kontrol didefinisikan sebagai operasi pengaturan beberapa obyek untuk

    tujuan tertentu. Pada kontrol manual, yang bertindak sebagai kontrol adalah

    manusia. Sedangkan pada kontrol otomatis, peran manusia sebagai operator

    digantikan oleh peralatan mekanik maupun elektronik. Kontrol otomatis

    membandingkan harga yang sebenarnya dari keluaran plant dengan harga yang

    diinginkan, menentukan deviasi, dan menghasilkan sinyal kontrol yang akan

    memperkecil deviasi sampai nol atau sampai suatu harga yang kecil. Cara kontrol

    otomatis menghasilkan sinyal kontrol disebut aksi pengontrolan (control action).

    Kontroler otomatis biasa dipergunakan dibidang industri, di mana prinsip kerja

    yang digunakan sama yaitu meliputi proses mengamati, mengolah informasi dan

    memberikan reaksi terhadap alat.

    Beberapa jenis kontrol yang umum digunakan antara lain :

    Kontrol Sequensial

    Kontrol sequensial beroperasi step by step sesuai dengan urutan yang telah

    ditentukan. Kontrol jenis ini biasanya menggunakan relay, timer, limit switch,

    kontaktor dan sebagainya. Aplikasinya banyak ditemui pada sistem

    pengaturan seperti lampu lalu lintas dan proses produksi pada skala industri.

    Kontrol Umpan Balik

    Kelebihan kontrol umpan balik adalah kemampuan mendapatkan informasi

    keluaran saat itu sehingga bisa dibandingkan dengan kondisi yang diharapkan

  • (set point) dan mengoreksi kesalahannya. Sistem kontrol ini secara umum

    ditunjukkan pada Gambar 2.3. (Happy dan Purwati, 2001: 4-5)

    Gambar 2.5 Sistem control umpan balik

    2.5 Sensor Suhu (Tranduser IC LM 35)

    Semakin Suhu menyatakan panas atau dinginya sesuatu. Semakin panas

    suatu benda maka semakin tinggi suhunya. Sehingga suhu menyatakan panas atau

    dinginnya sesuatu(Sears dan Zemansky, 1991:354). Sensor suhu adalah suatu

    tranduser yang digunakan untuk mengkonversi besaran suhu menjadi besaran

    listrik. Sensor suhu yang biasa digunakan adalah IC LM35 yang dikemas dengan

    sangat kompak. LM35 tidak memerlukan kalibrasi eksternal ataupun timing

    khusus, dengan range pengukuran antara 0 - 100 C. sensor ini mempunyai

    karakteristik yang linier serta sensitifitas sebesar 10mV/ C (Widodo, Dkk.

    2005:119)

    Aplikasi IC LM35 sangat mudah karena output yang linier dan impedensi

    keluaran yang rendah. Suhu untuk untuk penetasan telur itik berkisaran antara

    38,6 C 39,4 C.

  • Gambar 2.6 Sensor temperatur LM35 dan Typical Aplication LM35

    2.6 Analog To Digital Converter (ADC)

    Rangkaian atau chip ADC berfungsi untuk mengubah sinyal analog

    menjadi sinyal digital. Umumnya kita menggunakan chip ADC 8 bit untuk

    mengubah rentang sinyal analog 0-5 V menjadi level digital 0-255 untuk ADC 8

    bit, meskipun saat ini sudah banyak ADC yang mampu memproses data 12 bit.

    Gambar 2.7 Konversi sinyal analog menjadi digital/ biner

    Faktor-faktor spesifikasi ADC:

    1. Resolusi

    2. Linearitas

    3. Akurasi

    ADC

    Vdd

    AnalogSinyalInput

    BinaryOutput

  • 4. Non linearitas

    5. Kontrol

    Analog to Digital Converter (ADC) berfungsi untuk mengubah tegangan

    analog pada input menjadi tegangan digital pada outputnya.Sehingga data tersebut

    dapat dibaca oleh peralatan interface dan dapat diproses oleh mikroprosesor.

    Secara umum ADC dapat dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu:

    a. ADC dengan golongan open -loop (tanpa feedback)

    misalnya: tipe flash ADC, slope converter, dual converter

    b. ADC dengan golongan close-loop (dengan feedback)

    misalnya: single counter ADC, tracking ADC dan successive

    ADC mengambil input sinyal kontinyu yang tidak diketahui (Vin) dan

    mengkonversinya ke dalam bilangan biner n-bit. Bilangan n-bit adalah fraksi biner

    yang menunjukkan rasio antara sinyal input (Vin) dan pengkonversi tegangan

    penuh.

    Gambar 2.8 Konversi dasar ADC

    Tegangan Vin dihubungkan pada suatu input dari sinyal analog

    pembanding dan tegangan referensi analog (Vr) dihubungkan pada input yang lain

    dari komparator. Jika Vin > Vr tegangan output akan berada pada +Vo level yang

    berarti logika 1,jika Vin < Vr tegangan output akan low yang berarti logika

    0.( Anik fitria, Anton Indarto. 2001)

    Vin

    Vr Vout

  • Metode konversi sinyal analog menjadi digital yang digunakan adalah

    Succesive Approximation ADC. Rangkaian ini menggunakan counter yang dikenal

    sebagai successive-approximation register, yaitu melalui pendekatan berturut-turut

    untuk mencari nilai yang paling tepat. Disamping menghitung naik deretan data

    biner, register ini menghitung dengan mencoba seluruh nilai bit dimulai dari MSB

    dan diakhiri dengan LSB. Selama proses penghitungan, register akan memonitor

    output komparator untuk melihat jika hitungan biner kurang atau lebih besar dari

    input sinyal analog.

    Komponen dasarnya adalah pengkonversi A/D, pembanding atau

    komparator, successive approximation register (SAR), sebuah clock dan kontrol

    dan status logic (Widodo,D dan Sigit F. 2005: 120-121).

    Gambar 2.9 Rangkaian successive approximation pengkonversi A/D

    Clock

    Control and status logic

    Succesive approximationregister(SAR)

    DAC

    Digital Output D

    VoVin

    Vfs

  • Pada permulaan konversi, SAR dibersihkan ke 0 dan bit paling berarti

    diset ke 1. Hasil ini adalah harga Vo yang merupakan setengah dari skala

    penuh. Output dari komparator kemudian di tes untuk melihat apakah Vin > atau

    < Vo. Jika Vin > Vo bit yang paling berarti berubah menjadi on atau berubah

    off.

    Pada step berikutnya, bit yang paling berarti atau penting dari SAR

    berubah menjadi on. Pada tingkat ini, Vo akan menjadi 3 atau 1 atau skala

    penuh, tergantung pada apakah Vin > Vo atau Vin < Vo, masing-masing pada

    langkah pertama. Kemudian komparator di tes apakah Vin > Vo yang baru, bit

    yang paling berarti berikutnya on atau off.

