hajar aswad, haji dan umrah, transplantasi organ

130
(LENGKAP) SEJARAH & ASAL-USUL HAJAR ASWAD SERTA KISAH PEMBANGUNAN KA’BAH : Apakah hikmah mencium hajar aswad itu adalah tabarruk (mencari berkah)? | “Sesungguhnya aku tahu bahwa engkau (hajar aswad) tidak dapat mendatangkan bahaya, tidak juga manfa’at. Kalau sekiranya aku tidak melihat Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam menciummu, niscaya aku tidak akan menciummu.” Posted 27 September, 2011 by dr.Abu Hana | ردان لف ء ا ا ن ه و ب ا| in Kajian Islam ( ة ي م لا س لا ا سات الدرا) . Tagged: asal muasal ibadah haji , asal mula hajar aswat , asal mula hukum , asal mula ibadah haji , Asal usul , asal usul hajar aswad , asal usul hajarul aswad , asal usul haji , asal usul hukum , asal usul ibadah haji , asal usul kabah , asal usul masjidil haram , asal usul mencium hajar aswad , asal usul naik haji , hadist tentang mencium hajar aswad , hajar aswad , hukum mencium hajar aswad , hukum mencium hajar aswat , mencium hajar aswad . 13 Comments 1 Votes Hajar Aswad, Batuan dari Surga

Upload: rikoirwanto

Post on 31-Dec-2014

145 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

(LENGKAP) SEJARAH & ASAL-USUL HAJAR ASWAD SERTA KISAH PEMBANGUNAN KA’BAH : Apakah hikmah mencium hajar aswad itu adalah tabarruk (mencari berkah)? | “Sesungguhnya aku tahu bahwa engkau (hajar aswad) tidak dapat mendatangkan bahaya, tidak juga manfa’at. Kalau sekiranya aku tidak melihat Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam menciummu, niscaya aku tidak akan menciummu.”

Posted 27 September, 2011 by dr.Abu Hana | ألفردان هـنـاء الدراسات ) in Kajian Islam | أبو Tagged: asal muasal ibadah haji, asal mula hajar aswat, asal mula hukum, asal mula . ( اإلسالميةibadah haji, Asal usul, asal usul hajar aswad, asal usul hajarul aswad, asal usul haji, asal usul hukum, asal usul ibadah haji, asal usul kabah, asal usul masjidil haram, asal usul mencium hajar aswad, asal usul naik haji, hadist tentang mencium hajar aswad, hajar aswad, hukum mencium hajar aswad, hukum mencium hajar aswat, mencium hajar aswad. 13 Comments

      1 Votes

Hajar Aswad, Batuan dari Surga

Hajar Aswad adalah batu berwarna hitam kemerah-merahan, terletak di sudut selatan, sebelah kiri pintu Ka’bah. Ketinggiannya 1,10 m dari permukaan tanah. Ia tertanam di dinding Ka’bah.

Page 2: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Dahulu, Hajar Aswad berupa satu batu yang berdiameter ± 30 cm. Akibat berbagai peristiwa yang menimpanya selama ini, sekarang Hajar Aswad tersisa delapan butir batu kecil sebesar kurma yang dikelilingi oleh bingkai perak. Namun, tidak semua yang terdapat di dalam bingkai adalah Hajar Aswad. Butiran Hajar Aswad tepat berada di tengah bingkai. Butiran inilah yang disentuh dan dicium oleh jamaah haji.

Hajar Aswad berasal dari surga. Awalnya batu ini berwarna putih. Namun, dia menjadi hitam disebabkan oleh dosa manusia. Dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya, “Hajar Aswad turun dari surga dalam keadaan lebih putih daripada susu. Lalu, dosa-dosa Bani Adam lah yang membuatnya hitam.” Demikianlah, bagian dalam Hajar Aswad berwarna putih, sedangkan bagian luarnya berwarna hitam.

Hajar Aswad selalu dimuliakan, baik pada masa Jahiliah, maupun setelah Islam datang.

Hingga, pada musim haji tahun 317 H, saat dunia Islam sangat lemah dan bercerai berai, kesempatan ini dimanfaatkan oleh Abu Thahir Al-Qurmuthi, seorang kepala salah satu suku Syi’ah Ismailiyah di Jazirah Arab bagian timur, untuk merampas Hajar Aswad. Dengan 700 anak buah bersenjata lengkap dia mendobrak Masjid Al-Haram dan membongkar Ka’bah secara paksa lalu merebut Hajar Aswad dan mengangkutnya ke negaranya yang terletak di kota Ahsa’ yang terletak di wilayah Bahrain, kawasan Teluk Persia sekarang.

Kemudian, ia membuat maklumat dengan menantang umat Islam. Inti dari maklumat itu, jika ingin mengambil Hajar Aswad, tebuslah dengan sejumlah uang yang pada saat itu sangat berat bagi umat Islam atau dengan perang. Baru setelah 22 tahun (tahun 339 H) batu itu dikembalikan ke Mekah oleh Khalifah Abbasiyah Al-Muthi’ lillah setelah ditebus dengan uang sebanyak 30.000 Dinar. Mereka membawanya ke Kufah, lalu menggantungkannya ke tiang ke tujuh Masjid Jami’. Setelah itu, mereka mengembalikannya ke tempat semula.

Penulis: Ristyandani

Referensi: Athlasul Hajj wal ‘Umrah, Dr. Sami Maghluts dan sumber lain.

Sumber: Majalah Tashfiyah, edisi 01, vol. 01 1432 H – 2011 M, hal. 84-86.

hajar aswad , mencium hajar aswad , hukum mencium hajar aswad , asal usul haji , asal usul hajar aswad , asal usul naik haji , asal mula ibadah haji , asal usul hajarul aswad, asal usul masjidil haram , asal usul kabah , Asal usul , asal mula hukum , asal usul mencium hajar aswad , hadist tentang mencium hajar aswad , hukum mencium hajar aswat , asal usul ibadah haji , asal-usul , asal usul hukum , asal mula hajar aswat, asal muasal ibadah haji  

*****

Page 3: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

HUKUM MENCIUM HAJAR ASWAD UNTUK MENCARI TABARRUK

Tanya :

Apakah hikmah mencium hajar aswad itu adalah tabarruk (mencari berkah)?

Jawab :

Hikmah thawaf telah dijelaskan oleh Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam dengan sabdanya,

. الله� �ر� ذ�ك �ق�ام�ة� إل �ج�م�ار� ال م�ي" �و�ر و�ة� �م�ر� و�ال الص&ف�ا ��ن �ي و�ب �ت� �ي �ب �ال ب الط&و�اف" �ج"ع�ل &م�ا �ن إ

“Sesungguhnya Thawaf di Ka’bah, Sa’i di antara Shafa dan Marwah, dan melontar jumroh itu dijadikan untuk menegakkan dzikrullah.”

Pelaku Thawaf yang mengitari Baitullah itu dengan hatinya ia melakukan pengagungan kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala yang menjadikannya selalu ingat kepada Allah, semua gerak-geriknya, seperti melangkah, mencium dan beristilam kepada hajar dan sudut (rukun) yamani dan memberi isyarat kepada hajar aswad sebagai dzikir kepada Allah Ta’ala, sebab hal itu bagian dari ibadah kepada-Nya. Dan setiap ibadah adalah dzikir kepada Allah dalam pengertian umumnya. Adapun takbir, dzikir dan do’a yang diucapkan dengan lisan adalah sudah jelas merupakan dzikrullah; sedangkan mencium hajar aswad itu merupakan ibadah di mana seseorang menciumnya tanpa ada hubungan antara dia dengan hajar aswad selain beribadah kepada Allah semata dengan mengagungkan-Nya dan mencontoh Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam dalam hal itu, sebagaimana ditegaskan oleh Amirul Mu’minin, Umar bin Khattab Radhiallaahu anhu ketika beliau mencium hajar aswad mengatakan, “Sesungguhnya aku tahu bahwa engkau (hajar aswad) tidak dapat mendatangkan bahaya, tidak juga manfa’at. Kalau sekiranya aku tidak melihat Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam menciummu, niscaya aku tidak akan menciummu.”

Adapun dugaan sebagian orang-orang awam (bodoh) bahwa maksud dari mencium hajar aswad adalah untuk mendapat berkah adalah dugaan yang tidak mempunyai dasar, maka dari itu batil. Sedangkan yang dinyatakan oleh sebagian kaum Zindiq (kelompok sesat) bahwa thawaf di Baitullah itu sama halnya dengan thawaf di kuburan para wali dan ia merupakan penyembahan terhadap berhala, maka hal itu merupakan kezindikan (kekufuran) mereka, sebab kaum Muslimin tidak melakukan thawaf kecuali atas dasar perintah Allah, sedangkan apa saja yang perin-tahkan oleh Allah, maka melaksanakannya merupakan ibadah kepada-Nya.

Tidakkah anda tahu bahwa melakukan sujud kepada selain Allah itu merupakan syirik akbar, namun ketika Allah Subhannahu wa Ta’ala memerintahkan kepada para malaikat agar sujud kepada Nabi Adam, maka sujud kepada Adam itu merupakan ibadah kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala dan tidak melakukannya merupakan kekufuran?!

Page 4: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Maka dari itu, thawaf di Baitullah adalah merupakan salah satu ibadah yang paling agung, ia merupakan salah satu rukun di dalam haji, sedangkan haji merupakan salah satu rukun Islam. Maka dari itu orang yang thawaf di Baitullah pasti akan merasakan ketentraman karena lezat-nya melakukan thawaf dan hatinya merasakan kedekatannya kepada Rabb (Tuhan)nya, yang dengannya (thawaf itu) dapat diketahui keagungan-Nya dan amat besarnya karunia-Nya. Wallahul musta’an.

( Ibnu Utsaimin: fatawal ‘aqidah, hal. 28-29. )

****

Kisah Pembangunan Ka’bah dan Peletakan Hajar Aswad

Ketika Rasulullah berusia tiga puluh lima tahun, beliau belum diangkat oleh Allah sebagai seorang nabi. Waktu itu kota Makkah dilanda banjir besar yang meluap sampai ke Masjidil Haram. Orang-orang Quraisy menjadi khawatir banjir ini akan dapat meruntuhkan Ka’bah.

Selain itu, bangunan Ka’bah dulunya belumlah beratap. Tingginya pun hanya sembilan hasta. Ini menyebabkan orang begitu mudah untuk memanjatnya dan mencuri barang-barang berharga yang ada di dalamnya.

Oleh karena itu bangsa Quraisy akhirnya sepakat untuk memperbaiki bangunan Ka’bah tersebut dengan terlebih dahulu merobohkannya.

Untuk perbaikan Ka’bah ini, orang-orang Quraisy hanya menggunakan harta yang baik-baik saja. Mereka tidak menerima harta dari hasil melacur, riba dan hasil perampasan.

Di awal-awal perbaikan, pada awalnya mereka masih takut untuk merobohkan Ka’bah. Akhirnya salah seorang dari mereka yang bernama Al-Walid bin Al-Mughirah Al-Makhzumy bangkit mengawali perobohan tersebut. Setelah melihat tidak ada hal buruk yang terjadi pada Al-Walid, orang-orang Quraisy pun mulai ikut merobohkan Ka’bah sampai ke bagian rukun Ibrahim.

Mereka kemudian membagi sudut-sudut Ka’bah dan mengkhususkan setiap kabilah dengan bagian-bagiannya sendiri. Pembangunan kembali Ka’bah ini dipimpin oleh seorang arsitek dari bangsa Romawi yang bernama Baqum.

Rasulullah ikut MembangunRasulullah sendiri ikut bersama-sama yang lain membangun kabah. Beliau bergabung bersama paman beliau Abbas radhiyallahu ‘anhu. Ketika beliau mengambil batu-batu, Abbas menyarankan kepada beliau untuk mengangkat jubah beliau hingga di atas lutut. Namun Allah menakdirkan agar aurat beliau senantiasa tertutup, sehingga belum sempat beliau mengangkat jubahnya, beliau jatuh terjerembab ke tanah.

Beliau kemudian memandang ke atas langit sambil berkata, “Ini gara-gara jubahku, ini gara-gara jubahku”. Setelah itu aurat beliau tidaklah pernah terlihat lagi.

Page 5: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Peletakan Hajar AswadSebelum kita lanjutkan kisah ini, tahukah kalian apa itu hajar aswad?

Hajar Aswad adalah sebuah batu yang diturunkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dari surga. Dulu batu itu berwarna putih, namun karena dosa-dosa anak Adam, maka batu itu pun berubah menjadi berwarna hitam.

Nah, ketika pembangunan sudah sampai ke bagian Hajar Aswad, bangsa Quraisy berselisih tentang siapa yang mendapatkan kehormatan untuk meletakkan Hajar Aswad ke tempatnya semula. Mereka berselisih sampai empat atau lima hari. Perselisihan ini bahkan hampir menyebabkan pertumpahan darah.

Abu Umayyah bin Al-Mughirah Al-Makhzumi kemudian memberikan saran kepada mereka agar menyerahkan keputusan kepada orang yang pertama kali lewat pintu masjid. Bangsa Quraisy pun menyetujui ide ini.

Allah subhanahu wa ta’ala kemudian menakdirkan bahwa orang yang pertama kali lewat pintu masjid adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Orang-orang Quraisy pun ridha dengan diri beliau sebagai penentu keputusan dalam permasalahan tersebut.

Rasulullah pun kemudian menyarankan suatu jalan keluar yang sebelumnya tidak terpikirkan oleh mereka. Bagaimana jalan keluarnya?

Beliau mengambil selembar selendang. Kemudian Hajar Aswad itu diletakkan di tengah-tengan selendang tersebut. Beliau lalu meminta seluruh pemuka kabilah yang berselisih untuk memegang ujung-ujung selendang itu. Mereka kemudian mengangkat Hajar Aswad itu bersama-sama. Setelah mendekati tempatnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam-lah yang kemudian meletakkan Hajar Aswad tersebut.

Ini merupakan jalan keluar yang terbaik. Seluruh kabilah setuju dan meridhai jalan keluar ini. Mereka pun tidak jadi saling menumpahkan darah.

Akhir Pembangunan Ka’bahBangsa Quraisy akhirnya kehabisan dana dari penghasilan baik-baik yang mereka kumpulkan. Mereka akhirnya menyisakan bangunan Ka’bah di bagian utara seukuran enam hasta yang kemudian disebut Al-Hijir atau Al-Hathim.

Mereka juga membuat pintu Ka’bah lebih tinggi daripada permukaan tanah. Setelah bangunan Ka’bah mencapai ketinggian lima belas hasta, mereka memasang atap dengan disangga enam sendi.

Ka’bah pun selesai dibangun kembali. Tingginya sekarang lima belas meter, panjang sisinya di bagian Hajar Aswad dan sebaliknya adalah sepuluh meter. Hajar aswad sendiri diletakkan satu setengah meter dari lantai. Adapun sisi yang lain panjangnya dua belas meter. Pintu Ka’bah diletakkan dua meter dari permukaan tanah. (*)

Page 7: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Home > Dunia Islam > Islam Mancanegara

Sejarah Hajar Aswad Kamis, 12 Maret 2009, 01:55 WIB

Berita Terkait

Ibrahim as diperintahkan Allah swt membangun kembali Ka’bah. Ia memenuhi perintah itu dibantu putranya, Isma’il as. Saat hampir selesai mengerjakannya, Ibrahim as merasa ada yang kurang pada Ka’bah. Kemudian ia memerintahkan putranya, “Pergilah engkau mencari sebuah batu lagi yang akan aku letakkan di Ka’bah sebagai penanda bagi manusia.”

Isma’il as mematuhi perintah ayahnya. Ia pergi dari satu bukit ke bukit lain untuk mencari batu yang paling baik. Ketika sedang mencari, malaikat Jibril datang pada Ismâ’il as dan memberinya sebuah batu yang cantik. Dengan senang hati ia menerima batu itu dan segera membawa batu itu untuk diberikan pada ayahnya. Ibrahim as pun gembira dan mencium batu itu beberapa kali.

Kemudian Ibrahim as bertanya pada putranya, “Dari mana kamu peroleh batu ini?” Isma’il as menjawab, “Batu ini aku dapat dari yang tidak memberatkan cucuku dan cucumu.” Ibrahim as mencium batu itu lagi dan diikuti juga oleh Ismâ’il as.

Begitulah, sampai saat ini banyak yang berharap bisa mencium batu yang dinamai Hajar Aswad itu. Umar bin Khathab pernah menyampaikan bahwa Rasulullah saw sendiri pernah menciumnya. Saat Umar bin Khaththab berada di hadapan Hajar Aswad dan menciumnya ia berkata, “Demi Allah, aku tahu bahwa engkau hanyalah sebongkah batu. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah Saw menciummu, niscaya aku tidak akan menciummu.” [Hadits No. 228 Kitab Sahih Muslim].

Page 8: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Dalam perjalanan sejarah, batu ini telah mengalami banyak peristiwa. Batu ini pernah hilang dan pecah. Kementerian Urusan Keislaman, Wakaf, Dakwah dan Penyuluhan Kerajaan Arab Saudi dalam situsnya memberikan detail sejarah peletakan kembali Hajar Aswad ini sebagai berikut:

1. Yang pertama kali meletakkan Hajar Aswad adalah Nabi Ibrahim as. dan batu itu adalah permata yang berasal dari Surga.

2. Ketika Bani Bakar bin Abdi Manaf bin Kinanah bin Ghaisyan bin Khaza'ah mengusir keturunan Jurhum dari Mekah, Amr bin Harits bin Madhadh Al Jurhumi keluar membawa dua patung emas kepala rusa dan Hajar Aswad dan dipendam di sumur Zamzam seterusnya mereka berangkat menuju Yaman.

3. Pemendaman Hajar Aswad di dalam sumur Kakbah tidak bertahan lama karena seorang wanita dari Khaza`ah memberitahukan kepada kaumnya bahwa dia melihat orang Jurhum memendam Hajar Aswad di sumur Zamzam. Kemudian mereka meletakkan Hajar Aswad kembali ke tempatnya. Hal ini terjadi sebelum pembangunan oleh Qushay bin Kilab.

4. Setelah Mekah dikuasai oleh suku Qaramitah di bawah pimpinan Abu Tahir Al Qarmuthi, mereka membantai 1700 orang di Mesjidilharam, sebagian bergelantungan di Kakbah kemudian mereka memenuhi sumur Zamzam dengan mayat-mayat. Mereka merampas harta orang-orang dan perhiasan Kakbah, merobek-robek kiswah penutup Kakbah dan membagikannya kepada kawan-kawannya, merampok benda-benda berharga dalam Kakbah, melepas pintu Kakbah dan memerintahkan pula untuk mengambil talang emasnya. Pada tanggal 7 Zulhijah tahun 317 H. Abu Tahir Al Qarmuthi menduduki kota Mekah dan mencopot Hajar Aswad dari tempatnya secara paksa. Abu Tahir memerintahkan Jakfar bin Ilaj untuk mencopot Hajar Aswad dan membawanya pada tanggal 7 Zulhijah 317 H. Setelah dia melakukan kebiadaban dengan membunuh orang-orang yang sedang tawaf, iktikaf dan salat. Mereka membawa Hajar Aswad ke negerinya. Setelah itu tempat Hajar Aswad kosong. Orang-orang yang tawaf hanya meletakkan tangannya di tempatnya saja untuk mendapatkan berkahnya. Akhirnya Hajar Aswad dikembalikan ke tempatnya pada hari Selasa tanggal 10 Zulhijah tahun 339 H. setelah 22 tahun Kakbah kosong dari Hajar Aswad.

5. Pada tahun 363 H. datang seorang laki-laki dari Romawi. Saat ia mendekati Hajar Aswad, ia mengambil cangkul dan memukulkannya dengan kuat ke pojok tempat Hajar Aswad hingga berbekas. Ketika ia akan mengulangi perbuatannya, seorang Yaman datang dan menikamnya sampai roboh.

6. Pada tahun 413 H. Bani Fatimiyah mengirim sebagian pengikutnya dari Mesir di bawah pimpinan Hakim Al Abidi, di antaranya ada seorang laki-laki yang berkulit merah dan berambut pirang serta berbadan tinggi besar, sebelah tangannya menghunus pedang sedang yang sebelah memegang pahat, lalu dipukulkannya ke Hajar Aswad sebanyak tiga kali hingga pecah dan berjatuhan, sambil berkata, "Sampai kapan Batu hitam ini disembah, sekarang tidak ada Muhammad atau Ali yang dapat melarangku dari perbuatanku, kini aku ingin menghancurkan Kakbah." Kemudian pasukan berkumpul untuk membunuh dia dan berikut para pembantunya.

Page 9: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

7. Pada tahun 990 H. datang seorang laki-laki asing (bukan orang Arab) membawa sejenis kampak dan dipukulkannya ke Hajar Aswad, Pangeran Nashir menikamnya dengan belati hingga mati.

8. Di akhir bulan Muharram tahun 1351 H. datang seorang laki-laki dari Afghanistan. Ia mencungkil pecahan Hajar Aswad dan mencuri potongan kain Kiswah serta sepotong perak pada tangga Kakbah. Penjaga masjid mengetahui perbuatan itu kemudian menangkapnya, diapun dihukum mati. Pada tanggal 28 Rabiul Akhir tahun 1351 H. datang Raja Abdul Aziz bin Abdur Rahman Al Faisal As Saud ke Mesjidharam dalam rangka perekatan pecahan Hajar Aswad akibat perbuatan tentara terkutuk tadi. Perekatan tersebut dilakukan setelah diadakan penelitian oleh para ahli untuk menentukan bahan khusus yang digunakan untuk merekat batu pecahan Hajar Aswad yaitu berupa bahan kimia yang dicampur dengan minyak misik dan ambar.taq/berbagai sumber

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/09/03/12/36611-sejarah-hajar-aswad

Page 10: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Rahasia Hajar AswadPosted by admin on 17/09/2009

Hajar Aswad adalah “batu hitam” yang terletak di sudut sebelah Tenggara Ka’bah, yaitu sudut darimana Tawaf dimulai. Hajar Aswad merupakan jenis batu ‘RUBY’ yang diturunkan Allah dari surga melalui malaikat Jibril.

Hajar Aswad terdiri dari delapan keping yang terkumpul dan diikat dengan lingkaran perak. Batu hitam itu sudah licin karena terus menerus di kecup, dicium dan diusap-usap oleh jutaan bahkan milyaran manusia sejak Nabi Adam, yaitu jamaah yang datang ke Baitullah, baik untuk haji maupun untuk tujuan Umrah. Harap dicatat bahwa panggilan Haji telah berlangsung sejak lama yaitu sejak Nabi Adam AS. Bahkan masyarakat Jahilliah yang musyrik dan menyembah berhala pun masih secara setia melayani jemaah haji yang datang tiap tahun dari berbagai belahan dunia.

Nenek moyang Rasulullah, termasuk kakeknya Abdul Muthalib adalah para ahli waris dan pengurus Ka’bah. Atau secara spesifik adalah penanggung jawab air zamzam yang selalu menjadi primadona dan incaran para jemaah haji dan para penziarah. Hadist Sahih riwayat Tarmizi dan Abdullah bin Amir bin Ash mengatakan bahwa Rasul SAW bersabda :

Satu riwayat Sahih lainnya menyatakan:“ Rukun (HajarAswad) dan makam (Batu/Makam Ibrahim) berasal dari batu-batu ruby surga yang kalau tidak karena sentuhan dosa-dosa manusia akan dapat menyinari antara timur dan barat. Setiap orang sakit yang memegangnya akan sembuh dari sakitnya”

Hadist Sahih riwayat Imam Bathaqie dan Ibnu ‘Abas RA, bahwa Rasul SAW bersabda:“Allah akan membangkitkan Al-Hajar (Hajar Aswad) pada hari kiamat. Ia dapat melihat dan dapat berkata. Ia akan menjadi saksi terhadap orang yang pernah memegangnya dengan ikhlas dan benar”.

Page 11: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Hadis Siti Aisyah RA mengatakan bahwa Rasul SAW bersabda:“Nikmatilah (peganglah) Hajar Aswad ini sebelum diangkat (dari bumi). Ia berasal dari surga dan setiap sesuatu yang keluar dari surga akan kembali ke surga sebelum kiamat”.

Berdasarkan bunyi Hadist itulah antara lain maka setiap jamaah haji baik yang mengerti maupun tidak mengerti akan senantiasa menjadikan Hajar Aswad sebagai ‘target’ berburu …. saya harus menciumnya. Mencium Hajar Aswad!!!.Tapi apa bisa? Dua juta jemaah, datang dimusim haji secara bersamaan dan antri untuk keperluan dan target yang sama. Begitu padatnya, maka anda harus rela dan ikhlas untuk hanya bisa memberii ‘kecupan’ jarak jauh sembari melafaskan basmalah dan takbir: Bismillah Wallahu Akbar.

Hadis tersebut mengatakan bahwa disunatkan membaca do’a ketika hendak istilam (mengusap) atau melambainya pada permulaan thawaf atau pada setiap putaran, sebagai mana, diriwayatkan oleh Ibnu Umar RA. Artinya:“Bahwa Nabi Muhammad SAW datang ke Ka’bah lalu diusapnya Hajar Aswad sambil membaca Bismillah Wallahu Akbar”.

Lanjutannya dikisahkan bahwa batu hitam tersebut pernah terkubur pasir selama beberapa waktu.

RIWAYATNYADalam riwayat lanjutannya bahwa batu hitam  tersebut  pernah terkubur pasir selama beberapa lama dan secara ajaib ditemukan kembali oleh Nabi Ismail AS ketika ia berusaha mendapatkan batu tambahan untuk menutupi dinding Ka’bah yang masih sedikit kurang. Batu yang ditemukan inilah rupanya yang sedang dicari oleh Nabi Ibrahim AS, yang serta merta sangat gembira dan tak henti-hantinya menciumi batu tersebut. Bahkan, ketika sudah tiba dekat ka’bah, batu itu tak segera diletakan di tempatnya. Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS menggotong batu itu sambil memutari Ka’bah tujuh putaran.

DIANGKUT DENGAN SORBAN MUHAMMADDiantara peristiwa penting yang berkenaan dengan batu ini adalah yang terjadi pada tahun 16 sebelum Hijrah (606 M) yaitu ketika suku Quraisy melakukan pemugaran Ka’bah. Pada saat itu hampir saja terjadi pertumpahan darah yang hebat karena sudah lima hari lima malam mereka dalam situasi gawat, karena keempat kabilah dalam suku Quraisy itu terus bersitegang ngotot pada pendapat dan kehendak masing-masing siapa yang mengangkat dan meletakkan kembali  batu ini ketempat semula karena pemugaran Ka’bah sudah selesai.

Akhirnya muncul usul dari Abu Umayyah bin Mughirah Al-Mukhzumi yang mengatakan”Alangkah baiknya kalau keputusan ini kita serahkan kepada orang yang pertama kali masuk masjid pada hari ini.”

Pendapat sesepuh Quraisy Abu Umayyah ini disepakati. Dan ternyata orang pertama masuk pada hari itu adalah Muhammad bin Abdullah yang waktu itu masih berusia 35 tahun. Menjadi rahasia umum pada masa itu bahwa akhlak dan budi pekerti Muhammad telah terkenal jujur dan bersih sehingga dijuluki Al-Amin (orang yang terpercaya).

