hand out desa siaga

Upload: fitrina

Post on 14-Jan-2016

243 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

HAND OUT

TOPIK: DESA SIAGAMATA KULIAH: ASUHAN KEBIDANAN V (KOMUNITAS)WAKTU: 100 menitDOSEN: ARTHA KUSUMAWARDHANI

OBJEKTIF PERILAKU SISWA

Setelah mengikuti mata kuliah ini diharapkan mahasiswa mampu :1) Tanpa melihat catatan, mahasiswa mampu menjelaskan mengenai pengertian desa siaga2) Tanpa melihat catatan, mahasiswa mampu menyebutkan tujuan desa siaga3) Tanpa melihat catatan, mahasiswa mampu menyebutkan manfaat desa siaga4) Tanpa melihat catatan, mahasiswa mampu menyebutkan unsur-unsur desa siaga5) Tanpa melihat catatan, mahasiswa mampu menyebutkan ciri-ciri desa siaga6) Tanpa melihat catatan, mahasiswa mampu menyebutkan tahapan pelaksanaan desa siaga7) Tanpa melihat catatan, mahasiswa mampu menyebutkan peran jajaran kesehatan8) Tanpa melihat catatan, mahasiswa mampu menyebutkan strata desa siaga9) Tanpa melihat catatan, mahasiswa mampu menyebutkan strategi desa siaga

REFERENSI

1. Syafrudin, 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC2. Kepmenkes no 1529/menkes/SK/X/20103. Depkes RI. 1999. Bidan di Masyarakat. Jakarta : BA34. Maelani. 2009. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : fitramaya5. Depkes RI. 2006. Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga, Pusat Promosi Kesehatan. Jakarta: Depkes RI.6. Dinas Kesehatan. Buku Pedoman Desa Siaga 2010

PENDAHULUAN

Desa siaga adalah salah satu upaya pemerintah dalam rangka pencapaian visi Indonesia sehat 2010, yang intinya adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu untuk hidup sehat. Pembangunan kesehatan juga tidak terlepas dari komitmen Indonesia sebagai warga masyarakat dunia untuk ikut merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs). Dalam MDGs tersebut, kesehatan dapat dikatakan sebagai unsur dominan, karena dari delapan agenda MDGs lima di antaranya berkaitan langsung dengan kesehatan, dan tiga yang lain berkaitan secara tidak langsung. Pada hand out ini akan dibahas mengenai apa yang menjadi indikator keberhasilan desa siaga.

URAIAN MATERI

Konsep Dasar Desa SiagaLangkah nyata untuk mewujudkan sasaran RPJMN 2004-2009, telah diterbitkan SK Menkes No. 564/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Pembangunan Desa Siaga, dengan mengambil kebijakan bahwa seluruh desa di Indonesia menjadi Desa Siaga pada akhir tahun 2008.Pengertian Desa SiagaDesa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri dalam rangka mewujudkan Desa Sehat.1Si (siap), yaitu pendataan dan mengamati seluruh ibu hamil, siap mendampingi ibu, siap menjadi donor darah, siap member bantuan kendaraan untuk rujukan, siap membantu pendanaan, dan bidan di seluruh wilayah kelurahan selalu siap memberi pelayanan.1A (antar), yaitu warga desa, bidan wilayah, dan komponen lainnya dengan cepat dan siap mendampingi dan mnegatur ibu yang akan melahirkan jika memerlukan tindakan gawat darurat.Ga (jaga), yaitu menjaga ibu pada saat dan setelah ibu melahirkan serta menjaga kesehatan yang baru dilahirkan.1Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat seperti kurang gizi, penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, kejadian bencana, kecelakaan, dan lain-lain, dengan memanfaatkan potensi setempat, secara gotong-royong.Menurut Kepmenkes no 1529 tahun 2010 desa atau kelurahan siaga aktif memiliki komponen pelayanan kesehatan dasar, pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan UKBM dan mendorong upaya survailans berbasis masyarakat, kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana serta penyehatan lingkungan dan perilaku hidup bersih sehat (PHBS).2

Tujuan Desa Siaga Tujuan umum desa siaga adalah terwujudnya masyarakat desa yang sehat, peduli dan tanggap terhadap masalah kesehatan di wilayahnya.1 Tujuan khusus dari dibentuknya Desa Siaga adalah Mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat desa. Menyiapsiagakan masyarakat untuk menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat. Memandirikan masyarakat dalam mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat. Meningkatya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan. Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap risiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah, darurat dan sebagainya) Meningkatnya keluarga sadar gizi Meningkatnya masyarakat yang berPerilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Meningkatnya kesehatan lingkungan desa Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan

