himpunan naskah nasional & internasional (i) moedjiono
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
HIMPUNAN NASKAH (I) SEMINAR-WORKSHOP-FORUM DISKUSI-
ORASI ILMIAH-RISET (NASIONAL & INTERNASIONAL)
Dr. Moedjiono, M.Sc.
POGRAM STUDI: MAGISTER ILMU KOMPUTER (MKOM) UNIVERSITAS BUDI LUHUR
JAKARTA 2006
i
KATA PENGANTAR
Dengan selalu mengucap puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat, taufik dan
hidayah-Nya, penyusun dapat menghimpun naskah-naskah seminar, workshop, forum diskusi, orasi
ilmiah, dan paper laporan hasil riset, yang pernah disampaikan pada forum-forum nasional maupun
internasional baik di dalam maupun di luar negeri, mewakili komunitas atau sebagai Delegasi Republik
Indonesia, dalam jangka waktu mulai bulan September 2003 sampai dengan Juli 2006, yang diberi judul
”Himpunan Naskah (I) Seminar – Workshop - Forum Diskusi - Orasi Ilmiah – Riset (Nasional &
Internasional)”.
Buku himpunan naskah ini disusun sebagai bahan untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan
yang pernah dialami dan disampaikan penghimpun bagi rekan-rekan sejawat, komunitas teknologi
informasi dan komunikasi, para mahasiswa, dan bagi diri sendiri, yang suatu saat mungkin memerlukan
bahan atau referensi dalam penugasan terkait, penulisan karya-karya ilmiah, maupun pengetahuan
praktis.
Seperti kata pepatah, bahwa tak ada gading yang tak retak, tak ada karya tulis yang sempurna, tak
ada lembaran putih yang tak berbercak, penyusun sangat mengharapkan tanggapan, kritik dan saran-
saran penyempurnaan.
Semoga buku himpunan naskah ini bermanfaat bagi yang membutuhkan, Amin.
Jakarta, 31 Juli 2006
Penyusun,
Dr. Moedjiono, M.Sc.
ii
DAFTAR ISI
I. Nasional: Halaman
1. “The Implementation of Information Technology in Government Office Adminis- 1 tration”; Seminar: Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI); Bogor, 15 September 2003.
2. “Pengembangan e-Government”; Rakorda Komunikasi dan Informasi Tim Koordinasi 13 Telematika Indonesia (TKTI); Manado, 24-25 September 2003.
3. “Penyiapan Perangkat Hukum dalam Upaya Memajukan Industri Kreatif di Indonesia”; 23 Sosialisasi UU No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta; Bogor, 9 Maret 2004.
4. “Program Implementasi Telematika di Indonesia”, Lokakarya Nasional Produk 38 Komoditi Teknologi dalam Bidang Kelapa Sawit, Teknologi Informasi dan Material”, LIPI, Jakarta, 15 April 2004.
5. “Rancangan Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (RUU ITE)”; 48 Sosialisasi Kebijakan dan Strategi Pengembangan e-Government dan RUU ITE; Pontianak, 27 April 2004.
6. "Masa Depan Teknologi Informasi bagi Terciptanya Health Information System"; 67 Naskah Simposium Nasional Telemedicine Fakultas Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 10 Juli 2004.
7. "Masa Depan Teknologi Informasi bagi Terciptanya Health Information System"; 76 Slide Simposium Nasional Telemedicine Fakultas Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 10 Juli 2004.
8. "Pengembangan dan Penerapan Aplikasi Telematika di Lingkungan Pemerintah"; 84 Seminar Sehari Dislitbangal, Jakarta, 22 Juli 2004.
9. “Peranan Pembangunan Bidang Telematika dalam Membangun Masyarakat 102 Informasi”; Orasi Ilmiah, Wisuda Program Diploma, Sarjana dan Pasca Sarjana ke XXXV Universitas Darul Ulum; Jombang, 25 Juli 2004.
10. "Implementasi Teknologi Informasi dalam rangka Pelaksanaan Inpres No.3/2003 113 dan Good Governance guna Menunjang Optimalisasi Pelayanan Publik"; Seminar e-Government: Road to Public Services, Warta Ekonomi, Jakarta, 28 Juli 2004.
11. "Strategi Peningkatan Manajemen Organisasi Menuju e-Government"; Launching dan 131 Lokakarya e-Government di Lingkungan Depdiknas, Jakarta, 8 September 2004.
12. “Peran Telematika dalam Pengembangan UKM”; Dialog Interaktif Generasi Muda 154 Pembangunan Indonesia; Jakarta, 10 September 2004.
13. “Peranan Teknologi Informasi dalam Ekonomi Baru”; Talkshow dalam rangka 12th 161 Indocomtech; Media Indonesia-Dyandra Promosindo, Jakarta Convention Center, 9 Oktober 2004.
14. “Pemanfaatan Fasilitas KPU”; Workshop Pemanfaatan Idle Capacity Fasilitas IT – KPU; 169 Jakarta, 11 Nopember 2004.
15. “Pengembangan Aplikasi Layanan Pajak”; Workshop Peningkatan Layanan 176 Pajak Kepada Wajib Pajak; Jakarta, 12 Nopember 2004.
16. “Pemanfaatan Free/Open Source Software (FOSS) dan Linux di Dunia Bisnis & Pemerin- 185 tahan”; Seminar Sehari Linux di Dunia Bisnis & Pemerintahan; Jakarta, 1 Desember 2004.
17. “e-Government Roadmap Program”; Workshop Inisiatif Roadmap to e-Government; 194 Jakarta, 4 Januari 2005.
18. "Sistem dan Media Informasi Negara dalam Mencegah, Menyelesaikan Konflik dan 202
iii
Membangun Perdamaian Berkelanjutan"; Workshop The New Generation of Religious Leaders, Banjarmasin, 6 Januari 2005.
19. “Kebijakan dan Strategi Pengembangan e-Government”, Rapat Kerja 207 Pembahasan Pengembangan Sistem Informasi Keuangan, Kementerian Riset dan Teknologi; Jakarta, 24 Pebruari 2005.
20. “Kebijakan Pembangunan Industri Telematika”; Seminar Nasional Indonesia 231 Software Developers Day; Hotel Bidakara Jakarta, 2 Maret 2005.
21. “Program Pengembangan Aplikasi e-Government”; Seminar e-Government Kementerian 239 Ristek; Jakarta, 5 Maret 2005.
22. “e-Government dan Sistem Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Secara Elektronik 259 (e-Procurement)”; Workshop e-Government dan e-Procurement Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK); Jakarta, 15 Maret 2005.
23. "Strategi Pengembangan Telematika di Indonesia"; Diskusi Santai Telematika – Membe- 272 dah Problem Umat dalam Penguasaan Telematika; Masjid Istiqlal, Jakarta, 19 Maret 2005.
24. “Peranan Teknologi Informasi dalam Pembangunan Ekonomi dan Persaingan Dunia 291 Usaha”; Naskah Seminar Nasional Perspektif Ekonomi Indonesia Lima Tahun Kedepan, Ikatan Alumni Magister Manajemen Universitas Sumatera Utara (IKA-MM-USU); Balai Raya Tiara Convention, Medan, 20 Maret 2005.
25. “Peranan Teknologi Informasi dalam Pembangunan Ekonomi dan Persaingan Dunia 301 Usaha”; Slide Seminar Nasional Perspektif Ekonomi Indonesia Lima Tahun Kedepan, Ikatan Alumni Magister Manajemen Universitas Sumatera Utara (IKA-MM-USU); Balai Raya Tiara Convention, Medan, 20 Maret 2005.
26. “e-Security Challenges for e-Government”; Seminar Bellua Cyber Security Asia 2005; 314 Borobudur Hotel Jakarta, 23 March 2005.
27. “Strategi Pengembangan Telematika Indonesia dan Implikasinya terhadap Pengem- 323 bangan Sumber Daya Manusia”; Orasi Ilmiah, Wisuda Sarjana dan Akhli Madya Sekolah Tinggi Teknologi Telkom, Tahun Akademik 2004/2005; Bandung, 26 Maret 2005.
28. “Kebijakan Pemerintah tentang Standar Aksesibilitas Website di Indonesia”; Seminar 336 dan Peluncuran Web Accessibility; Jakarta, 31 Maret 2005.
29. “Peranan Telematika dalam Pembangunan Masyarakat Informasi Indonesia yang Damai dan 347 Sejahtera”; Orasi Ilmiah, Wisuda Pascasarjana, Sarjana dan Akhli Madya Universitas Budi Luhur dan Akademi Sekretari Budi Luhur; Jakarta Convention Center, Jakarta, 8 April 2005.
30. “Grand Design Rencana Implementasi Sistem Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah 359 Secara Elektronik (e-Procurement)”; Workshop e-Procurement Departemen Pertanian; Jakarta, 11 April 2005.
31. "Pembangunan Telematika dalam rangka menunjang Pengelolaan Infokom yang 366 Profesional"; Rakorda Infokom dan Kehumasan Tahun 2005, Semarang, 14 April 2005.
32. "Strategi Pengembangan Aplikasi/Content Lokal"; Breakfast Meeting Asosiasi Penye- 384 lenggara Multimedia Indonesia (APMI); Jakarta, 12 Mei 2005.
33. “Implementasi Teknologi Informasi di Perpustakaan Nasional dalam Kaitannya dengan 389 Penyelenggaraan e-Government“; Seminar dan Peluncuran Situs WEB Resmi Perpustakaan Nasional RI versi 2005; Jakarta, 26 Mei 2005.
34. “Penerapan e-Government dan Pengelolaan Portal Nasional www.indonesia.go.id”; 406 Workshop Penerapan e-Government di Lingkungan Departemen Hukum dan HAM RI; Jakarta, 27 Mei 2005.
35. “Pengembangan Portal Nasional www.indonesia.go.id”; Workshop Portal Nasional 416
iv
Sekretariat Negara RI, Jakarta, 30 Mei 2005. 36. “Peran e-Procurement dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan (BUMN & Swasta)”; 426
Seminar e-Procurement – Menaikkan Kinerja Melalui e-Procurement Management; Hotel Peninsula, Jakarta, 31 Mei 2005.
37. “Pengelolaan Sistem Informasi Manajemen Hak Pencipta dengan Menerapkan Electronic 441 Record Management”; Seminar Nasional tentang Sarana Kontrol Teknologi dan Informasi Manajemen Hak Pencipta, Depkumham; Jakarta, 13 Juni 2005.
38. “Strategi dan Kebijakan Pembangunan Telematika”; Rapat Pra-Munas APTIKOM dan 454 Seminar Nasional “Meneropong Industri Software di Indonesia”, Asosiasi Perguruan Tinggi Informatika dan Komputer (APTIKOM); Yogyakarta, 21-22 Juni 2005.
39. “Peranan Telematika dalam Persaingan Global”; Orasi Ilmiah, Wisuda STMIK dan AMIK 462 Jayanusa Padang; Hotel Rocky Padang, 16 Juli 2005.
40. “Free/Open Source Software (FOSS/OSS) dan Program Indonesia Goes Open Source (IGOS)”; 473 Seminar Nasional Open Source Budi Luhur Goes Open Source; Jakarta, 25 September 2005.
41. “Sistem Pembelajaran Secara Elektronik (e-Learning)”; Seminar Nasional e-Learning 481 Universitas Bina Nusantara; Jakarta, 28 September 2005.
42. "Pembangunan Telecenter dalam rangka Mengatasi Kesenjangan Digital"; Seminar 493 Bappenas-UNDP, Hotel Hyatt Jakarta, 14 Desember 2005.
43. "Konferensi Tingkat Tinggi Pembangunan Masyarakat Informasi (World Summit on 504 the Information Society – WSIS) dan Tindak Lanjut Implementasinya di Indonesia"; Seminar Fakultas Pascasarjana Universitas Budi Luhur (UBL); Jakarta, 11 Maret 2006.
44. “Kebijakan Pengembangan SDM Telematika dalam rangka mengatasi masalah Kesenjangan 519 Digital di Indonesia”; Temu Pakar Depkominfo dalam rangka Mewujudkan Pengembangan SDM di bidang Telematika/ICT”; Jakarta, 25 April 2006.
45. "Konferensi Tingkat Tinggi Dunia Menuju Masyarakat Informasi (World Summit on 537 the Information Society – WSIS)"; Forum Diskusi Tindak Lanjut WSIS: Cybersecurity, Internet Governance dan Public Private Partnership, Jakarta, 10 Mei 2006.
46. "Inisiatif Teknopreneurship bidang Telematika di Indonesia"; Seminar Nasional 550 Teknopreneurship FTI Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Salatiga, 7 Juni 2006.
47. "Teknologi Voice over Internet Protocol (VoIP)/Internet Teleponi untuk Kepentingan Publik 562 (ITKP)"; Naskah Seminar VoIP/ITKP; Gelora Bung Karno Jakarta, 9 Juni 2006.
48. “Penyelenggaraan Voice over Internet Protocol (VoIP)/Internet Teleponi untuk Kepentingan 564 Publik (ITKP) di Indonesia”; Slide Seminar VoIP/ITKP; Gelora Bung Karno, Jakarta, 9 Juni 2006.
49. ”Penelitian dan Pengembangan Bidang Telematika”; Temu Ilmiah Peneliti Balitbang SDM 570 Kominfo; Wisma Tugu Depag RI, Cisarua Bogor, 21 Juli 2006.
v
II. Internasional:
1. "Information and Communication Technology Policy and Development"; The 2nd Asian IT 582 Summit 2004, Hyderabad Andhra Pradesh India, 12-13 January 2004.
2. "The National Initiatives for Promoting ICT Development"; Asia-Pacific Telecommunications 586 and ICT Development Forum (ADF); Goa India, 18-21 July 2004.
3. "Indonesia's Draft Law on Information and Electronic Transaction"; Cybercrime Legislation 600 and Enforcement Capacity Building Conference of Experts; Hanoi, Vietnam, 25-27 August 2004.
4. "Sustainable Development Program for Enhancing the Use of Computers in Rural Areas 620 through Community Access Points (CAP) and One School One Computer's Laboratorium (OSOL); New Delhi, India, 18 July 2005.
5. "National Cybersecurity Policy & Implementation for Government of Indonesia"; 631 http://www.itu.int/osg/spu/cybersecurity/; Country Paper In Cybersecurity Initiative; By: Hammam Riza and Moedjiono; Seminar: Partnership for Global Security, ITU Building, Geneva, 15-16 May 2006.
6. "Policy on ICT Industry Development"; BSA Regional Innovation Forum 2006 Building a Safe 639 and Legal ICT Industry; Oriental Hotel Bangkok, 18 May 2006.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
I - 6
MASA DEPAN TEKNOLOGI INFORMASI BAGI TERCIPTANYA HEALTH INFORMATION SYSTEM
Makalah Oleh :
Dr. Moedjiono, MSc
Disampaikan pada acara Simposium Nasional Telemedicine
Fakultas Kedokteran – Univ. Muhammadiyah Yogyakarta
10 Juli 2004
Abstrak :
Kesepakatan dalam WSIS mendorong untuk tercapainya target layanan kesehatan di Indonesia yang menghubungkan seluruh rumah sakit di Indonesia pada tahun 2005 dan pusat kesehatan pada tahun 2010. Telemedicine menjadi alat bantu yang sangat potensial dalam menjembatani kesejangan layanan kesehatan dan pemerataan kemampuan tenaga medis dalam melakukan diagnosis, terapi, pencegahan penyakit, penelitian, evaluasi serta peningkatan ilmu dan pengetahuan.
1. PENDAHULUAN Pada saat ini jumlah kebutuhan dokter di rumah sakit dan pusat kesehatan masih terus
bertambah dan berkembang hingga keberbagai wilayah dan pelosok di seluruh tanah air,
namun sangat disayangkan populasi dokter dan paramedis masih terkonsentrasi di wilayah
perkotaan khususnya di pulau Jawa. Sedang di daerah pedesaan atau perkampungan
khususnya dil luar Jawa, masih jauh dari tersedia atau terlayani dari tenaga kesehatan.
Kondisi demikian tentunya menimbulkan kesenjangan tenaga dokter dan para medis serta
kualitas layanan kesehatan kepada masyarakat setempat. Pemerintah Republik Indonesia
berupaya menanggulangi kesenjangan tersebut dan berupaya agar kondisi tersebut dapat
secara berangsur dihilangkan ataupun secara bertahap dikurangi. Salah satu upaya yang
dilakukan pemerintah adalah dengan memperbaiki Sistem Kesehatan Nasional antara lain
dengan memanfaatkan Teknologi Informasi. Dengan memanfaatkan teknologi Informasi
68
tersebut diharapkan dapat diciptakan kemudahan dan kelancaran komunikasi antara dokter
dan pasien secara lebih efisien tanpa adanya halangan tempat, waktu dan jarak atau yang
dikenal sebagai Network System of Telemedicine. Melalui Network System Telemedicine
jaringan komunikasi antar pusat-pusat pelayanan kesehatan (rumah sakit, klinik, puskesmas
dll.) dapat saling terhubung dengan memanfaatkan infrastruktur telekomunikasi yang ada.
Kebutuhan akan adanya Network System Telemedicine, sangat didukung oleh berbagai
negara di seluruh dunia yang dinyatakan dalam salah satu butir dalam deklarasi dan
rencana kerja World Summit on Information Society (WSIS) yang diselenggarakan pada
tanggal 17-28 Februari 2003 di Geneva. Pada konferensi tersebut dihasilkan 10 item
rencana kerja yang termasuk dalam e-strategy dan ditargetkan akan dicapai hingga tahun
2015. Khusus yang berkaitan dengan target e-strategi bidang kesehatan, yang harus dicapai
Indonesia adalah keharusan menghubungkan seluruh rumah sakit di Indonesia pada tahun
2005 dan pusat kesehatan pada tahun 2010. Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk
memenuhi target tersebut, adalah dengan melakukan pemetaan di Indonesia terhadap
kesiapan/ketersediaan teknologi telekomunikasi khususnya infrastruktur, aplikasi
telemedicine dan sumber daya manusia. Ketersediaan dari ketiga faktor tersebut akan
menjadi kunci sukses penerapan telemedicine di Indonesia.
Secara umum telemedicine dapat diartikan sebagai :
Telemedicine adalah pelayanan kesehatan jarak jauh yang dilakukan oleh profesional
pelayanan kesehatan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk
pertukaran informasi mencakup diagnosis, terapi, dan pencegahan penyakit,
penelitian, dan evaluasi. Termasuk di dalamnya untuk pendidikan berkelanjutan bagi
penyedia pelayanan kesehatan, dimana ini semua dilakukan untuk kepentingan
memajukan kesehatan individu dan komunitasnya.
Dengan diterapkannya telemedicine maka pemerataan layanan kesehatan dapat
ditingkatkan dan kemampuan pengetahuan tenaga medis dapat disebarluaskan secara
virtual. Penerapan telemedicine ini menjadi salah satu kunci pemecahan permasalahan
tenaga medis yang berada dilokasi luar Jawa agar dapat tetap berkomunikasi dan
memperoleh bantuan analisis, diagnosis, pemeriksaan dan penanganan pada kasus-kasus
pasien tertentu dengan bantuan para dokter senior dari jarak jauh. Sehingga dimasa depan
problem penolakan dokter-dokter muda yang akan ditempatkan diluar Jawa karena alasan
sulit berkomunikasi dan berkembang, khususnya dalam memperoleh bantuan mendiagnosis
dan saling bertukar informasi dengan para dokter senior dapat dihindari.
69
2. MENGHUBUNGKAN TEMPAT PELAYANAN KESEHATAN TERTUANG DALAM AGENDA KERJA WSIS
Indonesia sebagai anggota PBB perlu berperan aktif dalam World Summit on Information
Society (WSIS) yang diselenggarakan dan dikoordinasikan dibawah Sekretaris Jendral PBB.
Hal ini merupakan peluang untuk kerjasama dengan para pimpinan dunia, kepala lembaga
PBB, pimpinan industri, LSM, perwakilan media dan masyarakat umum dalam suatu
kegiatan tingkat tinggi. Peran dari berbagai kalangan tersebut di atas, diharapkan dapat
menjamin koordinasi yang baik dari masyarakat informasi seluruh dunia. Pemerataan akses
dan penyediaan infrastruktur telematika pada negara-negara berkembang menjadi salah
satu agenda dalam WSIS, sehingga diharapkan kesenjangan digital di tingkat global dapat
dikurangi. Untuk itu dikeluarkan deklarasi dan action plan WSIS yang bertujuan membantu
negara berkembang dan terbelakang memperoleh akses informasi, sehingga tercapai
ekonomi global berbasis digital knowledge.
Pada sidang para menteri ICT di forum “Toward Knowledge Society” di Paris pada bulan
Oktober 2003, dimana setiap negara harus mencanangkan Rencana Target WSIS 2005 –
2010, Sebagai anggota WSIS, Indonesia berkomitmen untuk mendukung dan berupaya
mengurangi kesenjangan digital yang ada. Salah satunya adalah melalui sinergi kegiatan
dalam wadah Tim Koordinasi Telematika Indonesia (TKTI) dengan semua stakeholder dan
shareholder.
Salah satu Target Utama Action Plan WSIS adalah membangun infrastruktur dasar yang mengkoneksikan seluruh desa, sekolah, perguruan tinggi dan pelayanan kesehatan secara global. Indonesia sepakat untuk secara konsisten agar pelayanan kesehatan diseluruh rumah sakit telah terhubung pada tahun 2005 serta pusat kesehatan pada tahun 2010. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menghubung-kan rumah sakit dan pusat kesehatan tersebut sangat bergantung kepada :
a. Ketersediaan infrastruktur telekomunikasi b. Aplikasi aplikasi telemedicine yang mendukung c. Ketersediaan dan kemampuan sumber daya manusia
3. INFRASTRUKTUR TELEKOMUNIKASI 3.1 KONDISI SAAT INI di INDONESIA
Di daerah pedesaan, masih banyak faktor yang menyebabkan penetrasi jaringan komunikasi yang rendah. Hal ini disebabkan antara lain rendahnya kepadatan penduduk, pertumbuhan ekonomi cenderung lambat, dan infrastruktur yang tidak cukup memadai. Dengan alasan pertimbangan tersebut diatas, maka ditinjau dari orientasi bisnis, usaha untuk menyediakan infrastruktur telekomunikasi di daerah pedesaan masih membutuhkan investasi yang sangat mahal, dan tidak menguntungkan. Sehingga untuk pengimplementasian di daerah pedesaan membutuhkan pendekatan khusus. Dalam rangka mengurangi kesenjangan digital, pemerintah melaksanakan program USO telekomunikasi.
