daftar isi...2017/07/03  · daftar isi prakata iv i. pendahuluan 1 ii. prinsip ekonomi teknik 6...

207
i DAFTAR ISI PRAKATA iv I. PENDAHULUAN 1 II. PRINSIP EKONOMI TEKNIK 6 2.1. Kembangkan alternatif-alternatif 7 2.2. Perhitungkan hanya perbedaan 7 2.3. Gunakan sudut pandang yang konsisten 8 2.4. Gunakan suatu ukuran yang umum 8 2.5. Perhatikan semua kriteria yang relevan 9 2.6. Buat ketidakjelasan menjadi jelas (eksplisit) 9 2.7. Tinjau kembali keputusan yang diambil 10 III. HUBUNGAN NILAI UANG TERHADAP TINGKAT BUNGA MODAL DAN WAKTU 11 3.1. Biaya Modal 11 3.2. Pengembalian Modal 12 3.3. Bunga Modal (Interest) dan Laba ( Profit ) 12 3.4. Kesetaraan 14 3.5. Diagram Arus Tunai 19 IV. JENIS BUNGA MODAL 22 4.1 Bunga Modal Sederhana 22 4.2 Bunga Modal Majemuk 25 4.3 Rumus-rumus Bunga Modal Majemuk 27 V. PERHITUNGAN NILAI WAKTU DARI UANG DENGAN EXCELL 68 VI. BIAYA PENYUSUTAN 76 5.1. Pengertian Penyusutan dan Nilai Susut 76

Upload: others

Post on 08-Feb-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    DAFTAR ISI

    PRAKATA iv

    I. PENDAHULUAN 1

    II. PRINSIP EKONOMI TEKNIK 6

    2.1. Kembangkan alternatif-alternatif 7

    2.2. Perhitungkan hanya perbedaan 7

    2.3. Gunakan sudut pandang yang konsisten 8

    2.4. Gunakan suatu ukuran yang umum 8

    2.5. Perhatikan semua kriteria yang relevan 9

    2.6. Buat ketidakjelasan menjadi jelas (eksplisit) 9

    2.7. Tinjau kembali keputusan yang diambil 10

    III. HUBUNGAN NILAI UANG TERHADAP TINGKAT

    BUNGA MODAL DAN WAKTU 11

    3.1. Biaya Modal 11

    3.2. Pengembalian Modal 12

    3.3. Bunga Modal (Interest) dan Laba (Profit) 12

    3.4. Kesetaraan 14

    3.5. Diagram Arus Tunai 19

    IV. JENIS BUNGA MODAL 22

    4.1 Bunga Modal Sederhana 22

    4.2 Bunga Modal Majemuk 25

    4.3 Rumus-rumus Bunga Modal Majemuk 27

    V. PERHITUNGAN NILAI WAKTU DARI UANG

    DENGAN EXCELL 68

    VI. BIAYA PENYUSUTAN 76

    5.1. Pengertian Penyusutan dan Nilai Susut 76

  • ii

    5.2. Tipe Penyusutan 80

    5.3. Umur Ekonomi 83

    5.4. Penentuan Biaya Penyusutan 86

    VII. ANALISIS BIAYA

    101

    6.1 Analisis Biaya Alat dan Mesin 103

    6.2 Biaya Pokok 125

    VII. METODA DASAR ANALISIS EKONOMI

    126

    7.1. Metoda Annual Worth (AW) 129

    7.2. Metode Present Worth (PW) 134

    7.3. Metoda Future Worth (FW) 136

    7.4. Metoda Internal Rate Return (IRR) 138

    7.5. Metoda External Rate of Return (ERR) 144

    7.6. Metoda Explisit Reinvestment Rate of Return (ERRR)

    146

    VIII. ANALISIS PEMILIHAN ALTERNATIF RENCANA

    INVESTASI 148

    8.1. Minimum Required Rate of Return (MRRR) 151

    8.2. Analisis Nilai Sekarang (NPV) 156

    8.3. Internal Rate of Return (IRR) 163

    8.4. Hubungan antara NPV dan IRR 165

    8.5. Profitability Index (PI) 168

    8.6. Gross Benefit Cost Ratio (GBCR) 171

    8.7. Net Benefit Cost Ratio 173

    8.8. Payback Period (PBP) 175

    IX. ANALISIS TITIK IMPAS (Break Even Point) 3

    179

  • iii

    9.1. Cara coba-coba 185

    9.2. Cara matematis 186

    9.3. Secara grafis 189

    9.4. Analisis Titik Impas untuk Pemilihan Dua Alternatif

    189

    9.5. Analisis Sensitivitas 195

  • iv

    PRAKATA

    Buku bahan pembelajaran Ekonomi Teknik ini dibuat dan

    ditujukan terutama untuk keperluan mahasiswa Jurusan

    Teknologi Pertanian sebagai bahan pengetahuan di bidang

    keteknikan yang menyangkut aspek ekonomi di dalam

    penerapan teknologi untuk menyelesaikan berbagai proses

    produksi pertanian.

    Diharapkan buku ini dapat membantu mahasiswa Jurusan

    Teknologi Pertanian dalam memperoleh pengetahuan yang

    diperlukan terkait pertimbangan aspek ekonomi dalam

    menentukan dan mengambil keputusan cara penerapan

    berbagai jenis mesin dan/atau alat yang diperlukan dalam

    menyelesaikan berbagai proses produksi pertanian.

    Terima kasih penulis sampaikan kepada Rektor Universitas

    Sam Ratulangi Manado yang telah memberikan kesempatan

    kepada penulis sehingga buku ini dapat diselesaikan.

    Terima kasih disampaikan pula kepada seluruh Staf Pengajar

    Program Studi Teknik Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian,

  • v

    Fakultas Pertanian Unsrat yang telah membantu bahan bacaan,

    kritik dan saran sehingga penulisan buku ini dapat

    diselesaikan.

    Penulis menyadari bahwa buku “Ekonomi Teknik” (Dalam

    Operasi Pertanian) ini masih banyak kelemahan dan

    kekurangannya, dan oleh karena itu segala saran dan kritik

    perbaikan sangat penulis harapkan. Penggunaan buku ini tentu

    saja juga tidak terbatas hanya pada mahasiswa Program Studi

    Teknik Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian.

    Manado, November 2016

    Penulis

  • 1

    I. PENDAHULUAN

    Evaluasi mengenai alternatif penggunaan modal (capital)

    dalam proyek keteknikan pertanian (agricultural engineering) dan

    dagang (business) merupakan salah satu tujuan buku ini.

    Fenomena yang menonjol dari industrialisasi adalah meluasnya

    peranan manager dalam keteknikan dan dagang untuk

    memanfaatkan modal secara efisien, efektif dan berlipat ganda

    dalam usaha memenuhi keperluan dan keinginan manusia. Karena

    itu modal dalam bentuk uang, baik untuk manusia, mesin maupun

    material adalah suatu kebutuhan ekonomi dalam semua proyek

    keteknikan (engineering) dan dagang.

    Ahli di bidang keteknikan pertanian memainkan peranan

    yang unik dan penting dalam menciptakan konsep-konsep yang

    berkenaan dengan proyek atau usaha baru yang memerlukan

    pembiayaan modal untuk menciptakan perangkat keras (hardware)

    sampai tahap operasional.

    Modal yang digunakan untuk pembiayaan usaha engineering dan

    dagang dapat diklasifikasikan dalam dua kategori dasar, yaitu

    equity capital dan debt capital. Equity capital adalah modal yang

  • 2

    dimiliki oleh pemakai modal tersebut atau mereka yang memiliki

    usaha itu, sedangkan debt capital adalah modal yang diperoleh

    dari pinjaman dan pemilik modal menerima bunga.

    Gambar 1. Posisi lingkup kajian Ekonomi Teknik

    Penerimaan untuk pemilik equity capital adalah profit

    sedangkan untuk peminjam atas debt capital adalah bunga modal.

    Pengertian yang mendalam akan dibahas dalam Bab III hubungan

    nilai uang terhadap tingkat laju modal dan waktu.

    Lingkungan

    Keteknikan Lingkungan

    Ekonomi Ekonomi Teknik

  • 3

    Analisis ekonomi yang terutama melibatkan proyek

    engineering dan teknis dinamakan studi ekonomi teknik. Teknik-

    teknik analisis yang pada mulanya hanya dikembangkan dalam

    bidang ekonomi teknik kini telah meluas penggunaannya dalam

    spektrum usaha dagang. Karena itu dalam tulisan ini diutarakan

    pula analisis ekonomi untuk pengambilan keputusan pada Bab VII

    dan Bab VIII..

    Pada dasarnya semua masalah engineering dapat diselesaikan

    lebih dari satu cara. Demikian pula proyek-proyek engineering

    dan dagang dapat pula dilakukan dengan lebih dari satu cara.

    Hampir semua keputusan yang berkenaan dengan dagang

    melibatkan penggunaan satu cara atau lebih pengambilan

    keputusan. Hal ini diperlukan mengingat dalam kenyataannya

    sumberdaya yang tersedia terbatas sementara kesempatan untuk

    pemanfaatannya sangat beragam.

    Studi ekonomi yang berkenaan dengan berbagai alternatif

    dapat dianalisis dengan teknik pemilihan alternatif. Pemilihan

    alternatif dalam studi ekonomi teknik memerlukan dasar metode

    analisis ekonomi seperti Annual Worth, Net Present Value,

  • 4

    Internal Rate of Return (IRR) dan beberapa metode lainnya yang

    pembahasannya disajikan pada Bab VII dan VIII.

    Penentuan ongkos sewa atau pokok dari suatu mesin atau alat

    sangat penting dalam usaha operasionalisasi peralatan atau mesin

    karena melibatkan penyusutan atas mesin dan alat yang seringkali

    biaya penyusutannya memiliki kontribusi yang besar terhadap

    total biaya operasionalisasi mesin atau alat. Hal ini menjadi topik

    bahasan pada Bab V.

    Ekonomi teknik berfungsi untuk mengetahui konsekuensi

    keuangan dari produk, proyek, dan proses-proses yang dirancang

    oleh insinyur dan membantu membuat keputusan rekayasa dengan

    membuat neraca pengeluaran dan pendapatan yang terjadi sekarang

    dan yang akan datang – menggunakan konsep “nilai waktu dari

    uang”.

    Ekonomi teknik melibatkan proses formulasi, estimasi, dan

    evaluasi hasil ekonomi setelah alternatif-alternatif untuk mencapai

    tujuan tertentu tersedia sehingga dapat dikatakan pula bahwa

    ekonomi teknik merupakan kumpulan dari teknik perhitungan

  • 5

    matematis yang menyederhanakan perbandingan dalam hal

    ekonomi.

  • 6

    II. PRINSIP EKONOMI TEKNIK

    Ekonomi teknik berkaitan erat dengan proses pengambilan

    keputusan (decission making). Di dalam ekonomi teknik terdapat

    beberapa prinsip yang digunakan dalam menganalisis suatu

    pengambilan keputusan yang meliputi perlunya mengembangkan

    berbagai alternatif penyelesaian masalah, mendasari perhitungan

    pada perbedaan yang ada di antara berbagai alternatif dan dengan

    menggunakan sudut pandang yang konsisten. Di samping itu perlu

    pula menggunakan suatu ukuran yang umum untuk semua

    alternatif diikuti dengan penerapan kriteria yang relevan.

    Di dalam proses pengambilan keputusan perlu pula dihindari

    adanya ketidakjelasan dari berbagai hal yang akan berpotensi

    mengganggu pelaksanaan keputusan, serta perlu upaya-upaya

    untuk melakukan evaluasi secara berkala pelaksanaan keputusan

    yang telah ditetapkan. Kesuluruhan aspek tersebut diuraikan di

    bawah ini.

  • 7

    2.1. Kembangkan alternatif-alternatif

    Prinsip ini merupakan suatu situasi pemutusan yang

    memberikan pilihan dari dua atau lebih alternatif. Kualitas dari

    keputusan tersebut sangat bergantung pada alternatif yang

    diberikan dan untuk membuat suatu alternatif memerlukan

    kreatifitas dan inovasi sebagai dua hal esensial. Namun demikian,

    tidak semua alternatif itu memungkinkan untuk dilaksanakan.

    Dalam kasus tertentu, tidak melakukan apa-apa (tidak melakukan

    suatu perubahan) juga termasuk dalam alternatif yang cukup baik.

