cidera pada persendian
TRANSCRIPT
Muskuloskeletal 2010-2011 / Pemicu 2 1
Cidera pada Persendian
oleh Evan Regar, 0906508024
Anatomi Persendian1
Persendian (joint, articulation, arthrosis) merupakan suatu cara yang dilakukan oleh tubuh untuk membentuk
hubungan antartulang yang memungkinkan terjadinya pergerakan dan fleksibilitas. Persendian pada umumnya
merupakan tempat pertemuan dua tulang, atau antara tulang dan kartilago, serta antara tulang dengan gigi
(gomphosis).
Berdasarkan struktur dan karakteritstik anatomisnya, persendian terbagi menjadi persendian fibrosa,
persendian kartilaginosa, dan persendian sinovial. Persendian yang terakhir ini merupakan persendian yang
memiliki ruang sinovial dan disatukan oleh jaringan ikat padat ireguler melalui suatu kapsul artikular dan
ligamen aksesori lainnya. Secara fungsional dan kemampuan pergerakannya, persendian terbagi menjadi
sinartrosis (tak-mampu gerak); amfiartrosis (gerakan terbatas); dan diarthrosis (pergerakan secara bebas).
Seluruh persendian sinovial memiliki karakteristik fungsi diarthrosis. Pembahasan akan ditekankan pada sendi
sinovial.
Gambar 1 – Struktur sendi sinovial tipikal1
Sendi sinovial memiliki ruang sinovial yang meliputi tempat kedua ujung tulang bersendi. Kedua ujung tulang ini
memiliki kartilago artikular yang membuat ujung tulang menjadi halus, licin, namun tidak menyebabkan saling
menempel. Kapsul artikular berfungsi sebagai “baju” yang menyelubungi sendi sinovial, terdiri atas lapisan
fibrosa (merupakan kontunitas dari periosteum) yang menempel ke periosteum dan dibentuk dari jaringan ikat
padat ireguler (kolagen) serta lapisan sinovial di dalam. Lapisan fibrosa ini memberikan sifat fleksibilitas
sekaligus kekuatan (tahanan terhadap regangan) kepada struktur persendian. Ligamen merupakan serabut serat
yang merupakan bagian dari membran fibrosa yang struktur serabutnya tersusun secara paralel dan sangat
resisten terhadap regangan. Ligamen dapat merupakan kepemilikan dari struktur kapsul artikular, maupun
ligamen ekstrakapsular.
Persarafan sendi sama seperti yang mempersarafi otot rangka yang menggerakan sendi tersebut. Sendi sinovial
banyak memiliki ujung saraf yang terdistribusi ke kapsul artikular, dan pada umumnya membawa informasi
nyeri dan proprioseptif. Meskipun persendian ini cenderung avaskuler, tetap dapat ditemukan arteri dan vena
yang menembus ligamen dan kapsul artikuler. Dalam hal ini, cairan sinovial berperan dalam pertukaran nutrisi
dan gas bagi kondrosit yang mendiami kartilago artikular.
Muskuloskeletal 2010-2011 / Pemicu 2 2
Gambar 2 – Gambaran sinar X
dislokasi siku seorang pria 24
tahun
Sprain dan Torn Ligaments
Sprain disebabkan oleh tarikan mendadak terhadap ligamen, menyebabkan ligamen mengalami robekan
sebagian dan pendarahan lokan, namun tidak menyebabkan kehilangan kontinuitas. Sprain dapat ditunjukkan
dengan adanya pembengkakan lokal, rasa hangat, dan nyeri yang semakin hebat jika terjadi pergerakan dari
sendi yang meliputi ligamen yang robek. Persendian yang berada di sekitarnya tidak mengalami instabilitas.
Serupa dengan sprain, torn ligaments juga melibatkan ligamen. Perbedaan dengan sprain adalah pada torn
ligaments, ligamen robek secara sempurna (a complete tear of certain ligaments).
