ii. tinjauan pustaka 2.1. kajian teori 2.1.1. mikoriza ...eprints.umm.ac.id/60336/3/bab...

18
6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Mikoriza Vesikula Asbuskular (MVA) pada Tanaman Apel Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) merupakan salah satu cendawan simbiotik obligat yang telah diketahui mempunyai pengaruh yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. Cendawan ini dapat meningkatkan serapan hara, menstimulasi pertumbuhan, meningkatkan ketahanan terhadap kekurangan air serta serangan patogen tanah (Baas & Lambers, 2011). Struktur hifa eksternal yang terbentuk akibat kerjasama yang saling menguntungkan antara cendawan mikoriza dengan akar tanaman, mempunyai kemampuan untuk meningkatkan masukan air dan hara (Smith & Read, 2017). Secara umum MVA dapat membentuk koloni dengan akar tanaman dan mampu bersimbiosis dengan hampir 90% spesies tanaman (Setiadi, 2011). Akan tetapi kesesuaiannya dalam bersimbiosis dengan tanaman, juga sangat dipe-ngaruhi oleh berbagai hal, seperti variabel lingkungan, jenis mikoriza, dan jenis tanaman (Widiastuti, 2005). Reaksi kompa-tibilitas, inkompatibilitas, infektivitas, dan ke- efektifan MVA sangat dipengaruhi oleh kombinasi cendawan dan inang (Camprubi & Calvet, 2016). Inokulasi Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) mempromosikan pertumbuhan tanaman inang terutama dengan meningkatkan serapan fosfor melalui inang-jamur simbiosis pada akar tanaman (Raju et al, 2010). Matsubara et al. (2013) melaporkan tentang infeksi Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) pada tanaman untuk meningkatkan pertumbuhan melalui simbiosis terjadi di Indonesia

Upload: others

Post on 27-Oct-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Mikoriza ...eprints.umm.ac.id/60336/3/BAB II.pdfsehingga meningkatkan aktivitas jasad renik dalam menjalankan proses biogeokimia, dan

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Mikoriza Vesikula Asbuskular (MVA) pada Tanaman Apel

Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) merupakan salah satu cendawan

simbiotik obligat yang telah diketahui mempunyai pengaruh yang menguntungkan

bagi pertumbuhan tanaman. Cendawan ini dapat meningkatkan serapan hara,

menstimulasi pertumbuhan, meningkatkan ketahanan terhadap kekurangan air serta

serangan patogen tanah (Baas & Lambers, 2011). Struktur hifa eksternal yang

terbentuk akibat kerjasama yang saling menguntungkan antara cendawan mikoriza

dengan akar tanaman, mempunyai kemampuan untuk meningkatkan masukan air

dan hara (Smith & Read, 2017).

Secara umum MVA dapat membentuk koloni dengan akar tanaman dan

mampu bersimbiosis dengan hampir 90% spesies tanaman (Setiadi, 2011). Akan

tetapi kesesuaiannya dalam bersimbiosis dengan tanaman, juga sangat dipe-ngaruhi

oleh berbagai hal, seperti variabel lingkungan, jenis mikoriza, dan jenis tanaman

(Widiastuti, 2005). Reaksi kompa-tibilitas, inkompatibilitas, infektivitas, dan ke-

efektifan MVA sangat dipengaruhi oleh kombinasi cendawan dan inang (Camprubi

& Calvet, 2016).

Inokulasi Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) mempromosikan

pertumbuhan tanaman inang terutama dengan meningkatkan serapan fosfor melalui

inang-jamur simbiosis pada akar tanaman (Raju et al, 2010). Matsubara et al.

(2013) melaporkan tentang infeksi Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) pada

tanaman untuk meningkatkan pertumbuhan melalui simbiosis terjadi di Indonesia

Page 2: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Mikoriza ...eprints.umm.ac.id/60336/3/BAB II.pdfsehingga meningkatkan aktivitas jasad renik dalam menjalankan proses biogeokimia, dan

7

pada beberapa jenis bibit tanaman sayuran yang mungkin berguna untuk

pertumbuhan bibit yang kuat dalam budidaya sayuran.