    2.2. Perhitungkan hanya perbedaan

    Segala sesuatu yang dapat diperhitungkan pada akhirnya

    menghasilkan suatu perbedaan-perbedaan yang terjadi di masa

    mendatang sebagai pembanding terhadap beberapa alternatif

    lainnya. Seandainya semua alternatif yang tersedia memberikan

    hasil yang prospektif sama terhadap rencana semula, maka kita

    dapat mengabaikan alternatif-alternatif tersebut.

  • 8

    2.3. Gunakan sudut pandang yang konsisten

    Hasil dari alternatif yang tersedia harus dapat dikembangkan

    secara konsisten dari sudut pandang yang ada. Sudut pandang

    yang biasa digunakan adalah dari sisi pemilik perusahaan. Namun

    demikian, sudut pandang yang terbaik adalah sudut pandang

    sistem.

    2.4. Gunakan suatu ukuran yang umum

    Dalam melaksanakan suatu proyek, kita perlu menyatakan

    segala sesuatu dalam bentuk moneter baik itu dalam Dollar ($)

    atau Rupiah (Rp) supaya nilai proyek tersebut sepadan (dapat

    dibandingkan dengan segera).

    Hal ini juga terkait dengan nilai waktu dari uang, yaitu

    perubahan jumlah uang yang terjadi pada suatu periode waktu

    tertentu supaya pemilik proyek tidak mengalam kerugian.

  • 9

    2.5. Perhatikan semua kriteria yang relevan

    Meskipun diperbolehkan, menerjemahkan kriteria non ekonomi

    ke dalam istilah moneter sering kali kurang tepat karena dapat

    mengakibatkan hilangnya unsur kebenaran, misalnya suatu proyek

    pemerintah yang dibangun dengan asal-asalan demi memuaskan

    kepentingan atasan tanpa memperhatikan kualitas proyek tersebut.

    Aspek kepuasan atasan lebih diutamakan daripada kualitas proyek

    tersebut.

    2.6. Buat ketidakjelasan menjadi jelas (eksplisit)

    Besar dan dampak dari akibat di masa mendatang akibat

    keputusan sekarang tentu saja masih samar, misalnya tidak

    akuratnya perkiraan pengeluaran ongkos produksi terhadap

    pendapatan dari penjualan. Semakin jauh masa yang diharapkan,

    semakin jauh pula perkiraan akan meleset sehingga hal ini

    meningkatkan resiko dari proyek. Logika yang sering diambil

    adalah resiko tambahan tidak akan berani untuk diambil tanpa

    adanya harapan pengembalian (return) tambahan.

  • 10

    2.7. Tinjau kembali keputusan yang diambil

    Untuk beberapa kasus, terkadang keputusan yang diambil

    dengan buruk ataupun dengan tergesa-gesa dapat memberikan

    hasil yang baik, demikian pula dengan keputusan yang diambil

    secara rasional yang diwaktu mendatang juga dapat memberikan

    hasil yang buruk akibat kesalahan estimasi. Dengan demikian

    keputusan yang telah diimplementasikan perlu dilakukan

    peninjauan kembali melalui proses evaluasi secara rutin untuk

    meningkatkan analisa dan kualitas dari pembuatan keputusan.

    Dengan cara demikian maka pengambilan keputusan dapat lebih

    terjamin keberhasilannya..

  • 11

    III. HUBUNGAN NILAI UANG TERHADAP TINGKAT BUNGA MODAL DAN WAKTU

    Beberapa terminologi di bawah ini diperlukan dalam

    membahas hubungan nilai uang terhadap tingkat bunga

    modal dan waktu.

    3.1. Biaya Modal

    Dalam setiap studi ekonomi yang melibatkan modal

    (uang) waktu, maka pengaruh waktu terhadap penggunaan

    modal tersebut harus diperhitungkan. Untuk

    memperhitungkan pengaruh ini, diperlakukan pengertian

    bahwa modal adalah faktor dinamis dan produktif dalam

    suatu usaha dan memiliki suatu nilai (wage). Bila itu

    digunakan maka modal merupakan suatu harga. Oleh karena

    itu dalam studi ekonomi modal termasuk faktor biaya atau

    dikenal dengan biaya modal.

  • 12

    3.2. Pengembalian Modal

    Kompensasi terhadap penggunaan modal sering

    dinyatakan sebagai pengembalian modal. Hal ini analog

    dengan upah sebagai kompensasi atas penggunaan tenaga.

    Ada beberapa akses pembiayaan pengembalian modal

    harus diperhitungkan dalam setiap studi ekonomi:

    a. Pengembalian modal merupakan pembayaran atas

    penggunaan uang (pembelian barang) oleh pemakai

    selama waktu penggunaan uang tersebut.

    b. Pengembalian modal adalah pembayaran atas resiko

    penggunaan modal oleh seseorang atau organisasi

    c. Kenyataan bahwa pemilik modal dapat mengembalikan

    keuntungan dengan menggunakan modal yang tersedia

    untuk melipat-gandakannya.

    3.3. Bunga Modal (Interest) dan Laba (Profit)

    Jika modal yang digunakan untuk suatu usaha berasal

    dari suatu pinjaman, maka pembiayaan atas penggunaan

    modal itu dinamakan bunga modal (interest). Bunga modal

  • 13

    (interest) dapat dipahami sebagai uang yang

    dibayarkan/diterima atas penggunaan sejumlah pinjaman

    atau sejumlah uang yang disimpan (tabungan, deposito, SBI,

    dsb.). Dalam pengertian yang lebih luas bunga dapat

    dianggap sebagai uang yang diperoleh dari investasi

    sejumlah modal tertentu. Sedangkan Suku Bunga (interest

    rate) adalah rasio/perbandingan antara besarnya bunga yang

    dibebankan atau dibayarkan pada akhir periode dengan

    jumlah simpanan, pinjaman atau investasi pada awal

    periode. Jika seseorang atau perusahaan memiliki cukup

    modal untuk pembiayaan suatu usaha maka penerimaannya

    dinamakan laba.

    Karena dalam pengertian yang sebenarnya tidak ada uang

    pinjaman, maka tidak ada pula biaya-biaya modal. Akan

    tetapi jika pemilik modal menetapkan modal tersebut untuk

    diinvestasikan dalam suatu usaha maka ia harus

    mengembangkan penggunaannya pada tujuan yang lebih

    menguntungkan atau mungkin memasukannya ke bank

    dimana bunga dapat diperoleh.

  • 14

    Dalam usaha menetapkan apakah pengembalian modal

    (tingkat keuntungan = profitabilitas) yang diperoleh adalah

    memenuhi maksud penggunaan modal tersebut, diperlukan

    perbandingan atas tingkat keuntungan yang diharapkan

    dengan tingkat keuntungan yang diperoleh dari penggunaan

    modal yang sama dalam cara yang lain.

    3.4. Kesetaraan

    Konsep kesetaraan dalam hubungannya dengan bunga

    modal dapat digambarkan dalam situasi berikut ini,

    pinjaman sebanyak Rp 8.000.000 disepakati untuk

    dikembalikan dalam jangka waktu empat tahun ditambah

    dengan bunga 10% per tahun. Ada beberapa cara yang dapat

    ditempuh untuk pembayaran pinjaman/hutang tersebut,

    antara lain empat cara seperti yang tercantum dalam Tabel

    1. Empat cara pengembalian utang pada tingkat bunga 10%

    Th

    (1)

    Jumlah

    pinja

    man

    pada

    Bunga

    Bank

    (juta)

    (3)=

    Total uang

    yang di

    pinjam pada

    akhir tahun

    Pengem

    balian

    wajib

    (juta)

    Pengem

    balian

    total

    akhir

  • 15

    awal

    tahun

    ke (juta)

    (2)

    10% x

    (2)

    ke (juta)

    (4)= (2) + (3)

    (5) tahun ke

    (juta)

    (6) = (3)

    + (5)

    Rencan

    a 1 :

    Pengembalian wajib Rp 2 000 000 tiap akhir

    tahun ditambah bunga bank

    1. 8 0,8 8,8 2 2,8

    2. 6 0,6 6,6 2 2,6

    3. 4 0,4 4,4 2 2,4

    4. 2 0,2 2,2 2 2,2

    0,2 8 10

    Rencana 2 : Pembayaran bunga setiap akhir tahun dan

    pengembalian wajib pada akhir tahun ke 4

    1 8 0,8 8,8 0 0,8

    2 8 0,8 8,8 0 0,8

    3 8 0,8 8,8 0 0,8

    4 8 0,8 8,8 8 8,8

    3 2 8 11,2

    Rencana 3: Pengembalian seragam setiap akhir tahun

    1 8 0,800 8,8 1,724 2,524

    2 6,276 0,628 6,904 1,896 2,524

    3 4,380 0,438 4,818 2,086 2,524

    4 2,294 0,230 2,524 2,294 2,524

    2 096 8 10,096

    Rencana 4 : Pengembalian wajib dan bunga dilakukan 1 kali

    pada setiap akhir tahun ke 4

    1 8 0,800 8,8 0 0

    2 8,8 0,880 9,680 0 0

  • 16

    3 9 680 0,968 10,648 0 0

    4 10 648 1 065 11,713 8 0

    3 713 8 11,713

    11,713

    Bila kita memiliki sejumlah uang sekarang atau jaminan

    adanya sejumlah uang di masa mendatang maka dapat

    dikatakan bahwa sejumlah uang yang ada sekarang setara

    dengan sejumlah uang atau seri uang di waktu yang akan

    datang. Misalkan suatu perusahaan percaya bahwa 10%

    adalah tingkat bunga yang layak maka tidak ada preferensi

    istimewa apakah uang itu diterima sebesar Rp 8.000.000

    sekarang atau sebesar nilai yang ditunjukan dalam kolom 6

    pada Tabel 1 baik untuk cara pertama, kedua, ketiga atau

    keempat. Dengan kata lain, keempat cara pengembalian

    hutang dapat dikatakan memiliki nilai setara antara satu

    dengan yang lainnya yaitu setara dengan nilai Rp 8.000.000.

    Kesetaraan adalah faktor yang sangat penting dalam analisis

    ekonomi teknik, seperti yang diperlihatkan dalam contoh

    pemilihan jadwal pembayaran untuk dua alternatif (1 dan 2)

    berikut ini (Tabel 2).

  • 17

    Tabel 2. Dua alternatif pembayaran

    Tahun Alternatif 1 Alternatif 2

    1

    2

    3

    4

    Rp 2 800 000

    2 600 000

    2 400 000

    2 200 000

    Rp 800 000

    800 000

    800 000

    8 800 000

    Total 10 000 000 Rp 11 200 000

    Total pembayaran alternatif 1 lebih kecil dari alternatif 2

    akan tetapi alternatif 1 memerlukan pengembalian yang

    lebih besar untuk tiga tahun pertama. Untuk membuat

    keputusan pemilihan alternatif maka arus tunai (Cash flow)

    harus dimanipulasi sedemikian rupa sehingga kedua

    alternatif dapat dibandingkan. Teknik kesetaraan adalah

    kunci penyelesaiannya dimana perbandingan tidak

    berdasarkan nilai arus tetapi berdasarkan nilai kesetaraan.

    Alternatif 1 dan 2 sebenarnya merupakan alternatif 1 dan 2

    pada Tabel 1 dimana masing-masing mengembalikan

    pinjamannya berdasarkan nilai sekarang (present) sejumlah

  • 18

    Rp 8.000.000,- dengan bunga modal 10% per tahun. Yang

    menarik di sini adalah kedua alternatif ini setara pada

    tingkat bunga 10% per tahun karena kedua-duanya setara

    pada tingkat nilai sekarang seharga Rp 8.000.000. Demikian

    juga dengan alternative 3 dan 4.

    Tabel 3 memperlihatkan satu cara rasionalisasi perencanaan

    Tabel 3 dengan menggunakan nisbah total pembayaran

    bunga modal terhadap total terhutang seluruh tahun.

    Tabel 3 Nisbah total bunga dan total utang

    Cara

    pengembalian

    pinjaman

    Total

    hutang Rp-

    tahun 1)

    Total bunga

    modal yang

    dibayarkan2)

    Nisbah

    (1)

    (2)

    (3)

    (4)

    20 000 000

    32 000 000

    20 960 000

    37 130 000

    2 000 000

    3 200 000

    2 096 000

    3 713 000

    0.1

    0.1

    0.1

    0.1

    1) Jumlah seluruh utang ( kolom 2, Tabel 3)

    2) Jumlah seluruh bunga atas utang (kolom 3, Tabel 3)

  • 19

    Tabel 3 di atas menunjukkan adanya suatu hubungan yang

    tetap yaitu 0.1 atau nisbah total bunga modal yang

    dibayarkan terhadap total hutang adalah 10% untuk semua

    alternatif. Dari perhitungan ini dapat dimengerti mengapa

    alternatif-alternatif pembayaran kembali bersifat setara

    sedangkan perbedaan jumlah terhutang hanya menunjukkan

    variasi perencanaan pengembalian bagi peminjam modal.

