fenomena kastrasi linguistik dan...

26
FENOMENA KASTRASI LINGUISTIK DAN TRANSPOSISI DALAM TEKS TERJEMAHAN Oleh Yoyo Surjakusumah Universitas Pendidikan Indonesia Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk meneliti fenomena kastrasi linguistik (penghilangan unsur-unsur linguistik yang ‘improper’, yang tidak boleh ada sehingga teks terjemahan menjadi wajar) dan fenomena transposisi (perubahan dalam tatabahasa bahasa sumber (Bsu) ke tatabahasa bahasa sasaran (Bsa) dalam teks terjemahan, yaitu 1) wujud kastrasi linguistik dan transposisi dalam teks terjemahan, 2) Ppenyebab terjadinya fenomena kastrasi linguistik dan transposisi?, serta 3) Implikasinya bagi pembelajaran penerjemahan. Dengan menggunakan pendekatan deskripsi terfokus (focused description) dan teknik analisis struktur mikro (microstructural) teks sumber berbahasa Inggris, dan teks terjemahan berbahasa Indonesia dibandingkan untuk menelusuri siasat-siasat penerjemahan yang digunakan para penerjemah senior dalam upayanya untuk memindahkan amanat teks. Empat teks terjemahan dipilih berdasarkan asumsi bahwa teks-teks tersebut bisa dikategorikan sebagai hasil terjemahan kontemporer yang baik. Teks bahasa sumber seluruhnya berjumlah 1.398 paragraf. Setiap paragraf teks terjemahan diperbandingkan dengan teks bahasa sumber dengan menggunakan analisis struktur mikro yang difokuskan pada dua fenomena, yaitu fenomena kastrasi linguistik dan fenomena transposisi. Hasil analisis menunjukan bahwa kastrasi linguistik dan transposisi yang digunakan para penerjemah jumlahnya cukup signifikan. Fenomena kastrasi linguistik terjadi pada tataran kata, frase, klausa. Sedangkan fenomena transposisi terjadi pada tataran kata, frasa, klausa dan kalimat. Akibat dari penggunaan kastrasi linguistik dan transposisi hasil terjemahan akurat, lebih jelas dan lebih alami tanpa mengorbankan amanat teks. Dari temuan ini terbukti kastrasi linguistik dan transposisi merupakan 1

Upload: vancong

Post on 06-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Fenomena Kastrasi Linguistik dan Transposisididisukyadi.staf.upi.edu/files/2010/03/Abstrak-Fenomena... · Web viewDari lebih kurang 24.000 kata yang terdapat dalam naskah asli Daisy

FENOMENA KASTRASI LINGUISTIK DAN TRANSPOSISIDALAM TEKS TERJEMAHAN

OlehYoyo Surjakusumah

Universitas Pendidikan Indonesia

Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk meneliti fenomena kastrasi linguistik (penghilangan unsur-unsur linguistik yang ‘improper’, yang tidak boleh ada sehingga teks terjemahan menjadi wajar) dan fenomena transposisi (perubahan dalam tatabahasa bahasa sumber (Bsu) ke tatabahasa bahasa sasaran (Bsa) dalam teks terjemahan, yaitu 1) wujud kastrasi linguistik dan transposisi dalam teks terjemahan, 2) Ppenyebab terjadinya fenomena kastrasi linguistik dan transposisi?, serta 3) Implikasinya bagi pembelajaran penerjemahan. Dengan menggunakan pendekatan deskripsi terfokus (focused description) dan teknik analisis struktur mikro (microstructural) teks sumber berbahasa Inggris, dan teks terjemahan berbahasa Indonesia dibandingkan untuk menelusuri siasat-siasat penerjemahan yang digunakan para penerjemah senior dalam upayanya untuk memindahkan amanat teks. Empat teks terjemahan dipilih berdasarkan asumsi bahwa teks-teks tersebut bisa dikategorikan sebagai hasil terjemahan kontemporer yang baik. Teks bahasa sumber seluruhnya berjumlah 1.398 paragraf. Setiap paragraf teks terjemahan diperbandingkan dengan teks bahasa sumber dengan menggunakan analisis struktur mikro yang difokuskan pada dua fenomena, yaitu fenomena kastrasi linguistik dan fenomena transposisi. Hasil analisis menunjukan bahwa kastrasi linguistik dan transposisi yang digunakan para penerjemah jumlahnya cukup signifikan. Fenomena kastrasi linguistik terjadi pada tataran kata, frase, klausa. Sedangkan fenomena transposisi terjadi pada tataran kata, frasa, klausa dan kalimat. Akibat dari penggunaan kastrasi linguistik dan transposisi hasil terjemahan akurat, lebih jelas dan lebih alami tanpa mengorbankan amanat teks. Dari temuan ini terbukti kastrasi linguistik dan transposisi merupakan siasat penerjemahan yang efektif dan efisien untuk mempercepat proses penerjemahan.

Kata Kunci: Transposisi, Kastrasi Linguistik, working translation, finished translation

1. PENDAHULUANPenerjemahan merupakan perpaduan, antara lain, pembelajaran keterampilan

membaca teks BSu, pengetahuan tentang berbagai jenis teks, pengetahuan tentang stilistik, dan keterampilan menuliskan amanat atau pesan yang diperoleh melalui bacaan tadi ke dalam bahasa sasaran dengan akurat, jelas dan alami. Pembelajaran mata pelajaran penerjemahan tidak bisa dilepaskan dari penguasaan berbagai bidang pengetahuan manusia. Selain itu, pembelajaran penerjemahan merupakan pembelajaran keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk dapat memahami isi teks tertulis dengan tepat dan cepat dan mengungkapkannya kembali dalam bahasa sasaran yang baik sesuai dengan norma-norma bahasa sasaran dengan tepat dan cepat pula. Dua kata kunci tepat dan cepat ini terkait dengan perlunya keterampilan membaca untuk pemahaman bacaan, dengan menggunakan siasat membaca unsur-unsur kata, klausa, kalimat dan tanda-tanda teks tertulis (tanda-tanda bacaan), dan siasat menuliskan pesan teks Bsu dengan menggunakan unsur-unsur kata, klausa, kalimat Bsa dan tanda-tanda bacaan yang tepat.

1

Page 2: Fenomena Kastrasi Linguistik dan Transposisididisukyadi.staf.upi.edu/files/2010/03/Abstrak-Fenomena... · Web viewDari lebih kurang 24.000 kata yang terdapat dalam naskah asli Daisy

