eksplorasi gejala penyakit, patogen dan mikoriza arbuskular pada pertanaman bawang daun

11
'EMINAR NA'IONAL 12 September 2012 ISBN: 9786029071078 Menuiu Pertqniqn Berdsulqt T au ard, Ag.r in dhu,a S owwiffiy PRO'IDIHG @ffi#

Upload: yenny-sariasih

Post on 30-Nov-2015

85 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

'EMINARNA'IONAL12 September 2012

ISBN: 9786029071078

Menuiu Pertqniqn BerdsulqtT au ar d, Ag.r in dhu,a S ow w iffiy

PRO'IDIHG

@ffi#

3ffi*i

EKSPLORASI GEJALA PEI\-YAIflT, PATOGEN DAN MIKORIZAARBUSI(ULAR PADA PERTANAMAN BAWANG DAUN (Altium

fistulosum) Dr SENTRA ITORTIKTILTURA KABUPATEN REJANGLEBONG PROYINSI BENGKT]LU

The observation of the symptom of disease, pathogens and arbuscularmycorrhizae of green onion (Alliumftstulosum) in the horticultural area of

Rejang Lebong, Bengkulu Phovince

fenny SariasihStaf Pengajar Prodi Ilmu Hama dan penyakit Tanaman

Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu

ABSTRACTGreen onion (Allium fistulosum) is one of main products of horticultures in Rejang LebongRegency, Bengkulu Province. As part of the horticultural improvement program by Indonesiangovemment, the production of this horticultural commodity has increased, which also inelude thefocus to control and eliminate pathogens. The control of pathogens must be preceded by theobservation of disease symptoms and intensity, the possibility of natural enemies of thepathogens or useful microbes in the horticultural area. Thus, the control of pathogens will bebased on the data gathered from the observation. The aim of this research was to investigate thedisease symptoms in green onion, the pathogens and the existence of the arbuscular mycorrhizaeas useful microbes to control the pathogens. This was a preliminary research conducted in thehorticultural centre in the Rejang Lebong Regency, in May and June 2012. Samples werecollected from Simpang Nangka, Karang Jaya and Kali Padang villages. In every village, fourplanting blocks were observed and 20 plants of A. fistulosum were taken as samples. Observedvariables included diseases symptoms and intensity, and spores and coloni zation of arbuscularmycorrhizae. The result of study shows that the disease symptom appeared on leaves of the greenonion crop was purple spots caused,by Alternaria poni with a relatively low intensity and evenlydistributed in three locations. The other pathogen found in green onion crop was Colletott ichumsp' The useful microbe arbuscular mycorrhizae was also found around green onion roots, whichis positively associated with the rooting systems and presumably contribute to the pathogencontrol in A. fistulosum.Key words: Green onion, diseases, pathogens, arbuscular mycorrhizae

PENDAIIULUANBawang daun merupakan salah satu produk hortikultura

Lebong, Provinsi Bengkulu (Dinas pertanian, 2010). Luasanandalan di Kabupaten Rejangpertanaman bawanq daun di

3o4 | Bengkulu, e September 2012. Tema: Menuju Pertanian yang Berd.aulat.

wilayah Kabupaten Rejang Lebong adalah 3.150 ha. Produktivitas tanaman bawang daun terusditingkatkan dengan menyelaraskan sasaran program pengembangan hortikultura pemerintahIndonesia pada tahun 2012 yaitu meningkatnya produksi, produktivitas dan kualitas produktanaman hortikulttna yang aman untuk dikonsumsi, dan menjadi produk yang memiliki dayasaing tinggi serta bersifat berkelanjutan (Dirjenhorti, 2010).

Salah satu tujuan utama program ini adalah terkelolanya serangan Organisme PenggangguTanaman (OPT) terutama patogen dalam pengamanan produksi hortikultura dan terpenuhinyapersyaratan teknis perlindungan tanaman (Dirjenhorti,20ll)., Penyakit tanaman merupakanmasalah utama yang dapat menghambat produktivitas knaman bawang daun karena tanamanbawang daun sangat rentan terhadap berbagai macam serangan patogen. Tanpa pengelolaan yangbaik, patogen dapat menurunkan produksi bahkan menyebabkan kegagalan panen. Pengelolaanpatogen mesti diawali dengan eskplorasi atau penggalian informasi dan data mengenai berbagaijenis gejala penyakit yang muncul dengan patogennya dan intensitas penyakit serta musuh alamiatau mikroba berguna yang ada di sentra produksi hortikultura. Eksplorasi ini diperlukan sebagaibahan utama dalam tindakan pengelolaan patogen selanjutnya.

