fiks etilen

21
ACARA II PENANGANAN PASCA PANEN A. Tujuan Tujuan dari praktikum acara II Penanganan Pasca Panen adalah sebagai berikut: a. Mahasiswa memahami pengaruh sortasi buah semangka dalam penanganan pasca panen b. Mahasiswa memahami pengaruh pengemasan buah semangka dalam penanganan pasca panen c. Mahasiswa memahami pengaruh penambahan gas etilen pada buah semangka dalam penanganan pasca panen d. Mahasiswa memahami pengaruh pelapisan lilin buah pada buah semangka dalam penanganan pasca panen B. Tinjauan Pustaka Bahan pengawet kimia biasanya hanya bersifat mencegah pertumbuhan mikroba saja. Tetapi senyawa epoksida seperti etilen oksida dan propilen oksida bersifat membunuh semua mikroba termasuk spora dan virus. Etilen oksida dan propilen oksida digunakan sebagai fumigant terhadap bahan-bahan kering seperti rempah-rempah, tepung, dan lain-lain. Etilen oksida lebih efektif dibandingkan propilen oksida, tetapi etilen oksida lebih mudah menguap, terbakar, dan meledak, karena itu biasanya diencerkan dengan

Upload: niztgirl

Post on 23-Oct-2015

33 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

etilen

TRANSCRIPT

Page 1: fiks etilen

ACARA II

PENANGANAN PASCA PANEN

A. Tujuan

Tujuan dari praktikum acara II Penanganan Pasca Panen adalah sebagai

berikut:

a. Mahasiswa memahami pengaruh sortasi buah semangka dalam

penanganan pasca panen

b. Mahasiswa memahami pengaruh pengemasan buah semangka dalam

penanganan pasca panen

c. Mahasiswa memahami pengaruh penambahan gas etilen pada buah

semangka dalam penanganan pasca panen

d. Mahasiswa memahami pengaruh pelapisan lilin buah pada buah semangka

dalam penanganan pasca panen

B. Tinjauan Pustaka

Bahan pengawet kimia biasanya hanya bersifat mencegah pertumbuhan

mikroba saja. Tetapi senyawa epoksida seperti etilen oksida dan propilen

oksida bersifat membunuh semua mikroba termasuk spora dan virus. Etilen

oksida dan propilen oksida digunakan sebagai fumigant terhadap bahan-bahan

kering seperti rempah-rempah, tepung, dan lain-lain. Etilen oksida lebih efektif

dibandingkan propilen oksida, tetapi etilen oksida lebih mudah menguap,

terbakar, dan meledak, karena itu biasanya diencerkan dengan senyawa lain

membentuk campuran 10% etilen oksida dengan 90% CO2 (Winarno, 2002).

Ada beberapa jenis pemacu kemasakan yang diketahui dapat memacu

kemasakan yang diketahui dapat memacu kemasakan antara lain etilen dan

asetilen. Etilen banyak diteliti sebagai hormon pemasakan buahn dan telah

dipergunakan secara komersial dalam pemeraman buah terutama pisang dan

tomat. Dinyatakan pua bahwa etilen mempunyai kemampuan dan efisiensi

yang tinggi dalam memasakkan buah dibanding asetilen. Meskipun demikian,

asetilen lebih banyak digunakan di dalam negeri sebagai pemeram buah dan

Page 2: fiks etilen

lebih banyak digunakan oleh petanu dan pedagang dalam bentuk kalsium

karbida atau lebih populer dengan karbid. Bahan ini sudah sering digunakan

oleh para pedagang antar kota terutama buah mangga (Sjaifullah, 1994).

Muchtadi dan sugiyono (1992) menerangkan lapisan lilin untuk

komoditas pertanian segar harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu tidak

berpengaruh terhadap bau dan rasa komoditas, tidak beracun, mudah kering

dan tidak lengket, tidak mudah pecah, mengkilap, dan licin, mudah diperoleh

dan murah harganya. Lilin lebah banyak dipergunakan untuk produk pertanian

karena mudah didapat dan harganya murah (Bennet, 1994 dalam Chotimah,

2008). Pelilinan tersebut bertujuan menghambat proses respirasi sehingga

perubahan kimiawi yang terjadi pada komoditas tersebut relatif terhambat.