Dalam penerjemahan teks bahasa sumber akan terjadi perubahan posisi padanan unsur-unsur teks sumber yang berbeda dari posisi unsur-unsur teks sasaran. Di samping itu ada unsur atau unsur-unsur teks sumber yang tidak bisa dicari padanan unsur-unsurnya dalam bahasa sasaran. Untuk memahami lebih jauh bagaimana upaya mengatasi elemen yang tidak ada dalam bahasa sasaran diperlukan kajian dengan fokus pada norma-norma dan siasat-siasat penerjemahan yang terwujud dalam teks terjemahan pada tataran struktur mikro dengan membandingkannya secara sistematis dengan teks sumber. Penerjemah menggunakan siasat penerjemahan yang berwujud kastrasi linguistik dan transposisi sesuai dengan norma-norma bahasa sasaran untuk mempertahankan amanat dalam teks Bsu dan memindahkannya ke dalam teks Bsa. Norma-norma bahasa yang dimaksud ialah aturan baku bahasa Inggris dan aturan baku bahasa Indonesia pada tataran struktur-mikronya. Oleh karena itu, dalam mempertahankan amanat dalam teks bahasa Inggris ke teks bahasa Indonesia, penerjemah (dalam hal ini penerjemah professional) melakukan dengan sadar dua siasat penerjemahan tersebut yaitu kastrasi linguistik dan transposisi. Berkaitan dengan penghilangan unsur dalam proses penerjemahan, Newmark (1984: 7-8) mengatakan bahwa hilangnya makna disebabkan oleh empat faktor, yaitu yang pertama, teks yang mendeskripsikan situasi yang unsur-unsurnya bersifat khas lingkungan alam, lembaga dan budaya bahasa sumber; yang kedua ialah karena karakter dasar dari dua bahasa yang konsep intelektualnya berbeda; dan yang ketiga, penggunaan bahasa pengarang dan penerjemah teks berbeda, adanya makna-makna yang bersifat pribadi; dan yang keempat yaitu perbedaan dalam teori makna dan nilai antara pengarang dan penerjemah teks. Selanjutnya Newmark menyatakan bahwa ‘hilangnya makna dalam teks terjemahan, yang bukan disebabkan oleh kekurangan teks sumber atau ketidakmampuan penerjemah’, adalah apa yang dinamakan penerjemahan yang ‘impossible’ dan ‘inevitable’. Fenomena ini merupakan suatu hal yang wajar dalam penerjemahan teks Bsu ke Bsa. Kastrasi linguistik berdasarkan pernyataan di atas adalah adegan atau wujud yang terjadi dalam penerjemahan yang tidak bisa dihindari. Kastrasi linguistik adalah fenomena di mana unsur-unsur teks Bsu secara otomatis tidak diterjemahkan tanpa menghilangkan makna utuh teks Bsu. Istilah kastrasi linguistik merupakan terjemahan dari ‘linguistic castration’ (Gentzler 1993). Kata ‘castration’ berasal dari kata kerja ‘to castrate’ yaitu kata kerja figuratif to expurgate (book & c.). To expurgate adalah sebuah verba transitif. Kata ini berasal dari kata kerja Latin bentuk past participle expurgare yang artinya secara figuratif ‘membersihkan, memurnikan (Wyld, tanpa tahun: 939). Jadi, maksud kastrasi linguistik di sini ialah penghilangan unsur-unsur linguistik yang ‘improper’, yang tidak boleh ada sehingga teks terjemahan menjadi ‘proper’ atau wajar. Transposisi atau shifts ialah prosedur penerjemahan yang melibatkan perubahan dalam tatabahasa Bsu ke tatabahasa Bsa. Fenomena transposisi juga jadi fokus penelitian ini karena berada dalam siasat yang juga disinggung dalam teori yang melandasi penelitian ini. Mengenai hal ini Gentzler mengatakan bahwa ‘ karena penerjemahan terjadi ‘on center stage’, maka misrecognitions dan transposisi dari teks sumber dapat diketahui dan dianalisis’. Popovic sebagaimana dikutif Gentler membuat pendekatan analisis terjemahan yang berbeda dari yang lain. Di dalam analisis terjemahan yang tradisional, transposisi dianggap sebagai distorsi, ketidakmampuan penerjemah, atau ketidakserasian antara dua bahasa (Gentzler, 1993:86). Popovic mengembangkan cakrawala teoretis baru yang menganggap transposisi dalam teks terjemahan sebagai perwujudan nilai budaya bahasa sasaran dan norma-norma penulisan yang baik. Alih-alih menyalahkan penerjemah atas ketidaktahuan dan ketidaksetiaan pada teks sumber, Popovic berpendapat bahwa penerjemah memang menggunakan strategi penerjemahan tersebut karena mereka berusaha untuk menerjemahkan isi teks sumber dengan setia meskipun ada perbedaan dalam dua bahasa

2

Page 3: Fenomena Kastrasi Linguistik dan Transposisididisukyadi.staf.upi.edu/files/2010/03/Abstrak-Fenomena... · Web viewDari lebih kurang 24.000 kata yang terdapat dalam naskah asli Daisy

tersebut. Popovic menerima kenyataan bahwa terjadinya penghilangan, penambahan, dan transposisi sebagai bagian yang mesti terjadi dalam proses penerjemahan, karena kedua bahasa memang memiliki perbedaan-perbedaan yang inheren dalam nilai-nilai intelektual dan estetikanya (Gentzler, 1993:86). Berkaitan dengan pembelajaran penerjemahan, tugas guru ialah membantu pembelajar atau calon penerjemah untuk mengetahui dan menggunakan siasat menerjemahkan tersebut secara efektif. Beranalogi dari penelitian tentang strategi yang digunakan oleh para pembelajar bahasa, penulis dapat menyatakan bahwa penerjemah yang baik menggunakan siasat yang khas dalam penerjemahan, sehingga penerjemahan lebih mudah, lebih cepat, lebih menyenangkan, lebih self-directed, lebih efektif, dan lebih bisa ditransfer ke dalam situasi-situasi yang baru. Pertanyaan yang muncul ialah ‘bagaimana cara melakukan penelitian mengenai siasat penerjemahan tersebut?’ Ada beberapa cara untuk mendapatkan data tentang siasat penerjemahan. Yang pertama, dengan menggunakan angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut siasat-siasat penerjemah. Yang kedua, dengan menggunakan metode introspeksi, yaitu dengan bimbingan peneliti, penerjemah meneliti perilaku mereka saat melakukan penerjemahan. O’Malley et al. (1985a) dalam penelitian siasat pembelajaran berhasil melakukan penelitiannya dengan mewawancarai para pembelajar (Larsen-Freeman & Long, 1991: 15). Cara ketiga ialah dengan meneliti teks terjemahan dengan membandingkan teks bahasa sumber dengan teks terjemahan dalam bahasa sasaran. Cara ini dilakukan antara lain dalam penelitian evaluasi terjemahan (Suryawinata, 1986, House, 1986), dan fungsi kala novel bahasa Perancis dan penerjemahannya (Hoed, 1992). Holmes, Popovic, & Lefevere (dalam Gentzler, 1993: 195) menganjurkan menggunakan teks terjemahan untuk lebih memahami siasat penerjemahan subyektif. Siasat penerjemahan ialah siasat yang dilakukan oleh penerjemah orang perorang dalam menerjemahkan teks dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Beranalogi pada penelitian tentang siasat pembelajaran bahasa dan variabel-variabel yang relevan dengan pembelajaran penerjemahan, penelitian tentang siasat penerjemahan sangat diperlukan. Van Leuven-Zwart menyatakan bahwa deskripsi teks terjemahan harus memfokus pada penelitian norma dan siasat melalui perbandingan teks terjemahan dengan teks sumber (Gentzler, 1993:137). Dengan menggunakan alat kategori shift stilistik, sintaktik, semantik, dan pragmatik yang melibatkan 70 mahasiswa, sarjana itu mendeskripsikan penerjemahan. Menurut penelitian tersebut, 70 persen dari penerjemahan rata-rata 100 persen berupa transposisi (van Leuven-Zwart, 1990 dalam Gentlzer, 1993:137). Ia berpendapat bahwa transposisi berpengaruh pada tataran struktur makro. Dan dari penelitian tersebut dapat diketahui adanya berbagai kesulitan proses transfer budaya. Penelitian tentang terjemahan banyak dilakukan dengan menggunakan penelitian observasi, yaitu melakukan pengamatan sistematis atas fenomena yang muncul di bidang terjemahan, penelitian-penelitian teoretis, dan penelitian eksperimental (Gile, 1995:xii). Penelitian teks terjemahan, dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, yang sudah banyak dilakukan umumnya berupa penelitian evaluatif dan kritik terjemahan. Penelitian yang pernah dilakukan atas inisiatif Catford (1977) ialah penelitian tentang kesepadanan, bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, khususnya mengenai pengalihan kata-depan (preposisi) dalam novel Henry James berjudul Daisy Miller dan karya terjemahannya oleh Sapardi Djoko Damono. Dari lebih kurang 24.000 kata yang terdapat dalam naskah asli Daisy Miller, 1256 kata adalah preposisi yang terdiri atas 35 macam. Preposisi yang paling banyak muncul adalah of, akan tetapi hanya 166 kehadirannya yang tercatat dalam terjemahan. Hal ini antara lain disebabkan struktur kalimat asli diubah sedemikian rupa sehingga of tersingkir dalam terjemahan (Yunus, 1989: 356-7).