Gejala penyakit yang biasanya muncul pada pertanaman bawang daun adalah bercak unguyang disebabkan olehAlternaria porui yang merupakan salah satu patogen yang penyebarannyahampir di seluruh dunia (Semangun, 2000). Gejala penyakit bercak ungu ini sangat khas, yaitumembentuk cincin-cincin terpusat seperti target board yang berwama keunguan. Pada gejalalanjut, bercak akan meluas dan menjadi hawar hingga ke ujung bagian ujung daun. Bawang daunyang terserang penyakit ini akan terlihat tidak segar atau layu, berwarna kecoklatan dan tidakmenarik untuk dijual ke konsumen sehingga diperlukan konsep pengendalian yang optimal danberwawasan lingkungan dengan memanfaatkan mikroba berguna yang terdapat pada pertanamanbawang daun seperti mikoriza arbuskular yang merupakan fungi yang banyak berasosiasi denganberbagai tanaman.

Dampak positif dari keberadaan mikoriza arbuskular bagi tanaman inang yang dikolonisasiadalah pertumbuhan yang lebih baik, karena fungi ini membantu tanaman menyerap unsur hara(Parniske, 2008) dan kolonisasi fungi pada bagian perakaran tanaman menjadi penghalangmasuknya patogen tular tanah serta tanaman inang yang kompatibel akan mengeluarkan efekpositif ketahanan tanaman yaitu dengan mensintesis senyawa asam salisilat dan asam jasmonatyang merupakan indikator munculnya ketahanan sistemik tanaman (Liu et al, 2007). Potensimikoriza arbuskular sebagai miroba berguna dalam pengendalian penyakit pada tanamanbawang daun perlu dieksplorasi terlebih dahulu untuk mendapatkan data yang jelas untukpro$am pengendalian selanj utnya.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gejala penyakit yang muncul dipertanaman baryang daun, patogen penyebabnya dan keberadaan mikoriza arbuskular sebagaimikroba berguna dalam pengendalian penyakit tanaman bawang daun pada Kabupaten RejangLebong, Bengkulu.

Prostding Seminar Nasional Fakultas Pertanian [Jniuersffas Bengkulu I goS

L

Hs,f' ,t.€

: i i

BAIIAN DAN MNTODEPenelitian ini termasuk mini riset atau penelitian pendahuluan yang dilakukan pada sentra

tanaman hortikultura di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu pada bulan Mei dan Juni2012. Penelitian di pusatkan pada pertanaman bawang daun. Lokasi yang dijadikan sampelpenelitian adalah Desa Simpang Nangka, Karang Jaya dan Kali Padang. Pengamatan gejalapenyakit dari masing-masing desa diamati 4 petak pertanaman datm bawang dan pada setiappetak diamati 20 sampel tanaman secara acak serta diambil daun yang bergejala sebagai sampelyang akan diisolasi. Sedangkan untuk pengamatan jenis mikoriza arbuskular dan tingkatkolonisasinya diambil sampel tanah pada tanaman yang terlihat paling sehat dan segar tanpagejala bercak ungu. Sampel tanah diambil dari sekitar perakaran tanaman yaitu pada kedalaman10-20 cm dan diambil 10 sampel tanah di setiap petak pertanaman daun bawang. Variabelpengamatan meliputi gejala penyakit yang muncul, intensitas penyakit bercak ungu Alternariaporri, pengamatan mikroskopis patogen yang ada, spora mikoriza arbuskular pada tanah disekitar perakaran, dan tingkat kolonisasi pada perakaran bawang daun.Pengamatan mikroskopik patogen

Sampel bawang daun yang bergejala penyakit yang diambil dari lahan pertanamanbawang daun dibawa ke Laboratorium Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, I-IniversitasBengkulu. Miselium jamur yang tumbuh di sekitar gejala diambil dan diamati denganmenggunakan mikroskop. Hifa, spora atau konidia diamati dan diidentifikasi untuk memastikanjenis patogen yang diperoleh.Intensitas Bercak Ungu

Intensitas penyakit bercak ungu dihitung dengan cara mengamati2} tanaman sampel daritiga desa yang diambil secara acak dan dihitung dengan menggurrakan rumus :

I : n XI00%N

Keterangan: 'I: Intensitas penyakitn: Jumlah daun bergejala bercak unguN: Jumlah daun yang diamatiPengamatan Jumlah Spora dan Tingkat Kolonisasi Mikoriza Arbuskular

Pengamatan jumlah spora dan tingkat kolonisasi mikoriza arbuskular dilakukan di dua desasaja, yaitu Desa Simpang Nangka dan Karang Jaya dengan mengambil 2 petak dari setiap desasebagai sampel.

