dermato therapy ai
DESCRIPTION
mTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 PENDAHULUAN
Dermatoterapi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari pengobatan penyakit kulit.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam pengobatan penyakit kulit dan pemilihan
cara tersebut bergantung dari jenis penyakit, keadaan kulit dan variasi individu. Jenis terapi
yang dapat digunakan yaitu:
1. Medikamentosa : topical dan sistemik
2. Bedah kulit : bedah scalpel (untuk tumor), bedah listrik (untuk veruca vulgaris), bedah
kimia (podofilin untuk condyloma acuminata), bedah beku (CO2 padat untuk
neurofibroma)
3. Penyinaran : Radioterapi (untuk basalioma), sinar UV (untuk psoriasis), sinar laser (untuk
hemangioma)
4. Psikoterapi : neurodermatitis (kombinasi dengan terapi medikamentosa)
Penyakit kulit dapat diobati dengan bermacam-macam cara, ialah :
a. Topikal
b. Sistemik
c. intralesi.
Kalau cara pengobatan di atas ini belum memadai, maka masih dapat dipergunakan cara-cara
lain, yaitu :
- radioterapi
- sinar ultraviolet
- pengobatan Laser
- krioterapi
- bedah listrik
- bedah skalpel.
Aikardi (2007730007)Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit KulitRumah Sakit Umum Kota BanjarUniversitas Muhammadiyah Jakarta2013
1
Dengan adanya kemajuan-kemajuan yang pesat dalam bidang farmasi, maka pengobatan
penyakit kulit juga ikut berkembang pesat. Yang menarik perhatian ialah kemajuan dalam bidang
pengobatan topikal yang berupa perubahan dari cara pengobatan nonspesifik dan empirik men-
jadi pengobatan spesifik dengan dasar yang rasional.
Maksud uraian ini ialah memperkenalkan bentuk dan cara pengobatan topikal yang dise-
suaikan dengan keadaan penyakit kulit. 1, 5
Aikardi (2007730007)Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit KulitRumah Sakit Umum Kota BanjarUniversitas Muhammadiyah Jakarta2013
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGOBATAN TOPIKAL
Kegunaan dan khasiat pengobatan topikal didapat dari pengaruh fisik dan kimiawi obat-obat
yang diaplikasi di atas kulit yang sakit. Pengaruh fisik antara lain ialah mengeringkan,
membasahi (hidrasi), melembutkan, lubrikasi, mendinginkan, memanaskan, dan melindungi
(proteksi) dari pengaruh buruk dari luar. Semua hal itu bermaksud untuk mengadakan
homeostasis, yaitu mengembalikan kulit yang sakit dan jaringan di sekitamya ke keadaan
fisiologik stabil secepat-cepatnya.
Selain itu untuk menghilangkan gejala-gejala yang mengganggu, misalnya rasa gatal dan
panas. Cara pengobatan pada jaman dulu terutama ditujukan kepada efek fisik terhadap kulit
yang sakit.
Dalam jangka waktu 20 tahun terakhir ini telah dikembangkan preparat-preparat topikal
yang mempunyai khasiat kimiawi yang spesifik terhadap organisme di kulit atau terhadap kulit
itu sendiri. Secara ideal maka pemberian obat topikal harus berkhasiat fisis maupun kimiawi.
Kalau obat topikal digunakan secara rasional, maka hasilnya juga optimal, sebaliknya kalau
digunakan secara salah obat topikal menjadi tidak efektif dapat menyebabkan penyakit
iatrogenik. Prinsip obat topikal secara umum terdiri atas 2 bagian :
A. bahan dasar (vehikulum)
B. bahan aktif
A. BAHAN DASAR (VEHIKULUM)
Memilih bahan dasar (vehikulum) obat topikal merupakan langkah awal dan terpenting
yang harus diambil pada pengobatan penyakit kulit. Pada umumnya sebagai pegangan ialah
pada keadaan dermatosis yang membasah dipakai bahan dasar yang cair/basah, misalnya
kompres; dan pada keadaan kering dipakai bahan dasar padat atau kering, misalnya salap.