Kontusio
Kontusio diakibatkan oleh gaya mendadak yang mengenai persendian, sehingga membran sinovial sendi
bereaksi terhadap cidera ini dengan menghasilkan cairan sinovial berlebih, menghasilkan efusi, serta cairan
sinovial dapat keluar akibat ruptur membran sinovial.
Dislokasi
Secara definisi, dislokasi (atau luksasi) merupakan suatu keadaan tidak terjalinnya lagi kontak antara permukaan
artikular (articular surface, permukaan tempat pertemuan dengan tulang lain). Secara umum, istilah dislokasi
digunakan apabila terjadi kehilangan kontak persendian secara menyeluruh. Sementara itu, dislokasi tak
sempurna (incomplete dislocation, atau sering pula disebut subluksasi) merupakan suatu keadaan dislokasi,
namun di beberapa bagian tulang tertentu masih terdapat kontak persendian.2 Baik luksasi maupun subluksasi,
keduanya hanya dibedakan dari derajat keparahan, dan keduanya pada umumnya memiliki karakteristik
robeknya ligamen, tendon, dan kapsul artikuler, serta menimbulkan rasa nyeri yang amat sangat.
Dislokasi pada umumnya dikatakan sebagai kehilangan stabilitas
struktural persendian.3 Penyebab yang paling sering menyebabkan
dislokasi ialah faktor fisik (gaya, akibat trauma) yang memaksa terjadinya
pergerakan sendi abnormal - di luar batas kemampuan gerakan sendi itu,
atau gaya yang langsung merusak struktur persendian. Kerusakan yang
terjadi dapat berupa komponen tulang di dalam persendian, jaringan ikat,
kapsul sendi, ligamen, atau gabungan. Selain daripada faktor gaya,
dislokasi dapat diakibatkan oleh keadaan kongenital, osteoarthritis,
penyakit yang menyerang sendi, serta kelemahan otot (sebagai contoh,
dalam kasus Duchenne muscular dystrophy, sering terjadi dislokasi dan
subluksasi sendi panggul).
Gejala klinis dari dislokasi sendi yang dapat ditemukan adalah:
a. Terlihatnya persendian yang memiliki bentuk yang abnormal;
b. Pergerakan yang terbatas, penurunan ROM (range of motion)
gerakan pada sendi yang mengalami dislokasi;
c. Terlihat bengkak dan memar di sekitar persendian; dan
d. Rasa nyeri yang sangat hebat, terutama apabila pada sendi
tersebut dicobakan untuk dilakukan pergerakan atau menahan
beban.
Muskuloskeletal 2010-2011 / Pemicu 2 3
Berikut ini akan dibahas beberapa dislokasi dan subluksasi yang sering terjadi pada persendian tubuh tertentu.
Catatan: Hampir pada semua sendi mengalami klasifikasi dislokasi, tergantung sisi mana yang mengalami dislokasi, jenis dislokasi,
atau hal lain. Klasifikasi dislokasi yang spesifik untuk sendi tertentu tidak akan dikaji di tulisan ini.
Dislokasi pada sendi bahu, paling sering terjadi pada sendi sternoclavicular dan acromioclavicular. Sendi
sternoclavicular menghubungkan rangka aksial dengan apendikular. Dislokasi terjadi akibat gaya yang menerpa
klavikula anterior dan menyebabkan dislokasi posterior. Gaya yang menekan secara medial membuat sendi ini
mengalami dislokasi secara anterior. Pada sendi acromioclavicular, dislokasi sering disebut sebagai pemisahan
bahu (shoulder seperation) dan lebih sering terjadi dibandingkan dislokasi sendi sebelumnya. Dislokasi sendi ini
sering disebabkan oleh sendi ini menyerap gaya yang mengenai bahu, sehingga sering mengalami dislokasi
apabila seseorang terjatuh.
Dislokasi pada sendi siku, merupakan dislokasi yang tercatat sebanyak 20% dari seluruh jenis dislokasi.4
Dislokasi ini mudah diterangkan melalui mekanisme seseorang yang terjatuh, pada umumnya melalui lengan
yang hiperekstensi. Terdapat pula dislokasi dari caput radius dan fraktur ulna bagian proksimal, yang disebut
sebagai fraktur-dislokasi monteggia dari siku.
