isolasi dan identifikasi cendawan patogen

15
Laporan Praktikum Ke – 3 Hari/Tanggal : Selasa/30 September 2014 MK Penyakit Organisme Akuatik Kelompok : X Asisten : Syifa Afianti ISOLASI DAN IDENTIFIKASI CENDAWAN PATOGEN Disusun Oleh: Fadhila Maharani Putri C14120055

Upload: fadila-maharani

Post on 26-Dec-2015

231 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Teknik isolasi dan identifikasi cendawan patogen pada ikan

TRANSCRIPT

Laporan Praktikum Ke – 3 Hari/Tanggal : Selasa/30 September 2014MK Penyakit Organisme Akuatik Kelompok : X

Asisten : Syifa Afianti

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI CENDAWAN PATOGEN

Disusun Oleh:Fadhila Maharani Putri

C14120055

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR2014

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Berkembangnya teknologi dalam bidang budidaya perikanan, memacu

bertambah intensifnya jumlah tebar ikan di dalam satu wadah. Padat tebar yang

tinggi di dalam suatu wadah dapat memicu stress pada ikan. Hal ini dapat

disebabkan kadar oksigen yang kurang, kadar amoniak yang tinggi, ataupun ruang

gerak ikan yang terbatas. Stress yang terjadi pada ikan dapat menyebabkan ikan

rentan akan penyakit. Untuk itu diperlukan sebuah teknik pengendalian

lingkungan, dalam hal ini wadah budidaya, yang tepat untuk dapat mengatasi hal

tersebut.

Adapun penyakit pada ikan umumnya disebabkan oleh bakteri, virus,

ataupun cendawan. Cendawan merupakan mikroorganisme eukariotik yang

memproduksi spora. Cendawan tidak memiliki klorofil, sehingga memperoleh

nutrisi degan cara absorbs. Umumnya, cendawan dapat bereproduksi secara

seksual dan aseksual. Cendawan memiliki struktur somatic dalam bentuk hifa dan

dinding sel yang terdiri atas kitin dan selulosa (Ahmad 2008).

Menurut Ahmad (2008) cendawan dapat digolongkan menjadi jamur,

kapang, dan khamir. Cendawan dapat dimanfaatkan dalam budidaya, yakni

sebagai pengendali hayati, immunostimulan, dan probiotik. Pemanfaatan ini

umumya berasal dari cendawan jenis khamir. Adapun cawan jenis khamir seperti

Saccharomyces sp. dan Candida sp. Pemahaman lanjut mengenai perbedaan dan

struktur kapang, jamur, dan khamir dapat dipelajari dalam praktikum ini.

I.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum kali ini adalah agar mahasiswa mengetahui bentuk-

bentuk cendawan akuatik penyebab penyakit mikotik pada ikan beserta cara

reproduksi, serta mengetahui cara penanganan cendawan ditahap isolasi,

pewarnaan, sampai tahapan kultur untuk memudahkan dilakukannya identifikasi.

I.3

II. METODOLOGI

II.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 23 September 2014. Sementara

kegiatan pengamatan dilaksanakan pada hari Kamis, 25 September 2014.

Praktikum dan pengamatan bertempat di Laboratorium Kesehatan Ikan (LKI),

Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

Pertanian Bogor.

II.2 Alat dan Bahan

Alat – alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain cawan petri,

pembakar bunsen, alkohol 70%, label, mikroskop, kaca preparat, gelas objek,

tissue, dan media GYA (Glucose Yeast Agar). Sementara bahan – bahan yang

digunakan adalah ikan mas (Cyprinus carpio) yang terkena jamur dan jamur pada

telur ikan lele (Clarias sp.).