Beberapa jenis Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) diantaranya

Glomus ssp., Gigaspora margarita dan Scutellospora gregaria terdapat pada tiga

kultivar apel terutama pada batang bagian bawah pada tanaman. Covey et al. (2011)

menyatakan bahwa salah satu dari Glomus ssp. tidak menginfeksi bibit apel (Malus

pumila Mill). Dalam penelitiannya, dua Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA)

menginfeksi bibit semua apel kultivar digunakan, dan meningkatkan pertumbuhan

bibit.

Benson and Covey (2011) menyatakan bahwa pengaruh peningkatan

pertumbuhan tanaman melalui simbiosis pada biji apel berbeda antara Mikoriza

Vesikular Arbuskular (MVA). Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan

bahwa kandungan P-tanah memengaruhi tingkat infeksi Mikoriza Vesikular

Arbuskular (MVA) di seluruh sistem akar dan kemanjuran peningkatan

pertumbuhan tanaman (Covey et al., 2011).

Sebagian besar infeksi Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) terjadi di

cabang akar pada setiap benih / bibit tanaman (Matsubara et al., 2014).

Karakteristik histologis akar dapat mempengaruhi infeksi jamur AM dan harus

diselidiki lebih buruk. Peningkatan konsentrasi P di atas Mikoriza Vesikular

Arbuskular (MVA) pada bibit tanaman apel yang terinfeksi jamur dilaporkan untuk

tiga kombinasi kultivar apel dan Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA).

Page 3: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Mikoriza ...eprints.umm.ac.id/60336/3/BAB II.pdfsehingga meningkatkan aktivitas jasad renik dalam menjalankan proses biogeokimia, dan

8

Aplikasi Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) pada beberapa tanaman

khususnya apel menunjukkan hasil yang cukup baik. Dalam aplikasi tersebut dapat

meningkatkan jumlah daun, pertumbuhan dan juga bobot kering tanaman apel.

Inokulasi Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) pada apel dapat meningkatkan

kandungan P pada daun dari 0,04% menjadi 0,19%. Penggunaan Mikoriza

Vesikular Arbuskular (MVA) (Glomus etunicatum dan Gigaspora margarita) dapat

meningkatkan pertumbuhan beberapa jenis bibit apel dan mendorong pertumbuhan

tanaman di pembibitan (Matsubara et.al., 2014).

2.1.2. Deskripsi Mikoriza Vesikular Arbuskular

Mikoriza (Yunani=”mycorrhizae”) memiliki arti “fungi akar” dan

berhubungan dengan bentuk hubungan simbiotik antara fungi dengan akar tanaman,

yang pertama kali ditemukan oleh Albert Bernhard Frank, pada tahun 1885.

Sebagian besar tumbuhan darat kemungkinan berupa mikoriza. Dalam hubungan

ini fungsi akar tanaman terintegrasi membentuk mikoriza. Keduanya mendapatkan

keuntungan dari asosiasi ini. Fungi mendapat nutrien organik dari tanaman

sedangkan tanaman akan terlindungi dari tanaman patogen lain. Mikoriza

memproduksi substansi allelopathik yang bersifat toksik yang akan menghambat

pertumbuhan tanaman disekitar tanaman tersebut sehingga mengurangi kompetisi.

Pada lingkungan yang basah mikoriza dapat meningkatkan nutrisi, khususnya

ketersediaan posfat. Sedangkan di lingkungan kering/gersang, mikoriza membantu

pengambilan air, peningkatan transpirasi (Ristiati dan Ni Putu, 2008).

Mikoriza merupakan mikroorganisme yang berperan sebagai agen

pengendali hayati yang potensial untuk dikembangkan. MVA indigenus akan lebih

Page 4: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Mikoriza ...eprints.umm.ac.id/60336/3/BAB II.pdfsehingga meningkatkan aktivitas jasad renik dalam menjalankan proses biogeokimia, dan

9

efektif dalam meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit jika

diaplikasikan pada tanaman asal tempat MVA tersebut. Ketahanan tanaman jahe

terhadap serangan R. solanacearum ras 4, disebabkan akar yang telah terkolonisasi

MVA menghasilkan senyawa kimia yang bersifat sebagai antimikroba sehingga

dapat melindungi perakaran tanaman dari patogen (Suharti et al., 2011).

Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) merupakan asosiasi antara fungi

tertentu dengan akar tanaman sebagai alternatif teknologi yang memiliki manfaat

besar dalam meningkatkan produktivitas tanaman (Moelyohadi et al., 2012).