Salah satu cara untuk menambah umur simpan dan mempertahankan

kesegaran buah-buahan adalah dengan teknologi pelapisan lilin pada

permukaaan buah. Pelapisan lilin bertujuan untuk mencegah terjadinya

penguapan air sehingga dapat memperlambat kelayuan, menghambat laju

respirasi dan untuk mengkilapkan kulit buah sehingga menambah daya tarik

bagi konsumen. Pelapisan lilin dengan kepekatan dan ketebalan yang sesuai

dapat menghindarkan keadaaan aerobik pada buah dan memberikan

perlindungan yang diperlukan terhadap luka dan goresan pada permukaan buah

(Rina dan Asiani, 1992).

Kerusakan bahan pangan telah dimulai sejak bahan pangan

tersebutdipanen. Penyebab utama kerusakan bahan pangan adalah (1)

pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme; (2) Aktivitas enzim dalam bahan

pangan; (3) suhu baik suhu tinggi maupun suhu rendah; (4) udara khususnya

oksigen; (5) kadar air dan kekeringan; (6) cahaya; dan (7) serangga, parasit

serta pengerat. Pengawetan pangan pada dasarnya adalah tindakan untuk

memperkecil atau menghilangakan faktor-faktor perusak tersebut. Setelah

dipanen produk hasil pertanian tetap melakukan fisiologis sehingga dapat

disebut sebagai jaringan yang masih hidup. Adanya aktifitas fisiologis

menyebabkan produk pertanian akan terus mengalami perubahan yang tidak

dapat dihentikan, hanya dapat diperlambat sampai batas tertentu. Tahap akhir

Page 3: fiks etilen

dari perubahan pasca panen adalah kelayuan untuk produk nabati atau

pembusukan pada produk hewani (Santoso, 2006).

Pelapisan lilin bagi bahan pangan tertentu yang mudah rusak sudah

dipergunakan beberapa tahun. Disamping untuk pencegahan atau pengurangan

kehilangan air, produk mempunyai kenampakan yang cerah. Buah jeruk,

mentimun, rutabaga, dan parsnip merupakan contoh-contoh produk yang

dilapisi lilin dengan sukses. Buah-buahan tomat, kentang, kantalop, dan ubi

jalar adalah merupakan produk-produk yang dilapisi lilin secara komersial.

Pelilinan dikerjakan baik dengan parafinatau campuran lilin nabati dan parafin.

(Desrosier, 1988).

Iklim yang basah akan menyebabkan pertumbuhannya terhambat, mudah

terserang penyakit, serta produksi dan kualitas buahnya akan menurun.

Perkembangan teknologi budidaya semangka di daerah Sub-tropika lebih maju

dibandingkan daerah asalnya (tropika). Jenis-jenis baru, baik hibrida yang

diploid (semangka berbiji) maupun yang triploid (semangka tak berbiji), telah

banyak dikembangkan dengan kualitas buah dan hasil jauh lebih baik

dibandingkan dengan semangka tropis (varietas asalnya) (Anonim1, 2013).

Semangka adalah tanaman merambat yang berasal dari daerah setengah

gurun di Afrika bagian selatan. Tanaman ini masih sekerabat dengan labu-

labuan (Cucurbitaceae), melon (Cucumis melo) dan ketimun (Cucumis sativus).

Semangka biasa dipanen buahnya untuk dimakan segar atau

dibuat jus. Biji semangka yang dikeringkan dan disangrai juga dapat dimakan

isinya (kotiledon) sebagai kuaci. Sebagaimana anggota suku ketimun-

ketimunan lainnya, habitus tanaman ini merambat namun ia tidak dapat

membentuk akar adventif dan tidak dapat memanjat. Jangkauan rambatan dapat

mencapai belasan meter. Daunnya berlekuk-lekuk di tepinya. Bunganya

sempurna, berwarna kuning, kecil (diameter 3cm). Semangka

adalah andromonoecious monoklin, yaitu memiliki dua jenis bunga pada satu

tumbuhan: bunga jantan, yang hanya memiliki benang sari (stamen), dan bunga

banci/hermafrodit, yang memiliki benang sari dan putik (pistillum). Bunga

banci dapat dikenali dari adanya bakal buah (ovarium) di bagian pangkal bunga

Page 4: fiks etilen

berupa pembesaran berbentuk oval. Buah semangka memiliki kulit yang keras,

berwarna hijau pekat atau hijau muda dengan larik-larik hijau tua.