II.3 Prosedur

II.3.1Cara Isolasi Cendawan pada ikan mas (Cyprinus carpio)

Isolasi cendawan dari ikan mas dilakukan secara aspetik, dimana teknik ini

diawali dengan dibersihkannya meja kerja yang akan digunakan dengan alkohol

70%. Bunsen kemudian diyalakan, dan gunting yang hendak digunakan untuk

mengguniting cendawan pada tubuh ikan dipanaskan. Bagian ikan yang terkena

cendawan digunting, dan kemudian diambil dengan jarum ose yang sebelumnya

telah dipanaskan terlebih dahulu. Kemudian cendawan digoreskan pada media

GYA (Glucose Yeast Agar) yang telah disediakan. Usai penanaman, jarum ose

kembali disterilisasi, dan cawan petri yang telah berisi biakan, ditutup dengan

plastic wrapped. Biakan diinkubasi selama 24 jam pada suhu ruangan, sebelum

akhirnya diamati diameter cendawan yang tumbuh.

II.3.2Identifikasi Cendawan pada Telur Ikan Lele (Clarias sp.)

Identifikasi cendawan pada telur ikan lele tidak perlu dilakukan secara

aseptik. Proses identifikasi diawali dengan pemotongan cendawan dari telur ikan

lele. Kemudian potongan telur tersebut diletakkan di atas kaca preparat. Sebelum

ditutup dengan gelas objek, potongan telur dihaluskan dan ditambahkan sedikit

air. Potongan telur tersebut kemudian diidentifikasi di bawah mikroskop.

III.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1 Hasil

Hasil pengamatan isolasi cendawan pada ikan mas (Cyprinus carpio) dapat

dilihat pada tabel berikut

Tabel 1. Hasil Isolasi Cendawan pada telur ikan mas (Cyprinus carpio)

No KelompokTumbuh/ Tidak tumbuh

Diameter ulangan (cm) 1

Diameter ulangan (cm) 2

Gambar 1 Gambar 2

7 7 Tumbuh 3.3 - -

8 8 Tumbuh 3.8 2.2

9 9 Tumbuh 3.45 1.3

10 10 Tumbuh 1.6 1

11 11 Tumbuh 0.8 - -

12 12 Tumbuh 3 1.4

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa cendawan pada setiap percobaan tmbuh. Diameter isolasi terbesar didapati pada kelompok 8 pada ulangan pertama, yakni 3.8 cm. Diameter cendawan hasil isolasi terkecil terdapat pada kelompok 11 pada ulangan pertama, yakni 0.8 cm. Adapun cendawan pada beberapa perlakuan tidak tumbuh diulangan kedua, yakni pada kelompok 7 dan 11.

III.2 Pembahasan

Oomycetes atau dikenal juga sebagai cendawan air merupakan kelompok

mikroorganisme eukariotik yang menyerupai jamur. Oomycetes digolongkan

kedalam kelompok saprofit dan juga pathogen pada tumbuhan, insekta, krustasa,

ikan, hewan vertebrata, ataupun mikroorganisme lainnya (USU 2011). Cendawan

akuatik terbagi menjadi tiga golongan, yakni: kapang, khamir, dan jamur. Kapang

diketahui sebagai pengendali hayati, terutama sebagai pengendali parasite cacaing

dan parasite serangga (Ahmad 2008).

Kapang merupakan mikroba yang tidak dapat memenuhi kebutuhan

nutriennya secara autotroph, sehungga umumnya kapang ditemui sebagai saprofut

atau parasit pada organisme lain. Kapang dapat hidup pada berbagai substrat,

terutama bila substrat tersebut mengandung karbohidrat dan berasa dalam kondisi

asam. Salah satu ciri penting untuk mengidentifikasi kapang secara mikroskopis

adalah dengan mengamati alat reproduksi aseksualnya. Alat reproduksi kapang

berupa konidia dan konidiofor. Konidia pada kapang jenis Cochliobolus sp. akan

menyerupai paruh yang tumpul dan berwarna kecoklatan. Sementara konidiofor

pada Aspergillus sp. berwarna hialin, bersekar, dan konidianya berbentuk bulat

(Putri, Suranto, Setyaningsih 2002).