    Proses diulang untuk masing-masing bit SAR. Ketika proses dibawah

    keluar untuk masing-masing bit , SAR berisi nomor biner D yang proporsi dengan

    Vin dan garis EOC menunjukkan bahwa perbandingan telah selesai dan output

    digital siap untuk transmisi. Keuntungan dari metode successive approximation

    adalah kecepatan terbaik hanya pada pulsa clock n yang menghasilkan resolusi n

    bit dari sinyal analog. Pada skripsi ini dipergunakan ADC 0804, yang mode tipe

    kerjanya free running. Rangkaian free running ADC 0804 ditunjukkan pada

    Gambar 2.10.

  • Gambar 2.10 Rangkaian Free running ADC

    Untuk membuat mode kerja ADC 0804 menjadi free running, maka harus

    diketahui bagaimana urutan pemberian nilai pada -RD dan -WR serta perubahan

    nilai pada -INTR. Urutan pemberian nilai pada -RD , -WR perubahan nilai pada -

    INTR ditunjukkan pada Tabel 2.2.

    Tabel 2.2 Pemberian nilai pada -RD dan -WR serta perubahan nilai pada -INTR

    Mode kerja free running ADC diperoleh jika -RD dan -CS dihubungkan ke

    ground agar selalu mendapat logika 0 sehingga ADC akan selalu aktif dan siap

    memberikan data. Pin -WR dan -INTR dijadikan satu karena perubahan logika -

    ITNR sama dengan perubahan logika pada -WR, sehingga pemberian logika pada

    -WR dilakukan secara otomatis oleh keluaran -INTR.

    Nilai tegangan masukan (Vx) dari sebuah ADC secara umum dapat

    dirumuskan sebagai berikut:

  • dimana: Vx = tegangan masukan

    Vref = tegangan referensi

    Sedangkan resolusi dari sebuah ADC secara umum dapat dirumuskan sebagai

    berikut:

    dimana:

    (http://www.electroniclab.com/index.php?action=html&fid=56)

    2.7 Mikrokontroler

    Pada dasarnya mikrokontroler adalah terdiri dari mikroprosesor, timer dan

    counter, perangkat I/O dan internal memori. Pada dasarnya mikrokontroller

    mempunyai fungsi yang sama dengan mikroprosesor, yaitu untuk mengontrol

    kerja suatu sistem. Di dalam mikrokontroller terdapat CPU, ALU, PC, SP, dan

    register lain yang terdapat pada mikroprosesor, tetapi dengn penambahan

    perangkat-perangkat lain seperti ROM, RAM, PIO, SIO, Counter, dan rangkaian

    Clock.

    Mikrokontroller didesain dengan instruksi-instruksi yang lebih luas dan 8

    bit instruksi digunakan untuk membaca data instruksi dari internal memory ke

    ALU. Banyak instruksi yang digabung dengan pin-pin pada chip-nya. Pin tersebut

  • adalah pin yang dapat diprogram yang mempunyai fungsi berbeda, tergantung

    pada kehendak programmernya.

    Sedangkan mikroprosesor didesain sangat fleksibel dan mempunyai

    banyak byte instruksi. Semua instruksi bekerja dalam sebuah konfigurasi

    perangkat keras yang membutuhkan banyak ruang memori dan perangkat I/O

    untuk dihubungkan ke alamat pin-pin bus data pada chip. Sedangkan besar

    aktifitas pada mikroprosesor bekerja dengan kode instruksi dan data pada atau dari

    memori luar ke CPU. (Firmansyah, 2005: 277)

    2.7.1 Arsitektur Mikrokontroler AT89S51

    Mikrokontroller 89S51 terdiri dari sebuah central processing unit (CPU),

    dua jenis memori data (RAM) dan memori program (ROM), port I/O dengan

    programmable pin secara independent, dan register-register mode, status, internal

    timer/counter, serial communication serta logika random yang diperlukan oleh

    berbagai fungsi peripheral. Masing-masing bagian saling berhubungan satu

    dengan yang lain melalui kabel data bus 8 bit. Bus ini di-buffer melalui port I/O

    bila diperlukan perluasan memori atau sebagian perangkat I/O. (Budiharto, 2004:

    133)

    MCU AT89S51 memiliki arsitektur sebagai berikut :

    1) 8 bit Central Processing Unit (CPU).

    2) 16 bit Program Counter (PC) dan Data Pointer (DPTR).

    3) 8 bit Program Status Word (PSW).

    4) 8 bit Stack Pointer (SP).

  • 5) 4 Kbyte ROM internal (on chip).

    6) 128 byte RAM internal (on chip) yang terdiri dari:

    a) 4 register bank masing-masing 8 register.

    b) 16 byte yang dapat dialamati dalam bit level.

    c) 80 byte data memory general purpose.

    d) 4 programmable port masing-masing terdiri dari 8 jalur I/O

    e) 2 timer/counter 16 byte.

    f) 1 serial port dengan control serial full duplex UART.

    g) 5 jalur interupsi (2 jalur eksternal dan 3 jalur internal).

    7) 32 I/O yang disusun pada 4 port (port 0 port 4).

    8) 2 buah timer/counter 16 bit: T0 dan T1.

    9) Full Duplex Serial Data Communication (SBUF).

    10) Control Register: TCON, TMOD, PCON, IP, dan IE.

    11) 2 eksternal interrupt dan 3 internal interrupt.

    12) Oscillator dan clock circuit.

  • Gambar 2.11 Blok Diagram AT89S51Sumber : www.atmel.com

    2.7.2 Susunan Pin MCS AT89S51

    Pin AT89S51 dibedakan menjadi pin sumber tegangan, pin oscillator, pin

    I/O, dan pin untuk proses interupsi luar. (Widodo, 2005 hal: 23)

    Gambar 2.12 Pin Diagram AT89S51Sumber : www.atmel.com

  • Fungsi dari pin-pin AT89S51:

    a) Pin 40 adalah pin Vcc, yaitu pin positif sumber tegangan 5 volt DC

    b) Pin 20 adalah pin Vss, yaitu pin grounding sumber tegangan.

    c) Pin 32-39 adalah pin port 0, merupakan port I/O 8 bit full duplex. Port

    ini dapat digunakan sebagai gabungan antara alamat dan data selama ada

    pengambilan dan penyimpanan data dengan eksternal ROM dan RAM.

    d) Pin 1-8 adalah pin port 1, merupakan port I/O 8 bit full duplex. Setiap

    pin dapat digunakan sebagai masukan atau keluaran tanpa tergantung

    dari pin yang lain

    e) Pin 21-28 adalah pin port 2, sama seperti port 0. port ini dapat digunakan

    sebagai address bus tinggi, selama ada penghambilan dan penyimpanan

    data dengan eksternal ROM dan RAM.

    f) Pin 10-17 adalah pin port 3, sama seperti port 1, tetapi port ini memiliki

    keistimewaan seperti pada table berikut:

    Kaki Port Fungsi Alternatif

    P3.0 RXD (masukan penerima data serial)P3.1 TXD (keluaran pengirim data serial)P3.2 INT 0 (interupsi eksternal 0)P3.3 INT 1 (interupsi eksternal 1)P3.4 T0 (masukan eksternal pewaktu/pencacah 0)P3.5 T1 (masukan eksternal pewaktu/pencacah 1)P3.6 WR (strobe penulisan memori data eksternal)P3.7 RD (strobe pembacaan memori data eksternal)

    Tabel 2.3 Fungsi Alternatif Port 3Sumber : www.atmel.com

  • Pin 9 adalah RST/VPD, pin ini berfungsi untuk me-reset sistem

    AT89S51. kondisi high (logika 1) dari pin ini selama dua siklus clock

    (siklus mesin) akan me-reset mikrokontroller yang bersangkutan.

    g) Pin 30 adalah pin ALE/PROG, pin ini berfungsi untuk mengunci low

    address (alamat rendah) pada saat akses memori program selama operasi

    normal.

    h) Pin 29 adalah pin PSEN, Program Strobe Enable merupakan strobe

    output yang dipergunakan untuk membaca eksternal program memori.

