ki hajar dewantara versi buku ilmu pendidikan (8).pptx

16
KI HAJAR DEWANTARA DI SUSUN OLEH: Wahyu Marliyani (13312241005) Annasta sya T ri Anindia (1331224 1008) Endah Setiyo Rini (13312241010) Ani Nurhidayah (13312241014)

Upload: wahyu-marliyani

Post on 13-Oct-2015

146 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

BIOGRAFI KI HAJAR DEWANTARA

KI HAJAR DEWANTARADI SUSUN OLEH:Wahyu Marliyani(13312241005)Annastasya Tri Anindia(13312241008)Endah Setiyo Rini(13312241010)Ani Nurhidayah(13312241014)

PELETAK DASAR PENDIDIKAN NASIONAL.M. Soewardi Soerjaningrat dilahirkan di Yogyakarta pada hari kamis legi tanggal 2 Mei 1889 sebagai putera ke-4 dari pangeran suryaningrat, putra tertua dari Sri Paku Alam III. Masa kanak-kanak dan remajanya dipengaruhi oleh sastera jawa, agama islam dan ajaran-ajaran hindu purba. Pahlawan yang dikagumi dari epik mahabarata adalah yudistira (lambing perdamaian dan cinta) dan sri kresna (inkarnasi wisnu yang penuh dengan kebijaksanaan).R.M. soewardi Soerjaningrat sejak kecil wataknya independen, non-konformis dan merakyat. Beliau senang bermain dengan anak-anak orang awam, dan sering tidur bersama mereka dimasjid. Beliaupun tidak menyenangi adat taristrokratis dhodhok sembah (jalan berjongkok dan menyembah), dan dengan sengaja melanggar monopoli kraton sultan, bahwa kain batik parang-rusak itu dilarang dipakai oleh orang awam.Jiwa soewardi soerjaningrat sangat peka terhadap keadaan sekitar lingkungannya, terutama mengenai kehidupan kerabat istana. Keadaan ekonomi yang sangat menyolok, keterbatasan hak yang ada pada rakyat dan berbagai ketimpangan sosial lainnya, menimbulkan sikap protes dalam hati Soewardi, dan kemudian terpupuk menjadi dasar sifatnya yang kerakyatan dan revolusioner. Dalam perkembangan kepribadiannya selanjutnya, dikarenakan pengaruh lingkungan dan pendidikannya, soewardi menjadi seseorang yang berjiwa nasional, yang selalu tergelitik hatinya untuk mengadakan perubahan dalam peri kehidupan bangsanya.Soewardi soerjaningrat yang berjiwa progresif dan agresif bersama-sama dengan Dr. Mangoenkoesoemo dan Dr. Douwes Dekker, yang terkenal dengan tiga serangkai, pada tahun 1912 mendirikan indische partij (IP) dengan semboyan rawe-rawe rantas, malang-malang putung, beraksi untuk Indonesia merdeka dan berdaulat. Pertumbuhan jiwa soewardi menjadi semakin jelas ketangkasannya di dalam menyerang fihak Belanda Kolonial.Aktivitas politiknya dalam Budi Utomo, Sarekat Islam, dan Indische Partij memuncak dalam kritik yang berwujud buku siaran Als ik eens Nederlander was (seandainya aku seorang Belanda), yang merupakan reaksi terhadap rencana Gubernemen Belanda yang akan mengadakan peringatan besar-besaran 100 tahun kemerdekaan negeri belanda di tanah jajahan Indonesia pada tanggal 15 nopember 1913, sesudah dijajah Perancis di bawah Napoleon.Di dalam tulisannya Soewardi Soejaningrat member tamparan yang hebat kepada singkara murka penjajah. Tetapi caranya tidak kasar; tidak dengan maki-maki, senantiasa tetap sebagai ksatria, memberi kata-kata yang tepat ,jitu,indah susunannya, ada humornya, ada sinisnya, tercampur ejekan yang pedas, yang dilemparkan kepada si penjajah, tetapi selanjutnya juga memberi pandangan-pandangan, dapat direnungkan untuk fihak belanda, dan juga fihak kita. Kesemuannya itu menuju kepengasingannya melalui Dekrit Gubernur Jenderal Belanda tertanggal 18 Agustus 1913. Soewardi diasingkan ke Bangka, Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo ke Banda Neira, dan Dr. Dauwes Dekker alias Dr. Dani Dirdjo Setiabudhi ke Timur Kupang, namun akhirnya ketiganya diperkenankan untuk pergi ke negeri Belanda (1913-1919).LAHIRNYA TAMAN SISWADalam seluruh perjuangan dan kehidupannya, tokoh Ki Hadjar Dewantara sebagai pendiri Perguruan Tamansiswa tidak mungkin dipisahkan dari Tamansiswanya. Seolah-olah jiwa dan perjuangan Ki Hadjar sudah menyatu dengan Tamansiswa ( Ki Suratman, 1985). Tamansiswa lahir ditandai dengan candrasengkala lawang sastra ngesti mulyo yang mengandung makna dengan ilmu pengetahuan (kebudayaan) mengusahakan keilmuan, yang mencatat tahun saka 1852 yang bertepatan dengan tahun Masehi 1922 ( tanggal 3 juli 1922) dengan nama slinya national pnderwijs instituut Taman Siawo. Pendirinya adalah Suwardi suryaningrat dan kawan-kawan, sebagai hasil musyawarah sebuah kelompok saresehan soso-kliwonan, yang memperhatikan situasi dan nasib bangsa Indonesia yang terjajah.Secara khusus, Ki