fungsi air tanah.docx

71
Penatagunaan Submitted by admin on Mon, 2013-10-21 10:14 Pendayagunaan Penatagunaan air tanah ditujukan untuk menetapkan zona pemanfaatan air tanah dan peruntukan air tanah pada CAT yang disusun berdasarkan zona konservasi air tanah (PP No.43/2008 Pasal 48). Penetapan zona pemanfaatan air tanah dilakukan dengan mempertimbangkan: 1. sebaran dan karakteristik akuifer, antara lain meliputi kesarangan, kelulusan, dan keterusan akuifer; 2. kondisi hidrogeologis, antara lain meliputi sistem akuifer, pola aliran air tanah; 3. kondisi dan lingkungan air tanah, antara lain kuantitas, kualitas, dan lapisan batuan yang mengandung air tanah; 4. kawasan lindung air tanah, antara lain daerah imbuhan air tanah, zona kritis, dan zona rusak; 5. kebutuhan air bagi masyarakat dan pembangunan; 6. data dan informasi hasil inventarisasi pada CAT; 7. ketersediaan air permukaan.

Upload: firaahrahmah

Post on 18-Jan-2016

33 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: fungsi air tanah.docx

PenatagunaanSubmitted by admin on Mon, 2013-10-21 10:14

Pendayagunaan

Penatagunaan air tanah ditujukan untuk menetapkan zona pemanfaatan air tanah dan

peruntukan air tanah pada CAT yang disusun berdasarkan zona konservasi air tanah (PP

No.43/2008 Pasal 48).

Penetapan zona pemanfaatan air tanah dilakukan dengan mempertimbangkan:

1.       sebaran dan karakteristik akuifer, antara lain meliputi kesarangan, kelulusan,

dan keterusan akuifer;

2.       kondisi hidrogeologis, antara lain meliputi sistem akuifer, pola aliran air tanah;

3.       kondisi dan lingkungan air tanah, antara lain kuantitas, kualitas, dan

lapisan batuan yang mengandung air tanah;

4.       kawasan lindung air tanah, antara lain daerah imbuhan air tanah, zona kritis,

dan zona rusak;

5.       kebutuhan air bagi masyarakat dan pembangunan;

6.       data dan informasi hasil inventarisasi pada CAT;

7.       ketersediaan air permukaan.

 

Page 2: fungsi air tanah.docx

Gambar 7-10 Diagram penatagunaan air tanah

Zona pemanfaatan air tanah, merupakan acuan dalam penyusunan rencana pengeboran,

penggalian, pemakaian, pengusahaan, dan pengembangan air tanah, serta penyusunan

rencana tata ruang wilayah.

Sedangkan penetapan peruntukan air tanah pada CAT dilakukan dengan

mempertimbangkan:

1.       kuantitas dan kualitas air tanah;

2.       daya dukung akuifer terhadap pengambilan air tanah;

3.       jumlah dan sebaran penduduk serta laju pertambahannya;

4.       proyeksi kebutuhan air tanah; dan

5.       pemanfaatan air tanah yang sudah ada.

Pelaksanaan kegiatan penatagunaan air tanah mulai dari penetapan zona pemanfaatan air

tanah sampai dengan penetapan peruntukan air tanah pada CAT, diawasi oleh Menteri,

gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

7.7.2      Penyediaan

Penyediaan air tanah sangat penting dalam perencanaan tata kota baik pada daerah

pedesaan maupun perkotaan. Penyediaan air tanah ditujukan untuk memenuhi kebutuhan

air untuk berbagai keperluan sesuai dengan kualitas dan kuantitasnya. Penyediaan air tanah

dalam setiap CAT dilaksanakan sesuai dengan penatagunaan air tanah antara lain untuk

memenuhi (PP No.43/2008 Pasal 50):

1.       Kebutuhan pokok sehari-hari

Pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari mencakup keperluan air minum, masak, mandi,

cuci, peturasan, dan ibadah. Penyediaan air tanah untuk kebutuhan pokok sehari-hari

merupakan prioritas utama di atas segala keperluan lain.

Penyediaan air tanah untuk kebutuhan pokok harus memenuhi kriteria air bersih, di mana

air tidak tercemar oleh bahan-bahan yang membahayakan bagi kesehatan masyarakat.

Sistem drainase juga perlu diperhatikan, sehingga air bekas atau air yang sudah digunakan

dapat didaur ulang atau dibuang pada tempat yang baik dengan menerapkan

sistem drainase permukaan, misalnya dialirkan ke sungai.

Page 3: fungsi air tanah.docx

Oleh karena penyediaan air tanah merupakan prioritas utama, maka dapat diusahakan di

semua daerah dan semua kedalaman dengan cara membuat sumur-sumr produksi dengan

tetap memperhatikan batas debit pengambilan air tanah pada akuifer, sesuai konsep

serahan aman yang akan dibahas dalam Bab 7. 

2.       Pertanian rakyat

Penyediaan air tanah untuk memenuhi kebutuhan pertanian rakyat antara lain budidaya

pertanian dalam berbagai komoditas, yaitu pertanian tanaman pangan, hortikultura,

perikanan, peternakan, perkebunan, dan kehutanan yang dikelola oleh rakyat dengan luas

tertentu yang kebutuhan airnya tidak lebih dari 2  liter per detik per kepala keluarga.

Pertanian tanaman pangan diutamakan bagi tanaman yang tidak membutuhkan air

tanah dalam jumlah banyak, antara lain tanaman palawija.

3.       Industri

Pengambilan air tanah merupakan salah satu implementasi pengusahaan air tanah yang

seharusnya dapat dilaksanakan jika kebutuhan pokok sudah terpenuhi. Agar terwujud suatu

keberlanjutan air tanah, maka pendayagunaan air tanah untuk keperluan industri harus

dilaksanakan secara seimbang dengan upaya konservasi air tanah. Upaya tersebut juga

harus terintegrasi dalam kebijakan dan pola pengelolaan sumber daya air, terpadu, saling

menunjang antara air tanah, air permukaan dan air hujan untuk memenuhi kebutuhan air

berbagai keperluan dengan mengutamakan kebutuhan pokok hidup sehari-hari.

Pelaksanaan konservasi air tanah secara utuh pada cekungan air tanah terutama pada

kawasan padat industri perlu dilakukan dengan diawali studi keseimbangan air tanah pada

cekungan daerah dimaksud. Pada proses industri pemanfaatan air tanah digunakan sebagai

bahan pelarut atau bahan utama. Air tanah yang digunakan pada proses industri harus

memenuhi kriteria syarat air  untuk industri seperti telah diuraikan pada Bab 3.

4.       Pertambangan

Pemanfaatan air tanah pada bidang pertambangan digunakan untuk pencucian hasil

eksplorasi bahan tambang. Meningkatnya pemanfaatan bahan galian konstruksi sebagai

konsekuensi dari pesatnya pembangunan di samping akan menimbulkan dampak positif

akan pula menimbulkan dampak negatif baik yang diderita oleh lingkungan setempat

maupun wilayah yang lebih luas. Dampak negatif yang terjadi antara lain ialah

meningkatnya erosi dan gerakan tanah, hilangnya sumber-sumber air, dan tanah pucuk

yang subur.

5.       Pariwisata

Page 4: fungsi air tanah.docx

Penyediaan air tanah untuk pariwisata antara lain pemanfaatan sungai bawah tanah,

pemanfaatan untuk hotel serta rumah makan.

Pemanfaatan pada bidang pariwisata seperti pemanfaatan pada sungai bawah tanah,

misalnya pada daerah karst. Aliran-aliran air yang terjadi akan membentuk sebuah aliran air

tanah (sungai bawah tanah) dan membentuk suatu tipe topografi tiga dimensi yang sering

disebut dengan gua karst. Gua karst dengan stalaktit dan stalakmit  memberikan suatu daya

tarik, sehingga bisa dimanfaatkan untuk pariwisata selain sebagai sumber air tanah.

Contoh lain adalah mata air, misalnya mata air Pengging di daerah Klaten, Jawa Tengah

Mata air ini dimanfaatkan sebagai pemandian umum dengan dibuatkan kolam-kolam. Air

dari pemandian ini murni berasal dari air tanah, sehingga dapat menarik

masyarakat sekitar sebagai obyek pariwisata. Mata air seperi ini sangat banyak ditemui di

daerah-daerah lain di Indonesia.

7.7.3      Penggunaan

Penggunaan air tanah ditujukan untuk pemanfaatan air tanah dan prasarananya dan

dilaksanakan sesuai penatagunaan dan penyediaan yang telah ditetapkan pada CAT (PP No.

43/2008 Pasal 52). Penggunaan air tanah terdiri dari 2, yaitu pemakaian air tanah dan

pengusahaan air tanah.

Gambar 7-11 Diagram alir penggunaan air tanah

Penggunaan air tanah diarahkan untuk mengambil air tanah dari akuifer dalam, yang pada

umumnya bersifat tertekan, dengan debit pengambilan tidak melebihi daya dukung akuifer

terhadap pengambilan air tanah mengikuti konsep serahan aman.

Page 5: fungsi air tanah.docx

Menurut pasal tersebut, pengambilan air tanah harus memperhatikan debit pengambilan

tanah. Debit pengambilan air tanah ditentukan berdasarkan atas:

1.       daya dukung akuifer terhadap pengambilan air tanah;

2.       kondisi dan lingkungan air tanah;

3.       alokasi penggunaan air tanah bagi kebutuhan mendatang, yaitu jumlah dan

jangka waktu pengambilan dan pengusahaan air tanah;

4.       penggunaan air tanah yang telah ada.

Pada zona konservasi air tanah telah ditentukan batas maksimum pemanfaatan air

tanah untuk setiap zona konservasi yang dikaitkan dengan kedalaman akuifernya. Setiap

sistem akuifer mempunyai potensi dan kondisi air tanah serta batasan debit maksimum

yang berbeda.

Dari hasil uji pemompaan dapat ditentukan batas debit maksimum. Batas maksimum

turunnya muka air tanah akibat pemompaan  dengan debit tertentu pada akuifer dalam

adalah hingga mencapai kedalaman batas atas akuifer, pada kondisi ini air tanah pada

akuifer tersebut sudah mencapai tingkatan kritis. Bila turunnya muka air tanah telah

mencapai 60% dari kedudukan muka air tanah pada kondisi awal, maka mencapai tingkatan

rawan.

