ggn penghidu unand lagi
TRANSCRIPT
-
8/20/2019 Ggn Penghidu Unand Lagi
1/26
Clinical Science Session
GANGGUAN PENGHIDU
Oleh
Lukman Hakim : 07120098
Willy Suya!an : 071201"7
#ane$ia D!iahmana : 0810%1210"
&eiina 'haia( : 0810%1210)
Pem*im*in+
D, E--y Huiya(i. S/,H'L
AGIAN IL&U 'ESEHAAN
ELINGA HIDUNG ENGGO3O' 4 EDAH 'EPALA LEHE3
#A'ULAS 'EDO'E3AN UNI5E3SIAS ANDALAS
3SUP D3,&,D6A&IL
PADANG
2012
-
8/20/2019 Ggn Penghidu Unand Lagi
2/26
'AA PENGANA3
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Clinical Science Session yang
berjudul Diagnosis dan Penatalaksanaan Gangguan Penghidu. akalah ini dibuat sebagai salah
satu syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinikdi !agian "lmu #esehatan Telinga $idung
Tenggorok%!edah #epala &eher 'akultas #edokteran (ni)ersitas Andalas.
Terima kasih penulis ucapka kepada dr. *++i $uriyati, Sp.T$T%#& selaku preseptor dan
semua pihak yang membantu dalam penulisan makalah ini. Penulis menyadari sepenuhnya
baha makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran sangat penulis
harapkan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat berman+aat untk kita semua.
Padang, - Desember /-/
Penulis
2
-
8/20/2019 Ggn Penghidu Unand Lagi
3/26
DA#A3 ISI
'AA PENGANA3,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, 2
DA#A3 ISI,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, %
DA#A3 GA&A3,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
A I PENDAHULUAN
-.- &atar !elakang.............................................................................................. 0
-./ !atasan asalah............................................................................................ 1
-.2 Tujuan Penulisan........................................................................................... 1
-.3 etode Penulisan ......................................................................................... 1
A II IN6AUAN PUSA'A
/.- De+enisi......................................................................................................... 4
/./ Anatomi $idung............................................................................................ 4
/./.- Persara+an $idung................................................................................ 5
/././ukosa $idung..................................................................................... -
/.2 'isiologi Penciuman...................................................................................... -/
/.3 Gangguan Penghidu ..................................................................................... -6
/.6 *tiologi dan Patogenesis............................................................................... -6
/.0 Diagnosis....................................................................................................... -4
/.0.-Tanda dan Gelada.................................................................................. -4
/.0./ Pemeriksaan 'isik................................................................................. -4
/.0.2 Temuan &aboratorium.......................................................................... /-
/.1 Penatalaksanaan............................................................................................. /-
/.4 Prognosis....................................................................................................... /3
3
-
8/20/2019 Ggn Penghidu Unand Lagi
4/26
A III PENUUP
2.- #esimpulan....................................................................................................... /6
DA#A3 PUSA'A ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, 2)
4
-
8/20/2019 Ggn Penghidu Unand Lagi
5/26
DA#A3 GA&A3
Gambar - Anatomi $idung &uar............................................................................................4
Gambar / #a)um Nasi...........................................................................................................5
Gambar 2 Ner)us 7l+aktorius............................................................................................. -
Gambar 3 ukosa $idung.................................................................................................. -
Gambar 6 ukosa Penghidu............................................................................................... --
Gambar 0 Area 7l+aktori..................................................................................................... -/
Gambar 1 Transduksi Sinyal 7l+aktori................................................................................ -3
5
-
8/20/2019 Ggn Penghidu Unand Lagi
6/26
-
8/20/2019 Ggn Penghidu Unand Lagi
7/26
Penelitian yang dilakukan sebelumnya menemukan baha 008 penduduk merasakan baha
mereka pernah mengalami penurunan ketajaman pembauan./
1,2 a(a$an &a$alah
Clinical Science Session ini membahas mengenai anatomi hidung, +isiologi penciuman,
etiologi, diagnosis, penatalaksanaan, dan prognosis gangguan penghidu.
1,% uuan Penuli$an
engetahui anatomi hidung, +isiologi penciuman, etiologi, diagnosis, penatalaksanaan,
dan prognosis gangguan penghidu.
1," &e(e Penuli$an
Clinical Science Session ini ditulis dengan menggunakan metode tinjauan pustaka yang
merujuk dari berbagai literatur.