3

Page 4: Fenomena Kastrasi Linguistik dan Transposisididisukyadi.staf.upi.edu/files/2010/03/Abstrak-Fenomena... · Web viewDari lebih kurang 24.000 kata yang terdapat dalam naskah asli Daisy

Dari hasil penelitian Abdullah (1996) antara lain ditemukan bukti bahwa kemampuan pemahaman teks sumber dan kemampuan reproduksi dalam bahasa sasaran merupakan variabel yang sangat penting dan saling terkait dan menentukan tingkat kualitas terjemahan mahasiswa, yaitu masing-masing dengan koefisien 0,1642 dan 0,1636 (Alwasilah, 1998:2). Sedangkan penelitian yang tidak secara langsung dikaitkan dengan pembelajar akan tetapi berupa penelitian teks terjemahan antara lain: House, (1986), Suryawinata (1992) dan Kuepper (1977).

2. METODE PENELITIAN

2.2 Data PenelitianData penelitian ini adalah fenomena kastrasi linguistik dan transposisi yang terdapat

dalam terjemahan teks ilmu-ilmu bahasa dan teori sastra. Data linguistik berupa dua jenis fenomena tersebut diteliti melalui persandingan dan perbandingan teks bahasa Inggris dan teks terjemahan dalam bahasa Indonesia. Fenomena tersebut dipandang sebagai siasat subjektif para penerjemah dalam upaya memindahkan amanat teks Bsu ke Bsa. Data yang dikumpulkan dari korpus linguistik berbentuk kata, frase, klausa, dan kalimat. Data berbentuk teks terjemahan, sebagai produk dari hasil proses penerjemahan dari Bsu ke Bsa. Data berupa teks terjemahan sebagai produk juga dipandang sebagai perwujudan proses, proses dari siasat-siasat yang digunakan penerjemah saat memindahkan pesan, yang tertuang dalam bentuk-bentuk linguistik atau unsur-unsur linguistik mikro Bsu ke bentuk-bentuk linguistik Bsa. Siasat-siasat penerjemah yang digunakan untuk memindahkan pesan dari Bsu ke Bsa diteliti dan difahami sebagai bentuk pemindahan amanat teks Bsu ke Bsa dalam bentuk kata atau frase, klausa, dan kalimat yang sesuai dengan norma-norma bahasa Indonesia. Pemindahan amanat tersebut secara alami terwujud dalam bentuk kastrasi linguistik dan bentuk transposisi sebagai akibat logis dari persamaan dan perbedaan norma-norma bahasa Inggris dan norma-norma bahasa Indonesia. Data berupa teks terjemahan diteliti secara induktif. Melalui perbandingan teks sumber dengan teks terjemahan, fenomena kastrasi dianalisis transposisi secara induktif. Gejala transposisi dan gejala kastrasi diidentifikasi secara kasus per-kasus, dalam tataran kata, frase, klausa, dan kalimat. Fenomena kastrasi linguistik dan transposisi tersebut dianalisis dan dikaitkan dengan tataran struktur makro, dan selanjutnya dikategorisasikan Data penelitian ini bersumber pada teks asli bahasa sumber, dalam hal ini teks berbahasa Inggris, dan teks terjemahan bahasa Indonesia. Teks asli ialah buku-buku tentang linguistik, penelitian bahasa, dan teori sastra. Teks-teks tersebut merupakan sampel penelitian ini. Karena sampel tersebut dipilih berdasarkan tujuan tertentu, maka sampel tersebut bersifat purposif. Karena sumber data utama ( 1. System and Structures of Sundanese, 2. Theory of Literature, 3. Field Linguistics, dan 4. Language) jumlahnya sangat besar (dalam bentuk paragraf) yaitu 2865 paragraf, untuk membatasi satuan analisis data dilakukan pemilihan dengan menggunakan Table of Random Numbers. Setiap paragraf dari teks sumber data utama ini masing-masing diberi nomor. Untuk memilih paragraf sampel digunakan tabel angka acak 2.2 Analisis Data Teknik analisis dilakukan untuk menelusuri siasat penerjemahan, dalam wujud fenomena kastrasi linguistik dan transposisi, yang menjadi fokus utama penelitian ini. Teks bahasa Inggris (Bsu), masing-masing paragraf pilihan, disandingkan dengan teks terjemahan, lalu dibandingkan pada tataran struktur mikronya untuk mencari gejala-gejala

4

Page 5: Fenomena Kastrasi Linguistik dan Transposisididisukyadi.staf.upi.edu/files/2010/03/Abstrak-Fenomena... · Web viewDari lebih kurang 24.000 kata yang terdapat dalam naskah asli Daisy

transposisi dan kastrasi linguistik. Kalimat-kalimat di dalam paragraf teks diberi nomor untuk memudahkan perbandingan antara teks bahasa sumber dengan teks terjemahan Langkah-langkah analisis paragraf yang dilakukan, antara lain, sebagai berikut. Pertama, paragraf yang diteliti dibaca. Kecepatan memahami isi teks akan tergantung pada tingkat kesulitan teks. Kalau teks (paragraf) tersebut sama atau lebih rendah dari tingkat penguasaan peneliti maka semua unsur dapat diketahui dengan cepat, termasuk di dalam pembandingam (kontrastif) dengan teks terjemahannya. Kalau tingkat kesulitan teks paragraf tersebut di atas tingkat kemampuan peneliti maka analisis sintaksis dilakukan untuk meneliti unsur-unsur sintaksis paragraf tersebut. Pengenalan fungsi-fungsi kalimat dalam paragraf (kalau teks paragraf tersebut lebih dari satu kalimat). Kalimat topik dan kalimat pendukung lainnya diteliti secara hati-hati. Setelah melakukan analisis semantik dan pragmatik, teks terjemahannya akan langsung diteliti apakah makna teks asli sudah dialihkan dengan tepat dan jelas atau belum. Dari hasil perbandingan tersebut fenomena kastrasi linguistikdan transposisi dapat diketahui dan diartikankan sebagai perwujudan siasat penerjemahan dari penerjemah. Lebih spesifik lagi, teknik penelitian ini dinamakan pendekatan ‘bottom-up’. Perbandingan teks dan deskripsi terjemahan dilakukan pada tataran struktur mikro dan menghubungkannya dengan tataran struktur makro. Data berdasarkan penerjemahan teks A, teks B, teks C, dan teks D.

3. HASIL PENELITIAN

3.1 Analisis Teks Terjemahan Pada saat proses belajar mengajar berlangsung interaksi antara pengajar dan pembelajar penerjemahan. Proses belajar mengajar yang baik bertujuan agar interaksi antara pengajar dan pembelajar penerjemahan ini berjalan secara produktif. Dalam konteks pembelajar penerjemahan tujuan pengajaran ialah agar pembelajar penerjemahan menjadi penerjemah yang tekun dan jujur (laborious transliterators) bukan penerjemah yang suka mendistorsikan amanat teks yang diterjemahkannya. Tujuan penerjemahan yang benar dari dahulu hingga sekarang pasti sama, yaitu memindahkan amanat setepat-tepatnya dan sejelas-jelasnya dari satu bahasa ke bahasa lainnya. Ibarat bunyi kokok ayam jantan di mana saja di dunia ini sama, hanya penamaan padanannya saja yang berlain-lainan antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain. Penerjemahan yang baik dari teks Bsu ke teks Bsa diberi batasan yang berbeda-beda. Suatu terjemahan dianggap baik apabila Bsa yang digunakan memenuhi kaidah-kaidah atau prinsip-prinsip dasar. Prinsip dasar tersebut ialah (1) menggunakan versi Bsa yang benar, (2) makna dan suasana setia pada Bsu. Dalam konteks kita, saat menerjemahkan teks Bsu ke Bsa kita hendaknya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan harus taat pada makna dan suasana teks BSu. Penerjemahan adalah pengalihan amanat teks Bsu secara amanah seutuhnya ke dalam Bsa dengan taat pada norma-norma Bsa dan sesuai dengan jenis dan tujuan teks Bsu. Dari bukti penelitian ini dapat dinyatakan bahwa siasat-siasat atau strategi penerjemahan yang digunakan para penerjemah senior dapat dijadikan bahan pembelajaran penerjemahan untuk diajarkan kepada para pembelajar penerjemahan.