70
3.2. KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENANGANAN TELEKOMUNIKASI PERINTIS (Universal Service Obligation/USO Telekomunikasi) Dalam rangka meningkatkan kesempatan bagi masyarakat di daerah pedesaan agar
dapat menikmati fasilitas layanan telekomunikasi maka Pemerintah bermaksud
mengembangkan jaringan Fasilitas Telekomunikasi Perintis (Universal Service
Obligation/USO), sehingga dapat menjembatani kesenjangan telekomunikasi. Melalui
surat Menteri Komunikasi dan Informasi No. 109/M.Kominfo/VI/2003 kepada Menteri
Perhubungan mengharapkan bukan hanya pembangunan fasilitas Telekomunikasi
Perintis (USO) tidak hanya untuk voice saja, tetapi juga harus dapat membangun
aplikasi e-health yang merupakan layanan diagnosis jarak jauh atau konsultasi
dengan dokter spesialis untuk lokasi-lokasi yang belum memiliki fasilitas dokter
spesialis tertentu.
3.3. HAL-HAL PENTING DALAM PEMBANGUNAN INFRA-STRUKTUR
TELEMEDICINE
Pembangunan infrastruktur di daerah sangat bergantung kepada daerahnya dengan melihat kemampuan teknologi komunikasi yang dapat diimplementasikan dan dapat menjangkau pelanggan/ penggunanya dalam radius tertentu. Teknologi telekomunikasi dipakai untuk telemedicine antara lain satellite, microwave, fiber optic juga copper wire.
Selain memperhatikan teknologi telekomunikasi yang akan diimplementasikan dalam
pembangunan infrastruktur, juga harus diperhatikan besar bandwidth yang
dipergunakan, sehingga aplikasi Telemedicine dapat berjalan sesuai yang
dibutuhkan. Bandiwidth itu sendiri dapat didefinisikan sebagai kemampuan
mentransmisikan informasi dalam jalur telekomunikasi. Semakin besar bandwith,
maka proses pengiriman data menjadi lebih cepat.
Berikut klasifikasi bandwidth dalam teknologi telekomunikasi :
Bandwidth (KBps)
Access Network TelecommTechnology
64 copper wire, radio, satellite POTS, include data via modem
64 ~ 2.048 copper wire, coaxial, fiber optic DLC, ISDN (BRA/PRA)
2,048 Fiber optic Frame relay, ATM
Keterbatasan bandwidth, adalah sebuah implikasi yang harus di hadapi, dimana
penggunaan bandwidth suara (POTS) dengan menggunakan cooper wire, meskipun
dapat diklasifikasikan ke dalam layanan murah, tetapi ini hanya dapat mengirimkan
71
bandwidth yang kecil. Berbeda dengan penggunaan broad bandwidth dapat
membuat aplikasi seperti teleradiology, telephatology, teledermatology atau
telepharmasi berjalan, tetapi dalam hal ini tentu saja akan menghabiskan biaya lebih
besar untuk bandwidth yang lebih besar.
Kebutuhan bandwidth dalam pemakaian aplikasi telemedicine adalah sbb :
Bandwidth required
Information transferred
Interaction mode Application type
low Voice, Still video, Text
Telephone voice interaction, Still images, Video clips with not real-time, Text, Store-and-forward with data acquired and sent for later Review
Audio, Data
low ~middle Voice, Motion video mages, Text
Still images, Video clips with real-time, Telephone voice interaction
Visual Images, Data
middle~high Voice, Motion video Images, Text
Real-time one-way or two-way interactive motion video
Visual images
Catatan :
Low : 64 Kbps, Middle : 64 ~ 2.048 Kbps, High : 2,048
4. APLIKASI TELEMEDICINE
Telekomunikasi menyediakan teknologi yang dapat mentransmisikan berbagai informasi secara elektronik dari tempat satu ke tempat lain, yang terpisahkan secara geographi. Dilihat dari informasi yang ditransmisikan, telemedicine termasuk teknologi dan aplikasi-aplikasinya dapat dikelompokkan dalam 3 bagian :
1. Audio : aplikasi telemedicine paling sederhana, audio dapat dikirim secara minimal dengan menggunakan POTS (Plain Old Telephon System). Jadi cukup dengan menghubungkan antara 2 titik untuk mendiskusikan sesuatu tentang kesehatan/medicine
2. Visual : (Image Transfer) Penggunaan video conference dan proses pentransferan dari gambar visual adalah teknologi aplikasi yang biasa digunakan dalam visual telemedicine, contohnya : Teleradiology, telephatology, teledermatology dan telepharmacy.
3. Data : Yang termasuk jenis ini adalah online akses pada database dan telemetry. Informasi yang dilihat dalam data telemedicine biasanya dalam format digital. Salah satu contoh adalah observasi angkatan udara untuk memonitor kesehatan pilot-pilot mereka dalam pesawatnya.
72
Perkembangan teknologi informasi dibidang mikroelektronik dan standar aplikasi telah
memacu perkembangan penerapan telemedicine. Seperti digunakannya MMX video chipset
untuk mempercepat proses pengolahan citra digital, standar kompresi suara H.324 untuk
telephone kabel dan H.323 untuk internet voice.
5. Sumber Daya Manusia Kemajuan teknologi informasi yang cepat harus diiringi dengan peningkatan kemampuan
sumber daya manusia, baik untuk para dokter dan tenaga para medis yang secara langsung
berkaitan dengan operasional dan analisis data. Tingkat kompleksitas peralatan kedokteran
yang menggunakan teknologi tinggi dan kepresisian tinggi menuntut pendalaman
penguasaan ilmu dan teknologi. Selain itu telemedicine berfungsi pula sebagai bagian dari
distance learning yang menghubungkan para dokter yang berbeda lokasi, sehingga dapat
dilakukan sharing informasi, treatment dan edukasi secara online, real time, interaktif
melalui video conference.
6. Penerapan Telemedicine dalam bidang Kesehatan Beberapa penerapan telemedicine di bidang kesehatan antara lain:
Telemedicine home health care
Telemedicine consulting Telemedicine call center Emergency Telemedicine General telemedicine Teleradiology Telesurgery (Long distance surgery)
Telepsychiatry
Telecardiology Teledermatology Telepathology Teledentistry BioInformatics R&D Kesehatan dan lain-lain
Contoh penerapan telemedicine home health care di Jepang dapat menekan biaya
pengeluaran pengobatan di rumah sakit, karena pasien yang memerlukan konsultasi dan
penanganan awal dapat secara proaktif menanyakan dan mengutarakan kondisinya kepada
dokter dan perawat kesehatan. Secara statistik hampir sekitar 40% diagnosis permasalahan
kesehatan dapat diperoleh dari konsultasi kesehatan awal antara pasien dengan dokter
perawatnya. Dukungan lain berupa call center dan emergency telemedicine mempercepat
respon yang dapat diterima pasien yang berapa dalam kondisi darurat.
Teleradiology saat ini merupakan salah satu penerapan aplikasi teknologi informasi yang
sangat luas dan maju dikembangkan. Gambar-gambar hasil radiologi di transmisikan melalui
aplikasi tele-imaging atau radiograhy imaging agar dapat diterima oleh remote monitor
untuk diinterpretasikan oleh team medis melalui diagnostik system. Perkembangan kedepan
sistem teleradiology telah diintegrasikan dengan sistem Picture Archive and Communication
Systems (PACS) yang mampu mengakuisisi, mengelola dan mentrasmisikan data serta
gambar dalam satu kesatuan informasi.
73
Salah satu revolusi teknologi yang sangat signifikan terdapat dalam bidang telesurgery (long
distance surgery). Pada telesurgery terdapat integrasi dari berbagai bidang dan disiplin ilmu
seperti : broadband audio, video, realtime data, robotik, mekanik, elektronik dan remote
sistem. Canada berhasil melakukan telerobotic surgery dimana pasien yang akan dioperasi
laparoskopi berada di suatu daerah terpencil yang berjarak sekitar 400 km dari kota besar.
Dokter-dokter ahli bedah yang berada di kota besar melakukan remote operasi laparoskopi
dari suatu control room dengan memanfaatkan teknologi robotik. Persyaratan infrastruktur
yang andal dengan layanan jaringan VPN dengan bandwidth 10-12 Mbps serta keandalan
kontrol gerak robotik yang memiliki delay gerak lebih kecil dari 150 milisecon
memungkinkan dokter bedah melakukan bedah laparoskopi dan endoscopi secara presisi.
Metode ini merupakan suatu terobosan yang sangat berarti dalam menjembatani
kekurangan dokter ahli bedah untuk daerah-daerah terpencil.
Pemanfaatan teknologi informasi juga dilakukan untuk penelitian dibidang kesehatan dan
bioteknologi, dimana domain pengguna telah berkembang sangat jauh hingga bersifat tanpa
batas (borderless). Para peneliti yang bermukim disuatu negara dapat melakukan kolaborasi
riset dan penelusuran informasi dengan rekan-rekannya di berbagai negara diseluruh dunia
secara bersama dan online. Salah satu contoh yang menarik adalah dalam penelitian Human
Genom Project yang dilakukan oleh lebih dari 50 negara. Saat ini telah berhasil diidentifikasi
sekitar 30.000 gen DNA manusia, sekitar 3 milyar pasangan kimia pembangun DNA, dan
berhasil diintegrasikan data dan informasi digital gen dalam database untuk dimodelkan.
Bank data yang dibangun bersifat public domain sehingga dapat digunakan oleh seluruh
umat manusia demi kesehatan masyarakat dan kemajuan teknologi informasi kesehatan.
Program ini telah berjalan selama 13 tahun dan selesai pada tahun 2003. Suatu
keberhasilan besar bagi umat manusia khususnya untuk bidang kesehatan dimana peta gen
manusia dapat dibuat untuk memprediksi, mendiagnosis dan melakukan terapi gen untuk
pengobatan manusia. Indonesia dalam hal ini ikut terlibat aktif dalam projek tersebut yang
diwakili oleh Lembaga Biologi Molukular Eijkman (Eikman Institut) yang dipimpin oleh Prof.
dr.Sangkot Marzuki, DSc.
7. Asosiasi Informatika Kesehatan Dengan berkembangnya berbagai teknologi informasi dan komputer pada khususnya, saat
ini telah ada sosiasi yang menghimpun para praktisi medis di dunia yang tergabung dalam
International Medical Informatics Assosiation (IMIA). Asosiasi ini merupakan wadah saling
mempertukarkan informasi, pengalaman, teknologi dan penerapan kemajuan-kemajuan
teknologi informasi di dunia kesehatan. Sedangkan di Indonesia baru-baru ini telah didirikan
asosiasi serupa dengan nama Indonesia Health Informatics Assosiation (INAHIA) yang
diharapkan akan memacu dan memperluas penggunaan IT dibidang kesehatan dan
kedokteran.
74
8. WEBSITE "e-health" di Indonesia Beberapa website yang bisa mewakili e-health di Indonesia adalah :
1. IDI (http://www.idionline.org) 2. PERSI (http:// www.pdpersi.co.id); 3. Deartemen Kesehatan ( http://www.depkes.go.id ) 4. Promosi Kesehatan ( http://www.promosikesehatan.com ) 5. Portal Satumed (http://www.satumed. com); 6. Perusahaan farmasi Kalbe Farma (http: //www. kalbe. co.id). 7. detikHealth-Detik.com ( http://www.detik.com/ )
8. www.klinikpria.com 10. MLDI (http:// www.mldi.or.id) dan lain-lain.
Seperti rimba raya, beraneka jenis pula penghuni dunia maya, karena itu kita juga mesti jeli memilih situs web kesehatan yang baik dan dapat dipercaya. Bagaimanapun ruang konsultasi kesehatan di jagat maya bisa menjadi alternatif untuk bertanya. Milis kedokteran : Milis merupakan wadah sebuah komunitas yang memiliki minat tertentu di internet dan berkomunikasi lewat e-mail. Untuk kesehatan, salah satu yang tertua adalah Mailing List Dokter Indonesia (MLDI).
1. [email protected], sedang untuk mendaftar dapat secara langsung ke [email protected].
2. [email protected] untuk komunitas para dokter. 3. [email protected] untuk anggota Ikatan Dokter Indonesia 4. [email protected] 5. [email protected] 6. [email protected] 7. [email protected] 8. dan lain-lain
9. KONDISI SAAT INI Telemedicine akan berhasil bila ditunjang infrastruktur dan aplikasi yang berjalan diatasnya.
Terhambatnya kemajuan telemedicine di Indonesia antara lain disebabkan karena saat ini :
• Infrastruktur telekomunikasi dasar baru mencakup 76% Kab/kota. • Wasantara net baru melayani 167 kab/kota • Telkomnet instan baru melayani 180 kab/kota • Depdagri dengan VSATnya tinggal 10% pemanfaatannya. • Belum tersedia data dan standar data yang dapat dimanfaatkan secara
bersama/terpadu. • Dasar hukum pengelolaan data elektronik Dokumen RS/medical record belum ada. • Belum ada hukum yang mengatur tentang pemanfaatan TI untuk transaksi bisnis dan
pertukaran data serta perlindungan terhadap data (Cyber Law). • Perlindungan atas Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). • Otonomi dan Desentralisasi.
75
10. PENUTUP Masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan secara bersama antara Pemerintah,
Dunia pendidikan, para profesional dibidangnya dan dunia usaha. Untuk itu diperlukan
kerjasama yang erat dari seluruh unsur bangsa untuk memajukan dunia kedokteran dan
kesehatan dengan bantuan teknologi informasi khususnya untuk membangun jaringan antar
rumah sakit di tahun 2005 dan pusat layanan kesehatan masyarakat ditahun 2010.
Kepustakaan : 1. Makalah pokja Bidang Pengembangan Infrastruktur pada Lokakarya TKTI, 21 Oktober
2003 2. Makalah dari BKN pada pertemuan : Kesiapan publik dlm menghubungkan semua Pusat
Kesehatan dan RS dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi, 16 Juni 2004 3. Makalah mengenai telemedicine; Website www.med.umich.edu
/telemedicine/symposium2004/ 4. Human genom data bank; Website http://www.ncbi.nlm.nih.gov/ 5. Website http://www.eur.nl/FGG/MI/imia/home.html 6. Association of Telemedicine Service Provider‟s www.atsp.org 7. Human genom project www.DOEgenomes.org 8. British Medical Informatics Society http://www.bmis.org/
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
I - 9
PERANAN PEMBANGUNAN BIDANG TELEMATIKA
DALAM MEMBANGUN MASYARAKAT INFORMASI
Orasi Ilmiah
Oleh :
DR. MOEDJIONO, M.Sc.
Pada Acara:
Wisuda Program Diploma, Sarjana dan Pasca Sarjana ke XXXV
Universitas Darul ’Ulum
Jombang, 25 Juli 2004
Assalammu‟alaikum Wr.Wb.,
Yang saya hormati :
Rektor Universitas Darul ‟Ulum, Seluruh Civitas Akademika Universitas Darul ‟Ulum, Yang berbahagia Para Wisudawan/Wisudawati, Para Orang Tua, Undangan dan Hadirin yang berbahagia.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang
Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya kita semua diberi kesempatan
untuk menghadiri dan mengikuti acara Wisuda Program Diploma, Sarjana dan
Pasca Sarjana ke XXXV Universitas Darul ‟Ulum. Kami, sangat menghargai
kepedulian Universitas Darul ‟Ulum dalam menyiapkan sumber daya manusia
(SDM) bangsa Indonesia dalam menghadapi permasalahan di masa yang akan
datang. Dalam kaitan ini, sesuai dengan tuntutan UU Sisdiknas, semua lembaga
103
pendidikan diharuskan menyusun kurikulum berbasis kompetensi yang mampu
membentuk suatu link and match antara lulusan Pendidikan Tinggi dengan
kebutuhan pengguna jasa di bidang telematika yang di dalamnya termasuk
telekomunikasi, media dan informatika.
Pembangunan telematika merupakan upaya konkrit dalam menemukan link and
match tidak saja untuk jangka waktu yang sedang berjalan, tetapi juga
mengantisipasi perkembangan di masa yang akan datang yaitu membangun
masyarakat informasi, sesuai yang diamanatkan dalam pertemuan tingkat Kepala
Negara sedunia (World Summit on the Information Society I tanggal 10-12
Desember 2003).
Dalam WSIS I 2003 tersebut telah disepakati bersama pelaksanaan dua
dokumen penting yang dihasilkan yaitu Prinsip-prinsip dan Rencana Aksi untuk
membangun masyarakat informasi (Information Society) sebagai langkah untuk
membangun masyarakat yang berpengetahuan (knowledge society). Dokumen
tersebut di antaranya mengharuskan bahwa pada tahun 2015 seluruh sekolah
mulai SD sampai Universitas, perpustakaan, rumah sakit, pusat ilmu dan
pengetahuan, pusat kebudayaan, museum, kantor pos dan kearsipan, seluruh
desa harus sudah terhubung dengan fasilitas telekomunikasi dan informasi, dan
memastikan bahwa lebih dari separuh jumlah penduduk dunia harus sudah
mempunyai akses dengan teknologi informasi dan komunikasi.
Dalam era globalisasi sekarang ini, informasi telah berkembang menjadi
komoditas yang penting dan strategis, serta semakin luas memasuki berbagai sisi
dalam kehidupan masyarakat. Sulit dibayangkan kehidupan manusia modern
sekarang ini dipisahkan dari informasi. Pengelolaan informasipun semakin
canggih dan berkembang menjadi bisnis yang semakin menguntungkan,
sehingga menampakkan wajah yang industrial-komersial. Proses produksi,
pengolahan, dan penyebar-luasan informasi semakin dipermudah dan dipercepat
karena dukungan teknologi yang semakin canggih.
Sedemikian pentingnya komunikasi dan informasi dalam kehidupan manusia,
sehingga beberapa pakar menyebutkan bahwa siapapun yang dapat menguasai
informasi, serta memanfaatkannya dengan bijak, maka dialah yang paling
berpeluang meraih sukses di era informasi ini. Demikian juga dalam konteks
104
kehidupan berbangsa dan bernegara, bangsa yang paling menguasai informasi
dan secara tepat dan bijak mampu memanfaatkannya, maka bangsa itulah yang
paling siap menapaki milenium ke tiga ini.
Fenomena inilah yang kemudian menjadi perhatian banyak pihak karena
mempunyai implikasi luas terhadap aspek-aspek ideologis seperti identitas
bangsa dan nasionalisme.
Kita sadari bersama bahwa era sekarang ialah era persaingan bebas, di mana
hambatan dalam perdagangan antar negara ditekan seminimal mungkin atau
bahkan dihilangkan. Tatanan itu telah kita sepakati, yaitu untuk tingkat ASEAN
sudah berlangsung mulai tahun 2003 yaitu dengan berlakunya AFTA, dan untuk
tataran Asia Pacific, secara bertahap sudah berlaku, yang mengharuskan kita
untuk menerapkan paperless trading, walaupun secara menyeluruh baru akan
berlaku pada tahun 2020.
Untuk ikut serta memanfaatkan peluang dalam persaingan tersebut, bangsa
Indonesia mau tidak mau harus ikut serta dalam kompetisi tersebut, dan salah
satu strategi yang dipilih adalah melalui peningkatan peran teknologi telematika,
yaitu suatu konvergensi antara telekomunikasi, media, dan informatika.
Hadirin Sekalian yang saya hormati, Bagi bangsa Indonesia yang memiliki jumlah penduduk lebih dari 200 juta yang tinggal di daerah kepulauan dengan lebih dari 17.000 pulau serta dengan suku bangsa yang beraneka ragam, peranan teknologi telematika mempunyai tiga peranan pokok yaitu, Pertama, teknologi telematika merupakan instrumen dalam mengoptimalkan proses pembangunan yaitu dengan memberikan dukungan terhadap manajemen dan pelayanan kepada masyarakat. Kedua, produk teknologi telematika merupakan komoditas yang sama saja dengan komoditas ekonomi lainnya yang mampu memberikan peningkatan pendapatan baik bagi perorangan, dunia usaha dan bahkan negara dalam bentuk devisa hasil ekspor jasa dan produk industri telematika. Ketiga, teknologi telematika bisa menjadi
perekat persatuan dan kesatuan bangsa, melalui pengembangan sistem informasi yang menghubungkan semua institusi dan area seluruh wilayah nusantara. Untuk bisa memainkan ketiga peranan tersebut secara optimal, kita harus mampu melihat realitas kondisi kita sekarang ini dalam penyediaan infrastruktur, suprastruktur, sumberdaya manusia, dana, sistem manajemen dan prosedur
105
kerja serta peraturan perundang-undangan yang masih serba sangat terbatas. Dengan bertolak dari penglihatan atas kondisi yang ada mengenai pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) yang ada selama ini, kita akan bisa menyusun langkah-langkah yang sebaiknya dilakukan secara tepat. Secara umum penggunaan teknologi informasi dalam mendukung proses
pembangunan masih dilakukan secara parsial oleh lembaga-lembaga
pemerintahan baik di pusat dan daerah telah dimulai, namun dilihat dari
kuantitas dan kualitasnya belum sebagaimana yang diharapkan dan belum
merupakan suatu sistem yang terintegrasi. Oleh karena itu, kebijakan
pemerintah ialah memprioritaskan pada pengembangan e-Government,
sebagai layanan pemerintah kepada masyarakat berbasis teknologi telematika.
Pemerintah telah mengeluarkan arahan melalui INPRES Nomor 3 Tahun 2003,
tentang kebijakan dan strategi pengembangan e-government. Diharapkan
dengan terwujudnya e-government, akan terjadi peningkatan yang cukup
signifikan dalam efisiensi dan efektivitas pelayanan, serta transparansi akan
semakin baik sehingga dapat terwujud pemerintahan yang baik (good
governance).