Tergantung kultivarnya, daging buahnya yang berair berwarna merah atau

kuning. Tanaman ini cukup tahan akan kekeringan terutama apabila telah

memasuki masa pembentukan buah (Anonim2, 2013).

Sebaiknya diletakkan di atas meja selama kurang lebih seminggu. Cara

ini akan melipatgandakan kadar likopen dan beta-karoten semangka. Dan

sehari sebelum dikonsumsi, simpanlah semangka dalam lemari pendingin.

Hindari menyimpan semangka di dekat jenis buah lain. Semangka adalah jenis

buah yang cepat rusak oleh etilen, gas alami dari buah yang dapat mempercepat

proses pembusukan (Anonim3, 2013)

Cucurbitaceae adalah famili dari buah yang berukuran sedang, biasa

ditemukan di negara hangat di dunia. Ini telah nampak dari daun bertangkai

muda dan buah yang hasilnya banyak, mencapai 100 buah pada satu tangkai.

Buah semangka, dapat secara bebas dipertimbangkan sebagai tipe melon,

memiliki kulit luar yang licin (hijau dan kuning) dan berair, manis, biasanya

merah, kuning,atau orange daging buah di dalam (Jeffrey, 2005 dalam Lawal,

2011C. Metodologi

1. Tempat dan Waktu Praktikum

Pada praktikum Mata Kuliah Fisiologi dan Teknologi Pasca Panen

dilakukan di 2 tempat yaitu kebun semangka Dusun Karangnangka, Desa

Krikilan, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen untuk praktikum di

lapangan, pada tanggal 30 maret 2013 dan di laboratorium Rekaya

Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian pada tanggal 10

dan Mei 2012. Pengamatan kualitatif dan kuantitatif dilakukan pada tanggal

12, 14, 16 april 2013.

2. Alat dan Bahan

Alat

a. Refraktometer

b. pHmeter

c. Tabung Reaksi

Page 5: fiks etilen

d. Corong

e. Mortar

f. Kertas Saring

g. Pisau

h. Tissue

Bahan

a. Semangka

3. Cara Kerja

1. Sortasi

2. Pengemasan

Buah dipanen

Buah dipilah berdasarkan komoditas yang baik (tanpa cacat) dan yang cacat (terserang penyakit, jamur, dan sejenisnya) tanpa

adanya pengkelasan (grading)

Buah disortasi dengan pengkelasan mutu buah di tingkat pengepul (setelah tingkat petani) berdasarkan beberapa tingkatan mutu dari yang paling sempurna (tanpa cacat) hingga kondisi sedikit sampai

banyak kenampakan tak sempurna

Buah dipanen

Buah dikemas dalam karung saat hendak diangkut ke truk yang akan mengantarkan buah ke pengepul.

Page 6: fiks etilen

3. Perlakuan Gas Etilen

Diukur kadar padatan terlarut dengan pH meter terhadap filtrat daging buah semangka

Diambil buah semangka lalu ditempatkan pada wadah bersama kalsium karbida (CaC2) padat

Dilakukan pengukuran pH dengan pH meter terhadap filtrat daging buah salak

Hasil pengamatan didokumentasikan

Diamati perubahan yang terjadi, meliputi tekstur, warna, kenampakan, berat, pH, dan padatan terlarut pada hari ke 0, 2, 4

dan 6

Buah dilapisi lilin dengan buah kecil dicelupkan dan buah besar dioleskan

Diamati sampel dan kontrol dilakukan pada hari ke-0, 2, 4, dan 6 terhadap parameter tekstur, warna, kenampakan berat, kerusakan

dan umur simpan

Diamati umur simpannya

Hasil pengamatan didokumentasikan

Page 7: fiks etilen

4. Pelapisan Lilin

D. Data Hasil Pengamatan

1. Sortasi

Pada proses sortasi, pengkelasan dilakukan oleh pengepul buah

semangka. Namun, sebelumnya disortasi oleh petani hanya sebatas secara

kenampakan buah masih baik atau buruk. Semangka buruk bisa disebabkan

karena hama atau penyakit, bisa juga karena terjadi kerusakan mekanik.