Manfaat Desa SiagaBagi MasyarakatMudah mendapat pelayanan kesehatan

Bagi TOMA/ORMASMembantu upaya pemberdayaan dan penggerakan masyarakat di bidang kesehatan

Bagi lurahMeningkatkan status kesehatan masyarakat dan mewujudkan kesehatan masyarakat

Unsur Unsur Desa Siaga a. Bidan di kelurahanb. Fasilitator masyarakatc. Puskesmasd. Perangkat desae. Tokoh masyarakatf. Tokoh agama.1

Ciri ciri pokok a. Memiliki pos kesehatan desa yang berfungsi member pelayanan dasarb. Memberdayakan masyarakat melalui UKBM (poskesdes, posyandu, dll)c. PHBS1

Sasaran dan Kriteria Pengembangan Desa Siaga SasaranUntuk mempermudah strategi intervensi, sasaran pengembangan Desa Siaga dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:a. Semua individu dan keluarga di desa, yang diharapkan mampu melaksanakan hidup sehat, serta perduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya.b. Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku individu dan keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut, seperti tokoh masyarakat, termasuk tokoh agama, tokoh perempuan dan pemuda; kader; serta petugas kesehatan.c. Pihak-pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan, peraturan perundang-undangan, dana, tenaga, sarana, dan lain-lain, seperti Kepala Desa, Camat, para pejabat terkait, swasta, para donatur, dan pemangku kepentingan lainnya.

KriteriaDesa Siaga apabila desa tersebut memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa. Menurut SK Menkes No. 564/SK/ VIII/ 2006, elemen utama Desa Siaga sebagai berikut : Pendirian Poskesdes. Penempatan tenaga professional minimal Bidan, Pemberdayaan masyarakat dengan melatih kader Desa Siaga. Peran serta masyarakat dilaksanakan melaui kegiatan SMD dan MMD (participative planning and implementation).Melalui mekanisme ini masyarakat akan melakukan identifikasi masalah kesehatan sekaligus merencanakan dan melaksanakan intervensi yang akan dilakukan oleh masyarakat itu sendiri.

Desa Siap Antar Jaga memiliki kriteria sebagai berikut:a. Memiliki mekanisme pendataan/notifikasiDesa Siap Antar Jaga memiliki sistem yang dikembangkan oleh masyarakat untuk mencatat dan menginformasikan kepada masyarakat tentang keberadaan dan kondisi ibu hamil dan masa persalinan sampai masa nifas. Bentuk pendataan dapat berupa:- Catatan ibu hamil- Peta ibu hamil- Peta fasilitas kesehatan- Informasi ibu hamil resiko tinggi (misal dengan stiker bumil risti)- Catatan persalinan.

b. Memiliki mekanisme transportasiDesa Siap Antar Jaga harus memiliki sistem kegotongroyongan yang dikembangkan untuk mengantar/membina ibu hamil yang akan bersalin, terutama juga ibu tersebut mengalami komplikasi. Bentuk transportasi dapat berupa:- Mobil atau sepeda motor milik warga masyarakat- Ambulan Puskesmas- Kendaraan umum yang beroperasi di desa.Transportasi tersebut penggunaannya harus ada kesepakatan tertulis sebelumnya dari yang memiliki kendaraan. Kendaraan tersebut diberi tanda khusus agar mudah dikenali oleh petugas kesehatan, polisi dan masyarakat.

c. Memiliki mekanisme donor darahDesa Siap Antar Jaga harus memiliki kelompok pendonor darah sebagai penyedia darah bagi PMI yang dapat digunakan oleh ibu bersalin yang membutuhkan. Bentuk:- Donor darah tetapPendonor secara rutin mendonorkan darahnya setiap 3 bulan sekali ke PMI.- Donor darah tidak tetap/ donor darah tetapDaftar nama relawan golongan darahnya yang bersedia mendonorkan darahnya sewaktu-waktu dibutuhkan.Pelaksanaan kegiatan donor darah ini dapat bekerjasama dengan puskesmas setempat khususnya untuk pemeriksaan golongan darah dan pemeriksaan kesehatan pendonor secara umum. Hal ini dilakukan sebagai upaya antisipasi biaya pemeriksaan laboratorium bagi warga miskin.