Keuntungan dari mikoriza terhadap tanaman dapat memperluas bidang penyerapan

akar sehingga terjadi peningkatan absorbsi nutrisi dari dalam tanah dan komponen-

komponen mikoriza pada akar. Meningkatnya serapan hara akan berdampak pada

peningkatan pertumbuhan dan perkembangan akar sehingga berpengaruh pula pada

peningkatan volume akar. Peningkatan volume akar akan memperbesar penyebaran

hifa MVA pada sel akar sehingga meningkatkan persentase akar terinfeksi MVA

(Nelvia et al., 2010).

Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) merupakan mikroorganisme tanah

yang terdapat hampir di segala jenis tanah. Fungi mikoriza ini pada umumnya dapat

ditemukan pada spesies tanaman tingkat tinggi yang tumbuh pada berbagai tipe

habitat dan iklim. Adapun penyebarannya bervariasi menurut iklim, lingkungan dan

tipe penggunaan lahan (Setiadi, 2016). Mikoriza indigenous berpotensi besar

sebagai pupuk hayati (biofertilizer) karena salah satu sumber mikroorganisme tanah

yang sangat membantu di dalam siklus unsur hara, yaitu dengan memfasilitasi

penyerapan hara dalam tanah sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman.

Page 5: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Mikoriza ...eprints.umm.ac.id/60336/3/BAB II.pdfsehingga meningkatkan aktivitas jasad renik dalam menjalankan proses biogeokimia, dan

10

Akan tetapi adakalanya asosiasi mikoriza tidak selalu menguntungkan tanaman

inangnya tergantung pada faktor lingkungan seperti suhu, pH tanah, kelembapan

tanah, kandungan fosfor, nitrogen dan kalium (Pang et.al, 1980 ; Pakpahan,2017).

Menurut Nusantara et al. (2012), MVA memiliki 4 peran fungsional, yaitu:

adalah sebagai bioprotektor karena mampu melindungi tanaman dari cekaman

biotika seperti patogen tanaman, sebagai bioprosesor karena mampu membantu

tanaman menyerap hara dan air dari lokasi yang tidak terjangkau akar rambut,

sebagai bioaktivator karena mampu meningkatkan simpanan karbon di rizosfer

sehingga meningkatkan aktivitas jasad renik dalam menjalankan proses

biogeokimia, dan bioagregator karena mampu meningkatkan agregasi tanah.

Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) dapat membentuk kolonisasi sebelum

melakukan infeksi tanaman dan menjalankan berbagai fungsinya untuk tanaman.

Menurut Wahid (2018), tahapan kolonisasi MVA dimulai dari prekolonisasi,

kontak dan penembusan, perkembangan kolonisasi, pergantian arbuskula,

pertumbuhan hifa eksternal dan produksi spora. Prekolonisasi yang diawali

pertumbuhan baik hifa, spora, maupun potongan akar yang terinfeksi MVA.

Meskipun ada peningkatan pertumbuhan miselium pada akar, hifa tidak langsung

tumbuh menuju akar sampai hifa tersebut benar-benar dekat akar. Selanjutnya,

terjadi kontak hifa dengan akar yang diikuti pelekatan hingga membentuk

apresorium yang membengkak. Kemudian hifa masuk menembus dinding sel

dengan penekanan yang ditandai hifa semakin mengecil dan berbentuk runcing

sehingga percabangan hifa ke dalam korteks bagian tengah dan dalam akar

Page 6: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Mikoriza ...eprints.umm.ac.id/60336/3/BAB II.pdfsehingga meningkatkan aktivitas jasad renik dalam menjalankan proses biogeokimia, dan

11

memanjang membentuk kolonisasi sehingga terjadi mutualistik fungi-tanaman.

Hasil kolonisasi ini membentuk bidang kontak interseluler dan intraseluler.

MVA paling berperan dalam meningkatkan serapan P oleh akar tanaman

karena memiliki hifa yang menjalar luas ke dalam tanah melampaui jauh jarak yang

dicapai rambut akar. Jamur mikoriza dengan hifa eksternalnya dapat meningkatkan

absorpsi dari unsur-unsur yang inmobil di dalam tanah, seperti unsur P, Co, dan Zn

dengan cara menambah atau memperluas absorpsi hara yang diluar kemampuan

tanaman tersebut mengabsorpsinya. Rambut akar tanaman yang berasosiasi dengan

tanaman yang bermikoriza bisa berkontak dengan volume tanah yang lebih luas dan

memberikan permukaan absorpsi yang lebih besar dibandingkan pada rambut akar

yang tanpa bermikoriza (Indriati et al., 2013).