Hadjar Dewantara mendefinisikan Tamansiswa sebagai Badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat, yang menggunakan pendidikan dalam arti luas sebagai sarannya. Dengan demikian wajarlah kiranya bahwa perjuangan Tamansiswa, juga tidak mungkin lepas dari permasalahan kebudayaan tersebut.PEMBERIAN GELAR DOCTOR HONORIS CAUSARektor Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. M. Sardjito, selaku promoter dalam pemberian gelar Doctor honoris Causa dalam ilmu kebudayaan kepada Ki Hadjar Dewantara, pada tanggal 19 Desember 1956 di Sitihinggil Yogyakarta, menyatakan Ki Hadjar Dewantara dipandang sebagai perintis kemerdekaan nasional. Dan dalam diri Ki Hadjar Dewantara, Senat Universitas Gadjah Mada menganggap menemukan perintis hidup kebudayaan dalam arti luas isinya dan luas lingkungannya, terutama hidup kebudayaan indonesia dan juga hidup kebudayaan umumnya.PELETAK DASAR PENDIDIKAN NASIONALPresiden Soekarno dalam sambutannya (Jakarta 20 januari 1926), dalam buku Karya Ki Hadjar Dewantara: bagian pertama Pendidikan, menegaskan Kita Kenal Ki Hadjar Dewantara sebagai Tokoh Nasional, Tokoh Kemerdekaan dan Tokoh Pendidikan Nasional, yang dengan keuletan dan ketabahan hati berjoang terus,sepi ing pamrih rame ing gawe.karangan-karangan beliau adalah sangat luas dan mendalam, yang tidak saja membangkitkan semangat perjoangan nasional sewaktu jaman penjajahan, tetapi juga meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional yang progresif untuk generasi sekarang dan genierasi yang akan datang.Menteri pendidikan, pengetahuan dan kebudayaan, menteri pendidikan dasar dan kebudayaan, prijono, dalam kata sambutannya (Jakarta, 1 juli 1961) dalam buku karya Ki Hadjar Dewantara : bagian pertama pendidikan, menegaskan Ki Hadjar Dewantara adalah seorang patriot paripurna yang perkataan-perkataannya, sikap hidupnya, tindak-tanduknya, kesetiaan terhadap nusa dan bangsanya tidak pernah bertentangan satu sama lain.Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan umumnya berarti daya-upaya untuk memajukan perkembangan budipekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect), dan jasmani anak anak. Maksudnya ialah supaya kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak, selaras dengan alamnya dan masyarakatnya. Karena itulah pasal-pasal di bawah ini harus kita pentingkan :Segala syarat, usaha dan cara pendidikan harus sesuai dengan kodratnya keadaan (natuurlijkheid, realiteit)Kodratnya keadaan tadi ada tersimpan dalam adat-istiadat masing-masing rakyat, yang karenanya bergolong-golong merupakan kesatuan dengan sifat perikehidupan sendiri-sendiri, sifat-sifat mana terjadi dari campurannya semua daya-upaya untuk mendapat hidup tertib-damai.Adat-istiadat, sebagai sifat daya-upaya akan tertib-damai itu, tiada terluput dari pengaruh jamandan alam ; karena itu tidak tetap , tetapi senantiasa berubah, bentuk isi dan iramanya.Akan mengetahui garis hidup yang tetap dari suatu bangsa, perlulah kita mengetahui jaman yang telah lalu, mengetahui menjelmanya jaman itu ke dalam jaman sekarang, mengetahui jaman yang berlaku ini, lalu dapat insyaflah kita akan jaman yang akan datang.5. Pengaruh yang baru adalah terjadi dari bergaulnya bangsa yang satu dengan yang lain, pergaulan mana pada sekarang mudah sekali, terbawa dari adanya perhubungan modern. Haruslah kita awas, akan dapat memilih mana yang baik untuk menambah kemuliaan hidup kita, mana yang akan merugikan pada kita, dengan selalu mengingat bahwa semua kemajuan ilmu dan pengetahuan dan segala perikehidupan itu adalah kemurahan Tuhan untuk segenap umat manusia di seluruh dunia, meskipun hidupnya masing-masing menurut garis sendiri yang tetap.Ki Hadjar Dewantara menyatakan pula, bahwa pendidikan nasional ialah pendidikan yang berdasarkan garis-hidup bangsanya (cultureel-nationaal) dan ditunjukan untuk keperluan perikehidupan (maatschappelijk) yang dapat mengangkat derajat negeri dan rakyatnya, sehingga bersamaan kedudukan dan pantas bekerjasama dengan lain-lain bangsa untuk kemuliaan segenap manusia di seluruh dunia.1. Pendidikan budipekerti harus mempergunakan syarat-syarat yang selaras dengan jiwa kebangsaan menuju kesucian, ketertiban dan kedamaian lahir batin, tidak saja syarat-syarat yang sudah ada dan ternyata baik, melainkan juga syarat-syarat jaman baru yang berfaedah dan sesuai dengan maksud dan tujuan kita.2. Teristimewa haruslah kita memperhatikan pangkal kehidupan kita yang