Page 12: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Muhammad muda yang organ tubuhnya yaitu HATI-nya pernah dibersihkan lewat operasi oleh Malaikat, memang sudah dikenal luas tidak pernah bohong dan tidak pernah ingkar janji. Lalu apa jawaban dan tindakan Muhammad terhadap usul itu?

Muhammad menuju tempat pernyimpanan Hajar Aswad itu lalu membentangkan sorbannya dan meletakkan batu mulia itu ditengah-tengah sorban kemudian meminta satu  orang wakil dari masing-masing kabilah yang sedang bertengkar untuk memegang sudut sorban itu dan bersama-sama menggotongnya kesudut dimana batu itu hendak diletakkan. Supaya adil, Muhammad pulalah yang memasang batu itu ketempat semula.

RAHASIA HAJAR AL-ASWAD

Kita semua tahu bahwa Hajar Aswad hanyalah batu yang tidak memberikan mudorat atau manfaat, begitu juga dengan Ka’bah, ia hanyalah bangunan yang terbuat dari batu. Akan tetapi apa yang kita lakukan dalam prosesi ibadah haji tersebut adalah sekedar mengikuti ajaran dan sunnah Nabi SAW. Jadi apa yang kita lakukan bukanlah menyembah Batu, dan tidak juga menyembah Ka’bah.

Umar bin Khatab berkata “Aku tahu bahwa kau hanyalah batu, kalaulah bukan karena aku melihat kekasihku Nabi SAW menciummu dan menyentuhmu, maka aku tidak akan menyentuhmu atau menciummu”

Allah memerintahkan kita untuk Thawaf mengelilingi Ka’bah dan Dia pula yang telah memerintahkan untuk mencium Hajar Aswad. Rasulullah juga melakukan itu semua, dan tentu saja apa yang dilakukan oleh beliau pastilah berasal dari Allah, sebagaimana yang terdapat dalam firmanNya : “Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (QS. An-Najm : 53 ) “.

Hajar Aswad berasal dari surga. Batu ini pula yang menjadi fondasi pertama bangunan Ka’bah, dan ia menghitam akibat banyaknya dosa manusia yang melekat disana pada saat mereka melakukan pertaubatan. Tidakkah orang yang beriman merasa malu, jika hati mereka menghitam akibat dosa yang telah dilakukan. Rasulullah bersabda “Ketika Hajar Aswad turun, keadaannya masih putih, lebih putih dari susu, lalu ia menjadi hitam akibat dosa-dosa anak Adam (HR Tirmidzi).

sumber artikel : At-tiin Tour

http://www.eriricaldo.com/inspirasi/rahasia-hajar-aswad

Page 13: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Perjalanan Sejarah Hajar Aswad dan Ka'bah

Written on 07/05/11 | 11:34

Sebuah batu hitam yang disucikan oleh umat Islam, yang kabarnya merupakan batu dari surga, itulah Hajar aswad. Bagi orang yang berpkir negatif terhadap Islam, perlakuan umat Islam terhadap batu ini menjadi sasaran untuk menghina ajaran Islam. Islam dianggap menyembah batu, padahal mencium hajar aswad hanyalah semata-mata meniru apa yang dilakukan Rasul saw.Hajar Aswad yang menempel di sudut Ka’bah merupakan tanda dimana arah Thawaf dimulai dan berakhir. Thawaf yaitu kegiatan mengelilingi Ka’bah. Jadi awal Thawaf dimulai dan berakhir dari arah Hajar Aswad .

Jadi tak ada yang istimewa dari Hajar Aswad. Jika ada hadits yang menceritakan Nabi pernah Mencium Hajar Aswad, ini pun tak menjadikan Hajar Aswad sebagai barang keramat. Karena jika menjadi barang keramat dan wajib mencium, berapa waktu antrian yang dibutuhkan oleh hampir 2 jutaan jemaah haji. Belum lagi jika pada terinjak-injak jika berebutan.Hajar aswad sebagaimana ka'bah telah melewati sejarah yang panjang selama ribuan tahun. Sejarah hajar aswad yang tercatat dimulai saat Ibrahim as diperintahkan Allah swt untuk membangun kembali ka'bah.

Sekembalinya dari Syam, Ibrahim diperintah Allah untuk membangun ka'bah. Ia memenuhi perintah itu dibantu putranya, Ismâ’il as. Saat hampir selesai mengerjakannya, Ibrâhim as merasa ada yang kurang pada Ka’bah. Kemudian ia memerintahkan putranya, “Pergilah engkau mencari sebuah batu lagi yang akan aku letakkan di Ka’bah sebagai penanda bagi manusia.”

Ismâ’il as mematuhi perintah ayahnya. Ia pergi dari satu bukit ke bukit lain untuk mencari batu yang paling baik. Ketika sedang mencari, malaikat Jibril datang pada Ismâ’il as dan memberinya sebuah batu yang cantik. Dengan senang hati ia menerima batu itu dan segera membawa batu itu untuk diberikan pada ayahnya. Ibrâhim as pun gembira dan mencium batu itu beberapa kali.Kemudian Ibrâhim as bertanya pada putranya, “Dari mana kamu peroleh batu ini?” Ismâ’il as menjawab, “Batu ini aku dapat dari yang tidak memberatkan cucuku dan cucumu.” Ibrâhim as mencium batu itu lagi dan diikuti juga oleh Ismâ’il as.

Begitulah, sampai saat ini banyak yang berharap bisa mencium batu yang dinamai Hajar Aswad itu. Umar bin Khathab pernah menyampaikan bahwa Rasulullah saw sendiri pernah menciumnya. Saat Umar bin Khaththab berada di hadapan Hajar Aswad dan menciumnya ia berkata, “Demi Allah, aku tahu bahwa engkau hanyalah sebongkah batu. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah Saw menciummu, niscaya aku tidak akan menciummu.” [Hadits no 228 Kitab Sahih Muslim].

Karena sangat bersejarahnya, ada juga orang yang ingin mencuri Hajar Aswad. Di akhir bulan Muharram 1351 H, datanglah seorang laki-laki ke Ka’bah. Ia mencungkil Hajar Aswad, mencuri potongan kain

Page 14: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Kiswah, dan membawa sepotong perak dari tangga Ka’bah. Untunglah, penjaga masjid mengetahuinya, laki-laki itu pun ditangkap dan dihukum. Tanggal 28 Rabi’ul Akhir tahun yang sama, dilakukan penempelan kembali bongkahan batu itu ke tempat asalnya.

Sebelumnya perekatan itu, dilakukan penelitian oleh para ahli mengenai bahan perekat yang digunakan. Akhirnya ditemukan perekat berupa bahan kimia yang dicampur dengan minyak misik dan ambar.

Potongan batu hajar azwad bisa kita jumpai (selain di Makkah,kabah ), juga di jumpai di :1.Potongan Hajar Aswad Makam Sulaiman di Masjid Sulaiman.2.Potongan Hajar Aswad di Masjid Biru (Masjid Sultan Ahmed)3.Potongan Hajar Aswad di Masjid Sokullu Mehmet Pasa Camii.

Periode Yang Dilalui1850-1820 SM: Nabi Ibrahim meletakkan Hajar Aswad di Ka’bah, ketika membangun Ka’bah.400 M: Amr bin Harits bin Madhadh al-Jurhum memasukkan ke dalam sumur Zamzam.400 M: Qushay bin Kilab (kakek Rasul SAW yang kelima) meletakkan kembali ke tempatnya di Ka’bah.606 M, terjadi kerusakan pada Ka’bah akibat banjir, dan Nabi Saw (Nabi saat itu belum diangkat menjadi Nabi) meletakan di tempat yang ada sekarang setelah terjadi perdebatan antarkabilah Quraisy.180-an H, Abdullah bin Zubair memasang lingkaran pita perak di sekeliling Hajar Aswad.7 Zulhijah 317 H: Abu Tahir Al Qarmuthi mencopot Hajar Aswad.10 Dzulhijjah 339 H, Hajar Aswad berhasil dikembalikan ke tempatnya.363 H, Hajar Aswad dipukul oleh seorang laki-laki dari Romawi, namtm ia tidak berhasil membawanya.413 H, seorang laki-laki dari Bani Fatimiyyah, memecahkan Hajar Aswad.990 H, seorang laki-laki asing memukul Hajar Aswad.1268 H, Sultan Abdul Majid mengganti lingkaran perak dengan emas.1293 H, Sultan Abdul Aziz mengganti lingkaran emas dengan perak.Muharram 1351 H, seorang laki-laki dari Afghanistan mencungkil pecahan Hajar Aswad dan mencuri potongan kain Kiswah Ka’bah.28 Rabiul Akhir 1351 H, Raja Abdul Aziz bin Abdur Rahman As-Saud merekatkan kembali Hajar Aswad yang telah pe cah dan memberinya lingkaran perak di sekelilingnya.

Riwayat Ka'bah

Ka'bah awalnya dibangun oleh Adam dan kemudian anak Adam, Syist, melanjutkannya. Saat terjadi banjir Nabi Nuh, Ka'bah ikut musnah dan Allah memerintahkan Nabi Ibrahim membangun kembali. Al-Hafiz Imaduddin Ibnu Katsir mencatat riwayat itu berasal dari ahli kitab (Bani Israil), bukan dari Nabi Muhammad.

Ka'bah yang dibangun Ibrahim pernah rusak pada masa kekuasaan Kabilah Amaliq. Ka'bah dibangun kembali sesuai rancangan yang dibuat Ibrahim tanpa ada penambahan ataupun pengurangan. Saat dikuasai Kabilah Jurhum, Ka'bah juga mengalami kerusakan dan dibangun kembali dengan meninggikan fondasi. Pintu dibuat berdaun dua dan dikunci.

Page 15: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Di masa Qusai bin Kilab, Hajar Aswad sempat hilang diambil oleh anak-anak Mudhar bin Nizar dan ditanam di sebuah bukit. Qusai adalah orang pertama dari bangsa Quraisy yang mengelola Ka'bah selepas Nabi Ibrahim. Di masa Qusai ini, tinggi Ka'bah ditambah menjadi 25 hasta dan diberi atap. Setelah Hajar Aswad ditemukan, kemudian disimpan oleh Qusai, hingga masa Ka'bah dikuasai oleh Quraisy pada masa Nabi Muhammad.

Nabi Muhammad membantu memasangkan Hajar Aswad itu pada tempat semestinya.

Dari masa Nabi Ibrahim hingga ke bangsa Quraisy terhitung ada 2.645 tahun. Pada masa Quraisy, ada perempuan yang membakar kemenyan untuk mengharumkan Ka'bah. Kiswah Ka'bah pun terbakar karenanya sehingga juga merusak bangunan Ka'bah. Kemudian, terjadi pula banjir yang juga menambah kerusakan Ka'bah. Peristiwa kebakaran ini yang diduga membuat warna Hajar Aswad yang semula putih permukaannya menjadi hitam.

Untuk membangun kembali Ka'bah, bangsa Quraisy membeli kayu bekas kapal yang terdampar di pelabuhan Jeddah, kapal milik bangsa Rum. Kayu kapal itu kemudian digunakan untuk atap Ka'bah dan tiga pilar Ka'bah. Pilar Ka'bah dari kayu kapal ini tercatat dipakai hingga 65 H. Potongan pilarnya tersimpan juga di museum.

Empat puluh sembilan tahun sepeninggal Nabi (yang wafat pada 632 Masehi atau tahun 11 Hijriah), Ka'bah juga terbakar. Kejadiannya saat tentara dari Syam menyerbu Makkah pada 681 Masehi, yaitu di masa penguasa Abdullah bin Az-Zubair, cucu Abu Bakar, yang berarti juga keponakan Aisyah.

Kebakaran pada masa ini mengakibatkan Hajar Aswad yang berdiameter 30 cm itu terpecah jadi tiga.

Untuk membangun kembali, seperti masa-masa sebelumnya, Ka'bah diruntuhkan terlebih dulu. Abdullah AzZubair membangun Ka'bah dengan dua pintu. Satu pintu dekat Hajar Aswad, satu pintu lagi dekat sudut Rukun Yamani, lurus dengan pintu dekat Hajar Aswad. Abdullah bin Az-Zubair memasang pecahan Hajar Aswad itu dengan diberi penahan perak. Yang terpasang sekarang adalah delapan pecahan kecil Hajar Aswad bercampur dengan bahan lilin, kasturi, dan ambar.Jumlah pecahan Hajar Aswad diperkirakan mencapai 50 butir.

Pada 693 Masehi, Hajjaj bin Yusuf Ath-Taqafi berkirim surat ke Khalifah Abdul Malik bin Marwan (khalifah kelima dari Bani Umayyah yang mulai menjadi khalifah pada 692 Masehi), memberitahukan bahwa Abdullah bin Az-Zubair membuat dua pintu untuk Ka'bah dan memasukkan Hijir Ismail ke dalam bangunan Ka'bah.

Hajjaj ingin mengembalikan Ka'bah seperti di masa Quraisy; satu pintu dan Hijir Ismail berada di luar bangunan Ka'bah. Maka, oleh Hajjaj, pintu kedua--yang berada di sebelah barat dekat Rukun Yamani--ditutup kembali dan Hijir Ismail dikembalikan seperti semula, yakni berada di luar bangunan Ka'bah.

Page 16: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Akan tetapi, Khalifah Abdul Malik belakangan menyesal setelah mengetahui Ka'bah di masa Abdullah bin AzZubair dibangun berdasarkan hadis riwayat Aisyah. Di masa berikutnya, Khalifah Harun Al-Rasyid hendak mengembalikan bangunan Ka'bah serupa dengan yang dibangun Abdullah bin Az-Zubair karena sesuai dengan keinginan Nabi.

Namun, Imam Malik menasihatinya agar tidak menjadikan Ka'bah sebagai bangunan yang selalu diubah sesuai kehendak setiap pemimpin. Jika itu terjadi, menurut Imam Malik, akan hilang kehebatannya di hati kaum Mukmin.

Pada 1630 Masehi, Ka'bah rusak akibat diterjang banjir. Sultan Murad Khan IV membangun kembali, sesuai bangunan Hajjaj bin Yusuf hingga bertahan 400 tahun lamanya pada masa pemerintahan Sultan Abdul Abdul Aziz. Sultan inilah yang memulai proyek pertama pelebaran Masjidil Haram.

Read more: Perjalanan Sejarah Hajar Aswad dan Ka'bah - IslamWiki http://islamwiki.blogspot.com/2011/05/perjalanan-sejarah-hajar-aswad-dan.html#ixzz1xvIeBF00 Under Creative Commons License: Attribution

http://islamwiki.blogspot.com/2011/05/perjalanan-sejarah-hajar-aswad-dan.html

Page 17: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Sejarah Membuktikan Hajar Aswad Cuma Batu Biasa

Post a reply

28 posts • Page 1 of 2 • 12

Sejarah Membuktikan Hajar Aswad Cuma Batu Biasa

by iamthewarlord » Mon Mar 30, 2009 8:26 pm

Saya quote ceritanya dulu ya:

http://hajj.al-islam.com/display.asp?la ... hmacca/k21

1. Yang pertama kali meletakkan Hajar Aswad adalah Nabi Ibrahim as. dan batu itu adalah permata yang berasal dari Surga.2. Ketika Bani Bakar bin Abdi Manaf bin Kinanah bin Ghaisyan bin Khaza'ah mengusir keturunan Jurhum dari Mekah, Amr bin Harits bin Madhadh Al Jurhumi keluar membawa dua patung emas kepala rusa dan Hajar Aswad dan dipendam di sumur Zamzam seterusnya mereka berangkat menuju Yaman.3. Pemendaman Hajar Aswad di dalam sumur Kakbah tidak bertahan lama karena seorang wanita dari Khaza`ah memberitahukan kepada kaumnya bahwa dia melihat orang Jurhum memendam Hajar Aswad di sumur Zamzam. Kemudian mereka meletakkan Hajar Aswad kembali ke tempatnya. Hal ini terjadi sebelumpembangunan oleh Qushay bin Kilab.4. Setelah Mekah dikuasai oleh suku Qaramitah di bawah pimpinan Abu Tahir Al Qarmuthi, mereka membantai 1700 orang di Mesjidilharam, sebagian bergelantungan di Kakbah kemudian mereka memenuhi sumur Zamzam dengan mayat-mayat. Mereka merampas harta orang-orang dan perhiasan Kakbah,merobek-robek kiswah penutup Kakbah dan membagikannya kepada kawan-kawannya, merampok benda-benda berharga dalam Kakbah, melepas pintu Kakbah dan memerintahkan pula untuk mengambil talang emasnya. Pada tanggal 7 Zulhijah tahun 317 H. Abu Tahir Al Qarmuthi menduduki kota Mekah dan mencopot Hajar Aswad dari tempatnya secara paksa. Abu Tahir memerintahkan Jakfar bin Ilaj untuk mencopot Hajar Aswad dan membawanya pada tanggal 7 Zulhijah 317 H. Setelah dia melakukan kebiadaban dengan membunuh orang-orang yang sedang tawaf, iktikaf dan salat. Mereka membawa Hajar Aswad ke negerinya. Setelah itu tempat Hajar Aswad kosong. Orang-orang yang tawaf hanya meletakkan tangannya di tempatnya saja untuk mendapatkan berkahnya. Akhirnya Hajar Aswad dikembalikan ke tempatnya pada hari Selasa tanggal 10 Zulhijah tahun 339 H. setelah 22 tahun Kakbah kosong dari Hajar Aswad.5. Pada tahun 363 H. datang seorang laki-laki dari Romawi. Saat ia mendekati Hajar Aswad, ia

Search this topic…

Page 18: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

mengambil cangkul dan memukulkannya dengan kuat ke pojok tempat Hajar Aswad hingga berbekas. Ketika ia akan mengulangi perbuatannya, seorang Yaman datang dan menikamnya sampai roboh.6. Pada tahun 413 H. Bani Fatimiyah mengirim sebagian pengikutnya dari Mesir di bawah pimpinan Hakim Al Abidi, di antaranya ada seorang laki-laki yang berkulit merah dan berambut pirang serta berbadan tinggi besar, sebelah tangannya menghunus pedang sedang yang sebelah memegang pahat, lalu dipukulkannya ke Hajar Aswad sebanyak tiga kali hingga pecah dan berjatuhan, sambil berkata, "Sampai kapan Batu hitam ini disembah, sekarang tidak ada Muhammad atau Ali yang dapat melarangku dari perbuatanku, kini aku ingin menghancurkan Kakbah." Kemudian pasukan berkumpul untuk membunuh dia dan berikut para pembantunya.7. Pada tahun 990 H. datang seorang laki-laki asing (bukan orang Arab) membawa sejenis kampak dan dipukulkannya ke Hajar Aswad, Pangeran Nashir menikamnya dengan belati hingga mati.8. Di akhir bulan Muharram tahun 1351 H. datang seorang laki-laki dari Afghanistan. Ia mencungkil pecahan Hajar Aswad dan mencuri potongan kain Kiswah serta sepotong perak pada tangga Kakbah. Penjaga masjid mengetahui perbuatan itu kemudian menangkapnya, diapun dihukum mati. Pada tanggal 28 Rabiul Akhir tahun 1351 H. datang Raja Abdul Aziz bin Abdur Rahman Al Faisal As Saud ke Mesjidharam dalam rangka perekatan pecahan Hajar Aswad akibat perbuatan tentara terkutuk tadi. Perekatan tersebut dilakukan setelah diadakan penelitian oleh para ahli untuk menentukan bahan khusus yang digunakan untuk merekat batu pecahan Hajar Aswad yaitu berupa bahan kimia yang dicampur dengan minyak misik dan ambar.http://indonesia.faithfreedom.org/forum/sejarah-membuktikan-hajar-aswad-cuma-batu-biasa-t31833/

Page 19: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Home / Tempat Bersejarah / Sejarah Hajar Aswad (1)

Sejarah Hajar Aswad (1)

19 March 2012 | Kategori: Tempat Bersejarah

Hajar Aswad (kepingan-kepingan kecil) yang terdapat di Ka'bah, Masjidil Haram, Makkah. Foto: WordPress.com

REPUBLIKA.CO.ID – Pada awalnya, Hajar Aswad merupakan salah satu batu yang ditemukan oleh Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS pada saat mereka sedang membangun Ka’bah. Nabi Ismail yang pertama menemukan batu tersebut ketika dia mencari-cari batu tambahan untuk bangunan Ka’bah.

Batu tersebut kemudian diserahkannya kepada ayahnya. Nabi Ibrahim begitu tertarik kepada batu tersebut sehingga dia menciuminya berulang-ulang kali. Ketika akan menempatkan batu tersebut pada tempatnya, mereka terlebih dahulu menggendongnya sambil berlari-lari kecil mengelilingi bangunan Ka’bah sebanyak tujuh putaran.

Dalam sejarahnya yang panjang, Hajar Aswad telah terlibat dalam peristiwa-peristiwa sejarah yang penting. Salah satu peristiwa penting tersebut melibatkan Nabi Muhammad SAW sebagai pemeran utama. Pada sekitar lima tahun sebelum Muhammad diangkat sebagai nabi dan rasul, yakni ketika beliau berumur 35 tahun, diadakan pemugaran Ka’bah karena adanya beberapa kerusakan.

Pemugaran tersebut diadakan berdasarkan kesepakatan para pemuka kabilah suku Quraisy yang ada di Kota Makkah. Akan tetapi, terjadi perselisihan yang hampir saja mengakibatkan pertumpahan darah di antara sesama masyarakat Quraisy tersebut ketika akan menetapkan siapa

Page 20: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

yang berhak menempatkan kembali Hajar Aswad pada posisinya semula. Masing-masing tokoh Quraisy merasa paling berhak untuk menempatkan kembali batu tersebut.

Ketika perselisihan semakin memuncak, muncullah Abu Umayyah bin Mughirah Al-Makhzumi mengajukan usul agar permasalahan tersebut diserahkan kepada seseorang yang akan mengadilinya. Dia mengusulkan agar orang tersebut adalah orang yang pertama kali memasuki Masjidil Haram melalui Bab Al-Shafa pada hari itu. Usulan tersebut disetujui oleh semua pemuka Quraisy.

Ternyata, orang yang pertama kali memasuki Masjidil Haram melalui Bab Al-Shafa pada hari tersebut adalah Muhammad bin Abdullah. Maka disepakatilah Muhammad bin Abdullah sebagai orang yang akan mengadili perkara penempatan kembali Hajar Aswad tersebut.

Di sinilah semakin terlihat kualitas pribadi Muhammad bin Abdullah. Dengan kecerdasan dan kebijaksanaan yang dimilikinya, Muhammad berhasil memberikan jalan keluar yang dapat diterima semua pihak. Beliau menghamparkan sehelai kain di tanah, lalu mengangkat Hajar Aswad dan menempatkannya di atas bentangan kain tersebut.

Kemudian beliau meminta setiap pemuka kabilah Quraisy memegang masing-masing sudut dan sisi kain tersebut dan bersama-sama mengangkatnya untuk membawa Hajar Aswad ke tempatnya semula. Setelah sampai ke dekat tempat Hajar Aswad, Nabi Muhammad mengangkat dan menempatkan Hajar Aswad ke tempat aslinya. Dengan cara demikian, para pemuka Quraisy merasa sama-sama punya andil dalam menempatkan kembali Hajar Aswad ke tempat aslinya.

Cara sederhana dan bijaksana yang ditempuh Muhammad bin Abdullah tersebut berhasil menghindarkan persengketaan yang hampir terjadi dan berhasil pula memuaskan semua pihak. Sejak saat itu, rasa percaya dan hormat kaum Quraisy kepada Muhammad bin Abdullah semakin meningkat.

Redaktur: Chairul AkhmadReporter: Hannan PutraSumber: Ensiklopedi Haji dan Umrah oleh Drs Ikhwan M.Ag dan Drs Abdul Halim M.Ag

http://www.jurnalhaji.com/2012/03/19/sejarah-hajar-aswad-1/

Page 21: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Sejarah Hajar Aswad (2)

19 March 2012 | Kategori: Tempat Bersejarah

Ribuan umat Muslim melakukan Thawaf (mengelilingi Ka'bah tujuh putaran) di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi. Foto: Antara

REPUBLIKA.CO.ID – Peristiwa besar lain yang menyangkut Hajar Aswad adalah pencurian dan penyanderaan Hajar Aswad yang dilakukan oleh kelompok atau golongan Qaramithah.

Pada akhir abad ke-9 M mereka memberontak kepada pemerintahan Islam Dinasti Abbasiyah yang sedang berada dalam periode kemunduran dan perpecahan.

Pada tahun 317 H Pasukan Qaramithah di bawah pimpinan Abu Thahir Al-Qurmuthi berhasil mengobrak-abrik kota Makkah, mencuri Hajar Aswad dan membawanya ke pusat gerakan mereka di belahan timur semenanjung Arabia di kawasan Teluk Persia. Kemudian Hajar Aswad mereka bawa ke Kufah dan mereka sandera dalam tahun-tahun 930-951 M (317-339 H).

Mereka meminta uang tebusan untuk mengembalikan Hajar Aswad tersebut. Jumlah uang tebusan yang mereka minta sangat besar sehingga sulit dipenuhi oleh pemerintah ketika itu.

Setelah 22 tahun Hajar Aswad di tangan para penyandera tersebut, akhimya kaum Qaramithah di bawah Abu Ishak Al-Muzakki mengembalikan Hajar Aswad ke tempat asalnya di Ka’bah. Konon, Khalifah Al-Muthi’ Lillah dari Dinasti Abbasiyah harus mengeluarkan uang sebanyak 30.000 dinar sebagai imbalan pengembalian Hajar Aswad tersebut.

Hajar Aswad dalam ibadah hajiHajar Aswad mempunyai peranan yang penting dan menentukan dalam pelaksanaan haji dan umrah. Fungsi Hajar Aswad akan terlihat terutama dalam pelaksanaan thawaf yang merupakan salah satu rukun haji. Dalam pelaksanaan thawaf, para ulama sepakat bahwa salah satu syarat sahnya thawaf adalah harus dimulai dari posisi yang lurus sejajar dengan Hajar Aswad.

Ulama Syafi’iyah menetapkan bahwa apabila akan melaksanakan thawaf, harus memulainya dengan menempatkan badan sejajar lurus dengan Hajar Aswad di mana posisi Hajar Aswad

Page 22: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

berada di sebelah kiri pelaku thawaf. Tidak boleh ada anggota badan sedikit pun yang melebihi posisi sejajar dengan Hajar Aswad. Mengakhiri putaran thawaf juga harus memposisikan badan lurus sejajar dengan Hajar Aswad, tidak boleh ada anggota badan yang berada di belakang garis sejajar tersebut.

Ulama Malikiyah berpendapat bahwa memulai thawaf harus pada posisi lurus sejajar dengan Hajar Aswad. Bila seseorang memulai thawaf pada sebelum garis sejajar Hajar Awad, maka dia wajib menyempurnakan thawaf putaran akhir sampai ke garis sejajar Hajar Aswad. Tidak boleh hanya sampai ke tempat dia memulai thawaf.

Jika dia tidak menyempurnakan akhir putarannya sampai ke garis sejajar Hajar Aswad, dan telah berlangsung waktu yang lama atau telah batal wudhunya, maka dia wajib mengulangi thawafnya dari awal kembali. Jika dia telah kembali ke negerinya sebelum menyempurnakan thawaf tersebut, maka dia wajib membayar dam berupa seekor hewan korban.

