efektivitas formula tablet ekstrak padina …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal dwi...
TRANSCRIPT
1
EFEKTIVITAS FORMULA TABLET EKSTRAK Padina australis
SEBAGAI ANTIBAKTERI Escherichia coli
Dwi Liana Hanura 1), Bina Lohita Sari 2), Tri Saptari Haryani 3) 1), 2), 3) Program Studi Farmasi, FMIPA, Universitas Pakuan
ABSTRAK
Padina australis (P.australis) merupakan salah satu rumput laut yang mempunyai potensi sebagai
antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli (E.coli). Selain mengandung bahan hidrokoloid sebagai
metabolit primernya, rumput laut juga mengandung metabolit sekunder. Triterpenoid dan steroid merupakan
senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam rumput laut, dan memiliki berbagai aktivitas sebagai
bakterisida, dan antialergi. Penelitian ini bertujuan untuk membentuk tiga formula tablet dan menentukan
aktivitas dan efektivitasnya terhadap bakteri E.coli.Sebelum melakukan uji efektivitas, dilakukan terlebih
dahulu uji aktivitas antibakteri E.coli pada 3 formula. Formula tablet dengan konsentrasi zat aktif yaitu
formula I (20%), II (25%), III (30%) dan menggunakan kontrol negatif berupa tablet tanpa zat aktif. Ketiga
formula diuji aktivitas dan efektivitas terhadap bakteri E.coli dengan menggunakan kontrol positif
amoxycillin (10 ppm). Selanjutnya dilihat lebar daerah hambat (LDH) atau zona bening yang dihasilkan dari
ketiga formula, kontrol positif dan kontrol negatif. Hasil uji aktivitas antibakteri tablet ekstrak P.australis
menunjukkan formula I, II, III, adalah 4,28, 7,14, dan 7,71 ppm. Efektivitas ekstrak etanol pada sediaan tablet
dilakukan dengan meningkatkan kadar ekstrak setiap formula, dengan Formula I (40%), II (50%), III (60%),
dan kontrol positif amoxycillin dengan konsentrasi 20 ppm. Hasil uji efektivitas formula I, II, III, mempunyai
LDH sebesar 4,74, 6,66, 7,77 ppm. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa formula III paling efektif
terhadap bakteri E.coli dibandingkan dengan formula I dan II.
Kata kunci : Padina australis, tablet, antibakteri Escherichia coli.
ABSTRACT
Padina australis (P.australis) is one of the seaweed that have a potential as an antibacterial, in the bacterium
Escherichia coli (E.coli). Besides containing hydrocolloid materials as its primary metabolite, seaweed also
contain secondary metabolites. Triterpenoids and steroids are secondary metabolites contained in seaweed,
and has a variety of activities as a bactericide, and hypo-allergenic. This study aims to establish three tablet
formula and determine the activity and effectiveness against the bacteria E.coli. Before performing
effectiveness of test, it conducted first test antibacterial activity of E.coli in 3 formulas. Formula tablets with
active substance concentration that is the formula I (20%), II (25%), III (30%) and using a negative control in
the form of tablets with no active ingredient. The third activity was tested formula and effectiveness against E.
coli bacteria using a positive control amoxycillin (10 ppm). Furthermore, the inhibition zone width (IZW) or a
clear zone resulting from the three formulas, positive and negative controls. The results of antibacterial
activity test tablet extract Padina australis show the formula I, II, III, is 4.28, 7.14 and 7.71 ppm. The
effectiveness of ethanol extract in tablet dosage extract is done by increasing the levels of each formula, with
Formula I (40%), II (50%), III (60%), and positive control amoxycillin with a concentration of 20 ppm. The
result of the effectiveness of the formula I, II, III, has IZW 4.74, 6.66, 7.77 ppm. These results indicate that
the most effective of formula III against E.coli compared to formula I and II.
Keywords: Padina australis, tablet, Escherichia coli antibacterial.
2
PENDAHULUAN
Rumput laut adalah salah satu hasil
perikanan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi
dan menjadi sumber devisa nonmigas. Secara
umum, banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku
industri makanan, kosmetik, farmasi, dan lain-
lain. Ditinjau secara biologi, rumput laut adalah
kelompok tumbuhan berklorofil yang terdiri dari
satu atau banyak sel dan berbentuk koloni.
Didalam alga terdapat bahan-bahan organik
seperti polisakarida, hormon, vitamin, mineral dan
juga senyawa bioaktif (Putra,2006).
Rumput laut merupakan bagian dari
tumbuhan laut perairan yang diklasifikasikan
kedalam 2 kelompok yaitu makro alga dan mikro
alga. Rumput laut termasuk pada kelompok makro
alga yaitu penghasil bahan-bahan hidrokoloid.
Selain mengandung bahan hidrokoloid sebagai
komponen primernya, rumput laut juga
mengandung komponen sekunder yang
kegunaannya cukup menarik yaitu sebagai obat-
obatan dan keperluan lain seperti kosmetik dan
industri lainnya (Suptijah, 2002).
