hadits cinta sesama m uslim
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Al-hadits merupakan pedoman kedua setelah al-Quran. Rasulullah saw. telah
berwasiat bahwa beliau telah meninggalkan dua hal, yang apabila keduanya dijadikan
pedoman hidup, maka manusia tidak akan tersesat. Dua hal itu adalah al-Quran dan
al-Hadits.
Hadits Rasulullah saw. itu ada yang berupa perkataan, perbuatan dan
ketetapan. Al-Quran dan al-hadits merupakan dua hal penitng dalam kehidupan
manusia sebagai pedoman dan tuntunan hidup manusia di dunia, guna mencapai
keselamatan dan akhirat.
Keimanan seseorang bisa kita lihat dalam realisasi kehidupan sehari-harinya.
Itu bisa kita lihat dari bagaimana dia mencintai sesamanya (muslim), baik dalam
bagaimana cara dia bertutur kata, dan dalam menghadapi tamunya. Allah sangat
membenci orang yang tidak melakukan hal-hal tersebut, karena orang itu tidak
menyadari bahwa Allah menciptakan semua makhluk itu sebagai makhluk sosial
(makhluk yang membutuhkan orang lain). Dan sebaliknya, Allah akan mencitai orang
yang bisa melakukan hal-hal yang telah diperintahkan oleh-Nya, berarti keimanan
terhadap Allah bisa ia realisasikan dalam kehidupan sehari-harinya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Cinta Sesama Muslim Sebagian dari Iman
عن أبي هريرة رضي ا عن النبي صلى ا عليه وسلم إن رجل زار أخا له
فى قرية أخرى، فأرصد ا له على هدرجته ملكا، فلما أتى عليه قال: أين
تريد؟ قال أريد أخا لي فى هـذه القرية. قال: هل لك عليه من نعمة ترتبها؟
قال: ل، غير أني أحببته فى ا عز وجل. قال فإني رسول ا إليك، بأن ا
قد أحبك كما أحببته فيهArtinya:
"Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Nabi saw. bersabda, "Ada seseorang
mengunjungi saudaranya di desa lain, lalu Allah mengutus seorang malaikat
untuk menemui orang itu. Ketika orang tersebut sampa di desa yang dituju,
malaikat bertanya, 'Mau ke mana kamu?' Orang itu menjawab, 'Aku mau
menjenguk saudaraku di desa ini.' Tanya malaikat selanjutnya, 'Apakah dengan
mengunjunginya kau memperoleh banyak keuntungan?' Orang itu menjawab,
'Tidak, aku hanya mencintainya karean Allah 'Azza wa Jalla.' Malaikat itu
mengatakan, 'Sesungguhnya aku adalah utusan Allah untuk memberitahukan
kami bahwa Allah menyenangimu sebagaimana kamu menyenangi saudaramu
karena Allah."
Hadits di atas menjelaskan bahwa betapa pentingnya sebagai seorang
muslim haruslah saling tolong-menolong, saling mencintai sebagai sesama
muslim atas dasar iman kepada Allah, tanpa harus ada perintah dari orang lain.
Allah swt. menciptakan makhluk di dunia ini tidak hanya sebagai makhluk
individu, tapi makhluk di dunia hidup bersosial. Sebagai seorang mukmin kita
bagaikan sebuah bangunan antara satu dengan yang lain, sebagaimana dijelaskan
dalam hadits berikut:
2
عن أبي موسى رضي ا عنه قال: قال رسول ا صلى ا عليه وسلم
})٤٨١المؤمن للمؤمن كالبنيان يشد بعضه بعضا. (أخرجه البخارى {Artinya:
"Diriwayatkan dari Abi Musa ra. di berkata, "Rasulullah saw. pernah bersabda,
'Orang mukmin yang satu dengan yang lain bagai satu bangunan yang bagian-
bagiannya saling mengokohkan." (HR. Bukhari [481])
Selain diumpamakan terhadap sebuah bangunan, sesama orang mukmin
itu juga bagaikan salah satu tubuh dalam hal saling mengasihi dan menyayangi,
sebagaimana hadits yang telah diriwayatkan oleh al-Bukhari yang berada pada
nomor hadits 6011.
