hubungan antara health orientation dengan …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii abstrak...

61
i HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN SUBJECTIVE VITALITY PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG SKRIPSI disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi oleh Junita Arnawati 1511412073 JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

Upload: others

Post on 01-Jan-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

i

HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION

DENGAN SUBJECTIVE VITALITY

PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

SKRIPSI

disajikan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi

oleh

Junita Arnawati

1511412073

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017

Page 2: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

ii

HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION

DENGAN SUBJECTIVE VITALITY

PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

SKRIPSI

disajikan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi

oleh

Junita Arnawati

1511412073

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017

Page 3: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

iii

Page 4: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

iv

Page 5: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

v

MOTTO DAN PERUNTUKAN

Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. (Q.S. As-Syarh:6)

Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan

sungguh-sungguh (urusan) yang lain. (Q.S. As-Syarh:7)

…sesungguhnya Allah swt. tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka

mengubah keadaan diri mereka sendiri… (Q.S. Ar-Ra’d:11)

Hidup tanpa ilmu itu buta, hidup tanpa agama itu lumpuh. (Albert Einstein)

PERUNTUKAN:

Penulis peruntukan karya ini dapat:

Ibu dan bapak yang selalu memberikan dukungan dan do’anya.

Adik-adikku yang telah memberikan semangat dan kekuatan.

Universitas Negeri Semarang

Page 6: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

vi

KATA PENGANTAR

Alkhamdulillaahirabbil’aalamiin. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan segala rahmat, hidayah serta inayahnya, sehingga penulis

mampu menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan antara

health orientation dan subjective vitality pada Mahasiswa Fakultas Ilmu

Keolahragaan Universitas Negeri Semarang” tepat pada waktunya. Penulisan

skripsi ini juga tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah banyak

membantu, memberi masukan dan saran bagi penulis, oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd, selaku dekan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Semarang.

2. Drs. Sugeng Hariyadi, S.Psi., M.S. sebagai ketua Jurusan Psikologi Fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

3. Dra. Tri Esti Budiningsih, S.Psi, M.A., sebagai dosen penguji utama yang

telah memberikan masukan dan kritik terhadap skripsi ini.

4. Anna Undarwati, S.Psi., M.A., sebagai dosen pembimbing 1 dan penguji 2

yang telah dengan tulus membimbing dan meluangkan waktu untuk penulis

sampai terselesaikannya skripsi ini.

5. Amri Hana Muhammad, S.Psi., M.A., sebagai dosen pembimbing 2 dan

penguji 3 yang telah membimbing dan meluangkan waktu penulis untuk

sampai terselesaikannya skripsi ini.

Page 7: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

vii

6. Ibu, Bapak dan keluarga yang memberikan motivasi dan dukungan terhadap

kelancaran studi penulis.

7. Semua dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.

8. Semua teman yang telah memberikan bantuan, masukan dan saran bagi

penulis.

9. Semua pihak yang telah membantu penulis selama penelitian dan penyusunan

skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan

menjadi sumbangan ilmu pengetahuan bagi para pembaca.

Semarang, 18 Agustus 2017

Penulis

Page 8: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

viii

ABSTRAK

Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Skripsi. Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama: Anna Undarwati, S.Psi., M.A., dan Amri Hana Muhammad, S.Psi., M.A.,

Individu yang merasa bergairah, berenergi, dan bersemangat dalam

menjalani setiap aktivitasnya akan mendorong individu untuk meneruskan hidup dan mempertahankan hidupnya serta senantiasa siap siaga untuk menerima tugas yang belum terduga sebelumnya. Hal itu menyebabkan, individu yang merasa bugar mempunyai pandangan untuk senantiasa menjaga kesehatan agar selalu produktif setiap hari dan mempunyai cadangan energi lebih dalam rangka mengoptimalkan segala potensi yang dimilikinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui health orientation dengan subjective vitality pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Populasi dalam penelitian ini adalah 3449 mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, sampel untuk penelitian ini sebesar 10% dari populasi mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan yaitu berjumlah sebanyak 350 orang. Peneliti menggunakan penentuan responden menggunakan metode insidental sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik product moment yang perhitungannya menggunakan program software analisis data statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien korelasi health orientation dengan subjective vitality adalah sebesar r = 0,607 dengan nilai signifikansi atau p = 0,000. Nilai signifikansi yang kurang dari 0,05 menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara variabel X dan Y. Berdasarkan hasil perhitungan korelasi tersebut, maka hipotesis kerja yang diajukan yaitu ada hubungan antara health orientation dengan subjective vitality pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang maka hipotesis diterima. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan perasaan bugar pada diri setiap orang agar mereka mempunyai arahan perilaku hidup sehat sehingga dapat mengoptimalkan segala potensi yang dimilikinya dan dapat berfungsi secara penuh di segala bidang. Kata kunci: subjective vitality, health orientation.

Page 9: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii

PERNYATAAN ............................................................................................... iii

PENGESAHAN ............................................................................................... iv

MOTTO DAN PERUNTUKAN ...................................................................... v

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi

ABSTRAK ....................................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xviii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xx

BAB ................................................................................................................. 1

1. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 15

1.3 Tujuan ........................................................................................................ 16

1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 16

1.4.1 Manfaat Teoritis ...................................................................................... 16

1.4.2 Manfaat Praktis ....................................................................................... 16

2. LANDASAN TEORI .................................................................................. 17

2.1 Subjective Vitality....................................................................................... 17

2.1.1 Definisi Subjective Vitality ...................................................................... 17

Page 10: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

x

2.1.2 Aspek Subjective Vitality ........................................................................ 20

2.1.3 Faktor-faktor Subjective Vitality ............................................................. 22

2.2 Health Orientation ..................................................................................... 23

2.2.1 Definisi Health Orientation .................................................................... 23

2.2.2 Indikator Perilaku Health Orientation .................................................... 27

2.2.3 Faktor-faktor Health Orientation ............................................................ 28

2.3 Hubungan Health Orientation dan Subjective Vitality............................... 29

2.3.1 Kerangka Berfikir.................................................................................... 33

2.4 Hipotesis ..................................................................................................... 36

3. METODE PENELITIAN ............................................................................. 37

3.1 Jenis Dan Desain Penelitian ....................................................................... 37

3.1.1 Jenis Penelitian ........................................................................................ 37

3.1.2 Desain Penelitian ..................................................................................... 38

3.2 Variabel Penelitian ..................................................................................... 38

3.2.1 Identifikasi Variabel ................................................................................ 38

3.2.2 Definisi Operasional dari Variabel Independen ...................................... 39

3.2.3 Definisi Operasional dari Variabel Dependen ........................................ 39

3.2.4 Hubungan Antar Variabel ....................................................................... 40

3.3 Populasi, Sampel, Dan Teknik Pengambilan Sampel Penelitian ............... 40

3.4 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 41

3.4.1 Metode Skala ........................................................................................... 41

3.5 Validitas dan Reliabilitas ........................................................................... 44

3.5.1 Validitas .................................................................................................. 44

Page 11: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

xi

3.5.1.1 Uji Validitas Skala Health Orientation ................................................ 44

3.5.1.2 Uji Validitas Skala Subjective Vitality ................................................. 45

3.5.2 Reliabilitas .............................................................................................. 47

3.5 Teknik Analisis Data .................................................................................. 48

3.6.1 Uji Asumsi .............................................................................................. 49

3.6.1.1 Uji Normalitas ...................................................................................... 49

3.6.1.2 Uji Linieritas ........................................................................................ 49

3.6.1.3 Uji Hipotesis ........................................................................................ 49

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................... 50

4.1 Persiapan Penelitian ................................................................................... 50

4.1.1 Orientasi Kancah Penelitian .................................................................... 50

4.1.2 Penyusunan Alat Ukur ............................................................................ 50

4.1.3 Uji Coba Instrumen (Try-Out) ................................................................ 52

4.2 Pelaksanaan Penelitian ............................................................................... 53

4.2.1 Proses Perijinan ....................................................................................... 53

4.2.2 Pengambilan Data ................................................................................... 53

4.2.3 Pelaksanaan Skoring ............................................................................... 54

4.3 Hasil Penelitian .......................................................................................... 55

4.3.1 Gambaran Subjek Penelitian ................................................................... 55

4.3.1.1 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin .................................... 55

4.3.1.2 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia .................................................... 56

4.3.1.3 Gambaran Subjek Berdasarkan Angkatan Mahasiswa ........................ 56

4.3.1.4 Gambaran Subjek Berdasarkan Jurusan ............................................... 57

Page 12: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

xii

4.3.2 Analisis Deskriptif .................................................................................. 57

4.3.3 Gambaran Subjective Vitality Mahasiswa Fakultas Ilmu

Keolahragaan Universitas Negeri Semarang .......................................... 58

4.3.3.1 Gambaran Umum Subjective Vitality pada Mahasiswa Fakultas

Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang ............................... 58

4.3.3.2 Gambaran Spesifik Subjective Vitality pada Mahasiswa Fakultas

Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang Berdasarkan

Aspek-aspek Subjective Vitality ........................................................... 60

4.3.3.2.1 Gambaran Spesifik Subjective Vitality Berdasarkan Aspek Merasa

Berenergi ............................................................................................ 60

4.3.3.2.2 Gambaran Spesifik Subjective Vitality Berdasarkan Aspek Merasa

Hidup Dengan Penuh Semangat ........................................................ 64

4.3.3.2.3 Gambaran Spesifik Subjective Vitality Berdasarkan Aspek Minat

Untuk Hidup....................................................................................... 66

4.3.3.2.4 Gambaran Spesifik Subjective Vitality Berdasarkan Aspek Tujuan

Hidup.................................................................................................. 69

4.3.3.2.5 Gambaran Spesifik Subjective Vitality Berdasarkan Aspek Merasa

Hidup.................................................................................................. 71

4.3.4 Gambaran Health Orientation Mahasiswa Fakultas Ilmu

Keolahragaan Universitas Negeri Semarang .......................................... 75

4.3.4.1 Gambaran Umum Health Orientation Pada Mahasiswa Fakultas

Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang ............................. 76

4.3.4.2 Gambaran Spesifik Health Orientation Pada Mahasiswa Fakultas

Page 13: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

xiii

Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang Berdasarkan

Indikator-Indikator Health Orientation ............................................. 78

4.3.4.2.1 Gambaran Spesifik Health Orientation Berdasarkan Indikator

Kesadaran Kesehatan ......................................................................... 78

4.3.4.2.2 Gambaran Spesifik Health Orientation Berdasarkan Indikator

Orientasi Informasi Kesehatan ........................................................... 81

