cariyos anÈh-anÈh - digilib.uns.ac.id/cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id...

262

Click here to load reader

Upload: dangquynh

Post on 20-Feb-2018

625 views

Category:

Documents


155 download

TRANSCRIPT

Page 1: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

CARIYOS ANÈH-ANÈH

(SUATU TINJAUAN FILOLOGIS)

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan

guna Mencapai Gelar Sarjana Sastra

Jurusan Sastra Daerah

Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas sebelas Maret

Disusun Oleh

Dewinta Ayu Hapsari

C0108025

JURUSAN SASTRA DAERAH

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Dewinta Ayu Hapsari

NIM : C0108025

Menyatakan bahwa sesungguhnya skripsi yang berjudul Cariyos

Anèh-Anèh (Suatu Tinjauan Filologis) adalah benar-benar karya sendiri,

bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya

saya dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam

daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari pernyataan ini terbukti tidak benar, maka

saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar

yang diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, 12 November 2012

Yang membuat pernyataan

Dewinta Ayu Hapsari

Page 5: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

MOTTO

“ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada agamamu dan

pada negaramu.“ ( Akis Dharma )

“ Kebenaran itu, wajah-wajah tanpa nafas, mari kita cari warna kita sendiri.“

( Oka Rusmini, Warna Kita )

“ Yèn siya iku ambêking kewan, wêlasan iku ambêking manungsa.”

Terjemahan: Apabila tindak semena-mena adalah watak hewan, maka welas asih

adalah watak manusia. ( C. F Winter, Cariyos Anèh-Anèh )

Page 6: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Perempuan-perempuan terhebat dalam hidupku;

Ibuku tercinta (Ibu Sri), Mbah Ninik dan Mbah „Iji (Almh.)

Bapakku (Pak Trisno)

Pakdhe Dhiono (Alm.)

Almamaterku

Page 7: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah mencurahkan segala rahmat, taufik, hidayah-Nya sehingga penulis mampu

menyelesaikan skripsi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Cariyos Anèh-Anèh (Suatu Tinjauan Filologis)”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh

gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam proses penyusunan skripsi ini tidak

lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sastra dan

Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Supardjo, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah dan

pembimbing pertama yang telah membimbing penulis selama studi di

Jurusan Sastra Daerah sampai pada proses penulisan skripsi.

3. Dra. Dyah Padmaningsih, M. Hum., selaku pembimbing akademik

yang telah membimbing penulis selama studi.

4. Dra. Endang Tri Winarni, M.Hum., selaku pembimbing kedua yang

telah berkenan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi.

5. Bapak dan ibu dosen Jurusan Sastra Daerah yang telah berkenan

memberikan ilmunya kepada penulis.

6. Kepala dan staf perpustakaan pusat Universitas Sebelas Maret

Surakarta serta perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa.

Page 8: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

7. Kepala dan staf Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Jakarta,

Perpustakaan Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta, Sasana

Pustaka, Reksa Pustaka dan Radya Pustaka Surakarta.

8. Bapak dan Ibu yang penuh kasih sayang. Mbah Ninik, Om Agus, Om

Bambang, Budhe Ning Dhiono, adikku Ama dan Ibu Sukasmiyati di

Jogja, terima kasih untuk seluruh perhatian serta do‟a.

9. Muhammad Akis Dharmaputra, A. Md yang senantiasa sabar dan

penuh perhatian, terima kasih untuk seluruh imaji, imanen, kenangan

dan harapan.

10. Keluarga Besar Teater TESA, give but never give up!

11. Sedulur-sedulur GUPITA, Komunitas Kelas Puisi Malna dan Afrizal

Malna terima kasih untuk pengalaman menulis yang tak terlupakan.

12. Teman-teman Sastra Daerah angkatan 2008, terutama teman-teman

bidang Filologi yang selalu memberikan semangat kepada penulis.

13. Teman-teman eks-Laßaro (kelas Bahasa II 2008 SMA Negeri 6

Surakarta) dan teman-teman Sekolah Vokasi D3 Tourism UGM.

Penulis menyadari dengan sepenuh hati, bahwa skripsi ini masih belum

sempurna. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat

membangun demi perbaikan selanjutnya. Akhirnya, semoga skripsi ini bermanfaat

bagi para pembaca dan pemerhati masalah filologi di Indonesia.

Surakarta, 12 November 2012

Penulis

Page 9: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii

HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. iv

HALAMAN MOTTO ............................................................................................. v

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... vi

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ...................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xv

ABSTRAK ......................................................................................................... xvii

SARI PATHI ...................................................................................................... xviii

ABSTRACT ....................................................................................................... xix

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Batasan Masalah .................................................................................. 16

C. Rumusan Masalah ............................................................................... 17

D. Tujuan Penelitian ................................................................................. 17

E. Manfaat Penelitian .............................................................................. 18

F. Sistematika Penulisan .......................................................................... 19

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................ 20

A. Pengertian Filologi ........................................................................... 20

B. Objek Kajian Filologi ......................................................................... 21

C. Langkah Kerja Penelitian Filologi .................................................... 22

D. Pengertian Dongeng dan Anekdot ....................................................... 28

E. Pengertian Etika, Moral dan Moralitas .............................................. 30

F. Ajaran Kepemimpinan ....................................................................... 32

Page 10: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 37

A. Bentuk dan Jenis Penelitian .............................................................. 37

B. Sumber Data dan Data .................................................................... 38

C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 38

D. Teknik Analisis Data ........................................................................ 39

BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................... 42

A. Kajian Filologis .................................................................................. 42

1. Deskripsi Naskah ....................................................................... 42

2. Kritik Teks ................................................................................. 60

3. Suntingan Teks, Aparat Kritik,dan Transliterasi ............................ 71

4. Sinopsis ....................................................................................... 185

B. Kajian Isi ........................................................................................... 212

1. Ajaran Moral Kepemimpinan Raja .............................................. 215

2. Ajaran Moral untuk Prajurit ........................................................ 225

3. Ajaran Moral Kepemimpinan Hakim dan Jaksa ......................... 233

BAB V PENUTUP ........................................................................................... 240

A. Simpulan ..................................................................................... 240

B. Saran ............................................................................................ 242

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 243

LAMPIRAN ..................................................................................................... 247

Page 11: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Nama rêrênggan, têmbang, jumlah pupuh dan pada CAA ................... 51

Tabel 2.1 Varian Lakuna kesalahan pemenuhan metrum têmbang .................... 61

Tabel 2.2 Varian Adisi kesalahan pemenuhan metrum têmbang ....................... 64

Tabel 3.1 Varian Lakuna kesalahan penulisan kata .......................................... 65

Tabel 3.2 Varian Adisi kesalahan penulisan kata ............................................. 66

Tabel 4. Varian Hipercorect ........................................................................... 67

Tabel 5. Varian Ketidakkonsistenan Penulis ...................................................... 69

Tabel 6. Varian Corrupt .................................................................................... 70

Tabel 7. Varian Transposisi ................................................................................. 71

Tabel 8. Varian kesalahan pemenuhan metrum têmbang (guru lagu) ............... 71

Page 12: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

A. Singkatan

CAA : Cariyos Anèh-Anèh

cm : centi meter

EYD : Ejaan Yang Disempurnakan

g : gatra

hlm. : halaman

No. : Nomor

KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia

MSB : Museum Sonobudaya

P : pupuh

p : pada

SK : Studi Koleksi

B. Lambang

Ê : dibaca “ǝ ” seperti kata “benang”

è : dibaca “E” seperti kata “sketsa”

/ : tanda untuk memperjelas bagian gambar dan contoh

/ : menandai batas setiap baris

// : menandai batas setiap bait

# : edisi teks yang sesuai dengan konvensi tembang

* : edisi teks berdasarkan pertimbangan linguistik

@ : edisi teks berdasarkan konteks kalimat

Page 13: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Sampul depan naskah CAA ......................................................... 247

Lampiran 2. Halaman 1 naskah CAA ................................................................. 248

Lampiran 3. Halaman 2 naskah CAA ............................................................... 249

Lampiran 4. Halaman 3 naskah CAA ............................................................... 250

Lampiran 5. Halaman 22 naskah CAA ............................................................ 251

Lampiran 6. Halaman 23 naskah CAA ........................................................... 252

Lampiran 7. Halaman 24 naskah CAA ........................................................... 253

Lampiran 8. Halaman 52 naskah CAA ............................................................. 254

Lampiran 9. Halaman 53 naskah CAA ........................................................... 255

Lampiran 10. Halaman 54 naskah CAA ......................................................... 256

Lampiran 11. Halaman 87 naskah CAA ............................................................. 257

Lampiran 12. Halaman 88 naskah CAA ............................................................ 258

Lampiran 13. Halaman 89 naskah CAA ............................................................ 259

Lampiran 14. Halaman 132 naskah CAA .......................................................... 260

Lampiran 15. Halaman 133 naskah CAA .......................................................... 261

Lampiran 16. Halaman 134 naskah CAA .......................................................... 262

Lampiran 17. Halaman 135 naskah CAA .......................................................... 263

Lampiran 18. Halaman 136 naskah CAA .......................................................... 264

Lampiran 19. Halaman 190 naskah CAA .......................................................... 265

Lampiran 20. Halaman 191 naskah CAA ......................................................... 266

Lampiran 21. Halaman 192 naskah CAA .......................................................... 267

Lampiran 22. Halaman 193 naskah CAA .......................................................... 268

Lampiran 23. Halaman 194 naskah CAA .......................................................... 269

Lampiran 24. Halaman 195 naskah CAA .......................................................... 270

Lampiran 25. Halaman 196 naskah CAA .......................................................... 271

Lampiran 26. Halaman 197 naskah CAA .......................................................... 272

Lampiran 27. Halaman 198 naskah CAA .......................................................... 273

Lampiran 28. Halaman 226 naskah CAA .......................................................... 274

Lampiran 29. Halaman 227 naskah CAA .......................................................... 275

Page 14: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

Lampiran 30. Halaman 228 naskah CAA ......................................................... 276

Lampiran 31. Halaman 229 naskah CAA .......................................................... 277

Lampiran 32. Halaman 230 naskah CAA ........................................................ 278

Lampiran 33. Halaman 231 naskah CAA .......................................................... 279

Lampiran 34. Halaman 232 naskah CAA .......................................................... 280

Lampiran 35. Sampul belakang naskah CAA .................................................. 281

Lampiran 36. Watermark naskah CAA ............................................................ 282

Lampiran 37. Countermark naskah CAA ........................................................... 283

Page 15: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Judul naskah CAA ............................................................................ 5

Gambar 2. Sampul depan naskah cetak CAA ....................................................... 6

Gambar 3. Halaman judul naskah cetak CAA ....................................................... 6

Gambar 4. Kolofon naskah CAA .......................................................................... 7

Gambar 5. Keterangan nama penulis dlam naskah CAA ...................................... 7

Gambar 6. Contoh varian Lakuna kesalahan pemenuhan metrum têmbang ........ 8

Gambar 7. Contoh varian Adisi kesalahan pemenuhan metrum têmbang ............ 9

Gambar 8. Contoh varian kesalahan pemenuhan guru lagu .................................. 9

Gambar 9. Contoh varian Lakuna kesalahan penulisan kata ................................ 9

Gambar 10. Contoh varian Adisi kesalahan penulisan kata ................................... 9

Gambar 11. Contoh varian hipercorrect ............................................................. 10

Gambar 12. Contoh varian corrupt ..................................................................... 10

Gambar 13. Contoh ketidakkonsistenan penggunaan aksara rekan ..................... 10

Gambar 14. Contoh ketidakkonsistenan penggunaan aksara rekan ..................... 10

Gambar 15. Contoh ketidakkonsistenan penggunaan aksara rekan ..................... 10

Gambar 16. Contoh varian transposisi ................................................................. 11

Gambar 17. Kekeliruan dalam penggunaan huruf „dha‟ dan „da‟ ....................... 11

Gambar 18. Penulisan varian aksara ja cêrêk ..................................................... 11

Gambar 19. Contoh kata serapan dari Bahasa Indonesia .................................... 11

Gambar 20. Contoh kata serapan dari Bahasa Arab ........................................... 12

Gambar 21. Contoh kata serapan dari Bahasa Arab ........................................... 12

Gambar 22. Contoh kata serapan dari Bahasa Belanda ...................................... 12

Gambar 23. Contoh nama tempat atau negara .................................................... 12

Gambar 24. Contoh penulisan nama tempat atau negara .................................... 12

Gambar 25. Contoh penulisan nama-nama orang asing ...................................... 12

Gambar 26. Contoh penulisan nama-nama orang asing ...................................... 12

Gambar 27. Nomor naskah CAA ..................................................................... 44

Gambar 28. Cap nama pemilik dalam naskah CAA .......................................... 45

Gambar 29. Sampul depan naskah CAA ............................................................ 45

Page 16: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

Gambar 30. Sampul belakang naskah CAA ....................................................... 45

Gambar 31. Pembatalan aksara dengan sandhangan lebih dari satu ................... 47

Gambar 32. Pembatalan aksara menyisipkan huruf atau sandahangan .............. 48

Gambar 33. Penanda pergantian bait ................................................................... 48

Gambar 34. Penanda pergantian baris ................................................................. 48

Gambar 35. Mandrawapada pupuh I Dhandhanggula ....................................... 48

Gambar 36. Mandrawapada pupuh XI Kinanthi .............................................. 48

Gambar 37. Mandrawapada pupuh XXV Dhandhanggula ................................ 48

Gambar 38. Sasmita têmbang pupuh I Dhandhanggula ..................................... 49

Gambar 39. Sasmita têmbang pupuh V Pocung ................................................ 49

Gambar 40. Sasmita têmbang pupuh I Pocung ................................................... 49

Gambar 41. Watermark dalam naskah CAA ..................................................... 49

Gambar 42. Watermark bertuliskan Propatria Eiusque Libertate (Vryheyt) ...... 50

Gambar 43. Countermark dalam naskah CAA ..................................................... 50

Gambar 44. Penulisan nomor halaman dan nama têmbang naskah CAA ............ 51

Gambar 45. Purwapada pada awal penulisan naskah ....................................... 57

Gambar 46. Wêdana rênggan pada halaman 1 & 2 (pupuh I Dhandanggula) ... 58

Gambar 47. Wêdana rênggan pada halaman 1 & 2 (pupuh II Dhandanggula) .. 59

Gambar 48-49. Pemakaian tanda hubung untuk reduplikasi .............................. 73

Gambar 50-51. Penulisan dwipurwa (reduplikasi parsial) .................................. 73

Gambar 52-53. Penulisan teks dengan menggunakan (ô) .................................... 74

Gambar 54-55. Suntingan teks sastra laku ........................................................... 74

Gambar 56-57. Penggunaan sandhangan wyanjana ........................................... 74

Gambar 58-59. Suntingan teks fonem yang ditulis dengan /h/ ............................ 75

Gambar 60. Kekonsistenan penulis dalam menulis kata „namêr‟ ........................ 75

Gambar 61. Kekonsistenan penulis dalam menulis kata „batên‟ ......................... 75

Page 17: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

ABSTRAK

Dewinta Ayu Hapsari. C0108025. 2012. Cariyos Anèh-Anèh (Suatu Tinjauan

Filologis). Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu (1) bagaimanakah

suntingan teks Cariyos Anèh-Anèh yang bersih dari kesalahan dan mendekati asli? (2)

ajaran moral kepemimpinan apa sajakah yang terkandung dalam teks Cariyos Anèh-

Anèh?

Tujuan penelitian ini adalah (1) menyajikan suntingan teks Cariyos Anèh-

Anèh yang bersih dari kesalahan dan mendekati asli. (2) mengungkapkan ajaran moral

kepemimpinan yaitu kepemimpinan Raja, prajurit, hakim dan jaksa yang terkandung

dalam Cariyos Anèh-Anèh.

Bentuk penelitian ini adalah penelitian filologis yang bersifat deskriptif

kualitatif. Jenis penelitiannya adalah penelitian pustaka (library research). Data

dalam penelitian ini adalah naskah Cariyos Anèh-Anèh. Cariyos Anèh-Anèh

berbentuk têmbang macapat dan berhuruf Jawa carik berjumlah 232 halaman. Teknik

pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog naskah yang

tersimpan di perpustakaan atau instansi, judul didaftar, diadakan pengecekan

kebenaran keberadaan naskah dan microfilm naskah ke lokasi penyimpanan naskah

kemudian diadakan pengamatan, teknik reproduksi yaitu dengan teknik scan dari

microfilm melalui microreader kemudian data tersebut ditransfer ke dalam komputer

yaitu program Adobe Photoshop atau Microsoft Picture Manager, tahap selanjutnya

Cariyos Anèh-Anèh ditransliterasi.

Teknik analisis data melalui deskripsi naskah, kritik teks, suntingan teks

disertai dengan aparat kritik dan sinopsis. Metode standar (biasa) digunakan dalam

penelitian Cariyos Anèh-Anèh. Kemudian dilanjutkan dengan analisis isi. Kajian isi

untuk mengungkap ajaran moral yaitu ajaran moral kepemimpinan Raja, prajurit,

hakim dan jaksa yang terkandung dalam teks Cariyos Anèh-Anèh.

Simpulan penelitian ini adalah (1) Cariyos Anèh-Anèh koleksi Perpustakaan

Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta bernomor katalog MSB L.81/SK 93 Rol.60

no.3 merupakan naskah tunggal. Di dalamnya terdapat banyak varian seperti lacuna,

adisi, hipercorrect, corrupt, transposisi, ketidakkonsistenan penulis meliputi

ketidakkonsistenan penggunaan aksara rekan dan penulisan kata. Setelah melalui cara

kerja filologi dimulai dari deskripsi naskah, kritik teks, aparat kritik hingga

transliterasi, maka suntingan teks Cariyos Anèh-Anèh dalam penelitian ini merupakan

teks yang bersih dari kesalahan dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. (2)

Cariyos Anèh-Anèh adalah naskah yang berjenis sastra. Di dalamnya tertulis 58

dongeng yang ber-genre lelucon dan anekdot yang di dalamnya tertuang berbagai

ajaran moral kepemimpinan, antara lain ajaran moral kepemimpinan Raja, prajurit,

hakim dan jaksa. Ajaran moral tersebut tertuang dalam cerita-cerita yang ringan untuk

dipahami. Ajaran moral kepemimpinan Raja yaitu adil, bijaksana, welas asih, tidak

memikirkan diri sendiri dan berbudi bawalêksana. Ajaran moral kepemimpinan untuk

prajurit yaitu ikhlas, berani, teguh hati dan pantang menyerah, sedangkan ajaran

moral kepemimpinan untuk hakim dan jaksa adalah jujur, adil, tegas dan menolak

suap.

Page 18: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

SARI PATHI

Dewinta Ayu Hapsari. C0108025. 2012. Cariyos Anèh-Anèh (Kajian Filologis).

Skripsi: Jurusan Sastra Dhaerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Pawiyatan Luhur

Sebelas Maret Surakarta Hadiningrat.

Prêkawis ingkang dipunrêmbag wontên panalitèn punika (1) kados pundi

suntingan teks Cariyos Anèh-Anèh ingkang rêsik saking kalêpatan saha ingkang

cakêt kalihan babon utawi aslinipun? (2) piwulang moral kepemimpinan punapa

kemawon ingkang kaêwrat wontên ing teks Cariyos Anèh-Anèh?

Ancas ing panalitèn punika (1) angandharakên suntingan teks Cariyos

Anèh-Anèh ingkang rêsik saking kalêpatan saha ingkang cakêt kalihan babon utawi

aslinipun. (2) angandharakên piwulang moral kepemimpinan Raja, prajurit, hakim

lan jaksa ingkang kaêwrat wontên ing teks Cariyos Anèh-Anèh.

Wujud panalitènipun inggih punika panalitèn filologi ingkang sipatipun

deskriptif kualitatif. Jinis panalitènipun inggih punika panalitèn pustaka (library

research). Data panalitènipun inggih punika Cariyos Anèh-Anèh ingkang wujudipun

têmbang macapat mawi aksara Jawa carik kanthi cacah kaca wontên 232. Teknik

pengumpulan data kawiwitan saking inventarisasi mawi katalog-katalog naskah

ingkang kasimpên wontên ing perpustakaan utawi instansi, irah-irahan naskah

dipundhaptar, salajêngipun dipunwontênakên panalitèn lan ningali lêrêsipun

kawontênan naskah saha microfilm naskah dhatêng panggenan ingkang nyimpên

naskah kalawau. Salajêngipun teknik reproduksi, têgêsipun naskah dipun-scan saking

microfilm mawi microreader lan data dipunlêbêtakên wontên ing komputer, inggih

punika program Adobe Photoshop utawi Microsoft Picture Manager. Salajêngipun

Cariyos Anèh-Anèh dipun-translit, têgêsipun ingkang wau sêratan Jawi kasêrat

mawi sêratan Latin.

Teknik analisis data kanthi deskripsi naskah, kritik teks, suntingan teks,

dipunsarêngi aparat kritik lan sinopsis. Metode edisi kritis utawi metode standar

(biasa) dipun-ginakakên ing penyuntingan naskah Cariyos Anèh-Anèh.

Salajêngipun isi Cariyos Anèh-Anèh dipuntêliti. Kajian isi punika kangge

hangandharakên piwulang moral kepemimpinan inggih punika ajaran moral

kepemimpinan Raja, prajurit, hakim lan jaksa ingkang kasêrat wontên ing Cariyos

Anèh-Anèh. Dudutan wontên ing panalitèn punika (1) Cariyos Anèh-Anèh

kagunganipun Perpustakaan Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta Hadiningrat

kanthi angka katalog MSB L.81/SK 93 Rol.60 no.3 kasêbut naskah tunggal. Ing

salêbêtipun wontên kathah varian inggih punika lacuna, adisi, hipercorrect, corrupt,

transposisi, ketidakkonsistenan panyêrat inggih punika nyêrat aksara saha nyêrat

têmbung. Sabibaripun dipuntêliti kanthi cara kerja filologi kawiwitan saking

deskripsi naskah, kritik teks, aparat kritik, transliterasi, pramila suntingan teks

Cariyos Anèh-Anèh wontên ing panalitèn punika katêlah teks ingkang rêsik saking

kalêpatan saha sagêd dipuntanggêljawabakên kanthi ilmiah. (2) Cariyos Anèh-Anèh

punika jinis sêrat sastra. Ing salêbêtipun kasêrat 58 dongeng ingkang jinisipun kalêbêt

lelucon lan anekdot ingkang kakandhut ajaran moral, inggih punika ajaran moral

kepemimpinan Raja, prajurit, hakim lan jaksa. Ajaran moral kepemimpinan Raja

inggih punika adil, wicaksana, wêlas asih, lan berbudi bawalêksana. Ajaran moral

kepemimpinan salajêngipun inggih punika kagêm para prajurit inggih punika ikhlas,

wani, têtêg saha botên nguciwani, mênawi ajaran moral kepemimpinan kagêm hakim

lan jaksa inggih punika jujur, adil lan tegas.

Page 19: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xix

ABSTRACT

Dewinta Ayu Hapsari. C0108025. 2012. Cariyos Anèh-Anèh (Philology Studies).

Skripsi: Javanese Literature Program Faculty of Letters and Fine Arts Sebelas Maret

University Surakarta.

Problem statements in this research are (1) how does the editing of Cariyos

Anèh-Anèh which is no mistakes and close to the original version? (2) how does the

leadership moral value contained in the Cariyos Anèh-Anèh?

The purposes of this research are (1) to present the editing version of

Cariyos Anèh-Anèh which is close to the original version and no mistake in editing.

(2) to describe any kind of leadership moral value in the Cariyos Anèh-Anèh.

The form of this research is philological research that has sort of descriptive

qualitative. A kind of this research is library research. The data in this research are

Cariyos Anèh-Anèh formed têmbang macapat and typed in Jawa Carik and consist of

232 pages. Techniques of data collection through inventory catalogs script stored in

the library or institusions, the title is listed, checking the truth of the existence of the

manuscript was held and microfilm manuscripts and manuscripts storage location to

microfilm and held observations, namely reproduction technique with scans of the

microfilm technique through microreader which data is transferred into the computer

program Adobe Photoshop and Microsoft Office Picture Manager. The next step,

Cariyos Anèh-Anèh transliterated.

Engineering analysis of data, through the description of a manuscript

criticism of text, edits a text accompanied with an apparatus criticism and translation.

The method or methods of the standard critical edition (commonly) used in the

method editor Cariyos Anèh-Anèh. Then proceed with the analysis of the content.

Studies to reveal contents of moral leadership teachings pertaining to king, soldier,

judge and public prosecutor beings contained in the Cariyos Anèh-Anèh.

The conclusions ofthis research are (1) Cariyos Anèh-Anèh from Library

Museum Negeri Sonobudoyo collection catalog number MSB L.81/ SK 93 Rol.60

no.3 is a single script. In Cariyos Anèh-Anèh there are many variants like lacuna,

adisi, hipercorrect, corrupt, transpotition and author inconsistency which consist of

inconsistency in using colleague script and writting word. After by philology

procedure, starts from manuscripts description, text criticism, criticism apparatus,

until transliteration, so editing of text Cariyos Anèh-Anèh in this research were no

mistakes and can be scientific responsibilty. (2) Cariyos Anèh-Anèh is kind of literary

script. In Cariyos Anèh-Anèh consist of 58 fairytale which have funny genre (jokes)

and anecdotes. There are many leadership moral value, such as King leadership moral

value, soldier, judge and public prosecutor. There are moral value in simple stories in

Cariyos Anèh-Anèh and easy to understand. King leadership moral value like fair,

wise, mercy, didn‟t think by one self and moral berbudi bawalêksana. Moral value

for soldier there are sincere, brave, consience and never gave up, while leadership

moral value for judge and public prosecutor are honest, fair, distinct and refuse bribe.

Page 20: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

CARIYOS ANÈH-ANÈH

(SUATU TINJAUAN FILOLOGIS)

Dewinta Ayu Hapsari1

Drs. Supardjo, M. Hum2 Dra. Endang Tri Winarni, M.Hum

3

ABSTRAK

2012. Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni

Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu (1)

bagaimanakah suntingan teks Cariyos Anèh-Anèh yang bersih dari

kesalahan dan mendekati asli? (2) ajaran moral kepemimpinan apa

sajakah yang terkandung dalam teks Cariyos Anèh-Anèh?

Tujuan penelitian ini adalah (1) menyajikan suntingan teks Cariyos

Anèh-Anèh yang bersih dari kesalahan dan mendekati asli. (2)

mengungkapkan ajaran moral kepemimpinan yaitu kepemimpinan

Raja, prajurit, hakim dan jaksa yang terkandung dalam Cariyos

Anèh-Anèh.

Bentuk penelitian ini adalah penelitian filologis yang bersifat

deskriptif kualitatif. Jenis penelitiannya adalah penelitian pustaka

(library research). Data dalam penelitian ini adalah naskah

Cariyos Anèh-Anèh. Cariyos Anèh-Anèh berbentuk têmbang

macapat dan berhuruf Jawa carik berjumlah 232 halaman. Teknik

pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-

katalog naskah yang tersimpan di perpustakaan atau instansi, judul

didaftar, diadakan pengecekan kebenaran keberadaan naskah dan

microfilm naskah ke lokasi penyimpanan naskah kemudian

diadakan pengamatan, teknik reproduksi yaitu dengan teknik scan

dari microfilm melalui microreader kemudian data tersebut

ditransfer ke dalam komputer yaitu program Adobe Photoshop atau

Microsoft Picture Manager, tahap selanjutnya Cariyos Anèh-Anèh

ditransliterasi.

1 Mahasiswa Jurusan Sastra Daerah dengan NIM C0108025

2 Dosen Pembimbing I

3 Dosen Pembimbing II

Teknik analisis data melalui deskripsi naskah, kritik teks, suntingan

teks disertai dengan aparat kritik dan sinopsis. Metode standar

(biasa) digunakan dalam penelitian Cariyos Anèh-Anèh. Kemudian

dilanjutkan dengan analisis isi. Kajian isi untuk mengungkap

ajaran moral yaitu ajaran moral kepemimpinan Raja, prajurit,

hakim dan jaksa yang terkandung dalam teks Cariyos Anèh-Anèh.

Simpulan penelitian ini adalah (1) Cariyos Anèh-Anèh koleksi

Perpustakaan Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta bernomor

katalog MSB L.81/SK 93 Rol.60 no.3 merupakan naskah tunggal.

Di dalamnya terdapat banyak varian seperti lacuna, adisi,

hipercorrect, corrupt, transposisi, ketidakkonsistenan penulis

meliputi ketidakkonsistenan penggunaan aksara rekan dan

penulisan kata. Setelah melalui cara kerja filologi dimulai dari

deskripsi naskah, kritik teks, aparat kritik hingga transliterasi,

maka suntingan teks Cariyos Anèh-Anèh dalam penelitian ini

merupakan teks yang bersih dari kesalahan dan dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah. (2) Cariyos Anèh-Anèh

adalah naskah yang berjenis sastra. Di dalamnya tertulis 58

dongeng yang ber-genre lelucon dan anekdot yang di dalamnya

tertuang berbagai ajaran moral kepemimpinan, antara lain ajaran

moral kepemimpinan Raja, prajurit, hakim dan jaksa. Ajaran moral

tersebut tertuang dalam cerita-cerita yang ringan untuk dipahami.

Ajaran moral kepemimpinan Raja yaitu adil, bijaksana, welas asih,

tidak memikirkan diri sendiri dan berbudi bawalêksana. Ajaran

moral kepemimpinan untuk prajurit yaitu ikhlas, berani, teguh hati

dan pantang menyerah, sedangkan ajaran moral kepemimpinan

untuk hakim dan jaksa adalah jujur, adil, tegas dan menolak suap.

Page 21: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebudayaan merupakan akar setiap bangsa, termasuk bangsa Indonesia

yang memiliki kebudayaan yang beragam. Hal ini dapat terlihat dari peninggalan-

peninggalan yang merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia. Sebagai

pewaris kebudayaan, kita wajib melestarikan kebudayaan agar tidak hilang begitu

saja. Kebudayaan merupakan hal yang sangat berguna dalam kehidupan sehari-

hari. Peninggalan atau warisan budaya nenek moyang merupakan bentuk

kebudayaan sebagai hasil sintesa dari pengalaman-pengalaman masa lalu yang

terekam secara berkesinambungan dari kurun waktu yang cukup panjang.

Di antara warisan budaya tersebut adalah karya tulis yang tersimpan pada

bahan yang lama seperti batu, logam, kulit binatang, kulit kayu dan kertas

(Baried,dkk, 1994:1). Salah satu peninggalan tertulis yang kini kurang

mendapatkan perhatian yaitu peninggalan yang berupa naskah. Naskah merupakan

hasil tuangan ide, gagasan, sebuah saksi dari suatu dunia berbudaya dan suatu

tradisi peradaban, serta mampu memberikan informasi yang luas dan mendalam

tentang masyarakat pada zamannya (Baried,dkk, 1994: 1). Sebagai salah satu

peninggalan tertulis naskah-naskah lama menyimpan berbagai informasi penting

lebih banyak dari pada peninggalan sejarah yang lain dari masa lampau. Haryati

Soebadio (1975: 1) menyatakan bahwa,”naskah-naskah lama merupakan dokumen

Page 22: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

bangsa yang menarik bagi peneliti kebudayaan lama, karena memiliki kelebihan

yaitu dapat memberikan informasi yang lebih luas dibanding puing bangunan

megah seperti candi, istana raja dan pemandian suci yang tidak dapat berbicara

dengan sendirinya tetapi harus ditafsirkan”.

Banyak naskah kuno yang ditemukan namun yang tersimpan dan terawat

intensitasnya berkurang, karena perawatan yang relatif susah dan bahan-bahan

naskah yang memang tidak dapat bertahan lama sejalan dengan bertambahnya

umur naskah. Banyak pula jumlah naskah yang hilang atau bahkan rusak,

sehingga usaha penyelamatan naskah-naskah tersebut perlu dikembangkan.

Kondisi tersebut merupakan alasan perlunya naskah-naskah lama segera

mendapatkan penanganan untuk mencegah kepunahannya.

Naskah Jawa merupakan hasil dari sebuah karya sastra dan setiap karya

sastra tersebut tidak terlepas dari latar belakang kebudayaannya. Sastra

merupakan ciptaan manusia yang berbentuk bahasa baik lisan maupun tertulis

yang menimbulkan nilai estetis. Bahasa dalam karya sastra juga bersifat konotatif

artinya bahasa dalam karya sastra memiliki banyak tafsir, tidak banyak

menerangkan dan menyatakan apa yang dikatakan tetapi juga tidak bermaksud

mempengaruhi sifat pembaca, membujuk dan mengubah pendirian pembaca.

Bidang ilmu yang erat kaitannya dengan penanganan naskah adalah

bidang filologi. Penelitian filologi sangat diperlukan sebagai upaya untuk

mendapatkan naskah yang bersih dari kesalahan dan tersusun kembali seperti

semula atau mendekati aslinya. Hal tersebut disebabkan karena sebelumnya

naskah mengalami penyalinan untuk kesekian kalinya yang disesuaikan dengan

Page 23: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

kebudayaan sebagai akarnya. Dari kuantitas jumlah naskah yang besar, pada

kenyataannya kurang diimbangi dengan usaha penelitian naskah untuk

memberdayagunakan isi naskah yang terkandung di dalamnya.

Behrend (1990) menggolongkan naskah-naskah Jawa menjadi beberapa

bagian untuk mempermudah dalam penelitian dan ditinjau dari segi isinya, yaitu :

sejarah, agama Islam, silsilah, primbon dan pawukon, hukum dan peraturan,

wayang, musik, bahasa sastra wayang, tari-tarian, sastra, piwulang dan suluk, adat

istiadat, dan lain-lain. Dalam katalog lain pun naskah-naskah tersebut sudah

diklasifikasikan, sehingga mempermudah peneliti untuk melakukan penelusuran

ke tempat penyimpanan naskah. Berdasarkan klasifikasi dari Behrend (1990),

peneliti tertarik untuk meneliti naskah jenis sastra berjudul Cariyos Anèh-Anèh.

Naskah Cariyos Anèh-Anèh ini berisi tentang cerita-cerita yang

merupakan anecdotes dari Eropa, Timur Tengah dan Cina yang kemudian ditulis

kembali dalam bahasa Jawa dengan bentuk prosa oleh C.F Winter. Namun juga

ditemukan naskah lain dalam bentuk têmbang yang akhirnya dipilih sebagai objek

penelitian ini. Dalam naskah yang berbentuk têmbang tersebut banyak ditemukan

varian serta keunikan dan di setiap pupuhnya merupakan sebuah rangkaian cerita

yang disertai rêrênggan atau wêdana yang melambangkan isi cerita tersebut, total

seluruh cerita adalah 58 buah yang dituangkan dalam 62 pupuh. Maka dari itu

amat disayangkan apabila naskah ini tidak diteliti secara filologis.

Inventarisasi naskah dilakukan dengan pembacaan beberapa katalog

sebagai berikut:

Page 24: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

1. Deskriptive Catalogus of the Javanese manuscripts and Printed Book in

the Main Libraries of Surakarta and Yogyakarta ( Girardet – Sutanto,

1983 ).

2. Javanese Language Manuscrips of Surakarta Central Java A

Pleriminary Descriptive Catalogus Level I and II ( Nancy K. Florida,

1996 )

3. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid I Museum Negeri

Sonobudoyo Yogyakarta (Behrend, 1990)

4. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 3-B (Fakultas Sastra

Universitas Indonesia, 1998)

5. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 4 Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia (Lindsay, 1994 )

6. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 2 Keraton Yogyakarta

7. Katalog Lokal Perpustakaan Museum Radya Pustaka dan Perpustakaan

Reksa Pustaka Mangkunegaran, Surakarta.

Dari hasil inventarisasi yang dilakukan dari berbagai katalog, hanya

ditemukan satu manuskrip yang berjudul Cariyos Anèh-Anèh yaitu naskah carik

berbentuk têmbang tersimpan di Perpustakaan Museum Negeri Sonobudoyo

Yogyakarta dengan nomor MSB/L81 (Behrend 1990), kode koleksi perpustakaan

SK 93, yang kemudian dijadikan data utama oleh penulis. Microfilm dari naskah

tersebut tersimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan kode

Rol.60 No.3 dan tersimpan di Laboratorium Filologi, Jurusan Sastra Daerah,

Universitas Sebelas Maret dengan kode microfilm Pos.MSB-60 (Rec.0014).

Page 25: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Judul naskah tidak tertulis pada sampul maupun pada halaman judul,

judul naskah Cariyos Anèh-Anèh tersirat pada pupuh I (Dhandhanggula) pada 1

gatra ke 6.

Gb. 1 kolofon dalam naskah dan keterangan dalam kolofon (Pupuh I Dhandhanggula pada 1)

yang menerangkan judul naskah, yaitu ‘... cariyos dêdongèngan, anèh-anèh....‟, (Cerita Dongeng,

aneh-aneh) kemudian naskah tersebut lebih dikenal dengan judul Cariyos Anèh-Anèh.

Ditemukan pula buku cetak yang di tulis oleh C.F Winter dan diterbitkan

di Betawi dalam bentuk prosa pada tahun 1864. Kedua buku cetak tersebut yaitu

yang berjudul Cariyos Anèh-Anèh tersimpan di Perpustakaan Sasana Pustaka

Kraton Kasunanan Surakarta dengan nomor katalog 17635/60ha dan yang

berjudul Cariyos Anèh Tiga Bêlah di Perpustakaan Museum Radya Pustaka

Surakarta dengan nomor katalog 38020/359 (Girardet: 1983). Dari kedua buku

cetak tersebut yang keseluruhan ceritanya sama dengan versi têmbang adalah

buku cetak yang tersimpan di Perpustakaan Sasana Pustaka yaitu yang berjudul

Page 26: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Cariyos Anèh-Anèh, yang selanjutnya digunakan sebagai data pendukung dalam

penulisan ini.

Gb. 2 & 3 sampul depan buku cetak berjudul Cariyos Anèh-Anèh (17635/60ha) dan halaman judul

buku tersebut yang terdapat keterangan nama pengarang, tempat terbit dan tahun terbit, yaitu

tertulis „Cariyos Anèh-Anèh tinêdhak saking têmbung Walandi utawi saking têmbung Inggris,

dening tuwan Karèl Frèdêrik Wintêr, juru basa ing nagari Surakarta. Kaêcap ing gêdhong

pangêcapane Kanjêng Guvrêmèn ing Bêtawi, ing taun 1864.‟

Terjemahan: Cariyos Anèh-Anèh ditulis kembali dari Bahasa Belanda atau dari Bahasa Inggris,

oleh tuan Carèl Frèdêrik Wintêr, ahli bahasa (transliteur) dari Surakarta. Dicetak di gedung

percetakannya Kanjêng Guvrêmèn di Betawi, pada tahun 1864.

Cariyos Anèh-Anèh (selanjutnya disingkat CAA) yang tersimpan di

Perpustakaan Negeri Sonobudoyo disajikan dalam bentuk puisi atau têmbang.

Ukuran sampul naskah 20,5 cm X 33 cm, sedangkan ukuran teks 13,5 cm X 20

cm. Naskah ini terdiri dari 232 halaman. Cariyos Anèh-Anèh merupakan naskah

tulisan tangan (manuscript) dengan huruf Jawa berbahasa Jawa Baru ragam krama

serta banyak disisipi kata-kata dari bahasa Indonesia, bahasa Belanda dan bahasa

Arab. Naskah ini disalin pada hari Sabtu tanggal 8 Jumadilakir, tahun Ehe 1780

sesuai dengan sengkalan „muluk bujangga wiku wong‟. Disebutkan naskah ditulis

pada hari Sabtu tanggal 8, tetapi setelah dilakukan penelusuran tanggal 8

Page 27: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Jumadilakir jatuh pada hari Selasa Wage, 30 Maret 1852, sehingga belum

diketahui secara pasti kebenarannya. Informasi ini tercantum pada awal penulisan

naskah. Berikut kutipannya :

Gb. 4 keterangan kolofon pada naskah CAA yang berbunyi ” Ari sêptu ping astha ilallin,

ing Jumadilakir Ehe warsa, muluk bujangga wiku wong,” (Pupuh I Dhandhanggula, pada 1).

Terjemahan: Hari Sabtu terhitung tanggal delapan, pada bulan Jumadilakir tahun Ehe, muluk

bujangga wiku wong (merupakan sêngkalan yang menunjukkan angka tahun Jawa 1780).

Dalam kolofon yaitu pupuh I pada satu gatra delapan tertulis „tuwan

Winter juru basa, Surakarta....‟, yang mengindikasikan bahwa naskah tersebut

kemungkinan besar ditulis oleh seseorang bernama Winter.

Gb. 5 keterangan tentang nama penulis ,‟Tuwan Winter juru basa, Surakarta..‟(Pupuh I

Dhandanggula, bait 1, gatra 8) Terjemahan: Tuan Winter transliteur (ahli bahasa dan penerjemah

resmi) dari Surakarta.

Page 28: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Winter atau Carel Frederik Winter merupakan seorang keturunan

Belanda yang bekerja sebagai transliteur (penerjemah resmi) di Surakarta sejak

tahun 1818 sampai akhir hayatnya yaitu tahun 1859. Prof. T. Roorda seorang

dosen di Akademi Delf, Belanda bekerja sama dengan C.F Winter, menulis karya

sastra Belanda ke dalam bahasa Jawa yang kemudian tulisan-tulisan tersebut

dimuat di majalah-majalah mingguan di Belanda serta diterbitkan dalam bentuk

buku di Indonesia (dalam artikel mingguan Djoko Lodang No.822, 1988). Salah

satu karyanya ialah buku yang berjudul Cariyos Anèh-Anèh yang diterbitkan di

Batavia pada tahun 1864. Berikut adalah beberapa alasan mengapa Cariyos Anèh-

Anèh ini dijadikan objek kajian dalam penelitian ini :

Pertama, dalam pandangan filologis di dalam Cariyos Anèh-Anèh ini

terdapat banyak variant. Oleh karena itu perlu adanya kajian filologis guna

mendapatkan suntingan teks yang bersih dari kesalahan. Di dalam teks Cariyos

Anèh-Anèh ini ditemui banyak sekali permasalahan-permasalahan filologis, mulai

dari ejaannya, gaya menulis pengarang, hal-hal baru yang diadopsi, dll. Berikut

beberapa permasalahan-permasalahan filologis tersebut :

a. Kesalahan pemenuhan metrum (guru wilangan dan guru lagu) dalam

têmbang.

Lakuna

Gb. 6 kekurangan suku kata dalam têmbang Kinanthi (Pupuh XI, pada 8, gatra 4) yang

tertulis 7i seharusnya 8i, “.....kang tinya amangsuli, thole sira ing....”, mengalami pembetulan

berdasarkan pertimbangan konvensi têmbang menjadi “kang tinanya amangsuli”.

Terjemahan: „... yang bertanya menjawab, bocah (anak lelaki) engkau...‟.

Page 29: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Adisi

Gb. 7 kelebihan kata dalam têmbang Mêgatruh (Pupuh XV, pada 11, gatra 5) yang tertulis 9o

seharusnya 8o, “......prapti, wus sun pêsthi mulya mêngkono.”, mengalami pembetulan

berdasarkan konvensi têmbang menjadi “wus pêsthi mulya mêngkono”.

Terjemahan: „.... datang, sudah pasti saya memperoleh kemuliyaan‟.

Kesalahan pemenuhan guru lagu

Gb. 8 kesalahan pemenuhan guru lagu dalam têmbang Kinanthi (Pupuh XLV, pada 27, gatra

4), “ amanggih sakêthi angsan,” yang tertulis 8a seharusnya 8i.

Terjemahan: „ menemukan seratus ribu (uang emas) dalam laci lemari‟.

b. Kesalahan dalam penulisan kata, yaitu:

Lacuna

Gb. 9 kelebihan suku kata pada pupuh XXV Dhandhanggula, pada 7, gatra 1, “rumangsuking

susum bayu”, mengalami pembetulan berdasarkan pertimbangan linguistik menjadi

“sungsum”.

Terjemahan: „merasuk ke dalam sungsum badan...„

Adisi

Gb. 10 kelebihan suku kata pada pupuh VIII Pocung, pada 5, gatra 5, “mumpung dungrung

lah dèn age...”, mengalami pembetulan berdasarkan pertimbangan linguistik menjadi

“durung”. Terjemahan: „.... kebetulan belum maka segeralah. „

Page 30: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Hipercorrect

Gb. 11 pada Pupuh III Gambuh, pada 2, baris 4,” nalendra dyah”, mengalami pembetulan

berdasarkan pertimbangan linguistik menjadi “narendra”.

c. Corupt adalah bagian naskah yang rusak atau berubah sehingga sulit terbaca.

Gb. 12 pada Pupuh XXVII Pocung, pada 3, gatra 3 „saèstu ju....‟ pada kata tersebut salah satu

hurufnya mengalami corrupt disebabkan naskah asli yang berlubang, sehingga mengakibatkan

kata tersebut tidak terbaca.

d. Ketidakkonsistenan menggunakan aksara dalam menulis sebuah kata.

Misalnya saja ketidakkonsistenan menggunakan aksara rekan dalam menulis

kata „khakim‟, kata „kakim‟ dan kata „khakhim‟, yaitu:

Gb. 13 penulisan kata „khakim‟ , “...ulun matur panduka khakim,..” (Pupuh I

Dhandhanggula, pada 4, gatra 9)

Terjemahan: „Saya berkata pada paduka hakim‟.

Gb. 14 penulisan kata „kakim‟ , “... kakim lon pasrangkara,...” (Pupuh I Dhandhanggula,

pada 5, gatra 10)

Terjemahan: „Hakim kemudian berkata pelan‟.

Gb. 15 penulisan kata „khakhim‟ , “.. kya khakhim inggih kawula,...” (Pupuh XLV Kinanthi,

pada 12, gatra 5)

Terjemahan: „Hakim, betul hamba....‟.

Page 31: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

e. Transposisi adalah yaitu pertukaran letak suku kata, kata, maupun kelompok

kata.

Gb. 16 pertukaran letak sandhangan pada Pupuh LIII Asmaradana, pada 13, gatra 1, „sahega

mangkat nak mami‟, mengalami pembetulan pada kata „sahega‟ menjadi „saha ge‟ menurut

konteks kalimat. Terjemahan: „ Segeralah berangkat anakku‟.

f. Kekeliruan dalam penggunaan huruf „dha‟ dan „da‟.

Gb. 17 kesalahan dalam penggunaan huruf „da‟ dan „dha‟ pada Pupuh I Dhandhanggula,

pada 5, gatra 7,” jara kuncak dhadung”, kata „dadung‟ seharusnya ditulis „dhadhung‟.

Pembetulan berdasarkan pertimbangan linguistik.

g. Penulisan aksara „nya‟ (v) dengan menggunakan varian aksara ja cêrêk.

Gb. 18 Ja cêrêk dibaca nya, “...ingkang nyêpêng sarogira,....” (Pupuh XI Kinanthi, pada 4)

Terjrmahan: „.. yang memegang kuncinya.‟

h. Terdapat kata-kata serapan dari Bahasa Indonesia, Bahasa Arab dan Bahasa

Belanda.

Gb. 19 contoh kata serapan dari Bahasa Indonesia pada pupuh XXII Mijil, pada 1, gatra 6,”

idhup’.

Page 32: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Gb. 20 & 21 contoh kata-kata serapan dari Bahasa Arab pada pupuh III Gambuh, pada 9,

gatra 5,” wakhyu kubra” dan pada pupuh XIV Sinom, pada 7, gatra 9, “ pratingkah batos lun

walahualam”

Gb. 22 contoh kata serapan dari Bahasa Belanda pada pupuh I Dhandhanggula, pada 4, gatra

2 dan pada pupuh XXXV Pangkur, pada 1, gatra 6,” landrat’.

i. Terdapat nama-nama asing misalnya nama orang, nama tempat atau negara,

antara lain Siwitsêr, Frakik, Prêsman, Lodhuwik, Iskandar, Gramon.

Gb. 23 & 24 nama tempat atau negara pada pupuh XIII Pocung, pada 1, gatra 4,” nêgari

Frakrik” dan pada pupuh XI Kinanthi, pada 1, gatra 3, “ ing Siwitsêr nê...”.

Gb. 25 & 26 nama-nama orang asing pada pupuh XIII Pocung, pada 1, gatra 2,” Prabu

Lodhuwik” dan pada pupuh XIV Kinanthi, pada 1, gatra 9, “ Iskandar”.

Oleh karena banyaknya varian yang dipaparkan di atas, naskah Cariyos

Anèh-Anèh perlu dikaji secara filologis.

Kedua, dari segi isi naskah Cariyos Anèh-Anèh sangat menarik untuk

diungkapkan sisi moralitasnya. Moral dalam cerita biasanya dimaksudkan sebagai

suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis,

yang dapat diambil dan ditafsirkan lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca

(Kenny 1966 dalam Burhan, 1995: 322). Pesan moral biasanya bersifat universal

dan dapat diterapkan dalam berbagai segi atau aspek kehidupan baik diri sendiri,

lingkungan keluarga, masyarakat luas serta dalam sebuah negara.

Page 33: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Naskah Cariyos Anèh-Anèh terdiri dari 58 dongeng pendek yang ber-

genre anekdot ini sangatlah kompleks. Ke-58 cerita ini dituangkan dalam 62

pupuh, yaitu masing-masing cerita terdiri dari satu atau dua pupuh. Di dalamnya

terdapat beragam cerita yang mengungkapkan sisi baik dan buruk dalam

kehidupan yang diungkapkan secara ringan dan ada pula yang diungkapkan secara

jenaka. Dari ke-58 cerita diatas beberapa diantaranya memuat pesan moral, antara

lain ajaran kepemimpinan Raja, kepemimpinan prajurit, kepemimpinan hakim dan

juga jaksa.

Ajaran moral kepemimpinan Raja tertuang dalam beberapa pupuh yang

tertulis dalam naskah CAA. Salah satunya adalah ajaran kepemimpinan Raja yaitu

menjadi seorang pemimpin tidak boleh egois atau mementingkan diri sendiri.

Menjadi seorang pemimpin hendaknya memikirkan kepentingan bersama demi

mencapai keselamatan dan kesejahteraan. Misalnya saja, pada Pupuh II naskah

CAA yaitu kisah tentang seorang Raja bernama Prabu Dhariyus yang melarang

prajuritnya agar tidak meruntuhkan jembatan demi keselamatan para prajurit yang

masih tertinggal di medan perang.

“rèh iktiyar pambêngana nênggih/ pambujunge mêngsah dalêm

narpa/ nata alon timbalane/ iku ingsun tan rêmbug/ kêranane

pangèsthi mami/ yuswaning sun tan nêdya/ murwat kèh jinipun/

nganti ambelakna kapya/ umurira bala ngongkang mêksih kari/ anèng

jroning bêbaya// kang pakewuh ewuh angluwihi/ binabujung dèn

êluding mêngsah/ mêlayu ngungsi marene/ sumêdya labuh mring sun/

kawruhana cipta ngong mangkin/ tan darbe sêdya ala/ mung arja

rahayu/ kapya-kapya wadyaningwang/ anusula ingambah karêtêk

sami/ yèn wus kumpul ing pêrnah//” (CAA, Pupuh II Dhandhanggula,

pada 3 & 4)

Terjemahan: Memberi perintah menghalangi musuh dengan cara itu

(meruntuhkan jembatan), perburuan musuh sang Raja, maka Raja

berkata, itu aku lah yang tidak setuju, sebab menurutku, umurku ini

Page 34: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

tidak dapat, dibandingkan dengan banyaknya prajurit, yang sampai

mengorbankan sesama, umur seluruh prajuritku yang masih tertinggal,

dalam sebuah bahaya. Sungguh tidak enak hati, sangat berbahaya

perburuan musuhku (peperangan), hingga harus melarikan diri

(mengungsi) di tempat ini, bersedia berkorban untukku, pahamilah

apa yang aku ucapkan, agar tidak menemui keburukan, hanyalah

sejahtera dan keselamatan, untuk seluruh prajuritku, semoga dapat

menyusul melewati jembatan ini, dan dapat berkumpul kembali.

Dari kutipan diatas, Prabu Dhariyus terlihat begitu bijaksana dalam

mengambil keputusan dan memikirkan keselamatan seluruh prajuritnya. Beliau

tidak mau mengorbankan umur para prajuritnya dengan cara menolak

meruntuhkan jembatan yang dilaluinya sebab beliau berharap prajurit yang lain

dapat mengikutinya melewati jembatan tersebut untuk menyelamatkan diri.

Ajaran moral kepemimpinan prajurit juga terdapat pada beberapa pupuh

naskah CAA. Salah satunya adalah kisah tentang seorang senapati atau komandan

perang yang salah satu kakinya tertembus peluru hingga harus diamputasi.

Menjadi seorang prajurit dibutuhkan sikap berani, keikhlasan serta rela berkorban.

Teladan seorang prajurit dapat kita lihat dalam dua bait têmbang Kinanthi di

bawah ini:

“rêmbage kang para dhukun/ kang tatu tan kêna mari/ sungsum

balung katêrajang/ ing mimis angèl jinampin/ iyêg rêmbage wus

dadya/ kinêthok kang ponang rijlin// pêngagêng Prêsman kang tatu/

miyarsa dhukun kang dêling/ ayêm sêmu tan nglagewa/ pudhake asru

anangis/ moring jalma kathah miyat/ tuwane kang nandhang kanin//

alon dènira amuwus/ èh ya gene kowe nangis/ lah ta apa ora sira/

bêja kowe dina kari/ yèn kinêthok sikilingwang/ mung suci kêstiwêl

siji//” (CAA, Pupuh IX Kinanthi, pada 6-8)

Terjemahan: Kata para tabib, lukanya tidak dapat disembuhkan, tulang

sungsum diterajang peluru, dan peluru tidak dapat dikeluarkan, hingga

semuanya setuju, untuk mengamputasi salah satu kakinya. Komandan

Perancis yang terluka, memperhatikan perkataan tabib, kabar yang

tidak membahagiakan, pembantunya menangis tersedu-sedu, bersama

orang-orang yang juga, menyaksikan derita tuannya. Pelan ia (tuan)

Page 35: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

berkata, mengapa kamu menangis, apakah kamu tidak merasa,

beruntung di kemudian hari, jika kakiku harus dipotong, kamu hanya

akan memakaikan satu sepatu saja ke kakiku.

Dari kutipan diatas terlihat bahwa menjadi seorang prajurit harus

memiliki sifat ikhlas dan rela berkorban, seperti tokoh komandan dalam Pupuh IX

yang merelakan salah satu kakinya diamputasi karena tertembus peluru saat

berperang. Selain ajaran moral unruk prajurit, dalam naskah CAA juga terdapat

ajaran moral kepemimpinan untuk seorang jaksa.

Ajaran moral kepemimpinan untuk jaksa tersebut tertuang dalam sebuah

kisah yang tertulis pada Pupuh XXX têmbang Sinom, yaitu tentang seorang jaksa

yang menolak suap. Kutipannya sebagai berikut:

“kari dhawuhkên kewala/ kalah siji mênang siji/ iyêg sakanca manira/

nanging tan rampung saiki/ yèn durung ingsun yêkti/ balèkkên

darbèkmu wêdhus/ domba gêbirèn ingkang/ kowe kirimakên mami/

lah ta pira rêgane kang wêdhus domba// ing saiki ingsun bayar/ gugat

amangsuli angling/ kula botên sade menda/ tan wrin aosirèng

kambing/ inggih tuwan pirsani/ kanca panduka sêdarum/ kang

sampun sami tampa/ rumiyin pakintun mami/ kula sampun lêga lila

yya sumêlang// lah aja dadi tyasira/ yèn sira nora nampani/ baline

wêdhusmu domba/ tan rampung sadina iki/ nuli bayar tinampin/

sapuluh rupiyah rampung/ wong gugat garundêlan/ tobat yèn manèh

nglakoni/ amêminta adil marang ing pajêksan//” (CAA, Pupuh XXX

Sinom, pada 6, 7 & 8 )

Terjemahan: Tinggal menentukan saja, yang satu kalah dan satunya

lagi menang, ucap majikan, namun tidak dapat selesai sekarang, jika

belum aku tahu kebenarannya, ambil kembali kambing milikmu, tentu

kambing ini, yang kau kirimkan padaku, berapa harga kambing itu

katakanlah. Akan aku bayar sekarang, yang memiliki perkara

menjawab, aku tidak menjual kambing ini, tidak tampakkah tujuanku

memberikan kambing ini, ketahuilah tuan, teman anda semuanya,

yang sudah diterima, yang sebelumnya sudah aku kirimkan, aku sudah

ikhlas dan janganlah khawatir. Jangan menjadi sakit hatimu, jika kau

tidak menerima, saat aku kembalikan kambingmu itu, maka hari ini

juga, akan aku bayar, sepuluh rupiah dan selesai, orang yang

menggugat bersumpah serapah, tidak akan mengulang lagi, jika

menghadapi hukum di pengadilan.

Page 36: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Dari kutipan diatas, terlihat sikap jaksa yang tegas segera menolak suap

dalam menangani sebuah perkara. Sikap tersebut merupakan salah satu sikap yang

patut menjadi tauladan dalam masa sekarang ini mengingat banyaknya kasus suap

jaksa yang terkuak. Beberapa ajaran moral kepemimpinan Raja, prajurit, hakim

dan jaksa seperti yang tertulis diatas sangat relevan jika diterapkan dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara untuk mencapai tujuan bersama demi

memperoleh kesejahteraan.