Diare adalah penyakit yang disebabkan
oleh infeksi mikroorganisme termasuk bakteri,
virus dan parasit lainnya seperti jamur, cacing dan
protozoa. Diare merupakan penyakit infeksi yang
saat ini masih menjadi permasalahan di negara-
negara berkembang, khususnya Indonesia. Jumlah
penderita diare di Indonesia pada tahun 2004
tercatat sebesar 596.050 penderita (Amiruddin,
2007). Escherichia coli merupakan contoh bakteri
Gram negatif yang dapat menyebabkan diare
(Adnyana dkk., 2004). Oleh karena itu, bakteri ini
akan digunakan sebagai mikrobia uji dalam
penelitian ini.
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk
sediaan padat yang biasanya dibuat dengan
penambahan bahan tambahan farmasetik yang
sesuai (Ansel,1989). Kelebihan sediaan tablet
yaitu ringan, mudah dalam pembungkusan,
pemindahan, dan penyimpanan. Pasien
menemukan kemudahan untuk membawanya dan
tidak perlu menggunakan alat bantu seperti
sendok untuk pemakaiannya. Kerugiannya yaitu
beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat
dan kompak dan obat yang rasanya pahit, bau
yang tidak dapat dihilangkan atau obat yang peka
terhadap kelembaban udara perlu pengapsulan
atau penyelubungan dulu sebelum dikempa (bila
mungkin) atau memerlukan penyalutan (Banker
dan Anderson,1986).
Menurut Widyani (2011), rumput laut jenis
Turbinaria decurens dapat dibuat menjadi sediaan
tablet agar mudah, nyaman dan praktis
dikonsumsi oleh masyarakat. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan oleh Haryani, dkk
(2014), telah dilakukan uji fitokimia dan LDH
pada Padina australis dengan diameter zona
bening ekstrak etanol 96% sebesar 14,37 mm
sebagai antibakteri Escherichia coli, maka
dilakukan uji aktivitas sediaan tablet dilanjutkan
dengan uji efektivitas tablet.
METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan Alat yang akan digunakan dalam penelitian
ini antara lain alat-alat gelas, batang pengaduk,
penggaris, neraca analitik, Vacuum dry, cawan
petri, jarum ose, autoklaf ALL AMERICAN,
inkubator Fisher, kertas wattman, moisture
balance AND MX-50, tanur VULCAN A-560,
mesh, pencetak tablet.
Bahan yang digunakan meliputi rumput
laut (Padina australis) yang didapat dari pantai
Bayah, Banten, bakteri uji strain Escherichia coli
yang didapat dari Departemen Biologi Institut
Pertanian Bogor, antibiotik pembanding
amoxycillin tablet 500 mg, amylum manihot
(amprotab), PVP, dan Mg stearat.
Pembuatan Simplisia Padina australis
Sampel Padina australis dibersihkan dari
kotoran yang menempel menggunakan air
mengalir. Sampel yang digunakan dalam
pembuatan ekstrak ini adalah simplisia kering
yang dikeringkan dalam oven pada suhu 50oC
selama dua hari hingga mengering. Kemudian
simplisia kering dihaluskan hingga diperoleh
bubuk kering (serbuk halus) dan diayak dengan
mesh 20, lalu ditimbang dan disimpan di dalam
wadah bersih dan tertutup rapat.
Pembuatan Ekstrak Padina australis Ekstraksi menggunakan metode maserasi.
Proses ekstraksi di mulai dengan cara sampel
serbuk sebanyak 100 gr dimaserasi menggunakan
etanol 96% dengan perbandingan 1:10 selama
3x24 jam. Selanjutnya direndam dalam 250 ml
etanol (maserasi) selama 1x24 jam, dan saring
dengan menggunakan kertas saring dan filtrat
ditampung dalam erlenmeyer, hasil filtrat di
peroleh filtrat 1. Residu yang diperoleh direndam
dengan 750 ml etanol 96% selama 1x24 jam,
kemudian disaring hingga diperoleh filtrat. Filtrat
3
1 dan 2 dievaporasi menggunakan vacuum dry,
kemudian hasil menjadi ekstrak kering.
Uji Kadar Air Padina australis
Penentuan kadar air dilakukan dengan
menggunakan moisture balance. Sampel
dimasukkan sebanyak 1 gram ke dalam alat yang
telah disiapkan, pada suhu 1050C. Kemudian
kadar yang tertera pada moisture balance dicatat.
Dilakukan pengulangan 2 kali.
Uji Kadar Abu Padina australis
Ditimbang sebanyak 2 gram serbuk
simplisia dimasukkan kedalam krus silikat yang
telah dipijarkan dan ditara. Dipijarkan perlahan
hingga arang habis, didinginkan, kemudian
ditimbang. Jika dengan cara ini ini arang tidak
dapat dihilangkan, ditambahkan air panas, dan
disaring melalui kertas saring dalam krus yang
sama. Filtrat dimasukkan kedalam krus, diuapkan,
dipijarkan hingga bobot tetap, kemudian
ditimbang. Dihitung kadar abu terhadap bahan
yang telah dikeringkan diudara (Depkes RI,
1979).