4.3.4.2.3 Gambaran Spesifik Health Orientation Berdasarkan Indikator

Keyakinan Berorientasi Kesehatan .................................................... 84

4.3.4.2.4 Gambaran Spesifik Health Orientation Berdasarkan Indikator

Aktivitas Yang Sehat ......................................................................... 86

4.4 Hasil Pengujian Hipotesis .......................................................................... 91

4.4.1 Hasil Uji Asumsi ..................................................................................... 91

4.4.1.1 Hasil Uji Normalitas ............................................................................ 91

4.4.1.2 Hasil Uji Linieritas ............................................................................... 92

4.4.2 Hasil Uji Hipotesis .................................................................................. 92

4.5 Pembahasan ................................................................................................ 93

4.5.1 Pembahasan Analisis Deskriptif Subjective Vitality dan Health

Orientation .............................................................................................. 93

4.5.1.1 Analisis Deskriptif Subjective Vitality Pada Mahasiswa Fakultas

Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang ............................... 93

4.5.1.2 Analisis Deskriptif Health Orientation Pada Mahasiswa Fakultas

Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang ............................... 96

4.5.2 Pembahasan Analisis Statsitik Inferensial Health Orientation

Page 14: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

xiv

dengan Subjective Vitality Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu

Keolahragaan Universitas Negeri Semarang .......................................... 98

4.6 Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 103

5. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 104

5.1 Simpulan .................................................................................................... 104

5.2 Saran ........................................................................................................... 105

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 106

LAMPIRAN ..................................................................................................... 108

Page 15: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Blue Print Skala Health Orientation ...................................................... 42

3.2 Blue Print Skala Subjective Vitality ....................................................... 43

3.3 Hasil Uji Coba Skala Health Orientation .............................................. 45

3.4 Sebaran Baru Nomor Item Skala Health Orientation ............................ 45

3.5 Hasil Uji Coba Skala Subjective Vitality ................................................ 46

3.6 Sebaran Baru Nomor Item Skala Subjective Vitality ............................. 46

3.7 Hasil Try Out Uji Reliabilitas Health Orientation ................................. 48

3.8 Hasil Try Out Uji Reliabilitas Subjective Vitality .................................. 48

4.1 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ...................................... 55

4.2 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia ...................................................... 56

4.3 Gambaran Subjek Berdasarkan Angkatan Mahasiswa .......................... 56

4.4 Gambaran Subjek Berdasarkan Jurusan ................................................. 57

4.5 Penggolongan Kriteria Analisis Berdasarkan Mean Teoritik ................ 57

4.6 Distribusi Frekuensi Subjective Vitality ................................................. 59

4.7 Hasil Analisis Subjective Vitality ........................................................... 60

4.8 Distribusi Frekuensi Subjective Vitality Berdasarkan Aspek Merasa

Berenergi ............................................................................................... 62

4.9 Statistik Subjective Vitality Berdasarkan Aspek Merasa Berenergi ....... 63

4.10 Distribusi Frekuensi Subjective Vitality Berdasarkan Aspek Merasa

Hidup dengan Penuh Semangat ............................................................ 65

Page 16: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

xvi

4.11 Statistik Subjective Vitality Berdasarkan Aspek Merasa Hidup dengan

Penuh Semangat .................................................................................... 66

4.12 Distribusi Frekuensi Subjective Vitality Berdasarkan Aspek Minat

Untuk Hidup .......................................................................................... 67

4.13 Statistik Subjective Vitality Berdasarkan Aspek Minat Untuk Hidup .. 68

4.14 Distribusi Frekuensi Subjective Vitality Berdasarkan Aspek Tujuan

Hidup ..................................................................................................... 70

4.15 Statistik Subjective VitalityBerdasarkan Aspek Tujuan Hidup ............ 71

4.16 Distribusi Frekuensi Subjective Vitality Berdasarkan Aspek Merasa

Hidup ..................................................................................................... 72

4.17 Statistik Subjective Vitality Berdasarkan Aspek Merasa Hidup .......... 73

4.18 Ringakasan Deskriptif Subjective Vitality Tiap Aspek ........................ 74

4.19 Perbandingan Mean Empiris Tiap Aspek Subjective Vitality .............. 75

4.20 Distribusi Frekuensi Health Orientation .............................................. 77

4.21 Hasil Analisis Health Orientation ........................................................ 78

4.22 Distribusi Frekuensi Health Orientation Berdasarkan Indikator

Kesadaran Kesehatan ............................................................................ 79

4.23 Statistik Health Orientation Berdasarkan Indikator Kesadaran

Kesehatan .............................................................................................. 80

4.24 Distribusi Health Orientation Berdasarkan Indikator Orientasi

Informasi Kesehatan ............................................................................. 82

4.25 Statistik Health Orientation Berdasarkan Indikator Orientasi

Informasi Kesehatan ............................................................................. 83

Page 17: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

xvii

4.26 Distribusi Frekuensi Health Orientation Berdasarkan Indikator

Keyakinan Berorientasi Kesehatan ....................................................... 85

4.27 Statistik Health Orientation Berdasarkan Indikator Keyakinan

Berorientasi Kesehatan ......................................................................... 86

4.28 Distribusi Health Orientation Berdasarkan Indikator Aktivitas Yang

Sehat ...................................................................................................... 87

4.29 Statistik Health Orientation Berdasarkan Indikator Aktivitas Yang

Sehat ...................................................................................................... 88

4.30 Ringkasan Deskriptif Health Orientation Berdasarkan Tiap Indikator.89

4.31 Perbandingan Mean Empiris Tiap Indikator Health Orientation ........ 90

4.32 Hasil Uji Normalitas ............................................................................ 91

4.33 Hasil Uji Linierias ................................................................................ 92

4.34 Hasil Uji Hipotesis ............................................................................... 93

Page 18: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Berpikir .................................................................................. 35

3.1 Hubungan Antar Variabel ...................................................................... 40

4.1 Diagram Gambaran Subjective Vitality .................................................. 60

4.2 Diagram Gambaran Subjective Vitality Berdasarkan Aspek Merasa

Berenergi ................................................................................................. 63

4.3 Diagram Gambaran Subjective Vitality Berdasarkan Aspek Merasa

Hidup Dengan Penuh Semangat .............................................................. 65

4.4 Diagram Gambaran Subjective Vitality Berdasarkan Aspek Minat

Untuk Hidup ............................................................................................ 68

4.5 Diagram Gambaran Subjective Vitality Berdasarkan Aspek Tujuan

Hidup ....................................................................................................... 70

4.6 Diagram Gambaran Subjective Vitality Berdasarkan Aspek Merasa

Hidup ....................................................................................................... 73

4.7 Diagram Ringkasan Deskriptif Subjective Vitality ................................ 74

4.8 Diagram Perbandingan Mean Empiris Tiap Aspek Subjective Vitality . 75

4.9 Diagram Gambaran Health Orientation................................................. 77

4.10 Diagram Gambaran Health Orientation Berdasarkan Indikator

Kesadaran Kesehatan ............................................................................ 80

4.11 Diagram Gambaran Health Orientation Berdasarkan Indikator

Orientasi Informasi Kesehatan .............................................................. 83

Page 19: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

xix

4.12 Diagram Gambaran Health Orientation Berdasarkan Indikator

Keyakinan Berorientasi Kesehatan ....................................................... 85

4.13 Diagram Gambaran Health Orientation Berdasarkan Indikator

Aktivitas Yang Sehat ............................................................................ 88

4.14 Diagram Ringkasan Deskriptif Health Orientation ............................. 89

4.15 Diagram Perbandingan Mean Empiris Tiap Indikator Health

Orientation ............................................................................................ 90

Page 20: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Skala Uji Coba ....................................................................................... 109

2. Tabulasi Data Skor Uji Coba ................................................................. 116

3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Coba ........................................ 125

4. Skala Penelitian ...................................................................................... 136

5. Tabulasi Data Skor Penelitian ................................................................ 142

6. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Penelitian ....................................... 171

7. Hasil Uji Hipotesis ................................................................................. 181

8. Surat Izin Penelitian ............................................................................... 187

9. Surat Keterangan Sudah Penelitian ........................................................ 189

10. Surat Olah Data .................................................................................... 191

Page 21: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Individu lahir ke dunia ini dengan memperoleh berbagai nikmat dari

Tuhan, baik lahiriyah maupun fikriyah dan salah satu dari sekian banyak nikmat

itu adalah nikmat kemampuan untuk meneruskan kehidupan. Kemampuan

individu untuk meneruskan hidupnya mendorong individu untuk melakukan

berbagai aktivitas sehari-hari dalam rangka untuk memenuhi berbagai kebutuhan

hidupnya. Individu dalam menjalani kehidupan ini mendasari perilakunya untuk

terus bertahan hidup, bergerak maju, berkembang, dan bekerja sesuai

kemampuannya. Individu dalam menjalani aktivitasnya sehari-hari membutuhkan

energi. Energi tersebut akan digunakan individu untuk melakukan segala aktivitas

sehari-hari dalam rangka untuk memenuhi berbagai kebutuhannya hidupnya dan

agar mampu bertahan hidup. Kebutuhan akan energi bagi individu sangat penting

dan sangat diperlukan untuk bertahan hidup serta melanjutkan kehidupan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), kemampuan individu untuk

bertahan hidup dan melanjutkan kehidupan biasanya disebut dengan istilah

vitalitas atau vitality.

Vitalitas merupakan kemampuan individu untuk bertahan hidup dan

melanjutkan kehidupan sehingga individu membutuhkan energi untuk mampu

menjalani aktivitas hidupnya sehari-hari. Vitalitas dapat diartikan sebagai energi

yang berada dalam diri individu, energi ini penting dan mempunyai fungsi yang

Page 22: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

2

signifikan dalam mempengaruhi kesehatan dan motivasi individu. Vitalitas

sendiri terbagi menjadi 2 jenis, yaitu: vitalitas positif dan vitalitas negatif.

Pertama, vitalitas positif merupakan suatu keadaan dimana individu cenderung

terdorong untuk senantiasa semangat dalam menjalani segala aktivitasnya dan

tidak dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya. Suatu keadaan yang bebas

konflik, individu merasa tidak terbebani oleh kontrol eksternal, dan merasa

mampu melakukan tindakan yang efektif, kemudian menghasilkan vitalitas yang

positif (Ryan & Frederick, 1997: 530). Individu yang memiliki vitalitas positif,

maka individu akan lebih bugar secara fisik dalam setiap kegiatannya. Individu

tersebut akan merasa lebih hidup dan mampu menyelesaikan segala kegiatan atau

tugas yang diembannya. Individu yang memiliki vitalitas positif biasanya paham

mengenai pentingnya melanjutkan hidup, merasa mampu melakukan tindakan

yang bermanfaat, senantiasa bersemangat menjalani aktivitas kehidupan sehari-

hari, dan individu merasa tidak dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya.