Ketiga, berdasarkan informasi yang diperoleh dan pengamatan penulis,

ternyata penelitian yang dilakukan terhadap naskah Cariyos Anèh-Anèh baru

sebatas deskripsi naskah guna kepentingan pembuatan katalog, sedangkan

penelitian secara filologis dan telaah isi belum pernah dilakukan. Selain itu,

naskah Cariyos Anèh-Anèh ini merupakan naskah tunggal yang dikhawatirkan

keselamatannya, baik dari segi fisik maupun isi, mengingat bahan yang digunakan

berupa kertas yang tidak dapat bertahan lama sejalan dengan bertambahnya usia

naskah.

B. Batasan Masalah

Adanya berbagai bentuk permasalahan dalam Cariyos Anèh-Anèh

memungkinan naskah tersebut untuk diteliti dari berbagai sudut pandang.

Permasalahan yang berkaitan dengan naskah pun sangat beragam. Antara lain

adalah isi naskah yang luas jangkauannya, latar belakang penulisan naskah,

keadaan fisik naskah, fungsi sosial naskah, dan lain sebagainya. Oleh karena itu

Page 37: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

diperlukan pembatasan masalah. Batasan masalah tersebut lebih ditekankan pada

dua kajian utama, yakni kajian filologis dan kajian isi. Kajian filologis

menekankan pada penyajian suntingan naskah yang bersih dari kesalahan atau

yang mendekati asli, sedangkan kajian isi dalam penelitian ini adalah

pengungkapan ajaran-ajaran moral beberapa cerita yang terkandung dalam teks

Cariyos Anèh-Anèh.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah dalam

penelitian teks Cariyos Anèh-Anèh adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana suntingan teks Cariyos Anèh-Anèh yang bersih dari

kesalahan atau yang mendekati asli sesuai dengan cara kerja penelitian

filologi?

2. Bagaimana nilai ajaran moral yang terkandung dalam naskah dan teks

Cariyos Anèh-Anèh?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1. Menyajikan suntingan teks Cariyos Anèh-Anèh yang bersih dari kesalahan

atau yang mendekati asli sesuai dengan cara kerja filologi.

2. Mengungkapkan nilai ajaran moral yang terkandung di dalam naskah dan

teks Cariyos Anèh-Anèh.

Page 38: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua,

yakni manfaat praktis dan teoretis, sebagai berikut :

1. Manfaat Teoretis

a. Memperkaya penerapan teori filologi terhadap naskah.

b. Memberikan kontribusi pada perkembangan ilmu pengetahuan lain.

2. Manfaat Praktis

a. Membantu peneliti lain yang relevan untuk mengkaji lebih lanjut

naskah Cariyos Anèh-Anèh khususnya dan naskah Jawa pada umumnya

dari berbagai disiplin ilmu.

b. Menyelamatkan data dalam Cariyos Anèh-Anèh dari kerusakan dan

hilangnya data dalam naskah tersebut, sehingga dapat membantu dalam

pelestarian sastra lama terutama karya sastra Jawa, dalam hal ini

Cariyos Anèh-Anèh.

c. Mempermudah pemahaman isi teks Cariyos Anèh-Anèh, sekaligus

memberikan informasi kepada masyarakat tentang ajaran yang

terkandung di dalamnya.

d. Menambah kajian terhadap naskah Jawa yang masih banyak dan belum

terungkap isinya.

F. Sistematika Penulisan

Page 39: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

I. Pendahuluan

Bab ini merupakan uraian tentang latar belakang masalah, batasan

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

sistematika penulisan.

II. Landasan Teori

Bab ini menguraikan pengertian filologi, objek penelitian filologi dan cara

kerja filologi.

III. Metode Penelitian

Bab ini menguraikan bentuk dan jenis penelitian, sumber data dan data,

teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

IV. Pembahasan

Pembahasan diawali dengan pembahasan kajian filologi kemudian

dilanjutkan pembahasan kajian isi.

V. Penutup

Berisi kesimpulan dan saran, pada bagian akhir dicantumkan daftar

pustaka, lampiran-lampiran dan daftar istilah dalam naskah Cariyos Anèh-

Anèh.

Daftar Pustaka

Lampiran

Page 40: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Filologi

Filologi secara etimologis, berasal dari bahasa Yunani philologia yang

berasal dari dua kata yaitu philos yang berarti “cinta” dan logos yang berarti

“kata”. Sehingga filologi dapat diartikan sebagai “cinta kata” atau “senang

bertutur”, yang kemudian berkembang menjadi “senang belajar”, “senang ilmu”,

dan “senang kesastraan” atau “senang kebudayaan” (Baried, dkk, 1994 :1).

Dalam sejarah perkembangannya, istilah filologi mengalami perubahan

dan perkembangan. Menurut Edward Djamaris (2002:3) filologi adalah suatu ilmu

yang objek penelitiannya naskah-naskah lama. Filologi dalam arti luas adalah

ilmu yang mempelajari segala segi kehidupan di masa lalu seperti yang ditemukan

dalam tulisan. Di dalamnya tercakup bahasa, sastra, adat istiadat, hukum, dan lain

sebagainya (Achadiati Ikram, 1997:1).

Filologi dikenal sebagai ilmu yang mengkaji tentang seluk beluk teks,

yang mencakup berbagai bidang dan segi kehidupan, baik sastra, bahasa agama,

adat istiadat, hukum, budaya dan lain sebagainya yang bertujuan untuk

mengungkapkan makna dan isinya. Di Indonesia ilmu tersebut diterapkan pada

naskah-naskah berbahasa daerah misalnya naskah Jawa, Melayu, Bugis, Bali dan

lain sebagainya.

Page 41: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

B. Objek Filologi

Edwar Djamaris (2002: 7) mengemukakan bahwa filologi mempunyai

objek penelitian yaitu naskah dan teks. Siti Baroroh Baried, dkk (1994: 57)

menyatakan naskah pada umumnya berupa buku atau bahan tulisan tangan

(handschrift atau manuschrift) dengan memakai daun, lontar, dluwang, kulit kayu,

rotan, bambu, dan kertas. Sedangkan teks adalah kandungan atau muatan naskah

berupa abstrak yang hanya dapat dibayangkan saja dan memuat berbagai

ungkapan pikiran serta perasaan penulis yang disampaikan kepada pembacanya.

Dalam filologi istilah teks menunjukkan sesuatu yang abstrak, sedangkan naskah

merupakan sesuatu yang konkret. Filologi mempelajari kebudayaan masa lalu

melalui teks-teks tertulis, teks-teks tertulis di atas suatu bahan yang disebut

naskah, jadi obyek penelitian filologi adalah teks dari masa lalu yang tertulis

diatas naskah yang mengandung nilai budaya (Bani Sudardi, 2003: 9).

Pegertian naskah dan teks selanjutnya dibedakan. Naskah adalah tempat

teks-teks ditulis, berwujud konkret dan nyata. Di dalamnya terdapat tulisan-tulisan

yang merupakan simbol-simbol bahasa untuk menyampaikan suatu hal.

Sedangkan teks dalam filologi diartikan sebagai tenunan kata-kata, yakni

serangkaian kata-kata yang berinteraksi membentuk satu kesatuan makna yang

utuh dan menunjuk pada sesuatu yang abstrak. Jadi dapat disimpulkan bahwa

objek konkret filologi adalah naskah, namun hakikatnya yang dituju dari naskah

tersebut bukanlah fisik dari naskah tersebut, melainkan teks yang tersimpan dalam

naskah (Bani Sudardi, 2003: 10-11). Dari pengertian di atas maka yang menjadi

obyek penelitian filologi adalah naskah yang berwujud konkret dan teks yang

Page 42: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

terkandung di dalam sebuah naskah adalah sebagai wujud abstrak yang juga

memuat berbagai gagasan serta ide yang di hasilkan pada masa lampau.

C. Langkah Kerja Penelitian Filologi

Langkah kerja penelitian filologi menurut Edwar Djamaris (2002:10),

meliputi inventarisasi naskah, deskripsi naskah, pertimbangan dan pengguguran

naskah, dasar-dasar penentuan naskah yang asli atau naskah yang berwibawa,

transliterasi naskah, dan suntingan teks. Sedangkan menurut Edi S Ekadjati

(1990:1-8) dalam kumpulan makalah filologi, langkah kerja dalam penelitian

filologi terdiri dari inventarisasi naskah, deskripsi naskah, perbandingan naskah,

pemilihan teks yang akan diterbitkan, ringkasan isi naskah, alih aksara dan

penyajian teks. Penanganan Cariyos Anèh-Anèh ini menggunakan tahapan atau

langkah kerja penelitian filologi menurut Edwar Djamaris yang dikombinasikan

dengan langkah kerja Edi S Ekadjati. Mengingat bahwa naskah ini merupakan

naskah tunggal, sehingga tidak menggunakan perbandingan naskah di dalam

penggarapannya.

Secara terperinci, langkah kerja penelitian filologi Cariyos Anèh-Anèh

adalah sebagai berikut :

1. Penentuan sasaran penelitian

Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah menentukan

sasaran penelitian, mengingat banyaknya ragam yang perlu dipilih,

baik dari segi tulisan, bahan, bentuk, maupun isinya. Ada naskah yang

bertuliskan huruf Arab, Jawa, Bali, Sasak dan Batak. Adapula naskah

Page 43: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

yang ditulis pada kertas, daun lontar, kulit kayu, atau rotan. Dari segi

bentuk terdapat naskah yang berbentuk puisi dan ada pula yang

berbentuk prosa. Naskah juga memiliki isi yang beragam, diantaranya

sejarah atau babad, kesusastraan, cerita wayang, cerita dongeng,

primbon, adat istiadat, ajaran atau piwulang, agama, dan sebagainya.

Berdasarkan hal tersebut, sasaran yang ingin diteliti telah

ditentukan yaitu naskah bertuliskan Jawa carik yang ditulis pada

kertas impor ber-watermark, berbentuk puisi atau tembang dan

berjenis sastra (dongeng, anekdot). Keseluruhan bentuk tersebut telah

terangkum di dalam CAA.

2. Inventarisasi Naskah

Inventarisasi naskah dilakukan dengan cara mendata dan

mengumpulkan naskah yang berjudul sama dan sejenis untuk

kemudian dijadikan sebagai objek penelitan. Menurut Edwar Djamaris

(2002: 10), apabila kita ingin meneliti suatu cerita berdasarkan naskah

menurut cara kerja filologi, pertama-tama hendaklah didaftarkan

semua naskah yang terdapat di berbagai perpustakaan universitas atau

museum yang biasa menyimpan naskah melalui katalogus naskah

yang tersedia. Langkah tersebut dilakukan untuk mengetahui jumlah

naskah, tempat penyimpanan, maupun penjelasan lain mengenai

keadaan naskah yang akan dijadikan objek penelitian.

Emuch Hermansoemantri (1986: 1) mengemukakan bahwa

setiap katalogus naskah memuat informasi yang bertalian dengan

Page 44: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

naskah, judul, umur, corak atau bentuk, asal-usul, rangkuman,

hubungan antar naskah dan fungsi naskah.

3. Observasi Pendahuluan

Observasi pendahuluan dilakukan dengan cara mengecek

data secara langsung ke tempat koleksi naskah sesuai dengan

informasi yang diungkapkan oleh katalog. Tempat koleksi naskah

adalah perpustakaan atau museum. Dalam hal ini pengecekan

dilakukan langsung ke tempat penyimpanan naskah, yaitu di Museum

Negeri Sonobudoyo Yogyakarta. Setelah mendapatkan data yang

dimaksud yakni CAA maka kemudian dilanjutkan dengan deskripsi

atau identifikasi naskah.

4. Deskripsi Naskah

Deskripsi naskah ialah uraian ringkasan naskah secara

terperinci. Deskripsi naskah penting untuk mengetahui kondisi naskah

dan sejauh mana isi mengenai naskah yang diteliti. Emuch Herman

Sumantri (1986: 2) menguraikan bahwa deskripsi naskah merupakan

sarana untuk memberikan informasi atau data mengenai: judul naskah,

nomor naskah, tempat penyimpanan naskah, asal naskah, keadaan

naskah, ukuran naskah, tebal naskah, jumlah baris setiap halaman,

huruf, aksara, tulisan, cara penulisan, bahan naskah, bahasa naskah,

bentuk teks, umur naskah, pengarang atau penyalin, asal-usul naskah,

fungsi sosial naskah, serta ikhtisar teks atau cerita.

Page 45: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Deskripsi naskah penting sekali untuk mengetahui keadaan

naskah. Semua naskah dideskripsikan dengan pola yang sama, yaitu

judul naskah, nomor naskah (nomor katalog), ukuran naskah, keadaan

naskah, tulisan naskah, bahasa, kolofon, dan garis besar isi cerita.

Untuk lebih lengkapnya perlu disebutkan pula bentuk teks, jumlah

pupuh, urutan pupuh dan jumlah halamannya.

5. Transliterasi

Transliterasi adalah penggantian atau pengalihan huruf demi

huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Dalam proses

transliterasi ini sebaiknya peneliti tetap menjaga kemurnian bahasa

dalam naskah, khususnya penulisan kata (Edwar Djamaris, 2002:19).

Penyajian bahan transliterasi harus selengkap-lengkapnya dan

sebaik-baiknya, agar mudah dibaca dan dipahami. Transliterasi

dilakukan dengan menyusun kalimat yang jelas disertai tanda-tanda

baca yang teliti, pembagian alinea dan bab untuk memudahkan

konsentrasi pikiran, serta disesuaikan dengan ejaan bahasa yang

bersangkutan.

6. Kritik Teks

Kritik teks menurut Siti Baroroh Baried (1994:97) adalah

memberikan evaluasi terhadap teks, meneliti dan menempatkan teks

pada tempatnya yang tepat. Kegiatan kritik teks bertujuan untuk

mengembalikan teks ke bentuk aslinya sebagaimana diciptakan oleh

penciptanya.

Page 46: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Tujuan kritik teks dalam penelitian filologi ialah berusaha

mendapatkan bentuk teks yang asli atau yang mendekati asli, serta bila

memungkinkan untuk mendapatkan tes asli yang ditulis oleh

pengarang sendiri. Hal tersebut dilakukan sebab tradisi penyalinan

naskah yang menyebabkan teks mengalami perubahan. Kritik teks

tidak lepas dari adanya pengetahuan dan daya interpretasi dari penulis.

Dalam hal ini metode yang digunakan ialah metode standar sebab isi

naskah dianggap sebagai cerita biasa, bukan cerita yang dianggap suci

atau penting dalam keagamaan atau sejarah, sehingga tidak perlu

diperlakukan secara khusus atau istimewa.

7. Suntingan Teks dan Aparat Kritik

Suntingan teks bertujuan untuk menyajikan naskah dalam

bentuk aslinya atau mendekati aslinya, yang bersih dari kesalahan

berdasarkan bukti-bukti yang terdapat dalam naskah yang dikritisi.

Suntingan teks bertujuan agar teks dapat dibaca dengan mudah oleh

kalangan luas (Edwar Djamaris, 2002: 30). Dalam menyunting teks

wajib memperhatikan pedoman yang berlaku, penggunaan huruf

kapital ataupun tanda baca.

Dalam Kamus Istilah Filologi, aparat kritik ialah bahan

pembanding yang menyertai penyajian suatu naskah. Isinya ialah

segala bentuk perubahan (conjecture), pengurangan (eliminatio), atau

penambahan (divinatio) yang dilakukan peneliti sebagai pertanggung

jawaban ilmiah. Tujuan penyertaan aparat kritik ialah agar pembaca

Page 47: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

dapat mengecek bacaan asli, bila perlu membuat penafsiran sendiri.

Dalam mengerjakan naskah tunggal, aparat kritik sama dengan kritik

teks (Baried,dkk, 1994: 69).

Aparat kritik merupakan suatu pertanggungjawaban dalam

penelitian naskah yang menyertai suntingan teks dan merupakan

kelengkapan kritik teks. Dalam aparat kritik juga ditampilkan

kelainan bacaan yang merupakan kata-kata atau bacaan salah di dalam

naskah.

Penyuntingan terhadap naskah tunggal harus dilakukan

dengan cermat karena merupakan satu-satunya saksi sehingga harus

dapat mempertahankan sifat dan cirinya yang khas. Naskah yang telah

di garap dengan mengadakan kritik teks berarti telah dapat

dipertangggungjawabkan secara filologis, sehingga diharapkan telah

cukup mantap jika digunakan sebagai acuan penelitian lainnya.

8. Sinopsis

Sinopsis dapat diartikan sebagai ringkasan isi cerita. Sinopsis

adalah ikhtisar karangan yang biasanya diterbitkan bersama-sama

dengan karangan asli yang menjadi dasar sinopsis itu (KBBI, 2007:

1072). Manfaat sinopsis adalah untuk mempermudah pengenalan isi

naskah yang akan diteliti lebih lanjut, juga sangat bermanfaat bagi

usaha memperkenalkan naskah-naskah lama yang masih sulit dibaca

atau dipahami (Edi S Ekadjati, 1990).

Page 48: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Dalam penelitian ini, penulis lebih memilih sinopsis agar

mudah dalam menyampaikan isi dari naskah CAA, sebab isi CAA yang

beragam dan bukan merupakan satu kesatuan cerita namun merupakan

kumpulan cerita pendek dengan genre yang sama.

D. Pengertian Dongeng dan Anekdot

Menurut James Dananjaya (1986: 83) bahwa kata dongeng menurut

pengertian yang sempit adalah cerita pendek kolektif kesusastraan lisan,

sedangkan pengertian dongeng dalam arti luas adalah cerita prosa rakyat yang

tidak di anggap benar-benar terjadi. Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan

walaupun banyak juga yang melukiskan kebenaran berisikan ajaran moral bahkan

sindiran. Pengisahannya pun mengandung harapan-harapan, keinginan serta

nasihat yang tersirat dalam jalan ceritanya. Sedangkan dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia, dongeng yaitu; 1) cerita yang tidak benar-benar terjadi

(terutama tentang kejadian zaman dahulu yang aneh-aneh), 2) perkataan (berita

dsb) yang bukan-bukan atau tidak benar dan dianggap hanya belaka.

Anti Aarne dan Stith Thompson dalam buku mereka The Types of the

Folktale (1964: 19-20, dalam Dananjaya, 1986: 86) membagi jenis-jenis dongeng

ke dalam empat golongan besar, yaitu: 1) Dongeng binatang (Animal tales), 2)

Dongeng biasa (Ordinary tales), 3) Lelucon dan Anekdot (Jokes and Anecdotes),

dan 4) Dongeng berumus (Formula tales). CAA merupakan naskah sastra yang

berjenis dongeng serta termasuk dalam golongan lelucon dan anekdot (Jokes and

Anecdotes).

Page 49: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Lelucon dan anekdot adalah dongeng-dongeng yang dapat menimbulkan

rasa menggelikan hati, sehingga menimbulkan ketawa bagi yang mendengarnya

maupun yang menceritakannya, walaupun bagi kolektif atau tokoh tertentu, yang

menjadi sasaran dongeng itu, dapat menimbulkan rasa sakit hati (Dananjaya,

1986: 117). Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, anekdot adalah

cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan, biasanya mengenai

orang penting atau terkenal dan terkadang berdasarkan kejadian yang sebenarnya.

Kata 'anekdot' (dalam Yunani: "tidak diterbitkan", secara literal "tidak

dikeluarkan") berasal dari Procopius of Caesarea, penulis biografi dari Justinian I,

yang membuat sebuah karya berjudul Ἀ νέκδοτα (Anekdota, beragam

diterjemahankan sebagai Memoar yang tak diterbitkan atau Kisah Rahasia), yang

mana umumnya sebuah koleksi kejadian-kejadian singkat dari kehidupan pribadi

dari istana Bizantin (http://id.wikipedia.org/wiki/Anekdot).

Di dalam bukunya yang berjudul The Types of The Folktale (1964: 19-

20, 374-251), Antti Aarne dan Stitt Thompson tidak membedakan lelucon (jokes)

dengan anekdot (anecdote) dan tetap digolongkan menjadi bagian dari dongeng.

Kemudian Antti Aarne dan Stitt Thompson (dalam Danandjaya, 1986: 117-123)

mengklasifikasikan lelucon dan anekdot ke dalam sepuluh golongan, yakni; 1)

cerita orang sinting (numskull stories), 2) cerita sepasang suami-istri (stories

about married couples), 3) cerita seorang wanita atau anak perempuan (stories

about a woman girl), 4) cerita seorang pria atau anak laki-laki (stories about a

man), 5) cerita seorang lelaki yang cerdik (the clever man), 6) cerita kecelakaan

yang menguntungkan (lucky accidents), 7) cerita lelaki bodoh (the stupid man), 8)

Page 50: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

lelucon mengenai pejabat agama dan badan keagamaan (jokes about parsons and

religious orders), 9) anekdot mengenai kolektif lain (anecdotes about other

groups of peoples), 10) cerita dusta (tales of lying).

E. Pengertian Etika, Moral dan Moralitas

Istilah „etika‟ berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu ethos dalam bentuk

tunggal mempunyai banyak arti: tempat tinggal biasa; padang rumput; kandang;

kebiasaan adat; akhlak, watak; perasaan, sikap dan cara berpikir. Sedangkan

dalam bentuk jamak yaitu ta etha artinya ialah adat kebiasaan. Aristoteles (384-

322 s.M.) seorang filsuf Yunani memakai arti terakhir dari pengertian di atas

sebagai latar belakang terbentuknya istilah „etika‟ ini. Sehingga etika berarti ilmu

tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (dalam

Bertens, 2007: 4).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan

Kebudayaan, 1988), „etika‟ dibedakan menjadi 3 arti, yaitu: 1) ilmu tentang apa

yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak); 2)

kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; 3) nilai mngenai benar

dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Sedangkan Franz Magnis

Suseno (1984: 6) memaparkan bahwa kata „etika‟ dalam arti yang sebenarnya

berarti „filsafat mengenai bidang moral‟. Jadi etika merupakan ilmu atau refleksi

sistematik mengenai mengenai pendapat-pendapat, norma-norma, dan istilah-

istilah moral. Namun dalam arti yang lebih luas, „etika‟ adalah keseluruhan norma

Page 51: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

dan penilaian yang dipergunakan oleh masyarakat yang bersangkutan untuk

mengetahui bagaimana seharusnya manusia menjalankan kehidupannya‟.

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa etika sama artinya

dengan filsafat moral. Kata „etika‟ memang erat hubungannya dengan „moral‟.

„Moral‟ berasal dari bahasa latin yaitu mos (bentuk jamaknya mores) yang

memiliki arti kebiasaan atau adat. Secara etimologi kedua kata tersebut memiliki

arti yang sama, yaitu adat atau kebiasaan. Franz Magnis Susena (1984: 15)

menyatakan bahwa ajaran moral adalah ajaran, wejangan-wejangan atau khotbah-

khotbah sebagai kumpulan ketetapan baik secara lisan maupun tertulis tentang

bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar menjadi manusia yang lebih

baik.

Moralitas adalah perbuatan manusia yang dengan itu kita berkata bahwa

perbuatan itu benar atau salah, baik atau buruk (Poespoprodjo, 1988: 102). Kata

„moralitas‟ sendiri berasal dari kata sifat latin yaitu moralis yang pada dasarnya

memiliki arti yang sama dengan „moral‟. Moral juga berarti kondisi mental yang

membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin; isi hati atau

keadaan perasaan sebagaimana terungkap dalam perbuatan atau ajaran kesusilaan

yang dapat ditarik dari suatu cerita. Tugas moral adalah menjaga keselarasan dan

menjalankan kewajiban-kewajiban sosial, yang menyangkut hubungan sosial,

yaitu hubungan antar manusia (Niels Mulder, 1986: 36).

Moralitas merupakan pengaturan proses demi maksimalisasi bobot

kehidupan. Dalam bukunya Modes of Thought (13-14), Whitehead (dalam

Sudarminta, 1991: 76-77) mengatakan bahwa moralitas terdiri dari pengaturan

Page 52: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

atau kontrol atas proses demi maksimalisasi bobot kehidupan serta memiliki

tujuan untuk mengejar keagungan pengalaman dalam berbagai dimesinya yang

terkandung dalam pengalaman tersebut. Moralitas selalu merupakan cita-cita ke

arah kesatuan selaras, intensitas atau kedalaman pengalaman dan kesegaran hidup

yang melibatkan penyempurnaan bobot untuk satuan pengalaman tertentu.

Dalam sebuah karya sastra terkandung berbagai nilai dan ajaran, salah

satunya adalah ajaran moral. Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan

pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, pandangannya tentang nilai-nilai

kebenaran dan hal itulah yang ingin disampaikannya kepada para pembaca

(Burhan, 1995: 322). Menurut Kenny (1966, dalam Burhan, 1995: 322), moral

dalam cerita biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan

ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat diambil dan ditafsirkan

lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca. Pesan moral biasanya bersifat

universal dan dapat diterapkan dalam berbagai segi atau aspek kehidupan baik diri

sendiri, lingkungan keluarga, masyarakat luas serta dalam sebuah negara. Selain

itu, pesan moral dalam karya sastra juga menitikberatkan pada sifat kodrati

manusia yang hakiki, bukan pada aturan-aturan yang dibuat, ditentukan dan

dihakimi oleh manusia.

F. Ajaran Kepemimpinan

Kepemimpinan berasal dari kata pimpin yang memuat dua hal pokok

yaitu: pemimpin sebagai subjek dan yang dipimpin sebagai objek. Kata „pimpin‟

mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun juga

Page 53: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

menunjukkan ataupun mempengaruhi (www.scribd.com/doc/15885060/Teori-

Kepemimpinan). Kepemimpinan adalah hubungan mempengaruhi (dari

pemimpin) dan hubungan kepatuhan-kepatuhan para pengikut atau bawahan,

karena dipengaruhi oleh kewibawaan pemimpin (Kartini Kartono, 2005: 2).

Seorang pemimpin harus memiliki kualitas-kualitas unggul dan sifat-sifat yang

utama, misalkan saja adil, jujur, bijaksana, penuh kasih sayang, memiliki

intelegensi tinggi dan seterusnya. Pardi Suratno (2006: 2) juga mepaparkan,

bahwa pemimpin, dalam hal ini seorang Raja juga harus memiliki rasa asih

terhadap musuh yang sudah menyerah.

Dalam janturan pewayangan, pemimpin atau Raja wajib memiliki watak

sarahita, samahita, danahita dan darmahita. Sarahita adalah raja harus selalu

meningkatkan kemampuannya sendiri dan rakyatnya. Samahita adalah selalu

berlaku adil kepada rakyat. Danahita adalah bersedia melayani, mensejahterakan

rakyat. Darmahita adalah selalu menegakkan hukum dengan seadil-adilnya.

Selain itu, pemimpin juga harus memiliki watak berbudi bawaleksana. Berbudi

artinya selalu memberi tanda jasa atau penghormatan kepada orang-orang yang

berjasa terhadap bangsa dan negara. Bawaleksana artinya seorang pemimpin

harus menetapi janji dalam usaha menyejahterakan masyarakat (dalam Imam

Sutarjo, 2006: 118-119).

Kepemimpinan dalam hal keprajuritan tertuang dalam Sêrat Tripama

karya KGPAA Mangkunegara IV (1809-1881). Dalam Sêrat Tripama terdapat

tiga tokoh teladan bagi para prajurit yaitu Patih Suwanda, Kumbakarna dan

Adipati Karna. Ketiganya memiliki sifat-sifat teladan seorang prajurit, antara lain

Page 54: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

berani, pantang menyerah, rela berkorban untuk tanah airnya, pandai dalam

mengatur strategi perang, memiliki tekat dan keteguhan hati. Pada bait pertama

dan kedua Sêrat Tripama tertulis tentang Patih Suwanda seorang prajurit yang

utama, kutipannya yaitu:

“yogyanira kang para prajurit/ lamun bisa samya anulada/ kadya

nguni caritane/ andêlira sang Prabu/ Sasrabahu ing Maèspati/ aran

Patih Suwanda/ lêlabuhanipun/ kang ginêlung tri prakara/ guna kaya

purun ingkang dèn antêpi/ nuhoni trah utama// lire lêlabuhan tri

prakawis/ guna bisa saniskarèng karya/, binudi dadi unggule/ kaya

sayêktinipun/ duk bantu prang Manggada nagri/ amboyong putri

dhomas/ katur ratunipun/ purune sampun têtela/ aprang tandhing lan

ditya Ngalengka aji/ Suwanda mati ngrana//” (Sêrat Tripama,

têmbang Dhandhanggula, pada 1 & 2)

Terjemahan:

Seyogianya para prajurit, bila dapat semuanya meniru, seperti masa

dahulu, (tentang) andalan sang Prabu, Sasrabahu di Maespati,

bernama Patih Suwanda, jasa-jasanya, yang dipadukan dalam tiga hal,

(yakni) pandai mampu dan berani (itulah) yang ditekuninya, menepati

sifat keturunan (orang) utama. Arti jasa bakti yang tiga macam itu,

pandai mampu di dalam segala pekerjaan, diusahakan

memenangkannya, seperti kenyataannya, waktu membantu perang

negeri Manggada, memboyong delapan ratus orang puteri,

dipersembahkan kepada rajanya, (tentang) keberaniannya sudahlah

jelas, perang tanding melawan raja raksasa Ngalengka, (Patih)

Suwanda dalam perang.

Patih Suwanda merupakan salah satu tokoh teladan bagi para prajurit

karena pengabdiannya yang luar biasa terhadap Raja dan negaranya. Ia merupakan

prajurit yang pandai, berani, tekun, pantang menyerah dan rela mengorbankan

nyawanya dalam peperangan. Tokoh lain yang tertulis dalam Sêrat Tripama

yaitu Kumbakarna dan Adipati Karna juga merupakan teladan bagi para prajurit

karena sifat-sifatnya yang luhur. Kumbakarna seorang prajurit yang membela

tanah airnya bukan semata-mata karena membantu kakaknya Rahwana yang

angkara murka. Adipati Karna dengan seluruh kesetiaan dan komitmennya “Setya

Page 55: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

mring sedya”, berani mengorbankan segala-galanya demi mempertahankan

loyalitas dan komitmennya terhadap negara.

Kepemimpinan dalam bidang hukum identik dengan profesi hakim dan

jaksa. Hakim adalah orang yang mengadili sebuah perkara. Kedudukan hakim

adalah sebagai pemberi keadilan. Keadilan itu sangat mulia, sebab dapat

dikatakan bahwa kedudukan itu hanyalah setingkat di bawah Tuhan Yang Maha

Esa Maha. Sehingga dapat pula dikatakan bahwa hakim itu bertanggung jawab

langsung kepada-Nya. Disamping itu hakim juga mempunyai tanggung jawab

sosial kepada masyarakat. Namun walaupun begitu hakim tetap manusia biasa

yang bisa salah, keliru, dan khilaf (http://priceles.wordpress.com/tag/fungsi-dan-

tugas-hakim).

Menjadi seorang hakim bukanlah hal yang mudah, diperlukan kejujuran

dan keadilan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Selain itu, seorang

hakim juga harus memiliki sikap yang tegas dalam mengambil keputusan. Ajaran

kepemimpinan yang selanjutnya adalah ajaran kepemimpinan untuk seorang

jaksa. Profesi hakim dan jaksa tidak jauh berbeda, dibutuhkan intelegensi yang

tinggi serta sifat-sifat kepemimpinan.

Jaksa adalah pejabat fungsional dari lembaga pemerintahan, berbeda

dengan hakim, pengangkatan dan pemberhentian jaksa tidak dilakukan oleh

kepala negara, tetapi oleh jaksa agung (http://www.artikata.com/arti-331301-

jaksa.html). Profesi jaksa sudah ada dan dikenal sejak lama sebelum Indonesia

merdeka, bahkan sebelum ada negara Indonesia. Pada masa Kerajaan Majapahit,

jaksa dikenal dengan ilstilah dhyaksa, adhyaksa, dan dharmadhyaksa. Dhyaksa

Page 56: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

dikatakan sebagai pejabat negara yang dibebani tugas untuk menangani masalah-

masalah peradilan di bawah pengawasan Majapahit. Gajah Mada selaku pejabat

adhyaksa, sedangkan dharmadhyaksa berperan sebagai pengawas tertinggi dari

kekayaan suci dalam urusan kepercayaan, dan menjabat sebagai ketua pengadilan.

Kata dhyaksa ini kemudian menjadi jaksa. Seorang jaksa juga harus memiliki

sifat-sifat dalam Tri Krama Adhyaksa yakni sikap mental yang baik dan terpuji

yang harus dimiliki oleh jajaran kejaksaan, yang meliputi sifat satya, adi, dan

wicaksana (http://situscoplug.blogspot.com/2011/12/makalah-etika-profesi-jaksa.html).

Page 57: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Bentuk dan Jenis Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah penelitian filologi, yang objek kajiannya

mendasarkan pada manuskrip (naskah tulisan tangan). Penelitian ini bersifat

kualitatif deskriptif karena pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif ini

berpandangan bahwa semua hal yang berupa sistem tanda tidak ada yang patut

diremehkan, semuanya penting dan semuanya mempunyai pengaruh dan berkaitan

dengan yang lain. Dengan mendeskripsikan segala sistem tanda (semiotic)

mungkin akan membentuk dan memberikan suatu pemahaman yang lebih

komprehensif mengenai apa yang dikaji (Atar Semi, 1993: 25).

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian perpustakaan atau

library research yaitu penelitian yang dilakukan di kamar kerja peneliti atau di

ruang perpustakaan. Dimana peneliti memperoleh data dan informasi tentang

objek telitiannya lewat buku-buku atau alat-alat audiovisual lainnya (Atar Semi,

1993:8). Kartini-Kartono (1983: 44-45) menyatakan bahwa,“ penelitian yang

bertujuan untuk mengumpulkan data-data informasi dengan bantuan buku-buku,

majalah, catatan-catatan, kisah sejarah, dokumen dan lain sebagainya terdapat di

perpustakaan”. Sehingga hasil penelitian ini tidak bisa digunakan sebagai

pembenaran semua kasus (generalisasi).

Page 58: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

B. Sumber Data dan Data

Berdasar pada inventarisasi yang telah dilakukan ditemukan satu naskah

yang berjudul Cariyos Anèh-Anèh pada Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara

Jilid I Museum Sonobudoyo Yogyakarta (T.E. Behrend, 1990). Sehingga sumber

data dalam penelitian ini adalah Perpustakaan Negeri Sonobudoyo Yogyakarta

yang merupakan tempat penyimpanan naskah CAA.

Data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teks dari naskah

CAA yang berbentuk puisi atau tembang yang terdiri dari 232 halaman dengan

nomor katalog MSB/ L81, kode koleksi SK 93 dan microfilm dengan nomor

Rol.No.60.3. Penelitian ini juga menggunakan data penunjang yaitu buku cetak

berjudul Cariyos Anèh-Anèh yang tersimpan di Perpustakaan Sasanapustaka,

Karaton Kasunanan Surakarta dengan nomor katalog 17635/60ha (Girardet:

1983). Selain itu referensi yang berupa artikel, buku, kamus dan lainnya juga akan

dipergunakan. Hal tersebut penting sebagai penunjang terutama pada analisis atau

kajian isi naskah CAA.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan metode studi

pustaka (library research), yaitu dengan menggunakan katalogus naskah yang

tersimpan di berbagai perpustakaan, museum atau instansi lain yang menaruh

perhatian terhadap naskah dan buku-buku yang mendukung data penelitian.

Melalui katalog akan diketahui keterangan dan deskripsi singkat tentang naskah

Page 59: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

(judul naskah, nomor katalog, ukuran naskah, tulisan, jumlah halaman, bentuk,

teks, tempat penyimpanan, garis besar isi). Langkah berikutnya ialah menelusuri

keberadaan naskah ditempat penyimpanannya langsung, kemudian melakukan

pengamatan (observasi) dan membuat deskripsinya secara rinci.

Langkah berikutnya adalah mengumpulkan data dengan cara mentransfer

gambar dari microfilm (nomor penyimpanan Rol.No.60.03 di Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia) yang sebelumnya dipasangkan dalam alat yang

bernama microreader untuk dipindah datanya (dengan sistem scanning) ke dalam

komputer. Setelah itu data masuk dalam program Adobe Photoshop untuk

selanjutnya di ubah formatnya. Selanjutnya dilakukan pengeditan dengan program

Microsoft Office Picture Manager 2010 dan Paint. Hal ini dilakukan untuk

memperoleh grafikan wujud asli naskah dan lebih memudahkan proses

pembacaan teks. Setelah proses tersebut, naskah sebagai data utama telah terbaca.

Selain itu juga dilakukan teknik pendokumentasian digital (tehnik fotografi) untuk

buku-buku yang menjadi data sekunder. Seluruh data tersebut ditransfer ke

komputer untuk lebih memudahkan dalam proses transliterasi naskah dan data

yang lain.

D. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode penyuntingan

naskah tunggal dengan metode edisi standar. Metode edisi standar yaitu

menerbitkan naskah dengan membetulkan kesalahan-kesalahan dan pembetulan

dicatat di tempat yang khusus (aparat kritik) agar selalu dapat diperiksa dan

Page 60: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

dibandingkan dengan bacaan naskah sehingga masih memungkinkan penafsiran

lain oleh pembaca (Baried,dkk, 1994: 109). Tujuan dari penggunaan metode

standar adalah untuk memudahkan pembaca atau peneliti membaca dan

memahami teks.

Dalam metode edisi standar, penyunting mengidentifikasi sendiri bagian

dalam teks yang terdapat permasalahan dan menawarkan jalan keluar. Robson

(1994: 25) menyebutkan jalan keluar dalam metode standar, antara lain: 1)

Apabila penyunting merasa bahwa ada kesalahan dalam teks, peneliti dapat

memberikan tanda yang mengacu pada aparatus kritik dan menyarankan bacaan

yang lebih baik, 2) Jika terdapat teks yang salah, penyunting dapat memasukkan

koreksi ke dalam teks tersebut dengan tanda yang jelas yang mengacu pada

aparatus kritik dan bacaan asli akan didaftar dan ditandai sebagai “naskah”.

Metode standar digunakan karena isi naskah dianggap sebagai cerita biasa,

bukan cerita yang dianggap suci atau penting dari sudut pandang agama atau

bahasa, sehingga tidak perlu diperlakukan secara khusus atau istimewa. Menurut

Edwar Djamaris (2002: 24), hal-hal yang perlu dilakukan dalam edisi standar,

yaitu mentransliterasi teks, membetulkan kesalahan dalam teks, membuat catatan

perbaikan atau perubahan, memberi komentar atau tafsiran, membagi teks dalam

beberapa bagian dan menyusun daftar kata sukar.

Analisis data yang terakhir adalah dengan interpretasi isi yang terkandung

dalam naskah atau teks. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007) interpretasi

adalah pemberian kesan pendapat atau pandangan teoretis terhadap sesuatu.

Analisis data pada kajian isi dilakukan setelah suntingan teks, aparat kritik dan

Page 61: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

sinopsis. Kajian isi menekankan ajaran moral yang terkandung dalam CAA. Hal

ini di dukung dengan data penunjang yaitu buku-buku, kamus, artikel, makalah,

maupun akses internet. Jadi kandungan moral dalam naskah CAA tersebut dapat

diungkapkan, sehingga mudah dipahami oleh pembaca.

Page 62: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bab ini, akan diuraikan mengenai kajian filologi dan kajian isi dari

Cariyos Anèh-Anèh. Kajian filologis dalam hal ini meliputi deskripsi naskah,

kritik teks, suntingan teks dan aparat kritik. Kajian isi meliputi sinopsis dan ajaran

moral yang terkandung dalam Cariyos Anèh-Anèh. Berikut adalah penjabarannya:

A. Kajian Filologi

Kajian filologis adalah kajian yang menitikberatkan permasalahan yang

ada dalam naskah Cariyos Anèh-Anèh, yaitu varian-varian yang ditemukan di

dalam naskah, sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kajian ini

berdasarkan cara kerja filologi, sehingga diperoleh suntingan teks yang bersih dari

kesalahan. Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa kajian filologi meliputi

deskripsi naskah, kritik teks, suntingan teks dan aparat kritik.

1. Deskripsi naskah

Deskripsi naskah merupakan gambaran singkat serta rincian

tentang kondisi fisik naskah maupun garis besar isi naskah yang dituangkan

secara ringkas untuk mempermudah pengenalan terhadap sebuah naskah.

Sehingga dalam membuat deskripsi naskah, hendaknya dipaparkan secara

apa adanya sesuai dengan keadaan naskah atau data asli yang ditemukan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat deskripsi suatu

naskah, yaitu judul naskah; nomor naskah; tempat penyimpanan naskah;

Page 63: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

asal naskah; keadaan naskah; ukuran naskah; tebal naskah; jumah baris per

halaman; huruf, aksara, tulisan; cara penulisan; bahan naskah; bahasa

naskah; bentuk teks; umur naskah; pengarang/ penyalin; asal-usul naskah;

fungsi sosial naskah; dan ikhtisar teks/ cerita. Berikut adalah deskripsi dari

Cariyos Anèh-Anèh (yang selanjutnya disingkat CAA) :

a. Judul naskah : Cariyos Anèh-Anèh, judul naskah tersebut tidak ditulis

secara eksplisit, melainkan tersirat pada bait pertama pupuh

Dhandhanggula (pada gatra ke 6 dan 7). Sedangkan dalam katalog

Behrend (1990) naskah ini diberi judul Cariyos Anèh-Anèh sesuai

dengan yang tercantum dalam kolofon.

Gb. 1 kolofon dalam naskah dan keterangan dalam kolofon (Pupuh I Dhandhanggula

pada 1) yang menerangkan judul naskah, yaitu ‘... cariyos dêdongèngan, anèh-anèh....‟,

(Cerita Dongeng, aneh-aneh) kemudian naskah tersebut lebih dikenal dengan judul

Cariyos Anèh-Anèh.

Page 64: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

b. Nomor naskah : Naskah tersebut hanya terdapat dalam katalog

Museum Sonobudoyo Yogyakarta dengan nomor katalog MSB/ L81

dan kode koleksi SK 93, sedangkan kode microfilmnya adalah Rol

no.60.3 tersimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

(Behrend, 1990). Selain itu microfilm naskah tersebut juga tersimpan

di Laboratorium Filologi, Jurusan Sastra Daerah, Universitas Sebelas

Maret dengan kode microfilm Pos.MSB-60 (Rec.0014). Dalam naskah,

kode tersebut tercantum pada halaman kosong di awal naskah, ditulis

dengan tinta warna hitam di bagian atas. Selain itu pada bagian sampul

(punggung naskah) juga ditempel nomor kode naskah yaitu SK 93.

Gb. 27 kode naskah yang tercantum pada halaman kosong pada bagian awal

naskah.

c. Tempat penyimpanan naskah : Naskah carik tersebut tersimpan di

Perpustakaan Museum Sonobudoyo Yogyakarta, sedangkan

microfilmnya tersimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

di Jakarta dan Laboratorium Filologi, Jurusan Sastra Daerah,

Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Page 65: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

d. Asal naskah : Yogyakarta

Gb. 28 cap naskah yang menunjukkan asal naskah yang sebelumnya merupakan

milik seseorang yang bernama „Kariosentono‟ dari „Kaoeman, Djokja‟.

e. Keadaan naskah : Masih cukup baik, bagian sudut-sudutnya agak

rapuh. Beberapa bagian naskah yang berlubang sudah diperbaiki.

Jilidannya masih rapi dan tidak ada selembar naskah pun yang terlepas

dari jilidan (masih utuh dan lengkap). Sampul naskah terbuat dari kulit

binatang berwarna coklat tua yang bagian pinggirnya sedikit terkelupas

dan terdapat motif pada bagian permukaan sampul.

Gb. 29 & 30 sampul depan dan sampul belakang naskah CAA dengan bahan kulit.

Page 66: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

f. Ukuran Naskah

Ukuran naskah : 20,5 x 33 cm

Ukuran teks : 13,5 x 20 cm

Ukuran margin teks : atas 5 cm, bawah 7 cm

kanan/kiri 5 dan 5-6 cm

Ukuran wêdana : 15 x 27 cm

Ukuran margin wêdana : atas 5 cm, bawah 7 cm

kanan/kiri 4 dan 6,5 cm

Tebal keseluruhan naskah : 3 cm

g. Jumlah halaman

Halaman judul : -

Halaman ditulisi : 232 halaman

Halaman kosong : 3 halaman (1 halaman pada awal naskah dan 2

halaman pada akhir naskah)

h. Jumlah baris per halaman : Tidak menentu, sebab pada tiap awal cerita

disertai dengan rêrênggan atau wêdana rênggan, jumlah minimalnya

ialah 3 baris per halaman dan jumlah maksimalnya mencapai 18 baris

per halaman.

i. Huruf : Jawa

Aksara : Jawa Carik

Tulisan : Jarak baris dan jarak huruf teratur, ukuran huruf

sedang, bentuk huruf sedang memanjang. Jarak antarhuruf relatif

Page 67: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

renggang sehingga mudah dibaca, jarak antarbaris renggang , tulisan

bagus dan rapi. Ditulis dengan tinta berwarna hitam kecoklatan.

j. Cara penulisan : Ditulis bolak balik (recto verso) yaitu lembaran

naskah ditulis pada muka dan belakang, pengaturan ruang tulisan rapi

dan cermat, tiap baris ditulis secara lurus kesamping diteruskan ke

bawahnya dan seterusnya, ditulis dengan tinta warna hitam kecoklatan

dengan penekanan yang tidak terlalu keras sehingga tinta tidak tembus,

spasi atau jarak antarbaris dan antarhuruf cukup renggang. Keunikan

cara penulisan lain dalam naskah CAA adalah:

i. Cara penulis dalam menjaga kerapian penulisan naskah yaitu

tidak mencoret kata-kata yang salah yaitu dengan

menambahkan sandhangan lebih dari satu pada huruf yang

salah tulis.

Gb. 31 cara penulisan huruf yang salah , “ .... jeta rum-arum, sakêlangkung

keringan prang pupuh, sabab...” (Pupuh III Gambuh, pada 3)

Terjemahan: „... seketika dapat disegani di dalam peperangan yang sedang

berkecamuk‟.

ii. Penulis juga sering menyisipkan huruf dan sandhangan apabila

terjadi kekurangan atau kesalahan penulisan.

Page 68: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Gb. 32 menyisipkan huruf dan sandhangan, “ ....ingsun tan nêdya, murwat kèh

jinipun, nganti ambelani kapya, umurira bala ngongkang mêksah kari, anèng

jroning bêbaya. Kang pake.....” (Pupuh II Dhandhanggula, pada 3)

Terjemahan: ... saya tidak berniat, terlalu banyak mempertimbangkan, sampai

membela semuanya, kekuatanku seperti halnya umurku yang tinggal sedikit,

berada dalam bahaya.‟

iii. Penanda pergantian bait.

Gb. 33 penanda pergantian bait

iv. Penanda pergantian baris ( ).

Gb. 34 penanda pergantian baris.

v. Bentuk penanda pupuh, mandrawapada di dalam naskah

sangat bervariatif. Di antaranya adalah sebagai berikut:

Gb. 35 mandrawapada pada pupuh I Dhandhanggula

Gb. 36 mandrawapada pada pupuh XI Kinanthi

Page 69: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Gb. 37 mandrawapada pada pupuh XXV Dhandhanggula

vi. Terdapat sasmita têmbang dalam beberapa pupuh, misalnya:

Gb. 38 sasmita têmbang pada pupuh I Dhandhanggula, pada 1 gatra 10,

“...,mawi madu srêngkara.” Menjelaskan bahwa pupuh tersebut merupakan

têmbang Dhandhanggula.

Terjemahan: „... dalam madu srêngkara (sasmita têmbang Dhandanggula).

Gb. 39 sasmita têmbang pada pupuh V Pocung, pada 1 gatra 1, “Gêntya kocap,

fasale kang pônca pucung, wontên....” Menjelaskan bahwa pupuh tersebut

merupakan têmbang Pocung.

Terjrmahan: „Berganti cerita, yang kelima adalah Pucung (Pocung)‟.

Gb. 40 sasmita têmbang pada pupuh XIII Pocung pada 5 gatra 9 , “.....jêng

ingkang sêkar kasinoman.” Menjelaskan bahwa pupuh selanjutnya akan ditulis

dalam bentuk têmbang Sinom.

Terjrmahan: „... selanjutnya sêkar kasinoman (sasmita têmbang Sinom)‟.

Page 70: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

k. Bahan naskah : Naskah tersebut ditulis diatas kertas impor yang

terdapat watermark berupa singa bermahkota menghadap ke kiri

membawa pedang di dalam lingkaran yang bertuliskan „PROPATRIA

EUISQUE LIBERTATE‟, serta di atas lingkaran terdapat mahkota dan

terdapat countermark „J v H‟. „J v H‟ kemungkinan besar merupakan

singkatan dari Joh van Houtum, kertas tersebut di produksi sekitar

tahun 1737-1787 di Arnhem dan Apeldoorn, Belanda.

Gb. 41 & 42 watermark dalam naskah CAA yang sesuai dengan watermark bertuliskan

„Propatria Eiusque Libertate (Vryheyt)‟ (Churcill, 1965: Gb. LXV)

Page 71: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Gb. 43 countermark dalam kertas yang digunakan dalam naskah CAA

l. Bahasa naskah : Menggunakan bahasa Jawa namun di dalamnya

banyak ditemukan kata-kata serapan dari bahasa Indonesia dan bahasa

Arab, serta terdapat beberapa nama-nama asing dari daerah Eropa,

Cina dan Timur Tengah.

m. Bentuk teks : Berbentuk puisi atau têmbang macapat, terdiri dari 62

pupuh.

Tabel 1. Nama Wêdana Rênggan, têmbang dan jumlah pada dalam naskah CAA

Pupuh Têmbang Jumlah

Pada

Nama Wêdana Rênggan

1. Dhandhanggula 7 Parang Kusuma, Parang Laut

2. Dhandhanggula 5 Karêtêg

3. Gambuh 8 Makutha Raja

4. Gambuh 10 Ukêl Pakis

5. Pocung 4 Palbapang

6. Pocung 10 Baita Kapal

7. Pocung 7 Candhi Trisula

8. Pocung 5 Parang Curi

9. Kinanthi 8 Prang Pupuh

10. Kinanthi 6 Ron Dhandhanggêndhis

11. Kinanthi 11 Pancak Suji

12. Sinom 6 Têrate

13. Sinom 5 Sêkar Dhalimawantah

14. Sinom 7 Candhi Kusuma

15. Mêgatruh 11 Smatri Latarêsmi

16. Mêgatruh 12 Kirkop Maendra

17. Asmaradana 8 Palwa Rambang Rudhaya

18. Asmaradana 10 Simbar Manyura

19. Asmaradana 6 Ron Padma Kusuma

Page 72: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

20. Asmaradana 6 Pintu Parang Ajra

21. Mijil 15 Naga Puspita Rêsmi

22. Mijil 10 Padma Kinawi Arja

23. Mijil 9 Simbar Winangwang Wiwara

24. Dhandhanggula 8 Lêlatha Puspitasara

25. Dhandhanggula 7 Gapura Linangse Mulya

26. Dhandhanggula 10 Braja Wiwara

27. Pocung 13 Manyura Rêsmi

28. Pocung 9 Makutha Giri Puspita

29. Durma 16 Kutha Hinadêka

30. Sinom 9 Giri Padma

31. Sinom 8 Bandera Kinawi Puspa

32. Sinom 13 Lata Rêsmi Ginapura

33. Pangkur 10 Gapura Cinawi Lata

34. Pangkur 11 Patra Wiwara

35. Pangkur 12 Candhi Wiwara

36. Pangkur 14 Baita Api

37. Kinanthi 16 Padma Mungging Pangrêngga

38. Kinanthi 11 Candhi Wiwara

39. Asmaradana 15 Simbar Makutha Malige

40. Asmaradana 15 Puspa Candhi Trisula

41. Durma 25 Candhi Arja Kusuma

42. Asmaradana 22 Boneka Cina

43. Pangkur 26 Gapura Kinontha Latu

44. Kinanthi 25 Manyura Rinêngga Praba

45. Kinanthi 27 Candhi Padma

46. Mijil 29 Candhi Lata

47. Sinom 15 Parang Anjola

48. Pangkur 35 Singa Parang Guthak

49. Dhandhanggula 21 Wiwara Raja

50. Pocung 30 Candhi Cêmpurung

51. Mêgatruh, Gambuh 21, 24 Palwa Rumbara

52. Asmaradana,

Maskumambang

21, 53 Padma Kinawi Rêngga

53. Sinom 34 Parang Puspita

54. Mijil 29 Kutha Rinênggèngsara

55. Mêgatruh, Gambuh 25, 9 Candhi Kunjara

56. Dhandhanggula 28 Wiwara Binukasri

57. Pocung,

Maskumambang

20, 25 Candhi Purnama

58. Durma 32 Ron Ginêlung

Jumlah Pupuh= 62 pupuh 959

pada

Page 73: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

n. Umur naskah : Pada bait pertama pupuh Dhandhanggula terdapat

kolofon yang menyebutkan bahwa naskah tersebut ditulis pada hari

Sabtu 8 Jumadilakir tahun Ehe. Serta terdapat sengkalan „muluk

bujangga wiku wong‟ yang menunjukkan angka tahun Jawa 1780,

namun dalam penelusurannya ternyata tidak jatuh pada hari Sabtu

melainkan jatuh pada hari Selasa Wage, 30 Maret 1852. Sehingga

dapat disimpulkan naskah telah berusia kurang lebih 160 tahun.

Gb. 4 keterangan kolofon pada naskah CAA yang berbunyi ” Ari sêptu ping astha ilallin,

ing Jumadilakir Ehe warsa, muluk bujangga wiku wong, wo....” (Pupuh I, pada 1).

Terjemahan: Hari Sabtu terhitung tanggal delapan, pada bulan Jumadilakir tahun Ehe,

muluk bujangga wiku wong (merupakan sêngkalan yang menunjukkan tahun Jawa

1780).

o. Pengarang/ penyalin: didalam naskah disebutkan „...tuwan Winter juru

basa‟

Gb. 5 keterangan tentang nama penulis ,‟Tuwan Winter juru basa, Surakarta..‟ (Pupuh I

Dhandhanggula, pada 1) Terjemahan: Tuan Winter transliteur (ahli bahasa dan

penerjemah resmi) dari Surakarta.

Page 74: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

p. Asal-usul naskah: naskah tersebut merupakan kumpulan cerita yang

ber-genre anecdote dan merupakan cerita yang berkembang di Eropa,

kemudian ditulis dalam Bahasa Jawa oleh C.F Winter. Winter atau

Carel Frederik Winter merupakan seorang keturunan Belanda yang

bekerja sebagai transliteur (penerjemah resmi) di Surakarta sejak

tahun 1818 sampai akhir hayatnya yaitu tahun 1859. Prof. T. Roorda

seorang dosen di Akademi Delf, Belanda bekerja sama dengan C.F

Winter, menulis karya sastra Belanda ke dalam bahasa Jawa yang

kemudian tulisan-tulisan tersebut dimuat di majalah-majalah mingguan

di Belanda serta di terbitkan dalam bentuk buku di Indonesia (dalam

artikel mingguan Djoko Lodang No.822, 1988).

q. Fungsi Sosial Naskah: Cariyos Anèh-Anèh adalah naskah berjenis

Sastra, merupakan naskah yang berfungsi untuk menghibur karena

ceritanya yang ringan dan jenaka, selain itu CAA juga memiliki fungsi

edukasi sebab di dalamnya tersirat berbagai ajaran moral.

r. Ikhtisar naskah: naskah tersebut berisi 58 anecdotes yang dituangkan

dalam bentuk têmbang macapat. Cerita di dalamnya bukan merupakan

satu kesatuan, melainkan berdiri sendiri. Misalnya saja, pada pupuh

pertama yang menceritakan tentang seorang pandai besi yang diadili

sebab telah membunuh seseorang, sedangkan cerita pada pupuh kedua

sudah beralih yaitu cerita tentang niat seorang raja yang tidak jadi

meruntuhkan sebuah jembatan, dan seterusnya.

Page 75: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

s. Catatan lain:

i. Pemakaian aksara rekan untuk menulis kata yang berasal dari

bahasa asing, misalnya Bahasa Arab dan juga dipakai dalam

menulis nama-nama orang asing. Huruf tersebut adalah huruf

Jawa yang diatasnya ditandai dengan tiga buah titik diatasnya.

Selain itu dalam naskah ini, masih dijumpai penggunaan ja

cêrêk.

Gb. 23 nama tempat atau negara pada pupuh XIII Pocung, pada 1, gatra

4,” nêgari Frakrik”. Kata „Frakik‟ ditulis dengan huruf pa dengan tiga titik

di atasnya (pa rekan). Terjemahan: Negara Frakik (Perancis).

Gb. 18 Ja cêrêk dibaca nya, “...ingkang nyêpêng sarogira,....” (Pupuh XI

Kinanthi, pada 4)

Terjemahan: „... yang memegang kuncinya..‟.

ii. Nomor halaman ditulis dengan angka arab di sudut atas naskah

dengan menggunakan tinta yang berbeda dengan tulisan

aslinya dan merupakan tambahan dari orang ketiga. Selain itu

di atas wêdana terdapat tulisan nama têmbang yang

kemungkinan ditambahkan, sebab tulisannya jauh berbeda

dengan tulisan aslinya. Contohnya adalah gambar halaman 12

naskah CAA di bawah ini:

Page 76: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Gb. 44 Penulisan nomor halaman dan nama têmbang Pocung di atas

iluminasi yang merupakan catatan orang ketiga.

iii. Keunikan pada awal penulisan naskah, yaitu tanda yang

digunakan ialah penanda bait yang dituliskan pada empat sudut

di bingkai naskah dalam iluminasi. Sebab pada umumnya awal

Page 77: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

penulisan naskah ditandai dengan purwapada, tetapi berbeda

halnya pada naskah CAA ini. Tanda seperti itu juga di temukan

pada halaman 1, 2, 4, 62, 64, dsb.