Ulama Hanabilah menyatakan bahwa putaran thawaf harus dimulai dari Hajar Aswad. Putaran thawaf yang tidak dimulai dari Hajar Aswad dianggap tidak sah dan tidak dihitung sebagai satu putaran. Ulama Hanafiyah juga berpendapat bahwa wajib memulai thawaf dari Hajar Aswad. Jika tidak memulai dari Hajar Aswad, wajib diulangi selama masih berada di Makkah. Jika telah pulang, maka wajib membayar dam.

Redaktur: Chairul AkhmadReporter: Hannan PutraSumber: Ensiklopedi Haji dan Umrah oleh Drs Ikhwan M.Ag dan Drs Abdul Halim M.Ag

http://www.jurnalhaji.com/2012/03/19/sejarah-hajar-aswad-2/

Page 23: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ
Page 24: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Perintah Umrah & HajiPosted on July 23, 2008

Perintah Haji Pertama kali

Ibadah Haji sudah lama disyariatkan oleh Allah swt dan dilaksanakan ummat manusia sejak jaman Nabi Ibrahim as, jauh sebelum diperintahkan oleh Nabi Muhammad saw.

Sebagian besar prosesi Ritual Ibadah Haji merupakan cermin kisah perjuangan Nabi Ibrahim dan keluarganya yang selama hidupnya terus menerus diuji Allah dengan berbagai tugas dan ujian untuk membuktikan kecintaannya kepada Allah. Namun dengan penuh keteguhan dan pengorbanan beliau lulus melewati berbagai ujian dan dijadikan contoh suri tauladan bagi ummat manusia hingga akhir jaman dengan diabadikan dalam Al Qur’an

Salah satu ujian yang diberikan kepada Ibrahim adalah membangun Kabah yang rusak akibat banjir jaman nabi Nuh sebagaimana firman Allah dalam QS Al Baqoroh 125 :Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. dan Jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i’tikaf, yang ruku’ dan yang sujud”.

Selesai membangun Kabah, Allah swt memerintahkannya menyeru manusia untuk melaksanakan haji. Allah berfirman dalam QS Al Hajj 26-27:Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan): “Janganlah kamu memperserikatkan sesuatupun dengan aku dan sucikanlah rumahKu ini bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang beribadat dan orang-orang yang ruku’ dan sujud. Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh,

Nabi Ibrahim berkata kepada Allah Taala, “Wahai Tuhan! Bagaimana suaraku akan sampai?” Allah Taala berfirman, “Serulah! Aku yang akan membuat suaramu sampai”.

Kemudian Nabi Ibrahim as. naik ke gunung Qubaisy (pada riwayat lain, beliau menggunakan batu yang kini menjadi maqam Ibrahim yang secara otomatis naik melebihi ketinggian gunung yang ada di Mekah) sambil menghadapkan wajahnya ke Timur dan Barat beliau berseru, “Wahai sekalian manusia, telah diwajibkan kepadamu menunaikan ibadah haji ke Baitul Atiq, maka sambutlah perintah Tuhanmu Yang Maha Agung. “

Seruan tersebut didengar oleh setiap manusia baik yang sudah lahir maupun yang masih berada dalam sulbi laki-laki dan rahim wanita (manusia yang belum lahir) kemudian disambut oleh orang yang telah ditetapkan dalam ilmu Allah bahwa ia akan melaksanakan haji, dengan berkata “Telah saya penuhi panggilan-Mu, Ya Allah! Telah saya penuhi panggilan-Mu.”

Page 25: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Mereka yang menjawab sekali akan berhaji sekali yang menjawab dua kali akan berhaji dua kali dan seterusnya. Mreka yang tidak menjawab panggilan tersebut maka dia tidak akan melaksanakan haji seumur hidupnya.

Allah swt memuliakan Ibrahim as sebagai Kekasih Allah dan mengabulkan doanya agar Mekah menjadi negeri yang diberkati dan menurunkan seorang Rasul dari penduduk Mekah sebagaimana yang dinyatakan dalam QS Al Baqoroh: 126-129:

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: “Ya Tuhanku, Jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: “Dan kepada orang yang kafirpun aku beri kesenangan sementara, kemudian aku paksa ia menjalani siksa neraka dan Itulah seburuk-buruk tempat kembali”.Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): “Ya Tuhan Kami terimalah daripada Kami (amalan kami), Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”. “Ya Tuhan Kami, Jadikanlah Kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu Kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada Kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji Kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. “Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.

Perintah Haji kepada Nabi Muhammad

Perintah menunaikan ibadah haji turun pada tahun ke-9 Hijrah sesuai firman Allah dalam QS Ali Imron 96-97:“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup Mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.”

Walaupun ibadah haji merupakan syariat Nabi Ibrahim sebagaimana yang diajarkan Allah kepada beliau, namun Rasulullah Muhammad saw telah memperbaharui perintah ibadah haji dengan menunjukkan cara manasik yang benar dan membersihkannya dari kemusyrikan bada ditinggal Nabi Ibrahim as.

Kalaupun ada kesamaan ritual ibadah haji dengan jaman jahiliyah, Rasulullah Saw telah menghilangkan unsur syiriknya. Para sahabat mulanya khawatir ketika diperintahkan melaksanakan sa’i, karena di masa jahiliyah menjadi tempat berhala takut bercampur dengan kemusyrikan dan perbuatan Jahiliyah. Namun Allah menghapus kekhawatiran tersebut dalam firmannya :

Page 26: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

“Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebagian dari syiar Allah. Maka barangsiapa beribadah haji ke Baitullah atau berumrah maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya. Barangsiapa yang mengerjakan kebajikan dengan kerelaan hati. Sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui”. (QS Al Baqarah 158).

Sebagaimana wajibnya Ibadah Haji maka umrahpun hukumnya wajib yaitu umrah yang pertama kali dilakukan dan yang karena untuk menunaikan nazar. Umrah selanjutnya berubah hukumnya menjadi sunnah. Firman Allah dalam QS Al Baqarah 196:Dan sempurnakanlah ibadah haji dan ‘umrah karena Allah. jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), Maka (sembelihlah) korban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya. jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), Maka wajiblah atasnya berfid-yah, Yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berkorban. apabila kamu telah (merasa) aman, Maka bagi siapa yang ingin mengerjakan ‘umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu), Maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekah). dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya.

Rasulullah hanya sekali melaksanakan ibadah haji seumur hidup yang sekaligus merupakan haji wada’ (Haji Perpisahan) pada tahun 10 H. Pelaksanaannya diikuti 100 Ribu kaum muslimin sehingga banyak saksi yang melihat bagaimana Rasulullah melaksanakan manasik haji.

Umrah dilaksanakan Rasulullah sebanyak 4 kali dalam tahun yang berbeda setelah beliau berada di Madinah yaitu :1. Tahun ke 6 Hijrah diikuti 1400 sahabat, namun tidak terlaksana karena dihalangi kafir quraisy yang akhirnya melahirkan perjanjian Hudaibiyah.2. Tahun ke 7 Hijrah sebagai umrah pengganti.3. Tahun ke 8 H setelah penaklukan Thaif dengan miqat di Ji’ronah. Umrah ini juga sebagai umrah pengganti karena ketika Rasulullah menaklukkan Makah pada bulan Ramadhan tidak melakukan umrah.4. Tahun ke 10 H, yang dilaksanakan bersamaan dengan Haji Wada dengan miqat dan ihram di Dzul Hulaifah (bir Ali).

Kepada orang yang mampu berhaji namun enggan mengerjakannya, Allah menyindirnya dengan firman :

”Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji) maka sesungguhnya Allah Maha kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam” (QS Ali Imron:97).

Rasulullah saw pun menyampaikan ancaman dengan menyamakan orang yang mampu berhaji tapi tidak berhaji sebagai orang kafir ”Barang siapa yang telah memiliki bekal dan kendaraan lalu tidak berhaji maka bila mati, ia mati sebagai yahudi atau nasrani”.

Page 27: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Kepada orang yang menunda-nunda pelaksanaan ibadah hajinya, Rasulullah mengingatkan: “Bersegeralah melaksanakan haji, karena sesungguhnya seorang di antara kamu tidak mengetahui apa yang akan merintanginya.”( HR. Ahmad).

Jadi, janganlah enggan atau menunda-nunda pelaksanaan ibadah haji. Laksanakan ketika dirasa cukup memiliki bekal dan selagi masih muda. Insya Allah akan menjadi berkah bagi kehidupan kita.

Orang yang mendapat keutamaan Haji disebut Haji Mabrur. Mabrur berasal dari akar kata”al-birr” yang bermakna “ketaatan”. Haji yang Mabrur berarti tata cara hajinya dilaksanakan sesuai ketentuan Allah dan Rasulullah, tidak dicemari bid’ah, perbuatan dosa, serta mampu meningkatkan kualitas diri melalui kontribusi amar ma’ruf nahi munkar sehingga tampil sebagai sosok yang digambarkan Rasulullah yaitu : “Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberi manfaat bagi manusia”.

Sabda Rasulullah saw: �&ة ن ��ج ال & �ال إ اء3 �ج�ز �ه" ل ��س �ي ل و�ر" �ر" �م�ب ال �ح�ج6 ال �و

“Dan haji mabrur itu tiada balasan bagi-nya melainkan Surga” (Al Hadits)

Like

Be the first to like this.

http://dudyeffendi.wordpress.com/2008/07/23/82/

Page 28: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

HAJI & UMRAH

HAJI & UMRAH

Raml.

>Ketika thawaf qudum, pada tiga putaran pertama disunnatkan lari-lari kecil [ raml ], tetapi antara Ruknul Yamani dan Hajar Aswad berjalan biasa. “ .

Demikanlah kurang lebih penggalan materi yang diberikan oleh Prof Suwandojo Siddiq pada manasik umrah, hari Ahad tangggal 02 Mei 2010 M. hal ini mengundang pertanyaan dan kepenasaran; Apakah raml itu pada tiga putaran pertama secara penuh dari Hajar Aswad sampai Hajar Aswad, atau seperti yang dikemukanakan Profesor di atas ?. hal ini juga mendorong penulis untuk membaca ulang hadits-hadits tentang raml. Marilah kita perhatikan hadits-hadits di bawah ini:

�ع"م�ر �ن� اب : tع�ن� الله� و�ل" س" �ر �م�ل �ر �: rق�ال ( . مسلم �ع=ا ب ر�� أ ى �و�م�ش =ا �ث �ال ث �ح�ج�ر� ال �ل�ى إ �ح�ج�ر� ال � (3040م�ن

Dari Ibnu Umar ra ia berkata: “ Rasulullah saw lari-lari kecil dari Hajar Aswad sampai Hajar Aswad pada tiga putaran [ pertama ] dan berjalan biasa pada empat putaran [ terakhir ]. “ [ Muslim, no: 3040 ]

Page 29: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

�ع"م�ر �ن� اب الله�: tع�ن� �و�ل س" �ر ن&� �ة� rأ �ث �ال ث ع�ى �س� ي &ه" �ن ف�إ �ق�د�م" ي م�ا �و&ل

� أ ة� ��ع"م�ر و�ال Fج��ح ال ف�ي� �ط�اف �ذ�ا إ ��ان ك : ( . مسلم و�ة� �م�ر� و�ال الص&ف�ا ��ن �ي ب �ط"و�ف" ي "م& ث �ن� �ي س�ج�د�ت "ص�لFي� ي "م& ث �ع�ة= ب ر�

� أ �م�ش�ي� ي "م& ث �ت� �ي �ب �ال ب Iاف�ط�و� (3038أ

Dari Ibnu Umar ra: “ Rasulullah saw apabila thawaf pada haji atau umrah ketika pertama kali ia tiba [ thawaf qudum ] ia berlari-lari kecil pada tiga putaran [ 1 s/d 3 ], lalu berjalan biasa pada empat putaran [ 4 s/d 7 ], lalu shalat dua rakaat [ di maqam Ibrahim ], kemudian  thawaf [ sa’i ] antara Shafa dan Marwa. “  [ Muslim, no: 3038 ]

Raml bermakna mempercepat dalam berjalan dengan memperpendek langkah [ lari-lari kecil ]. Raml disyari’atkan pada tiga putaran pertama dari tujuh putaran. Dan Raml ini hanya disyari’atkan pada thawaf umrah dan thawaf pertama pada ibadah haji [ thawaf qudum ]. Dan raml ini hanya disyari’atkan bagi laki-laki.

Apabila pada tiga putaran pertama tidak melakukan raml maka tidak bisa diganti pada empat putaran terakhir, karena pada empat putaran akhir sunnahnya berjalan biasa [ al-masyu ].

Apabila tidak memungkinkan raml karena berdesak-desakan maka berjalan biasa tapi mendekati sifat raml [ jalan cepat ditempat ]. Apabila tidak memungkinkan raml jika kita thawaf dekat dengan Ka’bah, tetapi memungkinkan jika thawaf jauh dari Ka’bah, maka yang lebih utama thawaf jauh dari Ka’bah dan raml, karena raml itu ibadah sementara berdekatan dengan ka’bah tidak termasuk ibadah.

Perkataan: “ ramala Rasulullah saw minal hajar ilal hajar tsalaatsan …“ [ Rasulullah saw raml dari hajar [ Aswad ] sampai hajar [ Aswad ] pada tiga putaran [ pertama …] menjadi dalil bahwa Rasulullah saw melakukan raml pada seluruh tiga putaran [ tanpa kecuali ]. [ Nailul Authar, IX: 262 ]

Adapun hadits Ibnu Abbas ra yang menerangkan bahwa: “ Rasulullah saw memerintahkan kepada para sahabat untuk berlari-lari kecil pada tiga putaran pertama dan berjalan biasa antara dua rukun [ Ruknul Yamani dan Hajar Aswad ]. “ [ Muslim no: 3048 ]. Dimansukh [ dihapus ] oleh hadits pertama [ lihat hadits riwayat Imam Muslim, no: 3040 ], karena hadits Ibnu Abbas di atas menerangkan kejadian pada saat Rasulullah saw menunaikan Umratul Qodho pada tahun ketujuh Hijriyyah, sementara penyakit Humaa Yatsrib [ Demam Madinah ] telah melemahkan badan mereka, maka para sahabat lari-lari kecil pada tiga putaran pertama untuk memperlihatkan kepada musyrikin Makah bahwa mereka kuat, adapun antara dua rukun [ Ruknul Yamani dan Hajar Aswad ] mereka berjalan biasa karena musyrikin Makah ketika itu duduk di sekitar Hijir Isma’il sehingga musyrikin Makah tidak dapat melihat mereka antara dua rukun ini. Adapun ketika Rasulullah saw menunaikan ibadah haji [ haji Wada’ ] pada tahun kesepuluh Hijriyyah ia raml [ berlari-lari kecil ] dari Hajar Aswad sampai ke Hajar Aswad. Maka wajib mengambil [ mengamalkan ] yang terakhir. [ Syarah Muslim An-Nawawi, IX: 12 ].

Di bawah ini hadits Ibnu Abbas secara lengkap:

Iاس& ع�ب �ن� اب : tع�ن� الله� و�ل" س" �ر �ق�د�م �: rق�ال &ه" �ن إ �"و�ن ر�ك �م"ش� ال �ق�ال ، ��ر�ب �ث ي ح"م�ى �ه"م� �ت و�ه�ن و�ق�د� �&ة م�ك "ه" اب �ص�ح� و�أ

. �ي6 &ب الن ه"م" �م�ر� و�أ ، ��ح�ج�ر ال �ل�ي� ي م�م&ا و�ا ل�س" �ف�ج د&ة= ش� �ه�ا م�ن �ق"و�ا و�ل �ح"م�ى، ال �ه"م" �ت و�ه�ن ق�د� ق�و�م3 غ�د=ا "م� �ك �ي ع�ل �ق�د�م" rي

: �ء� ه�ؤ"ال �"و�ن ر�ك �م"ش� ال �ف�ق�ال ، �د�ه"م� ل �ج �"و�ن ر�ك �م"ش� ال ى ��ر �ي ل �ن� �ي �ن ك الر6 ��ن �ي ب م�ا و�ا �م�ش" و�ي Iاط�و ش�� أ ��ة �ث �ال ث "و�ا م"ل �ر� ي ن�

� أ

Page 30: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

. Iاس& ع�ب �ن" اب �ق�ال �ذ�ا و�ك �ذ�ا ك م�ن� ��د ل ج�� أ �ء� ه�ؤ"ال ، �ه"م� �ت و�ه�ن ق�د� �ح"م�ى ال ن&

� أ "م� ع�م�ت �ز ��ن &ذ�ي ه"م�: tال �م"ر� �أ ي �ن� أ �ع�ه" �م�ن ي �م� و�ل

: ( . مسلم �ه�م� �ي ع�ل ��ق�اء �ب �إل ا & �ال إ &ه�ا "ل ك �و�اط ش�� �أل ا "و�ا م�ل �ر� ي ن�

� (3048أ

Dari Ibnu Abbas ra ia berkata: “ Rasulullah saw dan para sahabatnya mendatangi kota Makah [ untuk menunaikan Umrah ] dan penyakit Demam Madinah telah melemahkan mereka. Musyrikin Makah berkata: ‘ Besok akan datang kepada kalian satu kaum yang telah dilemahkan oleh Demam Madinah, dan mereka banyak menemukan kesulitan di Madinah. ‘ Mereka [ musyrikin Makah ] duduk di sekitar Hijir Isma’il, maka Rasulullah saw memerintahkan para sahabat untuk raml [ berlari-lari kecil ] pada tiga putaran pertama dan berjalan biasa pada empat putaran terakhir agar musyrikin Makah dapat melihat ketangguhan mereka. Musyrikin Makah berkata: ‘ Mereka itu orang-orang yang kalian sangka telah dilemahkan oleh Demam Madinah, ternyata mereka lebih tangguh. ‘ Ibnu Abbas ra berkata: ‘ Tidak ada yang menghalangi Rasulullah saw untuk memerintah mereka agar berlari-lari kecil di seluruh tiga putaran melainkan rasa kasihan atas mereka. ‘ “ [ Muslim, no: 3048 ]

Isyarat di putaran terakhir.

Prof juga menerangkan bahwa pada putaran thawaf ketujuh [ terakhir ] tidak ada isyarat. Dalam hal ini kami menemukan sebuah hadits berbunyi demikian:

Iاس& ع�ب �ن� اب : tع�ن� �ي6 &ب الن �ط�اف ��رr ،I  ق�ال �ع�ي ب ع�ل�ى �ت� �ي �ب �ال �ت�ى ب أ &م�ا "ل �د�ه� ك �ي ب Iي�ء ��ش ب �ه� �ي �ل إ �ار �ش� أ �ن� ك الر6 ع�ل�ى

: البخاري. ) �&ر �ب : 1632و�ك أحـمد ،1 ،264)

Dari Ibnu Abbas ra ia berkata: “ Nabi saw thawaf di Baitullah sambil mengendarai untanya, setiap kali ia mendatangi ar-Ruknu [ sudut hajar Aswad ] ia berisyarat dengan sesatu yang ada di tangannya dan bertakbir. “ [ Al-Bukhori, no: 1632, Ahmad, I: 264 ]

Pada hadits di atas terdapat kata-kata kullama ataa [ setiap kali mendatangi ] perkataan kullama ataa menjadi dalil bahwa setiap kali mendatangi sudut hajar Aswad termasuk putaran terakhir [ putaran ketujuh ] ada padanya isyrat. Jadi isyarat pada thawaf qudum itu ada delapan ditambah satu yaitu isyarat setelah shalat dua rakaat di Maqam Ibrahim, tetapi tidak mengandung arti putaran thawaf menjadi delapan.

Adakah doa ketika di Marwa [ akhir sa’i ] ?

Pada hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim melalui sahabat Jabir bin Abdullah tentang sifat [ tata cara ] haji Nabi saw diterangkan demikian:

الله� �د� ع�ب �ن� ب �ر� اب �ج : … tع�ن� � أ �ق�ر الص&ف�ا �م�ن �ا د�ن �م&ا ف�ل ��م�ا ) (  ق�ال ب" �د�أ �ب أ الله� �ر� ع�ائ �ش م�ن� �و�ة �م�ر� و�ال الص&ف�ا �ن& إ

( & �ال إ ��ه �ل إ � ال �و�ق�ال ه" �&ر �ب و�ك �الله �ف�و�ح&د ��ة �ل �ق�ب ال ��ل �ق�ب ت ف�اس� ��ت �ي �ب ال �ى أ �ر �ى ح�ت �ه� �ي ع�ل �ق�ي �ف�ر �الص&ف�ا ب� �د�أ ف�ب �ه� ب الله"

� �د�أ بو�ع�د�ه" ��ج�ز ن

� أ و�ح�د�ه" الله" & �ال إ ��ه �ل إ � ال �ر3 ق�د�ي Iي�ء �ش "ل& ك ع�ل�ى �و�ه"و �ح�م�د" ال �ه" و�ل �م"ل�ك" ال �ه" ل �ه" ل ��ك ر�ي �ش � ال و�ح�د�ه" الله"ح�ت&ى ( و�ة� �م�ر� ال �ل�ى إ �ل ��ز ن "م& ث Iات م�ر& ��ث �ال ث ه�ذ�ا ��ل م�ث �ق�ال �ذ�ل�ك ��ن �ي ب د�ع�ا "م& ث و�ح�د�ه" �اب ��ح�ز �أل ا �م �و�ه�ز �د�ه" ع�ب ��ص�ر و�ن

�و�ة �م�ر� ال �ى ت� أ &ى ت �ح ى �م�ش �ا ص�ع�د�ت �ذ�ا إ &ى ح�ت ع�ى �س �و�اد�ي ال �ط�ن� ب ف�ي� ق�د�م�اه" &ت� �ص�ب ان �ذ�ا و�ة� إ �م�ر� ال ع�ل�ى � ف�ف�ع�ل

الص&ف�ا ع�ل�ى �ف�ع�ل �م�ا : ك (2941مسلم … )

Page 31: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Dari Jabir bin Abdullah ra ia berkata: “ … Ketika mendekati Shafa ia membaca: innash shafa …[ sesungguhnya Shafa dan Marwa merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah ]. Aku memulai dengan apa yang dimulai Allah dalam penyebutannya. Lalu naik ke bukit Shafa hingga terlihat Ka’bah, lalu ia menghadap ke arah kiblat, kemudian bertauhid dan bertakbir lalu mengucapkan: laa ilaaha illalloohu …[ tidak ada tuhan [ yang layak disembah ] selain Allah, yang Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, hanya bagi-Nya segala kerajaan, dan hanya bagi-Nya segala puji, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tidak ada tuhan [ yang layak disembah ] selain Allah, Yang Esa, Ia telah sempurnakan janji-Nya, dan Ia telah menolong hamba-Nya, dan Ia sendiri yang telah hancurkan golongan-golongan musuh ].kemudian ia berdoa diantara itu, ia lakukan sebanyak tiga kali. Lalu ia menuju ke Marwa, hingga apabila kedua kakinya menginjak tengah-tengah lembah ia berjalan cepat [ raml ], ketika mendaki ia jalan biasa hingga mendatangi Marwa, lalu di Marwa ia melakukan seperti yang ia lakukan di Shafa …[ Muslim, no: 2941 ]

Page 32: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Perkataan “ fafa’ala ‘alal Marwa kama fa’ala ‘alash Shafa “ [ lalu di Marwa ia melakukan seperti yang ia lakukan di Shafa ] menjadi dalil bahwa kita melakukan [ membaca doa ] sebagaimana ketika kita berada di Shafa.

Idhtiba ketika sa,i.

ي ة� ب�ن ي�ع�ل�ى ع�ن� م�أ� t: الن بي أ�ن r ط�اف� ط�بع�ا بال�ب�ي�ت د! و�ع�ل�ي�ه م�ض� أبو. ( ب�ر�

859: الترمذي ،1883: داود (

Dari Ya’la bin Umayyah ra [ ia berkata ]: “ Nabi saw thawaf di Baitullah dengan idhtiba’, ia mengenakan kain bergaris. “ [ Abu Dawud, no: 1883, At-Tirmidzi, no: 859 ]

ع�ب اس1 اب�ن ع�ن t: و�ل� أ�ن س� الله ر� r اب�ه� ح� ص�أ� ا و� و� ان�ة، من� اع�ت�م�ر� ع�ر� ال�جا ل�و� م� ر� ا بال�ب�ي�ت ف� ع�ل�و� م� و�ج� دي�ت�ه� ر�

ت� أ� ، ت�ح� م� ا ث�م آب�اطه و�ه� ذ�ف� م� ع�ل�ى ق� ه اتق ع�و� ى ر� 1890: داود أبو ،306: 1 أحـمد،. ( ال�ي�س� (

Dari Ibnu Abbas ra [ ia berkata ]: “ Rasulullah saw dan para sahabatnya menunaikan umrah dari Ji’ranah, mereka raml [ ketika thawaf ], dan mereka menjadikan kain-kain mereka di bawah ketiak mereka, lalu mereka melemparkan ujung kain itu ke atas pundak kiri mereka. “ [ Ahmad, I: 306, Abu Dawud, no: 1890 ]

Idhtiba’ diambil dari kata adh-dhab’u, memiliki arti al-‘adhodu [ lengan atas dari sikut sampai bahu ]. Sedangkan yang dimaksud dengan idhtiba’ dalam istilah manasik adalah: memasukkan kain di bawah ketiak kanan dan melemparkan ujung kain itu ke atas pundak sebelah kiri sehingga bahu kanan tampak terlihat. [ Nailul Authar, IX: 264 ]

Idhtiba’ ini disunnatkan ketika thawaf. Adapun di luar thawaf, antara lain  ketika sa’i tidak disunnatkan idhtiba’ tetapi juga tidak dilarang.

Page 33: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Air Zam-zam untuk segala keperluan ?

اء� ( م� م� م�ز� ا ز� رب� لم� ل�ه� ش� (

“ Air Zam-zam diminum untuk segala keperluan. “

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam Musnadnya, III: 357, 372 dan Imam Ibnu Majah di dalam Sunannya, no: 3062 dengan derajat dha’if karena di sanadnya ada rawi bernama Abdullah bin Al-Mu’ammil. Imam Adz-Dzahabi berkata: “ Para ulama melemahkan hadits ini. “ Imam As-Sakhawi berkata: “ Sanad hadits ini dha’if. “ .

Dede Tasmara

http://abuadriwahidin.wordpress.com/2012/04/07/haji-umrah/

Page 34: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Sejarah HajiPosted on Desember 11, 2009 by yasir maqosid

Oleh: Abdul Mun’im, S.Pd.I

Haji secara bahasa berarti menuju ke suatu tempat. Namun secara syariat mengacu pada ziarah tahunan umat Islam ke Mekah dengan maksud tertentu untuk melakukan ritual keagamaan diwaktu tertentu pula sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW.