Narasumber : Sriyono (41 tahun)

2. Pengemasan

Pada proses pengemasan, komoditas semangka tidak melakukan

pengemasan secara spesifik setelah dilakukannya pasca panen. Semangka

hanya bungkus dengan karung karung tertutup dan tidak terkena lantai

secara langsung. Hal ini disebabkan karena semangka merupakan buah yang

punya tipe yang besar dan berkulit tebal, hal ini menyebabkan semangka

memiliki tingkat traspirasi yang rendah.

Narasumber : Sriyono (41 tahun)

Buah dilapisi lilin dengan buah kecil dicelupkan dan buah besar dioleskan

Diamati sampel dan kontrol dilakukan pada hari ke-0, 2, 4, dan 6 terhadap parameter tekstur, warna, kenampakan berat, kerusakan

dan umur simpan

Diamati umur simpannya

Hasil pengamatan didokumentasikan

Page 8: fiks etilen

3. Perlakuan Gas Etilen

Tabel 2.1 Perlakuan Gas Etilen

Hari Pengamatan

Tekstur Warna KenampakanBerat Awal (gr)

Berat Akhir (gr)

pHKadar

Padatan Terlarut

Susut Berat (%)

K o ntrol

0 + ++ + 1050 1000 4,7 5,8 4,76

2 + ++ + 1340 1300 5,3 5,2 2,98

4 +++ ++ +++ 1600 1500 5 4 6,25

6 +++ +++ ++++ 850 765 5,2 3 10

Sampel

0 + ++ + 1050 1000 4,7 5,8 4,76

2 + ++ + 1290 1240 5 4,8 3,87

4 +++ ++ +++ 1550 1440 5 5 7,1

6 ++++ ++++ ++++ 1890 1675 5 6 11,38

Sumber : Laporan Sementara

4. Pelapisan Lilin

Tabel 2.2 Pelapisan Lilin

Hari Pengamatan

Tekstur Warna KenampakanBerat Awal (gr)

Berat Akhir (gr)

KerusakanSusut Berat (%)

K o ntrol

0 + ++ + 1050 1000 belum ada2,76

2 + ++ + 1120 1100 Belum ada 1,78

4 +++ ++ +++ 1360 1300 luka kulit 4,41

6 +++ +++ ++++ 1230 1200 luka kulit 2,43

Sampel

0 + ++ + 1050 1000 belum ada 2,76

2 + ++ ++ 1150 1125 Lembek 2,17

4 +++ ++ +++ 1080 1050 Lembek 2,77

6 ++++ ++++ +++++ 1325 1270 Lembek 4,15

Sumber : Laporan Sementara

Page 9: fiks etilen

E.Pembahasan

1. Sortasi

Menurut narasumber yaitu Bapak Sriyono (41 tahun) selaku petani

semangka, Pada proses sortasi, pengkelasan dilakukan oleh pengepul buah

semangka. Namun, sebelumnya disortasi oleh petani hanya sebatas secara

kenampakan buah masih baik atau buruk. Semangka buruk bisa disebabkan

karena hama atau penyakit, bisa juga karena terjadi kerusakan mekanik.

Menurut sumber Adam (2011), pengumpulan hasil panen sampai siap

dipasarkan, harus diusahakan sebaik mungkin agar tidak terjadi kerusakan

buah, sehingga akan mempengaruhi mutu buah dan harga jualnya. Mutu

buah dipengaruhi adanya derajat kemasakan yang tepat, karena akan

mempengaruhi mutu rasa, aroma dan penampakan daging buah, dengan

kadar air yang sempurna. Penggolongan ini biasanya tergantung pada

pemantauan dan permintaan pasaran. Penyortiran dan penggolongan buah

semangka dilakukan dalam beberapa kelas antara lain kelas A (berat =4 kg,

kondisi fisik sempurna, tidak terlalu masak), kelas B (berat ± 2-4 kg, kondisi

fisik sempurna, tidak terlalu masak), kelas C (berat < 2 kg, kondisi fisik

sempurna, tidak terlalu masak).