Jika e-government bisa kita wujudkan, maka daya saing bangsa kita akan semakin meningkat. Hal ini akan dapat dilihat dari produktivitas kerja yang dipastikan akan meningkat sebab dalam proses transaksi dan pelayanan publik akan berjalan lebih efisien dan efektif. Selain itu, karena e-government menjamin adanya transparansi dalam proses penyelengga-raan pelayanan publik, maka akan membuka peluang secara transparan kepada industri-industri, baik di dalam maupun luar negeri untuk menanamkan investasinya. Selain melalui e-government, daya saing bangsa juga akan meningkat melalui layanan informasi lainnya yang disampaikan melalui layanan-layanan sektoral baik oleh instansi pemerintah maupun swasta, seperti e-education, e-health, e-bisnis dll. Selain melalui implementasi layanan informasi berbasis teknologi telematika baik layanan publik maupun layanan komersial, daya saing bangsa akan meningkat melalui upaya pengembangan teknologi telematika sebagai komoditas ekonomi yaitu dengan menjual produk-produk industri software maupun hardware di
bidang telematika, terutama industri teknologi informasi dan elektronika. Dalam industri software termasuk jasa, Indonesia mempunyai peluang yang lebih besar, sehingga perlu terus dipacu pengembangannya. Peluang-peluang penggunaan telematika dalam meningkatkan daya saing bangsa sangat terbuka, yaitu melalui peningkatan kapasitas layanan, baik
106
layanan publik maupun layanan komersial, serta peningkatan kapasitas industri telematika untuk pasar dalam negeri dan luar negeri yang pada akhirnya akan memberikan kontribusi pada upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan peningkatan devisa. Hadirin Sekalian yang saya hormati, Untuk mewujudkan peluang tersebut secara optimal kita masih dihadapkan kepada banyak permasalahan. Di bidang layanan publik dan komersial, dan juga industri kita dihadapkan kepada dua permasalahan pokok yang satu sama lain terkait. Pertama ialah masalah infrastruktur termasuk jaringan dan sarana, dan yang kedua ialah permasalahan sumber daya manusia (SDM). Pertama, di bidang infrastruktur, kemampuan kita seperti penetrasi telepon, penetrasi komputer dan penetrasi internet masih belum memadai untuk dapat mendukung berkembangnya layanan informasi berbasis teknologi informasi ke seluruh rakyat Indonesia. Untuk itu, pemerintah akan melakukan program pengembangan jaringan telekomunikasi pedesaan untuk meningkatkan akses masyarakat di seluruh pelosok tanah air. Secara sistemik kita belum memiliki jaringan utama sebagai backbone nasional
atau sebagai jalan raya telematika Indonesia, sebagaimana halnya di Malaysia
yang disebut multimedia super coridor. Upaya mengembangkan “jalan raya
telematika" tersebut di Indonesia merupakan upaya yang akan menghubungkan
seluruh link informasi yang ada di pelosok nusantara, selain akan membuka
peluang berkembangnya layanan informasi dan industri telematika juga akan
memiliki makna ideologis, yaitu akan menjalin keanekaragaman potensi dan
budaya bangsa dalam suatu kesatuan yang mampu mengikat dan memperkuat
integritas bangsa. Oleh karena itu, saat ini sedang dikembangkan sistem jaringan
informasi yang tertampung dalam kerangka koseptual Sistem Informasi
Nasional (SISFONAS). Keberhasilan mengembangkan SISFONAS ini akan
berimplikasi pada sejauhmana teknologi telematika memberikan kontribusi dalam
upaya membuka peluang daya saing bangsa dalam era kompetitif dewasa ini dan
sekaligus akan mempererat persatuan dan kesatuan bangsa, seperti yang kita
idamkan bersama.
Selain itu, untuk memberikan landasan pada pemanfaatan telematika dalam
berbagai penunjang kegiatan masyarakat dan pelayanan publik, diperlukan
adanya landasan hukum yang mampu memberikan perlindungan kepada para
pemilik dan pengguna atau pemakai. Untuk itu, sedang disiapkan peraturan
107
perundang-undangan yang diperlukan (cyber law), di mana saat ini sudah
tersusun naskah cyber law yang sementara dikenal sebagai RUU Informasi
dan Transaksi Elektronik (RUU ITE). Diharapkan dengan terwujudnya
undang-undang ini perkembangan teknologi informasi dan komunikasi akan
semakin pesat, serta efektif dan optimal pendayagunaannya.
Salah satu hal penting lagi yang perlu saya kemukakan disini adalah telah
terbitnya Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 2003 tentang Tim
Koordinasi Telematika Indonesia (TKTI) tanggal 27 Januari 2003,
sebagai perubahan terhadap KEPPRES Nomor 50 Tahun 2000. TKTI adalah Tim
yang terdiri dari 3 stakeholder penting, yaitu pemerintah, dunia usaha dan
masyarakat. Tim tersebut mempunyai tugas memberikan arahan masukan dalam
perumusan kebijaksanaan telematika nasional, optimalisasi SDM dan industri
telematika, mendorong partisipasi masyarakat serta peningkatan koordinasi dan
sinergi seluruh komponen telematika Indonesia.
Kedua, di bidang SDM sebagai isu pokok dalam pembahasan ini, merupakan masalah yang sangat strategis yang perlu mendapat perhatian. Mempersiapkan SDM di bidang telematika menurut hemat saya harus dilakukan sebelum menyiapkan infrastruktur, sarana dan prasarana. Selanjutnya pengembangan SDM ini harus secara terus menerus dilakukan setelah kita membangun infrastruktur, sarana dan prasarananya. Hal ini perlu dilakukan karena karakteristik teknologi telematika yang dinamis berkembang terus menerus secara cepat. Kesalahan kita pada awal mengembangkan telematika, antara lain ialah karena lebih mendahulukan penyediaan hardware dengan tanpa mempersiapkan SDM secara memadai. Oleh karena itu, perkembangan pendayagunaan telematika tampak lebih lambat di banding negara lain. Peranan SDM telematika dalam meningkatkan daya saing bangsa terletak pada
kemampuan SDM kita untuk meningkatkan kapasitas layanan informasi, baik
layanan publik maupun layanan komersial serta kemampuan SDM dalam
meningkatkan kapasitas industri telematika yang mampu bersaing di pasar
internasional. Secara umum kondisi SDM telematika kita masih tertinggal jauh
dibanding negara-negara lain yang sudah memanfaatkan telematika. Walaupun
secara umum kondisi SDM di bidang telematika masih belum sesuai dengan yang
kita harapkan, namun sudah ada beberapa yang menunjukkan kualitasnya di
dunia internasional sebagaimana terlihat dari hasil-hasil penghargaan di bidang
108
telematika baik pada tingkat nasional maupun internasional. Sementara itu,
beberapa produk dari industri telematika nasional telah digunakan di pasaran
dunia.
Untuk meningkatkan kapasitas layanan publik dan komersial serta meningkatkan kemampuan industri telematika, kita masih membutuhkan cukup banyak tenaga di bidang telematika. Untuk membangun e-government kita dapat menggunakan tenaga yang berasal dari luar aparatur pemerintah yaitu untuk mengembangkan sistem, aplikasi dan penyediaan hardware seluruh instansi pemerintah di pusat dan daerah. Namun untuk mengendalikan dan mengelolanya serta pemeliharaannya diperlukan adanya dukungan SDM yang berasal dari aparatur
pemerintah sendiri. Di seluruh instansi pemerintah baik pusat maupun daerah akan memerlukan aparatur yang memiliki keterampilan dan keahlian di bidang telematika, baik untuk operator, pengembang, analis dan tenaga pendukung teknik atau technical support, baik untuk website, back office, maupun sistem pelayanan satu atap (front office). Kebutuhan SDM untuk pelayanan komersial, akan terus meningkat sejalan
dengan semakin berkembangnya berbagai jenis layanan informasi mulai dari
layanan informasi pasif melalui website sampai kepada layanan interaktif dalam
bentuk e-bisnis, e-education, e-health dan lain-lainnya. Media cetak dan
elektronik, juga sudah mulai mengembangkan dirinya dengan memanfaatkan
teknologi telematika untuk memperluas jaringan bisnis mereka yaitu dengan
mengembangkan media saiber (cyber media). Pertumbuhan situs-situs dan
portal layanan informasi tersebut akan terus meningkat seiring dengan semakin
meningkatnya akses masyarakat terhadap internet. Jumlah pengguna internet
dewasa ini sekitar 4.500.000 orang, dan 44% di antaranya menggunakannya
untuk tujuan bisnis.
Perkembangan layanan ini lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi perekonomian
negara kita dan jaminan serta perlindungan keamanan bagi pengguna jasa
tersebut. Jika kondisi perekonomian membaik dan jaminan hukum berupa
peraturan perundang-undangan dan penegakan-nya sudah baik, maka layanan
informasi inipun akan lebih baik.
Kebutuhan akan SDM di bidang telematika tentunya tidak hanya untuk aktivitas
layanan informasi, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan dalam
mengembangkan industri telematika dan penunjangnya, seperti perangkat lunak,
109
jaringan dan sebagainya. Dengan demikian kebutuhan terhadap SDM semakin
meningkat tidak saja dari segi jumlah tetapi juga kualitasnya.
Untuk mendapatkan tenaga profesional di bidang telematika di masa mendatang,
diperlukan langkah antisipatif, sehingga pada saatnya kita akan mampu
menyiapkan tenaga SDM di bidang telematika yang memadai. Kondisi ini
merupakan tantangan bagi lembaga-lembaga pendidikan tinggi, untuk
meningkatkan kinerjanya dalam menghasilkan SDM bidang telematika yang
memiliki kompetensi yang dibutuhkan pasar.
Perkembangan kebutuhan akan SDM telematika tampaknya akan dipengaruhi
oleh upaya kita meningkatkan literasi telematika serta kultur telematika. Dengan
demikian upaya menghasilkan SDM telematika, juga perlu diimbangi dengan
upaya meningkatkan literasi masyarakat di bidang telematika.
Dilihat dari kondisi yang ada dan antisipasi ke depan, terlihat bahwa perkembangan layanan informasi baik layanan publik maupun layanan komersial akan semakin meningkat. Dengan demikian kebutuhan akan SDM di bidang layanan informasipun akan meningkat pula. Di luar bidang layanan informasi, kebutuhan akan SDM bidang telematika juga ada pada bidang industri teknologi informasi itu sendiri sebagai komoditas ekspor. Kebutuhan akan SDM untuk meningkatkan kapasitas ekspor, jika tanpa upaya terobosan untuk menghasilkan SDM profesional di bidang telematika, maka diperkirakan kapasitas SDM sebagai pendukungnya akan sulit diperoleh, sehingga diperkirakan akan terjadi masuknya tenaga profesional dari luar negeri. Selain itu, kecepatan pertumbuhan di bidang layanan informasi tampaknya akan dipengaruhi oleh upaya kita meningkatkan literasi telematika serta kultur telematika. Dengan demikian upaya menghasilkan SDM telematika, juga perlu diimbangi dengan upaya meningkatkan literasi masyarakat di bidang telematika. Selain upaya mengejar ketertinggalan kemampuan SDM kita di pasar kerja baik dalam dan luar negeri, permasalahan SDM yang dihadapi ialah kesenjangan dalam pemanfaatan teknologi telematika atau yang kita kenal sebagai digital divide, antara SDM di pusat dengan daerah dan antar daerah serta antar kelompok masyarakat. Kesenjangan ini berpengaruh timbal balik dengan kesenjangan intelektual dan kesenjangan kesejahteraan. Kemampuan intelektual dan kesejahteraan mempengaruhi kemampuan pemilikan dan kemampuan menggunakan teknologi telematika. Sebaliknya dengan kemampuannya menggunakan teknologi telematika akan mampu meningkatkan kembali kadar
110
intelektual dan kesejahteraannya. Sehingga bagi mereka yang secara intelektual dan kesejahteraannya tidak cukup untuk memiliki dan mengakses teknologi telematika akan semakin tertinggal. Dalam konteks inilah diperlukan adanya peranan yang lebih besar dari lembaga pendidikan, asosiasi di bidang telematika, dunia usaha serta pemerintah untuk lebih memberikan perhatian dan mencari terobosan guna mengatasi digital divide ini. Hadirin sekalian yang saya hormati,
Berbicara mengenai peranan SDM dalam upaya menciptakan keunggulan
kompetitif bangsa, dewasa ini sangat relevan. Data Program Pembangunan PBB
(UNDP) menunjukkan bahwa indeks pembangunan manusia Indonesia
mengalami penurunan dari urutan ke 110 ke urutan 112, dan Indonesia berada
di bawah Vietnam, sebagai negara yang relatif baru. Informasi itu tentunya
diharapkan tidak menjadi faktor yang menimbulkan pesimisme tetapi diharapkan
menjadi sumber motivasi kepada kita semua untuk meningkatkan kualitas SDM
bangsa kita, sehingga kita dapat segera bangkit untuk berusaha memenangkan
persaingan.
Dalam kondisi pemanfaatan teknologi telematika sebagaimana saya kemukakan
tadi, untuk meningkatkan peranan SDM telematika dalam meningkatkan daya
saing bangsa, diperlukan adanya langkah strategis. Pertama, ialah dengan
mengembangkan standar kompetensi nasional yang mengacu kepada standar
yang berlaku internasional. Melalui standar kompetensi ini, akan diperoleh
manfaat sebagai instrumen untuk melakukan recruitment SDM di dalam mengisi
kebutuhan dalam pengembangan jasa dan industri telematika, sehingga tenaga
yang dipilih akan terseleksi sesuai dengan kualitas yang dibutuhkan. Melalui
standar kompetensi, juga akan dapat disusun program pendidikan dan pelatihan,
sebagaimana juga dibutuhkan lembaga pendidikan tinggi untuk kurikulumnya.
Dalam konteks meningkatkan daya saing bangsa, juga standar kompetensi akan
menjadi ukuran dalam menunjukkan kemampuan SDM kita dan sebaliknya akan
menjadi penyaring masuknya SDM dari negara lain.
Kedua, selain pengembangan standar kompetensi, diperlukan adanya upaya
optimal dalam meningkatkan sosialisasi serta mengembangkan pendidikan dan
pelatihan bagi masyarakat. Upaya ini selain untuk meningkatkan literasi
111
masyarakat terhadap telematika, juga akan meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk mengakses informasi, melalui teknologi telematika.
Oleh karena itu, kebijakan di bidang pengembangan SDM adalah dengan
memberikan fasilitasi pendidikan dan pelatihan kepada lembaga-lembaga
pemerintahan dan kelompok masyarakat yang selama ini kurang tersentuh atau
jauh dari pusat-pusat pendidikan teknologi, khususnya telematika. Selain itu
Kementerian Komunikasi dan Informasi serta TKTI juga berusaha untuk
memfasilitasi asosiasi dalam mewujudkan standar kompetensi nasional di bidang
telematika.
Konsentrasi peningkatan kualitas SDM telematika tampaknya sekarang ini lebih
ditujukan untuk menciptakan tenaga-tenaga pengelola. Sedangkan upaya untuk
meningkatkan kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam menggunakan
teknologi telematika masih terbatas. Kita menyadari bahwa upaya penciptaan
tenaga pengelola tanpa diimbangi dengan upaya meningkatkan kesadaran dan
kemampuan masyarakat di bidang telematika atau upaya meningkatkan
literasinya, maka suatu waktu penggunaan akan tidak efektif dan dari aspek
ekonomi pasar di bidang telematika tidak akan berkembang. Kalau pasar tidak
berkembang maka lulusan lembaga pendidikan telematika pun tidak akan
tertampung oleh pasar yang ada. Oleh karena itu, tantangan tidak saja untuk
mencetak tenaga-tenaga ahli di bidang telematika juga tantangan untuk
meningkatkan kadar literasi telematika (e-literacy) bagi masyarakat umumnya.
Untuk meningkatkan e-literacy generasi muda telah dicanangkan program Satu
Sekolah Satu Laboratorium Komputer (One School One Computer‟s Lab – OSOL).
Program ini merupakan program fasilitasi kerjasama dan sinergi antara semua
stakeholders di bidang pendidikan, keuangan, infrastruktur serta instansi
pemerintah di pusat dan daerah untuk menyediakan laboratorium komputer di
sekolah-sekolah.
Selain program pemerintah dalam peningkatan kesadaran masyarakat untuk
memanfaatkan telematika, upaya pengembangan literasi telematika juga dapat
dilakukan oleh lembaga pendidikan terutama yang terkait pada pengabdian
kepada masyarakat. Oleh karena itu, diharapkan lembaga pendidikan juga
112
melakukan gerakan untuk meningkatkan literasi telematika bagi masyarakat,
sebagai kontribusi untuk pembangunan bangsa.
Walaupun jumlah lembaga pendidikan tinggi yang melakukan program pendidikan di bidang telematika dan berkembang cukup pesat, namun lulusannya baik secara kuantitas maupun kualitas belum dapat memenuhi kebutuhan. Untuk jangka panjang peranan lembaga pendidikan sangat diharapkan untuk menyediakan tenaga telematika yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan pasar, dan memiliki daya saing yang tinggi. Selain itu, diharapkan telematika tidak saja menjadi perhatian lembaga pendidikan tinggi, tetapi juga sebaiknya dimulai dari pendidikan tingkat dasar, bahkan dikenalkan
secara dini di rumah. Hadirin sekalian yang saya hormati,
Permasalahan penyiapan SDM di bidang telematika bukan merupakan tanggungjawab lembaga pendidikan semata, karena penyiapan SDM merupakan bagian dari strategi untuk mengejar ketertinggalan Indonesia di bidang industri dan aplikasi bidang teknologi informasi dan komunikasi. Dalam konteks inilah diperlukan adanya visi bersama semua komponen bangsa, baik di pemerintahan, dunia pendidikan, dunia usaha dan masyarakat umumnya dalam pengembangan informasi dan komunikasi. Visi bersama ini akan menjiwai dan mengarahkan setiap upaya dalam membangun masyarakat informasi seperti yang diamanatkan dalam WSIS. Akhir kata, saya mengucapkan selamat dan sukses kepada para Wisudawan dan Wisudawati, para Dosen dan seluruh Civitas Akademika, serta para Orang-Tua yang telah berhasil melaksanakan dan mendukung berhasilnya proses belajar mengajar pada Program Diploma, Sarjana dan Pasca Sarjana ke XXXV Universitas Darul ‟Ulum. Semoga para Wisudawan dan Wisudawati dapat memberikan kontribusi dan berkarya di berbagai bidang sebagai persembahan pengabdian terbaiknya untuk membangun bangsa dan negara kita tercinta ini. Amin Ya Robbal 'Alamin. Demikian, terima kasih, semoga sukses.
Wassalamu‟alaikum Wr.Wb.
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
\
198
199
200
201
202
I - 18
Sistem dan Media Informasi Negara Dalam Mencegah, Menyelesaikan
Konflik dan Membangun Perdamaian Berkelanjutan
Oleh:
Dr. Moedjiono, M.Sc.
Disampaikan Pada Workshop THE NEW GENERATION OF RELIGIOUS
LEADERS
Banjarmasin, 6 Januari 2005
1. Seorang ahli futurologi, Alvin Toffler, pernah mengatakan bahwa :
“ Information can be one of the most important influences shaping
society. It can furnish facts, report ( or develop ) feelings, establish
trends, if communicated may effect decission and actions that
influences the world “.
Pernyataan ini menunjukkan secara gamblang bahwa informasi menjadi
begitu penting posisinya sehingga dirasakan perlunya penanganan secara
cermat. Dalam pengertian untuk mendapatkan manfaat dari nilai dan
pentingnya informasi dimaksud. Dan yang menentukan suatu informasi itu
penting atau tidak menurutnya, tergantung pada sistem nilai yang berlaku.
2. Akibat adanya kemajuan teknologi komunikasi dan informasi serta semakin
mengglobalnya komunitas manusia di dunia ini, arti penting informasi itupun
203
relatif dan dapat berubah-ubah. Karenanya, siapapun yang berkecimpung
dalam bidang komunikasi dan informasi perlu dapat melihat jauh kedepan
dan terus mereposisi, bagi terjaganya arti dan nilai pentingnya informasi
tersebut.
3. Tantangan utama yang dihadapi bangsa Indonesia bukan semata-mata
pada bagaimana menyampaikan informasi, tetapi juga bagaimana
menciptakan suatu sistem yang bersifat kondusif bagi pembangunan
bangsa menuju masyarakat yang CERDAS, MANDIRI DAN SEJAHTERA.
Dengan demikian pengelolaan informasi dimaksudkan, disamping untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi juga senantiasa perlu
diarahkan untuk mencapai tujuan nasional bangsa Indonesia itu sendiri.
4. Sebuah pemerintahan yang baik apabila sumber daya publik dan masalah-
masalah publik, dikelola dengan efektif, efisien dan partisipatif. Hal ini
menuntut adanya iklim demokrasi yang sehat yang didasarkan pada prinsip
TANSPARANSI, PARTISIPASI, dan AKUNTABILITAS yang juga
merupakan prasyarat bagi penyelenggaraan pemerintahan yang terbuka
(open government).
Dalam konsep open government terdapat beberapa jaminan hak publik
antara lain : (1) hak untuk memantau perilaku pejabat publik dalam
menjalankan peran publiknya; (2) hak untuk memperoleh informasi; (3) hak
untuk berpartisipasi dalam proses pembentukan kebijakan publik; dan (4)
hak untuk berekspresi. Dengan demikian ujung tombak untuk mewujudkan
pemerintahan yang terbuka dan demokratis tersebut adalah jaminan
perolehan informasi oleh masyarakat.
204
5. Bergulirnya era keterbukaan yang diharapkan menjadi wahana penataan
kembali segala perilaku bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
tampaknya belum memberikan kontribusi yang memadai bagi terwujudnya
kesejatian maksud dan tujuan reformasi yang kita dambakan bersama.
Kondisi sosial politik seperti ini masih terlihat dari terpolarisasinya
pemaknaan “nasionalisme” yang terjebak pada keinginan dan emosional
sementara masyarakat yang kurang dilandasi oleh nilai-nilai kebangsaan
dan komitmen bersama dalam membangun semangat dan jiwa masyarakat
untuk bangkit dari keterpurukan, bangkit dari kemerosotan moral, dan
bangkit untuk terhindar dari kenestapaan bangsa, serta bangkit untuk
melepaskan diri dari aroma friksi dan konflik yang sering terjadi di negara
kita tercinta Indonesia.
6. Friksi-friksi sosial – ekonomi – keagamaan – suku - dan emosi-emosi
kelompok sering terjadi karena adanya bias pemaknaan nasionalisme
yang kurang memberikan solusi dan tidak berujung pada pemahaman
bahwa kita adalah bangsa yang besar didalam kerangka NKRI. Kondisi ini
juga diperparah dengan adanya wacana yang cenderung mempolarisasikan
dan menyuburkan kontaminasi nilai-nilai kebangsaan, dengan berbagai motif
atau kepentingan dan popularitas sesaat.
7. Kondisi dan perkembangan masyarakat yang memberi nuansa
kerenggangan kohesivitas sosial masyarakat ini perlu adanya upaya
penggalangan partisipasi masyarakat guna menjalin kembali
keeratan/kohesivitas lintas komunitas tersebut melalui - salah satunya -
adalah aktivitas komunikasi kebangsaan. Komunikasi dimaksud untuk
memberikan arah kepada seluruh komponen bangsa, khususnya
205
masyarakat di daerah-daerah konflik dan rawan konflik dalam upaya
meningkatkan kualitas nasionalisme anggota masyarakatnya. Diharapkan
melalui kegiatan workshop yang bertemakan : PEACE EDUCATION AND
CONFLICT RESOLUTION” ini, aktivitas komunikasi kebangsaan ini dapat
memberi kontribusi bagi pendidikan politik masyarakat dalam
mempersemaikan kembali potensi kekerabatan, persaudaraan, persatuan
dan kesatuan yang telah menjadi kesepakatan dan konsensus bagi semua
anak bangsa. Dengan workshop ini, kiranya dapat terbangun jalinan yang
mampu mengingatkan kita semua, bahwa persatuan dan kesatuan
merupakan prasyarat mutlak dalam menangani permasalahan yang sedang
dihadapi oleh bangsa Indonesia.