Kadar abu (%) =
(Bobot krus + abu simplisia) − Bobot krus kosong
Bobot sampel simplisia serbukx 100%
Analisis Fitokimia
Uji fitokimia dilakukan pada ekstrak nano
propolis untuk mengetahui kandungan flavonoid,
saponin, tanin, alkaloid, triterpenoid dan steroid
secara kualitatif.
a. Uji Alkaloid Sebanyak 0,5 gr sampel ditambah dengan
larutan basa amonia 1% dan kloroform dalam
tabung reaksi, kemudian lapisan kloroform
(lapisan bawah) dipipet dan ditambahkan HCl 2N
lalu dikocok. Larutan yang didapat dibagi empat,
yaitu blanko dan sisanya direaksikan masing-
masing dengan pereaksi Mayer dan Dragendorff.
Hasil positif yaitu campuran dengan pereaksi
Mayer menimbulkan endapan putih dan campuran
dengan pereaksi Dragendorff menimbulkan
kekeruhan dan endapan jingga (Soebagio dkk,
2007).
b. Uji Tanin
Sebanyak 0,5 gram ekstrak Padina
australis dimasukkan kedalam tabung reaksi
dilarutkan dengan sedikit aquadest kemudian
dipanaskan di atas penangas air lalu diteteskan
dengan larutan gelatin 1% dan natrium klorida
10% (1:1). Hasil positif terbentuknya endapan
putih (DepKes RI, 1989).
c. Uji Saponin
Sebanyak 0,5 gram esktrak Padina
australis dilarutkan dengan Aquadest lalu
dipanaskan di atas penangas air. Setelah dingin,
larutan dalam tabung reaksi dikocok kuat-kuat
selama ± 30 detik. Hasil positif yaitu terbentuknya
busa yang konsisten selama beberapa menit
dengan penambahan 1 tetes HCl encer masih
terbentuk busa (Soebagio dkk, 2007).
d. Uji Steroid dan Triterpenoid Sebanyak 1 mL ekstrak Padina australis
ditambahkan dengan eter lalu dikocok. Lapisan
eter diambil dan diuapkan dengan cawan penguap
di atas penangas air. Filtrat yang didapat
ditambahkan dengan pereaksi Lieberman-
Burchard. Hasil positif untuk senyawa steroid
ialah timbulnya warna hijau sedangkan untuk
senyawa triterpenoid hasil positif ditandai dengan
munculnya warna ungu (Soebagio dkk, 2007).
Formulasi Tablet
Tabel 1. Formulasi Tablet Ekstrak Padina
australis
BAHAN Formula (%)
I II III IV
Ekstrak Padina australis 20 25 30 -
Amprotab (%) 70 65 60 90
PVP (%) 3 3 3 3
Avicel pH 102 (%) 5 5 5 5
Talk (%) 1 1 1 1
Mg stearat (%) 1 1 1 1
Keterangan : dibuat 1 tablet 250 mg
Metode Pembuatan Granul
Pembuatan granul dilakukan dengan
metode granulasi basah. Ekstrak dicampur dengan
setengah bagian amprotab, kemudian teteskan
PVP yang telah dilarutkan dengan etanol 96%
sambil diaduk homogen hingga diperoleh massa
yang kompak dan dapat dikepal. Campuran
kemudian diayak dengan ayakan mesh no. 12
kemudian granul basah dikeringkan dalam oven
pada suhu 40˚C. Granul yang sudah kering diayak
kembali dengan ayakan mesh no. 18. Dilakukan
evaluasi granul.
a. Evaluasi Granul
1) Penetapan kadar air granul
Pemeriksaan kadar air granul dilakukan
dengan menggunakan moisture balance. Setiap
formula dimasukkan 1 g granul ke dalam alat
yang telah disiapkan, pada suhu 1050C. Kemudian
catat kadar yang tertera pada moisture balance.
4
Pengukuran diulang sebanyak 2 kali, syarat 2-5%
(Lachman, 1989).
2) Uji Aliran Granul
Uji aliran granul dilakukan dengan
melewatkan 50 g granul ke dalam alat Flowtester
sampai masa granul melewati corong, kemudian
dicatat waktunya. Pengukuran diulang sebanyak 2
kali. Penghitungan daya aliran granul dilakukan
menggunakan rumus:
f =M
T
Keterangan:
f = Daya aliran (g/detik)
T = Waktu (detik)
M = Massa Granul (g)
Tabel 2.Tipe Aliran berdasarkan Daya Alir
Harga Daya Alir (f) Keterangan
>10 Bebas mengalir
4 – 10 Mudah mengalir
1,4 – 4 Kohesif
<1,4 Sangat kohesif
Sumber: Aulton, 1988
3) Uji Sudut Diam
Penentuan sudut diam dilakukan dengan
memasukkan sejumlah massa granul kedalam
corong. Massa yang jatuh akan membentuk
kerucut, lalu diukur tinggi dan diameter kerucut.
Percobaan ini diulang sebanyak 2 kali. Tipe
aliran berdasarkan sudut istirahat dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Tipe Aliran berdasarkan Sudut Diam
Sudut Istirahat (α) Keterangan
< 250 Sangat Mudah Mengalir
250<α<400 Mudah Mengalir
>400 Sukar Mengalir
Sumber: Aulton,1988
Rumus yang digunakan untuk menentukan sudut
diam.