2. Pengemasan

Menurut narasumber yaitu Bapak Sriyono (41 tahun) selaku petani

semangka, komoditas semangka tidak melakukan pengemasan secara

spesifik setelah dilakukannya pasca panen. Semangka hanya bungkus

dengan karung karung tertutup dan tidak terkena lantai secara langsung. Hal

ini disebabkan karena semangka merupakan buah yang punya tipe yang

besar dan berkulit tebal, hal ini menyebabkan semangka memiliki tingkat

traspirasi yang rendah.

Menurut Siregar (2007), pengemasan dilakukan untuk meningkatkan

keamanan produk selama transportasi, dan melindungi produk dari

pencemaran, susut mutu dan susut bobot, serta memudahkan dalam

penggunaan produk yang dikemas. Secara umum, pengemasan berfungsi

untuk pemuatan produk pada suatu wadah (containment), perlindungan

Page 10: fiks etilen

produk, kegunaan (utility), dan informasi. Untuk keperluan transportasi,

fungsi pengemasan lebih diutamakan untuk pemuatan dan perlindungan.

Sedangkan pengemasan eceran (retail) lebih dititikberatkan pada fungsi

kegunaan dan informasi produk. Buah yang akan diangkut dapat dikemas

menggunakan berbagai jenis kemasan, seperti karung goni, kardus,

keranjang plastik atau bambu, tray dari stirofoam dan plastik film, dan peti

kayu.

3. Perlakuan Gas Etilen

Pada perlakuan gas etilen, digunakan 8 buah semangka (4 buah

sebagai control dan 4 sebagai sampel) dengan pemberian perlakuan variasi

hari yaitu 0, 2, 4 dan 6. Parameter yang digunakan adalah tekstur, warna,

kenampakan, padatan terlarut,pH dan susut berat. Dari paremeter tekstur

warna dan kenampakan, pada hari ke 0 sampai hari ke 4 tidak ada perbedaan

secara nyata dibandingkan dengan control. Namun, untuk hari ke 6 terjadi

perbedaan secara kualitatif yaitu pelunakan yang cukup drastis.. Untuk

parameter susut berat, pada control terjadi kenaikan susut berat yang drastis,

begitu pula pada sampel yang mengalami kenaikan yang drastic pula. Pada

hari ke 6, sampel mengalami susut berat yang lebih besar dibandingkan

dengan hari ke 6 pada control (11,8%<10%). Pada pengukuran pH, tidak

ditemukan perbedaan signifikan antara kontrol maupun sampel. Pada

pengukuran kadar padatan terlarut, dapat dilihat pada tabel bahwa nilai

padatan terlarut pada sampel lebih tinggi daripada kontrol. Nilai padatan

terlarut berhubungan dengan kandungan gula terlarut atau kadar kemanisan

pada buah. Hal ini berkaitan dengan lebih cepatnya proses pemasakan pada

sampel yang mengakibatkan terjadinya pemecahan molekul gula rantai

panjang menjadi molekul-molekul gula rantai pendek seperti fruktosa dan

glukosa yang merupakan monosakarida larut air.Hal ini menunjukan bahwa

perlakuan gas etilen dapat mempercepat pemasakan buah semangka.

Namun, apabila tidak ada control suhu dan kelembaban akan menyebabkan

terjadinya penurunan kualitas.

Page 11: fiks etilen

Menurut Santoso (2011), atas dasar laju dan pola respirasi dan pola

produksi etilen selama pematangan dan pemasakan, komoditi hortikultura

(terutama yang berbentuk buah) dapat digolongkan ke dalam dua kelompok,

yaitu buah klimaterik dan non-klimaterik. Klimaterik menunjukkan

peningkatan yang besar dalam laju produksi karbondioksida (CO2) dan etilen

(C2H4) bersamaan dengan terjadinya pemasakan. Sedangkan non-klimaterik

tidak menunjukkan perubahan, umumnya laju produksi karbondioksida dan

etilen selama pemasakan sangat rendah. Beberapa contoh buah yang

tergolong klimaterik adalah pisang, pepaya, tomat, dan semangka.