    PSEN aktif setiap dua siklus mesin.

    i) Pin 31 adalah pin EA/VPP, Eksternal Acces Enable secara eksternal

    harus disambung ke logika 0 jika diinginkan MCS51 menjadi enable

    untuk mengakses kode mesin dari program memori eksternal. Namun

    jika EA dihubungkan ke logika 1 maka device akan mengambil kode

    mesin dari internal program memori, kecuali jika program counter berisi

    lebih besar dari 0 FFFh.

    j) Pin 18 adalah pin XTAL1, pin ini merupakan input ke inverting

    amplifier osilator. Pin ini dihubungkan dengan kristal atau sumber

    osilator dari luar.

    k) Pin 19 adalah pin XTAL 2, pin ini merupakan output dari inverting

    amplifier osilator. Pin ini dihubungkan dengan kristal atau ground jika

    menggunakan sumber kristal internal.

  • 2.7.3 Rangkaian OsilatorJantung dari mikrokontroler AT89S51 terletak pada rangkaian yang

    membangkitkan pulsa clock. Pin XTAL1 dan XTAL2 disediakan untuk

    disambungkan dengan jaringan resonan untuk membentuk sebuah osilator.

    AT89S51 dirancang untuk running pada frekuensi 3 MHz sampai 24 MHz.

    (Budiharto, 2005 hal: 25)

    Gambar 2.13 Rangkaian Oscillator AT89S51

    Sumber : www.atmel.com

    2.7.4 Memori Data InternalPada mikrokontroller 89S51 terdapat internal memori data. Internal

    memori data dialamati dengan lebar 1 byte. Lower 128 (00H-7FH) terdapat pada

    semua anggota keluarga MCS-51. Pada lower 128 lokasi memori terbagi atas 3

    bagian yaitu: (Budiharto, 2005: 28)

    1) Register Bank 0-3

    32 byte terendah terdiri dari 4 kelompok (bank) register, dimana

    masing-masing dari kelompok register itu berisi 8 register bit (R0-R7)

    yang masing-masing kelompok register dapat dipilih dengan melalui

    register PSW. Pada register PSW RS0 dan RS1 digunakan untuk memilih

    kelompok register yang ada.

  • 2) Bit Addressable

    16 bite di atas kelompok register tersebut membentuk suatu lokasi

    blok memori yang dapat dialamati dimulai dari 20H-2FH

    3) Scratch Pad Area

    Dimulai dari alamat 30H-7FH yang dapat digunakan untuk inisialisasi

    alamat bawah dari Stack Pointer. Jika telah diinisialisasi, alamat bawah dari

    stack pointer akan naik ke atas samapai 7FH. Sedangkan pada 128 Byte atas

    (upper 128) ditempati oleh suatu register yang memiliki fungsi khusus yang

    disebut dengan SFR.

    2.7.5 Memori Data EksternalUntuk megakses memori program eksternal, pin EA dihubungkan ke

    ground. 16 jalur input/output (pada port 0 dan port 2) difungsikan sebagai bus

    alamat port 0 mengeluarkan alamat rendah (A0-A7) dari pencacah program

    (program counter). Pada saat port 0 mengeluarkan alamat rendah, maka sinyal

    ALE (Address Lacth Enable) akan menahan alamat pada pengunci port 2 yang

    merupakan alamat tinggi (A8-A15) yang bersama-sama alamat rendah (A0-A7)

    membentuk alamat 16 bit. Sinyal PSEN digunakan untuk membaca memori

    program eksternal.

    Mikrokontroller 8951 memiliki data berupa RAM internal sebesar 128

    byte. Dari jumlah tersebut, 32 byte terendah dikelompokkan menjadi 4 bank.

    Tiap-tiap bank terdiri dari 8 register. Pemilihan bank dilakukan melalui register

    Program Status Word (PSW). 16 byte berikutnya membentuk satu blok memori

    yang dapat dialamati per bit. Memori data ini dapat diakses baik langsung atau

    tidak langsung. (Widodo, 2005 hal: 20)

  • 2.7.6 Register Fungsi Khusus (SFR) Register dengan fungsi khusus (Spesial Function Register / SFR) terletak

    pada 128 byte bagian atas memori data internal. Wilayah SFR ini terletak pda

    alamat 80H sampai FFH. Pengalamatan harus khusus diakses secara langsung

    baik secara bit maupun secara byte. Register-register khusus dalam MC 8951,

    yaitu: (Widodo, 2005 hal: 27)

    1) Accumulator (ACC) atau register A dan register B

    Register B : Register ini digunakan untuk proses perkalian dan

    pembagian bersama dengan accumulator.

    2) PSW : Register ini terjadi dari beberapa bit status yang menggambarkan

    kejadian di accumulator sebelumnya, yaitu Carry bit, Auxiliary

    carry, pemilih bank (RS0 dan RS1), bendera overflow, parity bit

    dan dua buah bendera yang dapat didefinisikan sendiri oleh

    pemakai. Ada 4 bank yang dapat dipilih untuk digunakan yang

    semuanya bersifat addressable yaitu:

    RS1 RS0 Register

    0 0 BANK 0

    0 1 BANK 2

    1 0 BANK 3

    1 1 BANK 4

    Tabel 2.4 Bank RegisterSumber : www.atmel.com

  • 3) SP: Merupakan register 8 bit. Register SP dapat ditempatkan dalam

    suatu alamat maupun RAM internal. Isi register ini ditambah

    sebelum data disimpan, selama intruksi PUSH dan CALL. Pada

    saat reset register SP diinisialisasi pada alamat 07H sehingga

    stack akan dimulai pada lokasi 08H.

    4) DPTR: adalah suatu register yang digunakan untuk pengalamatan tidak

    langsung. Register ini digunakan untuk mengakses memori

    program internal atau eksternal, juga digunakan untuk alamat

    eksternal data. DPTR Ini dikontrol oleh dua buah register 8 bit

    yaitu DPH dan DPL.

    5) Register Prioritas Interrupt (Interrupt Priority / IP)

    Merupakan suatu register yang berisi bit-bit untuk mengaktifkan

    prioritas dari suatu interrupt yang ada pada mikrokontroller pada taraf

    yang diinginkan.

    6) Interupt Enable Register (EI)

    EI merupakan register yang berisi bit-bit untuk menghidupkan atau

    mematikan sumber interrupt.