Mikoriza berperan dalam peningkatan penyerapan unsur-unsur hara tanah

yang dibutuhkan oleh tanaman seperti P, N, K, Zn, Mg, Cu, dan Ca. Pada tanaman

jagung, untuk menghasilkan mutu yang tinggi dibutuhkan ketersediaan hara N, P,

dan K yang tinggi. Mikoriza merupakan alternatif untuk mengatasi kekurangan

unsur hara terutama fosfat dalam tanah (Puspitasari et al., 2012).

Peranan penting MVA dalam pertumbuhan tanaman adalah

kemampuannya untuk menyerap unsur hara baik makro maupun mikro. Selain itu

akar yang mempunyai mikoriza dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terikat

dan yang tidak tersedia bagi tanaman. Hifa eksternal pada mikoriza dapat menyerap

unsur fosfat dari dalam tanah, dan segera diubah menjadi senyawa polifosfat (Intan,

2007 ; Siburian , 2018 ). Suatu simbiosis terjadi apabila cendawan masuk ke dalam

Page 7: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Mikoriza ...eprints.umm.ac.id/60336/3/BAB II.pdfsehingga meningkatkan aktivitas jasad renik dalam menjalankan proses biogeokimia, dan

12

akar atau melakukan infeksi. Proses infeksi dimulai dengan perkecambahan spora

didalam tanah. Hifa yang tumbuh melakukan penetrasi ke dalam akar dan

berkembang di dalam korteks. Pada akar yang terinfeksi akan terbentuk arbuskul,

vesikel intraseluler, hifa internal diantara sel-sel korteks dan hifa eksternal.

Penetrasi hifa dan perkembnagnnya biasanya terjadi pada bagian yang masih

mengalami proses diferensiasi dan proses pertumbuhan hifa berkembang tanpa

merusak sel (Anas, 2016).

1. Jenis Mikoriza

Terdapat dua kelompok utama mikoriza yaitu, Ektomikoriza dan

Endomikoriza.

a. Ektomikoriza

Ektomikoriza umumnya ditemukan pada daerah yang agak dingin

(beriklim sedang), berasiasi dengan tanaman khusus dan semak-semak. Contohnya

pohon cemara, oak, dan paling banyak tumbuh di hutan temperatur yang tumbuh

pada kondisi dingin dan biasanya mengandung ektomikoriza, yang terdiri dari

komponen fungi Basidiomycetes, Ascomycetes, atau Zygomycetes. Ektomikoriza

tumbuh pada sekitar akar tanaman, terutama pada ujung akar, selanjutnya terjadi

penetrasi fungi ke bagian korteks, yang umumnya dijumpai pada jenis kayu cemara

atau tanaman berdaun jarum. Ektomikoriza, jamurnya menyelubungi masing-

masing cabang akar dalam selubung atau mantel hifa. Hifa hifa tersebut menembus

antar sel korteks akar (interseluler) (Rao dan Subba, 1994; Wahid, 2018).

b. Endomikoriza

Page 8: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Mikoriza ...eprints.umm.ac.id/60336/3/BAB II.pdfsehingga meningkatkan aktivitas jasad renik dalam menjalankan proses biogeokimia, dan

13

Endomikoriza tidak membentuk suatu selubung luar tetapi dalam sel-sel

akar (intraseluler) dan membentuk hubungan langsung dengan tanah dan

sekitarnya. Hifa jamur memasuki sel tanaman inang karena menerobos jaringan

inang. Inang terlibat asosiasi endotropik mungkin termasuk Pycomycetes (memiliki

hifa tidak bersekat). Contohnya anggrek, anggrek memiiki endomikoriza.

Sedangkan menurut Prabaningrum (2017), mikoriza secara umum dapat

dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :

1. Ektomikoriza

Ektomikoriza adalah asosiasi simbiosa antara jamur dan akar tumbuhan,

dimana jamur membentuk suatu sarung yang menyelubungi semua atau beberapa

cabang-cabang akar dan adakalanya masuk ke dalam sel tetapi tidak pernah

menembus melewati korteks dan hifa intraseluler tidak menyebabkan kerusakan sel

inang.