7
-
8/20/2019 Ggn Penghidu Unand Lagi
8/26
A II
IN6AUAN PUSA'A
2,1 De-eni$i
Gangguan penghidu adalah gangguan dari sara+ ol+aktorius, yang merupakan sara+ untuk
menghidu. Gangguan penghidu disebut dengan osmia. Gangguan pembauan dapat bersi+at total
:seluruh bau;, parsial :hanya sejumlah bau;, atau spesi+ik :hanya satu atau sejumlah kecil bau;. -
2,2 Ana(mi Hiun+
$idung luar berbentuk piramid dengan bagian%bagiannya dari atas ke baah adalah
pangkal hidung (bridge), dorsum nasi, puncak hidung, alar nasi, kolumela dan lubang hidung
:nares anterior;. $idung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang raan yang dilapisi oleh
kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang ber+ungsi untuk melebarkan atau menyempitkan
lubang hidung. #erangka tulang terdiri dari tulang hidung :os nasalis;, prosesus +rontalis os
maksila dan prosesus nasalis os +rontal, sedangkan kerangka tulang raan terdiri dari beberapa
pasang tulang raan yang terletak di bagian baah hidung, yaitu sepasang kartilago nasalis
lateralis superior, sepasang kartilago nasalis lateralis in+erior yang disebut juga sebagai kartilago
alar mayor, beberapa pasang kartilago alar minor dan tepi anterior kartilago septum.2,1,4
Gambar - >Anatomi $idung &uar
8
http://1.bp.blogspot.com/-GvJmnMbdRLg/TySINZYBbsI/AAAAAAAADf0/eNbZmZ_S-r0/s1600/New+Picture.png
-
8/20/2019 Ggn Penghidu Unand Lagi
9/26
-
8/20/2019 Ggn Penghidu Unand Lagi
10/26
Gam*a %: Ne;u$ l-ak(iu$
2,2,2&uk$a Hiun+
=ongga hidung dilapisi oleh mukosa yang secara histologik dan +ungsional dibagi atas
mukosa pernapasan :mukosa respiratori; dan mukosa penghidu :mukosa ol+aktorius;. ukosa
pernapasan terdapat pada sebagian besar rongga hidung dan permukaannya dilapisi oleh epitel
toraks berlapis semu :pseudostratitied columnar epitelium; yang mempunyai silia dan di
antaranya terdapat sel%sel goblet. 2,1,4
Gam*a " : &uk$a hiun+
$idung juga bekerja sebagai indra penghidu dengan adanya mukosa ol+aktorius pada atap
rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum.Partikel bau dapat mencapai
10
http://1.bp.blogspot.com/-iUAhe7eoYIY/TySJ_nAmPcI/AAAAAAAADgQ/Tcn0UaHE6GA/s1600/New+Picture+(4).png
-
8/20/2019 Ggn Penghidu Unand Lagi
11/26
daerah ini dengan cara di+usi dengan palut lendir atau bila menarik napas dengan kuat. ukosa
ol+aktorius terdapat pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum.
ukosa ini dilapisi oleh epitel torak berlapis semu dan tidak bersilia : pseudostratified columnar
non ciliated epithelium;. *pitelnya dibentuk oleh tiga macam sel yaitu sel penunjang, sel basal
dan sel reseptor penghidu. Daerah mukosa penghidu berarna coklat kekuningan. Di antara sel%
sel reseptor :neuron; terdapat banyak kelenjar !oman penghasil mukus :air, mukopolisakarida,
en?im, antibodi, garam%garam dan protein pengikat bau;. Sejumlah besar kelenjar !oman
terdapat dalam lamina propria pada region ol+aktorius. Sel%sel reseptor bau merupakan satu%
satunya sistem sara+ pusat yang dapat berganti secara regular :3%4 minggu;. 2,6,0,1,5
Gam*a : &uk$a /en+hiu
Sistem ol+aktorius terdiri dari mukosa ol+aktorius pada bagian atas ka)um nasal, +ila
ol+aktoria, bulbus subkalosal pada sisi medial lobus orbitalis. Sara+ ini merupakan sara+ sensorik murni yang serabut%serabutnya berasal dari membran mukosa hidung dan menembus area
kribri+ormis dari tulang etmoidal untuk bersinaps di bulbus ol+aktorius, dari sini, traktus
ol+aktorius berjalan dibaah lobus +rontal dan berakhir di lobus temporal bagian medial sisi yang
sama. Neuroepitel ol+aktorius terletak di bagian atas rongga hidung di dekat cribiform plate,
septum nasi superior dan dinding nasal superolateral. Struktur ini merupakan neuroepitelium
pseudostratified khusus yang didalamnya terdapat reseptor ol+aktorius utama. 2,6,0,1,5
-
8/20/2019 Ggn Penghidu Unand Lagi
12/26
Silia berdiri di atas tonjolan mukosa yang dinamakan )esikel ol+aktorius dan masuk ke dalam
lapisan sel%sel reseptor ol+aktoria. Pada permukaan )esikel terdapat - sampai -6 silia nonmotil.