Aikardi (2007730007)Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit KulitRumah Sakit Umum Kota BanjarUniversitas Muhammadiyah Jakarta2013
3
Secara sederhana bahan dasar dibagi menjadi :
1. Cairan
2. Bedak
3. Salap
Di samping itu ada 2 campuran atau lebih bahan dasar, yaitu :
4. Bedak kocok (lotion), yaitu campuran cairan dan bedak.
5. Krim, yaitu campuran cairan dan salap
6. Pasta, yaitu campuran salap dan bedak
7. Linimen (pasta pendingin), yaitu campuran cairan, bedak, dan salap.
1. Cairan
Cairan terdiri atas:
a. solusio artinya larutan dalam air
b. tingtura artinya larutan dalam alkohol
Solusio dibagi dalam:
1. kompres
2. rendam (bath), misalnya rendam kaki, rendam tangan
3. mandi (full bath)
Prinsip pengobatan cairan ialah membersihkan kulit yang sakit dari debris (pus, krusta
dan sebagainya) dan sisa-sisa obat topikal yang pernah dipakai. Di samping itu terjadi
perlunakan dan pecahnya vesikel, bula, dan pustula. Hasil akhir pengobatan ialah keadaan yang
mem-basah menjadi kering, permukaan menjadi bersih sehingga mikroorganisme tidak dapat
tumbuh dan mulai terjadi proses epitelisasi. Pengobatan cairan berguna juga untuk
menghilangkan gejala, misalnya rasa gatal, rasa terbakar, parestesi oleh bermacam-macam
dermatosis.
Aikardi (2007730007)Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit KulitRumah Sakit Umum Kota BanjarUniversitas Muhammadiyah Jakarta2013
4
Harus diingat bahwa pengobatan dengan cairan dapat menyebabkan kulit menjadi terlalu
kering. Jadi pengobatan cairan harus dipantau secara teliti, kalau keadaan sudah mulai kering
pemakaiannya dikurangi dan kalau perlu dihentikan untuk diganti dengan bentuk pengobatan
lainnya. Cara kompres lebih disukai daripada cara rendam dan mandi, karena pada kompres
terdapat pendinginan dengan adanya penguapan, sedangkan pada rendam dan mandi terjadi
proses maserasi.
Bahan aktif yang dipakai dalam kompres ialah biasanya bersifat astringen dan
antimikrobial. Astringen mengurangi eksu-dat akibat presipitasi protein.
Dikenal 2 macam cara kompres,yaitu:
a. Kompres terbuka
Dasar
Penguapan cairan kompres di-susul oleh absorbsi eksudat atau pus.
Indikasi
- dermatosis madidans
- infeksi kulit dengan eritema yang mencolok, misalnya erisipelas
- ulkus kotor yang mengandung pus dan krusta.
Efek pada kulit
- kulit yang semula eksudatif menjadi kering
- permukaan kulit menjadi dingin
- vasokonstriksi
- eritema berkurang.
Cara
Digunakan kain kasa yang bersifat absorben dan non-iritasi serta tidak terlalu tebal (3
lapis). Balutan jangan terlalu ketat, tidak perlu steril, dan jangan menggunakan kapas karena
lekat dan menghambat penguapan.
Aikardi (2007730007)Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit KulitRumah Sakit Umum Kota BanjarUniversitas Muhammadiyah Jakarta2013
5
Kasa dicetup ke dalam cairan kompres, diperas, lalu dibalutkan dan didiamkan, biasanya
sehari dua kali selama 3 jam. Hendaknya jangan sampai terjadi maserasi. Bila kering di-
basahkan lagi. Daerah yang dikompres luasnya 1/3 bagian tubuh agar tidak terjadi
pendinginan.
b. Kompres tertutup
Sinonim : Kompres impermeabel.
Dasar
Vasodilatasi, bukan untuk penguapan.
Indikasi
Kelainan yang dalam, misalnya limfogranuloma venerium.
Cara
Digunakan pembalut tebal dan ditutilp dengan bahan impermeabel, misalnya selofan atau
plastik.
2. Bedak
Bedak yang dioleskan di atas kulit membuat lapisan tipis di kulit yang tidak melekat erat
sehingga penetrasinya sedikit sekali.
Efek bedak ialah :
- Mendinginkan
- antiinflamasi ringan karena ada sedikit efek vasokonstriksi
- anti-pruritus lemah
- mengurangi pergeseran pada kulit yang berlipat (intertrigo)
- proteksi mekanis.
Yang diharapkan dari bedak terutama ialah efek fisis. Bahan dasarnya ialah taikum venetum.
Biasanya bedak dicampur dengan seng oksida, sebab zat ini bersifat mengabsorpsi air dan
sebum, astringen, antiseptik iemah dan antipruritus lemah.
Indikasi pemberian bedak ialah :
Aikardi (2007730007)Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit KulitRumah Sakit Umum Kota BanjarUniversitas Muhammadiyah Jakarta2013
6
1. dermatosis yang kering dan superficial
2. mempertahankan vesikel/bula agar tidak pecah, misalnya pada varisela dan herpes zoster.
Kontraindikasi
Dermatitis yang basah, terutama bila disertai dengan infeksi sekunder.
