ej(sistensi ai-ilul bait dan i

72
EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I<:AFA'AI-INYA DALAM PANDANGAN ISLA.M Oleh: UMAR PS. ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM JURUSAN AL-AHW AL AL-SYAKHSlIIYY AH FAKULTAS SYARI' AH DAN HUKUM UIN SY ARIF HIDAY ATULLAII JAKARTA 1425 H/2004 M

Upload: lamdang

Post on 02-Apr-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I<:AFA'AI-INYA

DALAM PANDANGAN ISLA.M

Oleh:

UMAR

PS. ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM

JURUSAN AL-AHW AL AL-SYAKHSlIIYY AH

FAKULTAS SYARI' AH DAN HUKUM

UIN SY ARIF HIDAY ATULLAII

JAKARTA

1425 H/2004 M

Page 2: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

EKSISTENSI AHLUL BAIT DAN KAFA'AHNYA DALAM P ANDANGAl'~ ISLJ~M

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syari'ah untuk Memenuhi

Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Syari'ah

Oleh: UMAR

NIM : 0044219400

Di BaAw~IyJli bi~,,g~I) I/ 'If I . '\'

'---- -.:.. ' -

( Dra j. a irnah Ismail) NIP. 150.075.192.

Jurusan Al Ahwal As Syakhsiyyah Fakultas Syari'ah UIN SyarifHidayatullah

Jakarta 1424 HI 2004 M

Page 3: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul "EKSISTENSI AHLUL BAIT DAN KAFA' AHNY A

DALAM PANDANGAN !SLAM" telah diujikan dalam sidang munaqasyah

Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 09

September 2004. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Program Strata I (SI) pada Jurusan Al-Ahwal Al-

Syakhshiyyah, Program Studi Administrasi Keperdataan Islam.

Panitia Sidang Munaqasyah

' ,,.__ I. Ketua

NIP : 150 220 554 -=----- .

2. Sekretaris

3. Penguji 1

4. Penguji JJ

: Ors. Asep Svarifuddin. S.H, M.HUM NIP : 150 268 783

: Ors. Asep Syarifuddin. S.H, M.HUM NIP : 150 268 783

: Ors. H. Rustan, SA NIP: I 50 062 824

5. Pembimbing: Ora. Hj. Halimah Ismail NIP : 150 075 192

( ................................. )

(... f.1- .......... ) &···········

Page 4: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

KATA PENGANTAR

Alharndulillahi robbil 'alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

swt yang telah mencurahkan rahrna! dan karunia-Nya yang teramat besar. Sholawat

serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan nabi besar Muhammad saw

dan para ahlul baitnya, yang merupakan suri tauladan bagi seluruh umat rnanusia.

Dalarn rnenernpuh penulisan skripsi ini Penulis banyak rnendapatkan uluran

tangan dan bantuan dari berbagai pihak, hanya Allah swt yang dapat rnembalas budi

baik belian-beliau. Maka dalarn kesernpatan ini penulis mcngucapkan rasa syukur dan

terirna kasih yang sebesar-besarnya, terutama kepada:

l. Prof. Dr. I-I. Hasanuddin Ar, MA (Dekan fakultas syari'ah dan hukum

Universitas Islam N egeri Syarif 1-lidayatullah Jakarta);

2. Ora. Hj. Halimah Ismail (Ketua Jurusan al-Akhwal asy-Syakhsiyah), dan

selaku pembimbing penulisan skripsi ini;

3. Ors. Asep Syarifuddin Hidayat, SH, M.Hurn (selaku sekretaris jurusan al­

Akhwal asy-Syakhsiyah);

4. Ayahanda Ors. S. Alwi Hs, dan Ibunda Sy. Maemunah I-Id. Yang tercinta

yang selalu mernberikan do'a serta rnendorong Penulis untuk selalu

bersungguh-sungguh dalam menuntut ilnrn, dan begitu besar perhatiannya

bagi Penulis;

Page 5: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

5. Sayyid Han1Zah yang sangat membantu dari segi moril maupun materil,

sehingga studi ini dapat terselesaikan;

6. Kakak-kakak dan adikku Eva Fauziah yang tersayang;

7. fbnu Umar .Jr, dan Pipit Yang telah mernbantu da!am pembuatan skripsi

8. Dan akhirnya kepada semua teman-teman kelas Adm. Keperdataan Islam,

Khususnya Syawaludin FAF dan Ajid yang turut membantu penulis baik

berupa informasi maupun motivasi.

Tentu saja masih banyak pihak yang belum disebutkan, tetapi penulis

yakin di dalam hati mereka tertanam keikhiasan. Hanya do'alah yang

dapat Penulis haturkan kepada mereka-mereka.

Jakarta, Agustus 2004

Penulis

Page 6: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

DAFTARISI

Halarnan

KAT A PEN GANT AR .......................................................................................... . I

DAFT AR ISI ........................................................................................................... iii

BABJ

BAB!I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................ .

B. Tujuan PcnJisan ........................................................................... 6

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................................... 6

D. Metode penulisan ......................................................................... 7

E. Sistematika Penulisan .................................................................. 7

TINJAUAN UMUN TENTANG AHLUL BAIT DAN

ALAWIYYIN

A.Definisi Ahlul Bait 9

B. Proses Keberadaan Ahlul Bait ..................................................... 13

C. Keutaman AhluJ Bait ................................................................... 23

D. Alawiyyin .................................................................................... 32

I. Alawiyyin Dalam Wacana ...................................................... 34

2. Kiprah Alawiyyin di Indonesia .............................................. 40

Page 7: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

BAB. III

BAB IV

EKSISTENSI KAF A' AH MERUP AKAN UPAY A MENJAGA

KEMULIAAN DZAT AHLUL BAIT

A. Difinisi Kafa'ah ........................................................................... 44

B. Kafa'ah Dalam PerspektifUlama ............................................... 45

C. Fatwa Ulama Tentang Kafa'ah Ahlul Bait dan Keturunanya ...... 53

D. Pernikahan Sekufu' .................................................................... 55

PENUTUP

A. Kesimpula:i .................................................................................. 6 J

B. Saran-saran .................................................................................. 63

DAFTAR PUST AKA

Page 8: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

BAB!

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Islam mengkategorikan nilai-nilai ajarannya menjadi tiga, yaitu : llmu, Amal,

dan Taqwa. Dalam Islam, ketiga item tersebut lebih dikenal sebagai bagian terpenting

dalam persenclian agama. Tidak acla satupun konsep clalam agama yang dapal terlepas

dari ketiganya. Ilmu tanpa amal dan taqwa, sia-sia: taqwa tanpa amal dan ilmu,

percuma: sementara amal lanpa ilmu dan taqwa, fana. Ketiganya saling berkaita11 erat

satu sam lain.

Lantas,untuk mempraktekkan ketiga kategori di atas, jauh-jauh hari kaum

Muslimin menyibukkan diri clengan hal-hal Ushuliyyah-teologi clan Furu 'iyyah­

syari' at, yang dipenuhi oleh beragam konsep. Dan salah satu konsep yang terpenting

adalah konsep Cinta Ahlul Bait. Sebuah konsep yang mengajarkan kepada manusia

proses peletakan harkat, derajat, clan mruiabat, segelintir komunitas keturunru1

Rasulullah SAW di tempat yang semestinya. Di maJJa eksistensi mereka, berkaitan

dengan integritas sebagai hamba Allah SWT maupun Rasul-Nya.

Beberapa maclzab besar Islam telah meletakkru1 konsep Cinta Ahlul Bait di

Bab terdepan pada pemikiran dan ideologi mereka. Bahkan, maclzab Syi'ah

Imamiyah, syafi'i , dan Hanbali meletakkaJJ konsep Cinta Ahlul Bait dalan1 ajaran

IslaJJ1, sebagai konsep yang wajib diyakini. Dru1 ada juga pandangan Ulruna-ulru1ia

atau madzab lain, yang menempatkan Konsep Cinta Ahlul Bait bukan pada urutan

Page 9: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

2

pertama, namun pada umtan kesekian, bahkan menempatka:n:nya jauh di bawah

urutan konsep-konsep lain.

Pembahasan diatas, menunjukan bahwa konsep Cinta Ahlul Bait melahirkan

kekayaan pandangan beragam madzab. Namun ada yang perlu digaris bawahi, bahwa

sesungguhnya konsep Cinta Ahlul Bait tidak ada kalau saja Allah SWT iidak pernah

menyinggung konsep Cinta Ahlul Bait dalam nash-Nya. Dan :nyatanya, lusinan hadits

tak peE1ah jemu menjelaskan konsep tersebut. Maka, sudah sewajarnya madzab-

madzab besar dan Ulama dari kalangan mereka, menjadikan konsep Cinla Ahlul Bail

sebagai konsep yang sangat menarik untuk dibahas, dan akan senantiasa menjadi

perbincangan hangat.

Ahlul Bait1 dalam bahasa Arab berarti tuan rumah, atau sebuah keluarga yang

berada di dalam rumah. Menumt Al Qur'an, hadits da:n jumhur para Ulama,

pengertian Ahlul Bait adalah Keluarga Rasulullah SAW Telah dikemukakan oleh

mayoritas Ulama, bahwa Ahlul Bait itu be1jumlah lima orang .. Mereka adalah Nabi

SAW dan 4 (empat) anggota keluarganya, yaitu Rasulullah SAW, Ali bin Abi Thalib,

Fatima Az Zahra, Hasan, dan Husein. Mereka juga disebut- sebut sebagai Ahlul Kisa-

keluarga yang sewaktu ayat tersebut turun, Rasulullah menutupinya dengan selembar

kain berwarna hitam.

1 Ahmad Warsin Al Munawwir, Al Mu11awwir, kamus Arab - Indonesia, (Surabaya' Peustaka Progressif, 2002), hal. 46

Page 10: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

3

Konsep Cinta Ahlul Bait, juga bisa diartikan sebagai upaya mempraktekkan

ubudiyyah - penghambaan. Seperti halnya hamba diwajibkan melaksanakan shalat

atau puasa di bulan Ramadhan.

Sekilas nampak ada kesenjangan sosial pada konsep Cinta Ahlul Bait ,

menginga! Ahlul Bait sendiri adalah manusia biasa layaknya si Ujang atau si Udin.

Bagaimana konsep Cinta Ahlul Bait dipraktekan oleh umat pada segelintir komunitas

manusia yang juga mengkonsumsi makanan untuk melanjutkan hidup ? Maka, ada

yang perlu dicennati, bahwa konsep tersebut lahir bukan alas prakarsa uma!, Ahlul

Bait, ataupun Rasulu!lah sendiri, semua itu terwujud secara kodrati, dideklarasikan

lewat dekrit Agung-Nya ( Al Qur'an). Konsep Cinta Ahlul Bait adalah sebuah fakta

kodra! Ilahi yang harus diakui oleh semua pihak, apapun madzab mereka.

Bagi kaum Muslimin, Al Qur'an bukan buku berisikan puisi ataupun bait- bait

sajak, juga bukan hiasan rwnah, yang biasanya kita biarkan berdebu. Al-Qur'an

adalah pedoman hidup umat sangat otentik dan terjamin kebem1ran isinya. Karena Al­

Qur' an adalah satu-satunya kitab suci yang tidak pernah berubah walau setitikpun.

Hal itu dapat dibuktikan sejak 1500 tahun silam, yang belum sekalipun ditemukan

adanya perubahan sepotong ayat Al- Qur'an. Untuk itu, sudah sepantasnya Al-Qur'an

dijadikan rujukan pertama dalam setiap permasalahan. Maka, apapun yang tertera di

dalam Al-Qur'an, kaum muslimin harus meyakininya, tanpa terkecuali. Seluruh

kalimat-kalimat di dalam Al- Qur' an adalah fakta yang tidak pernah Jayu dikikis

zaman. Dan dibawah ini salah satu ayat yang mewajibkan bagi setiap muslim

mempraktekkan konsep Cinta Ahlul Bait :

Page 11: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

4

"(Katakanlah-hai Muhammad)" aku tidak minta upah dari apa yang telah kamu

sampaikan- dakwahmu kecuali memberikan kasih sayang pada keluarga (mu)".

(Q.S. Asy-Syura: 23)

Sudah menjadi fenomena umum apabila setiap konsep dalam persendian

aJaran Islam, yang diangka! kepermukaan, akan menjadi !opik pembahasan

bercabang-cabang yang terlahir dari ideologi dan pemahaman para Ulama'. Seperti

konsep pernikahan yang mendapat beragam reaksi dari Ulama dan para tokoh dunia.

Dan kom,ep terserbut berkembang menjadi beberapa cabang yang juga melahirkan

beberbagai sudut pandang fenomenal. Diantaranya adalah konsep poligami.2 Begitu

konsep terserbut diangkat kepermukaan, reaksi beragam pun bermunculan, berbagai

kalangan berebu! berpartisipasi memberikan pandangan. Kalangan yang bersebrangan

dengan Islam-anti Islam menyatakan, bahwa konsep poligami merupakan konsep

perendahan derajat dan penjajahan terhadap wanita. Masyarakat muslim liberalisme

cenderung berpandangan, bahwa konsep poligami adalah solusi pemuas nafsu laki-

laki. Tidak cukup sampai disitu, kalangan salaf, jauh-jauh hari telah mengeluarkan

pendapat, poligami adalal1 sunnah Nabi.

Tak bedanya dengan konsep Cinta Ahlul Bait, setelah melalui proses panjang,

konsep tersebut berkembang menjadi beberapa cabang problematika. Diantara

problematika tersebut terselip istilah Alawiyyin (Ketmunan Ahlu1 Bait) dan Kefa 'ah.

2 dalam kaitannya dengan poligami, Allah SWT hamya mempeolehkan- bukan diwajibkan

Page 12: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

5

Dua istilah diatas, yang disebut sebagai pemicu perbedaan pendapat di kalangan

Ulama, merupakan pecahan konsep Cinta Ahlul Bait yang tidak dapat dipisahkan satu

sama lain.

Alawiyyin, adalah sekelompok manusia yang garis nasabnya menyambung

kepada RasuJullah SAW, atau Ah1u1 Bait. Di indonesia, komunitas Alawiyyin

tersebar dihampir pelosok daerah. Terutama dikawasan Jawa barat, Jawa tengah,

.Jawa timur-termasuk pulau Madura, Kalimantan Barat, Sumatera Selatan, Juga

beberapa kawasan lainnya. Dan rnereka lebih populer dengan sebutan Habib atau

Sayyid. Dan rnereka (Alawiyyin), juga tersebat dibeberapa belahan Negara di dunia,

terutama di kawasan Timur Tengah, tempat asal mereka. Dikawasan Asia Tenggara

Alawiyyin lebih didominasi dari keturunan Sayyidina Husein r.a. sementara,

dikawasan Timur Tengah, kecuali didaerah Yaman ( Hadhramaut) yang mayoritas

didominasi keturunan Sayyidina Hasan r.a.