Kedua, vitalitas negatif cenderung dikendalikan oleh kekuatan dari luar

dirinya yang mendorong individu untuk tidak bersemangat dalam menjalani

segala aktivitasnya dan senantiasa merasa gelisah, cemas, dan tertekan. Merasa

bergairah atau berenergi yang tidak diiringi dengan kontrol diri maka cenderung

membuat individu akan merasa gelisah, cemas, tertekan yang akan menghasilkan

vitalitas negatif (Ryan & Frederick, 1997: 531). Individu yang memiliki vitalitas

negatif maka individu akan merasa kurang bugar secara mental walaupun individu

tersebut dalam kondisi fisik yang sehat. Individu tersebut terlihat kurang produktif

jika dibandingkan dengan individu yang memiliki vitalitas positif yang mampu

Page 23: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

3

menyelesaikan segala kegiatan atau tugas yang diembannya. Individu yang

memiliki vitalitas negatif sering merasa gelisah, cemas, dan tertekan oleh

kekuatan dari luar dirinya yang mendorong individu menjadi kurang bersemangat

dalam menjalani aktivitas kehidupan serta menyelesaikan tugas hanya sebatas

menyelesaikan kewajibannya saja tanpa menikmati proses penyelesaian tugas

tersebut.

Kesadaran individu akan adanya vitalitas dalam dirinya mendorong

individu untuk merasa mampu bertahan hidup dan merasa benar-benar hidup.

Perasaan benar-benar hidup atau merasa bugar ini sering disebut dengan istilah

subjective vitality. Menurut Kamus Bahasa Inggris Oxford (2016), subjective

vitality merupakan suatu keadaan dimana individu yang merasa bugar memiliki

semangat dan keaktifan yang menjadikannya sebagai sumber energi kehidupan

serta merupakan gambaran nyata dari kegembiraan yang berasal dari energi yang

memunculkan semangat, antusias, dan spontanitas. Individu dengan perasaan

bugar mendasari segala aktivitas hidupnya dengan penuh semangat sehingga

individu tersebut dapat menyelesaikan tugas yang diembannya dengan penuh

tanggung jawab dan individu memilih cadangan energi lebih untuk menjalani

aktivitasnya tersebut.

Subjective vitality dapat meningkat di suatu waktu dan di lain waktu

perasaan bugar tersebut dapat menurun yang menyebabkan individu merasa tidak

bugar. Merasa benar-benar hidup merupakan aspek berharga berdasarkan

pengalaman individu. Individu merasa hidup atau merasa bugar dalam keadaan

tertentu atau dalam pengalaman tertentu, akan tetapi di lain konteks individu

Page 24: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

4

merasa mati atau tidak bugar (Ryan & Frederick, 1997: 530). Individu yang

memiliki pengalaman positif di masa lalu dan memperoleh suatu prestasi yang

membanggakan atau memperoleh penghargaan mendorong individu untuk

senantiasa merasa bugar. Sedangkan individu yang mempunyai pengalaman

negatif di masa lalu seperti memperoleh kegagalan maka akan mendorong

individu untuk tidak bugar dan membuat individu mudah cemas dan gelisah.

Menurut Ryan dan Frederick (1997: 531), menyatakan bahwa subjective

vitality dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor psikologis dan fisik. Faktor

psikologis merupakan faktor yang berasal dari psikologis dasar yang

mempengaruhi subjective vitality. Faktor tersebut meliputi jatuh cinta, tertekan,

depresi, marah, harga diri dan kepuasan yang berpengaruh pada peningkatan serta

penurunan subjective vitality. Sedangkan faktor fisik merupakan faktor yang

berasal dari simtom fisik yang mempengaruhi subjective vitality. Faktor tersebut

meliputi tantangan fisik, terluka, kelelahan, mengidap suatu penyakit, simtom

fisik biasa, keefektifan fungsi tubuh dan simtom dari somatik. Faktor-faktor

tersebut mempengaruhi peningkatan dan penurunan subjective vitality.

Individu dengan subjective vitality positif biasanya memiliki kontrol

pribadi yang lebih baik sehingga individu tersebut mampu mengontrol perasaan

cemas dan gelisah dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang dihadapinya.

Sedangkan individu subjective vitality negatif biasanya memiliki kontrol pribadi

yang kurang sehingga ketika dihadapkan pada suatu masalah, individu tersebut

akan mudah cemas dan gelisah. Merasa bugar atau berenergi merupakan kontrol

Page 25: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

5

pribadi terhadap perasaan gelisah atau tertekan yang diharapkan tidak

mempengaruhi subjective vitality seseorang (Ryan & Frederick, 1997: 531).

Individu dengan subjective vitality merasa lebih semangat dan merasa

lebih sehat secara mental karena individu tersebut merasa mampu menyelesaikan

tugas yang diembannya berdasarkan beberapa pengalaman positif individu dalam

menggunakan energi positifnya untuk meraih suatu prestasi di masa lalunya,

misalnya individu mempunyai pengalaman pernah memperoleh suatu prestasi di

jenjang pendidikan yang dialaminya pada masa lalu. Konsep pengalaman vitalitas

individu seperti sebuah penerimaan dan tanda fenomena penting dari “kesehatan

dari mental” yang diharapkan menjadi pengaruh psikologis dan faktor somatik

(Ryan & Frederick, 1997: 557).

Fenomena subjective vitality dapat didefinisikan sebagai suatu pengalaman

kesadaran diri bahwa dirinya memiliki energi dan gairah untuk hidup dimana

energi tersebut berasal dari kesehatan fisik dan jasmani sehingga individu merasa

hidup dan siap siaga dalam menyelesaikan berbagai tugas yang diembannya.

Subjective vitality diharapkan dapat menjadi kaitan antara pengalaman individu

yang berasal dari fungsi fisik kesehatan dan jasmani, yang terkait juga dengan

variabel agen, aktualisasi diri, dan kesejahteraan pribadi. Fenomena subjective

vitality didefinisikan sebagai suatu pengalaman kesadaran diri bahwa dirinya

memiliki energi dan gairah untuk hidup (Ryan & Frederick, 1997: 530). Individu

yang memiliki subjective vitality positif biasanya memiliki energi dan gairah yang

lebih untuk hidup serta mampu mencapai suatu prestasi seperti fenomena yang

ditemukan di lapangan bahwa pada bulan Maret 2016 Mahasiswa Unnes mampu

Page 26: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

6

memperoleh 2 emas, 1 perak dan 2 perunggu pada ajang kejuaraan karate tingkat

nasional. Berdasarkan fenomena ini menunjukkan bahwa jika individu

mempunyai subjective vitality positif individu bukan hanya mampu melanjutkan

hidup akan tetapi juga mampu meraih prestasi yang membanggakan.

Subjective vitality jika didefinisikan secara khusus merupakan perasaan

positif dari gairah dan energi pribadi yang dapat mempengaruhi aktivitas individu

sehari-hari. Individu akan merasa lebih bugar jika mendasari segala aktvitasnya

berdasarkan motivasi dari dalam diri individu yang mempunyai tujuan untuk

dapat melanjutkan kehidupannya. Menurut penelitian Ryan dan Frederick (1997:

557-558), menyatakan bahwa vitalitas yang lebih besar ketika individu merasa

lebih termotivasi diri oleh diri sendiri, dan kurang vital ketika individu

menganggap diri mereka dikendalikan oleh faktor eksternal seperti perawatan

perlakuan motivasi. Sebaliknya individu akan merasa kurang bugar apabila

mendasari segala kegiatan berdasarkan motivasi dari luar dirinya maka ketika

motivasi dari luar dirinya itu cenderung ke perilaku negatif maka individu itu

tidak berjuang meraih suatu prestasi yang membanggakan dan melakukan

perbuatan negatif yang menyimpang. Contohnya, seperti fenomena yang

ditemukan di media massa liputan6.com yang diunggah pada tanggal 05 Januari

2017 ada mahasiswa tingkat akhir di salah satu perguruan swasta yang berusia 24

tahun. Mahasiswa tersebut membuat sebuah akun di instagram yang isinya

penawaran menjadi model dan jika ada yang berminat diminta menghubungi si

pelaku. Modus penipuannya, peserta yang telah menghubungi tersangka diminta

mengirimkan foto berpakaian rapi, setengah bugil, dan foto bugil. Pelaku juga

Page 27: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

7

berjanji tidak akan menyebarluaskan foto-foto tersebut, akan tetapi pelaku hanya

membohongi para korbannya. Sehingga ada 48 korban yang telah tertipu oleh

kata-kata si pelaku, 10 diantaranya sudah diajak ketemuan dan disetubuhi. Pada

03 Januari 2017, pelaku ditangkap polisi dan dijatuhi hukuman penjara selama 5

sampai 15 tahun. Berdasarkan fenomena diatas mahasiswa mengalami subjective

vitality negatif sehingga mahasiswa tersebut tidak menggunakan kemampuannya

untuk meraih prestasi di bidang akademik dan melakukan perbuatan menyimpang

dari nilai moral.

Selain adanya dua jenis subjective vitality diatas, ada faktor lain yang

penting dipelajari dalam mempelajari subjective vitality yaitu pelatihan kesadaran

diri. Pelatihan kesadaran diri ini juga diperlukan agar individu sadar bahwa

dirinya memiliki energi dan gairah untuk hidup serta individu dapat meningkatkan

kualitas dirinya. Pelatihan kesadaran diri dasar merupakan salah satu upaya untuk

menjadikan mahasiswa sehat secara psikologis. Hal ini juga dapat digunakan

untuk meningkatkan kesehatan emosional dan kesejahteraan bagi mahasiswa

termasuk energi dan perasaan bugar, serta dapat digunakan untuk meningkatkan

fungsi adaptif dan prestasi belajar mahasiswa di perguruan tinggi (Buchanan,

2015). Pelatihan kesadaran diri ini sangat berguna jika diberikan kepada

mahasiswa dengan tujuan untuk meningkatkan kesehatan emosional mahasiswa

dan meningkatkan prestasi belajar serta meningkatkan fungsi adaptif mahasiswa

sehingga mahasiswa bukan hanya mampu bertahan hidup dan melanjutkan hidup,

akantetapi juga bermanfaat bagi individu disekitarnya.