    7) Timer / Counter Control Register (TCON)

    TCON merupakan register yang berisi bit-bit untuk

    memulai/menghentikan pewaktu/pencacah.

    8) Serial Control Buffer (SBUFF)

    Register ini digunkan untuk menampung data dari masukan

    (SBUFF IN) ataupun keluaran (SBUFF OUT) dari serial.

  • Berikut adalah tabel pembagian alamat pada register fungsi-fungsi khusus:

    SYMBOL NAME ADDRESS*ACC Accumulator 0E0H*B B Register 0F0H*PSW Program Status word 0D0HSP Stack Pointer 81HDPTR Data Pointer 2 BytesDPL Low Byte 82HDPH High Byte 83H*P0 Port 0 80H*P1 Port 1 90H*P2 Port 2 0A0H*P3 Port 3 080H*IP Interrupt Priority Control 0B8H*IE Interrupt Enable Control 0ABHTMOD Timer/Counter Mode Control 89H*TCON Timer/Counter Control 88H*+T2CON Timer/Counter 2 Control 0C8HTH0 Timer/Counter 0 High Control 8CHTL0 Timer/Counter 0 Low Control 8DHTH1 Timer/Counter 1High Control 8DHTL1 Timer/Counter 1Low Control 8BH*TH2 Timer/Counter 2High Control 0CDH*TL2 Timer/Counter 2 High Control 0CCH*RCAP2H T/C Capture Reg, High Byte 0CBH+RCAP21 T/C Capture Reg, Low Byte 0CAH*SCON Serial Control 98HSBUF Serial Data Buffer 99H

    Tabel 2.5 Pembagian Alamat Pada Fungsi-fungsi KhususSumber : www.atmel.com.

    Keterangan:

    * : Bit addressable+ : 8052 only

    2.8 Liquid Crystal Display (LCD M1632)

    Untuk tampilan dalam Laporan Akhir ini, digunakan LCD M1632. Tampilan

    jenis ini tersusun dari dot matriks dan dikontrol oleh ROM / RAM generator

    karakter dan RAM data display. Semua fungsi display dikontrol dengan instruksi

  • dan LCD dapat dengan mudah diantarmukakan (interface) dengan unit

    mikrokontroller.

    Liquid cristal display adalah modul tampilan yang mempunyai konsumsi

    daya yang relatif rendah dan terdapat sebuah controler CMOS didalamnya.

    Controler tersebut sebagai pembangkit ROM/RAM dan display data RAM.

    Semua fungsi tampilan di kontrol oleh suatu instruksi modul LCD dapat dengan

    mudah diinterfacekan dengan MPU.

    Ciri-ciri dari LCD M1632: (Widodo, 2002: 153)

    1) Terdiri dari 32 karakter yang dibagi menjadi 2 baris dengan display dot

    matrik 5 X 7 ditambah cursor

    2) Karakter generator ROM dengan 192 karakter

    3) Karakter generator RAM dengan 8 tipe karakter

    4) 80 X 8 bit display data RAM

    5) Dapat diinterfacekan dengan MPU 8 atau 4 bit

    6) Dilengkapi fungsi tambahan : Display clear,cursor home,display ON/OFF,

    cursor ON/ OFF, display character blink, cursor shift dan display shift

    7) Internal data

    8) Internal otomatis dan reset pada power ON

    9) +5 V power supply tunggal

    Berikut ini merupakan pin-pin LCD berserta konfigurasinya:

    Gambar 2.14. LCD M1632Sumber : www.robotindonesia.com

  • Karakteristik dari LCD M1632 antara lain 16 x 2 karakter dengan 5 x 7 dot

    matriks, ROM generator karakter dengan 192 tipe karakter, RAM generator

    karakter dengan 8 tipe karakter (untuk program write), 80 x 8 bit RAM data

    display dengan 80 karakter maksimal, Dapat diantarmukakan (interface) dengan

    MPU 4 atau 8 bit, RAM data dan RAM generator karakter dapat dibaca dari

    MCU, Rangkaian osilator terpadu, Catu daya tunggal 5 Volt, Reset otomatis.

    (Seiko Instruments Inc,1987 :1).

    Adapun untuk menampilkan karakter yang ada dilakukan dengan cara

    memberikan kode karakter untuk tiap tiap karakter yang diinginkan pada bus

    data dan dengan menggunakan kontrol E, RS dan R/W.

    No Nama Pin Deskripsi

    1 VDD 5 V

    2 VSS 0 V (Ground)

    3 VLC Tegangan kontras LCD

    4 RS Register Select. 0 : register perintah, 1: register data

    5 R/W 1 : read, 0 : write

    6 E Enable clock LCD

    7 D0 Data Bus 0

    8 D1 Data Bus 1

    9 D2 Data Bus 2

    10 D3 Data Bus 3

    11 D4 Data Bus 4

  • 12 D5 Data Bus 5

    13 D6 Data Bus 6

    14 D7 Data Bus 7

    15 Anoda Tegangan Positif Backlight

    16 Katoda Tegangan Negatif Backlight

    Tabel 2.6 Konfigurasi Pin LCD M1632Sumber : (Seiko Instruments Inc,1987 :7).

    2.9 Pemanas (Heater)

    Pemanas (heater) adalah suatu bahan yang mampu menghasilkan energi

    panas bila diberi tegangan bolak balik. Bahan-bahan yang paling banyak

    digunakan untuk pembuatan elemen pemanas listrik terdiri dari campuran krom +

    nikel, krom + nikel + besi, krom + nikel + alumunium. Kawat untuk elemen

    pemanas listrik harus memenuhi syarat: tahan lama pada suhu yang dikehendaki,

    mekanis harus cukup kuat pada suhu yang dikehendaki, koefisien muai harus kecil

    sehingga perubahan bentuknya pada suhu yang dikehendaki tidak terlalu besar,

    tahanan jenis harus tinggi, koefisien suhu harus kecil sehingga arus kerja sedapat

    mungkin konstan.

    Bahan yang digunakan sebagian besar ditentukan oleh suhu maksimal

    yang dikehendaki. Logam-logam campuran tersebut diatas dapat digunakan antara

    100 C-1250 C. Sebagai penyangga panas maka diperlukan isolasi, bahan isolasi

    kawat pemanas tidak boleh mengadakan reaksi kimia dengan bahan pengawatnya

    pada suhu penggunaan.(Harten, 1985:142)

  • 2.10 Penguat Operasional

    Penguat Operasional (Penguat Amplifier) adalah chip yang umumnya

    digunakan untuk penguat sinyal yang nilai penguatannya dapat dikontrol melalui

    penggunaan resistor dan komponen lainnya. Umumnya op-amp terdiri atas 2 input

    dengan 1 output. Keluaran dari penguat adalah 0 yang mempunyai rumus :

    VVAV0 ..............(1)Dengan :

    A adalah penguatan tegangan open loop dari amplifier

    V adalah tegangan input noninverting

    V adalah tegangan input inverting

    V dan V adalah tegangan node terhadap ground. Umumnya penguatan

    tegangan open loop dalam order 105 106. Biasanya sebuah resistor diletakkan di

    antara node output dan input inverting untuk menyediakan feedback dan

    penguatan yang dapat diatur.