Gb. 45 purwapada pada awal penulisan naskah (contoh pada halaman 1 dan 2 )

iv. Keunikan lain ialah pada setiap cerita ditandai dengan

iluminasi atau wêdana rênggan yang disertai dengan nama

wêdana rênggan yang berbeda-beda di setiap ceritanya.

Wêdana adalah gambar ornamental yang membingkai suatu

teks (Saktimulya, 1998: 2). Jadi di dalam naskah CAA tersebut

terdapat 58 wêdana rênggan beserta nama wêdana rênggan itu

sendiri. Di bawah ini adalah dua contoh gambar wêdana

rênggan yang terdapat dalam naskah CAA:

Page 78: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Gb. 46 contoh iluminasi atau wêdana rênggan pada halaman 1 & 2 (pupuh I

Dhandanggula), di bagian dasar wêdana rênggan bagian kiri terdapat nama

wêdana rênggan yaitu „Punika Rênggan Parang Kusuma‟, sedangkan pada

bagian kanan tertulis „Punika Rênggan Parang Laut, 1.‟

Page 79: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Gb. 47 contoh iluminasi atau wêdana rênggan pada halaman 4 (pupuh II

Dhandanggula), di bagian dasar wêdana rênggan terdapat nama wêdana

rênggan yaitu „Punika Rênggan Karêtêg, 2‟.

Page 80: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

2. Kritik Teks

Kritik teks merupakan kegiatan filologi yang paling utama untuk

memberikan evaluasi terhadap teks. Kritik teks merupakan pengkajian,

pertimbangan, perbandingan dan penentuan teks yang asli atau teks yang

paling unggul kualitasnya, serta pembersihan teks dari berbagai macam

kesalahan. Dalam melakukan kritik teks diperlukan kecermatan, sebab

banyak hal yang harus diperhatikan. Melalui proses kritik teks, ditemukan

kesalahan-kesalahan atau varian dalam teks CAA. Kelainan bacaan

(varian) yang terdapat pada CAA dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Lakuna adalah bagian yang terlampaui / kelewatan, baik suku

kata, kata, kelompok kata ataupun kalimat.

b. Adisi adalah bagian yang kelebihan atau penambahan baik

suku kata, kata, kelompok kata maupun kalimat.

c. Hipercorect yaitu perubahan ejaan karena pergeseran lafal.

d. Ketidakkonsistenan penulisan yaitu ketidakkonsistenan

pemakaian huruf dan penulisan kata dalam naskah CAA.

e. Corupt adalah bagian naskah yang rusak atau berubah sehingga

sulit terbaca.

f. Transposisi yaitu pertukaran letak suku kata, kata, maupun

kelompok kata.

Pengelompokan kelainan bacaan (varian) disusun dalam bentuk tabel.

untuk mempermudah memahami, maka dibuat singkatan sebagai berikut:

No. : menunjukkan nomor urut

Page 81: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

P/ p/ g : pupuh/ pada/ gatra

* : edisi teks berdasarkan pertimbangan linguistik

# : edisi teks berdasarkan konvensi têmbang

@ : edisi teks berdasarkan konteks kalimat

Hlm. : halaman naskah

Edisi : bacaan yang telah dibetulkan

Teks CAA : menunjukkan teks asli dari naskah CAA

Varian : menunjukkan varian bacaan teks CAA

Berikut ini adalah tabel kesalahan atau varian yang ditemukan:

Tabel 2.1 Daftar kesalahan pemenuhan metrum têmbang yang tergolong Lakuna

No. P/ p/ g Hlm. Varian Edisi

1. I/ 1/ 6 1 cariyos dêdongengan #

2. I/ 6/ 9 3 anyêkapi pandhe gintung

sawiji

anyêkapi pandhe gintunga

sawiji #

3. I/ 7/ 2 3 wus kêlakwan gintung

sajuga

pan wus kêlakwan gintung

sajuga #

4. VI/ 8/ 3 13 tuwan kagungan melik tuwan kang kagungan

melik #

5. X/ 2/ 6 21 praptèng radinan margi prapta ing radinan margi

#

6. XI/ 8/ 4 23 kang tinya amangsuli kang tinanya amangsuli

# *

7. XII/ 1/ 7 25 yèn têrkadhang saras yèn têrkadhang sok saras

#

8. XIV/ 1/ 2 30 ingkang winarnèng tulis ingkang winarna ing tulis

#

9. XIV/ 5/ 6 31 lah inggih wingkingipun lah ta inggih

wingkingipun #

10. XV/ 10/ 4 35 ja kaswèn gya sumaji aja kaswèn gya sumaji #

11. XVI/ 6/ 4 37 kowe ya ge pawèstri kowe ya gene pawèstri #

12. XVI/ 12/ 4 38 namêr nêmbêlas titi namêr nêmbêlas wus titi #

13. XVIII/ 4/ 4 43 dèn paring-paring tuwan lah dèn paring-paring

tuwan #

14. XXI/ 7/ 3 50 wus kêtara isi yatra kèh wus kêtara isi yatra akèh

#

15. XXI/ 15/ 1 51 iku bêja ora anyani iku bêja ora anyanani #

Page 82: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

16. XXII/ 5/ 3 53 sênik kapya ilange #

17. XXVII/ 9/ 1 69 dene tutute wong ala

sawêgung

dene tutute wong kang ala

sawêgung #

18. XXXIV/ 7/ 5 91 juru gêdhong alon

dènira muwus

juru gêdhong alon dènira

amuwus #

19. XXXV/ 1/ 5 93 dosa agêng bilahi raja

lampus

dosa agêng bilahi sang

raja lampus #

20. XXXVI/ 6/ 2 98 sangking tangga-tangga

tunggal desi

#

21. XXXVI/10/5 99 wong sakitan nora isin

ablubut

wong sakitan nora isin

abalubut #

22. XXXVI/11/5 99 thèthèkkana rante

dêdimèn ucul

thèthèkkana rantene

dêdimèn ucul #

23. XXXVI/13/3 100 kang luwa nêmbah sujud kang luwa anêmbah sujud

#

24. XXXVI/14/3 100 kula pêsthèkkên pangguh kula pêsthèkakên pangguh

#

25. XXXIX/ 5/ 1 109 dene ta ingkang ruyin dene ta ingkang rumiyin*

#

26. XXXIX/15/7 111 mancorong anèng wiyat mancorong anèng

ngawiyat #

27. XLI/ 12/ 6 118 bantong Teran si bantong Teran #

28. XLII/ 4/ 7 122 si Seli lan si Sehan si Seli lawan si Sehan #

29. XLII/ 6/ 5 122 nora ge ngurmat samya nora age ngurmat samya

#

30. XLII/ 14/ 6 124 songar marêbês kang luh songar marêbês kang êluh

#

31. XLII/ 19/ 6 125 plêng tan kèngêtan

prabu

plêng tan kèngêtan sang

prabu #

32. XLIII/ 3/ 1 127 tandya momot ngambilan tandya momotan

ngambilan #

33. XLIII/ 15/ 4 129 cindha kêndhalinya #

34. XLIII/ 16/ 5 130 nuwun adhil marang

panggêdhenipun

nuwun adil marang ki

panggêdhenipun # *

35. XLIII/ 21/ 4 131 sirahe luruban sirahe aluruban #

36. XLIII/ 26/ 2 131 anjarêwêg ulat kisas

putih

anjarêwêg ulate kisas

putih #

37. XLIV/ 10/ 6 134 anrapakên sêbarang anêrapakên sêbarang #

38. XLIV/ 15/ 2 135 nèng bangsal tan

panêpin

#

39. XLV/ 3/ 4 138 kocap di dalêm undhi kocap di dalêm undhagi #

40. XLV/ 10/ 3 139 astha tus rup rupiyah astha atus rup rupiyah #

41. XLV/ 24/ 6 141 lah sira kya undhagi lah sira kapya undhagi #

42. XLVI/ 5/ 6 143 katong ko lampus #

43. XLVI/ 10/ 1 144 iki tandha jêruk sêpalih iki tandha jêruk kang

Page 83: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

sêpalih #

44. XLVI/ 12/ 3 144 lah uwis mangsuka dèn

age

lah ta uwis mangsuka dèn

age #

45. XLVI/ 21/ 1 145 sarêng sampun pukul pat

injing

sarêng sampun pukul

papat injing #

46. XLVI/ 22/ 3 146 risang koja alon sêbdane #

47. XLVII/ 4/ 1 149 sangking nêgari Wlanda sangking nêgari Walanda

#

48. XLVII/ 8/9 150 dèn bêdhogi dèn dol

pindha dagangan

#

49. XLVII/ 14/ 2 151 atuju bisa bali atuju bisaa bali #

50. XLVIII/ 2/ 5 153 sangking manca jajahan

ing wana gung

sangking manca jajahan

ing wana agung #

51. XLVIII/ 6/ 2 153 saturangga wayah byar

injing

saturangga wayah byar

injing-ingjing #

52. XLVIII/16/ 7 155 juga macan kagiring juga macan pun kagiring

#

53. XLVIII/18/ 4 156 lon sumaur bupati

tamping ingrum

lon sumaur kya bupati

tamping ingrum #

54. XLVIII/ 21/4 156 iku ana juga iku ana sajuga #

55. XLVIII/33/ 6 159 datan mawi sikara mring

jalma tut

datan mawi sikara mring

jalma kang tutut #

56. L/ 4/ 1 167 dhahar berboja saboja

tan ketung

dhahar berboja saboja

tan kaetung #

57. LI/I 3/ 5 175 kya jurag ulun yêktos kya juragan ulun yêktos #

58. LII/ 6/ 3 175 masang gêlar mung

ngambil pakering

amasang gêlar namung

ngambil pakering #

59. LII/ 20/ 2 178 napa amung gêbyur

sadumuk

napa amung anggêbyur

sadumuk #

60. LII/ 20/ 4 178 yèn wana darat asung #

61. LIII/ 8/ 5 181 ing kêlamun lêga ingkang kêlamun lêga #

62. LIV/ 37/ 1 187 kêjamunga ngulungake

dèn gipih

#

63. LIV/ 41/ 4 188 dadi ing sêksènira dadia ing sêksènira #

64. LIV/ 43/ 1 188 kang sun supriha mung

kêdadeyaning

kang sun supriha amung

kêdadeyaning #

65. LV/ 19/ 3 195 lah iya kaya ngapa lah ta iya kaya ngapa #

66. LV/ 29/ 9 197 wêwatêkirèng jalmi wêwatêkirèng sujalmi #

67. LV/ 30/ 6 197 e sêmantên sang prabu e sêmantên sang aprabu #

68. LV/ 32/ 9 198 juragan luwarna glis juragan luwarna aglis #

69. LV/ 34/ 10 198 dadya nagri sumringah

wuwuh arja

dadya nêgari sumringah

wuwuh arja #

70. LVI / 27/ 1 204 binêcikan kunarpa nuli binêcikan kunarpa anuli #

71. LVII/ 7/ 2 206 tumêka marang janji tumêka marang ing janji #

72. LVII/ 22/ 1 209 awêlas bêndara mring awêlas bêndara mring

Page 84: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

jasat ulun jasat pukulun #

73. LVIII / 9/ 3 210 eram gumun dharodhog

anggêtêri

eram gumun lan

dharodhog anggêtêri #

74. LIX / 21/ 5 216 banjur caturmu dèn titi banjur caturira dèn titi #

75. LX / 12/ 1 223 yèn tan ngandêl ulun

aturi kampir

yèn datan ngandêl ulun

aturi kampir #

76. LXI/ 14/ 1 224 datan kêna bakul mopo

ginuging

datan kêna bakul amopo

ginuging #

77. LXII/ 9/ 4 228 aja suwe cêdhak yya aja suwe cêdhak #

Tabel 2.2 Daftar kesalahan pemenuhan metrum têmbang yang tergolong Adisi

No. P/ p/ g Hlm. Teks CAA Edisi

1. III/ 9/ 2 7 jasat ulun pas buka

anama gung

jasat ulun pas buka nama

gung #

2. IV/ 2/ 4 8 sanèse pakarya pukulun sanèse pakarya ulun #

3. X/ 4/ 1 21 angadêg ngêgarikên

payung

ngadêg ngêgarkên

payung #

4. XV/ 11/ 5 35 wus sun pêsthi mulya

mêngkono

sun pêsthi mulya

mêngkono #

5. XVIII/ 10/ 3 43 umarêgêng ing patrap

rèmèh

umarêging patrap rèmèh

#

6. XIX/ 6/ 5 46 mugi Alah angganjara mugi Allah angganjar #*

7. XXIV/ 3/10 59 andhawuhkên sêbda

cêkak

dhawuhkên sêbda cêkak

#

8. XXIX/ 5/ 2 74 tambur slumeprat

mêlingi

tambur slumeprat mêling

#

9. XXIX/ 16/ 2 75 titi kang ponang surat titi ponang surat #

10. XXXI/ 7/ 8 82 Tomasmur anêmbah-

nêmbah

Tomasmur nêmbah-

nêmbah #

11. XXXII/ 5/ 8 83 ijak saêndhasing kuda ijak saêndhas kuda #

12. XXXIII/ 2/ 2 88 tanpa rencang pribadi

amanggul dhuwit

tanpa rencang pribadi

manggul dhuwit #

13. XXXIII/ 3/ 2 88 padha siji ananging

ngacungi bêdhil

padha siji nanging

ngacungi bêdhil #

14. XXXIII/ 9/ 4 89 nuruti sujalma begal nuruti jalma begal #

15. XXXV/ 1/ 7 93 gêbênêrkên akukum pati gêbênêrkên kukum pati #

16. XXXV/ 4/ 2 94 anggadhahi anak wadon

abênêri

anggadhahi nak wadon

abênêri #

17. XXXV/ 12/ 6 96 titi titigang dasa

gangsal

titi tigang dasa gangsal #

19. XXXVIII/11/6 107 juru mêtangi dèn luwari juru petang dèn luwari #

20. XLI/ 4/ 3 117 sêpalih ingkang risak sêpalih kang risak #

21. XLI/ 10/ 7 118 pêksi catur munya crita pêksi pat munya crita #

22. XLI/ 11/ 4 118 nata luwih manis trisna nata lwih manis trisna #

Page 85: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

23. XLI/ 16/ 3 119 lah patih kaya ngapa patih kaya ngapa #

24. XLI/ 16/ 4 119 gunêma catur Tahêran gunême pat Tahêran #

25. XLI/ 24/ 3 120 ing mêngko karsa

sandhang

mêngko karsa sandhang

#

26. XLI/ 25/ 6 120 mêngkono pintamba mêngko pintamba #

27. XLII/ 19/ 2 124 kawula kêkalih kèn

megang

kula kêkalih kèn megang

#

28. XLIII/ 5/ 7 127 dharat nir datanpa

wajika

dharat nir tanpa wajika

#

29. XLIII/ 23/ 5 131 sabab dene wus

musadhela dènya wêruh

sabab dene wus

musadhela dènya wruh #

30. XLVIII/ 34/ 4 159 sêpa prandènira bisa sêpa dènira bisa #

31. XLIX/ 20/ 2 165 lawan malih pinaringa

rèrèyan

lawan malih pinaring

rèrèyan #

32. XLIX/ 20/ 9 165 gunêm tingkah

kamukasyan kang

marang pati

gunêm tingkah

kamukasyan marang pati

#

33. XLIX/ 21/ 2 165 kapêrcaya tekat mring

kamukasyan

kapêrcaya tekat

kamukasyan #

34. LI/ 8/ 3 173 baita agêng kumbak

kumbul

baita gêng kumbak

kumbul #

35. LII/ 11/ 3 176 kothak cilikan lan

anggurahi sawiji

kothak cilik lan

anggurahi sawiji #

36. LV/ 16/ 4 194 kula wus sugih pribadi sun wus sugih pribadi #

37. LVIII/ 2/ 1 209 nênggih wulan kaping

satu

nênggih wulan ping satu

#

38. LXI/ 12/ 2 223 dhatêng pondhok

kawula

dhatêng pondhok kula #

39. LXI/ 23/ 4 225 baya utusane Yyang

Sukma

baya utusan Yyang

Sukma #

Tabel 3.1 Daftar kesalahan penulisan kata yang tergolong Lakuna

No. P/ p/ g Hlm. Teks CAA Edisi

1. I/ 5/ 3 3 dhu dhuh @

2. III/ 4/ 3

III/ 7/ 5 7

7

jinujung

jinujung

jinunjung * @

3. VI/ 7/ 1 13 ugyanipun unggyanipun *

4. XII/ 5/ 9

XII/ 6/ 1 26

26

sukawa

sukawa

sungkawa *

5. XIV/ 4/ 9

LII/ 5/ 2 31

175

ugul

ugul

unggul *

6. XV/ 5/ 1

XXII/ 9/ 3 34

54

i

i

ing * @

7. XIV/ 7/ 2 32 tiningal tininggal @

Page 86: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

8. XVI/ 12/ 5 38 ginêtya ginêntya * @

9. XIX/ 6/ 4 46 Yya Yyang * @

10. XXIV/ 8/ 5 60 calik cilik * @

11. XXV/ 2/ 6 62 ugyannya unggyannya *

12. XXV/ 2/ 10

LII/ 1/ 2

LII/ 23/ 3

LII/ 25/ 1

LII/ 41/ 2

62

175

186

186

188

prayayi

prayayi

prayayi

prayayi

prayayi

priyayi *

13. XXV/ 7/ 1 63 susum sungsum * @

14. XXVI/ 7/ 6 66 prasêtèng prasêtyèng *

15. XXX/ 6/ 10

XXXIX/15/1 79

111

ka

ka

kang *

16. XXXI/ 5/ 8 81 abêkirèng ambêkirèng *

17. XXXII/ 3/ 8 84 manga mangan *

18. XXXVI/ 1/ 2 97 ingka ingkang *

19. XXXVI/12/4 100 iwang ingwang *

20. XLI/ 6/ 4 117 agêr anggêr @

21. XLI/ 20/ 5 120 Muki Mulki *

22. XLIII/ 17/ 6 130 jara jaran @

23. XLIII/ 17/ 6 130 prayangga priyangga * @

24. XLVI/ 8/ 5 144 rêgos- rêgos rênggos- rênggos @

25. XLVI/ 11/ 1 144 ngusi ngungsi * @

26. XLVI/ 13/ 3 144 kinuci kinunci *

27. XLIX/ 16/ 7 164 ugyan unggyan *

28. LII/ 6/ 1 175 jubul jumbul * @

29. LII/ 21/ 4 178 wagnya wignya *

30. LIII/ 12/ 2 180 mu mung @

31. LIII/ 15/ 4 182 sugi sugih *

32. LIII/ 26/ 2 182 kyaa kyai * @

33. LV/ 6/ 9 192 pari paring *

34. LV/ 16/ 7

LVII/ 4/ 4 194

206

ginujara

ginujara

ginunjara *

35. LV/ 18/ 6 195 abêk ambêk *

36. LV/ 19/ 4 195 kosi kongsi *

37. LVIII/ 8/ 3 213 ocat oncat *

38. LX/ 10/ 2 221 giya griya *

39. LX/ 17/ 3 221 makat mangkat *

Tabel 3.2 Daftar kesalahan penulisan kata yang tergolong Adisi

No. P/ p/ g Hlm. Teks CAA Edisi

1. II/ 5/ 2 5 wadyan wadya * @

2. VIII/ 5/ 4 17 dungrung durung * @

3. XX/ 2/ 1 48 jênggugut jêgugut @

Page 87: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

XX/ 5/ 6 48 jêgunggut jêgugut @

4. XI/ 9/ 3

XI/ 10/ 3

XXXI/ 1/ 8

XXXI/ 2/ 3

XLI/ 1/ 5

XLI/ 2/ 7

24

24

80

81

116

117

sudigbya

sudigbya

sudigbya

sudigbya

sudigbya

sudigbya

sudibya *

5. XXI/ 5/ 2 50 jukti juti * @

6. XXI/ 7/ 1 50 kêpangrêngan kêparêngan *

7. XXI/ 12/ 2 51 drene dene * @

8. XXIII/ 8/ 2 56 mêngkonok mêngkono * @

9. XXV/ 7/ 1 63 rumangsuk rumasuk * @

10. XXVI/ 3/ 5 65 upêksir upêsir *

11. XXX/ 1/ 4 81 anranging ananging * @

12. XXXI/ 5/ 1 81 têmbungingrèng têmbungirèng *

13. XXXI/ 6/ 8 82 tindrak tindak *

14. XXXV/ 2/ 3 94 tungkang tukang *

15. XLI/ 22/ 2 120 grêng gêng *

16. XLIII/ 20/ 5 130 danglu dalu @

17. XLIX/ 1/ 10 160 wêngwangi wêwangi *

18. LV/ 3/ 4

LIX/ 6/ 3 191

220

nangsi

nangsi

nasi *

Tabel 4 Daftar kesalahan penulisan kata yang tergolong Hipercorect

No. P/ p/ g Hlm. Teks CAA Edisi

1. I/ 2/ 8 2 khalêbuwa kalêbuwa * @

2. I/ 2/ 8 2 khojah kojah *

3. I/ 5/ 7 3 dhadung dhadhung *

4. II/ 5/ 5 5 angayumi angayomi *

5. III/ 2/ 4

XXVI/3/ 8 6

65

nalendra

nalendra

narendra *

6. VII/ 7/ 2 15 darmi darma * @

7. VIII/ 4/ 1

XXII/ 7/ 5

LIV/ 35/ 3

17

54

187

manêpda

manêpda

manêpda

manêbda *

8. IX/ 2/ 5 19 magêntoran magênturan *

9. XI/ 3/ 6 23 anjok anjog *

10. XI/ 10/ 3 24 tanda tandha *

11. XII/ 2/ 9 26 sêkalih kêkalih *

12. XII/ 4/ 2

XLVI/ 4/ 4

XLVI/ 6/ 4

XLVIII/ 27/ 6

26

143

143

157

anjlok

anjlok

anjlok

anjlok

anjlog *

Page 88: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

13. XIII/ 5/ 9 29 mingsing mingsih *

14. XIV/ 5/ 4 31 timtrim tintrim *

15. XVIII/ 3/ 3 43 prayi pyayi @

16. XVIII/ 6/ 1

XVIII/ 7/ 6

XVIII/ 8/ 4

XVIII/ 9/ 4

XXV/ 1/ 6

XXV/ 1/ 8

43

43

44

44

61

61

pêryayi

pêryayi

pêryayi

pêryayi

pêryayi

pêryayi

priyayi *

17. XIX/ 3/ 7

XXII/ 6/ 6

XLIX/ 9/ 7

46

54

162

tutuk

tutuk

tutuk

tutug * @

18. XIX/ 4/ 6 46 nikèkmu ninèkmu *

19. XIX/ 6/ 5

XX/ 5/ 5

XXXVII/8/1

XXXVII/8/1

XLVI/ 26/ 3

XLVI/ 27/ 3

LVII/ 13/ 4

LVII/ 18/ 4

LVII/ 25/ 2

46

48

102

102

146

146

207

208

208

Alah

Alah

Alah

Alah

Alah

Alah

Alah

Alah

Alah

Allah * @

20. XXIII/ 7/ 3 56 najak najan * @

21. XXIII/ 7/ 3 56 tingsun ingsun *

22. XXIV/ 7/ 10

L/ 22/ 4

LIII/ 15/ 5

60

169

182

adad

adad

adad

adat *

23. XXVI/ 2/ 6 65 têtêk têtêg *

24. XXX/ 1/ 3 76 anggogat anggugat *

25. XXX/ 3/ 9 77 gogat gugat *

26. XXX/ 8/ 9 79 pajêgsan pajêksan *

27. XXXII/ 6/ 1

XLIII/ 7/ 3

LII/ 5/ 4

LIV/ 5/ 3

85

128

175

185

dawêk

dawêk

dawêk

dawêk

dawêg *

28. XXXIII/ 4/ 5

XLVI/ 14/ 1

LIV/ 5/ 1

88

144

184

sawêk

sawêk

sawêk

sawêg *

29. XXXIV/ 11/5 92 reyan reyal *

30. XXXIV/ 11/5 92 karêpèn karêbèn *

31. XXXV/ 3/ 5 94 mêngkoko mêngkono * @

32. XL/ 3/ 1

XL/ 5/ 3

XL/ 7/ 2

XL/ 12/ 4

113

113

113

114

julik

julik

julik

julik

julig *

Page 89: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

33. XL/ 11/ 5 114 udut udud *

34. XL/ 15/ 3

L/ 15/ 1 115

168

nêpda

nêpda

nêbda *

35. XLI/ 23/ 3 120 têrnyuh trênyuh * @

36. XLI/ 24/ 5 120 sadhaya sadaya *

37. XLI/ 24/ 5 120 san tan *

38. XLI/ 25/ 5 120 milih mêlih *

39. XLII/ 11/ 4 123 kalêgsanan kalêksanan *

40. XLII/ 19/ 1 125 bilihi bilahi *

41. XLIII/ 1/ 5 126 bêgta bêkta *

42. XLIII/ 14/ 5 129 mêlanyune mêlayune *

43. XLIII/ 19/ 3 130 panggogatipun panggugatipun *

44. XLIV/ 21/ 6 135 dursile dursila *

45. XLV/ 20/ 1 140 bêrmantya brêmantya *

46. XLVI/ 10/ 3 144 sêpare sêparo *

47. XLVIII/ 7/ 3 153 dharodhok dharodhog *

48. XLVIII/ 14/ 4 155 mêncangan mênjangan *

49. XLVIII/ 22/ 2 156 Indroklis Endroklis

50. LIII/ 10/ 5 181 pudi budi *

51. LIV/ 32/ 2 187 sêpdaningwang sêbdaningwang *

52. LV/ 19/ 1 195 têrnyuhirèng trênyuhirèng *

53. LV/ 23/ 2 196 ênti êndi *

54. LVI/ 10/ 2 201 aka ana *

55. LVIII/ 8/ 4

LVIII/ 8/ 4 213

213

masjit

masjit

masjid *

56. LVIII/ 14/ 10 215 sêpdanira sêbdanira *

57. LIX/ 23/ 8 217 tatak tatag *

58. LX/ 19/ 3 222 gêgobalan gêgombalan *

59. LXII/ 21/ 7

LXII/ 22/ 3

LXII/ 23/1

LXII/ 31/1

230

230

230

231

bêrmana

bêrmana

bêrmana

bêrmana

brêmana *

60. LXII/ 23/ 4 231 sêpda sêbda *

61. LXII/ 32/ 6 232 pratingkang pratingkah *

Tabel 5. Ketidakkonsistenan penulisan kata

No. P/ B/ b Hlm Varian 1 P/ B/ b Hlm Varian 2 Edisi

1. I/ 5/ 10

3

kakim

I/ 4/ 9

I/ 6/ 5

LVII/ 3/ 2

XLV/ 6/ 4

XLV/ 11/ 4

XLV/ 12/ 5

3

3

206

138

139

139

khakim

khakim

khakim

khakhim

khakhim

khakhim

kakim *

Page 90: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

2. I/ 4/ 2

I/ 7/ 5

XXXV/1/ 7

XXXVI/3/2

XXXVI/9/5

XLIX/ 2/ 3

XLIX/ 3/ 9

LVII/ 3/ 3

LIX/ 18/ 4

8

3

98

98

99

160

161

206

216

kukum

kukum

kukum

kukum

kukum

kukum

kukum

kukum

kukum

XLV/ 22/ 1

XLVI/18/4

XLIX/ 5/ 4

LV/ 18/ 2

LV/ 19/ 6

LV/ 21/ 6

LV/ 21/ 8

LV/ 23/ 8

LV/ 25/ 6

LV/ 27/ 2

LVI/ 12/ 3

LVII/ 6/ 1

LVII/8/ 4

141

146

161

194

195

195

195

196

196

197

201

206

206

khukum

khukum

khukum

khukum

khukum

khukum

khukum

khukum

khukum

khukum

khukum

khukum

khukum

kukum *

3. I/ 2/ 9

V/ 1/ 1

VI/ 1/ 2

VIII/ 1/ 1

2

4

12

16

fasale XXII/ 1/1

XXXII/ 1/ 1 52

68

pasale

pasale

fasale @

4. XXVI/2/6

XXVI/10/4 65

67

Prèdêrik

Frèdrêrik

XXVI/9/4 67 Frèdêrik Frèdêrik

5. XXXIX/7/5

XXXIX/10/4 109

110

Mongwan

gsèng

Fowangsè

ng

XXXIX/11/2 110 Fongwang

sèng

Fongwang

sèng

6. XVI/ 1/ 2

XXV/ 4/ 1

XLII/ 3/ 1

XLIV/ 4/ 2

XLIV/ 5/ 2

36

62

122

133

133

wakhidin

wakhidin

wakhidin

wakhidin

wakhidin

XLV/ 1/ 2

LXI/ 2/ 2 137

222

wakidin

wakidin

wakhidin

7. LIII/ 2/ 1 180 Fulan LIII/ 7/ 3 120 Pulan Fulan

8. XII/ 6/ 7 27 kherat LVI/ 22/ 10 217 kerat

9. LX/ 11/1 221 kalal LX/ 19/ 2 224 khalal

10. VI/ 2/ 1

VI/ 4/ 1

VI/ 8/ 1

LI/ 19/ 5

LI/ 20/ 5

LII/ 5/ 3

13

13

13

174

174

175

pambêlah

pambêlah

pambêlah

pambêlah

pambêlah

pambêlah

LI/ 17/ 5

LII/ 2/ 3

LII/ 13/ 1

LII/ 16/ 4

LII/ 21/ 2

174

175

176

177

178

pabêlah

pabêlah

pabêlah

pabêlah

pabêlah

pambêlah

*

Tabel 6. Daftar kata yang mengalami corrupt

No. P/ p/ g Hlm. Teks CAA Edisi

1. XXVII/1/ 4 68 Sri Khalpon...-[69]sus

2. XXVII/3/3 69 ju... juti * @

Page 91: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Tabel 7. Daftar kata yang mengalami transposisi

No. P/ p/ g Hlm. Varian Edisi

1. LIII/ 13/ 1 181 sahega saha ge * @

Tabel 8. Kesalahan pemenuhan guru lagu dalam têmbang

No. P/ p/ g Hlm. Têmbang Naskah CAA Edisi

1. XLV/27/4 141 Kinanthi amanggih sakêthi angsan (i) #

2. LIX/ 3/ 6 212 Dhandhanggula Sri Prabu memunduk (a) #

3. Suntingan Teks dan Aparat Kritik

Cariyos Anèh-Anèh adalah sêrat yang ditulis dengan aksara Jawa

carik, sehingga transliterasi merupakan langkah penting yang harus

dilakukan dalam rangka penyuntingan teks. Transliterasi adalah penggantian

atau pengalihan huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain.

Dalam proses transliterasi ini sebaiknya peneliti tetap menjaga kemurnian

bahasa dalam naskah, khususnya penulisan kata (Edwar Djamaris, 2002:19).

Tujuannya adalah memudahkan teks untuk dibaca dan dipahami. Dalam

proses transliterasi CAA meggunakan Baoesastra Djawa dan berdasarkan

“Ejaan Bahasa Jawa yang Disempurnakan (EYD)” sebagai pedoman dan

dasar acuan pembetulan ejaan dalam suntingan teks. Transliterasi CAA

secara keseluruhan dapat di lihat pada suntingan teks.

Setelah melakukan transliterasi, penulis melakukan kritik teks

bertujuan untuk menyusun suntingan teks Cariyos Anèh-Anèh. Metode yang

digunakan dalam menyunting CAA adalah metode standar. Metode standar

adalah metode yang biasa digunakan dalam penyuntingan teks naskah

tunggal. Metode standar digunakan pada naskah yang dianggap sebagai

Page 92: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

cerita biasa, bukan cerita yang dianggap suci atau penting. Dalam

menyunting sebuah teks, penulis harus memperhatikan pemenggalan kata,

sebab cara penulisan naskah CAA yang tidak mengenal pemenggalan antar

kata, ejaan yang berpedoman pada Tata Bahasa Baku Bahasa Jawa,

kebenaran konteksnya, dan juga kesesuaian metrum atau konvensi têmbang.

Kata atau kelompok kata yang dinilai kurang tepat atau berubah,

dalam suntingan teks akan dibiarkan sesuai teks aslinya dan akan diberi

nomor kritik sebagai tanda bahwa kata atau kelompok kata tersebut telah di

evaluasi. Kesalahan ataupun perubahan ejaan yang sama, hanya akan

ditandai sekali untuk selanjutnya akan langsung disesuaikan. Berikutnya

hasil evaluasi dicantumkan dalam aparat kritik yang terletak di bagian

bawah suntingan teks (semacam catatan kaki/ footnote). Hal ini dilakukan

untuk tetap mempertahankan teks aslinya dengan pertimbangan bahwa

naskah CAA adalah naskah tunggal dan penulis juga ingin memberi

kebebasan kepada pembaca untuk mengecek langsung bacaan naskah yang

asli atau bila memiliki penafsiran sendiri. Sehingga dalam hal ini, kritik

teks, suntingan teks dan aparat kritik dilakukan secara bersamaan dan

ketiganya merupakan suatu proses yang saling melengkapi.

Untuk lebih memudahkan pembaca dalam memahami suntingan

teks CAA, dibawah ini adalah pedoman atau tanda-tanda yang digunakan

oleh penulis dalam menyajikan suntingan teks CAA:

a. Dalam suntingan teks, huruf kapital digunakan untuk menulis

nama Tuhan, nama Raja, nama orang, nama tempat, panggilan

Page 93: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

untuk seorang Raja, nama bulan, hari dan tahun. Sedangkan

kata atau kelompok kata yang lain ditulis dengan huruf kecil

atau biasa, meskipun dalam CAA dijumpai beberapa kasus

penulisan kata yang tidak wajar, misalnya penggunaan aksara

murda di tengah kata.

b. Bila dalam kritik teks ditemukan kesalahan penulisan kata atau

ejaan yang sama dalam jumlah lebih dari satu, maka dalam

suntingan teks kesalahan tersebut hanya akan ditandai satu kali.

Selanjutnya kata tersebut akan langsung disunting.

c. Pemakaian tanda hubung untuk penulisan kata ulang

(reduplikasi) dalam teks. Misalnya:

anèh- anèh

kapya-kapya

Gb. 48-49 contoh pemakaian tanda hubung untuk reduplikasi

d. Penulisan dwipurwa (reduplikasi parsial), ditransliterasi sesuai

dengan ejaan bahasa Jawa, misalnya:

rarênggan rêrênggan

waweka weweka

Gb. 50-51 contoh penulisan dwipurwa (reduplikasi parsial)

Page 94: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

e. Penulisan teks dengan menggunakan (ô) dibaca [ɔ ] langsung

disunting, misalnya:

ponca panca

pujongga pujangga

Gb. 52-53 contoh penulisan teks dengan menggunakan (ô)

f. Sastra laku ditransliterasikan dengan mengubah konsonan

penutup pada kata berikutnya, misal:

pandhe wêssi pandhe wêsi

annèng jronning anèng jroning

Gb. 54-55 contoh sastra laku

g. Pemakaian sandhangan wyanjana kêrêt ( ) untuk

menyatakan bunyi /êr/, misalnya pada kata mangrêti, grêrah,

benrêre, prêrahu, namrêre, ngrêsakên, dan sebagainya.

prêrahu pêrahu

grêrahira gêrahira

Gb. 56-57 contoh pemakaian sandhangan wyanjana kêrêt

Page 95: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

h. Penulisan kata dasar yang berakhiran huruf /h/ dan mendapat

akhiran /e/, /-a/, /-an/, /-ane/, /-anira/ dalam penulisan aksara

Jawa sering ditulis dengan fonem /y/ atau /w/. Tetapi dalam

suntingan teks, fonem akan ditulis dengan /h/.

kêpangiye kêpanggihe

mriya mriha

Gb. 58-59 contoh suntingan teks fonem yang ditulis dengan /h/

i. Kekonsistenan penulis dalam menulis kata dengan vokal [ɔ ]

pada suku kata awal tanpa menggunakan sandhangan taling

tarung, misalnya saja pada kata namêr, batên, capot, batol,

balong-balong dianggap bukan kesalahan, melainkan karakter

penulis dalam menulis kata, maka pada suntingan teks akan

langsung di sunting menurut EYD Bahasa Jawa menjadi

nomêr, botên, copot, botol, bolong-bolong.

namêr nomêr

batên batên

Gb. 60-61 kekonsistenan penulis dalam menulis kata „namêr‟ dan „batên‟

Page 96: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Untuk mempermudah pembacaan dan pemahaman terhadap teks

CAA, digunakan pula tanda-tanda sebagai berikut:

a. Penggunaan angka Romawi I, II, III, dan seterusnya untuk

menunjukkan nomor pupuh.

b. Penggunaan angka Arab ukuran normal 1,2,3 dan seterusnya

yang terletak di sebelah kiri teks adalah untuk menunjukkan

urutan bait têmbang atau pada.

c. Penggunaan angka Arab ukuran kecil 1,2,3

dan seterusnya di

atas kata atau kelompok kata dalam suntingan teks,

menunjukkan kritik teks pada dan catatan kaki.

d. Penggunaan angka Arab dalam tanda kurung [1], [2], [3] dan

seterusnya menunjukkan pergantian halaman pada teks asli.

e. Penggunaan tanda garis miring (/) digunakan untuk menandai

batas setiap baris atau gatra dalam sebuah bait pada konvensi

têmbang.

f. Penggunaan tanda garis miring (//) digunakan untuk

menunjukkan akhir setiap bait têmbang.

g. Tanda /e/ digunakan untuk menandai vokal e yang dibaca [e]

seperti pengucapan kata kowe dalam bahasa Jawa dan kata

„sate‟ dalam bahasa Indonesia.

h. Tanda diakritik /ê/ digunakan untuk menandai vokal e yang

dibaca [ə] seperti pengucapan kata têlas dalam bahasa Jawa

dan kata „benang‟ dalam bahasa Indonesia.

Page 97: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

i. Tanda diakritik /è/ digunakan untuk menandai vokal e yang

dibaca [E] seperti pengucapan kata akèh dalam bahasa Jawa

dan kata „sketsa‟ dalam bahasa Indonesia.

j. Tanda * menunjukan bahwa kata tersebut mengalami

pembetulan berdasarkan pertimbangan linguistik.

k. Tanda # menunjukan bahwa kata tersebut mengalami

pembetulan berdasarkan konvensi têmbang macapat.

l. Tanda @ menunjukan bahwa kata tersebut mengalami

pembetulan berdasarkan konteks kalimat.

Berikut adalah sajian suntingan teks CAA, setelah mengalami berbagai

tahapan dalam penelitian ini:

CARIYOS ANÈH-ANÈH

Punika Rênggan Parang Kusuma- Rênggan Parang Laut (Dhandhanggula, I)

1. [1] ari Sêptu ping astha ilallin/ ing Jumadilakir Ehe warsa/ muluk

bujangga wiku wong/ wontên rinênggèng têmbung/ dhedhadhakan

ingkang nglayoni/ cariyos dêdongengan1/ anèh-anèh dèn jum/ tuwan

Wintêr juru basa/ Surakarta mangke ingindhakan malih/ mawi madu

srêngkara//

2. tumrap nagri Ngayogyakarta di/ mrih tatela rakhaba mêmaca/ yya kongsi

kojahe èmèng/ kasêntosaning têmbung/ kêlampahan winêdhar dening/

tina-[2]ta tataning rata/ ngraosna jro kalbu/ khalêbuwa2 khojah

3 tama/

utamèng rèh fasale tinandha ganti/ kèhira sèkêt astha//

1 # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 8a)

2 kalêbuwa * @

3 kojah *

Page 98: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

3. nênggih ingkang kinondha rumiyin/ kinarya wit umipurwèng kojah/ asung

pêngapuraning wong/ tanpa faedah bubuh/ ngrusak tata patraping adil/

gêlah-gêlah buwana/ wus bênêr linampus/ wusana olèh apura/ toging

ngêndon puwara kang nglêbur bumi/ babu kêkasih marma//

4. [3] abênêri jalma pandhe wêsi/ kang dèn landrad kêna kukum pêjah/ ing

dhusun gêng akèh wonge/ para kêpala kumpul/ nèng ngarêpe babundhêl

wêsi/ sêmana kumpul rêmbag/ sowaning pêngulu/ kadya matur angrêrêpa/

adhuh Khakim kawula anuwun inggih/ nyaosakên pratela//

5. lah ta iya kapriye kang pikir/ dhu4 pukulun jalma pandhe tosan/ ing

dhusun sangêt pêrlune/ ingkang nyawisi nêngguh/ andamêlkên pacul

myang kudhi/ waluku pêthèl tatah/ jara kuncrak dhadung5/ yèn pandhe

punika pêjah/ langkung dening karya bêtah kapya jalmi/ Kakim lon

pasrangkara//

6. priye olèh sun matrapkên adil/ dadi bubrah tataning agama/ tandya na

jalma sawiyos/ majêng gadhêpêk ngayun/ ulun matur panduka Khakim/

lah ta inggih punika/ dwi sujalma tênun/ ingatasipun ing desa/ anyêkapi

pandhe gintung sawiji6/ juganya ingapura//

7. kapênuju turirèng sujalmi/ wus kêlakwan gintung sajuga7/ juga

ginêsangan muleh/ mring wismanira dhusun/ iku kukum nora raharji/

jalma dwi nandhang dosa/ agêng raja lampus/ wusana kinukum juga/ lah

dèn awas praparentah dipun eling/ dadi têpa tuladha//

Punika Rênggan Karêtêg (Dhandhanggula, II)

1. [4] wus sampurna fasal kang sawiji/ tandya kocap fasal kalihira/ cinatur

kala prang gêdhe/ nênggih nêgari Isus/ Prabu Dhiyus kèngsêr ing jurit/

ing ngajêng baris dhadhal/ ingêlud ing mungsuh/ Sri Maha Dhiyus gya

kentar/ abdi dalêm ingkang dhèrèk sawêtawis/ narendra gurawalan//

2. tindakira dumugi ing kali/ lèpèn agêng krêtêge santosa/ lêstari prabu

tindake/ ing karêtêg wus laju/ nuntên wontên abdi prajurit/ wê-[5]weka

4 dhuh @

5 dhadhung *

6 anyêkapi pandhe gintunga sawiji # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 12i)

7 pan wus kêlakwan gintung sajuga # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 10a)

Page 99: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

surènglaga/ mring nata umatur/ yèn parêng karsa panduka/ ponang kêrtêk

mangkyarsa ulun bibrahi/ inggih ingkang supadya//

3. rèh iktiyar pambêngana nênggih/ pambujunge mêngsah dalêm narpa/ nata

alon timbalane/ iku ingsun tan rêmbug/ kêranane pangèsthi mami/

yuswaningsun tan nêdya/ murwat kèh jinipun/ nganti ambelakna kapya/

umurira bala ngongkang mêksih kari/ anèng jroning bêbaya//

4. kang pakewuh ewuh angluwihi/ binabujung dèn êluding mêngsah/ mêlayu

ngungsi marene/ sumêdya labuh mring sun/ kawruhana cipta ngong

mangkin/ tan darbe sêdya ala/ mung arja rahayu/ kapya-kapya

wadyaningwang/ anusula ingambah karêtêk sami/ yèn wus kumpul ing

pêrnah//

5. rêmbug manèh dandan ngantêp jurit/ ayumana wadyan8 sun kang padha/

anusul ing tindak ingong/ sêndika nuli wangsul/ angayumi9 wadya kang

kari/ nuli acatur wikan/ pangêluding mungsuh/ kèndêl tan purun lajênga/

saha dene pra prawira amêngkuhi/ mundhi sabdane narpa//

Punika Rênggan Makutha Raja (Gambuh, III)

1. [6] tandya malih winuwus/ gêntya kocap fasal kaping têlu/ tanah agêng

puwara nêgari Anggris/ jumênêng mêngku gêdhatun/ duk sêmana prabu

wadon//

2. luwih sumbaga anung/ sudibyèng rèh mêngku para ratu/ wus kaojat ing

rat pêmadaning nagri/ nalendra10

dyah ajêjuluk/ Maha Sang Sri Prabu

Sinom//

3. malis jeta rum-arum/ sakêlangkung kèringan prang pupuh/ sabab de-

[7]ne sêktine para bupati/ gul anung wididyèng11

kewuh/ senapati ing

palugon//

4. kocap dyah maha prabu/ têdhak amêng-amêng marang dhusun/ mring

wismane abdi kang jinujung12

linggih/ tampingan tumênggung baru/

ajêjuluk risang Bakon//

8 wadya * @

9 angayomi *

10 narendra *

11 widagdyèng * @

Page 100: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

5. kagyat prabu dyah rungrum/ lumiyating wismane tumênggung/ nora

murwat pindha wismane wong cilik/ tan mantra wisma tumênggung/

pasrangkara Prabu Sinom//

6. lah ta bapa tumênggung/ kaya ngapa wismanta ngong pulung/ luwih cilik

tan mantra wisma bupati/ sêsak ngênggonan tumênggung/ matur nêmbah

sira Bakon//

7. dhuh gusti maha Prabu/ sampun dawêg wismangong gêngipun/ sabab

inggih kala kawula rumiyin/ dene wak amba pukulun/ jinujung13

lênggah

bupatos//

8. panjênêngan Sang Prabu/ inggih ganjar agêng jasat ulun/ saupami tuwan

gusti Sri Bupati/ ingkang yasa griya èstu/ kira gêng bagus kinaot//

9. sing sih nugrahan agung/ jasat ulun pas buka anama gung14

/ inggih gusti

ngantos sêsak wisma mami/ wilasing sih maha prabu/ wakhyu kubra kang

dhumawoh//

Punika Rênggan Ukêl Pakis (Gambuh, IV)

1. [8] sampurna fasal têlu/ gêntya kocap fasal kaping catur/ kocap wontên

abdi dalêm ing nêgari/ wêgig amutêring wuwus/ mring kapya bature kang

wong//

2. siji bature matur/ e bêndara ulunnya wus mêtu/ inggih badhe ngupados

pakaryan malih/ sanèse pakarya pukulun15

/ aming mangke ulun cadhong//

3. bêlanjamba kang sampun/ kula sanggi pakaryane rampung/ ingkang mugi

tuwan paringna sêmangkin/ wus ulun etang sêda-[9]rum/ bayar amba

mêksih wutoh//

4. krana tuwan pukulun/ dèrèng-dèrèng amaringi mring lun/ bayar sasèn

kang wus pêsthi dadya janji/ kula dungkap tigang taun/ sasigar tan tampi

ingong//

12

jinunjung * @ 13

jinunjung * @ 14

jasat ulun buka anama gung # (kelebihan satu suku kata, seharusnya 10u) 15

# (kelebihan satu suku kata, seharusnya 8u)

Page 101: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

5. bêndarane anjumbul/ sêmu eram dene cêtha muwus/ ya wus bênêr cature

kabèh mring mami/ nging bangêt kadugèningsun/ sêpala bayare kang

wong//

6. gêgarapane agung/ barang-barang pakaryane cukup/ mangsa olèh

ngupayaa kapya jalmi/ kang sathithik bayaripun/ karyane cukup kêlakon//

7. ingasih-asih muwus/ sang bêndara aja sira mêtu/ bangêt butuh yèn sira

atinggal mami/ ya bênêr ngong durung asung/ bayarmu kang wus

kêlakon//

8. mangsa oraa angsung/ wus saèstu sun mring sira tutur/ bayarira ing

mêngko misih lumaris/ etungên sêlawasipun/ lah aja pamit mêngkono//

9. tan bêcik dadènipun/ sira rencang alon aturipun/ dhuh Bêndara ulun wus

sumêrêp inggih/ bayar amba misih mlaku/ kang ing manah amba waton//

10. mênawi têmbenipun/ bayar amba ingkang mêksih mlaku/ ing rèh botên

kenging kawula tututi/ dados susah amba klantur/ bayar kêsit bablas ing

dos//

Punika Rênggan Palbapang (Pocung, V)

1. [10] gêntya kocap, fasale kang panca pucung/ wontên tuwan-tuwan/

adarbe rencang sawiji/ kapêrcaya ngladèni nampa pun Êyan//

2. [11] tata dhahar, anèng meja piringipun/ ingampil sru cukat/ têngginas

anggawa piring/ gya kêsandhung karungkêb piringe pêcah//

3. Sang Bêndara, lon nêbda atuntung rêngu/ aku iya wignya/ tingkahmu

mêcahkên piring/ nora angèl pakarya gampang winulat//

4. sang Yan matur, atangi sarwi gumuyu/ inggih lêrês tuwan/ sabab tuwan

aningali/ solah amba ing rèh mêcahakên panjang//

Rênggan Baita Kapal (Pocung, VI)

1. [12] sampun tamat, magênti kaping nêmipun/ fasale kang kocap/ wontên

juragan satunggil/ nèng jro palwa kapal madyaning sêgara//

Page 102: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

2. [13] darbe rencang, Pambêlah awak pêrahu/ tinuduh lurahnya/ angurahi

cèrèt nênggih/ ingkang cèrèt sêlaka wawrate kathah//

3. solahira, gumampang nèng pinggir prahu/ nuli katiwasan/ mrucut cèrèt

tibèng warih/ kêthaweyan cèrèt silêm ing sêgara//

4. gudadapan, Pambêlah saklangkung ewuh/ cèrèt tan katingal/ kêlêm ing

dhasaring warih/ age-age umatur bêndaranira//

5. dhuh bêndara, kawula umatur nuwun/ wulang ing sampeyan/ barang ilang

kapya melik/ napa ical sêbarang kaya dandanan//

6. yèn sumêrêp, Bêndara panggenanipun/ juragan sru nyêntok/ kowe iku apa

dlêming/ apa edan kalah owah akalira//

7. barang ilang, nanging wêruh ugyanipun16

/ iku nora ilang/ wus lumrah

gunêming urip/ nora ilang barang sabab wruh ing pêrnah//

8. gya Pambêlah, umatur asêmu takut/ yèn mêkatên wulang/ tuwan kagungan

melik17

/ cèrèt slaka marucut malbèng sêgara//

9. ngong kurahi, nèng pinggir palwa duk wau/ kula cêpêng kêkah/ nanging ta

kêdah bilahi/ dumadakan marucut panyêpêng amba//

10. ingkang cèrèt, anuli kêlêm ing banyu/ ulun wrining pêrnah/ juragan asru

dêdyangling/ têmpuhana tiwasmu anambut karya//

Rênggan Candhi Trisula (Pocung, VII)

1. [14] tandya kocap, artikêl kang kaping pitu/ dèn wontên kêpala/ lurah

barang nyambut kardi/ nèng wismane pindha jalma darbe karya//

2. [15] amêmantu, ajibêg jalma supênuh/ garaping pakaryan/ jalma ngalap

opah sami/ bêndarane alon dènira têtanya//

3. lah ta Iyan, apa ingkang sira nambut/ gawe lah tuturi/ mring ingsun

wêruha mami/ marang kapya garapane juga-juga//

16

unggyanipun * 17

tuwan kang kagungan melik # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 8i)

Page 103: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

4. Iyan matur, kawula Bêndara èstu/ botên garap karya/ pisan-pisan kang

sayêkti/ bêndarane angalih gênti tinanya//

5. mring kancane, pun Yuris ing wêstanipun/ èh Yuris sun tanya/ apa sira

nyambut kardi/ lah ta ingsun tuduhna garapanira//

6. aturira, pun Yuris inggih saèstu/ gèn lun nyambut karya/ bêndara kawula

nanging/ angrencangi panyambut damêle pun Yan//

7. barang damêl, kawula pun yasa nuduh/ mung darmi18

kawula/ sasi têdah

anglampahi/ ujar tuwan karya pêngajêng pun Iyan//

Rênggan Parang Curi (Pocung, VIII)

1. [16] kocap malih, fasale astha kaetung/ kocap wontên jalma/ bodho

barang tan mangrêti/ alêlungan kya bodho anumpak kapal//

2. [17] nanging kang spur, ring jaran misih kinandhut/ nèng kanthong

rasukan/ ponang kuda mlayu rindhik/ mèh kêdalon kinêtab turangganira//

3. ponang kuda, kinêtat-kêtat lumaku/ datan mawi rikat/ datan sah lumaku

rindhik/ kaku tyase brêmantya kang numpak kuda//

4. sru pinêlak, pêlak ajêg rindhikipun/ wêngis manêpda19

kras/ èh jaran tuwa

sayêkti/ yèn wêruha sira ing kandhutaningwang//

5. ingsun kêspur, amêsthi rikat lumayu/ bodho sira jaran/ datan wruh ingsun

sabari/ mumpung dungrung20

lah dèn age anandêra//

Rênggan Prang Pupuh (Kinanthi, IX)

1. [18] ping sanga fasal cinatur/ nênggih nêgari Prêsmani/ kala campuh

bandayuda/ lan mêngsah gul anung sêkti/ sèwu wolungatus rolas/

angkaning warsa kumpêni//

18

darma * @ 19

manêbda * 20

durung * @

Page 104: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

2. gêntya nyawat mariyêm gung/ lir jiba-[19]lun rug kapyarsi/ ponang

tinggar barung munya/ panglut tibane lir riris/ rug-ingaruk magêntoran21

/

mungsuh rowang gêntya titih//

3. campuh panggya samya purun/ ting taleram ngilat thathit/ ukêl-ingukêlkên

pêdhang/ senapati wong Prêsmani/ wantêr amangsahkên bala/ mangamuk

ngiwul ing jurit//

4. têbih sinipat katuju/ mariyêm gung ponang mimis/ buwah agung kang

kabranan/ nuhonira sangêt kanin/ rinampa ing nuldhatira/ mangubêng

awaling jurit//

5. antawis unduring mungsuh/ prajurit gêng senapati/ tatungguling prang

wong Prasman/ bilahi sukune kanin/ sangêt angèl ingusadan/ ngalêmpak

pra dhoktêr sami//

6. rêmbage kang para dhukun/ kang tatu tan kêna mari/ sungsum balung

katêrajang/ ing mimis angèl jinampin/ iyêg rêmbage wus dadya/ kinêthok

kang ponang rijlin//

7. pêngagêng Prêsman kang tatu/ miyarsa dhukun kang dêling/ ayêm sêmu

tan nglagewa/ pudhake asru anangis/ moring jalma kathah miyat/ tuwane

kang nandhang kanin//

8. alon dènira amuwus/ èh ya gene kowe nangis/ lah ta apa ora sira/ bêja

kowe dina kari/ yèn kinêthok sikilingwang/ mung suci kêstiwêl siji//

Rênggan Ron Dhandhanggêndhis (Kinanthi, X)

1. [20] gya gantya fasal sapuluh/ lumampah winarnèng tulis/ wontên jalma

numpak kuda/ saklangkung gilap kang wajik/ dèn rih-rih ingarah-arah/

icala gilaping wajik//

2. [21] lon-lonan jajok linajur/ datan sah angati-ati/ jalma ingkang numpak

kuda/ prapta radinan arêsik/ lalurung sajroning kutha/ praptèng prapatan

margi22

//

21

magênturan * 22

prapta ing prapatan margi # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 8i)

Page 105: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

3. ningali jibêg kang langkung/ andulur rubung kèh jalmi/ samia wade

tinumbas/ cangkêm karut dol ing margi/ pawèstri sajuga bêkta/ payung

alit kang dèn undhi//

4. angadêg ngêgarikên payung23

/ jaran giwar kang numpaki/ tiba sru nuli

anyandhak/ kudanira kang kêndhali/ wong wadon gumuyu latah/ mèh

kawudan ingkang jalmi//

5. malêlêng sugal amuwus/ bak ayu kang gêguyoni/ sampun ta andika eram/

panggiware kuda mami/ puniki wus medanira/ yèn lumiyating jalma stri//

6. nènèman warnane saru/ kaya andika niwasi/ rèrèn marga cêlak kuda/

wadon cêp sêmune ajrih/ laju ingkang numpak kuda/ nomêr sêdasa wus

titi//

Rênggan Pacak Suji (Kinanthi, XI)

1. [22] nomêr sêwêlas lumaju/ wontên pujangga satunggil/ ing Siwitsêr

nêgaranya/ mangke pujangga nuwèni/ marang sadhèrèkanira/ sami

Siwitsêr nêgari//

2. pinêrnah-[23]kên pondhok sampun/ eca sami gunêm kawis/ ujung-

ujungan lêpasan/ wus satunggil raos kalih/ lajêng sami alêledhang/

kuliling lebaring budi//

3. ngantos mring jawi kitha duh/ sarêng sami mantuk kalih/ mêdal

sanèsirèng marga/ kang cêlak inggala prapti/ prapta satunggil

panggènan/ anjok24

ara-ara radin//

4. kasingkêd pacak suji gung/ korenira dipun kunci/ ingkang nyêpêng

sarogira/ lare jalêr misih alit/ pacak suji salêbêtnya/ dènira têngga

raryalit//

5. pujangga sadhèrèkipun/ nêbda thole bocah cilik/ sirèstulah bocah desa/

kang pintu êngakna nuli/ nanging rare nora suka/ pininta ênganing kori//

23

angadêg ngêgarkên payung # (kelebihan satu suku kata, seharusnya 8u) 24

anjog *

Page 106: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

6. sugal lare dera muwus/ mila inginêb kinunci/ ayya kongsi linangkungan/

ing jalma kang wira-wiri/ tan wèh marga singa wonga/ kang liningan

anauri//

7. thole ya bênêr sêbdamu/ ananging kastaku iki/ sujalma kojar pujangga/

aja sira kira ngati/ padha-padha jalma kathah/ mulane ngakna tumuli//

8. raryalit alon amuwus/ wangsul kula nuwun inggih/ pujangga punika napa/

kang tinya amangsuli25

/ thole sira ingsun pojar/ kêlam wus durung

mangêrti//

9. nama pujangga saè-[24]stu/ sujalma ingkang nguwisi/ guna pagunan

sudigbya26

/ bisa barang-barang wasis/ raryalit mangsuli nêbda/ yèn

mêkatên sujalma di//

10. pangèsthi kawula kalbu/ sagêd ngêngakkakên kori/ tanda27

wisorok

sudigbya28

/ malah pamune nguwisi/ tinêbah bae gya mênga/ mênga

lawang pancak suji//

11. Sang Pujangga sru gumuyu/ ja mêngkono bocah cilik/ nanging raryalit

asugal/ tanpa sung ênganing kori/ dwi jalma mundur plarasan/ baya

cobaning Yyang Widi//

Rênggan Têratè (Sinom, XII)