8. Disinilah sebenarnya inti dari subtema workshop yang bertajuk :
Membangun Sistem dan Media Informasi Negara dalam Mencegah,
Menyelesaikan Konflik dan Membangun Perdamaian Berkelanjutan. Artinya
dengan bangunan sitem dimaksud, Informasi terkelola dengan baik, jujur,
transparan dan memiliki nilai tambah. Sehingga dari aspek kontennya
informasi yang terkelola tersebut memiliki nilai tambah, khususnya dalam
hal:
a. Menumbuhkan rasa aman, damai, tertib, dan tentram bagi masyarakat;
b. Memelihara kohesivitas sosial masyarakat yang mantap dan dinamis;
c. Meningkatkan ketertiban perilaku kehidupan sosial masyarakat;
d. Memelihara kehidupan masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan dan sejahtera dalam wadah NKRI;
e. Penegakan kedaulatan bangsa dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; serta
206
f. Memberikan nilai tambah bagi kehidupan ekonomi masyarakat.
9. Dari aspek kemajuan teknologinya informasi, memberikan peluang-peluang
kepada masyarakat luas untuk memperoleh pengetahuan dan ketrampilan
baru; peluang untuk memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi itu sendiri bagi pengembangan kesejahteraan; serta peluang
untuk mendapatkan manfaat yang lebih besar melalui perolehan informasi
yang sebanyak- banyaknya. Menurut Burt Nanus dalam revolusi ke lima,
menyatakan bahwa jutaan manusia sekarang ini mempunyai akses
terhadap pelayanan informasi secara cepat, murah dan dalam berbagai
lingkungan. Revolusi informasi itu dengan cepat telah berlangsung dan
melanda hampir semua negara di dunia. Revolusi informasi telah
mengantar masyarakat ke era baru yaitu masyarakat yang menguasai
informasi, sehingga prinsip : “siapa menguasai informasi, ia akan lebih
unggul dari yang lain”, menjadi sebuah cita-cita kita bersama.
Demikian yang dapat saya sampaikan dalam kesempatan ini, mudah-
mudahan dapat bermanfaat bagi penyelenggaraan workshop, dan bagi
kemajuan bangsa dan negara dimasa-masa yang akan datang.
Terima kasih
Wassalamu’alaikum Warakhmatullahi Wabarokatuh.
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
227
228
229
230
231
232
233
234
235
236
237
238
239
240
241
242
243
244
245
246
247
248
249
250
251
252
253
254
255
256
257
258
259
260
261
262
263
264
265
266
267
268
269
270
271
272
273
274
275
276
277
278
279
280
281
282
283
284
285
286
287
288
289
290
291
I - 24
PERANAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI DAN
PERSAINGAN DUNIA USAHA
Oleh:
Dr. Moedjiono, M.Sc.
Disampaikan pada:
Seminar Nasional Perspektif Ekonomi Indonesia
Lima Tahun Kedepan
Balai Raya Tiara Convention, Medan, 20 Maret 2005
IKATAN ALUMNI MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (IKA-MM-USU)
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Yth. Dewan Formatur, Ketua Umum, dan Panitia Pelaksana IKA-
MM USU,
Yth. Para ALUMNI Magister Manajemen USU,
Yth. Para Undangan serta hadirin sekalian yang saya muliakan.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat
Allah SWT, karena berkat Rahmat, Hidayah dan Ridho-Nya, kita
dapat berkumpul di tempat ini dalam keadaan sehat Wal’afiat,
untuk mengikuti acara Seminar yang diselenggarakan oleh
ALUMNI Magister Manajemen, Universitas Sumatera Utara.
292
Sebelum saya menyampaikan ceramah saya,
perkenankanlah saya pada kesempatan yang berbahagia ini
menyampaikan Ucapan Selamat sehubungan dengan pelantikan
Pengurus IKA-MM-USU.
Saya akan memulai ceramah saya dengan menguraikan
kecenderungan perkembangan teknologi komunikasi dan
informatika (ICT/Information and Communication
Technologies/TELEMATIKA) ke depan, selanjutnya kita akan
melihat bagaimana ICT berperan dalam pembangunan ekonomi
(nasional), potensi pasar ICT, serta persaingan dunia usaha.
Hadirin yang saya hormati,
”Globalisasi”, yang ditandai dengan semakin meningkatnya
interkoneksi dan interdependensi dunia, memfasilitasi
pertumbuhan perdagangan, investasi, dan keuangan lebih cepat
dari pendapatan nasional berbagai negara, sehingga ekonomi
nasional suatu negara akan semakin terintegrasi menjadi
ekonomi global. Globalisasi memfasilitasi bergeraknya ”4i”:
(informasi, investasi, infrastruktur, dan individu) melintasi batas-
batas negara.
Informasi dikumpulkan dan dikelola sebagai komoditi
strategis dengan nilai ekonomi yang tinggi, didistribusikan
kepada siapa saja yang membutuhkan. Investasi akan mengalir
ke berbagai tempat di mana saja, apabila pasar tersedia.
Infrastruktur akan dibangun di lokasi-lokasi dekat dengan
sumber daya (resources) yang tersedia. Individu akan bergerak
dengan mobilitas tinggi ke mana saja, dengan membawa
ketrampilan dan kompetensi yang dimiliki. Akselerasi proses
globalisasi yang dramatis, difasilitasi oleh revolusi di bidang
teknologi, khususnya teknologi komunikasi dan informatika, yang
293
mentransformasikan masyarakat dunia (termasuk masyarakat
Indonesia) memasuki suatu era yang kita kenal sebagai ”Era
Informasi”.
Era Informasi menjanjikan peluang akses yang sama dan
lebih luas terhadap informasi dan pengetahuan; menjanjikan
pemberdayaan masyarakat yang lebih meningkat; pertumbuhan
ekonomi dan lapangan kerja; serta meningkatkan akses pada
layanan dasar (seperti kesehatan dan pendidikan). Namun
globalisasi juga harus diwaspadai dan disikapi secara bijaksana,
oleh karena kegagalan demi kegagalan perundingan liberalisasi
perdagangan dalam kerangka WTO (World Trade Organization),
serta semakin meningkatnya gerakan anti globalisasi di berbagai
negara, mengindikasikan ada yang salah dengan pengelolaan
globalisasi selama ini. Joseph Stiglitz, pemenang Nobel dalam
Bidang Ekonomi pada tahun 2001 menyatakan bahwa berbagai
perjanjian perdagangan internasional yang telah memainkan
peranan besar dalam menghapuskan hambatan-habatan
perdagangan dan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan
pada negara-negara berkembang dalam proses globalisasi, perlu
dipertimbangkan kembali secara radikal.
Sebagaimana diketahui, Perjanjian GATT (General
Agreement on Tariff and Trade), GATS (General Agreement on
Trade in Services), dan ITA (Information Technology Agreement)
dalam kerangka WTO mencakup pula perdagangan barang dan
jasa di sektor teknologi komunikasi dan informatika, oleh karena
itu rangkaian perundingan yang selama ini dikoordinasikan oleh
TKBJ (Tim Koordinasi Bidang Jasa) Departemen Keuangan, serta
implementasi berbagai Perjanjian WTO tersebut harus dapat
mendorong pengembangan sektor ICT nasional, dan bukan
semata-mata hanya membuka pasar domestik saja. Sebaliknya,
294
para pemain (players), operator ICT juga harus terus
meningkatkan kapasitasnya agar bisa memanfaatkan pasar asing
yang terbuka sebagai hasil negosiasi dalam kerangka perjanjian
WTO, sehingga tidak terus-menerus hanya menjadi pemain
domestik saja, tetapi dapat berkompetisi di arena global (melalui
investasi keluar negeri).
Hadirin sekalian yang saya hormati,
Peranan teknologi komunikasi dan informatika (ICT) telah
diakui secara luas di berbagai negara. Dalam konteks ini,
Pemerintah telah menempatkan teknologi komunikasi dan
informatika pada tataran penting, sebagai kekuatan pendorong
(driving force) dalam upaya mencapai sasaran dan tujuan
pembangunan nasional.
ICT (sebagaimana pengalaman di berbagai Negara) terbukti
telah memainkan peranan penting, baik sebagai ”sektor”
maupun sebagai ”enabler”. Sebagai ”sektor”, ICT penting bagi
penyebaran teknologi. Sebagai ”enabler”, ICT penting bagi
pembangunan sosial-ekonomi negara. Sebagai contoh: Brasil,
Costa Rica dan India melakukan pengembangan ICT dengan
pendekatan ICT sebagai “sektor”, dengan fokus pada
pengembangan kapasitas nasional, pasar domestik, dan pasar
ekspor. Malaysia, Irlandia, Afrika Selatan, dan Estonia
mengembangkan ICT dengan pendekatan ICT sebagai “enabler”
dengan fokus pada pencapaian sasaran pembangunan nasional
masing-masing, dan meletakkan diri pada posisi global (seperti
pembangunan Multimedia Super Corridor di Malaysia).
Kenyataan menunjukkan kedua area strategis (ICT sebagai
”sektor” dan ICT sebagai ”enabler”) saling tergantung satu
dengan yang lain. Area yang pertama (ICT sebagai sektor) tanpa
295
area kedua (ICT sebagai enabler) tidak memiliki arti dan dampak
yang substansial, sebaliknya area yang kedua saja (ICT sebagai
enabler) tanpa pengembangan infrastruktur yang dipersyaratkan
tidak akan memberi hasil bagi terwujudnya masyarakat informasi
yang diinginkan. Oleh karena itu, Indonesia mengembangkan
sektor ICT dengan kedua pendekatan sekaligus (ICT sebagai
”sektor” dan ICT sebagai ”enabler”).
Apabila berbagai peluang ICT dapat dimanfaatkan secara
tepat, dapat memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan
kualitas hidup, serta memfasilitasi implementasi strategi nasional
untuk mengurangi kemiskinan dan pencapaian Sasaran-sasaran
Pembangunan Millenium (Millenium Development Goals) pada
tahun 2015 sebagaimana telah ditetapkan oleh PBB yaitu:
(1) Mengurangi kemiskinan dan kelaparan
(2) Kemampuan untuk mengikuti dan
pendidikan dasar secara universal
(3) Promosi persamaan gender dan
pemberdayaan perempuan
(4) Mengurangi tingkat kematian anak-anak
(5) Meningkatkan kesehatan ibu-ibu
(6) Penanggulangan HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainya
(7) Memastikan perlindungan terhadap lingkungan
yang berkelanjutan
(8) Mengembangkan kerjasama (partnership) global
bagi pembangunan
296
Pemenuhan keseluruhan target Millenium Development
Goals (MDG) tersebut menjadi kewajiban setiap Negara
(termasuk Indonesia). Untuk melaksanakan komitmen global
(pemenuhan target-target MDG), maka Pemerintah melalui
Departemen Komunikasi dan Informatika selaku Departemen
yang mengkoordinasikan pengembangan ICT secara nasional
telah menyusun e-Nasional Strategi
(e-Indonesia), yang mendeskripsikan berbagai kebijakan dan
strategi nasional (Indonesia) dalam bidang ICT, difokuskan pada
peningkatan pembangunan nasional Indonesia melalui
penyebaran teknologi komunikasi dan informatika secara tepat
dan efektif, serta penyiapan berbagai kondisi, persyaratan yang
dibutuhkan (termasuk Rencana Aksi yang melibatkan seluruh
stakeholder) untuk pencapaian target-target MDG.
Hadirin yang saya hormati,
Industri ICT/TELEMATIKA dunia berkembang amat pesat,
dengan pertumbuhan 6.9% per tahun, dan tercatat pasar ICT
tahun 2004 mencapai USD 533 miliar. Dari pasar yang demikian
besar, pasar Asia tercatat sebesar USD 42 miliar dengan
pertumbuhan 23% per tahun. Di Indonesia sendiri, pasar sektor
ini (ICT) tercatat baru sekitar USD 1,3 miliar dengan
pertumbuhan pada tahun 2004 dan 2005 masing-masing 9,8%
dan 22,1%. Dari total penjualan sebesar ini, diperkirakan USD
0,5 s/d 0,75 miliar diserap oleh sektor perbankan.
Berdasarkan ISIC (International Standard Industrial
Classification) terhadap seluruh aktivitas ekonomi, yang
dikeluarkan oleh PBB, industri ICT memiliki cakupan yang luas:
297
Penerbitan, percetakan, dan reproduksi media rekaman (penerbitan buku, brosur, dan publikasi lainnya; penerbitan surat kabar, jurnal, musik, dsb)
Pos dan Telekomunikasi (telekomunikasi: long distance, local, wireless, data, Internet)
Komputer dan aktifitas terkait (software publishing, data processing, data activities and online distribution of electronic content, IT consulting, system integration, application management, hardware and software deploy and support, IT education and training, custom
applivation development, dsb) Rekreasi, budaya, dan aktifitas olah-raga (gambar
bergerak, produksi dan distribusi video; kegiatan yang terkait dengan radio dan televisi, aktifitas kantor berita, aktifitas yang terkait dengan perpustakaan dan arsip, dsb)
Secara kategori, sektor ICT dibagi kedalam group dan
classes sbb:
Manufacture of office, accounting and computing machinery
Manufacture of electrical machinery and apparatus Manufacture of radio and television and communication
equipment and apparatus Manufacture of medical appliances and instruments and
appliance for measuring, checking, testing, navigating, and other purposes, except optical instruments
Wholesale trade and commission trade, except of motor vehicles and motorcycles
Post and Telecommunications Renting of machinery and equipment without operator
and of personal and household goods Computer and related activities
298
Cakupan industri ICT yang amat luas tersebut, menunjukan
potensi pasar ICT yang sangat besar. Indonesia, dengan
penduduk sekitar 220 juta, dan proyeksi pertumbuhan ekonomi
mencapai 7.2% pada tahun 2009, serta meningkatnya
pemanfaatan ICT oleh masyarakat luas, diyakini pasar industri
ICT nasional akan tumbuh sangat substansial, dan akan
menciptakan multiply effect bagi sektor lain, serta membuka
lapangan kerja baru.
Hadirin yang saya hormati,
Melangkah ke depan, kita menghadapi tantangan
”globalisasi”, yang mensyaratkan demokratisasi, desentralisasi,
transparansi dalam proses, kompetisi, serta perlakuan yang sama
(equal treatment) bagi semua pihak (asing dan domestik).
Seberapa jauh dunia usaha khususnya industri ICT/TELEMATIKA
nasional dapat bersaing dan berkompetisi di arena global, amat
tergantung pada pemenuhan terhadap syarat-syarat prinsipil
yaitu:
Kemampuan untuk mengorganisasikan industri, bisnis yang efektif dan efisien, serta mampu mempertahankan keberlanjutannya (sustainable)
Mampu melakukan akses langsung (lebih cepat) dan meresponse permintaan pasar dengan cepat. Dalam kaitan ini, ICT berperan sebagai ’tools” untuk merealisasikan kecepatan akses dan response ke pasar (akses informasi)
Mampu melakukan inovasi produk dan jasa untuk memenuhi permintaan pasar yang berubah cepat
Memiliki baik competitive advantage maupun comparative advantage terhadap produk dan jasa yang ditawarkan oleh pihak lain
299
Mampu mempertahankan kualitas dan deliverable sesuai dengan jadwal yang telah disepakati
Pemenuhan terhadap syarat-syarat prinsipil yang saya
kemukakan, akan dapat meningkatkan kemampuan industri ICT
nasional untuk bersaing dan berkompetisi di arena global.
Hadirin yang saya hormati,
Memasuki epilog Ceramah saya, saya ingin mengajak kita
bersama untuk mencermati berbagai kecenderungan (trend) ke
depan sebagai berikut:
1. Kita akan mengamati revolusi teknologi komunikasi dan informatika/ICT/TELEMATIKA yang berperan sebagai ”episenter” serta kekuatan pendorong (driving force) bagi transformasi di berbagai bidang kehidupan manusia. Tahun 1980-an kita menyaksikan keterhubungan berbagai data secara online.
Tahun 1990, kita menyaksikan berbagai dokumen dikirim
melalui Internet. Tahun 2000, kita menyaksikan munculnya
demam Website atau gaya hidup web. Pada tahun 2010,
kita akan menyaksikan produk ICT tertentu akan berperan
sebagai Global Brain di mana ”informasi”, ”pengetahuan”
akan menjadi faktor yang amat menentukan bagi
pembangunan ekonomi suatu negara.
2. Di bidang ekonomi, kita telah mengamati transformasi dari
ekonomi pertanian menuju ekonomi industri, dari ekonomi industri menuju ekonomi jasa, dari ekonomi jasa menuju ekonomi informasi. Perkembangan selanjutnya, kita akan menyaksikan hadirnya ekonomi gaya hidup (lifestyle economy).
300
3. Dalam hal pengelolaan organisasi, akan terjadi proses transformasi dari manajemen kinerja menuju manajemen proses, selanjutnya transformasi menuju manajemen pengetahuan, dan transformasi berlanjut menuju manajemen inovasi.
4. Dibidang sektor publik, akan terjadi transformasi dari paradigma lama menuju paradigma baru yaitu:
Dari pemerintah yang efisien menuju pemerintah yang efektif
Dari administrasi publik menuju layanan publik
Dari regulasi menuju promosi, fasilitator Dari layanan berantai menuju layanan satu pintu (one-
stop services), dan selanjutnya menuju zero-stop services
Dari ketiadaan input dengan hasil tanpa output, bergeser ke tanpa keluaran tidak ada pendapatan.
Demikian ceramah yang dapat saya sampaikan dalam ”Seminar
Nasional Perspektif Ekonomi Indonesia Lima Tahun ke depan”
yang diselenggarakan oleh IKA-MM-USU, semoga bermanfaat.
Pada kesempatan yang baik ini saya mengajak seluruh peserta
Seminar dan hadirin sekalian, marilah kita sumbangkan
pengabdian terbaik kita bagi kejayaan bangsa dan negara kita
tercinta ini, bersama kita bisa. Selamat berseminar dan semoga
sukses.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
301
302
303
304
305
306
307
308
309
310
311
312
313
314
315
316
317
318
319
320
321
322
323
I - 27
STRATEGI PENGEMBANGAN TELEMATIKA INDONESIA
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA MANUSIA
ORASI ILMIAH
Oleh:
Dr. Moedjiono, M.Sc.
PADA ACARA
WISUDA SARJANA DAN AKHLI MADYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
TAHUN AKADEMIK 2004/2005
Bandung, 26 Maret 2005
Yang Saya Hormati :
Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Telekomunikasi,
Civitas Academica Sekolah Tinggi Teknologi Telekomunikasi,
Para Wisudawan dan Wisudawati, serta
Hadirin yang berbahagia.
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Salam Sejahtera Bagi Kita Semua.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT,
karena atas rahmat dan ridho-Nya, pada hari ini 26 Maret 2005 kita dapat
menghadiri acara Wisuda Sarjana Strata Satu (S-1) dan Akhli Madya Sekolah
Tinggi Teknologi Telkom Tahun Akademik 2004/2005. Dalam kesempatan yang
324
berbahagia ini, saya selaku pribadi (Menkominfo) dan seluruh staf Depkominfo
mengucapkan selamat kepada Wisudawan dan Wisudawati Sekolah Tinggi
Teknologi (STT) Telkom yang telah berhasil menyelesaikan studinya. Harapan
saya semoga ilmu pengetahuan dan keterampilan yang Saudara peroleh selama
mengikuti pendidikan di Sekolah Tinggi Teknologi Telkom dapat diabdikan
pada masyarakat.
Saya juga mengucapkan selamat dan penghargaan kepada para orang tua
wisudawan dan wisudawati serta semua Civitas Academica yang telah
membimbing, membekali dan menghantarkan mereka sehingga dapat
menyelesaikan tugas belajarnya di STT Telkom.
Wisuda di lembaga pendidikan tidak hanya merupakan suatu prosesi
yang menandai berakhirnya rangkaian proses belajar, tetapi juga merupakan
simbol dari pengakuan dan pernyataan untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan ke jenjang yang lebih tinggi atau siap mengimplementasikan
ilmunya ke dalam dunia nyata. Ilmu pengetahuan mempunyai hubungan timbal
balik dengan dunia nyata, dimana ilmu pengetahuan memberikan jalan
pemecahan permasalahan yang dihadapi dalam kenyataan yang dihadapi
manusia sehari-hari, baik masa sekarang maupun di masa yang akan datang.
Dalam konteks itulah, sesuai dengan permintaan dari Civitas Academica
STT Telkom, saya akan membahas masalah strategi pengembangan telematika
dan kaitannya dengan kebutuhan dan pengembangan sumber daya manusia
(SDM) di bidang teknologi informasi dan komunikasi.
1. Strategi Pengembangan Telematika.
Strategi pengembangan telematika haruslah diletakkan dalam kerangka
perkembangan peradaban dunia. Dalam hubungan ini, Alfin Tofler membagi
peradaban dunia menjadi tiga tingkatan, yaitu masyarakat pertanian (agraris),
masyarakat industri dan masyarakat informasi. Ketiga peradaban tersebut di
325
Indonesia terjadi sekaligus, yaitu ada sebagian masyarakat kita yang sudah
memasuki peradaban masyarakat informasi, namun ada juga yang dalam
tahapan peradaban masyarakat industri, dan bahkan yang terbanyak masih ada
dalam kelompok masyarakat agraris atau tradisional.
Berdasarkan prediksi Alvin Tofler tersebut, peradaban masa depan adalah
masyarakat informasi (information society), yaitu peradaban dimana informasi
sudah menjadi komoditas atau kebutuhan utama dan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Interaksi antar manusia sudah
berbasis teknologi informasi dan komunikasi (ICT). Setiap orang dapat
menciptakan, mengakses, menggunakan dan membagi (share) informasi dan
pengetahuan, sehingga diharapkan dapat mendorong individu dan masyarakat
untuk mengembangkan potensi mereka dalam pembangunan yang
berkelanjutan untuk memperbaiki kualitas hidup. Dewasa ini, masyarakat yang
telah memasuki peradaban masyarakat informasi telah mempersiapkan diri
untuk berkembang menjadi masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-based
society).
Masyarakat informasi sudah menjadi target global, yang dirancang
bersama oleh negara-negara di dunia pada KTT masyarakat informasi atau
World Summit on the Information Society (WSIS) yang diselenggarakan pada bulan
Desember 2003. Isi kesepakatan WSIS antara lain menjelaskan bahwa
membangun masyarakat informasi menuju masyarakat berbasis pengetahuan
adalah cara penting untuk meningkatkan perekonomian dan kualitas hidup
masyarakat. Kesepakatan lain ialah dengan memperhatikan tujuan dan
kondisi nasional masing-masing negara agar berupaya mencapai target
pembangunan pada tahun 2015, yaitu seluruh desa, sekolah dan perguruan
tinggi, perpustakaan, rumah sakit, serta kantor-kantor pemerintahan, sudah
terhubung dengan teknologi informasi dan komunikasi. Pada waktu tersebut,
diharapkan 50% penduduk dunia sudah mampu mengakses informasi dengan
326
ICT. Bila kita tidak berhasil melaksanakan program tersebut maka kita akan
terisolasi dari perkembangan yang terjadi di lingkungan global.