3. Salap
Salap ialah bahan berlemak atau seperti lemak, yang pada suhu kamar berkonsistensi
seperti mentega. Bahan dasar biasanya vaselin, tetapi dapat pula lanolin atau minyak.
Indikasi pemberian salap ialah :
1. dermatosis yang kering dan kronik
2. dermatosis yang dalam dan kronik, karena daya penetrasi salap paling kuat jika
dibandingkan dengan bahan dasar lainnya.
3. dermatosis yang bersisik dan berkrus-ta.
Kontraindikasi ialah : dermatitis madidans. Jika kelainan kulit terdapat pada bagian badan
yang berambut, penggunaan salap tidak dianjurkan dan salap jangan dipakai di seluruh tubuh.
4. Bedak kocok
Bedak kocok terdiri atas campuran air dan bedak, yang biasanya ditambah dengan
gliserin sebagai bahan perekat. Supaya bedak tidak terlalu kental dan tidak cepat menjadi
kering, maka jumlah zat padat maksimal 40% dan jumlah gliserin 10-15%. Hal ini berarti bila
beberapa zat aktif padat ditambahkan, maka persentase ter-sebut jangan dilampaui.
Indikasi bedak kocok ialah :
1. dermatosis yang kering, superfisial dan agak luas, yang diinginkan ialah sedikit
penetrasi.
2. pada keadaan subakut.
Kontraindikasi:
1. dermatitis madidans
2. daerah badan yang berambut
5. KrimAikardi (2007730007)Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit KulitRumah Sakit Umum Kota BanjarUniversitas Muhammadiyah Jakarta2013
7
Krirn ialah campuran W (water, air), O (oil, minyak) dan emulgator. Krim ada 2 jenis :
Krim W/O: air merupakan fase dalam dan minyak fase luar.
Krim O/W: minyak merupakan fase dalam dan air fase luar.
Selain itu dipakai emulgator, dan biasanya ditambah bahan pengawet, misalnya paraben dan
juga dicampur dengan parfum. Berbagai bahan aktif dapat dimasukkan di dalam krim.
Indikasi penggunaan krim ialah :
1. indikasi kosmetik
2. dermatosis yang subakut dan luas, yang dikehendaki ialah penetrasi yang lebih besar
daripada bedak kocok.
3. krim boleh digunakan di daerah yang berambut.
Kontraindikasi ialah dermatitis madidans.
6. Pasta
Pasta ialah campuran homogen bedak dan vaselin. Pasta bersifat protektif dan
mengeringkan.
Indikasi : penggunaan pasta iaiah dermatosis yang agak basah.
Kontraindikasi : dermatosis yang ek-sudatif dan daerah yang berambut. Untuk daerah genital
eksterna dan lipatan-lipatan badan pasta tidak dianjurkan karena terlalu melekat.
7. Linimen
Linimen atau pasta pendingin ialah campuran cairan, bedak, dan salap. Indikasi: dermatosis
yang subakut. Kontraindikasi: dermatosis madidans.
Gel
Gel ialah sediaan hidrokoloid atau hidrofilik berupa suspensi yang dibuat dari senyawa
organik. Zat untuk membuat gel di antaranya ialah karbomer, metilselulosa, dan tragakan. Bila
zat-zat tersebut dicampur dengan air dengan perbandingan tertentu akan terbenfuk gel. Karbomer
akan membuat gel menjadi sangat jemih dan halus.
Gel segera mencair, jika berkontak dengan kulit dan membentuk satu lapisan. Absorpsi
per kutan lebih baik daripada krim.
Aikardi (2007730007)Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit KulitRumah Sakit Umum Kota BanjarUniversitas Muhammadiyah Jakarta2013
8
B. BAHAN AKTIF
Memilih obat topikal selain faktor vehikulum, juga faktor bahan aktif yang dimasukkan
ke dalam vehikulum yang mempunyai khasiat tertentu yang sesuai untuk pengobatan topikal.
Khasiat bahan aktif topikal dipengaruhi oleh keadaan fisiko-kimia permukaan kulit, di samping
komposisi formulasi zat yang dipakai.
Di dalam resep harus ada bahan aktif dan vehikulum. Bahan aktif dapat berinteraksi satu
sama lain. Yang penting ialah, apakah bahan yang kita campurkan itu dapat tercampurkan atau
tidak, sebab ada obat/zat yang sifatnya O.T.T. (= obat tidak tercampurkan).
Asam salisilat, misalnya dapat dicampur dengan asam lainnya, contohnya asam benzoat
atau dengan ter, resorsinol tidak tercampurkan dengan yodium, garam, besi atau bahan yang
bersifat oksidator.