    Keempat alternatif pembayaran kembali seperti

    digambarkan pada Tabel 1 hanya setara pada tingkat bunga

    10%. Pada tingkat bunga selain 10% akan memperlihatkan

    nilai sekarang (present worth) atau pembayaran akhir yang

    berubah-ubah di antara berbagai alternatif.

    3.5. Diagram Arus Tunai

    Notasi berikut ini digunakan untuk perhitungan biaya modal

    i = Tingkat bunga per periode (misalnya per tahun)

    N = Jumlah periode (misalnya tahun)

    P = Jumlah uang sekarang (nilai setara dari satu atau lebih

    arus tunai relatif terhadap suatu waktu tertentu)

  • 20

    F = Jumlah uang nanti (nilai setara dari satu atau lebih arus

    tunai relatif terhadap satu waktu tertentu)

    A = Arus tunai pada setiap akhir periode (nilai arus tunai

    yang setara pada akhir periode)

    G = Kenaikan atau penurunan arus tunai dari periode ke

    periode secara seragam.

    Gambar 2. Diagram arus tunai

    Diagram arus tunai penting artinya untuk mengetahui

    keadaan arus uang yang terjadi pada setiap waktu.

    Gambar berikut ini memperlihatkan contoh diagram arus

    1 2 3

    i = 5%

    F = 115.76

    P = Rp 100 000

  • 21

    tunai untuk mendapatkan nilai uang pengembalian pada

    akhir tahun ketiga dari Rp 100.000,- yang dibayarkan

    dengan tingkat bunga majemuk 5% per tahun. Beberapa

    konvensi diagram arus tunai:

    a. Garis lurus menunjukkan skala waktu

    b. Tanda panah menunjukkan arus uang dimana secara

    umum arah panah ke bawah adalah biaya (arus biaya)

    dan arah panah ke atas menunjukkan penerimaan (arus

    penerimaan)

    c. Diagram arus tunai tergantung pada titik pandang

    Gambar di atas didasarkan pada arus tunai dipandang dari

    pemberi pinjaman. Jika kedua arah panah adalah sebaliknya

    maka diagram didasarkan pada pandangan peminjam.

  • 22

    IV. JENIS BUNGA MODAL

    4.1 Bunga Modal Sederhana

    Bila total penerimaan atas pembayaran bunga modal

    berbanding lurus dengan modal yang digunakan (P), tingkat

    bunga modal (i) dan periode penggunaannya (N) maka

    bunga modal dan tingkat bunga dinamakan sederhana. Total

    bunga modal (I) yang dapat diterima dan dibayar dinyatakan

    sebagai :

    I = (P) (N) (i) (1)

    Dengan meminjamkan sebesar Rp 100 000 untuk periode 3

    tahun dengan tingkat bunga sebesar 5% per tahun akan

    diperoleh penerimaan bunga sebesar

    I = Rp 100 000 x 3 x 0.05 = Rp 15 000

  • 23

    Total penerimaan yang dimiliki pada akhir tahun ketiga (J)

    menjadi Rp 115 000 atau

    J = P + I = P (1+Ni) (2)

    Jika pinjaman dibayarkan kembali pada akhir tahun

    ketiga dimana tahun ke tiga berlangsung 8 bulan (hingga 31

    Agustus) maka bunga modal adalah

    I = 100 000 x 0.05 x (2 +243/360) = Rp 13 375

    Contoh. Sebuah perusahaan penyewa diperlukan untuk

    memasang dan mengoperasikan sebuah peralatan

    pengolahan hasil pertanian yang akan disewa selama 6 bulan

    (April sampai September). Ditentukan bahwa sewa peralatan

    harus berlangsung 24 jam setiap hari dengan upah Rp 1

    000/jam untuk hari biasa, Rp 1500/jam untuk hari Sabtu Rp

    2000 untuk hari libur dan minggu. Pajak dan asuransi 13%

    dari upah. Bahan bakar diestimasi Rp 20 000/hari. Over

    head dan perawatan 15% dari total upah, bahan bakar dan

  • 24

    biaya sewa. Pada akhir bulan kedua diberikan lumpsum pada

    operator. Jika biaya operator 6% per tahun dan ia

    menginginkan keuntungan dan kontingensi 10% terhadap

    biaya, berapa lumpsum untuk operasi.

    Penyelesaian:

    Biaya sewa peralatan

    (6 bulan x Rp 800 000/bulan) Rp 4 800 000

    Upah :

    Rp 1 000/jam 24 jam /hari x 128 hari 3 072 000

    Rp 1500/jam x 24 jam/hari x 26 Sabtu 936 000

    Rp 2000/jam x 24 jam/hari x 29 minggu

    dan libur 1.392 000

    Rp 5 400 000

    Pajak dan asuransi (13% x Rp 5400 000) 702 000

    Bahan bakar (Rp 20 000/hari x 183 hari) 3 660 000

  • 25

    Rp 14 562 000

    Over head dan perawatan

    (0.15 x Rp 14 562 000) 2 184 300

    Rp 16 746 300

    Biaya finansial untuk 6 bulan

    (0.03 x Rp 16 746 300) 502 389

    Rp 17 248 689

    Keuntungan dan kontingensi

    (0.1 x Rp 17 248 689) 1724 869

    Total lumpsum Rp 18 973 558

    4.2 Bunga Modal Majemuk

    Bila bunga modal untuk setiap periode (misalnya

    periode satu bulan) didasarkan pada jumlah modal periode

    tersebut ditambah bunga modal akumulasi maka bunga

    modal dikatakan majemuk. Pengaruh bunga modal majemuk

    atas biaya modal ditunjukkan dalam tabel berikut ini dimana

    Rp 100 000 dipinjamkan selama 3 periode dengan tingkat

    bunga mejemuk 5% per periode.

  • 26

    Tabel 4. Pengaruh bunga modal majemuk atas biaya modal

    Periode

    Jumlah yang

    dimiliki pada

    awal periode

    (Rp)

    Beban bunga

    untuk periode

    ke

    (Rp)

    Jumlah yang

    dimiliki akhir

    periode

    (Rp)

    1

    2

    3

    100 000

    105 000

    110 250

    5 000

    5 250

    5 513

    105 000

    110 250

    115 763

    Pembayaran pada akhir periode ketiga adalah Rp 115

    763 (bandingkan dengan pembayaran Rp 115 000 dengan

    modal sederhana). Perbedaan ini diakibatkan oleh efek

    majemuk dan efek ini akan semakin besar dengan

    bertambahnya modal, tingkat bunga modal dan lama periode

    (tahun).

    Perbandingan pengaruh antara bunga sederhana dan bunga

    majemuk terhadap biaya modal dapat dilihat pada Gambar 3.

  • 27

    Gambar 3. Pengaruh bunga sederhana dan bunga majemuk

    4.3 Rumus-rumus Bunga Modal Majemuk

    Rumus-rumus yang akan diberikan berikut ini adalah bunga

    majemuk diskrit. Dikatakan diskrit karena bunga bank

    bersifat majemuk pada setiap akhir periode selama N

    periode.

    -

    20,000

    40,000

    60,000

    80,000

    100,000

    120,000

    140,000

    0 1 2 3

    Nil

    ai

    Uan

    g (

    Rp

    )

    Periode Waktu (Tahun)

    Bunga Sederhana

    Bunga Majemuk

  • 28

    A. Rumus pembayaran tunggal yang berhubungan dengan nilai sekarang P (present worth) dan nilai

    yang akan datang F (future worth).

    1. Mencari F, diketahui P

    Jika ada sejumlah P rupiah pada saat ini dan i% sebagai

    tingkat bunga modal per periode, maka jumlah ini akan

    meningkat untuk waktu yang akan datang sebesar

    F = P + Pi = P (1 + i) untuk akhir periode pertama, (3)

    F = P (1 + i) (1+ i) = P (1 + i)2 untuk akhir periode kedua,

    F = P (1+i)2 (1+i) = P (1+i)

    3 untuk akhir periode ketiga, dan

    F = P (1 + i)N untuk akhir N periode (4)

    Nilai (1 + i)N

    dinamakan faktor majemuk pembayaran

    tunggal. Nilai numerik untuk faktor ini dihitung sebagai

    Bunga Majemuk. Simbol fungsional untuk faktor (1+i)N

  • 29

    adalah (F/P, i%, N). Selanjutnya persamaan 4 dapat

    dinyatakan sebagai

    F = P (F/P, i%, N) (5)

    Contoh: sebuah perusahaan meminjam Rp 1 juta untuk 8

    tahun. Berapa yang harus dikembalikan pada akhir tahun ke

    8 dengan tingkat bunga 10% per tahun

    Penyelesaian:

    P = Rp 1 juta

    F = ?

    Gambar 4. Diagram arus tunai mencari F diketahui P

    1 2 3 4 5 6 7 8

    i = 10%

  • 30

    F = P (1 + 0.10)8

    F = P (F/P, 10%, 8)

    F = 1 000 000 (2.1436)

    F = Rp 2 143 600

    2. Aturan 72

    Sejumlah uang yang dikenakan bunga majemuk dengan

    tingkat i% per periode akan menjadi dua kali lipat

    jumlahnya dalam periode waktu sekitar 72/i. Sehingga

    sejumlah uang yang diinvestasikan pada tingkat bunga

    majemuk 3% per periode (bulan atau tahun) nilainya akan

    menjadi dua kali lipat dalam waktu 72/3 = 24 periode

    investasi. Hal ini dapat diperhitungkan sebagai berikut:

    (1+i%)N

    = 2

    (1+0.03)N

    = 2

    (1.03)N

    = 2

    N = 1.03

    log 2 = ln 2/ln 1.03 = 23.4 = 24

    (1+0.03)24

    = 2

  • 31

    Gambar 5 menunjukkan pengaruh bunga majemuk terhadap

    nilai uang sejumlah Rp 1 juta untuk periode 10 tahun pada

    beberapa tingkat bunga.

    Gambar 5. Pengaruh bunga majemuk pada beberapa tingkat

    bunga

    3. Mencari P, jika F diketahui

    Dengan merubah persamaan (4) untuk P maka akan

    diperoleh hubungan

    P = F

    N

    i)1(

    1 (6)

    0

    1000000

    2000000

    3000000

    4000000

    5000000

    6000000

    7000000

    0 2 4 6 8 10

    Nil

    ai

    Uan

    g (

    Rp

    )

    Periode Waktu (Tahun)

    20%

    15%

    10%

    5%

    0%

  • 32

    Nilai

    N

    i)1(

    1 dinamakan faktor nilai sekarang

    pembayaran tunggal.. Simbol fungsionalnya (P/F, i%, N),

    sehingga persamaan (6) dituliskan sebagai

    P = F (P/F, i%, N) (7)

    Si A ingin memiliki Rp 1 juta dalam 6 tahun yang akan

    datang. Berapa uang yang harus disimpan mulai sekarang

    untuk memperoleh jumlah uang sebesar itu dengan tingkat

    bunga 10% per tahun.

    F = 1 juta

    P = ?

    Gambar 6. Diagram arus tunai mencari P diketahui F

    1 2 3 4 5 6

    I = 10%

  • 33

    P = F

    6

    )10.01(

    1

    P = F (P/F, i%, N) = 1 000 000 (0.5645) = Rp 564 500

    Secara kesetaraan dapat diartikan bahwa Rp 564 500

    pada saat ini setara dengan Rp 1 juta pada akhir 6 tahun

    kemudian.

    Gambar 7. Pengaruh bunga majemuk pada beberapa tingkat

    bunga

    -

    200,000

    400,000

    600,000

    800,000

    1,000,000

    1,200,000

    0 2 4 6 8 10

    Nil

    ai U

    ang (

    Rp)

    Periode Waktu (Tahun)

    20%

    15%

    10%

    5%

    0%

  • 34

    B. Rumus-rumus yang berhubungan dengan arus tunai seragam (Annuity) terhadap nilai sekarang, P, dan

    nilai yang akan datang, F.