(jung proksimal sel membentuk akson, di mana akson ini bergabung dengan akson lainnya
membentuk neuron ol+aktorius. 2,6,0,1,4,5
Neuron ol+aktorius mempunyai akson yang tidak bermielin, akson dari sensosel
dikumpulkan menjadi satu dalam bentuk serat sara+ yang melalui lamina kribrosa ke dalam
bulbus ol+aktorius. !ulbus ol+aktorius terletak di basal lobus +rontalis. !ulbus ol+aktorius terdiri
atas beberapa lapisan : dari luar ke dalam bulbus;, yaitu lapisan gromerular, lapisan pleksi+ormis
eksternalis, lapisan sel mitral, lapisan pleksi+ormis internal dan lapisan sel granula. Di dalam
bulbus ol+aktorius terjadi sinaps dengan dendrit neuron kedua. Akson%akson neuron kedua
membentuk traktus ol+aktorius, yang berjalan ke otak untuk berhubungan dengan sejumlah
nuklei, +asikuli dan traktus lainnya.2,6,0,1,4,5
Gam*a ): Aea l-ak(iu$
2,% #i$il+i Pen
-
8/20/2019 Ggn Penghidu Unand Lagi
13/26
Dalam rongga hidung rata%rata terdapat lebih dari - juta reseptor. Neuron ol+aktorius
bersi+at unik karena secara terus menerus dihasilkan oleh sel%sel basal yang terletak dibaahnya.
Sel%sel reseptor baru dihasilkan kurang lebih setiap 2%0 hari. 6,0
Pada inspirasi dalam, molekul udara lebih banyak menyentuh mukosa ol+aktorius
sehingga sensasi bau bisa tercium. Terdapat beberapa syarat ?at%?at yang dapat menyebabkan
perangsangan penghidu yaitu ?at%?at harus mudah menguap supaya mudah masuk ke dalam
ka)um nasi, ?at%?at harus sedikit larut dalam air supaya mudah melalui mukus dan ?at%?at harus
mudah larut dalam lemak karena sel%sel rambut ol+aktoria dan ujung luar sel%sel ol+aktoria terdiri
dari ?at lemak.1,4
@at%?at yang ikut dalam udara inspirasi akan larut dalam lapisan mukus yang berada pada
permukaan membran. olekul bau yang larut dalam mukus akan terikat oleh protein spesi+ik :G%
P=;. G%protein ini akan terstimulasi dan mengakti)asi en?im Adenyl Siklase. Akti)asi en?im
Adenyl Siklase mempercepat kon)ersi ATP kepada cAP. Aksi cAP akan membuka saluran
ion aBB, sehingga ion aBB masuk ke dalam silia menyebabkan membran semakin positi+, terjadi
depolarisasi hingga menghasilkan aksi potensial. Aksi potensial pada akson%akson sel reseptor
menghantar sinyal listrik ke glomeruli :bulbus ol+aktorius;. Di dalam glomerulus, akson
mengadakan kontak dengan dendrit sel%sel mitral. Akson sel%sel mitral kemudiannya menghantar
sinyal ke korteks piri+ormis :area untuk mengidenti+ikasi bau;, medial amigdala dan korteks
enthoris :berhubungan dengan memori;.6
13
-
8/20/2019 Ggn Penghidu Unand Lagi
14/26
Gam*a 7 :an$uk$i $inyal l-ak(i
an$mi$i Sen$a$i au
14
http://1.bp.blogspot.com/-2NnaNPtfpgY/TySLA9TxdzI/AAAAAAAADgw/6JACiSJ-M68/s1600/New+Picture+(3).png
-
8/20/2019 Ggn Penghidu Unand Lagi
15/26
2,", Gan++uan Pen+hiu
acam%macam kelainan penghidu >
Agnosia > tidak bisa menyebutkan atau membedakan bau, alaupun penderita dapat
mendeteksi bau.