d. Memiliki mekanisme pendanaanSistem dana adalah tabungan yang dikembangkan oleh masyarakat atau ibu hamil yang digunakan antara lain untuk:- Biaya Persalinan- Biaya Transportasi- Bantuan Akomodasi (makan, minum, dan lain-lain)

e. Memiliki mekanisme kemitraanKemitraan dalam Desa Siap Antar Jaga adalah bentuk kerja sama dengan berbagai pihak terkait yang mendukung keberadaan Desa Siap Antar Jaga selanjutnya. Bentuk kemitraan dapat berupa:- Kemitraan bidan dengan dukun.- Kemitraan dengan LSM- Kemitraan dengan PMI- Kemitraan dengan PKK- Kemitraan dengan media- Kemitraan dengan organisasi masyarakat yang lain.Mekanisme kemitraan sebaiknya didukung dengan persetujuan tertulis.

Agar sebuah desa menjadi desa siaga, desa tersebut harus memliki forum desa / lembaga kemasyarakatan yang aktif dan adanya sarana / akses pelayanan kesehatan dasar. Dalam pengembangannya desa siaga akan meningkat dengan membaginya menjadi 4 kriteria :11) Tahap bina, pada tahap ini forum masyarakat desa mungkin belum aktif, tetapi telah ada forum / lebaga masyrakat desa yang telah berfungsi dalam bentuk apa saja ( isal kelompok rembug desa, kelompok pengajian, atau persekutuan dosa )dengan demikian pada posyandu dan polindesnya, mungkn masih pada tahap pertama.pembinaan intensif dari petugas kesehatan dan petugas dari sector lainnya diperlukan, misalnya dalam bentuk untuk meningkatkan kinerja forum dengan pendekatan PKMD.2) Tahap tambah. Pada tahap ini, forum masyarakat desa telah aktif dan anggota forum untuk mengembangkan UKBM sesuai kebutuhan masyarakat, selain posyandu. Demikian juga dengan polindes dan posyandu, sedikitnya sudah pada tahap madya. Pendampingan dari tim kecamatan atau petugas dari sector / LSM masih sangat diperlukan untuk pengembangan kualitas posyandu atau pengembangan UKBM lainnya. Hal penting lain yang diperhatikan adalah pembinaan dari puskesmas PONED sehingga semua ibu hamil, nifas, dan BBL yng beresiko tinggi dan komplikasi daapt ditangani dengan baik. Disamping itu, sistem surveillance berbasis masyarakat juga sudah dapat berjalan. Artinya manusia mampu mengamati penyakit ( menular dan tidak menular ) dan faktor risiko dilingkungannya secara terus menerus. Selain itu, juga melaporkan dan member informasi pada petugas kesehatan yang terkait.3) Tahap kembang. Pada tahap ini, forum kesehatan masyarakat telah berperan secara aktif dan mampu mengembangkan UKBM sesuai kebutuhan dengan biaya berbasis masyarkat. Sistem kewaspadaan dini masyarakat menghadapi bencana dan kejadian luar biasa telah dilaksanakan dengan baik, demikian juga dengan sistem pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat. jika selama ini pembiayaan kesehatan oleh masyarakat sempat terhenti karena kurangnya pemahaman terhadap sistem jaminan, masyarakat di dorong lagi untuk mengembangkan sistem serupa dimulai dari sistem yang sederhana mengatasi masalah masalah kesehatan tersebut, termasuk dalam rangka membangun poskedes.4) Tahap paripurna. Pada tahap ini, semua indikator dalam kriteria desa siaga sudah terpenuhi. Masyarakat sudah hidup dalam lingkungan sehat serta serta berperilaku hidup bersih dan sehat. Masyarakatnya sudah mandiri dan siaga, tidak hanya terhadap masalah kesehatan yang mengancam, tetapi juga terhadap kemungkinan musibah/bencana non-kesehatan. Pendampingan dari tim kecamatan sudah tidak diperlukan lagi.