Kaja 'ah adalah salah satu kajian pernikahan yang sangat menarik untuk

dibahas, baik oleh kalangan Ulama ataupun masyarakat awam. Kafa'al1, bukan hanya

menjadi perbincangan hangat dikalangan para Ulama' dunia dalam penerapannya

pada masyarakat global, tetapi, bahkan mernasuki kancah intern Kafa 'ah Rasulullah

SAW dan anak cucu beliau. Dimana Kafa' ah adalah bagian dari syariat prosedur

pernikal1an keluarga Rasulullah SAW (Ahlul Bait danAlaweiyyln).

Page 13: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

6

B. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan Jill adalah sebagai

berikut:

a. Untuk mengetahui landasan nash Cinta Ahlul Bait.

b. Untuk mengetahui pandangan Ulama' terhadap ·eksintensi Ahlul Bait.

c. Menjelaskan kepada kaum Muslimin bahwa Kafa'ah bukan peng­

kultusan terhadap sekelompok manusia.

C. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH

I. Pcmbatasan masalah

Berbicara mengenai Ahlul Bait Rasulullah SAW dan Kafahnya bagaikan

samudera luas banyak mengandung manfaat dan kegunaan yang sangat luar biasa.

Menyadari begitu globalnya sebuah pembahasan mengenai ha! tersebut, di sini

penulis memberi batasan-batasan dalam setiap pembahasan agar tema dan materi

bahasan lebih terfokus dan terarah.

Dengan bahasan :

I. Sekitar Ahlnl Bait Rasulullah SAW dalam pandangan Islam.

2. Pandangan Ulama terhadap eksistensi Ahlul Bait dan keturunannya.

3. Kafa'ah sebagai salah satu upaya menjaga kemuliaan dzat Ahlul Bait.

II. Perumusan Masalah

a. Apa makna dan landasan dasar konsep Cinta Ahlul Bait?

b. Bagaimana pandangan Ulama terhadap eksistensii Ahlul Bait ?

Page 14: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

7

c. Kafa'ah dalam wacana.

D. METODE PENELITIAN.

Dengan mengacu pada judul skripsi dan tema-tema pokok masalah, dan juga

memperhatikan pembBhasan serla rumusan diatas, penulis dalam merampungkan

karya ini, menggunakan metode penelitian normatif alau perpustakaan yang mana

penelitian ini menggunakan pada primer, yaitu data yang diperoleh dari bahan-bahan

pustaka perupa buku-buku yang berkenaan dengan topik pembz~1asan.

Adapun tehknik penyusunan skripsi ini berdasarkan pada buku PEDOMAN

PENULISAN Skripsi, Tesis, dan disertai UIN JAKARTA, 2002.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan yang dimaksud, sebagai jaJan w1tuk mempennudah

pembahasan sehingga tercapai maksud penyusrman skripsi ini Iebih terarah,

berkesinambungan, dan Iebih sistematis. Malca perln disistematisasikan mennrut bab

dan bab, hingga merupakan kesatuan yang selaras.

Secara garis besar, persoalan ini dibagi menjadi 4 ( empat) bab dan sub tema. Pada

ba b pertama, pennlis lebih dahulu menyusun abstraksi sebagai pengantar

pembahasan secara keseluruhan, dengan sub judul pendahuluan yang dikembangkan

menjadi 5 (Iima) masalah yaitu : Iatar belakang masalah, pembatasan dan perumusan

masalah, tnjnan penulisan, metode pembahasan, serta sistematika pennlisan. Adapnn

bah kedua, tinjauan umum tentang Ahlu] Bait dan Alawiyyin yang dikembangkan

Page 15: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

8

menjadi 4 (em pat ) masalah, yaitu mencakup masalah Ahlull Bait Rasulullah SAW,

proses keberadaan Ahlul Bait, keutamaan Ahlul Bait, Alawiyyin, yang terbagi

menjadi dua bagian, yaitu Alawiyyin dalam wacana, dan kiprah Alawiyyin di

Indonesia. Dan pada bab kctiga, eksistensi Kafa'ah sebagai salah satu upaya menjaga

kemulyaan dzat Ahlul Bait. Sebagai pengatar oembahasan secara keseluruhan,

dikembangkan menjadi 3 (tiga) masalah, yaitu definisi Kafa'ah, kafa'ah dalam

perspektif Ulama, dan pernikahan Sekufu'. Sementara bab kecmpat, sebagai bagian

akhir sebuah karya ilmiyah. Maka penulis menempatkarmya sebagai bagian

kesimpulan dan saran-saran.

Page 16: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

BABU

TIN.JAUAN UMUM

TENTANG AHLUL BAIT DAN ALAWIYYIN

A. DEFENISI AHLUL BAIT

Ahlul Bait', menurut bahasa Arab berarti tuan rumah, penghuni rumah, atau

anggota keluarga yang berbeda di dalam rumah. Keutamaan bahasa Arab dalam

mengartikan sebuah kalima! begitu luas, sehingga ar!i dan makna kalimat Ahlul Bait

tidak hanya sebatas memiliki arti "tuan rumah", "penghuni rnmah", ataupun ",

anggota kel uarga yang berada didalam rum ah". Dal am kaitannya dengan kalimat

Ahlul Bait, Allah SWT telah menegaskan, bahwa yang dimaksud dengan Ahlul Bait

adalah Rasulullah SAW, dan keluarganya, yang seluruhnya berjumlah 5 (lima) orang.

Y akni Rasulullal1, Ali bin Abi Thalib, Fatimah Az Zal1ra, Al Hasan dan Al Husein.

Alasan Ahlul Bait itu adalah keluarga Rasulullah SAW sepertiyang dimaksud

diatas, diperoleh menurut mayorits pandangan para Ulama, mereka mengatakan,

bahwa Ahlul Bait adalah keluarga Rasulullah SAW, Ali bin Abi Thalib, Fatimah Az

Zahra, Al Hasan dan Al Husein. Imam Muslim r.a. dalam kitabnya Shahih Muslim,

bab Fadha'il Ahlul Bait menguraikan, bahwa yang dimaksud diatas2• Hal senadajuga

I ibid., 2 Muslim, S/1a/1i/1, (Beirut: Darul Fikr, 1414 H/1993 M) Juz, II h. 450

Page 17: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

JO

diungkapkan oleh Imam Ibnu Hajar dalam kitabnya Ashwa'iqul Muhriqah3, bab

fadha'il

Ahluf Bait. Sementara Imam Sayuthi mengetengahkan dalam kitabnya Ad

Duruf Mantsur bahwa yang dimaksud dengan Ahlul Bait adalah kelima orang yang

tersebut diatas4• dalam kitab tafsir Al mizan, Allamah Sayyid Muhammad At

Thabathaba'i pun mengatakan ha] serupa5• begitu pula dengan Imam Fakhrur Razi

dalam kitab tafsirnya6.

Al Imam Nisabury, Al Imam lbnu Jarir, Al lmamAbu Sa' id Al Khudary, Al

Imam Al Baghwy, Al Imam Ibnu Khazin, dan beberapa Ulama-ulama lain yang

ternyata memiliki pemikiran yang sama.

Kisah mengenai Ahlul Bait dan siapa saja Ahlul Bait, diawali oleh turunya

dekrit agung Allah SWT atau dikenal dengan ayat At Thathir, yang berbunyi :

"Sesungguhnya Allah hendak menghilangkan noda dan kotoran dari kalian

wahai Ahlul Bait dan mensucikan kalian sesuci-sucinya."Q.S.At Ahzab :33

3 lbn Hajar As Shawa'iqul Mu/lriqah, (Cairo: Maktab Al Qahirah) h. 141 4 Jalaludin As Suyuthi, Ad Dartt/ Mm1ts11r, (Beirut: Dami Fikr, Al Binayatul Markaziyyah, 1999 M/1414 H), ha!. 603, Juz. 6 5 Allamah Sayyid Thabathaba'I, Al Miz011, (Beirut: Mu'assasah Al A'lamy, 1414 H/1991 M) 6 Fakhrur Razi, Tafzir (Beitut : Lubnan, 1423 H) ha!. 210, Juz ke-2.5

Page 18: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

11

turunnya ayat At Thathir, pada akhirnya memunculkan banyak versi

penafsiran dari kalangan Ulama, penyebab turunnya ayat Asbabun Nuzul, dan unluk

siapa ayat tersebut diturunkan. Namun kebanyakan versi meriwayatkan, bahwa ayat

itu ttmm dirumah salah satu istri Rasulullah bemama Ummu Salanmh r.a.

diriwayatkan dari Imam Ahmad, sebuah Hadits dari Ummu Salamah r.a. Ummu

Salamah mengatakan : "Di rumahku turun ayat Innama yuridullahu .. (yaitu surat Al

Ahzab : 33) saat itu (dirumahku) terdapat Rasulullah SAW, A!i, Fathimah, Hasan,

dan Husein. Kemudian Rasulullah SAW menutupi mereka dengan kain yang tengah

dipakainya sambil berkata :

"Mereka ini adalah Ahlul Baitku. Allah telah menghapuskan noda dan kotoran dari

mereka dan telah mensucikan mereka 7 ."

Kemudian hadits ini dikenal dengan nama Hadits Kisa'. Sebagian riwayat lain

menuturkan, ketika itu Rasulullah SAW juga membaca do' a untt1k Ahlul Baitnya.

Do'a tersebut berbunyi :

7 Ibn Katsir, Tafsir Al Qurqn AL Adzf1im, (Beirut: J 990) cet. Ke-1,jilid 3, h.532

Page 19: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

12

" Ya Allah, mereka ini adalah Ahlul Baitku. Karena itu hilangkanlah noda dan

kotoran (Ar Rijs) dari mereka dan sucikanlah mereka sesuci-sucinya."8

Misteri maksud ayat At Thathir sebenarnya telah dikuak oleh Rasulullah

SAW sendi:ri, Iewat hadits-hadits yang telah banyak dibukukan dalam ribuan judul

kitab. Permasalahan pun semakin melebar, tatkala Rasulullah SAW menyebutkan

untuk siapa ayat tersebut diturunkan, mengingat yang dimaksud Ahlul Bait adalah

keluarga beliau sendiri. Hingga rentan muncul persepsi, Rasulullah SAW akan

mendirikan sebuah monarki, Islam adalah agama dinasti. Hal itu mungkin dapat

dibenarkan, seandainya Muhammad Bin Abdillah itu bukan seorang Rasul. Namun

pada kenyataannya, beliau adalah seorang duta dari langit, yang tiap perkataannya

bukan berdasarkan hawa nafsu, melainkan firman yang diwahyukan kepadanya.

Dalam Al qur'an, Allah berfirman:

.r.J YJ~ ul .LG-*l L.Jc ~ La3 .1..G_,c.La..!i ~1-....a J...a La

( Y-i: ~I).~~

"Sahabat kalian (yakni Muhammad SAW) tidak sesat dan tidak pnla keliru. Ia tidak

mengucapkan sesuatu menurut hawa nafsunya. Apa yang diucapkam1ya adalah

wahyu, yang Allah wahyukan kepadanya." (Q.S.An Najm: 2-4)

dengan demikian, cukup gambling , bahwa yang dimaksud dengan Ahlul Bait

itu adalah keluarga Rasulullah yang be1jumlah 5 (lima) orang, yaitu Rasulullah SAW,

8 At Tunnudzi, Su11a11,(Beirut : Darul Fikr, 1967) Juz V, h.328

Page 20: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

13

Ali bin Abi Thalib, Fatimah Az Zahra, Hasan dan Husein. Kelima orang ini, manusia­

manusia yang sengaja dipilih Allah SWT sebagai manusia yang paling beriman,

paling bertaqwa, yang tercermin dalam perilaku mereka sehari-·hari.

B. PROSES KEBERADAAN AHLUL BAIT

Eksistensi Ahlul Bait dalam kaucah mempe1juanka11 Islam swigguh tidak bisa

dianggap remeh. Para Ulama telah mencatat kiprah gemilang mereka <:iengan tinta

emas, berkaitan dengan dakwah yang mereka lakukan selama ini. Bennula sejak

Rasulullah SAW mengkhatamkan baktinya dalam dunia dakwah selama 23 tahun,

beliau meninggalkan umat untuk selama-lamanya. Meski penyebaran Islam pasca

puma bakti Rasulullah SAW sempat mengalami gonjang-ganjing politik intern dan

instabilitas kepemimpinan, namun eksistensi Ahlul Bait yang saat itu merijadi oposisi,

begitu dibutuhkan umat, hingga nyaris dalam segala hal, ketiga Khulafa' Rasyidin

(pimpinan umat) pada tiga dekade masa kepemimpinan, yaitu pada masa

kepemimpinan Abubakar Asetilen Siddiq r.a., Umar bin Khat' ab r.a., dan Utsman bin

Affan r.a. mau tak mau harus merujuk pada mereka. Dimasa if:u, Ali bin Abi Thalib,

satu-satunya orang yang bisa diandalkan.

Dalam menjalankan roda kepemerintahan, keluarga Ahl.ul Bait dikenal sangat

aspiratif dan bijaksana. Jujur dan adil dalam setiap tindakari yang mereka ambil,

hingga sepeser pun mereka tidak berani membelaajakan uang Baitul Mal (kas negara)

untuk kepentingan pribadi ataupun keluarga. Integritas mereka semakin diacungi

jempol kala setiap permasalahan dapat diputuskan dengan adil dan bijak. Hukum

Page 21: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

14

ditegakkan, kasih sayang ditebar kesegala penjuru, menciptakan kedanmian dan

kesejah!eraan di kawasan semenanjung Arab.

Ahlul Bait dipilih Allah SWT untuk memarttau perkembangan Islam pasca

Rasulullah SAW ditugasi untuk melanjutkan visi dan misi yang diemban beliau.

Setelah beliau wafat, bukan berarti misidakwah selesai. Selanjutnya tongka! estafet

dakwah beliau harus berpindah tangan. Kepada siapa ? Kepada mereka para Ahlul

bait dan keturunannya. Lalu mengapa keluarga Rasul yang dipilih menjadi Ahlul Bait

? Mengapa tidak dipilih dari keluarga muslim yang lain, seperti dari keluarga Bilal

atau keluarga Abu Dzar misalnya ? Apa karena mereka keluarga Nabi, hingga Allah

memberikan eksekutif service, atau karena hubungan darah mereka dengan Nabi

membuat Allah mempersiapkan kedudukan !erfavorit bagi mereka ? Bukankah

terpilihnya Ahlul Bait dari keluarga Nabi dapat menimbulkan perspektif bahwa Nabi

sengaja menciptakan dinasti ?