Haji pertama kali disyariatkan oleh Allah pada masa Nabi lbrahim a.s. dan ia adalah Nabi yang dipercaya oleh Allah untuk membangun Ka’bah bersama dengan anaknya Ismail di Mekah. Allah menggambarkan Ka’bah sebagai berikut: “Dan ingatlah ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan): janganlah kamu memperserikatkan sesuatupun dengan Aku dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang beribadat mereka yang ruku’ dan sujud.” (Al-Hajj :26)

Setelah membangun Ka’bah, Nabi Ibrahim datang ke Mekah untuk melakukan ibadah haji setiap tahun, dan setelah kematiannya, praktik ini dilanjutkan oleh anaknya. Namun, secara bertahap dengan berlalunya waktu, baik bentuk dan tujuan ritual haji berubah sebagai penyembahan berhala yang tersebar di seluruh Arabia, Ka’bah kehilangan kemurnian dan berhala ditempatkan di dalamnya. Dindingnya penuh dengan puisi dan lukisan, dan akhirnya lebih dari 360 berhala ditempatkan di sekitar Ka’bah.

Selama periode haji itu sendiri, suasana di sekitar rumah suci (Ka’bah) layaknya seperti sirkus. Laki-laki dan perempuan mengelilingi Ka’bah dengan telanjang, dengan alasan bahwa mereka harus menampilkan diri di hadapan Allah dalam kondisi yang sama seperti mereka lahir. Doa mereka menjadi bebas tak lagi tulus mengingat Allah, malah berubah menjadi serangkaian tepuk tangan, bersiul dan meniup tanduk, bahkan kalimat talbiah telah diselewengkan oleh mereka dengan tambahan-tambahan. Bahkan darah binatang yang dikurbankan dituangkan ke dinding Ka’bah dan dagingnya digantung di tiang sekitar Ka’bah, dengan keyakinan bahwa Allah menuntut daging dan darah hewan-hewan ini. Mengenai hal ini Allah SWT mengingatkan

Page 35: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

dengan firman-Nya: “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketaqwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.” (Al-Hajj: 37)

Bernyanyi, minum arak, perzinaan dan perbuatan amoral lainnya tersebar luas di antara para peziarah. Dan lomba puisi adalah bagian utama dari seluruh rangkaian haji. Dalam kompetisi ini, para penyair akan memuji keberanian dan kemegahan suku mereka masing-masing dan menceritakan cerita-cerita yang berlebihan, kepengecutan dan kekikiran suku-suku lainnya. Kompetisi dalam kemurahan hati juga diadakan di mana masing-masing kepala suku akan menyediakan kuali besar dan memberi makan para peziarah, hanya agar mereka bisa menjadi terkenal karena kemurahan hati mereka.

Dengan demikian mereka benar-benar meninggalkan ajaran nenek moyang dan pemimpin mereka Nabi Ibrahim a.s. Ajarannya yang suci untuk menyembah Allah semata, telah dinodai oleh orang-orang kafir dan ritual yang telah ditetapkan benar-benar terselewengkan oleh mereka. Keadaan menyedihkan itu berlangsung selama kurang lebih dua ribu tahun. Tapi kemudian setelah periode panjang ini, waktu datang untuk doa Nabi Ibrahim yang harus dijawab: “Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab (Al-Qur’an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Al-Baqarah :129)

Selama dua puluh tiga tahun, Nabi Muhammad menyebarkan pesan tauhid  – pesan yang sama bahwa Nabi Ibrahim dan semua Nabi pendahulunya datang dengan membawa dan mendirikan hukum Allah dimuka bumi. Nabi tidak hanya membersihkan Ka’bah dari segala kotoran, tapi juga mengembalikan semua ibadah haji yang dituntunkan oleh Allah di masa Nabi Ibrahim.

Terdapat perintah khusus dalam Al-Quran diturunkan dalam rangka menghilangkan semua upacara palsu yang telah merajalela di masa pra-Islam. Semua tindakan tidak senonoh dan memalukan itu sangat dilarang dalam pernyataan Allah SWT: “Musim haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats (mengeluarkan perkataan yang menimbulkan birahi yang tidak senonoh atau bersetubuh), berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji.” (Al-Baqarah: 197). Wallahu al’lam bish showab.

———————————————————————————————

Bagi yang ingin berangkat haji atauh umroh, dapat menghubungi kantor Perwakilan Hikmah Sakti Perdana di: Pondok Pesantren Syafi’i Akrom – Kota Pekalongan Jawa Tengah. Nomor kontak: 081542179705 (Yasir Maqosid) atau email ke: [email protected].

Lebih jelasnya bisa dilihat di link ini

http://ibadahhaji.wordpress.com/2009/12/11/sejarah-haji/

Page 36: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Haji dalam Kilasan Sejarah

2 February 2012 | Kategori: Rukun Haji

Setiap tahun puluhan juta umat Islam mendambakan dirinya pergi ke Tanah Suci (Makkah) untuk menunaikan ibadah haji. Bahkan, saat ini sekitar empat hingga lima juta umat Islam dari berbagai negara di dunia sedang bersiap diri melaksanakan ibadah haji.

Pelaksanaan ibadah haji telah diperintahkan oleh Allah SWT sejak zaman Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW. Dan, ibadah haji merupakan sebuah perjalanan ritual dalam menghayati hakikat hidup dan keimanan kepada Allah SWT. Demikian dikemukakan intelektual Muslim asal Iran, Ali Syariati, dalam bukunya, Al-Hajj.

Menurut Ali Syariati, ibadah haji adalah sebuah demonstrasi simbolis dari falsafah penciptaan Adam. Gambaran selanjutnya adalah sebuah pertunjukan akbar tentang hakikat penciptaan, sejarah, keesaan, ideologi islam, dan ummah.

“Allah adalah sutradaranya. Sedangkan, skenario atau temanya adalah tentang perbuatan orang-orang yang terlibat dan para tokoh utamanya adalah Adam, Ibrahim, Siti Hajar, Ismail, dan iblis. Adapun lokasinya di Masjidil Haram (Ka’bah), Mas’a (tempat sai), Arafah, Masy’ar, dan Mina. Simbolnya adalah Ka’bah, Safa, Marwa, siang, malam, matahari terbit, matahari tenggelam, berhala, dan upacara kurban. Pakaiannya adalah ihram dan aktor dari peran-peran dalam pertunjukan itu adalah umat Islam yang sedang melaksanakan ibadah haji,” kata Ali Syariati.

Sebagaimana dijelaskan dalam berbagai literatur mengenai ibadah haji dan umrah, pelaksanaan ibadah haji telah disyariatkan sejak zaman Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW. Adapun tata cara ibadah haji yang disyariatkan kepada para nabi dan rasul itu umumnya lebih banyak berkisar pada pelaksanaan tawaf atau mengelilingi Ka’bah. Berikut sejumlah tata cara ibadah haji yang dilaksanakan sejak zaman Nabi Adam AS hingga sekarang ini.

Page 37: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Nabi Adam ASSetelah beberapa waktu sejak diturunkan ke bumi, Nabi Adam diperintahkan oleh Allah SWT pergi ke Baitullah di Makkah untuk melaksanakan ibadah haji.Menurut sejumlah riwayat, Ka’bah dibangun oleh para malaikat. Dan selama lebih dari 2.000 tahun, malaikat sudah melaksanakan tawaf (mengelilingi Ka’bah). Nabi Adam AS kemudian mengikuti apa yang dilakukan malaikat.

Ka’bah awalnya telah dibangun oleh malaikat. Kemudian, Nabi Adam AS diperintahkan untuk membangun kembali Ka’bah. “Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat ibadah) manusia ialah Baitullah di Bakkah (Makkah), yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.” (QS Ali Imran [3]: 96).

Nabi Hud dan SalehPara nabi setelah Adam AS juga melaksanakan ibadah haji ke Baitullah. Ibnu Katsir dalam kitabnya, Bidayah wa an-Nihayah, menyebutkan sebuah riwayat Imam Ahmad bin Hanbal ra, Ibnu Abbas ra berkata, “Ketika Nabi SAW sedang lewat di Lembah Usfan pada waktu berhaji, beliau berkata, ‘Wahai Abu Bakar, lembah apakah ini?’ Abu Bakar menjawab, ‘Lembah Usfan.’ Nabi Bersabda, ‘Hud dan Saleh AS pernah melewati tempat ini dengan mengendarai unta-unta muda yang tali kekangnya dari anyaman serabut. Sarung mereka adalah jubah dan baju mereka adalah pakaian bergaris. Mereka mengucapkan talbiyah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah’.”

Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS“Dan (ingatlah) ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di Baitullah (dengan mengatakan), ‘Janganlah kamu menyekutukan sesuatu pun dengan Aku dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang bertawaf dan orang-orang yang beribadah, dan orang yang ruku dan sujud. Dan, serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta yang kurus, yang datang dari segenap penjuru yang jauh, supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan’.” (QS al-Hajj [22]: 26-28).

Nabi Ibrahim diperintahkan Allah SWT untuk mengajak umat manusia mengerjakan ibadah haji ke Baitullah. Selanjutnya, nabi-nabi lainnya mengerjakan hal serupa.

Nabi Muhammad SAWIbadah haji disyariatkan pertama kali pada tahun keenam Hijriah. Sedangkan, Nabi Muhammad SAW melaksanakan ibadah haji pada tahun kesembilan Hijriah.Banyak ayat Alquran yang memerintahkan Nabi SAW dan umat Islam untuk melaksanakan haji, sebagaimana tuntunan Allah dalam Alquran (QS 3: 97, 22: 27, 2: 196, 9: 2-3, 9: 17, 9: 28, dan 22: 27).

Adapun tuntunan yang mesti dilaksanakan adalah tawaf (QS 22: 29 dan 2: 125), sai antara Safa dan Marwa (QS 2: 158), wukuf (QS 85: 3, 89: 2, dan 2: 198-199), berkurban (QS 89: 2, 22: 28, dan 22: 36), dan tahalul atau mencukur rambut (QS 48: 27, 2: 196, dan 22: 29).

Sesungguhnya Safa dan Marwah adalah sebagian dari syiar Allah. Maka, barang siapa yang beribadah haji. (syahruddin el fikrie)

Page 38: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

http://www.jurnalhaji.com/2012/02/02/haji-dalam-kilasan-sejarah/

Page 39: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

SEJARAH, TATA CARA UMRAH & HAJI TAMATTU DAN KUMPULAN DOA-DOANYA

Ibadah Haji Sepanjang Zaman

Sumur Zam-zam dan Perintah Qurban

KITA harus memulai wacana tentang ibadah haji dari pribadi agung yang pertama kali mengajarkannya, yaitu Nabi Ibrahim a.s. (`alayhi s-salam, semoga kedamaian bagi beliau), nenek moyang bangsa Arab dan Ibrani, serta bapak dari tiga agama monoteis: Yahudi, Nasrani, dan Islam. Dengan asumsi bahwa sepertiga penduduk bumi sekarang adalah Kristiani, seperlimanya adalah Muslim, dan sepertigaratusnya adalah Yahudi, tokoh yang mengajarkan ibadah haji tersebut ternyata dihormati oleh lebih dari separoh penghuni planet ini, dengan sebutan yang bervariasi: Abrahem, Abraham, Ibrahim, dan mempunyai julukan sangat mesra: Sahabat Tuhan (Khalilu l-Lah; Khafer Elohim; Amigo Dei; Friend of God).

Dalam Kitab Alquran, nama Nabi Ibrahim a.s. disebutkan 69 kali yang tersebar dalam 25 Surat dan merupakan peringkat kedua terbanyak disebutkan sesudah Nabi Musa a.s. Berdasarkan informasi Alquran, ditambah dengan informasi dari Bereshith (Genesis), Kitab Taurat yang pertama, kita dapat menelusuri riwayat hidup Nabi Ibrahim a.s. Beliau lahir dan dibesarkan di negeri Ur, tanah Kaldea, daerah muara Sungai Efrat (Irak sekarang) sekitar empat ribu tahun yang silam. Meskipun hidup di lingkungan masyarakat Mesopotamia yang menyembah benda-benda langit, Ibrahim sejak muda remaja telah memiliki sifat hanif, yaitu cenderung kepada kebenaran adanya Satu Tuhan. Sebagaimana diterangkan dalam Alquran Surat Al-An`am 74-83, Ibrahim menolak penyembahan bintang, bulan dan matahari, serta mendambakan petunjuk dari Tuhan Yang Maha Esa.

Tuhan dalam bahasa Mesopotamia disebut El atau Il (nama negeri Babel atau Babil berarti Pintu Tuhan). Anak keturunan

Page 40: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Ibrahim kelak, yaitu bangsa Ibrani dan bangsa Arab, memodifikasi nama ini dengan penambahan huruf Ha (Dia), masing-masing menjadi Eloh dan Ilah. Nama yang terakhir ini kemudian diberi kata sandang (artikel definit) Al-, menjadi Al-Ilah atau Allah. Akan tetapi El dan Il sebagai nama Tuhan masih dijumpai dalam bahasa Ibrani dan Arab pada nama-nama Gabriel (Jibril), Michael (Mika'il), Yishma`el (Isma`il), Yisra'el (Isra'il), dan sebagainya.

Perlu diketahui bahwa masyarakat Mesopotamia memakai sistem bilangan dasar enam. Merekalah yang mewariskan kepada kita pembagian lingkaran menjadi 360 derajat, pembagian satu hari menjadi 24 jam, satu jam menjadi 60 menit, dan satu menit menjadi 60 detik. Sistem ini menjadikan bilangan tujuh sebagai sesuatu yang istimewa. Bilangan 60 habis dibagi 1, 2, 3, 4, 5 dan 6, tetapi tidak habis dibagi tujuh. Itulah sebabnya satu minggu harus tujuh hari, dan sesuatu yang maksimal harus dinyatakan dalam jumlah tujuh. Oleh karena Allah berkomunikasi melalui wahyu-Nya dalam bahasa Nabi yang bersangkutan, maka manasik (tatacara) haji yang disyari`atkan kepada Nabi Ibrahim a.s. banyak melibatkan bilangan tujuh, seperti tujuh putaran thawaf, tujuh bolak-balik sa`i, dan tujuh lontaran terhadap jumrah.

Sang pemuda Ibrahim yang baru menikah dengan gadis pujaannya, Sarah, mengikuti keluarganya pindah dari Ur, menelusuri Sungai Efrat ke daerah hulu di utara, lalu menetap di Haran yang sekarang terletak di wilayah Turki. Penduduk Haran merupakan penyembah berhala dan diperintah oleh seorang raja yang zalim. Kitab Alquran tidak menerangkan nama raja ini, tetapi sumber sejarah Ibrani atau kisah Isra'iliyat menyebutnya Raja Nimrod, yang kemudian disalin menjadi Namrud atau Namruz dalam bahasa Arab. Dalam Alquran Surat Al-Anbiya' 51-73 diterangkan bahwa Ibrahim mengobrak-abrik berhala-berhala sehingga sang raja murka dan membakar Ibrahim hidup-hidup. Akan tetapi Allah menyelamatkan Ibrahim

Page 41: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

dengan menjadikan api itu dingin. Kemudian datang perintah Allah agar Ibrahim meninggalkan negerinya.

'Lekh leka!' (Pergilah engkau!), demikian perintah Allah yang tercantum dalam Kitab Bereshith (Genesis) 12 : 1, 'dari negerimu, keluargamu dan rumah bapakmu, ke tanah yang akan Kutunjukkan padamu'. Kitab Alquran Surat Ash-Shaffat 99 merekam pernyataan Ibrahim : Inni dzahibun ila rabbi, sa yahdin (Sesungguhnya aku pergi kepada Tuhanku, kelak Dia menunjuki daku). Tanah yang dijanjikan Allah itu bernama Kana'an, bahasa Aram yang berarti ungu, sebab penduduknya terkenal memproduksi zat warna ungu (purple dyes). Dalam bahasa Yunani kata untuk ungu adalah phonix, sehingga mereka menyebut daerah itu Phoenicia. Bangsa Ibrani kelak menamainya Pelishtim, dan sejarawan Herodotus abad kelima SM mempopulerkannya sebagai Palaistine (Palestina).

Perintah Allah kepada Ibrahim itu disertai tujuh janji, sebagaimana tercantum dalam Kitab Bereshith 12 : 2-3, yaitu: (1) Aku akan menjadikan engkau bangsa yang besar; (2) Aku akan memberkati engkau; (3) Aku akan membuat namamu masyhur; (4) Engkau akan menjadi suatu berkat; (5) Aku akan memberkati mereka yang memberkati engkau; (6) Aku akan mengutuk mereka yang mengutuk engkau; dan (7) Seluruh kaum di muka bumi melalui engkau akan diberkati.

Kenyataan menunjukkan bahwa dari tiga komunitas agama (Yahudi, Nasrani, Islam) yang mengaku sebagai 'anak-anak Ibrahim', hanya umat Islam yang setiap hari menyebut nama Ibrahim dengan penuh khidmat. Pada bagian akhir shalat mereka, dengan khusyuk umat Islam membisikkan kama barakta `ala ibrahim (sebagaimana Engkau telah menganugerahkan berkat kepada Ibrahim).

Ibrahim dalam usia yang makin lanjut belum juga memperoleh keturunan. Beliau tiada henti-hentinya berdoa kepada Allah: Rabbi habli mina sh-shalihin (Ya Tuhanku, karuniai daku anak

Page 42: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

yang saleh), sebagaimana tercantum dalam Ash-Shaffat 100. Kitab Bereshith 16 : 3 mengungkapkan: ”Dan Sarah istri Ibrahim mengambil Hajar orang Mesir pembantunya, setelah Ibrahim menetap sepuluh tahun di tanah Kana'an, dan dia memberikannya kepada Ibrahim suaminya sebagai istri”. Dalam hal ini perlu ditegaskan bahwa Hajar adalah pembantu Sarah (naskah Ibraninya shifhah = pembantu, maid), dan sama sekali bukanlah 'budak' atau 'hamba' (amah dalam bahasa Ibrani). Juga perlu ditegaskan bahwa Hajar bukanlah 'gundik' Ibrahim, melainkan istri yang sah. Kata pada akhir ayat Bereshith 16 : 3 yang digunakan untuk Hajar dalam naskah Ibrani berbunyi ishah (istri, wife) yang juga digunakan pada awal ayat untuk Sarah.

Fa basysyarnahu bi ghulamin halim (Maka Kami gembirakan dia dengan seorang anak yang cerdas), demikian firman Allah dalam Ash-Shaffat 101. Hajar melahirkan seorang putra, yang diberi nama oleh ayahnya Yishma`el (dalam bahasa Ibrani) atau Isma`il (dalam bahasa Arab), yang berarti 'Tuhan mendengar', yaitu mendengar doa Ibrahim untuk memperoleh keturunan. Bereshith 16 : 16 menambahkan informasi 'Dan Ibrahim berusia 86 tahun ketika Hajar melahirkan Isma`il baginya.'

Setelah Isma`il lahir, turunlah perintah Allah tentang kewajiban bersunat (khitan). Dalam Bereshith 17 : 10 tertulis 'Inilah perjanjian-Ku yang harus engkau pegang, antara Aku dengan engkau dan benihmu sesudah engkau, yaitu setiap laki-laki di antaramu haruslah disunat.” Bagi yang ingkar kepada kewajiban ini, Bereshith 17 : 14 menegaskan ”Dan laki-laki yang tidak disunat kulit khatannya, maka orang itu harus dikeluarkan dari kelompoknya. Dia telah mengingkari perjanjian-Ku.' Sekali lagi kenyataan menunjukkan bahwa umat Islam paling konsisten dalam melaksanakan kewajiban bersunat atau khitan ini. Jadi, mereka yang tidak disunat sudah tentu sangat tidak pantas untuk disebut atau mengaku sebagai 'anak-anak Ibrahim'.

Page 43: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Tentang Isma`il, Aku mendengarkanmu, demikian firman Allah kepada Ibrahim dalam Bereshith 17 : 20. Dalam naskah Ibrani kalimatnya cuma dua kata: uleyishma`el shema`tika, dan sangat menarik bahwa kedua kata ini memiliki tiga huruf dasar yang sama yaitu shin, mem,`ayin. 'Aku akan memberkati dia dan membuatnya berketurunan sangat banyak. Dua belas pemimpin (melek) akan diperanakkannya, dan Aku akan menjadikannya bangsa yang besar.'

Ternyata Allah mempunyai Rencana Besar untuk Ibrahim dan Isma`il. Allah memerintahkan Ibrahim untuk membawa Hajar dan anak mereka yang masih kecil meninggalkan Kana'an ke arah selatan, menuju sebuah lembah yang bernama Baka atau Bakkah. Oleh karena mim dan ba sama-sama huruf bilabial (bibir), nama Bakkah lama-kelamaan berubah menjadi Makkah. Dalam bahasa Arab dan Ibrani, kata baka mempunyai dua arti: 'berderai air mata' dan 'pohon balsam'. Arti yang pertama berhubungan dengan gersangnya daerah itu sehingga seolah-olah tidak memberikan harapan, dan arti yang kedua berhubungan dengan banyaknya pohon balsam (genus Commiphora) yang tumbuh di sana.

Apakah keistimewaan lembah Bakkah itu? Allah menjelaskannya dalam Surat Alu Imran 96: Inna awwala baitin wudhi`a li n-nasi la l-ladzi bi bakkata mubarakan wa hudan li l-`alamin (Sesungguhnya Rumah Allah Pertama yang didirikan untuk manusia benar-benar terletak di Bakkah yang diberkati dan petunjuk bagi seluruh alam). Ternyata lembah Bakkah itu merupakan lokasi Rumah Allah (Baitu l-Lah dalam bahasa Arab, Beth Elohim dalam bahasa Ibrani) yang didirikan oleh generasi pertama umat manusia dari zaman Nabi Adam a.s. Pada masa Nabi Ibrahim a.s. lembah itu sudah ditelantarkan, tiada manusia yang menghuni, dan Rumah Allah yang pertama itu hanya tinggal fondasinya saja. Ada cerita yang mengatakan bahwa Rumah Allah itu hancur oleh banjir pada zaman Nabi

Page 44: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Nuh a.s. Bagaimana kejadian yang sebenarnya, hanya Allah yang tahu.

Kisah Hajar dan Isma`il dikumpulkan dan ditulis oleh sejarawan Muhammad ibn Jarir ath-Thabari (wafat 310 Hijri atau 922 Masehi) dalam bukunya yang termasyhur, "Tarikh ar-Rusul wa l-Muluk" (Sejarah Para Rasul dan Para Penguasa), Jilid 1, hh. 275-283: 'Ketika mendapat perintah dari Allah untuk menuju Rumah-Nya, Ibrahim pergi bersama Hajar dan Isma`il disertai malaikat Jibril. Mereka sampai di Makkah yang cuma ditumbuhi pohon akasia, mimosa, balsam dan semak berduri. Rumah Allah saat itu tinggal dasarnya berupa lempung merah. Jibril berkata, Allah memerintahkan engkau untuk meninggalkan mereka. Ibrahim membawa Hajar dan Isma`il ke Hijir (di samping Ka`bah sekarang) dan membuat tenda di sana. Lalu Ibrahim berdoa: 'Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku menempatkan keturunanku di lembah yang tiada tumbuhan berbuah, di samping Rumah-Mu Yang Suci, agar mereka tetap menegakkan salat. Maka jadikanlah hati manusia berpaling kepada mereka, dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, agar mereka bersyukur' (Surat Ibrahim 37). Ketika Ibrahim akan pergi, Hajar bertanya, 'Apakah perintah Allah yang membuatmu meninggalkan kami?' Ibrahim menjawab, 'Ya.' Maka Hajar berkata, ”Jika demikian tentu Allah tidak meninggalkan kami untuk binasa.' Maka Ibrahim kembali ke Kana'an, meninggalkan mereka berdua di Rumah Allah.”

Masih kutipan dari Thabari: 'Isma`il menangis karena sangat kehausan. Hajar memasang telinga untuk mendengar suara yang mungkin membantunya memperoleh air. Dia mendengar suara di bukit Safa, lalu pergi ke sana tetapi tidak menemukan apapun. Lalu dia mendengar suara di bukit Marwah. Dia pergi ke sana, juga tidak menemukan apapun. Hajar kembali ke Safa, lalu balik lagi ke Marwah, dengan tidak merasa letih supaya anaknya dapat minum.'

Page 45: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Bereshith 21 : 17-19 melengkapi kisah ini: 'Dan Allah mendengar suara anak itu, dan malaikat Allah memanggil dari langit dan berkata kepadanya, 'Apakah yang engkau susahkan, Hajar? Janganlah takut, sebab Allah telah mendengar suara anak itu dari tempat dia berbaring. Bangunlah, angkatlah anak itu dan bimbinglah dia, sebab Aku akan menjadikannya bangsa yang besar.' Dan Allah membuka mata Hajar dan dia melihat sebuah mata air. Dia pergi mengisi kirbat kulitnya dengan air, lalu memberi anak itu minum.

Kembali kepada uraian Thabari: 'Ketika Hajar sampai di Marwah setelah tujuh kali bolak-balik, tiba-tiba dia mendengar suara gemuruh dari lembah tempat dia meninggalkan Isma`il. Dia berlari menuju anaknya, dan mendapati mata air memancar dekat tempat dia berbaring. Hajar mengisikan air ke kirbat kulitnya sambil berseru, 'Zummi, zummi'. Ada yang mengatakan bahwa itu bahasa Mesir yang berarti 'Berkumpul, berkumpul.' Mungkin juga itu hanya ucapan Hajar menirukan bunyi air yang memancar. Hanya Allah yang Maha Tahu, tetapi dari ucapan Hajar itulah asal nama telaga Zamzam.'

Adanya sumber air berupa telaga Zamzam membuat tempat itu layak dihuni. Maka datanglah rombongan suku Jurhum yang pemimpinnya bernama Mudad, memohon izin kepada Hajar dan Isma`il untuk menetap di sana.

Pada waktu-waktu tertentu, secara rutin Ibrahim dari Kana'an datang mengunjungi istri dan anak beliau di lembah Makkah yang lambat laun tumbuh menjadi suatu pemukiman.

Ketika Isma`il berusia 13 tahun datanglah ujian dahsyat yang tiada tara. Allah memerintahkan Ibrahim agar berqurban menyembelih putranya yang satu-satunya itu! Sungguh suatu ujian yang sangat berat bagi seorang ayah, namun karena itu perintah Allah maka Ibrahim menyanggupinya tanpa keraguan. Ketika perintah Allah itu disampaikan Ibrahim kepada sang anak, dan ketika Isma`il ditanyai pendapatnya oleh sang ayah,

Page 46: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

maka Isma`il yang masih berusia remaja itu menjawab: Ya abati, if`al ma tu'mar. Sa tajiduni insya'a l-Lahu mina sh-shabirin ('Wahai ayahanda, laksanakan apa yang diperintahkan Allah. Insya Allah ayah akan mendapatiku sebagai anak yang sabar'), sebagaimana tercantum dalam Surat Ash-Shaffat 102.

Ibrahim membawa Isma`il ke suatu bukit di sebelah timur Makkah, tempat yang sekarang bernama Mina. Tiga kali Iblis menggoda Ibrahim untuk membatalkan rencananya, tiga kali pula Ibrahim menolak godaan Iblis dengan lontaran kerikil. Tindakan Ibrahim ini kelak diabadikan dalam salah satu manasik (tatacara) haji, yaitu melontar tiga jumrah di Mina. Setelah Isma`il direbahkan pada batu landasan penyembelihan, dan pedang Ibrahim telah siap hendak menyentuh leher putranya, maka Allah berfirman agar Ibrahim mengganti sembelihannya dengan seekor domba. Firman Allah dalam Ash-Shaffat 106-107: Inna hadza lahuwa l-bala'u l-mubin. Wa fadaynahu bi dzibhin `azhim ('Sesungguhnya ini benar-benar hanya ujian yang nyata, dan Kami tebus anak itu dengan seekor domba yang besar').