Anosmia > tidak bisa mendeteksi bau. Anosmia dapat timbul akibat trauma di daerah
+rontal atau oksipital, setelah in+eksi oleh )irus, tumor, proses degenerasi
pada orang tua.
$iposmia > penurunan kemampuan dalam mendeteksi bau
$iperosmia > peningkatan sensisti)itas mendeteksi bau
Disosmia > distorsi identi+ikasi bau
Parosmia > perubahan persepsi pembauan meskipun terdapat sumber bau, biasanya
bau tidak enak, biasanya disebabkan oleh trauma.
#akosmia > timbul pada epilepsi unsinatus, lobus temporalis, kelainan psikologik
atau kelainan psikiatri seperti depresi dan psikosis
Phantosmia > persepsi bau tanpa adanya sumber bau
Presbiosmia > penurunan atau kehilangan persepsi pembauan yang terjadi pada orang
tua /,2
2, E(il+i an Pa(+ene$i$
%.10.11
/.6.- Dis+ungsi pembauan
Gangguan pembauan dapat disebabkan oleh proses%proses patologis di sepanjang jalur
ol+aktorius. #elainan ini dianggap serupa dengan gangguan pendengaran yaitu berupa de+ek
kondukti+ atau sensorineural. Pada de+ek kondukti+ :transport; terjadi gangguan transmisi
stimulus bau menuju neuroepitel ol+aktorius. Pada de+ek sensorineural prosesnya melibatkan
struktur sara+ yang lebih sentral. Secara keseluruhan, penyebab de+isit pembauan yang utama
adalah penyakit pada rongga hidung dan9atau sinus, sebelum terjadinya in+eksi saluran na+as
atas karena )irusC dan trauma kepala.
15
-
8/20/2019 Ggn Penghidu Unand Lagi
16/26
-. De+ek kondukti+
a. P$e$ in-lama$i=/eaan+an dapat mengakibatkan gangguan pembauan. #elainannya
meliputi rhinitis :radang hidung; dari berbagai macam tipe, termasuk rhinitis alergika,
akut, atau toksik :misalnya pada pemakaian kokain;. Penyakit sinusitis kronik seringkali
diikuti dengan penurunan +ungsi pembauan meski telah dilakukan inter)ensi medis,
alergis dan pembedahan secara agresi+.
b. Aanya ma$$a=(um dapat menyumbat rongga hidung sehingga menghalangi aliran
odorant ke epitel ol+aktorius. #elainannya meliputi polip nasal :paling sering;, in)erting
papilloma, dan keganasan.
c. A*nmali(a$ e;el/men(al :misalnya ense+alokel, kista dermoid; juga dapat
menyebabkan obstruksi.
d. Pasien /a$
-
8/20/2019 Ggn Penghidu Unand Lagi
17/26
c. Gan++uan enkin :hipotiroidisme, hipoadrenalisme, D; berpengaruh pada +ungsi
pembauan.
d. auma ke/ala. /ea$i (ak , atau perdarahan subarakhnoid dapat menyebabkan
regangan, kerusakan atau terpotongnya +ila ol+aktoria yang halus dan mengakibatkan
anosmia.
e. Dis+ungsi pembauan juga dapat disebabkan oleh (k$i$i(a$ ai *a(*a(an $i$(emik
a(au inhala$i :aminoglikosida, +ormaldehid;. !anyak obat%obatan dan senyaa yang
dapat mengubah sensiti)itas bau, diantaranya alkohol, nikotin, bahan terlarut organik, dan
pengolesan garam ?ink secara langsung.
+. De-i$ien$i +i>i :)itamin A, thiamin, ?ink; terbukti dapat mempengaruhi pembauan.
g. umlah serabut pada bulbus ol+aktorius berkurang dengan laju -8 per tahun.
!erkurangnya struktur bulbus ol+aktorius ini dapat terjadi sekunder karena berkurangnya
sel%sel sensorik pada mukosa ol+aktorius dan penurunan +ungsi proses kogniti+ di susunan
sara+ pusat.
h. P$e$ e+enea(i- pada sistem sara+ pusat :penyakit Parkinson, Al?heimer disease,
proses penuaan normal; dapat menyebabkan hiposmia. Pada kasus Al?heimer disease,
hilangnya +ungsi pembauan kadang merupakan gejala pertama dari proses penyakitnya.