7.7.3.1      Pemakaian Air Tanah

Pemakaian air tanah merupakan kegiatan penggunaan air tanah untuk memenuhi

kebutuhan pokok sehari-hari, pertanian rakyat, dan kegiatan bukan usaha. Kegiatan bukan

usaha antara lain meliputi pesantren, rumah ibadah, kantor pemerintah. Pemanfaatan air

tanah untuk keperluan irigasi dikategorikan kegiatan bukan usaha apabila produk

pertaniannya sebatas untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.

Urutan prioritas penggunaan air tanah, yaitu: air minum; rumah tangga; peternakan dan

pertanian sederhana; irigasi; industri; kebutuhan lainnya. Keperluan air minum dan rumah

tangga merupakan prioritas utama peruntukan pemanfaatan air tanah, oleh karena itu bagi

keperluan tersebut maka pengeboran air tanah diperbolehkan di semua daerah dan semua

kedalaman dengan batas pemanfaatan air tanah tertentu. Pada umumnya pemanfaatan air

tanah untuk keperluan air minum dan rumah tangga sekitar 100 m3 per bulan per sumur

Pemakaian air tanah hanya dapat dilakukan setelah memiliki hak guna pakai air dari

pemanfaatan air tanah. Hak guna pakai air dari pemanfaatan air tanah diperoleh dengan

izin yang diberikan oleh pemerintah kabupaten/kota. Izin tersebut diperoleh melalui izin

pemakaian air tanah. Izin pemakaian air tanah antara lain meliputi penyediaan dan

Page 6: fungsi air tanah.docx

peruntukan melalui kegiatan pengeboran atau penggalian, pengambilan, dan pemakaian air

tanah.

Izin pemakaian air tanah perlu dimiliki mengingat:

1.       Cara pengeboran atau penggalian air tanah atau penggunaannya mengubah

kondisi dan lingkungan air tanah antara lain berupa penyusutan ketersediaan air

tanah, penurunan muka air tanah, perubahan pola aliran air tanah, penurunan

kualitas air tanah, mengganggu sistem akuifer; atau

2.       Penggunaannya untuk memenuhi kebutuhan yang memerlukan air tanah dalam

jumlah besar melebihi ketentuan.

Izin pemakaian air tanah dapat diberikan kepada perseorangan, badan usaha, instansi

pemerintah, atau badan sosial seperti yayasan, rumah ibadah, dan sekolah. Penjelasan lebih

lengkap mengenai izin pemakaian air tanah akan di bahas pada sub-bab Perizinan Air

Tanah.

Hak guna pakai air dari pemanfaatan air tanah dapat diperoleh tanpa izin apabila untuk

memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan dan bagi pertanian rakyat.

Hak guna pakai air dari pemanfaatan air tanah untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-

hari bagi perseorangan ditentukan sebagai berikut (PP No. 43/2008, Pasal Ayat (2)):

1.       penggunaan air tanah dari sumur bor berdiameter kurang 2 inci (kurang dari 5

cm);

2.       penggunaan air tanah dengan menggunakan tenaga manusia dari sumur gali;

atau

3.       penggunaan air tanah kurang dari 100 m3/bulan per kepala keluarga dengan

tidak menggunakan sistem distribusi terpusat.

 

Hak guna pakai air dari pemanfaatan air tanah untuk memenuhi kebutuhan pertanian rakyat

ditentukan sebagai berikut (PP No. 43/2008, Pasal Ayat (3)):

1.       sumur diletakkan di areal pertanian yang jauh dari pemukiman;

2.       pemakaian tidak lebih dari 2 liter per detik per kepala keluarga; dan

Page 7: fungsi air tanah.docx

3.       debit pengambilan air tanah tidak mengganggu kebutuhan pokok sehari-hari

masyarakat setempat.

7.7.3.2      Pengusahaan Air Tanah

Pengusahaan air tanah merupakan kegiatan penggunaan air tanah yang ditujukan untuk

memenuhi kegiatan usaha meliputi:

1.       bahan baku produksi, seperti untuk usaha air minum dalam kemasan, air bersih,

makanan, minuman, dan obat-obatan;

2.       pemanfaatan potensi;

3.       media usaha, seperti untuk usaha kolam renang, water boom; atau

4.       bahan pembantu atau proses produksi, seperti untuk pendingin mesin, proses

pencelupan pada industri tekstil, sanitasi pada kegiatan industri, pertambangan,

pariwisata.

Pengusahaan air tanah hanya dapat dilakukan sepanjang penyediaan air tanah untuk

kebutuhan pokok sehari-hari dan pertanian rakyat masyarakat setempat terpenuhi,

sehingga dalam PP No. 43/2008, pengusahaan air tanah diposisikan setelah pengembangan

air tanah yang menunjukkan prioritas pengusahaan air tanah dilaksanakan setelah

pengembangan air tanah.

Pengusahaan air tanah dapat berbentuk:

1.       Penggunaan air tanah pada suatu lokasi tertentu, yaitu lokasi sesuai dalam izin.

2.       Penyadapan akuifer pada kedalaman tertentu sesuai izin; dan/atau 

3.       Pemanfaatan daya air tanah pada suatu lokasi tertentu.

Pengusahaan air tanah wajib memperhatikan:

1.       rencana pengelolaan air tanah;

2.       kelayakan teknis dan ekonomi;

3.       fungsi sosial air tanah;

4.       kelestarian kondisi dan lingkungan air tanah; dan

5.       ketentuan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Page 8: fungsi air tanah.docx

Pengusahaan air tanah hanya dapat dilakukan setelah memiliki hak guna usaha air dari

pemanfaatan air tanah.

Hak guna usaha air dari pemanfaatan air tanah dapat diperoleh dengan izin yang diberikan

oleh pemerintah kabupaten/kota. Izin tersebut diperoleh melalui izin pengusahaan air

tanah dan dapat diberikan kepada perseorangan atau badan usaha.

Sesuai dengan asas bahwa hak atas air tanah adalah semata-mata hak guna air, maka

setiap pembayaran pajak pemanfaatan air tanah oleh pengguna bukan merupakan harga air

tanah sendiri tetapi sebagai ganti jasa pengelolaan air tanah. Hal ini dimaksudkan agar air

tanah dapat berfungsi lestari dan tidak ditujukan untuk mencari pendapatan daerah semata.

Dalam PP No. 43/2008 disebutkan izin pengusahaan air tanah antara lain meliputi

penyediaan dan peruntukkan melalui kegiatan pengeboran atau penggalian, pengambilan,

dan pengusahaan air tanah.

Izin pengusahaan air tanah tidak diperlukan  terhadap air ikutan, yaitu air tanah yang keluar

dengan sendirinya pada kegiatan eksplorasi dan eksploitasi di bidang pertambangan dan

energi. Izin pengusahaan air tanah juga tidak diperlukan untuk kegiatan pengawaairan

untuk kegiatan eksplorasi dan eksploitasi di bidang pertambangan dan energi dan kegiatan

konstruksi sipil, sepanjang air tanah tidak digunakan, dimanfaatkan, diusahakan, dan tidak

mengganggu kebutuhan pokok sehari-hari masyarakat setempat, serta tidak merusak

kondisi dan lingkungan air tanah.

Yang dimaksud dengan pengawaairan adalah proses penurunan muka air tanah untuk

kegiatan tertentu, seperti pengusahaan gas metana batu bara (coalbed methane), dan

konstruksi  sipil dalam pemasangan  pondasi. Pengusahaan gas metana batu bara pada

tahap awal perlu dilakukan kegiatan pengawaairan  terhadap lapisan batu bara di bawah

permukaan tanah yang tujuannya adalah agar lapisan batu bara tersebut dapat merekah

sehingga gas metana dapat mengalir. Lapisan batu bara dimaksud tidak dapat dilepaskan

dari kegiatan pengawaairan yang akan sangat menentukan terhadap volume gas metana

batu bara yang dapat diproduksi. Penggunaan dan pemanfaatan air ikutan dan/atau

pengawaairan  untuk kegiatan yang terkait langsung dengan ekplorasi dan

eksploitasi minyak dan gas bumi, serta panas bumi tidak memerlukan izin.

Selanjutnya penetapan alokasi penggunaan air tanah pada CAT untuk pemakaian maupun

pengusahaan air tanah dilakukan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai

dengan kewenangannya. Penjelasan lebih lengkap mengenai izin pengusahaan air

tanah akan di bahas pada Sub-bab Perizinan Air Tanah.

7.7.3.3      Pengeboran dan Penggalian

Page 9: fungsi air tanah.docx

Pengeboran atau penggalian air tanah ditujukan untuk mengeluarkan air tanah dari

akuifer melalui sumur bor, sumur gali atau dengan cara lainnya.

Pengeboran eksplorasi dan eksploitasi air tanah didasarkan pada kondisi dan lingkungan air

tanah di lokasi rencana pengeboran. Kondisi air tanah baik kuantitas dan kualitas serta

lingkungan air tanah di suatu daerah dapat diketahui dari peta yang tersedia. Peta yang

dipakai sebagai acuan adalah peta konservasi air tanah, apabila belum ada peta tersebut

dapat mengacu pada peta potensi cekungan air tanah, peta hidrogeologi, peta geologi, dan

peta topografi.

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengeboran atau penggalian air tanah untuk

membuat sumur produksi, antara lain;

1.       Lokasi rencana titik pengeboran

Lokasi rencana titik pengeboran dalam kaitannya dengan daerah imbuhan air tanah sangat

menentukan dalam memberikan pertimbangan untuk rancang bangun konstruksi sumur dan

peruntukannya. Daerah imbuhan air tanah pada dasarnya hanya diperuntukan bagi

keperluan air minum dan keperluan rumah tangga.

Lokasi titik pengeboran terkait dengan zona konservasi air tanah. Rekomendasi

teknis pengeboran air tanah harus mempertimbangkan ketentuan yang terkandung pada

zona konservasi air tanah di mana lokasi rencana titik pengeboran berada.

2.       Jenis dan sifat fisik batuan

Jenis dan sifat fisik batuan misalnya batu gamping berongga memiliki sifat

potensi kehilangan air (water loss), pasir lepas memiliki sifat mudah runtuh,

lempung memiliki sifat mudah mengembang.

3.       Kondisi hidrogeologis

Kondisi hidrogeologis disajikan dalam peta zona konservasi air tanah dan zona

pemanfaatan air tanah, meliputi antara lain sebaran dan karakteristik akuifer, pola aliran air

tanah, potensi air tanah, dan kedudukan muka air tanah.