Spora mikoriza arbsukular dari tanah di sekitar perakaran diamati melalui tahapan ekstraksitanah menurut metode Kormanik & McGraw (1982) dengan modifikasi dengan cara: menimbangtanah sampe] sebanyak 100 g, dan dimasukkan ke dalam wadah yang berisi 500 ml air kemudiandiaduk dan disaring dengan saringan 18 mesh. Supernatannya ditampung. Suspensi dituang diatas saringan hingga habis. Supernatannya disaring kembali dengan saringan 325 mesh laludibilas dengan air. Maka akan didapatkan koleksi spora yang tertampung di atas saringan. Sporayang dimasukkan ke dalam gelas piala berukuran 10 m dengan cara disemprot perlahan dengan

306 | Bengkulu, tz September 2072. Tema: Menuju Pertanian yang Berd,aulat.

air. Suspensi yang berisi spora dimasukkan ke dalam tabung sentrifugasi. Suspensi disentrifugasidengan kecepatan 1750 rpm selama 10 menit. Supernatan dibuang, pellet diaduk denganpengaduk kemudian ditambah larutan gula 43%o. Suspensi disentrifugasi lagi dengan kecepatan1750 rpm selama 2 menit. Supernatannya diambil dan disaring dengan saringan 325 mesh.Dibilas dengan air mengalir hingga larutan gula terlarut. Spora yang tertampung di atas saringandiambil dan dimasukkan ke dalam gelas piala dengan menggunakan penyemprot hingga volumemenjadi 10 ml. Dilalcukan pengamatan dengan menggunakan mikroskop untuk memastikannya(Daniel & Skipper, 1982).

Pengamatan kolonisasi pada akar dilakukan dengan cara mengambil akar-akar yangterdapat pada sampel tanah. Bagian akar dibersihkan dari tanah dengan menggunakan airyang mengalir. Bagian akar dipotong berukuran I cm dan dimasukkan ke dalam tabung vial,selanjutnya dilakukan proses pewarnaan akar menurut metode Kormanik & McGraw(1982) yaitu: akar direndam dengan KOH l0% dan dipanaskan selama 10 menit. KOHdibuang dan dibilas dengan air mengalir. Akar direndam HCI l% selama 5 menit. Larutan HCIdibuang dan akar direndam dengan lactofenol tripan blue dan dipanaskan selama 5 menit dalamair mendidih. Akar disusun di atas gelas objek dan diamati dengan mikroskop serta dihitungjumlah akar yang terkolonisasi jamur mikoriza arbuskula. Persentase kolonisasi akar dihitungmenggunakan metode Kormanik & McGraw (1982) dengan rumus:

Tingkat Kolonisasi (%): Jumlah akar terkolonisasi X 100%Jumlah akar diamati

HASIL DAN PEMBAHASAI\T

Pertanaman bawang daun pada 3 lokasi yang dijadikan sampel, yaitu Desa SimpangNangka, Karang Jaya" dan Kali Padang ditanam dengan pola tanam yang berbeda. Di DesaSimpang N*gkq bawang daun ditanam secara monokultur, sedangkan di Desa Karang Jayatanaman bawang daun ditumpangsarikan dengan tanaman sawi dan di desa Kali Padang tanamanbawang daun ditanam secara tumpang sari dengan tanaman wortel. Luas area pertanaman padatiga lokasi ini juga bebeda-beda, area pertanaman yang paling luas adalah di desa Karang Jaya,kemudian Kali Padang dan terakhir desa Simpang Nangka.

Gejala Penyakit dan Patogen pada Bawang DaunTanaman bawang daun yang terhampar luas terlihat sehat dan segar dari kejauha, namun

ketika diperhatikan lebih dekat akan terlihat gejala bercak ungu Alternaria porri dan juga gejalahawar yang menyebar hampir ke seluruh lahan. Gejala bercak ungu dan hawar disajikan padaGambar 1.