Tan-1 α = h
r
h
r α
4) Uji Kompresibilitas
Uji kompresibilitas dilakukan dengan
menimbang 50 gram massa granul, lalu
dimasukkan kedalam tabung dari alat Tap Density
Tester. Perubahan volume dicatat sebelum dan
sesudah pengetukan. Tipe aliran berdasarkan
kompresibilitas dapat dilihat pada tabel 4. Nilai
kompresibilitas dapat dihitung menggunakan
persamaan Carr:
Kompresibilitas (%) : 𝜌1− 𝜌2
𝜌2 x 100%
𝜌 = 𝑔
𝑣
Keterangan :
g = bobot granul (g)
V = volume sejumlah g granul (ml)
𝜌 = kerapatan (g/ml)
𝜌1 = kerapatan granul sebelum diketuk (g/ml)
𝜌2 = kerpatan granul setelah diketuk (g/ml)
% = kompresibilitas (%)
Tabel 4. Tipe Aliran Berdasarkan Kompresibilitas
Indeks kompresibilitas (%) Tipe aliran
5-12 Sangat baik sekali
12-16 Sangat baik
18-21 Baik
23-28 Sedang
28-35 Buruk
35-38 Sangat buruk
>40 Sangat buruk sekali
Sumber : Aulton, 1988
Metode Pembuatan Tablet
Granul yang telah dievalusai dicampur
dengan setengah bagian amilum, magnesium
stearat dan aerosil. Kemudian campur sampai
homogen. Lakukan pencetakan tablet dengan
menggunakan mesin pencetak tablet. Lakukan
evaluasi tablet.
a. Evaluasi Tablet
1) Uji keseragaman bobot
Sebanyak 20 tablet ditimbang satu per satu,
kemudian dihitung bobot rata-ratanya.
2) Uji keseragaman ukuran
Sebanyak 10 tablet diukur diameter dan
tebalnya satu per satu kemudian dihitung rata-
ratanya. Diameter tablet tidak lebih dari 3x
dan tidak kurang dari 4/3 tebal tablet.
3) Uji kekerasan tablet
Sebanyak 10 tablet secara bergantian di-
letakkan di antara ruang penjepit kemudian
dijepit dengan memutar alat penekan,
sehingga tablet kokoh ditempatnya dan
petunjuk berada pada skala 0, melalui putaran
pada sebuah sekrup, tablet akan pecah dan
dibaca penunjuk skala pada alat tersebut.
4) Uji kerapuhan tablet
5
Sejumlah tablet yang telah dibebaskan dari
debu ditimbang dan dimasukkan ke dalam
friabilator. Mesin dijalankan dengan
kecepatan 25 rpm selama 4 menit. Tablet
dikeluarkan dan di-bebasdebukan kembali,
lalu ditimbang. Persenta-se kehilangan bobot
menunjukkan kerapuhan-nya.
5) Uji Waktu Hancur
Masukkan 5 tablet kedalam keranjang, turun
naikkan keranjang secara teratur 30 kali tiap
menit. Tablet dinyatakan hancur jika tidak
ada bagian tablet yang tertinggal di atas kasa,
kecuali fragmen berasal dari zat penyalut.
Kecuali dinyatakan lain, waktu yang
diperlukan untuk menghancurkan kelima
tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet
tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit
untuk tablet bersalut gula dan bersalut
selaput.
Pembuatan Media
a. Nutrien Agar
Ditimbang sebanyak 23 g serbuk nutrien
agar kemudian disuspensikan dengan air suling
yang ditambahkan sedikit demi sedikit dalam
erlenmeyer hingga 1000 ml, dipanaskan sampai
bahan larut sempurna. Disterilkan dalam autoklaf
pada suhu 121°C selama 15 menit (Difco, 1977).
b. Pembuatan Agar Miring
Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 3 ml
media nutrien agar, didiamkan pada suhu kamar
sampai sediaan membeku pada posisi miring,
kemudian disimpan dalam lemari pendingin.
Pembiakan Bakteri
a. Pembuatan Stok Kultur
Diambil satu koloni bakteri E.coli dengan
menggunakan jarum ose steril, lalu ditanamkan
pada media nutrien agar miring dengan cara
menggores, setelah itu diinkubasi dalam inkubator
pada suhu 35 ± 2°C selama 18-24 jam (Lay dan
Hastowo S, 1992).
b. Sterilisasi Alat
Alat-alat yang tidak rusak bila dipanaskan
dengan suhu yang berkisar antara 110°C dan
121°C, disterilkan terlebih dahulu didalam
autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit dan
alat-alat gelas disterilkan di oven suhu 160-170°C
selama 2 jam. Jarum ose dibakar dengan lampu
bunsen. Alat-alat plastik direbus dalam air panas
(Lay dan Hastowo, 1992).