1. [25] nomêr kang kaping rowêlas/ wontên sujalma sawiji/ andarbèni sakit

owah/ pun Êle ingkang wêwangi/ ananging ingkang sakit/ cat eling cat

botên emut/ yèn têrkadhang saras29

/ kadhang sangêt dènya baring/ gya

cinêkêl pinêgang sinungkên pêrnah//

2. [26] ing griya pancèn cawisan/ panggènira wong abaring/ dadya

ingumbar kewala/ tan ngangge dèn pusarani/ nuju dintên sawiji/ wontên

sadhèrèkanipun/ pun Êle tinuwenan/ rêrangkulan sarêng panggih/ sangêt

dening sêkalih30

dènya kangênan//

25

kang tinanya amangsuli # * (kekurangan satu suku kata, seharusnya 8i) 26

sudibya * 27

tandha * 28

sudibya * 29

yèn têrkadhang sok saras # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 7a) 30

kêkalih *

Page 107: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

3. amidêr-midêr kalihnya/ salêbêting griya nênggih/ lajêng kalih sami

minggah/ ing lotèng saklangkung inggil/ pun Êle aningali/ mêngandhap

amingak-minguk/ tumuntên ngrangkul kêkah/ mring sêdhèrèkke kang tuwi/

julalatan sarwi kêras sêbdanira//

4. alah ta inggih ki sanak/ suwawi anjlok31

sing ngriki/ mêkatên sarwi

rangkulan/ punika saèstu margi/ jaman kaèlangan yêkti/ sanakanira tab

muwus/ tekat mêkatên uga/ sok tiyang asakit baring/ inggih sagêd mêkatên

anglampahana//

5. lah ta suwawi ki sanak/ dhatêng mêngandhap abali/ sarwi rikat dènya

mlumpat/ undhakan ngandhap manginggil/ Êle kenging mêmanis/ mangêp

paminta sihipun/ anuruti mêngandhap/ punika saèstu margi/ dipun sanak

luwar sing gêlah sukawa32

//

6. sukawa33

bilahi dunya/ yèn sampuna rikat pêsthi/ dènira amanggih akal/

botên sagêd uwal pêsthi/ pangrangkule apithing/ wus pêsthi yèn ajur mu-

[27]mur/ tan bakal tinjo kherat/ sabab lotèng luwih inggil/ katujune rikat

mêdya manggih akal//

Rênggan Sêkar Dhalimawantah (Sinom, XIII)

1. [28] gêntya nomêr tigawêlas/ sira Sang Prabu Lodhuwik/ ratu kang

kaping pat bêlas/ nênggih nêgari ing Frakik/ nuju satunggil ari/ sira

risang mata Prabu/ ngrêsakakên kasukan/ catur kêlawan kang abdi/

dalêm kang sih ingkang sampun binupatya//

2. adangu [29] dènya kasukan/ nata landi dalêm kang sih/ ingkang sampun

binupatya/ gya kaledhon salah siji/ nanging dadya prêdondi/ dènira

kasukan catur/ abdi dalêm sêdaya/ ingkang ngadhêp Sri Bupati/ kapya-

kapya kèndêl mung ngawaskên samya//

3. nalika datan antara/ wontên sêntanane aji/ Pangeran Gramon pêparap/

têdhak sangking ing palinggih/ sowan kanjêng Sang Mulki/ nèng kamar

kasukan Prabu/ nata alon ngêndika/ lah Pangeran Gramon yêkti/

bênêrana goningsun gèsèh kasukan//

31

anjlog * 32

sungkawa * 33

sungkawa *

Page 108: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

4. jêng Pangeran matur nêmbah/ panduka Prabu kang sisip/ nata nêbda

sêmu duka/ kapriye bisa ngarani/ kang bênêr lan kang sisip/ kawitane

nora wêruh/ aturira Pangeran/ priksamba panduka sisip/ dene kapya abdi

dalêm ingkang sowan//

5. sami kèndêl tan gupita/ ingkang saupami inggih/ lamun panduka lêrêsa/

botên tuntut34

kèndêl sami/ awas katuju ngati/ gya kundur kangjêng Sang

Prabu/ binubarkên kasukan/ nomêr tiga wêlas titi/ mingsing35

lajêng

ingkang sêkar kasinoman//

Rênggan Candhi Kusuma (Sinom, XIV)

1. [30] kocap nomêr ping pat bêlas/ ingkang winarnèng tulis36

/ wontên

sujalma anama/ Yohanis Gonsalah nênggih/ sangêt karêm sayêkti/ dènira

kasukan dhadhu/ sèmana kawon kathah/ langkung ing salêksa ringgit/

darbe anak jalu anama Iskandar//

2. [31] nanging ki jaka Iskandar/ nuju wontên anênggani/ uninga ing

bapakira/ kawon kasukan nglangkungi/ pangêsahirèngati/ datan sah

angêsês ngadhuh/ bapakne sarêng miyat/ mring atma Iskandar uning/

bapa nêbda mring kapya sujalma kathah//

3. jalma kang mulat kasukan/ dene têmbungirèng deling/ Iskandar

Dulkurnèn kala/ midhangêt ing khabar yakin/ kang rama dènya jurit/

unggul untung mungsuh larut/ baris dhadhal datan sah/ binabujung kèh

pinatin/ sru dipun suk ngancik nagri bayong mêngsah//

4. sarêng miyarsa mêngkana/ Iskandar Dulkarnaèni/ mara sru prihatin

dahat/ kang dadya wraosing galih/ ing wingking bok mênawi/ botên

wontên purun nungkul/ mila sangêt subrangta/ dêdonga nuwun Ilahi/ lulus

arja kang rama ugul37

ing yuda//

5. nanging nak amba punika/ Iskandar manah sru kingkin/ susah dènira

lumiyat/ ing kula akawon akih/ kuwatos manah timtrim38

/ lah inggih

34

tutut * @ 35

mingsih * 36

ingkang winarna ing tulis # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 8i) 37

unggul * 38

tintrim *

Page 109: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

wingkingipun39

/ botên wontên kinarya/ akawon kêng kados niki/ sabab

dening kawon kathah barang têlas//

6. atma Iskandar turira/ mring rama mangsuli inggih/ kasinggihan sêbda

tuwan/ awè-[32]ta inggih upami/ ingkang rama Sang Aji/ prabu Iskandar

maha gung/ kasora prang têlasan/ wingking tan wontên kinardi/ kapya

sarat nêlukakên kapya praja//

7. tan wontên pêrcayèng ing tyas/ sabab yèn tiningal40

lair/ kados pundi

pêrcayaa/ sakèh wignya bêdhah nagri/ sarat-sarat kapya nir/ dumadya

katingal busuk/ ugêr tan kenging owah/ kinukuman katon lair/ ing

pratingkah batos lun walahualam//

Rêrêngganing Smatri Latarêsmi (Mêgatruh, XV)

1. [33] tandya kocap nomêr gangsal wêlas laju/ ngèlmine dhukun sayêkti/

amrih kasil amrih untung/ dènira ngêtrapkên jampi/ asêrana nalar gatos//

2. wontên jalma [34] tuwan Sarep namanipun/ punika dhukun maluwih/

subaga wasis ing ngèlmu/ padhukunan dèn èsêmi/ sêmana dèn undang ing

wong//

3. lara tatu ing gêgaman badanipun/ ananging tan sangêt kanin/ ènthèng

lumrah jalmi pupuh/ kulite mung mêtu gêtih/ sarêng prapta gupoh-gupoh//

4. wus winiyak tiningalan ingkang tatu/ saèstu ènthèng kang kanin/ nanging

drodos gêtih mêtu/ tuwan Sarep wus angèsthi/ iku mung tatu mêngkono//

5. katibana i41

tamba sapisan rampung/ nanging ta kinarya wadi/ dhukun

manggil rencangipun/ anêbda kras wanti-wanti/ luwih gati solahing

wong//

6. lah dèn inggal muliha sambi lumayu/ angambila ingkang jampi/ kae kang

ingsun barungkus/ daluwang ingsun batitil/ tamba adi ingkang cêsplong//

39

lah ta inggih wingkingipun # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 8u) 40

tininggal @ 41

ing *

Page 110: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

7. luwih ampuh ing mêngko yèn olèh tulung/ lelata walnguja yêkti/ alon

nêbda wong kang tatu/ adhuh tuwan kados pundi/ punapa awrat tatu

ngong//

8. inggih sarwi gumêtêr ulate payus/ mênênga bae aja ngling/ wus ingsun

pribadi ngangkuh/ angkuh mulyanirèng kanin/ cêp mênêng ulate cêlom//

9. tuwan dhukun jaga-jaga sarwi muwus/ mung tata [35] ja nguciwani/

pangangkah sarating dhukun/ adate kang wus lumaris/ wong kang tatu

printah gupoh//

10. mring kang wadon lah ta aja ngeman laku/ apa-apa pamintaning/ tuwan

dhukun dèn sumaguh/ ja kaswèn gya sumaji42

/ mung nganti panakawan

wong//

11. tan cinatur bature anuli rawuh/ sarta abêkta jêjampi/ panêbdane tuwan

dhukun/ kabênêran inggal prapti/ wus sun pêsthi mulya mêngkono43

//

Rêrênggan Kirkop Maendra (Mêgatruh, XVI)

1. [36] gentya kocap ping nêmbêlas nomêripun/ wontên pawèstri wakhidin/

nêtêpi ngibadah sujud/ bên dina marang ing masjid/ jungkung dêdonga

Yyang Manon//

2. [37] kang murwani pangyasa masjid pangulu/ kang sangêt cotho kiyai/

ing tahlil pêmaosipun/ kocap wong èstri kang abis/ tansah mirêng dènya

maos//

3. sirèng tahlil wali-wali kya Pangulu/ wong wadon bangêt anangis/ datan

sah asênggruk-sênggruk/ wus mênêng anangis malih/ sarêng Ki Pangulu

maos//

4. sirèng tahlil Ki Pangulu awas dulu/ sabên-sabên maca tahlil/ wadon

nangis sênggruk-sênggruk/ baya èstri luwih ngalim/ tahlil nafi isbat

wêroh//

42

aja kaswèn gya sumaji # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 8i) 43

sun pêsthi mulya mêngkono # (kelebihan satu suku kata, seharusnya 8o)

Page 111: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

5. sampun yakin wadon mêngkono sinarju/ Pangulu agênging kalbi/ yèn

tahlil anusuk jantung/ nging èstri taruna mêksih/ nuli tinimbalan waos//

6. ing sawuse bakda salatirèng luhur/ prapta mabukuh ing ngarsi/ alon

anêbda pangulu/ kowe ya ge pawèstri44

/ ing sabên-sabên sun maos//

7. ing tahlilan apa sira tuhu wêruh/ patrapirèng isbat nafi/ jroning tahlil

kang winêngku/ wong wadon matur wor tangis/ botên mêkatên èngêt

ngong//

8. lêpat ulun jêng kyai kawula nuwun/ apuntên têrusing galih/ èngêt kawula

jro kalbu/ mila [38] ulun sangêt nangis/ mêkatên èngêt ing batos//

9. duk inguni inggih kawula pukulun/ gadhah kuldi jalu inggih/ rikat rosa

luwês bagus/ kawula saklangkung asih/ kuldi ulun toging ngêndon//

10. dipun têdha ing sima malbèng wong agung/ gêgêtun amba sapriki/ sarêng

midhangêtkên ulun/ sabên tuwan maos tahlil/ swara tuwan blêg tan

gêncol//

11. inggih ugi swara tuwan kuldi ulun/ wong wadon banjur anangis/

kamisêsêk sênggruk-sênggruk/ kya Pangulu merang angling/ gèsèh jêbule

mêngkono//

12. inggih sarwi anutupi tutukipun/ èh wadon muliha nuli/ ngadêg kya

Pangulu mantuk/ nomêr nêmbêlas titi45

/ ginêtya46

salin lêlagon//

Rêrênggan Palwa Rambang Rudhaya (Asmaradana, XVII)

1. [39] nomêr pitulas kawarni/ wontên sajuga juragan/ lautan sêgara gêdhe/

apitakèn pagunêman/ jalma awak baita/ sudika pêngagêngipun/ kêpala

awak baita//

2. [40] kawula ki sanak inggih/ apitakèn sêbda ingkang/ kang pêsthi wajib

lan akon/ kados pundi jalarannya/ ajale bapak dika/ tuwin kaki-kaki

buyut/ ki sanak andika pajar//

44

kowe ya gene pawèstri # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 8i) 45

nomêr nêmbêlas wus titi # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 8i) 46

ginêntya * @

Page 112: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

3. pêngagêng baita angling/ lah ta inggih ngarah sapa/ pêsthèn tan kenging

ginawe/ jalarane dènya ajal/ inggih bapak kawula/ tênapi kaki myang

buyut/ sami pêjah kabêlabag//

4. juragan gawok miyarsi/ agoyang-goyang kêpala/ lah ki sanak kaya priye/

mêngkono jalaran ajal/ lah ta ki sanak dika/ lah punapa botên takut/

badhe pêjah kabêlabag//

5. pêngagêng baita angling/ amangsuli mring juragan/ wangsul kula malês

takèn/ kang dadya jalaranira/ ajale bapak dika/ miwah kaki dika buyut/

canggah warèng saurutnya//

6. Ki Juragan kados pundi/ nêbda mêkatên ki sanak/ kapya laluwur ajale/

sami wontên paturonnya/ ngadhêpan kapya wangsa/ nèng paturon dipun

tunggu/ lumrah tahane mêngkana//

7. pêngagêng baita angling/ lah ki sanak kapya paran/ ulun gadhahana

wêdon/ angambah wontên sêgara/ ka-[41]dèk upamanira/ juragan andika

niku/ angambah paturonira//

8. lah punapa ngangge wêdi/ kêkalih sarêng sarjunya/ dados mêkatên tekate/

basa pati botên kêna/ dèn akal dipun kira/ muhung kêrsane Allahu/

ingkang rabilngalamina//

Rênggan Simbar Manyura (Asmaradana, XVIII)

1. [42] wolulas fasal winarni/ tumrap ing nagri Sêkotlan/ bêbanjêngan

lurung gêdhe/ arêsik wiyar akathah/ jalma dulur ing marga/ kocap ana

priyayi gung/ kuri ngling tindak radinan//

2. [43] tansah tindakira ririh/ wanci sore pukul lima/ gya ana bocah

sawiyos/ lola tan darbe wong tuwa/ lanang amêskin dama/ amêthukkakên

priyantun/ nèng ngarsa anêmbah-nêmbah//

3. bêndara kawula mêmis/ inggih saparing panduka/ nanging risang prayi47

gêdhe/ nukêr cinêrakan bocah/ sandhang gombal angganda/ sêmu-sêmu

amis arus/ lon nêbda dèn adoh yya crak//

47

pyayi @

Page 113: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

4. ingsun ora gawa dhuwit/ pêcah dhihin amundura/ bocah mêskin gubêt

bae/ dèn paring-paring tuwan48

/ pyayi aparing pêsmat/ tinibakkên gya

pênjukuk/ tampane rare musakat//

5. kang pêsmat iku tinuding/ nukarakên dhuwit pêcah/ rarikataning lakune/

wus olèh wangsul cêngkelak/ tampane ingaosan/ praptèng pêrnah tan

kadulu/ anjêntung rare anggana//

6. pêryayi49

gung tan kaèksi/ kewuhan rare musakat/ arsa sinusul durung

wroh/ dalêmira kang lêledhang/ dadya rare musakat/ dhuwite pêcah

kinandhut/ samangsa bae kêpanggya//

7. sinaosakên kang dhuwit/ rare nora lunga-lunga/ kang duwe dhuwit

ingantos/ sawusira tigang dina/ sore ing pukul lima/ Sang Pêryayi50

ika

langkung/ rare musa-[44]kat abungah//

8. gadhêpêk sila ing ngarsi/ sarwi anyaoskên yatra/ nguni ulun kinon wade/

atiti sarwi amilang/ Sang Pêryayi51

gêtun ing tyas/ dene tyasira rahayu/

tanpa yun gèsèh ing sêbda//

9. kandêl tyasira maluwih/ pinupu rare musakat/ winuruk tata kramane/

lawas winuruk ing sastra/ tuhu pêryayi52

arsa/ nanggung kauripanipun/

kang dadya canthèling karya//

10. iku tandha ati suci/ bêjane tan pilih unggyan/ umarêgèng ing patrap

rèmèh53

/ bocah lanang musakatan/ mêngko wus mangsanira/ abuka tyase

rahayu/ munggah drajat jalma tama//

Rêrênggan Ron Padma Kusuma (Asmaradana, XIX)

1. [45] nomêr sangalas gumanti/ kocap ana bocah yuswa/ limang taun bocah

wadon/ trêsna lulut marang biyang/ sêdene mring ninèknya/ nini

biyangane biyung/ misih lulutirèng sama//

48

lah dèn paring-paring tuwan # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 8a) 49

priyayi * 50

priyayi * 51

priyayi * 52

priyayi * 53

umarêging patrap rèmèh # (kelebihan satu suku kata, seharusnya 8e)

Page 114: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

2. [46] mring biyunge tuwin nini/ sêmana sawiji mangsa/ tingalanira

ninèkne/ dina lairirèng dunya/ dalu kumpul lèlèkan/ arame samya sadulur/

agêntos undang-ingundang//

3. biyunge larestri angling/ anggèr kuwe ninèkira/ si biyung dongakna

manon/ aja kongsi nuli pêjah/ ginanjara raharja/ lawan panjanga

angumur/ ngantya tutuk54

tuwa pisan//

4. rare mênêng sêmu wêdi/ eram ing tyas gêgawokan/ sarwi mandêng mring

biyunge/ lah ta ênggèr apa sira/ ora gêlêm dêdonga/ nikèkmu55

panjang

ing umur/ sêlamêt manggih raharja//

5. dèn kongsi tutuk sêpuhing/ ninèkmu nèng alam dunya/ lah ênggèr bênêr

mêngkono/ rarestri ririh sêbdanya/ biyung mêngkono arja/ ananging

abêcikipun/ ulun biyung adêdonga//

6. marang Yyang kang Maha Suci/ sarèhning si nini iya/ wus tuwa bangêt

karêpe/ sun papujya ing Yya56

Sukma/ mugi Alah57

angganjara58

/ si nini

mariya sêpuh/ muliha nom lir pêrawan//

Rêrênggan Pintu Parang Ajra (Asmaradana, XX)

1. [47] nomêr dwi dasa gumanti/ wontên sujalma sarjana/ nuju budi ngelmi

sarèh/ kèh kitab ngiling-ilingan/ nukil corèkan kathah/ telatèn kongsi

jêgugut/ enjing sontên tan prabeda//

2. [48] jênggugut59

manggung anulis/ kang pinuja mantra ing tyas/ nalar

durung ingkang dèrèng/ kawêdharing kapya jalma/ kang samar dadi

gampang/ sarjana kagyat andulu/ katêkan rarestri minta//

3. bêrama sarjana angling/ êbèng mênênga sakêdhap/ ingsun golèk ing

sarate/ wadhah angambil dahana/ mudhun ing linggihira/ cari sêpêt tuwin

kayu/ kinarya ngambil dahana//

54

tutug * @ 55

ninèkmu @ 56

Yyang * 57

Allah * @ 58

mugi Allah angganjar # * (kelebihan satu suku kata, seharusnya 7a) 59

jêgugut @

Page 115: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

4. mring kêbon suwe tan olih/ wira-wiri ki sarjana/ gya mêngkana rare

wadon/ miyat pawon kang pawaka/ angambil awu kêbat/ sinongga pèk-

èpèkipun/ nuli tinumpangan wangsa//

5. larestri sumêdya mulih/ sarwi anongga dahana/ kya sarjana jumbul kagèt/

eram ing tyas kagawokan/ Alah60

nyuwun apura/ dêmi olèh sun

jêgunggut61

/ esuk sore ora manggya//

6. sarate angambil gêni/ tatulisan pirang-pirang/ kungkulaning bocah

wadon/ kongsi wis dos ataunan/ durung wruh kang mêngkana/ tulisan

kapya ginulung/ lêngêr-lêngêr kya sarjana//

Rarênggan Naga Puspita Rêsmi (Mijil, XXI)

1. [49] ping salikur nomêrnya umijil/ gêntya cinariyos/ wonten rare jêjaka

umure/ kadwi dasa warsa bocah dèsi/ mêntas wade sapi/ ing pasar

umantuk//

2. yatranira pinanggul tinalin/ winadhahan kanthong/ lakonira tan-[50]pa

rowang ing rèh/ langkung alas têrataban inggih/ kiwa têngên margi/

alang-alang thukul//

3. nanging dèrèng alang-alang inggil/ wênèh dhuwur ngrapol/ witing jarak

kêpyar apa dene/ têtanduranira jalma dèsi/ tela pêndhêm tuwin/ ingkang

timun wuku//

4. duk sêmana wus siyang kang wanci/ sêpi tan ana wong/ bocah lanang

kang manggul dhuwite/ manah watir tansah sênag-senig/ ngulat ngarsa

wuri/ tan ana wong langkung//

5. kocap ana durjana sawiji/ èstu jukti62

binggol/ numpak kuda agêng tanah

kore/ asumêkta kêrkas kêstul kalih/ sampun dèn wawrati/ kanthong kêbak

sangu//

6. Ki Durjana sêdya cari kardi/ ngarah santosèng wong/ desa-desa kang

sugih sêdyane/ dipun kècu ngampak amêmaling/ lagya amarani/

nglumpukkên jalma dur//

60

Allah * @ 61

jêgugut @ 62

juti * @

Page 116: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

7. kêpangrêngan63

nèng marga ningali/ rare manggul kanthong/ wus kêtara

isi yatra kèh64

/ sugal nêbda mandhêga dèn aglis/ lah kanthongmu êndi/

ulungna marang sun//

8. yèn tan awèh ingsun kêstul mati/ bocah mlayu gêmbo/ tinututan ing kuda

playune/ gya kêcandhak linancangan ngarsi/ rare nuli bali/ sarwi ngawur-

awur//

9. yatranira pajêngane sapi/ [51] kang pinanggul kanthong/ kapya êntèk

sinêbaran dene/ lang-alangan durjana misuhi/ gajog asu gêmbring/

dhuwit dèn wur-awur//

10. sarwi mudhun sangking kuda nuli/ anggolèki kanthong/ kang binuwang

nèng alang-alange/ ajêlimêt ajukuki dhuwit/ bocah tan pinikir/ tumungkul

katungkul//

11. tansah ngawasakên aningali/ rare darbe kanthong/ kuda adoh tininggal

pêrnahe/ tan pinikir pijêr jukuk dhuwit/ numpaki ta ricik/ sarwi ngunus

kêstul//

12. dèn asungkên adheyan kang wajik/ dèn cêrak drene65

wong/ aja dumèh

bocah mung rekane/ kagyat jumbul wêdi dèn acungi/ kèngêtan wus isi/

mandhêg jèjèr jêntung//

13. wusing bablas nungklang sandêr wajik/ prapta wisma gupoh/ wanci pukul

lima wong tuwane/ anguk-anguk mring atma wus prapti/ mudhun

sangking wajik/ solahe tinutur//

14. purwa madya wus ana atiti/ sanèskaraning wong/ bangêt gêtun cinuculan

dene/ ponang kêrkas ana kanthong isi/ satus tigang desi/ wang putih dwi

atus//

15. iku bêja ora anyani66

/ rêmbugirèng kang wong/ malah-malah bilahi

purwane/ rèhning Allah sifat rahman rakhim/ iku tandha kèksi/ purba

wasesa gung//

63

kêparêng * 64

wus kêtara isi yatra akèh # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 10e) 65

dene * @ 66

iku bêja ora anyanani # * (kekurangan satu suku kata, seharusnya 10i)

Page 117: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

Rarênggan Padma Kinawi Arja (Mijil, XXII)

1. [52] ping rolikur pasale67

gumanti/ kocaping cariyos/ wontên tiyang

kakintun wiyose/ mring sadhèrèkanira kang uwis/ atunggil ing kapti/

pithing mingsih idhup//

2. winadhahan ing sênik tumuli/ akukuh dèn ge-[53]ndhong/ binawanan

surat ngalamate/ wus amuni nèng sajroning tulis/ kapya kang kakirim/

mangkat kang tinuduh//

3. amung ijèn datan mawi kanthi/ wirandhungan kang wong/ nênggih kocap

jalma kang kinongkon/ ing dalune datan mawi guling/ duk lèrèn ing

margi/ nèng sukêtan lungguh//

4. sênikira ingadhêp nèng ngarsi/ ngantuk renggat-renggot/ laju turu nèng

sukêtan bae/ arokira galuran winarni/ ingkang anèng sênik/ kapya kang

pakintun//

5. rèhning urip kang ponang kapithing/ grêmêt mêtu sing jro/ sênik kapya

ilange68

/ tan karuwan kang gawa atangi/ wrin ponang kapithing/ jroning

sênik suwung//

6. dèn padosi ing kanan lan kering/ kapithing tan panggoh/ ewadene alajêng

lakune/ amung sêrat kewala lan sênik/ kang ginawa jalmi/ lakune wus

tutuk69

//

7. wus pinanggih jalma dèn kirimi/ mung layang kemawon/ dèn sungakên

winaos ge-age/ ing jro sêrat têmbung ana pithing/ gya manêpda70

aris/ èh

jalma dèn utus//

8. jroning surat iki ana pithing/ dèn kirimkên ingong/ Sang Caraka alon

ingature/ inggih sokur kang ponang kapithing/ wontên jro surating/ duk

wau ngong tu-[54]ru//

9. wontên margi garêmêt kapithing/ ing mangke wus manggon/ inggih

wontên i71

jro surat kabèh/ dados botên kirangan tinuding/ sukanirèng ati/

sukur alah sukur//

67

fasale @ 68

# (kekurangan tiga suku kata, seharusnya 10e) 69

tutug * 70

manêbda *

Page 118: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

10. gumuywangling ingkang maca tulis/ bênêr sêbdamu wong/ nanging sajêg

jumlêk dunya kene/ basa lêpas rasa dèn ujudi/ tandha sira jalmi/ anake

wong gêmblung//

Rarênggan Simbar Winangwang Wiwara (Mijil, XXIII)

1. [55] nomêr tigalikur kang ginusthi/ wontên sawiji wong/ atêtuwi marang

sanakane/ abênêri sangêt dènya sakit/ mèh cêrak wêtawis/ ing

pênajakipun//

2. gupuh-gupuh sarêng dènya prapti/ ajujug paturon/ [56] nirèng sakit

wêtara wus suwe/ ge angrangkul adhuh sanak mami/ tinanya mawanti/

malêlêngan muwus//

3. wanti-wanti dènira nakoni/ mênêng tan saur wong/ kakang apa katon

pengrasane/ kula kakang andika pajari/ mênêng anauri/ wus tan wignyèng

muwus//

4. ngantya gopès dènira nakoni/ mênêng tansah joto/ prêsanake akaku atine/

kang atakon nuli bêsot mulih/ grundêl urut margi/ gumrêmêng amuwus//

5. praptèng wisma tutur mring kang èstri/ dubilah wong wadon/ ing sak iki

sun awas dadine/ jalma amêm sarèh nora mikir/ gopès sun nakoni/ têka

jêngêr jêntung//

6. apa ingkang katon rasèng ati/ malêlêng tan muwos/ ngasokakên ing

pitakon kabèh/ sun nibakkên basa larang mangkin/ kowe dadi sêksi têmbe

dina kang drung//

7. lamun ingsun anêmahi sakit/ kang bangêt mêngkono/ najak72

tingsun73

kae

mênèk-mênèk/ atêtinjo atakon mring mami/ dêmi sêbda mami/ dudu

uwong ingsun//

8. sumaura angaruh-aruhi/ marang si mêngkonok74

/ lara têmên jro ati

rasane/ èstri nêbda bok êmpun kiyai/ kawula puniki/ [57] omah pinggir

tamtu//

71

ing * @ 72

najan * @ 73

ingsun * @ 74

mêngkono * @

Page 119: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

9. sakajênge pambêng sangêt sakit/ ingkang lanang bêkos/ tan mêngkono

wong angkuh dhasare/ amêm sarèh datan angrèwèsi/ trilikur wus titi/

ginêntya cinatur//

Rarênggan Lêlatha Puspitasara (Dhandhanggula, XXIV)

1. [58] kocap nomêr slawe prah gumanti/ wontên tiyang èstri siji tuwa/

nênggih nêgari Masendhon/ pawèstri juga sêpuh/ sampun sowan ing Sri

Bupati/ Prabu Filip narendra/ kêrêp sowan ngayun/ anênuwun

pêngadilan/ ing narendra sabab èstri tuwa olih/ kêna pênganeaya//

2. marang sama-samanirèng jalmi/ ing Masindhon kêrêp [59] dènya prapta/

sabên ari èstri katon/ nèng ngarsa prabu bukuh/ ngaup anèng sasoring ing

wit/ pêthètan pênangkilan/ kangjêng Sang aprabu/ datan karsa saru iya/

apariksa apa sabab lêrês prapti/ sêmana kêparêngan/

3. nuju pêpak wadya ingkang nangkil/ neka-neka busanane wadya/ ing ari

pasowan gêdhe/ akathah ingkang matur/ prakara kèh ingêring nagri/

wadon tuwa kaku tyas/ sira nekat maju/ cumongol nèng ngarsa pisan/ sru

kadêlêng ing kangjêng Sri Narapati/ andhawuhkên sêbda cêkak75

//

4. èh wong wadon tuwa nini-nini/ kêrêp-kêrêp seba ing ngarsèngwang/

ingsun dhawuhi sêmangke/ tan kabêr jênêngipun/ angrungokkên turmu

pawèstri/ sêlagi akèh rêmbag/ lakuning praja gung/ lah age sira muliha/

wadon tuwa ature asujud siti/ dhuh Gusti jêng Sang Nata//

5. lamun gusti yèn tuhu narpati/ botên kabêr amidhangêtêna/ atur kang pêrlu

abdine/ khak gusti atur tulus/ têmbe botên kaur narpati/ jumênêng Nara

Nata/ Masidhon sinujud/ lah inggih datanpa karya/ ulun sêmbah-sê-

[60]mbah samaning dumadi/ rèmèh jalma urakan//

6. asru kagyat jumbul Sri Bupati/ dangu datan akarsa ngandika/ jro driya

nglimbang ature/ nênggih pawèstri sêpuh/ wus katitih wajibing aji/

angasta pêngadilan/ adiling wadya gung/ ingkang sami kasusahan/ pinrih

mulya têmah raharja pinanggih/ nêgari lulus arja//

7. nêbda alon kangjêng Sri Bupati/ ngasih-asih ja dadi tyasira/ lagi kasilip

wiyose/ jinurung hawa nêpsu/ lah wus bênêr turira suci/ tandya kinon

75

dhawuhkên sêbda cêkak # (kelebihan satu suku kata, seharusnya 7a)

Page 120: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

matura/ nyaritakkên kang wus/ andadèkkên kasusahan/ duk sêmana

kalane kangjêng Sang Mulki/ dhawuhkên dadya adad76

//

8. sabên-sabên wontên jalma prapti/ sowan minta-minta pêngadilan/

kangjêng sinuwun ge-age/ mariksa aturipun/ toya radin agêng lan calik77

/

sati datan saênyat/ turira kinawruh/ ing kangjêng Sri Nara Nata/

atêmahan nêgari lulus raharji/ ênir pangunasika//

Rêrênggan Gapura Linangse Mulya (Dhandhanggula, XXV)

1. [61] gêntya kocap slawe bêntêt malih/ wontên kere jalma musakatan/

amubêng ngêmis karyane/ sêmana kere jujug/ nuju dalêmira pêryayi78

/

agêng kala sêmana/ risang pêryayi79

gung/ pinuju lagya lênggahan/

kalêmpakan wong musakat sujud siti/ nora gêng amêmêlas//

2. nêmbah-nêmbah turira wor tangis/ sa-[62]ha sambat-sambat ngadhuh

ngêsah/ mratelakkên mêlarate/ sumêdha sêca matur/ jisimira anandhang

sakit/ sakit rêmpit ugyannya80

/ sakêlangkung saru/ supami dèn tingalêna/

sirèng kathahing pamiyat anggigoni/ risang prayayi81

kathah//

3. aningali saha amiarsi/ wong musakat rêntah wlasnya dahat/ marang ing

sujalma kere/ wêrata sawêkas tuk/ sang priyayi sami maringi/ boga boja

myang wastra/ yatrane jinubung/ gambira ulate bingar/ abarêngkut

solahira ngêtawisi/ manêmbah wantya kesah//

4. kunêng wontên priyayi wakhidin/ aparentah mring panakawannya/

tututana mau kere/ lêgane ing tyas ingsun/ takonana ingkang sayêkti/

ature nandhang lara/ rêpit katon saru/ pêrdinan konên bêlaka/ panakawan

arikat dènya nututi/ kuntap nèng warung jajan//

5. asru kagyat dènya nêbda ajrih/ wontên paran anututi amba/ panakawan

lon sêbdane/ kinon mariksa ulun/ kang sayêkti andika sakit/ sa-[63]ru

katingal kathah/ kawula ayun wruh/ badan kapriksa sêdaya/ datan wontên

cècèl-bocèl pantês sakit/ ulun datan anduga//

76

adat * 77

cilik * @ 78

priyayi * 79

priyayi * 80

unggyannya * 81

priyayi *

Page 121: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

6. ingkang dadya pangradulèng ati/ waras-wiris sakojur badannya/ mau

abangêt ngarènteh/ napa kang dera angluh/ kere nêbda mangsuli dêling/

mênggah sêsakit amba/ sing dadugi aduh/ awit botên katingalan/ dene

raos sakit amba nêrambahi/ sakojur badan amba//

7. rumangsuk82

ing susum83

bayu tuwin/ balung daging-daging samya obah/

ngantos kawula wiyose/ cape damêl anambut/ kang sawênèh sagêt

mêstani/ sakit kêsèd ing karya/ sarya damêl lumuh/ punakawan sarêng

myarsa/ waringutan manahira murang-muring/ setan anyurup jalma//

Rêrênggan Braja Wiwara (Dhandhanggula, XXVI)

1. [64] nomêr kaping nêmlikur gumanti/ ingkang kocap ing caritanira/ ing

nalika sadèrènge/ ing nagri Lutsên pupuh/ iku kocap carita dhingin/ ing

Ustanrik nêgara/ ratu gung dibyanung/ wadyanira wolung lêkas/ prang

kodhyèng pra tan wiguh glar mungsuh sêkti/ wus yun-ayunaning prang//

2. lawan sultan nêgri ing Parusi/ luwih kêdhik wadya-[65]balanira/ mung

tigang lêksa punjule/ nêmèwu prakosyanung/ sira risang prabu ing Prusi/

Prèdêrik84

sumbagèng prang/ têtêk85

tatal têguh/ nyenapateni priyangga/

dalu nêpi anênuwun ing Yyang Widi/ unggul prang sirna mêngsah//

3. wusing antuk ilafating Widi/ wus kalilan ing pamintanira/ injing

siniwakèng rajèng/ sanggrahan tarup agung/ animbali para upêksir86

/

kurnèl mayor kapitan/ jibêg ngarsèng pênuh/ nalendra87

lon pasrangkara/

kawruhana kabèh wadyabala mami/ nora ngarani jalma//

4. kêrsaningsun dina injing-injing/ ingsun nêmpuh maguting ngayuda/

rampunga sêdina bae/ anêtêpakên tamtu/ kang duwèni nagri Silesi/

mulane kapya padha/ ingsun adhêdhawuh/ kang êndi prajuritingwang/ aja

jêrih sadurunge anulari/ mring kapya kancanira//

5. ingsun copot ing sadina iki/ nora nganggo sun pikir prakara/ sarta ingsun

wirangake/ anuli ingsun tundhung/ ciptaningsun sadina iki/ wadyaningsun

82

rumasuk * 83

sungsum * 84

Frèdêrik @ 85

têtêg * 86

upêsir @ 87

narendra *

Page 122: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

sêdaya/ ta-[66]n ana kang kuthuh/ kabèh kanggonan prawira/ angatokkên

karyane madyaning jurit/ ngalingi prênajèngwang//

6. lan ngalingi awake pribadi/ apadene ngalingi nêgara/ sabab sesuk jênêng

ingong/ ing dhadha unggyaningsun/ ing pênjawat kanan lan kering/ tuwin

baris wurinya/ wira-wiri ingsun/ krana kabèh wadyaningwang/ sun

kawruhi tandange manglawan jurit/ juga tan kaliwatan//

7. ingkang maju ngamuk ngowak-awik/ pêsthi ingsun êrobi kamulyan/ sarta

dadi kêkasih ngong/ kurnèl mayor biyantu/ myang kapitan para upêsir/

sujud prasêtèng88

narpa/ sarwi marêbês luh/ dhuh prabuku kang utama/

tingalana pêngamuk ngong binjing-injing/ kang nglêbur satru jaya//

8. lêga lila dasih woring siti/ lamun Gusti botên kinarilan/ mêngku

Silèsingrat gêdhe/ wus iyêk sabiyantu/ wong tri lêkas nêmèwu dadi/

golong pipis ubaya/ lir têlor nèng tumbu/ rêmuk siji ja sêlaya/ ja matèni

sujalma liyaning tindhih/ pinungsêng pinrih sirna//

9. tan wi-[67]narna dalu praptèng injing/ wus makubêng baris kêkalangan/

wadya Frusi wus mangêrtos/ risang Frèdêrik prabu/ musa pisan ngabani

baris/ ngamuk wong tigang lêksa/ nêmèwu anggrêgut/ musuhe wong wolu

lêksa/ kadhinginan ing tangkap dhadhal kang baris/ datan mangga

puliha//

10. senapati akèh kang ngêmasi/ ingkang mundur anandhang bêrana/ lêstari

nagri bêdhahe/ Frèdrêrik jêng Sang Prabu/ amêngkoni nagri Silesi/ ubaya

tinêtêpan/ tan gèsèh sêrambut/ dadya nagri lulus harja/ karta karti

panjênêngan Frèdrik aji/ titi gêntya kaocap//

Rêrênggan Manyura Rêsmi (Pocung, XXVII)

1. [68] pitulikur pasale89

kang sêkar pocung/ kang kocap carita/

panjênêngan narapati/ ajêjuluk Sri Khalpon ... -[69]sus90

kang ngrêngga//

2. ing nêgara Naplès sisilih praja gung/ kaojat sudibya/ lêpas panggraita

sêkti/ guna srana tyas alus pinujya mantra//

88

prasêtyèng * 89

fasale @ 90

Kata tersebut mengalami corrupt, sebab salah satu hurufnya tertutup iluminasi dan tidak terbaca.

Page 123: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

3. ambêg darma wêlasan babudènipun/ sênadyan wontêna/ abdi kang saèstu

ju...91

/ ingapura datan sah winulang arja//

4. nuli wontên abdi dalêm ingkang mau/ dhuh Gusti Sri Nata/ ngrênggani

Naplès sasili/ kados pundi karsa dalêm Maharaja//

5. dene abdi dalêm juti ala kudur/ dursila andadra/ dumadak tuwan wêlasi/

angapura sinung sih botên anduga//

6. kados pundi ing kêrsa dalêm sinuwun/ ulun nuwun wulang/ punapa botêna

dadi/ ngusutakên bêsêm tejaning nagara//

7. risang narpa aji pasrangkara arum/ apa durung manggya/ wasiyating

nabi murti/ Adam Kawa tumurun ing alam dunya//

8. awasiyat ing putra wayah sêdarum/ purwa tututira/ kapya manungsa kang

bêcik/ yêkti sangking jêjêg adiling narendra//

9. dene tutute wong ala sawêgung92

/ murang ing nêgara/ wit sangking

kawlasaning sih/ dadi tutut i-[70]lang karpanirèng driya//

10. dadya gumêr bupati nayaka anung/ èstu durung arja/ wali kasêbdaning

aji/ Sri Narendra miyoskên sêbda kang nyata//

11. lah ta sira kapya bupati nung-anung/ sarupane padha/ wadya bala ing

Sasili/ apa gêlêm diwêngkoni macan galak//

12. apa sira kabèh nora sasumurup/ watak sato khewan/ ambêg siya-siyèng

jalmi/ yèn wêlasan angsur ambêking manungsa//

13. sarêng myarsa sêbdanira jêng Sang Mulku/ tumungkul sêdaya/ kungkulan

ing sêbda gati/ anggêr kukuh adiling wong nyêkêl praja//

Rêrênggan Makutha Giri Puspita (Pocung, XXVIII)

1. [71] gêntya kocap artikêl ping walulikur/ prabu Karèl ingkang/ ping lima

nêgari Frakik/ alangajêngakên sapa Sri [72] Narendra//

91

Kata tersebut mengalami corrupt, sebab kertas yang berlubang dan satu huruf tidak terbaca.

Tetapi berdasarkan konteks kalimat, kata tersebut adalah juti * @. 92

dene tutute wong kang ala sawêgung # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 12u)

Page 124: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

2. andhawuhkên pangandika kang panutup/ kang luwih prayoga/ dèn laluri

para aji/ dhawuh kapya kang ngadhêp nata sêdaya//

3. dene sêbda timbalan dalêm kang dhawuh/ sêlawase ingwang/ jumênêng

ratu ing Frakik/ nora liwat amung ingkang ingsun cipta//

4. iya aming nindakake adil ingsun/ nanging êndi ana/ para ratu ing sêbumi/

ingkang wignya mesthèkakên ing wêrdaya//

5. bênêrira ngêtrapkên adhilanipun/ marang kapya ala/ kang padha aminta

adil/ ing atase panjênêngan ingsun nata//

6. kaya-kaya kêrêp anglakoni luput/ luput ingkang ora/ iya nora sun

kawruhi/ iya kabèh ingkang padha bangsa Prêsman//

7. ing saiki padha ngrungu sêbdaningsun/ ingsun iki mangsa/ mêngko Sang

ayunan Widi/ iya matur marang rabulngalamina//

8. lawan tutur marang sira ing sêdarum/ mungguh ingkang dadya/

panêmuku kang sun lair/ rakên ingkang sira mau kang akocap//

9. dene kabêjaning para ratu-ratu/ muhung saprakara/ dene kuwasa narpati/

akaryaa kabèh-kabèh kabêcikan//

Rêrênggan Kutha Hinadêka (Durma, XXIX)

1. [73] nomêr sangalikur kojah kang rinêngga/ kala prang rame jurit/ ing

Ostêrlis praja/ kang dadya sênapatya/ tatindhih ngingêrkên baris/ prajurit

Prasman/ midêr undhang prajurit//

2. [74] ja sêlaya ing mêngko têmpuhing yuda/ yèn ana nandhang kanin/

bilahi ing papan/ kêna mimis myang pêdhang/ aja sa age nulungi/ dipun

tilara/ aja sira prêduli//

3. mundhak-mundhak miris ngalitakên manah/ yèn uwis bubar jurit/ nuli dèn

payoha/ pinikulan binayang/ nora angarani jalmi/ nadyan Pangeran/

Bupati myang wong cilik//

Page 125: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

4. risang Senapati tatindhihing laga/ Jendral Val Abrêt luwih/ ing

sudiranira/ musthi kêkah ubaya/ tanpa yun sêbda ngingkêdi/ dadya

gunungan/ ngidhêp kapya Prêsmani//

5. injing munya têngarannya wong ayuda/ tambur slumèprat mêlingi93

/

suling abarêngan/ anjrit karêngèng wiyat/ mapontha agolong pipis/

bandera abra/ parang mangirit baris//

6. sira Jendral Val Abrêt ngabani bala/ pangêdrèlira wanti/ mriyêm tundha

munya/ Ostêrlis tadhah panggah/ wus rukêt kiwul ing jurit/ Sang

Senapatya/ Val Abrêt ngowak-awik//

7. sangking wantêr mêngamuk suramanggala/ bubar wadyèng Ostêrlis/ wus

kêrsaning sukma/ [75] Val Abrêt senapatya/ katitising olang-aling/ mimis

sêsawat/ cêthikira kang kanin//

8. tiba sangking turangga kudane pêjah/ kasabêt bolang-baling/ sêkala

umiyat/ suldhat kang cêlak mêngsah/ grêg kèndêl kang ponang baris/ arsa

tulunga/ pinikul ingkang kanin//

9. têksih kiyat Val Abrêt asru parentah/ padha elinga sami/ kang wus dadi

printah/ suldhat kang sabêrgada/ mangamuk kiwul ing jurit/ arêbut

papan/ papulihing ngajurit//

10. sirna larut baris ing mêngsah adhadhal/ kiwul tan mangga pulih/

sarèhirèng jêngka/ Prêsman pêngamukira/ sêkala mêngsahnya ênir/ bubar

lorodan/ unggul dènira jurit//

11. suldhatira wau ingkang tri brêgada/ kang samya anulungi/ marang tuwan

jendral/ Val Abrêt senapatya/ pinikul dipun jagani/ sapraptanira/

mêsanggrahan anulis//

12. sawusira dadya kang ponang suwala/ kang badhe kunjuk aji/ binuntêl

dipun cap/ saêjêm wêtaranya/ Jendral Val Abrêt ngêmasi/ ayêm kewala/

jendral dènira lalis//

13. sawusira kunjuk ing Sri Maharaja/ yèn senapati lalis/ nanging angsal

karya/ bêdhah Ostêrlis praja/ sêratira wus tinampin/ tandya winaca/

têmbungirèng kang tulis//

93

tambur slumèprat mêling # (kelebihan satu suku kata, seharusnya 7i)

Page 126: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

14. ing salêbêtipun saêjam punika/ kawula badhe lalis/ ananging kawula/

datan angeman yuswa/ awit kawula Sang Mulki/ atumut ngundha/ bantu

ungguling jurit//

15. ingkang nêtêpakên panduka narendra/ mêngkoni ing rat bumi/ panuwun

kawula/ amung panduka narpa/ anggalih di dalêm sami/ kang wantêr ing

prang/ têmên-têmên ing Gusti//

16. mugi-mugi èngêta panduka nata/ pun Val Albrêt ta Gusti/ titi kang ponang

surat94

/ nata saklangkung tikbra/ pinundhut Jendral kang siwi/ ginêntya

dadya/ Jendral anyenapati//

Rêrênggan Giri Padma (Sinom, XXX)

1. [76] nomêr tri dasa kang kocap/ wontên sujalma sawiji/ arêbat udur

anggogat95

/ lan kancane jalma dèsi/ selaya amêrdondi/ bab amal aku-

ingaku/ tan rampung anèng desa/ wus dèn rukun marang rêdi/ tan panuju

salah siji nora trima//

2. [77] nuwun minggah ing nêgara/ pradata kangjêng pêngadil/ tuwan Alês

namanira/ wong kang gugat asring panggih/ lan tuwan Alês nênggih/ duk

sêmana akêkintun/ wêdhus domba sajuga/ mring tuwan Alês nampani/ wus

mêngkana dèn adu prakaranira//

3. surat gugat lawan jawab/ pra tuwin sujalma dadi/ sêksi sampun tinulisan/

wus rinêmbag kang prakawis/ kanca-kancane sami/ wus têrang kari

andhawuh/ akên sêrat rampungan/ tuwan Alês anakoni/ lah ki gogat96

apa

pêkênira ingkang//

4. akêkirim wêdhus domba/ sajuga lanang gêbiri/ turira inggih kawula/ wus

lêga lila ing ati/ mung nuwun amba inggih/ prakawis amba gal rampung/

mênang kawon tarima/ sampun tuwan lami-lami/ nyathokkakên karya

sanès sabab seba//

5. tuwan ingkang mugi muga/ kula nuwun angrampungi/ inggih sadintên

punika/ punapa lêrês ing nagri/ ulun narima inggih/ tuwan Alês alon

94

titi ponang surat # (kelebihan satu suku kata, seharusnya 6a) 95

anggugat * @ 96

gugat * @

Page 127: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

muwus/ tuhu prakaranira/ layang ra-[79]mpungan wus dadi/ lawan uwis

olèhi di tuwan bêsar//

6. kari dhawuhkên kewala/ kalah siji mênang siji/ iyêg sakanca manira/

nanging tan rampung saiki/ yèn durung ingsun yêkti/ balèkkên darbèkmu

wêdhus/ domba gêbirèn ingkang/ kowe kirimakên mami/ lah ta pira

rêgane ka97

wêdhus domba//

7. ing saiki ingsun bayar/ gugat amangsuli angling/ kula botên sade menda/

tan wrin aosirèng kambing/ inggih tuwan pirsani/ kanca panduka

sêdarum/ kang sampun sami tampa/ rumiyin pakintun mami/ kula sampun

lêga lila yya sumêlang//

8. lah aja dadi tyasira/ yèn sira nora nampani/ baline wêdhusmu domba/ tan

rampung sadina iki/ nuli bayar tinampin/ sapuluh rupiyah rampung/ wong

gugat garundêlan/ tobat yèn manèh nglakoni/ amêminta adil marang ing

pajêgsan98

//

9. aran jênênging nêgara/ misih lebar nora wigih/ minta-minta pêngadilan/

ana manah nguwasani/ dhadhuwurane malih/ ing pajêksan ingkang

mêngku/ kapok dipun lêlawas/ nomêr tigang dasa titi/ gêntya ingkang

pinurwa lajuning khojah//

Rêrênggan Bandera Kinawi Puspa (Sinom, XXXI)

1. [80] nomêr kang tridasa juga/ wontên kang winarnèng tulis/ nênggih

kangjêng Sri Narendra/ maha gung nêgari Anggris/ jêjulukirèng aji/

Narpatindrik jêng Sang Prabu/ prakosya bêksarosa/ sudigbya99

surèng

ajurit/ pilih tandhing ing yuda anggulung jagat//

2. kang ju-[81]mênêng kaping astha/ nêgari agêng ing Anggris/ sugih

prajurit sudigbya100

/ gul anung anranging101

wêsthi/ nênggih nadyan

tinuding/ ing gusti wêntus anumbuk/ ing jibalun khadidan/ èstu tumandang

tu mêrgil/ kathah nêgri agêng-agêng kang kabawah//

97

kang * @ 98

pajêksan * 99

sudibya * 100

sudibya * 101

ananging * @

Page 128: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

3. nanging kêdhik Sri Narendra/ ragi anglajok narpati/ dhatêng ambêk

bêrangasan/ saidak saênyat dadi/ sêmana mangsa wakhid/ maharsa

utusan prabu/ mring bawah rèrèhannya/ kang gêdhaton nagri Frakik/

nênggih kocap ingkang jumênêng sapisan//

4. jêjulukira narendra/ maha risang Prabu Fransis/ tunggil ambêk

bêrangasan/ sira risang prabu Anggris/ wus mêsthi kang tinuding/ abdi

dalêm bupatya gung/ Tomasmur sudirèng prang/ bêkta sêrating nêrpati/

têmbung sêrêng Tomasmur sinung ngandikan//

5. sêrêng têmbungingrèng102

sêtra/ Tomasmur bangêt kuwatir/ kang badhe

pinundhi surat/ têmbung sêrêng tan nganaki/ matur manêmbah wanti/

dhuh kangjêng gusti Sang Mulku/ kuningana narèndra/ abêkirèng103

prabu

Fransis/ panasbaran tan wrin dadosing prakara//

6. [82] datan wigih anêrajang/ mung lêga sukaning galih/ lumuh dene

kaungkulan/ lah punika bilih gusti/ kinêthok jongga mami/ ing rèh

ambawur rahayu/ Sri Maha Prabu kubra/ tindrak104

mêngku nagri

Inggris/ aja watir Tomasmur ing lakunira//

7. yèn èstu kinêthokira/ nora wurung iku pêsthi/ si Fransis sabalanira/

bangsa Prêsman kabèh pêsthi/ kapya ingsun kêthoki/ gulune di dimèn

lampus/ Tomasmur anêmbah-nêmbah105

/ ngêlosod asujud siti/ dhuh

Prabuku èstu kang ngasta kuwasa//

8. sêbda dalêm kasinggihan/ tan sisilêman narpati/ wong Prêsman mangsa

gondroa/ tuwan karya kara Vragni/ gumujêng Sri Bupati/ ngêntrok wêntis

gujêng guguk/ mung kêdhik sumlahing tyas/ sira akapya Prêsmani/ botên

wontên nyamlênging pundhak kawula//

Rêrênggan Lata Rêsmi Ginapura (Sinom, XXXII)

1. [83] tandya malih kang winarna/ nomêr tigang dasa kalih/ wontên

sujalma ing desa/ kaluwèn tan wignya bukti/ lêlabêt dera mêskin/ angudi

akal kang patut/ ngarah wignyaa mangan/ anênggih sadina iki/ marang

kutha amêrtamu wong kema-[84]san//

102

têmbungirèng * 103

ambêkirèng * @ 104

tindak * 105

Tomasmur nêmbah-nêmbah # (kelebihan satu suku kata, seharusnya 7a)

Page 129: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

2. cinatur jalma kêmasan/ tan limrah padhaning jalmi/ sakêlangkung

kumêdira/ boga kithing ali-ali/ yèn ana jalma ngêmis/ sinikakkên pindha

asu/ lan dipun undhamona/ kêkere sungkan ing kardi/ dene iku lêmu

waras jisimira//

3. sêdene yèn kêtamuwan/ sujalma aminta kardi/ ngopahakên kapya barang/

datan nate anyuguhi/ amung bako saluwir/ kêlabot mung kinèn udud/

nadyan kongsi sadina/ yèn manga106

dhèwèke dhêlik/ wêdi dening yèn

tinrombol mèlu mangan//

4. injing wanci jam sêdasa/ jalma desa amretami/ gadhêpêk lingguh

atunggal/ saambèn kang darbe panti/ wusing bagi-binagi/ lon mojar jalma

ing dusun/ ki sanak ulun tanya/ sêlaka kang langkung putih/ saêndhasing

turangga pintên kang arga//

5. jênggirat jalma kêmasan/ ngraos bêja agêng prapti/ baya iku wus

amanggya/ sêbdane amambu ati/ baya wus dèn simpêni/ sêlaka unggyane

nêmu/ ijak saêndhasing kuda107

/ tuture sêlaka putih/ lah ing [85] mangke

ki sanak kawula pajar//

6. dawêk108

lumêbêt ing griya/ langkung têbih sangking dèsi/ baya cape

langkung sayah/ kalih lumêbêt ing panti/ sêsuguh wedang malih/

pêpanganan tuwin sêkul/ ulam-ulaman kathah/ sabab agêng kang

sinuprih/ wus ingayêm dangonira sawêtara//

7. kang darbe wisma lon nêbda/ andika kula wartosi/ wau andika ki sanak/

cariyosi takèn argi/ sêlaka langkung putih/ saêndhas wajik gêngipun/ kang

limrah wus mufakat/ babot sareyal pêngaji/ ingkang putih punika mung

pitung uwang//

8. inggih dèn bobot sêdaya/ sêdaya bot pintên ringgit/ punika manut kewala/

saupamine kêpanggih/ ingkang sêlaka putih/ punika bot sêdasèwu/ pitung

wang ping salêksa/ mangke dèn simpêni pundi/ kang sêlaka putih

saêndhas turangga//

9. mèsêm-mèsêm jalma desa/ sêmune amêkolèhi/ lah inggih gampil punika/

nanging kula sampun awrin/ sêlaka bot saringgit/ kang putih mung aji

106

mangan * 107

ijak saêndhas kuda # (kelebihan satu suku kata, seharusnya 7a) 108

dawêg *

Page 130: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

nuku/ kê-[86]rana mangsa manggya/ kathah jalma ablithuki/ kantênane ki

sanak wangsul kawula//

10. mariki malih kêpanggya/ lan andika sami janji/ fraos waosan sêlaka/ yèn

dèrèng wontên kang wani/ ingkang sêlaka putih/ sanak mingsih tuna

langkung/ kang darbe wisma nêbda/ dene niku wus mangrêti/ mila-mila

mêkatên tiyang dodolan//

11. satêmêne dika blaka/ ing pundi andika manggih/ sêlaka sandhasing kuda/

lan apa tunggiling malih/ êmas sasotya tuwin/ kang mirah-mirah jumêrut/

èstri kêmasan nêbda/ êmpun nganggo woda-wadi/ pamêndhême wong

kuda awarna-warna//

12. tamune mangsuli sêbda/ lah inggih ngangkah punapi/ satêmêne kula

sanak/ botên monggah botên manggih/ lan botên andarbèni/ sêlaka

saêndhas wau/ mênawi lan mênawa/ kang kuwasa apêparing/ dintên

wingking sok sampuna wrining arga//

13. kanggêg jalu èstri gêla/ dene gèsèh tanpa dadi/ rêmbugan cupêt sêdina/

kêbagor wong lêksa baring/ wong desa age pamit/ kêmasan nora sumaur/

wus titi nomêr ingkang/ kang tridasa langkung kalih/ gêntya kocap

ingkang tridasa têtiga//

Rêrênggan Gapura Cinawi Lata (Pangkur, XXXIII)

1. [87] wontên satunggal sujalma/ rencangipun tiyang jagalnya bilih/ kêbo

sapi sabên esuk/ nyêmbêlih loro tiga/ kêparêngan bature siji tinuduh/ tuku

kêbo mênyang pasar/ dhuwite pinanggul kampil//

2. lam-[88]pahe umargêng wana/ tanpa rencang pribadi amanggul

dhuwit109

/ gya ana sujalma êdur/ sila têngginas mêdal/ sangking grumbul

sru nêbda sujalma langkung/ dèn age sira mandhêga/ sawisne acungi

bêdhil//

3. kagyat mulat ana begal/ padha siji ananging ngacungi bêdhil110

/ gya

pandhe gampil rinêbut/ kang gawa tan suwala/ ajrih dening kêbine

109

tanpa rencang pribadi manggul dhuwit # (kelebihan satu suku kata, seharusnya 11i) 110

padha siji nanging ngacungi bêdhil # (kelebihan satu suku kata, seharusnya 11i)