Prosiding Seminqr Nasional Fakultas Pertanian Uniuersitas Benghtlu I SoZ

:7

Gejala penyakit bercak ungu ini sangat khas, yaitu membentuk cincin-cincin terpusatseperti papan sasaran yang berwarna keunguan. Pada gejala lanjut, bercak akan meluas danmenjadi hawar hingga ke bagian ujung daun. Gejala penyakit bercak ini cukup meluas danmerata di tiga lokasi yang dijadikan sampel. Hal ini dapat dilihat clari hasil penghitunganintensitas penyakit bercak daun pada bawang daun sebagaimana yang disajikan pada Tabel 1.

Tabel l. Intensitas Penyakit Bercak DaunDesa Intensitas Bercak Daun (%)

Sinrpang NangkaKarang JayaKali Padans

13,2110,7714,56

Berdasarkan data pada Tabel l. Diketahui bahwa intensitas penyakit bercak daun padabawang daun di tiga lokasi masih tergolong rendah dan merata. Namun kondisi ini mestimemerlukan pemantuan atau monitoring yang terus menems unfuk mencegah meluasnyaserangan bercak daun dan memudahkan tindakan pengendalian. Untuk mencegah meluasnyaserangan penyakit bercak daun perlu diketahui patogen penyebabnya yaitu dengan pengamatanmikroskopik patogen yang ada pada tanaman bawang daun terutama pada bagian yang bergejalabercak ungu.

Hasil pengamatan secara mikroskopik menunjukkan bahwa bercak ungu yang diamati dilahan pertanaman bawang daun disebabkan oleh Alternaria porri sebagaimana ditampilkan padaGambar 2' Konidium A. porri terlihat sangat jelas dan memiliki ukuran dan jumlah sekat yangberbeda-beda. Ukuran konidium yang paling kecil ditemukan berukuran I I pLm dan yang palingbesar 39 pm. Sedangkan jumlah sekatnya 4 - 9 sekat dalam satu konidium.

Gambar 1. Gejala Bercak Ungu dan Hawar pada Bawang Daun

3oB I Bengkulu, tz September Po7e. Tema: Menuju PertanianAang Berd.aulat.

}

Gambar 2. Konidium dantttfaAtternaria porri

Konidium dan konidiofor berwarna hitam atau coklat. Konidium berbentuk gada danbersekat, salah satu ujungnya membesar dan tumpul sedangkan ujung lainnya menyempit danagak panjang. Konidium dapat disebarkan oleh angin dan menginfeksi tanaman melalui stomataatau luka pada tanaman. Patogen dapat bertahan dari musim kemusim pada sisa-sisa tanaman.Keadaan cuaca yang lembap, mendung, hujan rintik-rintik dapatmendorong perkembangan penyakit. Pemupukan dengan dosis N yang tinggi atau tak

berimbang, keadaan drainase tanah yang tidak baik, dan suhu antara 30 - 32 "C merupakan

kondisi yang menguntungkan bagi perkembangan patogen (Anonim, 2012).

Selain patogen A. poni, patogen lain yang ditemukan pada pertanaman bawang daun

adalalr Colletotrichum sp. Jamur patogen ini merupakan patogen lemah penyebab penyakit yang

sama yaitu bercak daun namun bercak tidak berwarna keunguan dan bentuk bercak tidak seperti

target board. Colletotrichum sp termasuk airborne patogen dan karena tergolong patogen lemah,

maka patogen ini tidak atau belum menimbulkan gejala penyakit pada bawang daun. Meski pun

tergolong airborne namun jarn,rr ini ditemukan telah mengkolonisasi perakaran tanaman bawang

daun. Hasil pengamatan Colletotrichum sp. disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Setae Colletotrichum sp.dari dalam Sel Akar Bawang Daun

Mikroba Berguna yang Berasosiasi dengan Bawang DaunHasil penelitian menunjukkan bahwa tanah di sekitar perakaran tanaman bawang daun

mengandung mikoriza arbuskular. Hasil dokumentasi menunjukkan bahwa spora yang diamati

memiliki kesamaan morfologi yang menunjukkan bahwa spora tersebut berasal dari genus atau

spesies yang sama. Spora yang diperoleh dari hasil ekstraksi hanyalah berasal dari genus

Glomus. Spora Glomus yang diperoleh ditampilkan pada Gambar 4.