Ibrahim tidak kehilangan putra, bahkan putranya bertambah satu lagi, sebab setelah peristiwa ujian qurban itu Allah memberikan kabar gembira bahwa istri pertamanya, Sarah, akan memberinya putra yang bernama Ishaq (dalam bahasa Arab) atau Yitshaq (dalam bahasa Ibrani), sebagaimana diterangkan dalam Ash-Shaffat 112: Wa basysyarnahu bi ishaq, nabiyyan mina sh-shalihin ('Dan Kami gembirakan dia dengan Ishaq, seorang nabi yang saleh'). Ishaq kelak menurunkan bangsa Ibrani, sedangkan Isma`il kelak menurunkan bangsa Arab, terutama suku Quraisy di Makkah.

Sekarang marilah kita tinjau informasi Bereshith mengenai peristiwa qurban tersebut. Dalam Bereshith 22 : 2 perintah Allah kepada Ibrahim berbunyi: 'Ambillah anakmu yang satu-satunya, yang engkau kasihi, Ishaq(?), dan pergilah ke tanah

Page 47: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Moriah dan kurbankan dia sebagai kurban bakaran pada salah satu gunung yang akan Aku firmankan kepadamu.'

Ketika naskah Taurat dibakukan, para ulama Yahudi mengganti nama Yishma`el (Isma`il) pada Bereshith 22 dengan Yitshaq (Ishaq). Tetapi akal bulus Yahudi ini kelihatan sekali belangnya. Bereshith 22 : 2 jelas menyebutkan 'anakmu yang satu-satunya'. Naskah Ibraninya berbunyi yahid, artinya 'satu-satunya'. Hal ini berarti bahwa ujian Allah kepada Ibrahim terjadi sebelum Ishaq lahir, ketika Ibrahim baru mempunyai seorang putra, yaitu Isma`il. Kitab Taurat sendiri jelas menyebutkan bahwa Isma`il lahir ketika Ibrahim berusia 86 tahun (Bereshith 16 : 16), sedangkan Ishaq lahir ketika Ibrahim berusia 100 tahun (Bereshith 21 : 5).

Dalam Al-Baqarah 75 dinyatakan bahwa kaum Yahudi 'mendengar firman Allah lalu mengubahnya setelah memahaminya padahal mereka mengetahui' (yasma`una kalama l-Lahi tsumma yuharrifunahu min ba`di ma aqaluhu wa hum ya`lamun). Skandal pengubahan nama Isma`il menjadi Ishaq dalam peristiwa qurban itu disebabkan umat Yahudi tidak rela keturunan Isma`il berperan dalam pelaksanaan janji Allah pada Bereshith 22 : 18 'Dan semua bangsa di muka bumi akan diberkati melalui benihmu, karena engkau telah mendengarkan firman-Ku'.

Janji Allah tersebut dipertegas dalam Al-Baqarah 124: 'Dan ketika Tuhannya menguji Ibrahim dengan perintah-perintah tertentu, maka Ibrahim memenuhi semuanya. Allah berfirman, 'Sesungguhnya Aku akan menjadikan engkau imam (pemimpin) bagi manusia.' Ibrahim bertanya, 'Juga keturunanku?' Allah berfirman, 'Perjanjian-Ku tidak mencakup mereka yang zalim'.

Dicatat oleh al-umrah&al-haji di 8:27 AM

http://al-umrah-al-jannah.blogspot.com/2009/07/sejarah-tata-cara-umrah-haji-tamattu.html

Page 48: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ
Page 49: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Sejarah Ibadah Haji 15:24 Jamil Reza No comments

Sejarah Ibadah Haji

MASA NABI IBRAHIM AS :

1. Sejarah Haji tidak bisa terlepas dari sejarah pembangunan Ka’bah seperti yang diperintahkan Allah SWT kepada Nabi Ibrahim as. Ketika Nabi Ibrahim as. selesai membangun Ka’bah, Allah SWT memerintahkannya untuk menyeru manusia agar melaksanakan haji. Dalam hal ini, Allah SWT berfirman, artinya, “Serukanlah kepada seluruh manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan

berjalan kaki, mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh“. Nabi Ibrahim as berkata kepada Allah SWT, “Wahai Tuhan ! Bagaimana suaraku akan sampai kepada manusia yang jauh ?“, Allah SWT berfirman, “Serulah ! Aku yang akan membuat suaramu sampai“.

2. Kemudian Nabi Ibrahim as naik ke Jabal Qubays (sebuah bukit di selatan Ka’bah) dan memasukkan jari tangannya ke telinganya sambil menghadapkan wajahnya ke Timur dan Barat beliau berseru, “Wahai sekalian manusia telah diwajibkan kepadamu menunaikan ibadah haji ke Baitul Atiq, maka sambutlah perintah Tuhanmu Yang Maha Agung“. Seruan tersebut telah didengar oleh setiap yang berada dalam sulbi laki-laki dan rahim wanita. Seruan itu disambut oleh orang yang telah ditetapkan dalam ilmu Allah SWT bahwa ia akan melaksanakan haji, sampai hari Kiamat mereka berkata, “LABBAIK ALLAAHUMMA LABBAIK”, artinya, “Telah saya penuhi panggilan-Mu, Ya Allah! Telah saya penuhi panggilan-Mu“.

3. Seusai Nabi Ibrahim as menyeru manusia untuk melaksanakan haji, malaikat Jibril as mengajaknya pergi. Kepada beliau diperlihatkan bukit Safa, Marwah dan perbatasan tanah Haram, lalu diperintahkan untuk menancapkan batu-batu pertanda. Ibrahim as adalah orang yang pertama menegakkan batasan tanah Haram setelah ditunjukkan oleh malaikat Jibril as. Pada tanggal 7 Zulhijah, Nabi Ibrahim as berkhutbah di Mekah ketika matahari condong ke Barat (tergelincir), sementara Nabi Ismail as duduk mendengarkan. Pada esok harinya, keduanya keluar berjalan kaki sambil bertalbiyah dalam keadaan berihram. Masing-masing

Page 50: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

membawa bekal makanan dan tongkat untuk bersandar. Hari itu dinamakan hari Tarwiah.

Di Mina, keduanya melaksanakan salat Zuhur, Asar, Magrib, Isya dan Subuh. Mereka tinggal di sebelah kanan Mina sampai terbit matahari dari gunung Tsubair (waktu Dhuha), kemudian keduanya keluar Mina menuju Arafah. Malaikat Jibril as menyertai mereka berdua sambil menunjukkan tanda-tanda batas sampai akhirnya mereka tiba di Namirah. Malaikat Jibril as menunjukkan pula tanda-tanda batas Arafah. Nabi Ibrahim as sudah mengetahui sebelumnya lalu berkata, : "ف�ت � .artinya: “Aku sudah mengetahui”, maka daerah itu dinamakan Arafah, ع�ر

4. Ketika tergelincir matahari, malaikat Jibril as bersama keduanya menuju suatu tempat (sekarang tempat berdirinya Masjid Namirah), kemudian Nabi Ibrahim as berkhutbah dan Nabi Ismail as duduk mendengarkan, lalu mereka salat jamak taqdim Zuhur dan Asar. Kemudian malaikat Jibril as mengangkat keduanya ke bukit dan mereka berdua berdiri sambil berdoa hingga terbenam matahari dan hilang cahaya merah. Kemudian mereka meninggalkan Arafah berjalan kaki hingga tiba di Juma‘ (daerah Muzdalifah sekarang). Mereka salat Maghrib dan Isya di sana, sekarang tempat jamaah haji melaksanakan salat. Mereka bermalam di sana hingga terbit fajar keduanya diam di Quzah. Sebelum terbit matahari, mereka berjalan kaki hingga tiba di Muhassir. Di tempat ini mereka mempercepat langkahnya. Ketika sudah melewati Muhassir, mereka berjalan seperti sebelumnya. Ketika tiba di tempat jumrah, mereka melontar jumrah Aqabah tujuh kerikil yang dibawa dari Juma’. Kemudian mereka tinggal di Mina pada sebelah kanannya, lalu keduanya menyembelih hewan kurban di tempat sembelihan. Setelah itu memotong rambut dan tinggal beberapa hari di Mina untuk melontar tiga jumrah pulang bali saat matahari mulai naik. Pada hari Shadr, mereka keluar untuk salat Zuhur di Abthah. Itulah ritual ibadah haji yang ditunjukkan oleh malaikat Jibril as sesuai permintaan Nabi Ibrahim as, “…..tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami….” (QS Al Baqarah : 128).

5. Sejarah Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as di Makkah

PERINTAH ibadah haji sebagai seruan Nabi Ibrahim as dilakukan segera setelah Ibrahim as beserta putranya Ismail as menyelesaikan pembangunan Ka’bah. “Monumen” bagi keduanya kini adalah Maqam Ibrahim dan Hijr Ismail. Pembangunan Baitullah ini dilakukan oleh Ibrahim as ketika beliau datang ke Mekah untuk yang kelima kalinya sekaligus yang terakhir. Lalu saat peristiwa apa saja Ibrahim as ke Makkahh ? Pertama : Mengantar Siti Hajar dan Ismail

Page 51: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Ibrahim as, Siti Hajar, dan Ismail as berangkat dari Hebron bergerak ke arah tenggara menyusuri rute kafilah yang dikenal sebagai rute wewangian (incense route) sejauh 1.200 km dan tiba di lembah tandus pegunungan Sirat yang puncak-puncaknya meliputi Jabal Ajyad, Jabal Qubais, Jabal Qu’aiq’an, Jabal Hiro, dan Jabal Tsur. Lembah itu bernama Bakkah (Mekah). Siti Hajar dan Ismail as diantarkan ke Mekah karena istri tua Ibrahim Siti Sarah mencemburui Hajar yang telah memberikan putra kepada Ibrahim. Atas perintah Allah SWT Siti Hajar dan putranya ditinggal di bawah sebuah pohon oleh Ibrahim as yang kembali ke Palestina menemui Sarah. Nabi Ibrahim as berdoa menengadahkan tangan, menyebut nama Allah, menitipkan Siti Hajar dan Ismail as di bawah perlindungan dan keselamatan Allah SWT.

Saat air susu habis dan tak ada air, Siti Hajar menaiki bukit Shafa mencari air untuk putranya atau kalau-kalau ada kafilah yang dapat membantu. Ketika tak ada siapapun yang lewat, Siti Hajar berjalan menuruni bukit, lembah, dan mendaki ke bukit Marwah. Melihat ke sekeliling namun tak ada apa-apa pula. Tujuh kali balik dilakukan, hingga akhirnya Allah mengeluarkan air zamzam di tempat Ismail ditinggalkan. Kelak inilah yang mendasari prosesi haji yang bernama Sai.

Kedua: Menyembelih Ismail as

Saat Ismail berusia 11-12 tahun, Ibrahim as menemui keluarganya di Mekah yang telah berubah dibandingkan situasi saat pertama datang. Baru saja melepas rindu, Allah SWT. memerintahkan melalui mimpi agar menyembelih Ismail as. 

Page 52: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Meskipun mengalami kegalauan, namun akhirnya berkat ketaatan Ibrahim as dan kesabaran Ismail as, “yaa abati af’al maa tu’maru“ – wahai ayahku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, maka perintah itu dapat dilaksanakan. Allah pun menggantikannya dengan sembelihan Qibas (salah satu jenis kambing).

Soal ujian pengorbanan dalam bentuk apapun, Allah sebenarnya tidak bermaksud menganiaya hamba-hamba-Nya, melainkan sekadar “sarana” untuk meningkatkan mutu keimanan dan amal salehnya semata. Dalam ibadah haji, penyembelihan hewan “hadyu” ini dilaksanakan setelah Jumratul Aqabah atau pada hari-hari tasyrik.

Ketiga: Mengganti palang pintu rumah

Setelah Ismail as berumah tangga dengan memperistri wanita dari suku Jurhum dan Siti Hajar telah meninggal, Ibrahim as datang bersilaturahmi. Namun tidak bertemu dengan putranya karena sedang berburu dalam waktu yang cukup lama. Hanya menantunya yang ada, namun Ibrahim merahasiakan identitas dirinya. Ketika ditanyakan bagaimana keadaan rumah tangga mereka, istri Ismail as tersebut mengeluh tentang kesulitan dan kemiskinan hidup mereka, serta tak ada kebahagiaan sama sekali. Ketika pamit, Ibrahim berpesan kepada menantunya jika Ismail pulang sampaikan salam dan disarankan agar mengganti palang pintu rumahnya. Ketika Ismail as kembali, lalu mendengar cerita istrinya tentang kedatangan tamu beserta pesan-pesannya itu, maka Nabi Ismail as mengerti. Kemudian ia segera menceraikan istrinya yang dinilai rewel, tak bersyukur atas nikmat yang Allah berikan, tidak sabar, serta tidak menghargai usaha suaminya tersebut.

Keempat: Mempertahankan palang pintu rumah

Setahun setelah kedatangan ketiga, Ibrahim as datang lagi ke Mekah untuk menemui putranya, lagi-lagi tak bertemu. Hanya istri Ismail as yang baru yang ditemui. Ia adalah putri sekh suku Jurhum yang bernama As Sayyidah binti Madad bin Amr. Sebagaimana yang lalu, Ibrahim as yang menyembunyikan identitas dirinya, menanyakan pula keadaan rumah tangga mereka.

Page 53: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Ibrahim berdoa “Ya Allah berkahi daging dan air mereka.” (HR Bukhori). Seraya berpesan apabila suaminya pulang nanti agar palang pintunya tak perlu diganti. Demikianlah istri saleh yang senantiasa bersyukur dan tak pernah mengeluh atas hasil usaha suaminya.

Meskipun kedatangan ketiga dan keempat tidak berhubungan dengan ibadah haji, namun bangunan rumah tangga merupakan indikator kesuksesan haji. Hal ini sejalan dengan doa agar sekembalinya dari melaksanakan ibadah haji senantiasa mendapat perlindungan Allah dari “suu il munqolabi fiil maali wal ahli” (kejelekan harta dan keluarga).

Kelima: Membangun Ka’bah

Tanah yang menggunduk agak tinggi dekat sumur zamzam adalah lokasi pilihan “Ini adalah tempat yang dipilih Allah,” kata Ibrahim as kepada Ismail as (HR Bukhari), lalu keduanya membangun Ka’bah itu. Berbeda dengan bangunan Ka’bah sekarang, dahulu Ka’bah lebih pendek, tak berpintu, serta memanjang meliputi Hijr Ismail sekarang. Ada dua batu istimewa dalam proses pembangunan tersebut, yaitu Hajar al Aswad dan Maqam Ibrahim. Nantinya dalam ritual haji Hajar Aswad menjadi tempat mengawali dan mengakhiri tawaf. Setiap melewatinya mengecup atau ber-istilam. Adapun setelah tawaf, jemaah haji mesti salat 2 (dua) rakaat di belakang Maqam Ibrahim. Allah SWT pun berfirman, “dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang tawaf, orang-orang yang beribadah, dan orang-orang yang ruku-sujud.” (QS Al Hajj 26).

Kita mengira bahwa Ibrahim as akan meluangkan waktu panjang di Mekah, namun nyatanya tidak, setelah Ka’bah dibangun, Ibrahim as kembali ke Bersyeba Palestina. Sebelumnya itu, Allah menyuruh Ibrahim as untuk mengumumkan kewajiban ibadah haji, berziarah ke Baitullah dengan tata cara (manasik) yang diajarkan Allah kepada Ibrahim a.s, “…..tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami….“ (QS Al-Baqarah :128) dan Allah berfirman, “serulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang dengan berjalan kaki, mengendarai unta kurus, datang dari segenap penjuru yang jauh“.

MASA RASULULLAH S.A.W : IBADAH HAJI sebagai Rukun Islam yang kelima mulai diwajibkan Allah SWT pada tahun 4 Hijri (625 M). Allah menetapkan bahwa syari`at haji dari Nabi Ibrahim a.s. wajib dilaksanakan umat

Page 54: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Islam dengan turunnya ayat Al-Qur’an: “Dan kewajiban kepada Allah atas manusia untuk berhaji ke Baitullah, bagi mereka yang mampu melakukan perjalanan ke sana. Barangsiapa yang ingkar akan kewajiban haji, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya dari seluruh alam” (Ali Imran 97).

Ayat ini menegaskan bahwa ibadah haji diwajibkan “bagi mereka yang mampu melakukan perjalanan ke sana” (manistatha`a ilayhi sabila), yaitu mampu dalam hal fisik (sehat), finansial (mempunyai biaya), dan sekuriti (aman tiada gangguan). Ketika perintah haji itu diwahyukan Allah, Makkah sedang dikuasai kaum musyrikin yang memusuhi kaum Muslimin di Madinah. Kondisi itu sudah tentu tidak memungkinkan bagi Nabi Muhammad s.a.w. beserta para shahabat untuk segera menunaikan ibadah haji.

Akan tetapi Rasulullah s.a.w. memerintahkan para shahabat yang mampu, terutama kaum Anshar (pribumi Madinah) yang tidak dikenali oleh orang-orang Makkah, untuk menunaikan ibadah haji yang sesuai dengan manasik Nabi Ibrahim a.s. dan tidak mengerjakan hal-hal yang berhubungan dengan penyembahan berhala. Ketika kembali dari berhaji, orang-orang Anshar ini melapor kepada Rasulullah s.a.w. bahwa mereka mengerjakan sa`i dengan keraguan, sebab di tengah mas`a (jalur sa`i) antara Safa dan Marwah terdapat dua berhala besar Asaf dan Na’ilah. Maka turunlah wahyu Allah, yaitu Al-Baqarah 158: “Sesungguhnya Safa dan Marwah sebagian dari monumen-monumen Allah. Maka barangsiapa berhaji ke Baitullah atau berumrah, tidak salah baginya untuk bolak-balik pada keduanya. Dan barangsiapa menambah kebaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pembalas Syukur lagi Maha Mengetahui”. Ayat ini kelak sering dibaca oleh para jemaah haji ketika melakukan sa`i.

Pada bulan Dzulqa`dah 6 Hijri (April 628), Nabi Muhammad s.a.w. bermimpi menunaikan umrah ke Makkah, lalu mengajak para shahabat untuk merealisasikan mimpi tersebut. Maka Rasulullah s.a.w. beserta sekitar 1500 shahabat berangkat menuju Makkah, mengenakan pakaian ihram dan membawa hewan-hewan qurban. Kaum musyrikin Quraisy mengerahkan pasukan untuk menghalang-halangi, sehingga rombongan dari Madinah tertahan di Hudaibiyah, 20 km di sebelah barat laut Makkah. Kaum Quraisy mengutus Suhail ibn Amr untuk berunding dengan Rasulullah s.a.w. Suhail mengusulkan kesepakatan genjatan senjata antara Makkah dan Madinah, serta kaum Muslimin harus menunda umrah (kembali ke Madinah) tetapi tahun depan diberikan kebebasan melakukan umrah dan tinggal selama tiga hari di Makkah. Di luar dugaan para shahabat, ternyata Rasulullah s.a.w. menyetujui usul Suhail itu! Sepintas lalu isi perjanjian kelihatannya merugikan kaum Muslimin, tetapi secara politis sangat menguntungkan. “Perjanjian Hudaibiyah” merupakan salah satu tonggak penting dalam sejarah Islam, sebab untuk pertama kalinya kaum Quraisy di Makkah mengakui kedaulatan kaum Muslimin di Madinah.

Page 55: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Ketika Rasulullah s.a.w. dan rombongan pulang kembali ke Madinah, turunlah wahyu Allah dalam Al-Fath 27: "Sungguh Allah membenarkan mimpi rasul-Nya dengan sebenar-benarnya, bahwa kamu sekalian pasti akan memasuki Masjid al-Haram insya Allah dengan aman. Kamu akan mencukur kepalamu atau menggunting rambut (tahallul merampungkan umrah) dengan tidak merasa takut. Dia mengetahui apa yang tidak kamu ketahui, dan Dia menjadikan selain itu kemenangan yang dekat!"

Sesuai dengan Perjanjian Hudaibiyah, tahun berikutnya (Dzulqa`dah 7 Hijri atau Maret 629) Rasulullah s.a.w. beserta para shahabat untuk pertama kalinya melakukan umrah ke Baitullah. Ketika rombongan Nabi yang berjumlah sekitar 2000 orang memasuki pelataran Ka`bah untuk melakukan thawaf, orang-orang Makkah berkumpul menonton di bukit Qubais dengan berteriak-teriak bahwa kaum Muslimin kelihatan letih dan pasti tidak kuat berkeliling tujuh putaran. Mendengar ejekan ini, Rasulullah s.a.w. bersabda kepada jemaah beliau, “Marilah kita tunjukkan kepada mereka bahwa kita kuat. Bahu kanan kita terbuka dari kain ihram, dan kita lakukan thawaf dengan berlari!”

Sesudah mencium Hajar Aswad, Rasulullah s.a.w. dan para shahabat memulai thawaf dengan berlari-lari mengelilingi Ka`bah, sehingga para pengejek akhirnya bubar. Pada putaran keempat, setelah orang-orang usil di atas bukit Qubais pergi, Rasulullah s.a.w. mengajak para shahabat berhenti berlari dan berjalan seperti biasa. Inilah latar belakang beberapa sunnah thawaf di kemudian hari: bahu kanan yang terbuka (idhthiba’) serta berlari-lari kecil pada tiga putaran pertama khusus pada thawaf yang pertama. Selesai tujuh putaran, Rasulullah s.a.w. shalat dua rakaat di Maqam Ibrahim, kemudian minum air Zamzam. Sesudah itu Rasulullah melakukan sa`i antara Safa dan Marwah, dan akhirnya melakukan tahallul (menghalalkan kembali larangan-larangan ihram) dengan mencukur kepala beliau.

Ketika masuk waktu zuhur, Rasulullah s.a.w. menyuruh Bilal ibn Rabah naik ke atap Ka`bah untuk mengumandangkan azan. Suara azan Bilal menggema ke segenap penjuru, sehingga orang-orang Makkah berkumpul ke arah 'suara aneh' yang baru pertama kali mereka dengar. Kaum musyrikin menyaksikan betapa rapinya saf-saf kaum Muslimin yang sedang shalat berjamaah. Hari itu, 17 Dzulqa`dah 7 Hijri (17 Maret 629), untuk pertama kalinya azan berkumandang di Makkah dan Nabi Muhammad s.a.w. menjadi imam shalat di depan Ka`bah!

Page 56: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Rasulullah s.a.w. dan para shahabat, sesuai dengan Perjanjian Hudaibiyah, hanya tiga hari berada di Makkah, kemudian kembali ke Madinah. Akan tetapi kegiatan kaum Muslimin di Makkah menimbulkan kesan yang mendalam bagi orang-orang Quraisy. Tidak lama sesudah itu, tiga orang terkemuka Quraisy, yaitu Khalid ibn Walid, Amru ibn Ash dan Utsman ibn Thalhah, menyusul hijrah ke Madinah dan masuk Islam. Di kemudian hari, pada masa pemerintahan Khalifah Umar ibn Khattab (634-644), Khalid ibn Walid memimpin pasukan Islam membebaskan Suriah dan Palestina serta Amru ibn Ash membebaskan Mesir dari penjajahan Romawi. Adapun Utsman ibn Thalhah dan keturunannya diberi kepercayaan oleh Rasul untuk memegang kunci Ka`bah. Sampai hari ini, meskipun yang menguasai dan memelihara Ka`bah silih berganti sampai Dinasti Sa`udi sekarang, kunci Ka`bah tetap dipegang oleh keturunan Utsman ibn Thalhah dari Bani Syaibah.

Beberapa bulan sesudah Rasulullah s.a.w. berumrah, kaum Quraisy melanggar perjanjian genjatan senjata, sehingga pada 20 Ramadhan 8 Hijri (11 Januari 630) Rasulullah s.a.w. beserta 10.000 pasukan menaklukkan Makkah tanpa pertumpahan darah. Rasulullah s.a.w. memberikan amnesti massal kepada warga Makkah yang dahulu memusuhi kaum Muslimin. "Tiada balas dendam bagimu hari ini. Semoga Allah mengampuni kalian dan Dia Paling Penyayang di antara para penyayang," demikian sabda Rasulullah s.a.w. mengutip ucapan Nabi Yusuf a.s. yang tercantum dalam Surat Yusuf 92.

Kesucian hati Rasulullah s.a.w. yang tanpa rasa dendam ini menyebabkan seluruh orang Quraisy masuk Islam. Turunlah Surat An-Nasr: “Tatkala datang pertolongan Allah dan kemenangan, engkau melihat manusia masuk kepada agama Allah berbondong-bondong. Sucikan dan pujilah Tuhanmu serta memohon ampunlah pada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Penerima Taubat.” Setelah menerima ayat ini, Rasulullah s.a.w. pada ruku` dan sujud dalam shalat mengucapkan Subhanakallahumma rabbana wa bihamdika, allahummaghfirli (“Maha Suci Engkau, Ya Allah Tuhan kami, dan pujian bagi-Mu. Ya Allah, ampunilah daku”).

Rasulullah s.a.w. segera memerintahkan pemusnahan berhala-berhala di sekeliling Ka`bah serta membersihkan ibadah haji dari unsur-unsur kemusyrikan dan mengembalikannya kepada sya`riat Nabi Ibrahim yang asli. Pada tahun 8 Hijri itu Rasulullah melakukan umrah dua kali, yaitu ketika menaklukkan Makkah serta ketika beliau pulang dari Perang Hunain. Ditambah dengan umrah tahun sebelumnya, berarti Rasulullah sempat melakukan umrah tiga kali, sebelum beliau mengerjakan ibadah haji tahun 10 Hijri.

Pada bulan Dzulhijjah 9 Hijri (Maret 631), Rasulullah s.a.w. mengutus shahabat Abu Bakar

Page 57: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Shiddiq untuk memimpin ibadah haji. Rasulullah sendiri tidak ikut lantaran sedang menghadapi Perang Tabuk melawan pasukan Romawi. Abu Bakar Shiddiq mendapat perintah untuk mengumumkan Dekrit Rasulullah, berdasarkan firman Allah dalam At-Taubah 28 yang baru diterima Nabi, bahwa mulai tahun depan kaum musyrikin dilarang mendekati Masjid al-Haram dan menunaikan ibadah haji, karena sesungguhnya mereka bukanlah penganut ajaran tauhid dari Nabi Ibrahim a.s.

Pada tahun 10 Hijri (631/632 Masehi) Semenanjung Arabia telah dipersatukan di bawah kekuasaan Nabi Muhammad s.a.w. yang berpusat di Madinah, dan seluruh penduduk telah memeluk agama Islam. Maka pada bulan Syawwal 10 Hijri (awal tahun 632) Rasulullah s.a.w. mengumumkan bahwa beliau sendiri akan memimpin ibadah haji tahun itu. Berita ini disambut hangat oleh seluruh umat dari segala penjuru, sebab mereka berkesempatan mendampingi Rasulullah s.a.w. dan menyaksikan setiap langkah beliau dalam melakukan manasik (tatacara) haji.