    Diagram pada gambar 8 adalah arus tunai yang melibatkan

    suatu seri pembayaran seragam (A) masing-masing periode

    (annuity). Perlu diperhatikan bahwa rumus-rumusnya

    diturunkan dari kondisi:

    a. P (nilai sekarang) terletak pada satu periode sebelum A

    pertama dan

    b. F (nilai yang akan datang) terletak pada waktu yang sama

    dengan nilai A terakhir dan N periode sesudah P.

    Gambar 8. Diagram arus tunai seragam (annuity) terhadap P

    dan F

    i = bunga modal per

    periode

    N

    F P

    1 2 3 N-1

    A A A A A

  • 35

    A = Seri pembayaran seragam

    N = Jumlah periode

    P = nilai sekarang

    F = nilai yang akan datang

    1. Mencari F, jika A diketahui

    Jika A rupiah pada akhir setiap periode selama N periode

    dan i% adalah tingkat bunga per periode maka nilai total

    uang yang akan datang, F, pada akhir periode ke-N

    diperoleh dengan menjumlahkan setiap nilai A setelah

    terkena faktor-faktor majemuk pembayaran tunggal.

    F = A1 (1 + i) N-1

    + A2 (1 + i) N-2

    + A3 (1+i) N-3

    +……. + AN-1 (1+ i) 1

    + AN (1 + i) 0

    = A [(1+i) N-1

    + (1 + i) N-2

    + (1+ i) N-3

    +…….. + (1 + i) N + (1 + i)

    0]

    = A

    1-

    11-N

    i)(1-1

    i)(1i)(1

  • 36

    atau

    F = A

    i

    1)i1(N

    (8)

    Nilai

    i

    1)i1(N

    dinamakan faktor mejemuk pembayaran

    seragam dengan simbol (F/A, i%, N). Jadi persamaan 8

    dapat. dinyatakan sebagai

    F = A (F/A, i%, N) (9)

    Contoh:

    Berapa akumulasi uang jika tabungan Rp 2 juta setiap tahun

    berlangsung selama 3 tahun dengan tingkat bunga 10% per

    tahun.

    F = ……?

    A = Rp 2 juta

    Gambar 9. Diagram arus tunai menghitung F diketahui A

    1 2 3

  • 37

    F = A ( F/A, 10%, 3)

    = Rp 2 000 000 ( 3 3100)

    = Rp 6 620 000

    Secara kesetaraan dapat diartikan bahwa nilai Rp 6 620 000

    adalah setara dengan pembayaran 3 x Rp 2 000 000

    2. Mencari P, jika A diketahui

    Subtitusi F = P (1 + i )N pada persamaan (8) akan

    diperoleh

    P (1+i)N

    = A

    i

    1)i1(N

    P = A

    N

    N

    i)(1 i

    1i)(1 (10)

    Persamaan (10) menyatakan hubungan untuk mendapatkan

    nilai sekarang yang setara dengan suatu seri pembayaran

    seragam A yang berlangsung setiap akhir periode.

  • 38

    Nilai yang berada dalam tanda kurung pada persamaan (10)

    adalah faktor kesetaraan nilai sekarang terhadap suatu seri

    tunai seragam. Nilai numeriknya diperhitungkan sebagai

    Bunga Majemuk, dengan symbol (P/A, i%, N). Jadi

    persamaan (10) selanjutnya dapat dinyatakan sebagai:

    P = A (P/A, i%, N) (11)

    Contoh:

    Berapa yang harus disimpan sekarang jika ingin

    mendapatkan Rp 100 000 setiap tahun selama 9 tahun

    dengan tingkat bunga 10% per tahun.

    A = Rp 100 000

    P = ……?

    Gambar 10. Diagram arus tunai mencari P diketahui A

    1 2 3 9

    I = 10%

  • 39

    P = A (P/A, 10%, 9)

    = Rp 100 000 (5.7590)

    = Rp 575 900

    3. Mencari A, jika F diketahui

    Dari persamaan (10) dapat diperoleh

    A = F

    1)i1(

    iN

    (12)

    Persamaan diatas menunjukkan hubungan untuk mencari

    arus tunai A setiap akhir periode yang setara dengan nilai F

    akhir periode terakhir. Nilai yang terdapat dalam tanda

    kurung adalah faktor sinking fund. Nilai numeriknya

    diperhitungkan sebagai Bunga Majemuk, dengan symbol

    (A/F, i%, N). Jadi persamaan (12) dapat ditulis sebagai:

    A = F (A/F, i%, N) (13)

    Contoh

  • 40

    Berapa arus tunai seragam yang harus ditabung setiap tahun

    agar tercapai akumulasi Rp 10 juta pada akhir tahun kelima.

    F = Rp 10 juta

    A = ……?

    Gambar 11. Diagram arus tunai mencari A diketahui F

    A = F (A/F, 10%, 5)

    A = Rp 10 000 000 (0.1638)

    A = Rp 1 638 000

    4. Mencari A, bila P diketahui

    Dari persamaan (12) dapat diperoleh

    A = P

    1)i1(

    )i1(iN

    N

    (14)

    1 2 3 4 5

  • 41

    Persamaan di atas adalah hubungan untuk mencari arus

    tunai seragam A setiap akhir periode selama N periode yang

    setara dengan nilai sekarang P (pada awal periode pertama).

    Nilai yang terdapat dalam tanda kurung adalah faktor

    capital recovery symbol (A/P, i%, N). Jadi persamaan (14)

    dapat dinyatakan sebagai:

    A = P (A/P, i%, N) (15)

    Contoh. Berapa arus tunai seragam setiap tahun selama 10

    tahun untuk pengembalian pinjaman Rp 1 000 000.

    Pembayaran pertama dilakukan satu tahun setelah pinjaman

    diterima.

    P = 1 000 000

    2 3 10

    i = 10%

  • 42

    A =.....?

    Gambar 12. Diagram arus tunai mencari A diketahui P

    A = P (A/P, 10%, 10)

    = Rp 1 000 000 (0.1627)

    = Rp 162 7000

    Rumus-rumus bunga modal majemuk diskrit dan simbolnya

    untuk 6 faktor seperti diuraikan di atas dapat dinyatakan

    dalam Tabel 5.

    Tabel 5 Ringkasan rumus-rumus dan simbol untuk enam

    faktor biaya model majemuk diskrit

    Term yang

    akan

    ditentukan

    Term

    yang

    diketahui

    Faktor pengali

    pada term

    yang nama

    faktor

    diketahui

    Nama Faktor Simbol

    faktor

    Arus tunai pembayaran unggal

    F P (1 + i)N

    Majemuk arus

    tunai tunggal (F/P. i%. N)

    P F Ni)(1

    1

    Nilai

    sekarang arus

    tunai tunggal

    (P/F. i% N)

    Arus tunai pembayaran segaram (annuity)

    F A

    i

    1i)(1N

    Majemuk arus

    tunai seragam (F/A. i%.N)

  • 43

    P A

    N

    N

    i)(1 i

    1i)(1

    Nilai

    sekarang arus

    tunai seragam

    (P/A.i%.N)

    A F

    1i)(1

    1N

    Sinking

    fund (A/F. i%. N)

    A P

    1i)(1

    i)i(1N

    N

    Capital

    recovery (A/P. i%.N)

    Keterangan ;

    i = Tingkat bunga per periode

    F = Nilai yang akan datang

    N = Lama periode

    A = Arus tunai seragam (berlaku pada akhir setiap

    periode)

    P = Nilai sekarang

    C. Angsuran seragam pembayaran mundur

    Arus pembayaran seragam yang dimulai setelah beberapa

    saat lamanya dikenal sebagai angsuran seragam pembayaran

    mundur. Gambar 13 memperlihatkan arus pembayaran

  • 44

    seragam yang diangsur setelah periode J. Pada gambar

    tersebut terlihat bahwa arus tunai pembayaran biasa telah

    berpindah dari waktu sekarang (waktu 0) ke J periode.

    Dalam situasi angsuran seragam yang dimulai pada periode

    J maka angsuran pertama dilakukan pada akhir periode ke (J

    = 10) dengan catatan bahwa setiap periode memiliki panjang

    waktu yang sama.

    Waktu sekarang

    Gambar 13 Arus pembayaran seragam setelah periode J.

    Besaran nilai sekarang (satu periode sebelum angsuran

    pertama) dari angsuran seragam sebesar A, dapat ditentukan

    dari persamaan (9) yaitu P = A (P/A, i%, N). Besaran nilai

    1 J-1 J 1 2 3 N-1 N

    A

    i %

  • 45

    arus tunai pembayaran tunggal A (P/A, i%, N) dari periode 0

    ke periode J adalah

    A (P/A, i%, N) (P/F i%. J) (16)

    Contoh: Seorang ayah ingin menetapkan berapa uang yang

    harus ditabung tepat anaknya lahir agar diperoleh Rp 2 000

    000 setiap ulang tahun anaknya yang ke-18, 19, 20 dan 21

    dengan tingkat bunga majemuk 5% per tahun.

    Penyelesaian: Contoh di atas dapat digambarkan:

    A= Rp 2 juta

    Gambar 14. Diagram arus anfsuran tunai pembayaran

    mundur

    Tahap penyelesaian:

    P0 =…. P17 =F17 F21= P21

    F24 =…….

  • 46

    1. Pembayaran angsuran seragam biasa (ordinary annuity)

    berlangsung selama empat kali masing-masing sebesar Rp 2

    000 000 dan nilai sekarang arus pembayaran seragam

    tersebut berlaku pada ulang tahun ketujuh belas.

    P17 = A (P/A, 5%, 4) = 2 000 000 (3.5460) = Rp 7 092 000

    2. Dengan menggunakan periode dasar P0 maka P17 berubah

    menjadi F17 sebagai nilai yang akan datang.

    P0 = F17 ( P/F, 5% 17) = 7 092 000 (0.4363)

    = Rp 3 094 240

    3. Besarnya uang yang harus ditabung adalah Rp 3 100 000

    Selanjutnya ingin ditentukan nilai kesetaraan dari arus tunai

    seragam Rp 2 000 000 bila menggunakan referensi ulang

    tahun ke 24 :

    1. Perhitungan didasarkan pada pengertian bahwa angsuran

    selama 4 kali pembayaran tidak diambil.

    2. Tentukan nilai F21

    F21 = A (F/A, 5%. 4)

    = 2 000 000 (4.3101)

  • 47

    = Rp 8 620 000

    3. Tentukan nilai F24 dengan merubah F21 menjadi P21

    F24 = P21 (F/P, 5%,3)

    = 8 620 200 (1.1576)

    = Rp 9 979 000

    Cara lain adalah perhitungan langsung dengan menggunakan

    P17 = Rp 7 092 000 dan P0 = Rp 3 309 240 masing-masing

    setara dengan angsuran pembayaran Rp 2 juta.

    Jika menggunakan P0:

    F24 = P0 ( F/P, 5%, 24)

    = 3 094 (3.2251)

    = Rp 9 979 000

    Jika menggunakan P17

    F24 = P17 (F/P, 5%, 7)

    = 7 092 000 (1.4071) = Rp 9 979 000

    D. Arus tunai seragam, pembayaran awal periode.

  • 48

    Semua rumus-rumus dan numerik Bunga Majemuk dari arus

    seragam berlaku pada setiap akhir periode pembayaran.

    Nilai numerik pada perhitungan Bunga Majemuk yang sama

    dapat digunakan untuk pembayaran awal setiap periode

    dengan memperhatikan:

    1. P (nilai sekarang) berlaku satu periode sebelum A

    pertama

    2. F (nilai yang akan datang) berlaku pada saat yang sama

    dengan akhir setiap periode selama N periode sesudah P.

    Diagram berikut adalah arus tunai seragam dengan

    pembayaran Rp 100 000 setiap awal periode. Pembayaran

    pertama berlangsung pada awal periode pertama (waktu 0)

    dan pembayaran kelima berlangsung awal periode kelima

    atau sama dengan akhir periode keempat (waktu 4).

    1 2 3 4 5

    P-1 Po=F0=… F4 = P4 =

    F5=…?

  • 49

    Gambar 15. Diagram arus tunai seragam menurut periode P

    dan F

    Soal: Tentukan nilai dari arus tunai seragam terhadap awal

    periode pertama (P0 ) dan terhadap akhir periode ke – 5 (F5)

    Penyelesaian: Tentukan P0 diawali dengan

    menentukan P-1. P-1 menunjukkan satu periode sebelum

    pembayaran A pertama dan faktor biaya adalah 5 karena ada

    5 pembagian.