Prosiding Seminar Nasional Fakultas Pertanian Uniuersitas Bengkulu I Sog

e

Gambar 4. Spora Mikoriza Arbuskular dari Perakaran Bawang Daun

Kemiripan morfologi mikoriza arbuskular yang diperoleh dari semua lokasi ini dikarenakansemua lokasi memiliki faktor lingkungan yang sama karena berada di Kabupaten yang sam4yaitu Rejang Lebong. Hal ini sejalan dengan pendapat Elfiati & Delvian (2007) danSimanungkalit et al., (20A6) yang menyatakan bahwa tingkat populasi dan komposisi jenismikoriza arbuskular sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh sejumlah faktor lingkungan sepertisuhu, pH, kelembapan tanah, dan ketinggian tempat.

Mikoriza arbuskular yang diperoleh ini telah berasosiasi positif dengan tanaman bawangdaun. Bentuk asosiasi dapat diketahui dari kolonisasi yang terjadi pada perakaran bawang daun.Bentuk kolonisasi mikoriza arbuskular pada perakaran bawang daun disajikan pada Garnbar 5.

Gambar 5. Kolonisasi Mikoriza Abuskular pada Perakaran Bawang Daun; a.Arbuskular,b.Vesikel

Mikorira arbuskular yang diperoleh telah berasosiasi positif dengan tanaman bawang daun.Bentuk asosiasi dapat diketahui dari tingkat kolonisasi yang terjadi perakaran bawang daun. Darihasil pengamatan diketahui bahwa tingkat kolonisasi mikoriza arbuskular pada bawang dauntergolong tinggi. Tingkat kolonisasi ini disajikan pada Tabel 2. Kolonisasi mikoriza arbuskular

Benglanlu, tz september 2012. Tema: Menuju pertanianaang Berd.aulat.310 |

dicirikan dengan terdapatnya hifa, spora, vesikel atau arbuskular pada akar bawang daun yangditampilkan pada Gambar 5.

Pada Gambar 5a ditampilkan arbuskular yang menyerupai rambut akar yang menempatisel-sel akar bawang daun. Arbuskular merupakan ciri utama dari mikoriza arbuskular dandibentuk oleh seluruh jenis mikoriza arbuskular dan terbentuknya hanya beberapa saat kemudianakan melebur menyebar ke dalam sel akar (Smith & Read, 2008). Ciri lain dari kolonisasimikoriza arbuskular adalah vesikel. Pada Gambar 5b ditampilkan vesikel yang banyak dibentukdi dalam sel akar bawang daun, namun vesikel tidak dibentuk oleh semua jenis mikorizaarbuskular.

Tabel 2. Jumlah Spora dan Tingkat Kolonisasi Mikoriza ArbuskularVariabelPengamatan

Desa Simpang Nangka Desa KarangJayaPetak I Petak 2 Petak I Petak 2

Jumlah Spora(per 100 g tanah) 5t2 460 310 360Persen Kolonisasi 52,5 yo 62,5 yo 30 % 47,5 Yo

Tingkat kolonisasi mikoriza arbuskular pada desa Simpang Nangka lebih tinggi daripadadesa Karanglaya namun selisihnya tidak terlalu jauh karena berdasarkan jurrlah spora antara duadesa juga tidak terlalu jauh selisihnya dan di desa Simpang Nangka memang lebih tinggi daripada Karang Jaya.

Mikoriza arbuskular merupakan sebutan bagi fungi yang bersimbiosis mutualistik denganakar tanaman. Fungi akan disebut sebagai mikoriza ketika kehadirannya memberi dampak positifterhadap tanaman inang. Dampak positif dari keberadaan mikoriza, bagi tanaman inang yangdikolonisasi adalah pertumbuhan yang lebih baik, karena fungi ini membantu tanaman menyerapunsur hara @arniske, 2008). dan kolonisasi fungi pada bagian perakaran tanaman menjadipenghalang bagi masuknya patogen - patogen tular tanah serta tanaman inang yang kompatibelakan mengeluarkan efek positif ketahanan tanaman yaitu dengan mensintesis senyawa asamsalisilat dan asam jasmonat yang merupakan indikator munculnya ketahanan sistemik tanaman(Liu et al, 2007).

Ketahanan sistemik tanaman dapat muncul secara alami ataupun dengan diinduksi.Mikoriza arbuskular yang berkolonisasi secara alami di alam dapat memunculkan ketahanansistemik tanaman dan secara tidak langsung dapat memperkecil intensitas penyakit yangmenyerang tanaman inang Pozo et al.(2009). Tanaman yang resisten terhadap patogen terlihatdengan penampilan tanaman yang segar dan pertumbuhan yang baik. Tanaman dengan performayang baik akan terlihat menonjol di lahan, di mana ketika tanaman lain di sekitarnya terserangpenyakit, maka tanaman yang memiliki resistensi yang baik akan terlihat tetap segar dan tidakbergejala.