عن النعمان بن بشر رضي ا عنهما قال: قال رسول ا صلى ا عليه
وسلم مثل المؤمن فى توادهم وتراحمهم وتعاطفهم مثل الجسد إذا شتكى
})٦٠١١منه عضو تداعى له سائر الجسد بالسهر والحمى. (أخرجه البخارى {Artinya:
"Diriwayatkan dari Nu'man bin Bisyr r.a., dia berkata, 'Rasulullah saw. telah
bersabda, 'Orang-orang mukmin dalam hal saling menyayangi bagaikan satu
tubuh. Apabila ada sebagian tubuh yang sakit, maka seluruh tubuh tidak bisa
tidur dan turut merasakan sakitnya." (HR. Bukhari [6011])
Dari beberapa hadits di atas menjelaskan bahwa kecintaan, kasih sayang,
dan sikap saling tolong-menolong sesama muslim merupakan sebuah realisasi
keimanan seorang hamba terhadap Tuhan-Nya.
B. Ciri Seorang Muslim Tidak Mengganggu Orang lain
عن أبي هريرة رضي ا عنه، قال: قال رسول ا صلى ا عليه وسلم
لتحاسدوا ول تجسسوا ولتباغضوا ول تدابروا ول يبع بعضكم على بيع بعض
وكونوا عباد ا إخوانا. المسلم أخو المسلم ليظلمه ول يخذله ول يحقره،
التقوى هاهنا، (ويشير إلى صدره ثلث مرات) بحسب امرء من الشر أن يحقر
3
أخاه المسلم، كل المسلم على المسلم حرام: دمه وماله وعرضه. (أخرجه
})٥١٤٣البخارى {Artinya:
"Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra., dia berkata, 'Rasulullah saw. telah
bersabda, "Janganlah kalian saling mendengki, saling memfitnah, saling
membenci, dan saling membelakangi. Jangalah seorang muslim berjual beli
sesuatu yang masih dalam penawaran seorang muslim lain dan jadikan kalian
hamba-hamba Allah yang saling bersaudara, tidak boleh saling menyakiti,
merendahkan, dan menghina. Takwa itu ada di sini (Rasulullah menunjuk
dadanya) (beliau mengucapkannya tiga kali). Sudah cukup kejelekan seorang
yang menghina seudaranya sesama muslim. Muslim yang satu dengan yang lain
haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya." (HR. Bukhari [5143])
Hadits ini menjelaskan adanya larangan mengganggu sesama muslim
dengan cara memfitnah, memusuhinya atau bahkan mendengkinya, karena sikap
seperti ini sangat mengganggu kehidupan muslim tersebut. Justru seharusnya
sebagai seorang muslim yang menyayangi sesama muslim itu bisa menjaga aib
orang lain, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh
Abu Hurairah, sebagai berikut:
عن أبي هريرة رضي ا عنه عن النبي صلى ا عليه وسلم أنه قال: ليستر
ا على عبد فى الدنيا إل ستره ا يوم القيامةArtinya:
"Diriwayatakan dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda, 'Allah
tidak akan menutupi aib seorang hamba di dunia melainkan Allah akan menutupi
aib orang itu pada hari kiamat."
Hadits di atas jelas sekali bahwa Allah akan menolong hamba-Nya yang
menolong sesamanya, dan begitu pula jika seorang muslim bisa menutupi aib
sesama saudaranya maka pada hari Kiamat Allah akan menutupi aib orang
tersebut. Sebaliknya, jika seorang hamba selama hidupnya suka membuka aib
4
orang lain, maka Allah akan membalas semua perbuatan hamba-Nya, yakni
membuka semua aib selama ia hidup di dunia, di hadapan semua makhluk, pada
hari Kiamat.
C. Ralisasi Iman dalam Menghadapi Tamu, Bertetangga dan Bertutur Kata
عن أبي شريح الخزاعى رضي ا عنه أن النبي صلى ا عليه وسلم من
كان يؤمن بالله واليوم الخر فليحسن إلى جاره ومن كان يؤمن بالله واليوم
الخر فليكرم ضيفه ومن كان يؤمن بالله واليوم الخر فليقل خيرا أو ليسكن.
})٦٠١٩(أخرجه البخارى {Artinya:
"Diriwayatkan dari Abu Syuraih al-Khuza'i ra., bahwasanya Nabi saw. pernah
bersabda, "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia
berbuat baik terhadap tetangganya; Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari
akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya; dan barangsiapa beriman
kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berbicara yang baik atau
hendaklah ia diam." (HR. Bukhari [6019])
Demikianlah sebagian dari realisasi iman, yakni berusaha untuk
menghormati tamu, tetangga, dan dalam bertutur kata sehari-hari. Sebagaimana
telah dijelaskan pada hadits terdahulu bahwa kita ini merupakan makhluk sosial
yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain, tapi ada orang yang pertama
menolong kita sebelum keluarga kita, yang jauh dari kita, yaitu tetangga, mereka
pertama dimintai bantuan jika kita mendapatkan kesulitan. Demikian juga, jika
ada yang bertamu ke rumah kita maka perlakukanlah dia dengan sebaik mungkin,
tapi yang pertama kita harus tunjukan yaitu sikap baik kita terutama dalam
bertutur kata, karena sebagaimana dijelaskan dalam sebuah keterangan,
"selamatnya seorang insan dalam terletak pada lidahnya", mesikpun kita tidak
memiliki sesuatu untuk bisa dihidangkan maka berikanlah atau perlihatkanlah
muka yang manis dan tutur kata yang baik
5
Sebagaimana dijelaskan kembali dalam sebuah hadits yang diriwayatkan
oleh Imam Bukhari dalam kitab Sahih al-Bukhari nomor 6124.