Page 28: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

8

Pelatihan kesadaran diri tidak hanya berguna bagi mahasiswa saja akan

tetapi dapat juga diberikan kepada dewasa madya yang masih produktif agar

individu tersebut dapat berfungsi penuh dalam menyelesaikan segala tugas yang

diembannya. Moynihan dkk. (2015), mengadakan penelitian mengenai pelatihan

kesadaran diri yang dikaitkan dengan kualitas tidur pada dewasa madya.

Karakteristik tingkat individu, kesadaran diri yang dikaitkan dengan kualitas tidur

yang baik dan perasaan bugar lebih tinggi diantara orang dewasa madya.

Kesadaran diri juga dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk menjaga

kualitas tidurnya dan tidur seefisien mungkin di malam hari yang kemudian dapat

meningkatkan kebugaran fisik, kebugaran mental dan merasa berenergi di siang

hari.

Mahasiswa juga mengalami problem subjective vitality terbukti dari studi

pendahuluan dengan metode wawancara yang diadakan pada tanggal 13-15 Juni

2017, dari hasil studi pendahuluan dengan 12 responden didapatkan beberapa

definisi subjective vitality dan pengalaman individu mengenai subjective vitality

dalam kehidupan sehari-hari. Menurut responden kebugaran fisik adalah bugar

secara fisik, dan sehat secara kognitif. Sedangkan yang dimaksud dengan

kebugaran mental merupakan suatu keadaan dimana individu merasa sehat secara

psikis, mempunyai cara berfikir yang sehat, bisa mengendalikan emosi, tidak ada

pikiran yang membebani individu, mampu berfikir realistis, dan memiliki pikiran

positif. Keadaan fisik individu juga mampu mempengaruhi kesehatan mental

individu. 12 responden tersebut juga menyatakan mengenai perasaannya dalam

menjalani hidupnya seperti merasa senang, enjoy, penuh semangat, sangat

Page 29: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

9

menikmati aktivitasnya, cukup optimis, penuh antusias, dan bersyukur atas nikmat

dari Tuhan. Akan tetapi pada suatu waktu individu akan merasakan muncul

beberapa perasaan negatif seperti penuh semangat apabila ada tugas yang harus

segera diselesaikan, mendasari aktivitasnya berdasarkan naik atau turunnya mood,

kadang merasa jenuh, lelah dan ingin menyerah dari suatu masalah yang sedang

dihadapi.

Menurut 12 responden, hidup merupakan suatu pilihan yang mana ketika

kita melakukan sesuatu akan berpengaruh terhadap diri kita sendiri dan sekeliling

kita. hidup ini sangat menarik, banyak hal yang tidak terduga sebelumnya,

dinikmati saja, perlu disyukuri dan dijalani dengan ikhlas. Akan tetapi terkadang

hidup itu terasa aneh, kadang tanpa tujuan sehingga bingung juga mau melakukan

apa. Selain itu, hidup penuh dengan masalah dan cita-cita sehingga memerlukan

beberapa alternatif penyelesaian masalah. 12 responden di atas mempunyai

keinginan untuk menjalani suatu aktivitas yang bermanfaat atau menjalani suatu

profesi sebagaimana yang saat ini sedang diperjuangkan dan dapat bermanfaat

bagi sesama. Individu yang merasa bergairah, berenergi, bersemangat dan

mempunyai cadangan energi lebih akan mendorong individu untuk meneruskan

hidup, mempertahankan hidupnya dan mempunyai usaha untuk mampu

mengoptimalkan segala kemampuannya agar individu mampu meraih sesuatu

yang telah menjadi tujuan hidupnya.

Subjective vitality atau merasa bugar sudah sering disinggung dalam

penelitian terdahulu akan tetapi bahasan tentang subjective vitality secara

mendalam dan pentingnya subjective vitality dalam mempengaruhi kehidupan

Page 30: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

10

individu sehari-hari masih perlu dikembangkan lagi. Bahasan subjective vitality

sendiri penting dipelajari lebih mendalam karena perasaan bugar tersebut

merupakan suatu variabel yang tidak terlihat dan perlu kemampuan berfikir secara

mendalam terkait proses mental individu. Subjective vitality secara tidak langsung

dapat mempengaruhi perolehan energi dalam diri individu dan pengeluaran energi

yang dibutuhkan untuk menyelesaikan segala tugas yang diembannya. Sehingga

individu yang mempunyai perasaan bugar positif dapat menggunakan

kemampuannya secara optimal dan mampu meraih prestasi yang diinginkan

individu tersebut sedangkan individu yang memiliki perasaan bugar negatif

memiliki kecenderungan untuk kurang optimal dalam menggunakan kemampuan

yang dimilikinya dan cenderung mendapat hambatan yang lebih banyak dalam

meraih suatu prestasi yang diinginkannya.

Subjective vitality dibutuhkan oleh seluruh individu di dunia ini untuk

bertahan hidup terutama bagi mahasiswa yang baru belajar untuk hidup mandiri

dan jauh dari orang tua dimana ketika merantau individu akan dihadapkan dengan

banyakanya masalah seputar kehidupan yang tidak jarang akan menimbulkan

menurunnya kemampuan individu untuk mempertahankan hidupnya. Salah satu

problem yang sering dialami mahasiswa yaitu terhambatnya proses individu

dalam meraih prestasi akademiknya yang berasal dari banyaknya masalah yang

dihadapi mahasiswa di dunia kampus. Individu yang merasa bergairah, berenergi,

dan bersemangat dalam menjalani setiap aktivitasnya akan mendorong individu

untuk meneruskan hidup dan mempertahankan hidupnya serta senantiasa siap

siaga untuk menerima tugas yang belum terduga sebelumnya. Individu dengan

Page 31: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

11

perasaan bugar mempunyai usaha untuk mampu mengoptimalkan segala

kemampuannya agar individu mampu meraih sesuatu yang telah menjadi tujuan

hidupnya. Individu dengan perasaan bugar mempunyai kesadaran untuk mampu

tampil selalu bergairah dan bersemangat. Hal itu menyebabkan, individu yang

merasa bugar mempunyai pandangan untuk senantiasa menjaga kesehatan agar

selalu produktif setiap hari dan mempunyai cadangan energi lebih dalam rangka

mengoptimalkan segala potensi yang dimilikinya.

Individu yang sadar akan pentingnya merasa bugar setiap hari maka akan

timbul dalam dirinya bagaimana berperilaku untuk hidup sehat hari ini dan hari

selanjutnya. Individu yang mempunyai kesadaran kesehatan maka akan timbul

dalam dirinya untuk menjaga dirinya agar selalu sehat dan terhindar dari penyakit.

Selain itu, individu juga akan mencari informasi kesehatan untuk mendukung pola

hidup sehat. Oleh karena itu, individu dapat memulai dengan pola hidup sehat

melalui makan makanan yang bergizi seimbang, berolahraga rutin, istirahat yang

cukup, tidur yang cukup, menghindari penggunaan zat terlarang dan menghindari

seks bebas dan sebagainya. Berolahraga, label nutrsi pembaca, penggunaan

layanan kesehatan dan mencari informasi kesehatan dapat mencerminkan orientasi

kesehatan umum seseorang (Dutta-Bergmann, 2003). Orientasi kesehatan adalah

variabel motivasi yang menyentuh minat konsumen dalam mempertahankan

kehidupan yang sehat dan mendorong membiasakan perilaku hidup sehat (Dutta-

Bergmann, 2004).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, health orientation merupakan

suatu pandangan yang mendasari pikiran individu dan mempunyai pengaruh

Page 32: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

12

terhadap reaksi individu untuk senantiasa menjaga keadaan dirinya agar dalam

keadaan sehat, baik secara fisik maupun mental. Individu cenderung untuk

mencari informasi kesehatan untuk menjaga agar dirinya senantiasa dalam

keadaan sehat agar mampu menyelesaikan tugas-tugas yang diembannya. Selain

itu, untuk menjaga kesehatan di masa depan juga diperlukan berbagai upaya

seperti berpola hidup sehat, makan makanan bernutrisi seimbang, olahraga rutin,

cukup istirahat dan pencegahan penyakit sejak dini melalui imunisasi. Fenomena

di lapangan yang diambil dari data BPS mengenai persentase balita yang pernah

mendapat imunisasi campak tahun 2015 sebesar 71,36% dari jumlah total balita di

seluruh Indonesia. Berdasarkan fenomena ini menunjukkan bahwa individu yang

paham mengenai pentingnya health orientation maka individu tersebut akan

memiliki kecenderungan untuk berperilaku hidup sehat agar tetap sehat kini dan

nanti. Berdasarkan hasil penelitian milik Dutta-Bergmann (2004) menyatakan

bahwa “pengaruh negatif sebagian besar diberikan televisi pada hasil kesehatan,

dapat dikatakan bahwa individu sadar kesehatan tidak akan melihat media sebagai

sumber daya informasi kesehatan primer”. Individu dengan health orientation

lebih memilih mencari informasi kesehatan melalui sumber informasi yang jelas

seperti konsultasi dengan ahli kesehatan, karena apabila individu mencari

informasi melalui televisi kadang malah mengarahkan individu pada perilaku

konsumtif dan banyak iklan tentang junk food serta produk snack yang kurang

baik jika sering dikonsumsi oleh individu.

Seringkali masalah kesehatan dan frustrasi yang dialami oleh banyak

individu pada satu waktu dalam kehidupan individu merupakan masalah yang

Page 33: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

13

berasal dari kecenderungan psikologis yang merusak kesehatan dan kebugaran

fisik (Dutta-Bergmann, 2004). Individu yang memiliki sadar kesehatan yang

tinggi maka akan memiliki orientasi perilaku kesehatan tinggi pula. Akan tetapi

tidak semua individu yang telah memiliki kesadaran untuk menjaga kesehatan

memiliki pola hidup sehat, adapula yang berpola hidup tak sehat karena adanya

faktor seperti stress, gelisah atau merasa tertekan sehingga individu enggan

menjaga pola hidup sehat. Seringkali masalah kesehatan dan frustrasi yang

dialami oleh banyak individu pada satu waktu dalam kehidupan individu

merupakan masalah yang berasal dari kecenderungan psikologis yang merusak

kesehatan dan kebugaran fisik (Dutta-Bergmann, 2004).