    P-1 = A (P/A, 10%, 5)

    = 100 000 ( 3.7908) = Rp 379 080

    Selanjutnya P0 berubah menjadi nilai yang akan datang, F0

    P0 = F0 = P-1 (F/P, 10%, 1)

    = 379 080 (1.1000)

    = Rp 416 990

    Tentukan nilai F5, diawali dengan menentukan F4

    F4 = A (F/A, 10%, 5)

  • 50

    = 100 000 (6.1051)

    = Rp 610 510

    Selanjutnya F4 menjadi nilai sekarang P4 jadi

    F5 = P4 (F/P, 10.5%, 1)

    = 610 510 (1.1)

    = Rp 671 560

    Cara lain yang lebih mudah untuk menentukan F5 adalah

    dengan menggunakan:

    P-1 = Rp 379 080 sebagai dasar atau P0 = Rp 416 990

    sebagai dasar

    E. Kesetaraan terhadap nilai sekarang, nilai yang akan datang dan nilai tahunan seragam

    Satu seri arus tunai yang dibayarkan setiap akhir tahun

    selama 8 tahun diberikan dalam gambar berikut ini. Seri

    arus tunai seperti ini dapat dianggap sebagai gambaran biaya

    perawatan suatu mesin.

    Contoh: Tentukan nilai kesetaraan dari arus tunai terhadap

  • 51

    1. Nilai sekarang, P0

    2. Nilai yang akan datang, F8

    3. Nilai tahunan yang seragam, A?

    Gambar 16. Diagram arus tunai gradien dengan dasar tahun

    pertama

    1. Nilai kesetaraan terhadap nilai sekarang, P0, merupakan

    jumlah dari seluruh arus tunai dengan dasar tahun pertama

    (waktu 0)

    P0 = F1 (P/F, 20%,1) + F2 (P/F. 20%,2) +

    F3 (P/F, 20%, 3) +

    A (P/A, 20%, 5) (P/F, 20%,3)

    = 100 000 (0.8333) + 200 000 (0.6944)

    1 2 3 4 5 6 7 8

    i = 20%

    100

    200

    500

    400 400 400 400 400 x Rp

    1000

    F8=....? P0 =....?

  • 52

    + 500 000 (0.5789) +

    400 000 (2.9906) (0.5789)

    = Rp 1 204 600

    2. Nilai kesetaraan terhadap nilai yang akan datang, F8

    merupakan jumlah dari seluruh arus tunai dengan referensi

    akhir tahun kedelapan (waktu 8). Salah satu cara yang dapat

    ditempuh adalah menggunakan nilai P0 yang sudah diketahui

    F8 = P0 (F/P, 20%,8) = 1 204 600 (4. 2998) = Rp 5 170 000

    Cara lain adalah tentukan kesetaraan tiap arus tunai terhadap

    nilai yang akan datang dengan referensi akhir tahun

    kedelapan kemudian dijumlahkan.

    F8 = 400 (F/P, 20%, 0) + 400 (F/P, 20%,1)

    +…. + 100 (F/P, 20%,8).

    3. Nilai kesetaraan terhadap arus tunai seragam, A, ditentukan dengan

    a. Menggunakan nilai P0

    A = P0 (A/P, 20%, 8) = 1 204 600 (0.2606) = Rp 313 000

  • 53

    b. Menggunakan nilai F8

    A = F8 (A/F, 20%,8) = 5 170 000 (0.0606) = Rp 313 000

    F. Rumus-rumus yang berhubungan dengan arus tunai yang bersifat gradien seragam

    Masalah biaya perawatan dan perbaikan suatu mesin tertentu

    merupakan gambaran suatu arus tunai yang bersifat gradien

    di mana setiap tahun terjadi kenaikan biaya secara konstan

    (relatif konstan). Aus tunai yang bersifat gradien.

    G

    2G (N-3)G

    (N-2)G

    (N-1)G

    (N N-1 1 2 3

    P A = Arus Tunai Seragam

  • 54

    Gambar 17. Diagram arus tunai gradien tanpa pembayaran

    pada akhir periode 1.

    Gambar di atas menunjukkan arus tunai yang meningkat

    secara konstan sebesar G setiap akhir periode. Besaran itu

    disebut sebagai nilai gradien. Arus gradien seperti terlihat

    pada tabel di bawah ini menjadi dasar penurunan rumus dan

    nilai numeriknya.

    4

    Akhir tahun Arus gradient

    1

    2

    3

    -

    -

    -

    -

    N-1

    N

    0

    G

    2G

    -

    -

    -

    -

    (N-2) G

    (N-1) G

    Mencari nilai P, jika G diketahui:

  • 55

    Nilai sekarang (P) seri arus gradien adalah

    P = G

    2

    )i1(

    1+ 2G

    3

    )i1

    1 +….+ (N –2)G

    1N

    )i1(

    1 +

    (N-1) G

    N

    )i1(

    1

    = G x i

    1

    N

    N

    )i1(i

    1)i1( -

    N

    )i1(

    N

    (16)

    Nilai i

    1

    NN

    N

    )i1(

    N

    )i1(i

    1)i1( dinamakan faktor konversi

    gradien ke nilai sekarang. Faktor ini dapat dinyatakan

    sebagai

    i

    1 [P/A, i%, N) – N (P/F, i%, N)]

    Nilai numeriknya diperhitungkan sebagai Bunga Majemuk

    dengan symbol (P/G, i%. N). Jadi:

  • 56

    P = G (P/G, i%, N) ................................... (17)

    Mencari A, bila G diketahui

    Arus tunai seragam A yang besarnya ekuivalensi dengan

    arus tunai gradien konstan dapat diperoleh dengan

    mengalikan persamaan (17) dengan (A/P, i%, N)

    A = P (A/P, i%, N) = G (P/G, i%, N) (A/P, i%, N)

    = G x

    NN

    N

    )i1(

    N

    i)(1 i

    1i)(1

    i

    1

    1)i1(

    ) i (1 iN

    N

    = G xi

    1

    1)i1(

    N1

    N (18)

    Nilai

    1i1(

    N1

    N disebut sebagai faktor konversi

    gradien ke arus tunai seragam. Nilai numeriknya

  • 57

    diperhitungkan sebagai Bunga Majemuk, dengan simbol

    (A/G, i%, N) menjadi

    A = G (A/G, i%, N) (19)

    Contoh: Biaya setiap akhir tahun adalah sebagai berikut

    Tahun ke -2 Rp 1 juta

    Tahun ke -3 Rp 2 juta

    Tahun ke -4 Rp 3 juta

    Tingkat bunga 15% per tahun digunakan untuk mendapatkan

    nilai ekuivalensi terhadap

    a. Nilai sekarang pada awal tahun pertama,

    b. Nilai tahunan seragam pada setiap akhir tahun selama 4

    tahun

    Penyelesaian: Dari skedul terlihat bahwa G = Rp 1 000 000

    dan N = 4, tanpa pembayaran pada periode awal. Nilai

    sekarang P, dapat dihitung sebagai berikut

    P0 = G (P/G, 15%, 4)

  • 58

    = 1 000 000 (3.79)

    = Rp 3 790 000

    Nilai arus tunai seragam A, ditentukan dari persamaan (19)

    A = G (A/G,15%,4) = 1.000 000 (1.3263) = 1326300

    atau dengan menggunakan nilai sembarang, P0.

    A = P0 (A/P,15%,4)

    = 3 790 000 (0.3503)

    = Rp 1 326 300

    Contoh Perhatikan arus pembayaran berikut ini

    Akhir tahun Pembayaran

    1

    2

    3

    4

    Rp 5 juta

    Rp 6 juta

    Rp 7 juta

    Rp 8 juta

    Tentukan arus gradien ke ekuivalensi nilai sekarang

    Dari skedul pembayaran di atas selanjutnya dapat dibuat

    diagram arus tunai sebagai berikut:

    1 2 3 4

    Pot = ….? 5 juta 6 juta 7 juta 8 juta

    i= 15%

  • 59

    Atau:

    Gambar 18. Diagram arus gradien konstan

    Dengan menggunakan simbol, Gambar 18 selanjutnya

    dapat dirumuskan sebagai:

    POT = POA + POG

    1 2 3 4

    POA = ….?

    A = 5

    juta

    i = 15%

    +

    1 2 3 4

    POG= ….? 1 juta

    i = 15%

    2 juta 3 juta

  • 60

    = A (P/A, 15% 4) + G ( P/G, 15%, 4)

    = 5 juta (2.8550) + 1 Juta (3.79)

    = Rp 18 040 000

    G. Tingkat Bunga Nominal dan Efektif

    Dalam praktek sering dijumpai waktu antara satu periode

    dengan periode berikutnya lebih kecil dari satu tahun.

    Misalkan tingkat bunga adalah 3% per periode dan setiap

    periode adalah 6 bulan. Tingkat bunga majemuk ini biasanya

    dikatakan sebagai tingkat bunga tengah tahunan 6%. Tingkat

    bunga dimana tahun sebagai dasar dikenal sebagai tingkat

    bunga nominal (dalam hal ini 6%). Sedangkan tingkat bunga

    tahunan aktual terhadap modal bunga 6% lebih besar akibat

    terkena bunga mejamuk dalam satu tahun. Jadi, jika modal

    Rp 100 000 diinvestasikan pada tingkat bunga nominal 6%

  • 61

    tengah tahunan maka bunga yang diperoleh setiap tahun

    adalah:

    6 bulan pertama : I = Rp 100 000 x 0.03 = Rp 3 000

    Total modal pada periode kedua :

    P + Pi = Rp 100 000 + Rp 3 000

    = Rp 103 000

    Bunga yang diperoleh pada 6 bulan kedua

    Rp 103 000 x 0.03 = Rp 3 090

    Total biaya yang dikeluarkan dalam satu tahun

    Rp 3 000 + Rp 3 090 = Rp 6 090

    Dengan demikian tingkat bunga tahunan aktual menjadi :

    Tingkat bunga aktual atau tingkat bunga eksak terhadap

    modal dalam satu tahun dikenal sebagai tingkat bunga

    %09.6%100100

    090.6x

  • 62

    efektif dengan catatan bahwa tingkat bunga efektif selalu

    atas dasar tahunan. Dalam tulisan ini tingkat bunga efektif

    per periode dinyatakan sebagai i dan tingkat bunga nominal

    per tahun dinyatakan sebagai r. Dalam kasus-kasus studi

    ekonomi dimana perhitungan bunga majemuk adalah

    tahunan maka jelas i = r

    Rumus umum, tingkat bunga efektif adalah:

    Tingkat bunga efektif = (F/P, r/M, M)-1

    dimana M = jumlah periode per tahun.

    Tingkat bunga efektif berguna untuk menjelaskan efek

    majemuk terhadap tingkat bunga satu tahun. Tabel berikut

    memperlihatkan tingkat bunga yang efektif untuk berbagai

    variasi tingkat nominal dan periode majemuk

  • 63

    Periode

    majemuk

    Jumlah

    periode

    per tahun

    Tingkat bunga efektif (%) untuk

    tingkat bunga nominal

    (M) 6% 12% 21%

    Tahunan

    Tengah

    tahunan

    Kwartal

    Dua bulanan

    Bulanan

    1

    2

    4

    6

    12

    6

    6.09

    6.14

    6.15

    6.17

    12

    12.36

    12.55

    12.62

    16.68

    24

    25.44

    26.25

    26.53

    26.82

    H. Hal-hal mengenai tingkat bunga majemuk dari satu kali per tahun.

    a. Arus tunggal

    Jika suatu tingkat nominal sudah ditentukan dan banyaknya

    periode per tahun dan jumlah tahun diketahui maka setiap

    masalah yang melibatkan perhitungan nilai yang akan

    datang (F) dan nilai sekarang (P) dapat ditentukan secara

    langsung dengan menggunakan persamaan (3) atau (5).

  • 64

    Contoh : Jika Rp 100 000 diinvestasikan selama 10 tahun

    pada tingkat bunga majemuk 6% setiap kwartal. Berapa nilai

    uang tersebut pada akhir tahun kesepuluh.

    Penyelesaian

    Ada empat perlakuan periode majemuk setiap tahun

    sehingga total periode adalah 4 x 10 = 40 periode. Dengan

    demikian tingkat bunga periode menjadi 6%/4 = 1.5%.