Pada tatanan global sebagaimana dikemukakan tadi terdapat perubahan
paradigma pertumbuhan ekonomi dari konsep modal dan tenaga kerja kepada
penggunaan pengetahuan sebagai komponen utama pertumbuhan ekonomi dan
produktifitas yang dikenal sebagai ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge-
based economy). Dalam hal ini pertumbuhan ekonomi suatu bangsa didorong oleh
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat serta didukung oleh
penggunaan ICT dalam segala segi kehidupan. Pendayagunaan ICT sebagai
enabler dari knowledge economy dalam meningkatkan produktifitas dan
pertumbuhan ekonomi menjadi faktor utama, selain faktor modal dan tenaga
kerja. Pada era ekonomi baru ini informasi merupakan sumberdaya yang lebih
penting dibandingkan dengan sumberdaya lainnya (Men, Machines, Money, and
Materials), dimana informasi merupakan bahan baku dari knowledge dan
merupakan modal dasar untuk dapat bersaing. Pengetahuan menjadi komoditas
dan juga menjadi energi dalam transaksi antar pelaku pasar.
Dengan melihat perhatian dalam forum dunia tersebut, dapat disimpulkan
bahwa tatanan masa depan adalah masyarakat berbasis pengetahuan dan hal itu
dicapai setelah kita bisa mewujudkan tahapan masyarakat berbasis informasi.
Menghadapi tantangan itu, jelas bangsa Indonesia harus mengikuti dan
menyiapkan langkah-langkah stategis untuk mencapai target-target global
tersebut.
Dalam mengembangkan telematika, Indonesia telah merumus-kan visi ke
depan, yaitu : “Membangun Masyarakat Informasi Indonesia yang sejahtera,
berlandaskan nilai budaya bangsa dan berperan dalam persaingan global”.
Dengan visi tersebut, Indonesia mengarahkan pengembangan telematika
untuk mewujudkan masyarakat Indonesia sebagai masyarakat informasi, yang
327
mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Masyarakat Informasi
Indonesia yang dibentuk merupakan bagian dari Information Society dunia
sebagaimana telah dicanangkan dalam Declaration of Principles dari World Summit
on the Information Society (WSIS) di Jenewa pada tanggal 12 Desember 2003 yang
lalu.
Walaupun mengacu pada tatanan masyarakat informasi dunia, arah
pengembangan telematika membingkai masyarakat Informasi Indonesia dengan
nilai-nilai budaya bangsa yang selama ini dijunjung tinggi oleh bangsa
Indonesia. Dalam konteks persaingan global, sebagai negara yang keempat
terbesar jumlah penduduknya di dunia, Indonesia akan berperan dalam
persaingan global khususnya dalam memanfaatkan peluang di bidang
Telematika.
Pengembangan telematika dalam konteks peningkatan kesejahteraan
dititik beratkan pada upaya pengembangan nilai tambah dalam dua aspek,
yaitu:
1. Telematika sebagai sektor (industri), memproduksi barang
(hardware/software) dan jasa yang dapat memberikan kontribusi dalam
meningkatkan pendapatan negara dan pendapatan perkapita masyarakat.
2. Telematika sebagai enabler (pendukung), mendukung aktivitas lembaga dan
masyarakat di semua sektor untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas,
antara lain untuk meningkatkan pelayanan publik melalui e-government, e-
health, e-commerce, dan e-education.
Dalam kaitan ini, fenomena yang kita hadapi adalah digital divide atau
kesenjangan kemampuan mengakses ICT, baik antara wilayah maupun antar
lapisan dan golongan masyarakat, serta dengan negara lain. Dalam konteks ini
diperlukan upaya untuk menyiapkan SDM yang mampu menguasai ICT, untuk
dapat mengambil manfaat globalisasi.
328
Melihat fenomena tersebut, pemerintah terus berupaya menempatkan
pengembangan dan pemanfaatan ICT sebagai salah satu prioritas pembangunan,
agar manfaat ICT dapat dirasakan di seluruh strata kehidupan bangsa, tidak
hanya di sektor bisnis dan dunia usaha, tetapi juga pemanfaatannya di sektor
pemerintahan, baik di pusat dan daerah, di sektor pendidikan, sampai dengan
pemanfaatannya bagi peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat.
Konvergensi 3 C (Communications, Computing dan Content) telah
mempengaruhi dengan sangat signifikan perkembangan ICT, dimana industri
terkait telah berkembang sangat pesat memenuhi kebutuhan masyarakat agar
mampu meningkatkan daya saing pada tataran lokal, regional maupun global.
Apa yang dilakukan Indonesia dalam pengembangan telematika, sudah
sejalan dengan program WSIS. Jika WSIS menghendaki adanya plan of action
pada tahun 2015, maka Sistem Informasi Nasional (SISFONAS), yang sedang
disusun merupakan embrio dari e-Indonesia sebagai plan of action yang
diharapkan WSIS. Dari segi kelembagaan, WSIS memberikan gambaran
mengenai elemen yang mempunyai peranan penting untuk berpartisipasi dalam
pengembangan masyarakat informasi, yaitu seluruh stakeholder. Elemen tersebut
adalah: pemerintah, dunia usaha dan civil society (masyarakat). Artinya ketiga
elemen itulah yang akan menjadi tulang punggung dalam upaya mewujudkan
masyarakat informasi.
Tindak lanjut hasil-hasil WSIS tersebut kita laksanakan dalam bentuk,
antara lain : (a) diseminasi dan sosialisasi hasil-hasil WSIS, (b) mengakomodasi
dan memantau berbagai masukan dari masyarakat dalam rangka
penyempurnaan serta pencarian strategi yang tepat untuk menghadapi WSIS
Tahap II di Tunisia tahun 2005, dan (c) “implementasi” butir-butir prinsip-
prinsip Deklarasi dan butir-butir Rencana Aksi.
329
Dalam kaitan ini Tim Koordinasi Telematika Nasional (TKTI) yang
ditetapkan melalui Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 2003, sudah merupakan
wadah yang memayungi tiga stakeholder tersebut di atas. Kebijakan lainnya
yang sejalan dengan program WSIS ialah : upaya pengembangan dan
implementasi e-Government. Untuk itu, pemerintah telah mengeluarkan
Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003, tentang Strategi dan Kebijakan Nasional
Pengembangan e-Government, yang memuat arahan bagaimana instansi terkait
dan Pemerintah Daerah dalam upaya penerapan dan pengembangan e-
Government.
Di bidang regulasi kita menyiapkan, RUU di bidang telematika yaitu RUU
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, yang diharapkan dapat segera
dibahas dengan DPR untuk dijadikan Undang-Undang, karena kehadirannya
sudah ditunggu masyarakat. Perundang-undangan mengenai teknologi
informasi sangat diperlukan sebagai bingkai dalam mengimplementasikan
teknologi informasi dan komunikasi agar pemanfaatannya lebih optimal dan
bisa melindungi semua kepentingan stakeholder.
2. Implikasi Terhadap Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Implikasi yang paling mendasar dalam rangka memberikan nilai tambah
bagi masyarakat dan memenuhi target WSIS sebagai wujud ikut serta menjadi
bagian dari komunitas global diperlukan upaya pengembangan sumber daya
manusia yang komprehensif sejalan dengan perkembangan di bidang teknologi
informasi dan komunikasi dan bertolak dari kondisi nyata SDM kita.
Kondisi atau posisi Indonesia dalam kaitannya dengan pengembangan
SDM dan pendayagunaan telematika menunjukkan bahwa, daya saing Indonesia
dibandingkan dengan negara lain di dunia menempati posisi yang jauh
tertinggal, yaitu menempati urutan ke 58 dari 60 negara (sumber : The IMD
World Competitiveness Year Book 2004).
330
Secara umum kondisi SDM bangsa Indonesia sangat memprihatinkan. Hal
ini dapat dilihat dari rendahnya ranking Human Development Index Indonesia
tahun 2004, yaitu urutan ke 111 dari 177 negara di dunia (sumber : Human
Development Report – UNDP, 2004). Rendahnya indeks pembangunan manusia
ini merupakan tantangan kita semua yang harus dihadapi. Mengingat salah satu
komponen indeks tersebut adalah indeks pendidikan, maka perlu upaya
terobosan dalam penyelenggaraan pendidikan yang juga memerlukan
perubahan paradigma. Dalam hal ini perlu upaya pendayagunaanICT dalam
penyelenggaraan pendidikan untuk akselerasi penciptaan SDM Indonesia yang
berkualitas dan jumlahnya memenuhi kebutuhan.
Dilihat dari indikator e-readiness yang terdiri dari kesiapan infrastruktur
ICT, serta kebijakan, lingkungan usaha dan sosial yang mendukung, maka posisi
Indonesia dibandingkan negara lain pada tahun 2004 berada di urutan ke 59 dari
64 negara (sumber : Economist Intelligence Unit).
Dilihat dari “teledensity” yang masih rendah, yaitu 11-25% di kota besar
dan 0,2% di daerah perdesaan, dimana sekitar 43.022 desa (64,4% dari 66.778
jumlah total desa) masih belum memiliki akses telepon. Penetrasi telepon yaitu
fixed line adalah 7,82 juta atau sekitar 3%, sedangkan telepon seluler kurang
lebih 20 juta (sumber : Ditjen. Postel, 2005). Adapun penetrasi komputer masih
sekitar 2%, sedangkan jumlah pengguna internet sejak tahun 2002 meningkat
cukup banyak, yaitu pada tahun 2004 menurut APJII sekitar 12 juta orang. Yang
cukup menggembirakan adalah penggunaan Internet oleh lembaga pendidikan
terus meningkat, dimana menurut IDNIC pada saat ini terdapat 639 domain
ac.id yaitu untuk perguruan tinggi dan 841 domain sch.id untuk sekolah.
Dilihat dari e-literacy masyarakat sebagai prasyarat utama untuk
mewujudkan knowledge-based society, pada umumnya sebagian besar masyarakat
Indonesia masih pada tingkatan belum peduli dan belum memahami dan hanya
sedikit yang sudah pada tingkatan dimana kehidupan orang itu sudah tidak
331
dapat dipisahkan dengan ICT. Dalam rangka meningkatkan efisiensi, efektivitas,
transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan
publik, pemanfaatan ICT dalam proses pemerintahan (e-government) menjadi
program prioritas. Namun dalam pelaksanaannya hanya sebagian kecil dari
jumlah pegawai negeri yang mampu mendayagunakan ICT. Terdapat
kesenjangan antara ketersediaan dan kebutuhan SDM di bidang ICT. Untuk itu,
diperlukan upaya terobosan agar dapat memenuhi kebutuhan nasional serta
target WSIS pada tahun 2015.
3. Kebijakan Pengembangan SDM.
Dalam menjawab tantangan di bidang pengembangan telematika dan
kondisi SDM telematika dewasa ini, maka arah kebijakan pengembanagan SDM
telematika, diarahkan sebagaimana visi dan misi sebagai berikut :
Visi :
Membangun Manusia Indonesia berbasis ICT (telematika) yang mampu
meningkatkan kesejahteraan dan daya saing bangsa.
Misi :
a. Meningkatkan e-literacy dalam rangka membangun manusia Indonesia
berbasis telematika melalui pendidikan formal dan non formal serta
informal.
b. Mengembangkan kapasitas SDM untuk meningkatkan layanan publik guna
meningkatkan kesejahteraan.
c. Mendorong manusia Indonesia untuk memanfaatkan ICT dalam rangka
peningkatan daya saing bangsa di seluruh aspek kehidupan.
d. Meningkatkan kapasitas tenaga kerja telematika untuk mendukung
pertumbuhan industri telematika Indonesia.
332
Dalam kerangka pengembangan literasi masyarakat, secara ideal
diharapkan seluruh masyarakat Indonesia harus memiliki e-literacy dalam
tingkatan tertentu, yang berarti sekitar 220 juta rakyat harus menjadi “manusia
melek telematika” atau melek ICT. Untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan
waktu dan tahapan yang lebih pragmatis sesuai dengan kebutuhan yang ada.
UNESCO mengklasifikasikan SDM telematika menjadi dua kategori besar, yaitu
ICT-worker dan ICT-enabled worker1. ICT worker adalah orang-orang yang
memiliki kemampuan mengembangkan produk-produk ICT seperti perangkat
keras, perangkat lunak, dan jasa-jasa, baik yang berada dalam lingkungan
industri ICT maupun yang tersebar di berbagai perusahaan atau organisasi yang
menerapkan ICT2. Sedangkan ICT-enabled worker adalah orang-orang yang secara
aktif berperan sebagai user atau pengguna perangkat ICT yang memiliki
kesiapan dalam memahami, mengelola, dan memanfaatkan ICT untuk
menunjang peningkatan kinerja aktivitasnya sehari-hari.
Kebutuhan tenaga ICT tidak saja untuk memenuhi kebutuhan industri ICT
untuk ekspor dan kebutuhan dalam negeri maupun industri lainnya (non-ICT),
tetapi juga untuk tenaga ICT sebagai pendukung di lembaga pemerintah,
lembaga pendidikan, dan masyarakat.
Perkiraan kebutuhan SDM ICT pada tahun 2004 mencapai 24,6 juta orang
atau 10.95% dari penduduk Indonesia dan pada tahun 2008 diperkirakan akan
mencapai 32,6 juta orang atau 11,91% dari penduduk Indonesia.
Untuk memenuhi kebutuhan SDM di bidang ICT dewasa ini diisi oleh
lulusan pendidikan tinggi, baik dari jurusan ICT atau jurusan lainnya, serta
1 United Nations. (2000). Human Resources Development for Information Technology. New York, USA: Economic and Social
Commission for Asia and the Pacific.
2 Mereka adalah kumpulan dari individu yang bekerja pada Divisi atau Departemen terkait dengan sistem informasi, teknologi
informasi, dan manajemen informasi, mulai dari level pimpinan hingga para data entry.
333
sekolah kejuruan dan kursus-kursus di bidang ICT. Perguruan Tinggi di bidang
telematika beraneka ragam, baik dari konsentrasi program pendidikan maupun
jenjang kelembagaannya. Dilihat dari konsentrasi program pendidikan, terdapat
keanekaragaman antara lain : ilmu komputer, teknologi komputer, informatika,
teknologi informatika, manajemen komputer, dan komputer akuntansi. Selain itu
termasuk pula bidang-bidang ilmu mengenai elektronika/telekomunikasi serta
kearsipan dan perpustakaan. Dilihat dari kelembagaannya antara lain
ditemukan beberapa nama, seperti : Universitas, Fakultas, Departemen, Jurusan,
Sekolah Tinggi, Akademi, dan Politeknik.
Secara keseluruhan perkiraan ketersediaan SDM ICT yang bersumber dari
lembaga pendidikan, kursus-kursus dan lembaga mandiri, adalah sekitar 8,2 juta
orang pada tahun 2004 dan diperkirakan pada tahun 2008 mencapai 19,8 juta
orang.
Terdapat kesenjangan antara ketersediaan dan kebutuhan SDM-ICT untuk
tahun 2004 sekitar 300%, dan diperkirakan kesenjangan tersebut pada tahun 2008
sekitar 165%. Untuk itu, diperlukan upaya terobosan agar sesuai dengan target
WSIS pada tahun 2015, kebutuhan bisa terpenuhi.
Implikasi adanya kesenjangan ketersediaan dan kebutuhan tersebut, ialah
diperlukan beberapa upaya, antara lain :
Peningkatan literasi masyarakat terhadap ICT, agar masyarakat melek atau
memahami manfaat ICT.
Peningkatan kuantitas dan kualitas SDM untuk ICT worker dan ICT enabled
worker.
Dalam konteks ini lembaga pendidikan tinggi di bidang ICT memiliki
peranan strategis, yaitu :
334
Lembaga pendidikan bidang ICT dapat menjadi ICT center of excellence di
wilayah dimana lembaga pendidikan ini berada. Lembaga pendidikan
tersebut melakukan pendidikan dan pelatihan untuk memberdayakan
masyarakat melalui sosialisasi dan pelatihan terhadap masyarakat.
Lembaga pendidikan dapat secara terus menerus meningkatkan
kapasitasnya, untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga ICT di perusahaan-
perusahaan industri ICT.
Lembaga pendidikan ICT dapat menyiapkan tenaga ICT untuk menunjang
lembaga pendidikan lainnya agar dalam proses belajar mengajarnya
mendayagunakan ICT.
4. Penutup.
Melalui forum yang terhormat ini, saya mengajak semua pihak untuk
mengembangkan kreativitas dan karya bagi bangsa dan negara melalui inovasi
di bidang teknologi informasi dan komunikasi. Sekolah Tinggi Teknologi
Telekomunikasi, yang secara spesifik menghasilkan tenaga-tenaga akhli di
bidang telematika, diharapkan akan memberikan warna pada perkembangan
telematika di masa yang akan datang. Kepada para wisudawan dan wisudawati,
apa yang telah saya sampaikan merupakan tantangan untuk mendayagunakan
telematika sebagai solusi dalam mengatasi permasalahan bangsa.
Diharapkan para wisudawan dan wisudawati untuk senantiasa tidak
berhenti belajar, tetapi terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh selama mengikuti pendidikan di STT Telkom dengan penuh
tanggungjawab dan memegang teguh etika profesi. STT Telkom sebagai institusi
pendidikan diharapkan tidak saja menjadi institusi dimana mahasiswa belajar
(institution of learning), tetapi juga merupakan institusi yang senantiasa belajar (a
335
learning institution), sehingga menjadi salah satu center of excellence di bidang
pendidikan telematika.
Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga bermanfaat sebagai bekal
perjuangan lanjut, dan marilah kita semua menyembahkan pengabdian terbaik
kita bagi kejayaan bangsa dan negara kita tercinta. Bersama kita bisa.
Terima kasih dan selamat berkarya.
Wabilahit Taufiq wal hidayah, Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.
336
337
338
339
340
341
342
343
344
345
346
347
I-29
PERANAN TELEMATIKA DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT INFORMASI INDONESIA YANG DAMAI DAN SEJAHTERA
Orasi Ilmiah
Disampaikan Oleh :
DR. MOEDJIONO, M.Sc.
Pada Acara
Wisuda Pascasarjana, Sarjana dan Ahli Madya Universitas Budi Luhur dan Akademi Sekretari Budi Luhur
Jakarta Convention Center, Jakarta, 8 April 2005
Assalamu‟alaikum Wr.Wb.,
Yang saya hormati :
Bapak Ketua Yayasan Pendidikan Budi Luhur dan Staf, Bapak Rektor dan Civitas Akademika Universitas Budi Luhur, Yang berbahagia Para Wisudawan/Wisudawati, Para Orang Tua, Undangan dan Hadirin yang berbahagia.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang
Maha Esa, yang telah melimpahkan segala karunia kenikmatan termasuk
kesehatan dan kekuatan sehingga kita bisa menghadiri acara Wisuda
Pascasarjana, Sarjana dan Ahli Madya Universitas Budi Luhur dan Akademi
Sekretari Budi Luhur hari ini dengan wajah penuh kecerahan dan kebahagiaan.
Pada kesempatan yang baik ini, perkenankan kami mengucapkan “Dirgahayu
Yayasan Pendidikan Budi Luhur” dan selamat kepada para
Wisudawan/Wisudawati, para Dosen dan seluruh Civitas Akademika serta para
Orang Tua yang telah sukses menyelesaikan, melaksanakan dan mendukung
proses belajar mengajar sehingga mencapai tingkat kompetensi sesuai yang
diinginkan. “Sukses adalah sebuah perjalanan bukan suatu tujuan” (Joseph
348
Gorman). Prosesi ini selain menandai berakhirnya satu tingkat rangkaian proses
belajar mengajar, juga merupakan simbol pengakuan dan pernyataan untuk bisa
mengembangkan ke jenjang kompetensi yang lebih tinggi dan siap
mengimplementasikannya ke dalam dunia nyata yaitu mengabdikan kompetensi
yang dimiliki kepada masyarakat.
Pada saat yang bersejarah ini saya ingin menyampaikan orasi ilmiah dengan
judul “Peranan Telematika dalam Pembangunan Masyarakat Informasi
Indonesia yang Damai dan Sejahtera”. Judul ini sejalan dengan visi
Indonesia ke depan di bidang pengembangan telematika yaitu “Membangun
Masyarakat Informasi Indonesia yang sejahtera, berlandaskan nilai budaya
bangsa dan berperan dalam persaingan global‟.
Hadirin sekalian yang saya hormati,
“Globalisasi” yang ditandai dengan semakin meningkatnya interkoneksi dan
interdependensi dunia, memfasilitasi pertumbuhan perdagangan, investasi dan
keuangan lebih cepat dari pendapatan nasional berbagai negara, sehingga
ekonomi nasional suatu negara akan semakin terintegrasi menjadi ekonomi
global. Globalisasi memfasilitasi bergeraknya “4i” (informasi, investasi,
infrastruktur dan individu) melintasi batas-batas negara. Akselerasi proses
globalisasi yang dramatis difasilitasi oleh revolusi di bidang teknologi khususnya
telematika, yang mentransformasikan masyarakat dunia memasuki era yang kita
kenal dengan “era informasi”. Dalam era informasi, informasi telah berkembang
menjadi komoditas yang penting dan strategis, serta semakin luas memasuki
berbagai sisi dalam kehidupan masyarakat. Pengelolaan informasipun semakin
canggih dan berkembang menjadi bisnis yang semakin menguntungkan,
sehingga menampakkan wajah yang industrial-komersial. Proses produksi,
pengolahan, dan penyebar-luasan informasi semakin dipermudah dan dipercepat
karena dukungan teknologi yang semakin canggih.
Sedemikian pentingnya komunikasi dan informasi dalam kehidupan manusia,
sehingga siapapun yang dapat menguasai informasi, serta memanfaatkannya
dengan bijak, maka dialah yang paling berpeluang meraih sukses di era
349
informasi ini. Demikian juga dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara,
bangsa yang paling menguasai informasi dan secara tepat dan bijak mampu
memanfaatkannya, maka bangsa itulah yang paling siap menapaki milenium ke
tiga ini. Fenomena inilah yang kemudian menjadi perhatian banyak pihak karena
mempunyai implikasi luas terhadap aspek-aspek ideologis seperti identitas
bangsa dan nasionalisme.
Kita sadari bersama bahwa era saat ini juga disebut “era persaingan bebas”, di
mana hambatan dalam perdagangan antar negara ditekan seminimal mungkin
atau bahkan dihilangkan. Tatanan itu telah kita sepakati, yaitu untuk tingkat
ASEAN sudah berlangsung mulai tahun 2003 yaitu dengan berlakunya AFTA, dan
untuk tataran Asia Pacific, secara bertahap mengharuskan kita untuk
menerapkan paperless trading, walaupun secara menyeluruh baru akan berlaku
pada tahun 2020. Untuk ikut serta memanfaatkan peluang dalam persaingan
tersebut, bangsa Indonesia harus ikut serta dalam kompetisi tersebut dengn
memilih salah satu strategi yaitu melalui peningkatan peran telematika.
