fraktur kompresi ec osteoporosis.ppt

Upload: clara-verlina

Post on 05-Mar-2016

72 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • Fraktur Kompresi ec OsteoporosisPembimbing: Dr Dheva Sp OTDisusun oleh: Marcella Clarista F (406147042)

  • IdentitasNama: Ny. EUsia: 48 tahunJenis Kelamin: Perempuan

  • Riwayat penyakitKeluhan utama:Nyeri pinggangRiwayat penyakit sekarang:Nyeri pinggang sejak 4 bulan yang lalu, dirasakan terus menerus, tidak memberat.Riwayat jatuh terduduk 4 bulan yang laluRiwayat penyakit terdahulu:Riwayat menopause (+)

  • PemeriksaanPemeriksaan penunjangX-ray vertebra fraktur kompresi vertebra

  • DiagnosisDiagnosis kerja:Fraktur kompresi ec Osteoporosis

  • Fraktur kompresiFraktur: terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.

    Fraktur kompresi: terjadi ketika tulang vertebra terkompresi akibat trauma

  • Etiologi fraktur kompresiOsteoporosisTraumaFraktur patologisFraktur yang terjadi pada tulang vertebra yang sudah mengalami gangguan pada lokasi fraktur metastasis kanker, osteomielitis

  • EpidemiologiOsteoporosis terjadi terutama pada wanita pascamenopause.Tipe I: terjadi pada wanita usia 51-65 tahunTipe II: terjadi pada wanita dan laki-laki usia >75 tahun dalam perbandingan 2:1. UsiaUsia dewasa muda, fraktur kompresi lebih sering disebabkan oleh trauma kecepatan tinggi (jatuh dari ketinggian, seat-belt injuries). Usia lanjut lebih sering mengalami fraktur kompresi akibat osteoporosis.

  • OsteoporosisPenyakit tulang sistemik yang ditandai oleh penurunan densitas massa tulang dan perburukan mikroarsitektur tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah.

  • Faktor ResikoUmurPeningkatan 1 dekade peningkatan resiko 1,4-1,8GenetikEtnis (kaukasus/oriental)Gender (perempuan)Riwayat keluargaSifat fisik tulangDensitas massa tulangUkuran dan geometri tulangMikroarsitektur tulangKomposisi tulang

    Hormon endogen dan penyakit kronikDefisiensi estrogenDefisiensi androgenSirosis, tirotoksikosis, hiperkortisolismeLingkunganMakanan (defisiensi kalsium)Obat-obatan (kortikosteroid)MerokokAlkoholTrauma

  • KlasifikasiOsteoporosis primer: tidak diketahui penyebabnyaOsteoporosis tipe I pasca menopauseOsteoporosis tipe II senillisOsteoporosis sekunder: diketahui penyebabnya

  • Osteoporosis tipe IDisebabkan oleh defisensi estrogen akibat menopause:Resorpsi tulang meningkatPeningkatan produksi sitokin (IL-1, IL-6, TNF-) yang meningkatkan kerja osteoklasMenurunkan absorbsi kalsium di ususMeningkatkan ekskresi kalsium di ginjalKeseimbangan negatif kalsium PTH meningkat

  • Osteoporosis Tipe IITerjadi ketidakseimbangan remodelling tulang resorpsi tulang meningkat, sedangkan formasi tulang tidak berubah/menurun kehilangan massa tulangTerjadi penurunan fungsi osteoblas yang diduga karena penurunan kadar estrogen dan IGF-IFaktor nutrisi pada geriatri asupan kalsium kurang, anoreksia, malabsorpsi defisiensi kalsium dan vitamin DTerjadi hiperparatiroidisme sekunder meningkatkan resorpsi tulang

  • AnamnesisKeluhan utama:Bow legKesemutan dan rasa baal di mulut dan ujung jari pada hipokalsemiaAnak-anak pendek, kelemahan otot, waddling gaitFraktur pada trauma minimal

  • AnamnesisKeluhan utama fraktur kompresi:Nyeri yang terlokalisir dan dapat diidentifikasi dengan jelas lokasinya.Baal, kesemutan dan kelemahan ekstremitas bawah kompresi jaringan saraf pada lokasi fraktur. Inkontinensia/retensi urine kompresi spinal cord

  • AnamnesisRiwayat paparan sinar matahariAsupan kalsium, fosfor, vitamin DObat-obatan yang diminum dalam jangka panjangKortikosteroid, hormon tiroid, anti konvulsan, heparin, antasid yang mengandung aluminium, sodium-fluorida dan bifosfonat etidronatAlkohol dan merokok

  • Pemeriksaan fisikTinggi badan harus diukur pada setiap penderita osteoporosisPeriksa apakah terdapat nyeri spinalDeformitas tulangPemeriksaan neurologis

  • Pemeriksaan penunjang: RadiologikTidak sensitif untuk menilai massa tulangPada vertebra sangat baik untuk mencari fraktur kompresiOsteoporosis: penipisan korteks dan daerah trabekular yang lebih lusen picture frame vertebrae

  • Pemeriksaan penunjang: Radiologik

  • Pemeriksaan PenunjangCT-scan:Memiliki sensitivitas tinggi untuk mendeteksi fraktur dan menilai derjat keparahan fraktur.