Tahapan Desa SiagaBerdasarkan kriteria desa atau kelurahan siaga aktif yang telah ditetapkan, maka perlu dilakukan pentahapan dalam pengembangan desan dan kelurahan siaga aktif, sehingga dapat dicapai tingkatan-tingkatan atau kategori desa siaga aktif sebagai berikut :2

Program-program yang Terdapat Dalam Desa SiagaInti dari kegiatan Desa Siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu untuk hidup sehat. Oleh karena itu dalam pengembangannya diperlukan langkah-langkah pendekatan edukatif. Yaitu upaya mendampingi (memfasilitasi) masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran yang berupa proses pemecahan masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya.Untuk menuju Desa Siaga perlu dikaji berbagai kegiatan bersumberdaya masyarakat yang ada dewasa ini seperti Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, Dana Sahat, Siap-Antar-Jaga, dan lain-lain sebagai titik awal pengembangan menuju Desa Siaga. Dengan demikian, mengubah desa menjadi Desa Siaga akan lebih cepat bila di desa tersebut telah ada berbagai Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM).`1. Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) Dalam Desa SiagaPengertian PoskedesPoskesdes adalah upaya UKBM yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan / menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa.Poskesdes dapat dikatakan sebagai sarana kesehatan yang merupakan pertemuan antara upaya-upaya masyarakat dan dukungan pemerintah.Pelayanannya meliputi upaya-upaya promotif, preventif, dan kuratif yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan (terutama bidan) dengan melibatkan kader atau tenaga sukarela lainnya.

Kegiatan PoskedesPoskesdes diharapkan dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat desa, sekurang-kurangnya: Pengamatan epidemiologis sederhana terhadap penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, dan faktor-faktor resikonya (termasuk status gizi) serta kesehatan ibu hamil yang beresiko. Penanggulangan penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, serta faktor-faktor resikonya (termasuk kurang gizi). Kesiapsiagaan dan penanggualangan bencana dan kegawatdaruratan kesehatan. Pelayanan medis dasar, sesuai dengan kompetensinya. Kegiatan-kegiatan lain, yaitu promosi kesehatan untuk peningkatan keluarga sadar gizi, peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), penyehatan lingkungan, dan lain-lain, merupakan kegiatan pengembangan.

Poskesdes juga diharapkan sebagai pusat pengembangan atau revitalisasi berbagai UKBM lain yang dibutuhkan masyarakat desa (misalnya Warung Obat Desa, Kelompok Pemakai Air, Arisan Jamban Keluarga dan lain-lain). Dengan demikian, Poskesdes sekaligus berperan sebagai coordinator dan UKBM-UKBM tersebut.

Sumber Daya PoskedesPoskesdes diselenggarakan oleh tenaga kesehatan (minimal seorang bidan), dengan dibantu oleh sekurang-kurangnya dua orang kader.Untuk menyelenggarakan Poskesdes harus tersedia sarana fisik bangunan, perlengkapan, dan peralatan kesehatan. Guna kelancaran komunikasi dengan masyarakat dan dengan sarana kesehatan (khususnya Puskesmas), Poskesdes seyogyanya memiliki juga sarana komunikasi (telepon, ponsel, atau kurir).Pembangunan saranan fisik Poskesdes dapat dilaksanakan melalui berbagai cara, yaitu dengan urutan alternative sebagai berikut:a. Mengembangkan Pondok Bersalin Desa (Polindes) yang telah ada menjadi Poskesdes.b. Memanfaatkan bangunan yang sudah ada, yaitu misalnya Balai RW, Balai Desa, Balai Pertemuan Desa, dan lain-lain.c. Membangun baru, yaitu dengan pendanaan dari Pemerintah (Pusat atau Daerah), donator, dunia usaha, atau swadaya masyarakat.

Kegiatan Desa Siaga Aktifa. Persiapan5Dalam tahap persiapan, hal-hal yang perlu dilakukan adalah:Pusat: Penyusunan pedoman. Pembuatan modul-modul pelatihan. Penyelenggaraan Pelatihan bagi Pelatih atau Training of Trainers (TOT).Provinsi: Penyelenggaraan TOT (tenaga kabupaten / Kota).Kabupaten / Kota: Penyelenggaraan pelatihan tenaga kesehatan. Penyelenggaraan pelatihan kader.

b. PelaksanaanDalam tahap pelaksanaan, hal-hal yang perlu dilakukan adalah:Pusat: Penyediaan dana dan dukungan sumber daya lain.Provinsi: Penyediaan dana dan dukungan sumber daya lain.Kabupaten / Kota: Penyediaan dana dan dukungan sumber daya lain. Penyiapan Puskesmas dan Rumah Sakit dalam rangka penanggualangan bencana dan kegawatdaruratan kesehatan.Kecamatan: Pengembangan dan Pembinaan Desa Siaga.