Setiap cekungan air tanah memiliki susunan akuifer yang khas. Susunan akuifer dapat

dibedakan dalam beberapa kelompok atas dasar kondisi hidrogeologi dan untuk keperluan

alokasi eksploitasi air tanah, secara garis besar dibedakan antara akuifer dangkal yang

mengandung air tanah bebas dan akuifer dalam yang mengandung air tanah tertekan,

seperti telah diuraikan pada Bab 2. Air tanah bebas yang terdapat pada akuifer dangkal

hanya untuk keperluan air minum dan rumah tangga, sedangkan untuk keperluan komersial

Page 10: fungsi air tanah.docx

menggunakan air tanah tertekan dari akuifer dalam. Susunan akuifer ini menentukan dalam

merekomendasikan kedalaman dan rancang bangun konstruksi sumur.

Konstruksi sumur produksi untuk keperluan selain air minum dan rumah tangga dibuat

dengan kedalaman jambang maksimum sampai batas dasar akuifer dangkal atau hingga

batas atas akuifer dalam, rongga pada lubang bor di luar jambang dicor semen, pipa naik

dan saringan dipasang di bawah pipa jambang,  kerikil pembalut, diisikan pada rongga pada

lubang bor di luar saringan.

4.       Kondisi Air Tanah

Kondisi air tanah meliputi kuantitas dan kualitas air tanah di daerah yang akan dilakukan

pengeboran dipakai sebagai dasar dalam memberikan rekomendasi teknis pengeboran

eksploitasi air tanah.

Berdasarkan kondisi air tanahnya suatu daerah dapat dibedakan menjadi 4 (empat)

kategori, yaitu: aman, rawan, kritis dan rusak. Peruntukan pemanfaatan air tanah sesuai

kategori tersebut di atas  sebagai berikut.

Untuk keperluan air minum dan rumah tangga penduduk setempat,

pengeboran eksploitasi air tanah dapat dilakukan pada daerah yang kondisi air tanahnya

aman, rawan, kritis, dan rusak.

Pengeboran dengan tujuan untuk pemenuhan kebutuhan air minum dapat dilakukan di

daerah mana saja, baik di daerah aman, rawan, kritis, dan rusak dengan batasan

debit pemanfaatan. Sedangkan pengeboran untuk tujuan lain, misalnya industri hanya

diizinkan pada daerah luahan air tanah, daerah dengan kondisi air tanah masih relatif

alami (daerah aman), dan daerah dengan kondisi air tanah sudah cukup banyak mengalami

perubahan akibat pemanfaatan air tanah yang intensif (daerah rawan). Pengeboran pada

daerah aman dan daerah rawan hanya diizinkan mengambil dan memanfaatkan air tanah

dalam.

Kualitas air tanah dangkal terutama di daerah pantai yang bersifat payau atau asin menjadi

dasar pertimbangan dalam menentukan rancang bangun konstruksi sumur. Agar air asin

yang terdapat pada akuifer dangkal tidak mencemari air tanah dalam maka pada

lubang/rongga antara dinding lubang bor dan bagian luar pipa (annulus) dari

permukaan tanah hingga batas bawah kedalaman akuifer dangkal harus dicor dengan

semen.

5.       Kondisi  lingkungan sekitar.

Keberadaan dan sebaran sumur produksi di sekitar rencana titik pengeboran menjadi

pertimbangan dalam merekomendasikan rancang bangun konstruksi dan kedalaman sumur.

Page 11: fungsi air tanah.docx

Pada prinsipnya cadangan air tanah pada suatu kawasan diperuntukkan bagi

kepentingan bersama sehingga semua harus dijamin agar mendapatkan air tanah yang adil

sesuai keperluannya dan tetap mengingat faktor pemerataan. Potensi air tanah yang

terdapat pada suatu kawasan perlu dibagi secara merata untuk memenuhi semua pengguna

air tanah di kawasan tersebut.

Pada kawasan industri dengan pemanfaatan air tanah dalam yang intensif umumnya

menyebabkan dampak negatif pada air tanah dangkal, yaitu menyebabkan penurunan muka

air tanah dangkal yang cukup besar dan mengakibatkan sumur penduduk di sekitarnya

mengalami kekeringan (lihat Bab 1). Dalam pembuatan rekomendasi teknis  untuk

pembuatan sumur produksi maka perlu dicantumkan kewajiban bagi industri  air tanah

untuk memberikan sebagian dari jumlah pemanfaatan air tanah tersebut untuk

kepentingan masyarakat sekitar.

Pengeboran atau penggalian air tanah dilarang dilakukan pada kawasan lindung air tanah.

Ketentuan lebih lanjut mengenai teknis pengeboran atau penggalian air tanah diatur dengan

peraturan Menteri.

7.7.3.4      Penggunaan Air  Saling Menunjang

Setiap kegiatan penggunaan air tanah harus diarahkan pada penggunaan yang saling

menunjang antara air tanah dan air permukaan. Dalam penggunaan air perlu dirancang

dengan mendahulukan penggunaan air permukaan.

Penggunaan air tanah untuk air baku berbagai keperluan merupakan pilihan setelah air

permukaan sudah tidak mencukupi dengan tetap memperhatikan upaya

konservasi mencakup pencegahan kerusakan lingkungan.

Penggunaan air yang saling menunjang antara air tanah dengan air permukaan perlu

dilakukan mengingat secara alami masing-masing memiliki keterbatasan ketersediaan

sehingga apabila dibutuhkan jumlah air yang besar perlu dipasok dari air tanah dan air

permukaan sekaligus, dengan sedapat mungkin tetap mendahulukan penggunaan air

permukaan dalam upaya pencegahan kerusakan  air tanah.

Pemakaian kolam tampungan air permukaan untuk mengatur pergerakan air, supaya dapat

memasok pengambilan air di bagian hilir dan pekerjaan pengolahan air lainnya, merupakan

hal yang biasa dijumpai. Namun ide untuk menggunakan potensi air tanah untuk tujuan

yang sama sangat jarang digunakan. Oleh karena itu, digunakan kombinasi pemakaian air

permukaan dan air tanah yang saling menunjang agar dapat memberikan manfaat sebesar-

besarnya secara ekonomis maupun lingkungan.

Dengan mengadopsi pendekatan ini, perbedaan karakter dari air tanah dan air

permukaan dapat dipakai untuk mengoptimasi batas maksimum pemakaian total

Page 12: fungsi air tanah.docx

sumber air. Sebagai contoh, air permukaan tersedia hanya pada musim tertentu saja, tetapi

biasanya terdapat ketidakpastian waktu dan jumlahnya. Sebagai tambahan, sifat air

permukaan ditentukan oleh banjir yang tidak dapat ditangkap di tampungan karena

terbatasnya kapasitas atau dipakai untuk ketersediaan air. Sedangkan tampungan air

permukaan dapat terisi dengan cepat, dan kehilangan terjadi karena evaporasi dan

rembesan. Sebaliknya, air tanah biasanya terdapat pada tampungan yang luas dan

kuantitas yang banyak, dengan variasi waktu cenderung sedikit.

Tampungan air tanah cenderung bergerak lambat pada perubahan aliran masuk maupun

aliran keluar. Sehingga, makin sedikit ketidakpastian yang dapat diprediksi untuk

keberadaaan air tanah untuk masa depan dibandingkan dengan air permukaan.

Pendekatan penggunaan saling menunjang untuk ketersediaan air bertujuan untuk

menggabungkan penggunaan air permukaan dan air tanah pada suatu daerah sehingga

didapat batas optimum  pemakaian air, dengan memberikan manfaat sebesar-besarnya

secara ekonomis maupun lingkungan. Saat permintaan air semakin naik sampai ke batas

paling maksimal, strategi penggunaan saling menunjang akan menjadi sangat menarik

(Maknoon and Burges, 1978).

   Konsep dari keterpaduan pemakaian air tanah dan air permukaan, dan mengoptimasi

sumber air untuk beberapa daerah sangat menarik. Beberapa pertimbangan yang harus

diikutsertakan untuk perancangan dan pelaksanaan rencana penggunaan saling menunjang

adalah:

1. Air tanah dapat dipakai untuk memperbanyak aliran sungai saat musim kemarau.

Kuantitas air tanah dibutuhkan tergantung dari variabel dari air sungai dan tingkat

regulasi air sungai, misalnya 60%, 70%, 80%, atau  90% dari aliran rata-rata.

2. Penurunan air tanah dalam akuifer membutuhkan waktu lama untuk kembali lagi

seperti semula (lihat Bab 1). Hal ini tidak hanya tergantung pada karakter akuifer

namun juga tingkat regulasi air sungai.

3. Beberapa ide yang berhubungan dengan tingkat pemulihan air tanah dapat dilihat dari

pertimbangan seperti waktu respon akuifer. Parameter ini juga memberi indikasi

adanya variabel musiman pada aliran air tanah yang menuju sungai. Waktu respon

dapat didefinisikan sebagai T/SL2, di mana T adalah keterusan , S adalah koefisien

kesimpanan dan L adalah jarak dari sungai menuju batas lulus dari akuifer atau bagian

air tanah yang paralel dengan garis sungai (Downing et al, 1974), (Oakes and

Wilkinson, 1972).

4. Muka air tanah ditingkatkan saat periode air sungai berlebih memakai teknik imbuh

buatan bila imbuh alami kurang atau terlalu lama.

5. Kekurangan aliran sungai biasanya disertai dengan pengambilan air tanah melalui

sumur. Pemompaan akan menurunkan muka air tanah yang akan mengakibatkan

debit mata air dan aliran keluar dari air tanah berkurang. Sedangkan kehilangan pada

Page 13: fungsi air tanah.docx

dasar sungai akan semakin naik dan terjadi pencegatan pada beberapa aliran dasar

sungai. Kekurangan pada debit akuifer akan tergantung apakah akuifer secara hidraulik

berhubungan dengan sungai atau tidak, sifat hidraulik dari akuifer (S dan T), waktu

respon dari akuifer, dan jarak antara sungai dan sumur.

6. Efisiensi dari sistem penggunaan saling menunjang ditunjukkan sebagai perolehan

bersih (net gain). Hal ini akan digambarkan pada persamaan di bawah ini.

 

Jumlah pengambilan air tanah – pengurangan aliran sungai

                Jumlah pengambilan air tanah

 

Perolehan bersih =

 

7. Menurut Downing et al, 1974,  hasil yang baik didapat saat akuifer memiliki kelulusan

yang rendah dan koefisien kesimpanan yang tinggi (sehingga waktu respon kecil).

8. Dengan akuifer tidak tertekan, biasanya sebuah daerah memiliki waktu respon yang

cepat, sehingga daerahnya cukup layak untuk dibangun sumur pompa untuk jarak yang

jauh dari sungai. Jika sumur terlalu dekat dengan sungai, infiltrasi akan mengakibatkan

sirkulasi cepat pada sistem di sungai dengan nilai perolehan bersih dapat diabaikan.