Sepe1ii apa yang telah diutarakan seberlumnya, bahwa terpilihnya keluarga

Rasulullah SAW yang terdiri dari 5 orang menjadi Ahlul Bait bukan berdasarkan

inisiatif beliau, melainkan sudah menjadi Qadha dan Qadar Al.lah SWT semata. Bila

berbicara Qadha dan Qadar, sama saja memprotes kebijakai1 Allah SWT. Disisi lain,

terpilihnya keluarga Rasulullah SAW sebagai Ahlul Bait, bukan suatu ha! yang

membanggakan. Gelar Ahlul Bait yang disandang, justru harus mereka tebus dengan

cucuran keringat~ derai air mata, darah dan nyawa. Terbunuhnya Ali bin Abi Thalib,

Al Hasan yang diracun, terpenggalnya Al Husein di Karbala, se1ta wafatnya Fathirnah

Page 22: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

15

menjadi bukti sejarah, bahwa gelar Ahlul Bait it<1 tidak mudah disandang oleh

sembarang orang.

Eksistensinya Ahlul Bait seputar kancahnya sebagai hamba-hamba the best

setelah Nabi, ditunjang pula karena histories datu-datuk mereka, (Bani Hasyim) yang

dikenal sangat selia pada agama Samawi-agama Nabiyallah Ibrahim a.s. mereka telap

setia dengan agama tersebut, yang juga sebagai agama nenek moyang mereka.

Kendati penyembah:m pada berhala tengah ngetrend di Makkal1 saat itu, namun

beruntung sekali Bani I-Iasyim sama sekali tidak ter!arik ikut-ikutan menyembah

benda ma ti. Hingga datang risalah Muhammad, Bin Abdillah mereformasi kebijakan­

kebijakan agama samawi.

Cerita keberadaan Ahlul Bait bisa dimulai dari sebuah perkawinan agung

antara dua keluarga terpandang, antara keluarga Muhammad Bin Abdillah dan

keluarga Abi Thalib. Dari garis keturunan kedua keluarga ini berasal dari Bani

Hasyim. Abdillah, ayah Nabi, adalah saudara kandung Abu Thalib. Yang bermii,

Nabi dengan Ali bin Abi Thalib adalah saudara sepupu. Sdain memiliki ikatan

keluarga sangat dekat, kedua keluarga ini juga memilik hubimgan emosional ym1g

kuat, terutama disaat Nabi remaja, dan masa-masa awal penyebaran Islmn. Semenjak

usia dini hingga menikah, Nabi berada dalam asuhan Abu Thali, y311g tak lain adalah

pam311 beliau sendiri. Sementara Ali Bin Abi Thalib kecil, berada dalam asuh311 Nabi.

0311 termasuk para sahabat As Sabiqunal Awwalun- sa11abat yang pertaJ11a memeluk

agama Islam, hingga beliau menikahk311 Ali deng311 sala11 satu putrinya y311g bernama

Fathimah Az Za11ra.

Page 23: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

16

Sebelum pernikahan antara Ali Bin Abi Thalib dan Fatbimah Az Zahra

dilangsungkan, Abubakar As Siddiq r.a. salah seorang sahabat terdekat sekaligus

mertua Rasulullah SAW, sempat meminang Fathimah Az Zahra puteri Nabi, untuk

dijadikan istri. Namun beliau menjawab pinangan tersebut : "Allah belum

menurunkan taqdir-Nya". Di kesempatan lain Umar bin Khattab r.a. yang juga sama­

sama mcmiliki status scbagai sahabat terdekat dan mertua N abi ikut pula meminang

Fatbimah, namun jawaban pinangan yang tempo hari diberikan beliau untuk

Abubakar kini diberikan kepada Umar9• nampaknya, pinangan kedua sahabat besar

itu belum berkenan dihati Nabi. Padahal, kcinginan Abubakar dan Umar untuk

menikahi Fatbimah jelas karena ingin mempererat hubungan silahturahmi dengan

Rasulullah SAW. Kedua sahabat besar itu pulang dengan mcmbawa segumpal

kekecewaan, dan mereka berdua tidak bisa berbuat apa-apa, begitu pula dengan

Rasulullah SAW, beliau m1ya bisa pasrah menunggu. keputusan dari langit. Namtm

bagi Rasulullah SAW, perkawinan adalah hukum, lmkum adalah syariat, sementara

yang berhak menentukan syariat adalah Allah SWT. Beliau tidak berani mengambil

keputusan sendiri hingga datang perintah Allah SWT. Kepada siapa putrinya kelak

akan ditaqdirkan menikah. Maka, tibalah sebuah pinangan utuk Fathimah dm·i

seorang pemuda yatim serta miskin papa, yang tak lain adalah Ali Bin Abi Thalib.

Mengetehui yang meminang putrinya adalah Ali Bin Abi Thalib, sepontan beliau

menjawab :

9 lbnu Hajar, As Sltawa 'iq11/ M11liriqalt, (Al Qahirab : Darul Thaba' Al Muhammadiyah), ha!. I 39.

Page 24: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

17

" Selamat datang wahai Ali, Jibril telah memberitahukan kepadaku engkau telah

dinikahkan Allah SWT dengan Fa!himah."

Dalam kaitanya dengan pinangan Ali Bin Abi Thalib, Rasulullah SAW

berkata pada puterinya, Fathimah Az Zahra :

"Suamimu adalah orang yang terkemuka di dunia dan akhirat. Ia sahabatku yang

memeluk Islam, yang paling banyak ilmunya, serta paling sabar."

setelah memperoleh restu Allah Azza Wa Jalla, pada akhirnya pernikahan Ali

dan Fathimah pun dilangsungkan, Arsy dan para makhluk langit menjadi saksi

berlangsungnya prosesi pernikahan agung dua keluarga terpandang.

'°Abdullah Al Birr Al lvti'ab,(Riyadh: Dar El Qabla Ats Tsaqafah Islamiyah 1404 H/1984), hal. 273, cet. Ke-2

Page 25: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

18

Pernikahan dua insane yang mencintai dan dicintai Allah dan Rasulnya. Pada

pernikahan tersebut, Rasulullah SAW sempat memberikan mereka hadiah berupa

do' a-do' a dan nasihat yang sangat pen ting. Diantara do' a beliau yang cukup mashur

adalah:

diriwayatkan dari Anas Bin Malik yang dikutip oleh Abulkhair Al Qazwainy

bahwa ketika Rasulullah SAW menikahkan Ali Bin Abi Thalib dengan Fathimah

beliau berkata :

"Allah mempererat kernkunan kalian berdua, memenangkan pengikut kalian,

memberkahi kalian, dan semoga ,mengeluarkan keturunan yang bm1yak dan baik dari

kalian."

Kemudian Anas berkata : "Demi Allah, benm-lah Allah memberikan mereka

keturunm1 yang bm1yak dm1 baik dm-i dua orm1g (Ali dan Fathimal1) itu".

Immn Ahmad Bin Hanbal dan Ibnu Hatim meriwayatkan sebuah hadits dm-i

Ummu Aiman r.a. : "Bahwasanya Rasulullah SAW pada malmn pernikahan Ali r.a.

II ibid 12 lbn Hajar, As S/1awa 'iqul Mulrriqa/1, (Al Qahirah : Dar El Taba' Al Muhammadiyah), ha!. 83

Page 26: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

19

dan Fathimah r.a. berdo'a untuk keselamatan kedua-duanya." 13

Untuk Fathimah beliau berdo'a:

"Ya, Allah ia (Fathimah) dan keturunannya kuperlindungkan kepada-Mu dar syaitan

terkutuk."

Untuk Ali beliau berdo 'a :

"Ya, Allah ta (Ali) dan keturuniumya kuperlindungkan kepada-Mu dar syaitan

terkutuk."

Kemudian beliau berkata lagi kepada Ali :

"Gaulilah keluarga (ister)mu Bismilah Wal Barokal1."

Beberapa decade setelah pemikahan mereka, Allah SWT meng-karuniai

mereka dua orang putra dan seorang puteri yang sehat dan lucu. Putra sulung

bernama Hasan, yang bungsu bernama Husein. Sementara yang puteri bernama

13 Kanzul Ummul, hal. 9905 14 ibid 15 ibid 16 ibid

Page 27: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

20

Zainab. Mereka adalah cucu-cucu Rasul, dan beliau pula yang memberikan nama

untuk mereka. Sekian banyak sejarahwan sempat merekam lrnbungan mesra

Rasulullah SAW dengan Ahlul Bait, khususnya dengan kedua cucu laki-lakinya ,

Hasan dan Husein r.a.kasih dan einta yang dicurahkan beliau kepada Ahlull Bait,

bukan hanya didasari oleh Human Ins/inc beliau semata melainkan jelas~jelas ada

campur tangan titah llahi yang mutlak harus dipatuhi. Sungguh sangat fantastis !

kekuatan cinta kasih beliau kepada Ahlul Bait, dilandasi oleh kobborasi dua unsure ,

Human Instinc - sifat basyariah, dan perintah Dzat pencipta Arsy. Sebuah perpaduan

eksoktik yang menghasilkan gelembung-gelembung cinta kasih sempurna. Beberapa

hadits yang tertera dibawah ini kiranya diharapkan mewakili sekian banyak hadits

yang memuat kemesraan beliau dengan Ahlul Bait :

a. "Imam Turmudzi meriwayatkan dari Usamah bin Zed. Dia berkata : "suatu

hari saya melihat Rasulullah SAW duduk memangku Al Hasan dan Al

Husein. Lalu beliau berkata :

ul.~:<..J-"2 . .ililJY"....> Jt.2 :Jt.2 1 ''<1 ic .ilil~....> ~j ~ ~Lu,j we

. l -0g .''J c).-0 y.J 3 Log,, ... ] ~) ~I .~~I .J (,?~ I

17 ( (,? ~ _,.,, yll o I .J....>)

17 Bukhari, Shahih (Beirut : Dami Fikr, 1414 HI 199 I M), ha! 31, Juz. 5

Page 28: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

21

" Kedua anak ini adalah anak-anakku dan anak-anak Fa1himah, Ya Allah, aku

mencintai kedua anak ini. maka cintailah keduanya dan cintailah juga orang

yang mencintai mereka berdua."

b. Abu Nu'aim dalam kitabnya Al Hilyah meriwayatkan sebuah hadits dari

Abubakar As Siddiq r.a. Abubakar berkata : "Pada suatu hari ketika

Rasulullah SAW tengah mengimami shalat Jama' ah ti:ba-tiba datanglah Al

Hasan r.a. disaat Rasulullah SAW sedang sujud Al Hasan kecil menaiki

punggung beliau, kemudian turun dan naik lagi kealas tengkuk beliau .

perlahan-lahan beliau mengangkat Al Hasan. Seusai shalat para sahabat

bertanya : " Ya Rasululiah, anda memperlakukan anak itu tidak seperti

perlakua yang anda berikan kepada siapapun juga". Maka beliau pun

menjawab:

I~ ul :(..)-Q • .&IJ_,.,.., .J Jlj :J\j .we .&I ~ .J ~ ..r.l UC.

~ Lr.H .&I~ 01 -,;;!'" .... -'~I~ ~I uJ.J ~ h:i)

18(~1y,.b_, ~1 ol_,.J).0J"l..,JI lJ.'>

"Anak ini adalah Rayhanahku. Anakku ini adalah sayyid. Semoga dengan

keberadaanya Allah akan mendamaikan dua golongan kaum muslimin yang

tengah bertikai."

18 ibid hal 32

Page 29: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

22

c. Imam Ahmad Bin Hanbal, Imam Turmudzi, dim Imam Thabrany

meriwayatkan sebual1 hasdits dari Umar , Jabir, Abu Hurairoh, Ibnu Ady,

Amamah bin Zeid berasal dari Abdullah Bin Mas'ud r.a. : " Bahwasanya

Rasulullah SAW bersabda :

~I :~ . .&I Jy.u-> J~ :J~ <l..lc~J ..1~ ().:I uc

19( ~1 ol3->).' "s ;.,_p.;.. ~~~13 ~I ~1 '-:-1\.~ I~ UJ'"'ll3

" Al Hasan dan Al Husein adalah dua orang pemuda penghuni sorga. Namun

ayah kedua anak ini lebih mulia."

d. Dalam kitab Fadhlu Ahlul Bait wa Huququhum karya Ibnu Taimiyah

disebutkan hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Abu Hurairah

menceritakan kesaksiannya sendiri : "pada suatu hari sekembalinya bersama

Rasulullah SAW dari pasar Bani Qainuqa' beliau langsung menuju rumah

Fathimah r.a. beliau berkata : Apakah Laka ada ? , Apakah Laka ada disini ?

yang dimaksud Laka ialah Al Hasan r.a. kami berdua mengira AI Hasan

sedang dimandikan oleh ibundanya. Tiba-tiba Al Hasan datang, Rasulullah

SAW ptm langsung memeluknya seraya berkata : " Ya Allah aku

mencintainya, maka cintilah dia, dan cintai pula orang yang mencintainya."20

e. Abu I-Iurairah berkata : "Bahwa ia melihat sendiri Al Hasan r.a. masuk

kedalan1 kamar Rasulullah SAW lalu membelai-belai janggut dengan

19 ibid

Page 30: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

23

jemarinya. Beliau merangkul anak itu, memasukkan lidahnya kemulut anak

itu seraya berkata: Ya Allah aku mencintainya maka cintailah ia.21

Hadits-hadits diatas adalah sebagian kecil dari sekian banyak hadits yang

menceritakan tentang kemesraan dan romantisme, yang te~jalin antara Rasulullah

SAW dengan Ahlul Baitnya, mengilustrasikan kemesraan yang tak terbatas. Dan

mengembalikan imajinasi serta ingatan pada era Nabi. Lunsinan perawai telal1

mengemukakan hadits-hadits keutamaan Ahlul Bait. Dibeberapa kitab rujukan Ahlus

Sunnah, seperti kitab Sahih Bukhary, Sal1ih Musllim, Kru1zul Ummal, Musnad

Ahmad bin Hanbal, An Nasa'iy, At Turmudzy, dan setumpuk kitab-kitab lain, hadits-

hadits semacam itu sangat banyak terpampang hampir disetiap sudut kitab. Saking

banyaknya, hingga bisa dikatakan, hadits-hadits yang membicarakan tentang Ahlul

Bait ini melebihi hadits-hadits yang menerangkan masalah lain.