c. Uji Aktivitas Sediaan tablet
Sesudah dilakukan evaluasi tablet, terlebih
dahulu diuji aktivitas terhadap tablet. Pengujian
aktivitas sediaan tablet terhadap bakteri
Escherichia coli dilakukan menggunakan uji
difusi menurut Kirby-Bauer dengan metode
cawan gores (Lay, 1994). Pada media plate agar
digoreskan satu lup biakan bakteri Escherichia
coli, kemudian kertas cakram yang sudah
mengandung sediaan tablet ekstrak Padina
australis diletakkan diatas permukaan media plate
agar dan diletakkan agar sediaan tablet dapat
meresap dengan baik dan merata. Pembacaan
hasil dilakukan setelah biakan diinkubasi pada
suhu kamar selama 18-24 jam, dengan cara
mengukur lebar daerah hambatan (zona bening)
disekitar kertas cakram, menggunakan jangka
sorong atau penggaris. Perlakuan yang digunakan
dalam pengujian ini yaitu sediaan tablet dari
ekstrak Padina australis yang sudah dilarutkan
dengan 100 ml akuades, yang sudah direndam
dalam kertas cakram dengan konsentrasi 20%,
25%, dan 30%. Untuk kontrol positif digunakan
amoxycillin 10 ppm.
d. Uji Efektivitas Sediaan tablet
Sesudah dilakukan uji aktivitas tablet
Padina australis, kemudian dilakukan uji
efektivitas terhadap tablet. Pengujian efektivitas
sediaan tablet terhadap bakteri Escherichia coli
dilakukan menggunakan uji difusi menurut Kirby-
Bauer dengan metode cawan gores (Lay, 1994).
Pada media plate agar digoreskan satu lup biakan
bakteri Escherichia coli, kemudian kertas cakram
yang sudah mengandung sediaan tablet ekstrak
Padina australis diletakkan diatas permukaan
media plate agar dan diletakkan agar sediaan
tablet dapat meresap dengan baik dan merata.
Pembacaan hasil dilakukan setelah biakan
diinkubasi pada suhu kamar selama 18-24 jam,
dengan cara mengukur lebar daerah hambatan
(zona bening) disekitar kertas cakram,
menggunakan jangka sorong atau penggaris.
Perlakuan yang digunakan dalam pengujian ini
yaitu sediaan tablet dari ekstrak Padina australis
yang sudah dilarutkan dengan 100 ml akuades,
yang sudah direndam dalam kertas cakram dengan
konsentrasi 40%, 50%, dan 60%. Untuk kontrol
positif digunakan amoxycillin 20 ppm.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Serbuk Ekstrak Kering Padina australis
Rumput laut Padina australis diperoleh
langsung dari perairan pantai Bayah Banten dalam
bentuk basah sebanyak 1,5 kg. Rumput laut
dikeringkan didalam oven dengan suhu 40-45°C
selama 2-3 hari, setelah dikeringkan didapatkan
rumput laut Padina australis sebanyak 250 gram.
6
Rumput laut Padina australis kemudian di
ekstraksi menggunakan etanol 96% dan
dikeringkan lagi dengan vaccum dry.
Karakteristik Serbuk Ekstrak Kering Padina
australis
Pemeriksaan pendahuluan Padina australis
bertujuan untuk mendapatkan karakteristik Padina
australis yang akan digunakan dalam formulasi
tablet. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi
pemeriksaan kadar air, kadar abu dan fitokimia.
Hasil pengujian kadar air serbuk simplisia Padina
australis dengan menggunakan moisture balance
yaitu sebesar 6,11%. Nilai tersebut hampir sama
dengan kadar air hasil penelitian Fitrya, dkk 2010
yaitu 6,4%. Tujuan dilakukan kadar air pada
simplisia yaitu memperkecil pertumbuhan
mikroorganisme yang tumbuh sehingga
menyebabkan kerusakan pada simplisia yang
mengakibatkan penurunan mutu simplisia
(Muchtadi dan Ayustaningwarno, 2010). Hasil
penentuan kadar air rumput laut Padina australis
dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Hasil Penentuan Kadar Air Padina
australis
Simplisia Kadar air
(%)
Rata-rata
kadar air (%)
Padina
australis
6,11
6,01
6,22
6,11
Hasil perhitungan kadar abu simplisia
Padina australis sebesar 14,53% nilai tersebut
lebih banyak dari hasil penelitian Santoso, dkk
(2003) sebesar 5,50%. Hal ini dapat disebabkan
karena adanya perbedaan perlakuan seperti proses
pencucian terhadap sampel. Lama pencucian
dapat mengurangi serbuk halus yang terdapat pada
sampel. Menurut Fitrya, dkk 2010, tingginya
kadar abu ini menunjukkan banyaknya kandungan
material organik yang terdapat pada thallus
Padina australis. Hasil penentuan kadar abu dapat
dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil Penentuan Kadar Abu Padina
australis
Simplisia Kadar Abu
(%)
Rata-rata
Kadar Abu
(%)
Rumput laut
Padina australis
14,9
14,11 14,53
Pengujian fitokimia dilakukan untuk
mengetahui golongan senyawa yang terkandung
dalam suatu tanaman. Pengujian fitokimia dalam
penelitian ini meliputi uji tanin, uji saponin, uji
steroid dan triterpenoid. Hasil pengujian fitokimia
dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Hasil Pengujian Fitokimia Padina
australis
Keterangan : + : positif mengandung senyawa
Menurut Harborne (1987) senyawa
metabolit sekunder yang umum terdapat pada
tanaman adalah alkaloid, flavonoid, steroid,
saponin, terpenoid, dan tanin. Menurut Robinson,
1995 senyawa alkaloid dan terpenoid berperan
sebagai antifungi, dan senyawa fenol, kuinon,
tannin dan saponin berperan sebagai antibakteri.