Mahasiswa juga mengalami problem health orientation terbukti dari studi

pendahuluan dengan metode wawancara yang diadakan pada tanggal 13-15 Juni

2017, dari hasil studi pendahuluan dengan 12 responden didapatkan beberapa

definisi health orientation dan pengalaman individu mengenai health orientation

dalam kehidupan sehari-hari Menurut 12 responden arti kesehatan itu sangatlah

penting dan berarti. Kesehatan sendiri berasal dari sehat fisik, mental dan

sosialnya. Sadar kesehatan berawal dari diri sendiri baru ke orang lain. Arti sadar

kesehatan merupakan pentingnya kesehatan bagi diri sendiri, suatu hal yang utama

karena dengan sehat kita mampu melakukan aktivitas yang baik/positif dan peduli

terhadap tubuh mereka. Individu yang sadar kesehatan pasti mempertimbangkan

sesuatu sesuai dengan faktor kesehatan, tidak memaksakan diri, tidak membuang-

buang energi untuk hal yang tidak berguna. 12 responden mencari informasi

tentang kesehatan melalui media massa seperti internet, blogspot, media sosial,

Page 34: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

14

instagram kesehatan, melihat talkshow kesehatan di TV, buku kesehatan, lewat

media sosial, sharing kesehatan dengan teman, dosen, dan dokter. Akan tetapi ada

beberapa responden yang mencari informasi kesehatan itu bukan berasal dari

keinginannya sendiri akan tetapi karena adanya tugas kuliah yang terkait dengan

kesehatan.

Menurut 12 reponden menjaga kesehatan berawal dari diri sendiri baru ke

orang lain. Menjaga lingkungan yang bersih bertujuan untuk melindungi individu

dari berbagai penyakit. Menjaga pola makan di masa muda akan mempengaruhi

kehidupan di masa tua, karena kalau sakit di masa tua itu cukup merugikan.

Sehingga individu perlu berpola hidup sehat agar mampu menjalani aktivitas

sehari-hari dengan maksimal. Upaya responden dalam menjaga kesehatan melalui

disiplin waktu, pola makan harus ada sayur, setiap hari bergerak, mengatur pola

makan, mengatur pola istirahat, olahraga secukupnya, memperbanyak minum air

putih, memperbanyak senyum, mengurangi hal yang tidak penting, tetap menjaga

kondisi tubuh, menjaga lingkungan tempat tinggal yang bersih dan nyaman.

Selain itu, selalu membersihkan kotoran yang mengganggu kesehatan dan

menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

Individu dengan pengetahuan kesehatan yang kurang cenderung

menggunakan zat seperti suplemen ataupun multivitamin dan mengabaikan

asupan gizi seimbang padahal kenyataannya asupan gizi seimbanglah yang lebih

penting dan dibutuhkan oleh tubuh sedangkan suplemen dan multivitamin hanya

sebagai pelengkap nutrisi saja. Menurut penelitian Steger, 2015 melaporkan

bahwa individu yang aktif dan menjaga komitmen untuk menjaga kesehatan

Page 35: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

15

mereka, pada kenyataannya individu tampak lebih sehat sedangkan individu yang

memiliki pengetahuan kesehatan yang kurang atau mengabaikan kesehatan

mempunyai kemungkinan besar menggunakan zat tertentu. Sehingga adanya

kesadaran untuk menjaga kesehatan diri maka perlu adanya keyakinan dalam diri

individu agar selalu menjaga pola hidup sehat untuk kehidupan sekarang maupun

untuk kehidupan yang akan datang.

Dari beberapa uraian di atas peneliti ingin mengetahui secara lebih

mendalam mengenai hubungan antara health orientation dengan subjective vitality

pada mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang,

penulis bermaksud mengadakan penelitian mengenai hubungan antara health

orientation dengan subjective vitality pada mahasiswa Fakultas Ilmu

Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana gambaran dari health orientation pada mahasiswa Fakultas Ilmu

Keolahragaan Universitas Negeri Semarang?

2. Bagaimana gambaran dari subjective vitality pada mahasiswa Fakultas Ilmu

Keolahragaan Universitas Negeri Semarang?

3. Apakah ada hubungan antara health orientation dengan subjective vitality pada

mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang?

Page 36: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

16

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan

masalah diatas. Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui gambaran health orientation pada mahasiswa Fakultas Ilmu

Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

2. Untuk mengetahui gambaran subjective vitality pada mahasiswa Fakultas Ilmu

Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

3. Menguji hubungan antara health orientation dengan subjective vitality pada

mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1.4.1 Teoritis

1. Bagi pembaca: dapat menambah pengetahuan pembaca tentang hubungan

antara health orientation dengan subjective vitality pada mahasiswa Fakultas

Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

2. Bagi peneliti berikutnya: dapat menjadi referensi penelitian berikutnya.

1.4.2 Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan perasaan bugar pada diri

setiap individu agar individu mempunyai arahan perilaku hidup sehat sehingga

dapat mengoptimalkan segala potensi yang dimilikinya dan dapat berfungsi secara

penuh di segala bidang.

Page 37: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

17

BAB 2

LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

2.1 Subjective Vitality

2.1.1 Definisi Subjective Vitality

Istilah vitality secara etimologi berasal dari ide tentang hidup dan

didefinisikan sebagai sebuah kekuatan alamiah atau prinsip hidup (Ryan &

Frederick, 1997: 534). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016),

kemampuan individu untuk bertahan hidup dan melanjutkan kehidupan biasanya

disebut dengan istilah vitalitas atau vitality. Individu dalam melanjutkan

kehidupan mempunyai banyak aktivitas yang perlu untuk segera diselesaikan dan

individu memerlukan energi untuk mampu menyelesaikan tugas-tugas yang

diembannya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), subjective vitality

merupakan suatu perasaan individu mengenai suatu hal yang mendasari individu

untuk bertahan hidup dan melanjutkan hidupnya. Individu yang merasa

pentingnya melanjutkan hidup maka individu tersebut memiliki semangat untuk

dapat segera menyelesaikan tugas yang diembannya. Menurut Kamus Bahasa

Inggris Oxford (2016), subjective vitality merupakan suatu keadaan dimana

individu yang merasa bugar memiliki semangat dan keaktifan yang

menjadikannya sebagai sumber energi kehidupan serta merupakan gambaran

nyata dari kegembiraan yang berasal dari energi yang memunculkan semangat,

Page 38: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

18

antusias, dan spontanitas. Individu yang merasa bugar mempunyai semangat akan

pentingnya melanjutkan hidup dan menjadikannya sebagai sumber energi yang

cukup untuk menjalani kehidupannya dan mampu mengoptimalkan segala potensi

yang dimilikinya.

Energi sendiri mempunyai beberapa macam definisi, yang diantaranya

disebut dengan chi dalam bahasa China dan ki dalam bahasa Jepang. Chi dalam

bahasa Tionghoa adalah aliran energi atau energi pemula. Aliran chi atau energi

adalah tenaga dari alam dan tubuh individu yang menyatu. Menurut kamus jisho

(2016), ki merupakan gambaran energi dari dalam tubuh yang menghubungkan

antara pikiran, hati, dan kekuatan spiritual. Keselarasan antara energi alam dan

energi dalam tubuh sangat diperlukan individu untuk menghubungkan pikiran,

hati dan kekuatan spiritual individu sehingga individu mampu menjalankan segala

aktivitasnya sehari-hari. Energi chi atau ki dapat juga ditingkatkan dengan dzikir,

meditasi, dan yoga.

Menurut Sarwono (2009: 150), dalam pandangan psikodinamikanya

menyatakan bahwa manusia mempunyai dua insting dasar, yaitu insting hidup

(eros) dan insting mati (thanatos). Insting hidup ini yang mendorong individu

untuk merasa hidup dan mempunyai motivasi untuk meneruskan hidupnya.

Merasa benar-benar hidup merupakan aspek berharga berdasarkan pengalaman

manusia (Ryan & Frederick, 1997: 530). Individu yang mempunyai pengalaman

positif di masa lalu cenderung memiliki perolehan energi yang lebih besar untuk

meneruskan hidup. Perasaan individu yang bebas dari tekanan dan konflik,

mempunyai perolehan energi bebas konflik dari eros, terlebih mereka

Page 39: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

19

menunjukkan vitalitas, kreativitas, dan energi dalam Freud 1923/1962 (Ryan &

Frederick, 1997: 531). Insting hidup yang dimiliki individu mendorong individu

untuk tetap hidup dan mengoptimalkan segala potensi yang dimilikinya untuk

mencukupi kebutuhan hidupnya. Individu merasa hidup atau merasa bugar dalam

keadaan tertentu atau dalam pengalaman tertentu, akantetapi di lain konteks

individu merasa mati atau tidak bugar (Ryan & Frederick, 1997: 530). Individu

terkadang merasa penuh semangat dan berenergi untuk beraktivitas akantetapi

terkadang individu merasa kurang bugar karena dipengaruhi oleh faktor mood dan

suasana hati individu tersebut. Individu yang merasakan gairah positif dan penuh

energi mampu mengarahkan dirinya untuk memiliki sumber energi cadangan

dalam menyelesaikan tugas yang diembannya.

Individu yang merasa vital tidak memerlukan suatu alasan dalam

menjalankan aktivitasnya sehari-hari, dan apabila individu memerlukan suatu

alasan maka individu membutuhkan suatu alasan yang kekal untuk menjaga

mentalnya tetap bugar dan mampu menyelesaikan segala aktivitas yang

diembannya. Laporan khusus vitalitas lebih besar ketika mereka merasa lebih

termotivasi oleh diri sendiri, dan kurang vital ketika mereka merasa dirinya

dikontrol oleh kekuatan dari luar dirinya, seperti diarahkan oleh ukuran dari

motivasi perlakuan dalam dua keadaan (Ryan & Frederick, 1997: 557-558).

Individu yang dikontrol oleh kekuatan dari luar dirinya maka individu tersebut

kurang merasa bugar karena jika kekuatan itu menghilang maka individu akan

kebingungan untuk menemukan pengganti alasan tersebut.

Page 40: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

20

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa subjective vitality

adalah perasaan individu mengenai perolehan sumber energi dan perolehan

cadangan energi individu yang berasal dari dalam diri individu yang

menyebabkan individu merasa bergairah, merasa berenergi dan penuh semangat

dalam menjalani segala aktivitasnya sehari-hari.