Khamir merupakan fungi uniseluler yang umumnya termasuk kedalam

divisi ascomycotina. Sel khamir berbentuk bola, oval, ataypun silinder dengan

diameter yang bervariasi, yakni: 3 – 5 μm. Khamir tidak dilengkapi oleh flagel

ataupun sel penggerak lainnya. Adapun salah satu contoh khamir adalah

Saccharomyces sp (Kusnadi et al. 2010). Jamur merupakan organisme eukariotik,

heterotroph, fan tidak dapat berfotosintesis. Kebanyakan jamur membentuk

filament berupa sel vegetative, tapi dapat pula ditemukan dalam bentuk uniseluler

(Khairyah, Kusdarwati, Kismiyati 2013).

Pada ikan gurami (Osphronemus gouramy) dapat ditemukan jamur jenus

Pnicillium glabrum, Rhizopus oryzae, Aspergillus flavus, Saprolegnia sp., dan

Curvularia lunata. Menurut Khairyah, et al. (2013) jamur – jamur jenis ini

umumnya menginfeksi ikan pada suhu 15 – 30oC. Umunya ikan yang terinfeksi

jamur ini hidup pada lingkungan dengan kualitas air yang buruk. Ikan yang

terinfeksi jamur ini menunjukan gejala klinis seperti, adanya benda menyerupai

kapas pada sirip dan permukaan kulit. Keberadaan jamur dalam jumlah yang

tinggi dapat menyebabkan kematian pada ikan.

Saprolegnia sp. merupakan jenis cendawan yang umumnya menginfeksi

telur ikan gurame, sementara Aphanomyces sp. sering ditemukan menyerang

bagian eksternal (sisik dan kulit) maupun internal (daging) ikan gurame yang

berukuran 8 inchi. Aphanomyces sp. memiliki sporangium yang lebarnya hampir

sama dengan bentuk hifanya. Zoospora akan dibentuk dari hifa vegetative yang

kemudian akan berkembang dalam sebuah deretan tunggal dan keluar pada ujung

sporangium dalam bentuk memanjang, sebelum kemudian menjadi kista

disekitarnya (Nuryati, Sari, Taukhid 2009).

Proses sporulasi pada jenis Saprolegnia sp. diawali dengan terlihatnya

kantung spora yang berbentung memangang dan menggembung. Hal ini terjadi

akibat diferensiasi dari hifa vegetatif. Kemudian spora akan mengembang dan

memadati sporangium. Spora akan bergerak ke atas menuju sporangium. Pada

saat spora lepas, maka ujung sporangium pecah, dan spora keluar dalam keadaan

terbalik tanpa membentuk kista di ujung sporangium (Nuryati, Sari, Taukhid

2009).

Achlya sp. merupakan cendawan yang menyerupai Saprolegnia sp. akan

tetapi Achlya sp. memiliki sporangium pada bagian ujung hifa, serta memiliki tiga

zoospora. Zoospora primer tidak memiliki flagel, sehingga spora akan keluar

secara bergerombol dan mengumpul pada mulut zoosporangia terlebih dahulu

Siste primer akan dibentuk pada bagian mulut sporangium dan bergerombol.

Pembentukan sporangium pada cabang lainnya hanya akan terjadi bila

sporangium pertama telah kosong. Ummunya zoospora yang dihasilkan berjumlah

1 – 10 per oogonia (Mulyani 2006).

Jamur seperti Saprolegnia sp. dapat menyerang ikan air tawar, seperti: ikan

mas, gurame, dan lele. Pengendalian Saprolegnia sp. dapat dilakukan dengan

merendam telur dalam larutan Malachite Green 1:15.000 selama 30 detik, atau 5

ppm selama 1 jam. Pemberian antiseptic betadine sebanyak 1% juga cukup efektif

untuk membasmi jamur pada telur ikan dengan cara perendaman selama 10 menit

Pemberian kapur (CaO) sebanyak 150 – 200 kg per hektar luas kolam dianggap

efektif untuk menjaga kesehatan kolam dari jamur Branchiomyces sp. (Afrianto

dan Liviawaty 1992).