Hasil fitokimia Padina australis positif
mengandung senyawa alkaloid, tanin,saponin dan
triterpenoid yang artinya Padina australis
mempunyai khasiat sebagai antifungi dan
antibakteri.
Evaluasi Granul
Evaluasi granul yang dilakukan meliputi uji kadar
air granul, uji aliran granul, uji sudut diam, dan
kompresibilitas.
Uji Kadar Air Granul
Pada penelitian ini kadar air granul dari
masing-masing formula dapat dilihat pada Tabel
10.
Tabel 10. Hasil Uji Kadar Air Granul
Formula Kadar Air
I 3,71%
II 3,33%
III 3,2%
IV 3,41%
Dari keempat formula diatas memiliki
kadar air yang memenuhi persyaratan yaitu
diantara 2-5% (Lachman, 1989). Kadar air granul
dilakukan untuk mengetahui keadaan granul,
granul yang terlalu basah atau lembab akan
berpengaruh pada saat pencetakan tablet yang
akan melekat pada dinding punch, sedangkan
granul yang terlalu kering akan menyebabkan
tablet mudah rapuh.
Uji Aliran Granul
Uji aliran granul dilakukan untuk
mengetahui apakah laju alir granul pada masing-
7
masing formula memenuhi persyaratan atau tidak.
Uji aliran granul menggunakan alat flowmeter.
Dari hasil evaluasi granul pada penelitian dapat
dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Hasil Uji Aliran granul
Formula Laju alir (gram/detik)
I 6,97
II 6,85
III 7,01
IV 6,77
Dari data di atas dapat dinyatakan bahwa
semua granul memiliki laju alir yang mudah
mengalir dan memenuhi syarat menurut Aulton,
1988 yaitu antara 4-10 g/s. Granul mengalir paling
cepat yaitu granul pada formula 4 yaitu sebesar
6,77 g/s. Adanya perbedaan variasi laju alir dalam
formulasi disebabkan oleh adanya konsentrasi
perbedaan pada zat aktif yang terdapat dalam
masing-masing formula.
Uji Sudut Diam
Salah satu cara untuk mengetahui baik
tidaknya suatu granul yaitu dengan cara
pengukuran sudut diam. Semakin kecil sudut diam
yang terbentuk, maka massa granulyang
dihasilkan semakin mudah mengalir (Lachman,
1989). Hasil uji sudut diam dapat dilihat pada
Tabel 12.
Tabel 12. Hasil Uji Sudut Diam
Formula Sudut diam (°)
I 34,50
II 35,46
III 36,26
IV 35,44
Berdasarkan data di atas dapat dinyatakan
bahwa semua granul mempunyai tipe aliran
berdasarkan sudut diam yaitu mudah mengalir dan
memenuhi syarat menurut Aulton, 1998 yaitu
dengan sudut istirahat atau sudut diam antara 25-
40°.
Uji Kompresibilitas
Kompresibilitas merupakan pengukuran
terhadap persen kemampatan. Hasil uji
kompresibilitas dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Hasil Uji Kompresibilitas
Formula Kompresibiltas (%)
I 15,86
II 16,27
III 16,27
IV 15,28
Dari data di atas dapat dinyatakan bahwa
semua granul mempunyai tipe aliran berdasarkan
kompresibilitas yaitu sangat baik (Aulton, 1988).
Dari ke empat formula menunjukkan bahwa
semua massa cetak tablet memenuhi syaratuntuk
dicetak menjadi tablet.
Evaluasi Tablet
Setelah semua evaluasi granul, kemudian
granul dicetak menjadi tablet dan dilakukan
evaluasi tablet yang meliputi keragaman ukuran,
keragaman bobot, kekerasan, friabilita dan waktu
hancur.
Keragaman Ukuran
Keragaman ukuran merupakan cara untuk
mengetahui tebal dan diameter tablet. Dilakukan
dengan mengukur menggunakan jangka sorong.
Hasil keragaman ukuran dapat dilihat pada Tabel
14.
Tabel 14. Uji Keragaman Ukuran
Formula
Tebal (T) dan Diameter (D)
Tablet (cm)
T D
I 0,8648 0,4308
II 0,8634 0,4358
III 0,8652 0,4396
IV 0,8674 0,4314
Perbedaan hasil dari diameter dan tebal
tablet ini mungkin dikarenakan bobot dan tekanan
yang ditimbulkan dari mesin tablet tidak seragam.
Uji Keragaman Bobot
Uji keseragaman bobot dilakukan untuk
mengetahui bobot rata-rata dari masing-masing
tablet dan formula. Hasil keragaman bobot dapat
dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Hasil Uji Keragaman Bobot
Formula Rata-rata Keragaman Bobot (mg)
I 255,8
II 262,7
III 265,1
IV 272,9
Perbedaan keseragaman bobot dapat terjadi
karena beberapa faktor yaitu, ukuran partikel dan
kondisi peralatan yang digunakan selama proses
pengempaan seperti berubahnya pengaruh tekanan
yang ditimbulkan. Walaupun volume massa cetak
yang masuk kedalam die sama banyak, tetapi
dengan adanya perbedaan sedikit saja proporsisi
partikel besar dan kecil akan mempengaruhi bobot
tablet yang dicetak (Surjadi, 2004).