Sejalan dengan proses penuaan, berkurangnya +ungsi pembauan lebih berat daripada
+ungsi pengecapan, dimana penurunannya nampak paling menonjol selama usia dekade
ketujuh./
17
-
8/20/2019 Ggn Penghidu Unand Lagi
18/26
2,) Dia+n$i$
Tahapan pertama dalam mendiagnosis adalah melakukan anamnesis dan pemeriksaan
+isik secara menyeluruh. !erikan penekanan khusus pada riayat "SPA, patologi hidung atau
sinus, riayat trauma, masalah medis lainnya, dan obat%obatan yang diminum. &akukan T scan
jika dipandang perlu. Seringkali dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan =" apabila riayat
penyakitnya tidak mendukung atau ditemukan gejala dan tanda neurologis sekunder. -,/,0
2,),1 ana an Geala
Anosmia unilateral jarang menjadi keluhan. Anosmia hanya dapat dikenali dengan menguji
bau secara terpisah pada masing%masing lubang hidung. Anosmia bilateral, di lain pihak,
membuat pasien mencari pertolongan dokter. Pasien%pasien anosmik biasanya mengeluhkan
hilangnya kemampuan merasa meskipun ambang rasanya mungkin berada pada kisaran normal.
Pada kenyataannya, mereka mengeluhkan hilangnya deteksi rasa, yang sebagian besar
merupakan +ungsi dari penciuman.-,/,0
2,),2 Pemeik$aan #i$ik
Pemeriksaan +isik harus dilakukan secara teliti dan menyeluruh yang meliputi pemeriksaan
telinga, hidung, kepala dan leher. Pemeriksaan tersebut berguna untuk mengidenti+ikasi jenis dan
asal kelainan.
a. #ondukti+
Pemeriksaan ini untuk menilai ada atau tidaknya massa atau polip, perdarahan dan bekuan
darah, de)iasi septum atau adanya +raktur pada tulang kribri+ormis yang biasa dijumpai pada
trauma kepala yang menghalangi aliran udara ke sel epitel ol+aktori. Adanya in+lamasi atau iritasi
mukosa hidung yang bisa disebabkan oleh allergen, bakteri, )irus ataupun bahan iritan juga bisa
mengakibatkan gangguan kondukti+
Selain pemeriksaan hidung, pemeriksaan telinga juga bisa dilakukan untuk memastikan
otitis media serosa yang menandakan adanya massa atau in+lamasi pada naso+aring
18
-
8/20/2019 Ggn Penghidu Unand Lagi
19/26
assa naso+aring yang menonjol ke rongga mulut atau drainase purulen di oro+aring dapat
ditemukan pada pemeriksaan mulut. &eher harus dipalpasi untuk mencari massa atau pembesaran
tiroid
b. Sensorineural
Pemeriksaan sensorik +ungsi penciuman dibutuhkan untuk :-; memastikan keluhan pasien,
:/; menge)aluasi kemanjuran terapi, dan :2; menentukan derajat gangguan permanen. /
1, &angkah pertama menentukan sensasi kualitati+. &angkah pertama dalam pemeriksaan
sensorik adalah menentukan derajat sejauh mana keberadaan sensasi kualitati+. !eberapa metode
sudah tersedia untuk pemeriksaan penciuman diantaranya >
a? Tes 7dor stiE F Tes 7dor stiE menggunakan sebuah pena ajaib mirip spidol yang
menghasilkan bau%bauan. Pena ini dipegang dalam jarak sekitar 2%0 inci dari hidung pasien untuk
memeriksa persepsi bau oleh pasien secara kasar.
*? Tes alkohol -/ inci F Satu lagi tes yang memeriksa persepsi kasar terhadap bau, tes
alkohol -/ inci, menggunakan paket alkohol isopropil yang baru saja dibuka dan dipegang pada
jarak sekitar -/ inci dari hidung pasien.
-
8/20/2019 Ggn Penghidu Unand Lagi
20/26
yang diperkirakan menurut peluang saja karena dimasukannya sejumlah bau%bauan yang beraksi
melalui rangsangan trigeminal.
2, &angkah ke%dua menentukan ambang deteksi. Setelah dokter menentukan derajat sejauh
mana keberadaan sensasi kualitati+, langkah kedua pada pemeriksaan sensorik adalah
menetapkan ambang deteksi untuk bau alkohol +eniletil. Ambang ini ditetapkan menggunakan
rangsangan bertingkat. Sensiti)itas untuk masing%masing lubang hidung ditentukan dengan
ambang deteksi untuk +enil%teil metil etil karbinol. Tahanan hidung juga dapat diukur dengan
rinomanometri anterior untuk masing%masing sisi hidung.