Penetrasi bahan aktif melalui kulit dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk kon-
sentrasi obat, kelarutannya dalam vehikulum, besar partikel, viskositas, dan efek vehikulum
terhadap kulit.
Bahan aktif yang digunakan di antaranya ialah:
1. Aluminium asetat
Contohnya ialah larutan Burowi yang mengandung aluminium asetat 5%. Efek-nya ialah
astringen dan antiseptik ringan. Jika hendak digunakan sebagai kompres diencerkan 1:10.
2. Asam asetat
Dipakai sebagai larutan 5% untuk kompres, bersifat antiseptik untuk infeksi
Pseudomonas.
3. Asam benzoat
Mempunyai sifat antiseptik terutama fungisidal. Digunakan dalam salap, contohnya dalam
salap Whitfield dengan konsentrasi 5%. Menurut British Pharmaceutical Codex susunannya
demikian:
Aikardi (2007730007)Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit KulitRumah Sakit Umum Kota BanjarUniversitas Muhammadiyah Jakarta2013
9
R/ Acidi benzoici 5
Acidi salicylici 3
Petrolati 28
Olei cocos 64
Modifikasi salap tersebut ialah A.A.V. II yang di bagian kami digunakan untuk penyakit
jamur superfisial. Salap tersebut berisi asam salisilat 6% dan asam benzoat 12%. Sedangkan
salap lain ialah A.A.V. I berisi asam salisilat 3% dan asam benzoat 6%, jadi konsentrasi bahan
aktif hanya separuhnya.
4. Asam borat
Konsentrasinya 3%, tidak dianjurkan untuk dipakai sebagai bedak, kompres atau dalam
salap berhubung efek antiseptiknya sangat sedikit dan dapat bersifat toksik, terutama pada
kelainan yang luas dan erosif terlebih-lebih pada bayi.
5. Asam salisilat
Merupakan zat keratolitik yang tertua yang dikenal dalam pengobatan topikal Efeknya
ialah mengurangi proliferasi epitel dan menormalisasi keratinisasi yang terganggu. Pada
konsentrasi rendah (1 - 2%) mempunyai efek keratoplastik, yaitu menu njang pembentukan
keratin yang baru. Pada konsentrasi tinggi (3 - 20%) bersifat keratolitik dan dipakai untuk
keadaan dermatosis yang hiperkeratotik. Pada konsentrasi sangat tinggi (40%) dipakai untuk
kelainan-kelainan yang dalam, misalnya kalus dan veruka plantaris. Asam salisil dalam
konsentrasi 1 %o dipakai sebagai kompres, bersifat antiseptik. Penggunaannya, misalnya untuk
dermatitis eksudatif. Asam salisil 3% - 5% juga bersifat mempertinggi absorbsi per kutan zat-zat
aktif.
6. Asam undesilenat
Bersifat antimikotik dengan konsentrasi 5% dalam salap atau krim. Dicampur dengan
garam seng (Zn undecylenic) 2Q%.
Aikardi (2007730007)Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit KulitRumah Sakit Umum Kota BanjarUniversitas Muhammadiyah Jakarta2013
10
7. Asam vit.A (tretinoin, asam retinoat)
Efek
- memperbaiki keratinisasi menjadi normal, jika terjadi gangguan
- meningkatkan sintesis D.N.A. dalam epitelium germinatif
- meningkatkan laju mitosis
- menebalkan stratum granulosum
- menormalkan parakeratosis.
Indikasi
- penyakit dengan sumbatan folikular
- penyakit dengan hyperkeratosis
- pada prosis menua kulit akibat sinar matahari.
8.Benzokain
Bersifat anestesia. Konsentrasinya 1/2 - 5%, tidak larut dalam air, lebih larut dalam
minyak (1 : 35), dan lebih larut lagi dalam alkohol. Dapat digunakan dalam vehikulum yang lain.
Sering menyebabkan sensitisasi.
9.Benzil benzoat
Cairan berkhasiat sebagai skabisid dan pedikulosid. Digunakan sebagai emulsi dengan
konsentrasi 20% atau 25%.
10. Camphora
Konsentrasinya 1 - 2%. Bersifat antiprutitus berdasarkan penguapan zat tersebut sehingga
terjadi pendinginan. Dapat dimasukkan ke dalam bedak atau bedak kocok yang mengandung
alkohol agar dapat larut. Juga dapat dipakai dalam salap dan krim.