Letak sumur yang jauh dari sungai juga kurang menguntungkan, pemompaan akan

tinggi dan biaya pompa juga banyak.

9. Akuifer tertekan, karena koefisien kesimpanan yang kecil dan respon cepat, tidak selalu

layak untuk penggunaan saling menunjang, walaupun pemisahan yang nyata antara air

permukaan dengan air tanah akan terlihat menarik awalnya.

Untuk mengevaluasi secara penuh faktor-faktor yang tertulis di atas dan menaksir

keadaan hidrogeologi suatu daerah, perlu dibentuk beberapa rencana awal. Downing et al,

1974 menjelaskan syarat-syarat yang dibutuhkan untuk rencana, sedangkan Backshall et al,

1972 memberi catatan yang baik tentang studi awal yang dapat diaplikasikan di S. Thet di

Norfolk, Inggris.

Rencana awal harus dimulai dengan uji pemompaan dari sumur tunggal untuk menaksir

hubungan produksi air dengan penurunan muka air tanah dan efektivitas sumur,

Page 14: fungsi air tanah.docx

sifat hidraulik dari akuifer dan hubungan antara sumur tunggal dan sungai atau batasan

hidrologis lainnya. Tahap berikutnya berhubungan dengan pengujian di sungai untuk

memperkirakan dampak dari pengambilan air di akuifer dan di sungai. Kondisi aktual yang

dilihat pada saat pengujian dibandingkan dengan jika tidak ada pemompaan. Untuk dapat

mengetahui sistem secara penuh, tingkat pengambilan air harus cukup besar untuk

menghasilkan dampak dari aliran sungai dan mengurangai dampak signifikan dari

kesalahan-kesalahan yang diprediksi.

Backshall et al 1972 memakai tingkat pengambilan tiga kali lebih banyak dari tingkat

infiltrasi rata-rata saat tahap pembuktian pada skema awal. Satu tujuan adalah untuk

mengerti bagaimana tiap sumur mempengaruhi aliran air sungai, hal ini sangat baik untuk

efisiensi manajemen. Sedangkan tujuan lain adalah untuk menaksir konsekuensi

pengambilan  dari ekologi sekitar, daerah rendah, pertanian, dan lainnya. Pengaruh pada

tanaman dan hewan air dari penggunaan air tanah harus dikaji lebih lanjut, karena air

memiliki temperatur dan komposisi kimia yang berbeda.

Banyak aspek dari skema penggunaan saling menunjang yang dapat dipelajari dengan

teknik pemodelan dan ini sangat penting untuk memprediksi bagian dari studi awal. Salah

satunya model pada gambar di bawah ini:

 

Gambar 7-12 Inter-relasi antara air tanah, aliran sungai, hujan, dan pengambilan air tanah

Gambar di atas adalah potongan melintang Utara-Selatan dari akuifer Chalk di bawah

Berkshire Downs di mana air tanah yang diambil akan mengisi S. Thames pada saat

musim kering. Akuifer ditutupi oleh lapisan kedap dan sumur diletakkan dekat dengan

permukaan sungai sehingga dapat mengurangi jumlah pipa dan biaya pemompaan. Di

bagian akuifer yang tertekan, sumur harus terletak pada jarak tertentu dari sungai untuk

menghindari infiltrasi. Berikutnya, air tanah dipompa sampai ke hulu ajek (perennial heads)

dari sungai musiman untuk menghindari kehilangan melalui dasar sungai yang kering (Anon,

1975)

Page 15: fungsi air tanah.docx

Prinsip dasar kelebihan dan kekurangan dari penggunaan saling menunjang, diringkaskan di

bawah ini:

a.     Kelebihan:

1. Optimasi penggunaan air. Menggunakan tampungan air permukaan dan bawah

tanah untuk menghasilkan kapasitas tampungan yang lebih besar dan mengurangi

larian yang sia-sia.

2. Sedikit tampungan permukaan yang dibutuhkan karena di bawah tanah sudah memiliki

simpanan air tanah sendiri.

3. Pengendalian banjir yang lebih baik. Air dapat ditransfer ke dalam tampungan bawah

tanah.

4. Kelenturan lebih besar untuk merespon kenaikan permintaan akan air karena ada lebih

dari satu sumber tersedia.

b.     Kekurangan:

1. Biaya yang lebih banyak karena mengkonsumsi daya yang lebih besar dengan

banyaknya pemompaan. Penggunaan saling menunjang membutuhkan pompa untuk

mengambil air dari bawah tanah, kemudian mengangkut ke sungai serta perlu adanya

imbuh buatan untuk air tanah sebagai pengganti air yang diambil nantinya, sehingga

dibutuhkan biaya pengawasan yang tentunya akan lebih besar.

2. Berkurangnya efisiensi pompa karena tingginya fluktuasi muka air tanah.

3. Permasalahan manajemen karena ada banyak hal yang harus diperhatikan seperti:

kapan memakai sumber air permukaan dan air tanah, kapan menghentikan

pengambilan air tanah dan mengganti menjadi air permukaan, kapan memulai imbuh

air tanah, dll.

4. Penafsiran ekonomi untuk skema ini cukup sulit karena banyaknya sumber air

tanah dan permukaan yang dapat dipakai secara independen dan bersamaan. Memilih

alternatif yang paling murah akan sulit dan belum tentu dapat menghasilkan

penggunaan air yang paling efektif atau memuaskan kendala  manajemen lainnya.

5. Jika air diambil dari sumber yang berbeda tiap waktu, waktu yang disediakan kepada

konsumen dapat berubah dari air permukaan yang kesadahannya rendah menjadi air

tanah yang kesadahannya tinggi. Hal ini dapat mengakibatkan permasalahan atau

ketidakpuasan. Pencampuran air dari sumber yang berbeda dibutuhkan (Buchan,

1963).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan pola penggunaan saling menunjang sangat

kompleks dan memiliki kekurangan yang signifikan. Oleh karena itu, sangat disarankan

untuk pemilihan skema ini hanya pada kondisi yang tepat, misalnya kekurangan air yang

tidak dapat dipenuhi dengan alasan yang jelas. Jika skema sudah ditentukan, maka perlu

dimulai dengan adanya pembangunan ukuran kecil dan pengembangan model untuk

Page 16: fungsi air tanah.docx

memprediksi kecenderungan masa depan. Memilih alternatif yang paling cocok biasanya

dapat membantu proses manajemen.

7.7.4      Pengembangan

Pengembangan air tanah pada CAT ditujukan untuk meningkatkan kemanfaatan fungsi air

tanah guna memenuhi penyediaan air tanah dan diutamakan untuk memenuhi kebutuhan

pokok sehari-hari dan pertanian rakyat.

Pengembangan air tanah diselenggarakan berdasarkan rencana pengelolaan air tanah dan

rencana tata ruang wilayah, dengan mempertimbangkan:

1.       daya dukung akuifer terhadap pengambilan air tanah;

2.       kondisi dan lingkungan air tanah;

3.       kawasan lindung air tanah;

4.       proyeksi kebutuhan air tanah;

5.       pemanfaatan air tanah yang sudah ada;

6.       data dan informasi hasil inventarisasi pada CAT; dan

7.       ketersediaan air permukaan.

 

Pengembangan air tanah dilakukan melalui kegiatan:

1.       survei hidrogeologi;

2.       eksplorasi air tanah melalui penyelidikan geofisika, pengeboran, atau penggalian

eksplorasi;

3.       pengeboran atau penggalian eksploitasi; dan/atau

4.       pembangunan kelengkapan sarana pemanfaatan air tanah.

Pengembangan air tanah hanya dapat dilaksanakan selama potensi air tanah masih

memungkinkan diambil secara aman serta tidak menimbulkan kerusakan air tanah dan

lingkungan hidup.

7.7.4.1      Survei Hidrogeologi

Page 17: fungsi air tanah.docx

Merupakan suatu upaya untuk memperoleh informasi mengenai kondisi air tanah. Metode-

metode yang dilakukan dalam survei higrogeologi antara lain:

1.       Pemetaan Hidrogeologi

Pemetaan dimulai dengan mengumpulkan, menganalisis, dan mengintrepetasikan

hidrogeologi pada peta topografi, foto udara, dan peta geologi. Data-data tambahan dari

metode geologi dan evaluasi data hidrologi yaitu, aliran permukaan dan mata air, jumlah

air yang bisa dihasilkan dari sumur, imbuhan air tanah, luahan air tanah, elevasi muka

air, dan kualitas air tanah (Todd dan Mays, 2005).

Metode ini memberi informasi mengenai tipe formasi batuan yang diharapkan bisa

menunjukkan ditemukannya air tanah yang bisa diambil, seperti diuraikan pada Bab 2,

dan memberikan gambaran mengenai metode lain yang bisa digunakan untuk

penggunaan air tanah.

Pemetaan digunakan untuk mengetahui lokasi observasi atau kondisi suatu

area berdasarkan format data yang ada. Dapat pula digunakan untuk menyampaikan

informasi yang spesifik mengenai faktor distribusi atau kondisi yang mungkin digunakan

untuk investigasi (Varnes, 1974). Sebagai contoh: pemetaan menunjukkan distribusi

daerah longsor, sebaran cekungan air tanah, dll. Varnes, 1974 menyatakan bahwa pada

prinsipnya peta mempunyai tiga aspek informasi:

·   Aspek syntactic, informasi tertentu yang kurang bersifat statistik, data yang bersifat

langka

·   Aspek semantic, adanya informasi tertentu yang bersifat penting.

·   Aspek pragmatic, menjelaskan tingkat respon pengguna, yang mungkin bervariasi

dari tidak ada respon sampai respon yang intensif.

 

2.       Penginderaan Jauh (Remote Sensing)

Penginderaan jauh adalah pengumpulan data tentang objek, permukaan, atau

material tanpa kontak langsung dan tanpa jarak pemisah antara pengamat dan alam.

Gelombang elektromagnet yang digunakan adalah infra merah. Infra merah dapat

memberikan informasi mengenai suhu, kandungan tanah, sirkulasi air tanah, dan

patahan yang memungkinkan ditemukannya akuifer. Radar imagery memberikan

informasi keberadaan air tanah pada kedalaman yang dangkal (Todd dan Mays, 2005).

3.       Perpotretan Udara (Aerial Photography)

Page 18: fungsi air tanah.docx

Perpotretan udara adalah pemetaan dengan menggunakan foto udara mulai skala 1:

15.000 sampai 1: 40.000 baik hitam-putih maupun berwarna.