عن عقبة بن عامر رضي ا عنه أنه قال: قلنا، يارسول ا إنك تبعثنا فتنزل
بقوم فل يقروننا فما ترى؟ فقال لنا رسول ا صلى ا عليه وسلم، إن
نزلتم بقوم فأمروا لكم بما ينبغي للضيف فاقبلوا فإن لم يفعلوا؛ فخذوا منهم
حق ضيف الذي ينبغي لهم. (أخرجه البخارى)Artinya:
"Diriwayatkan dari Uqbah bin Amir ra. ia berkara, kami bertanya, 'Ya
Rasulullah, anda mengutus kami, lalu kamu mendatangi suatu kaum, namun
mereka tidak menjamu kami, bagaimana menurut anda?' Maka Rasulullah saw.
bersabda kepada kami, 'Jika kalian mendatangi suatu kaum, lalu mereka
menyiapkan untuk kalian sesuatu yang layak untuk kamu, maka terimalah. Jika
tidak, maka dapatkanlah dari mereka hak yang layak untuk tamu/"
Jika menjamu tamu janganlah sampai menyulitkan diri kita sebagai tuan
rumah, berikanlah yang sesuai dengan kemampuan atau berikanlah hak yang
layak untuk tamu. Dengan demikian, tamu tersebut akan faham dengan keadaan
kita. Tetapi, ada kewajiban kita sebagai seorang tamu yang harus kita perhatikan,
sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits.
عن أبي شريح الخزاعى رضي ا عنه قال: قال رسول ا صلى ا عليه
وسلم قال: الضيافة ثلثة أيام، وجائزته يوم وليلة، ول يحل لرجل أن يقيم
عند أخيه حتى يؤثمه قالو: يارسول ا، وكيف يؤثمه؟ قال: يقيم عنده
})٦١٣٥ولشيء له يقريه. (أخرجه البخارى {
Artinya:
"Diriwayatkan dari Abu Syuraih al-Khuza'i ra. Rasulullah saw. pernah bersabda,
'Durasi bertamu adalah tiga hari, dan jamuannya adalah sehari semalam.
Seseorang tidak boleh berada di rumah orang lain sampai membuatnya berdosa.'
6
Para sahabat betanya, 'Ya Rasulullah saw. bagaimana tamu yang membuat tuan
rumah berdosa?' Beliau menajwab, 'yaitu tamu yang tinggal di rumah tuan
rumah sedangkan tuan rumah tidak mempunyai sesuatu untuk menjamunya."
(HR. Bukhari)
Sebagai seorang tamu kita harus mengetahui kapan kita harus bertamu,
jangan sampai kedatangan kita mengganggu tuan rumah, dan kita harus tahu
bagaimana keadaan di dalam rumah tersebut, jangan sampai kita bertamu lebih
dari tiga hari, karena itu bukannya mendatangkan rahmat bagi tuan rumah, justeru
akan mendatangkan dosa bagi kita selaku seorang tamu. Karena itu akan
mengganggu tuan rumah. Maka perhatikanlah waktu untuk bertamu, meskipun
berniat baik, tapi jika itu mendatangkan madlarat bagi tuan rumah, janganlah kita
lakukan, tapi cari waktu yang tepat untuk bisa bertamu.
D. Larangan Mencaci
Orang yang mampu menjaga lisannya dari kata-kata yang buruk, baik
pada dirinya sendiri, pada sesamanya maupun terhadap makhluk Allah yang
lainnya, itu merupakan perbuatan yang sangat mulia dan terpuji. Tapi, jika
seseorang itu tidak mampu menjaga lisannya dari mencaci atau menghina orang,
berarti orang tersebut apalagi seorang muslim tidak merealisasikan keimanannya
terhadap lisannya sehingga apa yang keluar dari lisannya hanya cacian dan hinaan
terhadap orang lain.