11. Kortikosteroid topikal
Aikardi (2007730007)Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit KulitRumah Sakit Umum Kota BanjarUniversitas Muhammadiyah Jakarta2013
11
Padatahun 1952 SULZBERGER dan WITTEN memperkenalkan hidrokortison dan
hidrokortison asetat sebagai obat topikal pertama dari golongan kortikosteroid (K.S.). Hal ini
merupakan kemajuan yang sangat besar dalam pengobatan penyakit kulit topikal karena KS
mempunyai khasiat yang sangat luas, yaitu: anti inflamasi, anti alergi, anti pruritus, anti mitotik
dan vasokonstriksi. Pada penyelidikan temyata bahwa kortison dan Adreno-Cortico-Trophic
Hormone (A.C.T.H.) tidak efektif sebagai obat topikal.
Pada perkembangan selanjutnya, pada tahun 1960 diperkenalkan KS yang lebih poten
daripada hidrokortison, yaitu KS yang bersenyawa halogen yang dikenal sebagai fluorinated
corticosteroid. Penambahan 1 atom F pada posisi 6 dan 9 dan satu rantai samping pada posisi 16
dan 17, menghasilkan bentuk yang mempunyai potensi tinggi. Zat-zat ini pada konsentrasi
0,025% sampai 0,1 % memberikan pengaruh anti inflamasi yang kuat, yang termasuk dalam
golongan ini ialah, antara lain : betametason, betametason valerat, betametason benzoat,
fluosinolon asetonid, dan triamsinolon asetonid.
Penggolongan
Kortikosteroid topikal dibagi menjadi 7 golongan besar, di antaranya berdasarkan anti-
inflamasi dan antimitotik (lihattabel 49-1). Golongan I yang paling kuat daya anti-inflamasi dan
anti-mitotiknya (superpoten). Sebaliknya golongan VII yang terlemah (potensi lemah)
Indikasi
K.T. dengan potensi kuat belum tentu merupakan obat pilihan untuk suatu penyakit kulit
(MARKS, 1985). Harus selalu diingat bahwa K.T. bersifat paliatif dan supresif terhadap penyakit
kulit dan bukan merupakan psngobatan kausal.
Dermatosis yang responsif dengan K.T. ialah: psoriasis, dermatitis atopik, dermatitis kontak,
dermatitis seboroik, neurodermatitis sirkumskripta, dermatitis numularis, dermatitis stasis,
dermatitis venenata, dermatitis intertriginosa, dan dermatitis Solaris (fotodermatitis).
Aikardi (2007730007)Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit KulitRumah Sakit Umum Kota BanjarUniversitas Muhammadiyah Jakarta2013
12
Dermatosis yang kurang responsif ialah lupus eritematosus diskoid, psoriasis di telapak tangan
dan kaki, nekrobiosis lipoidika diabetikorum, vitiligo, granuloma anulare, sarkoidosis, liken
planus, pemfigoid, eksantema fikstum.
Dermatosis yang responsif dengan kortikosteroid intralesi ialah keloid, jaringan parut
hipertrofik, alopesia areata, akne berkista, prurigo nodularis, morfea, dermatitis dengan
likenifikasi, liken amiloidosis, dan vitiligo (sebagian responsif).
Di samping K.T. tersebut ada pula kortikosteroid yang disuntikan intralesi, misalnya
triamsinolon asetonid.
Pemilihan Jenis K.T
Dipilih K.T. yang sesuai, aman, efek samping sedikit dan harga murah; di samping itu ada
beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan, yaitu jenis penyakit kulit, jenis vehikulum, kondisi
penyakit, yaitu stadium penyakit, luas atau tidaknya lesi, dalam atau dangkalnya lesi, dan
lokalisasi lesi. Perlu juga dipertimbangkan umur penderita.
Aplikasi klinis
a. Cara aplikasi
Pada umumnya dianjurkan pema-kaian salap 2-3 x/hari sampai penyakit tersebut sembuh.
Perlu dipertimbangkan adanya gejala takifilaksis. Takifilaksis ialah menurunnya respons kulit
terhadap glukokortikoid karena pernberian obat yang berulang-ulang; berupa toleransi akut yang
berarti efek vasokonstriksinya akan menghilang, setelah diistirahatkan beberapa hari efek
vasokonstriksi akan timbul kembali dan akan menghilang lagi bila pengolesan obat tetap
dilanjutkan.
b. Lama pemakaian steroid topikal
Lama pemakaian steroid topikal sebaiknya tidak lebih dari 4-6 minggu untuk steroid
potensi lemah dan tidak lebih dari 2 minggu untuk potensi kuat.
Sebagai ilustrasi dapat diberikan contoh sebagai berikut:
1. Psoriasis
Aikardi (2007730007)Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit KulitRumah Sakit Umum Kota BanjarUniversitas Muhammadiyah Jakarta2013
13
Penyakit psoriasis dengan skuama tebal berupa plakat, memerlukan
steroid yang poten (golongan I) dengan vehikulum salap atau krim.