C. KEUT AMAAN AHL UL BAIT

Madzab Ahlus Sunnal1 adalah madzab dengan pemeluk terbanyak di dunia.

Dalam pandangannya terhadap Ahlul Bait, Madzab ini tidak berbeda jauh dengan

madzab Syi 'ah yang meletakan konsep keimamahru1 - meyakini haJJya Ahlul Bait

saja yang berhak menggantikan posisi Khalifah setelah Nabi, sebagai konsep

ushuluddin (Aqidah). Sementara pandangan madzab Ahlus Smmah yang berkiblat

pada Imam Abu! HasaJJ Al Asy'ari lebih menitik beratkaJJ demokratisme ushuluddin

20 lbnu Taimiyah,Fadlt/11/ Ah/11/ Bait Wa H11q11q11lmm, 2l ibid

Page 31: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

24

terhadap Ahlul Bait.pada akhirnya, demokratisasi tarekat melahirkan beberapa

pandangan yang tidak searah dengan induknya sendiri, yaitu paham Al Asy'ari.

Sebuah pandangan mengatakan setiap nasab berasal dari bapaknya bukan dari

ibunya. Rasulullah Saw tidak memiliki ketunman karena nasab Al Hasan dan Al

Husein menyambung pada anak perempuan Rasulullah SAW, yakni Fathimah Az

Zahra. Sebenarnya pandangan ini sudah bisa mencapai titik kebenaran seandainya

saja tidak ada nas!1-nash Rasulullah SAW yang berbunyi :

a. Abdul Khair dan Al Hakim meriwayatkan sebuah hadits dari Al Abbas paman

Nabi : suatu hari Ali Bin Abi Thalib r.a. datang menghadap Rasulullah SA \V

dan ditempat itu hadir Al Abbas. Setelah Rasulullah SAW menjawab salan1

Ali Bin Abi Thalib, beliau berdiri lain merangk11l Ali dan mencium

keningnya. Kemndian beliau mempersilahkan Ali dnduk disebelah kanannya.

Al Abbas bertanya :

~ ~ ~ JS ~->j ~ J:., _,Jc .i.tluJ -ilA~ ~l ..t1 . .i.t1 _,

(r-Sl::.. o\ J.J). \~,.,\,a.} ~_)j ~ J

"Ya Rasulullah apakah anda mencintai dia? Beliau plm menjawab : "Demi

Allah, Allah lebih mencintai dia dari pada aku. Allah azza Wa Jalla

menjadikan keturunan Nabi dari tulang sulbinya sendiri, namun Allah

menjadikan keturunarmya dari tulang sulbi orang ini."

Page 32: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

25

b. At Thabrany meriwayatkan sebuah hadits dari Fathimah Az Zahra r.a.

bahwasanya Rasulullah Saw berkala :

"Semua anak yang dilahirkan ibunya bemasab pada ayahnya kecuali anak

Fathimah. Akulah Wali mereka, Akulah nasab mereka, dan Akulah ayah mereka."

Diceritakan, bahwa pada suatu kesempatan Khalifah Ha.run Al Rasyid pemah

bertanya pada Imam Musa Al Kadzhim bin Jafar As Shadiq, salah seorang cicit

Rasulullah Saw. Bagaimana kalian bisa mengatakan bahwa kalian adalah anak cucu

Rasulullah SAW sementara kalian adalah cucu Ali ? Sesungguhnya, seorang anak

bernasah pada kakek dari ayahnya bukan kakek ibunya. Imam Musa Al Kadzhim pun

menjawab :

"A udzubillahi ... dst. Bismillahirahmanirrahim Dan dari keturunan Daud, Sulaiman,

Ayyub, Yusuf, A1usa, dan Harun. Kepada mereka kami berikan ganjaran yang baik

22 Ahmad Muhammad bin Ali bin Jbn Hajar Al Haitsamy, Al Fatawa Al Haditsiyalt, (Beirut : Lubnan, Dar El lhya At Turaz Al Ghazaly, 1419 H) cet. Ke-I, ha!. 224

Page 33: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

26

Begitu pula pada keturunan Zakariya, Yahya, Isa, Isa, dan IZvas.(selanjutnya Imam

Musa Al Kadzhim berlanya pada Harun Al Rasyid) bukankah Nabi Isa tidak memiliki

ayah ? itu adalah fakta, bahwa seorang Nabi bernasab pada Ibunya.

Begitu pula dengan kami. Nasab keturunan Nabi SAW melalui jalur ibunda karni

Fathirnah. "23

Mayoritas pandangan madzab Ahlus Sunnah lebih cenderw1g memihak pada

keabsahan nash-nash Ahlul Bait, begitupula pandangan madzab Syi'ah yang secara

absolut menyatakan dukungannya terhadap nash-nash diatas, yang berarti

keberpihakan dua madzab terbesar di .dunia pada Ahlul Bait begitu mendominasi di

kalangan kaum Muslimin dan telah mencukupi syarat dijadikan sebagai acuan serta

bahan rujukan.

Seperli yang telah dikemukakan pada halan1an sebelurnnya Ahlul Bait adalah

keluarga Rasulullah SAW yang mendapatkan keistimewaan dan keutamaan dari

Allah SWT. Keistimewaan dan keutamaan yang mereka peroleh tidak bisa dibilang

sedikit, mungkin seperti guyuran hujan yang menbasahi sudut·sudut setiap hal yang

berkaitan dengan mereka. Selain nash-nash komplit, fakta kongkrit tentang

keutamaan mereka juga telah menjadi bukti selama ini. Dibawah ini dicanturnkan

beberapa keistimewaan dan keutamaan mereka. Baik secara global maupun personal,

menurut nash atau bukti-bukti nyata :

l .Ahlul Bait Ma'shum (tidak merniliki dosa).

23 Ibnu Hajar ,As Sltawa'iqul Multriqalt, (Cairo: Maktabah Al Qahirah), h. 201

Page 34: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

27

Nash : Allah SWT berfirman :

.I~ rS~3 ~\ JA,l ~_)I~ <~~illl-l:IY-WJ

( ii: yly..)t1)

"Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kalian hai

Ahlul Bait dan membersihkan kalian sebersih-besihnya." (Q.S. As Ahzab :33)

1. seluruh kaum Muslimin wajib mencintai Ahlul Baiit

Nash:

a. Allah Berfirrnan :

"Katakanlah wahai Muhammad : Aku tidak rneminta upah atasnya

dakwahku, kecuali mengasihi kerabat (kn)." (Q.S, As Syura : 23)

b. At Turrnidzi dan Al Hakim meriwayatkan sebuah hadits, bahwa

Rasulullah Saw bersabda :

:L>-"" .illlJ_,...,.,..J Jl.9 :J\..9 1,,e ic:. illl<.,?'.:.::...J 0"4':.LJ.:ll LP­

~k:i ill\ y.::...l ~ ~ 3 ~104 ~ rS-, ~Will\ I~

('-§~>"yll _j rSL:.. ol3_)).~l l..§1J! JA,11_9';1.:..13

Page 35: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

28

"Cintailah Allah yang dengan nikmat karunia-Nya memberikan kalian

makan. Cintailah aku karena kecintaan kalian kepada Allah SWT. Dan

cintailah Ahlul Bait-ku demi cinta kalian kepadaku.'"24

2. scluruh kaum Muslimin wajib mentaati Ahlul Bail

nash:

(llA:~WI ).~

"Wahai orang-orang yang beriman taatilah Allah, Taatilah Rasul, dan Ulul

Amri dari kalian." (Q.S. An Nisa : 58)

3. Ahlul Bait adalah pusaka peninggalan Nabi

Nash : diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih, bahwa Rasulullah SAW

bersabda:

24 Muhannad Adrue Abdur Ra'uf AL Marbawy Al Azhary, M11kl1tasar Shal1il1 T11rm11tlzy, Mesir: Mustafa Al Bani Al Halaby, 1359 H/1940M)juz ke-14 25 Muslim,Sltaftilt, (Beirut: Darul Fikr, 1414H/1993 M). hal.451,juz,2

Page 36: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

29

"Kutinggalkan kepada kalian dua pusaka: Kitab Al Qur'an dan Ahul Baitku.

Sesungguhnya keduanya tidak akan berpisah hingga kembali padaku di telaga

haudh."

4. Wajib menyertakan Ahlul Bait dalam setiap Shalawat.

Nash : Sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh AbSa'id Al Khudry menyebutkan

ketika turun Ayat:

~I _,LI fal LJ:llll ~! y ~I ~ 0J~ ~--' .Jil u!

( D \: yl Y,:':JI). \ ,,) · .,-, I __,k 3

"Ses1111gguhnya Allah dan para malaikatnya bershalawat untuk Nabi. Wahai

orang yang beriman bershalawatlah kalian kepadanya A1uhammad dan ucapkan

salam sejahtera baginya (S. Al Ahzab : 56).

Kemudian kami (para sahabat) bertanya : kami telah mengetahui bagaimana

cara mengucapkan salam kepada anda, lain bagaimanakah cara kami

mengucapkan shalawat anda? Rasulullah SAW menjawab :

"Ucapkanlah, Ya Allah , limpahkanlah shalawat kepada Muhammad dan keluarga

Muhammad."

5. Ahlul Bait penyelamat Ummat dari kesesatan

26 Bukhary,Sfla/zifl, (Beirut: Darul Fikr, 1414 H/l993M), hal.!51,juz, 6

Page 37: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

30

Nash : Rasulullah SAW bersabda:

"Sesungguhnya Ahlul Baitku seperti bahtera Nabi Nuh. Barang siapa yang

menaikinya malca akan selamat, dan barang siapa yang tidak menaikinya maka ia

akan tengelam."

6. Ahlul Bait berhak diperhatikan kaum Muslimin

Nash : Ibnu Hajar dan At Thabrany meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Sa'id

Al Kudry, bahwa Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya bagi Allah ada tiga

Hurumat -perkara yang tidak boleh dilanggar. Ba.rang siapa menjaga baik-baik

tiga perkara tersebut niscaya Allah akan me[\jaga urusan dunia akhiratnya. Barang

siapa yang tidak menjaga baik-baik tiga perkara tersebut maka Allah tidak akan

menjaga apapun urusannya. Tiga Hw·umat itu adalah : Hurumatul 11'/am

(Kewajiban terhadap agama Islam), Hurumat-ku (Kewajiban terhadap Rasulullah

SAW), dan Hurumat rahim-ku (Kewajiban terhadap Ahlul Bait Beliau)."

7. Ahlul Bait berhak mendapatkan Ghanimah dan KI111111v1s

Nash:

Allah berfirman :

27 Ibid

Page 38: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

31

"Ketahuilah, sestmgguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai

rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul,

kerabat Rasul, anak yatim, orang miskin, dan ibnu sabil." (Q.S. Al

Anfal: 41)

8. Ahlnl Bait bernasabkan langsung pada Nabiynllah Ibrahim a.s.

Multammad SAW, bin Abdillah bin Abdul Muthalib, bin Hasyim bin Abdi Manaf

bin Qusay bin Ki/ab bin A!urrah, bin Ka 'ah bin Lu 'ay bin Ghalih bin Fhir bin

Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin

A!udhar bin Nizar bin Ala 'ad bin Adnan (dari bani Ismail bin Ibrahim a.s.). 28

9. Nasab Ahlul Bait tidak akan terputus sampai akhir zaman baik secara

vertikal ke atas maupun vertikal ke bawah

Nash : Al Hakim meriwayatkan sebnah Hadits yang berasal dari Musawwar bin

Makhramah r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda :

28 Al Allamah Zainal Abidin Al Alawy, Al Ajwibafl Al Gltaliyafl Fi Aqidafl Firqa11 All Najiyafl, (Jakmta: Studia Press, 1999) cet-l, hal 13 29 Muslim, Sl1altifl,(Beirut: Dar El Fikr, 1414 H/1993 M)juz ke-2, hal.446

Page 39: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

32

"Sesungguhnya semua nasab akan terputus pada hari kiamat kecuali nasab, sabab

dan menantuku."

D. ALA WIYYIN

Seiring dengan berlalunya waktu, populasi Ahlul Bait pun semakin

berkembang pesat. Keturunan mereka menyebar hampir di setiap sudut bumi, baik itu

ketur;;nan mereka berasal dari Al Hasan maupun Al Husein. Setelah berlulunya

peristiwa Karbala yang menggemparkan itu, sempat muncul asumsi, bahwa semua

keluarga Ahlul Bait telal1 dibantai habis pada peristiwa tersebut, hingga tak tersisa

satupun. Namun anggapan itu terkikis dengan sendirinya manakala sejaral1 sempat

merekam bahwa Ali Zainal Abidin salah satu putra Al Husein atau yang lebih dikenal

dengan julukan Ali As Sajjad, terbukti selamat dari pembantaian, ia masih hidup, dan

terns melanjutkan sisa hidupnya hanya untuk ibadal1 kepada Al lab SWT.

Memang, sewaktu insiden itu terjadi, seluruh keluarga Ahlul Bait ikut serta ke

medan karbala, namun saat itu kondisi Ali Zainal Abidin As Sujjud sedang sakit, usia

beliau pun barn menginjak sembilan talmn. Beliau tergeletak lemah didalam kemal1

bersama Zainab, bibiknya, juga para wanita keluarga Nabi.

Ali Zainal Abidin As Aujjud sempat diarak bersama para wanita keluarga nabi

dan kepala ayallandanya, Al Husein, yang diletakkan diatas tombak. Nabi ditangkap

sebagai tawanan perang, mereka berjalan terseokOseok mula\ dari Karbala hingga

Damaskus, dimana istana Yazid bin Mu'awiyah berada. Tadinya Yazid ingin

memenggal kepala Ali Zainal Abidin As Sujjud, beruntung niat Khalifall durjana itu

Page 40: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

33

dapat dicegah Zainab, hingga keponakannya terhindar dari kematian seperti ayahnya.

Zainab telah ditakdirkan Allah menjadi juru penyelan1at generasi Nabi. Diriwayatkan

dalam menjalani sisa hidupnya Ali Zainal Abidin As Sujjud sempat menikah dan

memiliki lima belas orang anak.