2.1.2 Aspek Pembentuk Subjective Vitality

Aspek pembentuk subjective vitality menurut Ryan (1997: 539), antara

lain:

1. Merasa berenergi

Individu yang merasa bugar mempunyai cukup energi untuk menjalankan

segala aktivitasnya sehari-hari. Individu tersebut akan merasa berenergi dan

mempunyai cadangan energi lebih untuk mampu menjalankan segala aktivitasnya

sepanjang waktu. Individu tersebut membutuhkan waktu istirahat yang cukup

sedikit untuk memulihkan energinya. Individu tersebut juga senantiasa terlihat

berenergi ketika fisiknya telah merasa lelah. Individu yang merasa berenergi juga

terlihat sangat menikmati aktivitasnya sehari-hari. Individu tersebut juga akan

lebih termotivasi untuk menjalani hidupnya dan mampu menyelesaikan tugas-

tugas yang diembannya. Individu juga akan merasa lebih hidup dalam menjalani

aktivitasnya sehari-hari.

2. Merasa hidup dengan penuh semangat

Individu yang merasa benar-benar hidup akan menyelesaikan tantangan

hidup yang dihadapinya dengan mengerahkan segala potensi yang dimilikiniya

dan pantang menyerah dalam menghadapi tantangan hidup tersebut. Individu

Page 41: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

21

tersebut senantiasa merasa lebih hidup, penuh semangat. Individu tersebut juga

akan merasa dirinya bersemangat dan menemukan makna semangat dalam

menjalani aktivitasnya sehari-hari.

3. Memiliki minat dalam hidup.

Individu yang merasa bugar mempunyai keinginan untuk melanjutkan

hidup dan individu tersebut terlihat lebih menikmati hidupnya. Individu

mempunyai minat untuk terus meneruskan hidupnya walaupun kenyataan hidup

kadang tidak sesuai dengan harapan individu. Individu juga menjalankan segala

aktivitasnya dengan penuh makna, bukan hanya menyelesaikan tugasnya sekadar

untuk menyelesaikan tanggung jawabnya saja. Individu juga akan merasa

berfungsi penuh dalam menjalani aktivitasnya sehari-hari.

4. Tujuan hidup.

Individu yang memiliki perasaan bugar mempunyai tujuan yang ingin

dicapai dalam hidupnya. Tujuan hidup yaitu sesuatu yang menjadi pilihan,

memberi nilai khusus serta dijadikan tujuan yang ingin dicapai dala hidup ini.

Individu juga mempunyai rencana untuk hidup lebih baik di masa mendatang.

Individu tersebut juga akan berusaha untuk memaksimalkan segala potensi yang

dimilikinya agar tercapai apa yang telah direncanakannya.

5. Merasa hidup.

Individu yang memiliki perasaan bugar senantiasa merasa lebih hidup.

Individu yang merasa bugar senantiasa selalu siap menghadapi masalah hidupnya,

individu juga siap menerima tugas baru, merasa siap siaga dan terhindar dari

bosan dan mengantuk ketika menjalankan aktivitasnya. Individu tersebut juga

Page 42: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

22

akan menjaga suasana hatinya agar terhindar dari rasa malas dan senantiasa siap

untuk menerima tugas baru yang tidak terduga sebelumnya. Individu juga akan

merasa lebih hidup dalam menjalani aktivitasnya sehari-hari.

2.1.3 Faktor-faktor Subjective Vitality

Menurut Ryan dan Frederick (1997: 531), menyatakan bahwa ada

beberapa faktor yang mempengaruhi subjective vitality, yaitu:

1. Faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi subjective vitality,

antara lain:

a. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor dari dalam diri individu yang

mempengaruhi subjective vitality individu. Faktor internal tersebut meliputi

perkembangan kepribadian individu, persamaan, persatuan, keselarasan berfikir

dan emosi individu, mempunyai misi atau tujuan yang ingin diraih, kontrol

otonom diri, kemampuan, dan kepuasan. Faktor tersebut dapat juga

mempengaruhi tinggi rendahnya subjective vitality individu.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor dari luar individu yang mempengaruhi

subjective vitality individu. Faktor tersebut meliputi uang, ketenaran individu,

daya tarik individu terhadap suatu hal, tantangan fisik, terluka, sakit, terkena

bencana dan ingin meraih prestasi akademik yang tinggi. Faktor tersebut dapat

juga mempengaruhi tinggi rendahnya subjective vitality individu.

2. Faktor-faktor fisik dan psikologis yang mempengaruhi subjective vitality,

antara lain:

Page 43: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

23

a. Faktor Fisik

Faktor fisik yang mempengaruhi subjective vitality meliputi tantangan

fisik, terluka, kelelahan, mengidap suatu penyakit, simtom fisik biasa, keefektifan

fungsi tubuh, dan simtom dari somatik. Faktor tersebut dapat juga mempengaruhi

tinggi rendahnya subjective vitality individu.

b. Faktor Psikologis

Faktor psikologis dasar yang mempengaruhi subjective vitality meliputi

jatuh cinta, tertekan, depresi, marah, harga diri dan kepuasan yang berpengaruh

pada peningkatan serta penuruan subjective vitality. Faktor tersebut dapat juga

mempengaruhi tinggi rendahnya subjective vitality individu.

2.2 Health Orientation

2.2.1 Definisi Health Orientation

Istilah health orientation berasal dari penjelasan para ahli yang kurang

puas dengan definisi dari health behavior. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu

penjelasan yang lebih terkait penyebab adanya health behavior dan mengapa

individu mempertahankan health behavior maka kemudian muncullah suatu

pandangan yang tidak terkait fisik saja, akantetapi terkait dengan konsep berpikir

individu yang mampu mempengaruhi health behavior dan kemampuan individu

mempertahankan health behavior yang disebut dengan health orientation.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), health orientation

merupakan suatu pandangan yang mendasari pikiran individu dan mempunyai

pengaruh terhadap reaksi individu untuk senantiasa menjaga keadaan dirinya agar

dalam keadaan sehat, baik secara fisik maupun mental. Menurut Kamus Bahasa

Page 44: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

24

Inggris Oxford (2016), health orientation merupakan suatu pandangan individu

atau sesuatu yang relatif menjadi pedoman berfikir individu untuk bertingkah laku

yang mengarah pada keadaan individu yang bebas dari luka dan penyakit.

Individu yang memiliki gambaran hidup sehat kini dan nanti biasanya memiliki

kecenderungan untuk mencari informasi kesehatan untuk menjaga agar dirinya

senantiasa dalam keadaan sehat agar mampu menyelesaikan tugas-tugas yang

diembannya. Individu tersebut juga berusahan untuk menghindari luka dan sakit

karena hal tersebut cukup merugikan individu.

Individu yang memiliki orientasi hidup sehat biasanya mempunyai

targetan untuk berpola perilaku hidup sehat yang mendorong individu untuk

memiliki motivasi dalam diri yang kuat untuk menjaga pola berfikir hidup

sehatnya. Individu yang memiliki internal locus of control tinggi memiliki

tanggung jawab terhadap kesehatan pribadi lingkungan, dan self-efficacy tingkat

tinggi, individu yang berorientasi menjaga kesehatan tubuh dan pikiran juga lebih

mungkin untuk terlibat dalam makan sehat (Dutta & Youn, 1999; Rimal, Flora, &

Schooler, 1999). Selain itu, individu juga membutuhkan asupan informasi untuk

mendukung individu berpandangan hidup sehat. Berolahraga, label nutrisi

pembaca, penggunaan layanan kesehatan dan mencari informasi kesehatan dapat

mencerminkan orientasi kesehatan umum individu (Dutta-Bergmann, 2004).

Individu yang memiliki kontrol diri yang besar dalam menjaga agar senantiasa

sehat mengarahkan individu untuk berusaha menjaga kesehatan tubuh dengan

berolahraga, mencari informasi tentang asupan gizi seimbang dan mencari

informasi kesehatan melalui berbagai media massa maupun media sosial. Hal ini

Page 45: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

25

dilakukan individu agar individu selalu mempunyai pandangan pentingnya hidup

sehat kini dan nanti.

Para peneliti mendefinisikan kesehatan orientasi sebagai "gairah yang

diarahkan pada tujuan untuk terlibat dalam perilaku kesehatan preventif"

(Moorman & Matulich, 1993, hal. 210). Perilaku kesehatan preventif lebih efektif

dibandingkan perilaku kesehatan kuratif. Perilaku kesehatan preventif lebih

cenderung ke individu yang masih sehat dan mempunyai gambaran untuk terus

menjaga kesehatan sedangkan perilaku kesehatan kuratif lebih cenderung ke

pengobatan dimana individu tersebut telah sakit dan membutuhkan obat untuk

sembuh dan hal ini cukup merugikan individu.

Orientasi kesehatan adalah variabel motivasi yang menyentuh minat

konsumen dalam mempertahankan kehidupan yang sehat dan mendorong

membiasakan perilaku hidup sehat (Dutta-Bergman, 2004). Orientasi kesehatan

memanifestasikan itu diri di sikap, kognitif, dan perilaku alam (Dutta-Bergman,

2004a; 2004b, 2004c, Petty & Cacioppo, 1986). Orientasi kesehatan adalah

konseptualisasi sebagai komitmen terhadap nilai-nilai dan sikap yang menekankan

gaya hidup sehat, hubungan dengan orang lain yang mendorong dan mendukung

perilaku sehat, dan keterlibatan pribadi dalam perilaku meningkatkan kesehatan

(Costa, 1996). Seringkali masalah kesehatan dan frustrasi yang dialami oleh

banyak orang pada satu waktu dalam kehidupan individu merupakan masalah

yang berasal dari kecenderungan psikologis yang merusak kesehatan dan

kebugaran fisik (Dutta-Bergman, 2004). Individu yang memiliki orientasi

kesehatan mengarahkan individu agar mempunyai komitmen sikap yang

Page 46: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

26

menekankan pola hidup sehat, mempertahankan hidup sehat, membiasakan hidup

sehat dan meningkatkan kesehatan. Akan tetapi individu tidak bisa terhindar dari

masalah kesehatan seperti frustrasi, dengan penanganan yang kurang tepat

mengakibatkan individu masuk ke taraf stress dimana stress ini bukan hanya

mempengaruhi kesehatan mental akan tetapi mampu mempengaruhi kesehatan

fisik individu.

Individu dengan pengetahuan kesehatan yang kurang cenderung

menggunakan zat seperti suplemen ataupun multivitamin dan mengabaikan

asupan gizi seimbang padahal kenyataannya asupan gizi seimbanglah yang lebih

penting dan dibutuhkan oleh tubuh sedangkan suplemen dan multivitamin hanya

sebagai pelengkap nutrisi saja. Orang-orang yang aktif dan menjaga komitmen

untuk menjaga kesehatan individu, pada kenyataannya individu tampak lebih

sehat sedangkan individu yang memiliki pengetahuan kesehatan yang kurang atau

mengabaikan kesehatan mempunyai kemungkinan besar menggunakan zat

tertentu (Steger, 2015).