2. Dermatitis atopik
Pada anak diperlukan steroid topikal yang lemah mengingat umur anak,
lokalisasi penyakit dan kulit pada anak masih halus dan tipis. Dipilih bentuk krim.
Pada dewasa diperlukan K.T. yang poten dalam bentuk salap.
3. Dermatitis kontak alergik
Pemakaian steroid dengan potensi sedang biasanya cukup untuk mengatasi
penyakit ini. Zat penyebab harus dihindari.
4. Dermatitis dishidrotik
Dermatitis ini memerlukan steroid yang poten dalam bentuk salap, sebab
kulit di daerah itu tebal.
5. Dermatitis numular
Lesi biasanya multipel dan memerlukan K.T. yang poten.
6. Dermatitis seboroik
Dermatitis ini cukup sensitif terha-dap K.T. dan memerlukan steroid
potensi sedang.
7. Dermatitis intertriginosa
Dermatitis ini memerlukan K.T. dengan potensi sedang untuk
menghilangkan gejala gatal dan rasa panas.
Efek samping
Efek samping terjadi bila:
1. penggunaan K.T. yang lama dan berlebihan
2. penggunaan K.T. dengan potensi kuat atau sangat kuat atau penggunaan secara oklusif.
Harus diingat bahwa makin tinggi potensi K.T., makin cepat terjadinya efek samping.
Aikardi (2007730007)Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit KulitRumah Sakit Umum Kota BanjarUniversitas Muhammadiyah Jakarta2013
14
Gejala efek samping.
1) Atrofi.
2) Strie atrofise.
3) Telangiektasis.
4) Purpura.
5) Dermatosis akneformis.
6) Hipertrikosis setempat.
7) Hipopigmentasi.
8) Dermatitis perioral.
9) Menghambat penyembuhan ulkus.
10) Infeksi mudah terjadi dan meluas.
11) Gambaran klinis penyakit infeksi menjadi kabur.
Dermatofitosis yang diobati dengan K.T. gambaran klinisnya menjadi tidak khas karena
efek anti-inflamasinya. Piggir yang eritematosa dan berbatas tegas menjadi kabur dan meluas
dikenal sebagai tinea incognito.
Pencegahan efek samping
Efek samping sistemik jarang sekali terjadi, agar aman dosis yang dianjurkan ialah
jangan melebihi 30 gram sehari tanpa oklusi. Pada bayi kulit masih tipis, hendaknya dipakai K.T.
yang lemah. Pada kelainan akut dipakai puia K.T. yang lemah. Pada kelainan subakut digunakan
K.T. sedang. jika kelainan kronis dan tebal dipakai K.T. kuat. Bila telah membaik pengolesan
dikurangi, yang semunyaa dua kali sehari menjadi sekali sehari atau diganti dengan K.T. sedang
atau lemah untuk mencegah efek samping.
Jika hendak menggunakan cara oklusi jangan melebihi 12 jam sehari dan pemakaiannya
terbatas pada lesi yang resisten.
Pada daerah lipatan (inguinal, ketiak) dan wajah digunakan K.T. lemah/sedang. K.T.
jangan digunakan untuk infeksi bak-terial, infeksi mikotik, infeksi virus, dan skabies.
Aikardi (2007730007)Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit KulitRumah Sakit Umum Kota BanjarUniversitas Muhammadiyah Jakarta2013
15
Di sekitar mata hendaknya berhati-hati untuk menghindari timbulnya glaukom dan
katarak.
Terapi intralesi dibatasi 1 mg pada satu tempat, sedangkan dosis maksimum per kali 10 mg.
12) Mentol
Bersifat antipruritik seperti camphora. Pemakaiannya seperti pada camphora,
konsentrasinya 1/4 - 2%.
13) Podofilin
Damar podofilin digunakan dengan konsentrasi 25% sebagai tingtur untuk kondiloma
akuminatum. Setelah 4-6 jam hendaknya dicuci.
14) Selenium disulfid
Digunakan sebagai sampo 1% untuk dermatitis seboroik pada kepala dan tinea
versikolor. Kemungkinan terjadinya efek toksik rendah.
15) Sulfur
Merupakan unsur yang telah digunakan selama berabad-abad dalam dermatologi.