Uji Kekerasan
Pengujian kekerasan tablet dilakukan untuk
mengetahui kekerasan tablet terhadap guncangan
8
mekanik pada saat proses pengempaan dan
packing. Hasil uji kekerasan tablet dapat dilihat
pada Tabel 16.
Tabel 16. Hasil Uji Kekerasan
Formula Rata-rata Uji Kekerasan (Kg/Cm3)
I 5,47
II 5,61
III 6,82
IV 5,38
Dari hasil uji kekerasan tablet ke empat formula
memenuhi persyaratan yaitu 4-7 Kg/Cm3 (Ansel,
1989).
Uji Friabilita
Uji friabilitas dilakukan untuk mengetahui
tingkat kerapuhan tablet, karena tablet yang rapuh
dan rusak akan berkurang kandungan zat
berkhasiatnya sehingga akan mempengaruhi efek
terapinya. Hasil uji friabilita dapat dilihat pada
Tabel 17.
Tabel 17. Hasil Uji Friabilita
Formula Hasil Uji Friabilita (%)
I 0,20
II 0,25
III 0,23
IV 0,21
Hasil pemeriksaan uji friabilita dari ke empat
formula memenuhi syarat untuk uji friabilita
tablet, karena hasil yang diperoleh tidak melebihi
persyaratan yaitu 0,8%.
Hasil Uji Waktu Hancur Waktu hancur merupakan salah satu
parameter pengujian sediaan tablet yang penting,
karena berkaitan dengan pelepasan zat aktif dari
sediaan tablet yang telah dikonsumsi. Apabila
suatu tablet waktu hancurnya lebih lama dari
standar yang telah ditentukan, maka sediaan zat
aktif dari sediaan tablet tidak dapat dilepaskan
sesuai dengan waktu dan dosis yang diharapkan.
Uji waktu hancur tablet menurut persyaratan yaitu
tidak boleh lebih dari 15 menit. Hasil uji waktu
hancur dari sediaan tablet dapat dilihat pada Tabel
18.
Tabel 18. Hasil Uji waktu Hancur
Formula Waktu hancur
I 10,44
II 10,50
III 12,03
IV 10,39
Dari data diatas dapat dilihat hasil uji waktu
hancur ke empat formula memenuhi persyaratan.
Uji Aktivitas Antibakteri
Hasil pengujian aktivitas tablet Padina
australis terhadap pertumbuhan bakteri
Escherichia coli dapat dilihat pada gambar 3.
a b c
Gambar 3. Hasil Uji Aktivitas Tablet
Keterangan : a. Ulangan ke-1
b. Ulangan ke-2
c. Ulangan ke-3
Gambar diatas menunjukkan bahwa
formula 1 sampai formula 3 sudah membentuk
zona atau lebar daerah hambat. Lebar daerah
hambat yang dihasilkan dari masing-masing
formula berbeda sesuai dengan besarnya
kosentrasi yang diberikan. Pada uji aktivitas
sediaan tablet ini menggunakan formula 1 dengan
konsentrasi zat aktif 20%, formula 2 dengan zat
aktif 25%, formula 3 dengan zat aktif 30% dan
formula 4 digunakan sebagai kontrol positif yaitu
tablet tanpa zat aktif. Kontrol positif yang
digunakan yaitu amoxycillin dengan konsentrasi
10 ppm, dari keempat formula yang digunakan,
terdapat zona hambat yang paling besar yaitu pada
formula 3 dengan konsentrasi zat aktif sebesar
30% dan dengan zona hambat sebesar 2,5 mm.
Uji Efektivitas Antibakteri
Pengujian efektivitas tablet Padina
australis terhadap antibakteri Escherichia coli
dilakukan dengan mengukur lebar daerah hambat
(LDH), dari hasil penelitian diperoleh zona
hambat (zona bening).Menurut Dwijoseputro
(1987), tingkat efektifitas suatu bahan
menggunakan metode Kirby-Bauer dikatakan
sensitif jika terbentuk zona hambat atau daerah
bening disekeliling kertas cakram. Dengan kata
lain, zona bening disekitar kertas cakram
menunjukkan aktivitas antibakteri (K.Rosyidah
dkk, 2010). Pengujian akitivitas antibakteri dalam
penelitian ini digunakan tablet dari empat formula
dengan meningkatkan dosis, dimana formula
empat digunakan sebagai kontrol negatif karena
tidak mengandung zat aktif, dan kontol positif
yang digunakan yaitu larutan amoxycillin dengan
konsentrasi 20 ppm. Hasil zona hambat yang
terbentuk dapat dilihat pada Gambar 4.