Adapun berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa cendawan yang

menyerang ikan mas (Cyprinus carpio) adalah Saprolegnia sp. Hal ini disebabkan

cendawan menyerang bagian tubuh eksternal dari ikan. Spora dari cendawan hasil

pengamatan diketahui berkembang memadati sporangium dan langsung menyebar

tanpa terbentuk kista. Akan tetapi diameter Saprolegnia sp. berdasarkan hasil

pengamat berkisar antara 1 – 1,6 cm, sementara menurut Nuryati et al. (2009)

lebar diameter Saprolegnia sp. tidak mencapai lebih dari 100 μm. Hal ini

diperkirakan akibat penyebaran cendawan yang kurang merata.

IV.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

IV.2 Kesimpulan

Cendawan terbagi atas tiga golongan, yakni: jamur, khamir, dan

kapang. Akan tetapi cendawan yang umunya ditemui pada ikan adalah jenis

Aphanomyces sp., Achlya sp. dan Saprolegnia sp. Perbedaan ketiga jamur tersebut

adalah pada proses sporulasi. Aphanomyces sp. akan membentuk kista sebelum

spora menyebar sementara Achyla sp. dan Saprolegnia sp. tidak. Berdasarkan

hasil pengamatan, diketahui bahwa cendawan yang terdapat pada ikan mas

(Cyprinus carpio) adalah Saprolegnia sp. dengan ukuran 1 – 1.6 cm.

IV.3 SaranPengamatan pada cendawan hendaknya dilakukan pada ikan jenis air laut

dan air tawar, untuk mengetahui apakah jamur yang menyerang pada ikan air

tawar juga dapat ditemukan pada ikan air laut.

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E., E. Liviawaty. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Yogyakarta (ID); Kanisius.

Ahmad, R.Z. 2008. Pemanfaatan cendawan untuk meningkatkan produktivitas dan kesehatan ternak. Jurnal Litbang Pertanian 27 (3), 84 – 92.

Khairyah, U., R. Kusdarwati, Kismiyati. 2013. Identifikasi dan prevalensi jamur pada ikan gurami (Osphronemus gourami) di Desa Ngrajek, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Artikel. Surabaya (ID): Universitas Airlangga.

Kusnadi. 2010. Fungi. [internet]. [diacu 2014 September 28]. Tersedia dari: http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196805091994031-KUSNADI/BUKU_COMMON_TEXT_MIKROBIOLOGI,_Kus-nadi,dkk/BAB_81.pdf

Mulyani, S. 2006. Gambaran darah ikan gurame Osphronemus gourami yang terinfeksi cendawan Achlya sp. pada kepadatan 320 dan 720 spora per ml. Skripsi. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Nuryati, S., F.B.P. Sari, Taukhid. 2009. Identifikasi dan uji postulat Koch cendawan penyebab penyakit pada ikan gurame. Jurnal Akuakultur Indonesia 8(2), 21 – 27.

Putri, H.S., Suranto. R. Setyaningsih. 2002. Kajian keragaman jenis dan jenis dan pertumbuhan kapang dalam acar mentimun. Biodiversitas 4(1), 18 – 23.

Zebua H.F. 2011. Cendawan air atau oomycetes (water mold). [internet]. [diacu 2014 Sepetember 28]. Tersedia dari: http://repository.usu.ac.id-/bitsream/123456789/25347/4/Chapter%2520II.pdf

LAMPIRAN

Gambar hasil isolasi cendawan

Gambar

Cendawan yang diamati dengan mikroskop

Gambar 1. Hasil ulangan 1 isolasi cendawan

Gambar 2. Hasil ulangan 2 isolasi cendawan

Gambar 3. Hasil pengamatan cendawan dengan mikroskop