Alawiyyin adalah sekelompok manusia keturunan Ahlul Bait atau keturunan

Rasulullah Saw. Mereka juga memiliki keutamaan dan keistimewaan dalam segi

derajat dan keturunan meski tidak sama persis dengan para Ahl.ul Bait. Di Indonesia,

keturunan mereka dikenal dengan sebutan Al;iwiyyin-Bani Alawi. Kata Alwaliyyin

berasal dari kata Awali yang diambil dari nama datuk sesepuh mereka yakni Alwi

putra Ubaidillah bin Ahmad Al Muhajir bin Isa An Nagib bin Bagir bin Ali Zainal

Abidin As Sujjud r.a. Ahmad Al Muhajir disebut-sebut sebagai nenek rnoyang

dimulainya generasi Bani Alawiyyin, beliau berputra empat orang yakni Ali, Husein,

Muhammad, dan Ubaidillah. Kemudian dari Ubaidillal1 Ahmad Al Muhajir

rnemperoleh tiga orang cucu yakni Alwi, Jadid, dan Isma'il. Dipenghujung abad ke 6

Hijriah Isma'il dan Jadid punah dalam sejarah, sementara kerturunan Alwi eksis

lestari hingga saat ini. 30

Ahli sejarall Yaman, Muhammad bamuthir mengatakan bahwa Alawiyyin

atau kabilah Ba'alawi dianggap kabilah yang terbesar jumlahnya di hadhramaut

Y aman, dan yang paling banyak hijrah ke Asia dan Afrika. Perkembangan

'0 Sayyid Umar Muhdar Syahab, Tu111u11a11 Ta11ggung Jawab Terliadap Ahlul Bait dan Kafa'ali,

(Jakarta: Yayasan Nusantara, 1419 H/1999 M) ha!. 31

Page 41: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

34

selanjutnya, sebutan untuk para keturunan Ahlul Bait diwamai oleh bermacam nama

seperti Sayyid, Syarif, atau Habib.

I. ALA WIYYIN DALAM WA CANA

Pada Masa-Masa Perkembangan Islam yaitu sekitar awal abad ke 3 Hijriah.

Sebagian besar keturunan Ahlul Bait mengungsi dari Bas11fa, Iraq menuju

Hadhramaut, untuk melanjutkan dakwah dan mengejar di negeri tersebut. Kepindahan

mereka dari Bashra ke Madhramaut bukan lain karena disebabkan oleh kebengisan

Bani Abbasiyah pada rakyat, khususnya pada seluruh keturunan Ahlul Bait.

Kekejaman politik seperti penjara, penyiksaan, atau pembunuhan kerap dilakukan

rezim Abbasiyah terhadap para keturunan Nabi, yang hanya dilandasi oleh kecurigaan

yang tidak beralasa. Penguasa Abbasiyah berasun1si, para keluarga Nabi berniat

mengkudeta pemerintahnya. Padahal, anggapan itu tidak. benar sama sekali.

Kesyahidan datuk-datuk mereka, seperti Al Hasan, akibat penghianatan istrinya, atau

AL Husein, dimedan Karbala, akibat penghianatan pendnduk Iraq, telah menjadi

pelajaran berharga, bahwa politik, kepemimpinan, dan pendu:duk Iraq adalah racun

jahat bagi mereka. Bani Abbasiyah yang saat itu meajadi penguasa semenajung Arab

bertindak diktatorisme dalam menjalankan roda kepernerintahan, sehingga

menimbulkan rasa ketidakpuasan rakyat. Akibat dari kediktatoran rezim Abbasiyah,

banyak rakyat memutuskan untuk mengungsi, menjahui Iraq kemudian menetap di

Hadhramaut, bersama-sama dengan keturunan Ahlul Bait.31

31 Jdrus Alwi, Sekilas Tentang Kaum Alawiyyin, (Jakm1a : 2000) hal. 78

Page 42: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

35

Kiprah para keturunan Ahlul Bait dalam menyebarkan ajaran Islam dan

berdakwah dimasa itu sungguh tidak bisa dipandang sebelah mata. Mereka jalani

hidup sebagaimana datuk-datuknya, para Ahlul Bait. Hidup Wara'zuhud dengan

warisan lautan ilmu yang mereka miliki dari datuk-datuk mereka, dan kemudian

mereka sebarkan dan tauladani para orang-orang. Dalam buku Riyyadul Jannah karya

Al Allamah Yusuf An Nabhany menyebutkan : "Sepanjang masa, umat Muhammad

di semua negeri mengakui, bahwa Bani Alawiyyin sebagai AhluL Bait nubuwwah

yang sah, baik ditilik dari segi keturunan, maupun kekerabatan. Mereka itu adalah

orang-orang yang paling tinggi ilmu pengetahuaannya, paling banyak keutamaannya,

dan paling bagus budi pekertinya." 32

Seperti yang telah penulis kemukakan pada pembahasan sebelumnya, bahwa

Alawiyyin adalah komunitas keturunan keluarga Rasulullah SAW, meski mereka

bukan termasuk dalam Ahlul Bait, akan tetapi mereka juga memiliki keutamaan dan

keistimewaan. Dalam kitab Jala 'ul Afham karya Ibnu Qasyyim mengatakan : "Bal1wa

ada 4 macam penafsiran mengenai Keluarga Rasulullah SAW: Penafsiran pertama,

dibagi menjadi tiga bagian. Y aitu :

A. Keluarga Muhrumnad adalah keturunan Bani Hasyim dan keturunan Bill1i

Muthallib. Ini adala pendapat Imam Syafi'I dan Imam Ahmad bin Hanbal.

B. Keluarga Muhan1mad adalah khusus keturunan Bani Hasyim. Ini adalah pendapat

Imam Abu Hanifah.

32 ldrus Alwi, Sekilas Tentang Keutamaan Alawiyyin, (Jakarta :2000), ha!. 9

Page 43: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

36

C. Keluarga Muhammad adalah semua orang yang bersisilah Bani Hasyim keatas

dan Bani Hasyim Kebawah hingga anak cucu Ghalib. Ini adalah pendapat

Asyhab, sahabat Imam Malik.

Penafsiran kedua mengatakan, bahwa keluarga Muhammad adalah keturunan

Rasulullah SAW khususnya pada istri beliau. lni pendapat Abdul Barr di dalam

hukunya At Tahmid bedasarkan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Malik

yang berasal dari Nu'aim Al Mt\jmar, bahwa Rusulullah Saw sering berdo'a:

"Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Muhammad kepada keluarga Muhammad,

para Istri, dan para keturunannya."

Para pendukung penafsiran kedua ini mengatakan, bahwa do' a Rasul;ullah Saw

tersebut sebagai penafsiran keluarga li!uhammad, yang berarti para istri dan anak

cucu Rasulullah SAW. Selanjutnya mereka mengataka, jika seseorang bertemu istri

Rasulullah SAW, atau bertemu dengan salah seorang anak cucu beliau, maka ia boleh

mengucapkan :

"Allah melimpahkan kepada anda."

Dan bila ia tidak bertemu secara langsung. Malca ia boleh mengucapkan :

Page 44: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

37

"Allah melimpahkan shalawat kepadanya."

Mereka melanjutkan, ucapan demikian tidak boleh ditunjukan kepada orang

lain selain istri-istri Rasulullah SAW dan anak cucu keturunan beliau.

Penafsiran ketiga mengatakan, bahwa keluarga Muhmnmad adalah semua

mengikuti Nabi Muhammad SAW. Ini adalah pendapat Abdul Barr. Pendapat ini

hanya didukung oleh segelintir orang saja, salah satunya adalah Syekh Muhyiddin An

Nawawi dalam kitab Syarah Muslim nya.

Penafsiran keempat mengatakan, keluarga Muhammad Adalah semua orang

yang bertaqwa. Ini adalah pendapat Al Qadhi Hisam.33

Bagaimana datuk-datuk mereka, Alawiyyin juga diharamkan memakan harta

zakat dan shadaqal1. Karena Allah S WT telah menggantikaru1ya dengan Ghanimah

dan Khumus. Allah SWT berfirman :

(.Sil _J J _,..., Y1 _J A "'.,,:.. Ju u~ ~ LJ-a ~ iC. WI I yak\ _J

( £ ':Jlii~l).J.H..JI U-:13 ~L..JI ~13 ~.).\\

"Ketahuilah, bahwa apa saja yang kamu peroleh sebagai rampasan Ghamimah, maka

sesunggnhnya seperlimanya untuk Allah , Rasul, Kerabat Rasul, Anak-anak Y atim,

orang-orang miskin dan para Musafir." (Q.S. Al Anfal :41)

Dalam kitab tafsir Fath AL Ghadir dan lbnu Katsir, disebutkan pendapat yang

mengatakan, bahwa Khumus adalah untuk Allali, Rasul, Kernbat Rasul, anak-anak

33 K.H. Abdullah bin Nub, (Semarang: Toha Putra, 1989) hal. 42

Page 45: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

38

Yatim, orang-orang Miskin, serta para musafir. Sementara dalam kitab Majma' Al

Bayan disebutkan, Bahwa Khumus adalah hak keluarga Rasulullah SAW, Yaitu :

anak-anak Yatim keluarga beliau, orang-orang miskin dari keluarga beliau, dan para

musafir dari kalangan mereka.

At Thabary menerangkan dalam kitabtafsimya, bahwa Ali Zainal Abidin As

Sajjad pernah berkata : "Sesungguhnya Khumus adalah hak kami. Adapun yang

dimaksud kata anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan para musafir dari kalangan

kami. Hal itu dikamakan mereka telah diharanlkan menerima shadaqah yang

merupakan kotoran manusia. Maka sebagai solusi, Allah SWT menggantikannya

dengan Khumus.

Al Allanmh Al Mufti Syekh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, seorang

Ulama besar dan Mufti resmi kerajaan Saudi Arabia dario kalangan madzab

Wah/zaby memberikan komentamya tentang keturunan Rasuh1llah SAW : "Orang­

orang seperti mereka itu terdapat diberbagai tampat dan negara. Mereka terkenal juga

dengan gelar Syarif. sebagaimana yang dikatakan oleh para ahli, mereka itu berasal

dari keturunan Ahlul Bait Rasulullah SAW, diantara mereka ada yang silsilahnya

berasal dari Al Hasan; ada pula yang berasal dari Al Huse:in; Ada yang dikenal

dengan gelar Sayyid; ada pula dikenal dengan gelar syarif. ltu merupakan kenyataan

yang diketahui umum di Y aman dan di negeri-negeri lain. Sesunggulmya mereka itu

wajib bertaqwa pada Allah dan harus menjaga diri dari segala hal yang diharanlkan

Allah. Semestinya mereka itu harus mejadi orang-orang yang paling menjahui segala

macam keburukan. Kemuliaan silsilah mereka wajib di hor:mati dan tidak boleh

Page 46: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

39

disalah gunakan oleh orang-orang yang bersangkutan. Jika mereka diberi sesuatu dari

baitul ma!, maka itu adalah karunia yang diberikan Allah kepada mereka atau

pemberian lain berlabel yang bukan zakat, tidak salah bila mereka mau menerimanya.

Akan tetapi kalau silsilah yang mulia itu disalahgunakan, lalu ia beranggapan bahwa

orang yang memiliki silsilah itu dapat mewajibkan orang lain untuk memberi ini atau

itu, sungguh perbuatan yang sangat tidak patut. Keturunan Rasulullah SAW adalah

keturunan yang palir:g mulia dan Bani Hastim adalah suku yang paling mulia diantara

orang Arab. Karenanya tidak patut kalau mereka melakukan sesuatu yang

mencemarkan kemuliaan martabat mereka sendiri., baik berupa perbuatan, ucapan

ataupun perilaku yang rendah. Adapun soal menghormat.i mereka, mengakui

keutamaan mereka, dan memberikan kepada mereka apa ya11g telah menjadi hak

mereka, atau memberi maaf atas kesalahan mereka terhadap orang lain, serta tidak

mempersoalkan kekeliruan mereka yang tidak menyentuh soal agama, semua itu

adalah kebijakan. Dalam hadits, Rasulullah SAW berulangkali mewanti-wanti :

(.j.Q • .Ji I J_,.,..., .J J\.§ : Jt.9 <Uc .Ji I (,?""'~ .J ~ ~\fa. ~ uc

(<,.;-.J~\ol3.J).x1 .. ·<.,,~~ ~\ ~ !>fi ~

"Kalian kuingatkan kepada Allah dan Ahlul Baitku ... Kalian kuingatkan kepada

Allah dan Ahlul Baitku."

Maka berbuat baik terhadap mereka, memaafkan kekeliruan mereka yang

bersifat pribadi, menghargai mereka sesuai dengan derajatnya, dan membantu mereka

Page 47: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

40

pada saat yang dibutuhkan, semua itu merupakan perbuatan baik dan kebijakan

kepada mereka .. "34

Demikian fatwa Al Allamah Syekh Abdul Aziz bib Baz, seorang Ulama

bermadzab Wahhabi yang sangat berpengaruh di negara Saudi Arabia. Fatwanya

tentang kedudukan para keturunan Ahlul Bait Rasulullah SAW ditengah-tengah

masyarakat dapat dijadikan perhatian bagi seluruh kaum Muslimin didunia,

bagaimana cara bersikap kepada keturunan Rasulullah SAW.

2. KlPRAH ALA WIYYIN DI INDONESIA

Saat ini, kita mendapati 180 juta jiwa pemeluk Is.lam tersebar diseluruh

Indonesia. Yang berarti 75% dari seluruh penduduk Indonesia yang be~jumlah 260

juta jiwa adalah pemeluk Islam. Bahkan, pada tahun-tahun sebelumnya, jumlah

pemeluk Islam di indonesia mencapai 98% sungguh jumlah yang sangat fantastis

untuk sebuah negara berideologi sekuler dan liberal. 35 Meski Indonesia terdiri dari

beragam suku, agama, dan bahasa yang berbeda-beda, namun keutuhan bangsa tetap

terjaga. Masyarakat Indonesia hidup dalam suasana tenteram dan damai, seolah tidak

ingin terusik persoalan SARA yang akan mengakibatkan perpecahan dan disentegrasi

bangsa.