Dislokasi pada sendi panggul merupakan suatu pertanda trauma dengan intensitas berat. Hal ini disebabkan
gaya yang dibutuhkan untuk menyebabkan dislokasi panggul pada umumnya cukup besar dan banyak
melibatkan kerusakan jaringan lunak di sekitarnya. Dislokasi jenis ini sering disebabkan oleh kecelakaan lalu
lintas.
Dislokasi pada sendi panggul dapat dibagi menjadi dislokasi anterior; maupun dislokasi posterior. Pada kasus
dislokasi anterior, cidera umumnya diakibatkan kecelakaan kendaraan atau jatuh dengan posisi tubuh yang
salah. Mekanisme cidera diduga akibat abduksi yang dipaksakan. Anggota gerak yang terlibat akan mengalami
pemendekkan dan rotasi internal. Sedangkan pada dislokasi posterior, cidera pada umumnya diakibatkan gaya
yang bekerja melawan posisi femur dan lutut yang sedang fleksi, seperti pada lutut yang menghtam dashboard
mobil selama proses tabrakan. Apabila panggul sedang dalam keadaan adduksi pada saat tersebut, dislokasi
yang ringan lebih sering terjadi, namun apabila sedang dalam posisi abduksi, terkadang dislokasi ini disertai pula
dengan fraktur acetabulum. Anggota gerak yang terlibat cenderung mengalami rotasi eksternal.
Gambar 3 – Posterior hip dislocation merupakan jenis dislokasi panggul yang paling sering terjadi
Dislokasi subtalar dan talar terjadi akibat gaya inversi yang terus meningkat bekerja pada kaki, menyebabkan
ligamen sekitar talus menjadi ruptur. Gaya-gaya yang bekerja seperti inversi dan rotasi internal menyebabkan
ruptur ligamen talonavicular. Apabila gaya terus terjadi, selanjutnya ligamen medial, intraosseous, danlateral
talocalcaneal juga akan ruptur. Pada kasus seperti ini, kulit sekitar pada umumnya mengalami luptur dan talus
menampak keluar dari permukaan kaki.
Muskuloskeletal 2010-2011 / Pemicu 2 4
Diagnosis pada Kasus-Kasus Dislokasi dan Subluksasi
Pada kasus-kasus seperti ini, pasien umumnya “merasakan” ada sesuatu yang berbeda dari sendi yang
mengalami dislokasi, akibat adanya informasi propioseptif yang secara normal memberikan informasi tentang
sensasi sendi.3 Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan adanya pembengkakan (swelling), kecuali untuk
persendian yang terletak di dalam, misalnya persendian pinggil; serta adanya deformitas (berupa angulasi, rotasi,
kehilangan kontur normal, atau pemendekkan). Pemeriksaan dislokasi dan subluksasi sebaiknya juga disertai
dengan pemeriksaan korda spinalis, saraf perifer, serta pembuluh darah. Untuk pemeriksaan penunjang,
diperlukan pemeriksaan radiologi paling tidak dari dua proyeksi yang saling tegak lurus satu sama lain (antero-
posterior dan lateral).
Kepustakaan
1. Tortora JG. Derrickson B. Principles of anatomy and physiology: 12th
edition. Danvers: John Wiley & Sons; 2009. p.266-70
2. Wyatt JP. Illingworth RN. Robertson CE. Clancy MJ. Munro PT. Oxford
handbook of accident and emergency medicine: 2nd edition. Oxford:
Oxford University Press; 2005. p.409
3. Salter RB. Textbook of disorders and injuries of the musculosceletal
system: 3th edition. Maryland: Lippincott Williams & Wilkins; 1999.
P.489-91
4. Swiontkowski. Marc F. Stovitz. Steven D. Manual of orthopaedics: 6th
edition. Maryland:Lippincott Williams & Wilkins; 2001.