Telematika merupakan konvergensi dari teknologi telekomunikasi, multimedia
dan informatika atau konvergensi 3 “C” (Communications, Computing dan
Content). Konvergensi teknologi ini telah mempengaruhi dengan sangat
signifikan perkembangan industri terkait dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat agar mampu meningkatkan daya saing pada tatanan lokal, regional
dan global. Pembangunan telematika merupakan suatu kewajiban yang harus
kita laksanakan bersama dalam rangka menjawab tuntutan masyarakat untuk
menciptakan suatu sistem kehidupan kenegaraan yang tertata baik (good
governance) - sistem kehidupan kenegaraan yang transparan, demokratis,
kredibel, efektif, efisien, aman, damai dan sejahtera. Pembangunan telematika
merupakan upaya konkrit dalam rangka menemukan link and match dalam
membangun masyarakat informasi yang damai dan sejahtera, sesuai yang
diamanatkan dalam pertemuan tingkat Kepala Negara sedunia (World Summit on
the Information Society - WSIS I, tanggal 10-12 Desember 2003) serta sasaran
pembangunan milenium (Millennium Development Goals) pada tahun 2015 yang
telah ditetapkan oleh PBB.
350
Dalam WSIS I 2003 tersebut telah disepakati bersama pelaksanaan dua
dokumen penting yang dihasilkan untuk pencapaian sasaran pembangunan
milenium yaitu Prinsip-prinsip dan Rencana Aksi untuk membangun masyarakat
informasi (Information Society) dunia sebagai langkah untuk membangun
masyarakat yang berpengetahuan (knowledge society). Dokumen tersebut di
antaranya mengharuskan bahwa pada tahun 2015 seluruh sekolah mulai SD
sampai Universitas, perpustakaan, rumah sakit, pusat ilmu dan pengetahuan,
pusat kebudayaan, museum, kantor pos dan kearsipan, seluruh desa harus
sudah terhubung dengan fasilitas telekomunikasi dan informasi, dan memastikan
bahwa lebih dari separuh jumlah penduduk dunia harus sudah mempunyai akses
terhadap informasi dengan teknologi telematika.
Hadirin Sekalian yang saya hormati,
Bagi bangsa Indonesia yang memiliki jumlah penduduk lebih dari 220 juta yang tinggal di daerah kepulauan dengan lebih dari 17.000 pulau serta dengan suku bangsa yang beraneka ragam, peranan teknologi telematika mempunyai tiga peranan pokok yaitu, Pertama, teknologi telematika merupakan instrumen dalam mengoptimalkan proses pembangunan yaitu dengan memberikan dukungan terhadap manajemen dan pelayanan kepada masyarakat. Kedua, produk teknologi telematika merupakan komoditas yang sama dengan komoditas ekonomi lainnya yang mampu memberikan peningkatan pendapatan baik bagi perorangan, dunia usaha dan bahkan negara dalam bentuk devisa hasil ekspor jasa dan produk industri telematika. Ketiga, teknologi telematika bisa menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa, meningkatkan jaminan keamanan, keselamatan dan kedamaian melalui pengembangan sistem informasi yang menghubungkan semua peralatan, institusi dan area seluruh wilayah nusantara (misalnya Disaster Recovery System untuk peringatan dini bencana, Sistem Pengindra Jarak Jauh untuk Pengendalian Operasi, e-Government Pemerintah Pusat dan Daerah).
Untuk bisa memainkan ketiga peranan tersebut secara optimal, kita harus mampu melihat realitas kondisi kita sekarang ini dalam penyediaan infrastruktur, suprastruktur, sumberdaya manusia, dana, sistem manajemen dan prosedur kerja serta peraturan perundang-undangan yang masih serba sangat terbatas. Dengan bertolak dari penglihatan atas kondisi yang ada mengenai pemanfaatan
351
teknologi informasi dan komunikasi yang ada selama ini, kita akan bisa menyusun langkah-langkah yang sebaiknya dilakukan secara tepat. Secara umum penggunaan teknologi informasi dalam mendukung proses
pembangunan masih dilakukan secara parsial telah dimulai oleh lembaga-
lembaga pemerintahan baik di pusat dan daerah, namun dilihat dari kuantitas
dan kualitasnya belum sebagaimana yang diharapkan dan belum merupakan
suatu sistem yang terintegrasi. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah ialah
memprioritaskan pada pengembangan e-Government, sebagai layanan
pemerintah kepada masyarakat berbasis teknologi telematika. Pemerintah telah
mengeluarkan arahan melalui INPRES Nomor 3 Tahun 2003, tentang Kebijakan
dan Strategi Pengembangan e-Government. Diharapkan dengan terwujudnya e-
government, akan terjadi peningkatan yang cukup signifikan dalam efisiensi dan
efektivitas pelayanan, serta transparansi akan semakin baik sehingga dapat
terwujud pemerintahan yang baik (good governance).
Jika e-government bisa kita wujudkan, maka daya saing bangsa kita akan
semakin meningkat. Hal ini akan dapat dilihat dari produktivitas kerja yang
dipastikan akan meningkat sebab dalam proses transaksi dan pelayanan publik
akan berjalan lebih efisien dan efektif. Selain itu, karena e-government menjamin
adanya transparansi dalam proses penyelengga-raan pelayanan publik, maka
akan membuka peluang secara transparan kepada industri-industri, baik di dalam
maupun luar negeri untuk menanamkan investasinya. Selain melalui e-
government, daya saing bangsa juga akan meningkat melalui layanan informasi
lainnya yang disampaikan melalui layanan-layanan sektoral baik oleh instansi
pemerintah maupun swasta, seperti e-procurement, e-education, e-health, e-
bisnis, dll.
Selain melalui implementasi layanan informasi berbasis teknologi telematika baik
layanan publik maupun layanan komersial, daya saing bangsa akan meningkat
melalui upaya pengembangan teknologi telematika sebagai komoditas ekonomi
yaitu dengan menjual produk-produk industri software maupun hardware di
bidang telematika. Dalam industri software termasuk jasa, Indonesia mempunyai
peluang yang lebih besar, sehingga perlu terus dipacu pengembangannya.
352
Peluang-peluang penggunaan telematika dalam meningkatkan daya saing
bangsa sangat terbuka, yaitu melalui peningkatan kapasitas layanan, baik
layanan publik maupun layanan komersial, serta peningkatan kapasitas industri
telematika untuk pasar dalam negeri dan luar negeri yang pada akhirnya akan
memberikan kontribusi pada upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
peningkatan devisa.
Hadirin Sekalian yang saya hormati,
Untuk mewujudkan peluang tersebut secara optimal kita masih dihadapkan
kepada banyak permasalahan. Di bidang layanan publik dan komersial, dan juga
industri kita dihadapkan kepada dua permasalahan pokok yang satu sama lain
terkait. Pertama ialah masalah infrastruktur termasuk jaringan dan sarana, dan
yang kedua ialah permasalahan sumber daya manusia (SDM).
Pertama, di bidang infrastruktur, kemampuan kita seperti penetrasi telepon,
penetrasi komputer dan penetrasi internet masih belum memadai untuk dapat
mendukung berkembangnya layanan informasi berbasis teknologi informasi ke
seluruh rakyat Indonesia. Untuk itu, pemerintah melakukan program
pengembangan jaringan telekomunikasi pedesaan untuk meningkatkan akses
masyarakat di seluruh pelosok tanah air.
Secara sistemik kita belum memiliki jaringan utama sebagai backbone nasional
atau sebagai “jalan raya telematika” Indonesia. Upaya mengembangkan jalan
raya telematika tersebut di Indonesia merupakan upaya yang akan
menghubungkan seluruh link informasi yang ada di pelosok nusantara, selain
akan membuka peluang berkembangnya layanan informasi dan industri
telematika juga akan memiliki makna ideologis, yaitu akan menjalin
keanekaragaman potensi dan budaya bangsa dalam suatu kesatuan yang
mampu mengikat dan memperkuat integritas bangsa. Oleh karena itu, saat ini
sedang dikembangkan sistem jaringan informasi yang tertampung dalam
kerangka koseptual Sistem Informasi Nasional (SISFONAS). Keberhasilan
mengembangkan SISFONAS ini akan berimplikasi pada sejauhmana teknologi
telematika memberikan kontribusi dalam upaya membuka peluang daya saing
bangsa dalam era kompetitif dewasa ini dan sekaligus akan mempererat
persatuan dan kesatuan bangsa, menciptakan jaminan keamanan, kedamaian
dan kesejahteraan seperti yang kita idamkan bersama.
353
Selain itu, untuk memberikan landasan pada pemanfaatan telematika dalam
berbagai penunjang kegiatan masyarakat dan pelayanan publik, diperlukan
adanya landasan hukum yang mampu memberikan perlindungan kepada para
pemilik dan pengguna atau pemakai. Untuk itu, sedang disiapkan peraturan
perundang-undangan yang diperlukan (cyber law), di mana saat ini sudah
tersusun naskah cyber law yang sementara dikenal sebagai RUU Informasi
dan Transaksi Elektronik (RUU ITE). Diharapkan dengan terwujudnya
undang-undang ini perkembangan teknologi informasi dan komunikasi akan
semakin pesat, serta efektif dan optimal pendayagunaannya.
Salah satu hal penting lagi yang perlu saya kemukakan di sini adalah
dibentuknya Tim Koordinasi Telematika Indonesia (TKTI) dengan
Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 2003. TKTI adalah Tim yang terdiri dari 3
stakeholder penting dalam bisnis teknologi Telematika, yaitu pemerintah, dunia
usaha dan masyarakat. Tim tersebut mempunyai tugas memberikan arahan
masukan dalam perumusan kebijaksanaan telematika nasional, optimalisasi SDM
dan industri telematika, mendorong partisipasi masyarakat serta peningkatan
koordinasi dan sinergi seluruh komponen telematika Indonesia.
Kedua, di bidang SDM yang merupakan masalah sangat strategis perlu mendapat perhatian. Mempersiapkan SDM di bidang telematika dilakukan sebelum menyiapkan infrastruktur, sarana dan prasarana. Pengembangan SDM harus secara terus menerus dilakukan setelah kita membangun infrastruktur, sarana dan prasarananya. Hal ini perlu dilakukan karena karakteristik teknologi telematika yang dinamis berkembang terus menerus secara cepat. Peranan SDM telematika dalam meningkatkan daya saing bangsa terletak pada
kemampuan SDM kita untuk meningkatkan kapasitas layanan informasi, baik
layanan publik maupun layanan komersial serta kemampuan SDM dalam
meningkatkan kapasitas industri telematika yang mampu bersaing di pasar
internasional. Secara umum kondisi SDM telematika kita masih tertinggal jauh
dibanding negara-negara lain yang sudah memanfaatkan telematika. Walaupun
secara umum kondisi SDM di bidang telematika masih belum sesuai dengan yang
kita harapkan, namun sudah ada beberapa yang menunjukkan kualitasnya di
dunia internasional sebagaimana terlihat dari hasil-hasil penghargaan di bidang
telematika baik pada tingkat nasional maupun internasional. Sementara itu,
354
beberapa produk dari industri telematika nasional telah digunakan di pasaran
dunia.
Untuk meningkatkan kapasitas layanan publik dan komersial serta meningkatkan kemampuan industri telematika, kita masih membutuhkan cukup banyak tenaga untuk membangun dan mengembangkan industri telematika dan perangkat penunjangnya maupun mengembangkan serta mengoperasikan sistem yang diperlukan di bidang pemerintahan maupun bisnis/komersial. Untuk mendapatkan tenaga profesional di bidang telematika di masa mendatang,
diperlukan langkah antisipatif, sehingga pada saatnya kita akan mampu
menyiapkan tenaga SDM di bidang telematika yang memadai. Kondisi ini
merupakan tantangan bagi lembaga-lembaga pendidikan tinggi, untuk
meningkatkan kinerjanya dalam menghasilkan SDM bidang telematika yang
memiliki kompetensi yang dibutuhkan pasar.
Perkembangan kebutuhan akan SDM telematika tampaknya akan dipengaruhi
oleh upaya kita meningkatkan literasi telematika serta kultur telematika. Dengan
demikian upaya menghasilkan SDM telematika, juga perlu diimbangi dengan
upaya meningkatkan literasi masyarakat di bidang telematika.
Dilihat dari kondisi yang ada dan antisipasi ke depan, terlihat bahwa
perkembangan layanan informasi baik layanan publik maupun layanan komersial
akan semakin meningkat. Dengan demikian kebutuhan akan SDM di bidang
layanan informasipun akan meningkat pula. Di luar bidang layanan informasi,
kebutuhan akan SDM bidang telematika juga ada pada bidang industri teknologi
informasi itu sendiri sebagai komoditas ekspor. Kebutuhan akan SDM untuk
meningkatkan kapasitas ekspor, jika tanpa upaya terobosan untuk menghasilkan
SDM profesional di bidang telematika, maka diperkirakan kapasitas SDM sebagai
pendukungnya akan sulit diperoleh, sehingga diperkirakan akan terjadi masuknya
tenaga profesional dari luar negeri. Selain itu, kecepatan pertumbuhan di bidang
layanan informasi tampaknya akan dipengaruhi oleh upaya kita meningkatkan
literasi telematika serta kultur telematika. Dengan demikian upaya menghasilkan
SDM telematika, juga perlu diimbangi dengan upaya meningkatkan literasi
masyarakat di bidang telematika.
355
Selain upaya mengejar ketertinggalan kemampuan SDM kita di pasar kerja baik
dalam dan luar negeri, permasalahan SDM yang dihadapi ialah kesenjangan
dalam pemanfaatan teknologi telematika atau yang kita kenal sebagai digital
divide, antara SDM di pusat dengan daerah dan antar daerah serta antar
kelompok masyarakat. Kesenjangan ini berpengaruh timbal balik dengan
kesenjangan intelektual dan kesenjangan kesejahteraan. Kemampuan intelektual
dan kesejahteraan mempengaruhi kemampuan pemilikan dan kemampuan
menggunakan teknologi telematika. Sebaliknya dengan kemampuannya
menggunakan teknologi telematika akan mampu meningkatkan kembali kadar
intelektual dan kesejahteraannya. Sehingga bagi mereka yang secara intelektual
dan kesejahteraannya tidak cukup untuk memiliki dan mengakses teknologi
telematika akan semakin tertinggal. Dalam konteks inilah diperlukan adanya
peranan yang lebih besar dari lembaga pendidikan, asosiasi di bidang telematika,
dunia usaha serta pemerintah untuk lebih memberikan perhatian dan mencari
terobosan guna mengatasi digital divide ini.
Hadirin sekalian yang saya hormati,
Berbicara mengenai peranan SDM dalam upaya menciptakan keunggulan
kompetitif bangsa, dewasa ini sangat relevan. Data Program Pembangunan PBB
(UNDP) menunjukkan bahwa indeks pembangunan manusia Indonesia
mengalami penurunan dari urutan ke 110 ke urutan 112, dan Indonesia berada
di bawah Vietnam, sebagai negara yang relatif baru. Informasi itu tentunya
diharapkan tidak menjadi faktor yang menimbulkan pesimisme tetapi diharapkan
menjadi sumber motivasi kepada kita semua untuk meningkatkan kualitas SDM
bangsa kita, sehingga kita dapat segera bangkit untuk berusaha memenangkan
persaingan.
Dalam kondisi pemanfaatan teknologi telematika sebagaimana saya kemukakan
tadi, untuk meningkatkan peranan SDM telematika dalam meningkatkan daya
saing bangsa, diperlukan adanya langkah strategis. Pertama, ialah dengan
mengembangkan standar kompetensi nasional yang mengacu kepada standar
yang berlaku internasional. Melalui standar kompetensi ini, akan diperoleh
manfaat sebagai instrumen untuk melakukan recruitment SDM di dalam mengisi
356
kebutuhan dalam pengembangan jasa dan industri telematika, sehingga tenaga
yang dipilih akan terseleksi sesuai dengan kualitas yang dibutuhkan. Melalui
standar kompetensi, juga akan dapat disusun program pendidikan dan pelatihan,
sebagaimana juga dibutuhkan lembaga pendidikan tinggi untuk kurikulumnya.
Dalam konteks meningkatkan daya saing bangsa, juga standar kompetensi akan
menjadi ukuran dalam menunjukkan kemampuan SDM kita dan sebaliknya akan
menjadi penyaring masuknya SDM dari negara lain.
Kedua, selain pengembangan standar kompetensi, diperlukan adanya upaya
optimal dalam meningkatkan sosialisasi serta mengembangkan pendidikan dan
pelatihan bagi masyarakat. Upaya ini selain untuk meningkatkan literasi
masyarakat terhadap telematika, juga akan meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk mengakses informasi, melalui teknologi telematika.
Oleh karena itu, kebijakan di bidang pengembangan SDM adalah dengan
memberikan fasilitasi pendidikan dan pelatihan kepada lembaga-lembaga
pemerintahan dan kelompok masyarakat yang selama ini kurang tersentuh atau
jauh dari pusat-pusat pendidikan teknologi, khususnya telematika.
Konsentrasi peningkatan kualitas SDM telematika tampaknya sekarang ini lebih
ditujukan untuk menciptakan tenaga-tenaga pengelola. Sedangkan upaya untuk
meningkatkan kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam menggunakan
teknologi telematika masih terbatas. Kita menyadari bahwa upaya penciptaan
tenaga pengelola tanpa diimbangi dengan upaya meningkatkan kesadaran dan
kemampuan masyarakat di bidang telematika atau upaya meningkatkan
literasinya, maka suatu waktu penggunaan akan tidak efektif dan dari aspek
ekonomi pasar di bidang telematika tidak akan berkembang. Kalau pasar tidak
berkembang maka lulusan lembaga pendidikan telematika pun tidak akan
tertampung oleh pasar yang ada. Oleh karena itu, tantangan tidak saja untuk
mencetak tenaga-tenaga ahli di bidang telematika juga tantangan untuk
meningkatkan kadar literasi telematika (e-literacy) bagi masyarakat umumnya.
Untuk meningkatkan e-literacy generasi muda telah dicanangkan program Satu
Sekolah Satu Laboratorium Komputer (One School One Computer‟s Lab – OSOL).
357
Program ini merupakan program fasilitasi kerjasama dan sinergi antara semua
stakeholders di bidang pendidikan, keuangan, infrastruktur serta instansi
pemerintah di pusat dan daerah untuk menyediakan laboratorium komputer di
sekolah-sekolah.
Selain program pemerintah dalam peningkatan kesadaran masyarakat untuk
memanfaatkan telematika, upaya pengembangan literasi telematika juga dapat
dilakukan oleh lembaga pendidikan terutama yang terkait pada pengabdian
kepada masyarakat. Oleh karena itu, diharapkan lembaga pendidikan juga
melakukan gerakan untuk meningkatkan literasi telematika bagi masyarakat,
sebagai kontribusi untuk pembangunan bangsa.
Walaupun jumlah lembaga pendidikan tinggi yang melakukan program pendidikan di bidang telematika berkembang cukup pesat, namun lulusannya baik secara kuantitas maupun kualitas belum dapat memenuhi kebutuhan. Untuk jangka panjang peranan lembaga pendidikan sangat diharapkan untuk menyediakan tenaga telematika yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan pasar, dan memiliki daya saing yang tinggi. Selain itu, diharapkan telematika tidak saja menjadi perhatian lembaga pendidikan tinggi, tetapi juga sebaiknya dimulai dari pendidikan tingkat dasar, bahkan dikenalkan secara dini di rumah.
Hadirin sekalian yang saya hormati,
Permasalahan penyiapan SDM di bidang telematika bukan merupakan
tanggungjawab lembaga pendidikan semata, karena penyiapan SDM merupakan
bagian dari strategi untuk mengejar ketertinggalan Indonesia di bidang industri
dan aplikasi bidang teknologi telematika. Dalam konteks inilah diperlukan adanya
visi bersama semua komponen bangsa, baik di pemerintahan, dunia pendidikan,
dunia usaha dan masyarakat umumnya dalam pengembangan informasi dan
komunikasi. Visi bersama ini akan menjiwai dan mengarahkan setiap upaya
dalam membangun masyarakat informasi Indonesia yang damai dan sejahtera
seperti yang diamanatkan dalam WSIS dalam pencapaian sasaran milenium.
Satu harapan di masa depan, semoga Universitas Budi Luhur menjadi institusi
pendidikan di mana mahasiswa belajar (institution of learning) dan sekaligus
merupakan institusi yang senantiasa belajar (a learning institution) sehingga
358
Universitas Budi Luhur menjadi salah satu “Center of Excellence” di bidang
pendidikan dengan motto “Cerdas Berbudi Luhur”.
Demikian orasi ilmiah yang dapat saya sampaikan pada kesempatan yang baik
ini, semoga bermanfaat. Sekali lagi saya ucapkan Dirgahayu Yayasan Pendidikan
Budi Luhur, selamat dan sukses kepada para Wisudawan/ Wisudawati, orang tua
dan seluruh Civitas Akademika. Marilah kita sumbangkan pengabdian terbaik kita
sesuai kemampuan dan kompetensi kita masing-masing demi kejayaan bangsa
dan negara tercinta ini.
Bersama Kita Bisa.
Padamu Negeri Kami Mengabdi.
Cerdas Berbudi Luhur.
Terima kasih.
Wabillahitaufiq Walhidayah.
Wassalamu‟alaikum Wr.Wb
359
360
361
362
363
364
365
366
367
368
369
370
371
372
373
374
375
376
377
378
379
380
381
382
383
384
385
386
387
388
389
390
391
392
393
394
395
396
397
398
399
400
401
402
403
404
405
406
407
408
409
410
411
412
413
414
415
416
417
418
419
420
421
422
423
424
425
426
427
428
429
430
431
432
433
434
435
436
437
438
439
440
441
442
443
444
445
446
447
448
449
450
451
452
453
454
455
456
457
458
459
460
461
462
I - 39
PERANAN TELEMATIKA DALAM PERSAINGAN GLOBAL
Orasi Ilmiah
Disampaikan Oleh :
DR. MOEDJIONO, M.Sc.
Pada Acara
Wisuda STMIK dan AMIK Jayanusa Padang
Hotel Rocky Padang, 16 Juli 2005
Assalamu‟alaikum Wr.Wb.,
Salam Sejahtera Bagi Kita Semua.
Yang saya hormati :
Bapak Ketua STMIK Jayanusa Padang, Bapak Direktur AMIK Jayanusa Padang, Civitas Akademika STMIK dan AMIK Jayanusa Padang, Yang berbahagia Para Wisudawan/Wisudawati, Para Orang Tua, Undangan dan Hadirin yang berbahagia.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang
Maha Esa, yang telah melimpahkan segala karunia-Nya kepada kita semua,
termasuk kenikmatan kesehatan dan kekuatan, sehingga kita bisa menghadiri
acara Wisuda Sarjana STMIK dan Ahli Madya AMIK Jayanusa Padang hari ini,
463
dengan wajah penuh kecerahan dan kebahagiaan. Pada kesempatan yang baik
ini, perkenankan kami mengucapkan selamat kepada para
Wisudawan/Wisudawati Yang berbahagia, para Dosen dan seluruh Civitas
Akademika serta para Orang Tua yang telah sukses menyelesaikan,
melaksanakan dan mendukung proses belajar mengajar sampai tingkat tertentu,
sehingga mencapai tingkat kompetensi sesuai yang diinginkan. Sukses adalah
sebuah perjalanan bukan suatu tujuan. Prosesi ini selain menandai berakhirnya
satu tingkat rangkaian proses belajar mengajar, juga merupakan simbol
pengakuan dan pernyataan, untuk bisa mengembangkan ke jenjang kompetensi
yang lebih tinggi dan siap mengimplementasikannya ke dalam dunia nyata yaitu
mengabdikan kompetensi yang dimilikinya kepada masyarakat luas.