2. Endomikoriza

Endomikoriza adalah asosiasi simbiosis mutualisme antara jamur tertentu

dengan akar tanaman, dimana jamur tumbuh sebagian besar di dalam korteks akar

dan menembus akar tanaman inang. Endomikoriza dibedakan atas tiga grup yaitu

erikoid mikoriza, orchidaceous mikoriza dan mikoriza vesikular arbuskular.

3. Ektendomikoriza

Ektendomikoriza merupakan bentuk antara (intermediet) kedua mikoriza

yang lain. Ciri-cirinya antara lain adanya selubung akar yang tipis berupa jaringan

hartiq, hifa dapat menginfeksi dinding sel korteks dan juga sel-sel korteknya.

Page 9: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Mikoriza ...eprints.umm.ac.id/60336/3/BAB II.pdfsehingga meningkatkan aktivitas jasad renik dalam menjalankan proses biogeokimia, dan

14

Penyebarannya terbatas dalam tanah-tanah hutan sehingga pengetahuan tentang

mikoriza tipe ini sangat terbatas.

2. Karakteristik Mikoriza Vesikular Arbuskular

Karakteristik merupakan ciri khas yang dimiliki oleh suatu organisme

(Zoeraini, 1992 ; Wahid , 2008). Karakteristik MVA yang dimiliki berupa

karakteristik morfologi, habitat dan distribusi.

a. Morfologi Mikoriza Vesikular Arbuskular

Morfologi adalah ilmu bentuk, struktur, dan susunan berbagai spesies

makhluk hidup. Secara umum morfologi terdiri dari morfologi luar dan morfologi

dalam (anatomi) dari makhluk hidup terutama Mikoriza Vesikular Arbuskular.

MVA dapat dibedakan dari ektomikoriza, karena MVA memiliki karakteristik

berikut ini: (a) sistem perakaran yang terinfeksi tidak membesar, (b) cendawannya

membentuk struktur lapisan hifa tipis dan tidak merata pada permukaan akar, (c)

hifa menyerang kedalam individu sel jaringan korteks, (d) pada umumnya

ditemukan struktur percabangan hifa yang disebut dengan arbuskula dan struktur

khusus berbentuk oval yang disebut dengan vesikel.

b. Habitat dan Distribusi Mikoriza Vesikular Arbuskular

Habitat adalah tempat hidup dan berkembang biak makhluk hidup yang

menghuni lokasi tertentu, aktivitas makhluk hidup disuatu habitat disebut relung

(niche) (Wirakusuma, 2003; Wahid, 2018). Sedangkan distribusi adalah

penyebaran suatu organisme ke daerah Tertentu (Yatim, 2003 ; Jasmine , 2019).

MVA mulai ditemukan pada profil tanah sekitar kedalam 20 cm tetapi walaupun

demikian juga, masih terdapat pada kedalaman 70-100 cm. MVA tersebar secara

Page 10: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Mikoriza ...eprints.umm.ac.id/60336/3/BAB II.pdfsehingga meningkatkan aktivitas jasad renik dalam menjalankan proses biogeokimia, dan

15

aktif (tumbuh dengan miselium dalam tanah) dan tersebar secara pasif yaitu tersebar

dengan angin, air, atau mikroorganisme dalam tanah. MVA dapat berasosiasi

dengan hampir 90% jenis tanaman, dimana tiap jenis tanaman dapat juga

berasosiasi dengan satu atau lebih jenis MVA. Tetapi tidak semua jenis tumbuhan

dapat memberikan respon pertumbuhan positif terhadap inokulasi MVA. Konsep

ketergantungan tanaman akan MVA adalah relatif dimana tanaman tergantung pada

keberadaan MVA untuk mencapat pertumbuhannya. Distribusi dan kelimpahan

MVA berhubungan erat dengan kandungan hara dan ketersediaan air tanah (Koske,

1987 ; Delvian, 2010). MVA pada beberapa genus mempunyai distribusi

penyebaran yang sangat luas. Penyebaran yang luas berhubungan dengan

keanekaragaman Glomus yang sangat tinggi (Pagano et al., 2013).

3. Klasifikasi Mikoriza Vesikula Abrbuskular (MVA)

Klasifikasi adalah pengelompokkan makhluk hidup berdasarkan

persamaan dan perbedaan morfologi, anatomi, fisiologi, habitat, dan distribusi.