Potensi mikoriza arbuskular sebagai mikroba berguna yang mampu berasosiasi positifdengan bawang daun merupakan suatu informasi yang cukup penting untuk programpengendalian atau pengelolaan patogen. Dengan adanya keberlanjutan dari program eksplorasiini maka dapat dirumuskan suatu tindakan pengendalian yang berwawasan lingkungan dengan

Prosiding Seminar Nasional Fakultas Pertanian Uniuersifas Bengkulu | 3rr

berbasis pada pemanfaatan mikroba berguna demi tercapainya tujuan program pemerintah dalampengembangan hortikultura di masa mendatang.

KESIMPULANBerdasarkan hasil eksplorasi ini disimpulkan bahwa gejala penyakit yang muncul di

pertanaman bawang daun pada Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu adalah bercak ungu yangdisebabkan oleh Alternaria porri dengan intensitas penyakit yang cukup rendah dan merata ditiga lokasi. Sedangkan patogen lain yang terdapat pada pertanaman bawang daun adalahColletotrichum sp. yang belum menimbulkan gejala penyakit pada bawang daun serta terdapatmikoriza arbuskular yang telah berasosiasi positif dengan tingkat kolonisasi yang cukup tinggiyang dapat dimanfaatkan sebagai mikroba berguna dalam pengendalian penyakit tanamanbawang daur.

DAFTAR PUSTAKAAnonim, 2012. Bercak Ungu atau Trotol (Purple Blotch) : Alternaria

poni.http://www.deptan.go.id/ditlinhorti/index.php?[diakses 5 .Tuli 2012]Daniel, BA and Skipper HD.l982.Methods for the Recovery and Quantitative Estimation of

Propagules from Soil. in Schenk, NC(eds).1984.Methods and Principles ofMy chorr iz al Re s e ar ch.Amer.Phytopath. Soc., Saint paul.

Dinas Pertanian, 2010. Pengembangan Tanaman Sayuran di Propinsi Bengkulu. Dinas pertanianPropinsi Bengkulu. Bengkulu.

Dirjenhorti, 2010. Pedoman Umum Pelaksanaan Pengembangan Hortikultura Tahun 2012.Kementerian Pertanian. Direktorat Jenderal Hortikultura. Jakarta.

Elfiati, D, Delvian .200T.Keanekaragaman Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) BerdasarkanKeting gian Tempat. J. L Pert. Indon esia 3 :3 7 I -37 8 .

Kormanik, PP & McGraw, AC. 1982. Quantification of Vesikular_Arbuskular Mycorrhizae inPlant Root. in N.C. Schenck (ed) 1934. Methods and Principles of MycorrhizalResearch. The American Phytopathological society. Minnesota. 50

Liu, JIM, Mendoza, Meyer ML, Cheurg, F., Town, CD. &.Harrison, MJ. 2007. ArbuscularMycorrhizal symbiosis is accompanied by local and systemic alterations in geneexpression and an increase in disease resistance in the shoots. The Plant Joumal.50(3).pp.s29 - s44.

Parniske, M. 2008. Arbuscular Myconhiza: The Mother of Plant Root Endosvmbioses. NatureReviews Microbiolo gy 6.pp.7 63-7 7 5

Pozo, MJ, Verhage, A, Andrade JG, Garcia, JM & Aguilar, CA. 2009. Priming plant DefenceAgainst Pathogens by Arbuscular Myconhizal Fungi C. Azcon-Aguilar et al. (eds.),Myconhizas - Functional Processes and Ecological Impact. Springer-Verlag BerlinHeidelberg pp.l23.

Semangun, H. 2000. Penyakit - Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Gadiah MadaUniversity Press. Yogyakarta.

3r2 | Bengkulu, t2 September 2012. Tema: Menuju Pertanianyang Berdaulat.

Simanungkalit, RDM., Suriardikarta DA, Saraswati RD, Setyorini & Hartatik W.2006. PupukOrganik dan Pupuk Hayati. Organic fertilizer and Biofertilizer.Balai Besar LitbangSumber Daya Lahan Pertanian. BPPP. Bogor.http://www.balittanah.litbang.deptan. go.id. [diakses 3 0 Juni 20 1 U.

Smith, SE and Read DJ.2008.Myconhizal Synbiosis.3rd ed

Prosiding Seminar Nasional Fahtltas Pertanian Uniuersitas Benghrlu I grg