    Gambar 2.15 Lambang Op-Amp

    _

    +

    V

    V-

    +Vcc

    -VccV0

  • Op-Amp sifatnya bekerja secara linier. Oleh karena itu , Op-Amp

    menyesuaikan keluaran arus sehingga perbedaan tegangan di antara 2 input

    mendekati 0.

    V = V ................................................................................................(2)

    (Widodo,D dan Sigit F. 2005: 131-132)

    Untuk menggunakan Op-Amp harus memperhatikan parameter-

    parameternya, agar didapatkan output sesuai dengan yang diharapkan antara lain:

    1. Impedansi Input

    Secara ideal impedensi input adalah tak terhingga, namun dalam kenyataan

    hanya mencapai 1M atau lebih. Semakin tinggi impedansi input maka semakin

    baik penampilan Op-Amp tersebut.

    2. Impedansi Output

    Untuk impedansi output yang ideal adalah nol. Dalam kenyataan setiap Op-

    Amp adalah berbeda-beda. Impedansi berfariasi antara 25 sampai ribuan .

    Pada kebanyakan pemakaian, impedensi output dianggap nol sehingga Op-Amp

    akan berfungsi sebagai sumber tegangan yang mampu memberikan arus dari

    berbagai macam beban. Dengan impedansi input dan output yang renda, maka

    Op-Amp berperan sebagai Impedansi.

    3. Arus Bias Input

    Secara teoristik ipmpedansi input besarnya takterhingga, maka seharusnya tak

    ada arus input. Tetapi seharusnya tetap ada arus input dalam orde pikoamper

    sampai mikroamper. Harga rata-rata dari arus ini biasanya dikenal sebagai arus

    bias input, akan semakin rendah pula kelabilannya.

  • 4. Tegangan Offset Output

    Tegangan offset output (tegangan kesalahan) disebabkan oleh arus bias input.

    Bila tegangan kedua input sama besar, output Op-Amp akan nol volt. Namun

    jarang sekali dijumpai kejadian seperti ini, sehingga pada output tetap ada sedikit

    tegangan.

    5. Arus Offset Input

    Kedua arus input seharusnya sama besar sehingga tegangan output nol. Tetapi

    hal ini tidak mungkin, karenanya harus ditambah arus offset input untuk menjaga

    supaya output tetap nol volt. Dengan perkataan lain, untuk memperoleh keluaran

    nol volt, sebuah arus mungkin menarik arus lebih besar dari yang lainnya.

    6. Tegangan Offset Input

    Idealnya, tegangan output Op-Amp nol saat tegangan kedua input nol. Namun

    berkenaan dengan penguatan Op-Amp yang tinggi, adanya sedikit ketidak

    seimbangan dalam rangkaian akan mengakibatkan munculnya tegangan output.

    Dengan memberikan sedikit tegangan offset pada sebuah inputnya, tegangan

    output dapat dinolkan kembali.

    7. Slew Rate

    Slew Rate adalah laju perubahan maksimum tegangan output Op-Amp,

    dinyatakan dengan:

    (3)

    (Laporan PKLI Fisika. 2006)

    t

    maksVWaktuPerubahan

    MaksimumOutputTeganganPerubahah out

    )(SR =

  • 2.10.1 Penguat Membalik ( Inverting Amplifier)

    Penguat pembalik adalah rangkaian penguat dimana outputnya mempunyai

    perbedaan fasa 1800 dengan sinyal input (membalikkan sinyal input).

    Gambar 2.16. Penguat pembalik (Inverting Amplifier)

    Gambar di atas menampilkan rangkaian inverting amplifier dengan sumber

    daya terhubung ke +Vcc dan Vcc. Pentingnya sinyal positif dan negative ini

    karena biasanya sinyal input dalam mode AC dan terjadi penguatan pada output

    yang kisarannya dari tegangan positif hingga ke tegangan negative. Untuk

    menganalisis rangkaian tersebut, akan digunakan hukum arus dari kirchoff untuk

    menentukan tegangan keluaran vo dan penguatan tegangan rangkaian sebagai

    berikut:

    Penguatan tegangan = Vo / Vs.(4)

    Sangatlah penting untuk membedakan antara penguatan tegangan

    rangkaian dan penguatan tegangan open loop dari op-amp. Penguatan tegangan

    open loop dari op-amp adalah penguatan tegangan dari 2 input op-amp terhadap

    output op-amp. Untuk menganalisis rangkaian op-amp kita lihat node input (2 dan

    -Vcc

    +Vcc

    R2

    R1

    Vs

    R3

    Vo

    3

    2

  • 3). Misalkan op-amp ideal dimana tidak ada arus mengalir pada input op-amp,

    arus yang melalui R 3 adalah nol. Oleh karena itu, v 3 = 0. Dari persamaan diatas

    kita tahu bahwa v 2 = v 3 =0,karena rangkaian op-amp berperilaku secara

    linear (v = v ).

    2.10.2 Penguat Tidak Membalik ( Non Inverting Amplifier)

    Gambar 2.17. Penguat tidak pembalik

    Pada rangkaian ini terminal masukan penguat tak membalik (Non

    Inverting) ditanahkan, sedangkan tegangan keluaran dihubungkan dengan

    terminal masukan pembaliknya.

    Arus yang melintasi R1 (I1) terbagi dua yaitu arus yang melintasi Rf ( I2)

    dan arus yang masuk ke Op-Amp sehingga dapat ditulis :

    321 III .(5)

    in

    s

    f

    Oss

    RV

    RVV

    RVV

    1

    1 (6)

    Dengan mengasumsikan bahwa Op-Amp adalah ideal (dimana Zin=

    A=tak terhingga) maka:

    Vs = V0 / A = 0

  • Karena Vs = 0 sehingga persamaan (9) menjadi :

    f

    O

    RV

    RV

    1

    1 ..(7)

    11

    0

    RR

    VV f .(8)

    11

    0 VRR

    V f (9)

    2.10.3 Integrator Op-Amp

    Sebuah integrator adalah rangkaian yang menyelenggarakan operasi,

    integrasi secara matematik karena dapat menghasilkan tegangan keluaran

    yang sebanding dengan integral masukan. Pemakaian yang umum ialah

    menggunakan tegangan masukan yang tetap untuk mengahasilkan tegangan

    keluaran berbentuk lereng (ramp). Sebuah lereng adalah tegangan yang mendaki

    atau menurun secara linier.

    Gambar 2.18. Rangkaian Integrator

    Pada keadaan awal, arus input yang mengalir melalui resistor sama

    dengan i1 = Vi / R. Tegangan output (Vo) sama dengan nol sehingga

    arus yang mengalir melalui resistor juga mengalir melalui kapasitor C

  • (i2=C. dv/dt) yaitu dengan menganggap resistansi input Op-Amp adalah tak

    terhingga ( keadaan ideal ).

    Dari hal ini maka didapat persamaan :

    dtdVC

    RVi i 01

    ..(10)

    Sehingga :

    CRV

    dtdV i

    .