Sebenarnya pemeriksaan ol+aktorius dapat juga terbagi menjadi / macam yaitu pemeriksaan
ol+aktorius subjekti+ dan objekti+. Pada pemeriksaan ol+aktorius subjekti+, pelbagai bahandiletakkkan di depan hidung penderita secara terpisah antara kedua lubang hidung sebelum dan
setelah dekongesti dari mukosa hidung. !eberapa jenis substansi digunakan, yaitu yang
mempunyai bau yang akan menstimulasi hanya ner)us ol+aktorius :kopi, coklat, )anilla,
la)ender;, substansi yang menstimulasi komponen trigeminal :menthol, asam asetat;, serta
substansi yang turut mempunyai komponen pengecapan :kloro+orm piridine; 4.
Pemeriksaan ol+aktorius subjekti+ juga bisa dilakukan menggunakan alat test yang siap
pakai, misalnya Sni++inJ Sticks. Sni++inJ Sticks menggunakan sejumlah stik n%butanol yang
berbentuk seperti pen dan mengandung bau dengan konsentrasi yang berbeda. elalui
penggunaan alat ini, kemampuan mendeteksi bau, membedakan bau%bau yang berlainan serta
kemampuan mengidenti+ikasi bau dapat dinilai. Pasien yang dites akan ditutup matanya,
kemudian pemeriksa akan meminta pasien menghidu tiga stik, dimana antara ketiga%tiga stik
tersebut hanya satu stik yang mempunyai bau. ika pasien tidak bias mendeteksi sebarang bau
atau mengidenti+ikasi stik yang salah, maka digunakan stik dengan konsentrasi yang lebih tinggi.
#onsentrasi stik yang diberikan akan terus meningkat sehingga pasien dapat mengidenti+ikasi
dengan benar paling kurang dua kali. Setelah itu dinilai pada konsentrasi yang mana pasien bisa
mendeteksi bau tersebut dengan benar. Tes ini hanya memerlukan aktu - menit dan mudah
dilakukan 4,-,--
20
-
8/20/2019 Ggn Penghidu Unand Lagi
21/26
Pemeriksaan ol+aktorius objekti+ jauh lebih mahal dibanding pemeriksaan subjekti+ dan
biasanya dilakukan di pusat%pusat yang lebih besar. !au murni serta stimulan ner)us trigeminus
diberikan kepada pasien secara terpisah, kemudian respon yang terjadi diukur dan dianalisis
menggunakan komputer. Pemeriksaan laboratorium yang biasa dilakukan adalah tes gula darah,
tes reduksi urin dan lain% lain-,2,4
2,),% emuan La*a(ium
Walau tidak dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium standar namun dapat
dilakukan pemeriksaan alergi, D, +ungsi tiroid, +ungsi ginjal dan hepar, +ungsi endokrin, dan
de+isiensi gi?i berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan +isik. Telah dikembangkan teknik%
teknik untuk biopsi neuroepitelium ol+aktorius. Namun, karena degenerasi neuroepitelium
ol+aktorius yang luas dan interkalasi epitel pernapasan pada daerah penciuman orang deasa
tanpa dis+ungsi penciuman yang jelas, material biopsi harus diinterpretasikan dengan hati%hati.-,/,0
D, Pen
-
8/20/2019 Ggn Penghidu Unand Lagi
22/26
tuberkulosis; terjadi hiposmia akibat dari sumbatan, yang akan hilang bila penyakitnya
diobati2.