3.2 Kastrasi Linguistik dan Transposisi Contoh analisis ke-1 bentuk fenomena kastrasi linguistik dan transposisi dalam teks

Sistem dan Struktur Bahasa Sunda

5

Page 6: Fenomena Kastrasi Linguistik dan Transposisididisukyadi.staf.upi.edu/files/2010/03/Abstrak-Fenomena... · Web viewDari lebih kurang 24.000 kata yang terdapat dalam naskah asli Daisy

These two directions correspond to Henry Sweet’s fundamental distinction of analysis, the breaking up of the continuum of speech into wh at may be termed its component elements, and synthesis, the way in which these elements, as posited, are, as it were, reintegrated with one another in the formation of utterances. The relevant paragraph is worth quoting in full, if only because of the tendency in the refinement of the techniques of analysis to neglect, or relegate to a secondary place, the no less important linguistic process of synthesis: …(Robins, 1983: 23).

Ke-dua arah ini sejalan dengan pembedaan asasi yang dibuat oleh Henry Sweet atas analisis, yakni pemecahan kontinuum wicara atas apa yang boleh disebut unsur bagiannya, dan sintesis, yakni penyatuan kembali unsur-unsur yang sama telah ditetapkan itu satu lain dalam pembentukan ujaran. Apa yang dikatakan Sweet itu pantas dikutip secara penuh, bila hanya karena adanya kecenderungan untuk mengabaikan atau menomorduakan proses sintesis yang tak kurang pentingnya itu dalam penghalusan teknik-teknik analisis:…(Robins, 1983: 22)..

Kalimat ke-1 adalah kalimat majemuk bertingkat, yang memiliki tiga klausa tak

bebas. Frase Henry Sweet’s fundamental distinction of analysis pembedaan asasi yang dibuat oleh Henry Sweet atas analisis. Frase ini mengikuti transposisi biasa, hanya saja karena adjektiva posesif-nya nomina nama (proper noun) penerjemahan frase menggunakan bentuk pasif sehingga perlu dihadirkan frase ‘oleh’ yang berarti ‘the agent of the action’ (lihat Aarts & Aarts, 1988:135).

Paragraf ini jugs terdiri dari dua kalimat majemuk bertingkat BSu (bahasa Inggris) yang diterjemahkan ke Bsa (bahasa Indonesia) dengan jumlah kalimat, urutan kata maupun tanda baca yang sama. Fenomena kastrasi linguistik yang menonjol ialah klausa …, as it were, … Sedangkan fenomena transposisi yang dapat kita anggap penting yakni perubahan makna semantik …The relevant paragraph … menjadi bermakna komunikatif dengan bantuan rujukan catatan kaki, menjadi “Apa yang dikatakan Sweet:…”. Fenomena transposisi dalam penerjemahan kalimat Bsu ke Bsa terdapat pada frase ‘the relevant paragraph’ diterjemahkan menjadi klausa ‘Apa yang dikatakan Sweet itu’ dan frase nominal ‘the refinement of the techniques of analysis’ diterjemahkan menjadi frase preposisi ‘dalam penghalusan teknik-teknik analisis’.

Dalam kalimat ini nomina ‘divisions’ dalam Bsu diterjemahkan menjadi ‘penguraian’. Memang nomina Bsa tersebut secara implisit mengandung makna yang berdekatan dengan nomina Bsu tersebut.

Contoh analisis ke-2: In the examples below, minor particles, since they are categorized as words, are separated by spaces from the words following them, and prefixial morphemes are written without space before the root to which they are prefixed as constituent parts of one word: .. (Robins, 1983: 49).

Dalam contoh-contoh di bawah ini, karena dikategorikan sebagai kata, partikel minor dipisahkan oleh spasi dari kata yang mengikutinya, dan morfem prefiks ditulis tanpa spasi di depan akar yang bersangkutan:.. (Robins, 1983: 48).

Dalam kalimat Bsu nomina ‘minor particles’ posisinya dalam kalimat Bsa dipindah setelah klausa adverbia yang mengikutinya dalam Bsa. Klausa adjektiva ‘to which they

6

Page 7: Fenomena Kastrasi Linguistik dan Transposisididisukyadi.staf.upi.edu/files/2010/03/Abstrak-Fenomena... · Web viewDari lebih kurang 24.000 kata yang terdapat dalam naskah asli Daisy

are prefixed as constituent parts of one word’ diterjemahkan ke dalam klausa ringkas ‘yang bersangkutan’.

Contoh analisis ke-3: pVt forms in non-derived verbs are represented by the root prefixed with di-, or less commonly with ka- (diR,kaR). Derived transitive verbs exhibit active forms with the root, reduplicated root, or initial prefix, nasalized as in non-derived verbs, and passive forms prefixed, nasalized as in non-derived verbs, and passive forms prefixed with di- (or ka-), syntactically comparable to the active and passive forms respectively of non-derived verbs (Robins, 1983: 83).

Bentuk-bentuk pVt dalam verba akar diawali oleh akar yang berprefiks di- atau kadang-kadang dengan ka- (diA, kaA). Verba transitif turunan menunjukkan bentuk aktif dengan akar, reduplikasi akar, atau prefiks pada awal kata, dinasalisasikan sebagaimana dalam verba akar, dan bentuk pasif yang secara sintaksis dapat dibandingkan dengan bentuk aktif dan pasif dari verba akar (Robins, 1983: 82).

Dalam kalimat ke-satu, paragraf di atas, frase Verba ‘are represented’ jadi ‘diawali’

padahal makna tradisional verba ini tidak ada yang secara tersurat bermakna demikian (Woolf, 1974:593). Dalam paragraf di atas ada dua buah kastrasi linguistik dalam penerjemahan kalimat ke-dua yaitu, prefixed with di (or ka) dan ‘respectively’.Frase ‘reduplicated root‘ jadi ‘reduplikasi akar’ sedangkan penerjemahan seharusnya ‘head’ baru ‘modifier’. Frase preposisi Bsu ‘in non-derived verbs’ jadi Bsa ‘dalam verba akar’ karena ‘non-derived’ terdapat makna implisit ‘akar’. Dalam kalimat pertama fenomena kastrasi terjadi pada penghilangan frase preposisi Bsu ‘in the main’. Dalam kalimat ke-dua fenomena kastrasi linguistik berupa inti nomina Bsu ‘single syllable length’, yaitu ‘length’ yang tidak diterjemahkan. Dan kastrasi linguistik dalam kalimat ke-tiga ialah dua buah kata Bsu dalam dua tanda kurung tidak diterjemahkan ke Bsa.

Contoh analisis ke-4: All verbs to which the definition given above does not apply are intransitive verbs (Vi), irrespective of their nearest translation equivalent in other languages, even though in some cases they exhibit nR and occasionally diR forms, and enter into certain constructions similar to those involving transitive verbs ( Robins, 1983: 85).

Semua verba yang tidak bisa diberi definisi seperti di atas adalah verba intransitif (Vi), tidak peduli terjemahannya dalam bahasa lain, walaupun dalam beberapa hal verba-verba itu mengandung nA dan kadang-kadang diA, dan berkonstruksi sama dengan verba transitif (Robins, 1983: 84).

Dari kalimat Bsu ada empat kastrasi linguistik dalam penerjemahan kalimat ini yaitu, ‘nearest’, ‘equivalent’, ‘enter into’ dan ‘those involving’. Transposisi yang baik terjadi pada pronomina ‘they’ yang diterjemahkan menjadi ‘verba-verba’ karena pronomina tersebut sebenarnya substitusi dari ‘verbs’.

On the basis of the material tabulated above, a subsystem of affixes entering into composite single derivations may be set up and tabulated to show the

Atas dasar bahan yang ditabulasikan di atas, untuk menunjukkan kombinasi-kombinasi yang benar-benar ditemukan dapat disusun dan ditabulasikan suatu subsistem yang masuk ke

7

Page 8: Fenomena Kastrasi Linguistik dan Transposisididisukyadi.staf.upi.edu/files/2010/03/Abstrak-Fenomena... · Web viewDari lebih kurang 24.000 kata yang terdapat dalam naskah asli Daisy

combinations actually found:… (Robins, 1983: 159).

dalam derivasi tunggal komposit (konfiks atau kombinasi afiks) sebagai berikut:… (Robins, 19834: 158).

Dalam kalimat di atas terjadi satu kastrasi linguistik dalam bentuk frase yaitu ‘a

subsystem of affixes’. Tranposisi berupa penambahan penerjemahan, sebagai keterangan atau penjelasan tambahan tentang arti ‘composite single derivations’ yaitu ‘konfiks atau kombinasi afiks’.