    0 ....(11)

    Dengan mengintegralkan kedua ruas persamaan diatas, suatu persamaan

    tegangan Output Integrator (Vo) akan diperoleh sebagai berikut:

    dtVCR

    V I.

    10 ..(12)

    2.10.4 Sifat-sifat Ideal OP-Amp

    a. Penguat lingkar terbuka tak berhingga atau lbvA ,b. Hambatan keluaran lingkar terbuka adalah nol, atau 0

    ,0 lbR

    c. Hambatan masukan lingkar terbuka tak berhingga, atau lbiR ,d. Lebar pita tak berhingga, atau f = f2 f1 = e. Nisbah penolakan modus bersama (CMRR) =

    2.10.5 IC LM 741

    Pada mulanya IC 741 dibuat oleh Fairchild semiconductor dan bernama

    A 741. karena amat popular maka hampir semua perusahaan membuatnya.

    Untuk 741 mempunyai data sebagai berikut: lbiR , = 2 M,CMRR = 90 dB, lbvA , =

  • 200000 (pada frekwensi rendah), lbR ,0 = 75 , lebar pita untuk penguatan = 1

    adalah 1 M Hz. (sutrisno. 1987. 117-118)

    IC 741 berbentuk chip IC 8 kaki dalam kemasan Dual Inline Package

    (DIP). Dalam IC tersebut terdapat beberapa puluh transistor yang membentuk

    konfigurasi penguat. Chip 741 dan skematik rangkaiannya seperti gambar di

    bawah ini :

    Gambar 2.19. Kemasan IC 741

    Gambar 2.20. Rangkaian IC 741(http://www.datasheet4u.com/download/741)

  • 2.11 Motor DC

    Motor DC Servo

    DC servo motor yang digunakan dalam perencanaan ini adalah DC servo

    motor yang menggunakan permanen magnet. Alasan pemilihan DC servo motor

    tipe ini adalah kemudahan dalam pengontrolan dengan menggunakan pengaturan

    tegangan DC. Medan stator motor jenis ini dihasilkan oleh magnet permanen

    bukan elektromagnet. PM motor mempunyai kurva kecepatan torsi yang linier

    dalam jangka yang lebar. Penggunaan magnet permanen tidak membutuhkan daya

    listrik untuk menghasilkan medan stator, sehingga daya dan pendinginan yang

    diperlukan lebih rendah dibandingkan motor yang menggunakan elektromagnet.

    Perubahan kecepatan motor dapat dengan mudah diatur dengan cara merubah-

    rubah besarnya tegangan DC yang diberikan pada motor.

    DC servo motor memiliki beberapa keunggulan, yaitu :

    a. Bentuknya kompak, ringan dan berdaya kerja tinggi

    b. Dapat bekerja pada daerah atau tempat yang kurang baik

    c. Kecepatan maksimum yang sangat tinggi

    d. Biaya perawatan mudah

    DC servo motor ini mempunyai fasilitas optical encoder yang menjadi satu

    dengan bodymotor dan ikut berputar pada saat motor berputar. Encoder ini

    berfungsi sebagai feedback untuk pengontrolan close loop.

  • 2.12 Real Time Clock (RTC)

    Real Time Clock merupakan suatu chip (IC) yang memiliki fungsi sebagai

    penyimpan waktu dan tanggal. IC RTC yaitu DS12C887 yang memiliki register

    yang dapat menyimpan data detik, menit, jam, tanggal, bulan dan tahun. RTC ini

    memiliki 128 lokasi RAM yang terdiri dari 15 byte untuk data waktu serta

    kontrol, dan 113 byte sebagai RAM umum.

    RTC DS 12C887 menggunakan bus yang termultipleks untuk menghemat

    pin. Timing yang digunakan untuk mengakses RTC dapat menggunakan intel

    timing atau motorola timing. RTC ini juga dilengkapi dengan pin IRQ untuk

    kemudahan dalam proses.

    Berikut ini gambar pin-pin dari RTC DS 12C887, jumlah total pin-nya

    sebanyak 13 buah :

    Gambar 2.21 Pin RTC DS 12C887

  • Gambar 2.22 Diagram Blok DS12C887

    Terlihat dari diagram blok tersebut bahwa RTC terbagi menjadi beberapa

    bagian utama dengan kontrol maupun I/O untuk operasinya.

    (www.agfi.staff.ugm.ac.id)

    Berikut ini keterangan dari fungsi masing-masing pin:

    1. AD0-AD7 - Multiplexed Address/Data Bus2. NC - No Connect (tidak dihubungkan kemana-mana)3. MOT - Pemilih tipe bus

    4. CS - Masukan RTC Chip Select

    5. AS - Address Strobe (ALE)

    6. R/W - Masukan Read/Write

    7. DS - Data Strobe

    8. RESET - Masukan Reset

    9. IRQ - Luaran Permintaan Interupsi

    10. SQW - Luaran Gelombang Kotak

    11. VCC - +5 Volt Main Supply

    12. GND - Ground

  • BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Bentuk dan Sampel Penelitian

    Bentuk penelitian ini adalah perancangan dan pembuatan alat untuk

    mengatur temperatur di dalam incubator penetasan telur itik dan pemutaran telur

    secara otomatis. Bentuk alat yang digunakan adalah miniatur dari suatu incubator

    penetasan telur itik.

    3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2009. Dan penelitian ini

    dilaksanakan di Laboratorium Fisika Instrumentasi Jurusan Fisika UIN Maulana

    Malik Ibrahim Malang.

    3.3 Alat dan Bahan

    1. Bok Persegi Panjang (Incubator)

    2. Komponene-komponen driver suhu Sensor

    a. LM 35 (sensor suhu)

    b. LM 358

    c. Soket IC 8 pin

    d. R 1K

    e. Trimpot 10 K (multiturn, obeng - di atas)

    f. Trimpot 100 K (multiturn, obeng - di atas)

  • 3. Komponene-komponen Analog To Digital Converter (ADC)

    a. ADC 0804

    b. Soket IC 20 pin

    c. R 10 K - 1/4w

    d. C 150 PF (coklat) isi

    e. Tr 9013

    f. Trimpot 10 K

    (multi turn, obeng - di atas)4. Komponen- komponen Mikrokontroler

    a. Mikrokontroler AT89S51

    b. Soket IC 40 pin

    c. R 10 k 1/4 w

    d. C 10 F/16 V (kecil)

    e. C 33 pf (coklat)

    Crystal 12 Mhz (kecil)5. Komponen- komponene Liquid Crystal Display

    a. LCD M1632/162A (putih)

    b. R 220 K -1/4w

    c. Trimpot 1K

    (segitiga, obeng + atas)

  • 6. Komponen-komponen RTC (Real Time Clock)

    a. RTC DS 12C887

    b. Soket IC 24 pin (lebar)

    7. Komponen-komponen Konektor

    a. Dip plug 16 pin

    b. Dip plug 8 pin

    c. Dip plug 5 pin

    d. Dip plug 3 pin

    e. Dip plug 2 pin

    8. Power Supply

    a. LM 7805

    b. C 4700 F/16V

    c. C 100 F/16V

    d. Dioda 1A (IN 4002)

    9. Lain-lain

    a. Valay PCB 1cm

    b. Trafo 1 A (nol)

    c. Kabel pita 20 warna

    d. Keypad 4 x 4 (hitam, tebal)

    e. Motor DC

  • f. Heater

    g. Driver Haiter

    h. Kipas

    i. Termometer

    3.4 Perancangan dan Pembuatan Alat

    Berdasarkan literatur, tahap selanjutnya dalam penelitian ini adalah

    perencanaan alat. Dalam perancangan instrumen penyusunan diagram blok sistem

    dan pembuatan skema rangkaian. Serta pemilihan komponen-komponen

    perangkat keras berdasarkan komponen yang berada dipasaran.