Rasulullah s.a.w. berangkat dari Madinah sesudah shalat Jum`at tanggal 25 Dzulqa`dah 10 Hijri (21 Februari 632), mengendarai unta beliau Al-Qashwa’, dengan diikuti sekitar 30.000 jemaah. Seluruh istri beliau ikut serta, dan juga putri beliau Fatimah. Sesampai di Dzulhulaifah yang hanya belasan kilometer dari Madinah, rombongan singgah untuk istirahat dan mempersiapkan ihram. Di sini istri Abu Bakar Shiddiq, Asma’, melahirkan putra yang diberi nama Muhammad. Abu Bakar berniat mengembalikannya ke Madinah, tetapi Rasulullah s.a.w. mengatakan bahwa Asma’ cukup mandi bersuci, lalu memakai pembalut yang rapi, dan dapat melakukan seluruh manasik haji. Muhammad ibn Abi Bakar yang lahir di Dzulhulaifah itu kelak menjadi Gubernur Mesir pada masa Khalifah Ali ibn Abi Thalib (656-661).

Keesokan harinya, Sabtu 26 Dzulqa`dah (22 Februari), setelah semuanya siap untuk berihram, Rasulullah s.a.w. menaiki unta kembali, lalu bersama seluruh jemaah mengucapkan: Labbaik Allahumma Hajjan (“Inilah saya, Ya Allah, untuk berhaji”). Tidak ada yang berniat umrah, sebab menurut tradisi saat itu umrah hanya boleh di luar musim haji. Tiga cara haji (Tamattu`, Ifrad, Qiran) yang kita kenal sekarang baru diajarkan Rasulullah s.a.w. di Makkah delapan hari berikutnya. Rombongan menuju Makkah dengan tiada henti mengucapkan talbiyah. Pada Sabtu 3 Dzulhijjah (29 Februari), mereka tiba di Sarif, 15 km di utara Makkah, kemudian beristirahat. Aisyah, istri Nabi, kedatangan masa haidnya, sehingga dia menangis karena khawatir tidak dapat menunaikan haji. Rasulullah menghiburnya, “Sesungguhnya haid itu ketentuan Allah untuk putri-putri Adam. Segeralah mandi dan engkau dapat melakukan semua manasik haji, kecuali thawaf sampai engkau suci.”

Page 58: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Pada Ahad 4 Dzulhijjah (1 Maret) pagi, Rasulullah s.a.w. dan rombongan memasuki Makkah. Di sana sudah menunggu puluhan ribu umat yang datang dari berbagai penjuru, dan total jemaah haji mencapai lebih dari 100.000 orang. Rasulullah s.a.w. memasuki Masjid al-Haram melalui gerbang Banu Syaibah atau Bab as-Salam (‘Pintu Kedamaian’) di samping telaga Zamzam di belakang Maqam Ibrahim. Perlu diketahui bahwa yang disebut “Masjid al-Haram” saat itu adalah lapangan tempat shalat dan thawaf (secara harfiah, masjid artinya ‘tempat sujud’), sedangkan bangunan masjid baru dirintis oleh Khalifah Umar ibn Khattab (634-644), lalu mengalami perluasan dari masa ke masa sehingga akhirnya megah seperti sekarang.

Juga perlu dijelaskan bahwa Rasulullah s.a.w. tidak pernah memerintahkan masuk masjid harus dari gerbang Banu Syaibah atau Bab as-Salam. Beliau masuk pintu itu karena memang datang dari arah utara! Gerbang yang dimasuki Nabi itu kini tidak ada lagi. Ketika pada tahun 1957 Masjid al-Haram diperluas sehingga tempat sa`i termasuk Safa dan Marwah menjadi bagian masjid, pemerintah Arab Saudi membuat banyak pintu. Dua pintu di antaranya diberi nama Pintu Banu Syaibah dan Pintu Bab as-Salam. Sekarang banyak jemaah haji berusaha masuk Masjid al-Haram dari Pintu Bab as-Salam ‘made in Saudi’ ini dengan anggapan melaksanakan Sunnah Nabi!

Pada awal setiap putaran thawaf, jemaah haji disunnahkan untuk memberikan penghormatan (istilam) kepada Hajar Aswad di pojok tenggara Ka`bah. Rasulullah s.a.w. memberikan empat cara istilam tersebut. Ketika umrah pertama kali tahun 7 Hijri, beliau mengecup Hajar Aswad. Ketika penaklukan Makkah tahun 8 Hijri, beliau menyentuhkan ujung tongkat ke Hajar Aswad dari atas unta. Ketika umrah saat pulang dari Hunain, Hajar Aswad beliau usap dengan tangan kanan. Ketika beliau haji tahun 10 Hijri, beliau hanya melambaikan tangan dari jauh ke arah Hajar Aswad. Cara terakhir ini sangat praktis dan paling afdhal. Tetapi banyak jemaah haji sekarang yang bersikut-sikutan untuk mengecup Hajar Aswad. Hanya karena penasaran, dia rela melakukan yang haram (menyakiti sesama jemaah) untuk mengejar yang sunnah!

Rasulullah s.a.w. melakukan thawaf tujuh putaran. Ummu Salamah, salah satu istri beliau, berthawaf dengan ditandu sebab sedang sakit. Setiap melewati Rukun Yamani Rasulullah s.a.w. cuma mengusapnya dengan tangan. Antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad beliau mengucapkan doa paling populer: Rabbana atina fi d-dunya hasanah wa fi l-akhirati hasanah wa qina `adzaba n-nar (“Ya Tuhan kami, berilah kami kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat serta peliharalah kami dari azab neraka”). Setelah selesai tujuh putaran, beliau shalat dua rakaat di belakang Maqam Ibrahim, kemudian pergi ke telaga Zamzam. Beliau minum air Zamzam dan membasahi kepala beliau.

Page 59: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Sesudah itu Rasulullah s.a.w. menuju bukit Safa untuk memulai sa`i. Beliau naik ke bukit, lalu menghadap Ka`bah, bertakbir tiga kali dan berdoa. Kemudian beliau turun ke lembah menuju Marwah, dengan berlari-lari kecil antara Masil dan Bait Aqil. (Kini Masil dan Bait Aqil ditandai dengan lampu hijau. Sebagai catatan, jarak dari Safa ke Masil 100 meter, dari Masil ke Bait Aqil 80 meter, dan dari Bait Aqil ke Marwah 240 meter.) Sesampai di Marwah Rasulullah s.a.w. melakukan apa yang beliau kerjakan di Safa. Demikianlah bolak-balik sebanyak tujuh kali.

Setelah selesai sa`i, Rasulullah s.a.w. di Marwah menginstruksikan sesuatu yang mengejutkan para shahabat karena belum pernah terjadi sebelumnya: beliau memerintahkan seluruh shahabat yang tidak membawa hadyu (hewan qurban) agar mengubah niat haji menjadi umrah, padahal selama ini umrah hanya dilakukan di luar musim haji! Dengan mengubah niat menjadi umrah, sebagian besar jemaah haji yang tidak membawa hadyu dapat bertahallul (bebas dari larangan ihram) dan baru berihram lagi untuk haji tanggal 8 Dzulhijjah. Oleh karena mereka tidak membawa hadyu dari rumah, tentu pada Hari Nahar (10 Dzulhijjah) atau Hari-Hari Tasyriq (11-13 Dzulhijjah) mereka harus menyediakan hewan untuk dijadikan hadyu. Inilah yang kelak dikenal sebagai Haji Tamattu`, artinya ‘bersenang-senang’, sebab masa berihram hanya beberapa hari saja.

Pada mulanya para shahabat ragu-ragu melaksanakan perintah Nabi s.a.w. karena “umrah di musim haji” belum pernah ada, apalagi Nabi sendiri ternyata tidak bertahallul! Melihat keraguan para shahabat, Rasulullah s.a.w. bersabda, “Seandainya aku tidak membawa hadyu, aku pun akan mengubah hajiku menjadi umrah. Tetapi aku membawa hadyu, sehingga aku tidak akan bertahallul sampai aku menyembelih hadyuku.” Ada juga shahabat yang penasaran bertanya, “Tahallul untuk apa saja, Ya Rasulullah?” “Tahallul untuk semuanya!” jawab Nabi.

Kemudian Rasulullah s.a.w. mengeluarkan dekrit: Dakhalati l-`umratu ila l-hajji abadan abadan (“Telah masuk umrah ke dalam haji untuk selama-lamanya”). Artinya, sejak saat itu umrah dapat dikerjakan di musim haji, bahkan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari ibadah haji! Mendengar penegasan Rasulullah s.a.w., para shahabat yang sebagian besar tidak membawa hadyu mengubah niat haji menjadi umrah, lalu bertahallul secara massal. Hanya Rasulullah s.a.w. dan sebagian kecil shahabat yang terus berihram (tidak bertahallul) sebab mereka membawa hadyu.

Sejak hari itu, 4 Dzulhijjah 10 Hijri, mulailah diperkenalkan tiga cara ibadah haji. Pertama, Haji

Page 60: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Tamattu` atau ‘bersenang-senang’ (umrah dulu, baru haji) bagi mereka yang tidak membawa hadyu. Kedua, Haji Ifrad atau ‘mandiri’ (haji dulu, baru umrah) bagi penduduk Makkah yang membawa hadyu. Ketiga, Haji Qiran atau ‘gabungan’ (haji dan umrah langsung digabungkan) bagi bukan penduduk Makkah yang membawa hadyu. Cara terakhir inilah, yaitu Haji Qiran, yang dikerjakan Rasulullah s.a.w. Sesudah mengerjakan haji, Rasulullah s.a.w. tidak lagi melakukan umrah secara terpisah dan langsung kembali ke Madinah tanggal 14 Dzulhijjah.

Perlu diketahui bahwa cara Haji Tamattu` bukanlah inovasi Rasulullah s.a.w., melainkan memang diperintahkan Allah sebagai keringanan bagi umat-Nya, melalui wahyu yang turun ketika Rasulullah s.a.w. dan rombongan tertahan di Hudaibiyah tahun 6 Hijri, tetapi baru pada tahun 10 Hijri Rasulullah s.a.w. berkesempatan menunaikan haji dan menerapkan pelaksanaannya. Ayat perintah tamattu` itu kini tercantum dalam Al-Baqarah 196: tamatta`a bi l-`umrati ila l-hajj (“bersenang-senang dengan umrah ke haji”) bagi mereka yang bukan penduduk Makkah, li man lam yakun ahluhu hadhiri l-masjidi l-haram (“bagi siapa yang keluarganya tidak berada di sekitar Masjid al-Haram”).

Ketika Rasulullah s.a.w. dan rombongan berangkat dari Dzulhulaifah tanggal 26 Dzulqa`dah, semuanya berniat haji dan tidak seorang pun yang berniat umrah meskipun sebagian besar tidak membawa hadyu. Sebagaimana dikemukakan oleh Aisyah, istri Rasulullah s.a.w., di kemudian hari, “Kami keluar bersama Nabi s.a.w. hanya dengan tujuan haji. Ketika kami selesai melakukan thawaf dan sa`i (‘kami’ di sini adalah jemaah haji, sebab Aisyah sedang haid), barulah Rasulullah s.a.w. memerintahkan yang tidak membawa hadyu untuk bertahallul.” Keterangan Jabir ibn Abdillah r.a., shahabat yang paling lengkap bercerita tentang kisah haji Rasulullah s.a.w., lebih tegas lagi, “Kami bertujuan haji yang murni (khalishan), tidak mencampurkannya dengan umrah, sebab kami tidak mengenal umrah (lasna na`rifu l-`umrah)”. Maksud Jabir tentu tidak mengenal “umrah di musim haji”, sebab ketika rombongan berada di Dzulhulaifah ‘sistem lama’ (umrah harus di luar musim haji) belum dihapuskan oleh Rasulullah s.a.w.

Rasulullah s.a.w. sebagai seorang pemimpin yang bijaksana menunggu saat yang tepat untuk menerapkan perintah Allah dalam Al-Baqarah 196, agar umat tidak terkejut dengan ‘sistem baru’ (haji harus disertai umrah). Ketika Rasulullah s.a.w. dan rombongan beristirahat di Sarif tanggal 3 Dzulhijjah sebelum masuk Makkah, beliau mulai melakukan sosialisasi sistem baru dengan mengumumkan kepada jemaah haji, “Barangsiapa yang mau menjadikannya umrah, jadikanlah hajimu menjadi umrah.” Di sini Rasulullah s.a.w. hanya menghimbau, dengan kalimat ‘siapa mau’ (man sya’a). Esok harinya, tanggal 4 Dzulhijjah 10 Hijri (1 Maret 632), ketika semua jemaah haji dari berbagai penjuru sudah berkumpul di Makkah, serta jemaah telah santai karena sudah melaksanakan thawaf dan sa`i, barulah Rasulullah s.a.w. menginstruksikan cara

Page 61: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Haji Tamattu` bagi mereka yang tidak membawa hadyu dan mendekritkan terintegrasinya umrah ke dalam haji. Hal ini pun ternyata menimbulkan suasana heboh di kalangan para shahabat, sampai-sampai Rasulullah s.a.w. sebagai manusia normal sedikit emosi melihat para shahabat pada awalnya enggan ‘meralat’ niat haji menjadi umrah.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa untuk jemaah haji Indonesia yang sudah tentu bukan pribumi Makkah dan boleh dipastikan tidak membawa hadyu dari rumah (jika ada yang berminat meniru Nabi membawa hadyu, alangkah repotnya kondisi di pesawat udara, sehingga besar kemungkinan tidak diperkenankan oleh pihak Garuda!), tidak ada pilihan lain kecuali melaksanakan perintah Rasulullah s.a.w. untuk mengambil cara Haji Tamattu`. Hal ini berlaku baik bagi jemaah Gelombang Pertama (yang ke Madinah dahulu) maupun bagi jemaah Gelombang Kedua (yang langsung ke Makkah).

Kita teruskan cerita. Siang hari tanggal 4 Dzulhijjah itu Rasulullah s.a.w. mengajak Bilal ibn Rabah sang mu’azzin, dan cucu beliau, Usamah ibn Zaid (putra anak angkat beliau, Zaid ibn Haritsah, yang syahid pada Perang Mu’tah tahun 7 Hijri) untuk memasuki Ka`bah, disertai oleh pemegang kunci Ka`bah, Utsman ibn Thalhah. Ketika pulang dari Ka`bah dan menemui Aisyah, Rasulullah s.a.w. berkata, “Wahai Aisyah, aku tadi melakukan apa yang sebaiknya tidak kulakukan, yaitu memasuki Ka`bah. Aku takut di kemudian hari umatku yang berhaji tidak dapat masuk Ka`bah lalu mereka kecewa. Padahal sesungguhnya kita hanya diperintahkan Allah untuk mengelilinginya, dan tidak diperintahkan memasukinya.”

Pada sore hari 4 Dzulhijjah, Ali ibn Abi Thalib r.a., saudara sepupu dan menantu Nabi s.a.w. yang sejak bulan Ramadhan beliau perintahkan memimpin pasukan ke Yaman, tiba di Makkah beserta rombongannya dengan berpakaian ihram. Jika rombongan Rasul mulai berihram di Dzulhulaifah, maka rombongan Ali mulai berihram di Yalamlam. Setibanya di Makkah, Ali langsung menemui Fatimah. Ali yang belum mengetahui adanya ‘sistem baru’ jelas terkejut melihat istrinya berpakaian bebas dengan rambut terurai. “Siapakah yang menyuruhmu bertahallul, Fatimah?” tegur Ali. “Ayahanda sendiri,” jawab Fatimah, “istri-istri beliau pun semuanya diperintahkan melakukan tahallul.” Ali segera menemui Rasulullah s.a.w. untuk meminta penjelasan. Setelah Rasulullah s.a.w. 

http://amanah-hatiku.blogspot.com/2012/02/sejarah-ibadah-haji.html

Page 62: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Hukum Transplantasi Hewan pada Manusia dalam Pandangan IslamPosted on April 3, 2010 by Yayan_Akhyar | 2 Comments

2

0

Rate This

Author : Lestari Mahyudin. 2010.

-

A. Transplantasi Organ “Hewan yang Halal” pada Manusia

Penelitian yang bertujuan mentransplantasikan jaringan sel dan organ hewan pada tubuh manusia kini banyak dilakukan di negara-negara seperti Amerika Serikat dan Inggris. Apakah praktik-praktik seperti ini dapat disamakan dengan upaya mengubah pola-pola (sunnah) Allah SWT dalam penciptaan makhluk? Bagaimanapun Al Qur’an telah menyebutkan kebulatan tekad setan untuk mengelincirkan manusia dari jalan yang benar, yakni:

“Dan aku (setan) benar-benar akan menyesatkan mereka (manusia) dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan akan menyuruh mereka memotong telinga-telinga binatang ternak, lau mereka benar-benar memotongnya dan aku akan menyuruh mereka mengubah ciptaan Allah, lalu mereka benar-benar melakukannya….”(Q.S. An Nisa: 119)

Dilema ini bisa dijawab dengan mengatakan bahwa niat atau tujuan mentransplantasikan jaringan sel atau organ hewan pada manusia adalah semata-mata untuk menyelamatkan nyawa manusia, dan tentu saja bukan untuk merusak ciptaan Allah SWT. Walaupun Al Qur’an tidak menyinggung masalah transplantasi dari hewan pada manusia, namun dalam Al Qur’an sangat menekankan keselamatan nyawa manusia, hal ini sesuai dengan firman Allah:

“Barangsiapa menyelamatkan satu nyawa, maka seolah-olah ia telah menyelamatkan umat manusia seluruhnya.” (Q.S. Al Ma’idah:32).

Penekanan inilah yang mendorong untuk membolehkan transplantasi organ hewan pada tubuh manusia. Akademi Fikih Islam Liga Dunia Muslim, Mekah, Arab Saudi, pada pertemuan kerjanya yang ke-8, yang dilaksanakan pada tanggal 19-28 Januari 1985, menetapkan bahwa

Page 63: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

syari’at  membenarkan pengambilan organ hewan yang halal yang telah disembelih menurut ketentuan Islam untuk ditransplantasikan pada tubuh manusia.

Akademi Fikih Islam India pada seminar pertamanya di New Delhi (Maret 1989), menetapkan kebolehan mengganti organ manusia dengan organ hewan yang halal yang telah disembelih menurut ketentuan Islam.

Almarhum Syekh Jad al Haqq ‘Ali Jad al Haqq, mantan rektor Universitas Al-Azhar, menyatakan dalam bukunya “Pengkajian dan Fatwa-fatwa Hukum Islam tentang Masalah-masalah Modern”, bahwa gigi manusia boleh diganti dengan gigi hewan yang halal.

Dr. Fayshal Ibrahim Zhahir, Ketua Departemen Ilmu kedokteran Islam Universitas King Fayshal Ibn ‘abd al Aziz, Arab Saudi, dalam bukunya “Dialog dengan Seorang Dokter Muslim” menyatakan bahwa tidak ada larangan untuk mentransplantasikan organ tubuh hewan yang diambil dari hewan yang halal pada manusia untuk tujuan menyelamatkan nyawa atau meningkatkan kualitas hidup si penerima organ. Selanjutnya, ia menerangkan bahwa Allah SWT telah menjadikan hewan-hewan tersebut sebagai sumber manfaat bagi manusia.

Majelis Ulama Port Elizabeth, Afrika Selatan, dalam menjawab daftar pertanyaan yang diajukan oleh Asosiasi Medis Islam Afrika Selatan tentang transplantasi organ hewan pada manusia, menyatakan bahwa syari’at membolehkan transplantasi organ hewan pada manusia untuk menyelamatkan nyawa atau meningkatkan kualitas hidup. Kebolehan ini didasarkan pada syarat-syarat sebagai berikut:

1. Organ yang akan ditransplantasikan harus berasal dari hewan yang halal, yaitu hewan yang halal dikonsumsi oleh umat Islam.

2. Hewan halal tersebut harus disembelih secara islami.

-

B. Transplantasi Organ Babi pada Manusia

Ada perbedaan pendapat dalam masalah pemanfaatan jaringan sel dan organ tubuh babi untuk tujuan medis. Beberapa di antara mereka menganggap obat-obatan tidak termasuk dalam kategori kebutuhan mendesak seperti halnya makanan. Untuk memperkuat pendapat ini, mereka mengutip hadits yang berbunyi:

“Sesungguhnya Allah tidak menyediakan obat bagi kamu dalam apa-apa yang Dia haramkan untukmu.”

Majelis Ulama Port Elizabeth berpendapat bahwa karena babi berikut seluruh bagian tubuhnya dianggap najis berat (najasat al ghalizhah) oleh syari’at, maka haram pula mengambil manfaat apapun dari hewan ini sekalipun untuk tujuan medis.

Page 64: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Di pihak lain ada yang menyamakan keterdesakan medis dengan keterdesakan dalam hal makanan, karena keduanya sama-sama penting bagi kelangsungan hidup. Al Qur’an mengizinkan orang islam yang terdesak oleh kelaparan untuk mengkonsumsi daging babi:

“…Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak pula melampaui batas, ,maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”  (Q.S. Al baqarah:173)

Karena itu, pemanfaatan  jaringan sel atau organ tubuh babi untuk menyelamatkan nyawa manusia hukumnya adalah boleh. Tiga kutipan berikut ini adalah sebagian di antara pandangan-pandangan yang memperbolehkan transplantasi organ tubuh babi pada manusia:

1. Akademi Fikih Islam Liga Dunia Muslim, Mekah, Arab Saudi, berpendapat boleh mentransplantasi hewan yang dagingnya haram dimakan pada tubuh manusia atas dasar kebutuhan yang mendesak

2. Akademi Fikih Islam India juga membenarkan pengambilan organ hewan yang dagingnya haram dimakan atau organ hewan yang halal dimakan tapi tidak disembelih secara islami untuk ditransplantasikan pada tubuh manusia. Namun kebolehan ini dibatasi oleh dua syarat: pertama tidak ada lagi jalan keluar yang lain, kedua, nyawa si penerima organ dalam bahaya atau organ tubuhnya rusak dan tidak dapat di perbaiki lagi.

3. Dr.Fayshal Ibrahim Zhahir berpandangan bahwa boleh mentransplantasikan organ tersebut pada tubuh manusia berdasarkan prinsip fikih tentang keterdesakan yang membuat hal-hal terlarang menjadi boleh. Dengan demikian, kebolehan dalam kasus ini bersifat kondisional, yakni boleh dilakukan hanya apabila tidak ada organ tubuh hewan yang halal.

http://yayanakhyar.wordpress.com/2010/04/03/hukum-transplantasi-hewan-pada-manusia-dalam-pandangan-islam/

Page 65: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Rabu, 14 Maret 2012

TRANSPLATASI (PENCAKOKAN) MENURUT PERSEPEKTIF HUKUM FIQH Transplantasi merupakan salah satu temuan teknologi kedokteran modern dengan

metode kerja berupa pemindahan jaringan atau organ tubuh dari satu tempat ke tempat lainnya.

Hal ini dapat dilakukan pada satu individu atau dua individu.

           Pada tahun 40-an telah diadakan pengujian transplantasi organ hewan pada hewan juga kemudian disusul pada tahun 50-an dari hewan ke manusia dan berhasil dan berkembang dari organ manusia kepada organ manusia. Dari keberhasilan uji coba tersebut, timbul satu masalah baru yang perlu dikaji dalam kaitannya dengan hukum Islam. Apakah transplantasi organ tubuh manusia kepada manusia dibolehkan dalam hukum Islam atau tidak ? 

A.  PENGERTIAN TRANSPLANTASI

Transplantasi berasal dari bahasa Inggris to transplant, yang berarti to move from one

place to another, bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Adapun pengertian menurut ahli ilmu

kedokteran, transplantasi itu ialah : Pemindahan jaringan atau organ dari tempat satu ke tempat

lain. Yang dimaksud jaringan di sini ialah : Kumpulan sel-sel (bagian terkecil dari individu) yang

sama mempunyai fungsi tertentu.

Yang dimaksud organ ialah : Kumpulan jaringan yang mempunyai fungsi berbeda

sehingga merupakan satu kesatuan yang mempunyai fungsi tertentu, seperti jantung, hati dan

lain-lain.

Sedangkan transplantasi dalam literatur Arab kontemporer dikenal dengan istilah naql

al-a’d{a’ atau juga disebut dengan zar’u al-a’d{a’. Kalau dalam literatur Arab klasik transplantasi

disebut dengan istilah al-was}l (penyambungan). Adapun pengertian transplantasi secara

terperinci dalam literatur Arab klasik dan kontemporer sama halnya dengan keterangan ilmu

kedokteran di atas. Sedang transplantasi di Indonesia lebih dikenal dengan istilah

pencangkokan.

Melihat dari pengertian di atas, Djamaluddin Miri membagi transplantasi itu pada dua

bagian :

1.      Transplantasi jaringan seperti pencangkokan kornea mata.

2.      Transplantasi organ seperti pencangkokan organ ginjal, jantung dan sebagainya.

Page 66: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Melihat dari hubungan genetik antara donor (pemberi jaringan atau organ yang

ditransplantasikan) dari resipien (orang yang menerima pindahan jaringan atau organ), ada tiga

macam pencangkokan :

1.   Auto transplantasi, yaitu transplantasi di mana donor resipiennya satu individu. Seperti seorang

yang pipinya dioperasi, untuk memulihkan bentuk, diambilkan daging dari bagian badannya

yang lain dalam badannya sendiri.

2.   Homo transplantasi, yakni di mana transplantasi itu donor dan resipiennya individu yang sama

jenisnya, (jenis di sini bukan jenis kelamin, tetapi jenis manusia dengan manusia).

3.  Hetero transplantasi ialah yang donor dan resipiennya dua individu yang berlainan jenisnya,

seperti transplantasi yang donornya adalah hewan sedangkan resipiennya manusia.

Pada homo transplantasi ini bisa terjadi donor dan resipiennya dua individu yang masih

hidup, bisa juga terjadi antara donor yang telah meninggal dunia yang disebut cadaver donor,

sedang resipien masih hidup.

Pada auto transplantasi hampir selalu tidak pernah mendatangkan reaksi penolakan,

sehingga jaringan atau organ yang ditransplantasikan hampir selalu dapat dipertahankan oleh

resipien dalam jangka waktu yang cukup lama.

Pada homo transplantasi dikenal tiga kemungkinan :

1.      Apabila resipien dan donor adalah saudara kembar yang berasal dari satu telur, maka

transplantasi hampir selalu tidak menyebabkan reaksi penolakan. Pada golongan ini hasil

transplantasinya serupa dengan hasil transplantasi pada auto transplantasi.

2.   Apabila resipien dan donor adalah saudara kandung atau salah satunya adalah orang tuanya,

maka reaksi penolakan pada golongan ini lebih besar daripada golongan pertama, tetapi masih

lebih kecil daripada golongan ketiga.

3.   Apabila resipien dan donor adalah dua orang yang tidak ada hubungan saudara, maka

kemungkinan besar transplantasi selalu menyebabkan reaksi penolakan.

Pada waktu sekarang homo transplantasi paling sering dikerjakan dalam klinik, terlebih-

lebih dengan menggunakan cadaver donor, karena :

1.   Kebutuhan organ dengan mudah dapat dicukupi, karena donor tidak sulit dicari.

Page 67: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

2.   Dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat pesat, terutama dalam bidang

immunologi, maka reaksi penolakan dapat ditekan seminimal mungkin.