c. Pemantauan dan EvaluasiDalam tahap pemantauan dan evaluasi, hal-hal yang perlu dilakukan adalah:Pusat: Memantau kemajuan dan mengevaluasi keberhasilan pengembangan Desa Siaga.Provinsi: Memantau kemajuan pengembangan Desa Siaga Melaporkan hasil pemantauan ke pusat.Kabupaten / Kota: Memantau kemajuan pengembangan Desa Siaga. Melaporkan hasil pemantauan ke Provinsi.Kecamatan: Melakukan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS). Melaporkan pengembangan ke Kabupaten /Kota.

d. Pendekatan Pengembangan Desa SiagaPengembangan Desa Siaga dilaksanakan dengan membantu/ memfasilitasi masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran melalui siklus atau spiral pemecahan masalah yang terorganisasi (pengorganisasian masyarakat), yaitu dengan menempuh tahap-tahap: Mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, dan sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah. Mendiagnosis masalah dan merumuskan alternatif-alternatif pemecahan masalah. Menetapkan alternative pemecahan masalah yang layak, merencanakan dan melaksanakannya. Memantau, mengevaluasi dan membina kelestarian upaya-upaya yang telah dilakukan.

e. Pelaksanaan KegiatanSecara operasional pembentukan Desa Siaga dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut :5 Pemilihan Pengurus dan Kader Desa SiagaPemilihan pengurus dan kader Desa Siaga dilakukan melalui pertemuan khusus para pemimpin formal desa dan tokoh masyarakat serta beberapa wakil masyarakat. Pemilihan dilakukan secara musyawarah dan mufakat, sesuai dengan tata cara dan kriteria yang berlaku, dengan difasilitasi oleh Puskesmas.

Orientasi / Pelatihan Kader Desa SiagaSebelum melaksanakan tugasnya, kepada pengelola dan kader desa yang telah ditetapkan perlu diberikan orientasi atau pelatihan. Orientasi / pelatihan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota sesuai dengan pedoman orientasi / pelatihan yang berlaku. Materi orientasi / pelatihan yang berlaku. Materi orientasi / pelatihan mencakup kegiatan yang akan dilaksanakan di desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga (sebagaiman telah dirumuskan dalam Rencana Operasional). Yaitu meliputi pengelolaan Desa Siaga secara umum, pembangunan dan pengelolaan Poskesdes, pengembangan dan pengelolaan UBKM lain, serta hal-hal penting terkait seperti kehamilan dan persalinan sehat, Siap-Antar-Jaga, Keluarga Sadar Gizi, Posyandu, kesehatan lingkungan, pencegahan penyakit menular, penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman (PAB-PLP), kegawatdaruratan sehari-hari, kesiap-siagaan bencana, kejadian luar biasa, warung obat desa (WOD), dversifikasi pertanian tanaman pangan dan pemanfaatan pekarangan melalui Taman Obat Keluarga (TOGA), kegiatan surveilans, PHS, dan lain-lain.

Pengembangan Poskesdes dan UKBM lainDalam hal ini, pembangunan Poskesdes bisa dikembangkan dari Polindes yang sudah ada.Apabila tidak ada Polindes, maka perlu dibahas dan dicantumkan dalam rencana kerja tentang alternative lain pembangunan Poskesdes. Dengan demikian diketahui bagaimana Poskesdes tersebut akan diadakan , membangun baru dengan fasilitas dari pemerintah, membangun baru dengan bantuan dari donator, membangun baru dengan swadaya masyarakat, atau memodifikasi bangunan lain yang ada.Bilamana Poskesdes sudah berhasil diselenggarakan, kegiatan dilanjutkan dengan membentuk UKBM-UKBM yang diperlukan dan belum ada di desa yang bersangkutan, atau merevitalisasi yang sudah ada tetapi kurang / tidak aktif.5

Penyelenggaraan Kegiatan Desa SiagaDengan telah adanya Poskesdes, maka desa yang bersangkutan telah dapat ditetapkan sebagai Desa Siaga. Setelah Desa Siaga resmi dibentuk, dilanjutkan dengan pelaksanaan kegiatan Poskesdes secara rutin, yaitu pengembangan sistem surveilans berbasis masyarakat, pengembangan kesiapsiagaan dan penanggulangan kegawat-daruratan dan bencana, pemberantasan penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB., penggalangan dana, pemberdayaan masyarakat menuju KADARZI dan PHBS, penyehatan lingkungan, serta pelayanan kesehatan dasar (bila diperlukan). Selain itu, diselenggarakan pula pelayanan UKBM-UKBM lain seperti Posyandu dan lain-lain dengan berpedoman kepada panduan yang berlaku.Secara berkala kegiatan Desa Siaga dibimbing dan dipantau oleh Puskesmas, yang hasilnya dipakai sebagai masukan untuk perencanaan dan pengembangan Desa Siaga selanjutnya secara lintas sektoral.5