Mengamati kenyataan diatas, terbesit dalam pikiran, bahwa terwujudnya

keutuhan bangsa selama berabad-abad dalam sebuah negara ber-bhineka adalah

dihasilkan oleh upaya dan ke1ja keras; didapat dari jerih payah serta kucuran keringat

34 Majalah, Al Madi11all, no. 5692, 24 Oktober 1982 35 dari berbagai sumber

Page 48: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

4!

dan harta yang tidak sedikit. Lain, timbul pertanyaan, atas jerih payah siapakah semua

itu tenvujud ? Dalam berbagai literatur yang menguak awal masuknya Islam ke

Indonesia, disebutkan, bahwa yang membawa ajaran Islam ke Indonesia adalah

golongan Alawiyyin. L.W.C. Van den Berg dalam bukunya Le Handramaut et les

Arab en India, mengatakan :

"'Adapun hasil yang nyata dalam penyiaran agama Islam adalah dari orang-orang

Sayyid Syarif. Dengan perantara mereka, agama Islan1 tersiar diantara raja-raja Hindu

di Jawa dan Jain-lainnya. Walaupun ada juga suku-suku Arab Hadhramaut Jain, tapi

mereka ini tidak meninggalkan bekas apa-apa, katanya. "Hal ini disebabkan bahwa

mereka itu ad al ah kcturunan manusia pembawa Islam (Nabi Muhammad SA W)."36

Dr. Nagib Saliby dalam bukunya Ethnological Studies in P,,foro Histmy. Law

And Relegion, menceritakan tentang penyiar agama Islam dikepulauan Filipina,

"Bahwa penyiar agama Islam itu adalah keturunan Alwi bin Muhammad bin Ali bin

Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Abdillah bin Ahmad bin Isa Al Muhajir. Mereka

ini datang dari Hadhramaut melalui India. Adapun penyiar agama Islam di Campa,

semenajtmg Melayu, Sumatra, dan Jawa, datang jauh lebih <lulu. Dalam sejarah Jawa

mereka ini dikenal dengan nama Sunan Awliya' atau Syarif Awliya' ."37

Pada tajuk dihalaman sebelumnya (Alawiyyin dan Wacana ) penulis telah

menguraikan tentang imigrasi besar-besaran yang dilakukan para keturunan

Rasulullal1 SAW dari Bashra (Iraq), menuju daerah atau wilayah yang menurut

36 ldrus Alwi, Seki/as Te11ta11g Ka11111 Alawiyyi11, (Jakarta : 2000), hal 79 37 Dr. Nageeb Saliby,

Page 49: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

42

mereka lebih aman, seperti Hadhramaut, India, Sila (Sulawesi), Moro, (Filipina), atau

Tiongkok (Mongol). Hal itu disebabkan oleh intimidasi dan kekejan1an pemerintah

Bani Abbasiyah pada keturunan Nabi kerapkali diwujudkan dalam bentuk

pemenggalan, penyiksaan, dan meracuni mereka hingga mati. Bahkan jauh sebelum

Bani Abbasiyah berkuasa, yaitn saat kali pertama tampnk kekalifahan dipegang oleh

Bani Umayyah, para keturunan Nabi mendapat perlakuan tak jauh berbeda dengan

apa yang dialami pada era Abbasiyah.

Mengungsi ! Hanya kalimat itulah yang terlintas dalam pikiran para keturunan

Nabi. Sebuah tindakan untuk mengobati beban penderitaan yang telah mereka alami

setelah sekian lama melepas kepenatan hati akibat perlakuan Bani Umayyah dan

Abbasiyal1 yang selan1a ini mendera mereka secara turun temnrun. Pada akhirnya,

mengungsilah para keturunan Nabi beserta pengikut-pengikutnya ke beberapa daerah

dikawasan Hadhramaut seperti Sewoon, Tarim, Aden, Inat, Syibam, Al Ghorfah, As

Suweiry, atan Tm·ibah. Penduduk wilayah-wilayah tersebut menerima kedatm1gan

pengungsi dengan tangan terbuka. Para keturunan Nabi hidup didaerah baru hingga

turun-temurun, melahirkan generasi demi generasi, menjadi sebuah komunitas

terbesar di Hadhraniaut, mengalahkan komunitas lain. Terbagi menjadi Qabilali­

qabilah, snku-snku besar dan kecil. Qabilah-qabilah terbesar diantaranya :

1. Abu Futeim 6. Al Habsyi 11. Al Kaff 16. Ba'agi

2. Al Attas 7. Al Haddad 12. Al Muhdar 17. Bafagih

3. Alaydrus 8. Al Haddar 13. Al Madehij 18. Bin Jidm1

Page 50: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

r ~

Bahar

Barr

9. Al Hamid

I 0. Allufri

43

14. Al Maulakhela 19. Bin Smith

15. Al Saggaf 20. Bin Syekh Abubakar

Sumber diambil dari kitab: AL Mu'jam Al Latif Lil Asbab Wal Aqab Fi Nasab As

Syarif: Sayyid A1uhamad Ahmad Asy Syatiri.

Anggapan para anak cncu Nabi bahwa daerah-daerah tnjuan pengungs1an

adalah tempat imigrasi sementara yang cukup aman ketimbang Iraq, Makkah,

Madinah, Syam, Damaskus, atau daerah lainnya di jazirah Arab, ternyata tidak

meleset. Diberbagai daerah itu, mereka dapat lebih leluasa menjalani kegiatan ritual

maupun sosial, merasa lebih tenang tanpa intimidasi, juga tanpa ketakutan dibuntuti

untuk dibunuh. Dari sekian banyak wilayah tujuan untuk mengungsi, hanya

Hadhramaut dm1 Tiongkok yang mengalami sedikit rnasalali. Keberadaan keturunm1

Nabi dan para pengikutnya di Hadhramaut, rupanya telali terciurn oleh orang-orang

yang ditugasi menjadi mata-mata oleh rezim penguasa. Meski tindakan penguasa Iraq

tidalc separali dan sebrutal sewaktu berada di Iraq, tapi kehidupm1 para keturunan

Nabi di Hadhramaut kembali terusik. Setiap kegiatan yang dilakukan para keturunan

Nabi selalu diintai dan dirnata-matai. Ritinitas relijius seperti beribadah dan mengejar

pun otomatis menjadi terganggu. Sementara di Tiongkok, pm·a imigran anak susu

Nabi dan kaurn Muslimin lainnya mengalami perlakuan kesenjangan sosial dari

Kubilai Khan, Raja Tiongkok.

Page 51: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

BAB III

EKSISTENSI KAFA 'AH MER UP AKAN UP A YA MENJAGA KEMULIAAN

DZAT AHLULBAIT

A. DEFJNISI KAFA'AH

Secara harafiah, Kaja 'ah atau Kufi1' adalah sebuah kalimat yang diambil dari

bahasa Arab. Bila diartikan kedalam bahasa Indonesia, Kafa'ah atau Kufu' memiliki

arti , persamaan, sepadan, atau sejodoh, yang hampir keseluruhan kamus Arab -

Indonesia mengartikan sama.

( l),_ \jS) jamaknya ( \,_ \jS ),kalimat ini sesuai dengan apa yang oleh Prof.

Mahmud Yunus dalam kamusnya "Kamus Arab - Indonesia". Dalam kamus Al

Munjid, tertera kalimat yang sama dengan .IJ'arah:

"Keadaau sesuatu sama dengau lainnya."

Untuk mencapai gambarau yang lebih kongkrit kalimat tersebut disandingkau

dengan kalimat lain yang memiliki signifikasi makna, yaitu >-\jS adalah bentuk

masdar >- \jS ; y_,...,.,... persamaan.

Demikian halnya kita dapatkan pengertian serupa dalam kitab Subulus salam ,

searti dengau l) __,L.....J\: ;JJiL.JI yaitu persamaan atau sepadau.

Page 52: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

45

Dalam arti leksikel, kalimat Kafa'ah lazim dipakai dalam ungkapan bahasa

Indonesia. Pada kamus um um bahasa Indonesia (Poerwadaminta) Kufu • berarti

persamaan derajat, tolok, tara, sepadan, dan sebanding.

Menurut difinisi, Kafa'ah bermakna, pernikahan dalam keluarga atau

keturunan Nabi SAW yang sepadan atau sejodoh dalan1 tingkat status sosial maupun

keturunan - silsilah. Ada juga yang mengartikan bahwa selain pernikahan keluarga

atau keturunan Nabi SAW juga dinamakan Kafa'ah atau Kufu'.

A. KAFA' AH DALAM PERSPEKTIF ULAMA

Secara sosial, Islam telah mengajarkan kepada manusia bahwa nilai lebih

seseorang itu bukan terletak pada fisik rupa, harta benda, golongan, ataupun status

sosial. Akan tetapi, Islan1 lebih mengedepankan ilmu, amal, dan taqwa manusia.

Allah SWT berfirman :

"sesungguhnya kami ciptakan kalian sebagai laki-laki dan perempuan dan kami

jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling mengenal.

Sesungguhnya orang termulia diantara kalian yang berada disisi Allah adalah orang

yang paling bertaqwa." (Q.S.Al Hujurat :13)

Page 53: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

46

Ayat diatas menjelaskan, bahwa Allah SWT menilai manusia bukan dari

kemuliaan golongan, keagungan martabat, kecantikan, ataupun ketampanan wajah.

Manusia yang termulia di mata Allah adalah yang paling bertaqw!lo meskipun dia

seorang yang berkasta rendah, menunjukan bahwa Islam adalah aganm yang

mengajarkan kesetaraan derajat pada seluruh manusia dimuka bun1i. Namun, bukan

berarti tidak ada kesenjangan status. Justru kehidupan manusia didunia ini sarat oleh

kesenjangan status yang beragam, keberadaan manusia yang berkelompok-kelompok

dan bersuku-suku telall menelurkan butir-butir perbedaan status dan martabat.

Bahkan pada Nabi-nabi dan Rasul-rasul-Nya sekalipun. Seorang wanita dan seorang

pria misalnya, Allah menyamakan derajat kedua mahkluknya itu. Tetapi , Allal1 juga

membedakan status mereka dalam soal warisan, wanita hanya mendapat setengah

bagian sementara pria mendapat bagian penuh. Juga membedakan dalam soal

keutamaan. Allah SWT berfirman :

( 1 i : ~WI).~ L'""111 .)c t.JJAI _,s J~ _}I

"Laki-laki itu lebih berkuasa dibanding wanita." (Q.S. An Nisa: 34)

Disisi lain, wanita tidak bisa menjadi Imam, baik itu Imam Shalat (kecuali

bila ma'munmya wanita) maupun Imam pemimpin wilayah atau negara. Di antara

butir-butir lain kesenjangan antara manusia adalall :

1. Allah lebih memuliakan Rasulullah SAW dibanding Rasul-N ya yang lain.

2. Allah hanya menumnkan kitab sucinya hanya pada 4 orang Rasuh1ya (tidak pada

seluruhnya).

Page 54: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

47

3. Allah menjadikan tmmt Muhammad SAW sebagi umat umat terbaik diantara umat

Rasul-rasul atau Nabi-nabi sebelumnya. Allah SWT berfirrnan :

.µluc U~3 u3yuJI U3.JA~ U"li.l.l LI?-_?.l 4..,,\~ ~

(''. : 01~J1)

"Kalian adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan bagi manusia. Kalian menyuruh

manusia berbuat kebajikan dan mencegah kemungkaran."

(Q.S. Ali !mran : 110)

4. Allah menjadikan manusia lebih mulia dari pada malaikat dan jin.

5. Allah menjamin kitab suci lain telah mengalami perubahan.

6. Allah SWT hanya mensucikan Ahlul Bait Nabi SAW, tidak mensucikan sahabat,

atau kerabat beliau yang lain.

7. Rasulullah SAW diperbolehkan memiliki istri lebih dari sembilan orang, sementara

tunatnya hanya diperbolehkan 4 orang.

Butir-butir yang tertera di atas menunjukan bahwa kesenjangan yang ada

bukan datang dari hamba-hambanya, bukan tercipta disebabkan karakter buruk

manusia, tapi memang Allah sendiri yang menciptakannya .(taqdir). Kesenjangan

status itu terbukti ada fakta.

Lebih lanjut, keutamaan atau kemuliaan yang diberikan Allah SWT itu

cenderung ada pada setiap sesuatu yang berkaitan dengan Rasulullah SAW. Sebagai

contoh pada salah satu butir yang tertera diatas, bahwa umat Nabi Muhammad itu

Page 55: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

48

diciptakan sebaik-baik umat. Seperti kita ketahui jauh sebelum Rasulullah SAW

diutus, telah berlalu umat -umat para Rasul yang lain. Ada umat Nabi Musa yang lari

pontang-panting menyeberangi gurun tandus dan laut merah karena dikejar

balatentara Fir'aun. Ada umat Nabi Nuh yang ditertawakan kaum ingkar karena

membuat peralrn. J uga ada umat Nabi Isa yang sangat setia,tapi mengapa umat

Muhammad yang dipilih sebagai umat terbaik ? ltulah keutamaan, kemuliaan yang

diberikan Allah kepada umat Muhammad SAW. Akankah umat lain tidak suka

melihat keutamaan ini? Allah SWT berfirman:

"Ataukah mereka merasa iri hati terhadap orang-orang yang diberi keutamaan oleh

Allal1 ?" Q.S. A1111isa : 54

Memberikan keutamaan dan kemuliaan pada sesuatu ataupun mencabutnya

adalah hak Allah SWT. Tidak ada manusia yang mampu mencegalmya tidak juga

pada butir-butir kesenjangan diatas. Artinya, Islam tidak menafsirkan eksistensi

kesenjangan itu sendiri apalagi hal-hal yang berhubungan dengan Rasulullah SAW.

Kaja 'ah adalah pernikahan dua orang yang sepadan atau sebanding. Seorang

Muslimah tidak akan menikah dengan seorang pria non mnslim. Allah SWT telah

menetapkan pula ketidakbolehan wanita baik-baik menikah d1mgan pria berandalan.

Allah SWT berfirman:

(1· .:1\) ~I ·\ti-<«":! ·1 :1\ . _)_,... . ~ _) ' c....--:: ~ .Y

Page 56: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

49

"Tidak akan menikah seorang pezina kecuali dengan wanita pezina pula."

(Q.S. An Nur : 3)

Kafa'ahjuga berlaku untuk Ahlul Bait Nabi SAW dan para keturunan mereka

- Alawiyyin. Baik itu yang laki-laki (Syarif) maupun perempuan (SyaTifah). Hal itu

disebabkan agar hubungan tali kekerabatan dengan Nabi tidak terputus. Sebagian

orang beranggapan bahwa pernikahan yang sekufu' - sepadan antara Syarif dan

Syarifah adalah adat tradisi Arab. Keharusan menikah zmtara seorang wanita

keturunan Nabi dengan pria yang sama disebabkan oleh faktor Fanatisme kesukuan

yang berlebih-lebihan.

Penerapan Kafa'ah bagi Syara'if (para Syarifah), bukan tradisi atau adat

istiadat, tidak bisa pula dikategorikan sebagai fanatisme yang berlebihan. Karena

Kafa'ah adalah bagian dari syariat pernikahan, Rasulullah SAW sendiri yang telah

mengatur prosesi pernikahan anak cucunya. Justru yang menganggap Kafa'ah sebagai

tradisi fanatisme, atau berupaya untuk menafikan clan menghapus Kafa'ah dalam

syariat Islam, adalah bentuk ketidakhormatan terhadap dzat Rasulullah SAW.