4.       Interpretasi Foto

Didefinisikan sebagai seni dalam fotografi yang bertujuan untuk mengidentifikasi obyek

dan pengambilan keputusan penting (Barret and Curtis 1976 dalam Johnson and DeGraff,

1988).

5.       Fotogrametri Darat (Terrestrial Photogrametri)

Digunakan untuk mendapatkan citra permukaan tanah yang memberikan gambaran

orientasi ketidaksinambungan beberan (exposed discontinuities) dan kekasaran

permukaan.

7.7.4.2      Eksplorasi Air Tanah

Eksplorasi air tanah memberikan gambaran mengenai kondisi bawah permukaan yang

mempengaruhi letak, desain, dan penampilan suatu proyek. Kegiatan-kegiatan eksplorasi

bawah permukaan meliputi (Johnson dan DeGraff, 1988):

1.       Penggalian

Kegiatan ini menyediakan sarana baik untuk pengambilan contoh bahan-bahan permukaan

maupun pemetaan kondisi tampilan bawah permukaan, sehingga pengeboran atau

metode geofisik tidak dibutuhkan.

2.       Pengeboran

Meliputi berbagai metode untuk pengambilan contoh batuan bawah permukaan dari lubang

bor untuk keperluan pemetaan bawah permukaan dan pengecekan kondisi yang lebih luas.

3.       Eksplorasi geofisika

Eksplorasi geofisika adalah penyelidikan sifat-sifat fisik, misalnya kerapatan, elastisitas,

tahanan jenis pada endapan mineral atau struktur geologi yang dapat digunakan sebagai

informasi secara tidak langsung mengenai kondisi bawah permukaan. Metode ini dapat

mendeteksi kelainan-kelainan sifat-sifat fisik batuan sampai pada kerak bumi (Todd & Mays,

2005).

4.       Metode Bias Gempa (Seismic Refraction Method)

Page 19: fungsi air tanah.docx

Merupakan metode dengan memberikan tumbukan alat berat atau ledakan kecil kemudian

diukur waktu yang dibutuhkan sampai terdengar suara, atau besarnya cepat rambat

gelombang yang dihasilkan. Metode ini menginformasikan struktur geologi ribuan meter di

bawah permukaan (Todd dan Mays, 2005).

Aplikasi dari metode gempa antara lain: pembiasan, pemantulan atau tata suara

berdasarkan data mengenai sifat-sifat elastis tanah dan batuan untuk menentukan

kecepatan perambatan gelombangnya.

5.       Geolistrik

Metode ini meliputi pengukuran permukaan material bumi untuk mengendalikan aliran yang

ada dengan konduksi ionik.

Pada prinsipnya pendugaan geolistrik didasarkan pada karakteristik sifat fisik

batuan terhadap arus listrik yang dialirkan ke dalamnya. Sifat fisik batuan terhadap arus

listrik sangat tergantung pada kekompakan, kekerasan, besar butir batuan serta kandungan

air atau  larutaan elektrolit di dalamnya.

Metode geolistrik mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan metode langsung, di

antaranya pengeboran, penyondiran, dan lain–lain. Metode geolistrik dapat dilakukan

dengan mudah pada lereng–lereng bukit, peralatan relatif ringan, dapat menembus

berbagai lapisan tanah/batuan, kedalaman dapat mencapai beberapa ratus meter sesuai

kebutuhan. Misalnya untuk penyelidikan air tanah diperlukan data sampai beberapa ratus

meter kedalaman, tapi untuk penyelidikan geologi teknik cukup sampai beberapa puluh

meter saja, tergantung pada jenis bangunannya. Pelaksanaannya relatif cepat, biaya murah,

dan data yang didapatkan cukup akurat.

7.7.4.3      Eksploitasi dan Pembangunan Kelengkapan Sarana Pemanfaatan Air Tanah

Berdasarkan hasil survey hidrogeologi dan eksplorasi air tanah, maka dilakukan pengeboran

eksploitasi atau menggunakan sumur yang lama dalam rangka proses pengambilan air

tanah.

Dalam pembangunan kelengkapan sarana pemanfaatan air tanah diperlukan untuk menjaga

kualitas dan kuantitas air tanah. Sebagai contoh pada PDAM, ataupun perusahaan air

kemasan, apabila kualitas air tanah kurang memenuhi syarat, maka dilengkapi dengan

instalasi pengolahan air.

Contoh lain misalnya pada  kawasan industri perlu dilengkapi dengan sumur pantau dan

sumur resapan. Hal ini dimaksudkan untuk mengamati setiap perubahan kualitas dan

kuantitas air tanah serta menjaga ketersediaan air tanah.

Page 20: fungsi air tanah.docx

 Ketentuan lebih lanjut mengenai teknis pengembangan air tanah diatur dalam

peraturan Menteri.

7.8           Pengendalian Daya Rusak Air Tanah

Pengendalian daya rusak air tanah adalah pengendalian daya rusak air pada cekungan air

tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 UU No. 7/2004.

Menurut PP No. 43/2008, pengendalian daya rusak air tanah ditujukan untuk mencegah,

menanggulangi intrusi air asin, dan memulihkan kondisi air tanah akibat intrusi air asin,

serta mencegah, menghentikan, atau mengurangi terjadinya amblesan tanah.

Pengendalian daya rusak air tanah dilakukan dengan mengendalikan pengambilan air

tanah dan meningkatkan jumlah imbuhan air tanah untuk menghambat/mengurangi laju

penurunan muka air tanah. Penurunan muka air tanah menyebabkan ketidakseimbangan

kondisi hidrogeologi, apabila terjadi terus menerus dapat mengakibatkan terjadinya

intrusi air asin dan/atau amblesan tanah, seperti telah dibahas pada bab-bab terdahulu.

Pengendalian daya rusak air tanah meliputi upaya pencegahan, penanggulangan, dan

pemulihan. Untuk mencegah terjadinya intrusi air asin dilakukan dengan membatasi

pengambilan air tanah di daerah pantai yang mengakibatkan terganggunya keseimbangan

antara muka air tanah tawar dan muka air tanah asin. Untuk menanggulangi terjadinya

intrusi air asin dilarang mengambil air tanah di daerah pantai. Sedangkan untuk

memulihkan kondisi air tanah akibat intrusi air asin dilakukan dengan cara menciptakan

resapan buatan  atau membuat sumur injeksi di daerah yang air tanahnya telah tercemar

air asin (Bab 4).

Pengendalian pada amblesan tanah meliputi kegiatan pencegahan terjadinya amblesan

tanah dilakukan dengan mengurangi pengambilan air tanah bagi pemegang izin pemakaian

air tanah atau izin pengusahaan air tanah pada zona kritis dan zona rusak. Upaya

penghentian terjadinya amblesan tanah dilakukan dengan menghentikan pengambilan air

tanah. Sedangkan untuk mengurangi terjadinya amblesan tanah sebagaimana dilakukan

untuk menanggulangi intrusi air asin dengan membuat sumur resapan.

7.9           Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Pengelolaan Air Tanah

Pemantauan air tanah adalah pengamatan dan pencatatan secara menerus atas perubahan

kuantitas, kualitas, dan lingkungan air tanah, yang diakibatkan oleh perubahan lingkungan

dan atau pengambilan air tanah. Hal itu dimaksudkan agar muka air tanah tidak mengalami

penurunan, sehingga dapat mencegah dan menanggulangi intrusi air asin dan

memulihkannya serta menghentikan atau mengurangi terjadinya amblesan tanah.

Page 21: fungsi air tanah.docx

Kegiatan pemantauan pengelolaan air tanah dilakukan oleh Menteri, gubernur, dan

bupati/walikota, dengan tujuan utama pemantauan agar keberadaan air tanah di suatu

daerah dapat dikendalikan pengelolaannya sehingga air tanah dapat lestari dan

berkesinambungan sehingga pemanfaatannya dapat berkelanjutan.

Dalam pelaksanaan pemantauan, Pemerintah dapat dibantu oleh pihak lain seperti instansi

atau lembaga baik pemerintah maupun swasta seperti LIPI, perguruan tinggi, dan

badan usaha yang mempunyai kompetensi di bidang air tanah.

Upaya pemantauan berdasarkan PP No. 43/2008,  dilakukan secara berkala atau terus

menerus dan berkesinambungan meliputi: pengukuran, pencatatan, pengamatan,

pemeriksaan laporan, peninjauan langsung, dan analisis terhadap perubahan

kuantitas maupun kualitas air tanah serta kondisi lingkungan yang mempengaruhi atau

dipengaruhi oleh terjadinya perubahan tersebut.

Hasil pemantauan ini digunakan untuk mengevaluasi pelaksanaan pengelolaan air tanah

sehingga meningkatkan kinerja atau untuk melakukan peninjauan kembali rencana

pengelolaan air tanah. Selain itu, hasil pemantauan tersebut dapat dipakai sebagai

dasar pertimbangan pengambilan keputusan dalam melakukan peninjauan atas

perencanaan pengelolaan air tanah oleh pemerintah daerah, agar keberadaan air tanah di

suatu daerah dapat dikendalikan pengelolaannya sehingga air tanah dapat lestari dan

berkesinambungan sehingga pemanfaatannya dapat berkelanjutan (Dep. ESDM, 2006).

Kegiatan pemantauan pelaksanaan pengelolaan air tanah dilakukan melalui (PP No.43/2008

Pasal 32 Ayat(3)):

1.       Pengamatan;

2.       Pencatatan;

3.       Perekamanan;

4.       Pemeriksaan laporan;

5.       Peninjauan secara langsung

7.10       Sistem Informasi Air Tanah

Sistem informasi air tanah merupakan jaringan informasi air tanah yang tersebar dan

dikelola oleh berbagai institusi, serta dapat diakses oleh berbagai pihak yang

berkepentingan dalam pengelolaan air tanah.

Data dan informasi yang dikelola dalam sistem informasi air tanah meliputi:

Page 22: fungsi air tanah.docx

1.       inventarisasi air tanah;

2.       konservasi air tanah;

3.       pendayagunaan air tanah;

4.       pengendalian dan pengawasan air tanah;

5.       perizinan air tanah;

6.       kebijakan pengelolaan air tanah.

Adapun pengelolaan sistem informasi air tanah dilakukan melalui tahapan:

1.       pengambilan dan pengumpulan data;

2.       penyimpanan dan pengolahan data;

3.       pembaharuan data;

4.       penerbitan serta penyebarluasan data dan informasi.