f. Pembinaan dan PeningkatanMengingat permasalahan kesehatan sangat dipengaruhi oleh kinerja sektor lain, serta adanya keterbatasan sumber daya, maka untuk memajukan Desa Siaga perlu adanya pengembangan jejaring kerjasama dengan berbagai pihak. Perwujudan dan pengembangan jejaring Desa Siaga dapat dilakukan melalui Temu Jejaring UKBM secara internal di dalam desa sendiri dan atau Temu Jejaring antar Desa Siaga (minimal sekali dalam setahun). Upaya ini selain untuk memantapkan kerjasama, juga diharapkan dapat menyediakan wahana tukar-menukar pengalaman dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi bersama. Yang juga tidak kalah pentingnya adalah pembinaan jejaring lintas sektor, khususnya dengan program-program pembangunan yang bersasaran Desa.Salah satu kunci keberhasilan dan kelestarian Desa Siaga adalah keaktifan para kader. Oleh karena itu, dalam rangka pembinaan perlu dikembangkan upaya-upaya untuk memenuhi kebutuhan para kader agar tidak drop out. Kader-kader yang memiliki motivasi memuaskan kebutuhan sosial psikologinya harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan kreatifitasnya. Sedangkan kader-kader yang masih dibebani dengan pemenuhan kebutuhan dasarnya, harus dibantu untuk memperoleh pendapatan tambahan, misalnya dengan pemberian gaji / intensif atau difasilitasi agar dapat berwirausaha.Untuk dapat melihat perkembangan Desa Siaga, perlu dilakukan pemantauan dan evaluasi. Berkaitan dengan itu, kegiatan-kegiatan di Desa Siaga perlu dicatat oleh kader, misalnya dalam Buku Register UKBM (contohnya: kegiatan Posyandu dicatat dalam buku Register Ibu dan Anak Tingkat Desa atau RIAD dalam Sistem Informasi Posyandu).

Peran Jajaran Kesehatan dan Pemangku Kepentingan TerkaitPeran Jajaran Kesehatan

a. Peran PuskesmasDalam rangka pengembangan Desa Siaga, Puskesmas merupakan ujung tombak dan bertugas ganda yaitu sebagai penyelenggara PONED dan penggerak masyarakat desa. Namun demikian, dalam menggerakkan masyarakat desa, Puskesmas akan dibantu oleh Tenaga Fasilitator dari Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota yang telah dilatih Provinsi.Adapun peran Puskesmas adalah sebagai berikut: Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar, termasuk Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED). Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim tingkat kecamatan dan desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Memfasilitasi pengembangan Desa Siaga dan Poskesdes. Melakukan monitoring Evaluasi dan pembinaan Desa Siaga.

b. Peran Rumah SakitRumah Sakit memegang peranan penting sebagai sarana rujukan dan pembina teknis pelayanan medik. Oleh karena itu, dalam hal ini peran Rumah Sakit adalah: Menyelenggarakan pelayanan rujukan, termasuk Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK). Melaksanakan bimbingan teknis medis , khususnya dalam rangka pengembangan kesiapsiagaan dan penanggulangan kedaruratan dan bencana di Desa Siaga. Menyelenggarakan promosi kesehatan di Rumah Sakit dalam rangka pengembangan kesiapsiagaan dan penanggulangan kedaruratan dan bencana.

c. Peran Dinas Kesehatan Kabupaten / KotaSebagai penyelia dan pembina Puskesmas dan Rumah Sakit, peran Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota meliputi: Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim di tingkat Kabupaten / Kota dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Merevitalisasi Puskesmas dan jaringannya sehingga mampu menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar dengan baik, termasuk PONED, dan pemberdayaan masyarakat. Merevitalisasi Rumah Sakit sehingga mampu menyelenggarakan pelayanan rujukan dengan baik, termasuk PONEK, dan promosi kesehatan di Rumah Sakit. Merekrut / menyediakan calon-calaon fasilitator untuk dilatih menjadi Fasilitator Pengembangan Desa Siaga. Menyelenggarakan pelatihan bagi petugas kesehatan dan kader. Melakukan advokasi ke berbagai pihak (pemangku kepentingan) tingkat Kabupaten / Kota dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Bersama Puskesmas melakukan pemantauan, evaluasi dan bimbingan teknis terhadap Desa Siaga Menyediakan anggaran dan sumber daya lain bagi kelestarian Desa Siaga.