Pernikahan adalah ikatan yang sakral. Seberapa baik ia hingga berani menikali.i anak

cucu keturunan Na bi ? Bagaimana bila ia menyakiti Syarifah ? A tau tidak bisa

membahagiakannya ? Bukankah itu akan menyakiti hati datuk-datuk rnereka ?

Apakah pria seperti itu bisa dibilang baik, tidak mau menikah dengan wanita sekufu'

dengannya. Melainkan ingin menikah dengan Syarifah keturunan Nabi ?

Pertanyaannya, bukan kenapa Syarifah tidak diperbolehkan rnenikah dengan pria

yang tidak sekufu' tapi kenapa pria yang tidak selmfu' ingin menikahi Syarifah ?

Page 57: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

50

Tidak adakah wanita yang sekufu' hingga ini harus menikah dengan anak cucu

keturunan Nabi ? Pernikahan Syarifah dengan yang tidak sekufu • bisa berarti tidak

sahnya pernikahan tersebut.

Permasalahan huhun Syari'at sepeninggal Rasulullah SAW tidak berarti

harus tercantum hukum-hukurnnya didalam Al Qur'an, seperti hukum diperbolehkan

atau tidaknya memakan kodok atau kepiting. Hukum Syari' at yang tidak tertera

dalam Al Qur'an, atau tertera tapi tidak jelas makna dan subtan~inya, maka bisa

mengambil hukurn lewat jalur htinbath ataupun Jumhur Ulan1a'-ijtihad Ulama,

contoh lain seperti hukum bayi tabung.

Mengenai Kafa'ah Allah SWT tidak mempertegas secara gamblang hukurn

tersebut. Nrunw1 allah sempat menyiggung permasalahru1 ini dalam sebuah ayat-Nya :

l~l o~ <.JA 4.:;>-1 _,jl _, .... < i"i J "JI 3 .&IJ_,Cµ.>J .J I 3~1y c) p.1 ul5. La_,

(' o :yl y.'"Jll). L,1loc .&l..llc. utS. p.i ~ u l

"Tidak boleh bagi kalian menyakiti Rasulullah, serta tidak boleh pula mengawini para

istrinya setelah beliau wafat selama-lamanya. Sesilllgguhnya perbuatan itu sangat

besar dosanya di mata Allah,'' (Q.S. Al Altzab :35)

Diharamkarmya mengawini para jru1da Rasulullah SAW setelah beliau wafat,

berdampak Allall dan Rasul-Nya murka. Hal itu disebabkan adanya ikatan tali

perkawinan antara Rasulullall SAW dengan istri-istrinya. Apalagi jika sampai

Page 58: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

51

mengawini anak cucu Rasulullah SAW, yang jelas-jelas mereka mempunyai ikatan

darah serta nasab dengan beliau.

Bila ayat Allah di atas tidak cukup untuk memberlakukan hukum Kafa'ah,

maka peritiwa penolakan Rasulullah SAW ketika Abubakar r.a. dan Umar r.a. akan

meminang puteri beliau untuk sementara bisa dijadikan penopang landasan hukum.

Dulu, sebelum Rasulullah SAW menikahkan Fathimah dengan Ali beliau pernah

menolak pinangan Abubakar dan Umar pada putrinya, Fathimah Az Zahra. Mengapa

beliau menolak pinangan kedua sahabatnya ? Tidak cukup baikkah kedua sahabat itu

bagi Rasulullah SAW untuk menjadi suami Fathimah ? .

Dalam literatur sejarah Islam maupun barat, kedua sahabat besar itu sangat

banyak jasanya terhadap Islan1, Rasulullah SAW, dan kaum Muslimin. Mereka telah

mengorbankan harta, jiwa, raga, dan keluarganya demi tegaknya syi'ar Islam.

Disamping itu Rasulullah SAW pun menikahi putri kedua sahabatnya itu, yaitu

A'isyah dan Hafshah. Penolakan Rasulullah SAW saat itu karena AHah yang tidak

menghendaki salah satu dari mereka menjadi suami fathimah, sementara titik

penolakan Allah pada pinangan mereka, karena kedua sahabat itu tidak sekufu'

dengan Fathimah. Abubakar r.a. berasal dari golongan Bani Tamim, sementara Umar

r.a. dari golongan Bani Adi. Walaupun keduanya dari bangsa Quraisy, tapi mereka

bukan dari Bani Hasyim.

Kejadian diatas menjadi sebuah contoh untuk. seluruh kaum Muslimin, baik

semasa beliau hidup maupun setelah wafat. Bahwa, seperti itulah Rasulullah SAW

Page 59: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

52

melaksanakan prosedur pernikahan dalam keluarganya, hanya pria sekufu'lah yang

berhak menikahi Fathimah.

Perlu ditegaskan sekali lagi, bahwa pribadi Rasulullah SAW adalah pribadi

yang Uswah Hasanah (suri tauladan), lvfakarimah Akhlaq (penyempurna akhlaq), 0

serta Khulg Al Mubin (berakhlaq mulia). Beruntunnya keutamaan dan kemuliaan

yang diberikan Allal1 pada anak cucu beliau, membuatnya merasa tidak enak hati

pada kaum Muslimin. Beliau takut karunia png diberikan Allah pada anak cucunya

akan menimbulkan prasangka buruk di mata kaum Muslimin. Mereka akan mengira

Allah dan Rasul-Nya berbuat nepotisme. Maka timbul kecemburuan sosial pada

keluarga Rasul dan anak keturunanya. Bisa kita perhatikan bagaimana asal usu! ayat :

( i V·o~WI) ~ · ~\ J "\ lA; I. J )\1·41..i • • • • • _) (..>" - ' y c::-: _9J-ll ~ -

"Sampaikanlah apa-apa yag Allah telah turunkan kepadamu." (Q.S. Al Maidalt :67)

Sebelum ayat itu turun, Rasulullah SAW diperintahkan Allah untuk

menyampaikan kepada 124.000 kaum Muslimin sepulangnya dari haji Wada', bahwa

sepeninggal beliau nanti hanya Ali yang berhak menjadi pemimpin. Namun

kelihatannya beliau berat untuk menyampaikan pesan itu karena sebab-sebab tadi.

Setelah Allah menurunkan ayat diatas, barulall beliau menyampaikannya.

Page 60: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

C. FATWA ULAMA TENTANG KAFA'AHAHLULBAITDAN

KETURUNANNYA

53

Berkenaan dengan syari'at Kafa'ah beberapa Ulama sempat memberikan

fatwa-fatwanya tentang hukum Kafa'ah Syarif Abdurrahman Muhammad Al

Masyhur melansir fatwa-fatwa para Ulama tersebut dalam kitabnya Bughyah

Mustarsyidin:

Menurut Imam Ahmad bin Hanbal wanita keturunan mulia-Syarifah itu hak

bagi seluruh walinya, baik yang dekat maupun yang jauh, jika salah seorang dari

mereka tidak rela dikawinkannya Syarifah tadi dengan pria yang tidak sekufu' maka

ia berhak membatalkan. Wanita Syarifah adalah hak Allah, ;;ekiranya seluruh wali

dan Syarifah itu semliri rela menerima laki-laki yang tidak sekufu' maka kerelaan

mereka tidak sah."

Menurut pendapat Imam Syafi'i seorang wanita keturunan Bani Hasyim tidak

boleh dinikahi oleh pria selain keturunan dari mereka. Aku melarang wanita-wanita

dari keturunan mulia (Syarifah) menikah dengan pria yang tidak sekufu' dengannya.

Bila wanita dikawinkan dengan pria yang tidak sekufu' sementara si wanita dan

walinya tidak rela. Maka perkawinannya batal. Selanjutnya beliau berkata pna

Quraisy tidak sekufu' dengan wanita Bani Hasyim dan wanita Bani Muthallib.

Adapun pendapat Imam Hanafi, Jika seseorang wanita menikah dengan

seseorang yang tidak sederajat-sekufu' tanpa persetujuan walinya, maka perkawinan

Page 61: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

54

tersebut tidak sah, dan wali berhak menghalangi perkawinan tersebut. Karena

demikian itu akan menimbulkan aib bagi keluarga. 1

Mengenai hal ini, dalam kitab yang sama Syarif Abdurrahman sendiri

memberikan pemyataan :

Seorang Syarifah yang dipinang pria selain keturunan Rasulullah, maka yang

tidak melihat dihalalkannya pemikahan tersebut. Walaupun wanita keturunan Ahlul

Bait Nabi (Syarifal1) tadi daB walinya yang terdekat merestui. Ini disebabkan nasab

yang mulia tersebut tidak bisa diraih dan disan1aka. Bagi setiap pria yang mempunyai

hubungan kekerabatan dekat maupun jauh dengan keturunan Fathimah Az Zahra

adalah lebih berhak menikahi wanita tersebut.2

Sementara Sayyid Ustman Yahya seorang Mufti Betawi (Ahli fikih)

mengemukakan fatwa dalam kitabnya, Qawanin As Syar 'iyyah :

"Dalam masalah Kafa'ah tidak akan sah pemikahan seorang pria dengan wanita yang

tidak sekufu' apalagi wanita tersebut adalah seorang syarifah. Maka pria non Sayyid

tidak boleh menikahinya sekalipun orang yang bersangkutan (Syarifah) dan walinya

setuju.3

1 Sayyid Abdurrahman Muhammad Al Masyhur, Bugflya/1 M11starsyidini, (Beirut : Lebanon, 1418 H/1998 M), cetke-1, ha! 257-258 2 ibid, ha!. 260 3 Sayyid Utsman Yahya, Qmvanin As Syar'iyyafl, (Bogor : Arofat, 1314 H)

Page 62: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

55

D. PERNIKAHAN SEKUFU'

Secara umum, pernikahan dianggap sebagai aktifitas pernyai1aan dua jiwa kedalain

sebuah ikatan yang sakral, membina rumah tangga lalu menurunkan generasi demi

generas1. Islam memandang pernikahan sebagai sunnah Nabi. Anjuran

memperbanyak keturunan juga sunnah. Yang dimaksudkan pula untuk

memperbanyak umat beliau. Kalangan muslim "liberal" da11 "modern!" berpendapat,

pernikahan itu hanya sekali seumur hidup. Mayoritas kalangan non muslim juga

berpendapat demikian. Sedangkan Islam memperbolehkan menikah 4 wanita

sekaligus-poligami. Tentunya dengan beberapa syarat yang hams dipenuhi.

Dinegara-negara liberal seperti Amerika, pernikahan tidak dianggap begitu

penting. Untuk berhubungan seks sepasang kekasih bisa bebas melakukannya,

mereka bisa tinggal serumah hanya berdasarkan suka sama suka. Free Sex, adalah

gaya hidup sejumlah pasangan di amerika dan negara-negara barat. bila bosan dengan

pasangannya mereka bisa pisah, berganti-ganti pasangan, kapai1pun mereka inginkan.

Bagi mereka, hubungan tanpa ikatan perkawinan terasa lebih efisien dan fleksibel.

Meski dinegara mereka terdapat banyak lembaga-lembaga pernikahan yang

birokrasinya lebih mudah dibanding Indonesia, namun jumlah angka pasangan "

Kumpul kebo" di Amerika hampir sebanding dengan pasangan yang menikah. Tak

heran, jumlah gadis yang hamil diluar nikah terus merMgkak naik dari hari ke hari

anak yang dilahirkan tanpa ayah dan tanpa status terns membengkak hingga rentan

timbul polemik dikemudian hari.

Page 63: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

56

Islam dengan Syari'atnya, begitu respek dengan polemik sosial yang berlalrn

dimasyarakat seperli polemik diatas, yang hingga hari ini terns menjangkiti

masyarakal Amerika atau negara-negara baral lainnya. agar polemik sosial tidak

mewabah, Islan1 menertibkannya dengan pernika11an sebagai upaya memblokade itu

semua berikut dampak-dampaknya. Begitu teliti Islam mengatur sendiri demi sendiri

sendi kehidupan manusia sehingga menyentuh bagian dasar yang dianggap non

p;insipil tapi sebenarnya adalall prinsipil. Seperti menikall dengan pasangan yang

sekufu ' - sepadan. Baik dari segi sosial,harkat dan martabat, keturunan, pengetahuan,

wawasan, suku, ras, agama, atau lain-lain. Orang - orang bilang, bobot, bibit, dan

be bet.

Tidak dapat dipungkiri, ballwa secara naluriall setiap manusia mgm

mendapatkan pasangan hidup yang sekufu', bahkan yang lebih baik dari dirinya.

Contoh kecil, seorang pria lampan menginginkan istri yang cantik, seorang wanita

sarjana menginginkan suami sarjana, wanita kaya menginginkan pria yang lebih kaya.

Bal1kan, tak jarang kita dapatkan pria jelek mendambakan wanita cantik untuk

menjadi istrinya, atau wanita kampung mendambakan artis atau semacamnya untuk

menjadi pangeran dalam setiap rnimpinya. Di Amerika Serikat, yang gembar gembor

mengaku sebagai jagoan demokrasi, ternyata sebagian besar masyarakatnya masih

rasialis. Perkawinan antara black and white masih bisa dihitung dengan jari. Sangat

manusiawi, mengapa ? Nalurilall mereka membutuhkan adanya keserasian .daJam

pernikahan. Kesepadanan dalam pernikahan berarti kecocokan yang diperlukan untuk

membentuk keluraga sakinall. Sebaliknya, ketidaksepadanan dlalam pernikallan bisa

Page 64: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

57

mengakibatkan ketimpangan yang akan menimbulkan kesenjangan sosial dalam

rumah tangga. Seorang wanita kaya berwajah cantik rupawan misalnya, menikah

dengan pria kampung berwajah burn. Tampak ada sedikit keganjilan ketika

mendengarnya. Semua bingung, kok bisa mereka menikah ? Mengapa si wanitanya

niau ? Dan setwnpuk pertanyaan lain. Kalau bagi yang mendengar saja sudah

merasakan ada keganjilan. Lalu bagaimana yang menjalaninya? Contoh lain, seorang

wanita shalehah menikah dengan pria tidak baik. Bisa dibayangkan, bagaimana

mereka menjalani hidup sehari-hari ? Ironis memang, sebagai seorang suami,

sepatutnya ia menjadi kepala rumah tangga yang baik serta menjadi suri tauladan bagi

istri. Tapi karena kelakuan yang buruk, membuat si istri hanya bisa mengurut dada

melihat kelakuan suaminya. Terkadang bila ditegur, suami malah tersinggwig dan

marah-marah. Beberapa bulan kemudian, sepasang suami istri yang tidak sekufu' itu

bercerai dengan meninggalkan kepedihan mendalam pada hati si wanita berikut titel

janda tentunya.