3.3. Analisis Kastrasi Linguistik dan Transposisi dalam Teks B Contoh analisis ke-1 bentuk-bentuk fenomena kastrasi linguistik dan transposisi dalam teks Theory of Literature:

One must never forget that the establishment of a different date of authorship does not dispose of the actual question of criticism. Chatterton’s poems are neither worse nor better for having been written in the eighteenth century, a point which is frequently forgotten by those who their moral indignation punish with contempt and oblivion the work proved to be later production (Wellek & Warren, 1956: 68).

Penentuan tanggal penciptaan tidak menyelesaikan masalah kritik sastra. Puisi-puisi Cahatterton tidak menjadi lebih baik atau lebih buruk karena ditulis pada abad ke-18. Hal ini sering dilupakan oleh ilmuwan, yang karena kecewa lantas memperlakukan karya-karya yang ternyata bukan produksi zaman yang silam dengan sikap merendahkan (Wellek & Warren, 1995: 74).

Dalam kalimat ke-satu fenomena kastrasi linguistik dari kalimat Bsu ialah klausa utama ‘one must never forget that’ dan adjektiva ‘actual’. Dan dalam kalimat ke-dua transposisi berwujud pemecahan kalimat Bsu ke-dua menjadi dua kalimat Bsa. Kalimat ke-dua Bsa merupakan penerjemahan klausa non-restriktif ‘ a point which…later production’.

Contoh analisis ke-2 dari teks 2: In the study of the individual writer, Unger’s less intelectualist point of view also has its advantages, since it tries to define less tangibly, less overtly formulated attitudes and ideas. It is less in danger of isolating and reducing the contents of a work of art to mere prose statement, a mere formula (Wellek & Warren, 1956: 117).

Dalam mempelajari pengarang secara perorangan, pendekatan Unger mempunyai kelebihan, karena meneliti sikap dan pemikiran yang tidak diformulasikan dengan terlalu nyata dan jelas. Dengan demikian, bahaya memperlakukan karya sastra sebagai pernyataan dan formula saja dapat dihindari (Wellek & Warren, 1995: 144).

Dalam kalimat ke-dua transposisi berupa penerjemahan verba-nomina majemuk Bsu ‘isolating and reducing’ dengan verba Bsa ‘memperlakukan’. Fenomena transposisi lainnya berupa penambahan unsur Bsa yaitu frase adverbia ‘dengan demikian’.Fenomena kastrasi linguistik frase nomina ‘less intellectualist point of view also’.

8

Page 9: Fenomena Kastrasi Linguistik dan Transposisididisukyadi.staf.upi.edu/files/2010/03/Abstrak-Fenomena... · Web viewDari lebih kurang 24.000 kata yang terdapat dalam naskah asli Daisy

Contoh analisis ke-3 dari teks 2: In a valuable study of nineteenth-century Russian lyrical verse, Boris Eikhenbaum has attempted to analyse the role of intonation in ‘melodic’, ‘singable’ verse. He shows strikingly how the Russian romantic lyric has exploited tripodic measures, intonation schemes such as exclamatory and interrogatory sentence, and syntactical patterns such as parallelism; but, in our opinion, he has not established his central thesis of the forming power of intonation in ‘singable’ verse (Wellek & Warren, 1956: 173).

Dalam penelitiannya yang sangat cemerlang tentang puisi lirik Rusia, Boris Eikenbaum mencoba menganalisis peran intonansi dalam puisi-puisi yang berlagu dan dapat dilagukan. Ia menunjukkan bahwa lirik-lirik Romantik Rusia banyak memakai matra tripodik, kalimat-kalimat seru dan tanya, dan pola sintaksis seperti paralelisme. Tetapi sayang, ia kurang mendukung tesisnya mengenai pengaruh intonasi dalam menyusun puisi yang dapat dinyanyikan (Wellek & Warren, 1995: 216).

Dalam kalimat ke-satu, paragraf di atas, fenomena transposisi terjadi dalam

penerjemahan kalimat Bsu ini ialah penambahan nuansa makna terhadap adjektiva ‘valuable’ menjadi ‘sangat cemerlang’. Fenomena transposisi berupa pengabaian aspek perfektif dalam penerjemahan frase verba. Sedangkan kastrasi linguistik terjadi pada nomina-adjektiva ‘nineteenth-century’. Dalam kalimat ke-dua fenomena transposisi berupa pemecahan kalimat Bsu menjadi dua kalimat Bsa. Ke-dua kalimat Bsa merupakan penerjemahan dua klausa bebas koordinat yang tidak digabungkan dengan konjungsi koordinat. Dan fenomena transposisi juga berupa perubahan bentuk aspek perfektif Bsu ‘has not established’ menjadi ‘kurang mendukung’ dan frase nomina ‘the forming power’ menjadi pengaruh. Kastrasi linguistik pada adverbia ‘strikingly’, frase nomina ‘intonation scheme’, adjektiva ‘such as’, frase preposisi ‘in our opinion’, dan adjektiva ‘central’.

Contoh analisis ke-4 dari teks 2: The magical metaphor lacks this translucency. It is Medusa’s mask which turns the living into stone. Pongs cites Stefan George as a representative of this magical attitude, this desire to perify the living: It is not the natural drive of the human psyche to project itself from which George’s form-giving spiritualization works, but, in its origin, a powerful destruction of biological life, a willed ‘estrangement’ (‘alienation’) as the basis for the preparation of the inner, magic world (Wellek & Warren, 1956: 205-206).

Metafora magis tidak bersifat maya seperti metafora mistik. Metafora-magis adalah topeng Medusa yang dapat menyihir orang menjadi batu. Pongs mengutip Stefan George yang dianggapnya mewakili sikap magis seperti ini, suatu keinginan untuk menyihir: (It is…, magic world) (Wellek & Warren, 1995: 267).

Dalam kalimat ke-satu kesulitan penerjemahan terletak pada frase nomina ‘this translucency’. ‘Translucency’ menurut kamus The Merriam-Webster Dictionary (1974:726) ‘admittence and diffusion of light so that objects beyond cannot be clearly distinguished: partly transparence’ atau ‘penembusan cahaya (Echols & Shadily 1982:601). Penerjemah menggunakan ‘tidak bersifat maya seperti metafora mistik’

9

Page 10: Fenomena Kastrasi Linguistik dan Transposisididisukyadi.staf.upi.edu/files/2010/03/Abstrak-Fenomena... · Web viewDari lebih kurang 24.000 kata yang terdapat dalam naskah asli Daisy

sebagai penerjemahan ‘lacks this translucency’. Dalam kalimat ke-tiga fenomena berupa pernyataan Stefan George yang dikutip Pongs dikutip lagi secara utuh tanpa terjemahannya.

Contoh analisis ke-5 dari teks 2: Like metre, imagery is one component structure of a poem. In terms of our scheme, it is a part of the syntactical, or stylistic, stratum. It must be studied, finally, not in isolation from the other strata but as an element in the totality, the integrity, of the literary work (Wellek & Warren, 1956: 211).

Seperti matra, pencitraan adalah salah satu komponen struktur karya sastra. Dalam skema kita, pencitraan adalah bagian dari stratum sintaksis dan stilistika. Pencitraan harus dipelajari bukan secara terpisah dari strata lain, melainkan harus dilihat dalam totalitas dan keutuhan karya sastra yang dipelajari (Wellek & Warren, 1995: 275).

Dalam kalimat ke-satu fenomena transposisi berupa penerjemahan frase nomina Bsu ‘a poem’ menjadi frase nomina Bsa ‘karya sastra’. Sedangkan dalam kalimat ke-tiga kastrasi linguistik terjadi pada adverbia Bsu ‘finally’ dan pronomina ‘it’.

3. 4. Analisis Kastrasi Linguistik dan Transposisi dalam Teks C. Tidak semua paragraf teks C dan tidak semua kalimat dalam paragraf, untuk analisis

data melalui perbandingan teks Bsu dan teks Bsa, yang dikutip di sini. Langkah ini diambil penulis karena setelah melalui pengamatan gaya penulisan pengarang teks Bsu diikuti secara ketat oleh penerjemah. Bentuk-bentuk fenomena kastrasi linguistik dan transposisi dalam teks Field Linguistics adalah sebagai berikut.