Page 131: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

sampun dèn acung/ ngakên marang awakira/ nora gêng nêmbung

ngrarintih//

4. bok sun mêkatên andika/ inggih kula sawêg dèn andêl niki/ pitajêng kula

tinuduh/ tumbas mesa mring pasar/ sawêk111

aming sapunika kandêl ulun/

dhatêng bêndara kawula/ piyambak kinèn abali//

5. andika wêlasa amba/ kados pundi yèn tamtu dipun ambil/ wong kang

begal nyêntak bêkus/ aja kakèhan ujar/ ingsun kêrbin dhadhamu wus

pêsthi lampus/ mimis kêncêng kèhe lima/ tobat sajubung nguwisi//

6. jalma dheprok nêmbah-nêmbah/ inggih sampun kêlamun tan marêngi/

kang yatra kêdah pinundhut/ mung-amung nuwun amba/ de wontêna tilas

kabegal saèstu/ kê-[89]lambi kula punika/ kula karya tandha inggih//

7. tuwan kêrbin dimèn suwak/ bolong-bolong katona tatu mimis/ botên

kinarya wak ulun/ èstu yèn kenging begal/ sun rencangi kakal-kakalan

atatu/ bêdhah kulambi kawula/ lawan amba tan pinangggil//

8. inggih samaning wong gala/ lawan botên dèn lêbêtakên bluwi/ gya cucul

rasukanipun/ akale wus kêpanggya/ bêksarosa mêngko yèn muni bêdhil

wus/ ijèn padha-padha jalma/ têrkadhang ana nulungi//

9. kulambi sampun pinasang/ dipun jèrèng kayu sêrut sumampir/ lajêng

dhodhok wurènipun/ nuruti sujalma begal112

/ ponang klambi wus binêdhil

jalma nubruk/ dèn ukêl sujalma begal/ tinêkak sampun mêndêlik//

10. ingkang sarta jinotosan/ bêdhil dhuwit sampun ginawa mulih/ wong jagal

bungah saklangkung/ bature olèh karya/ iku pantês patrape wong dadi

batur/ saênggon antuk kamulyan/ wus titi gêntya winarni//

Rêrênggan Patra Wiwara (Pangkur, XXXIV)

1. [90] gêntya malih ingkang kocap/ nomêr katridasa catur ginupit/ wontên

satriya juga mung/ anama Sang Pangeran/ gêrah sangêt anglêrêsi anèng

puruk/ ing dhusun amasanggrahan/ adoh sangking ing nêgari//

111

sawêg * 112

nuruti jalma begal # (kelebihan satu suku kata, seharusnya 7a)

Page 132: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

2. abdi pra tuwi-[91]n sêntana/ kathah ingkang mring Pangeran têtuwi/

sangking nagri tuwin dhusun/ dhêdhukun wèh usada/ tan antara mung

sadina gêrahipun/ nênggih wontên sênggangira/ rêmbuge pra dhukun

sami//

3. miwah wong ahli petangan/ Sang Pangeran katuran kundur nuli/ mring

nagri ngaliha ênggun/ sangking dhusun punika/ lawan malih Pangeran

ngaturan ngunjuk/ ponang kuldi puwanira/ aja towong sore injing//

4. sêmana wus kêlampahan/ Sang Pangeran kundur dhatêng nêgari/ bêkta

kuldi wadon têlu/ dipun pras mrih puwannya/ nênggih jalma desa ingkang

kinon nuntun/ makani tuwin rumêksa/ jalma desa wus nyaguhi//

5. sababe iku angiras/ jalma iku nênggih ingkang darbèni/ ingkang ponang

kuldi têlu/ janji nyewa wus dadya/ dipun bayar sabên wulan patang puluh/

reyal ingkang kuldi tiga/ rumêksa lawan ngingoni//

6. tênapi mêrês tumandang/ puwanira sinaoskên bên enjing/ wus ajêg tri

botol antuk/ pangeran ingkang gêrah/ saya sênggang saya lami

mangsanipun/ sêmana jangkêp sawulan/ nyadhong bayar jalma dèsi//

7. ingkang kawandasa reyal/ wus pinaring mêtu sing gêdhong dhu-[92]wit/

tan purun tampa wong dhusun/ ingaran têksih kirang/ juru gêdhong alon

dènira muwus113

/ ki sanak pintên kirangnya/ kula nguni têksih eling//

8. janjine sakawandasa/ reyal kuldi rumêksa angingoni/ sampun towong

kuldi têlu/ angladèkkake dika/ ingkang puwan wus pinasthi tigang gêndul/

karya jampining usadan/ grêrahira kangjêng gusti//

9. gumujêng sujalma desa/ kasinggihan ngajêng ingkang pêrjanji/ wangsul

anak kuldi têlu/ sing karsa jêng Bêndara/ kinon misah kuldi lit

palihanipun/ gusti kula jêng Pangeran/ saupama-saupami//

10. lamun botên pinaringan/ têdhanipun punapa kinon mati/ Bêndara

palihanipun/ gya katur jêng Pangeran/ jalma desa mêkatên ing aturipun/

gumya suka jêng Pangeran/ kabênêr palihan mami//

113

juru gêdhong alon dènira amuwus # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 12u)

Page 133: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

11. anake kuldi têtiga/ lah bayar pas manah sujalma dèsi/ iya wuwuh patang

puluh/ reyan114

karêpèn115

bungah/ gya kêlakon dadi tampa wolung puluh/

reyal Sang Pangeran mulya/ nirmala saras lir nguni//

Rêrênggan Candhi Wiwara (Pangkur, XXXV)

1. [93] nomêr tigangdasa gangsal/ ingkang kocap jalma Ngêrum nêgari/

wanodya tur bangsa luhur/ ing ngajêng darbe dosa/ dosa agêng bilahi

raja lampus116

/ sampun kagalihing landrat/ gêbênêrkên akukum pati117

//

2. ewasêmana rinêmbag/ [94] aja kongsi mati tanganing jalmi/ Mondaraka

tungkang118

gantung/ kêrana kang wanodya/ bangsa luhur dêrajate dadya

ewuh/ yèn mati mêngkono nestha/ gya kinunci nèng baluwi//

3. datan awèh jalma mêdal/ marang jawi baluwi wus pinusthi/ pinrih nèng

jro buwi lampus/ datan sinungan pangan/ wus kinira mêngkoko119

yèn

inggal lampus/ kalirên ênêr kuwatnya/ ing satêmah kuru aking//

4. kocap wong wadon punika/ anggadhahi anak wadon abênêri120

/ anusoni

ingkang sunu/ cancut dandan amangan/ jangan-jangan kang bêning

kathah dèn uyup/ tênapi nguyup godhongan/ dadya susu bêngkrê isi//

5. banyu susu dêrodosan/ gya atilik ing biyung malêbèng buwi/ wong kang

jaga mirsa sampun/ mênèk gawa pa-apa/ tanpa kêmbên mung tapih dènya

malêbu/ baluwi panggih lan biyang/ wong kalih sarêng anangis//

6. biyunge tan wignya glawat/ sabab awas nora sinungan bukti/ tandya

anake pun aku/ biyunge sinusonan/ sawêtara marêm ing pangêlihipun/

[95] dadya sêgêr wignya takat/ wus lami anèng ing buwi//

7. ing sabên-sabên mêngkana/ ngantya lami dènira wira-wiri/ kapya wong

jaga sêdarum/ kang aran wong macanan/ salurahe padha agawok andulu/

pêsakitan wadon gêsang/ datan mangan wus alami//

114

reyal * 115

karêbèn * 116

dosa agêng bilahi sang raja lampus # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 12u) 117

gêbênêrkên kukum pati # (kelebihan satu suku kata, seharusnya 8i) 118

tukang * 119

mêngkono * @ 120

anggadhahi nak wadon abênêri # (kelebihan satu suku kata, seharusnya 11i)

Page 134: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

8. yèn kinira sêka majat/ ingkang lumrah wong wadon dèn si Siti/ nora

mangan nora nginum/ amêsthi nuli pêjah/ wusing eram wong macanan

kabèh ngêrbug/ lurahe dhewe tumandang/ solahe karsa dèn dingkik//

9. mêngkana sawiji dina/ anakira wadon anuju tilik/ winudanan kari

pinjung/ yèn gawa apa-apa/ wus malêbu ing bluwi nuli angrangkul/

biyungira sinusonan/ kêpala macanan uning//

10. datan sah goyang kêpala/ iku si wong amalês marang umi/ sinusonan

bênêr idhup/ gya kunjuk ing narendra/ yèn mêngkono pêsakitan

patrapipun/ baya wus kêrsaning sukma/ dadèkkên jalaraning sih//

11. kêkalih wus ingapura/ sirèng bi-[96]yung pinaring bêning siwi/ de

ingkang têtulung susu/ pêmalês mring biyungnya/ pininrahkên panggonan

wisma gêbagus/ pinanti bayar katêdhan/ dalêm biyung lawan siwi//

12. tilasing bluwi kinarya/ masjid agêng unggyaning wong ngabêkti/ lah iku

padha dèn emut/ tulat tuladha arja/ luwih bêcik pêmalêsira mring biyung/

titi titigang dasa gangsal121

/ tigang dasa nêm gumanti//

Baita Api (Pangkur, XXXVI)

1. [97] nahan katri dasa nêmnya/ nomêripun risang Pangeran nênggih/

ingka122

èstu bangsa luhur/ tinuduh maharaja/ pinaringan pangwasa atiti

wêruh/ mring kapya-kapya sakitan/ kang binuwang kêna adil//

2. anèng ing baita kapal/ sru dèn kambang tanpantuk ka-[98]pya juti/

minggah ing dharat sawêgung/ kinukum ing narendra/ asasèna tauna

nèng kono kukum/ nèng jro palwa gêng ingambang/ pêsakitan

kawlasasih//

3. mêngkana risang Pangeran/ tata pêrnahakên kukum jêladri/ tuwin têmbe

luwaripun/ saèstu Sang Pangeran/ kang darbèni pangwasa manjing

myang mêtu/ ngêtrapkên damêl sakitan/ mêngkana dina sawiji//

121

titi tigang dasa gangsal # (kelebihan satu suku kata, seharusnya 8a) 122

ingkang *

Page 135: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

4. sarèhning darbe wawênang/ angluwari sakitan kapya juti/ sêmana

pangeran nuju/ nèng nagri Basilonah/ laju minggah Sang Pangeran

marang prau/ arsa angluwarana/ bok mênawa kapya juti//

5. pantês tampa kawêlasan/ wusing minggah tandya ajli sukursi/ pinanggil

juti sawêgung/ jajar ing ngarsa tarap/ dèn pariksa warna-warna aturipun/

akèh mungkir nora ngrasa/ adarbe dosa nêgari//

6. wit kêna pênganiaya/ sangking tangga-tangga tunggal desi123

/ wênèh

nêgara tinutuh/ kurang atiti priksa/ wusanane mêkatên kula dèn ukum/

manggut Sang Pangeran nêbda/ iku doh saking pêngêtri//

7. ngaturakên basa mokal/ kèpe kabèh patu-[99]t magon ing ngriki/ gya ana

siji umatur/ sakitan juga turnya/ dhuh Bêndara kawula kalangkung luput/

nêgari marma kewala/ ala bêcik sangking dhiri//

8. inggih kawula Bêndara/ inggih yèktos abegal ngroda mami/ mring jalma

wontên margi gung/ cakêt ing sarasolah/ dadosipun mêkatên amba dèn

ukum/ nglêrêsi pacêklik boga/ lun kalirên mèh ngêmasi//

9. botên kawula piyambak/ dalah rayat anak kalirên sami/ Bêndara

atêgêsipun/ èstu ulun priyangga/ nglêbêtakên awak pribadi mring kukum/

Sang Pangeran gawok myarsa/ ature blaka atiti//

10. datan sah goyang kêpala/ sru ngêndika mring juti kang tur titi/

angantêpakên anjunjung/ e e lah iki ana/ wong sakitan nora isin

ablubut124

/ sabab dene apa sira/ wani-wani anglêboni//

11. jêjagonganira kapya/ jalma wêkêl-wêkêl tan wruh ing bêcik/ èh wong jaga

dipun gupuh/ wong iki luwarana/ thèthèkana rante dêdimèn ucul125

/

sêksana sampun tumandang/ wus luwar sangking pi-[100]ranti//

12. Sang Pangeran kras manêbda/ marang juga sakitan wanti-wanti/

rungokêna cêlathuku/ aja anganti iwang126

/ anêmoni kowe manah lungguh

kumpul/ lan wong ora adêdosan/ mêngkono ana ing ngriki//

123

sangking tangga-tangga satunggal desi # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 11i) 124

wong sakitan nora isin abalubut # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 12u) 125

thèthèkana rantene dêdimèn ucul # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 8a) 126

ingwang *

Page 136: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

13. lah uwis age lungaa/ gêntho lelo nora wêruh ing isin/ kang luwa nêmbah

sujud127

/ bêndara muga-muga/ panjênêngan dalêm manggiha rahayu/

sêlamêt ing pancabaya/ ing awal tumêkèng akir//

14. ing têmbe amba wus niyat/ sajêg tuwan jumênêng anèng bumi/ kula

pêsthèkkên pangguh128

/ datêng jisim kawula/ jêjagongan ing kapya jalma

rahayu/ ing ngriki satunggil pêrnah/ gya titi gêntya ginusthi//

Rêrênggan Padma Mungging Pangrêngga (Kinanthi, XXXVII)

1. [101] kocap kang tri dasa pitu/ nomêr wontên jalma kalih/ lanang runtung

anèng marga/ agêng wong kèh wira-wiri/ wong kalih sajuga mulat/

kanthong gêng sumèlèh siti//

2. [102] kêbak isènira pênuh/ pênuh bêntêt isi dhuwit/ age angambil

têngginas/ pinanggul anêbda ririh/ bingar cahyaning sumringah/ bêja

kabêjan wak mami//

3. dène nêmu kanthong pênuh/ isi dhuwit abang putih/ tujune aku kang

mulat/ taha sun ambil pribadi/ esuk uthuk-uthuk mangsa/ jêr bêngi wus

ngimpi bêcik//

4. kancane alon anambung/ ing sêbda lah iku sisip/ bênrêre mêngkono

nêbda/ kêkancan padha lumaris/ lan wis kênal pawong sanak/ bênêre bêja

wong kalih//

5. ja ngarani siji nêmu/ kang nêmu sujalma kadwi/ lah mêngkono

ngaranana/ kang olèh bêja wong kalih/ sira kêlawan manira/ iku bênêr

nora sisip//

6. kancane kang nêmu muwus/ anglêngkara sira adhi/ ujar sing nêmu

manira/ mulane sun pèk pribadi/ kancane nêmu brêmantya/ marêngut

mênêng tan angling//

7. dèrèng dangu dènya muwus/ ing wuri wong akèh kèksi/ sarwi alok bujung

jalma/ wadhah kanthong kêbak dhuwit/ tikung kêna dèn arêbat/ wong loro

sarêng miarsi//

127

kang luwa anêmbah sujud # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 8u) 128

kula pêsthèkkakên pangguh # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 7u)

Page 137: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

8. andonga mring Alah129

nêbut/ dêrmimil kang nêmu [103] dhuwit/ ulate

payus sêkala/ e Alah130

kang maha suci/ ingkang muga dèn slamêtna/ iki

lumaku wong kalih//

9. ja kongsi wong kalih nêmu/ pangaru-biruning jalmi/ kang kapyarsa

alokira/ jalma akèh buru maling/ ngambil kanthong kêbak yatra/ ten loro

ya kanthong iki//

10. kanca nêbda sêmu guyu/ ja mêngkono kang amuji/ datan milu awak

ingwang/ aja sira angèmbèti/ bêja tanpa yun ngêduma/ milulu blahi

pribadi//

11. tan kêna panêbda nganggur/ anggur prêlu karya gati/ ngusir sujalma

durjana/ kowe kêna tandha yêkti/ nadyane ta dursilaa/ gêrnong manggul

kanthong dhuwit//

12. cinêkêl êcêk wus patut/ ginarêjêg dèn talèni/ malbèng bluwi nora bakal/

kinukum bênêring adil/ katujune sira kakang/ tan payus mangêdum

dhuwit//

13. dadi maha pênjarakmu/ lumêbu bluwi pribadi/ yèn wong loro dèn ukuma/

dumèh barêngan lumaris/ dadi tan jêjêg adilnya/ ana nagri kurang adil//

14. datanpa dosa dèn ukum/ mênyanga ngêndi awani/ tan antara jalma

kathah/ prapta gya anubruk wani/ pinêndêng kang manggul uwang/ tan

[104] suwala wus tinalin//

15. lêstari siji rahayu/ kang nora anggawa dhuwit/ ana lore jalma ingkang/

kabujung durjana mèksi/ kang siji tan apa-apa/ malah nora amriksani//

16. kang cinêkêl gya wus laju/ linadèkkên marang nagri/ sêbutira turut dalan/

apêsira anêkani/ kancane sinambat-sambat/ katridasa pitu titi//

129

Allah * 130

Allah *

Page 138: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

Rêrênggan Candhi Wiwara (Kinanthi, XXXVIII)

1. [105] gêntya katridasa walu/ nomrêre ingkang ginusthi/ anênggih wontên

sujalma/ sajuga juru metangi/ ingungsi dening wong kathah/ têtakon kinon

metangi//

2. sa-[106]rèhning nagri kumêbul/ wêrata kapya sujalmi/ samya minta

tulung petang/ kang pinetang kapya kardi/ sadurungira linakwan/ wêruh

sadurung winangsit//

3. gya kapriksa kinon mikut/ lagya nuju ametangi/ ingirit marang pêrdatan/

sila bukuh anèng ngarsi/ kocap kang asta kuwasa/ pêngagênge angadili//

4. weweka ing nalar putus/ awêgig olah nêgari/ nanging kêlajok sêmbranan/

rêmên gon jaksa wêtawis/ punika andangu marang/ sujalma amêmetangi//

5. apa ta sira tuhu wruh/ sadurung winarah jalmi/ juru metangi mangêrpa/

umatur kawula uning/ yèn mêngkono sira jalma/ sumurup tibaning kardi//

6. bakal dadi rampung aku/ tumiba wakira jalmi/ juru metangi turira/ inggih

tamtu ulun uning/ mara batangên lah apa/ kang tinêmu wakmu mangkin//

7. juru metangi umatur/ botên wontên kawis-kawis/ kêpanggih badan

kawula/ anuli dinangu malih/ apa wus pêsthi mêngkana/ pêthakmu

prakara iki//

8. inggih kawula wus tamtu/ badhe panduka luwari/ lah iku karane apa/ aku

arsa [107] angluwari/ mring sira têngêre apa/ umatur juru metangi//

9. mila mêkatên pukulun/ punika Bêndara kang wit/ inggih panjênêngan

tuwan/ adêdangu ing pêrkawis/ tiyang cilaka lir amba/ yèn karsa panduka

pêsthi//

10. badhe andhawahkên khukhum131

/ sêbda panduka sakèhning/ datan

winoran sumbanan/ mathênthêng grêgut upami/ lir manuwèk tanpa dosa/

awis liringing pangèksi//

131

kukum *

Page 139: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

11. gya pangagêng galih giyuh/ kawêkèn dadya anolih/ kancane ngrêmbag

prakara/ iyêg kumpul dadya siji/ tan ana ingkang sêlaya/ juru metangi dèn

luwari132

//

Rêrênggan Simbar Makutha Malige (Asmaradana, XXXIX)

1. [108] tri dasa sanga kang titi/ wontên carita rinêngga/ wontên jalma

bangsa gêdhe/ anglampahkên raja pêjah/ badhe kaukum kisas/ nanging

karsane Sang Prabu/ Karèl ingkang kaping sa-[109]nga//

2. kang jumênêng nagri Frakik/ narendra lajêng mundhut cap/ dhatêng

priyayi kang gadhoh/ morpèl We pêparabira/ karsa ngêcapkên sigra/ srat

nuwala badhenipun/ matêdhani pêngapura//

3. nanging kang dipun gadhuhi/ Sang Morpèl We botên suka/ pinêksa

karêbat dene/ ingkang jêng Sri Nara Nata/ sing Morfil133

tanganira/

wusing ngêcap sêrat wau/ pinaringkên malih kang cap//

4. Morfèl134

We botên nampani/ nanging mratelakkên nalar/ gusti tur amba

wiyose/ de kagungan dalêm kang cap/ kaping kalih punika/ anggenipun

karya luhur/ gusti ing badan kawula//

5. dene ta ingkang ruyin135

/ kala panduka pêrcaya/ matêdhakken cap ing

gadhoh/ akên cap dhatêng kawula/ de ping kalihira/ cap lun saosakên

wangsul/ punika ingasta tuwan//

6. lawan wontên kocap malih/ risang Kangjêng Maharaja/ Ludhuwik kawan

wêlase/ nênggih ing Frakrik nêgara/ kêrsa jêng Maharaja/ ingapuntên ing

dosa gung/ dosa agêng raja pêjah//

7. bangsa luhur kang sujalmi/ wus kabênêr kêna kisas/ amundhut êcap Sang

Rajèng/ di dalêm ingkang gadhuh cap/ Mongwangsèng136

namanira/

lumêbê-[110]t ing gêdhongipun/ panyêratane Sang Nata//

132

juru petang dèn luwari # (kelebihan satu suku kata, seharusnya 8i) 133

morpèl @ 134

morpèl @ 135

dene ta ingkang rumiyin # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 8a) 136

Fongwangsèng @

Page 140: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

8. manêmbah maturing gusti/ gusti panjênêngan nata/ kang tuhu jênênging

katong/ botên wênang ngapuntêna/ rèh ing wong dosa mêjah/ kados kang

pama Fulanun/ tuwan tan wênang ngapura//

9. yèn tuhu kèndêl narpati/ pambêkaning watakira/ risang Maha jêng Sang

katong/ datan kenging gêdhisikan/ ing atur kapya jalma/ malah kang

sampun kêlakun/ malah dadya srênging karsa//

10. yèn ngêndika printah aji/ tan kenging dèn pabênana/ gya sêrêng dadya

dukane/ Fowangsèng137

malih anêmbah/ nanging gusti Sri Narpa/

jinêjêling sêbda prabu/ mung tutuk atur tan lajya//

11. kasêkanan ing sêbda aji/ parentahku lakonana/ nambah Fongwangsèng

gya lèngsèr/ mêdal sing gêdhonging narpa/ sakêdhap wangsulira/ sarwi

bêkta êcap prabu/ wus kunjuk êcap tinampan//

12. nuli ngêcapkên tumuli/ ing sêrat dhawuh ngapura/ sarta alon timbalane/

kêrana wus janjiningwang/ bakal ingsun apura/ sawusira ngêcap Prabu/

pinaringkên malih kang cap//

13. dhumatêng Fongwangsèng nênggih/ tan tampa nyarokkên kang cap/

anèng ing meja wiyose/ kawula gu-[111]sti tan tampa/ mangke pêngraos

amba/ kagungan dalêm cap istu/ kenging najis mukallallah//

14. rêmbag giyuh Sri bupati/ nuli binêsmi kang surat/ sêbda sira iku wangkot/

Fongwangsèng nêmbah mangrêpa/ Gusti Isa punika/ cap dalêm suwi

kêlangkung/ sabab dene kang pawaka//

15. kapya ka138

rarêgêt najis/ saèstu wus sirna ilang/ ulun suwun wangsul

dene/ wus suci saèstu mulya/ têtêp wujud nugraha/ saupamenipun daru/

mancorong anèng wiyat139

//

Rêrênggan Puspa Candhi Trisula (Asmaradana, XL)

1. [112] wontên sujalma sawiji/ sampun pilênggah juragan/ sakêlangkung

dening sugèh/ ngungkuli sapadha-padha/ nanging kae juragan/ datan

limrahing tumuwuh/ acêthil kumêt kagila//

137

Fongwangsèng @ 138

kang * @ 139

mancorong anèng ngawiyat # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 8a)

Page 141: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

2. [113] tangga-tangganirèng jalmi/ sami anyatur sêdaya/ dene patrape

mêngkono/ nora tau ngundang mangan/ mring sanak kuwanuhan/ sêdene

jalma jêjaluk/ sinikakkên pindha sona//

3. tumandya ana wong julik140

/ pinêsthi kae juragan/ yèn katêkan ingsun

nyugoh/ pinaido kancanira/ kêncêng wani totohan/ kêlamun èstu dèn

suguh/ jalma julig èstu mênang//

4. lamun tan angajak nêdhi/ sapraptane wismanira/ juragan tamtu kalahe/

sujalma julig sosokan/ tandya ingarah-arah/ denira arsa mêrtamu/

marang wismaning juragan//

5. nalitik ing kanan kering/ wismanira kya juragan/ wong julik141

mêmpêng

karêpe/ tumandya anuli mara/ marang wismèng juragan/ saèstu arêp

mêrtamu/ tinangguh mangsaning mangan//

6. lon-lonan anuli prapti/ anèng wismaning juragan/ anjujug ing jaba èmpèr/

anjawil ing baturira/ kinon matur juragan/ tumêka gawane pêrlu/ Ki

Juragan aja ngantya//

7. kae mangan sèwu Anggris/ wong kang julik142

kang sumagah/ ja ngantya

bilang mêngkono/ lah age sira [114] tutura/ marang juraganira/ sêmana

juragan nuju/ atata dènira mangan//

8. gupuh panakawan nuli/ atutur marang juragan/ gêtrê anuli ge-age/ mêtu

nêmoni kang prapta/ panggih bage-binagya/ songar jalma julig iku/ nuli

ge-age pamitan//

9. juragan asru gendholi/ lah ta ing mangke ki sanak/ sampun age-age

mulèh/ tuture arsa amangan/ uwis nuju ing mangsa/ Ki Juragan alon

muwus/ sanak sampun dika pulang//

10. dawêg lumêbêt ing panti/ amangan kalih kawula/ wong julig manis

sêbdane/ nora gêng kinarya karya/ punapa tan dadosa/ ing karsa andika

rikuh/ botên- botên dawêg mangan//

140

julig * @ 141

julig * @ 142

julig * @

Page 142: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

11. lêstari lumêbèng panti/ tan cinatur dadya tangga/ pikantuk kêmbul sih

pawon/ wus dangu antaranira/ nuli nyamikan mêdal/ sinambi mangan lan

udut143

/ Ki Juragan alon nêbda//

12. lah ki sanak kados pundi/ botên kecalan kawula/ ing sèwu Anggris wak

ingong/ wong julik144

mangsulan nêbda/ mêkatên Ki Juragan/ dene kawula

angrungu/ kabar têrang napa nyata//

13. putra dika kang [115] pawèstri/ badhe tuwan angkat karsa/ mêmantu

mawi gêgêdhon/ lawan tuwan êbang-êbang/ gawane putra tuwan/ salêksa

ringgit kang tamtu/ Ki Juragan apa nyata//

14. amangsuli sanak inggih/ mêkatên sêdya kawula/ jalma julig lon sabdane/

punika pêryogi dula/ sampun tuwan kecalan/ inggih ingkang ringgit sèwu/

putra sampeyan bok rara//

15. tuwan angsalêna mami/ saèstu kawula trima/ sangangèwu pambêktane/

juragan kanggêg tan nêpda145

/ kadhayohan wong dhugal/ tandya pamit

bêsot mêtu/ nagih tatohane mênang//

Rêrênggan Candhi Arja Kusuma (Durma, XLI)

1. [116] ingkang kocap nomêr kawandasa juga/ ingkang kinondha tulis/

panjênêngan nata/ langkung sêkti sumbaga/ sudigbya146

prawirèng luwih/

widigdyèng147

laga/ wudhu angrata bumi//

2. Prabu mudha jumênêng Farsa nêgara/ jê-[117]julukirèng aji/ nênggih

kangjêng Sultan/ Mahmut Kabibuling Yyang/ kèdhêp kapya wangsa bumi/

pêpatihira/ sudigbya148

nalar wêgig//

3. ajêjuluk kyana Patih Samudana/ wêgah karsaning gusti/ dènya anglangtur

prang/ karya rusaking tanah/ praja kutha dèn gêmpuri/ myang desa-desa/

jalmane kèh pinatin//

143

udud * 144

julig * @ 145

nêbda * 146

sudibya * 147

widagdyèng * @ 148

sudibya *

Page 143: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

4. winêtawis têlatahirèng nêgara/ ingkang karisak aji/ sêpalih ingkang

risak149

/ satêmah dadya wana/ akathah baburon prapti/ myang

mêmanukan/ amanggon kutha sêpi//

5. kyana Patih sakêlangkung ribêting tyas/ juwêd dènya ngaturi/ yya

anggung sikara/ kitha praja rinusak/ kya Samudana angaji/ angguna bisa/

marang nêgari Drêmis//

6. wignya bisa basa-basaning Taheran/ Taheran sair kabi/ kya Patih

sudibya/ agêr150

Taheran munya/ tan luput basaning pêksi/ raosing kêna/

gunêman kang Taherin//

7. gya anuju sawiji ari sêmana/ kangjêng Sri Narapati/ Sultan Mahmut

kubra/ babujung marang wana/ di dalêm kapya kang ngiring/ sikêp

gêgaman/ pindha umanggut jurit//

8. kyana Patih Samudana anèng ngarsa/ nira Sri Narapa-[118]ti/ langkung

dening suka/ miyat bêburon kapya/ binêdhaging wadya panggih/ macan

andaka/ angamuk dèn tadhahi//

9. dipun panah dèn busur lan dèn sênjata/ singa andaka mati/ mênjangan

anrajang/ lir jêmparing lumumpat/ atadhah wadya ing Farsi/ sisa ya

trustha/ kangjêng Sri Narapati//

10. wusnya mangsa narendra kundur gya mulat/ wontên catur Taherin/

mencok asêm witnya/ cukulan wiwitira/ jugrugan banon anênggih/ ing

banon kawak/ pêksi catur munya crita151

//

11. yèn pinirsa pindha jalma pagunêman/ kukila papat yêkti/ amunya sauran/

nata luwih manis trisna152

/ lah ta age bapa Patih/ andrêng manira/ arsa

wrin ponang pêksi//

12. bêluk catur solahe apindha jalma/ gunêman amrih dadi/ ngudi tingkah

arja/ lah sara ilangêna/ yèn wus kêcathêt ing ati/ bantong Teran153

/ tutura

marang mami//

149

sêpalih kang risak # (kelebihan satu suku kata, seharusnya 6a) 150

anggêr @ 151

pêksi pat munya crita # (kelebihan satu suku kata, seharusnya 7a) 152

nata lwih manis trisna # (kelebihan satu suku kata, seharusnya 7a) 153

si bantong Teran # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 5a)

Page 144: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

13. matur nuwun sêndika kya Patih kentar/ lumampah tingkik wangkik/

nilingakên swara/ pêrnah ngingsornya mêndhak/ tumênga bangêt anili/

amrih karungya/ basane catur pêksi//

14. mangu dènya tumênga angèring-nganan/ [119] pêksi tan pêgat muni/

dangu antaranya/ winêtarèng wus purna/ kêna suraosing pêksi/ dènya

gunêman/ mundur alon kya patih//

15. nata mingsih angantosi eca lênggah/ nèng ngisor mandera wit/ supênuh

wadya glar/ ngarsa ing kering kanan/ ingawe majêng kya Patih/ bukuh ing

ngarsa/ nira jêng Sri Bupati//

16. cakêt anèng ngandhap kursi kyana patya/ pasrangkara narpati/ lah patih

kaya ngapa154

/ gunême catur Taheran155

/ sêmune aluwih gati/ kya patih

nêmbah/ nuwun duka nêrpati//

17. sakêlangkung ajrih kawula blakakna/ gunême catur pêksi/ asêmu

nglêngkara/ nata sru mêrdi sêbda/ aja sira wêdi-wêdi/ mara blakakna/

cature papat Terin//

18. sujud nêmbah mêkatên kangjêng Sri Narpa/ nuwun apuntên Gusti/ ing

lêpat kawula/ lah iya ja sumêlang/ patih matur ponang pêksi/ èstri lan

priya/ dwi jodho rêmbag pikir//

19. inggih Gusti punika badhe besanan/ kang darbe anak èstri/ ananging pun

rêmbag/ punika amêminta/ desa ingkang suwung gusti/ sèkêt kewala/

gumujêng kang darbèni//

20. [120] anak priya lah aja susah ki besan/ sênadyan jaluk luwih/ panca tus

ngong sagah/ angingta ingkang muga/ gustiku kangjêng Sang Muki156

/ Sri

Mahmut kubra/ panjang yuswa aji//

21. sêlawase jumênêng prabu sudibya/ sira kêlawan mami/ nora kakurangan/

suwunge desa-desa/ mundhak sasi mundhak sepi/ kutha myang praja/

satêmah alas wingit//

154

patih kaya ngapa # (kelebihan satu suku kata, seharusnya 6a) 155

gunême pat Taheran # (kelebihan satu suku kata, seharusnya 7a) 156

Mulki *

Page 145: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

22. mundhak warsa sun duga Farsi têlatah/ dadya wana grêng157

sami/ lah

kapriye mara/ mêngkono dhasar nyata/ mula dèn kêncêng mêmuji/

panjanging yuswa/ nira kangjêng Sang Mulki//

23. Sri Narendra sarêng miarsa turira/ kya Patih anggêpoki/ têrnyuh158

galihira/ pinupus wus kêlakwan/ wiwit sêmana nêrpati/ pênggalih

ingkang/ mrih arja kapya abdi//

24. aluwêran narendra sarwi parentah/ lah iya bapa Patih/ ing mêngko karsa

sandhang159

/ kutha pêraja rusak/ sadhaya160

san161

ana malih/ arahkên

bapa/ ngungkuli arja dhingin//

25. tandurana Bupati kang papa lena/ ngrungkêbi nalar sisip/ tuwin arja raja/

nêgarane kang rusak/ mêngko dèn wanguna milih162

/ mêngkono

pintamba163

/ mung mulya awal akir//

Rêrênggan Boneka Cina (Asmaradana, XLII)

1. [121] nomêr catur dasa kadwi/ kocap narendra ing Cina/ Sang Prabu

Kam Isèng Iyok/ sangêt akarêm narendra/ tan kenging ing upama/ dènira

anginum anggur/ angêbêk tan mawi mang-[122]sa//

2. tan kenging dipun aturi/ mring kya patih sakancanya/ kapya kang

sinrahan gawe/ ngingêrkên kapya prakara/ ature tan kurangan/ nanging

kangjêng Sang aprabu/ malah sangsaya kadharan//

3. manujwa ari wakidin/ narendra ngrêsakên boja/ lawan di dalêm kêkaseh/

ingkang sampun binupatya/ ari latri tan pisah/ tansah anèng ngarsa

bukuh/ kêkalih ingkang sajuga//

4. anênggih nama si Seli/ si Sehan sajuganira/ pinrêwayènging sang katong/

asangêt wuru narendra/ sare tansah ngadêpan/ kêkasih kalih arêmbug/ si

Seli lan si Sehan164

//

157

gêng * 158

trênyuh * 159

mêngko karsa sandhang # (kelebihan satu suku kata, seharusnya 6a) 160

sadaya * 161

tan * @ 162

mêlih * @ 163

mêngko pintamba # (kelebihan satu suku kata, seharusnya 5a) 164

si Seli lawan si Sehan # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 8a)

Page 146: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

5. kêkasih sami umijil/ rèh narpa wuru anendra/ ugyan jaga wong kabirèn/

rolas samya cakêp pêdhang/ wênèh samya cakêp tigar/ kêkasih kêkalih

pangguh/ lawan kêpalaning jaga//

6. ajamus dêdêge inggil/ godhèg wok simbar pêrnaja/ jajuluk Kapitan Sing

Sèh/ gêbanciyan sampun dadya/ nora ge ngurmat samya165

/ adhêku-dhêku

abutuh/ mangke kasih lon manêbda//

7. kya kapitan kadi pundi/ rêmbag andika kang arja / ing rèh Gusti Jêng

Sang Katong/ kêsangêtên dènya karsa/ sêpta [123] dhatêng inuman/

anggur sadintên sêdalu/ tan cukup batol dwi dasa//

8. kya Sing Sèh jola ngrêmbagi/ inggih ta ulun sumangga/ ingkang wus

katingal ing rèh/ karsa dalêm jêng Sri Narpa/ nglajok panas baranan/

ulun jagi rintên dalu/ sakanca gêbirèn kapya//

9. kasrawo kenging bilahi/ rèh wuru tan mawi mangsa/ kêkasih kalih lingnya

lon/ Ki Kapitan gih punika/ sangêt kuwatosing tyas/ kula cêlak rintên

dalu/ kuwatos kenging sikara//

10. wuru tan kenging pinikir/ sairim istha jalma wah/ yèn kêparêng rêmbage

ngong/ kawula andika pêgang/ rantenên suku tangan/ nuli lêbokna dèn

gupuh/ gêdhong ukum raja pêjah//

11. suwurna karsaning aji/ ing binjing dhawuh dèn kisas/ manthuk-manthuk

kapitan Sèh/ tumandya glis kalêgsanan166

/ pêrjanji nora siwah/ kapya

gêbirèn sawêgung/ dèn iyêg aywa kawêdhar//

12. yèn iku karsaning aji/ lingên kangjêng Sri Narendra/ tri êjam danguning

sare/ wungu lênggah gêgawokan/ kêkasih dwi tan ana/ ing ngarsa dalêm

atunggu/ nimbali kêpala jaga//

13. Sing Sèh kapitan gê-[124]biri/ nata alon angêndika/ lunga ngêndi kêkasih

ngong/ si Seli lawan si Sehan/ kadwi dene tan ana/ kapitan Sing Sèh

asujud/ Gusti karsa dalêm narpa//

165

nora age ngurmat samya # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 8a) 166

kalêksanan *

Page 147: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

14. mêntas kawula lampahi/ amba rante suku tangan/ sangêt mring nata

kabêndon/ injing dhawuhakên kisas/ kapitan aturira/ songar marêbês kang

luh167

/ saèstu nglampahi dhawah//

15. ajumbul jêntung Sang Aji/ iku prakarane apa/ umatur kapitan Sing Sèh/

dhuh Gusti ulun tan priksa/ mung sêbda dalêm narpa/ sarêng dhawuhkên

bêbêndu/ kêkasih dwi kinon megang//

16. jêngêr mungun pungun aji/ tan kèngêtan pisan-pisan/ kang mêngkana

dhawahake/ gya dhawuhakên narendra/ si Seli lan si Sehan/ kinon

nimbalana gupuh/ prapta dwi sami binayang//

17. sarêng cêlak ing ngarsa ji/ kêkalih nungkêmi padha/ awor karuna ature/

dhuh Gusti ratuning jagat/ ulun apasrah jiwa/ angukum Kangjêng

Sinuhun/ mung minta-minta apura//

18. angêndika lon Sang Aji/ karoh apa dosanira/ dene jêbule mêngkono/

kêkasih dwi katurira/ pamlas awor ka-[125]runa/ dhuh Gusti Kangjêng

Sang Prabu/ tanpa wit panduka nata//

19. andhawuhakên bilihi168

/ kawula kêkalih kèn megang169

/ suku tangan kinon

ngrante/ ing enjing dhawuh den kisas/ mangangên-angên narpa/ plêng tan

kèngêtan Prabu170

/ byaring tyas padhang anrawang//

20. sarta pitulunging Widhi/ narendra pênggalih ingkang/ tanpa wit paring So

Sèng Wong/ sangking sumuking inuman/ anggur nora raharja/ bêntèring

padharan sumuk/ pênariking galih arda//

21. kêkasih wus dèn luwari/ saya sihe Sri Narendra/ tuwin mring wadya

gêbirèn/ ingêbyakan mulya suta/ ing mangke Sri Narendra/ amantuni

nginum anggur/ amung ing yèn kala mangsa//

22. punika mawi ginalih/ datan arsa yèn kaduka/ gêjawi amung sêpancèn/ kya

patih sakancanira/ tuwin jalma sapraja/ asuka sukuring kalbu/ wuwuh

arjaning nêgara//

167

songar marêbês kang êluh # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 8u) 168

bilahi * @ 169

kula kêkalih kèn megang # (kelebihan satu suku kata, seharusnya 8a) 170

plêng tan kèngêtan Sang Prabu # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 8a)

Page 148: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

Rêrênggan Gapura Kinontha Latu (Pangkur, XLIII)

1. [126] nomêr catur dasa tiga/ nênggih wontên juragan laku grami/ bangsa

Prêsman ajêjuluk/ anênggih Kyai Jarah/ bêgta171

barang rupa kèh

daganganipun/ dèn êmotakên ing kuda/ lampahe kyai jaratin//

2. dhatêng tanah Amirikah/ ingkang êlèr [127] kacundhuking bilahi/ kalêbêt

êmbêl kajlungup/ ing tanah Amirikah/ kathah êmbêl Ki Juragan Prêsman

bingung/ kuda pun nora katingal/ wus anyana kuda mati//

3. tandya momot ngambilan172

/ abarêngkut juragan mikul ngindhit/

sêngkoyongan mapahipun/ sru kabêntèran surya/ mangap rênggos Kyai

Jarah lampahipun/ satindak aso gya kintar/ gya wontên winarna malih//

4. wontên tiyang Indhu lampah/ sangking nagri Indhustan numpak wajik/

ingkang sinêdya ing kalbu/ mring nagri Amirikah/ gya kasusul juragan

Prêsman ingênu/ Indhu awas dènya miyat/ mring wong Prêsman ingkang

grami//

5. amikul angindhit barang/ gurawalan kabêntèr dene rawi/ aniba tangi

lumaku/ Indhustan lon sêbdanya/ e ki sanak dhatêng ing pundi jinujug/

dene maluwih rêkasa/ dharat nir datanpa wajika173

//

6. prêmbah-prêmbah wade wêlas/ wus kajarwa purwa madya mungkasi/ ing

sanèskara wus tutur/ myang kajlunguping kuda/ kalbèng êmbêl bilahi

kudane lampus/ sêdya marang Amirikah/ kya I-[128]ndhu wlas nêbda

aris//

7. yèn mêkatên tunggil lampah/ inggih dhatêng Amirikah nêgari/ lah

dawêk174

tulung tinulung/ dika boncèng ing kuda/ de babêktan dika

dagangan sawêgung/ gandhulêna kering kanan/ ing kuda ulun ing ngriki//

8. Kyai Jarah langkung bungah/ inggih-inggih kisanak binjing gênti/ asami

tulung tinulung/ sêmana wus kêlakwan/ kudanira kya Indhu teja gêng

luhur/ apindha èsthi dirada/ tan rina boncèng-boncèngi//

171

bêkta * 172

tandya momotan ngambilan # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 8a) 173

dharat nir tanpa wajika # (kelebihan satu suku kata, seharusnya 8a) 174

dawêg *

Page 149: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

9. tansah angaplak adheyan/ tan cinatur lampahirèng ing margi/ prapta

Amirikah dalu/ manggèn pondhokan lama/ griya lusmèn cara Jawa iku

warung/ atata enak pondhokan/ de juragan Ki Jaratin//

10. sêdalu tan angsal nendra/ karudhêke miyangkah ponang wajik/ dene ta iku

wong Indhu/ la bok sêca bêlaka/ nora nganggo surta-surti ing pakewuh/

mangsa wignyaa anyandhak/ ngong gawane ingkang wajik//

11. saupami tututana/ ngong balike yèn iki kuda mami/ sun ingu wus tigang

taun/ lah iya kadarira/ wong Sêpèhi amanggo-[129]n akale busuk/ thêkluk

tur mangsa nyandhaka/ lan pikire wong Prêsmani//

12. byar injing wanci jam lima/ rêpêt-rêpêt pêtênge saput siti/ gadhuwêtan

dandan cancut/ barang winotkên kuda/ wus barêsih dandanan tan ana

kantun/ tandya mangkat rarikatan/ wong Indhu mingsih aguling//

13. wus lêpas ing lampahira/ malbèng wana kocap kala gya guling/ jam nêm

tangi dènya turu/ kagyat ênir juragan/ tan katingal miwah dagangan

sawêgung/ kudanira nora nana/ wong Indhu nyana bilahi//

14. binêradating juragan/ bangsa Prêsman dene wani mêncuri/ adandan

sêkala cancut/ kocaping caritanya/ mêlanyune175

sêklangkung rikat wong

Indhu/ apindha kuda angêrap/ wus kêlacak anututi//

15. pinati mlayu lir kilat/ wus kêcandhak nèng wana dèn lancangi/

ingadhangan ngarsanipun/ cindha kêndhalinya176

/ lah kisanak dawêg nuli

dika wangsul/ gunêman anèng podhokan177

/ karêp dika kadi pundi//

16. ênir ing sih wilisanya/ tan suwala juragan Prêsman bali/ nging mêksih

nèng kuda manggung/ prapta pondhok jura-[130]gan/ nuwun adil marang

panggêdhenipun178

/ kawula dipun sikara/ wong Indhu begal mring mami//

17. dede trape jalma gêsang/ binêcikan satêmah ngaku wajik/ pinanggil wong

Indhu rawuh/ ingabên prakaranya/ kya juragan rasih-asih aturipun/ niki

jara179

ngong prayangga180

/ sun ingu wus tigang warsi//

175

mêlayune * 176

# @ (kekurangan satu suku kata, seharusnya 7a) 177

pondhokan * @ 178

nuwun adil marang ki panggêdhenipun # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 12u) 179

jaran @ 180

priyangga * @

Page 150: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

18. parentah asru dêlingnya/ apa nyata Indhu angaku wajik/ juragan

Prasman kagadhuh/ sira wus binêcikan/ kinon boncèng rèh sayah tan

wignya mlaku/ sêkala arsa rinoda/ kya Indhu marang wong bumi//

19. umatur sarwi karuna/ adhuh-adhuh ki printah kadi pundi/ rèh dhupyuk

panggogatipun181

/ ulun kang darbe kuda/ bêkta kapal kalêbèng êmbêl

kajlungup/ pêjah momotan dèn alap/ pinikul lawan dèn indhit//

20. lampahe kasusul amba/ niyat kula saèstu karya arji/ kula boncèngkên

wong iku/ kêlawan babêktanya/ praptèng pondhok tanpa pamit minggat

danglu182

/ abêkta kapal kawula/ rèh sami gugat sêkalih//

21. ing mangke panuwun amba/ dèn bêkta angiwa kuda puniki/ sakêdhap

gawanên wangsul/ sirahe luruban183

/ ing jêjarit lurik tuwin jarit wulung/

parèntah rêmbug [131] sêdaya/ wus kêlakon dèn lampahi//

22. sakêdhap binêkta ngiwa/ kae Indhu aturira amanis/ wau ture tigang taun/

ngingu kuda punika/ dèn baweya pundi matane kang dumuh/ yèn bênêr

kawula trima/ sarta dipun balajoti//

23. parèntah rêmbug sêdaya/ iku bênêr wus ngingu tiga warsi/ awas cara-

cirènipun/ bingung kae juragan/ sabab dene wus musadhela dènya

wêruh184

/ pinêksa pinêdi batang/ ja kasuwèn lah kang êndi//

24. kahina matane jaran/ gugap-gugup angawur amêstani/ kêkiwa matane

dumuh/ lurube gya ingungkap/ wutah-wutuh nora picak nora dumuh/ dèn

êlêd kae juragan/ wong akèh anyurak anjrit//

25. pêrnyata lamun culika/ jaran bali marang Indhu darbèni/ dagangan kabèh

kinukup/ mring printah Amirikah/ pêpindhone dosa minggat tanpa

têmbung/ gumrah suka wong sapraja/ dadi apa ngeling-eling//

26. nyathêthêk kae juragan/ anjarêwêg ulat kisas putih185

/ tan suwalati

sêkayun/ rèh tindak kaluputan/ ingapura jisime nora ingukum/ nuli mulih

calurutan/ tobat wangsul tindak arji//

181

panggugatipun * 182

dalu @ 183

sirahe aluruban # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 7a) 184

sabab dene wus musadhela dènya wruh # (kelebihan satu suku kata, seharusnya 12a) 185

anjarêwêg ulate kisas putih # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 11i)

Page 151: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131

Rêrênggan Manyura Rinêngga Praba (Kinanthi, XLIV)

1. [132] kinon thèt lakuning têmbung/ têmbung-têmbung ingkang suci/ sêca

marang kautaman/ têmên kapinuwe tulis/ wontên sajuga narendra/

nênggih ing nagri Artari//

2. agunging karatoni-[133]pun/ jêjulukira narpati/ raja Khaliyatul Khasan/

ambêg lêgawèng tyas suci/ dènya rumêksa ing bala/ bêrbudya lus kêkah

adil//

3. ing dina sawiji nuju/ narendra miyos ing puri/ amêng-amêng basiyaran/

ingkang dhèrèk sawêtawis/ bupatya nung-anung ingkang/ bangsa luhur

amiranti//

4. ing marga prapatan rawuh/ wontên Daruwis wakhidin/ sila bukuh têpèng

marga/ micara soraka dêling/ lah ta iya sapa-sapa/ awèh wang êmas

mring mami//

5. satus pêsthi ingsun angsung/ pitutur kojah wakhidin/ mawanti nêbda

mêngkana/ kapyarsa dera narpati/ juru gêdhong paringana/ wang êmas

satus si Druwis//

6. manêmbah kintar kêlakun/ kya Daruwis wus atampi/ wang êmas satus

turira/ mêkatên kangjêng Sang Mulki/ kapya-kapya kang prakara/

sadhingah abarang pikir//

7. tan ngarja mangetung laku/ dèn têmên angeling-eling/ aja age dèn

trapêna/ yèn durung kapikir dhingin/ wêkas-wêkasing pakaryan/ ing kono

manggih utami//

8. narendra saklangkung kenyut/ kapilayu dhumatêng ing/ Druwis kojahe

raharja/ nanging wadya sêntana ji/ ewa èstu anyênya-[134]mpah/ bêja

kabêjan si Druwis//

9. tampa uwang êmas satus/ payon olah adol puji/ nanging kangjêng Sri

Narendra/ tan mantra mèngèng kagalih/ kaduwawog trusing warda/

kundur yaji sajro puri//

Page 152: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

10. parentah kangjêng Sang Prabu/ dhêdhawah kapya jro puri/ kinon sami

nyirènana/ kapya kojahirèng Druwis/ anrapakên sêbarang186

/ prakara

durung pinikir//

11. pinikir wêkasanipun/ kêdadeyaning prakawis/ cinirèn ana tinatah/ wênih

winêra patunglis/ talam kothak pakêcowan/ tuwin wastra kang kagêm ji//

12. pêthi garobog sêdarum/ pagêr gêdhong-gêdhong sami/ wusing kapya

cinirènan/ kunêng wontên kocap malih/ mung êlêt nêm sasi lawan/

kojahira ponang Druwis//

13. nênggih abdi dalêm dhukun/ tukang candhuke Sang Aji/ pininta sraya

dursila/ satronira jêng Sang Aji/ pinrih narendra sedanya/ ing sêking

ampuh maluwih//

14. papat dursila puniku/ siji ran juti Sarikin/ mung arsa angambil dunya/ yèn

kêlakon angsal kardi/ gunême wus kêdadeyan/ juru candhuke tampa

sêking//

15. wus pinikir têpanipun/ pra tuwin unggyan miranti/ de [135] sêmana

kêparêngan/ ngadhuh karsane Sang Aji/ ri ènèn maharsa nyakrak/ juru

candhuk wus miranti//

16. unggyan ngêrsakkên Sang Prabu/ nèng bangsal tanpa nêpin187

/ kya patih

wajirug aklam/ anganthi catur bupati/ kinon sami ngadhêpana/ pênyaduke

asta aji//

17. asta binêlbêt sutra lus/ ingkang kanan asta aji/ juru candhuk wus anyipta/

ngêmpakkên kang sêking mandi/ pinusthi cinêkêl ngantya/ dhawuh

timbalaning aji//

18. pambêlèke asta prabu/ talam kang munggèng ngarsa ji/ wadhah jampine

kang asta/ dilalah munya kang cari/ sabarang-baranging karsa/ angarja

pinikir dhingin//

19. kanggêg karsane Sang Prabu/ sarêng sampun maos tulis/ talam unine

mêngkana/ dhukun biyane kya putih/ dharodhogan panyêkêlnya/ ingkang

sêking garegèli//

186

anêrapakên sêbarang # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 8a) 187

# (kekurangan satu suku kata, seharusnya 8i)

Page 153: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

133

20. tibèng kisma dhukun bingung/ lon nêbda kangjêng Sang Mulki/ dene

mêngkonoa sira/ dhukun apa ingkang suwadi/ ngalosot nungkêmi pada/

dhawuh timbalan aji//

21. wêwadi sêdaya katur/ tandya ana Patih aji/ rikat pun dhukun binêsta/

Nata nêbda èh ta Patih/ mamring yèn kancane papa/ si dhukun dursile188

batin//

22. dèn priksa dhadhuku-[136]n matur/ amba kenging coba gusti/ rinuban

saklangkung kathah/ dene pun juti Sarikin/ catur kancane kang rêmbag/

ingupaya wus kêpanggih//

23. binêsta pating prakukung/ sêkinging dhukun kinardi/ atêlèki tanganira/

dursila papat wus mati/ mung dhukune ingapura/ nora mèlu dèn patèni//

24. alon sêbdane Sang Prabu/ èh ta wruhanira patih/ ingkang amurungkên

pêjah/ ing ratu tan kêna pêsthi/ ingaran kathahkên arga/ lah iki pratanda

kèksi//

25. wadya kang nyampahi dangu/ tumungkul sujud ing siti/ anuwun sih

pêngapura/ nira kangjêng sang siniwi/ Druwis mangke cipta amba/

malaekat dutèng Widi//

Rêrênggan Candhi Padma (Kinanthi, XLV)

1. [137] artikêl ping sèkêt sasur/ kocap Juragan wakidin189

/ punika kecalan

uwang/ ingkang winadhahan kandhi/ kèh wolungatus rupiyah/ plêng

sangêt denira lali//

2. inge-[138]ling-eling tan emut/ tan ana kang dèn pasrahi/ kèh kanca batur

tinanyan/ matur sêca datan uning/ malah kèh purun supata/ Juragan

saklangkung sêdhih//

3. panti wismanya dèn slusur/ tuwin urun margi-margi/ wus titan ora

kêpanggya/ kocap di dalêm undhi190

/ sabibarira pasowan/ ri kinèn

sumêdya mulih//

188

dursila * 189

wakhidin @ 190

kocap di dalêm undhagi # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 8i)

Page 154: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

134

4. marga lit dènggog anêkuk/ têpang jêro ana kandhi/ pinariksa isi uwang/

anulya pinanggul mulih/ praptèng wisma gya winilang/ malerah rupiyah

wutih//

5. pinetang dene tung-atung/ gugung wolungatus putih/ anuli wang

rinawatan/ sêdyanira kya Undhagi/ besuk yèn ana ngupaya/ bali marang

kang darbèni//

6. tan mawi ngowahi etung/ langkung titi kya Undhagi/ kocapa kae juragan/

sowan mring wismane Khakhim191

/ anuwun tulung nêgara/ kêpanggihe

wang nèng kandhi//

7. nyuwurna prentah pangulu/ baya warasa negari/ yèn kêpanggih kang

rupiyah/ wolungatus dadi janji/ satus ingkang sampun lila/ lêga wèh

marang kang manggih//

8. tan wontên prakawisipun/ rupiyah satus galindhing/ dèn pangana dèn

sandhanga/ [139] lêga lila trusing ati/ sawusira tutur nadar/ sida sapa

ingkang manggih//

9. nguwèhan rupiyah satus/ kya Juragan nuli mulih/ kya Undhagi gêntya

kocap/ kang manggih uwang sêkandhi/ yèn dalu tan angsal nendra/ yèn

siyang tan angsal bukti//

10. sawêtara dina ngrungu/ Juragan kelangan dhuwit/ astha tus rup

rupiyah192

/ satus ingkang dadya janji/ tandya mring pangulu sowan/

suwun priksa kados pundi//

11. sintên kang kecalan nêngguh/ rupiyah wadhahing kandhi/ kèh wolungatus

wang pêthak/ manêbda lon kyai Khakhim193

/ Juragan ingkang kelangan/

iya nyata darbe janji//

12. mêngkono kaya ujarmu/ satus rupiyah kang dadi/ prêjanji nguwèhkên lila/

marang sujalma kang manggih/ kya Khakhim194

inggih kawula/ punika

ingkang amanggih//

191

khakim * 192

astha atus rup rupiyah # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 8a) 193

khakim * 194

khakim *

Page 155: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

135

13. uwang sêkandhi ingênu/ têpang jaro margi alit/ lun panggul praptaning

wisma/ isi astha tus wang putih/ yèn pinarêng dèn sêrêpna/ kya Juragan

kang darbèni//

14. anggêr têtêp janjènipun/ wèh lila kang satus glindhing/ kya Pangulu gya

utusan/ mring juragan sung udani/ kya Juragan gal-enggalan/ lumayu

mring wismèng dhagi//

15. kandhi pinu-[140]ndhut gya sinung/ mring juragan anampèni/ tata

lênggah sarwi milang/ tan owah isining kandhi/ astha tus Juragan

ngrêmbag/ katon awêlang pêrjanji//

16. bok iya songar kang etung/ sangangatus mangke panggih/ wolungatus gya

mangalap/ juragan mung limang glindhing/ èh Undhagi niki ênya/ pa

tuwan ngrawati melik//

17. inguncalakên dènya sung/ sarwi mungkur analèni/ Undhagi kêras

manêbda/ kya juragan kadi pundi/ dene ta sawiyah-wiyah/ kula dede

jalma ngêmis//

18. pundi rupiyah kang satus/ ubaya andika janji/ èh Undhagi bênêr sira/

mêngkono pratiknya mami/ satêmêne darbèkingwang/ sangangatus wus

suwilin//

19. mêngko katêmu astha tus/ kang satus dera ambil/ têtêp dadia upaya/ kipa-

kipa kya undhagi/ lah ta iku basakêna/ dèn arana kang mêncuri//

20. bêrmantya195

mêcicil muwus/ kya Juragan sira wêngis/ lah iya dasa

punika/ pira-pira pun uwèhi/ wang putih panca andadak/ olèh bathang

têka ngêndi//

21. Undhagi ngadêg marêngut/ rupiyah nguncalkên malih/ marang

unggyaning Juragan/ nora arsa iya uwis/ anuli dadi prakara/ kêkalih seba

ingadil//

22. anuwun bê-[141]nêring khukum196

/ tarima adiling nagri/ kalih samya

sinupatan/ Juragan yèn angundhaki/ wolungatus dadi songa/ satus

pratuwin undhagi//

195

brêmantya * 196

kukum *

Page 156: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

136

23. kang saèstu aming wolung/ atus têmên nora ngambil/ sêkalih samya dèn

imbar/ parèntah samya nêksèni/ rinêmbug rampung katrangan/

dhinawuhakên tumuli//

24. bênêr kalih aturipun/ juragan darbe ing melik/ èstu yèn durung

kêpanggya/ pawilangane gèsèhi/ iku dudu melikira/ lah sira kya

Undhagi197

//

25. wus abênêring aturmu/ sarta gêlêm supatani/ iku pratandha raharja/

nanging yèn ana ing wingking/ angaku inguwangira/ pêpak sêksi

anêksèni//

26. nuli sungêna dèn gupuh/ jroning patang puluh ari/ luwih catur dasa dina/

bêjamu sira darbèni/ katrangan mêngkono praja/ angalêm kapya sujalmi//

27. Juragan anggana jêrgug/ anutuh nutuhi dhiri/ gya amantuk calurutan/

amanggih sakêthi angsan198

/ atobat marang ing sukma/ têmbe amanggih

raharji//

Rêrênggan Candhi Lata (Mijil, XLVI)