Sekian banyak contoh polemik dan perceraian dalam rumah tangga dewasa ini

sebenarnya dapat dijadikan bahan pertimbangan sebelum seseorang menentukan

pasangan hidup. Kenapa si anu bercerai ? Atau kenapa si anu berselingkuh ?

Memperhatikan terlebih dahulu kafa'ah adalah salah satu aspek terpenting sebelum

memasuki gerbang pernikahan. Karena mengetahui cocok atau tidaknya calon

pasangan hidup sebelum pernikahan itu jauh lebih baik ketimbang mengetahuinya

setelah berumah tangga. Selain itu, menerapkan kafa'ah bisa mengurangi tingkat

kesenjangan diantara suami istri serta mencegah seringnya pertengkaran dan

Page 65: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

58

keributan dalam rwnah tangga. Namun, sepertinya para calon pasangan pengantin

tidak terlalu memusingkan masalah kafa'ah.mereka berpikir, kelanggengan rumah

tangga bisa terwujud hanya dilandasi oleh cinta. Kemumian cinta bisa mengalahkan

segala-galanya. Love is Blind kekuatannya begitu dasyat hingga sanggup mene~jang

apapun yang menghadang. Jika cinta sudah bicara, apa yang tidak bisa dilakukan ?

Adat istiadat akan dilabrak, kafa' ah akan didobrak, bahkan, besar kemungkinan

hukum agama dan negara akan di langgar, tidak peduli apalrnh itu halak1tau haram,

tak peduli itu dosa atau berujung menginap di penjara. Semua itu tidak berarti apa­

apa bagi yang tengah kerasukan setan cinta. Namun ketika cinta mengarungi bahtera

rumah tangga, ketika prahara mengguncang dan menghantam keutuhan rumah tangga

mereka tersadar, bahwa cinta tidak menjamin segalanya menjadi lebih baik.

Berni at menikahi Syarifah tan pa landasan kafa' ah merupakan tuntutan maluri

yang terbentuk dari rasa ketidak puasan jiwa pada apa yang telah di berikan Allal1

SWT. diakibatkan pula oleh membumbungnya sifat tamale yang selalu ada menjadi

sahabat setia manusia. Terkadang ketan1akan mereka berlind.ung dibalik niat ingin

memiliki hubungan kekerabatan dengan Rasulullah SAW, Hak Asasi Manusia

(HAM) atau pun tuntutan persamaan derajat manusia dimata Tuhan. Semua alasan itu

hanya usaha untuk melegalisasi hukum nikah terhadap Syarifah.

Menikal1i Syarifall tanpa Kafa'all bukan menyambung hubungan kekerabatan

dengan Nabi, justru malah memutuskan hubungan kekerabatan Syarifah dengan

beliau. Karena anak dari basil pemikallan mereka, tentu akan bemasab pada ayahnya,

bukan pada ibunya. Berteriak lantang tentang HAM kemudian melupakan HAM yang

Page 66: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

59

lain sama saja dengan maling berteriak maling; jika mereka memiliki pedoman HAM

untuk menikah dengan siapapun, maka kalangan Syarifah dan para walinya berhak

pula memiliki pedoman HAM untuk menolak menikah atau menikahkan anaknya

dengan yang tidak sekufu'. Lalu, menuntut persamaan derajad diantara makhluk

Tuhan adalah kesombongan. Akan mengingatkan kita pada cerita gugatan iblis pada

ketentuan Allah yang membedakan dirinya dengan Nabi Adam a.s. Ketika Allah

SWT menyuruh iblis bersujud pada Adam. Tapi iblis menolak perintah Allah tersebut

sam bil berkata, aku terbuat dari api sementara Adam terbuat dari tanah. Akibat

perbuatanya itu, Allah mendakwa iblis takabbur dan melaknatnya hingga kiamat.

Allah telah menciptakan makhluknya berjenis-jenis; bergolong-golongan; dan

bersuku-suku, kemndian menjadikan diantara mereka lebih utama dari pada yang

lain. ltu adalah taqdir, dan taqdir adalah hak Allah. Ketidaksukaan pada taqdir

aadalah ujian manusia. Jika tidak suka melihat pria ditaqdirkan Allah lebih utama

ketimbang wanita. Itu cobaan. Menerima taqdir dengan hati fapang adalah perbuatan

kebajikan yang berbuah pahala.

Terlepas dari taqdir yang kita talcmampu untuk menghindarinya, dan kita

jugamengakui, sesungguhnya pernikal1an yang sekufu' adalah pemikahan bahagia

yang di dambakan, juga mengembalikan fungsi fitrah dalam diri masing-masing

setiap orang melewati fase demi fase membingungkan, dan memancing kita berfikir

tidak rasional, membangkitkan kecemburuan membabi buta. Yang entah kita

menyadarinya atau tidak, bahwa selama ini, Islam dan ajarannya telah menuntun kita

pada kebahagiaan dunia dan akhirat.

Page 67: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

60

Pen era pan Kafa' ah semestinya diresapi dan dihaya1i oleh semua pihak,

khususnya pihakyang bersangkutan, yaitu Syarifah sendiri. Adapun walinya,

keluarga, kerabat, atau teman-temannya hams mendukung penerapan Kafa'ah.

Sementara, orang-orang selain mereka - kalangan selain Alawiyyin, hendaknya ikut

melestarikan populasi keturunan Na bi S.A W dengan cara menjaga substansi Kafa' ah.

Karena terwujudnya silsilah mulia, mereka bukan berdasarkan pennintaan, melainkan

anugrah Ilahi. Tidak semua orang dapat memilikinya. Maka, bagi para Awaliyyin

seyogyanya mensyukuri nilonat tersebut.

Page 68: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

A. KESIMPULAN

BAB IV

PENUTUP

Setelah melewati fase demi fase yang panjang,bab demi bab berliku-liku pada

pembahasan ini, penulis mengambil kesimpulan, bahwa pemikahan berlandaskan

Kafa'ah itu jauh lebih baik daripada pernikahan yang hanya berlandaskan cinta.

Pernikahan berdasGrkan Kafa' ah, kebahagiaan yang dirasakan semua pihak, kecil

kemungkinan, resiko problema timbul di hari-hari selanjutnya. Sementara pernikahan

yang hanya dilandasi cinta, tan pa Kafa' ah, kebahagiaanitu, hanya untuk yang

menikah. Dan mungkin, hanya berlangsung sementara. Namun, ada resikoyang harus

di tanggung. Dan adalah resiko sebagai konsekwensi dari tindakan menafikan

Kafa 'ah. Padahal, kebahagiaan dalam pernikahan itu membutukan kelegaan hati

semua pihak, yang berreaksi membuat semuanya tenang melangkah arungi bahtera

rumah tangga, tanpa beban apapun. Terkecuali, beban kewajiban dan hak masing­

masing yang harus mereka laksanakan.

Berbagai beban akan menggantung tiap kali terjadi pemikahan

Syarifah yang dilaksanakan tanpa landasan Kafa' ah. Meski wali, kerabat, atau para

sahabat, menghindari pernikahan tersebut, dukungan restu yang didapat, tidak setulus

dukungan restu pemikahan Syarifah dengan Syarifah-sekufu''. Namun, diantara itu

semua, ada beban problema lebih berat menanti, yang akan menynlitkan pernikahan

mereka sendiri dikemudian hari. Setidak-tidaknya, pernikahan mereka itu menjadi

Page 69: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

62

pertentangan batin semua pihak. Bahkan, di batin Syarifah itu sendiri, sekalipun ia

setuju dengan pernikal1a itu.

Dalam catatan penulis, telah terjadi beberapa kali pernikahan Syarifal1

dengan pria yang tidak sekufu' - namun masih bisa dihitw1g dengan jari. Yang ental1

kapan dimulai da11 siapa yang memulai, tapi, terlepas dari sah atau tidaknya

pernikahan itu, sudah barang tentu terlaksananya pernikahan itu disebabkan

keterkaitan oknwn yang bersangkutan. Dalam hal ini, Syarifah sebagai penemu. Dan

yang pasti orang tua atau wali lebih memiliki pengaruh kuat untuk menentukan boleh

atau tidaknya pemikahan itu.

Ternyata, setelah mereka menjalani kehidupru1 berwnah tru1gga,

ombak problema perlahan-lal1an mulai mengguncang setabilitas mmah tangga yang

sejak semula, memang instabil. Apalagi jika berlangsung tanpa persetujuan wali -

kaein lari, atau disebabkan oleh hal-hal lain. Kesimpulrumya, sangat tipis hru-apru1

untuk memperoleh kebahagiaan dari pernikalian tersebut. Dan tak kalah pentingnya,

ombak problema tadi semakin lama semakin membesar, yang akhirnya menerjang

dan alcan memporak-porru1dakan rwnah tangga.

Sesungguhnya, Kafa'alJ yang diterapkru1 untuk anak c:ucu RasulullalJ SAW

merupakan sebagai bentuk upaya menjaga kemuliaan dzat Ahlul Bait, juga diantara

alasan Iain, yaitu melestarikan kekerabatan yang terjalin antara Syru·ifah dengan

RasulullalJ SAW.

Page 70: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

63

B. SARAN-SARAN

Saya menyarankan dengan sangat pada seorang yang memiliki hubungan

kekerabatan dengan Rasulullah SAW - Syarifah, yang memperoleh anugerah Allah,

agar menjaganya. Karena anugerah itu merupakan amanat, dan menjaga amanat

wajib. Seseorang yang memperoleh anugerah wajib rnenjaganya hingga arnanat itu

dian1bil kembali oleh pemiliknya. Menjaga an1anat adalah ciri-ciri seorang Muslim,

·~ebaliknya, berkhianat salah satu ciri orang munafik. Dalam kaitannya rnengenai ke­

Syarifah, maka seorang Syarifah wajib menjaga kekerabatan dengan Rasulullah SAW

serta merlestarikan apa yang telal1 dikaruniakan Allah SWT kepadanya hingga akhir

hayat. Bila Kafa'ah dinafikan, apalagi oleh anak cuci1 beliau sendiri, jelas ini adalal1

upaya makar, penghianatan, membuang keutamaan, penolakan sebagai anak cucu

Nabi, atau tidak mensyukuri kekerabatan dengan Nabi sebagi karunia, atau bisa jadi

penghinaan terhadap dzat Rasulullah SAW, yang ironisnya justru malal1 dilakukan

oleh anak cucunya sendiri.

Page 71: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

DAFT AR PUST AKA

AL Qur' anul Karim

AL Qur'anul Karim (le1jemah), versi Depag: Yayasan Penyeleoggara Pene1jemah Al Qur'an, Jakarta, 1978 M

Alawy Al, Zaenal Abidin, Al Ajwibah Al Ghaliyah Fi Aqidalii Fiqrah An Najiyah, Jakarta, Studia Press, 1999 M

Azra, Azumardi, Prof, Dr, Jari11gan Ulama Timur Tengalt dan kepulauan Nusantara abad XVII da11 XVllJ,Mizan

Bukhary, S!zalti/1,Beirut Dar El Fikr, 1991 M

BahsheiL Muhammad Said, Ad Duranm An Naq{valt fl Fad/ta 'iii Dzuriyyafr Klzairil Bariyyah,Cairo, Al Madani, 1389 H/1969 M

D11r11/ Ad, Ma11ts11r, Beirut, Dar El Fikr, Al Binayah Al Markaziyah, l 4 l 4H/l 999 M

Fakhruddin, Muhammad Razy, Tafsir Fakltrur Razy,Beirut, Lebanon, 1423 H

Hadad, "Al" Alwi Thaher, Al Qaulul Fast, Johor, 1344 H

Hadah "Al" Alwi Thaher, Mas11k11ya Islam di Tim11r Jauh (te1jemahan Kitab Al · Nadkhal ila Tariklz Dukfllll Al Islam ila Jaza'ir Al Syarq Al Aqslta), Jakarta

Lentera, 1995

Haitsami, "Al" Ibnu Hajar, As Sltawa 'iqul Multriqalt,Cairo, Maktaba El Khairiyyah,tt

I-Iaitsami "Al" Ahmad Muharmad. Al Fatawa Al Haditsiya/z, B•eirut, Lebanon, 1419 H/1998 M

Ibn Katsir, Tafsir Al Qur'anAIAdzflim, Beirut, 1990 M

Madi11alt Al, Majalah, 1982, no. 5692

Mahmud, Yunus, Prof, Dr, Kamus Arab Indonesia, Jakarta, Yayasan Penyelenggara Penterjemal1 dan penafsiran Al Qur' an tt

Page 72: EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I

Marbawy "Al" Abdurraufldris, Mukhtasar Shahih Turmudzy,. Mesir, Musthafa El Bani El Halaby, 1359 H/1940 M

Masyhur "Al" Abdurrahman Muhammad, Buglzyalz Mustarsyiddill, Beirut, Lebanon, 1418 H/1998 M

Masyhur, "Al" Edrus Alwi, Bunga Rampai Keutamaan Dzat Ahlul Bait Nabi SAW, Jakarta, I 404 H/2003 M

Munawwir, "Al" Ahmad Warson, Kamus Arab-Indonesia Surabaya, Pustaka Progresif, 2002

Mu'jamAI Latif lilAsbab ivaf Alqabfi NasabAS Syarif, Jeddah, El Alam El Ma'rifah'', 1406 H/1986 M

Ma'luf, Luis, A!Munjid, Beirut, Al Kasulikiyah, I 908

Muslim, Sita/Jilt, Beirut Dar El Fikr, 1414 H/J 993 M

Nuh, Abdullah, K.H. Keutamaan Keluarga Rasulullah SAW, Semarang, CV. Toha Putera, 1989 M

Poerwodanninto, Kamus Umum Bahasa I11do11esia,Jakarta BaJai Pustaka, 1961 M

Saleeby, M. Nageeb, Dr, Studies in Moro History Law and Religion, Manila, Bureau of Republic Printing I 905

Syaliab, Muhdar Umar,Dr, Ttmtuta11 Ta11ggu11g Jawab Ter!tadap Altlul Bait dan Kafa'almya, Jakarta, Yayasan Nusantara, 1997 M

S1111a11, Beirut, Dar El Fikr, I 967 M

Tafsir Majma'Bayan Beirut, Dar El Fikr 1474 H

Thabaqat,Maktaba El Mu'abbad, 1405 H/1985 M

Thabathaba'I, Mohan1mad Hosein, Tnfsir Al Mizan, Beirut, Mu'assasah El A 'alami li!Matbu'at, 1411 H/1991 M

Y al1ya Bin, Utsman, Qaiva11i11 As Syar'iyyalt Bogor, Aro fat, 1314 H

--..,.,.. ( ) 1v