Allah memberikan panca indra kepada kita yang salah satunya adalah
lisan, maka hiasilah nikmat yang Allah swt. berikan kepada kita (lisan) dengan
kata-kata yang baik dan sopan sehingga lisan kita terbiasa menuturkan kata-kata
yang baik, karena keselamatan seorang muslim itu terletak pada lidahnya, karena
lisan itu bagaikan sebilah pedang yang apabila pedang itu melukai sedikit saja
bagian tubuh kita maka orang yang terkena pedang tersebut akan merasakan
kesakitan, begitu juga dengan lisan, sedikit saja kita berbicara yang kurang enak
7
pada orang lain sehingga orang tersebut merasa sakit hati, maka itu akan sulit
untuk diobati, sebagaimana sabda Rasulullah saw.
عن أبي هريرة رضي ا عنه، أن رسول ا صلى ا عليه وسلم قال:
المستبان ماقال، فعلى البادى مالم يعتد المظلومArtinya:
"Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra., sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda,
'Dua orang yang saling mencaci, cacian yang mereka ucapkan itu dosanya
dipikul oleh orang yang memulai cacian selama orang yang didzalimi tersebut
tidak melampaui batas."
Hadits tersebut menjelaskan bahwa seorang muslim mencaci sesamanya,
berarti orang tersebut belum bisa menjaga lisannya, dan orang yang pertama
mengeluarkan atau mengucapkan cacian berarti ia akan memikul dosanya.
Sebagai seorang muslim janganlah saling mencaci. Ingatlah! Kita semua itu sama-
sama makhluk Allah swt, sama-sama diciptakan dari tanah, setiap makhluk
memiliki kelebihan dan kekurangan. Jangan jadikan kekurangan orang lain
menjadi celah pengobar permusuhan dan perselisihan di antara sesama muslim.
8
BAB III
PENUTUP
Keimanan seseorang bisa direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari, seperti
kecintaannya terhadap sesamanya, baik itu pada diri, orang lain, dan lingkungan
sekitar. Realisasi keimanan seseorang itu bisa melalui bagaimana ia bertutur kata,
menghormati tamu, dan lain-lain.
Keimanan seseorang itu sulit kita ukur, hanya saja kita bisa menilai dalam
kehidupan sehari-harinya, tapi hal seperti ini tidak mutlak sebagai realisasi dari
keimanan seseorang. Tapi, Allah swt. Maha Tahu atas apa-apa yang kita kerjakan
selama kita hidup di dunia.
9
DAFTAR PUSTAKA
Al-Mundziri, Imam. 2003. Ringkasan Shahih Muslim. Jakarta: Pustaka Amani.
Mudjab Mahali, Ahmad. 2004. Hadits-hadits Muttafaq Alaih. Jakarta: Kencana.
Rifa'i, Ahmad. 2001. Hadits I. Bandung: Pustaka Setia.
10
KATA PENGANTAR
بسم ا الرحمن الرحيم
Puji dan syukur penyusun panjatkan ke Khadirat Allah swt., karena atas
nikmat-Nya, penyusunan makalah ini bisa dapat diselesaikan, meskipun masih
banyak kekurangannya. Shalawat dan salam semoga terlimpahcurahkan ke junjunan
alam, yakni Nabi Muhammad saw, kepada keluarganya, sahabatnya sampai kepada
kita selaku umatnya.
Penyusun bersyukur karena tugas makalah ini bisa dapat diselesaikan.
Makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah "Hadits" yang berada pada
lembaga pendidikan IAIC. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen
pemimbing yang telah membantu dalam memberikan pengarahan, juga kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Disadari bahwa banyak sekali kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
maka penyusun memohon kritik dan saran yang sifatnya membangun guna perbaikan
di masa yang akan datang. Besar harapan penyusun semoga makalah ini bisa
bermanfaat.
Cipasung, Maret 2007
Penyusun
11
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................... 2
A. Cinta Sesama Muslim Sebagian dari Iman........................................ 2
B. Ciri Seorang Muslim Tidak Mengganggu Orang lain....................... 3
C. Ralisasi Iman dalam Menghadapi Tamu, Bertetangga dan Bertutur
Kata......................................................................................................................................................................................................................
5
D. Larangan Mencaci......................................................................................................................................................................................................................
7
BAB III KESIMPULAN........................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 10
12
REALISASI IMAN
DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Hadits
Disusun Oleh:
• Ona Suryana• Agus Ilham• Abdul Ghafur• Siti Nurjanah• Iis Sopiah
INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNG
SINGAPARNA TASIKMALAYA
2007
13