Pada hetero transplantasi hampir selalu meyebabkan timbulnya reaksi penolakan yang

sangat hebat dan sukar sekali diatasi. Maka itu, penggunaanya masih terbatas pada binatang

percobaan. Tetapi pernah diberitakan adanya percobaan mentransplantasikan kulit babi yang

sudah di iyophilisasi untuk menutup luka bakar yang sangat luas pada manusia.

Sekarang hampir semua organ telah dapat ditransplantasikan, sekalipun sebagian

masih dalam taraf menggunakan binatang percobaan, kecuali otak, karena memang tehnisnya

amat sulit. Namun demikian pernah diberitakan bahwa di Rusia sudah pernah dilakukan

percobaan mentransplantasikan kepala pada binatang dengan hasil baik.

B.  HUKUM TRANSPLANTASI

1.   Hukum Mendonorkan organ tubuh dari manusia yang masih hidup

a.   Pendapat pertama,

Hukumnya tidak boleh (Haram). Meskipun pendonoran tersebut untuk keperluan medis

(pengobatan) bahkan sekalipun telah sampai dalam kondisi darurat. Mendonorkan organ

tunggal yang dapat mengakibatkan kematian si pendonor, seperti mendonorkan jantung, hati

dan otaknya. Maka hukumnya tidak diperbolehkan,

Dalil pendapat pertama : Firman Allah swt dalam Surat An Nisa’, yang artinya : ”Dan

janganlah kamu membunuh dirimu sendiri, sesungguhnya Allah maha penyayang kepadamu”.

(QS. An Nisa’ : 4 : 29)

Allah SWT, juga berfirman dalam Surat Al Baqarah : Artinya : ”Dan Jangan lah kamu

jatuhkan dirimu dalam kebinasaan dan berbuat baiklah sesungguhnya Allah mencintai orang-

orang yang berbuat baik”. (QS. Al Baqarah : 2 : 195).

Maksudnya adalah bahwa Allah SWT, melarang manusia untuk membunuh dirinya atau

melakukan perbuatan yang membawa kepada kehancuran dan kebinasaan. Sedangkan orang

yang mendonorkan salah satu organ tubuhnya secara tidak langsung telah melakukan

perbuatan yang membawa kepada kehancuran dan kebinasaan. Padahal manusia tidak disuruh

berbuat demikian, manusia hanya disuruh untuk menjaganya (organ tubuhnya) sesuai ayat di

Page 68: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

atas. Sesungguhnya perbuatan mengambil salah satu organ tubuh manusia dapat membawa

kepada kemudlaratan, sedangkan perbuatan yang membawa kepada kemudlaratan merupakan

perbuatan yang terlarang. Manusia tidak memiliki hak atas organ tubuhnya seluruhnya, karena

pemilik organ tubuh manusia Adalah Allah SWT.

b.   Pendapat kedua,

Hukumnya ja’iz (boleh) namun memiliki syarat-syarat tertentu yaitu: Adanya kerelaan

dari si pendonor. Keinginan untuk mendonorkan organ tubuhnya memang muncul dari

keinginannya, tanpa ada paksaan. Serta kondisi si pendonor harus sudah baligh dan berakal.

Organ yang didonorkan bukanlah organ vital yang menentukan kelangsungan hidup seperti

Jantung, hati,paru-paru dan lain-lain. Hal ini dikarenakan penyumbangan organ-organ vital

tersebut dapat menyebabkan kematian bagi si pendonor. Sedangkan sesuatu yang membawa

kepada kehancuran atau kematian diri sendiri dilarang oleh agama.

Pengobatan dengan transplantasi merupakan jalan terakhir yang memungkinkan untuk

mengobati orang yang menderita penyakit tersebut. Kemungkinan untuk keberhasilan proses

transplantasi lebih besar, artinya secara kebiasaan proses memotong organ sampai dengan

proses meletakkannnya pada si penderita penyakit memiliki kemungkinan keberhasilan yang

tinggi. Maka tidak boleh melakukan transplantasi oleh yang belum berpengalaman dan dengan

cara eksperimen. Si pendonor tidak boleh menuntut ganti secara finansial kepada si resipien

( yang menerima organ),karena proses pendonoran adalah proses saling tolong-menolong

antara manusia, bukan proses jual-beli organ yang hukumnya haram dalam islam.

Dalil pendapat kedua : Setiap insan,meskipun bukan pemilik tubuhnya secara

pribadi,namun memiliki kehendak atas apa saja yang bersangkutan dengan tubuhnya,ditambah

lagi bahwa Allah telah memberikan kepada manusia hak untuk mengambil manfa’at dari

tubuhnya, selama tidak membawa kepada kehancuran, kebinasaan dan kematian dirinya

(Qs.An-Nisa’ 29 dan al-Baqarah 95). oleh karena itu, jika pendonoran organ tubuhnya, atau

kulitnya, atau darahnya tidak membawa kepada kematian dirinya serta tidak membawa kepada

kehancuran dirinya, ditambah lagi pada waktu bersamaan pendonoran organnya dapat

menyelamatkan manusia lainnya dari kekhawatiran akan kematian, maka sesungguhnya

perbuatan donor organ tubuhnya merupakan perbuatan yang mulia.

Sesungguhnya memindahkan organ tubuh ketika darurat merupakan pekerjaan yang

mubah ( boleh ) dengan dalil firman Allah SWT, yang artinya : ”Sesungguhnya Allah telah

Page 69: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

menjelaskan perbuatan-perbuatan yang haram bagi mu kecuali ketika kamu dalam keadaan

terpaksa (darurat).” (QS. Al An’am : 119)

2.   Hukum Transpalntasi Dalam Keadaan Koma

Melakukan transplantasi organ tubuh donor dalam keadaan masih hidup, meskipun

dalam keadaan koma hukumnya tetap haram walaupun menurut medis bahwa si pendonor

akan segera meninggal, karena hal itu dapat mempercepat kematian dan mendahului kehendak

Allah. Hal tersebut dikatakan euthanasia atau memprcepat kematian.

Tidak boleh menurut Islam dengan alasan sebagai berikut:

1.   Hadits Nabi yang artinya : ”Tidak boleh membuat madhorat pada diri sendiri dan tidah boleh

pula membuat madhorot pada orang lain” berdasarkan hadits tersebut, mengambil organ tubuh

orang dalam keadaan sekarat/ koma haram hukumnya karena dapat mempercepat

kematiannya.

2.   Manusia wajib berusaha menyembuhkan penyakitnya demi mempertahankan hidupnya, karena

hidup dan mati da di tangan Allah.

3.   Hukum Mendonorkan organ tubuh dari manusia yang sudah meninggal.

 Secara medis seseorang dikatakan mati ketika batang otak tidak berfungsi. Saat itu,

bagian tubuh yang lain, khususnya jantung, bisa jadi masih berdenyut. “Namun, lambat laun

akan ikut mati secara bertahap,” tuturnya. Nah, sebelum semua organ itu mati, proses

transplantasi bisa dilakukan. Pada saat itulah, dokter berkesempatan untuk mengambil organ

tubuh yang akan didonorkan. Sebab, organ masih bisa disambungkan ke bagian tubuh

penerima donor. Waktunya sekitar 30 menit.

Definisi mati, menurut KUHP kematian seseorang dilihat dari detak jantungnya. Ketika

jantung berhenti berdenyut, seseorang dinyatakan telah mati.

a.   Pendapat pertama,

Pendapat pertama mengatakan hukumnya haram. Dalil pendapat pertama : Kesucian

tubuh manusia setiap bentuk agresi atas tubuh manusia merupakan hal yang terlarang, karena

ada beberapa perintah Al-Qur’an dan Hadist Yang melarang. Diantara hadist yang terkenal

Diriwayatkan dari A’isyah Ummul Mu’minin RA bahwa Rasulullah SAW bersabda yang artinya :

Page 70: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

”Memecahkan tulang mayat itu sama dengan memecahkan tulang orang hidup.” (HR. Ahmad,

Abu Dawud, dan Ibnu Hibban).

 Tubuh manusia adalah amanah; Hidup,diri,dan tubuh manusia pada dasarnya bukanlah

milik manusia tapi merupakan amanah dari Allah yang harus dijaga,karena itu manusia tidak

memiliki hak untuk mendonorkan nya kepada orang lain . Tubuh manusia tidak boleh

diperlakukan sebagai benda material semata; transplantasi dilakukan dengan memotong organ

tubuh seseorang untuk diletakkan (dicangkokkan) pada tubuh orang lain,padahal tubuh

manusia bukanlah benda material semata yang dapat dipotong dan dipindah-pindahkan

b.   Pendapat kedua,

Pendapat kedua menyatakan hukumnya boleh atau mubah. Transplantasi merupakan

salah satu jenis pengobatan, sedangkan pengobatan merupakan hal yang disuruh dan

disyari’atkan dalam islam. Terdapat dua hal yang mudlarat dalam masalah ini yaitu antar

memotong bagian tubuh yang suci dan dijaga dan antara menyelamatkan kehidupan yang

membutuhkan kepada organ tubuh mayat tersebut. Namun kemudlaratan yang terbesar adalah

kemudlaratan untuk menyelamatkan kehidupan manusia. Maka dipilihlah sesuatu yang

kemudlaratannya terbesar untuk dihilangkan yaitu memotong organ mayat untuk

menyelamatkan kehidupan manusia. Qiyas atas maslahat membuka perut mayat wanita yang

hamil yang lewat 6 bulan yang disangka kuat hidup anaknya. Qiyas atas boleh membuka perut

mayat jika di dalam perutnya terdapat harta orang lain. Terdapat dua Hal kemaslahatan yaitu

antara maslahah menjaga kesucian mayat dan antara maslahah menyelamatkan nyawa

manusia yang sakit dengan transplantasi organ mayat tersebut.

Meskipun pekerjaan tranplantasi pada dasarnya haram walau pada orang yang telah

meninggal, demi kemaslahatan membantu orang yang sangat membutuhkan. Namun pendapat

yang membolehkan transplantasi organ mayat ini memiliki syarat-syarat yaitu : Ada

persetujuan/izin dari pemilik organ asli (atau wasiat ) atau dari ahli warisnya (sesuai tingkatan

ahli waris) ,tanpa paksaan ,Si resipien ( yang menerima donor ) telah mengetahui persis segala

implikasi pencangkokan . Pencangkokan dilakukan oleh yang ahli dalam ilmu pencangkokan

tersebut Tidak boleh menuntut ganti pendonoran organ dengan harta (uang dan sebagainya)

Organ tidak diperoleh melalui proses transaksi jual beli karena tidak sah menjual belikan organ

tubuh manusia. Seseorang muslim hanya boleh menerima organ dari muslim lainnya kecuali

dalam keadaan mendesak (tidak ada muslim yang cocok organnya atau tidak bersedia di

dinorkan dengan beberapa alasan). Allah berfirman, yang artinya : ”Dan barang siapa

Page 71: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah ia memelihara kehidupan manusia

semuanya” (QS. Al Maidah : 32)

Sementara hasil keputusan Muktamar Nahdlatul Ulama sebagaimana termaktub dalam

ahkamul fuqaha mengatakan bahwa pecangkokan organ tubuh manusia ada yang

membolehkan dengan syarat : Karena diperlukan, dengan ketentuan tertib pengamanan dan

tidak ditemukan selain organ tubuh manusia itu.

4.   Hukum Transplantasi Non Muslim

Mencangkok (transplantasi) organ dari tubuh seorang nonmuslim kepada tubuh seorang

muslim pada dasarnya tidak terlarang. Mengapa? Karena organ tubuh manusia tidak

diidentifikasi sebagai Islam atau kafir, ia hanya merupakan alat bagi manusia yang

dipergunakannya sesuai dengan akidah dan pandangan hidupnya. Apabila suatu organ tubuh

dipindahkan dari orang kafir kepada orang Muslim, maka ia menjadi bagian dari wujud si

muslim itu dan menjadi alat baginya untuk menjalankan misi hidupnya, sebagaimana yang

diperintahkan Allah SWT.

Hal ini sama dengan orang muslim yang mengambil senjata orang kafir. Dan

mempergunakannya untuk berperang fi sabilillah. Bahkan sesungguhnya semua organ di dalam

tubuh seorang kafir itu adalah pada hakikatnya muslim (tunduk dan menyerah kepada Allah).

Karena organ tubuh itu adalah makhluk Allah, di mana benda-benda itu bertasbih dan bersujud

kepada Allah SWT, hanya saja kita tidak mengerti cara mereka bertasbih. Kekafiran atau

keIslaman seseorang tidak berpengaruh terhadap organ tubuhnya, termasuk terhadap hatinya

(organnya) sendiri. Memang AL-Quran sering menyebut istilah hati yang sering diklasifikasikan

sehat dan sakit, iman dan ragu, mati dan hidup.

Namun sebenarnya yang dimaksud di sini bukanlah organ tubuh yang dapat diraba

(ditangkap dengan indra), bukan yang termasuk bidang garap dokter spesialis dan ahli anatomi.

Sebab yang demikian itu tidak berbeda antara yang beriman dan yang kafir, serta antara yang

taat dan yang bermaksiat. Tetapi yang dimaksud dengan hati orang kafir di dalam istilah Al-

Quran adalah makna ruhiyahnya, yang dengannya manusia merasa, berpikir, dan memahami

sesuatu, sebagaimana firman Allah dalam Surat Al Hajj, yang artinya : ”Lalu mereka

mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami “(QS. Al Hajj : 46)

Allah juga berfirman dalam Surat Al A’raf ayat 179, yang artinya : ”Mereka mempunyai

hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah)”.

Page 72: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Lalu bagaimana dengan firman Allah SWT yang menyebutkan bahwa Orang musyrik itu

najis? Benar bahwa Allah SWT telah menyebutkan bahwa orang musyrik itu najis, sebagaimana

disebutkan di dalam Al-Quran: ”Sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis” (QS. At Taubah :

28)

Namun para ulama sepakat mengatakan bahwa ’najis’ dalam ayat tersebut bukanlah

dimaksudkan untuk najis indrawi yang berhubungan Dengan badan, melainkan najis maknawi

yang berhubungan dengan hati dan akal (pikiran). Karena itu tidak terdapat larangan bagi orang

muslim untuk memanfaatkan organ tubuh orang nonmuslim, apabila memang diperlukan.

5.   Hukum Transplantasi Dengan Hewan Najis

Imam al-Nawawi (w. abad VI) dalam karyanya Minhaj al-Talibin mengatakan, : ”Jika

seseorang menyambung tulangnya dengan barang yang najis karena tidak ada barang yang

suci maka hukumnya udhur (tidak apa-apa). Namun, apabila ada barang yang suci kemudian

disambung dengan barang yang najis maka wajib dibuka jika tidak menimbulkan bahaya”.

Zakariya al Ansoari dalam karyanya Fathu al Wahhab Sharh Manhaj al Tullab, kitab

Manhaj al Tullab merupakan kitab ringkasan dari kitab Minhaj al Talibin karya Imam al Nawawi.

Zakariya al Ansoari mengatakan :”Jika ada seseorang melakukan penyambungan tulangnya

atas dasar butuh dengan tulang yang najis dengan alasan tidak ada tulang lain yang cocok.

Maka hal itu, diperbolehkan dan sah sholatnya dengan tulang najis tersebut. Kecuali, jika dalam

penyambungan itu tidak ada unsur kebutuhan atau ada tulang lain yang suci selain tulang

manusia maka ia wajib membuka (mencabut) kembali tulang najis tersebut walaupun sudah

tertutup oleh daging. Dengan catatan, jika proses pengambilan tulang najis tersebut aman (tidak

membahayakan) dan tidak menyebabkan kematian”.

Zakariya mengatakan bahwa tidak diperbolehkannya menyambung tulang dengan

tulang manusia, jika yang lain masih ada walaupun tulangnya hewan yang najis seperti celeng

dan anjing. Oleh karena itu, jika yang lain baik yang suci maupun yang najis tidak ada, maka

menyambung tulang dengan tulang manusia itu hukumnya boleh. Dalam ‘ibarah (teks) di atas,

Ibn Hajr senada dengan al-Bujayrami, bahwa ia memperbolehkan transplantasi organ manusia

dengan organ manusia dalam keadaan jika sesuatu yang suci dan yang najis tidak ada. Jika

masih ditemukan/ada tulang yang najis maka tidak boleh memakai tulang manusia. Kalangan

Syafi’iyah berpendapat, menyambung tulang dengan benda najis, jika memang tidak ditemukan

benda yang lain. Menurut kalangan Hanafiyah, berobat dengan haram, tidak dibolehkan.

Page 73: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Dari penjelasan di atas, maka makalah ini dapat mengambil kesimpulan bahwa

transplantasi dalam hukum Islam terjadi pertentangan di antara kalangan ulama apakah Boleh

melakukan transplantasi atau tidak. Dalam hal ini masih terjadi perbedaan pendapat antar

ulama. Wallahu ’alam bissawab.

Mahajuddin. 2008. Masail Fiqhiyah Berbagau Kasus yang Dihadapi Islam masa kini. Jakarta: Kalam Mulia.

Nata, Abuddin.2003. Masail Fiqhiyah. Jakarta Timur : Prenada Media

Yasid, Abu. 2005. Fiqh Realitas Respon Ma’had Aly Terhadap Wacana Hukum Islam Kontemporer. Yogyakarta : Pustaka Media

 Zuhdi, Masjfuk. Masail Fiqhiyah

Diposkan oleh SULTHONY MUNFAID di 10:33

http://putradigit.blogspot.com/2012/03/transplatasi-pencakokan-menurut.html

Page 74: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Home About RSS

transpalantasi organ menurut hukum islamJust another WordPress.com site

Uncategorized

Latest Entries »

Transplantasi Organ menurut Hukum   Islam

Filed under: Uncategorized — Tinggalkan Komentar

13 Desember 2010

Istilah Transplantasi organ sudah tak aneh lagi bagi orang-orang kesehatan, transplantasi organ di sini adalah pemindahan organ tubuh dari satu manusia yang organ tubuhnya mempunyai daya hidup dan sehat  kepada manusia lain yang memiliki organ tubuh yang tidak berfungsi lagi sehingga resipien (penerima organ tubuh) dapat bertahan hidup secara sehat baik –pada saat dia hidup, atau setelah mati– .  , seperti pemindahan tangan, ginjal, dan jantung.

Search this

Page 75: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Islam memerintahkan agar setiap penyakit diobati. Membiarkan penyakit bersarang dalam tubuh dapat berakibat fatal, yaitu kematian. Membiarkan diri terjerumus pada kematian adalah perbuatan terlarang,

( )` النسآء �م= ي ح� �"م�ر �ك �ب ن �ا لله�ك &ا �ن إ ه"م� �ف"س ـ� �ن ا "و� ل ـ" ت قـ� �ـ �ت 29و�ال

“… dan janganlah kamu membunuh dirimu ! Sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu.” (QS. An-Nisa 4: 29)

transplantasi termasuk salah satu jenis pengobatan yang dikategorikan urusan duniawi yang diperbolehkan. Persoalannnya, bagaimana hukum mendonorkan organ tubuh untuk ditransplantasi? Islam memerintahkan untuk saling menolong dalam kebaikan dan mengharamkannya dalam dosa dan pelanggaran.

Ada tiga tipe transplantasi organ;

1. Autotransplantasi. Tipe ini meliputi praktik-praktik transplantasi yang menggunakan bagian-bagian tubuh atau organ dari, dan pada, tubuh si pasien itu sendiri. Dalam hal ini, transplantasi kulit, tulang rawan, otot, dan tulang merupakan praktik-praktik yang sering dilakukan dalam bedah ortopedis.

2. Homotransplantasi (allotransplantasi). Tipe ini meliputi transplantasi organ pada spesies yang sama, seperti sesama manusia atau sesama binatang dari spesies yang sama.

3. Heterotransplantasi. Tipe ini merupakan transplantasi dari hewan kepada manusia atau antara hewan satu dengan hewan lain dari spesies yang berbeda.

Page 76: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Terlepas dari fakta bahwa berbagai tipe transplantasi organ ditujukan untuk mengurangi penderitaan dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Namun, transplantasi organ juga memunculkan banyak persoalan etis-hukum Islam. Autotransplantasi tidak menimbulkan masalah karena transplantasi ini dilakukan dengan menggunakan bagian-bagian tubuh atau organ dari si pasien itu sendiri. Tetapi, dua tipe transplantasi lainnya menimbulkan sejumlah persoalan.

Dalam aturan hukum yang berlaku di Indonesia, mengenai transplantasi ini telah mendapat pengaturannya melalui UU Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan, serta PP Nomor 18 Tahun 1981 Tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat dan atau Jaringan Tubuh Manusia.  Pasal 1 ayat 5 UU Kesehatan memberikan pengertian “Transplantasi” adalah rangkaian tindakan medis untuk memindahkan organ dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk menggantikan organ dan atau jaringan tubuh yang tidak berfungsi dengan baik. Dalam hukum yang berlaku ini di jelaskan bahwa Tranplantasi organ boleh di lakukan asalkan dengan tujuan kemanusian dan dilarang untuk tujuan komersial. Bagi siapa pun yang melanggar peraturan UU Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan, PP Nomor 18 Tahun 1981 Tentang Tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat dan atau Jaringan Tubuh Manusia, akan mendapat hukuman pidana dan denda.

Dilihat dari segi undang-undang hukum transplantasi diperbolehkan tapi bagaimana hukum tranplantasi bila dilihat dari segi agama islam,

Oleh karena itu muncul pandangan-pandangan mengenai transplantasi, pandangan yang dominan adalah pandangan yang mendukung bolehnya pencangkokan organ. Di antara lembaga semacam itu yang mendukung pencangkokan organ adalah Akademi Fikih Islam (lembaga di bawah Liga Muslim Se-Dunia, yang berpusat di Arab Saudi) pada fatwa-fatwanya pada tahun 1985 dan 1988; Akademi Fikih Islam India (1989); dan Dar al-Ifta’ (lembaga otonom semcam MUI, di bawah Departemen Agama, Mesir, yang biasanya diketuai oleh ulama dari Universitas al-Azhar). Pencangkokan yang diperbolehkan

Page 77: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

mencakup autotransplantasi, allotransplantasi, dan juga heterotransplantasi—dalam urutan keterdesakan (situasi darurat) yang lebih tinggi. Meski demikian, diperbolehkannya pencangkokan organ ini selalu diikuti syarat-syarat sebagaimana disebutkan di atas.

Pandangan yang menentang pencangkokan organ diajukan atas dasar setidaknya tiga alasan:

1. Kesucian hidup/tubuh manusia : setiap bentuk agresi terhadap tubuh manusia dilarang, karena ada beberapa perintah yang jelas mengenai ini dalam Al-Qur’an. Dalam kaitan ini ada satu hadis (ucapan) Nabi Muhammad yang terkenal yang sering dikutip untuk menunjukkan dilarangnya manipulasi atas tubuh manusia, meskipun sudah menjadi mayat: “Mematahkan tulang mayat seseorang adalah sama berdosa dan melanggarnya dengan mematahkan tulang orang itu ketika ia masih hidup.”

2. Tubuh manusia adalah amanah : hidup, diri, dan tubuh manusia pada dasarnya adalah bukan miliknya sendiri, tapi pinjaman dari Tuhan dengan syarat untuk dijaga, karena itu manusia tak memiliki hak mendonorkannya pada orang lain.

3. Tubuh tak boleh diperlakukan sebagai benda material semata: pencangkokan dilakukan dengan mengerat organ tubuh seseorang untuk dicangkokkan pada tubuh orang lain; di sini tubuh dianggap sebagai benda material semata yang bagian-bagiannya bisa dipindah-pindah tanpa mengurangi ke-tubuh-an seseorang.

Transplantasi organ ketika masih hidup,

Donor anggota tubuh bagi siapa saja yang memerlukan pada saat si donor masih hidup. Donor semacam ini hukumnya boleh. Karena Allah Swt memperbolehkan memberikan pengampunan terhadap qisash maupun diyat. Namun, donor seperti ini dibolehkan dengan syarat. Yaitu, donor tersebut tidak mengakibatkan kematian si pendonor. Misalnya, dia mendonorkan jantung, limpha atau paru-parunya. Hal ini akan mengakibatkan kematian pada diri si pendonor. Padahal manusia tidak boleh membunuh dirinya, atau membiarkan orang lain membunuh dirinya; meski dengan kerelaannya.

Sebagaimana tidak bolehnya manusia mendonorkan anggota tubuhnya yang dapat mengakibatkan terjadinya pencampur-adukan nasab atau keturunan. Misalnya, donor testis bagi pria atau donor indung telur bagi perempuan. Sungguh Islam telah melarang untuk menisbahkan dirinya pada selain bapak maupun ibunya.

Allah Swt berfirman:

Ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang melahirkan mereka. (TQS al-Mujadilah [58]: 2)

Adapun donor kedua testis maupun kedua indung telur, hal tersebut akan mengakibatkan kemandulan; tentu hal ini bertentangan dengan perintah Islam untuk memelihara keturunan.

Page 78: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Transplantasi Organ yang dilakukan setelah mati

Adapun transplantasi setelah berakhirnya kehidupan; hukumnya berbeda dengan donor ketika (si pendonor) masih hidup. Dengan asumsi bahwa disini diperlukan adanya penjelasan tentang hukum pemilikan terhadap tubuh manusia setelah dia mati. Merupakan suatu hal yang tidak diragukan lagi bahwa setelah kematiannya, manusia telah keluar dari kepemilikan serta kekuasaannya terhadap semua hal; baik harta, tubuh, maupun istrinya. Dengan demikian, dia tidak lagi memiliki hak terhadap tubuhnya. Maka ketika dia memberikan wasiat untuk mendonorkan sebagian anggota tubuhnya, berarti dia telah mengatur sesuatu yang bukan haknya. Jadi dia tidak lagi diperbolehkan untuk mendonorkan tubuhnya. Dengan sendirinya wasiatnya dalam hal itu juga tidak sah. Memang dibolehkan untuk memberikan sebagian hartanya, walaupun harta tersebut akan keluar dari kepemilikannya ketika hidupnya berakhir. Tetapi itu disebabkan karena syara’ memberikan izin pada manusia tentang perkara tersebut. Dan itu merupakan izin khusus pada harta, tentu tidak dapat diberlakukan terhadap yang lain. Dengan demikian manusia tidak diperbolehkan memberikan wasiat dengan mendonorkan sebagian anggota tubuhnya setelah dia mati.

Adapun bagi ahli waris; sesungguhnya syara’ mewariskan pada mereka harta yang diwariskan (oleh si mati). Namun syara’ tidak mewariskan jasadnya kepada mereka, sehingga mereka tidak berhak untuk mendonorkan apapun dari si mati. Kalau terhadap ahli waris saja demikian, apalagi dokter atau penguasa, mereka sama sekali tidak berhak untuk mentransplantasikan organ orang setelah mati pada orang lain yang membutuhkan.

Terlebih lagi terdapat keharusan untuk menjaga kehormatan si mati serta adanya larangan untuk menyakitinya sebagaimana larangan pada orang yang hidup. Rasulullah saw bersabda:

“Mematahkan tulang orang yang telah mati sama hukumnya dengan memotong tulangnya ketika ia masih hidup”.