Informasi air tanah mencakup informasi hidrogeologis sebagai bagian dari informasi

sumber daya air, isinya meliputi data dan informasi mengenai:

1.      konfigurasi CAT;

2.      hidrogeologi;

3.      potensi air tanah;

4.      konservasi air tanah;

5.      pendayagunaan air tanah;

6.      kondisi dan lingkungan air tanah;

7.      pengendalian dan pengawasan air tanah;

8.      kebijakan dan pengaturan di bidang air tanah;

9.      kegiatan sosial ekonomi budaya masyarakat yang terkait dengan air tanah.

7.10.1  Pengambilan dan Pengumpulan Data

Page 23: fungsi air tanah.docx

Proses pengumpulan dan pengadaan bahan data dan informasi air tanah  dilakukan  melalui 

tahapan-tahapan  sebagai  berikut :

a.       Pemilihan data dan informasi yang berasal dari berbagai sumber, baik   berupa

data primer maupun data sekuder.

b.       Pelaksanaan pengadaan data dan informasi.

c.        Pengidentifikasi data dan informasi.

Data dan informasi tersebut diperoleh dari kegiatan inventarisasi, baik melalui pemetaan,

penyelidikan, penelitian, eksplorasi, dan/atau evaluasi data.

7.10.2  Penyimpanan dan Pengolahan Data

Data dan informasi air tanah hasil inventarisasi yang dilaksanakan oleh pihak swasta,

perguruan tinggi, serta instansi/lembaga pemerintah di wilayah provinsi dan/atau

kabupaten/kota wajib disampaikan kepada pusat data dan informasi di tingkat provinsi

dan/atau kabupaten/kota. Data dan informasi air tanah terbuka untuk umum dan dapat

digunakan oleh masyarakat

Proses   pengolahan  data dan informasi air tanah tahap awal meliputi :

·         Pemilahan data dan informasi air tanah.

·         Katalogisasi.

Merupakan kegiatan pembuatan file katalog untuk setiap jenis data dan informasi yang

dikelompokkan lagi menjadi: katalog pengarang, katalog judul, katalog lokasi, katalog

subyek, dan lain-lain.

Proses katalogisasi dengan komputer akan lebih mudah dan cepat pemrosesannya,

karena kelompok katalog tersebut di atas dibuat dalam suatu file spreadsheet sebagai

judul kolomnya.

·         Labelisasi

Berdasarkan  hasil  proses  klasifikasi  data  dan  informasi di atas, harus dilakukan

pengidentifikasian terhadap bahan data dengan melakukan pelabelan. Pelabelan ini

akan memudahkan pelacakan terhadap  data  yang  diperlukan. Kode yang digunakan

dalam pelabelan  menggunakan  abjad  dan  angka  yang  disesuaikan  dengan  jenis 

bahan,  judul,  lokasi  dan  lain  sebagainya.

Page 24: fungsi air tanah.docx

Setelah dilakukan proses pengolahan awal, selanjutnya dilakukan pengolahan lanjut

untuk mempersiapkan data dan informasi yang berbasis komputer yang dikelola dalam

suatu Database Management System (DBMS). Berbagai data yang telah dikumpulkan

seperti yang telah dibahas di atas, baik berupa hasil cetakan dalam kertas maupun

digital yang mempunyai bentuk dan format yang berbeda, harus dikonversikan menjadi

data digital yang berformat seragam.

Data dan informasi yang sudah dikerjakan dalam pengolahan awal kemudian dievaluasi

dan dibuat suatu desain sistem basis data yang ditunjang dengan program perangkat

lunak khusus yang telah beredar di pasaran. Dalam penentuan struktur data dan

informasi ini diperlukan beberapa hal antara lain :

·         Ketersedian data.

·         Tingkat kepercayaan data.

·         Tingkat kekinian  data.

·         Tingkat konsistensi data.

Berdasarkan jenis pengolahan seperti yang sudah diterangkan di atas, data dan

informasi terbagi dua yaitu data non digital dan data digital. Pengolahan data non digital

dilakukan berdasarkan bentuknya, yaitu data spasial dan data non spasial. Data digital

adalah data dan informasi yang berbentuk digital baik data spasial maupun non spasial.

Data yang telah terkumpul perlu dilakukan proses konversi koordinat maupun

struktur atributnya sehingga adanya keseragaman dalam susunan datanya. Hal ini akan

memudahkan dalam pengintegrasian data dan informasi air tanah secara keseluruhan.

Data dan informasi yang telah diseleksi dan diolah, disimpan di tempat-tempat tertentu

(map, rak, lemari, hard disk dan lain-lain) berdasarkan kelompok macamnya sesuai 

dengan urutan nomor penempatannya.

Tempat  penyimpanan harus aman dan terhindar dari segala faktor yang mempercepat

proses perusakan data (debu, jamur, kelembaban, dll.) Pemeliharaan terhadap data dan

informasi  harus dilakukan secara teratur.

Data dan informasi digital  disusun dalam struktur direktori yang terorganisasi

berdasarkan jenis datanya.

Untuk data digital yang telah tersimpan dalam hard disk, secara rutin harus dilakukan

proses pembuatan data cadangannya (back up) dalam suatu media penyimpanan file

(floppy disk, CD, dan hard disk). Hal ini perlu dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya

kerusakan yang tidak terduga.

Page 25: fungsi air tanah.docx

7.10.3  Pembaharuan Data

Sistem informasi air tanah dikembangkan untuk menghasilkan informasi keair tanahan yang

bersifat administrasi dan teknis secara terpadu yang dapat diakses secara cepat melalui

jaringan komputer.

Dengan cara tersebut mempercepat pemberian persyaratan/rekomendasi teknis untuk izin

pemakaian dan izin pengusahaan air tanah serta penyebarluasan informasi kondisi air tanah

kepada pihak-pihak terkait, sehingga membantu dalam menentukan

kebijakan konservasi air tanah pada waktu yang akan datang.

Pembaharuan data dalam sistem informasi bertujuan untuk memberikan informasi yang

akurat mengenai data-data yang dibutuhkan dalam pengelolaan air tanah. Pembaharuan

data-data tersebut diperoleh dari survei-survei yang telah dilakukan, laporan-laporan

pengelola air tanah baik dari pihak pemerintah, swasta dan peran masyarakat.

Untuk mempermudah penyelenggaraan sistem informasi air tanah, maka dibentuk pusat

pengelolaan data di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten kota.

Pembentukan dan pengelolaan pusat data dan informasi air tanah dilaksanakan oleh

Menteri, gubernur, dan bupati/walikota sesuai kewenangannya setelah dikoordinasikan

dengan Dewan Sumber Daya Air Nasional/Daerah.

Pusat data dan informasi air tanah dibangun di tingkat nasional, tingkat provinsi, dan tingkat

kabupaten/kota sebagai pengelola sistem informasi air tanah. Pusat data dan informasi air

tanah nasional merupakan unit pengelola data dan informasi di tingkat nasional, yang

berfungsi sebagai penyeleksi, pengolah, dan penyebar data dan informasi air tanah yang

diterima dari Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan

institusi pengelola data dan informasi lain.

Pusat data dan informasi air tanah provinsi merupakan unit pengelola data dan informasi di

tingkat provinsi, yang berfungsi sebagai penyeleksi, pengolah, dan penyebar data dan

informasi air tanah yang diterima dari Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah

kabupaten/kota, dan institusi pengelola data dan informasi lain.

Pusat data dan informasi air tanah kabupaten/kota merupakan unit pengelola data dan

informasi di tingkat kabupaten/kota, yang berfungsi sebagai penyeleksi, pengolah, dan

penyebar data dan informasi air tanah yang diterima dari Pemerintah, pemerintah provinsi,

pemerintah kabupaten/kota, dan institusi pengelola data dan informasi lain.

7.10.4  Penerbitan serta Penyebarluasan Data dan Informasi

Page 26: fungsi air tanah.docx

Data dan informasi yang sudah diolah dan disimpan secara teratur, harus dikelola dalam

suatu sistem pengelolaan data dan informasi mulai dari proses pengumpulan, pengolahan

hingga pengaturan penyajian data dan informasi.

Data  yang telah dikumpulkan, disajikan dalam 5 (lima) macam informasi, yaitu :

a. Informasi tabular.

b. Informasi grafik.

c. Informasi berbentuk peta.

d. Informasi berbentuk foto atau gambar.

e. Informasi naratif.

Data dan informasi yang sudah diolah dapat disajikan dalam bentuk :

a.       Penayangan pada media tayang berdasarkan jenis data dan informasi yang

dibutuhkan melalui proses pengklasifikasian pencarian data (query).

b.       Pencetakan data dan informasi pada kertas sesuai dengan data yang diinginkan.

Pusat data dan informasi air tanah di tingkat provinsi dan tingkat kabupaten/kota wajib

menyampaikan data dan informasi kepada pusat data dan informasi di tingkat nasional.

Pusat data dan informasi air tanah di tingkat kabupaten/kota wajib menyampaikan data dan

informasi kepada pusat data dan informasi di tingkat provinsi.

Data dan informasi air tanah hasil inventarisasi yang dilaksanakan oleh pihak swasta,

perguruan tinggi, serta instansi/lembaga pemerintah di wilayah provinsi dan/atau

kabupaten/kota wajib disampaikan kepada pusat data dan informasi di tingkat provinsi

dan/atau kabupaten/kota. Data dan informasi air tanah terbuka untuk umum dan dapat

digunakan oleh masyarakat.

Untuk memperlancar pelaksanakan kegiatan penyediaan informasi, seluruh instansi

pemerintah, organisasi, lembaga, perorangan dan badan usaha yang melaksanakan

kegiatan berkaitan dengan air tanah wajib menyampaikan laporan hasil kegiatannya kepada

pemerintah, yaitu Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

Informasi yang disampaikan mengenai pelaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan air

tanah tersebut harus terjamin keakuratan, kebenaran, dan ketepatan waktunya.

Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem informasi air tanah diatur dalam peraturan Menteri.

Pengaturan sistem informasi air tanah tersebut ditujukan untuk menyimpan, mengolah,

Page 27: fungsi air tanah.docx

menyediakan, dan menyebarluaskan data dan informasi air tanah dalam upaya mendukung

pengelolaan air tanah.

7.11       Perizinan Air Tanah

Sebagaimana dijelaskan pada sub-bab 6.6.3, izin dala air tanah ditetapkan untuk 2 kegiatan,

yaitu pemakaian air tanah dan pengusahaan air tanah. Sekilas mengenai izin dapat di lihat

pada Gambar 7-13.

Gambar 7-13 Diagram alir perizinan air tanah (PP No 43/2008).