=initis medikamentosa akibat dari pemakaian obat tetes hidung menyebabkan
hiposmia atau anosmia yang akan sembuh bila pemakaian obat%obatan penyebabnya
dihentikan2
Tumor n.ol+aktorius bentuknya mirip polip nasi. Diagnosis pasti berdasarkan pemeriksaaan
histologi dan diterapi dengan pembedahan.2
'aktor usia lanjut dapat menyebabkan berkurang atau hilangnya daya penghidu,
terutamanya tidak mampu menghidu ?at yang berbentuk gas. #elainan ini tidak dapat
diobati.2
Trauma kepala ringan atau berat dapat menimbulkan anosmia. Trauma dapat
mengenai daerah oksipital atau +rontal. Pada pascatrauma, dapat terjadi parosmia, yaitu
penciuman bau sangat berbeda dengan yang seharusnya dan biasanya tercium bau yang tidak
enak dan kadang%kadang sensasi bau ini timbul secara spontan. #elainan penghidu ini
mungkin dapat sembuh, yang akan terjadi dalam beberapa minggu setelah trauma. !ila
setelah tiga bulan tidak membaik, berarti prognosisnya buruk 2
Tumor intrakranial yang menekan n.ol+aktorius mula%mula akan menaikkan ambang
penghidu dan mungkin akan menimbulkan masa kelelahan penghidu yang makin lama makin
memanjang. 7steomata atau meningiomata di dasar tengkorak atau sinus paranasalis dapat
menimbulkan anosmia unilateral. Tumor lobus +rontal selain menyebabkan gangguan
penghidu sering juga disertai dengan gejala lain, yaitu gangguan penglihatan, sakit kepala
dan kadang%kadang kejang lokal.2
*pilepsi lobus temporal dapat didahului oleh aura penghidu. Seringkali halusinasi bau
yang timbul adalah bau busuk atau bau sesuatu yang terbakar, jarang yang bau angi. Gejala
ini tidak menetap.2
22
-
8/20/2019 Ggn Penghidu Unand Lagi
23/26
#elainan psikologik seperti rendah diri mungkin menyebabkan merasa bau badan
atau bau napas sendiri. Pasien setelah diperiksa, bila ternyata tidak ada kelainan perlu
diyakinkan dan dihilangkan gangguan psikologiknya. #elainan psikiatrik seperti depresi,
ski?o+renia atau demensia senilis dapat menimbulkan halusinasi bau. #asus demikian perlu
dirujuk ke seorang psikiater.2,0 #adang%kadang ada keluhan hilangnya penghidu pada pasien
hysteria atau berpura%pura :malingering; pascaoperasi hidung atau trauma. !ila diperiksa
biasanya pasien mengatakan tidak dapat mendeteksi ammonia.2
ea/i
1, Hi/$mia 'nuk(i-
Terapi bagi pasien%pasien dengan kurang penciuman hantaran akibat rinitis alergi,
rinitis dan sinusitis bakterial, polip, neoplasma, dan kelainan%kelainan struktural pada
rongga hidung dapat dilakukan secara rasional dan dengan kemungkinan perbaikan yang
tinggi. Terapi berikut ini seringkali e+ekti+ dalam memulihkan sensasi terhadap bau yaitu
pengelolaan alergi, terapi antibiotik, terapi glukokortikoid sistemik dan topikal dan
operasi untuk polip nasal, de)iasi septum nasal, dan sinusitis hiperplastik kronik.-
2, Hi/$mia Sen$ineual
Tidak ada terapi dengan kemanjuran yang telah terbukti bagi kurang penciuman
sensorineural. (ntungnya, penyembuhan spontan sering terjadi. Sebagian dokter
menganjurkan terapi ?ink dan )itamin. De+isiensi ?ink yang mencolok tidak diragukan
lagi dapat menyebabkan kehilangan dan gangguan sensasi bau, namun bukan merupakan
masalah klinis kecuali di daerah%daerah geogra+ik yang sangat kekurangan. Terapi
)itamin sebagian besar dalam bentuk )itamin A. Degenerasi epitel akibat de+isiensi
)itamin A dapat menyebabkan anosmia, namun de+isiensi )itamin A bukanlah masalah
klinis yang sering ditemukan di negara%negara barat. Pajanan pada rokok dan bahan%
bahan kimia beracun di udara yang lain dapat menyebabkan metaplasia epitel penciuman.
Penyembuhan spontan dapat terjadi bila +aktor pencetusnya dihilangkanC karenanya,
konseling pasien sangat membantu pada kasus%kasus ini. -
23
-
8/20/2019 Ggn Penghidu Unand Lagi
24/26
2,8 P+n$i$1%
$asil akhir dis+ungsi penciuman sebagian besar bergantung pada etiologinya. Dis+ungsi
penciuman akibat sumbatan yang disebabkan oleh polip, neoplasma, pembengkakan mukosa,
atau de)iasi septum dapat disembuhkan. !ila sumbatan tadi dihilangkan, kemampuan penciuman
semestinya kembali. Sebagian besar pasien yang kehilangan indra penciumannya selama
menderita in+eksi saluran napas bagian atas sembuh sempurna kemampuan penciumannyaC
namun, sebagian kecil pasien tak pernah sembuh setelah gejala%gejala "SPA lainnya membaik.