    Dengan menggunakan persamaan (3) maka akan diperoleh

    nilai uang pada akhir tahun kesepuluh sebesar:

    F = P (F/P, 1.5%, 40)

    = 100 000 ( 1. 814) = Rp 181 400

    b. Arus tunai seragam dan gradien

    Bila dijumpai lebih dari satu periode biaya majemuk per

    tahun maka rumus dan numerik untuk arus tunai seragam

    dan gradien dapat dipakai sepanjang arus tunai pada setiap

    akhir periode mengikuti fungsi seperti ditunjukkan oleh

    Gambar 19.

  • 65

    Anggap seseorang berkewajiban membayar pompa rotari

    seharga Rp 10 000 000 yang harus dicicil setiap akhir bulan

    selama 5 tahun dengan tingkat bunga majemuk 12% secara

    bulanan. Berapakah cicilan per bulannya ?

    Penyelesaian

    Jumlah periode cicilan adalah 5 x 12 = 60 dan tingkat bunga

    per periode adalah 12%/12 = 1%. Dengan menggunakan

    persamaan (13) maka cicilan per bulan

    A = P (A/P, 1%. 60)

    = 10 juta ( 10. 0222) = Rp 222 000

    Contoh.

    Anggap bahwa biaya operasi suatu mesin pengolahan

    pangan adalah 0 pada akhir 6 bulan pertama, Rp 1 000 000

    pada akhir 6 bulan kedua dan selanjutnya meningkat Rp 1

    000 000 pada setiap akhir periode 6 bulan sampai mencapai

    4 tahun. Tentukan arus pembayaran seragam pada akhir

  • 66

    1 2 3 4 5 6 7 8

    1 x106

    2 x106 3 x10

    6

    4 x106

    5 x106

    6 x106

    7 x106

    A = …? i =20%/2=10%

    setiap 8 bulan selama periode 8 bulan jika tingkat bunga

    majemuk tengah tahun adalah 20%.

    Penyelesaian

    Diagram arus tunai pada contoh di atas digambarkan sebagai

    berikut:

    Gambar 19. Diagram arus tunai seragam secara periodik

    Jadi: A= (A/G, 5%, 8) = 1 juta (3. 0045) = Rp 3 004 500

  • 67

    Tabel 6. Rangkuman bunga modal majemuk yang utama

    Menghitung Faktor bunga modal

    (F/P i %. N) = (1+i)N

    (P/F, i %. N) =

    Ni)1(

    1

    (F/A. i %. N ) =

    i

    iN

    1)1(

    (P/A, i %. N) =

    N

    N

    ii

    i

    )1(

    1)1(

    (A/F, i %. N) =

    1)1( N

    i

    i

    (A/P, i %. N) =

    1)1(

    )1(

    N

    N

    i

    ii

    (P/G, i %. N) =

    i

    1

    NN

    N

    i)(1

    N

    i)i(1

    1i)(1

    (A/G i %. N ) =

    1)1(

    1N

    i

    N

    i

  • 68

    V. PERHITUNGAN NILAI WAKTU DARI UANG DENGAN EXCELL

    Formula Excell

    Untuk melakukan perhitungan nilai uang di waktu

    mendatang dari sejumlah uang sekarang, atau sebaliknya,

    Excell telah menyediakan sejumlah formula yang dapat

    digunakan. Di dalam setiap formula terdapat 5 (lima)

    peubah di mana dengan mengetahui 4 (empat) di antaranya

    maka peubah yang kelima dapat dihitung nilainya.

    Tabel 7. Formula Excell Nilai Waktu dari Uang

    Menghitung Formula

    Nilai sekarang (PV) =PV(RATE, NPER, PMT,

    FV)

    Nilai kemudian (FV) =FV(RATE, NPER, PMT,

    PV)

    Tingkat bunga (RATE) =RATE(NPER, PMT, PV,

    FV)

    Besar cicilan (PMT) =PMT(RATE, NPER, PV,

    FV)

    Periode waktu (NPER) =NPER(RATE, PMT, PV,

    FV)

  • 69

    RATE adalah tingkat bunga per periode waktu, NPER

    adalah lamanya periode waktu perhitungan, PMT adalah

    besarnya pembayaran jika dilakukan secara mencicil,

    sementara PV adalah nilai sekarang dari sejumlah uang dan

    FV adalah nilai uang kemudian yang dikehendaki. Di dalam

    formula di atas, antara nilai PMT dan PV, serta nilai PMT

    dan PV saling meniadakan, artinya jika ada nilai PMT maka

    nilai PV dan FV menjadi 0, dan berlaku sebaliknya. Sejalan

    dengan itu, jika ada nilai PV maka nilai FV nol, dan

    sebaliknya.

    Contoh 1:

    Sejumlah Rp 1 juta hendak ditabung untuk jangka waktu 5

    tahun pada Bank A atau Bank B. Bank A menawarkan

    tingkat bunga majemuk 5% pertahun yang dihitung per 3

    bulanan, sedangkan Bank B menawarkan tingkat Bunga

    majemuk 5% pertahun dihitung secara harian. Formula

    untuk menghitung nilai kemudian dari uang sejumlah 1 juta

  • 70

    pada Bank A dimasukkan pada sel C6 sebagai

    =FV(C4,C5,0,C3,0).

    Gambar 20. Menghitung FV diketahui PV, RATE, NPER

    Demikian juga untuk Bank B pada sel D6 sebagai

    =FV(D4,D5,0,D3,0). Perlu disimak, karena tidak ada

    pembayaran secara mencicil maka nilai PMT adalah 0, dan

    sesuai dengan aturan mengenai aliran dana keluar (cash

    outflow) dan aliran dana masuk (cash inflow) maka nilai PV

    dimasukkan sebagai nilai negative. Unsur terakhir di dalam

    formula adalah type yang cukup diisi dengan nilai 0 jika

    nilai dihitung di akhir periode atau 1 jika perhitungan

    dilakukan disetiap awal periode. Hasil perhitungan

    menunjukkan bahwa menabung di Bank B memberikan

    imbal hasil yang lebih baik dibandingkan dengan yang

  • 71

    dihasilkan oleh bank A. Dengan demikian akan lebih

    menguntungkan bila sejumlah Rp 1 juta yang ada

    ditabungkan pada Bank B.

    Contoh 2:

    Demikian pula halnya jika diperlukan untuk menghitung

    besarnya nilai uang sekarang (PV) yang harus disediakan

    untuk ditabung di Bank A atau Bank B, dengan kondisi

    penawaran yang sama seperti pada Contoh 1, jika

    menghendaki tersedianya dana sebesar Rp 2 juta dalam

    waktu 5 tahun yang akan datang.

    Gambar 21. Menghitung PV diketahui FV, RATE, NPER

  • 72

    Formula untuk menghitung nilai sekarang dari uang

    sejumlah 2 juta pada Bank A dimasukkan pada sel C6

    sebagai =PV(C4,C5,0,C3,0). Demikian juga untuk Bank B

    pada sel D6 sebagai =PV(D4,D5,0,D3,0).

    Perlu disimak, karena tidak ada pembayaran secara mencicil

    maka nilai PMT adalLah 0, dan sesuai dengan aturan

    mengenai aliran dana keluar (cash outflow) dan aliran dana

    masuk (cash inflow) maka nilai FV dimasukkan sebagai

    nilai positif. Unsur terakhir di dalam formula adalah type

    yang cukup diisi dengan nilai 0 jika nilai dihitung di akhir

    periode atau 1 jika perhitungan dilakukan disetiap awal

    periode.

    Hasil perhitungan menunjukkan bahwa menabung di Bank B

    memerlukan jumlah dana yang lebih sedikit dibandingkan

    dengan yang diperlukan untuk Bank A. Dengan demikian

    akan lebih menguntungkan bila sejumlah Rp 2 juta diperoleh

    dengan menabung di Bank B.

  • 73

    Contoh 3:

    Selanjutnya, dapat pula dihitung berapa besarnya cicilan per

    periode yang harus dibayarkan ke Bank A atau Bank B

    untuk sejumlah dana pinjaman sebesar Rp 1 juta untuk

    jangka waktu 5 tahun.

    Formula untuk menghitung nilai cicilan (PMT) dari uang

    sejumlah 1 juta yang dipinjam pada Bank A dimasukkan

    pada sel C6 sebagai =PMT(C4,C5,C3,0,0). Demikian juga

    untuk Bank B pada sel D6 sebagai =PMT(D4,D5,D3,0,0).

    Gambar 22. Menghitung PMT diketahui PV, RATE, NPER

    Perlu disimak, karena tidak ada nilai kemudian maka nilai

    FV adalah 0, dan sesuai dengan aturan mengenai aliran dana

    keluar (cash outflow) dan aliran dana masuk (cash inflow)

  • 74

    maka nilai PV dimasukkan sebagai nilai positif. Unsur

    terakhir di dalam formula adalah type yang cukup diisi

    dengan nilai 0 jika nilai dihitung di akhir periode atau 1 jika

    perhitungan dilakukan disetiap awal periode.

    Hasil perhitungan menunjukkan bahwa meminjam di Bank B

    memerlukan jumlah dana pengembalian secara mencicil

    yang lebih sedikit dibandingkan dengan yang diperlukan

    untuk Bank A. Dengan demikian akan lebih menguntungkan

    bila meminjam sejumlah Rp 1 juta dari Bank B.

    Contoh 4:

    Perhitungan di bawah ini adalah mencari nilai cicilan per

    periode yang diperlukan untuk menghasilkan sejumlah dana

    dikemudian hari pada Bank A atau Bank B untuk jangka

    waktu selama 5 tahun.

    Formula untuk menghitung nilai cicilan (PMT) dari uang

    sejumlah 1 juta yang akan dihasilkan dari menabung di Bank

    A dimasukkan pada sel C6 sebagai =PMT(C4,C5,0,C3,0),

    untuk Bank B pada sel D6 sebagai =PMT(D4,D5,0,D3,0).

  • 75

    Gambar 23. Menghitung PMT diketahui FV, RATE, NPER

    Perlu disimak, karena tidak ada nilai sekarang maka nilai

    PV adalah 0, dan sesuai dengan aturan mengenai aliran dana

    keluar (cash outflow) dan aliran dana masuk (cash inflow)

    maka nilai FV dimasukkan sebagai nilai positif. Unsur

    terakhir di dalam formula adalah type yang cukup diisi

    dengan nilai 0 jika nilai dihitung di akhir periode atau 1 jika

    perhitungan dilakukan disetiap awal periode. Hasil

    perhitungan menunjukkan bahwa menabung secara mencicil

    per periode di Bank B memerlukan jumlah dana cicilan yang

    lebih sedikit dibandingkan dengan yang diperlukan untuk

    Bank A. Dengan demikian akan lebih menguntungkan bila

    menabung secara cicilan di Bank B selama 5 tahun untuk

    menghasilkan sejumlah Rp 1 juta dari Bank B.

  • 76

    VI. BIAYA PENYUSUTAN

    5.1. Pengertian Penyusutan dan Nilai Susut

    A. Penyusutan

    Penyusutan adalah penurunan nilai dari suatu asset

    selama periode tertentu. Penurunan nilai ini dapat

    dinyatakan sebagai sejumlah nilai (uang) yang harus

    disisihkan setiap periode untuk memenuhi biaya pembelian

    suatu asset sehingga pada akhir penggunaan asset tersebut

    telah terkumpul sejumlah uang yang besarnya sama dengan

    biaya pembelian aset tersebut. Konsep ini sering dinamakan

    “Amortisasi”. Penurunan nilai biasanya ditentukan atas

    dasar tahunan dan dibebaskan pada produk yang dihasilkan.

    Prinsip pembahasan ini dibebankan karena sesuatu aset baik

    mesin bangunan atau aset lainnya digunakan untuk

    menghasilkan suatu produk.

    Contoh, seseorang menanamkan investasi Rp 9 000 000

    untuk pembelian suatu pabrik kecil pembuat tahu dengan

    perkiraan produksi 500 biji per hari dan rencana operasi 300

  • 77

    hari per tahun. Biaya bahan dan operasi Rp 20 000/100 biji.

    Produk dapat dijual dengan harga Rp 50 000/100 biji , umur

    mesin 3 tahun.

    Pada akhir tahun pertama ia memperoleh keuntungan

    sebesar Rp 4 500 000 dan selanjutnya sama untuk 2 tahun

    berikutnya pada saat mana mesin sudah memperlihatkan

    kondisi buruk sehingga tidak dapat lagi dipertahankan lebih

    lama untuk beroperasi. Untuk melanjutkan usaha ini maka ia

    harus membeli mesin baru.