1. [142] tandya laju kang sêkar pamijil/ kocap wong Sêpanyol/ amatèni ana

kojahing rèh/ bêbukaning sêlaya prêdondi/ sing rèmèh prakawis/ têmah

dadya nêpsu//

2. rêbut cêngkah nak Koja katitis/ pinêdhang [143] Sêpanyol/ kapisanan

mati nak Kojane/ bangsa luhur mati anèng margi/ kathah marinani/ kang

dènya atulung//

3. pating brêngok tatulung kang jalmi/ angungsir Sêpanyol/ pêlayune lir

punglu sêdene/ kinêpung kèh tinrajanga lari/ cinêgat ing ngarsi/

tinêrajang mawur//

4. anêmpuh byat pakewuh tan kèksi/ pêngkok pagrê banon/ sang Sêpanyol

nêracag amènèk/ pêdhang gigal anjlok199

sajêroning/ ing banon kang

ngusir/ kecalan pandulu//

197

lah ta sira kya undhagi # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 8i) 198

Kesalahan pemenuhan metrum têmbang (guru lagu) Mêgatruh pada 4 dalam naskah tertulis 8a

seharusnya 8i. 199

anjlog *

Page 157: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

137

5. wangsul sami angukuping jisim/ nakeja kang layon/ ginotong mring wisma

wong tuwane/ urut margi rame anangisi/ nêngna kang lumaris/ katong ko

lampus200

//

6. kocap ingkang angungsèkên urip/ sujalma Sêpanyol/ kang anracak ing

magêr banone/ anjlok201

ing jro taman kang darbèni/ wong koja sayêkti/

ingkang bangsa luhur//

7. ambênêri nèng taman bêdhiri/ sarwi ngundhoh-undhoh/ jêruk lêgi mung

sawiji mêksèh/ cinêpênging tangan kagyat kèksi/ wong Sêpanyol prapti/

jèngkèng ngarsanipun//

8. nêmbah-nêmbah ture ngasih-asih/ tu-[144]wan ngungsi ingong/ ing

rahayu luput sikarane/ nêbda apa sababe angungsi/ rêgos-rêgos202

prapti/

mlumpat pagêr banun//

9. wus dèn andhar turira sujalmi/ ulun wong Sêpanyol/ sanèskara katur

sêdayane/ purwa madya wusana atiti/ Ki Koja nêbda ris/ lah iya sun

sanggup//

10. iki tandha jêruk sêpalih203

/ pêsthi ingsun paro/ kang sêpare204

ingsun

pangan dhewe/ sêparone lah buktinen nuli/ pêrnyata sun iki/ saguh wèh

rahayu//

11. wus sêlamêt sira ngusi205

mami/ gugunên sêbda ngong/ mêngko bêngi ing

pukul papate/ alungaa sing wêwêngkon ngriki/ ingsun asung wajik/ sawiji

gêng bagus//

12. angungsiya mring Êfrikah nagri/ anêmu krahayon/ lah uwis mangsuka dèn

age206

/ taman kari nuli ingsun kunci/ aja ngêtarani/ simpên wong dosa

gung//

200

# (kekurangan satu suku kata, seharusnya 6u) 201

anjlog * 202

rênggos-rênggos @ 203

iki tandha jêruk kang sêpalih # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 10i) 204

sêparo * 205

ngungsi * @ 206

lah ta uwis masuka dèn age # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 10e)

Page 158: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

138

13. sumarinthil wong Sêpanyol nuli/ lumêbu ing gêdhong/ taman kari kinuci207

wus dene/ koja bangsa luhur nuli mulih/ pukul nêm awanci/ sore dènya

mantuk//

14. sawêk208

lungguh Koja nèng pêndhapi/ kagyat sambating wong/

gumarumung anêngis swarane/ gya katingal wong kèh gotong jisim/ [145]

sêsambat kiyai/ putra dika lampus//

15. akêrêngan anèng têngah margi/ lawan wong Sêpanyol/ tatu pêdhang

sangêt ing lambunge/ bapa biyung Koja anangisi/ gya rinêsik nuli/

pinêrnah tablagung//

16. Koja jalêr eca dènya linggih/ tansah dhêlog-dhêlog/ osiking tyas nyata

mau kae/ wong manutan nging saha matèni/ marang anak mami/ kang

nèng jro gêdhong sun//

17. nanging ingsun wus gêbanjur yêkti/ mring sujalma sagoh/ angukuhi

sêlamêt ragane/ lapêr tandha kang jêruk sêpalih/ pun wêdi Yyang Widi/

macoco amuwus//

18. ya wus bênêr sun waliyut mami/ kuwasa malês ngong/ amatèni wêwalês

patinê/ nanging khukum209

iku tri prakawis/ matèni pinatin/ de ping

kalihipun//

19. angapura lan dèn diyat dhuwit/ katrine mêngkono/ angapura ingkang bae-

bae/ tanpa sabab mung eklasing Widi/ kang luwih utami/ iku kang sun

sarju//

20. kèndêl tanpa osik tanpa deling/ lamun wong Sêpanyol/ wus kagêgêm

anèng pangwasane/ dadya rêmpit datan ana uning/ sêdalu tan guling/ jêjêt

Koja lungguh//

21. sarêng sampun pukul pat i-[146]njing210

/ gya koja ponang wong/ mênyat

sangking lungguh lir isthane/ kadya ngumbar prihatin mring jawi/ taman

dèn lêboni/ tan na jalma wêruh//

207

kinunci * 208

sawêg * 209

kukum * 210

sarêng sampun pukul papat injing # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 10i)

Page 159: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

139

22. wus sinarog ingkang gêdhong mijil/ sujalma Sêpanyol/ risang Koja alon

sêbdane211

/ kèh sujalma panutaning nabi/ nging saking sun yêkti/ marang

sira tutur//

23. ingkang sira patèni ing wingi/ ika anak ingong/ lah ta ika nèng wisma

jisime/ nanging ingsun mring sira wus janji/ kena dèn ungsèni/ lan

pratandha jêruk//

24. kang sasigar sun bukti pribadi/ dene kang sêparo/ sira bukti wingi

pratandhane/ ingsun saguh kêna sira ungsi/ kang tan kêna yêkti/

anyêlêding wuwus//

25. tansah gumun eran dènya myarsi/ goyang kêpala wong/ Sêpanyol tansah

pasrah jiwane/ adhuh tuwan ingkang angsung urip/ badan amba mangkin/

sumangga sêkayun//

26. Koja nêbda ya tarima mami/ ananging sayêktos/ Gusti Alah212

durung

ngêrsakake/ mundhut nyawanira sira nanging/ têmah utang pati/ marang

anak ingsun//

27. sun inggati anyêlêt pêrjanji/ sira manggih layon/ ingsun trima ing Alah213

khukume214

/ dêmi ingsun awêca pêrjanji/ tuta wuri mami/ mupung mêksih

dalu//

28. ginawa mring pagêdhogan nuli/ ika wong Sêpanyo-[147]l/ glis sinungan

kuda lan sangune/ Koja angling mangkata dèn aglis/ praptane byar injing/

sêlamêt lakumu//

29. gêgancangan manurut ing dêling/ ika wong Sêpanyol/ datan ana wiji wruh

tingkahe/ ingkang jisim wus kinubur arji/ tinarimèng Widi/ Koja bangsa

luhur//

Rênggan Parang Anjola (Sinom, XLVII)

1. [148] sasinom lajuning kojah/ catur dasa sapta nênggih/ kala taun

angkanira/ sèwu pitungatus malih/ limang puluh kêkalih/ wontên

211

# (kekurangan satu suku kata, seharusnya 10e) 212

Allah * @ 213

Allah * @ 214

kukume *

Page 160: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

140

sasêngkaning wuwus/ wontên baita dagang/ dhumatêng gyane nêgari/

bangsa Wlanda sajuga ana wong palwa//

2. Wilwamore wêstanira/ [149] katuju awake sakit/ marang kancane tinilar/

baita amancal mulih/ marang nêgari Wlandi/ dene kang sakit Wilwamur/

tinitipakên marang/ pêrsanak sobat kang jalmi/ pun Kuduwu punika wong

puwah-puwah//

3. saklangkung matêng pêrsobat/ Wilwamure lawan jalmi/ puwah-puwah

amêmitran/ sarêju atunggil kapti/ tan ana walang ati/ Wilwamure lan pun

Kudwu/ sakite wus walulya/ nanging mingsih tunggil panti/ saha ngajêng-

ajêng baita kang prapta//

4. sangking nêgari Wlanda215

/ dènya mancal badhe mulih/ nunggil gênti

ingkang kocap/ wontên baita gêng prapti/ sing Sêpanyol nêgari/ kathah

isine kang prau/ sujalma puwah-puwah/ kacêpêng dipun wadeni/ mring

wong bangsa kulit putih puwah-puwah//

5. kèh kacêpêng winadenan/ pindha wade barang wadi/ wong puwah-puwah

brêmantya/ iyêk kumpul anggolèki/ marang wong kulit putih/ maharsa

amalês ukum/ wus mirêng ing pawarta/ lamun Wilwamure nênggih/ kulit

putih amondhok ing puwah-puwah//

6. pun Kuduwu arsanira/ iyêk catur dasa jalmi/ puwah-puwah ingkang

samya/ barintik rambut lir inthil/ tan wignya dawawèni/ tandya jalma

catur puwah/ minggah marang daratan/ [150] jujug kuduwu kang panti/

gumarudug pun kuduwu ngandhêg lawang//

7. lawang jaba ingadhangan/ e kanca bangsaku prapti/ mêntas sangking ing

baita/ padha prapta wisma mami/ lah ta arsa punapi/ gumarudug barêng

rawuh/ kumêsar manah ingwang/ asawang gawa prakawis/ puwah-puwah

kawan dasa barêng nêbda//

8. sira Kudwu ardalepa/ tur wus wêruh amiarsi/ sakèhing wong bangsa

Wlanda/ iya jalma kulit putih/ gêlah-gêlahing bumi/ anêtêpi pênggawe

dur/ sadulur-dulur lawan/ anak amba lanang sami/ dèn bêdhogi dèn dol

pindha dagangan216

//

215

sangking nêgari Walanda # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 8a) 216

# (kekurangan satu suku kata, seharusnya 12a)

Page 161: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

141

9. saèstu ingsun tan trima/ sarupane kulit putih/ bakal sun patèni kapya/

dene praptaning sun sami/ kene ana wong putih/ mondhok marang sira

kudwu/ lah iku tulungêna/ apa nganti sun lêboni/ sun patèni ana

sajronirèng wisma//

10. Kudwu alon sêbdanira/ iku bênêr sira sami/ wong kulit putih kang samya/

nganiaya angêdoli/ mring sadulurmu yêkti/ pantês padha sira ukum/

bunuhên patènana/ balik Wilmure wong putih/ aja sira patèni atine arja//

11. wong patang puluh anêbda/ jêr iku kulite putih/ pêsthi ingsun ukum pêjah/

Ku-[151]dwu sugal anêluri/ lah nora awèh mami/ wong nora dosa dèn

ukum/ wus pêsthi nganiaya/ amêksa kudu matèni/ pun Kuduwu brêmantya

netra dik abang//

12. lah iya cobanên padha/ padha arêp amatèni/ mring Wilmure kulit pêthak/

sabab dene bae putih/ nora dosa sayêkti/ sêlamêt ati rahayu/ lan iku

mitraningwang/ ingsun prajurite yêkti/ sun labuhi ingsun dhihin

patènana//

13. lah iya sapa kang arsa/ malêbu wêwangon mami/ joganingsun kawutahan/

gêtihe wong alus budi/ mara nrajanga aglis/ pun Kuduwu ngèsthi lampus/

mênêng wong kawan dasa/ sarta jro ati amikir/ èstu bênêr kabèh mundur

lêlarasan//

14. pun Kuduwu tine lêga/ atuju bisa bali217

/ Wilwamure wus pinajar/ gêgêtun

sukur ing Widi/ gya sawêtara ari/ Wilwamur lawan Kuduwu/ mêtu kalih

lêlèwang/ kapêthuk wontên ing margi/ kêlawan wong puwah-puwah

kawan dasa//

15. samya angajak tabeyan/ puwah-puwah aminta sih/ katujune nora sida/

Wilwamure dèn patèni/ sidaa iki mati/ amêsthi kapya pêrahu/ kang

kinaryambil mina/ binusak kinêlêm warih/ sabab dene kêna duka

dewanira//

217

atuju bisaa bali # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 8i)

Page 162: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

142

Rêrênggan Singa Parang Guthak (Pangkur, XLVIII)

1. [152] laju kojah sinoma/ ingkang kocap jalma ngêrum nêgari/ nênggih iku

bangsa luhur/ pilênggah wus bupatya/ tamping ing rèh kapya

babundhêling dhusun/ tuwa buru golèk macan/ sêsaosan pêndhak warsi//

2. macan gêbong lèrèk miwah/ tutul ko-[153]mbang kapya kang ponang

dikbi/ kêrana nêgari ing Rum/ langka tan ana sima/ sangking manca

jajahan ing wana gung218

/ kocap bopati tampingan/ kang darbe abdi

sawiji//

3. kêna dosa raja pêjah/ wus kabênêr ingkang aran Endroklis/ miruda

minggat ing dalu/ sangking ajrih kinisas/ ingupaya lami tita tan

kêpangguh/ ubêng nagri tuwin wana/ tan panggya sira Endroklis//

4. minggat nusup ngayam alas/ jurang-jurang jêro dipun lêbêti/ sungril-

sungril singup-singup/ sumêngka minggah cala/ wus kalunta-lunta lêpas

inggatipun/ wana tanah ing Ifrikah/ pun Endrok umpêtan dhêpit//

5. lumêbèng sajroning guwa/ dèrèng arga rungkut singup maluwih/ datan

mangan datan nginum/ sayah saklangkung lêsah/ kêpanasên ngungsi

guwa bantar turu/ cinatur guwa punika/ pakipone lorèk dikbi//

6. gêmbong maluwih gêngira/ saturangga wayah byar injing219

/ sang macan

sêmana mantuk/ guwa pakiponira/ sangking ngambil mêmangsan apêksa

turu/ kagyat dènira umingal/ jro guwa ana wong guling//

7. gêro-gêrêng nèng dagannya/ sang Endroklis kagyat anuli tangi/

dharodhok220

anyipta lampus/ ma-[154]can gêrêng ngucapa/ èh ta jalma

aja sira maras takut/ ingsun wêdi marang sukma/ lamun sikara mring

jalmi//

8. balik ingsun iki susah/ luwih sakit sikilku ngarêp kering/ têka dene

amêthunthung/ beda lawan kang kanan/ sira macan sikile kang lara abuh/

tinumpangakên ing panggyan/ nira jalma sang Endroklis//

218

sangking manca jajahan ing wana agung # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 12u) 219

# (kekurangan dua suku kata, seharusnya 11i) 220

dharodhog *

Page 163: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

143

9. gêrêng lêga amêmêlas/ minta-minta pitulungan dilati/ sang Endroklis

ingkang suku/ manah nir sampun nêkat/ tandya nora tinubruk lawan

binêkuk/ sukèng tyas angrasa gêsang/ sang Endroklis mari ajrih//

10. nèng panggyan ngiling-ngilingan/ sabab abuh katon slusubên ing ri/

dinudut wus kêna ucul/ rah mêdal pinijêtan/ nanah untas ènthèng mulya

sakitipun/ sang macan trêngginas mêdal/ nora suwe nuli bali//

11. abopong ponang mênjangan/ pinurakên ngarêpira Endroklis/ purak

daging gajihipun/ dèn pelawan angagar/ gêni dadi daging gajih binakar

wus/ matêng kang kinarya mangan/ nèng jro guwa si Endroklis//

12. sêlamanira mêngkana/ saya trêsna sanak lan macan jami/ tan towong ing

panganipun/ macan ingkang ngupaya/ sakêlangkung manrimanira jro

kalbu/ a-[155]pa ingsun walêsêna/ sang jalma amitulungi//

13. yèn siyang runtung dadolan/ sirèng wana ana jalma udani/ nêngna

ingkang sampun kumpul/ Endroklis lawan macan/ gêntya kocap bupati

tampingan nêngguh/ prapta alas ing Imrikah/ baburu ngupayèng dikbi//

14. gêmbong tutul lawan kombang/ sêsaosan pamêngane Sang Aji/ narendra

gêng nagri ing rum/ lawan kidang mêncangan221

/ kêbo danu banthèng

èstri lawan jalu/ sungu dwi kinarya carat/ cakur obat wadhah pranti//

15. abêkta sakêthi jalma/ pêrantine dènira ngangkah dikbi/ kala luwang

myang bakukung/ tinitik ingulatan/ lamun wontên tilas tapak macan

anung/ pinêrsudi minrih kêna/ sawênèh macan dèn blêdig//

16. kapèpèt tandya dèn canggah/ sampun angsal astha kang ponang dikbi/

nuli ana ingkang matur/ bakukungnya wus angsal/ macan agêng kagila

ngungkuli kang wus/ kêna ginarabog samya/ juga macan kagiring222

//

17. kocapa ingkang singidan/ anèng guwa tatèng dènira bukti/ sanake macan

tan pangguh/ luwe kaluwen boga/ nora krasan tan ana rowange jalmu/

dadya mêtu sangking guwa/ mingak-minguk kya kaèksi//

221

mêncangan * 222

juga macan pun kagiring # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 8i)

Page 164: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

144

18. marang jalma bujung sisam/ [156] gya manyêlak Endroklis tanya aris/ ki

sanak sintên tinuduh/ pêngagêng bujung sima/ lon sumaur Bupati tamping

ing Rum223

/ osiking tyas kabênêran/ ingsun arsa asrah pati//

19. marang ing bêndaraningwang/ nora kêlar pisah tan awor jalmi/ tan

antara gya andulu/ sênapatining lampah/ nora samar yèn iku

bêndaranipun/ cakêta nuli sinapa/ lah sira iku Endroklis//

20. gadhêpêk anêmbah-nêmbah/ gih Bêndara kawula asrah pati/ matur

saneskaranipun/ unggyan lami singidan/ gya manuduh Endroklis kinon

amikut/ saosasêna mring nêgara/ pama dèn kunjuking aji//

21. iku sujalma kang minggat/ si Endroklis dèn duwa lawan dikbi/ ujar iku

dosa lampus/ iku ana juga224

/ macan gêdhe sêmune galak saklangkung/

suwunên iku dèn duwa/ kêlawan jalma Endroklis//

22. rampung wêwêling gya kentar/ wus kairit sima lawan Indroklis225

/ datan

kawarna ing ngênu/ prapta ngêrum nêgara/ sampun kunjuk kapya

panuwuning prabu/ sêmana sampun kalilan/ pêngadune besuk Isnin//

23. wong gladhag akarya unggyan/ pêng-[157]abênan kêrangkèng kidul

waringin/ salèr tratak rambat kukuh/ jêmbar saèstu pelak/ wus

ngundhangan kapya sujalma ing dhusun/ risang Kangjêng Maharaja/

angabên macan lan jalmi//

24. ri Isnèn jêbêg naningal/ lun-alun lèr kêbêg pênuh sujalmi/ ajêjêl

mangewu-ewu/ prajurit ingkang samya/ anjajari wiyosira jêng Sang

Prabu/ bêndara putra sêntana/ punggawa mantri bupati//

25. pêpatihira narendra/ risang wajir aklamu tuhu wêgig/ sêbarang cocok lan

Prabu/ pêrdongga ri wusnya/ sang Endroklis sampun linêbokkên kurung/

binusanan lir pêngantyan/ rêspati dodote kuning//

26. sasumping gajah ulingan/ agarutan cêlananira putih/ curiga pinugut

pucuk/ jèngkèng madhêp ing nata/ wus pinilih-pilih sima pribadi gung/

barung kodhok ngorèk munya/ Endroklis tan darbe gêtih//

223

lon sumaur kya Bupati tamping ing Rum # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 12u) 224

iku ana sajuga # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 7a) 225

Endroklis @

Page 165: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

145

27. darodhog anyipta pêjah/ wus anêdyaa layar marang pati/ pinêtokên kang

sima gung/ dhasar anglih manggalak/ krura anggroman nracak krangkèng

mandhuwur/ anjlok226

mangandhap lumiyat/ medet lèr wontên sujalmi//

28. maharsa nubruk sêkala/ nanging wurung sima mawas mawanti/ [158]

Endroklis jêngêr anjêntung/ grègèli curiganira/ wus tan samar tingalira

kang sima gung/ yèn iku sudaranira/ ingkang anambani sikil//

29. buntut ngawêt dwi kupingnya/ ngadêg bênêr lumaku mindhik-mindhik/

adilati tangan suku/ colat-colot abungah/ sasuwene datan sah ingambus-

ambus/ suku bahu miwah tangan/ nira kalih sang Endroklis//

30. tan samar pandulonira/ lamun macan sanakane wus arji/ duk kala anèng

wana gung/ yèn jalma kêkanginan/ pisah lawan ing mangke têmbe

kêpangguh/ gêrêng-gêrêng amêmêlas/ isthane kadya nangisi//

31. kapya jalma gêgawokan/ tansah eram goyang kêpala sami/ angêndika

jêng Sang Prabu/ èh Endrok kaya ngapa/ dene macan kawan sira luwih

lulut/ matur saha awot sêkar/ dhuh gusti ratuning bumi//

32. ature kapya dèn andhar/ sanèskara madya wusana titi/ langkung trustha

Sang Aprabu/ lah sun uripi sira/ lan kasraha macan dadiya sadulur/

Endroklis sujud ing kisma/ wus winêtokakên sami//

33. sujalma kêlawan macan/ tansah kinthil bungah nèng ngarsa wuri/ apindha

sona dèn ing-[159]u/ ingkang bakda mung alam/ datan mawi sikara mring

jalma tut227

/ tulus dènya saduluran/ Endroklis amalês arji//

34. êliting dongèng mêngkana/ dene iku sato galak maluwih/ tur wus

panganane jalmu/ sêpa prandènira bisa228

/ sirna ilang galake maluwih

tutut/ anrima ing kabêcikan/ nira jalma amalês sih//

35. manungsa manèh mêngkana/ wus wajibe trima sokur ing ati/ amalês sih

lan rahayu/ mring sapadhaning jalma/ kang bêciki karya arja badanipun/

saha nampani ganjaran/ ing sukma tikel sêdèsi//

226

anjlog * 227

datan mawi sikara mring jalma tutut # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 12u) 228

sêpa dènira bisa # (kelebihan satu suku kata, seharusnya 7a)

Page 166: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

146

Rêrênggan Wiwara Raja (Dhandhanggula, XLIX)

1. [160] nahan ingkang rinuwiyèng manis/ èstu ingkang tumrap dadya

kojah/ pêjajahan bala di kèh/ anènggih wontên têmbung/ jalma kadwi jalu

pra sami/ atut asaudaran/ amêmitra karuh/ duk jamane ratu buda/ kang

wakhidun kya Dhamon ingkang wêngwangi229

/ juganya ran Pitiyas//

2. sira Dhamon amanggih bilahi/ wus kapêgang marang ing nêgara/

kabênêrkên akukume/ do-[161]sa gung raja lampus/ mitranira mingsih tut

wingking/ ingkang aran Pitiyas/ ngêtutkên sapurug/ Dhamon klêbu

pabêlokan/ wêlang unjuk marang parèntah nêgari/ yèn kenging

pinarêngan//

3. sarèhira arsèng manggih pati/ dèrèng pamit marang bapa biyang/ sêdene

anak rabine/ yèn tan pêrcayèng kalbu/ anyaosi gantosan jalmi/ upami

nyidranana/ Dhamon datan wangsul/ gantosan purun lirokna/ kya Pitiyas

inglabuwi kukum pati/ riwusnya kinarilan//

4. kya Pitiyas lumêbèng piranti/ Dhamon mantuk mring nêgaranira/ janji

wus matèng karana/ lamine tan cinatur/ sirèng mangsa êmèh dhatêngi/

dina pangisasira/ Dhamon nora wangsul/ narendra langkung sumêlang/

awusana têdhak unggyane piranti/ lon dènya pasrangkara//

5. èh Pitiyas sira datan uning/ binalithuk Dhamon sira cipta/ nora angeman

umure/ bakala kêna khukum230

/ linirokên umurmu pati/ pra tuwin umur

liya/ sak iki gadêbus/ tan wurung sira priyangga/ kêna kisas ginantung

prapta ing lalis/ Dhamon saèstu cidra//

6. sang Pitiyas swaya maha manis/ adhuh gusti kang ngasta ku-[162]wasa/

pêparinging dêwa luwèh/ eklasing atur ulun/ saluguting ing kolang-kaling/

datan darbèni uwas/ Dhamon mitra ulun/ saèstu inggih tan wignya/

anêkêm madu para kang dèn wêstani/ kêkah tan wignya cidra//

7. kautaman kang amba cêpêngi/ kadya ulun lumiyat wêspada/ mring

pambêkan ulun dhewe/ sênajan abalithuk/ ulun pasrah mring dewa luwih/

sabab pun Dhamon ngarja/ pêrluning tumuwuh/ pamit bapa lawan

biyang/ anak rabi mitra karuh myang nêgari/ saklangkung pêrlonira//

229

wêwangi * 230

kukum *

Page 167: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

147

8. sun tatêdhahe angin kang ngidid/ pambêngana pikajênganira/ pun

Dhamon wangsule mrene/ yèn sampun ulun lampus/ anêbusi yuswanta

yêkti/ Dhamon sira praptaa/ sabab wus sun têbus/ lalironing umurira/

krana umur kawula tan patya gati/ ujar wus ulun sagah//

9. Sri Narendra eram dènya myarsi/ gèdhèg- gèdhèg gawok lêgawanya/ ing

pati dèn lilakake/ arsa ngêndi kawurung/ kanggêg- kanggêg tumungkul

aji/ agya kundur gêdhatyan/ ing dina wus tutuk231

/ Dhamon tita nora

prapta/ gya Pitiyas sampun dèn anggon-anggoni/ busana sarwa seta//

10. winêdalkên sangking ing piranti/ la-[163]mpahira ayêm sukèng driya/

alon amanis sêbdane/ puji kula wus kabul/ dhatêng dêwa kêng maha

luwih/ pratandha anginira/ angidid saklangkung/ èh Dhamon

sudaraningwang/ aja prapta lamun sun durung ngêmasi/ nêbusi

yuswanira//

11. sarêng sampun Pitiyas dènyangling/ sarwi ngêningakên ciptanira/ datan

antara suwene/ ana swara gumrunggung/ sangking têbih tinundha dening/

sirèng sujalma kathah/ swara kang karungu/ wurungna lah wurungêna/

sang Pitiyas durung bênêrirèng pati/ datan suwe gya ana//

12. jalma prapta nanderakên wajik/ miyak-miyak jalma kang nêningal/ pra

tuwin miyak barise/ prajurit anung-anung/ tuwin kangjêng Sri Narapati/

wus lênggah anèng papan/ mèh cumanthèlipun/ jalma jlog sangking ing

kuda/ gya mangrangkul Pitiyas sadulur mami/ luwaran sangking kisas//

13. sabab ingsun awaki pribadi/ akariya nèng dunya awirya/ ingsun jurungna

dewane/ Pitiyas sakêlangkung/ gumun eram mitrane prapti/ jêngêr tan

wignya ngucap/ pitênggêngên jêntung/ awake asrêp kang sarta/ ulat biyas

asêrêt pamêdharing ling/ dhuh Dhamon mitraningwang//

14. kaya priye marga wignya prapti/ sarèhira umur datan kêna/ sinambungan

u-[164]muring ngong/ mangsa cuwaa ulun/ wus anêdya layar mring pati/

belani yuswanira/ datan mandhêg mangu/ sêkalih arêrangkulan/ risang

Kangjêng Maha Prabu duk umèksi/ eklas pujya mamitra//

15. kadwinira alegawèng pati/ datan wignya Prabu anênggulang/ sumuke

kautamane/ jlog sing dhampar Sang Prabu/ amêpêki sakitan kalih/ èh

231

tutug *

Page 168: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

148

wong karo mêmitran/ tanpa timbang sarju/ sun uripi karonira/ alêgaa

sarirèngsun mèlu manjing/ dadi sudaranira//

16. sabab sira ingkang wignya kalih/ anglairkên kuwasaning dewa/ kêlawan

kautamane/ dadya panutan èstu/ inguculan ingkang piranti/ Dhamon

lawan Pitiyas/ sinungan ugyan232

wus/ lawan ngêbyukên kamulyan/ risang

narpa datan pêgat anindaki/ mring unggyan kalihira//

17. paring undhang kangjêng Sri Bupati/ marang kapya jalma sanêgara/

lawan pangèstuning rajeng/ mêngkana kang pitêmbung/ èh sakèhe

wawêngkon mami/ jalma èstri lan priya/ padhaa sumurup/ si Dhamon

lawan Pitiyas/ lah tirunên lêlabuhanirèng urip/ patrape amêmitra//

18. kabèh padha anjurungna sami/ ing dawane umure nèng dunya/ Pitiyas

lawan si Dhamon/ manggiha slamêt ayu/ akoraka kapya bala di/ ka-

[165]lihe iku wignya/ anglairakên gumun/ pangêram-erami jalma/

kuwasane ing dewa kang maha luwih/ saha utamanira//

19. riwusira mêngkana Sang Aji/ Dhiyonisiyus Sasili praja/ nglairakên

utamane/ paring ganjaranipun/ marang Dhamon Pitiyas kalih/ gya

kinulawisuda/ sang kalih jinunjung/ dadya kurnèl kalihira/ musakani

tatumbal nagri Sasili/ molungatus bayarnya//

20. pinaringan panti cêlak puri/ lawan malih pinaringa rèrèyan233

/ kapya

wong mardi kêkabèh/ punika ingkang ngajum/ ginèrèt mring kamulyan

kardi/ lawan sinungan karya/ ingkang alus-alus/ sabên-sabên Sri

Narendra/ gunêm tingkah kamukasyan kang marang pati234

/ Dhamon

lawan Pitiyas//

21. nênggih kalih kang tinari-tari/ kapêrcaya tekat mring kamukasyan235

/

tuwin tingkah mring krahayon/ kêrana wus kadulu/ kabulira mring dewa

luwih/ sinungan pangawikan/ wêkasing tumuwuh/ ing gêsang amanggih

lena/ lènanira aywa kongsi manggih sisip/ sinimpên galih arja//

232

unggyan * @ 233

lawan malih pinaring rèrèyan # (kelebihan satu suku kata, seharusnya 10a) 234

gunêm tingkah kamukasyan marang pati # (kelebihan satu suku kata, seharusnya 12i) 235

kapêrcaya tekat kamukasyan # (kelebihan satu suku kata, seharusnya 8i)

Page 169: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

149

Rêrênggan Candhi Cêmpurung (Pocung, L)

1. [166] gêntya kocap anênggih ingkang winuwus/ sasêngkaning kojah/

têtumrap nagri Sêsili/ sinatriya bangsa luhur Sang Pangeran//

2. Sang [167] Pangeran Dhilasêkalas jêjuluk/ kocap pêndhak warsa/

wiyosan kalaning lair/ ropyan-ropyan nyanyuruhi dhahar eca//

3. marang kapya sêntanane bangsa luhur/ tuwin pêrsanakan/ mitra karuh

dèn suruhi/ munggèng bangsal pêndhapa asri rinêngga//

4. dhahar berboja saboja tan ketung236

/ asugih sudaran/ wênèh injing

andhatêngi/ angsung kurmat ing kêrsane Sang Pangeran//

5. nata aglar kursi kêmeja supênuh/ gya abdi kêpala/ pawon sumusul ing

ngarsi/ anèng kamar unggyanira tata dhahar//

6. lon umatur bêndara kula angsung wruh/ jalma wade ulam/ loh adi

gêngnya maluwih/ ulun awis botên limrah wêwadeyan//

7. Sang Pangeran mèsêm pasrangkara arum/ tukunên dèn kêbat/ yya takut

banyaking argi/ aja petung lagi pêrlu karyanira//

8. juru pawon umatur inggih panuju/ nanging botên limrah/ tan mawi

anuwun dhuwit/ mung gigire kaping satus dèn poloa//

9. lan pênjalin asagah têgêl tan wiguh/ datan nginggatana/ sajêblès sabêt

pênjalin/ gèdhèg gumun Sang Pangeran sarwi têdhak//

10. lan sêntana andhèrèk kang prapta esuk/ jibêg anèng bangsal/ kang wade

ulam pinanggil/ mare-[168]nea lah sapira tawanira//

11. nyata gedhe abênah lan sebanipun/ adi iwakira/ kang wade ulam turnya

ris/ gih bêndara botên ulun wade yatra//

12. gigir amba dèn gitika kaping satus/ tan nginggati amba/ jêblès sinabêt

pênjalin/ lamun botên mêkatên lun wade lila//

236

dhahar berboja saboja tan kaetung # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 12u)

Page 170: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

150

13. Sang Pangeran ngandika sarwi gumuyu/ bêcik kêna ingwang/ lah gamêl

mara dèn aglis/ turutana wong wêkêl pênjalukira//

14. nanging aja kok gitika sêru-sêru/ dadi mène mayar/ aja kongsi bangêt

sakit/ ingkang wade mina cucul kulambinya//

15. sarwi nêpda237

ki sanak dèn bênêr etung/ kula botên tampa/ sajêblès

lamun aluwih/ dipun bênêr kisanak pangetungira//

16. gya tumandang wong gamêl nabêti gupuh/ lan pênjalin malang/ têgêl nora

ngêsês sakit/ kapya jalma lumiyat luwih gawokan//

17. dene têgêl gigire sinabêt wilur/ jangkêp sêparonya/ sèkêt gitikan anolih/

èh ki sanak sabêt dika lèrènana//

18. sampun jangkêp sêparo ingetungipun/ kang sèkêt jeblèsan/ wontèn

ingkang andarbèni/ rêncang kula bêbathon awade ulam//

19. Sang Pangeran ngêndika sarwi gumuyu/ priye jarwanira/ têgê-[169]se

aturmu wanci/ gih bêndara abdi dalêm têngga lawang//

20. ingkang jawi ulun wau prapta esuk/ nyaosakên ulam/ nanging asru dèn

gandholi/ nêdha janji anêdha sêpalihe wang//

21. yatranipun pajêngan ulam puniku/ ulun inggih suka/ nanging apa-apa

warni/ dipun paliha bingah kang têngga lawang//

22. kapya jalma lir sinêntak dènya guyu/ pangran pasrangkara/ baya si

Gêbayan jail/ ingkang aran si Sayuda adad238

jawal//

23. lah panggilên marene dipun agupuh/ loro gamêl sira/ gêbugana dèn

matitis/ sarosamu ujar iku kang dèn ajab//

24. sarêng prapta ulate biyas asêbut/ mungkir gudadapan/ tan ngrasa darbe

pêrjanji/ kancanira dadi sêksi lamun nyata//

25. ingêmplokkên wit sawo cinancang kukuh/ gamêl dwi tumandang/ Sayuda

bêngok anangis/ adhuh ngêsah adhuh gusti botên dosa//

237

nêbda * 238

adat *

Page 171: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

151

26. pulintiran yèn ginêbug sambat biyung/ biyung aku tobat/ anèh adol nuwun

gitik/ saya gumyak guyune priyayi kathah//

27. Sang Pangeran parèntah ing gêdhongipun/ ganjarên dwi dasa/ dinarsi

juru pêmancing/ besuk pêndha-[170]k ya sêmono ganjaranya//

28. dene wignya karya sukane wong agung/ kapok ing sikara/ Sayuda mingsih

anangis/ wilur-wilur gigire angêmu darah//

29. èstri prapta nangis bêkta bêras kêncur/ dene nora nyana/ nora ngrasa

manggih sakit/ gya jinanji akapok malima liya//

30. asikara jaluk untung tanpa surup/ druwili atobat/ ingapura kinon malih/ si

Sayuda wignya akarya kêsukan//

Rêrênggan Palwa Rumbara (Mêgatruh-Gambuh, LI-LII)

Mêgatruh, LI

1. [171] artikêl ping sèkêt siji amêgatruh/ kocapa Juragan sugih/ maharsaa

cari untung/ dagang mring nêgari Anggris/ numpang palwa kapal

agrong//

2. [172] kang darbèni pangwasa kapal pêrahu/ mingsih kapitan asugih/

barange juragan sampun/ ngêmotakên prau sami/ pênuh baita kang dèn

mot//

3. wus sumêkta wong kang jaga safinatun/ panduman lawan kamudhi/ juru

Malim wus sawakul/ kantun bidhal mancal nanging/ mingsih akèh kang

dèn antos//

4. kya Juragan pandugane mingsih dangu/ sêjane sabêntar mulih/ arsa

jênèwêr anginum/ mung sagêlas udud nuli/ cêngkelak bali gya badhol//

5. saulihe Juragan mancal kang prau/ tan ana usung udani/ Juragan

anggana wiguh/ kêtunan nutuhi dhiri/ ika praune wus adoh//

6. wira-wiri Juragan amloya-mlayu/ dèrèng antuk musthi pikir/ nèng têpi

samodra bingung/ barange kabèh wus lari/ anèng ing baita kamot//

Page 172: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

152

7. pan wus lêpas ananging mingsih kadulu/ cêluk-cêluk tan kapyarsi/ gya

angsal pangèsthi kalbu/ angêlêt baita alit/ kang dèn lampahkên wong

roro//

8. gya manumpak juragan kasusu-susu/ manujwa udan wor angin/ [173]

baita agêng kumbak kumbul239

/ angin lêmpêr dadya rindhik/ kasusul

lampahira wong//

9. samya kumpul sajêroning palwa agung/ dadya nora na udani/ prau alit

dènya wangsul/ Juragan minggah alinggih/ anèng baita angêpoh//

10. sandangane labête kodanan buyut/ rowange kagyat ningali/ Juragan

kawula nuwun/ kêbêse kang ponang kahin/ kapya pundi dènya rawoh//

11. kya Juragan sing lêga ambêg mêthunthung/ songar umuk karya sandi/ kèh

kapya kanca andulu/ ulun lurah baut nglangi/ saèstu dadya paguron//

12. ngambah warih wus kadya daratan mlaku/ inggak-inggak ulun nglangi/

niki jarit kula kalbus/ wong saprau gawok myarsi/ sawênèh wicantêning

wong//

13. èh dubilah Juragan panduka baut/ lakune kang safinatin/ wus kalih êjam

saèstu/ yèn dharata kalih ari/ tuhu kula dèrèng tumon//

14. tansah goyang kêpala sakancanipun/ Juragan saya mêthingkring/ nêngna

ingkang sami gumun/ lampahe kang safinatin/ akras angsal angin

dhoyong//

15. sampun prapta muara pa-[174]beyanipun/ anênggih nêgari Anggris/

kapya jalma mêntas sampun/ sabarange dèn usungi/ mring dharat kapya

ponang wong//

16. ting salêbar sujalma acari untung/ wênèh jagongan alinggih/ nèng wisma

pabeyan kumpul/ samya umbag libar pikir/ sawênèh angomong-among//

17. tandya ana wong Anggris abangsa luhur/ nêbda ngumukên wong nglangi/

kisanak kabèh bakal wruh/ miyat naton baut nglangi/ juru Pabêlah240

juga

wong//

239

baita gêng kumbak kumbul # (kelebihan satu suku kata, seharusnya 8u) 240

pambêlah *

Page 173: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

153

18. tanah ngriki sakubêng pribadi punjul/ ta wasis baut anglingi/ sêpdane

kamoran umuk/ tandya kancane kang prapti/ Juragan ingkang cêlathon//

19. amêndêlo nyambungi sumêca clathu/ ki sanak kawula dugi/ jalma

pambêlah prêrahu/ kawula pêsthèkên kèri/ gêbaudan nglangi kang wong//

20. lan Juragan kawula kang mêntas rawuh/ sajêg kumlip dèrèng uning/

tiyang nglangi langkung baut/ wong Anggris nauri angling/ Pambêlah

tuhu wus moncol//

21. kêdrawasan adangu sami prêdudun/ angukuhi wignya nglangi/ wêkasan

samia purun/ kêncangan samya toh ringgit/ wang mas têlungèwu

krompyong//

Gambuh, LII

1. [175] wus sami kêncêngipun/ sinêksènan pra prayayi241

kumpul/ pating

craèk kancane kang sami nêmpil/ nguncal-inguncalkên ngundhung/ wang

êmas pating pancorong//

2. pindha angabên sawung/ jalma iyêg sami kathahipun/ wong Pabêlah242

sêmana sampun cumawis/ ginabèh ing ngabang tanduk/ wus mathênthêng

purun layon//

3. Juragan gya dèn ruruh/ mring kancane ingkang sami rawuh/ datan dangu

sêmana sampun pinanggih/ kancane ririh turipun/ kya Jurag ulun

yêktos243

//

4. tuwan mriha kadulu/ wontên ngriki ing nêgari agung/ gêbaudan panduka

wignya anglangi/ kandêling ngong marang ratu/ pêsthi gung ganjaran

katong//

5. inggih sayêktosipun/ sampun kula pêsthèkakên ugul244

/ tinandhingkên

lawan wong pambêlah nglangi/ dawêk245

kula turi têmu/ mring pabeyan

awuwuh toh//

241

priyayi * 242

pambêlah * 243

kya Juragan ulun yêktos # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 8o) 244

unggul * 245

dawêg *

Page 174: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

154

6. juragan kagyat jubul246

/ osiking tyas basakkêna ingsun/ masang gêlar

mung ngambil pakering247

/ sasab-sasab lair baut/ sayêktine ingsun cotho//

7. lamun angambah banyu/ [176] lah kapriye iku wus gêbanjur/ dipun tohi

ing kanca baudan nglangi/ iki salah ta wong umuk/ lah kapriye wêkasing

don//

8. datan sah jêngêr jêntung/ gya manekat masang gêlar ingsun/ ingkang

rapêt aja kongsi anjodhèri/ kancane ngrarêpa muwus/ suwawi tuwan

kêpanggoh//

9. dene yèn mangke untung/ toh tri èwu sapêrtigan katur/ kya Juragan

amèsêm sêmu kadugi/ lah aja cilik atimu/ mangsa ta wêdia ingong//

10. lah payo padha pangguh/ gya lumaku nèng marga aruntung/ praptèng

wisma pabeyan jibêg kèh jalmi/ ingkang samya adêdulu/ pra tuwin jalma

nantang toh//

11. Juragan dusa pangguh/ lon manêbda ambilên dèn gupuh/ kothak cilikan

lan anggurahi sawiji248

/ iwakan nêm tugel iku/ isèkna ing kothak kono//

12. Juragan nuli cancut/ kothak cilik andhadha dipun rut/ anèng gigir lir

ngarja srèmpang mathinthing/ karya songar obahipun/ lir wong nglangi

inggak-inggok//

13. gadhêpêk nuli maju/ wong pabêlah249

prau kang dèn udu/ kya Juragan lah

punika ka-[177]dos pundi/ dene mawi ting bariyut/ janji tan kenging

mêngkono//

14. lamun isaratipun/ bêtah nglangi nèng sajroning banyu/ kya Juragan

amèsêm dènya nauri/ lah pun salah tampa kalbu/ dede sarat-sèrèt bah-

boh//

15. punapa tiyang mlaku/ botên mawi anêdha ing ngênu/ anyawisi ing mangke

kêlamun anglih/ lah daka250

gawa asangu/ sabab sêpala sangu ngong//

246

jumbul * @ 247

amasang gêlar namung ngambil pakering # (kekurangan dua suku kata, seharusnya 12i) 248

kothak cilik lan anggurahi sawiji # (kelebihan satu suku kata, seharusnya 12i) 249

pambêlah * 250

dika * @

Page 175: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

155

16. wus kula pêsthi kalbu/ dika botên kula sungi sangu/ sabab inggih sangu

kula mung sathithik/ juru Pabêlah251

amuwus/ bok sampun mawi

gêguyon//

17. sapintên dangonipun/ lah ing mangke nglangi samodra gung/ kya Juragan

songar brêmantyane trandik/ lah dika botên angêbug/ wang êmas pating

pancorong//

18. yèn botên kula pêsu/ mêsakake kalah kancaningsun/ niyat kula dhatêng

Prasman kang jêladri/ anuli kula alaju/ mring sêgarane Sêpanyol//

19. kutha kang wêkasipun/ mangke bêngi alèrèn wak ingsun/ mring malelah

ngupaya inuman malih/ myang tatêdhan ing kakêcut/ e-[178]njinge

mangkat nglangi ngong//

20. kutha Pèneci ingsun/ napa amung gêbyur sadumuk252

/ mula wau andika

lun wêkas wanti/ yèn wana darat asung253

/ tatêdhan botên akewoh//

21. sarya sru gêdrug-gêdrug/ pun sumbrana wong Pabêlah254

prau/ ulatira

suda-suda nuli putih/ sing ajrih tan wagnya255

muwus/ nuli mênyat

lumakya lon//

22. marang bêndaranipun/ bisik-bisik gumêtêr turipun/ lah Bêndara kula

sampun tan kadugi/ yèn mêksa panduka purun/ ayonana pribadi wong//

23. kawula dèrèng dulu/ wong mêkatên tingkahe nèng banyu/ linguk-linguk

wong anggris ingkang ngêtohi/ abêkus sarwi anutuh/ lah kowe iku dudu

wong//

24. lêstari kawonipun/ uwang êmas ingkang tigangèwu/ wus binage tri bage

sêbage nuli/ katur ing juraganipun/ wuwuh korak èstu moncol//

251

pambêlah * 252

napa amung anggêbyur sadumuk # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 10u) 253

# (kekurangan satu suku kata, seharusnya 7u) 254

pambêlah * 255

wignya *

Page 176: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

156

Rêrênggan Padma Kinawi Rêngga (Asmaradana-Maskumambang, LIII-LIV)

Asmaradana, LIII

1. [179] artikêl ping sèkêt kalih/ ambênêri ingkang angka/ sèwu wolungatus

maleh/ nêm likur warsa sêmana/ ingkang kabênêr kocap/ wong Anggris

sajuga iku/ kang manggèn krime nêgara//

2. [180] anênggih kya Fulan nami/ tanpa rowang mu256

prayoga/ mring

nagri Frakik sêdyane/ ambêkta brana pusaka/ pinêrnah lopak-lopak/ alit

kêncana asêpuh/ ing jro kêbak isi sotya//

3. pênuh kêbak ingkang isi/ mawarni intên barleyan/ hèr bumi pating

pancorong/ kinandhut kanthong bajunya/ nèng dhadha tan katara/ mêdal

dharat lampahipun/ mêdal ing warsaa tanah//

4. tanah Fulên nuli kampir/ kèndêl ing griya pondhokan/ saèstune griya

lusmèn/ eca kèndêl sarwi nêdha/ wusing boga gya mêdal/ midêr-midêr

anèng lurung/ kasiliring samirana//

5. lon-lonan lumakya ririh/ kanan kering tiningalan/ tandya na jalma

sawiyos/ bangsa Yahudi agama/ anut ing nabi Mungsa/ ing wancine

sampun sêpuh/ amanis netra sumringah//

6. èstu wong upama budi/ kyai Dajul namanira/ tanpa rowang amung ijèn/

nèng ratan alon lumampah/ kapêthuk madyèng marga/ asung tabe

kalihipun/ kèndêl satêpining marga//

7. sanèsing bagi-binagi/ karênan gunêm kadwinya/ kya Pulan257

ma-

[181]sajakake/ nama tuwin nêgaranya/ lawan ingkang sinêdya/ mèsêm-

mèsêm kyai Dajul/ sumèh sumarah sêkarsa//

8. inggih kêlamun marêngi/ kula inggih taun ngarsa/ badhe dagang dhatêng

krime/ minta pondhokan mring anak/ ing kêlamun lêga258

/ kula turi anak

ulun/ amondhok wisma kawula//

256

mung @ 257

Fulan @ 258

ingkang kêlamun lêga # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 7a)

Page 177: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

157

9. pirêmbage nuli dadi/ tandya tut wuri kya Fulan/ marang Yahudi wismane/

ing jawi langkung prayoga/ pagêr banon awiyat/ galèdhègan ngapit

lurung/ papêthètan asri raras//

10. korine tinundha katri/ supênuh wong ingkang jaga/ kocaping Fulên

kinaot/ Yahudi kasugihannya/ dhasar pudi259

lêgawa/ sapraptane

wismanipun/ wong Anggris sinuba-suba//

11. murup rarêngganing panti/ gêdhong gêng kiwa têngênnya/ ting cranthèl

ingkang sêtalop/ tuwin ingkang pandam krêstal/ kya Fulan wus pinêrnah/

anênggih nèng dalêm agung/ asri pênuh ing sunggata//

12. kang èstri tumut manggihi/ kyai Dajul sêbdanira/ èh kya Fulan

putraningong/ sampun anak ngalih prênah/ anèng ngriki dèn eca/ sampun

galih dhaharipun/ anak kawula kang nyangga//

13. sahega260

mangkat nak mami/ [182] andugèkakên panêdya/ sumangga ing

ngriki badhol/ kêlangkung suka kya Fulan/ kawula botên nyana/ nèng

ngriki manggih tyang sêpuh/ anyaeni ing kawula//

14. riwusnya sal tigang ari/ wira-wiri kae Fulan/ mring kutha tuwin liyane/

kêkandhutanira sotya/ kang anèng lopak-lopak/ bangêt kuwatir kinandhut/

mênèk rintoh gigol marga//

15. lan wus pêrcayèng sayêkti/ mring Yahudi èstri priya/ mangka yèn amriha

dede/ dene wus sugi261

kaliwat/ adad262

watak raharja/ tan karya saking

tumuwuh/ ingkang wus lumakyèng ngarsa//

16. kya Fulan sêbdane ririh/ kyaa263

kawula gêgadhah/ pusaka brana sotya

kèh/ kuwatos anèng kandhutan/ yèn parêng ulun minta/ dèn simpênana

kang brukut/ pun bibèk dèn timbalana//

17. pra samya kinen ngrawuhi/ winêdalkên lopak-lopak/ ginêlar kapya isine/

wong Yahudi èstri priya/ sêkalih gêgawok kapya/ sajro lopak-lopak

murup/ datan sah goyang kêpala//

259

budi * @ 260

Kata „saega‟ mengalami transposisi, sebab penulis menuliskan sandhangan taling pada aksara

ha seharusnya pada aksara ga, maka dibetulkan menjadi „saha ge‟ * @ 261

sugih * 262

adat * 263

kyai * @

Page 178: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

158

18. thêk-thikan Yahudi èstri/ kya Fulan alon sêbdanya/ binjing amba lamun

muleh/ andugekka-[183]kên panêdya/ punika dèn paringna/ kya Yahudi

èstri jalu/ nêbda sampun walang driya//

19. kula wus sugih pribadi/ pun bapa sampun wêskitha/ dunya arisak têmahe/

sêmana wus sinimpênan/ datan ana wong wikan/ kêjawi amung tri jalu/

Yahudi èstri lan priya//

20. kêlawan ingkang darbèni/ nanging sêmana kocapa/ kya Yahudi lanang

wadon/ manahe kalih datan sah/ melik mring lopak-lopak/ dene gampang

melik ngundhung/ kanêksani nora nana//

21. sêmana antara lami/ pinêntara tigang dina/ lawan dènya nitipake/ wong

Anggris angsal nunutan/ dhatêng Frakik nêgara/ lakune prayaya264

agung/ wus matêng dènya anumpang//

Maskumambang, LIV

1. duk sêmana wayahira injing nuli/ kya Fulan manêbda/ duk parêng sami

alinggih/ anèng sajronirèng wisma//

2. e Kiyai kawula manuwun pamit/ mangke ulun bidhal/ dhatêng ing nêgari

Frakik/ santosa angsal nunutan//

3. paringêna ing nguni kawula titip/ alit lopak-lopak/ kya Yahudi gawok

angling/ anak lopa-[184]k-lopak napa//

4. gya wong Anggris kagyat manahnya kumitir/ kyai pun mêngkana/ lopak-

lopak pênuh isi/ sasotya intên barleyan//

5. dene sawêk265

tigang dintên ari niki/ Yahudi anjola/ têmbe mirêng

dawêk266

niki/ baya ta kalintu anak//

6. sirèng Anggris amênêng puntêk ing galih/ bibèk dhatêngêna/ wingi

ingkang angrawati/ pinanggil wus prapta pêrnah//

264

priyayi * 265

sawêk * 266

dawêg *

Page 179: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

159

7. lah ta bibèk pundi lopak-lopak wingi/ titipan kawula/ marang paman kya

Yahudi/ kula mangke arsa mangkat//

8. Yahudèstri sêmune gumun kêpati/ lopak-lopak napa/ kawula botên udani/

têmbe ing mangke miarsa//

9. de wong Anggris kewuhan tan bisa angling/ osiking wrêdaya/ luwih gawe

wong Yahudi/ asêrêt panêbdanira//

10. dene panêbda dika pingitan melik/ wus sugih priyangga/ malah dunya

tanpa kardi/ ingkang dede lêrêsira//

11. kya Yahudi jalu èstri gumya angling/ lah dede pabênan/ sampun anak

karya sêdhih/ samêkantuk damêl arja//

12. marang tamu kula niyat karya arji/ bok kaliru anak/ ing ngriki asêpa-sêpi/

botên wontên lopak-lopak//

13. [185] wusing tita kya Yahudi bangêt mukir/ wong Anggris tumandya/

mêdal sing omah abali/ marang pondhokane lama//

14. ing warsaa agita denira prapti/ wangsa ananira/ ing pondhokan dèn aturi/

tutur pêtêng prakaranya//

15. sarta jêngêr lêngêr-lêngêr jalma Anggris/ malah tinuturan/ Yahudi lakune

arji/ ing Fulên sugih priyangga//

16. saya têlas manahira jalma Anggris/ lah kapriye baya/ nuli ana mratikêli/

wong Anggris pinriha sowan//

17. de ing mangke jêng pangeran kon suwahin/ kang ngasta kuwasa/ rawuh

ing warsaa nênggih/ lah kisanak kabênêran//

18. kalah mênang kantênan lêganing ati/ sênadyan sugiha/ setan sêktine

maluwih/ yèn agodha marang jalma//

19. gupuh-gupuh anuli seba wong Anggris/ marang Sang Pangeran/ panuju

lênggah ing jawi/ wong Anggris matur prakara//

Page 180: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

160

20. pun jinarwan ing sanèskara atiti/ kèndêl Sang Pangeran/ miyarsakên de

kang angling/ gawok eram Sang Pangeran//

21. manêbda lon lawan Yahudi sun uning/ tau kakumpulan/ gotongan

nglakokkên dhuwit/ ingkang akèh lulus arja//

22. buh [186] ing mêngko bawane rêgane akih/ ngluwihi singkira/ kêrana

wênang wak mami/ abudi lawan sêrana//

23. mrih kawiyak wêwadine kang prakawis/ nuli Sang Pangeran/ animbali pra

prayayi267

/ kathah amung sawêtara//

24. nêbda malih Sang Pangeran gawok mami/ dene tan kurangan/ tan ana

cacating urip/ kajèn salawas-lawasnya//

25. wusing kumpul sawêtara pra prayayi268

/ gya utusan inggal/ animbali kya

Yahudi/ yya tlangke inggal-inggalan//

26. tan antara kya Yahudi nuli prapti/ tumungkul lalênggah/ Sang Pangeran

manêbda ris/ Yahudi ingsun têtanya//

27. apa uwis kya Yahudi sira eling/ katitipan sira/ lopak-lopak kêncana lit/ iku

wong Anggris kang gadhah//

28. isi sotya sasotya kêbak kang isi/ Yahudi turira/ katêmbèn ulun miarsi/ kula

tan priksa bendara//

29. lah kapriye sira iku jalma Anggris/ apa nyata sira/ marang wong Yahudi

titis/ lah inggih yêktos bêndara//

30. apa sira wani ingsun supatani/ wong Anggris turira/ sampun dhumatênga

sakit/ sênadyan tumêkèng lena//

31. Sang Pangera-[187]n pangandikanira aris/ èh Yahudi sira/ anulisa dipun

gipih/ iki êpèn lawan kêrtas//

32. nanging ingsun ingkang bakal awèh uning/ marang sepdaningwang269

/

tulisana dèn matitis/ aja ngowahi sakêcap//

267

priyayi * 268

priyayi *

Page 181: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

161

33. sabab dene prakara anèh maluwih/ ingsun tuhu wênang/ ngêmpakakên

kang prakawis/ kang luwih aèng eloknya//

34. kang supaya wruha wadine kang yêkti/ bojomu pa ana/ ing omah Yahudi

angling/ inggih ta wontên bêndara//

35. lah majua Yahudi majênga nuli/ nyandhak kalam kêrtas/ Sang Pangeran

manêpda270

ris/ mêngkene unining layang//

36. èh wong wadon sak iki ingsun wèh uning/ wêwadiku kapya/ wus kapiyak

sêdayaning/ tan ana malih rinêmbag//

37. kêjamung angulungake dèn gipih271

/ ingkang lopak-lopak/ aku wus blaka

ngakoni/ atitipan lopak-lopak//

38. nèng ngarsane Sang Pangeran kon suwatin/ Yahudi anjola/ dharodhog

ulate putih/ grègèli kalame tiba//

39. jêngêr jêntung sawusing antara nênggih/ sarèhirèng napas/ Yahudi

umatur ririh/ [188] bêndara karsa panduka//

40. botên kenging punika dipun lampahi/ awit badhe karya/ nêtêpakên lêpat

mami/ pangeran mangsuli sêbda//

41. lah andêlên cêlathuku kang sayêkti/ pra prayayi272

ingkang/ ing kene

padha alinggih/ dadi ing sêksènira273

//

42. lamun layang ingkang bakal sira tulis/ nora pisan-pisan/ dadi garaning

prakawis/ têtêpa ing salahira//

43. kang sun supriha mung kêdadeyaning274

/ sababira bakal/ angambil kang

tandha yêkti/ iya marang rabènira//

44. yèn ta kowe têmên-têmên lamun rêsik/ amêsthia uwas/ tan ana kang dèn

wêdèni/ ananging kêlamun sira//

269

sêbdaningwang * 270

manêbda * 271

# (kekurangan satu suku kata, seharusnya 12i) 272

priyayi * 273

dadia ing sêksènira # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 8a) 274

kang sun supriha amung kêdadeyaning # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 12i)