Berdasarkan sumber pustaka tersebut, dapat dikatan bahwa semangka

termasuk buah klimakterik yaitu golongan buah yang dapat laju

pemasakannya dipengaruhi oleh produksi karbondioksida dan gas etilen,

sehingga dengan adanya perlakuan penambahan gas etilen dapat

mempercepat proses pemasakkan buah semangka yang cenderung bersifat

menurunkan kualitas selama penyimpanan atau dengan kata lain

penambahan gas etilen pada buah-buahan klimakterik dapat memperpendek

umur simpan pada buah tersebut karena adanya proses percepatan

kemasakan buah.

4. Pelapisan Lilin

Pada praktikum perlakuan lilin, bahan yang digunakan adalah 8

buah semangka. 4 buah digunakan sebagai control dan 4 buah lainnya

digunakan sebagai sampel dengan perlakuan hari 0, 2, 4 dan 6 hari.

Parameter yang digunakan adalah tekstur, warna, kenampakan dak

kerusakan yang merupakan parameter kualitatif. Sedangkan parameter

kuantitatif digunakan nilai susut berat yang dihitung dari ratio nilai berat

awal dengan berat akhir.

Dari data yang diperoleh, dapat dilihat bahwa perubahan tekstur dan

warna pada hari ke-0 sampai hari ke-4 menunjukkan kesamaan untuk

kontrol maupun sampel. Akan tetapi, terdapat perbedaan pada parameter

kenampakan yaitu pada sampel yang dilapisi lilin memperlihatkan pelayuan

kenampakan melebihi yang terjadi pada kontrol. Pada pengamatan hari ke-6,

Page 12: fiks etilen

sampel yang dilapisi lilin mengalami pelunakkan tekstur, pematangan

warna, dan pelayuan kenampakan melebihi yang terjadi pada kontrol untuk

ketiga parameter kualitatif tersebut. Pada parameter kerusakan, terdapat luka

pada kulit (hari ke 4). Pada sampel, mulai terjadi kelembekan pada hari ke-2

sampai hari ke 6. Dari nilai susut berat ditunjukkan nilai susut berat pada

kontrol yaitu senilai 2,9% yang diperoleh dari rata rata lebih besar daripada

nilai susut berat pada sampel yaitu 2,85%. Hal ini dapat dikarenakan

perlakuan pelapisan lilin dapat menghambat terjadinya transpirasi yang

memicu kehilangan air pada buah semangka sekalipun semangka bukan

merupakan buah yang lazim untuk dilapisi lilin karena kecepatan

transpirasinya yang cukup rendah. Pelapisan lilin pada buah dapat

menghambat transpirasi uap air pada buah yang dapat menyebabkan buah

tersebut berkurang kadar airnya dan menjadi keriput sehingga mengalami

penyusutan berat. Pelapisan lilin lebih lazim digunakan untuk buah-buahan

dengan nilai kecepatan transpirasi tinggi seperti apel, pisang, dan buah-

buahan lain yang memiliki kulit buah yang berpori besar.

Pada praktikum Pelapisan Lilin, lilin menggunakan bahan campuran

antara lain cair 90 mL, asam olet 3,3 mL, trietanolamin 6,7 mL, air panas

200 mL. pertama tama lilin yang dibuat dari paraffin dipanaskan, kkemudian

ditambahkan dengan asam oleat kemudian diaduk aduk agar bercampur.