    Selama periode tiga tahun ia memperoleh keuntungan Rp 4

    500 000 per tahun dan kebutuhan hidupnya dipenuhi dari

    keuntungan tersebut. Pada akhir tahun ketiga ia tahu bahwa

    tidak akan lama lagi modal sebesar Rp 3 000 000 akan habis

    apabila ia tidak menyiapkan uang untuk membeli mesin

    baru. Kesalahan yang ia lakukan adalah tidak menyadari

    penyusutan akan terjadi.

    Dari contoh tersebut di atas dapat dihitung bahwa

    untuk setiap biji tahu akan terjadi penurunan nilai mesin

    sebesar Rp 9 000 000/4 500 = Rp 2 000. Nilai ini (Rp 2000)

  • 78

    dibebankan sebagai biaya penyusutan untuk setiap 100 biji.

    Jadi biaya yang sebenarnya adalah Rp 22 000 untuk setiap

    100 biji tahu. Dengan demikian keuntungan yang

    sebenarnya dapat ditentukan dan di dalam waktu yang sama

    pengembalian modal juga dapat ditentukan.

    B. Nilai

    Oleh karena penyusutan didefenisikan sebagai

    penurunan nilai maka beberapa terminologi yang

    berhubungan dengan nilai (value) perlu diketahui:

    a. Nilai pasar (market value). Nilai yang cocok antara

    pembeli dan penjual. Dalam banyak hal nilai penyusutan

    disesuaikan pada nilai pasar. Harga awal suatu baru

    ditentukan atas dasar harga pasar.

    b. Nilai pakai (use value). Nilai ini berhubungan dengan

    kesukaan khas pemakai yang berbentuk dengan kondisi

    aset. Sesuatu aset mungkin mengandung nilai yang lebih

    bagi pemilik aset tersebut akan tetapi jika aset tersebut

    berpindah tangan mungkin perlu penyesuaian bagi

  • 79

    pemilik baru atau diperlukan biaya tambahan untuk

    mengoperasikannya.

    c. Nilai patut (fair value). Nilai ini biasanya ditentukan oleh

    sikap yang wajar baik seperti dalam rangka harga antara

    pembeli dan penjual.

    d. Nilai buku (book value). Nilai ini sering disebut sebagai

    nilai pasca susut (depriciated value) yaitu nilai dari suatu

    aset pada saat ini. Nilai ini dihitung dasar harga

    pembelian awal dikurangi dengan nilai penyusutan yang

    telah dibebankan pada aset tersebut.

    e. Nilai loak (salvage value, resale value). Harga yang

    diperoleh atas penjualan sesuatu aset. Nilai ini

    dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

    1. Adanya alasan tertentu dari pemilik aset berupa

    perubahan pandangan terhadap penggunaan aset

    tersebut

    2. Besar kecilnya biaya untuk memproduksi kembali aset

    tersebut pada saat ini.

  • 80

    3. Lokasi aset yang berhubungan dengan jarak lokasi

    pemindahan aset tersebut oleh pemakai selanjutnya

    4. Kondisi fisik aset tersebut. Kondisi aset yang

    dipertahankan baik dan beroperasi dengan baik

    memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada aset

    yang perawatannya diabaikan sehingga memerlukan

    biaya perbaikan sebelum digunakan oleh tangan

    kedua.

    f. Nilai scrap (scrap value). Dalam studi ekonomi nilai scrap

    sering dianggap nol. Hal ini disebabkan karena harga

    suku cadang berfluktuasi sepanjang waktu dan ada suku

    cadang yang tidak terjamin ketersediaannya di waktu

    yang akan datang.

    g. Nilai nyata (actual value). Nilai ini dimasukkan pada nilai

    erat ditambahkan pada produk.

    5.2. Tipe Penyusutan

    Penurunan nilai suatu aset terhadap waktu dapat

    diklasifikasikan atas:

  • 81

    A. Penyusutan Fisik

    Dikatakan penyusutan fisik oleh karena adanya

    penurunan kemampuan fisik dari suatu aset untuk

    beroperasi. Faktor lama pemakaian, cara pemakaian dan

    kerusakan adalah penyebab umum terjadinya penurunan

    kemampuan fisik. Penurunan ini menyebabkan biaya operasi

    dan perawatan meningkat, output produk dan akhirnya

    mengakibatkan penurunan profit.

    Penyusutan fisik merupakan fungsi waktu dan

    pemakaian. Salah satu faktor yang mempengaruhi

    penyusutan fisik adalah dengan perbaikan. Perawatan tidak

    boleh dicampuradukan dengan perbaikan. Perawatan yang

    baik dapat mempertahankan kemampuan awal dari aset akan

    tetapi perbaikan karena kerusakan akan menurunkan

    kemampuan aset secara nyata.

    B. Penyusutan fungsional (obsolescence)

    Tipe penyusutan ini lebih sulit ditentukan

    dibandingkan penyusutan fisik oleh karena penurunan nilai

  • 82

    yang terjadi adalah akibat dari penurunan permintaan atas

    fungsi aset tersebut. sehubungan perubahan gaya hidup di

    masyarakat, adanya mesin yang lebih efisien atau karena

    pasaran jenuh. Selain itu peningkatan permintaan dapat

    diartikan bahwa mesin yang ada sekarang tidak cukup

    menghasilkan volume produksi yang dibutuhkan.

    Secara garis besar faktor-faktor yang menyebabkan umur

    yang sebenarnya suatu aset lebih pendek dari umur harapan

    adalah:

    a. Faktor usaha, karena:

    1. Perkembangan teknologi

    2. Perbaikan dalam desain mesin

    b. Perubahan dalam penawaran atau permintaan konsumen

    c. Perubahan faktor produksi antara lain

    1. Tenaga kerja

    2. Sumber tenaga (motor)

    3. Transportasi

  • 83

    C. Penyusutan Karena Perubahan Tingkat Harga

    Kenaikan tingkat harga karena inflasi dapat

    mengakibatkan pengembalian modal tidak akan cukup untuk

    penggantian aset yang baru dan serupa. Hal yang sama juga

    berlaku pada kondisi dimana modal pembelian aset telah

    diperoleh kembali seluruhnya melalui prosedur penyusutan

    yang benar. Ini berarti penurunan nilai terjadi pada modal

    (uang) atau dengan kata lain penyusutan bukan pada aset

    fisik. Dengan alasan ini maka penyusutan karena perubahan

    tingkat harga tidak dipertimbangkan dalam studi ekonomi.

    Alasan lain adalah inflasi terhadap penyusutan tahunan tidak

    diikutkan dalam penentuan profit dalam konteks perhitungan

    pajak pendapatan.

    5.3. Umur Ekonomi

    Suatu hal yang penting dalam studi ekonomi adalah

    waktu pemakaian suatu aset di mana hasil yang diperoleh

    pada kondisi fisik aset tersebut memberikan keuntungan.

    Jika suatu aset tidak dapat lagi digunakan secara

  • 84

    menguntungkan maka aset tersebut dikatakan tidak memiliki

    lagi nilai komersil sehingga tidak perlu dipertahankan lagi

    untuk waktu seterusnya. Ini berarti umur ekonomi aset telah

    habis.

    Penentuan biaya penyusutan hendaknya didasarkan pada

    umur ekonomi. Dalam hal ini peralatan yang tidak

    memuaskan dari sudut pandang ekonomi perlu diganti tanpa

    menyebabkan kehilangan modal, sekalipun peralatan

    tersebut masih dalam kondisi fisik operasionil. tabel di

    bawah ini memperlihatkan data umur penyusutan beberapa

    mesin dan peralatan yang didasarkan pada pengalaman yang

    lalu. Penulis menyajikan umur batas bawah dan batas

    maksimum pada beberapa mesin dan peralatan sehubungan

    dengan alasan teknis yang berlaku di negara yang sedang

    berkembang. Data yang disajikan ini tidak menjadi jaminan

    keberhasilan yang sama untuk waktu yang akan datang.

    Berikut adalah Tabel Umur Ekonomi yang disarankan untuk

    beberapa mesin, peralatan dan perlengkapan.

  • 85

    Jenis Tahun

    Transportasi

    Mobil (termasuk taksi)

    Truk umum

    Besar

    Kecil

    Peralatan pengolahan

    Pompa, kipas, peralatan pasteurisasi

    peralatan pengolahan pangan*)

    Peralatan pengolahan biji-bijian

    Penggilingan biji-bijian

    Pabrik (manufacturing)

    Pabrik gula, dan peralatan pengolahan gula

    Pabrik tembakau dan peralatan pengolahan

    tembakau

    Pengolahan kayu

    Peralatan kimia

    Pabrik metal

    Peralatan listrik

    Peralatan elektronik

    3,5 – 4,5

    5 - 7

    3 - 5

    8

    12

    10

    10

    14.5

    12

    8

    9

    9.5

    9.5

    6

    Jenis Tahun

    Bangunan

    Pabrik

    Toko

    Gudang

    Pertanian

    Peralatan kantor

    Furniture

    40

    50

    60

    25

    4 - 6

  • 86

    Komputer dan perlengkapan

    Mesin tik dan mesin lain

    3 - 5

    3 – 5

    *) Ketel uap dan pendingin (Surface cooler)

    Secara umum umur mesin-mesin dan peralatan dapat

    disarankan 8 – 10 tahun.

    Gambar 24. Biaya penyusutan alat dan mesin (aset)

    5.4. Penentuan Biaya Penyusutan

    Contoh (1)

    Sesuatu aset dibeli dengan harga Rp 140 ribu. Diestimasi

    umur alat 10 tahun dan nilai akhir Rp 20 ribu. Berapa biaya

    Umur Ekonomis

    Biaya

    Penyusutan

    Harga Awal

    Harga Akhir

  • 87

    penyusutan tahun ke enam dan nilai buku pada akhir tahun

    ke enam. Asumsi tingkat bunga bank 3%/tahun.

    Biaya penyusutan dapat dihitung dengan metode-

    metode berikut ini:

    A. Metoda penyusutan garis lurus (MPGL)

    d = N

    SP (20)

    Dn = N

    S)(Pn

    (21)

    BVn = P - N

    S)(Pn

    (22)

    Dimana P = Biaya pembelian awal

    N = Umur ekonomis

    S = Nilai akhir (salvage value)

    Dn = Biaya penyusutan total sampai umur N

    BVn = Nilai buku

  • 88

    P - S = Biaya penggantian

    d = N

    SP =

    10

    20000140000 = Rp 12 000 /thn

    dn = N

    )SP(n

    d6 = 10

    )20000140000(6 x = 72 000

    Nilai buku pada akhir tahun ke n atau nilai akhir pada umur

    n adalah

    BVn = P - n

    )SP(n

    BV6 = 140000 - 10

    )20000140000(6 = Rp 68 000

    Tabel 7. Perhitungan Penyusutan dan Nilai Buku dengan

    Metode MPGL

    Tahun Penyusutan Nilai Buku (BV)

    0 0 140 000

    1 12.000 128000 2 12.000 116000 3 12.000 104000 4 12.000 92000

  • 89

    0

    20000

    40000

    60000

    80000

    100000

    120000

    140000

    0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

    5 12.000 80000 6 12.000 68000 7 12.000 56000 8 12.000 44000 9 12.000 32000 10 12.000 20000

    d =H

    SP

    dimana H adalah jumlah jam operasi.

    Gambar 25. Penyusutan dengan metode Garis Lurus

    Penyusutan

  • 90

    Jika penggunaan aset tergantung terutama atas jam kerja

    nyata atau atas dasar jumlah unit yang diproduksi, maka

    biaya penyusutan dapat dihitung sebagai berikut

    Biaya penyusutan mesin/jam

    Biaya penyusutan mesin/unit produksi

    d = U

    SP

    dimana U adalah jumlah unit yang diproduksi

    Misal mesin pada contoh di atas, estimasi umur mesin

    dari total produksi adalah sebesar 150 unit. Pada tahun 1

    mesin menghasilkan produksi sebanyak 25 unit, pada tahun

    2 sebanyak 20 unit, pada tahun 3 hingga 8 sejumlah 15 unit,

    sementara pada tahun ke 9 dan 10 masing-masing sebanyak

    10 dan 5 unit.