Ilmu klasifikasi juga disebut dengan Taksonomi. Klasifikasi MVA merupakan

salah satu tipe fungi endomikoriza yang masuk dalam kelas zygomycetes dengan

ordo Glomales. Ordo glomales terdiri dari dua sub ordo yaitu: (1) sub ordo

Gigasporineae famili Gigasporaceae dengan dua genus Gigaspora dan

Scutellospora, (2) sub ordo Glomineae dan terdiri dari dua famili yaitu Glomaceae

dengan genus Sclerocity dan Glomus, famili Acaolosporaceae dengan genus

Acaulospora dan Entrosphospora.

Tipe MVA dikenal enam genus yaitu: Glomus, Sclerocytis, Gigaspora,

Scutellospora, Acaulaspora, dan Entrophospora.

Page 11: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Mikoriza ...eprints.umm.ac.id/60336/3/BAB II.pdfsehingga meningkatkan aktivitas jasad renik dalam menjalankan proses biogeokimia, dan

16

1. Famili Gigasporaceae

Family Gigasporacea terbagai menjadi dua genus yang memiiki

karakteristik yang berbeda-beda, yaitu genus Gigaspora dan genus Scutellospora

a. Genus Gigaspora

Berikut ini merupakan klasifikasi dari Gigaspora sp. berdasarkan INVAM

(2019):

Kingdom : Fungi

Divisi : Glomeromycota

Kelas : Glomeromycetes

Ordo : Glomeromycota

Sub Ordo : Gigasporinae

Famili : Gigasporaceae

Genus : Gigaspora

Gambar 2.1. Spora Gigaspora. a = Gelembung; b = Bulbous suspensor (Puspita

dkk, 2012)

Morfologi dari spora Gigaspora ini dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gigaspora memiliki bentuk bulat dan permukaan dinding spora relatif kasar.

b

a

Page 12: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Mikoriza ...eprints.umm.ac.id/60336/3/BAB II.pdfsehingga meningkatkan aktivitas jasad renik dalam menjalankan proses biogeokimia, dan

17

Perkembangan spora Gigaspora tidak langsung dari hifa. Pertama-tama ujung hifa

(Sutending hyphae) membulat yang dinamakan Bulbous suspensor. Bulbous

suspensor pada Gambar 2.1. ini timbul bulatan kecil yang semakin lama semakin

besar dan mencapai ukuran maksimum yang akhirnya menjadi spora. Spora ini

disebut azygospora (Puspita, 2012).

Genus ini memiliki ciri khas yaitu spora yang dihasilkan secara tunggal di

dalam tanah, tidak memiliki dinding spora dalam, terdapat Bulbous suspensor,

berbentuk globous atau sub globous, dan berwarna krem hingga kuning.

2. Famili Glomaceae

a. Genus Glomus

Berikut ini merupakan klasifikasi dari Glomus sp. berdasarkan INVAM

(2019):

Kingdom : Fungi

Divisi : Glomeromycota

Kelas : Glomeromycetes

Ordo : Glomeromycota

Sub Ordo : Glominae

Famili : Glomaceae

Genus : Glomus

Ciri khas dari genus ini yaitu terdapat hypical attachment yang khas yang

tidak ditemukan pada genus lainnya. Genus ini berbentuk globous, sub globous,

Page 13: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Mikoriza ...eprints.umm.ac.id/60336/3/BAB II.pdfsehingga meningkatkan aktivitas jasad renik dalam menjalankan proses biogeokimia, dan

18

ovoid, dan obovoid, berwarna kuning, merah kecoklatan, coklat, dan hitam. Genus

ini dapat berkembang baik pada pH kurang dari 5 hingga netral (Budi, 2016).

Morfologi dari spora glomus ini dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.2. Spora Glomus. a = Hypical attachment (Wilarso, 2016)

3. Famili Acaulosporaceae

a. Genus Acaulospora

Berikut ini merupakan klasifikasi dari Acaulospora berdasarkan INVAM

(2019):

Kingdom : Fungi

Divisi : Glomeromycota

Kelas : Glomeromycetes

Ordo : Glomeromycota

Sub Ordo : Glominae

Famili : Acaulosporaceae

Genus : Acaulospora

a

Page 14: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Mikoriza ...eprints.umm.ac.id/60336/3/BAB II.pdfsehingga meningkatkan aktivitas jasad renik dalam menjalankan proses biogeokimia, dan

19

Gambar 2.3. Spora Acaulospora. A dan B = Sporiferous saccule (Puspita dkk,

2012)

Morfologi dari spora Acaulospora ini dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Acaulospora Adalah genus mikoriza yang termasuk dalam family

Acaulosporaceae. Genus ini memiliki beberapa ciri antara lain berbentuk globos

hingga elips, berwarna bening, kuning, ataupun merah kekuningan, memiliki 2-3

dinding spora. Genus ini memiliki ciri khas adanya Sporiferous saccule yang tidak

dimiliki spora lain. Genus ini lebih beradaptasi pada kondisi tanah asam dengan pH

dari 5 hingga netral.