Page 182: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

162

45. nora gêlêm amopo akarya tulis/ nora kêna ora/ pêsthi sira têtêp maling/

sun êluding dosanira//

46. wus mêngkana wong Yahudi nuli nulis/ dharêdhêg kewala/ gumêtêr

pinêksa ajrih/ sawusira layang dadya//

47. gya ingêcap lawan êcape pribadi/ anudhuh pangeran/ catur jaranan

upêsir/ amundhi surat upaya//

48. sêsandêran prapta wismane Yahudi/ pinaringkên surat/ dhumatêng Yahudi

èstri/ wêspada lan [189] suratannya//

49. yèn kang lanang sawuse amaca tulis/ sumaput aniba/ kêntaka dangu nèng

siti/ wusing eling gya mangalap//

50. lopak-lopak kêncana alit kang isi/ pênuh ingkang sotya/ tinampan para

upêsir/ anandêr wangsul arikat//

51. wusing katur lopak-lopak kêncana lit/ tan owah isinya/ pinaringkên kang

darbèni/ wong Anggris kêlangkung bungah//

52. wong macanan kang jagi dipun kêjèpi/ marang Sang Pangeran/ tên

nubruk mêgang Yahudi/ binlênggutan kêna obah//

53. ingaturkên marang nêgari Sibèri/ kang wajib ukuma/ dosa gung kang raja

pati/ têmah nagri wuwuh arja//

Rêrênggan Parang Puspita (Sinom, LV)

1. [190] sasinom gêntya rinêngga/ kocap nêgari Olani/ wontên sujalma

sasomah/ kya Leson ingkang wêwangi/ darbe atma sawiji/ jalu ing

pêparapipun/ nênggih kya jaka Epfran/ bapa biyunge asugih/ luwih akèh

pamêtune pêndhak warsa//

2. kêlangkung pinujwa mantra/ [191] de atmaja juga aming/ adarbe malih

atmaja/ sêla tuwa jalu èstri/ kocap ingkang pawarti/ kae Leson èstri jalu/

luwih lêgawèng driya/ bèrbudi lila mring melik/ luwih akèh sanak sobat

saudaran//

Page 183: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

163

3. apindha adarbe karya/ mêmantu ing sabên ari/ pêkir mêskin myang

kasihan/ angrêbyuk dèn kasih nangsi275

/ myang sandhang apa dening/

tatêdhan kang cangkêm karut/ akèh jalma sih marma/ marang Leson jalu

èstri/ apa dene wong gêdhe-gêdhe nêgara//

4. labêt ambêke lêgawa/ pasrah ngandêl ing Yyang Widi/ baya ta takdiring

sukma/ marang Leson jalu èstri/ saya suda kang melik/ dèn êbrèh dèn

awur-awur/ atmajanya kya Epfran/ diwasa wus olèh rabi/ wong pawèstri

kang sêdhêng dêrajatira//

5. atut dènya palakrama/ nanging mingsih tunggil panti/ gya dhawuh gêt

lampahanya/ marang Leson jalu èstri/ sudane ingkang melik/ nandhang

sakit kalihipun/ wuwuh omah kabakar/ baya wus kêrsaning Widi/

sadarbèke Leson miwah anakira//

6. katut kabêsmi sêdaya/ sêmana adarbe pikir/ nênggih maharsa têtirah/ iya

[192] marang kutha Dhublin/ sakèh sanake sami/ ingkang atêtulung

sangu/ wong gêdhe nêgri Olan/ pari276

srat unine titip/ mring wong gêdhe

ing Dhublin angopènana//

7. lamun kakirangan barang/ barang anèng nagri Dhublin/ pinrih sami

ngopènana/ krana Leson jalu èstri/ lêgawa ati suci/ sumingkir adoh karya

dur/ yèn ana khajatira/ mring nêgara minta adil/ kèh potange nèng

Dhublin dèn tulungana//

8. wusing sumêkta gya kentar/ rareyongan anèng margi/ tan kocap ing ngênu

lantas/ prapta ing nêgari Dhublin/ mondhok anèng paminggir/ nêgari

Dhublin cinatur/ kya Leson èstri priya/ saya sangêt nandhang sakit/ lan

wus jêmpo dening tuwa wuwuh lara//

9. amung atmaja kya Epfran/ kang wira-wiri mring nagri/ nyantosakkên

ingkang surat/ mring wong gêdhe nagri Dhublin/ saha aminta adil/

mênagihi potangipun/ nanging kapya wong praja/ kang gêdhe tuwin kang

cilik/ anyanggêmi mêmanis anyangga krama//

10. tan ana wêkasanira/ dene kya Epfran kang èstri/ mêtêng tuwa lwih

musakat/ ênir ana sabinukti/ kya Leson jalmastri/ wi-[193]guh tansah

275

nasi * 276

paring *

Page 184: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

164

mingak-minguk/ panyiptanirèng manah/ tan wurung nglakoni ngêmis/

mung mantune tinangisan dening wawrat//

11. tuwa tan ana tinêdha/ tansah ngalemprak nèng siti/ Epfran gêdrag-gêdrug

tansah/ anangisi ingkang rabi/ sêdene aningali/ kêkalih bapa lan biyung/

kewran bingunging driya/ sênthiyèng kesah mring nagri/ anêmpuh byat

kêpapak wong mikul uwang//

12. sèkêt reyal tanpa rowang/ ambêksa rosa tan uning/ siku-sikuning nêgara/

rèh kabutuh nora bukti/ bapa biyung lan rabi/ kya Fran nora etang-etung/

jalma amikul uwang/ binegal rinêbut wani/ wusing kêna kang darbèni tan

suwala//

13. dèn gawa mlayu lon-lonan/ kang darbe nora nututi/ prapta pondhok

tinakonan/ bêja dene olèh dhuwit/ alon dènya nauri/ wong gêdhe-gêdhe

sih asung/ Leson sukuring sukma/ gya tatuku barang bukti/ myang

sandhangan sêkala anyar sêdaya//

14. kya Fran somahe wus waras/ sinêkarêp dènya bukti/ nêngna ingkang

kacuku-[194]pan/ ing sandhang kêlawan bukti/ kocapa ing nêgari/

ingkang kabêkalan wau/ rêpot marang nêgara/ ana begal sajro nagri/ lan

mratelakakên sujalma kang begal//

15. juragan ingkang wus kojar/ kasugihane aluwih/ punika kang mêndhêt

karya/ abegal angêrbut dhuwit/ anèng madyaning margi/ darbe sêksi awas

dulu/ katri wong lanang ingkang/ santosa micara titis/ akèh gumun eram

wong gêdhe parèntah//

16. juragan kinon amêgang/ kagyat ngêsah wus tinalin/ druwili ature tobat/

tan kesah-kesah sing panti/ kula wus sugih pribadi277

/ kinarya paran

angêrbut/ tan mêrduli parentah/ ginujara278

nèng baluwi/ pêrsanake

sudaran têtinjo samya//

17. lawan pitulung paturan/ mring nêgara aminta sih/ saene kae juragan/

kêlakuanira arji/ datan tau akardi/ mring sujalma karya wiguh/ nanging

kêncêng kya gugat/ pêpak sêksi anyaidi/ dadya ora mêrduli kapya

parentah//

277

sun wus sugih pribadi # (kelebihan satu suku kata, seharusnya 7i) 278

ginunjara *

Page 185: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

165

18. nora uwas ingêtrapna/ ing khukum279

mah kisas nênggih/ marang juragan

wus katrap/ nèng bluwi tobat dêrwili/ [195] nêngna gêntya winarni/ kya

Fran ingkang abêk280

punggung/ mirsa ing khabar têrang/ juragan kalêbu

bluwi/ wit kinaka abegal têngahing marga//

19. tansah têrnyuhirèng281

driya/ kae Fran tanpantuk guling/ lah iya kaya

ngapa282

/ yèn juragan kosi283

mati/ tanpa dosa sayêkti/ ingsun nandhang

utang lampus/ wus saèstu akarya/ abalithuk khukum284

pati/ tanpa nalar

karya pati siya-siya//

20. sêpala melik kadunyan/ tur wus sun maha pribadi/ pa gene awêdi pêjah/

mangsa ta wurunga mati/ pikire wus kêpanggih/ anêmpuh byat ngèsthi

lampus/ nuli akarya surat/ mring juragan nèng baluwi/ nanging datan

mawi tèkên tandha nama//

21. wus tinampan kya Juragan/ têmbunge kang ponang tulis/ e Juragan

ingkang lagya/ nandhang sakit anèng bluwi/ sampun andika sêdhih/

dhawuh khukum285

raja lampus/ ing binjing lamun bakal/ andika dèn

khukum286

pati/ sampun pêsthi wurung sabab dening prapta//

22. sujalma kang èstu begal/ andika dipun luwari/ sangking panuwuning

jalma/ ingkang abegal sayêkti/ titi kang po-[196]nang tulis/ tan mawi

tèkên kang asung/ pinaosakên surat/ marang parentah nêgari/ tinupik

saunine bangêt nglêngkara//

23. pinaido nora nyata/ ênti287

ingkang karya tulis/ sawênèh parentah nêbda/

iku gawene pribadi/ asandi tampa tulis/ tan karuwan ingkang angsung/

pêngarahing juragan/ luputa ing khukum288

pati/ anggêlolo asru nangis

kya juragan//

24. ature tobat kawula/ yèn kadya printah derangling/ kawula sagêt punapa/

kinunci sajroning bluwi/ nyaosakên sayêkti/ surat punika kang têmbung/

279

kukum * 280

ambêk * 281

trênyuhirèng * 282

lah ta iya kaya ngapa # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 8a) 283

kongsi * 284

kukum * 285

kukum * 286

kukum * 287

endi * 288

kukum *

Page 186: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

166

inggih mangsa barunga/ kawula asrahing Widi/ tan katrima aturira kya

Juragan//

25. ingundurakên sêksana/ Ki Juragan ing baluwi/ tan lingên ing lamênira/

dhawuh timbalane aji/ yèn juragan wus pêsthi/ kêna khukum289

raja

lampus/ tandya sawiji dina/ nêgara anglêksanani/ arsa ngukum mring

Juragan wus satata//

26. pancaka sampun pinasang/ wong mondaraka sakèhning/ sêdaya sampun

sudhiya/ juragan de busanani/ apa adate nguning/ pênganggone [197]

wong din gantung/ anênggih sruwa seta/ winêdalkên mêrbês mili/

nênggak-nênggak waspanira dalèwèran//

27. wus miyos jêng Maharaja/ anjênêngi khukum290

pati/ kae juragan

tumênga/ mring langit donga mring Widi/ aminta-minta kang sih/ rèh suci

tan ngrasa gangsul/ nuli datan antara/ ana sujalma sawiji/ dumarojog

busanane sarwa seta//

28. gadhêpêk anêmbah-nêmbah/ ingkang jêng Sri Narapati/ gusti Juragan

luwaran/ datanpa dosa sayêkti/ nênggih kang wontên ngriki/ ngarsanira

Sang Aprabu/ kawula wong cilak/ anrak larangan nêgari/ ulun matur ing

saèstu botên dora//

29. ulun ing nêgari Olan/ pun Fran atmaja wong bêcik/ wus angsal ing

wulang arja/ bapa biyung langkung sugih/ gusti dèrèng alami/ angsal

amba botên gadhuh/ gusti sintên tan priksa/ wêwatêkirèng jalmi291

/ yèn

kabrukan mêlarat tan na tinêdha//

30. pêsthi narik kang dursilan/ lan ulun pinaring tulis/ sangking nêgari ing

Olan/ anitipakên wak mami/ dhatêng wong agung ngriki/ e sêmantên Sang

Prabu292

/ kawula kêrêp saban/ [198] tansah sinanggi ing krami/ tanpa

wêkas sangu amba ngantos têlas//

31. tyang sêpuh kalih wus tuwa/ saha sami nandhang sakit/ rayat amba

wawrat tuwa/ kalirên mèh praptèng kalis/ punika ingkang narik/ tumandya

289

kukum * 290

kukum * 291

wêwatêkirèng sujalmi # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 8i) 292

e sêmantên Sang aprabu # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 8u)

Page 187: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

167

begal wak ulun/ ing mangke ulun pasrah/ pêjah gêsang sabab dening/ de

kawula anrak awisaning praja//

32. narendra sarêng miarsi/ anjêngêr trênyuhing galih/ kang miarsa samya

wêlas/ adheprok bukuhing siti/ kapya mangêmu tangis/ sangking wêlas

tyasnya giyuh/ narendra pasrangkara/ juragan luwarna glis293

/ apa dene

si Efran jalma ingolan//

33. èstu iku sun apura/ sabab kalimput nêgari/ lan iku sun junjung lênggah/

dadia majêgan tamping/ lawan juragan jalmi/ sarèhning nora sasunu/

Fran dadiya nakira/ juragan kêlamun mati/ aluwari si Epran

anduwènana//

34. sabab kang ngluwarkên têka/ baluwi manirna sakit/ lawan mèmpêr

wêrnanira/ kacèk tuwa lan taruni/ sujud ing kisma kalih/ nêkêm-nêkêm

sirah dangu/ tumandya laluwaran/ kapya jalma sukèng kalbi/ dadya nagri

sumringah wuwuh arja294

//

Rêrênggan Kutha Rinênggèngsara (Mijil, LVI)

1. [199] mijiling tyas nomêr sekêt kadwi/ magêntya kang criyos/ duk sêmana

bênêri angkane/ sèwu pitungatus kawan desi/ lawan sapta warsi/ kumpêni

kaetung//

2. wadya anggris kèh ngunggahi jurit/ angantêp prang papor/ ing [200]

nêgara Amêrikah ing rèh/ nagri agêng Sêpanyol mêngkoni/ bantoni

ngajurit/ wong Anggris pinêthuk//

3. Amêrikah kang tinudhuh aji/ Prabu ing Sêpanyol/ pinasrahkên marang

Indhustane/ bambang alum-aluming nêgari/ Indhustan prajurit/ wong

Indhu adhêkuh//

4. bubul barisira ingkang mijil/ prabu ing Sêpanyol/ gêrgut Indhu angantêp

jurite/ papetaran mriyêm tanpa wilis/ barêng-barêng muni/ pindha jibalun

rug//

293

juragan luwarna aglis # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 8i) 294

dadya nêgari sumringah wuwuh arja # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 12a)

Page 188: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

168

5. bareng nêsêk kapya ponang baris/ pangêdrèle tanggon/ tangkêp awor

pêngkuh kuwanine/ Anggris Indhu panggih padha wani/ kumlebat-ngebati/

pêdhang-pêdhang caruk//

6. kathah longe jalma kang ngêmasi/ Anggris lan Sêpanyol/ wadya Indhu

nusup pêngamuke/ akèh kalataka dèn gendhongi/ mungkur Indhu

jêngking/ sinulêt jumêgur//

7. dadya rusak tatanirèng baris/ ing payudan kasor/ alokonan wong Anggris

undure/ gya prajurit Sêkot anulungi/ mamrêm anadhahi/ krodhane wong

Indhu//

8. nanging sampun kajlungup ing baris/ kêlajok wong Sê-[201]kot/ mundur

dhadhal tan mangga pulihe/ tandya ana wong Sêkot prajurit/ koprale

katitih/ gêsangan dèn pikut//

9. kinarubut tangane tinalin/ gusis kancaning wong/ Sêkot Anggris lumayu

barise/ kopral Sêkot kang kacêkêl urip/ Indhu anjagani/ ginawane

mundur//

10. prapta nagri Amirikah nuli/ aka295

kopral Sêkot/ binalênggu anèng

baluwine/ panggêdhene jênêng Senapati/ Marikah nêgari/ prèntah wadya

Indhu//

11. aja kongsi lawan anyakiti/ mring prajurit Sêkot/ kang kacêkêl madyèng

ngalagane/ ari èsnèn kinon ngukum pati/ sêdiaa kardi/ adat ngukum-

ukum//

12. nênggih kocap Marikah nêgari/ caritane kang wong/ lamun ngukum ing

khukum296

patine/ mêngsah winikut madyaning jurit/ dèn lêlari dhingin/

aja ge linampus//

13. dèn kalindhên jêmpol tangan kadwi/ laju dèn salamot/ gêni upêt-upêt wêsi

bange/ dipun jantur tuwin dèn pênjalin/ ngalêmprak tan osik/ iku gya

linampus//

295

ana * 296

kukum *

Page 189: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

169

14. kopral Sêko-[202]t kang dipun baluwi/ wus mirêng pawartos/ arsa dipun

siasat jisime/ dèn lêlara samadyaning pati/ agirise nganti/ ngèthi-èsthi

kalbu//

15. angupayèng akal glis ngêmasi/ ja nganti mêngkono/ de sêmana wus dèn

wêdalake/ sêmu ayêm nora ngarjèng miris/ prantine cumawis/ dèn trapkên

karuhun//

16. tanpa wilang prajurit jagani/ kopral manêbda lon/ eh kya printah yya

salah ciptane/ ingsun tutur-tutur kang sayêkti/ sokur sanak mami/ purun

tiru-tiru//

17. apratingkah kaojating bumi/ dibya prawirèng rok/ krana pêrlu kapya

wong uripe/ apêpagêr amagêri jisim/ jasmani piningit/ momoting

pakewuh//

18. inggih limrah nagri kula Anggris/ wrata rèh mêngkono/ pêdhang busur ta

wok tamèng-tamèng/ pelor mimis-mimis gêng sacêngkir/ cêngkolak abali/

tan têtês tumimbul//

19. gêgawokan kabèh kang miarsi/ manistra mêngkono/ alah kabar dene ing

yêktine/ ing paprangan yèn pasaha mami/ wênèh tuwan inggih/ pêsthi ajur

mumur//

20. pangrêksane sukma marang mami/ ka-[203]pya gêgaman doh/ ikêt

pinggang bang ju saruwale/ datan ana ingkang bêdhah sêbit/ lah tuwan

tingali/ jêjarit ngong wutuh//

21. prentah nêbda sanak lun kapingin/ digdayèng palugon/ kapya-kapya

gaman kalis kabèh/ kya sakitan mèsêm anauri/ alah ta bok inggih/ mangka

kula wuruk//

22. botên nadya kula niki urip/ mung pamintaning ngong/ nadyan mati tilar

warta sae/ tangan kula kang têngên puniki/ andika uculi luwara/ sing

blênggu//

23. kapya prêntah wus samya ngrêmbagi/ ngandêl kopral Sêkot/ linuwaran

kang tangan sing ngrante/ juga kanan kopral manêbda ris/ tuwan dika

milih/ tyang lwih prakosanung//

Page 190: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

170

24. pamêdhange kang rosa pribadi/ dèn pêdhanga ingong/ gulu ngriki kula

pêsthèkake/ botên pasah malah nora busik/ gya clumak-calumik/ istha

matêk japu//

25. wus antara suwene amuji/ prèntah wus milih wong/ Indhu ingkang gêng

luhur dêdêge/ ingkang wasis pamêdhange titis/ kopral Sêkot angling/

tibakna dèn gupuh//

26. kapisanan ponang griwa titis/ sêblak jangga pêdhot/ [204] sirah adoh lan

badan tibane/ kapya jêngêr wong Indhu ningali/ angiling-ilingi/ tilas tugêl

alus//

27. gêgawokan kang samya ningali/ têgêl trap mêngkono/ suwe-suwe gumuyu

arame/ tuh-tinutuh kêna dèn apusi/ nging wlasira mingsih/ tan wiguha

lampus//

28. binêcikan kunarpa nuli297

/ kinubur kapya wong/ pindha tata Indhu

agamane/ èstu iku têtêping prajurit/ nora sêdya urip/ mung inggala

lampus//

29. kocap Indhu kêlawan wong Anggris/ tansah ngatos-atos/ inggih sami

nganti ing masane/ papêrangan lah ta ingkang ngêndi/ kinarsakên Widi/

unggul juritipun//

Rêrênggan Candhi Kunjara (Mêgatruh-Gambuh, LVII-LVIII)

Mêgatruh, LVII

1. [205] nahan nomêr sèkêt gangsal amêgatruh/ kala dwi dasa ilallin/

Novèmbêr angkaning taun/ sèwu nêm tus tri dasa ji/ anênggih ingkang

kacriyos//

2. [206] wontên jalma sajuga nama mas Asrul/ cilaka kêna bilahi/ ginunjara

unggyanipun/ wontên jroning gêdhong bastil/ dene dosanira kang wong//

3. dene karya gêrah ing tyase wong agung/ pangulu ugêring Khakim/

tabêringrat murwèng kukum/ sauring rèh kang wêwangi/ Risêl We

pinundhi ing wong//

297

binêcikan kunarpa anuli # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 10i)

Page 191: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

171

4. wus tan kêna ingucapan dhugalipun/ mila mas Asrul nglampahi/ pinêgang

nèng nagri Dhingkul/ ginujara298

anèng bastil/ kocap wus lami ponang

wong//

5. anèng bastil wus olèh sawêlas taun/ saha wus rampung prakawis/ para

prèntah wus adhawuh/ akên lami nèng piranti/ gêjawi angsal ponang

wong//

6. apurane wong agung kang murwèng khukum299

/ Risêl We kang grêrah

galih/ iku luwar kya mas Asrul/ wus amirêng ing pawarti/ kya Pangulu

grahe abot//

7. wus dinuga mangke yuswa badhe lampus/ tumêka marang janji300

/ sabab

grahe Pangulu gung/ Risêl We sada ngranuhi/ cêp payosnya badhe layon//

8. pêsakitan anèng bluwi kae mas Dhul/ kapanujon abênêri/ unggyane

aminta [207] tulung/ wêktu badhe praptèng janji/ tandya karya surat

gupoh//

9. wus dèn anggit ngasih-asih kang pitêmbung/ dhuh-adhuh Bêndara mami/

mangke nuju mangsanipun/ tiyang mantuk dhatêng panti/ ambêg siya-siya

mring wong//

10. ingkang sarta botên adil tiyang mantuk/ punika mangsane inggih/ anyakêti

ajalipun/ kaparingan èngêt budi/ wêlas mring raribêting wong//

11. sarta wêlasing susah bilaenipun/ ing sama-samaning urip/ sangking wit

pêndamêlipun/ mila kawula wêstani/ sami-sami titah manon//

12. awit dene panjênêngan pangulu gung/ ing wêktu punika inggih/ botên

kakilapan kalbu/ pratingkah nguni rumiyin/ mênawi gusti Yyang Manon//

13. anggènipun ningkahkên jalma sawêgung/ kang minangka taturuting/

pêpaèsan juga amung/ karsaning Alah301

ta inggih/ badhe-badhene kapya

wong//

298

ginunjara * 299

kukum * 300

tumêka marang ing janji # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 8i) 301

Allah *

Page 192: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

172

14. inggih amung katandha utamanipun/ panjênêngan tuwan inggih/ botên

kilapan sêrambut/ dhuh Bêndara awak mami/ sawêlas taun kêlakon//

15. tuwan karsaakên nyandhang awak ulun/ sèwu [208] sakit sèwu isin/ nèng

jroning gunjara ngadhuh/ sakit anèng gêdhong bastil/ êpun kados awak

ingong//

16. nadyan tiyang kang kalêrês dipun ukum/ katrap kisas raja pati/ tuwin abdi

dalêm ratu/ ingkang cidra ing nêrpati/ ginunjara dipun gêdhong//

17. ugi pantês pinaringan wilasa gung/ pêjah ngong tuwan lêlami/ margi dina

kitap amung/ mopo ulun inglampahi/ dhawuh tuwan kang sayêktos//

18. saupami dhawuh panduka pukulun/ wau kula anglampahi/ dumugi kula

ingayun/ nanging Alah302

maha suci/ pêsthi bêkta najis ingong//

19. ingkang sarta nyawa kawula pukulun/ amanggih sêksi bilahi/ ing Sagamèn

lamenipun/ o bêndara saupami/ panjênêngan tuwan yêktos//

20. amirênga agung sêsambat pukulun/ ngêsah sarta ngruntuh mami/ wontên

jro kunjara ngadhuh/ kula pêsthèkkakên inggih/ dhawuhakên gupoh-

gupoh//

21. angluwari dhumatêng ing jasat ulun/ nirmala surapatêngi/ mila bêndara

pukulun/ andhawahkêna tumuli/ prèntah angluwari ingong//

22. [209] awêlas bêndara mring jasat ulun303

/ ingkang sangêt anglampahi/

sangsara sakêthi ngadhuh/ angluwari badan mami/ kang rinante dèn

bayoyot//

23. milanipun mêkatên panuwun ulun/ mung panduka tuwan inggih/

angapuntên jasat ulun/ yèn wus seda amaoti/ datan kuwasa sayêktos//

24. amaringi apuntên dhatêng wak ulun/ dados ngantos seda inggih/ tuwan

mring amba angukum/ kang punika tulus puji/ ing salah gusti Yyang

Manon//

302

Allah * 303

awêlas bêndara mring jasat pukulun # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 12u)

Page 193: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

173

25. anêbihna suraos kang kenging bêndu/ ing Alah304

kang maha suci/

parênga pannuwun ulun/ tandha araturing dasih/ tiyang alit kados

ingong//

Gambuh, LVIII

1. gambuh têmêning wuwus/ têmên-têmên ing tuwan pukulun/ inggih têrus

sungkêm têmên ing nêrpati/ wus ana titi kang têmbung/ sinurat ing bastil

gêdhong//

2. nênggih wulan kaping satu305

/ wulan Dhèsèmbêr angkaning taun/ sèwu

nêm tus kawan dasa kalih warsi/ wus kentar surat pinaus/ sakên utusan

ponang wong//

3. [210] surate dèrèng katur/ mring Risêl We kêrana lêtipun/ tigang ari lan

surat denira nulis/ Risêl We pangulu agung/ puputing janji gya layon//

4. dados inggih wus tamtu/ botên wontên prentah adhêdhawuh/ angluwari

Dhusasul kinon nguculi/ sabab surate tan katur/ mring pangulu sêlak

layon//

5. nêtêpi dadosipun/ wicantênipun sira Dhusasul/ ingkang sampun mungêl ta

têmbung nèng tulis/ yèn pangulu agêng surut/ misih angukum Dhusasol//

6. mênggahing luwaripun/ sangking baluwi sira Dhusasul/ winêdalkên kala

tanggal kadwi mesi/ ing wulan Juni kang taun/ sèwu nêmatus kêlakon//

7. dwi dasa sangang taun/ titi mangsa mêkatên saèstu/ dipun cithak ing

pagêr banon tinulis/ pagêring gunjaranipun/ dadiya tamsil kadya wong//

8. dadosira mas Asul/ dipun etang lamine dèn ukum/ nèng gunjara sawidak

warsa sawarsi/ wêwalês kang ponang khukum306

/ mêkatên suprah kapya

wong//

9. gêgirisi tyas èstu/ kocap ingkang sujalma sawêgung/ eram gumun

dharodhog anggêtêri307

/ supangate angsung pemut/ mring kapya-kapya

ponang wong//

304

Allah * 305

nênggih wulan ping satu # (kelebihan satu suku kata, seharusnya 7u) 306

kukum * 307

eram gumun lan dharodhog anggêtêri # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 12i)

Page 194: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

174

Rêrênggan Wiwara Binukasri (Dhandhanggula, LIX)

1. [211] risang madu srêngkara gumanti/ Sang Nararywa dibya wêstanira/

Ali Ibnu Abas rane/ kêkasihnya Sang Prabu/ ing Bagêdad juluking aji/

prabu Mamun Mustafa/ de ingkang winuwus/ sang Ali Ibnu Abas/

nyaritakkên lêlampahanirèng kang wis/ tumitah anèng dunya//

2. ri sêdhêngnya Ibnu Abas Ali/ dalu ngadhep ing ngarsa narendra/ Prabu

Mahmut Bagêdade/ wontên caraka rawuh/ [212] sing nêgari Dhamaskus

nguni/ nyaosakên sakitan/ jalu dèn mayuyung/ rinante kang suku tangan/

wusnya katur ature cara katiti/ isane klawanira//

3. yèn sakitan pun Abul Kaheri/ purun-purun mara panjênêngan/ maharsa

ngraman wiyose/ sangking ture sêpi yun/ gya cinêkêl tan ngarnyèng titi/

Sri Prabu memunduk308

/ sarèhning wus dalu/ èh ta Ali Ibnu Abas/ lah

rêsanên dèn bêcik sakitane jing/ dene ge saosêna//

4. iku kaya wus trang dosa pati/ dene wani-wani ngadêg kraman/ rèh dalu

dipun sumêktos/ aja ta kongsi ucul/ nêmbah mentar sang Abas Ali/ sakitan

glis ginawa/ mara wismanipun/ rinante kang suku tangan/ risang Ali Ibnu

Abas ngati-ati/ sêrêng karsa narendra//

5. winuwuhan abdi ingkang jagi/ risang Ali Ibnu Abas tandya/ sakitan dèn

cêrlakake/ nèng asa manêbda rum/ eh takon ta sakitan prapti/ ngêndi

nêgaranira lan sapa aranmu/ lawan prakaramu apa/ dèn wayuyung

rinante tangan lan sikil/ sakitan lon pwa yama//

6. tanpa dosa jasat ulun inggih/ pinaeka ing satru kawula/ sangêt dipun

awon-awo-[213]n/ sangking nagri Dhamaskus/ trênyuh ing tyas sang

Abas Ali/ nêbda lah muga-muga/ paringa rahayu/ sêlamêt wong sapraja/

ing Dhamaskus sakitan matur wor tangis/ dhuh inggih kapya paran//

7. sangêt-sangêt andonga ing Widi/ rahajênge Dhamaskus nêgara/ Ali Ibnu

Abas linge/ lah ta kisanak èstu/ duk inguni bêdhah nêgari/ Dhamaskus

raja lama/ kalane kalungsur/ kula dadya senapatya/ kinanthèkkên marang

kang gumantya aji/ ing gusti Sri Bagêdad//

308

Kesalahan pemenuhan metrum têmbang (guru lagu) Dhandhanggula pada 6 dalam naskah

tertulis 6u seharusnya 6a.

Page 195: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

175

8. raja lami malih ngadêg baris/ luwih akèh gêgamaning yuda/ ingsun

ocat309

ajêbol ngong/ masjit310

candhelanipun/ loring masjit311

wisma

kaèksi/ korine mênga ingwang/ ngong ngungsi malêbu/ katuju kang darbe

wisma/ wong sudagar wêstane Abul Kaheri/ ngumpêtakên maring wang//

9. kinon mangsuk kamaring pawèstri/ ingsun gumun eram sumêktanya/ Abul

Kaheri patrape/ lawan sawulan ingsun/ tan kurangan pênuh ngong bukti/

pra tuwin sêsandhangan/ tan kurangan ingsun/ sawusing dina sawulan/

gya anuju sanak-sanakane sami/ ingkang adarbe wisma//

10. inggih [214] para juragan asugih/ samya arsa kesah amêrdagang/

marang Bagdad nagri kene/ ingsun ginawan sangu/ uang êmas

sakanthong luwih/ jaran juga apelag/ tatungganganingsun/ lan kuldi

winotan barang/ barang sangu nang marga ginawan mami/ jalma irêng

sajuga//

11. ingkang jaga angladèni mami/ angkatingsun luwih pinêrcayak/ akên

mring jalma kang gêdhe/ kang nguwasani laku/ luwih lawas prapta ing

mangkin/ de pirang-pirang warsa/ desa jênêng ingsun/ aja kongsi nuli

pêjah/ lamun durung anauri utang arji/ mring jalma kang raharja//

12. ing sapranatan katêmu mami/ wong sakitan alon muwisira/ pandonga

tuwan ing mangke/ saèstu sampun kabul/ inggih kula jalma kang nami/

Abul Kaheri mila/ mêkatên rumuhun/ Ali Ibnu Abas jola/ sru karuna

adhuh botên nyana mami/ rantene inguculan//

13. adhuh-adhuh Ki Abul Kaheri/ ing sakniki lêga tyas kawula/ luwaripun

anggèningong/ niki wang êmas sèwu/ dika karya sangu nèng margi/

sakniki glis mangkata/ mumpung mêksih dalu/ kêtêmua anak rayat/ anèng

wisma andika dènè prakawis/ andika nandhang dosa//

14. [215] ing nêgara kêpanggiha mami/ sun andhêmi dukane narendra/

sênadyan tumêkèng layon/ pinêjahan Sang Prabu/ awit dene andika lari/

datan gêrantês ing tyas/ inggala anyaur/ ki sanak bêcikanira/ nênggih

tansah sakitan dipun tangisi/ alon sêpdanira312

//

309

oncat * 310

masjid * 311

masjid * 312

sêbdanira *

Page 196: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

176

15. lah ta inggih sèwu kula pundhi/ nanging amba boten mantra rêmbag/

sêbda tuwan kang mêngkono/ ulun cêgah saklangkung/ karya pêjahing

sami-sami/ lah inggih nguni tuwan/ sun suprih rahayu/ têkèng don siya-

siyaa/ pêjah tuwan punika cêgah ing Widi/ aming panuwun amba//

16. dhatêng tuwan sagêd asung uning/ dhumatêng ing nak putu kawula/ pêjah

wontên nagri kene/ sokur panduka sarju/ umaturing Sri Narapati/ yèn ulun

tanpa dosa/ pêndamêling satru/ kawula kinaniaya/ lamun kenging ulun

sebakna ing aji/ nyaoskên pêjah gêsang//

17. nahan kunêng jêng Sri Narapati/ dalu dhawuhakên kang parentah/

marang kya patih wiyose/ ari injing dèn gupuh/ acawisa sêdayèng kardi/

amasanga pancak/ agancang jalma dur/ mondaraka dèn sumêkta/ myang

prajurit ingkang sami anjajari/ e-[216]njing wayah jam astha//

18. injing sampun miyos jêng Sang Mulki/ arja mangagêm kulambi abang/

pratandha miyos dukane/ matrapkên kukum gantung/ risang Ali Ibnu

Abasin/ sowan bukuh ing arsa/ nira Sang Aprabu/ gya nêmbah nungkêmi

padha/ adhuh gusti ratune jalma sabumi/ luwih pinaring kwasa//

19. linilana pun dasih tur dêling/ mêgap-mêgap sarwi akaruna/ nata asru

timbalane/ dene malecèng muwus/ baya-baya sakitan lari/ sun kêthok

jangganira/ dadia laliru/ pêsakitan ingkang minggat/ adhuh-adhuh Gusti

Sayit amba yêkti/ mugi anglilanana//

20. ngaturakên sarèhing prakawis/ botên minggat wingi kang sakitan/ sirah

dwi sumangga rajèng/ sakitan kawan ulun/ wus kagêgêm pangwasa aji/

nata sarèh tyas lêjar/ gusti wau dalu/ kula priksani sêdaya/ kapya-kapya

prakawis dèrèng katiti/ priksa mung roda pêksa//

21. ture kraman dèrèng wontên baris/ amung juga awake priyangga/ sêpi

bandera gaman kèh/ nata lon sêbdanipun/ banjur caturmu dèn titi313

/

Gusti tiyang punika/ kawula sampun wruh/ [217] sudagar karyane

dagang/ ing Dhamaskus griya salèripun masjid/ agêng tingkah lêgawa//

22. kala ulun tuwan utus gusti/ nyenapati tatungguling yuda/ kala Dhamaskus

bêdhahe/ kula rumiyin sampun/ tur uninga ing tuwan nguni/ sampuna

angsal barkah/ ira jêng sinuhun/ margèng tulungi sudagar/ Abul Kahèr

lêgawèng tyas lilèng melik/ ulun wus tinjo kerat//

313

banjur caturira dèn titi # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 10i)

Page 197: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

177

23. sarêng sampun awêca prakawis/ ulun kantun ing dalu minggata/ lun

angsung wang mase kanthong/ kipa-kipa umatur/ amung aming turirèng

jalmi/ mung pêjah gêsangira/ kunjuk jêng Sinuhun/ baya tatak314

diring

sukma/ basa pati tan kêna kinaryèng jalmi/ narendra langkung trustha//

24. wus tatela kèngêtan nêrpati/ ya mêngkono dhihin aturira/ apa nyata bênêr

kuwe/ wonge nora kaliru/ inggih gusti Abul Kaheri/ botên pangling

kawula/ wus tamtu puniku/ lah ta iya dhawuhêna/ nêbdaningsun ping

turmu bangêt mring mami/ sak iki sun apura//

25. nuli gawanên seba mring mami/ risang Ali Ibnu Abas trustha/ prawirèng

tyas têmên tanggon/ samarga lèh pitu-[218]lung/ lah ta iki thukuling

bêcik/ wusirèng dhinawuhan/ ingapura prabu/ wit sangking atur manira/

Abul Kahèr nêkêm-nêkêm sirah wanti/ tandya binêkta sowan//

26. sarêng prapta sujut ing ngarsa ji/ nata mawak kêlawan anyipta/ ngèlmu

ping rasa wus dene/ solahing tindak-tanduk/ ira jalma Abul Kahêri/

wuwuh sih ing narendra/ wilasèng kang etung/ tandya pinaringan kuda/

alus saha agêng kèhira sêdèsi/ lawan kuldi sêdasa//

27. winotan barang-barang mawarni/ boga-boga bojane ing marga/ lawan

pinaring sangune/ sakampil wang mas pênuh/ myang busana kang ihèng

adi/ ingkang tan dhèrèk marga/ prajurit gul anung/ pinaring piyagêm

surat/ winawaking kabèh wong sudagar nagri/ kapya-kapya juragan//

28. kinon ngidhêp mring Abul Kaheri/ lan asung wruh mring panggêdhenira/

kya Abul kaprawirane/ lêgawèng ambêk sadu/ risang Ali Ibnu Abasin/

andhèrèkakên marga/ lampahan sêdalu/ lan bangêt sokuring driya/

luwarira sing gêlah sungkawa mangkin/ mundhi mulya rèh arja//

Rêrênggan Candhi Purnama (Pocung-Maskumambang, LX-LXI)

Pocung, LX

1. [219] patmèng pucung artikêl ping sèkêt pitu/ kocap wontên jalma/

sasomah saklangkung abid/ ing nêgara ngatas angin dusunira//

314

tatag *

Page 198: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

178

2. [220] budhi darma sandhang panganira cukup/ sajêg kumlip gêsang/

dèrèng nate anggadhahi/ kaniyatan dursila sapadha-padha//

3. pêparabe wong Abid kapya Maksum/ kathah atmajanya/ kang jalu tuwin

pawèstri/ kèhe panca lagya wayah asumêga//

4. duk sêmana kêparêngan kae Maksum/ nandhang coba ingkang/ ora kêna

dèn lampahi/ musakate mêlarat tan wignya nadhah//

5. sêsandhanganira jalmastri kya Maksum/ dèn jual têlasan/ kasur bantal

klasa bêrsih/ angêlèleh anakira kapya mular//

6. ting warêngèk sambat bapa lawan biyung/ biyung jaluk mangan/ bapa aku

jaluk nangsi315

/ kae Maksum jalu èstri tanpa ngucap//

7. mingak-minguk tanpa nalar jêngêr jêntung/ kang èstri karuna/ asêsambat

kadi pundi/ tiwas têmên awak amba lawan dika//

8. kapya urip ing alam dunya tumuwuh/ oyoting wêrdaya/ kang tansah dèn

êmi-êmi/ mung pinaring gadhuh andarbe atmaja//

9. de ing mangke sampun kabêtah saklangkung/ tan wande ki omah/ kapya

atmaja ngêmasi/ lah punapa andika kêlawan kula//

10. angsal sêrêng duraka [221] têmbe tinêmu/ lah ta bok ing giya316

/ budia

ing tingkah arji/ sampun ngetang lingsêm tingkah kawirangan//

11. anggêr kalal kêrasa lila tinêmbung/ andika ki omah/ ing mangke mentar

anuli/ dhatêng kutha musapir ngêmis papriman//

12. dika miyat anak kapya kang naya cum/ nir cahya sumringah/ akurumung

maha kèksi/ kêthip-kêthip kapya tan wignya gulawat//

13. lah ki omah/ andika ciptanên kalbu/ yèn mopo iktiyar/ guna-pagunan kang

arji/ sabab dene anistha pratingkah wirang//

14. upamane lir wuri galungit pucuk/ tumuncêp nèng jaja/ sira atmaja

sakèhning/ napa botên babarji tinja ngakherat//

315

nasi * 316

griya *

Page 199: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

179

15. ngong bêlaka karudhêge manah ulun/ supami kenginga/ inggih umur dèn

sambungi/ botên mawi mangka mangke ing sak-êkal//

16. ngong lampahi yuswamba dadia sambung/ umure nak ingwang/ botên

kudu urap-urip/ amung aming walulya kapya atmaja//

17. tanpa sêbda kalane umirsèng têmbung/ kang èstri mêngkana/ santhiyèng

makat317

sira glis/ mara kutha sade wêla-[222]s papêriman//

18. praptèng kutha pagriyan andhadhok nêmbung/ ulun minta sêga/ rèh anak

kathah tan bukti/ lah ta inggih wontêna ing sih wilasa//

19. tanpa olèh tinapis wisma sêlajur/ malah lila umyat/ gêgobalan318

lir

mêmêdi/ kae Maksum sêkala ciptane arda//

20. kêsapute puntêg satêmah abingung/ ketang wlas atmaja/ angadêg

suraning kalbi/ lah ta iya dubilah nora kayaa//

Maskumambang, LXI

1. apa êntèk bêja ngong tan ana kang sih/ blas inggal mring wana/ jujugan

angadhang margi/ kapulêt nêpsu wor setan//

2. tandya ana bêbakul lanang wakidin319

/ abêkta reyal mas/ dwi atus

angsaling nagih/ potange marang wong kutha//

3. pinêrnah nèng koloran rajut sumampir/ katingal sing têbah/ kalor rajut

wus kêtawis/ talêrap –lêrap gumilap//

4. kae Maksum sêkala nir cipta arji/ nêbda sora gêtak/ wong liwat mandhêg

nuli/ lah êndi koloranira//

5. ingkang sira gawa nèng pundhak sêmampir/ bakul ta suwala/ kolor-

[223]an isi wang rukmi/ dwi atus sinêndhal kêna//

6. wusing kêna kang darbe tan walang ati/ laju lampahira/ byaring tyas kya

Maksum nuli/ pinaring eling tyas arja//

317

mangkat * 318

gêgombalan * 319

wakhidin *

Page 200: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

180

7. kapang-kapang anututi kang lumaris/ adhuh tuwan ingkang/ lumampah

kèndêlan nuli/ punika kagungan tuwan//

8. katututan anolèh ingkang darbèni/ kya Maksum sêksana/ nora gèng

nungkêmi rijlin/ ature sarwi karuna//

9. kang mulana kagungan tuwan suwawi/ sing kêlajêng amba/ lumyat wang

dèn bidhung eblis/ makepurna wus kèngêtan//

10. dadya paran jasat amba awal akir/ ing dunya tan tata/ akerat

kinantheblis/ dhuh-adhuh nyuwun apura//

11. sing kasuwak miyat atmaja kèh nangis/ sing kaluwèn boga/ nênêm

biyangira sakit/ dhuh-adhuh botên kadosa//

12. yèn tan ngandêl ulun aturi kampir320

/ dhatêng pondhok kawula321

/ kang

botên têbih sing ngriki/ anjêngêr bêbakulaning//

13. lah kandêla aja sira bangêt nangis/ sun apura sira/ nanging koloran dera

mbil/ misia ana ing sira//

14. datan kêna bakul mo-[224]po ginuging322

/ sêbda wor karuna/ têmah anuli

nuruti/ mring kya Maksum wismanira//

15. glis tumêka ing wismanira kèh siwi/ ting klosot nèng wisma/ biyung lèmèk

sukêt aking/ lanang nêbda wor karuna//

16. amiwiti purwa madya wusananing/ sanèskarèng tingkah/ dèn andhar kang

èstri tangi/ burangkangan sarwi mular//

17. lah ta inggih tuwan apuntên sayêkti/ wong lanang kawula/ purun ngroda

ngrêbat dhuwit/ wang êmas wontên koloran//

18. lah punika tuwan tampêna dèn aglis/ wangsuling koloran/ bêbakul milu

anangis/ sangking wlas miyating mlarat//

320

yèn datan ngandêl ulun aturi kampir # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 12i) 321

dhatêng pondhok kula # (kelebihan satu suku kata, seharusnya 6a) 322

datan kêna bakul amopo ginuging # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 12i)

Page 201: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

181

19. aja dadi atimu wong jalu èstri/ ingsun uwis lila/ khalal sandhangên lan

bukti/ ingokêna atmajanta//

20. sun dadia kadangira kang sayêkti/ dunya ing dêlahan/ mung sathithik

cuwa mami/ kasugihane Yyang Sukma//

21. pirang-pirang pênuh ing dunya sêkalir/ dene mung sêpala/ kang sun gawa

amung iki/ jalma jalu èstri lingnya//

22. alah-alah pantêse panduka inggih/ nganggêp satru mêngsah/ datan pantês

lamun tampi/ sih wilasa tuwan lila//

23. [225] lah ta uwis aja dinawa kang pikir/ lah padha kariya/ sirna bakul tan

kaèksi/ baya utusane Yyang Sukma323

//

24. jalu èstri asujut siti mawanti/ kapya kang atmaja/ sinrudhah dènira bukti/

tuwin pêngangge sumêkta//

25. lulus arja gènira kadangan mami/ dadya kadang lanang / nomêr sèkêt pitu

titi/ agênti lajuning kojah//

Rêrênggan Ron Ginêlung (Durma, LXII)

1. [226] aja mundur dèn lajêngêna kang kojah/ wontên winarnèng tulis/ kèh

catur sujalma/ nênggih budhêg sêdaya/ ewa sêmana pêrdondi/ lan

rowangira/ kang samya nandhang tuli//

2. budhêg awal pakarya-[226]ne angon menda/ nênggih dina sawiji/ giring

ponang menda/ marang ing têgal-têgal/ cêlak pagêrirèng desi/ dènya ngon

menda/ wayahira byar injing//

3. pêmangane ingkang kapya ponang menda/ saèstu luwih aring/ ing pukul

sêdasa/ manganti ulap-ulap/ kêkirimanirèng èstri/ sêga myang jangan/

dangu nora kaèksi//

4. osiking tyas suwe têmên nora prapta/ wong wadon nora mikir/ tan tahan

nglihira/ mèh kasèp mangdèng nêdha/ anuli iku udani/ ana wong desa/ ing

dhusun nuju ngarit//

323

baya utusan Yyang Sukma # (kelebihan satu suku kata, seharusnya 8a)

Page 202: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

182

5. pasukêtan acêlak lan pagêr desa/ angaritakên sapi/ dangu pêmawasnya/

mingak-minguk datan sah/ tan prapta ingkang angirim/ èstu tan tahan/

abêtahakên anglih//

6. garundêlan mring kang wadon dene edan/ wis awan nora ngirim/ gya

sêmana mara/ jalma ngirit unggyannya/ wus cêlak ujare manis/ èh ta ki

sanak/ yèn parêng nyambat mami//

7. ngulatêna ing menda amba sakêdhap/ yya kongsi ngambil juti/ yèn

mangke raharja/ ulun opahi [228] sira/ wong ngarit sumaur bêngis/

ujarmu apa/ sira luwih praduli//

8. apa sira maharsa urip priyangga/ sapiku kaprih mati/ kambingmu lêmua/

aja suwe acêdhak/ lungaa dipun agêpih/ pakaryanira/ sambatên ja

pêrduli//

9. iki sukêt saèstu cukul priyangga/ wajib pakarya mami/ sun sambut

priyangga/ aja suwe cêdhak324

/ tanpa opèn salah kardi/ nganti sun pala/

tampane wong ngon kambing//

10. anyaguhi tumandya mulih trêngginas/ arsa ngajar kang èstri/ lumayu

agancang/ praptèng wisma umiyat/ rabine brangkang nèng siti/ wêtênge

lara/ kacang mêntah binukti//

11. ngolang-aling asêsambat mring kang lanang/ jogane kêrak tai/ tumandya

kang lanang/ ngiras mangan sênthongan/ wusing boga bali gêndring/

pamirmèng manah/ wêdhus mênèk dèn ambil//

12. mring durjana sawusira praptèng prênah/ kapya kambinge mêksih/

jangkêp paring mangan/ nglêmbana jroning driya/ nyata arja wong kang

ngarit/ iku unusan/ nira jalma sêdèsi//

13. aja kongsi murungakên niyat arja/ ingsun saguh ngopahi/ tandya

cêmpenira/ juga alêmu pincang/ sikile ngarsa sawiji/ [229] pinanggul

mara/ unggyanira wong ngarit//

14. èh ki sanak nyataa tènira arja/ niki kula opahi/ cêmpa alêmu juga/ wong

ngarit salah tampa/ ora pisan-pisan mami/ anugêlêna/ sikile cêmpe

kambing//

324

yya aja suwe cêdhak # (kekurangan satu suku kata, seharusnya 10i)

Page 203: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

183

15. sasuwene ingsun nora lunga-lunga/ anêrka angêncêpi/ muhung sikil

menda/ wong angon sêbdanira/ lowung sêmbêlèhên bêcik/ kinarya sêgah/

tamu lan anak rabi//

16. sru brêmantya wong ngarit saure sugal/ dubilah setan bêlis/ kowe bangêt

narka/ lah iya rasakêna/ pêcah dhasmu sun gitiki/ andiking netra/ nêpsune

gya kaèksi//

17. mring kang angon solahe luwiha kurda/ angagagi gagithik/ gumun

eraming tyas/ apa wong ngarit edan/ sun pêrlu nguwèhi kambing/ mapan

sêkala/ jajalên angayoni//

18. tandya ana wong nunggang jaran sajuga/ wong roro amarani/ kiwa

têngên nyandhak/ kêndhali kudanira/ aminta bênêr wong kalih/ nuli

pratela/ bêbarêngan dera ngling//

19. sami nêlakakên ing prakaranira/ ing [230] saneskara titi/ wong kang

nunggang jaran/ gumêtêr ulat biyas/ sêjatine kuping tuli/ budhêg katiga/

pêrdudon gèsèh angling//

20. wong kang prapta nunggang jaran sêbdanira/ anauri dera ngling/

sêbdane dwi jalma/ ki sanak inggih nyata/ dede kapal kula yêkti/ kasêsa

lampah/ anyandhak wontên margi//

21. ing sak iki dika aku gih kisanak/ kula botên ngukuhi/ jaran gih sumangga/

pating bêrngok katiga/ gèsèh miyat gèsèh ing ngling/ tumandya ana/

Bêrmana325

tuwa prapti//

22. unggyanira katri jalma kang bêcala/ jêngêr têngah mêdhiri/ abudhêg

Bêrmana326

/ katri wong apratela/ aminta bênêr kang yêkti/ barêng

sêbdanya/ ting bêrngok jalma katri//

23. malangkirik Sang Bêrmana327

sora nêbda/ aja akèh dera ngling/ ingsun

wus atampa/ dhêngê sêpda328

sru padha/ tatela wus ingsun pikir/ sira kang

tiga/ anyuprih awak mami//

325

brêmana * 326

brêmana * 327

brêmana * 328

sêbda *

Page 204: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

184

24. angêrbugi ingsun niki maranana/ marang ing rabi mami/ sun tuturi sira/

sajêg kumlip tan manggya/ wong wadon alane luwih/ sapêrti setan/

mundhak andurakani//

25. ing sak iki mah-[231]arsa tobat manira/ mring Mêkah munggah kaji/

ngilangakên salah/ tan manah nglakonana/ dosa anurut pawèstri/ lah

priye mara/ kalahna pikir mami//

26. anitisa iya kaping tigang dasa/ aja kapêthuk mami/ rabi wong mêngkana/

wadon mamrih cêndhala/ wong lanang ginèrèt maring/ lampahan bakal/

kang lêbu ing yumani//

27. tanpa rampung pating bêrngok kapat pisan/ nganthi bênêr pribadi/

bawanê wong papat/ sami budhêg sêdaya/ angumrudhug lumaris/

arantap-rantap/ catur jalma tyas wing wrin//

28. ting julalat tyas uwas angering nganan/ bênêri kang lumaris/ ingkang

rantap-rantap/ èstu kang nyêkêl prentah/ babundhêl kang mangrèh jalmi/

karyane nganglang/ ngêrsiki jalma juti//

29. winêntara kapya jalma catur dasa/ sumêkta gaman jurit/ tumbak-tumbak

canggah/ abujunging dursila/ ingkang abêradhat wajik/ tandya lumiyat/

catur jalma lan wajik//

30. pinêrpêkan jalma catur sru lumajar/ jalma kang angon kambing/ giring

ponang menda/ cêmpe pincang binêkta/ marang sujalma kang ngarit/

agarundêlan/ dunya tan ana adil//

31. Sang Bêrmana329

[232] anyilap wignya nyeluman/ jalma kang nunggang

wajik/ tilar kudanira/ amanjing jurang sêngkan/ tinututan tan kêpanggih/

de kudanira/ kêpanggih kang darbèni//

32. dipun eling êliting dongèng mengkana/ kapya-kapya sujalmi/ aywa

pagunêman/ pra tuwin apa tênan/ lawan jalma kuping tuli/ pratingkang330

mundhak/ mundhak kaku tyas wêngis//

33. ing satêmah pikantuke olèh dosa/ yèn luput dera wasi/ pramulane padha/

ngarjaa suka lila/ papêsthèn sawiji-wiji/ tan kêna ginggang/ mung sukur

tyas arji//

329

brêmana * 330

pratingkah *

Page 205: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

185

4. Sinopsis

Sinopsis dapat diartikan sebagai ringkasan isi cerita. Manfaat

sinopsis adalah untuk mempermudah pengenalan isi naskah yang akan

diteliti lebih lanjut, juga sangat bermanfaat bagi usaha memperkenalkan

naskah-naskah lama sehingga dapat dipahami. Dalam penelitian ini, penulis

lebih memilih sinopsis agar mudah dalam menyampaikan isi dari naskah

CAA, sebab isi CAA yang beragam dan bukan merupakan satu kesatuan

cerita namun merupakan kumpulan cerita pendek dengan genre yang sama.

Berikut ini sinopsis CAA mulai dari pupuh I sampai dengan pupuh LXII:

1. Pupuh I (têmbang Dhandhanggula)

Cerita tentang seorang pandai besi yang akan menjalani

hukuman gantung. Pada saat itu hakim bimbang, karena beberapa warga

desa tidak setuju dan khawatir jika pandai besi tersebut dihukum, karena

di desa tersebut hanya ada dua pandai besi. Tiba-tiba salah satu warga

mengatakan untuk menghukum saja pandai besi tersebut, alasannya ialah

desanya hanya desa yang kecil dan jika salah satu pandai besi dihukum

mati maka tidak akan menjadi masalah besar sebab desa sekecil itu hanya

membutuhkan satu pandai besi saja. Maka dihukumlah pandai besi itu.

Dalam cerita tersebut memuat ajaran untuk hakim yaitu agar tegas dalam

mengambil suatu keputusan sesuai dengan hukum yang berlaku.