9
a b c
Gambar 4. Hasil uji efektivitas tablet
Keterangan : a. Ulangan ke-1
b. Ulangan ke-2
c. Ulangan ke-3
Dari hasil gambar diatas menunjukkan zona
hambat yang terbentuk pada masing-masing
formula. Pada formula I terdapat zona hambat
sebesar 2mm, formula II mempunyai zona hambat
3mm, formula 4 mempunyai zona hambat 1mm,
dan kontrol positif mempunyai zona hambat
sebesar 4,5mm. Formula 4 digunakan sebagai
kontol negatif. Daya hambat yang terbentuk
merupakan daerah bening yang berada disekitar
perlakuan dan tidak terdapat pertumbuhan koloni
dari bakteri.
Masing-masing formula mempunyai
perbedaan pada zona hambat yang ditimbulkan,
ini menyatakan bahwa semakin tinggi kadar zat
aktif pada formula maka semakin besar pula
aktivitas daya antibakterinya. Hal ini dapat dilihat
dari lebar zona hambat yang terbentuk pada kertas
cakram yang terisi formula dengan konsentrasi
tinggi dibandingkan dengan kertas cakram yang
terisi formula dengan konsentrasi rendah.
Amoxycillin dengan kadar 20 ppm yang
digunakan sebagai kontrol positif memberikan
zona hambat terbesar. Dengan hasil perhitungan
lebar daerah hambat yang terbentuk sebesar
4,5mm. Adanya zat aktif yang terkandung dalam
Padina australis seperti alkaloid dan terpenoid
yang memiliki aktivitas bakteriostatik, maka dapat
dinyatakan bahwa Padina australis memiliki
aktivitas antibakteri.
Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa tablet ekstrak Padina
australismemiliki efektivitas antibakteri terhadap
bakteri Escherichia coli. Semakin besar
konsentrasi zat aktif maka semakin besar pula
zona bening atau lebar diameter hambat yang
dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA Adnyana, I., Elin Y., Joseph I.S. 2004. Uji
Akifitas Antibakteri Penyebab Diare.
FMIPA. Padang.
Amiruddin R. 2007. Current Issuekematian anak
(penyakit diare). Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Ansel, C Howard. 1989. Pengantar Bentuk
Sediaan Farmasi Edisi Keempat, Jakarta;
Universitas Indonesia Press, Hal 244, 255,
259-272.
Aulton, M.E. 1988. The Science of Dosage from
Design. Churchill Livingstone. Endiburg.
Banker, G. S. Dan Anderson, N. R. 1986. Tablet,
dalam Lachman, L. Lieberman, H. A.,
Kanig, J. L. (Eds), Teori Dan Praktek
Farmasi Industri. Diterjemahkan oleh Siti
Suyatmi. UI-Press. Jakarta.
DepKes RI. 1989. Materia Medika Indonesi. Jilid
V. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
DepKes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi
keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Harborne. J. 1987. Metode Fitokimia. Edisi ke-2.
Kosasih Padmawinata, penerjemah.
Bandung. ITB-Press.
Lachman, L., Lieberman, HA. Kanig J.L. 1989.
Teori dan Praktek Farmasi Industri. Ed ke
3. Penerjemah : Siti Suyatmi. Jakarta : UI
Press.Terjemahan dari: The Teory and
Practice of Industrial Pharmacy.
Lieberman, J.L kanig. 1989. Teori Dan Praktek
Farmasi Industri. Terjemahan oleh S.
Suyatni, UI Press. Jakarta.
Putra, S.E., 2006. Alga Laut Sebagai Biotarget
Industri. Lipi.
Robinson. T. 1995. Kandungan Organik
Tumbuhan, edisi VI. Hal 191-216.
Diterjemahkan Oleh Kosasih Padmawinata,
ITB. Bandung.
Rosyidah, K., S.A. nurmuhaimina, N.Komari, dan
M.D. Astuti 2010. Aktivitas Antibakteri
Fraksi Saponin Dari Kulit Batang
Tumbuhan Kasturi (Mangifera casturi).
Alchemy. Vol 1 no 2. Maret 2010.
Santoso J. 2003. Studies on nutritional
components and antioxidant activity in
several Indonesia seaweeds [disertasi].
Tokyo : chemistry of Food and Nutrition
Laboratory. Department of Food science
and Technology, Gradyate School Of
Fisheries : Tokyo University of Fisheries
Suptijah, P. 2002. Rumput laut : prospek dan
tantangannya.
Surjadi, Herlina. 2008. Formulasi Tablet Ekstrak
Pegagan Dengan Metode Cetak Langsung.
Skripsi. Jurusan Farmasi Fakultas
10
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Padjajaran. Bandung.
Soebagio, B., Rusdiana, T. dan Khairudin. 2007.
Pembuatan Gel Dengan Aqupec hv-505
dari Ekstrak Umbi Bawang Merah (Allium
cepa, L.) sebagai Antioksidan. Bandung:
Fakultas Farmasi, Universitas Padjajaran.
Triastinurmiatiningsih dan Tri Saptari Haryani.
2008. Potensi Rumput Laut di Pantai
Bayah, Kabupaten Lebak, Banten Sebagai
Anti Bakteri Escherichia coli. Jurnal
Matematika, Sains, dan teknologi. Vol 9,
no 1.
Widyani Silvia. 2011. Formulasi Tablet Ekstrak
Etanol Rumput Laut Coklat Turbinaria
decurens Menggunakan Adsorben Avicel
dan Pengikat PVP. Universitas Pancasila.
Jakarta.