    Perhitungan nilai penyusutan dan nilai buku mesin menjadi:

    Depresiasi per unit produk (d) = 150

    20000120000

    = Rp 667 per unit

  • 91

    Tabel penyusutannya menjadi:

    Ta

    Hun

    Nilai

    awal

    Penyusutan tahunan Aku

    mulasi

    penyu

    sutan

    Nilai

    buku Penyu

    sutan/

    unit

    Jumlah

    unit

    Penyu

    sutan/

    tahun

    0 120000 - - - - 140

    000

    1 800 25 20000 20000 120000

    2 800 20 16000 36000 104000

    3 800 15 12000 48000 92000

    4 800 15 12000 60000 80000

    5 800 15 12000 72000 68000

    6 800 15 12000 84000 56000

    7 800 15 12000 96000 44000

    8 800 15 12000 108000 32000

    9 800 10 8000 116000 24000

    10 800 5 4000 120000 20000

    Metode penyusutan MPGL sangat luas dipakai dalam

    perhitungan biaya penyusutan karena cara ini menghasilkan

    nilai penyusutan tahunan yang seragam. Metode ini

  • 92

    disarankan dan diterapkan untuk aset yang cukup diketahui

    kemampuannya.

    B. Metode penyusutan Presentasi Tetap atau Turunan

    Matheson

    Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa harga

    penyusutan tahunan adalah suatu persentase tetap terhadap

    nilai loak pada awal tahun. Rasio penyusutan setiap tahun

    terhadap nilai buku selama umur aset adalah konstan dan

    besaran rasionya dinyatakan sebagai K.

    Penyusutan tahun awal:

    d1 = P x K (23)

    penyusutan tahun ke N:

    dn = (Pn – 1) K (24)

    Nilai loak pada umur N tahun:

  • 93

    S = P (1-K)N

    (25)

    Nilai buku pada akhir tahun ke N

    BVn = P (1-K)n (26)

    BVn = P

    N/n

    P

    S

    Kecepatan penyusutan sehingga BVn = S adalah

    K = 1 - N P/S (27)

    K = 1 - n n PBV / (28)

    Metode ini menghasilkan biaya penyusutan yang berbeda

    setiap tahun sehingga dalam perhitungan sering

    menyulitkan. Selain itu dengan metode ini tidak akan pernah

    diperoleh penyusutan nilai nol. Hal ini bukan suatu kesulitan

    teknis dan dalam praktek nilai K jarang ditentukan sendiri

  • 94

    melainkan cukup dengan memakai pedoman IRS dimana

    nilai K tergantung pada tipe aset dan dinyatakan dalam term

    penyusutan garis lurus di mana untuk nilai loak nol maka:

    K = N

    1 (29)

    Tipe asset K yang disarankan

    Semua aset baru yang belum

    dikenal kecuali real estate

    Semua aset yang sudah biasa

    dipakai

    Aset yang dipinjam

    Garis lurus ganda, 2/N

    1 ½ garis lurus, 1.5/N

    1 ¼ garis lurus ,

    1.25/N

    Bila menggunakan K garis lurus ganda maka metode

    tersebut dinamakan penyusutan persentase ganda.

    Contoh . Gunakan contoh

    K = 1 - 10 120/20 = 0.1641

  • 95

    BV5 = 120

    10/5

    120

    20

    = 48.97

    BV6 = 120

    10/6

    120

    20

    = 40.94

    d6 = 48.97 x 0.1641 = 8.03

    Tabel berikut ini memperlihatkan perhitungan detail

    Tahun ke Penyusutan (dn) Nilai buku (BVN)

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    -

    19.68

    16.18

    13.76

    11.50

    9.62

    8.03

    6.72

    5.62

    4.69

    3.91

    120.00

    100.32

    83.86

    70.10

    58.00

    48.17

    40.94

    34.22

    28.60

    23.91

    20.00

    Jika menggunakan penyusutan prosentase ganda,

    K = 2/10 = 0.2

  • 96

    BV5 = 120 (1-0.2)5 = 39.32

    BV6 = 120 (1-0.2)6 = 31.46

    d6 = 39.32 x 0.2 = 7.86

    Dengan menghitung biaya penyusutan seluruh umur

    maka akan terlihat bahwa metode ini memberikan

    penyusutan yang cepat pada tahun-tahun awal.

    C. Metoda Sum of the year Digit (SYD)

    Metoda SYD yang disingkat dari sum of the year digit

    adalah metoda penyusutan yang didasarkan pada penentuan

    digit seperti diperlihatkan pada contoh berikut ini (Tabel 8).

    Faktor penyusutan untuk setiap tahun adalah kebalikan digit

    dari tahun yang bersangkutan dibagi dengan jumlah digit.

    Tabel 8. Cara perhitungan metoda SYD

    Tahun Digit Faktor

    penyusutan

    Faktor nilai

    buku

  • 97

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    10

    9

    8

    7

    6

    5

    4

    3

    2

    1

    10/55

    9/55

    8/55

    7/55

    6/55

    5/55

    4/55

    3/55

    2/55

    1/55

    10/55

    19/55

    27/55

    34/55

    40/55

    45/55

    49/55

    52/55

    54/55

    55/55

    Jumlah

    digit

    55 - -

    Contoh untuk periode 5 tahun adalah sebagai berikut

    Tahun Digit Faktor

    penyusutan

    Faktor nilai

    buku

    1

    2

    3

    4

    5

    5

    4

    3

    2

    1

    5/15

    4/15

    3/15

    2/15

    1/15

    5/15

    9/15

    12/15

    14/15

    15/15

    Jumlah 15 - -

    Penyusutan setiap tahun adalah perkalian antar faktor

    penyusutan tahun yang bersangkutan dan nilai yang terkena

    penyusutan P – S.

  • 98

    Persamaan umum biaya penyusutan per tahun untuk

    umur N adalah

    dn = (P-S) x 1)(N N

    1)n(N 2

    (30)

    BVn = P - (P-S) x faktor nilai buku (31)

    Contoh . Gunakan contoh (1)

    Jumlah digit = 55

    Faktor penyusutan tahun ke enam = 55

    5

    d6 = (120 – 20) 55

    5 = 9,09

    BV6 = 120 – (120 – 20) 8,3855

    45

    Metoda SYD serupa dengan metoda prosentase tetap

    dalam kecepatan penyusutan awal. Pengaruh persentase

    seperti ini adalah penurunan profit selama tahun-tahun awal

    dan penurunan pajak pendapatan dalam tahun yang sama.

    D. Metoda Sinking Fund

  • 99

    Dengan metoda ini, apabila umur ekonomi, nilai akhir dan

    tingkat bunga telah diketahui maka akumulasi tahunan yang

    besarnya seragam dapat dihitung. Akumulasi ini bersifat

    tabungan untuk tujuan penggantian aset.

    d = (P-S) (A/F, i%, N) (32)

    dn = d (F/P, i%, n –1) (33)

    Dn = (P-S) (A/F, i%N) (F/A, i%, N) (F/A, i%, n) (34)

    BVn = P – (P-S) (A/F,i%,N) (F/A,i%,n) (35)

    Contoh . Gunakan contoh (1)

    d = (120-20) (A/F, 3% 10) = (100) (0.0872) = 8.72

    d6 = (8 72) (F/P, 3%,5) = (8.72) (1.1593) = 10.1

    BV6 = 120 – (120 –20) (A/F, 3%, 10) (F/A, 3%, 6)

    = 120 – (100 x 0.0872 x 6.4684) = 63. 60

    Metoda sinking fund hampir tidak pernah digunakan

    dalam accounting karena beban penyusutan yang rendah

    pada tahun-tahun awal.

  • 100

    E. Perbandingan Empat Metode Penyusutan

    Umur (tahun)

    Gambar 26. Perbandingan nilai buku berbagai metoda

    penyusutan

    100

    90

    80

    70

    60

    50

    40

    30

    20

    10

    0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

    Nil

    ai

    Bu

    ku

    (%

    dari

    harg

    a a

    wal)

  • 101

    VII. ANALISIS BIAYA

    Keberhasilan ekonomi dari suatu usaha penerapan

    teknologi budidaya dan penanganan hasil pertanian

    tergantung terutama pada perbedaan antara biaya produksi

    dan pendapatan. Selanjutnya perbedaan tersebut tergantung

    pada kemampuan integral dari masing-masing komponen

    peralatan yang digunakan. Pengetahuan tentang prinsipnya

    dan prosedur dasar yang berkaitan dengan unit operasi akan

    membantu dalam estimasi biaya suatu pengolahan pangan.

    Mesin yang memiliki efisiensi energi yang sangat

    tinggi belum tentu sangat memuaskan secara ekonomi.

    Peningkatan volume udara dalam suatu proses penanganan

    hasil pertanian dengan menggunakan kipas berukuran lebih

    besar akan memberikan kemampuan pengolahan yang lebih

    besar akan tetapi tambahan biaya karena penggunaan kipas

    ini mungkin tidak seimbang dengan nilai produk yang

    dihasilkan.

  • 102

    Mesin otomatik dengan harga tinggi mungkin akan

    menurunkan biaya produksi akibat pengurangan tenaga kerja.

    Mutu produk dapat dihasilkan dengan peralatan sortasi yang

    baru akan tetapi kenaikan biaya produksi mungkin lebih

    besar dari pada kenaikan nilai produk pada struktur harga

    yang berlaku. Contoh-contoh diatas melibatkan aspek-aspek

    keteknikan dalam ekonomi yang sering diabaikan.

    Dalam menilai kelayakan suatu kegiatan ekonomi yang

    mula-mula diperlukan adalah kemampuan untuk memperkirakan

    arus kas (cash flow) dari kegiatan ekonomi tersebut. Semakin

    akurat perkiraan yang dilakukan maka semakin akurat pula hasil

    analisis yang diperoleh. Perkiraan arus kas ini meliputi arus kas

    berupa manfaat atau penerimaan (inflow) dan arus kas biaya atau

    pengeluaran (outflow). Jadi, arus kas menjadi bagian terpenting

    yang harus diperhatikan oleh Pihak manajemen, investor,

    konsultan dan stakeholder lainnya untuk memperhitungkan

    kelayakan berdasarkan kriteria kelayakan investasi yang ada.

  • 103

    Pada bagian berikut ini diuraikan menyangkut

    komponen-komponen arus kas dari suatu investasi yang akan

    dianalisis kelayakannya dengan ekonomi teknik.

    6.1 Analisis Biaya Alat dan Mesin

    Untuk membuat analisis biaya disarankan penentuannya

    atas dasar unit produk. Sebagai contoh, berapa biaya

    pembekuan per 100 kg daging yang diolah secara pembekuan

    cepat, berapa biaya per kg bubuk susu yang dihasilkan

    dengan spray-drier, dan berapa biaya per kwintal untuk

    memindahkan sejumlah kedelai dengan elevator.

    Dalam satu seri pengolahan tidak selalu disarankan

    masing-masing unit peralatan berfungsi pada tingkat yang

    paling ekonomis. Hal yang penting adalah akumulasi unjuk

    kerja dari satu rangkaian peralatan pengolahan akan

    menghasilkan produk yang diinginkan. Biaya pokok erat

    kaitannya dengan aliran proses dalam suatu pabrik.

  • 104

    A. Macam Biaya

    Total biaya terdiri atas biaya tetap dan biaya operasional

    (tidak tetap)

    1. Biaya Tetap (Fixed cost).

    Biaya ini biasanya tidak berhubungan langsung dengan

    pemakaian. Jadi, biaya tetap adalah jenis-jenis biaya yang

    selama satu periode akan tetap jumlahnya. Biaya tetap sering

    juga disebut biaya kepemilikan (ownership cost). Biaya ini

    tidak tergantung pada produk yang dihasilkan dan bekerja

    atau tidaknya mesin serta besarnya relatif tetap.

    Dengan demikian biaya tetap dapat didefinisikan

    sebagai biaya yang secara total tidak berubah saat aktifitas

    suatu usaha ekonomi meningkat atau menurun (Gambar 27).

    Namun demikian dapat dipahami bahwa biaya tetap tidak

    akan berubah selama kegiatan ekonomi berlangsung di dalam

    rentang kegiatan tertentu. Jika kegiatan ekonomi akan

    dilakukan melebihi dari rentang kegiatan yang ada maka

    akan berakibat terhadap peningkatan biaya tetap karena

    perluasan tempat ataupun peralatan yang diperlukan.

  • 105

    Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya tetap antara

    lain biaya penyusutan, biaya bunga modal, asuransi, pajak,

    dan biaya bangunan.

    Gambar 27. Garis Biaya Tetap

    Rp0.00

    Rp1.00

    Rp2.00

    Rp3.00

    Rp4.00

    Rp5.00

    Rp6.00

    Rp7.00

    Rp8.00

    Rp9.00

    0 2 4 6 8

    Biaya Tetap

    Bi