Bersifat antiseboroik, anti-akne, anti-skabies, antibakteri positif. Gram dan anti-jamur Yang
digunakan ialah sulfur dengan tingkat terhalus, yaitu sulfur presipitatum (belerang endap) berupa
bubuk kuning kehijauan. Biasanya dipakai dalam konsentrasi 4-20%. Dapat digunakan dalam
pasta, krim, salap, dan bedak kocok. Contoh dalam salap ialah salap 2-4 yang mengandung asam
salisilat 2% dan sulfur presipitatum 4%. Sedangkan contoh dalam bedak kocok ialah losio
Kummerfeldi dipakai untuk akne. Susunannya ialah sebagai berikut:
R/ Camphorae 3
Sulfuris praecipitati 20
Mucilaginis gummi arabici 10
Solutionis hydratis calcici 134
Aquae rosarum 133
16) T e r
Aikardi (2007730007)Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit KulitRumah Sakit Umum Kota BanjarUniversitas Muhammadiyah Jakarta2013
16
Preparat golongan ini didapat sebagai hasil destilasi kering dari batubara, kayu dan fosil.
Yang berasal dari batubara, misalnya liantral dan likuor karbonis detergens. Yang berasal dari
kayu, misalnya oleum kadini dan oleum ruski. Contoh yang berasal dari fosil ialah iktiol.
Preparat ter yang kami sering guna-kan ialah likuor karbonis detergens karena tidak
berwarna hitam seperti yang lain dan tidak begitu berbau. Konsentrasi 2-5%. Efeknya
antipruritus, antiradang, antiek-zem, antiakantosis keratoplastik, dapat digunakan untuk psoriasis
dan dermatitis kronik dalam salap. Jika terdapat lesi yang universal, misalnya pada psoriasis,
tidak boleh dioleskan di seluruh lesi karena akan diabsorbsi dan memberi efek toksik terhadap
ginjal. Cara pengolesan digilir, tubuh dibagi 3, hari I: kepala dan ekstremitas atas, hari II: batang
tubuh dan hari III ekstremitas bawah.
Efek sampingnya pada pemakaian ter perlu diperhatikan adanya reaksi fototoksik, pada ter
yang berasal dari batubara dapat juga terjadi folikulitis dan ter akne. Efek karsinogen ter
batubara dapat terjadi pada pemakaian yang lama. Pada pemakaian . dalam waktu yang singkat
efek samping ini tidak pernah terjadi.
17) Urea
Dengan konsentrasi 10% dalam krim mempunyai efek sebagai emolien, dapat dipakai
untuk iktiosis atau xerosis kutis. Pada konsentrasi 40% melarutkan protein.
18) Zat antiseptik
Zat ini bersifat antiseptik dan atau bakteriostatik. Zat-zat antiseptik lebih disukai dalam
bidang dermatologi daripada zat antibiotik, sebab dengan memakai zat antiseptik persoalan
resistensi terhadap antibiotik dapat dihindarkan.
Golongan antiseptik :
a. Alkohol.
b. Fenol.
c. Halogen.
d. Zat-zat pengoksidasi.
e. Senyawa logam berat.
f. Zat warna
Aikardi (2007730007)Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit KulitRumah Sakit Umum Kota BanjarUniversitas Muhammadiyah Jakarta2013
17
a. Golongan alkohol
Etanol 70% mempunyai potensi antiseptik yang optimal. Efek sampingnya menyebabkan
kulit menjadi kering.
b. Golongan fenol
-Fenol: pada konsentrasi tinggi, misalnya fenol likuifaktum yang berkonsentrasi jenuh
mempunyai efek kaustik, sedangkan pada konsentrasi rendah bersifat bakteriostatik dan
antipruritik (1/2-1%).
-Timol : bersifat desinfektan pada konsentrasi 0,5% dalam bentuk tingtur.
-Resorsinol: efeknya ialah antibakterial, antimikotik, keratolitik, antiseboroik,
konsentrasi 2 - 3%.
-Heksaklorofen : senyawa ini mengandung klor. Bersifat bakteriostatik. Larutan
heksaklorofen 3% berkhasiat terhadap kuman positif-gram.
c. Golongan Halogen
Yodium. Bersifat bakteriostatik, nya pada tingtur yodium dan lugol. Tingtur yodium
berwarna coklat, dapat menyebabkan iritasi, vesikulasi kulit, dan deskuamasi. Khasiatnya
antibakterial dan antimikotik dengan konsentrasi 1%. Dalam klinik yodium dipakai untuk
desinfeksi kulit pada pembedahan. Segera sesudah itu kulit harus dibersihkan dengan alkohol
70%.
d. Zat pengoksidasi
Zat pengoksidasi dipakai sebagai desinfektan pada dermato-terapi topikal.