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa health orientation

merupakan suatu pandangan yang mendasari pikiran individu tentang pentingnya

memiliki gambaran hidup sehat kini dan nanti yang mengarahkan individu agar

menjaga kesehatan dan meningkatkan kesehatan individu sehingga individu

mampu menyelesaikan tugas-tugas yang diembannya serta terhindar dari luka dan

sakit.

Page 47: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

27

2.2.2 Indikator Perilaku Health Orientation

Indikator perilaku health orientation dalam penelitian Dutta-Bergmann

(2004: 275), antara lain:

1. Kesadaran kesehatan.

Kesadaran kesehatan merupakan suatu keadaan dimana individu sadar

akan pentingnya menjaga kesehatan. Individu yang mempunyai kesadaran

kesehatan akan mempunyai gambaran ke depan untuk hidup sehat, mempunyai

sikap positif kesehatan dan berperilaku pola hidup sehat. Pola pikir individu yang

sadar kesehatan akan mendorong individu untuk merencanakan hidup yang sehat

kini dan nanti. Hal tersebut kemudian mempengaruhi aktivitas individu sehari-hari

sehingga individu mempunyai orientasi untuk melakukan pencegahan terhadap

penyakit dengan berolahraga, mengdindarkan diri dari terluka dan sakit serta

berusaha untuk rutin makan makanan yang sehat.

2. Orientasi informasi kesehatan.

Orientasi informasi kesehatan merupakan suatu keadaan dimana individu

senantiasa mencari dan melihat informasi tentang kesehatan. Mencari informasi

kesehatan dapat dilakukan individu melalui majalah, TV, label nutrisi dan artikel-

artikel terkait kesehatan. Hal tersebut akan mempengaruhi individu untuk

mendidik dirinya agar berperilaku hidup sehat sesuai dengan infomasi kesehatan

yang telah diterima oleh individu.

3. Keyakinan orientasi kesehatan.

Keyakinan orientasi kesehatan merupakan suatu keadaan dimana individu

mempunyai keyakinan untuk mengarahkan hidupnya agar senantiasa hidup sehat

Page 48: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

28

kini dan nanti. Hal ini terkait dengan keinginan individu untuk pentingnya hidup

sehat di masa sekarang dan merencanakan hidup sehat di masa tuanya nanti.

Keyakinan orientasi kesehatan akan mengarahkan individu untuk mempunyai

perilaku hidup sehat dengan makan makanan sehat, olahraga, dan sebagainya.

4. Aktivitas yang sehat.

Aktivitas yang sehat merupakan suatu keadaan dimana individu

mempunyai perilaku hidup sehat dan mempunyai upaya menjaga dirinya agar

tetap sehat. Contohnya, makan makanan yang bergizi seimbang, berolahraga rutin,

istirahat yang cukup, tidur yang cukup, menghindari penggunaan zat terlarang dan

menghindari seks bebas.

2.2.3 Faktor-faktor Health Orientation

Faktor-faktor yang mempengaruhi health orientation dalam penelitian

Dutta-Bergmann (2004: 285), antara lain:

1. Faktor Intenal

Faktor internal merupakan faktor dari dalam diri individu yang

mempengaruhi health orientation individu. Faktor internal tersebut meliputi

perkembangan kepribadian individu, kesadaran individu akan pentingnya hidup

sehat, kontrol emosi individu, mempunyai misi atau tujuan yang ingin diraih.

Faktor tersebut dapat juga mempengaruhi tinggi rendahnya health orientation

individu.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor dari luar diri individu yang

mempengaruhi health orientation individu. Faktor eksternal tersebut meliputi

Page 49: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

29

mencari informasi kesehatan melalui artikel kesehatan, koran, majalah,

komunikasi dengan ahli kesehatan. Selain itu, faktor kebersihan lingkungan

seperti terkena bencana, mewabahnya penyakit menular juga dapat mempengaruhi

health orientation individu. Faktor eksternal tersebut dapat mempengaruhi tinggi

rendahnya health orientation individu.

2.3 Hubungan Health Orientation dan Subjective Vitality

Individu dalam menjalani kehidupan ini mendasari perilakunya untuk terus

bertahan hidup, bergerak maju, berkembang, dan bekerja sesuai kemampuannya.

Kemampuan individu untuk terus bertahan hidup, individu membutuhkan energi

yang akan digunakan untuk melakukan segala aktivitas sehari-hari dalam rangka

untuk memenuhi berbagai kebutuhannya dan agar mampu bertahan hidup.

Kebutuhan akan energi bagi individu sangat penting dan sangat diperlukan untuk

bertahan hidup serta melanjutkan kehidupan. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2016), kemampuan individu untuk bertahan hidup dan melanjutkan

kehidupan biasanya disebut dengan istilah vitalitas atau vitality.

Subjective vitality adalah perasaan individu tentang adanya gairah, merasa

berenergi, dan penuh semangat yang berasal dari dalam diri individu untuk

menghubungkan pikiran, hati dan kekuatan spiritual individu yang menjadi dasar

perolehan sumber energi individu yang mengarahkan individu untuk merasa

hidup, memiliki sumber energi cadangan dan mempunyai motivasi untuk

melanjutkan kehidupan sehingga individu mampu menyelesaikan tugas-tugas

yang diembannya. Aspek pembentuk subjective vitality yaitu merasa berenergi,

Page 50: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

30

merasa hidup dengan penuh semangat, minat untuk hidup, tujuan hidup, dan

merasa hidup.

Individu membutuhkan subjective vitality untuk mendasari kegiatan yang

dilakukan agar senantiasa semangat dalam melakukan segala kegiatan. Subjective

vitality juga merupakan indikator yang unik dan penting untuk dipelajari guna

untuk meningkatkan atau mempertahankan kondisi psikologis dasar kebutuhan

untuk otonomi, kompetensi, dan keterkaitan yang puas. Perasaan positif manusia

dalam melakukan berbagai pekerjaan dapat menjadi energi tersendiri dan individu

akan merasa puas.

Individu yang merasa bergairah, berenergi, dan bersemangat dalam

menjalani setiap aktivitasnya akan mendorong individu untuk meneruskan hidup

dan mempertahankan hidupnya serta senantiasa siap siaga untuk menerima tugas

yang belum terduga sebelumnya. Individu dengan perasaan bugar mempunyai

usaha untuk mampu mengoptimalkan segala kemampuannya agar individu

mampu meraih sesuatu yang telah menjadi tujuan hidupnya. Individu dengan

perasaan bugar mempunyai kesadaran untuk mampu tampil selalu bergairah dan

bersemangat. Pengolahan kesadaran diri tentang pentingnya kualitas tidur untuk

meningkatkan kesejahteraan diri dapat dipengaruhi oleh tingginya subjective

vitality individu (Moynihan, 2015: 729). Individu yang memperhatikan kualitas

tidurnya mendorong individu untuk menjaga kualitas tidurnya dan berpola hidup

sehat agar individu merasa bugar serta memperoleh cadangan energi dalam

menjalankan segala aktivitasnya sehari-hari.

Page 51: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

31

Perasaan bugar atau subjective vitality diperlukan individu untuk

memperoleh cadangan energi yang cukup untuk menjalankan segala aktivitas

individu sehari-hari. inidividu yang memiliki subjective vitality tinggi maka akan

merasa lebih energik, sehat mental mampu menyelesaikan masalah dalam

hidupnya. Hidup otentik mempunyai hubungan positif dengan tingginya

subjective vitality sehingga menyebabkan individu merasa lebih energik, sehat

mental, dan mampu membantu individu untuk mengatasi hidup sulit secara lebih

efektif (Akin, 2014: 2047). Individu yang memiliki hidup otentik maka akan

cenderung lebih energik dan bersemangat dalam menjalani segala aktivitas

hidupnya.

Merasa bugar sendiri berasal dari kekuatan yang diperoleh dari dalam

individu karena apabila individu menyadarkan dirinya berdasarkan kekuatan dari

luar dirinya maka individu akan cenderung mudah merasa tidak bugar. Individu

yang memiliki kendali otonom merasa lebih segar dan alami, mempunyai

subjective vitality yang tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak mampu

mengendalikan kendali otonomnya (Golestoneh, 2011: 2994). Kekuatan dari

dalam diri individu pun perlu dikontrol agar memperoleh subjective vitality yang

tinggi sehingga individu dapat memaksimalkan kemampuan yang dimilikinya

untuk menyelesaikan segala aktivitasnya sehari-hari.

Individu yang sadar akan pentingnya merasa bugar setiap hari maka akan

timbul dalam dirinya bagaimana berperilaku untuk hidup sehat hari ini dan hari

selanjutnya. Individu yang mempunyai kesadaran kesehatan maka akan timbul

dalam dirinya untuk menjaga dirinya agar selalu sehat dan terhindar dari penyakit.

Page 52: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

32

Selain itu, individu juga akan mencari informasi kesehatan untuk mendukung pola

hidup sehat. Oleh karena itu, individu dapat memulai dengan pola hidup sehat

melalui makan makanan yang bergizi seimbang, berolahraga rutin, istirahat yang

cukup, tidur yang cukup, menghindari penggunaan zat terlarang dan menghindari

seks bebas dan sebagainya. Berolahraga, label nutrsi pembaca, penggunaan

layanan kesehatan dan mencari informasi kesehatan dapat mencerminkan orientasi

kesehatan umum seseorang (Dutta-Bergmann, 2003). Hal itu menyebabkan,

individu yang merasa bugar mempunyai pandangan untuk senantiasa menjaga

kesehatan agar selalu produktif setiap hari dan mempunyai cadangan energi lebih

dalam rangka mengoptimalkan segala potensi yang dimilikinya.

Health orientation merupakan kesatuan antara gambaran pikiran individu

tentang kesehatan di masa depan yang menyebabkan individu memilih untuk

berpola hidup sehat. Individu terdiri dari kesatuan jiwa dan raga atau disebut juga

sebagai “psychosomatic unity” artinya bagian yang satu dengan bagian yang

lainnya saling mempengaruhi (Komarudin, 2013: 1). Telah disebutkan diatas

bahwa pentingnya melakukan aktivitas fisik, yang salah satunya yaitu

berolahraga. Selain itu, olahraga bukan hanya menjaga fisik menjadi sehat

akantetapi juga mampu mempengaruhi kesehatan mental individu. Psikologi

kesehatan dan pengobatan perilaku tidak hanya memerhatikan bagaimana keadaan

psikologi memengaruhi kesehatan, tetapi juga bagaimana kesehatan dan penyakit

dapat memengaruhi pengalaman psikologis individu, termasuk kognitif, stres, dan

kemampuan mengatasi masalah (coping) (King, 2012: 406). Mengatasi masalah

Page 53: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

33

psikologis biasanya melalui berbagai terapi psikologis dan terapi perilaku untuk

meningkatkan kesehatan psikologis individu.