    MRI:Memiliki sensitivitas yang paling tinggi dalam mendeteksi lesi pada jaringan saraf dan tulang.

  • Pemeriksaan penunjangPemeriksaan densitas massa tulang:Indikasi:Wanita premenopause dengan risiko tinggi (amenore, menopause akibat pembedahan)Laki-laki dengan satu/> faktor resiko (hipogonadisme, penggunaan alkohol, fraktur karena trauma ringan)Imobilisasi lama (lebih dari 1 bulan)Masukan kalsium yang rendah lebih dari 10 tahun (malabsorpsi atau hemigastrektomi (10 tahun setelah 10 operasi)Artritis reumatoid atau selama lebih dari 5 tahun terus menerus

  • Pemeriksaan penunjangAwal pengobatan kortikosteroid atau methotrexate dan setiap 1-2 tahun pengobatanMenggunakan terapi antikonvulsan (fenobarbital) selama lebih dari 5 tahunKreatinin klirens
  • Pemeriksaan penunjangPenggunaan terapi pengganti tiroid lebih dari 10 tahunEvaluasi terapi osteoporosisWanita postmenopause dengan 2 atau lebih faktor resiko (riawayat keluarga dengan osteoporosis, masukan kalsium rendah, fraktur dengan trauma minimal, umur >65 tahun

  • Pemeriksaan PenunjangDensitometri: Single-photon absoprtiometryMenggunakan unsur radioisotp I dengan energi photon rendah hanya digunakan pada tulang yang mempunyai jaringan lunak yang tidak tebal distal radius dan kalkaneusDouble- photon absoprtiometryMetode sama dengan SPA tapi menggunakan sumber energi yang mempunyai photon dengan 2 tingkat yang berbeda dapat digunakan pada bagian-bagian tubuh dan tulang yang mempunyai struktur kompleks seperti leher femur dan vertebra

  • Pemeriksaan PenunjangQuantitavie computer tomographyMengukur densitas tulang secara volumetrik (g/cm3)Dosis radiasi yang dihasilkan lebih tinggi (>200x DXA)

  • Pemeriksaan PenunjangDual energy X-Ray Absorptiometry (DXA)Paling sering digunakan dalam diagnosis osteoporosis karena akurasi dan presisi tinggiSumber energi X-ray

    Hasil:T-score >-1 normalT-score

  • Terapi farmakologisOsteoporosisMenghambat kerja osteoklas (anti resorptif)Estrogen, antiestrogen, bifosfonat, dan kalsitoninMeningkatkan kerja osteoblas (stimulator tulang)Na-fluorida, PTHFraktur kompresi:AnalgetikNSAID, opiatesMuscle relaxant

  • Terapi farmakologisFirst line:BisphosphonatesDensoumab (monoclonal antibody against RANK-ligand)Strontium ranelateRaloxifene (selective oestrogen- receptor modulator)Hormone replacement therapySecond line:Teriparatide (recombinant parathyroid hormone)

  • Terapi non-farmakologisMelakukan aktivitas fisik yang teratur untuk memelihara kekuatan, kelenturan dan koordinasi sistem neuromuskuler serta kebugaran mengurangi resiko jatuhJaga asupan kalsium 1000-1500 mg/hariHindari mengangkat benda beratPenggunaan alat bantu (ortosis) korset lumbal, tongkat atau alat bantu berjalan.

  • Terapi non-farmakologis

    Kelompok bahan makananBahan makananMg Ca/100 g bahanSusu dan produknyaSusu sapi116Susu kambing129Keju90-1180Yoghurt150IkanTeri kering1200Rebon769Teri segar500Sarden354SayuranDaun pepaya353Bayam267Sawi220Brokoli110Kacang-kacangan dan hasil olahannyaKacang panjang347Susu kedelai (250 ml)129

  • Terapi bedahTerapi bedah diindikasikan jika terdapat:Defisit neurologiParese atau paralisis ekstremitas inferiorHilangnya fungsi sensorik di daerah perianal (saddle anesthesia)Retensi/inkontinensia urine atau inkontinensia alvi

    InstabilitasKlinis: nyeri hebat yang tidak berkurang atau memburuk dengan berjalannnya waktu. Radiografis: terdapat disrupsi ligamen yang berat, pergerakan fraktur pada dynamic radiograph

  • Terapi BedahVertebroplastiTindakan penyuntikan semen tulang kedalam korpus vertebraVertebroplasty. Anterior wedge compression fracture after fusion of the fracture fragments with polymethylmethacrylate.

  • Terapi BedahKifoplastiPenyuntikan semen tulang kedalam balon yang sebelumnya sudah dikembangkan didalam korpus vertebra yang kolaps akibat fraktur.