Paragraf C ii Idiolectal grammars have been the target of repeated criticism, but there is no denying their contribution to our knowledge of the languages of the world. Nevertheless, if linguistics is going to concern itself with more than structural description, as indeed it should, the linguistic researcher must expose himself to the normal use of the language (Samarin, 1967: 10).

Tata bahasa idiolektal telah berkali-kali menjadi sasaran kritikan, tetapi tak dapat disangkal akan sumbangannya terhadap pengetahuan kita mengenai bahasa-bahasa di dunia. Sungguhpun demikian, bila linguistik hendak menangani lebih dari hanya pemerian struktural, yang memang seharusnya demikian, maka penyelidik linguistik harus berkecimpung ke dalam penggunaan secara normal (Samarin, 1988: 26).

Kastrasi linguistik dalam kalimat ke-dua ialah frase preposisi ‘of the language’.

Paragraf C iii…All of these variations within the speech community must in time be incorporated in the linguist’s complete description, but he only complicates his task unnecessarily by starting with them… (Samarin, 1967: 22).

…Semua variasi yang terdapat dalam suatu masyarakat bahasa pada waktunya harus disatukan dalam pemerian yang sempurna, tetapi secara tidak perlu ia hanya telah mempersulit tugasnya jika ia mulai dengan variasi ini… (Samarin, 1988: 23).

10

Page 11: Fenomena Kastrasi Linguistik dan Transposisididisukyadi.staf.upi.edu/files/2010/03/Abstrak-Fenomena... · Web viewDari lebih kurang 24.000 kata yang terdapat dalam naskah asli Daisy

Paragraf ke-66 atau nomor c.iii ini terdiri dari lima kalimat Bsu dan terjemahannya juga terdiri dari lima kalimat BSa. Kastrasi linguistik dalam kalimat ke-tiga ialah kata ‘these’.

Paragraf C iv …There are good informant and bad informants, but criteria for considering one good and another bad are difficult to enumerate… Samarin, 1967: 23).

…Ada informan yang baik dan ada yang tidak baik, tetapi ukuran untuk menentukan bahwa seorang informan itu baik dan yang lainnya tidak baik sulit menyebutkannya satu persatu (Samarin, 1988: 45).

Paragraf nomor c.iv ini terdiri dari enam kalimat Bsu dan paragraf terjemahannya juga terdiri dari enam kalimat Bsa. Kastrasi linguistik dalam kalimat ke-dua pada subyek eksistensial ‘There are’.

Paragraf C v …In a critical appraisal of American field linguistics the statement was made that “the linguist must not restrict himself to only one informant” (Uhlenbeck 1960:433), because a grammar which ostensibly compre-hends the whole language must necessarily be based on a fully representative corpus… (Samarin, 1967: 27-28).

…Dalam suatu penilaian kritik tentang linguistik lapangan Amerika , telah dibuat suatu pernyataan bahwa “linguis itu hendaknya jangan membatasi diri hanya pada seorang informan saja” (Uhlenbeck 1960:433) sebab suatu tata bahasa yang seolah-olah mencakup seluruh bahasa itu seharusnya didasarkan pada suatu korpus yang dianggap dapat mewakili… (Samarin, 1988: 52).

Paragraf di atas adalah paragraf ke-84 atau paragraf nomor c.v. Paragraf ini terdiri dari enam kalimat Bsu dan terjemahannya juga terdiri dari enam kalimat. Fenomena transposisi dalam kalimat ke-satu ialah perubahan posisi subyek dalam klausa ‘the statement was made’ menjadi bentuk pasif.

Paragraf C vii …It is evident that when a person has been away for many formative years of his childhood, he will have less knowledge of his culture than his peers who stayed at home… (Samarin, 1967: 32).

…Nyatalah bahwa bila seorang telah lama berada di luar masyarakatnya semasa tahun-tahun pertumbuhannya, semenjak ia masih kanak-kanak, ia tentu memiliki pengetahuan kebudayaan kurang jika dibandingkan dengan kawan-kawan sebayanya yang hanya tinggal di rumah saja… (Samarin, 1988: 58).

Paragraf nomor c.vii ini terdiri dari sepuluh kalimat Bsu dan terjemahannya juga terdiri dari sepuluh kalimat. Fenomena kastrasi linguistik dalam kalimat ke-empat pada anticipatory ‘it’.

Paragraf C viii The alternative of haphazard sampling of a language is a methodical sampling; one makes a conscious effort

Pilihan lain yang berbeda dengan cara pengumpulan contoh bahasa yang acak ini adalah pengumpulan secara metodis. Di sini

11

Page 12: Fenomena Kastrasi Linguistik dan Transposisididisukyadi.staf.upi.edu/files/2010/03/Abstrak-Fenomena... · Web viewDari lebih kurang 24.000 kata yang terdapat dalam naskah asli Daisy

to increase the scope of the coverage. The technique is simple enough: the field worker sets out to get speech of every possible variety on every conceivable subject indigenous to the community. …(Samarin, 1967: 60-61).

orang secara sadar mengadakan suatu usaha yang teratur untuk memperluas jangkauan liputan. Tekniknya cukup sederhana; peneliti mulai berusaha memperoleh ujaran-ujaran jenis apa pun mengenai tiap subyek yang dapat dibayangkan dan asli berasal dari masyarakat.… (Samarin, 1988: 98).

Paragraf Bsu c.viii ini terdiri dari empat kalimat dan diterjemahkan menjadi enam

kalimat. Kastrasi linguistik dalam kalimat ke-tiga pada kata bantu ‘shall’. Transposisi berupa penerjemahan sebuah kalimat Bsu menjadi dua kalimat Bsa yaitu kalimat Bsu ke-satu dan ke-dua.

Paragraf C xi …Other machines are so constructed that will not be damaged when run on 50 cycles and can be equipped with 50-cycle motors and 60-cycle adapter drive spindles… (Samarin, 1967: 134).

…Mesin-mesin lain itu kadang-kadang dikonstruksi sedemikian rupa sehingga mesin-mesin itu tidak akan rusak jika dijalankan pada 50 putaran… (Samarin, 1988: 200).

Paragraf nomor c.xi ini terdiri dari delapan kalimat Bsu dan paragraf terjemahannya terdiri dari sembilan kalimat. Dalam kalimat Bsa ke-tujuh terjadi fenomena kastrasi linguistik ialah pada frase nomina ‘drive spindles’, dan fenomena transposisi berupa penerjemahannya menjadi dua kalimat Bsa.

Paragraf C xv It is with language that the linguistic investigator dominates the informant session … (Samarin, 1967: 134)..

Dengan bahasalah peneliti kebahasaan menguasai kegiatan kerja informan …(Samarin, 1988: 200).

Kastrasi linguistik pada (1) anticipatory it + to be ‘it is’ dalam kalimat ke-satu.

At the moment, it is difficult to say exactly how a transformationalist’s field techniques differ fundamentally from anyone else’s …(Samarin, 1967: 90).

Sekarang ini sulit untuk dapat mengatakan dengan tepat bagaimana perbedaan teknik lapangan yang digunakan oleh transformasionalis dengan teknik lapangan yang diguna-kan orang lain… (Samarin, 1988: 138).

Paragraf nomor c.xxiii ini terdiri dari dua belas kalimat Bsu yang diterjemahkan menjadi dua belas kalimat juga. Fenomena kastrasi linguistik pada adverbia fundamentally.

3.5 Analisis Kastrasi Linguistik dan Transposisi dalam Teks D Seperti pada analisis teks C, tidak semua paragraf teks D dan tidak semua kalimat dalam paragraf, untuk analisis data melalui perbandingan teks Bsu dan teks Bsa, yang dikutip di sini . Langkah ini diambil penulis karena setelah melalui pengamatan gaya

12

Page 13: Fenomena Kastrasi Linguistik dan Transposisididisukyadi.staf.upi.edu/files/2010/03/Abstrak-Fenomena... · Web viewDari lebih kurang 24.000 kata yang terdapat dalam naskah asli Daisy

penulisan pengarang teks Bsu diikuti secara ketat oleh penerjemah. Bentuk-bentuk fenomena kastrasi linguistik dan transposisi dalam teks Language adalah sebagai berikut.