terus hidup dalam kesenian, peradaban, syarat-syarat agama atau terdapat dalam dalam kitab-kitab cerita (dongeng, mythen, legenden, babad dan lain-lain). Semua itu adalah arsip nasional, dalam mana tersimpan beberapa kekayaan batin dari bangsa kita (geestelijke warden). Dengan mengetahui segala hal itu niscayalah langkah kita untuk menuju pada jaman baru akan berhasil tetap dan kekal, karena jaman baru kita jodohkan sebagai mempelai dengan jaman yang lalu.3. Berhubungan dengan apa yang tersebut di atas perlulah anak-anak kita dekatkan hidupnya dengan perikehidupan rakyat, agar mereka tidak hanya memiliki pengetahuan saja tentang hidup rakyatnya, akan tetapi juga dapat mengalaminya sendiri, dan kemudian tidak hidup berpisahan dengan rakyatnya.4. Karena itu seyogyalah kita mengutamakan cara pondok system, berdasarkan hidup kekeluargaan, untuk mempersatukan pengajaran-pengetahuan dengan pengajaran budipekerti, system mana dalam sejarah kebudayaan bangsa kita bukan barang asing. Dahulu bernama asrama, kemudian dijaman islam menjelma jadi pondok-pesantren.5. Pengajaran (onderwijs) ialah suatu bagian dari pendidikan. Pengajaran itu tidak lain ialah pendidikan dengan memberi ilmu atau pengetahuan, serta juga memberi kecakapan kepada anak-anak, yang kedua-duanya dapat berfaedah buat hidup anak-anak, baik lahir maupun batin. Pengajaran pengetahuan adalah sebagian dari pendidikan, yang pertama dipergunakan untuk mendidikan pikiran; dan ini perlu sekali, tidak saja untuk memajukan kecerdasan batin, namun pula untuk melancarkan hidup pada umumnya. Seyogyanya pendidikan pikiran ini dibangun setinggi-tingginya, sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya, agar anak-anak kelak dapat membangun perikehidupan lahir dan batin dengan sebaik-baiknya.6. Pendidikan (opvoeding) pada umumnya, yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Adapun maksudnya pendidikan yaitu : menuntun segala kekuatan kodrat yang pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.7. Pertama kali haruslah kita ingat, bahwa pendidikan itu hanya suatu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak itu terletak di luar kecakapan atau kehendak kita kaum pendidik. Anak-anak itu sebagai makhluk, sbagai manusia, sebagai benda hidup, teranglah hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri.8. Perlu menguasai diri dalam pendidikan budipekerti. Yang dinamakan budipekerti atau watak atau karakter yaitu bulatnya jiwa manusia. Budipekerti, watak atau karakter, itulah bersatunya gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan, yang lalu menimbulkan tenaga. Ketahuilah bahwa budi itu berarti fikiran-perasaan-kemauan dan pekertiitu artinya tenaga. Jadi budipekerti itu sifatnya jiwa manusia, mulai angan-angan hingga terjelma sebagai tenaga. Dengan adanya budi-pekerti itu tiap-tiap manusia berdiri sebagai manusia merdeka (berpribadi), yang dapat memerintah atau menguasai diri sendiri (mandiri, zelfbeheersching). Inilah manusia yang beradab dan itulah maksud dan tujuan pendidikan dalam garis besarnya.9. Dalam pendidikan harus senantiasa diingat, bahwa kemerdekaan itu sifatnya tiga macam : berdiri sendiri, tidak tergantung kepada orang lain dan dapat mengatur dirinya sendiri. Beratlah kemerdeka-an itu! Bukan hanya tidak terperintah saja, akan tetapi harus juga dapat menegakkan dirinya dan mengatur perikehidupannya dengan tertib. Dalam hal ini termasuklah juga mengatur tertibnya perhubungan dengan kemerdekan orang lain.10. Pendidikan adalah usaha pembangunan, kata orang. Ini benar, tetapi menurut pikiran saya kurang lengkap. Pendidikan yang dilakukan dengan keinsyafan, ditunjukan kearah keselamatan dan kebahagiaan manusia, tidak hanya bersifat laku pembangunan, tetapi sering merupakan perjuangan pula. Pendidikan berarti memelihara hidup-tumbuh kea rah kemajuan, tidak boleh melanjutkan keadaan kemarin menurut alam kemarin. Pendidikan adalah usaha kebudayaan, berazas keadaban, yakni memajukan hidup agar mempertinggi derajat kemanusiaan.11. Di dalam hidupnya anak-anak adalah tiga tempat-pergaulan yang menjadi pusat pendidikan (tri pusat pendidikan) yang amat penting baginya, yaitu : alam-keluarga, alam-perguruan dan alam pergerakan pemuda (masyarakat).12. Tri nga (ngerti, ngrasa, nglakoni atau mengerti, merasa, melakukan).13. Tri pantangan (jangan menyalahkan wewenang atau kekuasaan, jangan melakukan manipulasi di bidang keuangan, jangan melanggar kesusilaan).