kemudian trietanolamin dicampurkan ke dalam larutan campuran tersebut

dengan terus diaduk, dan yang terakhir yaitu dituangkan air panas sedikit

demi sedikit ke dalam campuran tersebut. sambil terus diaduk. Menurut

Santosa dan Hulopi (2011), lilin yang biasa digunakan adalah lilin lebah

teknis yang dicampur dengan trietanolamin, asam oleat dan akuades. Untuk

mendapatkan konsentrasi lilin 10% komposisinya adalah lilin lebah,

trietanolamin, asam oleat kemudian ditambahkan akuades. Dalam

pembuatan emulsi lilin, lilin lebah dipanaskan dalam wadah sampai cair

(suhu 70–75oC) kemudian asam oleat dimasukkan sedikit demi sedikit

sambil diaduk dan diikuti dengan penambahan trietanolamin. Air yang telah

dipanaskan (suhu 70–75oC) ditambahkan perlahan-lahan ke dalam campuran

Page 13: fiks etilen

tersebut sambil terus dilakukan pengadukan. Pengadukan dilanjutkan selama

30 menit dan suhu dipertahankan tetap, kemudian emulsi tersebut segera

didinginkan menggunakan air mengalir, disaring dengan kain kasa dan siap

digunakan pada suhu 38–40oC. (Santosa dan Hulopi , 2011).

F. Kesimpulan

Kesimpulan

1. Sortasi yang dilakukan oleh petani hanya berupa pemilahan antara

komoditas yang baik dengan komoditas yang buruk (terserang penyakit

tanaman, jamur, hama, ataupun rusak secara kenampakan).

2. Pengemasan dilakukan saat pengangkutan ke tempat pengepul untuk

menghindari kerusakan fisik dengan diletakkan di dalam karung-karung

yang diangkut oleh truk pengangkut.

3. Pada perlakuan gas etilen, parameter kualitatif (yang diamati oleh

praktikan) meliputi tekstur, warna, dan kenampakan, sedangkan

parameter kuantitatif (yang diukur oleh praktikan) meliputi berat, pH,

dan kadar padatan terlarut.

4. Nilai susut berat pada sampel (yang diberi gas etilen) yaitu senilai

11,38% lebih besar daripada kontrol (tanpa pemberian gas etilen) yaitu

senilai 10% hingga pada hari terakhir pengamatan yaitu hari ke-6.

5. Penambahan gas etilen pada buah-buahan klimakterik seperti semangka

dapat memperpendek umur simpan pada buah tersebut karena adanya

proses percepatan kemasakan buah.

6. Perlakuan pelapisan lilin dapat menghambat terjadinya transpirasi yang

memicu kehilangan air yang dapat menyebabkan penyusutan berat buah.

7. Dari nilai susut berat pada lilin ditunjukkan nilai susut berat pada kontrol

yaitu senilai 2,9% yang diperoleh dari rata rata lebih besar daripada nilai

susut berat pada sampel yaitu 2,85%

Page 14: fiks etilen

DAFTAR PUSTAKA

Anonim1. 2010. Semangka tanpa biji. http ://

blogs.unpad.ac.id/diyanifauziyah058/tag/semangka-kotak/. Diakses pada 29

April 2013 pukul 23.35 WIB

Anonim2. 2013. Semangka. http://id.wikipedia.org/wiki/Semangka. Diakses pada

29 April 2013 pukul 22.15 WIB

Anonim3. 2011. Tips menyimpan sayur dan buah. http://lapar.com/tips-

menyimpan-sayur-dan-buah/. Diakses pada 29 April 2013 pukul 22.30 WIB.

Broto, Wisnu. 2013. Teknologi Penanganan Pascapanen Buah untuk Pasar.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Desrosier, Norman W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Depok : UI Press

Lawal, Opeyemi Uwangbaoje. 2011. Effect Of Storage On The Nutrient

Composition And The Mycobiota Of Sundried Water Melon Seeds (Citrullus

lanatus). Journal of Microbiology, Biotechnology and Food Series 1 (3)

267-276

Roiyana, Munirotun dkk. 2012. Potensi Dan Efisiensi Senyawa Hidrokoloid

Nabati Sebagai Bahan Penunda Pematangan Buah. Buletin Anatomi dan

Fisiologi Volume XX, Nomor 2

Santoso. 2006. Teknologi Pengawetan Bahan Segar. Malang : Uwiga

Sjaifullah dkk. 1994. Efek Pemacu Kemasakan terhadap Proses Pemeraman Buah

Sirsak. Jurnal Hortikltura Vol 4 No 1 Hal 56-63.

Winarno, F. G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.