d. Peran Dinas Kesehatan ProvinsiSebagai penyelia dan pembina Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota, Dinas Kesehatan Provinsi berperan: Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim di tingkat provinsi dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Membantu Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota mengembangkan kemampuan melalui pelatihan-pelatihan teknis, dan cara-cara lain. Membantu Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota mengembangkan kemampuan Puskesmas dan Rumah Sakit di bidang konseling, kunjungan rumah, dan pengorganisasian masyarakat serta promosi kesehatan, dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Menyelenggarakan pelatihan Fasilitator Pengembangan Desa Siaga dengan metode kalakarya (interrupted training). Melakukan advokasi ke berbagai pihak (pemangku kepentingan) tingkat provinsi dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Bersama Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota melakukan pemantauan, evaluasi dan bimbingan teknis terhadap Desa Siaga. Menyediakan anggaran dan sumber daya lain bagi kelestarian Desa Siaga.

e. Peran Departemaen KesehatanSebagai aparatur tingkat Pusat, Departemaen Kesehatan berperan dalam: Menyusun konsep dan pedoman pengembangan Desa Siaga, serta mensosialisasikan dan mengadvokasikannya. Memfasilitasi revitalisasi Dinas Kesehatan, Puskesmas, Rumah Sakit, serta Posyandu dan UKBM-UKBM lain. Memfasilitasi pembangunan Poskesdes dan pengembangan Desa Siaga. Memfasilitasi pengembangan sistem surveilans, sistem informasi / pelaporan, serta sistem kesiapsiagaan dan penanggulangan kedaruratan dan bencana berbasis masyarakat Memfasilitasi ketersediaan tenaga kesehatan untuk tingkat desa. Menyelenggarakan pelatihan bagi pelatih (TOT). Menyediakan dana dan dukungan sumber daya lain. Menyelenggarakan pemantauan dan evaluasi.

Peran Pemangku Kepentingan TerkaitPemangku kepentingan lain, yaitu para pejabat Pemerintah Daerah, pejabat lintas sektor, unsur-sunsur organisasi / ikatan profesi, pemuka masyarakat, tokoh-tokoh agama, PKK, LSM, dunia usaha, swasta dan lain-lain, diharapkan berperan aktif juga di semua tingkat administrasi.

a. Pejabat-pejabat Pemerintah Daerah Memberikan dukungan kebijakan, sarana dan dana untuk penyelenggaraan Desa Siaga. Mengkoordinasikan penggerakan masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan Poskesdes / Puskesmas / Pustu dan berbagai UBKM yang ada (Posyandu, Polindes, dan lain-lain). Melakukan pembinaan untuk terselenggaranya kegiatan Desa Siaga secara teratur dan lestari.

b. Tim Penggerak PKK Berperan aktif dalam pengembangan dan penyelenggaraan UBKM di Desa Siaga (Posyandu dan lain-lain). Menggerakkan masyarakat untuk mengelola, menyelenggarakan dan memanfaatka UBKM yang ada. Menyelenggarakan penyuluhan kesehatan dalam rangka menciptakan kadarzi dan PHBS.

c. Tokoh Masyarakat Menggali sumber daya untuk kelangsungan penyelenggaraan Desa Siaga. Menaungi dan membina kegiatan Desa Siaga. Menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan Desa Siaga.

d. Organisasi Kemasyarakatan / LSM / Dunia Usaha / Swastas Beperan aktif dalam penyelenggaraan Desa Siaga. Memberikan dukungan sarana dan dana untuk pengembangan dan penyelenggaraan Desa Siaga.

Indikator Keberhasilan Desa SiagaIndikator keberhasilan desa siaga di bagi menjadi 2, berdasarkan tingkatannya dan komponennya. Berdasarkan tingkatannya terdiri dari :a. Indikator keberhasilan tingkat desa Forum Desa / kelurahan KPM / Kader Kesehatan Kemudahan akses pelayanan kesehatan dasar Posyandu dan UKBM lainnya aktif Dukungan dana keg kes di desa : pemerintah desa, masyarakat dan dunia usaha Peran serta masyarakat dan organisasi kemasyarakatan Peraturan kepala desa atau peraturan bupati/walikota Pembinaan PHBS Rumah Tangga