7.11.1  Tata Cara Perolehan Izin

Izin pemakaian air tanah atau izin pengusahaan air tanah diberikan untuk setiap titik sumur

produksi. Untuk memperoleh izin pemakaian air tanah atau izin pengusahaan air tanah,

pemohon wajib mengajukan permohonan secara tertulis kepada bupati/walikota dengan

tembusan kepada Menteri dan gubernur.

Izin pemakaian air tanah atau izin pengusahaan air tanah hanya dapat diterbitkan oleh

bupati/walikota dengan ketentuan (PP No.43/2008, Pasal 68, Ayat (1)):

1.       Pada setiap CAT lintas provinsi dan lintas negara setelah memperoleh

rekomendasi teknis dari Menteri.

2.       Pada setiap CAT lintas kabupaten/kota setelah memperoleh rekomendasi

teknis dari gubernur.

3.       Pada setiap CAT dalam wilayah kabupaten/kota berdasarkan zona konservasi air

tanah dan/atau zona pemanfaatan air tanah.

Page 28: fungsi air tanah.docx

Rekomendasi teknis untuk penerbitan izin pemakaian air tanah atau izin pengusahaan air

tanah berisi:

1.       lokasi dan kedalaman pengeboran atau penggalian air tanah,

2.       jenis dan kedalaman akuifer yang disadap,

3.       debit pengambilan air tanah,

4.       kualitas air tanah,

5.       peruntukan penggunaan air tanah.

Informasi yang harus dilampirkan pada saat mengajukan permohonan izin:

1.       peruntukan dan kebutuhan air tanah yang akan diambil,

2.       rencana pelaksanaan pengeboran atau penggalian air tanah,

3.       upaya pengelolaan lingkungan (UKL) atau upaya pemantauan lingkungan (UPL)

atau analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) sesuai dengan ketentuan

peraturan perundangan.

Izin pemakaian air tanah harus memuat paling sedikit:

1.       nama dan alamat pemohon,

2.       titik lokasi rencana pengeboran atau penggalian,

3.       debit pemakaian atau pengusahaan air tanah,

4.       ketentuan hak dan kewajiban.

Pemegang izin wajib memberitahukan kepada bupati/walikota tentang

rencana pelaksanaan konstruksi sumur produksi dan uji pemompaan dan pelaksanaannya

harus disaksikan oleh petugas yang berwenang.

Untuk memperoleh izin pemakaian air tanah atau izin pengusahaan air tanah, pemohon

dikenakan biaya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan.

Untuk kegiatan pengambilan air tanah dalam jumlah besar, yaitu lebih dari 2 liter per detik,

wajib melakukan eksplorasi air tanah terlebih dahulu.

Hasil eksplorasi air tanah digunakan sebagai dasar perencanaan:

Page 29: fungsi air tanah.docx

1.       kedalaman pengeboran atau penggalian;

2.       penempatan saringan pada pekerjaan konstruksi;

3.       debit dan kualitas air tanah yang akan dimanfaatkan.

Kegiatan pengeboran eksploitasi air tanah tidak memerlukan izin bila :

1.       Dilaksanakan oleh instansi pemerintah yang memiliki tugas dan fungsi di bidang

air tanah.

2.       Dilaksanakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokok dalam jumlah

pengambilan tertentu yang tidak didistribusikan

Pemegang izin pemakaian air tanah atau izin pengusahaan air tanah hanya dapat

melakukan pengeboran atau penggalian di lokasi yang telah ditetapkan, dan hanya dapat

dilakukan oleh instansi pemerintah, perorangan atau badan usaha yang memenuhi

kualifikasi dan klasifikasi untuk melakukan pengeboran atau penggalian air tanah.

Berdasarkan PP No.43/2008, tata cara perizinan  air tanah dapat dilihat pada diagram

berikut:

Page 30: fungsi air tanah.docx

 

Gambar 7-14 Diagram tata cara perizinan pengelolaan air tanah

Kualifikasi dan klasifikasi untuk melakukan pengeboran atau penggalian air tanah dapat

diperoleh melalui:

1.       sertifikasi instalasi bor air tanah; dan

2.       sertifikasi keterampilan juru pengeboran air tanah.

Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan dan rekomendasi teknis serta kualifikasi dan

klasifikasi pengeboran atau penggalian air tanah diatur dalam peraturan Menteri.

7.11.2  Jangka Waktu Izin

Page 31: fungsi air tanah.docx

Izin pemakaian air tanah atau izin pengusahaan air tanah hanya berlaku selama 3 tahun,

namun izin tersebut dapat diperpanjang. Perpanjangan izin hanya dapat diberikan oleh

bupati/walikota, setelah memperoleh rekomendasi teknis, dan selama air tanah masih

tersedia dan dapat diambil tanpa menyebabkan kerusakan kondisi dan lingkungan air tanah.

Masa berlakunya izin pemakaian air tanah atau izin pengusahaan air tanah selama 3 tahun,

setelah habis masa berlakunya dapat dilakukan perpanjangan. Namun sebelum masa

berlakunya habis, izin tersebut juga bisa dicabut  apabila tidak mematuhi ketentuan yang

ditetapkan di dalam izin dan tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan

serta tidak mampu memperbaiki kinerjanya sesuai batas waktu yang diberikan setelah ada

peringatan tertulis dari pemberi izin.

Berakhirnya izin pemakaian air tanah atau izin pengusahaan air tanah tidak membebaskan

kewajiban pemegang izin untuk memenuhi kewajiban yang belum terpenuhi sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Izin pemakaian air tanah atau izin pengusahaan air tanah juga dapat dievaluasi. Evaluasi

tersebut dilakukan untuk mengetahui perubahan ketersediaan air tanah pada CAT.

Ketentuan mengenai evaluasi izin diatur oleh bupati/walikota.

Setelah kegiatan pengeboran atau penggalian air tanah selesai dilakukan, bupati/walikota

wajib melakukan evaluasi terhadap debit dan kualitas air tanah yang dihasilkan

guna menetapkan kembali sumur produksi mana yang akan dipakai atau diusahakan lagi,

sebagaimana yang tercantum dalam izin.

7.11.3  Evaluasi

 Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perubahan ketersediaan air tanah pada CAT. Evaluasi

debit dan kualitas air tanah dilakukan berdasarkan laporan pelaksanaan pengeboran atau

penggalian air tanah.

Laporan pelaksanaan pengeboran atau penggalian air tanah paling sedikit memuat (PP

No.43/2008, Pasal 75 Ayat (3)):

1.       Gambar penampang litologi dan penampangan sumur;

Penampangan sumur menunjukkan jenis, sifat fisik setiap lapisan batuan, dan

kedalaman batuan yang mengandung air tanah sehingga dapat ditentukan jenis dan

posisi saringan.

2.       Hasil analisis fisika dan kimia air tanah;

Hasil analisis fisika dan kimia akan menunjukkan kualitas atau mutu air tanah.

Page 32: fungsi air tanah.docx

3.       Hasil analisis uji pemompaan terhadap akuifer yang disadap;

Hasil analisis uji pemompaan akan menunjukkan debit air tanah yang dapat diambil

secara optimal dari sumur tersebut.

4.       Gambar konstruksi sumur berikut bangunan di atasnya;

Gambar konstruksi sumur akan menunjukkan posisi saringan dan kerikil pembalut.

7.11.4  Hak dan Kewajiban Pemegang Izin

Hak setiap pemegang izin pemakaian air tanah atau izin pengusahaan air tanah adalah

untuk memperoleh hak guna pakai atau hak guna usaha air dari pemanfaatan air tanah .

Sedangkan kewajiban setiap pemegang izin pemakaian air tanah atau pengusahaan air

tanah  (PP No.43/2008, Pasal 77):

1.       Menyampaikan laporan hasil kegiatan pengeboran atau penggalian air

tanah serta debit pemakaian atau pengusahaan air tanah setiap bulan kepada

Pemerintah.

2.       Memasang meteran air pada setiap sumur produksi dalam pemakaian atau

pengusahaan  air tanah.

3.       Membangun sumur resapan di lokasi yang ditentukan oleh bupati/walikota.

4.       Berperan serta dalam menyediakan sumur pantau air tanah, seperti

memberikan tempat untuk pembuatan sumur pantau di lokasi lahannya.

5.       Melakukan upaya konservasi air tanah.

6.       Melaporkan kepada bupati/walikota apabila dalam pelaksanaan pengeboran,

penggalian air tanah, serta pemakaian dan pengusahaan air tanah ditemukan hal-hal

yang dapat membahayakan lingkungan.

7.       Wajib memberikan air sekurang-kurangnya 10% dari batasan debit pemakaian

atau pengusahaan air tanah yang ditetapkan dalam izin, untuk memenuhi kebutuhan

pokok sehari-hari masyarakat di sekitar lokasi pengusahaan air tanah.

7.12       Pemberdayaan, Pengendalian, dan Pengawasan

Page 33: fungsi air tanah.docx

Pengaturan air tanah pada suatu cekungan air tanah secara utuh mencakup

daerah imbuhan dan luahan air tanah. Pengaturan yang dilakukan pada setiap

zona konservasi air tanah sesuai dengan tingkat kerusakan air tanahnya, meliputi :

1.       Pengaturan batasan kedalaman penyadapan air tanah.

2.       Pengaturan jumlah pengambilan dan pemanfaatan air tanah.

3.       Pengaturan peruntukan pemanfaatan air tanah

Untuk mendukung kegiatan di atas maka dibutuhkan pemberdayaan, pengendalian, dan

pengawasan oleh berbagai pihak, baik pemerintah, swasta, dan peran serta masyarakat.

7.12.1  Pemberdayaan

Penyelenggaraan pemberdayaan kepada aparat pengelola air tanah, pemegang

hak guna pakai dan hak guna usaha air dari pemanfaatan air tanah, asosiasi profesi,

asosiasi perusahaan pengeboran air tanah, dan kelompok masyarakat bertujuan untuk

meningkatkan kinerja dalam pengelolaan air tanah.

Pemberdayaan diselenggarakan oleh Menteri, gubernur, bupati/walikota dalam bentuk

penyuluhan, pendidikan, pelatihan, pembimbingan, dan pendampingan. Pemberdayaan

dapat diselenggarakan dalam bentuk kerjasama yang terkoordinasi antara Pemerintah,

pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota. Kelompok masyarakat atas prakarsa

sendiri dapat melaksanakan upaya pemberdayaan untuk kepentingan masing-masing.