    Perancangan dan pembuatan alat dibagi menjadi 2 tahap yaitu tahap

    pembuatan perangakat keras dan tahap pembuatan perangkat lunak.

    3.4.1 Perancangan Sistem Keseluruhan dan Prinsip Kerja Alat

    Sistem yang dirancang bertujuan untuk mengontrol suhu ruang dalam

    incubator sehingga sesuai dengan setting yang diberikan diawal proses penetasan.

    Secara blok diagram alat yang dirancang ditunjukkan dalam gambar 3.1 dibawah

    ini:

  • Gambar 3.1. Diagram Blok Sistem

    Ketika alat dinyalakan secara otomatis pemanas (heater) menyala.

    Pemanas (Heater) membuat suhu pada incubator menjadi menjadi panas. Suhu

    pada incubator perlahan naik hingga mencapai suhu yang ideal yang diperlukan

    untuk penetasan telur itik. Apabila sensor suhu mendeteksi suhu yang lebih tinggi

    dari yang diperlukan, maka secara otomatis sinyal dari sensor suhu dikuatkan oleh

    penguat sinyal lalu dirubah menjadi sinyal digital pada ADC dan diproses pada

    MCU lalu pemanas akan dimatikan dan menyalakan kipas. Sebaliknya bila suhu

    kurang dari yang diinginkan maka secara otomatis sinyal dari sensor suhu

    dikuatkan oleh penguat sinyal lalu dirubah menjadi sinyal digital pada ADC dan

    diproses oleh MCU lalu pemanas dinyalakan. Pada counter/timer disetting pada

    hari ketiga setiap jam 07.00, 12.00 dan 17.00, pada saat-saat itu Motor DC akan

    berputar secara otomatis dan membalik telur pada incubator, dan sebelum

    Sensor Suhu ADC

    MCUAT89S51

    Driver Motor

    LCD

    DriverPemanas Heater

    RTCPenguat Sinyal

    Keypad

    Motor DC

  • pembalikan pada pukul 17.00 telur didinginkan dahulu 15 menit dan fan

    dinyalakan.

    3.4.2 Perancangan Rangkaian Sensor Suhu

    Sensor suhu yang digunakan untuk mengkonveksi perubahan suhu ruang

    penetasan menjadi sinyal listrik dalam perancangan ini adalah IC LM35,

    penggunaan IC LM35 didasarkan pada kelebihan yang dimiliki IC LM35

    diantaranya keluaran yang linier terhadap suhu, terkalibrasi secara langsung dalam

    derajat celcius, murah dan mudah didapat, catu daya yang digunakan sensor

    sebesar 5V DC. Sensor diletakkan dalam ruang penetasan telur, sehingga suhu

    dalam ruangan tersebut dapat terdeteksi. Keluaran dari sensor suhu selanjutnya

    dihubungkan ke rangkaian penguat sinyal.

    3.4.3 Perancangan Rangkaian Pengkondisi Sinyal

    Tegangan keluaran dari sensor suhu terlalu rendah. Oleh karena itu

    tegangan keluaran dari sensor suhu harus dikuatkan agar sesuai dengan masukan

    yang diperlukan oleh ADC. Penguat sinyal yang digunakan adalah IC LM358

    yang merupakan penguat tak membalik.

    Pada perancangan penguat sinyal menggunakan tegangan sebesar 5V.

    ADC yang digunakan pada perancangan ini adalah ADC 10 bit, tapi dapat juga

    menggunakan 8 bit dengan mengatur pemilihan bit pada pengesetan register.

    Dalam perancangan ini dipilih 8 bit sebagai bit keluaran.

  • 3.4.4 Perancangan Rangkaian ADC

    Keluaran dari sensor suhu yang dikuatkan oleh pengonisi sinyal

    merupakan sinyal analog, sehingga harus di ubah terlebih dahulu ke dalam bentuk

    digital agar dapat diproses oleh mikrokontroler AT89S51. Untuk keperluan itu

    maka digunakan IC ADC 0804 sebagai pengubah sinyal analog kedigital.

    Dalam skripsi ini ADC yang digunakan yaitu ADC 0804 buatan Nasional

    Semiconductor. ADC ini merupakan konversi 8 bit dengan teknik konversi

    aproksimasi register bertingkat (SAR, Succesive Aproximation Register). Pada IC

    ini terdapat 8 masukan dengan 3 bit dekoder latch.

    Waktu konversi ADC0804 sekitar 100 untuk clock KHz dan frekuwensi

    maksimal adalah 1,28 Mhz. Daerah masukan 0-5 volt dan tegangan referensi

    konversi disesuaikan dengan daerah masukan analog.

    3.4.5 Perancangan Rangkaian Mikrokontroller AT89S51

    Mikrokontroler yang digunakan sebagai kontrol ini tidak dapat melakukan

    prosesnya tanpa dibantu oleh rangkaian lain seperti clock dan reset. Selain

    rangkaian-rangkaian tersebut perlu juga ditentukan penggunaan dari port-portnya

    dan sinyal-sinyal yang digunakan untuk mendukung proses kerja rangkaian.

    Berikut adalah konfigurasi port-port yang digunakan:

    a) P0.0-P0.7 digunakan sebagai data tampilan pada Liquid Cristal Display

    (LCD)

    b) P2.6-P2.7 digunakan sebagai instruksi data untuk pengontrol instruksi dan

    karakter dan pada Liquid Cristal Display (LCD)

    c) P1.0-P1.3 digunakan sebagai output ke motor DC

  • d) P3.3-P3.5 digunakan sebagai input limit swicth dan tombol

    Gambar 3.2 Rangkaian Minimum Mikrokontroller AT89S51

    3.4.6 Perencanaan Driver Relay

    Pada prencanaan ini, beban yang harus dikontrol oleh mikrokontroler

    adalah pemanas (heater) dan Motor DC. Untuk menggerakkan relay dibutuhkan

    driver. Ada 2 buah driver yang digunakan, 1 driver relay untuk menghidupkan dan

    mematikan pemanas (heater) dan 1 driver untuk menghidupkan dan mematikan

    motor DC. Rangkaian driver pamanas dan motor DC terdiri dari PNP 9012 dan

    NPN 9013 yang berfungsi sebagai sklar, relay yang di hubungkan dengan

    pemanas dan motor DC, serta dioda yang dihubungkan secara pararel dengan

    relay.

    Dalam perencanaan ini, digunakan port 3.0 untuk menggerakkan pemanas

    (heater) dan port 3.1 untuk menggerakkan motor DC melalui rangkaian driver.