Dengan demikian Rasulullah saw melarang untuk merampas dan menyakiti (si mati). Memang benar bahwa melampaui batas terhadap orang mati dengan melukai atau memotong atau bahkan memecahkan (tulang) tidak ada jaminan (diyat) sebagaimana ketika dia masih hidup. Akan tetapi jelas bahwa melampaui batas terhadap jasad si mati atau menyakitinya dengan cara mengambil anggota tubuhnya adalah haram; dan haramnya bersifat pasti (qath’i).

Mengenai keadaan darurat yang telah dijadikan alasan oleh aparat negara, jajaran humas serta muftinya—yang membolehkan transplantasi; hal tersebut membutuhkan kajian tentang keadaan darurat serta penerapannya pada masalah transplantasi organ.

Sesungguhnya Allah Swt telah membolehkan orang dalam keadaan darurat hingga kehabisan bekal dan hidupnya terancam kematian untuk makan apa saja yang dijumpainya. Meski makanan tersebut diharamkan oleh Allah, namun (dalam kondisi darurat boleh-peny) dimakan sekedar untuk memulihkan tenaganya serta agar tetap hidup. Maka illat bolehnya makan makanan haram adalah untuk menjaga (eksistensi) kehidupan manusia. Dengan mengkaji anggota tubuh yang akan ditransplantasikan, maupun maksud transplantasi maka adakalanya penyelamatan hidup manusia tergantung pada tranplantasi (tentu berdasarkan dugaan kuat) seperti jantung, hati

Page 79: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

maupun kedua ginjal. Atau ada kalanya tranplantasi anggota tubuh yang tidak berhubungan langsung dengan penyelamatan hidup. Misalnya tranplantasi kornea, atau pupil atau mata secara keseluruhan dari orang yang telah mati.

Dengan demikian maka tidak diperbolehkan melakukan tranplantasi organ dari seseorang yang telah mati; sementara dia terpelihara darahnya–baik muslim, kafir dzimmi, mu’ahid maupun musta’min—pada orang lain yang kehidupannya tergantung pada (keberhasilan) tranplantasi organ tersebut.

 

Di Kutip dari :

ETIKA KEDOKTERAN dan HUKUM KESEHATAN. 1999. Jakarta:EGC

http://id.wikipedia.org/wiki/Transplantasi_organ

Komentar

Hello   world!

Filed under: Uncategorized — 1 Komentar

29 September 2010

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!

Komentar

universitas padjadjaran

kampus

Page 81: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Aborsi dan Peran Perawat Islam dalam Mencegah Aborsio amartiwi

Bayi Tabung dalam Pandangan Islamo putri ayu

Bimbingan Sakaratul Maut Bagi Klien Muslimo wiwi karlina

Blogrollo aditya bayu kusuma o Afini Dwi Purnamasari o annisa nur afini o devitha o Documentation o Fak. Keperawatan Unpad o Plugins o Suggest Ideas o Support Forum o Themes o triayu o triayu o universitas padjadjaran o WordPress Blog o WordPress Planet

Euthanasia Killing menurut Hukum Islamo intan melawati

Metode Pengobatan Menurut Rasulullaho triayu

Peran Perawat dalam Membimbing Ibadah Bagi Pasieno annia nur afini

Program keluarga Berencana Menurut Hukum islamo anah rostianah

Sejarah keperawatan Islamo annisa labertha

silahkan komentar

Mr WordPress on Hello world!

Blog pada WordPress.com. | Tema: Motion oleh volcanic.

[ Kembali ke atas ]

Page 82: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Ikuti

Follow “transpalantasi organ menurut hukum islam”

Get every new post delivered to your Inbox.

Powered by WordPress.com

http://keperawatanreligionwinatresnawati.wordpress.com/

Enter your

Page 83: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Hukum Transplantasi Organ Menurut Islam

      Rate This

 

Islam turun ke bumi sebagai rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi semua makhluk). Hal itu tertuang dalam Al-Qur’an yang menjadi pedoman hidup umat muslim. Dikatakan pedoman hidup karena memuat segala aturan yang diperlukan manusia ketika ia menjalani kehidupan di dunia. Memang Al-Qur’an tidak menjelaskan aturan tersebut secara terperinci, namun ayat-ayatnya bersifat umum sehingga tidak hanya berlaku untuk satu bidang permasalahan saja tapi bisa hingga beberapa bidang. Untuk hal yang lebih terperinci dapat dilihat melalui As-sunnah, Ijma shahabat, dan Qiyas.

 

Page 84: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Aturan tersebut pun berlaku bagi bidang kesehatan dan kedokteran. Tak bisa sembarang cara bisa dilakukan untuk mengobati penyakit manusia sebab harus melihat pada hukum halal atau haramnya kepada 4 sumber diatas. Ketika tidak diperbolehkan dilakukan (haram), maka jika tetap dilakukan maka akan menjadi dosa. Seperti halnya metode pengobatan dengan teknik transplantasi organ, menjadi perbincangan hangat dikalangan ulama dan cendikiawan islam bidang kedokteran mengenai hukum halal dan haramnya.

 

Namun, disini saya akan mencoba membagi permasalahan hukum dalam trasplantasi organ ke dalam beberapa kasus. Kasus tersebut mengacu pada jenis transplantasi (auto-transplantasi, homo-transplantasi, dan hetero-transplantasi), status si pendonor organ jika seorang manusia (masih hidup/sudah mati), jenis organ yang ditranspantasikan dari manusia (organ vital/non-vital), organ dari hewan (hewan najis/tak najis).

 

 

1. Auto-transplantasi (transplantasi dari suatu bagian tubuh ke bagian tubuh lain dalam individu yang sama)

Misalnya, kulit wajah yang terbakar “ditambal” dengan kulit dari bagian paha atau penyumbatan dan penyempitan pembuluh darah jantung dengan mengambil pembuluh darah pada bagian kaki. Kasus ini hukumnya boleh (mubah), dengan ketentuan dapat dipastikan proses tersebut manfaatnya lebih besar daripada mudarat yang timbul. Disyaratkan juga, hal itu dilakukan karena organ tubuhnya ada yang hilang atau untuk mengembalikan ke bentuk asal dan fungsinya, atau untuk menutupi cacat yang membuat si resipien terganggu secara psikologis maupun fisiologis.

 

 

Page 85: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

2. Homo-transplantasi (transplantasi sesama manusia) dari manusia yang masih hidup yang dapat mengakibatkan kematian bila organ vitalnya diambil

Hukum kasus ini adalah haram. Seseorang yang mendonorkan organ vitalnya seperti jantung, hati atau paru-parunya beresiko tinggi akan mengakibatkan kematian pada diri si pendonor. Padahal seseorang dilarang membunuh dirinya sendiri atau meminta dengan sukarela kepada orang lain untuk membunuh dirinya.

Allah SWT berfirman :

“Dan janganlah kalian membunuh diri-diri kalian.” (QS. An Nisaa’ : 29)

Allah SWT berfirman pula :

“…dan janganlah kalian membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar.” (QS. Al An’aam : 151)

Keharaman membunuh orang yang diharamkan Allah (untuk membunuhnya) ini mencakup membunuh orang lain dan membunuh diri sendiri.

Imam Muslim meriwayatkan dari Tsabit bin Adl Dlahaak RA yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda :

“…dan siapa saja yang membunuh dirinya sendiri dengan sesuatu (alat/sarana), maka Allah akan menyiksa orang tersebut dengan alat/sarana tersebut dalam neraka Jahannam.“

 

 

3. Homo-transplantasi dari manusia yang masih hidup yang tidak mengakibatkan kematian bila organ non-vitalnya diambil

Page 86: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Syara’ membolehkan (mubah) seseorang di saat hidupnya untuk menyumbangkan organ tubuhnya kepada orang lain yang membutuhkan, seperti tangan, kulit, ginjal, kornea mata (organ yang ganda jumlahnya). Boleh dilakukan dengan syarat:

Tidak membahayakan kelangsungan hidup yang wajar bagi donatur jaringan/organ. Hal itu harus dilakukan oleh donatur dengan sukarela tanpa paksaan dan organ tersebut

tidak boleh diperjualbelikan. Boleh dilakukan bila memang benar-benar transplantasi sebagai alternatif peluang satu-

satunya bagi penyembuhan penyakit pasien dan benar-benar darurat. Boleh, bila peluang keberhasilan transplantasi tersebut sangat besar.

Hanya menyumbangkan 1 bagian saja, bukan sepasang. Akan jadi haram hukumnya jika menyumbangkan sepasang organ misalnya sepasang kornea mata. Hal tersebut menyebabkan hilangnya fungsi organ tubuh yang asasi secara total (kebutaan), meskipun tidak membahayakan keselamatan jiwanya.

 

 

4. Homo-transplantasi dari manusia yang telah mati dengan mengambil organ vitalnya

Setelah kematiannya, manusia tidak diragukan lagi telah keluar dari kepemilikan serta kekuasaannya terhadap semua hal; baik harta, tubuh, maupun istrinya. Dengan demikian, dia

Page 87: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

tidak lagi memiliki hak terhadap tubuhnya. Maka ketika dia memberikan wasiat untuk mendonorkan sebagian anggota tubuhnya, berarti dia telah mengatur sesuatu yang bukan haknya. Jadi dia tidak lagi diperbolehkan untuk mendonorkan tubuhnya. Dengan sendirinya wasiatnya dalam hal itu juga tidak sah.

Memang dibolehkan untuk memberikan sebagian hartanya, walaupun harta tersebut akan keluar dari kepemilikannya ketika hidupnya berakhir. Tetapi itu disebabkan karena syara’ memberikan izin pada manusia tentang perkara tersebut. Dan itu merupakan izin khusus pada harta, tentu tidak dapat diberlakukan terhadap yang lain. Dengan demikian manusia tidak diperbolehkan memberikan wasiat dengan mendonorkan sebagian anggota tubuhnya setelah dia mati.

Adapun bagi ahli waris; sesungguhnya syara’ mewariskan pada mereka harta yang diwariskan (oleh si mayat). Namun syara’ tidak mewariskan jasadnya kepada mereka, sehingga mereka tidak berhak untuk mendonorkan apapun dari si mayat. Jika terhadap ahli waris saja demikian, apalagi dokter atau penguasa, mereka sama sekali tidak berhak untuk mentransplantasikan organ orang setelah mati pada orang lain yang membutuhkan.

Terlebih lagi terdapat keharusan untuk menjaga kehormatan si mayat serta adanya larangan untuk menyakitinya sebagaimana larangan pada orang yang hidup. Diriwayatkan dari A’isyah Ummul Mu’minin RA bahwa Rasulullah SAW bersabda :

“Memecahkan tulang mayat itu sama dengan memecahkan tulang orang hidup.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Hibban).

Jadi, melanggar kehormatan dan menganiaya mayat sama dengan melanggar kehormatan dan menganiaya orang hidup. Perlakuan pada mayat seperti membedah perutnya, memenggal lehernya, mencongkel matanya, atau memecahkan tulangnya, sama saja tidak diperbolehkan seperti menyakiti orang hidup dengan mencaci maki, memukul, atau melukainya.

Hanya saja penganiayaan terhadap mayat tidak dikenakan denda (dlamaan) padanya sebagaimana denda pada penganiayaan orang hidup. Sebab Rasulullah SAW tidak menetapkan adanya denda sedikit pun terhadap seseorang yang telah memecahkan tulang mayat di hadapan beliau, ketika orang itu sedang menggali kubur. Rasulullah SAW hanya memerintahkan orang itu untuk memasukkan potongan-potongan tulang yang ada ke dalam tanah. Akan tetapi jelas jika melampaui batas terhadap jasad si mayat atau menyakitinya dengan cara mengambil anggota tubuhnya adalah haram; dan haramnya bersifat pasti (qath’i).

Selain dari segi hukum kehormatan mayat, transplantasi organ dari orang yang telah mati ini dapat pula dilihat dari segi hukum daruratnya.

Permasalahan transplantasi organ dapat diteliti melalui Qiyas, yaitu menyamakan kejadian terdahulu dengan kejadian sekarang dengan melihat nash (dalil) dalam Al-Qur’an. Nash yang paling mendekati adalah Allah SWT membolehkan orang dalam keadaan darurat hingga kehabisan bekal dan hidupnya dan terancam kematian untuk makan apa saja yang dijumpainya. Meski makanan tersebut diharamkan oleh Allah, namun dalam kondisi darurat boleh dimakan sekedar untuk memulihkan tenaganya serta agar tetap hidup. Hal ini mirip dengan transplantasi

Page 88: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

organ yang dilakukan untuk menyelamatkan kehidupan manusia dengan menggunakan organ mayat yang bersifat haram dipakai.

Meskipun tujuan dari transplantasi organ dengan memakan makanan haram saat darurat adalah sama, namun perlu ditinjau kembali bahwa transplantasi dari mayat dengan organ vital “yang diduga kuat dapat menyelamatkan kehidupan manusia” kadang-kadang berhasil dilakukan, kadang-kadang juga tidak. Berbeda dengan memakan makanan haram disaat darurat yang “sudah pasti” akan menyelamatkan kehidupan. Selain itu, illat transplantasi organ yang masih berupa ‘diduga kuat” ini ternyata lebih lemah dan bertentangan dengan (dalil) yang lebih kuat yaitu kehormatan jenazah serta larangan menyakiti atau merusaknya. Berdasarkan hal ini maka haram melakukan transplantasi organ.

 

 

5. Homo-transplantasi dari manusia yang telah mati dengan mengambil organ non-vitalnya

Transplantasi organ dari mayat yang kegagalannya tidak menyebabkan kematian atau penyelamatan kehidupan tidak bergantung pada transplantasi organ maka illat tidak ada. Dengan begitu hukum darurat tidak berlaku disini. Contohnya yaitu tranplantasi kornea, atau pupil atau mata. Jadi hukumnya adalah haram.

 

 

6.Homo-transplantasi dari manusia dengan organ reproduksi

Page 89: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Dalam kasus ini misalnya donor sepasang testis bagi pria atau donor indung telur bagi perempuan. Mendonorkan sepasang atau hanya satu bagian memang tidak akan menyebabkan kematian, namun keduanya dilarang oleh Allah SWT.

Donor kedua testis maupun kedua indung telur, akan mengakibatkan kemandulan; tentu hal ini bertentangan dengan perintah Islam untuk memelihara keturunan.

Donor hanya 1 bagian, akan mengakibatkan terjadinya pencampur-adukan nasab atau keturunan. Hal ini dikarenakan sel-sel kelamin yang terdapat dalam organ-organ reproduktif seperti testis merupakan substansi yang dapat menghasilkan anak, sebab kelahiran manusia berasal dari sel-sel kelamin. Testis merupakan pabrik penghasil sel sperma dan testis akan tetap menjadi tempat penyimpanan  sel sperma tersebut kendatipun  testis itu tetap pada pemiliknya atau pada orang yang menerima transplantasi.

Atas dasar itu, maka kromosom anak-anak dari penerima transplantasi testis, sebenarnya berasal dari orang penyumbang testis, sebab testis yang telah dia sumbangkan itulah yang telah menghasilkan sel-sel sperma yang akhirnya menjadi anak. Karena itu, anak-anak yang dilahirkan akan mewarisi sifat-sifat dari penyumbang testis dan tidak mewarisi sedikitpun sifat-sifat penerima sumbangan testis. Jadi pihak penyumbang testislah yang secara biologis menjadi bapak mereka.

Rasulullah saw bersabda:

“Barang siapa yang menasabkan dirinya pada selain bapaknya, atau mengurus sesuatu yang bukan urusannya maka atas orang tersebut adalah laknat Allah, Malaikat dan seluruh manusia”.

Begitu pula dinyatakan oleh beliau saw:

“Wanita manapun yang telah mamasukkan nasabnya pada suatu kaum padahal bukan bagian dari kaum tersebut maka dia terputus dari Allah, dia tidak akan masuk surga; dan laki-laki

Page 90: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

manapun yang menolak anaknya padahal dia mengetahui (bahwa anak tersebut anaknya) maka Allah menghijab Diri-Nya dari laki-laki tersebut, dan Allah akan menelanjangi (aibnya) dihadapan orang-orang yang terdahulu maupun yang kemudian”.

 

 

7. Hetero-transplantasi (transplantasi dari jaringan/organ hewan pada manusia) dari hewan tidak najis (halal)

Contoh dalam hetero-transplantasi ini adalah binatang ternak (sapi, kerbau, dan kambing). Dalam hal ini tidak ada larangan bahkan diperbolehkan dan termasuk dalam kategori obat yang diperintahkan Nabi untuk mencarinya bagi yang sakit.

 

 

8. Hetero-transplantasi dari hewab najis (haram)

Contoh dalam hetero-transplantasi ini adalah babi atau bangkai binatang dikarenakan mati tanpa disembelih secara islami terlebih dahulu. Dalam kasus ini tidak dibolehkan (haram) kecuali dalam kondisi yang benar-benar gawat darurat, dan tidak ada pilihan lain. Dalam sebuah riwayat disebutkan: “Berobatlah wahai hamba-hamba Allah, namun janganlah berobat dengan barang haram.” Dalam kaedah fiqh disebutkan “al-Dharurat Tubih al-Mahdhuraat” (darurat membolehkan pemanfaatan hal yang haram) atau kaedah “al-Dhararu Yuzaal” (Bahaya harus dihilangkan).

 

Wallahu’alam bis shawaab

 

REFERENSI :

http://azisblog.wordpress.com/2008/06/16/transplantasi-organ-dalam-pandangan-islam/

http://fosmik-unhas.tripod.com/buletin.html

http://makmum-anshory.blogspot.com/2009/05/hukum-transplantasi-organ-tubuh.html

http://xerahmat.multiply.com/journal/item/19/Ada_apa_dengan_8_Maret_Hukum_Transplantasi_Organ

Page 91: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

http://www.slideshare.net/lukmanul/presentasi-12-transplantasi-organ

http://www.lintasberita.com/go/466165

http://www.medicalzone.org/2010/index.php?option=com_content&view=article&id 424:islam-memandangtransplantasi-organ-dan-jaringan&catid=12:kedokteran-islam

 

http://keperawatanreligionkamilaazizarabiula.wordpress.com/articles/hukum-transplantasi-organ-menurut-islam/

Page 92: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Selasa, 08 November 2011

Transplantasi Organ Babi dalam perspektif Islam

A. PENGERTIAN TRANSPLANTASI

Transplantasi berasal dari bahasa Inggris “to transplant”, yang berarti “to move from one

place to another” (bergerak dari satu tempat ke tempat lain). Adapun pengertian menurut ahli ilmu

kedokteran, transplantasi itu ialah : Pemindahan jaringan atau organ dari tempat satu ke tempat lain.

Yang dimaksud jaringan di sini ialah : Kumpulan sel-sel (bagian terkecil dari individu) yang sama

mempunyai fungsi tertentu. Yang dimaksud organ ialah : Kumpulan jaringan yang mempunyai fungsi

berbeda sehingga merupakan satu kesatuan yang mempunyai fungsi tertentu, seperti jantung, hati dan

lain-lain.

Sedangkan transplantasi dalam literatur Arab kontemporer dikenal dengan istilah naql al-

a’da’ atau juga disebut dengan zar’u al-a’da’. Kalau dalam literatur Arab klasik transplantasi disebut

dengan istilah al-was (penyambungan). Adapun pengertian transplantasi secara terperinci dalam

literatur Arab klasik dan kontemporer sama halnya dengan keterangan ilmu kedokteran di atas. Sedang

transplantasi di Indonesia lebih dikenal dengan istilah pencangkokan.

Melihat dari pengertian di atas, Djamaluddin Miri membagi transplantasi itu pada dua bagian

:

1. Transplantasi jaringan seperti pencangkokan kornea mata.

2. Transplantasi organ seperti pencangkokan organ ginjal, jantung dan sebagainya.

Melihat dari hubungan genetik antara donor (pemberi jaringan atau organ yang ditransplantasikan) dari

resipien (orang yang menerima pindahan jaringan atau organ), ada tiga macam pencangkokan :

1) Auto transplantasi, yaitu transplantasi di mana donor resipiennya satu individu. Seperti seorang yang

pipinya dioperasi, untuk memulihkan bentuk, diambilkan daging dari bagian badannya yang lain dalam

badannya sendiri.

2) Homo transplantasi, yakni di mana transplantasi itu donor dan resipiennya individu yang sama jenisnya,

(jenis di sini bukan jenis kelamin, tetapi jenis manusia dengan manusia).

Page 93: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

3) Hetero transplantasi ialah yang donor dan resipiennya dua individu yang berlainan jenisnya, seperti

transplantasi yang donornya adalah hewan sedangkan resipiennya manusia.

Pada homo transplantasi ini bisa terjadi donor dan resipiennya dua individu yang masih hidup, bisa juga

terjadi antara donor yang telah meninggal dunia yang disebut cadaver donor, sedang resipien masih

hidup.

Pada auto transplantasi hampir selalu tidak pernah mendatangkan reaksi penolakan, sehingga jaringan

atau organ yang ditransplantasikan hampir selalu dapat dipertahankan oleh resipien dalam jangka waktu

yang cukup lama.

Pada homo transplantasi dikenal tiga kemungkinan :

a) Apabila resipien dan donor adalah saudara kembar yang berasal dari satu telur, maka transplantasi

hampir selalu tidak menyebabkan reaksi penolakan. Pada golongan ini hasil transplantasinya serupa

dengan hasil transplantasi pada auto transplantasi.

b) Apabila resipien dan donor adalah saudara kandung atau salah satunya adalah orang tuanya, maka

reaksi penolakan pada golongan ini lebih besar daripada golongan pertama, tetapi masih lebih kecil

daripada golongan ketiga.

c) Apabila resipien dan donor adalah dua orang yang tidak ada hubungan saudara, maka kemungkinan

besar transplantasi selalu menyebabkan reaksi penolakan.

Pada waktu sekarang homo transplantasi paling sering dikerjakan dalam klinik, terlebih-lebih dengan

menggunakan cadaver donor, karena :

Kebutuhan organ dengan mudah dapat dicukupi, karena donor tidak sulit dicari.

Dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat pesat, terutama dalam bidang immunologi, maka

reaksi penolakan dapat ditekan seminimal mungkin.

Pada hetero transplantasi hampir selalu meyebabkan timbulnya reaksi penolakan yang sangat hebat dan

sukar sekali diatasi. Maka itu, penggunaanya masih terbatas pada binatang percobaan. Tetapi pernah

diberitakan adanya percobaan mentransplantasikan kulit babi yang sudah di iyophilisasi untuk menutup

luka bakar yang sangat luas pada manusia. Sekarang hampir semua organ telah dapat

ditransplantasikan, sekalipun sebagian masih dalam taraf menggunakan binatang percobaan, kecuali

Page 94: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

otak, karena memang tehnisnya amat sulit. Namun demikian pernah diberitakan bahwa di Rusia sudah

pernah dilakukan percobaan mentransplantasikan kepala pada binatang dengan hasil baik.

B. TRANSPLANTASI ORGAN BABI

Adapun mengenai masalah pemanfaatan jaringan sel dan organ tubuh babi untuk tujuan medis

diantara para ulama’ terdapat perbedaan pendapat. Kalangan Syafi’iyah berpendapat bahwa seseorang

boleh menyambung tulangnya dengan benda najiz, jika memang tidak ada benda lain yang sama atau

lebih efektif. Jadi, organ babi baru dibolehkan jika tidak ada organ lain yang menyamainya. Menurut

kalangan Hanafiyah, berobat dengan barang haram tidak diperbolehkan, Beberapa di antara mereka

menganggap obat-obatan tidak termasuk dalam kategori kebutuhan mendesak seperti halnya makanan.

Untuk memperkuat pendapat ini, mereka mengutip hadits yang berbunyi:

“Sesungguhnya Allah tidak menyediakan obat bagi kamu dalam apa-apa yang Dia haramkan untukmu.”

Majelis Ulama Port Elizabeth berpendapat bahwa karena babi berikut seluruh bagian tubuhnya dianggap

najis berat (najasat al ghalizhah) oleh syari’at, maka haram pula mengambil manfaat apapun dari hewan

ini sekalipun untuk tujuan medis.

Di pihak lain ada yang menyamakan keterdesakan medis dengan keterdesakan dalam hal

makanan, karena keduanya sama-sama penting bagi kelangsungan hidup. Al Qur’an mengizinkan orang

islam yang terdesak oleh kelaparan untuk mengkonsumsi daging babi :

“…Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan

tidak pula melampaui batas, ,maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pemurah lagi

Maha Penyayang.” (Q.S. Al baqarah:173)

Karena itu, pemanfaatan jaringan sel atau organ tubuh babi untuk menyelamatkan nyawa

manusia hukumnya adalah boleh. Tiga kutipan berikut ini adalah sebagian di antara pandangan-

pandangan yang memperbolehkan transplantasi organ tubuh babi pada manusia:

1. Akademi Fikih Islam Liga Dunia Muslim, Mekah, Arab Saudi, berpendapat boleh mentransplantasi hewan

yang dagingnya haram dimakan pada tubuh manusia atas dasar kebutuhan yang mendesak

Page 95: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

2. Akademi Fikih Islam India juga membenarkan pengambilan organ hewan yang dagingnya haram

dimakan atau organ hewan yang halal dimakan tapi tidak disembelih secara islami untuk

ditransplantasikan pada tubuh manusia. Namun kebolehan ini dibatasi oleh dua syarat: pertama tidak

ada lagi jalan keluar yang lain, kedua, nyawa si penerima organ dalam bahaya atau organ tubuhnya

rusak dan tidak dapat di perbaiki lagi.

3. Dr.Fayshal Ibrahim Zhahir berpandangan bahwa boleh mentransplantasikan organ tersebut pada tubuh

manusia berdasarkan prinsip fikih tentang keterdesakan yang membuat hal-hal terlarang menjadi boleh.

Dengan demikian, kebolehan dalam kasus ini bersifat kondisional, yakni boleh dilakukan hanya apabila

tidak ada organ tubuh hewan yang halal.

Penutup

1. Pengetian Transplantasi

Pemindahan jaringan atau organ dari tempat satu ke tempat lain. Yang dimaksud jaringan di sini

ialah : Kumpulan sel-sel (bagian terkecil dari individu) yang sama mempunyai fungsi tertentu.

2. Hukum Transplantasi

Hukum Mendonorkan organ tubuh dari manusia yang masih hidup

Pendapat pertama, Hukumnya tidak Boleh (Haram).

“dan jangan lah kamu membunuh dirimu sendiri,sesungguhnya Allah maha penyayang kepadamu “

( Q.S.An-Nisa’:4:29)

“ Menghindari kerusakan didahulukan dari menarik kemaslahatan”

Pendapat kedua, Hukumnya Boleh atau mubah

“Darurat akan membolehkan yang diharamkan”

“ Dan saling tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa dan janganlah kamu saling tolong

monolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan”

Page 96: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ

Hukum Transplantasi Dengan Hewan Najis, Kalangan Syafi’iyah berpendapat, bahwa seorang

boleh melakukan tranplantasi dengan benda najis, jika memang tidak ada benda lain yang sama atau

efektif. Namun, menurut kalangan Hanafiyah, berpendapat berobat dengan barang haram, tidak

dibolehkan.

“Sesungguhnya Allah tidak menjadikan obat bagi kalian di dalam sesuatu yang haram”

Diposkan oleh ANA HIDAYATI

http://ana-hidayati.blogspot.com/2011/11/transplantasi-organ-babi-dalam.html

Page 97: Hajar Aswad, Haji Dan Umrah, Transplantasi Organ