14. amongsysteem (system among) yaitu : menyokong kodrat alamnya anak-anak yang kita didik, agar dapat mengembangkanhidup lahir dan batin menurut kodratnya sendiri-sendiri. Kata among berasal dari bahasa jawa mempunyai arti seseorang yang tugasnya ngemong atau momong yang jiwanya penuh pengabdian. System among ini merupakan sebuah system yang berjiwa kekeluargaan dan bersendikan dua dasar :Kemerdekaan, sebagai syarat untuk menghidupkan dan menggerakkan kekuatan lahir dan batin anak, sehingga dapat hidup mereka (berdiri sendiri).Kodrat alam, sebagai syarat untuk mencapai kemajuan dengan secepat-cepatnya dan sebaik-baiknya.Ki Hadjar Dewantara menjadikan Tutwuri Handayani sebagai semboyannya Sistem among. Tutwuri handayani, tidak lain berarti pengakuan terhadap otonomi individu untuk berkembang, namun tidak terlepas dari dialog atau interaksi dari manusia lain termasuk pendidikan.Semboyan Tutwuri Handayani yang dikumandangakan oleh Ki Hadjar Dewantara mendapat tanggapan yang positif dari RMP. Sosrokartono (kakak RA. Kartini), seorang filsuf dan ahli bahasa, dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu ing madya mangun karsa (di tengah membangkitkan kehendak, memberikan motivasi) dan ing ngarsa sung tuladha (di depan memberi contoh).15. Azas Tri-kon yang dikemukakan Ki Hadjar, yaitu:Kontinuitet, yang berarti bahwa garis-hidup kita di janman sekarang harus harus merupakan lanjutan, terusan dari hidup kita di jaman yang silam, jangan ulangan, ataupun tiruan hidup bangsa lain;konvergensi, dalam arti keharusan untuk menghindari hidup menyendiri (isolasi) dan untuk menuju kearah pertemuan dengan hidupnya bangsa-bangsa lain sedunia:konsentrisitet , yang berarti bahwa sesudah kita bersatu dengan bangsa-bangsa lain sedunia, janganlah kita kehilangan kepribadian kita sendiri; sungguhpun sudah bertitik pusat. Namun di dalam lingkaran- lingkaran yang konsentrasi itu, kita tetap masih mempunyai sirkel sendiri.TERIMAKASIH :)