…The oldest written records of English, dating from the eighth and ninth centuries, confirm this, for their language closely resembles that of the oldest records of continental Germanic speech, which date from about the same time…(Bloomfield, 1973: 43).

…Rekaman-rekaman tertulis bahasa Inggris yang paling tua, yang berasal dari abad-abad ke-8 dan ke-9 sangat mirip dengan catatan-catatan yang paling tua bahasa Germanika kontinental yang berasal dari zaman yang kira-kira sama … (Bloomfield, 1995: 41-42).

Paragraf nomor ii atau paragraf ke-108 di atas terdiri dari lima kalimat Bsu yang

terjemahannya juga terdiri dari lima kalimat. Dalam kalimat ke-empat terdapat satu fenomena kastrasi linguistik yaitu pada frase ‘confirm this’.

The greatest difficulty arises where a language makes significant use of features that play no such part in our language… (Bloomfield, 1973: 83-84).

Kesulitan paling besar timbul apabila suatu bahasa menggunakan ciri-ciri distingtif yang dalam bahasa kita tidak demikian … (Bloomfield, 1995: 81).

4. PEMBAHASAN Klausa nonrestriktif ialah klausa yang mengandung informasi yang tidak diperlukan benar untuk menjelaskan anteseden atau nomina atau klausa atau kalimat sebelumnya. Oleh karena itu klausa klausa nonrestriktif biasanya dapat dihilangkan Ciri-ciri klausa nonrestriktif dalam bahasa lisan menggunakan intonasi terpisah dari antesedennya. Dalam bahasa tulisan klausa nonrestriktif diletakkan di antara koma (atau tanda baca yang lebih kuat yaitu garis datar (dashes) atau tanda kurung. Yang lainnya yang mengalami proses kastrasi linguistik ialah: (1). subyek anticipatory atau preparatory ‘it’. It dalam kalimat-kalimat tersebut merupakan subyek antisipatori ekspletif atau kata ‘kosong’ yang tidak diterjemahkan (Kolln, 1985: 121-122).(2). subjek ekspletif ‘there’ There yang menjadi subyek kalimat-kalimat tersebut di atas adalah salah satu ekspletif atau kata ‘kosong’ yang tidak diterjemahkan (Kolln, 1982:120) Transposisi sebagai suatu strategi penerjemahan mengandung unsur-unsur yang sifatnya intuitif dan yang secara sadar dilakukan. Strategi transposisi seperti halnya strategi belajar antara lain memiliki sifat-sifat berorientasi tujuan, melibatkan berbagai aspek pelaku, luwes, tidak semuanya dapat diamati, dan dapat diajarkan (Oxford, 1989: 9). Transposisi yang terjadi yaitu: 1). Transposisi biasa berupa perubahan susunan kata dalam frase, susunan frase dalam klausa, dan susunan klausa dalam kalimat, 2). Transposisi berupa penambahan unsur Bsa, 3) Transposisi berupa perubahan atau pergeseran makna, 4). Transposisi perubahan fungsi, dan 5). Transposisi berupa penambahan unsur. Salah satu komponen keahlian yang jarus dimiliki seorang penerjemah yang baik ialah pengetahuan tentang bagaimana menerjemahkan yang baik. Komponen-komponen keahlian lainnya yang harus dimiliki seorang penerjemah ialah (1) pengetahuan pasif Bsu yang baik, (2) pengetahuan aktif Bsa, (3) pengetahuan tentang bahan yang diterjemahkan. Strategi penerjemahan ialah bagian dari bagaimana menerjemahkan yang baik.

13

Page 14: Fenomena Kastrasi Linguistik dan Transposisididisukyadi.staf.upi.edu/files/2010/03/Abstrak-Fenomena... · Web viewDari lebih kurang 24.000 kata yang terdapat dalam naskah asli Daisy

Penelitian ini didasarkan pada dua asumsi. Yang pertama dengan melalui penelitian teks terjemahan maka strategi atau siasat penerjemahan masaing-masing penerjemahnya dapat diketahui. Asumsi kedua ialah transposisi dan kastrasi linguistik merupakan strategi atau siasat untuk menerjemahkan isi teks Bsu dengan tepat. Dengan metafora panggung pertunjukkan Johnson menyatakan “dalam proses penerjemahan dari Bsu ke Bsa, adegan kastrasi linguistik berlangsung tak kelihatan di atas panggung. Dari ungkapan ini dapat diibaratkan adanya kastrasi linguistik sebagai pemain latar secara tidak didasari keberadaannya di panggung. Pemain termasuk dekorasi latar panggung yang tidak mendapat perhatian dari penonton. Unsur-unsur linguistik sebagai latar unsur-unsur linguistik pengusung alur ceritera dihilangkan pada saat penerjemahan. Transposisi atau shift adalah perubahan tatabahasa yang dilakukan penerjemah secara intuitif maupun secara sengaja. Kedua fenomena tersebut dijadikan fokus penelitian teks terjemahan ini. Walaupun sampel yang digunakan peneliti relatif kecil, yaitu antara 2% - 5% kedua jenis fenomena tersebut menunjukkan bukti-bukti yang cukup signifikan. Bukti-bukti penelitian ini adalah sebagai berikut.1. Kastrasi linguistik terhadap klausa relatif non-restriktif, frasa partisipial non-restriktif,

klausa apositif nonrestriktif, klausa nominal, adjektiva nonrestriktif adverbia dan frasa adverbial, dan ekpletif.

2. Transposisi dengan melakukan perubahan jenis kata, perubahan jenis kalimat, perubahan posisi klausa, frasa dan kata.

Siasat penerjemahan mengandung unsur-unsur intuitif dan unsur-unsur yang dilakukan dengan sadar. Kastrasi linguistik dan transposisi adalah siasat atau strategi yang digunakan penerjemah dalam proses penerjemahan. Berdasarkan temuan penelitian ini dua buah teori strategi penerjemahan bisa dibuat. Teori ini merupakan penjelasan dari fenomena kastrasi linguistik dan transposisi dalam penerjemahan. Dari teori tersebut di atas dapat dibuat sebuah model pembelajaran penerjemahan. Model merupakan realisasi teori. Dia ada sebagi obyek empiris (diagram, rumus, teks) yang berarti gagasan mewujud dalam teori. Seperti sudah disinggung di muka sebuah model yang baik harus memiliki sejumlah ciri. Pertama sebuah model harus secara taat mewakili teori yang direalisasikannya, misalnya mengindikasikan fenomena sesungguhnya. Kedua, sebuah model harus menggambarkan teori dengan mengungkapkan ciri-ciri yang signifikan dari fenomena yang dijelaskan oleh teori tersebut. Yang ketiga, sebuah model harus terfokus pada bagian-bagian fenomena yang dianggap paling esensial oleh teori tersebut. Perlu dicatat bahwa teori-teori yang diajukan disarikan dari akumulasi penemuan melalui analisis dokumen atau analisis isi teks. Teks Bsu dibandingkan dengan teks Bsa kemudian analisis dilakukan pada tataran struktur mikro. Sampel teks Bsu adalah sampling purposif. Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri. Jadi penelitian ini termasuk kategori penelitian kualitatif naturalistik. Teori yang terbentuk adalah teori Grounded. Melalui prosedur penelitian naturalistik teori kastrasi linguistik dan transposisi disusun sebagai berikut. Kastrasi linguistik ialah siasat penerjemahan dengan melakukan penghilangan unsur-unsur nonrestriktif, ekspletif dan optional dalam proses penerjemahan teks Bsu ke Bsa Unsur klausa, frasa, kata Bsu tnonrestriktif tersebut kalau diterjemahkan dianggap mengganggu dan tidak sesuai dengan susunan Bsa. Sedangkan transposisi ialah strategi penerjemahan dengan cara (1) memindahkan posisi unsur-unsur kalimat, klausa, frasa, dan kata, (2) menjadikan kalimat Bsu menjadi dua kalimat atau lebih kalimat Bsa, (3) mengubah jenis kata. Kedua siasat tersebut ada yang dilakukan secara sadar dan ada yang dilakukan secara intuitif. Perlu dicatat bahwa dalam proses penerjemahan kedua strategi tersebut di atas hanyalah sebagian dari beberapa strategi yang harus dimiliki