Secara pribadi saya mengucapkan terima kasih banyak kepada Bapak Ketua,
seluruh staf dan panitia atas undangannya untuk bisa ikut berpartisipasi dalam
acara wisuda kali ini, yaitu dengan menyampaikan orasi ilmiah yang saya beri
judul : “Peranan Telematika dalam Persaingan Global”. Judul ini sejalan
dengan visi Indonesia ke depan di dalam pemanfaatan teknologi telematika yaitu
“Membangun Masyarakat Informasi Indonesia yang sejahtera, berlandaskan nilai
budaya bangsa dan berperan dalam persaingan global‟.
Hadirin sekalian yang saya hormati,
Teknologi telematika adalah merupakan salah satu teknologi industri unggulan
masa depan. Teknologi Telematika merupakan konvergensi dari teknologi
telekomunikasi, multimedia dan informatika, atau 3 “C” yaitu Communications,
Computing dan Content. Konvergensi teknologi ini telah mempengaruhi dengan
sangat signifkan perkembangan industri terkait dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat agar mampu meningkatkan daya saing, pada tatanan lokal, regional
maupun global.
Seperti kita ketahui bersama, bahwa saat ini kita berada pada jaman/era
“Globalisasi” atau “Informasi”. Jaman/era ini ditandai dengan semakin
meningkatnya interkoneksi dan interdependensi dunia. Globalisasi memfasilitasi
pertumbuhan perdagangan, investasi dan keuangan lebih cepat dari pendapatan
nasional berbagai negara, sehingga ekonomi nasional suatu negara akan
464
semakin terintegrasi menjadi ekonomi global. Globalisasi memfasilitasi
bergeraknya “4i” yaitu informasi, investasi, infrastruktur dan individu, untuk
melintasi batas-batas negara. Akselerasi proses globalisasi yang dramatis
difasilitasi oleh revolusi di bidang teknologi khususnya telematika, yang
mentransformasikan masyarakat dunia memasuki era informasi. Dalam era
informasi, informasi telah berkembang menjadi komoditas yang penting dan
strategis, serta semakin luas memasuki berbagai sisi dalam kehidupan
masyarakat. Pengelolaan informasipun semakin canggih dan berkembang
menjadi bisnis yang semakin menguntungkan, sehingga menampakkan wajah
yang industrial-komersial. Proses produksi, pengolahan, dan penyebar-luasan
informasi semakin dipermudah dan dipercepat karena dukungan teknologi yang
semakin canggih.
Sedemikian pentingnya komunikasi dan informasi dalam kehidupan manusia,
sehingga siapapun yang dapat menguasai informasi, serta memanfaatkannya
dengan bijak, maka dialah yang paling berpeluang meraih sukses di era
informasi ini. Demikian juga dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara,
bangsa yang paling menguasai informasi dan secara tepat dan bijak mampu
memanfaatkannya, maka bangsa itulah yang paling siap menapaki milenium ke
tiga ini. Fenomena inilah yang kemudian menjadi perhatian banyak pihak karena
mempunyai implikasi luas terhadap aspek-aspek ideologis seperti identitas
bangsa dan nasionalisme.
Kita bersama juga tahu, bahwa era saat ini juga disebut “era persaingan bebas”,
di mana hambatan dalam perdagangan antar negara ditekan seminimal mungkin
atau bahkan dihilangkan. Tatanan itu telah kita sepakati, yaitu untuk tingkat
ASEAN sudah berlangsung mulai tahun 2003 yaitu dengan berlakunya AFTA, dan
untuk tataran Asia Pacific, secara bertahap mengharuskan kita untuk
menerapkan paperless trading, walaupun secara menyeluruh baru akan berlaku
pada tahun 2020. Untuk ikut serta memanfaatkan peluang dalam persaingan
tersebut, bangsa Indonesia harus ikut serta dalam kompetisi tersebut dengan
memilih salah satu strategi yaitu melalui peningkatan peran telematika.
Telematika dapat dimanfaatkan untuk berperan dalam menjawab berbagai
tuntutan masyarakat, yaitu menciptakan suatu sistem kehidupan kenegaraan
yang tertata baik (good governance), yang transparan, demokratis, kredibel,
465
efektif, efisien, aman, damai dan sejahtera. Peningkatan peran telematika
merupakan upaya konkrit dalam rangka menemukan link and match dalam
membangun masyarakat informasi dunia yang damai dan sejahtera, sesuai yang
diamanatkan dalam pertemuan tingkat Kepala Negara sedunia (World Summit on
the Information Society - WSIS I, tanggal 10-12 Desember 2003), serta sasaran
pembangunan milenium (Millennium Development Goals), yang telah ditetapkan
oleh PBB.
Dalam WSIS I 2003 tersebut, telah disepakati pelaksanaan dua dokumen penting
yang dihasilkan untuk pencapaian sasaran pembangunan milenium yaitu Prinsip-
prinsip dan Rencana Aksi untuk membangun masyarakat informasi (Information
Society) dunia sebagai langkah untuk membangun masyarakat yang
berpengetahuan (knowledge society). Dokumen tersebut di antaranya
mengharuskan seluruh negara di dunia, untuk sudah bisa mencapai sasaran
pada tahun 2015, yaitu menghubungkan seluruh sekolah mulai SD sampai
Universitas, perpustakaan, rumah sakit, pusat ilmu dan pengetahuan, pusat
kebudayaan, museum, kantor pos dan kearsipan, serta seluruh desa, dengan
fasilitas telekomunikasi dan informasi, dan memastikan bahwa lebih dari separuh
jumlah penduduk dunia harus sudah mempunyai akses terhadap informasi
dengan teknologi telematika.
Hadirin Sekalian yang saya hormati,
Bagi bangsa Indonesia yang memiliki jumlah penduduk lebih dari 220 juta yang
tinggal di daerah kepulauan, dengan lebih dari 17.000 pulau, serta dengan suku
bangsa yang beraneka ragam, teknologi telematika mempunyai tiga peranan
pokok yaitu, Pertama, teknologi telematika merupakan instrumen dalam
mengoptimalkan proses pembangunan yaitu dengan memberikan dukungan
terhadap manajemen dan pelayanan kepada masyarakat. Kedua, produk
teknologi telematika merupakan komoditas yang sama dengan komoditas
ekonomi lainnya yang mampu memberikan peningkatan pendapatan, baik bagi
perorangan, dunia usaha maupun negara dalam bentuk devisa hasil ekspor jasa
dan produk industri telematika. Ketiga, teknologi telematika bisa menjadi perekat
persatuan dan kesatuan bangsa, meningkatkan jaminan keamanan, keselamatan
dan kedamaian melalui pengembangan sistem informasi, yang menghubungkan
466
semua sarana/peralatan, institusi dan area seluruh wilayah nusantara (misalnya:
Disaster Recovery Management System untuk peringatan dini bencana, Sistem
Pengindera Jarak Jauh untuk Pengendalian Operasi, e-Government Pemerintah
Pusat dan Daerah untuk menciptakan good-government dan good-governance,
e-Education atau e-Learning untuk mengatasi illiteracy masyarakat, e-Health
untuk peningkatan kesehatan masyarakat, e-Business untuk dimanfaatkan di
bidang perdagangan dan keuangan, dan lain-lainnya).
Untuk bisa memainkan ketiga peran tersebut secara optimal, kita harus mampu
melihat realitas kondisi kita sekarang ini dalam penyediaan infrastruktur,
suprastruktur, sumberdaya manusia, dana, sistem manajemen dan prosedur
kerja, serta peraturan perundang-undangan yang masih serba sangat terbatas.
Dengan bertolak dari penglihatan atas kondisi yang ada mengenai pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi yang ada selama ini, kita akan bisa
menyusun langkah-langkah yang sebaiknya dilakukan secara tepat.
Secara umum pemanfaatan teknologi telematika dalam mendukung proses
pembangunan, telah dilakukan secara parsial oleh lembaga-lembaga
pemerintahan baik di pusat dan daerah, namun dilihat dari kuantitas dan
kualitasnya belum sebagaimana yang diharapkan, karena belum merupakan
suatu sistem yang terintegrasi. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah ialah
memprioritaskan pada pengembangan e-Government, sebagai layanan
pemerintah kepada masyarakat berbasis teknologi telematika. Pemerintah telah
mengeluarkan arahan melalui INPRES Nomor 3 Tahun 2003, tentang Kebijakan
dan Strategi Pengembangan e-Government. Diharapkan dengan terwujudnya e-
Government, akan terjadi peningkatan efisiensi dan efektivitas pelayanan
masyarakat, meningkatkan transparansi, dan terwujudnya sistem pemerintahan
yang baik.
Jika e-Government bisa kita wujudkan, maka daya saing bangsa kita akan
semakin meningkat. Selain itu, karena e-Government menjamin adanya
transparansi dalam proses penyelenggaraan pelayanan publik, maka akan
membuka peluang secara transparan kepada industri-industri, baik di dalam
maupun luar negeri untuk menanamkan investasinya. Selain melalui e-
Government, daya saing bangsa juga akan meningkat melalui layanan informasi
lainnya yang disampaikan melalui layanan-layanan sektoral baik oleh instansi
467
pemerintah maupun swasta, seperti e-Procurement, e-Education, e-Health, e-
Bisnis, dll. Selain melalui implementasi layanan informasi berbasis teknologi
telematika baik layanan publik maupun layanan komersial, daya saing bangsa
akan meningkat melalui upaya pengembangan teknologi telematika sebagai
komoditas ekonomi yaitu dengan menjual produk-produk industri software
maupun hardware di bidang telematika. Dalam industri software termasuk jasa,
Indonesia mempunyai peluang yang lebih besar, sehingga perlu terus dipacu
pengembangannya.
Hadirin Sekalian yang saya hormati,
Peluang-peluang penggunaan telematika dalam meningkatkan daya saing
bangsa sangat terbuka luas, melalui peningkatan kapasitas layanan, baik layanan
publik maupun layanan komersial, serta peningkatan kapasitas industri
telematika untuk pasar dalam negeri dan luar negeri yang pada akhirnya akan
memberikan kontribusi pada upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
peningkatan devisa.
Untuk mewujudkan peluang tersebut secara optimal kita harus bisa mengatasi
empat permasalahan pokok di bidang layanan publik, komersial, dan industri,
yaitu tersedianya infrastruktur termasuk jaringan dan sarana, tersedianya
sumber daya manusia (SDM) termasuk ICT-worker maupun ICT-enabled worker,
tersedianya peraturan dan perundang-undangan yang mendukung penerapan
telematika, dan terwujudnya tingkat pemanfaatan yang mendukung dan
lingkungan yang kondusif yaitu pasar domestik yang memanfaatkan telematika.
Pertama, di bidang infrastruktur, kemampuan kita seperti penetrasi telepon,
penetrasi komputer dan penetrasi internet masih belum memadai untuk dapat
mendukung berkembangnya layanan informasi berbasis teknologi informasi ke
seluruh rakyat Indonesia. Untuk itu, pemerintah melakukan program
pengembangan jaringan telekomunikasi pedesaan untuk meningkatkan akses
masyarakat di seluruh pelosok tanah air, dengan program Universal Service
Obligation (USO). Secara sistemik kita belum memiliki jaringan utama sebagai
backbone nasional atau sebagai “jalan raya telematika” Indonesia. Upaya
mengembangkan jalan raya telematika tersebut di Indonesia merupakan upaya
yang akan menghubungkan seluruh link informasi yang ada di pelosok
468
nusantara. Selain akan membuka peluang berkembangnya layanan informasi dan
industri telematika, juga akan memiliki makna ideologis, yaitu akan menjalin
keanekaragaman potensi dan budaya bangsa dalam suatu kesatuan yang
mampu mengikat dan memperkuat integritas bangsa. Oleh karena itu, saat ini
sedang dikembangkan sistem jaringan informasi yang tertampung dalam
kerangka konseptual Sistem Informasi Nasional (SISFONAS). Keberhasilan
mengembangkan SISFONAS ini akan berimplikasi pada sejauhmana teknologi
telematika memberikan kontribusi dalam upaya membuka peluang daya saing
bangsa dalam era kompetitif dewasa ini dan sekaligus akan mempererat
persatuan dan kesatuan bangsa, menciptakan jaminan keamanan, kedamaian
dan kesejahteraan seperti yang kita idamkan bersama.
Kedua, di bidang SDM yang merupakan masalah sangat strategis perlu mendapat
perhatian. Mempersiapkan dan mengembangkan SDM harus secara terus
menerus dilakukan baik sebelum maupun setelah kita membangun infrastruktur,
sarana dan prasarana. Hal ini perlu dilakukan karena karakteristik teknologi
telematika yang dinamis berkembang terus menerus secara cepat.
Peranan SDM inti maupun pendukung pembangunan di bidang telematika dalam
meningkatkan daya saing bangsa terletak pada kemampuan SDM kita untuk
meningkatkan kapasitas layanan informasi, baik layanan publik maupun layanan
komersial serta kemampuan SDM dalam meningkatkan kapasitas industri
telematika yang mampu bersaing di pasar internasional. Secara umum kondisi
SDM kita masih tertinggal jauh dibanding negara-negara lain yang sudah
memanfaatkan telematika. Walaupun secara umum kondisi SDM kita masih
belum sesuai dengan yang kita harapkan, namun sudah ada beberapa individu
dan produk di bidang industri telematika yang menunjukkan kualitasnya di dunia
internasional sebagaimana terlihat dari hasil-hasil penghargaan di bidang
telematika baik pada tingkat nasional maupun internasional.
Untuk meningkatkan kapasitas layanan publik dan komersial serta meningkatkan
kemampuan industri telematika, kita masih membutuhkan cukup banyak tenaga
untuk membangun dan mengembangkan industri telematika dan perangkat
penunjangnya maupun mengembangkan serta mengoperasikan sistem yang
diperlukan di bidang pemerintahan maupun bisnis/komersial.
469
Kondisi ini merupakan tantangan bagi lembaga-lembaga pendidikan tinggi, untuk
meningkatkan kinerjanya dalam menghasilkan SDM yang memiliki kompetensi
yang dibutuhkan pasar. Perkembangan kebutuhan akan SDM dipengaruhi pula
oleh upaya kita meningkatkan literasi dan kultur masyarakat di bidang
telematika.
Selain upaya mengejar ketertinggalan kemampuan SDM kita di pasar kerja baik
dalam dan luar negeri, permasalahan SDM yang dihadapi ialah kesenjangan
dalam pemanfaatan teknologi telematika atau yang kita kenal sebagai digital
divide, antara SDM di pusat dengan daerah dan antar daerah serta antar
kelompok masyarakat. Kesenjangan ini berpengaruh timbal balik dengan
kesenjangan intelektual dan kesenjangan kesejahteraan. Kemampuan intelektual
dan kesejahteraan mempengaruhi kemampuan pemilikan dan kemampuan
menggunakan teknologi telematika. Sebaliknya dengan kemampuannya
menggunakan teknologi telematika akan mampu meningkatkan kembali kadar
intelektual dan kesejahteraannya. Sehingga bagi mereka yang secara intelektual
dan kesejahteraannya tidak cukup untuk memiliki dan mengakses teknologi
telematika akan semakin tertinggal. Dalam konteks inilah diperlukan adanya
peranan yang lebih besar dari lembaga pendidikan, asosiasi di bidang telematika,
dunia usaha serta pemerintah untuk lebih memberikan perhatian dan mencari
terobosan guna mengatasi masalah digital divide ini.
Untuk mengatasi masalah illiteracy generasi muda, pemerintah telah
mencanangkan program Satu Sekolah Satu Laboratorium Komputer (One School
One Computer‟s Lab – OSOL). Program ini merupakan program fasilitasi
kerjasama dan sinergi antara semua stakeholders di bidang pendidikan,
keuangan, infrastruktur serta instansi pemerintah di pusat dan daerah.
Ketiga, di bidang peraturan dan perundang-undangan dalam rangka memberikan
landasan pada pemanfaatan telematika untuk menunjang kegiatan masyarakat
dan pelayanan publik, pemerintah telah melaksanakan proses penyelesaian
berbagai aturan, yaitu :
1. Cyber Law (RUU Informasi dan Transaksi Elektronik - ITE), yang akan
mengakui secara legal informasi elektronik, tanda tangan elektronik sebagai
alat bukti dalam transaksi bisnis bidang telematika, diakuinya prinsip Extra
470
Territorial Yurisdiction, proteksi terhadap hak privacy individu dan sanksi
pidana serta perdata kriminalisasi penyalah-gunaan komputer.
2. Cybercrime Law (RUU Tindak Pidana Teknologi Informasi - TIPITI), yang
akan memuat lebih rinci tindak pidana di bidang teknologi informasi dan
sanksi hukumnya.
3. Kebijakan/Prosedur Pengorganisasian Pengelolaan Certification of Authority
(CA) beserta Akreditasi dan Sertifikasinya, yang dipergunakan untuk
pengelolaan sertifikat elektronik dan tanda tangan digital beserta
pembangunan infrastruktur kunci publik yang digunakan dalam proses bisnis
di bidang telematika.
4. Standarisasi di bidang Transaksi Informasi melalui Media Elektronik (SNI
TIME) dengan mengadopsi beberapa standar internasional (ISO/IEC), di
antaranya Teknologi Informasi – Kode Pengaturan Manajemen Pengamanan
Informasi (ISO/IEC 17799), Teknologi Informasi – Teknik Keamanan –
Panduan teknik unuk Penggunaan dan Manajemen Pihak Ketiga Terpercaya
(ISO/IEC TR 14516).
Diharapkan dengan terwujudnya peraturan dan perundang-undangan termasuk
standarisasi ini, perkembangan teknologi telematika akan semakin pesat, serta
efektif dan optimal pendayagunaannya.
Keempat, di bidang peningkatan pemanfaatan telematika dan penciptaan
lingkungan yang kondusif dalam rangka mewujudkan cita-cita menjadikan
industri telematika dalam negeri sebagai industri unggulan masa depan, perlu
dukungan dari berbagai pihak sebagai stakeholder (pemangku kepentingan) di
industri ini, yatu pemerintah, dunia usaha dan masyarakat, dalam bentuk
kerjasama kemitraan pemerintah dan swasta (Public-Private Partnership),
perikatan kerjasama teknik dan bisnis yang berjangka waktu cukup panjang
(Technical Business Cooperation Agreement - TBCA), dan lain-lainnya.
Salah satu hal penting terkait lainnya yang perlu saya kemukakan di sini adalah
dibentuknya Tim Koordinasi Telematika Indonesia (TKTI) dengan Keputusan
Presiden Nomor 9 Tahun 2003. TKTI adalah Tim yang terdiri dari 3 stakeholder
penting dalam bisnis teknologi Telematika, yaitu pemerintah, dunia usaha dan
masyarakat. Tim tersebut mempunyai tugas memberikan arahan masukan dalam
471
perumusan kebijakan telematika nasional, optimalisasi SDM dan industri
telematika, mendorong partisipasi masyarakat serta peningkatan koordinasi dan
sinergi seluruh komponen telematika di Indonesia.
Hadirin sekalian yang saya hormati,
Sebagai epilog dari orasi ilmiah ini, saya ingin mengajak kita bersama untuk
mencermati berbagai kecenderungan dunia ke depan, yaitu :
1. Kita akan mengamati revolusi teknologi telematika yang berperan sebagai ”episenter” serta kekuatan pendorong (driving force) bagi transformasi di berbagai bidang kehidupan manusia. Tahun 80-an, kita menyaksikan
keterhubungan berbagai data secara online. Tahun 90-an, kita menyaksikan berbagai dokumen dikirim melalui Internet. Tahun 2000-an, kita menyaksikan munculnya demam Website atau gaya hidup web. Pada tahun 2010-an, kita akan menyaksikan produk telematika tertentu berperan sebagai Global Brain di mana ”informasi” dan ”pengetahuan” akan menjadi faktor yang amat menentukan bagi pembangunan ekonomi suatu negara.
2. Di bidang ekonomi, kita telah mengamati transformasi dari ekonomi pertanian menuju ekonomi industri, dari ekonomi industri menuju ekonomi jasa, dari ekonomi jasa menuju ekonomi informasi. Perkembangan selanjutnya, kita akan menyaksikan hadirnya ekonomi gaya hidup (lifestyle economy) atau ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge based economy).
3. Dalam hal pengelolaan organisasi, akan terjadi proses transformasi dari manajemen kinerja menuju manajemen proses, selanjutnya transformasi menuju manajemen pengetahuan, dan transformasi berlanjut menuju manajemen inovasi.
4. Di bidang sektor publik, akan terjadi transformasi dari paradigma lama menuju paradigma baru, yaitu:
Dari pemerintah yang efisien menuju pemerintah yang efektif, efisien, demokratis, transparan, kredibel.
Dari administrasi publik menuju layanan publik. Dari regulasi menuju promosi, fasilitator.
Dari layanan berantai menuju layanan satu pintu (one-stop services), dan selanjutnya menuju zero-stop services.
Dari ketiadaan input dengan hasil tanpa output, bergeser ke tanpa keluaran tidak ada pendapatan.
5. Di bidang penyiapan SDM telematika, baik SDM inti maupun pendukung
(ICT-worker dan ICT-enabled worker) merupakan bagian dari strategi untuk
472
mengejar ketertinggalan kita di bidang industri dan aplikasi bidang teknologi
telematika. Dalam konteks inilah diperlukan adanya visi bersama semua
komponen bangsa, baik di pemerintahan, dunia pendidikan, dunia usaha
maupun masyarakat umumnya dalam pengembangan dan pemanfaatan
telematika. Visi bersama ini akan menjiwai dan mengarahkan setiap upaya
dalam membangun masyarakat informasi Indonesia yang damai dan
sejahtera seperti yang diamanatkan dalam WSIS I dalam pencapaian
sasaran milenium.