b. Indikator keberhasilan tingkat kecamatan Terkoordinir dan integrasinya pengembangan dan pelaksanaan desa aktif dengan kegiatan pembangunan masy lainnya Terkoordinir penerapan kebijakan berkaitan desi aktif Terbentuknya forum desa / kel siaga tkt kecamatan Sistem Informasi desa siaga integrasi dlm profil desa Pertemuan berkala pokjanal minimal 4 kali setahun Pembinaan desi aktif terintegrasi berjenjan

c. Indikator keberhasilan tingkat kabupaten/kota Kebijakan koordinatif dan pembinaan peraturan/keputusan desi aktif Terbentuknya forum pokjanal tkt kab/kota Orientasi pengembangan desi aktif bagi aparatur des/kel, KPM, lbg kemasy dan pihak lain. Bantuan biaya APBD atau sumber lain Sistem Informasi Desi Aktif terintegrasi profil desa lingkup kab/kota, berjenjang Pertemuan berkala minimal 3 kali setahun Pembinaan desi aktif terintegrasi berjenjang

d. Indikator keberhasilan tingkat provinsi Kebijakan koordinatif dan pembinaan peraturan/keputusan desi aktif Terbentuknya forum pokjanal tkt prov Pelatihan TOT bagi kab/kota Sistem Informasi Desi Aktif terintegrasi profil desa lingkup provinsi, berjenjang Pertemuan berkala minimal 2 kali setahun Pembinaan desi aktif terintegrasi berjenjang

Secara rincinya keberhasilan upaya Pengembangan Desa Siaga dapat dilihat dari empat kelompok indikatornya, yaitu: indikator masukan, indikator proses, indikator keluaran, dan indikator dampak. Adapun uraian untuk masing-masing indikator adalah sebagai berikut:a. Indikator MasukanIndikator masukan adalah indikator untuk mengukur seberapa besar masukan telah diberikan dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Indikator masukan terdiri atas hal-hal berikut: Ada / tidaknya Forum Masyarakat Desa. Ada / tidaknya Poskesdes dan sarana bangunan serta perlengkapannya. Ada / tidaknya UBKM yang dibutuhkan masyarakat. Ada / tidaknya tenaga kesehatan (minimal bidan).

b. Indikator ProsesIndikator proses adalah indikator untuk mengukur seberapa aktif upaya yang dilaksanakan di suatu Desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Indikator proses terdiri atas hal-hal berikut: Frekuensi pertemuan Forum Masyarakat Desa. Berfungsi / tidaknya Poskesdes. Berfungsi / tidaknya UBKM yang ada. Berfungsi / tidaknya Sistem Kegawatdaruratan dan Penanggulangan Kegawatdaruratan dan Bencana. Berfungsi / tidaknya Sistem Surveilans berbasis masyarakat. Ada / tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS.

c. Indikator KeluaranIndikator keluaran adalah indikator untuk mengukur seberapa besar hasil kegiatan yang dicapai di suatu Desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Indikator keluaran terdiri atas hal-hal berikut: Cakupan pelayanan kesehatan dasar Poskesdes. Cakupan pelayanan UBKM-UBKM lain. Jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang dilaporkan. Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS.

d. Indikator Dampak. Indikator dampak adalah indikator untuk mengukur seberapa besar dampak dan hasil kegiatan di Desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Indikator dampak terdiri atas hal-hal berikut: Jumlah penduduk yang menderita sakit. Jumlah penduduk yang menderita gangguan jiwa. Jumlah ibu yang melahirkan dan meninggal dunia. Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia Jumlah balita dengan gizi buruk.

Indikator dan Strata Desa Siaga

Keterangan :Strata Pratama: mamanuhi indikator 1 s/d 4Strata Madya: memenuhi indikator 1 s/d 4 dan 2 indikator tambahan (*)Strata Utama: memenuhi semua indikatorDesa Siaga Aktif: memenuhi minimal indikator 1 s/d 5

KESIMPULAN

Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri dalam rangka mewujudkan Desa Sehat. Desa sehat adalah salah satu indikator untuk menjadi negara sehat. Oleh karena itu bidan harus dapat menggerakkan masyarakat supaya sadar dan mampu untuk menanggulangi masalah kesahatan maupun bencan.

EVALUASI

1) Jelaskan pengertian desa siaga!2) Sebutkan tujuan desa siaga!3) Sebutkan unsur-unsur desa siaga!4) Sebutkan ciri-ciri desa siaga!5) Sebutkan program yang terdapat di desa siaga!6) Sebutkan tahapan pelaksanaan desa siaga!7) Sebutkan peran jajaran kesehatan!8) Sebutkan strata desa siaga!