4. Tipe Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA)

Mikoriza Vesikular Arbuskular dibagi menjadi tujuh jenis asosiasi yang

berbeda, menyertakan kelompok fungi yang berbeda dan tanaman inang dan bentuk

pola asosiasi yang berbeda. Adapun asosiasi tersebut sebagai berikut:

1. Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA), di mana fungi Zygomycetes ini

memproduksi arbuskula, hifa, dan vesikula di dalam sel korteks akar.

2. Ektomicoriza (ECM), dimana fungi basidiomycetes dan fungi lainnya

membentuk suatu mantel yang menyelubungi sekeliling akar dan jaringan hartig

diantara sel akar.

3. Mikoriza Anggrek, dimana fungi memproduksi kumparan hifa di dalam akar

atau batang tanaman anggrek-anggrekan.

A B

Page 15: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Mikoriza ...eprints.umm.ac.id/60336/3/BAB II.pdfsehingga meningkatkan aktivitas jasad renik dalam menjalankan proses biogeokimia, dan

20

4. Ericoid Mikoriza, merupakan kumparan hifa diluar sel yang membatasi akar

rambut tanaman, pada tanaman ordo Ericales.

5. Ektendo, Arbutoid, dan Monotropoid, dimana asosiasinya mirip asosiasi

ektomikoriza, namun memiliki perbedaan pada fitur anatominya (Fakuara,

2016).

Menurut Turk et al. (2006), pembagian mikoriza yang dibedakan

berdasarkan morfologi dan fisiologinya yakni endomikoriza dan ektomikoriza.

Ektomikoriza ditandai dengan suatu sarung pelindung yang melingkupi akar,

seringkali menembus hingga sel epidermis dan sel awal korteks dan hifa fungi

biasanya menginfeksi akar tanaman hutan pada wilayah sub-tropis. Sedangkan

endomikoriza seperti MVA, fungi tidak membentuk selubung. Fungi ini

menginfeksi sistem perakaran tanaman budidaya, secara umum dan biasanya

menginfeksi beberapa lapisan terluar korteks akar. Hifa fungi MVA menembus sel

individu dan membentuk arbuskula di dalam sel dan vesikula di luar sel inang.

4. Identifikasi Mikoriza

Identifikasi MVA dapat dilakukan berdasarkan morfologi sporanya

ataupun dengan menggunakan teknik molekuler. Taksonomi MVA yang dipakai

sekarang berdasarkan morfologi sporanya. Perbedaan morfologinya ini dapat

dilihat dari perkembangan spora, susunan spora, bentuk spora, ukuran spora, warna

spora, pola lapisan dinding spora dan reaksi warnanya, ornamentasi pada dinding

spora, isi spora, perkecambahan spora dan hifa (Simanungkalit et.al. 2001).

Page 16: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Mikoriza ...eprints.umm.ac.id/60336/3/BAB II.pdfsehingga meningkatkan aktivitas jasad renik dalam menjalankan proses biogeokimia, dan

21

Teknik identifikasi dan karakterisasi mikoriza secara umum memiliki dua,

yaitu :

1. Teknik Pendekatan Morfologi

Identifikasi dengan menggunakan morfologi merupakan jenis identifikasi

yang umum digunakan. Identifikasi ini merupakan dasar identifikasi mikoriza

karena hifa dan organ-organ lainnya seperti arbuskular dan vesikular tidak spesifik

untuk setiap spesies. Karakteristik yang diperoleh selanjutnya dicocokkan dengan

deskripsi spesies yang ada dalam rujukan asli. Rujukan yang umum digunakan

adalah INVAM dan Morton (FNCA, 2012). Kelemahan identifikasi berdasarkan

morfologi adalah spora yang dikoleksi dari lapangan sering terkena parasit atau

mengalami kerusakan sehingga tidak dapat diidentifikasi. Selain itu, identifikasi

tanpa keahlian yang cukup dapat menyebabkan kesalahan pendugaan spesies. Oleh

karena itu, identifikasi spesies sebaiknya di bawah bimbingan ahli fungi mikoriza

(Hidayat, 2015).

5. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikoriza

Berikut ini merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

mikoriza, yaitu :

1. Suhu

MVA terhambat perkembangannya bila suhu tanah dibawah 5°C dan suhu

di atas permukaan tanah lebih dari 35°C dan bila suhu mencapai 50°C dapat

menyebabkan hampir semua MVA mati (Mark dan Krupu, 2010). MVA akan

mencapai pertumbuhan maksimal pada suhu 30°C, tetapi kolonisasi miselia pada

Page 17: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Mikoriza ...eprints.umm.ac.id/60336/3/BAB II.pdfsehingga meningkatkan aktivitas jasad renik dalam menjalankan proses biogeokimia, dan

22

permukaan akar paling baik terjadi pada suhu 28-35°C. Sedangkan sporulasi dapat

pertumbuhan vesikula terbaik pada suhu 35°C.

2. Intensitas Cahaya

Menurut Mujiman (2014), pada intensitas cahaya yang rendah akan

mengurangi kolonisasi akar, namun pengaruhnya terhadap produksi spora kurang

begitu nyata. Peningkatan intensitas cahaya dan panjang hari biasanya

meningkatkan kolonisasi akar.

3. pH tanah

Menurut Mujiman (2014), sebagian besar jamur mikoriza bersifat

acidophilic (senang kondisi asam) dengan kisaran pH antara 3,5-6 pH optimum

untuk masing-masing perkecambahan spora berbeda-beda menurut spesies MVA

dan lingkungannya. Glomus mossae di tanah alkali dapat berkecambah baik pada

air atau tanah dan ekstrak agar pH 5-9 sedangkan spora dari Gigaspora coralloidea

dan G. Heterogama dapat berkecambah baik pada pH 4-6 dan Glomus epigaum

berkecambah pada pH 6-8 (INVAM, 2013 ; Sianturi, 2014).

4. Kesuburan Tanah

Pengaruh kesuburan tanah yang tinggi pada kolonisasi MVA tergantung

pertumbuhan tanaman inang, kolonisasi akar dan sporulasi menjadi maksimum

dengan semakin rendahnya kesuburan tanah (Powell & Bagyraj, 2012). Menurut

Nirmalasari (2015) akar akan maksimal pada tanah yang kondisinya kurang subur,

dan lebih banyak terdapat pada akar yang mengalami kekeringan dari pada tempat

yang terlalu banyak air.

Page 18: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Mikoriza ...eprints.umm.ac.id/60336/3/BAB II.pdfsehingga meningkatkan aktivitas jasad renik dalam menjalankan proses biogeokimia, dan

23

5. Kadar Air

Untuk tanaman yang tumbuh di daerah kering, dengan adanya MVA

sangat menguntungkan karena dapat meningkatkan kemampuan tanaman untuk

tumbuh dan bertahan pada kondisi yang kurang air. Dengan adanya MVA dapat

memperbaiki dan meningkatkan kapasitas serapan air tanaman inang. Mosse (2010)

mengamati kenampakan aneh pada bibit tanaman alpukat (Acacua raddiana) yang

dinikolasi dengan MVA. Pada tengah hari, saat kelembaban air rendah, daun bibit

alpukat dengan MVA tetap terbuka sedangkan tanaman yang tidak dinokulasi

tertutup. Hal ini menandakan bahwa tanaman yang tidak ber- MVA memilki

evavotransportasi yang lebih besar dari tanaman ber MVA. Meningkatnya

kapasitas serapan air pada tanaman alpukat ber FMA menyebabkan bibit lebih tahan

terhadap pemindahan.

Kurangnya ketersediaan air bagi tanaman inang dapat meningkatkan

aktivitas endomikoriza untuk menjangkau daerah yang lebih jauh melalui produksi

miselium yang banyak. Selain itu, kekurangan air juga menyebabkan kelarutan

unsur hara ikut menurun sehingga endomikoriza akan lebih aktif untuk

menyediakan hara bagi tanaman inang (Birhane et al., 2010).