1. Permanganas kalikus
Zat ini mempunyai efek antiseptik lemah dalam larutan encer dalam air. Pada konsentrasi
tinggi bersifat astringen dan kaustik. Dipakai sebagai kompres terbuka (1 :10.000) untuk
dermatosis yang akut dan eksudatif. Untuk ulkus yang eksudatif dapat dipakai konsentrasi 1 :
5000. Larutan harus dibuat segar karena cepat mengadakan dekomposisi (warna coklat).
Aikardi (2007730007)Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit KulitRumah Sakit Umum Kota BanjarUniversitas Muhammadiyah Jakarta2013
18
2. Benzoil - peroksid
Zat ini merupakan zat pengoksidasi kuat pada konsentrasi 2,5 - 10%. Bersifat antiseptik,
merangsang jaringan granulasi dan bersifat keratoplastik. Efek samping: kadang-kadang terjadi
alergi dan memutihkan pakaian.
e. Senyawa logam berat
1. Merkuri
Zat ini dulu banyak dipakai dalam dermatologi. Sekarang tidak dipakai lagi karena
sensitisasi garam-garam merkuri.
2.Perak
a) Larutan perak nitrat
Perak nitrat berbentuk kristal putih, mudah larut dalam air, wama perak
nitrat berubah menjadi hitam bila terkena sinar matahari, karena itu harus
di-simpan dalam botol berwarna gelap.
Larutan perak nitrat kami pakai untuk ulkus yang disertai pus yang
disebabkan oleh kuman negatif-Gram. Konsentrasinya 0,5% atau 0,25%
bersifat antiseptik dan astringen. Kompres ini mewarnai kulit, tetapi akan
hilang sendiri perlahan-lahan. Jika terkena lantai akan menjadi hitam dan
tidak dapat hilang. Dapat pula dipakai dengan konsentrasi 1 %o untuk
dermatitis eksudatif yang ku-rang atau tidak memberi perbaikan dengan
kompres lain.
Larutan dengan konsentrasi 20% bersifat kaustik dipakai pada ulkus dengan
hiper-granulasi. Caranya ditutul dengan lidi dan kapas sehari sekali. Kulit di
sekitamya tidak boleh terkena karena akan rusak.
b) Sulfadiazin perak
Aikardi (2007730007)Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit KulitRumah Sakit Umum Kota BanjarUniversitas Muhammadiyah Jakarta2013
19
Sulfadiazin perak dipakai untuk pengobatan luka bakar. Di bagian kami
juga dipakai untuk nekrolisis epidermal toksik. Kerjanya sebagai antiseptik
berdasarkan gugus sulfa dan gugus peraknya. Sulfa berkhasiat untuk kuman
positif-Gram, sedangkan perak bersifat astringen dan untuk kuman negatif-
Gram. Konsentrasi 1% dalam krim.
f. Zat warna
Zat warna masih sering dipakai dalam pengobatan topikal. Efeknya ialah
astringen dan antiseptik. Misalnya: Zat warna akridin, umpamanya akridin laktat
(rivanol) dipakai untuk kompres dengan konsentrasi 1%, juga bersifat deodoran.
Metil rosanilin klorida atau gentian violet, dipakai dalam konsentrasi 0,1-1%
dalam air. Zat ini juga mempunyai efek antimikroba terhadap Candida albicans, di
daerah intertrigo atau anogenital
19) Obat imunomodulator topikal
Telah banyak kemajuan yang dicapai dalam riset obat yang bersifat imunomodulator
yaitu yang tercakup dalam terapi imun. Salah satu obat imunomodulator adalah takrolimus
(TKL) suatu calcinerin inhibitors (CnLs) yaitu suatu makrolactam yang pertama-tama diisolasi
dari streptomyces.
TKL dapat diberikan secara oral, topikal, dan intravena. TKL di metabolisasi di hati dan
mempunyai bioavailabilitas lebih tinggi. Formulasi topikal mempunyai konsentrasi 0,03% dan
0,1% dalam bentuk salap.
TKL terutama diindikasikan untuk dermatitis atopik dan mencegah sel T, dengan
demikian mencegah sintesis IL2-
IL3-IL4, IL5 dan sitokin yang lain misalnya CSF, TNFa dan TFNy. TKL tidak
menyebabkan atrofi kulit dan tidak berpengaruh pada sintesis kolagen kulit.
Pimekrolimus juga dikenal sebagai ASM981 adalah derivat gugusan asli ascomycin
yang semula diisolasi dari hasil fermentasi S.Higroscopicus ascomyticus. Pimekrolimus
Aikardi (2007730007)Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit KulitRumah Sakit Umum Kota BanjarUniversitas Muhammadiyah Jakarta2013
20
mempunyai mekanisme kerja yang sama dengan CnLs yang lain. Pimekrolimus diformulasi
dalam bentuk krim 0,1%, 0,6%, dan 1,0%. 1, 5, 6
Aikardi (2007730007)Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit KulitRumah Sakit Umum Kota BanjarUniversitas Muhammadiyah Jakarta2013
21