14

Page 15: Fenomena Kastrasi Linguistik dan Transposisididisukyadi.staf.upi.edu/files/2010/03/Abstrak-Fenomena... · Web viewDari lebih kurang 24.000 kata yang terdapat dalam naskah asli Daisy

penerjemah. Namun kedua strategi tersebut dampaknya dapat diamati dan bisa diajarkan kepada para pembelajar. Sebuah model harus memiliki fungsi heuristik. Dengan model penjelasan (misalnya teori tersebut) lebih mudah dipahami. Dengan penelitian lebih lanjut lebih mudah dilakukan dan menuntun ke pemahaman yang lebih mendalam Berikut ini sebuah model pembelajaran penerjemahan yang mempertimbangkan fenomena kastrasi linguistik dan transposisi sebagai strategi penerjemahan. Fenomena kastrasi berbupa penghilangan unsur-unsur kalimat Bsu, misalnya kata, frasa, dan klausa merupakan fasilitas yang harus dimanfaatkan oleh para pembelajar penerjemahan. Penghilangan unsur-unsur tersebut bisa diprediksi sebagai bagian tindakan penerjemahan yang tepat dan cepat tanpa mengorbankan makna teks Bsu. Begitu pula halnya dengan fenomena transposisi. Strategi penerjemahan dengan pemenggalan suatu kalimat Bsu yang sulit dan mengandung klausa yang banyak adalah suatu fasilitas yang bisa diprediksi. Pendekatan yang digunakan ialah pendekatan induktif dengan langkah-langkah sebagai berikut. Pemajanan (Ekspose) Pengenalan Analisis Penguatan

5. KESIMPULAN Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa kastrasi linguistik dan

transposisi yang digunakan para penerjemah jumlahnya cukup signifikan. Fenomena kastrasi linguistik terjadi pada tataran kata, frase, klausa. Sedangkan fenomena transposisi terjadi pada tataran kata, frasa, klausa dan kalimat. Akibat dari penggunaan kastrasi linguistik dan transposisi hasil terjemahan akurat, lebih jelas dan lebih alami tanpa mengorbankan amanat teks. Dari temuan ini terbukti kastrasi linguistik dan transposisi merupakan siasat penerjemahan yang efektif dan efisien untuk mempercepat proses penerjemahan. Sampai di sini teramati bahwa replikasi penelitian dengan sumber data teks ilmiah bidang ilmu lain perlu dilakukan. Replikasi juga perlu dilakukan terhadap teks informatif lain. Begitu pula halnya penelitian replikasi dengan sumber data genre ekspresif dan konatif perlu dilakukan. Penelitian terhadap proses dan produk perlu dilakukan untuk memperluas pengetahuan tentang penelitian penerjemahan di Indonesia.

PUSTAKA ACUANAarts, F. & Aarts, J. (1988). English Syntactic Structures. New York: Prentice Hall.Appel, R. & Muysken, P. (1988). Language Contact and Bilingualism. London : Edward Arnold.Bloomfield, L. (1973). Language. New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc.Bloomfield, L. (1995) Bahasa. Terjemahan Sutikno. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.Fraenkel, J.R. dan Wallen, N. E. (1993). How to Design and Evaluate Research in Education. New York: McGraw Hill Inc.Funk, C.E. (Edit) (1955) Britanica World Language Edition of Funk and Wagnals

Practical Standard Dictionary. Vol. One A – P. New York: Funk & Wagnalls Company.

Gentzler, E. (1993). Contemporary Translation Theories. London: Routledge.Gile, D. (1995). Basic Concepts and Models for Interpreter and Translator Training.

Amsterdam: John Benjamins Publishing Company.Hernandez-Sacristan, C. (1994). Aspects of Linguistic Contrast and Translation.

Frankfurt am Main: Peter Lang.Hewson, L. & Martin J. (1991). Redefining Translation. London: Routledge.

15

Page 16: Fenomena Kastrasi Linguistik dan Transposisididisukyadi.staf.upi.edu/files/2010/03/Abstrak-Fenomena... · Web viewDari lebih kurang 24.000 kata yang terdapat dalam naskah asli Daisy

House, H.C. & Harman, S.E. (1950). Descriptive English Grammar. Englewood Cliffs, N.J: Prentice-Hall, Inc.House, J. (1977). A Model for Translation Quality Assesment. Tubingen: TBL- Verlag

Bunter Narr.Huddleston, Rodney (1985). Introduction to the Grammar of English. Cambridge:

Cambridge University Press.Kolln, M. (1982) Understanding English Grammar. New York: Macmillan Publishing

Co., Inc.Larsen-Freeman, D. & Long, M. H. (1991). An Introduction to Second Language

Acquisition Research. London: Longman.Newmark, P. (1984). Approaches to Translation. Oxford: Pergamon Press.Newmark, P.(1987). A Textbook of Translation. New York: Prentice Hall.Newson, D. (1988). Making the Best of a Bad Job: The Teaching and Testing of

Translation. Makalah disajikan pada the Annual Meeting of the International Association for Teachers of English as a Foreign Language (22nd, Edinburgh, Scotlandia, 11-14 April, 1988.

Noss, R. B.(Ed) (1992). Sepuluh Makalah Mengenai Penerjemahan Terjemahan oleh Kentjanawati Gunawan, Jakarta: P.T Rebia Indah Prakasa.

Oxford, R. L. (1990). Language Learning Strategies. New York: Newbury House Publishers.

Picken, C.(Ed.)(1989). The Translator’s Handbook.(2nd ed.). London: Aslib, The Association for Information Management.

Roberts, L. A. (1978). How to Write for Business. New York: Harper’s College Press.Robins, R.H. (1983) Sistem dan Struktur Bahasa Sunda. Jakarta: Penerbit Djambatan.Rouse, W.H.D. (1954) (Penerjemah). Homer The Odyssey. New York: The New

American Library.Samarin, W. J. (1967). Field Linguistics. New York: Holt, Rinehart and Winston. Samarin, W. J. (1988). Ilmu Bahasa Lapangan Terjemahan J.S. Badudu. Yogyakarta : Percetakan Kanisius.Tarone, E. & Yule G. (1989). Focus on the Language Learner. Oxford: Oxford

University Press.Thatcher, V.S. (Edit.) (1971) The New Webster Encyclopedic Dictionary of the English

Language. Chicago: Consolidated Book PublisherThomas, L. (1993). Beginning Syntax. Oxford: Blackwell Publishers.Wallace, C. (1986). Learning to Read in Multicultural Society. Oxford: Pergamon

Institute of English.Warner, R. (1960). (Penerjemah) Three Great Plays of Euripides. Terjemahan. New York:

The New American Library.Weber, W.K. (1984). Training Translators and Conference Interpreterd. Englewood Cliffs: Prentice Hall RegentsWellek, R. & Warren, A. (1956). Theory of Literature. New York: Harcourt Brace &

World, Inc.Wellek, R. & Warren, A. (1995). Teori Kesusastraan. Terjemahan oleh Melani Budianta.

Jakarta: PT Gramedia. Wenden, A. dan Rubin, J. (1987). Learner Strategies in Language Learning.

Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice/Hall International.Whatmough, J. (1960). Language. New York: The New American Library.Wiener, H. S. & Bazerman, C. (1978). Reading Skills Handbook. Boston Houghton

Mifflin Company.

16

Page 17: Fenomena Kastrasi Linguistik dan Transposisididisukyadi.staf.upi.edu/files/2010/03/Abstrak-Fenomena... · Web viewDari lebih kurang 24.000 kata yang terdapat dalam naskah asli Daisy

Woolf, H. B. (Editor) (1974). The Merriam-Webster Dictionary. New York: Pocket Books.

Yunus,B.(1989) Suatu Kajian Tentang Teori-teori Penerjemahan Serta Implikasinya dalam Pengajaran Bahasa Asing.Disertasi Doktor Kependidikan. Jakarta: IKIP Jakarta

17