#arena alasan%alasan yang belum jelas, pasien%pasien ini sebagian besar adalah anita pada
dekade keempat, kelima, dan keenam kehidupannya. Prognosis penyembuhannya biasanya
buruk. #emampuan dan ambang pengenalan bau secara progresi+ turun seiring bertambahnya
usia. Trauma kepala di daerah +rontal paling sering menyebabkan kurang penciuman, meskipun
anosmia total lima kali lebih sering terjadi pada benturan terhadap oksipital. Penyembuhan
+ungsi penciuman setelah cedera kepala traumatik hanyalah -8 dan kualitas kemampuan
penciuman setelah perbaikan biasanya buruk. Pajanan terhadap racun%racun seperti rokok dapat
menyebabkan metaplasia epitel penciuman. Penyembuhan dapat terjadi dengan penghilangan
bahan penyebabnya.
24
-
8/20/2019 Ggn Penghidu Unand Lagi
25/26
A III
PENUUP
%,1 'e$im/ulan
'ungsi penghidu dan pengecapan yang normal sangat berperan dalam nutrisi dan penting
untuk mempertahankan gaya hidup yang sehat. Gangguan penciuman umumnya sukar
didiagnosa dan sukar untuk diobati biasanya karena kurangnya pengetahuan pada indi)idu.
Dalam menegakan diagnosis pasien dengan gangguan penghidu perlu dilakukan
anamnesis yang cermat untuk mencari lama keluhan, unilateral atau bilateral, riayat trauma,
masalah medis lainnya, dan obat%obatan yang telah diminum. Pemeriksaan +isik harus meliputi
pemeriksaan lengkap pada telinga, saluran napas bagian atas, kepala, dan leher.#elainan pada
masing%masing daerah kepala dan leher dapat menyebabkan dis+ungsi penciuman. Pemeriksaan
sensorik +ungsi penciuman sangat penting guna memastikan adanya keluhan gangguan
penciuman sedangkan pencitraan lebih bersi+at penunjang untuk memastikan adanya gangguan
anatomis atau keganasan. Semua anamnesis dan pemeriksaan diatas dapat menolong kita dalam
menyimpulkan penyebab dari gangguan penghidu sehingga dapat ditatalaksana gangguan
penghidu tersebut berdasarkan penyebabnya.
25
-
8/20/2019 Ggn Penghidu Unand Lagi
26/26
DA#A3 PUSA'A
-. &alani A#, urrent Diagnosis K Treatment in 7tolaryngology F $ead K Neck Surgery,
/3, cGra $ill "nc > (nited States o+ America
/. &eopold DA, $olbrook *N, Disorder o+ Taste and Smell, /0, A)ailable +rom >.emedicine9disordero+tasteandsmell.html
2. Soepardi *A, "skandar N, !uku Ajar "lmu#esehatanTelinga F $idung% Tenggorok F #epala
leher, /1, 'akultas#edokteran(ni)ersitas "ndonesia > akarta.
3. linical Policy !ulletin > Smell and Taste Disorder, Diagnosis, /1, A)ailable +rom >
http>99.aetna.com9cpb9medical9data
6. ames !S, !allengerJs anual o+ 7torhinolaryngology $ead and Neck Surgery, //, !
Decker > $amilton
0. !ailey !, $ealy G!, ohnson T, $ead and Neck Surgery F 7tolaryngology, 2rd *dition,
/-, &ippincott Williams K Wilkins Publisher
1. Adams, !oeis, $igler, !uku Ajar Penyakit T$T !7"*S, *disike F 0, -551, Penerbit !uku
#edokteran *G > akarta.
4. Probst =, Gre)ers G, "ro $, !asic 7torhinolaryngology, /0, Thieme > Ne Lork
5.
http>99.emedicine.netscape.com
-. Tortora G, Derrickson !. Principles o+ Anatomy and Physiology. *d ke%-/. (SA> ohn
Wiley K Sons. /5C h. 655%03.
--. Guyton A, $all *. TeEtbook o+ edical Physiology. *d ke%--. Philadelphia> Saunders
*lse)ier. /-C h. 002%01.
-/. arieb *N, $oehn #. $uman Anatomy K Physiology. *d ke%4. (SA> !enjamin ummings.
/-/C h.61.
-2. &eopold D, eyers AD. Disorders o+ Taste and Smell Minternet. /-/ Mdiperbarui /3 uni
/5C diunduh 5 Desember /-/.
Diambildarihttp>99emedicine.medscape.com9article940-/3/%o)er)ieOa/aab0b3
http://www.emedicine.netscape.com/http://www.emedicine.netscape.com/