7.12.2  Pengendalian

Berdasarkan PP No. 43/2008 Pasal 87, kegiatan pengendalian penggunaan air

tanah dilakukan oleh Menteri, gubernur, bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

Penyampaian laporan penyelenggaraaan pengendalian penggunaan air tanah dilakukan

mulai dari tingkat daerah oleh bupati/walikota kepada gubernur, kemudian gubernur

menyampaikan laporan penyelenggaraan pengendalian penggunaan air tanah tersebut

kepada Menteri secara berkala.

Laporan penyelenggaraan pengendalian penggunaan air tanah berisi antara lain jumlah dan

lokasi sumur bor, jumlah pengguna air tanah, jumlah pengambilan air tanah, peruntukan

penggunaan air tanah, dan jumlah pajak pemanfaatan air tanah. Lebih jelasnya dapat dilihat

pada diagram berikut

Page 34: fungsi air tanah.docx

Gambar 7-15 Mekanisme penyampaian laporan penyelenggaraan penggunaan air tanah

7.12.3  Pengawasan

Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pengelolaan air tanah ditujukan untuk

menjamin kesesuaian antara pelaksanaan pengelolaan air tanah dengan

peraturan perundang-undangan terutama menyangkut ketentuan administratif dan

teknis pengelolaan air tanah.

Wewenang pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pengelolaan air tanah di tingkat

nasional berada di tangan Menteri, di tingkat provinsi dilakukan oleh gubernur, dan di

tingkat kabupaten/kota oleh bupati/walikota. Keikutsertaan masyarakat dalam pengawasan

pengelolaan air tanah juga dapat dilakukan dengan menyampaikan laporan dan/atau

pengaduan.

Kegiatan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraaan air tanah meliputi pengawasan

atas pelaksanaan:

1.   konservasi air tanah,

2.   pendayagunaan air tanah,

3.   pengendalian daya rusak air tanah,

4.   sistem informasi air tanah, dan

5.   pemberdayaan masyarakat.

Pemerintah melakukan pengawasan atas pelaksanaan pengelolaan air tanah, terutama

berkaitan dengan ketentuan dalam izin pemakaian air tanah atau izin pengusahaan air

tanah.  Pengawasan atas pelaksanaan pengelolaan air tanah tersebut dilakukan terhadap

pelaksanaan pengeboran, penggalian air tanah, pemakaian dan/atau pengusahaan air

tanah.

Secara skematis kegiatan pengawasan dapat dilihat pada diagram berikut

Page 35: fungsi air tanah.docx

 

Gambar 7-16 Diagram Kegiatan Pengawasan

Pengeboran dan pengambilan air tanah pada dasarnya adalah kegiatan di bawah

permukaan yang sangat mudah disembunyikan, tidak kasat mata, maka pengawasannya

tidak mudah dilaksanakan. Saat ini banyak dijumpai penyimpangan yang dilakukan oleh

pengguna air tanah dan pihak-pihak yang terkait, maka keadaan ini tentunya akan

menimbulkan dampak negatif karena pengambilan air tanah menjadi tidak terkendali.

Kegiatan pengawasan dan pengendalian pendayagunaan air tanah dalam rangka

konservasi  meliputi:

1.       pengawasan terhadap pelaksanaan pengeboran eksplorasi dan eksploitasi air

tanah yang dilaksanakan oleh instansi/lembaga pemerintah atau swasta;

Page 36: fungsi air tanah.docx

2.       pengawasan terhadap pelaksanaan ketentuan teknis yang tercantum dalam izin

dalam rangka pembuatan maupun perbaikan/penyempurnaan sumurbor atau

penurapan mata air, pemakaian air tanah dan pengusahaan air tanah;

3.       pengawasan terhadap terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan air

tanah;

4.       pengawasan dalam rangka penertiban pengeboran, penurapan, dan pemakaian

serta pengusahaan air tanah  tanpa izin;

5.       pengawasan dalam rangka penertiban kegiatan perusahaan pengeboran air

tanah;

6.       pengawasan terhadap pelaksanaan pembuatan sumur pantau;

7.       pengawasan terhadap pembuatan sumur imbuhan;

8.       pengawasan pelaksanaan UKL dan UPL atau Amdal.

Air tanah adalah sumberdaya alam yang terbarukan, yang memegang peran vital dalam

pembangunan kita. Namun, pengambilannya tetap harus mempertimbangkan aspek

keseimbangan dan kelestariannya. Degradasi yang terjadi pada sumberdaya air tanah baik

jumlah maupun mutunya, sangat sulit upaya pemulihannya.

Kebutuhan akan air tanah yang semakin meningkat sementara di sisi lain ketersediaannya

yang makin langka  mendorong perlunya perencanaan yang matang dalam

pemanfaatan sumber daya tersebut disesuaikan dengan jumlah ketersediaannya yang

paling layak untuk dimanfaatkan 

Mengingat sifat keterdapatan sumber daya air tanah, maka seharusnya air tanah menjadi

alternatif paling akhir bagi pasokan kebutuhan akan air untuk berbagai peruntukan setelah

sumber-sumber yang lain. Di lain pihak, perlu diupayakan pengurangan ketergantungan

pasokan air dari sumberdaya air tanah dengan meningkatkan kapasitas pelayanan PAM agar

air permukaan dapat mengganti peran air tanah.

Penataan peraturan perundang-undangan dalam rangka pengelolaan air tanah pada CAT,

terutama pada kegiatan konservasi air tanah oleh semua pihak, serta penegakan

hukum dari peraturan perundang-undangan oleh instansi yang berwenang, merupakan hal

yang paling menentukan di dalam upaya pelestarian air tanah.

7.13       Sanksi

Page 37: fungsi air tanah.docx

Dalam pengelolaan air tanah, terdapat 2 (dua) jenis sanksi, yaitu: (i) sanksi pidana sesuai

dengan UU No 7/2004, dan (ii) sanksi administrasi. Sanksi administratif ini telah dijelaskan

pada sub-bab 5.4.2.5.

Sanksi pidana dikenakan sesuai ketentuan Pasal  94, Pasal 95 dan Pasal 96. Rangkuman

tentang sanksi pidana dapat dilihat pada Tabel 7-1.

Tabel 7-1 Sanksi pidana dalam pengelolaan air tanah sesuai UU No. 7/2004

Pasal Sanksi Maksimal Pelanggaran

94penjara 9 tahun dan denda Rp1.500.000.000,00

1.sengaja melakukan kegiatan yang mengakibatkan rusaknya sumber air dan prasarananya, mengganggu upaya pengawetan air, dan/atau mengakibatkan pencemaran air; atau

2.sengaja melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan terjadinya daya rusak air.

penjara 6 tahun dan

denda Rp1.000.000.000,00

1.sengaja melakukan kegiatan penggunaan air yang mengakibatkan kerugian terhadap orang atau pihak lain dan kerusakan fungsi sumber air; atau

2.sengaja melakukan kegiatan yang mengakibatkan rusaknya prasarana sumber daya air.

penjara 3 tahun dan

denda Rp500.000.000,00

1.    sengaja menyewakan atau memindahtangankan sebagian atau seluruhnya hak guna air;

2.    sengaja melakukan pengusahaan sumber daya air tanpa izin dari pihak yang berwenang; atau

3.    sengaja melakukan kegiatan pelaksanaan konstruksi prasarana sumber daya air yang tidak didasarkan pada norma, standar, pedoman, dan manual;

4.    sengaja melakukan kegiatan pelaksanaan konstruksi pada sumber air tanpa memperoleh izin dari Pemerintah atau pemerintah daerah.

95penjara 18 bulan dan denda Rp300.000.000,00

1.karena kelalaiannya mengakibatkan kerusakan sumber daya air dan prasarananya, mengganggu upaya pengawetan air, dan/atau mengakibatkan pencermaran air; atau

2.karena kelalaiannya melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan terjadinya daya rusak air.

penjara 1 (satu) tahun dan 1.    karena kelalaiannya melakukan kegiatan penggunaan air yang mengakibatkan kerugian terhadap

Page 38: fungsi air tanah.docx

denda Rp200.000.000,00

orang atau pihak lain dan kerusakan fungsi sumber air; atau;

2.    karena kelalaiannya melakukan kegiatan yang mengakibatkan kerusakan prasarana sumber daya air.

penjara 6 (enam) bulan dan

denda Rp100.000.000,00

1.    karena kelalaiannya melakukan pengusahaan sumber daya air tanpa izin dari pihak yang berwenang;

2.    karena kelalaiannya melakukan kegiatan pelaksanaan konstruksi prasarana sumber daya air yang tidak didasarkan pada norma, standar, pedoman, dan manual;

3.    karena kelalaiannya melakukan kegiatan pelaksanaan konstruksi pada sumber air tanpa izin.

 

 

 

 

 

Page 39: fungsi air tanah.docx

 

 

 

 

 

Page 40: fungsi air tanah.docx
Page 41: fungsi air tanah.docx

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 42: fungsi air tanah.docx

 

 

 

 

 

 

 

Page 43: fungsi air tanah.docx

 

 

 

 

 

 

 

Page 44: fungsi air tanah.docx

 

 

 

 

 

 

 

Page 45: fungsi air tanah.docx

 

 

 

 

 

Page 46: fungsi air tanah.docx

 

Page 47: fungsi air tanah.docx

 

Page 48: fungsi air tanah.docx

 

 

 

 

Page 49: fungsi air tanah.docx

 

Page 50: fungsi air tanah.docx
Page 51: fungsi air tanah.docx

 

 

Page 52: fungsi air tanah.docx

 

 

 

 

 

Page 53: fungsi air tanah.docx

 

 

 

Page 54: fungsi air tanah.docx

 

 

 

Page 55: fungsi air tanah.docx

 

 

Page 56: fungsi air tanah.docx

 

Page 57: fungsi air tanah.docx
Page 58: fungsi air tanah.docx
Page 59: fungsi air tanah.docx
Page 60: fungsi air tanah.docx
Page 61: fungsi air tanah.docx

 

 

 

 

 

Page 62: fungsi air tanah.docx

 

 

Page 63: fungsi air tanah.docx
Page 64: fungsi air tanah.docx
Page 65: fungsi air tanah.docx

 

 

 

Page 66: fungsi air tanah.docx
Page 67: fungsi air tanah.docx

 

Page 68: fungsi air tanah.docx

1446 reads

Kementerian ESDM | Badan Geologi   |

Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan

Jl. Diponegoro 57, Bandung 40122, Jawa Barat - Republik Indonesia

Telp: +62-22-721-5297, +62-21-522-8424 | Faks: +62-22-721-6444, +62-21-522 8372, | Email:

[email protected]

Sistem Informasi Air Tanah Badan Geologi 2014 

http://siat.bgl.esdm.go.id/?q=content/penatagunaan