Health orientation merupakan suatu pandangan yang mendasari pikiran

individu tentang pentingnya memiliki gambaran hidup sehat kini dan nanti yang

berasal dari diri individu untuk berusaha menjaga kesehatan tubuh dengan

berolahraga, mencari informasi tentang asupan gizi seimbang dan mencari

informasi kesehatan yang mengarahkan individu agar mempunyai komitmen sikap

yang menekankan gaya hidup sehat, mempertahankan hidup sehat, dan

membiasakan hidup sehat untuk menjaga agar dirinya senantiasa dalam keadaan

sehat dan meningkatkan kesehatan individu sehingga individu mampu

menyelesaikan tugas-tugas yang diembannya serta individu yang bebas dari luka

dan penyakit. Indikator-indikator perilaku dari health orientation yaitu kesadaran

kesehatan, orientasi informasi kesehatan, keyakinan berorientasi kesehatan, dan

aktivitas yang sehat.

2.3.1 Kerangka Berfikir

Health orientation merupakan suatu pandangan yang mendasari pikiran

individu tentang pentingnya memiliki gambaran hidup sehat kini dan nanti yang

berasal dari diri individu untuk berusaha menjaga kesehatan tubuh dengan

berolahraga, mencari informasi tentang asupan gizi seimbang dan mencari

informasi kesehatan yang mengarahkan individu agar mempunyai komitmen sikap

yang menekankan gaya hidup sehat, mempertahankan hidup sehat, dan

membiasakan hidup sehat untuk menjaga agar dirinya senantiasa dalam keadaan

sehat dan meningkatkan kesehatan individu sehingga individu mampu

Page 54: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

34

menyelesaikan tugas-tugas yang diembannya serta individu yang bebas dari luka

dan penyakit.

Health orientation dipengaruhi oleh beberapa indikator perilaku seperti,

kesdaran kesehatan, orientasi informasi kesehatan, keyakinan orientasi kesehatan,

dan aktivitas yang sehat. Keempat indikator health orientation ini juga

mempengaruhi subjective vitality individu sehingga individu merasa berenergi dan

mempunyai cadangan energi lebih untuk menjalankan segala aktivitasnya sehari-

hari. Hal ini memunculkan adanya hubungan tinggi rendahnya health orientation

individu yang akan mempengaruhi tinggi rendahnya subjective vitality individu.

Individu membutuhkan subjective vitality untuk mendasari kegiatan yang

dilakukan agar senantiasa semangat dalam melakukan segala kegiatan. Subjective

vitality juga merupakan indikator yang unik dan penting untuk dipelajari guna

untuk meningkatkan atau mempertahankan kondisi psikologis dasar kebutuhan

untuk otonomi, kompetensi, dan keterkaitan yang puas. Perasaan positif manusia

dalam melakukan berbagai pekerjaan dapat menjadi energi tersendiri dan merasa

puas.

Individu yang merasa bergairah, berenergi, dan bersemangat dalam

menjalani setiap aktivitasnya akan mendorong individu untuk meneruskan hidup

dan mempertahankan hidupnya serta senantiasa siap siaga untuk menerima tugas

yang belum terduga sebelumnya. Individu dengan perasaan bugar mempunyai

usaha untuk mampu mengoptimalkan segala kemampuannya agar individu

mampu meraih sesuatu yang telah menjadi tujuan hidupnya. Individu dengan

perasaan bugar mempunyai kesadaran untuk mampu tampil selalu bergairah dan

Page 55: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

35

Aspek Pembentuk Subjective Vitality:

1. Merasa Berenergi

2. Merasa Hidup dengan Penuh Semangat

3. Minat untuk Hidup

4. Memiliki Tujuan Hidup

5. Merasa Hidup

bersemangat. Hal itu menyebabkan, individu yang merasa bugar mempunyai

pandangan untuk senantiasa menjaga kesehatan agar selalu produktif setiap hari

dan mempunyai cadangan energi lebih dalam rangka mengoptimalkan segala

potensi yang dimilikinya.

2.1 Gambar Kerangka Berfikir

Health Orientation

Indikator Health Orientation:

1. Kesadaran Kesehatan

2. Orientasi Informasi Kesehatan

3. Keyakinan Orientasi Kesehatan

4. Aktivitas yang Sehat

Subjective Vitality

Page 56: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

36

2.4 Hipotesis

Berdasarkan kajian pustaka sebagaimana diuraikan di atas, maka hipotesis

yang diajukan dalam penelitian ini adalah: ada hubungan yang signifikan antara

health orientation dengan subjective vitality pada mahasiswa Fakultas Ilmu

Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

Page 57: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

104

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil anlisis data penelitian dan pembahasan yang telah

dilakukan dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

1. Gambaran umum health orientation pada mahasiswa Fakultas Ilmu

Keolahragaan Universitas Negeri Semarang berada pada kategori tinggi.

Health orientation memiliki empat indikator perilaku yang masing-masing

memiliki nilai persentase pada kategori sangat tinggi cenderung tinggi dan

sedang, berikut rinciannya: kesadaran kesehatan berada pada kategori sangat

tinggi, orientasi informasi kesehatan berada pada kategori sedang, keyakinan

berorientasi kesehatan berada pada kategori sangat tinggi, dan aktivitas yang

sehat berada pada kategori tinggi.

2. Gambaran umum subjective vitality pada mahasiswa Fakultas Ilmu

Keolahragaan Universitas Negeri Semarang berada pada kategori tinggi.

Subjective vitality memiliki 5 aspek yag masing-masing memiliki nilai

persentase pada kategori tinggi dan sedang, berikut rinciannya: merasa

berenergi berada pada kategori tinggi, merasa hidup dengan penuh semangat

berada pada kategori sedang, minat untuk hidup berada pada kategori tinggi,

tujuan hidup berada pada kategori tinggi, dan merasa hidup berada pada

kategori tinggi.

Page 58: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

105

3. Ada hubungan positif yang signifikan antara health orientation dengan

subjective vitality pada mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas

Negeri Semarang.

5.2 Saran

1. Bagi mahasiswa:

Bagi mahasiswa diharapkan lebih memahami makna dari health

orientation dan subjective vitality, karena 2 variabel tersebut memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap kesehatan fisik dan mental individu. Apabila mahasiswa

memiliki health orientation dan subjective vitality yang tinggi maka individu juga

cenderung menjadi mahasiswa yang lebih aktif dalam kegiatan positif di kampus

dan dapat mendorong individu untuk meningkatkan prestasi belajarnya di kampus.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan pada peneliti selanjutnya yang hendak meneliti ataupun

hendak mengembangkan penelitian sejenis, untuk mencari referensi secara

mendalam dan mengeksplorasi variabel health orientation dan subjective vitality

secara mendalam. Peneliti selanjutnya juga dapat mengembangkan penelitian ini

dengan metode penelitian kualitatif.

3. Lembaga Terkait

Diharapkan lembaga terkait peduli dengan tingkat health orientation dan

subjective vitality pada mahasiswa serta memberikan arahan kepada mahasiswa

agar individu senantiasa merasa bugar dan memiliki health orientation yang tinggi

sehingga ke depannya mahasiswa dapat memaksimalkan potensi yang dimilikinya

dan meraih prestasi yang membanggakan.

Page 59: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

106

DAFTAR PUSTAKA

Akin, U. A. (2014). Investigating the Predictive Role of Authenticity on Subjective Vitality with Structural Equation Modelling. Educational Sciences: Theory & Practice, 2043-2048.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, S. (Metode Penelitian). 2001. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. (2012). Validitas dan Reliabilitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Buchanan, N. K. (2015). A Brief Mindfulness Intervention for Healthy College Study and

Its Effects on Psychological Distress, Self-Control, Meta-Mood, and Subjective Vitality. Mindfullness, 1071-1081.

Dutta-Bergmann, M. J. (2004). Primary Sources of Health: Comparisons in the Domain

of Health Attitudes, Healt Cognitions, and Health Behaviors. Health Communication, 273-288.

Dutta-Bergman, Mohan J. 2004. An Alternative Approach to Social Capital: Exploring

the Linkage Between Health Consciousness and Community Participation. Journal Health Communication. Vol. 16, No. 4, 393–409

Dutta-Bergman, Mohan J. 2004. A Descriptive Narrative of Healthy Eating: A Social

Marketing Approach Using Psychographics in Conjunction with Interpersonal, Community, Mass Media and New Media Activities. Journal Health Marketing Quarterly, Vol. 20 No. 3

Emine gocet tekin, b. s. (2014). An Investigation of the Predictive Role of Authenticity

on Subjective Vitality. Education Sciences: Theory & Practice, 2063-2070. Glen A. Nix, R. M. (1999). Revitalization through Self-Regulation: The Effects of

Autonomous and Controlled Motivation on Happiness and Vitality. Journal of Experimental Social Psychology , 266-284.

King, L. A. (2012). Psikologi Umum: Sebuah pandangan apresiatif. Jakarta: Salemba Humanika.

Komarudin. (2013). Psikologi Olahraga. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Moynihan, P. L. (2015). Components of Sleep Quality as Mediators of the Relation

Between Mindfulness and Subjective Vitality Among Older Adults. Mindfulness, 723-731.

Purwanto, E. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif. Semarang: UnnesPress.

Page 60: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

107

Richard M. Ryan, C. F. (1997). On Energy, Personality, and Health: Subjective Vitality as a Dynamic Reflection of Well-Being. Journal of Personality, 529-565.

Sarlito W. Sarwono, E. A. (2012). Psikologi Sosial. Jakarta : Salemba Humanika. Sugiyono. (2013). Metode Penenlitian Kuantitaif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta. Terence J. Bostic, D. M. (2000). A Validation of the Subjective Vitality Scale using

Structural Equation Modeling. Social Indicators Research, 313-324.

Vali Khalkhali, S. M. (2011). Examining the impact of teacher motivational style and competiton result on student' subjective vitality and happines in physical education. Procedia Social and Behavioral Sciences, 2989-2995.

Page 61: HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION DENGAN …lib.unnes.ac.id/30201/1/1511412073.pdfviii ABSTRAK Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada

192