Hadirin sekalian yang saya hormati,
Dalam rangka penyiapan dan peningkatan kualitas SDM untuk menciptakan
keunggulan kompetitif bangsa, satu harapan kami di masa depan adalah :
Semoga STMIK mapun AMIK Jayanusa Padang ini menjadi institusi pendidikan di
mana mahasiswa belajar (institution of learning), dan sekaligus merupakan
institusi yang senantiasa belajar (a learning institution), sehingga menjadi salah
satu “Center of Excellence” di bidang pendidikan teknologi telematika. Para
Mahasiswa dan lulusannya dapat mengembangkan pola pikir sesuai tingkat-
tingkat stratifikasi pemikiran, mulai dari pemikiran obyektif, kritis, analitis,
problem solver dan inovatif. Diharapkan dapat terwujudnya prinsip “Saling Asah,
Saling Asih dan Saling Asuh” antara pendidik dan anak didik, dalam rangka
membentuk manusia utama, yang cerdas akalnya, cerdas perasaannya, cerdas
spiritualnya, cerdas budayanya (mempunyai sopan santun), cerdas bahasanya
dan cerdas bekerjanya.
Demikian orasi ilmiah yang dapat saya sampaikan pada kesempatan yang baik
dan bersejarah ini, semoga bermanfaat sebagai pendorong semangat juang para
Wisudawan/Wisudawati. Sekali lagi saya ucapkan Selamat dan Sukses kepada
para Wisudawan/Wisudawati, orang tua dan seluruh Civitas Akademika. Semoga
kita selalu bisa menyumbangkan pengabdian terbaik kita sesuai kemampuan dan
kompetensi kita masing-masing, demi kejayaan bangsa dan negara tercinta ini -
yang adil-makmur, gemah-ripah, loh-jinawi, tata-tentrem, dan kerta-raharja.
Amin Ya Robbal „Alamin.
Sekian, Terima Kasih dan Selamat Berkarya.
Wabillahitaufiq Walhidayah. Wassalamu‟alaikum Wr.Wb.
473
474
475
476
477
478
479
480
481
482
483
484
485
486
487
488
489
490
491
492
493
494
495
496
497
498
499
500
501
502
503
504
505
506
507
508
509
510
511
512
513
514
515
516
517
518
519
520
521
522
523
524
525
526
527
528
529
530
531
532
533
534
535
536
537
538
539
540
541
542
543
544
545
546
547
548
549
550
551
552
553
554
555
556
557
558
559
560
561
562
I - 47
Seminar Teknologi Voice over Internet Protocol (VoIP)/ (Internet Teleponi untuk Kepentingan Publik (ITKP)
Di Gelora Bung Karno, tanggal 09 Juni 2006
Oleh:
Dr. Moedjiono, M.Sc.
Berbicara masalah Teknologi VoIP (Voice over Internet Protokol) berarti membicarakan suatu
teknologi tentang penyampaian suara lewat protokol internet, menyangkut implementasi gabungan
antara teknologi komunikasi teleponi dengan memanfaatkan jaringan komunikasi data digital/komputer
jarak jauh (telekomunikasi) lewat fasilitas internet/dunia maya. Dengan teknologi VoIP ini diharapkan 3
jenis layanan komunikasi publik yang sudah berjalan tetap terpenuhi dan bahkan harus lebih baik,
berkualitas, efisien dan efektif, melebihi teknologi teleponi biasa, yaitu: layanan komunikasi voice,
layanan voice mail yang dapat ditinggalkan pada tempat yang dihubungi, dan layanan pengiriman
transmisi fax.
Perkembangan teknologi ini dilatar belakangi oleh berbagai faktor, yaitu perkembangan
teknologi (komunikasi data, sistem kompresi, dan pemrosesan data), perkembangan bisnis (bisnis
telekomunikasi, tuntutan konsumen akan biaya komunikasi yang murah), efisiensi penggunaan media
transmisi. Struktur VoIP terdiri dari subsistem terminal, subsistem transmisi dan interface antar
subsistem tersebut. Permasalahan VoIP dalam perkembangan dan pengembangannya yang harus
dipecahkan menyangkut: standard, kualitas, dan kapasitas. Teknologi VoIP berkembang sesuai tuntutan
kebutuhan aplikasi, di antaranya: internet voice teleponi, internet video conference, internet call center,
distance learning, interactive shopping, dll.
Pemerintah berusaha merespon tuntutan kebutuhan tersebut dengan mendorong
penyelenggara PSTN, SLJJ (PT Telkom), dan SLI (PT Indosat dan PT Satelindo) untuk segera memberikan
layanan VoIP agar alternatif layanan murah dapat dihadirkan di Indonesia. Pemerintah telah
memfasilitasi implementasi layanan VoIP ini secara bertahap dimulai dengan kebijakan ITKP (Internet
Teleponi untuk Kepentingan Publik) dengan KM 21/2001, KM 23/2002, serta aturan-aturan kebijakan
lanjutnya, yang akan disesuaikan dengan perkembangan teknologi, bisnis, hukum, dan pengaturan
internasional yang berlaku, agar proses penyelenggaraannya berjalan sehat dan dinikmati oleh semua
pihak utamanya masyarakat pengguna.
Ini adalah salah satu tuntutan kebutuhan masyarakat yang merupakan tantangan dan sekaligus
peluang kita bersama di bidang teknologi, yang berkembang dengan pesat, yang harus kita respon, dan
yang perlu ditumbuh kembangkan agar timbul kreativitas dan inovasi-inovasi baru di bidang ini, untuk
dilaksanakan bersama oleh semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) dengan prinsip kerjasama
kemitraan public-private-partnership.
563
Perkembangan teknologi ini terkait dengan perkembangan teknologi Telematika (ICT) yang
berkembang sangat pesat, sehingga teknologi ini telah diakui oleh dunia sebagai sarana dan prasarana
penting untuk memecahkan masalah-masalah dunia yang disepakati bersama oleh negara-negara di
dunia dalam forum PBB. Hal ini ditandai dengan diselenggarakannya Konferensi Tingkat Tinggi Dunia
tentang Masyarakat Informasi (World Summit on the Information Society - WSIS) dalam 2 tahap, yaitu
pada tahun 2003 di Geneva dan 2005 di Tunis. Dalam forum ini disepakati bersama visi, prinsip-prinsip,
rencana aksi, agenda serta arahan implementasi tindak lanjut, untuk membangun masyarakat informasi
dunia yang inklusif, sejahtera, dengan target pada tahun 2015, diharapkan minimal separuh penduduk
dunia harus sudah bisa mempunyai akses terhadap informasi dengan fasilitas teknologi telematika.
Dengan demikian, Indonesia harus bisa memanfaatkan hasil-hasil kesepakatan forum WSIS
tersebut untuk tujuan pembangunan nasional Indonesia seutuhnya, dengan mendayagunakan teknologi
telematika, sebagai industri yang harus ditumbuh kembangkan, maupun sebagai sarana dan prasarana
pendukung pembangunan. Kita sadari bersama bahwa kita masih mempunyai masalah kesenjangan
digital (digital divide) yang sangat besar dengan wujud negara kita sebagai negara kepulauan terbesar di
dunia, dengan penetrasi infrastruktur telekomunikasi yang masih sangat terbatas, sehingga tuntutan
kebutuhan pengembangan dan penerapan teknologi VoIP di Indonesia adalah salah satu implementasi
program yang sangat dibutuhkan untuk merubah masalah kesenjangan digital menjadi peluang digital
(digital opportunity).
Untuk menjawab tantangan tersebut, diperlukan teknopreneur-teknopreneur baru di bidang
teknologi telematika ini. Dari sejarah beberapa kali keikutsertaan kita dalam olimpiade fisika di tingkat
dunia, perwakilan Indonesia mendapatkan penghargaan tinggi, sebagai contoh pada tahun ini kita
mendapatkan beberapa medali emas, perak dan perunggu, sehingga meraih ranking kedua setelah
China. Ini membuktikan bahwa banyak sekali teknopreneur-teknopreneur Indonesia yang bisa dan Insya
Allah akan muncul, bila digali secara terarah. Bahkan para alumnus peraih medali olimpiade kita yang
mendapat kesempatan beasiswa belajar di luar negeri mewakili tim salah satu universitas menjadi juara
pada salah satu penyelenggaraan kompetisi fisika.
Sebagai insan teknologi, saya mengajak kepada kita semua untuk selalu berlomba-lomba
berusaha berani menjawab tantangan dan memanfaatkan peluang dengan kreativitas dan inovasi yang
brilian, untuk menciptakan karya-karya nyata, yang bisa kita laksanakan dan kita wujudkan sebagai
persembahan pengabdian terbaik kita kepada negeri kita tercinta ini.
Demikian sambutan pengantar saya, selamat berseminar, semoga seminar ini bisa membuka
wawasan baru, kreativitas dan inovasi baru yang brilian di bidang teknologi VoIP ini.
Sekian dan terima kasih.
564
565
566
567
568
569
570
571
572
573
574
575
576
577
578
579
580
581
582
583
584
585
586
587
588
589
590
591
592
593
594
595
596
597
598
599
600
601
602
603
604
605
606
607
608
609
610
611
612
613
614
615
616
617
618
619
620
621
622
623
624
625
626
627
628
629
630
631
II - 5
Country Paper
In Cybersecurity Initiative
Research Report
National Cybersecurity Policy & Implementation
for Government of Indonesia
by: Hammam Riza
Moedjiono
Seminar:
Partnership for Global Security
http://www.itu.int/osg/spu/cybersecurity/
ITU Building Geneva, 15-16 May 2006
632
1 Status of Information and Communication Technology
1.1 Telecoms and Information Technology Background
Indonesia’s political instability, volatile economy and half-hearted telecommunications deregulation have
created a high-risk environment for investors, and considerably slowed the pace of progress in the
telecoms sector. Indonesia had 4.3 fixed phone lines per 100 people in 2004, or just 9.7m telephone lines.
However, coverage is greater than these measures suggest, owing to 220,000 wartel (telephone kiosks).
The inadequacy of fixed-line provision has led to rapid growth in mobile-phone subscriptions, which
stood at 7.4m in 2004, up from 6.3m in 2003. Personal computer (PC) and Internet penetration is also
low, although rising rapidly, with just 11 PCs for every 1,000 people and just 3.6 Internet users per 100
people in 2003. There are over 6,000 local companies producing computer equipment, but they are
typically small in size and the large foreign players continue to play a dominant role in the market. Pirated
software and computer equipment and mobile-phone counterfeits are readily available.
1.2 Demand
Indonesia has low teledensity, at an estimated 4.6 lines per 100 people in 2004. This compares with an
estimated 12 lines in Thailand and 18 lines in Malaysia. There are, however, 220,000 wartel (telephone
kiosks), covering even the remotest areas, which means that overall telephone coverage is far higher than
the number of lines suggests. Businesses account for 19.8% of lines, households for 78.8% and the
government for the remainder. An international connection service is available to only 300,000 people, or
around 0.2% of the population (with business accounting for 94% of this total, households for 5.6% and
the government for 0.4%). Teledensity rose sharply during the 1990s, with an increase in the number of
telephone lines from 1.4m in 1992 to 4.7m in 1997. However, the 1997-98 economic crises led to the
rescheduling and indefinite delay of a number of expansion projects.
Mobile-phone penetration is still relatively low in Indonesia, at around 14 phones per 100 inhabitants
(2004 estimates), compared with 53 in Malaysia, but the market is growing rapidly. By end-2002 the
mobile market was larger than the fixed-line market. Users are estimated to have increased from 6.6m at
end-2001 to over 32m by end-2004. Of these, 40% of users are based in the greater Jakarta area. Private
involvement and investment in the sector has meant that it is more competitive and dynamic than its
fixed-line competitor.
There were estimated 9.3m Internet users in Indonesia at end-2004, according to Pyramid Research, a
UK-based telecoms consultancy. It is estimated that well over 50% of users access the Internet via
Internet cafes, while a further 40% access the Internet from the workplace. PC penetration is also growing
rapidly, however, and had reached an estimated 12.8 per 1,000 people at end-2004.
In 2003 the Indonesian Association of Internet Service Providers (APJII) announced an ambitious
program to bring together public and private organizations to connect more of Indonesia’s secondary
schools to the Internet. Two US firms, Oracle and Cisco, have taken the lead roles in this campaign.
Indonesia information technology (IT) market is one of the smallest in the Asian region, according to
IDC, an IT and telecoms advisory firm. IDC reports that IT spending was US$1.4bn in 2003 and rose by
11% year on year to US$1.55bn in 2004. This compares with US$2.8bn in Malaysia and US$2.2bn in
Thailand in 2004 (both much smaller countries in population terms). The commercial sector accounts for
about 80% of Indonesia's IT spending, with consumer spending accounting for about 10%.
633
1.3 Supply of Technology
At end-2004 there were an estimated 200 software and information technology (IT) service companies in
Indonesia and 6,000 hardware companies. The majority of the local companies are original equipment
manufacturers (OEMs) producing personal computers (PCs) and peripherals for the local market. A
number of large US, Japanese and South Korean companies such as Mitsubishi, Sharp, LG Electronics,
Dell and Sony also have manufacturing facilities there. Typically, however, imports from China of
computer hardware goods are cheaper than locally produced equipment.
Indonesia is a signatory to the World Trade Organization (WTO) Information Technology Agreement
(ITA). The ITA is essentially a tariff-cutting mechanism, which requires developing-country signatories,
including Indonesia, to remove all tariffs on IT equipment by the end of 2005. Although Indonesia is
cutting tariffs in accordance with its schedule, it has at various times imposed other taxes, such as a
luxury sales tax, or charges.
Software piracy is a major problem in Indonesia. The Business Software Alliances (BSA) reports that
pirated software accounted for 88% of Indonesia's software market in 2002, inflicting losses estimated at
US$79m on software producers (in 2003, 88%, US$158m losses; in 2004, 87%, US$183m losses; in 2005
87%, US$280m losses). The government has enacted an intellectual property rights law in an effort to
tackle software piracy, but faces the more formidable tasks of swaying public opinion and enforcement.
The latest effort in legalizing the use of software is the Indonesia Goes Open Source (IGOS) initiative
from five ministries lead by Ministry of Research and Technology and Ministry of Information and
Communication. IGOS Consortium is formed to develop, deploy and support the implementation of
IGOS Desktop system in all government institutions.
The Indonesian government has promoted the rise of domestic technology firms. Major local producers
include Mugen, AAC, Aldo, ACS, ICM, Ascom, DMC, Access, NET, Procom, CBM, Columbia, Hitech
and Centrin. Together, Mugen, AAC, ACM, Aldo and Access represent almost 60% of the market. They
supply their products primarily to small companies, government and households. However, foreign
companies remain prominent suppliers of IT and telecoms equipment. Computer clone manufacturers as
well as well-known firms, including Compaq (US), IBM (US), Hewlett-Packard (US) and Acer (Taiwan),
operate in the market.
Investment in information and communications technology (ICT) manufacturing is booming in some
parts of the country, particularly in the free-trade zones of Batam and Bintan, both of which are situated
near Singapore. Foreign companies have set up production sites for radio transmission sets, fibre-optic
components, cellular phone parts and electronics. In 2004 Matsushita Electric Industrial (Japan)
announced that it was planning to spend about US$5m on a new computer-equipment factory, and US-
based E20 Communications is to double output of fibre-optic parts from its plant in Bintan.
2 Cybersecurity Policy
The Indonesia government should set forth several priorities in order to have a national strategy for cyber
security, including security response system, threat and vulnerability reduction program, security
awareness and training program and security for government’s cyberspace.
634
Based on the above aspects and examining other national security strategies as suggested in Implementing
Homeland Security for Enterprise IT by Michael Erbschloe, we have devised several objectives for
Indonesia’s national cybersecurity policy. To meet the goals and participate in a national cyberspace
security response system, the government of Indonesia should direct all government and local
organization to take or be prepared to take the following steps:
Prepare to participate in public-private architecture for responding to national-level
cyberincidents. This may mean that under certain alert conditions organizations will need to
report various types of activities and intrusion attempts.
Prepare to contribute to the development of tactical and strategic analysis of cyberattacks and
vulnerability assessments. This will require more detailed reporting of activities and intrusion
attempts on an ongoing basis.
Join in a shared view of the health of cyberspace with government agencies and other
organizations.
Be a recipient of information from an expanded cyber early warning network when the security
response organization is coordinating crisis management activities for cyberspace security, and
participate in national incident management efforts.
Participate in the development of national public private continuity and contingency planning
efforts as well as mobilization exercises to test plans.
To meet the goals in a national security policy for threat and vulnerability reduction program, the
government will need to instruct any organization to take or be prepared to take the following steps:
Assist in enhancing law enforcement’s capabilities for preventing and prosecuting cyberspace
attacks. This will mean reporting more incidents and filing necessary complaints to support the
prosecution of perpetrators.
Be forthwith in providing information that will contribute to national vulnerability assessments so
that all organizations will better understand the potential consequences of threats and
vulnerabilities.
Deploy new and more secure protocols and routing technology in order to reduce vulnerabilities.
This will require upgrading or replacing less secure technology
Deploy and use digital control systems and supervisory control and data acquisition systems that
the government has labeled as trusted or that in some other way meets government standards.
Deploy and upgrade software that can reduce and remediate vulnerabilities. That will mean
installing patches more frequently or eliminating less secure software from the product mix used
by the organization.
Help to analyze infrastructure interdependencies and improve the physical security of
cybersystems and telecommunications systems to make them meet potential government
standards.
Contribute to a process that helps to prioritize national cybersecurity research and development
agendas and assess and secure emerging systems.
The government of Indonesia need to endorse a national policy for security awareness and training effort,
that should take into account the following steps:
635
Participate in a comprehensive national awareness program to help enable businesses, the general
workforce, and the general population to secure their own parts of cyberspace.
Improve in house training and education programs to support national cybersecurity needs.
Accept and have staff participate in private sector supported and widely recognized professional
cybersecurity certifications.
The government also needs to build national policy for securing government’s cyberspace, and
organization should take or be prepared to take the following steps:
Provide information to the government that helps to assess continuously threats and
vulnerabilities to national cyber systems.
Assure that all users in an organization that may need to use government cyber systems are
trustworthy individuals and are trained on security issues.
Provide information to government that may help to secure national wireless local area networks
and keep those networks secure.
Assist in improving security in government outsourcing and procurement by providing
information as requested about contractors, equipment, software and services.
Assist state and local government in establishing information technology security programs and
encourage such entities to participate in information sharing and analysis centers with similar
governments.
3 Cybersecurity Implementation for Government of Indonesia
3.1 General Overview
In order to implement the above policy, the government of Indonesia needs to form the foundation of e-
government security plan by construction of government secured infra network, government data center
and government data recovery center. IPTEKnet-BPPT under the Ministry of Research and Technology
together with Department of Communication and Informatica is currently running a program to be funded
for construction of the above secured infrastructure (as given in the diagram below). Wire and Wireless
data network will be deployed for connecting between government buildings in Jakarta and fiber optic
cable and transmission equipment will be installed between the government sites where the areas have a
lot of the traffic volume and demand. Wireless solution will be considered to transmit the data between
government buildings in same city. Government data center will be constructed for effective management
of the data from each government agencies. This center will provide the various services to government
agencies such as co-location, server hosting, security and backup service etc. Data backup system will
secure the integrity of files and fast restoring from the fault condition.
636
3.2 Scope of Implementation
3.2.1 Government Secured Intra-Network and Government Internet Exchange
a. Fiber optic cable and transmission equipment
- Metropolitan fiber optic cable with 24 cores should be supplied and installed between
government buildings.
- According to the installation environment of the fiber optic cable conduit, direct buried or
aerial type of fiber optic cable will be used.
- Total 24 MSPP(Multi Service Provisioning Platform) with STM-16 capacity will be applied
at each node where fiber optic cable will be installed. MSPP will provide various high
capacity interfaces such as E1, STM-1, Fast Ethernet, Gigabit Ethernet for connection to
Government Internet Exchange (GIX) operated by IPTEKnet-BPPT.
b. Wireless data solution
- In the metropolitan areas, Wireless data solution will be installed between government
buildings.
- All government sites in Jakarta should be connected with wireless data solution.
c. Local area network
- Local area network will be installed at around 50 government buildings in Jakarta and
government buildings in regional capital city.
- Based on the environment and number of users of each building, Wireless LAN or Ethernet
network will be deployed. 3.2.2 Government Central Data Center
a. Environment of Government Central Data Center
- The floor space of data center is about 1000m2 including operation rooms, office, equipment
Java GSI
Sumatra GSI
Sulawesi GSI
Kalimantan GSI
NGSI
Papua GSI
637
room and other space for power facility etc.
- UPS and rectifier with backup battery will be installed to supply AC/DC power to servers and
network equipment. Power facilities must have enough capacity and consider future
expansion.
- Access control and fire-fighting system must be implemented.
b. Network equipment
- High capacity backbone router and switch will be installed in government data center for
internet service for government agencies.
- Backbone switches will be duplicate for the network and equipment protection
- Firewall and Intrusion detection switch will be installed in government data center for
network security.
- Access switches will be installed for networking with application servers and servers of
government agencies located and operated in data center.
- Modernized cabling system including UTP, fiber optic cable deployment will be applied in
data center for easy cable work during any change of configuration remove of servers or
network equipment.
c. Application servers
- Application servers and software such as Web server, mail server, DNS server will be
installed at server farm of data center.
- Storage and related solution will be installed and the backup system can support that all
application servers use the common storage disk space for effective management of data files.
Backup storage will be installed in data center for providing service continuity against active
storage failure.
3.2.3 Government Data Recovery Center
a. Environment of Government Central Data Center
- The floor space of data backup center is about 500m2 including operation room, office,
equipment room and other space for power facility etc.
- UPS and rectifier with backup battery will be installed to supply AC/DC power to servers and
network equipment. Power facilities must have enough capacity and consider future
expansion.
- Access control and fire-fighting system must be implemented.
b. Network equipment
- High capacity router and switch will be installed in data backup center for connection to main
storage in data center.
- Firewall and Intrusion detection switch will be installed in government data center for
network security. Backup server will be installed for handling the data backup procedure.
4 Conclusion and Recommendation
4.1 Conclusion
a. National security policy for cyberspace of Indonesia should be written and enacted into
cybersecurity laws and enforced through the application of government regulations in protecting
638
the information assets. These policies include security response system, threat and vulnerability
reduction program, security awareness and training program and security for government’s
cyberspace.
b. In pursuit of government objectives to develop the IT industry and promote information &
communication technology with the high qualified network to be installed will increase the
quality for the various government services.
c. With the efficient government infrastructure, the security of government network will be
increased considerably, thus the government secured infra network will greatly contribute to the
economic development due to the increased productivity and security of government
organizations.
4.2 Recommendation
a. National Secured Infra-Network
- Connection between central government and government data center.
- Connection between central government and local government agencies.
- Connection between government data center and internet backbone network.
b. Government Data Management Center
- To install backbone router and switch for connection to internet backbone network
- To install wireless and wire-line network equipment for connection to government buildings to
concentrate data traffic from government agencies.
- To install SAN solutions for sharing files and quickly recovering data during any fails on the
servers or active storages.
c. Government Data Recovery Center
- To install backup equipment for storing the same data with government data center for emergency
recovery.
d. Government Internet Exchange
- IPTEKnet-BPPT as the government service agency is leading provider for Internet services.
639
640
641
642
643
644