    Relay yang digunakan pada rangkaian driver pemanas beroperasi dengan tegangan

  • 12 V DC. Arus minimal yang diperlukan untuk mengaktifkan relay adalah 80mA

    (berdasarkan pengukuran) dengan resistor sebesar 150 .

    3.4.7 Perancangan RTC (Real Time Clock)

    Jenis IC RTC yang digunakan pada rangkaian ini yaitu DS12C887 yang

    memiliki register yg dapat menyimpan data detik, menit, jam, tanggal, bulan dan

    tahun. RTC ini memiliki 128 lokasi RAM yang terdiri dari 15 byte untuk data

    waktu serta kontrol, dan 113 byte sebagai RAM umum.

    RTC DS 12C887 menggunakan bus yang termultipleks untuk menghemat

    pin. Timing yang digunakan untuk mengakses RTC dapat menggunakan intel

    timing atau motorola timing. RTC ini juga dilengkapi dengan pin IRQ untuk

    kemudahan dalam proses.

    3.4.8 Perancangan Rangkaian Motor DC

    Jenis motor yang dipakai adalah jenis motor DC shunt yang mempunyai

    daya kecil dan mempunyai putaran konstan, tegangan yang diperlukan yaitu 12volt. Motor DC ini menggunakan potensiomotor yang pengaturannya dikerjakan

    oleh driver motor. Driver motor ini menggunakan IC L23D. Dalam prakteknya

    satu buah motor DC berputar ke kedua arah sehingga perlu piranti yang disebut H-

    Bridge. H-bridge ini menggunakan dua buah penguat push-pul yang dipasang

    berhadapan satu sama lain. Sebuah sinyal digital dari mikrokontroler AT89S51,

    diberikan push-pull untuk menentukan arah putarannya yang mana hanya

    menghasilkan sinyal sebesar 5 volt sehingga perlu adanya penguatan sampaisinyalnya 12 volt. Sinyal PWM (Pulse Width Modulation) diberikan padapenguat push-pull yag lain untuk menentukan kecepatan putarannya.

  • 3.4.9 Perancangan Rangkaian Liquid Cristal Display (LCD)

    Dalam sistem ini direncanakan menggunakan sebuah layar penampil yang

    berupa Liquid Crystal Display (LCD). Tipe LCD yang digunakan yaitu M1632

    yang mempunyai spesifikasi yang dapat menampung karakter sebanyak 16 buah

    dan 2 baris secara bersamaan. LCD ini memiliki 16 buah pin. Masukan yang

    diperlukan untuk mengendalikan modul ini berupa bus data yang berhubungan

    dengan bus alamat, serta 3 bit sinyal kontrol.

    Penjelasan pin out pada LCD M1632 adalah sebagai berikut :

    a. VSS (pin 1) dan VCC (pin 2), adalah pin untuk power supply

    b. VEE (pin 3), adalah pin untuk mengatur intensitas cahaya tampilan

    pada LCD.

    c. RS (pin 4), adalah pin untuk pemilihan mode input data. Apabila RS

    diberi logika 0, maka data berupa data kontrol dan bila RS diberi

    logika 1 maka data adalah data untuk ditampilkan pada LCD.

    d. R/W (pin 5), adalah pin untuk pemilihan proses pada LCD. Bila pin

    R/W berlogika 1, maka terjadi proses read (membaca data),

    sebaliknya bila pin R/W berlogika 0 maka terjadi proses write

    (menulis data).

    e. E (pin 6), adalah pin enable untuk LCD. LCD akan enable bila pin ini

    berlogika HIGH, sebaliknya jika pin ini berlogika LOW, LCD

    akan disable.

    f. DB0 DB7 (pin 7 pin 14), adalah pin untuk input/output data.

  • g. V+BL ( pin 15) dan V-BL (pin 16), adalah pin untuk supply lampu

    backlight LCD.

    Bus data LCD terhubung dengan Port 0 mikrokontroler AT89S51.

    Sinyal kontrol EN dihubungkan dengan port 2.4, LCD tipe M1632 dilengkapi

    pula dengan backlight berwarna biru. Penyemat VCC dihubungkan ke variable

    resistor sebesar 10K yang berfungsi untuk mengatur intensitas gelap/terang

    tampilan di layar LCD. Penyemat R/W dihubungkan pada ground sehingga mode

    LCD adalah write 0. Rangkaian LCD ini ditunjukkan pada Gambar 3.3

    Gambar 3.3 Interface LCD dengan MCU

    3.4.10 Perancangan Perangkat Lunak

    Diagram alir utama system menunjukkan cara kerja sistem secara umum.

    Diagram alir utama ditunjukkan pada gambar 3.4 berikut:

  • 38T

    39T

    Gambar 3.4 Diagram Alir Program

    3.5 Teknik Pengambilan Data

    Teknik pengambilan data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil

    pengujian pada masing-masing rangkaian dan pengujian pada rangkaian secara

    keseluruhan.

  • 3.5.1 Pengujian Sensitivitas Rangkaian Sensor Suhu (LM35)

    Uji sensitivitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan

    sensor suhu mampu bekerja. Langkah-langkah dalam melakukan uji sensitivitas

    adalah:

    1. Menyusun rangkaian penguji sensor suhu seperti yang ditunjukkan pada

    gambar 3.5

    2. Menghubungkan catu daya ke sensor suhu LM35

    3. Memasukkan sensor suhu LM35 dan termometer ke dalam bejana

    4. Menaikkan suhu udara dalam bejana dengan cara menyalakan pemanas

    5. Mengukur tegangan keluaran sensor dengan multimeter

    6. Mencatat hasil pengujian ke dalam tabel.

    Gambar 3.5 Rangkaian pengujian sensor suhu

    3.5.2 Pengujian Rangkaian Penguat Sinyal

    Pengujian penguat sinyal dilakukan untuk mengetahui tanggapan keluaran

    dari rangkaian penguat sinyal dan mengetahui prosentase simpangan teganga

    keluaran hasil pengukuran dan perhitungan. Langkah-langkah dalam melakukan

    pengujian rangkaian penguat sinyal yaitu:

  • 1. Menyusun rangkaian pengujian penguat sinyal seperti ditunjukkan

    gambar 3.6

    2. Menghubungkan catu daya ke rangkaian penguat

    3. Memberikan tegangan variabel

    4. Mengukur tegangan keluaran penguat

    5. Mengukur hasil pengukuran kedalam tabel

    Gambar 3.6 Rangkaian pengujian penguat sinyal

    3.5.3 Pengujian Rangkaian ADC 0804

    Pada pengujian ini, masukan sinyal analog yang diberikan berasal dari

    keluaran rangkaian sensor LDR berupa tegangan, yang diumpankan kemasukan

    ADC 0804. Rangkaian ADC 0804 akan mengubah masukan analog 0-5 volt

    menjadi keluaran digital dari 00000000 (00H) sampai dengan 11111111(FFH).

    Data hasil pengujian rangkaian ADC 0804 disajikan dalam bentuk grafik seperti

    pada gambar 3.7