2. Pupuh II (têmbang Dhandhanggula)

Seorang Raja bernama Raja Dhariyus melarang para prajuritnya

yang telah merencanakan untuk meruntuhkan sebuah jembatan. Sang

Page 206: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

186

Raja berkata bahwa rencana tersebut bukanlah rencana yang baik sebab

masih banyak prajurit yang dapat menyelamatkan diri dari peperangan

dengan melewati jembatan tersebut sama seperti dirinya. Tokoh Raja

dalam cerita tersebut mencerminkan sikap Raja yang tidak

mementingkan keselamatannya sendiri dan menunjukkan sikap peduli

Raja terhadap para prajuritnya.

3. Pupuh III (têmbang Gambuh)

Ratu Elisabeth yang berkunjung ke rumah seorang pejabat yang

bernama Bakon. Rumahnya kecil sebelum ia diangkat menjadi seorang

pejabat. Saat sang Ratu datang, beliau bertanya mengapa pejabat seperti

Bakon tinggal di rumah sekecil itu. Tetapi Bakon hanya menjawab

bahwa bukan dirinya yang membiarkan tinggal di rumah kecil namun

Ratu lah yang mengangkatnya menjadi orang besar sehingga rumahnya

menjadi terasa kecil untuk ukuran pejabat seperti dirinya. dari cerita

tersebut dapat kita pelajari bahwa menjadi orang yang memiliki jabatan

tinggi tidak harus bergelimang harta, yang paling penting adalah

bagaimana menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya.

4. Pupuh IV (têmbang Gambuh)

Seorang pekerja yang menuntut gaji pada majikannya, sebab

sudah tiga bulan lebih ia tidak digaji. Maka ia mengancam akan berhenti

dari pekerjaannya jika tidak segera diberikan gajinya. Majikannya

membujuknya agar tidak berhenti dan berjanji akan segera memberikan

gajinya. Sebagai seorang majikan, seharusnya memperhatikan nasib

Page 207: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

187

pekerjanya dan memberikan apa yang menjadi haknya. Tokoh majikan

dalam cerita di atas merupakan salah satu contoh majikan yang kurang

baik karena menunda gaji pekerjanya.

5. Pupuh V (têmbang Pocung)

Eyan yang sedang menyiapkan makanan di sebuah meja, namun

tidak sengaja memecahkan piring sehingga membuat majikannya marah.

Tetapi Eyan tidak sakit hati hanya karena kesalahan kecil ia dimarahi

oleh majikannya. Cerita tersebut mengajarkan agar selalu berhati-hati dan

fokus dalam melakukan suatu pekerjaan.

6. Pupuh VI (têmbang Pocung)

Seorang awak kapal tidak sengaja menjatuhkan cawan milik

kaptennya ke laut. Saat ditanya kaptennya tentang keberadaan cawan

tersebut, awak kapal berkata tanpa rasa bersalah bahwa cawan tersebut

tidak hilang melainkan berada di dasar laut. Sama dengan cerita pada

pupuh sebelumnya, cerita tersebut mengajarkan agar selalu berhati-hati

dan fokus dalam melakukan suatu pekerjaan.

7. Pupuh VII (têmbang Pocung)

Majikan bertanya kepada kedua pekerjanya yaitu Yan dan Yuris.

Pada saat ditanya Yan menjawab bahwa ia tidak mengerjakan pekerjaan

apapun. Kemudian majikan bertanya pada Yuris yang menjawab yang ia

kerjakan hanya menemani Yan yang tidak melakukan pekerjaan apapun.

Sebagai seorang pekerja kita wajib melaksanakan apa yang menjadi

Page 208: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

188

kewajiban kita, tidak seperti kedua tokoh diatas yang tidak menjalankan

kewajibannya dengan baik.

8. Pupuh VIII (têmbang Pocung)

Penunggang kuda yang sedang memacu kudanya, tetapi

kudanya tidak mau melaju kencang karena spur-nya tidak di pasang pada

kuda melainkan ada di saku penunggangnya. Cerita tersebut di

golongkan dalam golongan lelucon tentang lelaki bodoh (the stupid man)

tokoh penunggang kuda diatas tidak memasangkan spur pada kudanya.

9. Pupuh IX (têmbang Kinanthi)

Kisah tentang seorang sênapati atau komandan perang yang

salah satu kakinya tertembus peluru hingga harus diamputasi. Seorang

pengawalnya merasa sangat sedih tetapi dengan bijak komandan berkata

bahwa tidak masalah kalau kakinya diamputasi karena hari berikutnya

pengawal hanya akan memakaikan satu sepatu saja ke kakinya. Dari

cerita tersebut menunjukkan bahwa tokoh komandan perang yang ikhlas

walaupun harus kehilangan salah satu kakinya.

10. Pupuh X (têmbang Kinanthi)

Seorang lelaki sedang berkuda, tetapi tiba-tiba kuda tersebut

menyentakkan kakinya ke tanah sebab ada seorang wanita yang berdiri di

pinggir jalan sambil melempar-lemparkan payungnya. Kuda tersebut

kaget dan akhirnya terjatuhlah lelaki yang menunggang kuda. Setelah

bangkit ia berkata pada wanita bahwa tidak pantas seorang wanita

berperilaku seperti itu.

Page 209: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

189

11. Pupuh XI (têmbang Kinanthi)

Dua orang lelaki yang hendak pulang dari sebuah penginapan,

saat melewati sebuah pintu ternyata pintu tersebut masih terkunci. Yang

membawa kuncinya adalah seorang anak kecil. Saat diminta untuk

membukakannya, si anak menjawab dengan kurang sopan bahwa

pujangga seperti mereka berdua semestinya dapat melakukan banyak hal

termasuk membuka pintu sendiri. Dalam cerita tersebut menunjukkan

bahwa anak lelaki kurang sopan karena menyuruh orang yang lebih tua

membuka pintu sendiri padahal ia yang membawa kuncinya.

12. Pupuh XII (têmbang Sinom)

Di sebuah panti yang menampung orang penderita sakit jiwa,

suatu hari seorang lelaki mengunjungi kerabatnya yang dirawat ditempat

tersebut. Saat itu, Ele yang menderita sakit jiwa mengajak saudaranya

terjun dari lantai dua. Tetapi dengan kecerdikan saudaranya akhirnya

dapat mengelabuhi Ele sehingga tidak jadi melakukan hal tersebut. Cerita

tersebut termasuk dalam golongan lelucon dan anekdot tentang lelaki

cerdik (the clever man).

13. Pupuh XIII (têmbang Sinom)

Seorang raja yang bernama Prabu Lodhuwik mengajak abdinya

bermain kartu. Permainan kartu sang Raja ternyata salah, namun sang

Raja bersikeras bahwa ia tidak salah. Kemudian datanglah Pangeran

Grammon yang memberitahukan bahwa sang Raja-lah yang bersalah,

buktinya adalah semua abdi diam saja tidak berani menyangkal sang

Page 210: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

190

Raja. Sebagai seorang putra Raja, Pangeran Grammon berani untuk

mengingatkan ayahandanya yang berbuat kesalahan.

14. Pupuh XIV (têmbang Sinom)

Yohanes Gonsalah yang senang berjudi memiliki seorang putra

bernama Iskandar Zukarnaen. Iskandar tidak senang melihat perbutan

ayahnya yang senang berjudi, akhirnya ia mengingatkan ayahnya agar

tidak lagi berjudi. Sama dengan cerita pada pupuh sebelumnya, cerita

tersebut menunjukkan sikap seorang anak yang berani mengingatkan

orang tuanya yang telah berbuat salah.

15. Pupuh XV (têmbang Mêgatruh)

Cerita tentang seorang tabib, kedatangan seorang pasien yang

lukanya tidak terlalu parah. Tetapi si pasien sangat ketakutan akibat

banyaknya darah yang keluar. Akhirnya tabib menyuruh seorang

pekerjanya untuk mengambilkan obat dan berkata pada si pasien agar

tidak terlalu panik karena lukanya akan segera sembuh. Sikap tabib

menunjukkan bahwa tabib tenang dalam menjalankan pekerjaan

walaupun pasien yang ditanganinya begitu panik hanya karena lukanya

mengeluarkan darah.

16. Pupuh XVI (têmbang Mêgatruh)

Seorang perempuan sedang beribadah di masjid, setiap ia

mendengar suara tahlil seorang kyai ia selalu menangis. Kyai yang

mengetahuinya penasaran dan bertanya kepada perempuan mengapa ia

selalu menangis jika mendengar suaranya. Perempuan menjawab bahwa

Page 211: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

191

ia sedih mendengar suara kyai sebab suaranya mirip sekali dengan

kudanya yang telah mati di makan singa. Kyai marah dan akhirnya

mengusir perempuan tersebut. Dari cerita diatas dapat kita lihat bahwa

tokoh perempuan tersebut telah bersikap tidak sopan pada kyai karena

menyamakan suara kyai dengan suara keledainya.

17. Pupuh XVII (têmbang Asmaradana)

Suatu hari seorang pedagang berbincang dengan seorang pelaut.

Pedagang bertanya apakah pelaut tidak takut melaut sebab dahulu kakek

dan ayahnya tenggelam di laut. Pelaut tidak menjawab pertanyaan

pedagang melainkan belik bertanya pada pedagang apakah ia tidak takut

bila waktunya tidur sebab dahulu kakek dan ayahnya meninggal saat

tidur di rumah. Pedagang tidak menjawab pertanyaan pelaut tersebut.

Tdari cerita diatas dapat kita petik ajaran bahwa takdir merupakan suatu

rahasia besar dan hanya diketahui oleh Allah swt.

18. Pupuh XVIII (têmbang Asmaradana)

Seorang laki-laki yang meremehkan seorang bocah yang

mengemis padanya. Ia memberikan syarat bahwa uang yang tidak

terpakai harus segera dikembalikan. Laki-laki itu tidak percaya pada anak

lelaki yang mengemis padanya, hingga suatu hari ia menjumpai anak

tersebut masih menunggunya dan menepati janji untuk mengembalikan

sebagian uang yang tidak dipakai olehnya. Dari cerita tersebut dapat kita

lihat ketulusan dan kejujuran seorang anak yang walaupun keadaannya

miskin dan serba kekurangan.

Page 212: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

192

19. Pupuh XIX (têmbang Asmaradana)

Anak perempuan yang berumur lima tahun diminta ibunya

untuk mendoakan neneknya yang sedang berulang tahun. Ibunya

mengajarinya untuk mendoakan neneknya supaya selalu sehat dan

panjang umur, tetapi anak perempuan tersebut hanya diam saja.

Kemudian ia berkata pada ibunya bahwa neneknya memang sudah sangat

tua dan lebih baik mendoakan neneknya agar kembali seperti seorang

perawan. Dari cerita diatas dapat tokoh anak perempuan yang

menunjukkan kepolosannya sebagai anak kecil saat diminta ibunya untuk

mendoakan neneknya.

20. Pupuh XX (têmbang Asmaradana)

Menceritakan tentang seorang lelaki cerdik yang gemar

membaca. Pada suatu hari datanglah seorang perempuan yang meminta

tolong. Diberinya gadis itu bara api, lelaki cerdik berkata syarat agar

dapat mengambilnya adalah buku-buku yang dipelajarinya, kemudian

pulanglah si gadis.

21. Pupuh XXI (têmbang Mijil)

Seorang anak desa pulang dari menjual sapi di pasar membawa

uang sekantong penuh. Ditengah perjalanannya ia dihadang oleh

perampok. Ia tak kehabisan akal, ia menyebar uang dalam kantongnya ke

jalanan. Perampok tersebut marah dan kebingungan mengambil uang

yang tersebar. Tanpa berpikir panjang anak desa tersebut membawa lari

kuda si perampok dan sesampainya di rumah didapatinya kantong penuh

Page 213: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

193

uang emas di pelana kuda milik perampok. Cerita tersebut dapat

digolongkan dalam cerita kecelakaan yang menguntungkan (a lucky

accidents) karena anak desa yang dirampok tersebut mendapatkan uang

dan kuda perampok yang dibawanya lari saat ketakutan di ancam

perampok.

22. Pupuh XXII (têmbang Mijil)

Seseorang menitipkan surat kepada temannya agar disampaikan

kepada saudaranya yang tinggal berjauhan dengannya. Ia berpesan agar

menyerahkan surat tersebut bersama dengan sepasang kepiting yang ia

tempatkan di dalam senik. Di tengah perjalanan temannya lengah dan

menhilangkan sepasang kepiting tersebut. Sesampainya di rumah yang

dituju, si penerima surat bertanya dimana kepiting yang dijanjikan

saudaranya. Tetapi si pembawa surat hanya berkata bahwa kepitingnya

ada di dalam surat. Dari cerita tersebut dapat kita petik ajaran moral

bahwa jika diberi kepercayaan atau tugas oleh orang lain, maka kita

harus menjalankannya dengan sungguh-sungguh dan bertanggung jawab

jika melakukan kesalahan.

23. Pupuh XXIII (têmbang Mijil)

Seorang lelaki menengok saudaranya yang sakit keras. Ia tidak

tega melihat saudaranya yang menderita sakit. Dengan penuh perhatian ia

bertanya pada saudaranya tentang keadaannya sekarang dan apa yang ia

rasakan, tetapi saudaranya tidak mau menjawab sepatah kata pun. Lelaki

merasa sakit hati kemudian pulang ke rumah. Sesampainya di rumah,

Page 214: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

194

isterinya menasehatinya agar sabar dan tidak mengambil hati sikap

dingin saudaranya tersebut.

24. Pupuh XXIV (têmbang Dhandhanggula)

Kisah tentang nenek miskin yang sering sekali menghadap Raja

untuk meminta keadilan, tetapi sama sekali tidak di gubris oleh Raja.

Pada suatu hari ia berkata pada Raja, apabila seorang Raja tidak mau

mendengarkan keluhan rakyatnya maka Raja tersebut setengah hati

dalam memerintah. Mendengar perkataan nenek tersebut, maka Raja

segera mempersilakannya masuk. Dari cerita tersebut dapat kita lihat

sifat adil dan bijaksana dari Prabu Filip yang patut diteladani.

25. Pupuh XXV (têmbang Dhandhanggula)

Seorang pengemis mengaku bahwa dirinya sakit keras dan

sedang kelaparan. Lelaki memberikannya uang dan kemudian menyuruh

salah satu pekerjanya untuk mengikuti pengemis tersebut. Sesampainya

di sebuah warung si pekerja kaget karena melihat pengemis sedang

makan di warung tersebut. Saat ditanya sakit apa yang ia derita, si

pengemis menjawab bahwa ia menderita sakit malas. Si pekerja marah

karena ditipu oleh pengemis tersebut. Tokoh pengemis tersebut

merupakan contoh yang kurang baik, karena membohongi orang-orang

dengan mengemis dan mengaku sakit parah padahal ia seorang pemalas.

26. Pupuh XXVI (têmbang Dhandhanggula)

Prabu Frederik berpesan pada seluruh opsir serta prajuritnya

agar berani menghadapi musuh dalam peperangan. Beliau berkata akan

Page 215: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

195

memimpin di garis depan, kemudian berpesan bagi prajurit yang

setengah-setengah dalam menjalankan tugasnya akan dilepas dari

jabatannya dan bagi yang pemberani akan mendapatkan anugerah dari

sang Raja. Dari pesan Prabu Frederik dapat kita teladani bahwa dalam

menjadi seorang prajurit harus berani menghadapi apapun serta tidak

pantang menyerah.

27. Pupuh XVII (têmbang Pocung)

Kisah tentang Prabu Alfonsus yang sangat luhur dan halus

budinya. Beliau senantiasa mengajarkan welas asih kepada seluruh

prajuritnya. Beliau berpesan bahwa sifat menyia-nyiakan adalah sifat

hewan, sedangkan sifat welas dan asih adalah sifat manusia. Dari cerit

tersebut bahwa kia lihat bahwa Prabu Alfonsus merupakan Raja yang

bersifat halus hatinya, berbudi luhur dan penuh pengampunan.

28. Pupuh XXVIII (têmbang Pocung)

Seorang Raja yang bernama Prabu Karel ke-4 yang selalu

berusaha adil terhadap siapapun di negaranya. Beliau berkata bahwa

seorang Raja seperti dirinya tentu mengalami kesulitan dalam berbuat

adil karena beliau pribadi mengakui bahwa pastilah banyak kesalahan

yang ia perbuat tanpa sepengetahuan dirinya sendiri sebagai manusia

biasa. Beliau berpesan bahwa seorang Raja hanya mampu berusaha yang

terbaik untuk semuanya.

Page 216: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

196

29. Pupuh XXIX (têmbang Durma)

Saat berkecamuk perang di Dasterlis, Jendral Val Abret diangkat

sebagai pemimpin perang. Di tengah peperangan ia terluka parah,

kemudian ditolong oleh beberapa prajurit, tetapi Jendral Val Abret

memerintahkan para prajurit untuk fokus pada peperangan dan

meninggalkan Val Abret yang terluka parah. Pada akhirnya Val Abret

meninggal. Sebelum perang ternyata Val Abret sempat menulis sepucuk

surat yang ditujukan untuk sang Raja, yang isinya agar sang Raja selalu

mengingat jasa seluruh prajuritnya termasuk Jendral Val Abret.

30. Pupuh XXX (têmbang Sinom)

Cerita tentang seorang hakim yang disuap dengan seekor

kambing oleh orang yang mempunyai perkara. Tetapi hakim yang

bernama Eles, teguh untuk menolak kiriman kambing tersebut. Karena

orang yang menyuap juga bersikukuh tidak mau mengambil kembali

kambing itu, maka hakim dengan tegas membayar segera kambing itu.

Jaksa dalam cerita di atas merupakan jaksa yang pantas dijadikan teladan

karena keteguhan hatinya dalam menjalankan profesinya serta masih

memegang etika dalam pekerjaannya yaitu berusaha jujur dan menolak

suap.

31. Pupuh XXXI (têmbang Sinom)

Kedua orang Raja yang bernama Raja Hendrik dan Raja Fransis

sama-sama memiliki watak yang bengis. Raja Hendrik memerintahkan

Tom Smur untuk menghadap Raja Fransis untuk menyampaikan

Page 217: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

197

tantangan perang dari Raja Hendrik. Sesampainya di hadapan Raja

Fransis, Tom Smur ketakutan melihat wajah sang Raja yang terlihat

bengis. Tom Smur mengatakan pada Raja agar tidak memenggal

kepalanya setelah menyampaikan pesan dari Raja Hendrik. Raja Fransis

setuju ia tidak akan memenggal kepala Tom Smur melainkan akan

memenggal seluruh rakyat Raja Hendrik. Dari cerita tersebut terlihat sifat

keras hati dari kedua Raja yang akhirnya tidak membawa kesejahteraan

pada rakyatnya.

32. Pupuh XXXII (têmbang Sinom)

Ada seorang lelaki desa yang lapar, ia berniat makan di tempat

pedagang emas yang ia tahu pedagang tersebut culas dan gemar mencari

untung. Ia mencari akal, seampainya di rumah pedagang tersebut, ia

berpura-pura menenyakan harga emas. Pedagang berfikir bahwa orang

desa pastilah mudah ditipu. Akhirnya pedagang mempersilakan lelaki

desa tersebut masuk ke rumahnya dan disediakan beraneka macam

makanan. Setelah selesai makan, lelaki desa berterima kasih dan berkata

pada pedagang bahwa niatnya datang hanyalah ingin menanyakan harga

emas agar tidak ditipu orang jika sewaktu-waktu ingin memebeli emas.

33. Pupuh XXXIII (têmbang Pangkur)

Perampok menghadang seorang lelaki yang membawa satu

kantong penuh uang. Lelaki yang dirampok tersebut bersedia

menyerahkan kantong uang dengan syarat baju yang dikenakannya harus

ditandai oleh tembusan peluru agar majikannya percaya bahwa ia

Page 218: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

198

dirampok ditengah jalan. Tetapi pada saat perampok akan melubangi

bajunya, dengan tangkas lelaki merebut kantong uang tersebut dan segera

berlari menyelamatkan diri dari perampok. Cerita tersebut dapat

digolongkan dalam cerita kecelakaan yang menguntungkan (a lucky

accidents) karena ia dapat merebut kembali uang dari tangan perampok.

34. Pupuh XXXIV (têmbang Pangkur)

Kisah tentang seorang pangeran yang sakit parah, kemudian

tabib menyarankan agar ia meminum susu kuda. Kemudian sang

Pangeran membawa tiga kuda betina agar dirawat oleh orang desa di desa

itu. Orang desa tersebut bertugas merawat dan memerah kuda. Setiap

bulan sang Pangeran membayarnya empat puluh reyal. Dari cerita diatas,

Pangeran menepati janjinya bahkan memberikan uang lebih pada pemilik

kuda yang telah membantunya.

35. Pupuh XXXV (têmbang Pangkur)

Seorang ibu sedang menjalani hukuman di penjara, tidak diberi

makan dan minum oleh sipir. Setiap hari anaknya mengunjungi si ibu,

tetapi diperiksa oleh sipir agar tidak membawa makanan atau minuman

ke dalam penjara. Sipir curiga mengapa si ibu masih sehat saja walaupun

tidak diberi makan dan minum. Maka suatu hari sipir mengintip sewaktu

anak tersebut mengunjungi ibunya. Sipir kaget dan terharu melihat si

anak menyusui ibunya agar bertahan hidup di penjara. Akhirnya ibu

tersebut dibebaskan dari hukuman dan tempat tersebut didirikan masjid.

Page 219: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

199

Dari cerita diatas memuat ajaran moral seorang anak yang berbakti

kepada ibunya.

36. Pupuh XXXVI (têmbang Pangkur)

Cerita tentang seorang pangeran yang ditugaskan menangani

para napi yang dihukum di tengah lautan. Tetapi beliau menemukan

banyak orang yang tidak bersalah dimasukkan ke dalam penjara karena

alasan yang tidak masuk akal. Akhirnya sang pangeran membebaskan

orang-orang yang masuk penjara hanya karena takut kelaparan di luar

sana.

37. Pupuh XXXVII (têmbang Kinanthi)

Dua orang yang sedang berjalan bersama, kemudian di jalan

menemukan satu kantong penuh uang. Salah seorang mengambilnya dan

tidak mau membagi kepada temannya, walaupun mereka berdua

menemukannya bersama. Tetapi sungguh sial nasibnya karena ia dituduh

mencuri dan dikejar orang-orang, sedangkan seorang lainnya merasa

beruntung karena yang dituduh mencuri hanya kawannya. Cerita tersebut

menunjukkan bahwa jika menemukan barang hendak dikembalikan

kepada pemiliknya atau diserahkan kepada pihak yang berwajib.

38. Pupuh XXXVIII (têmbang Kinanthi)

Seorang peramal didatangi banyak orang yang percaya bahwa ia

sanggup mengetahui kejadian yang akan datang. Pada suatu hari ia

dipanggil oleh jaksa yang akan memutuskan hukuman untuknya. Tetapi

Page 220: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

200

akhirnya peramal itu dibebaskan karena kepandaiannya dalam berbicara

dihadapan jaksa.

39. Pupuh XXXIX (têmbang Asmaradana)

Morfel We dan Raja negara Frakik yang salah paham karena

sepucuk surat, begitu juga cerita Raja Ludwig yang akan memberikan

pengampunan kepada Fongwangseng. Keduanya salah paham dengan

surat pembebasan Fongwangseng, tetapi akhirnya Fongwangseng dapat

dibebaskan dari hukumannya.

40. Pupuh XL (têmbang Asmaradana)

Ada seorang saudagar yang memiliki sifat pelit hingga dirinya

sama sekali tidak mau bersedekah pada fakir miskin. Pada suatu hari

datanglah seseorang yang cerdas yang menantangnya bertaruh. Saudagar

menjamunya begitu rupa dan kalah taruhan pada akhirnya. Cerita

tersebut menunjukkan bahwa sedekah wajib bagi orang yang berlebih

harta dan janganlah kikir.

41. Pupuh XLI (têmbang Durma)

Seorang Raja muda yang memerintah di negara Farsa yang

bernama Sultan Mahmut. Pada masa pemerintahannya banyak terjadi

peperangan yang mengakibatkan rusak seluruh desa, kota dan penjuru

negara. Tetapi pada akhirnya, Sultan Mahmut menyadari kehancuran

negaranya karena mendengarkan empat burung yang berbicara dalam

syair Taheran dan berjanji akan membangun kembali negaranya menjadi

lebih baik dari yang sebelumnya. Sultan Mahmut merupakan Raja yang

Page 221: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

201

memiliki keinginan untuk membangun dan memiliki sifat bawaleksana

yaitu menetapi janjinya untuk membangun negaranya menjadi lebih baik.

42. Pupuh XLII (têmbang Asmarandhana)

Raja negara Cina yang bernama Prabu Kam Iseng Iyok gemar

minum minuman keras, bahkan saat diingatkan patih beliau tidak

berhenti minum. Pada suatu hari beliau sangat mabuk dan

memerintahkan prajuritnya yang sudah dikebiri untuk merantai kaki dan

tangan kedua selirnya. Tiga jam berlalu dan Raja tidak sadar apa yang ia

lakukan bahkan tidak menyadari perintahnya untuk merantai kedua

selirnya. Pada akhirnya sang Raja menyadari bahwa minuman keras

berpengaruh buruk pada dirinya, yang menyebabkan ia mabuk tak

terkendali dan membuat amarah. Raja berjanji akan meninggalkan

kebiasaan buruknya tersebut. Dari cerita tersebut dapat kita lihat bahwa

Prabu Kam Iseng Iyok bersedia menghentikan kebiasaan buruknya

mengkonsumsi minum-minuman keras demi para prajurit dan rakyatnya.

43. Pupuh XLIII (têmbang Pangkur)

Seorang lelaki merantau untuk berdagang ke negara Amirikah

(Amerika), namun ditengah jalan kudanya terperosok lubang dan ia harus

menempuh perjalanan dengan berjalan kaki. Muncullah seorang Indhu

(Hindhu) yang menawarkan bantuan untuk sampai ke Amirikah dengan

membonceng kudanya. Tetapi saat dalam perjalanannya, pedagang

membawa lari kuda orang Indhu dan mengaku bahwa itu adalah kudanya

yang sudah dipeliharanya selama empat tahun. Orang Indhu kecewa

Page 222: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

202

dengan tindakan pedagang yang sudah ditolongnya, tetapi pada akhirnya

dalam pengadilan, pedagang diketahui telah berbohong dan dihukum.

Kuda pun kembali ke tangan orang Indhu. Cerita tersebut merupakan

cermin dari pepatah air susu dibalas dengan air tuba yaitu kebaikan yang

dibalas dengan keburukan.

44. Pupuh XLIV (têmbang Kinanthi)

Raja negara Artari yang bernama Raja Khaliyatul Hasan

merupakan seorang Raja yang halus budinya. Pada suatu hari ia berjalan-

jalan bersama para pengawalnya dan bertemu dengan seorang Druwis.

Druwis berkata barang siapa yang memberinya uang emas seratus maka

ia akan mengatakan hal yang baik dan menarik. Akhirnya Raja

memerintahkan pengawalnya untuk memberikan uang kepada Druwis.

Druwis yang diberi uang kemudian berkata jangan melakukan apapun

yang belum di fikirkan masak-masak, kemudian Druwis berlari.

Terkejutlah sang Raja dengan sikap orang tersebut, tetapi Raja tidak

mempermasalahkan hal tersebut. Enam bulan kemudian, seorang tabib

yang berusaha menipu sang Raja, tetapi ketahuan dan sang Raja tidak

menghukumnya mati. Hanya kejahatannya saja yang dimusnahkan

sehingga kelak tidak terulang kembali.

45. Pupuh XLV (têmbang Kinanthi)

Seorang saudagar kehilangan uangnya di dalam sebuah kantong,

kira-kira delapan ratus rupiyah. Ternyata kantong uang tersebut terjatuh

di jalan dan ditemukan oleh seorang tukang kayu. Ia berniat akan

Page 223: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

203

mengembalikan uang tersebut pada pemiliknya. Suatu hari saudagar

datang mengadu kepada seorang hakim agar dibantu menemukan

uangnya dan berjanji akan memberikan seratus rupiah pada yang

menemukan. Tetapi saat tukang kayu tersebut mengembalikan kantong

uang, saudagar berkata bahwa seharusnya uangnya berjumlah sembilan

ratus dan menuduh tukang kayu telah mengambilnya. Akhirnya hakim

menyelesaikan permasalahan tersebut dan diketahui bahwa saudagar lah

yang telah berbohong. Saudagar yang malu segera berlari pulang ke

rumah dan menemukan uang emasnya yang berjumlah seratus dalam laci

lemarinya. Ajaran yang terkandung dalam cerita diatas adalah agar selalu

berkata jujur.

46. Pupuh XLVI (têmbang Mijil)

Seorang Spanyol membunuh seseorang bangsa luhur dan

kemudian melarikan diri. Ia bersembunyi di sebuah taman, di taman

tersebut seseorang lelaki sedang memetik buah jeruk. Lelaki tersebut

kemudian menolong orang Spanyol, membawanya masuk ke rumah dan

berjanji akan menyediakan tunggangan untuk mengungsi ke Efrikah

(Afrika) jam empat pagi. Tak lama kemudian orang-orang membawa

jasad anaknya yang ternyata telah dibunuh oleh orang Spanyol. Lelaki

tersebut kaget tetapi ia sudah berjanji kepada orang Spanyol yang tadi

ditolongnya untuk melindunginya sampai ke Efrikah. Tepat jam empat

pagi lelaki tersebut menepati janjinya memberikan kuda untuk orang

Spanyol mengungsi ke Efrikah. Orang Spanyol menyesal karena telah

Page 224: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

204

membunuh anaknya dan meminta maaf. Dari cerita tersebut terlihat

bahwa tokoh bangsawan menepati janjinya untuk membantu orang

Spanyol dan tidak menaruh dendam walaupun anaknya telah dibunuh.

47. Pupuh XLVII (têmbang Sinom)

Wilwamur adalah seorang bangsa kulit putih yaitu bangsa

Inggris yang diasingkan sebab menderita sakit dan dalam

pengasingannya ia dirawat oleh seseorang dari bangsa Spanyol. Akhirnya

mereka berdua berkawan baik. Pada suatu hari mendaratlah empat puluh

orang Spanyol yang mendengar kabar bahwa ada orang kulit putih yang

dirawat di tempat itu. Karena dendam masa lalu, mereka mengancam

akan membunuh Wilwamur. Kawan Wilwamur yang merawatnya

melarang orang-orang tersebut dan mengatakan bahwa tidak baik

membunuh orang yang sebenarnya tidak bersalah dan berdosa, serta

membunuh bukanlah alasan untuk menyelesaikan dendam. Pada akhirnya

mereka sadar dan mengurungkan niat mereka untuk membunuh

Wilwamur. Ajaran moral yang terkandung dari cerita tersebut adalah

tidak baik menyimpan dendam masa lalu yang akhirnya menyeret orang

lain yang tidak bersalah dalam pemasalahan.

48. Pupuh XLVIII (têmbang Pangkur)

Seorang buronan yang bernama Endroklis melarikan diri ke

tengah hutan. Dalam persembunyiannya ia menolong seekor harimau

hutan yang terluka. Hingga akhirnya harimau menjadi jinak dan

membalas budi baik Endroklis dengan mencarikan makanan untuknya

Page 225: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

205

setiap hari. Pada saat Raja berburu di hutan, harimau tersebut tertangkap,

begitu pula dengan Endroklis. Raja berniat menghukum Endroklis

dengan cara bertarung dengan harimau tersebut dengan ditonton seluruh

rakyatnya di tengah arena. Pada hari dimana Endroklis harus bertarung

melawan harimau tersebut, justru harimau tidak menyerangnya dan

terlihat jinak dengan menjilati wajah Endroklis penuh kasih sayang. Sang

Raja yang menyaksikan kejadian tersebut segera membebaskan Endroklis

dan harimau. Ajaran moral yang terkandung adalah sudah menjadi

kewajiban manusia bersyukur dalam hati dan membalas dengan penuh

kasih sayang terhadap sesama manusia.

49. Pupuh XLIX (têmbang Dhandhanggula)

Dhamon dan Pitiyas merupakan tahanan negara, salah satunya

yaitu Dhamon akan dihukum mati. Tetapi Dhamon belum berpamitan

kepada sanak keluarganya, maka Pitiyas menghadap sang Raja dan

meminta agar Dhamon diberi kesempatan berpamitan kepada sanak

keluarganya dengan Pitiyas sendiri yang menjadi jaminannya. Raja

memberi syarat jika Dhamon tidak kembali maka Pitiyas yang akan

dihukum mati dan Pitiyas bersedia. Pada hari yang ditentukan ternyata

Dhamon tak kunjung datang, maka Pitiyas akan dihukum gantung

keesokan harinya, tetapi Pitiyas yakin bahwa Dhamon akan menepati

janjinya. Pada saat Pitiyas akan menjalani hukuman gantung, Dhamon

datang dan meminta maaf karena kedatangannya terlambat. Sang Raja

yang menyaksikannya merasa senang melihat pertemanan Pitiyas dan

Page 226: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

206

Dhamon yang begitu erat, akhirnya sang Raja membebaskan keduanya

dan mengangkat keduanya menjadi prajurit. Ajaran yang terkandung

dalam cerita tersebut adalah ajaran untuk menepati janji.

50. Pupuh L (têmbang Pocung)

Seorang pangeran yang setiap tahunnya mengadakan pesta, serta

mengundang seluruh sanak saudaranya dan orang-orang untuk makan

besar di rumahnya. Pada suatu hari abdinya memberitahukan bahwa ada

orang menawarkan ikan berukuran besar padanya. Pangeran berkata

untuk membeli ikan tersebut berapa pun harganya. Tetapi nelayan yang

menjual ikan tidak meminta uang, ia meminta agar punggungnya

dicambuk seratus kali. Pangeran kaget dengan permintan tersebut dan

memerintahkan salah satu abdinya untuk mencambuli punggung nelayan

seperti permintaanya. Pada saat dicambuki, nelayan tidak mengeluh sakit,

tetapi pada hitungan ke lima puluh, ia meminta agar dihentikan karena ia

sudah sangat sakit. Akhirnya nelayan mengakui bahwa ia di ancam oleh

salah satu pengawal penjaga pintu agar tidak menerima uang dari

pangeran dan menyuruhnya untuk menerima cambukan. Maka pangeran

memanggil si penjaga pintu dan memerintahkan nelayan utuk

membalasnya dengan cara yang sama yaitu mencambuki punggungnya.

51. Pupuh LI-LII (têmbang Mêgatruh & Gambuh)

Cerita tentang seorang saudagar yang tertinggal di pelabuhan

dan berusaha mengejar kapal yang membawa dagangannya dengan

menyewa sebuah perahu kecil. Di tengah perjalanannya, datang badai

Page 227: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

207

besar sehingga baju saudagar basah kuyup. Tak berapa lama kemudian

saudagar berhasil menyusul kapal dagang dan bertemu dengan

kawannya. Kawannya begitu terkejut melihat keadaan saudagar dan

bertanya apakah ia menyusul kapal ini dengan cara berenang. Saudagar

menjawab iya dan kagumlah kawannya tersebut. Sesampainya di Anggris

(Inggris), kawannya menyombongkan kemampuan saudagar dengan cara

berenang mengarungi lautan dan mengajak orang-orang memasang

taruhan. Saudagar yang tidak ingin mempermalukan kawannya, akhirnya

melakukan kebohongan lagi di hadapan banyak orang dan uang taruhan

tersebut dibagi tiga dengan kawannya. Ajaran yang terkandung dalam

cerita diatas adalah agar selalu berkata jujur.

52. Pupuh LIII-LIV (têmbang Asmaradana & Maskumambang)

Fulan yang berasal dari Anggris (Inggris) melakukan perjalanan

dengan membawa sekantong emas dan berlian. Di tengah perjalanannya

ia menginap di sebuah penginapan milik orang Yahudi bernama Kyai

Dajul. Kyai Dajul tinggal bersama istrinya. Mereka berdua termasuk

keluarga yang kaya terlihat dari banyaknya kristal yang menghiasi rumah

mereka. Fulan menitipkan sementara sekantong emas dan berlian pada

mereka agar dijaga baik-baik, tetapi Kyai Dajul dan istrinya memiliki

niat buruk. Setelah menginap tiga hari, Fulan berpamitan dan maminta

kembali sekantong emas dan berlian yang dititipkannya, tetapi mereka

berbohong bahwa Fulan tidak menitipkan apapun pada mereka. Fulan

yang kecewa mengadukan perbuatan Kyai Dajul dan isterinya kepada

Page 228: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

208

pangeran. Pangeran yang merasa iba kemudian memanggil Kyai Dajul.

Dihadapan pangeran keduanya diperintahkan untuk menulis di sebuah

talam. Maka terlihatlah bahwa Kyai Dajul yang berbohong dan

sekantong emas berlian dikembalikan kepada Fulan. Ajaran yang

terkandung dalam cerita diatas adalah agar selalu berkata jujur.

53. Pupuh LV (têmbang Sinom)

Sepasang istri memiliki seorang anak lelaki bernama Epfran.

Pada saat masih berkecukupan, keluarga mereka sering bersedekah.

Tetapi setelah sepasang suami istri itu semakin tua, maka hartanya

banyak berkurang. Epfran yang sudah dewasa kemudian menikah dengan

seorang gadis dari keluarga yang sederhana. Tetapi kedua orang tuanya

jatuh sakit, rumahnya habis terbakar dan keluarga mereka jatuh miskin.

Hanya Epfran yang meminta keadilan pada negara agar orang-orang yang

berhutang pada mereka melunasi hutangnya, tetapi usaha Epfran tidak

menuai hasil dan istrinya sedang hamil tua. Epfran yang terdesak

akhirnya merampok. Saudagar yang dirampoknya melaporkan

perampokan itu, tetapi tidak dipercaya karena orang-orang mengira

keluarga Epfran adalah keluarga yang kaya raya. Saudagar diancam

dijatuhi hukuman mati. Epfran yang mengetahuinya menulis surat pada

Raja bahwa memang benar ia telah merampok saudagar karena terdesak

dan usahanya meminta adil telah gagal. Raja yang mengetahui

kebenarannya akhirnya membebaskan saudagar dan membantu keluarga

Page 229: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

209

Epfran. Dari cerita tersebut, ajaran yang terkandung adalah kewajiban

anak untuk berbakti kepada orang tua dan memperjuangkan hak.

54. Pupuh LVI (têmbang Mijil)

Perang di tanah Amirikah (Amerika) antara prajurit Anggris

(Inggris) dibantu oleh prajurit Indhu melawan prajurit Spanyol. Dalam

peperangan tersebut banyak yang menjadi korban serta tempat-tempat

yang hancur akibat peperangan. Lamanya peperangan menyebabkan

prajurit Inggris terdesak dan kalah. Seorang pemimpin perang kopral

Sêkot tertangkap dan dijatuhi hukuman mati. Tangannya sudah diborgol

dan tibalah pada hari dimana ia akan di hukum pancung. Sebelum

dihukum ia menyombongkan diri bahwa tidak ada pisau mana pun yang

sanggup memenggal kepalanya. Algojo segera menebaskan pedangnya

dan putuslah lehernya dengan sekali tebas. Orang-orang yang

menyaksikan merasa ngeri, tetapi akhirnya semua mengerti bahwa

kesombongan hanya akan membawa pada keburukan. Setelah itu

dimakamkanlah jasad kopral Sêkot dengan tata cara Indhu.

55. Pupuh LVII-LVIII (têmbang Mêgatruh & Gambuh)

Seorang tahahanan bernama Dusasul dihukum kurungan di

dalam benteng karena perbuatannya yang kejam. Telah lama ia

mendekam dalam benteng tersebut, sampai suatu hari ia mendapat kabar

bahwa Risel We, hakim yang mengadilinya sakit keras. Dusasul begitu

ketakutan mendengar kabar tersebut dan berniat mengirim surat pada

Risel We sebelum meninggal, karena ia ingin meminta ampunan atau

Page 230: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

210

keringanan hukumn. Ia menulis surat dan mengirimkannya, tetapi

sebelum surat itu sampai ke tangan Risel We, ternyata tiga hari

sebelumnya Risel We meninggal. Surat tersebut tidak sempat di baca

oleh Risel We sehingga Dusasul tetap menjalani hukumannya di dalam

benteng hingga enam puluh satu tahun lamanya.

56. Pupuh LIX (têmbang Dhandhanggula)

Cerita pengalaman Prabu Mamun Mustafa tentang Raja

sebelumnya dan seseorang yang sangat disayanginya yaitu Ali Ibnu

Abas. Pada suatu hari Ali Ibnu Abas menghadap Raja dan

menyampaikan bahwa ada tahanan yang ingin bertemu dengan beliau.

Tahanan tersebut bernama Abul Kaheri, yang ternyata ia adalah saudagar

kaya yang penah menolong Ali Ibnu Abas pada saat melarikan diri dari

peperangan. Ali Ibnu Abas sangat terkejut sebab tahanan yang akan

duhukum mati adalah orang yang telah menolongnya. Ali Ibnu Abas

merasa berutang budi dan membantu Abul Kaheri untuk melarikan diri

dari tahanan. Ia juga akan menanggung kemarahan Raja jika mengetahui

tahanannya lari. Keesokan harinya Raja murka mengetahui hal tersebut

dan memanggil Ali Ibnu Abas. Ia akhirnya menceritakan apa yang

dialaminya kepada sang Raja. Raja luluh hatinya, memanggil Abul

Kaheri dan membalas semua budi baiknya.

57. Pupuh LX-LXI (têmbang Pocung & Maskumambang)

Seorang lelaki bernama Abidi tinggal bersama anak-anak dan

istrinya. Hidupnya susah dan miskin, tetapi ia tidak pernah berbuat jahat

Page 231: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

211

kepada siapapun. Setiap hari ia berusaha memenuhi kebutuhan

keluarganya dengan bekerja ke kota. Istrinya yang kekurangan sering

menjual pakaian dan perabotan rumah untuk menyambung hidup. Lama

kelamaan barang-barang mereka habis hingga rumahnya pun ikut di jual

dan mereka menjadi gelandangan. Suatu hari Abidi melihat celana yang

tergantung di tali jemuran, dalam kantongnya terlihat isinya penuh uang

emas. Karena teringat anak-anak dan istrinya yang kelaparan, akhirnya ia

mengambil celana tersebut. Pedagang pemilik celana mencari siapakan

yang berani mencuri celananya yang penuh uang. Sampai bertemulah

mereka, pedagang menyaksikan keadaan Abidi dan merasa sangat iba

dan merelakan uang tersebut untuk dipergunakan oleh keluarga Abidi.

Dari cerita diatas mengajarkan bahwa walaupun kesusahan tetapi tidak

seharusnya melakukan tindakan mencuri.

58. Pupuh LXII (têmbang Durma)

Kisah tentang beberapa orang tuna rungu, yang pertama adalah

gembala kambing yang menanti kiriman makan siang dari istrinya, tetapi

istrinya tak kunjung datang. Hingga akhirnya lewatlah seorang gembala

sapi yang berniat merumput untuk persediaan makanan sapi di rumahnya.

Gembala kambing meminta tolong kepada orang tersebut agar

membantunya sebentar menggembalakan kambingnya sementara ia

pulang ke rumah. Gembala sapi yang juga tuna rungu ternyata salah

tanggap. Sesampainya di rumah, istrinya sedang sakit perut tetapi

gembala kembing tidak perduli. Setelah gembala kambing kembali, ia

Page 232: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

212

berniat memberikan upah karena dibantu oleh gembala sapi, tetapi dari

awal mereka sudah salah tanggap sehingga terjadilah pertengkaran.

Datanglah seorang penunggang kuda dan membuat keadaan semakin

keruh. Ketiganya mengadu pada seseorang di desa, tetapi keempatnya

ternyata sama-sama tuna rungu sehingga masalah tidak terselesaikan

tetapi semakin menjadi-jadi. Dari cerita diatas dapat kita ambil ajaran

moral tentang berbicara terhadap orang lain, jika apa yang kita bicarakan

benar maka belum tentu benar menurut orang lain.

B. Kajian Isi

Naskah Cariyos Anèh-Anèh merupakan naskah yang berjenis sastra. CAA

merupakan kumpulan 58 cerita dongeng yang ber-genre lelucon dan anekdot.

Lelucon dan anekdot merupakan salah satu jenis dongeng. Lelucon dan anekdot

memiliki perbedaan, lelucon lebih pada menimbulkan rasa geli dan ketawa bagi

para pembacanya, sedangkan anekdot lebih pada menyindir secara halus suatu

kolektif tertentu. Lelucon dan anekdot sendiri masih dibagi menjadi sepuluh

golongan. Salah satunya adalah anekdot mengenai kolektif lain (anecdotes about

other groups of peoples), dalam pembahasan isi ini penulis membahas tentang

kolektif kepemimpinan Raja, prajurit, hakim dan jaksa.

Cerita-cerita di dalam naskah CAA merupakan kumpulan dongeng yang

ber-genre anekdot yang inspiratif dan mudah untuk dipahami. Cerita-cerita dalam

naskah CAA selain memiliki fungsi untuk menghibur, juga memiliki fungsi

edukasi sebagai pendidikan. Karena di dalamnya juga memuat pendidikan moral

Page 233: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

213

seperti kepemimpinan yang dituangkan dalam cerita-cerita kepemimpinan Raja,

ajaran moral kepemimpinan untuk prajurit yang juga dituangkan dalam cerita

prajurit-prajurit pada masa peperangan, serta ajaran moral kepemimpinan untuk

hakim dan jaksa.

Dalam bab IV ini, disajikan pembahasan isi yaitu aspek moral dalam

CAA. Ajaran moral merupakan ajaran yang berkaitan dengan perbuatan dan

kelakuan yang pada hakikatnya pencerminan dari budi pekerti yang mengandung

nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu

kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Nilai moral merupakan nilai yang

harus kita wujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Sebuah negara terbentuk karena adanya kelompok masyarakat yang

berada dalam suatu wilayah besar dan merdeka, serta memiliki kesamaan visi dan

misi dalam menjalankan sebuah sistem kenegaraan. Di dalam sebuah negara

terdapat beberapa elemen yang sangat penting dalam menjalankan seluruh sistem

tersebut yaitu adanya pemimpin (Raja, Presiden maupun Perdana Menteri),

prajurit atau aparat negara seperti halnya tentara yang menjaga kedamaian serta

keamanan, penegak hukum seperti hakim dan jaksa, dan sebagainya. Dewasa ini

tokoh-tokoh pemimpin negara banyak disoroti oleh masyarakat sebab hal-hal

negatif yang terkuak misalnya saja jaksa yang menerima suap, aparat negara yang

menyalahgunakan tugas, pemimpin yang tidak menepati janji dan sebagainya.

Seluruh lapisan masyarakat mulai memperbincangkan tentang kemerosotan moral

para pemimpin negara. Dalam naskah CAA ini tertulis kisah-kisah dongeng yang

sangat inspiratif dan sarat ajaran moral.

Page 234: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

214

Aspek moral yang dibahas dalam CAA ini adalah ajaran moral

kepemimpinan yang berhubungan dengan elemen-elemen negara yaitu pemimpin

negara, prajurit, hakim dan jaksa. Ajaran-ajaran tersebut tertuang dalam bait-bait

CAA dan diuraikan sebagai berikut:

1. Ajaran Kepemimpinan Raja

Raja adalah seseorang yang memimpin suatu kerajaan atau negara.

Seorang Raja juga dianggap sebagai wakil Tuhan di dunia, maka dari itu seorang

Raja harus memiliki sifat-sifat yang mencerminkan kebajikan, antara lain adil,

bijaksana, tidak mementingkan diri sendiri, welas asih atau penuh kasih sayang,

dan sebagainya. Dalam naskah CAA tertulis beberapa kisah tentang teladan

seorang Raja, antara lain:

a. Adil dan Bijaksana

Adil dan bijaksana merupakan dua syarat wajib menjadi seorang

pemimpin, sebab seorang pemimpin mengemban tugas yang luar biasa dan

dipercaya oleh berbagai pihak. Seorang pemimpin harus memiliki sikap adil

kepada siapapun tanpa memandang pangkat, derajat ataupun harta. Seorang

pemimpin juga wajib memiliki sifat yang bijaksana, misalnya bijaksana dalam

menentukan atau menyikapi suatu perkara. Jika seorang pemimpin memiliki

kedua sifat tersebut, maka negara niscaya mencapai kesejahteraan.

Dalam naskah CAA hadir beberapa cerita inspiratif yang menunjukkan

sifat adil dan bijaksana dari seorang pemimpin atau Raja. Salah satunya adalah

cerita yang tertuang dalam Pupuh XXIV, yang mengisahkan tentang seorang

Raja yang bernama Prabu Filip yang memerintah di negara Masedhon

Page 235: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

215

(Macedonia). Kisah tersebut berawal dari banyaknya rakyat yang ingin

menyuarakan pendapatnya dan bertemu langsung dengan sang Raja. Prabu

Filip berusaha bersikap adil dengan mempersilakan satu per satu rakyatnya

yang ingin meminta keadilan. Pada suatu hari seorang perempuan tua yang

nekat masuk ke dalam kerajaan berkata padanya, jika Raja tidak mau

mendengarkan keluhannya hari itu maka Raja juga setengah hati dalam

menjalankan tugasnya memerintah sebagai Raja.

Prabu Filip yang dihadapkan dengan perempuan tua tersebut tersentak

dan mencoba menyikapinya dengan bijaksana. Seperti kutipan dua bait Pupuh

XXIV yaitu bait ke 6 dan ke 7 têmbang Dhandhanggula di bawah ini:

6. asru kagyat jumbul Sri Bupati/ dangu datan akarsa ngandika/ jro

driya nglimbang ature/ nênggih pawèstri sêpuh/ wus katitih

wajibing aji/ angasta pêngadilan/ adiling wadya gung/ ingkang

sami kasusahan/ pinrih mulya têmah raharja pinanggih/ nêgari

lulus arja//

7. nêbda alon kangjêng Sri Bupati/ ngasih-asih ja dadi tyasira/ lagi

kasilip wiyose/ jinurung hawa nêpsu/ lah wus bênêr turira suci/

tandya kinon matura/ nyaritakkên kang wus/ andadèkkên

kasusahan/ duk sêmana kalane kangjêng sang Mulki/ dhawuhkên

kadya adat//

Terjemahan:

6. terkejutlah sang Raja, lama Raja tidak mau berbicara, berbicaranya

tulus dari dalam hati, kepada perempuan tua, memang sudah

menjadi kewajibanku seorang Raja, yang memegang teguh

keadilan, keadilan untuk semuanya, yang tertindas dan kesusahan,

agar memperoleh kemulyaan dan kesejahteraan, maka tercapailah

cita-cita negara.

7. sang Raja berbicara dengan halus, janganlah kau ambil hati, maka

salah paham, jika menuruti hawa nafsu (kemarahan), memang

benar apa yang engkau katakan, sekarang katakanlah, ceritakan

semuanya, apa yang membuatmu susah, seperti itulah perintah sang

Raja, seperti biasanya.

Page 236: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

216

Prabu Filip tidak marah karena ucapan perempuan tua tersebut, tetapi

sebaliknya, beliau bersikap adil tanpa memandang pangkat dan derajat dengan

segera mempersilakan perempuan tua tersebut masuk seperti yang lain dan

memerintahkannya untuk menyampaikan apa yang ia keluhkan. Dari cerita

tersebut dapat kita lihat sifat adil dan bijaksana dari Prabu Filip yang patut

diteladani.

Ajaran untuk senantiasa menegakkan keadilan juga tertuang dalam

Pupuh XXVII naskah CAA. Pada bait ke 7 dan 8 têmbang Pocung, merupakan

pesan seorang raja yang bernama Prabu Alfonsus. Kutipan bait tersebut, adalah

sebagai berikut:

7. risang narpa aji pasrangkara arum/ apa durung manggya/

wasiyating nabi murti/ Adam Kawa tumurun ing alam dunya//

8. awasiyat ing putra wayah sêdarum/ purwa tututira/ kapya

manungsa kang bêcik/ yêkti sangking jêjêg adiling narendra//

Terjemahan:

7. sang Raja menyampaikan pesannya, apakah belum menemukan

(mengerti), wasiat (pesan) dari nabi awal (pertama), Adam dan

Hawa turun ke alam dunia.

8. berpesan kepada cucu cicit semua, pesannya permulaan (pesan

yang pertama), semua manusia yang baik, tentu dari seorang Raja

yang menegakkan keadilan.

Pesan tersebut menunjukkan bahwa seorang pemimpin harus

senantiasa menegakkan keadilan. Ajaran tersebut sudah turun temurun

semenjak nabi pertama yaitu nabi Adam. Sebagai manusia, keadilan

merupakan suatu hal yang harus diterapkan untuk mencapai kesejahteraan

dalam hidup di dunia.

Page 237: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

217

Kisah lain yang menunjukkan sikap adil dan bijaksana dalam naskah

CAA adalah kisah Prabu Karel, raja negara Frakik (Perancis) yang tertuang

pada Pupuh XXVIII. Pada masa akhir jabatannya, Prabu Karel menyampaikan

pesan kepada seluruh abdinya, tentang kewajiban seorang Raja yang selalu

berusaha bersikap adil pada siapapun. Pesan Prabu Karel tersebut tertulis pada

bait ke 3, 4 dan 5 têmbang Pocung, yaitu:

3. dene sêbda timbalan dalêm kang dhawuh/ sêlawase ingwang/

jumênêng ratu ing Frakik/ nora liwat amung ingkang ingsun cipta//

4. iya aming nindakake adil ingsun/ nanging êndi ana/ para ratu ing

sêbumi/ ingkang wignya mesthèkakên ing wêrdaya//

5. bênêrira ngêtrapkên adhilanipun/ marang kapya ala/ kang padha

aminta adil/ ing atase panjênêngan ingsun nata//

Terjemahan:

3. setelah abdi yang menghadap berbicara, (Raja berkata) selama aku,

menjadi seorang Raja di negara Frakik (Perancis), tidak lebih dari

keinginan dalam hati.

4. tentu aku hanya berusaha berbuat adil, tapi dimanakah adanya, para

Raja di dunia ini, yang pandai menuruti kata hatinya.

5. benar jika aku menegakkan keadilan, pada semua keburukan, dan

pada semua yang meminta keadilan, diatas segala kekuasaan Raja.

Prabu Karel merupakan teladan bagi seorang pemimpin. Beliau

memiliki sifat yang adil dan bijaksana, bahkan di kesempatan terakhirnya

bertahta, Prabu Karel memberikan wejangan yang sangat berguna bagi

semuanya. Dari kedua cerita yang tertulis dalam naskah CAA tersebut, dapat

kita ketahui bahwa kewajiban seorang pemimpin berlaku adil dan bijaksana

demi mencapai kesejahteraan bersama.

b. Tidak Egois atau Memikirkan Diri Sendiri

Page 238: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

218

Selain adil dan bijaksana, seorang pemimpin haruslah besar hati dan

tidak egois atau memikirkan diri sendiri, karena menjadi seorang pemimpin

pastilah memilki tanggung jawab yang besar dan terkadang harus merelakan

banyak hal untuk kepentingan bersama. Resiko yang di hadapi dalam proses

memimpin pun tidaklah sedikit, maka seorang pemimpin dapat terpilih karena

sudah dipertimbangkan dalam berbagai hal. Dalam naskah CAA ini, kisah yang

tertulis pada Pupuh II, merupakan teladan seorang pemimpin yang tidak egois

atau memikirkan kepentingan atau dirinya sendiri.

Kisah seorang Raja negara Isus yang bernama Prabu Dhiyus

(Dhariyus) yang sedang menghadapi peperangan. Ditengah peperangan sang

Raja dilarikan oleh para prajuritnya agar tidak tertangkap oleh musuh. Pada

saat melewati sebuah jembatan, prajurit yang membawa sang Raja berniat

untuk meruntuhkan jembatan tersebut agar musuh tidak dapat mengejar

mereka. Tetapi Prabu Dhiyus menolaknya dan memerintahkan agar para

prajuritnya tiidak meruntuhkan jembatan tersebut. Perintah Prabu Dhiyus

tersebut tertuang pada Pupuh II bait 3 dan 4 têmbang Dhandhanggula, sebagai

berikut:

3. rèh iktiyar pambêngana nênggih/ pambujunge mêngsah dalêm

narpa/ nata alon timbalane/ iku ingsun tan rêmbug/ kêranane

pangèsthi mami/ yuswaning sun tan nêdya/ murwat kèh jinipun/

nganti ambelakna kapya/ umurira bala ngongkang mêksih kari/

anèng jroning bêbaya//

4. kang pakewuh ewuh angluwihi/ binabujung dèn êluding mêngsah/

mêlayu ngungsi marene/ sumêdya labuh mring sun/ kawruhana

cipta ngong mangkin/ tan darbe sêdya ala/ mung arja rahayu/

kapya-kapya wadyaningwang/ anusula ingambah karêtêk sami/ yèn

wus kumpul ing pêrnah//

Terjemahan:

Page 239: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

219

3. memberi perintah menghalangi musuh dengan cara itu

(meruntuhkan jembatan), perburuan musuh sang Raja, maka Raja

berkata, itu aku lah yang tidak setuju, sebab menurutku, umurku ini

tidak dapat, dibandingkan dengan banyaknya prajurit, yang sampai

mengorbankan sesama, umur seluruh prajuritku yang masih

tertinggal, dalam sebuah bahaya.

4. sungguh tidak enak hati, sangat berbahaya perburuan musuhku

(peperangan), hingga harus melarikan diri (mengungsi) di tempat

ini, bersedia berkorban untukku, pahamilah apa yang aku ucapkan,

agar tidak menemui keburukan, hanyalah sejahtera dan

keselamatan, untuk seluruh prajuritku, semoga dapat menyusul

melewati jembatan ini, dan dapat berkumpul kembali.

Dari kutipan diatas, dapat kita lihat sikap Prabu Karel yang sangat

mengkhawatirkan keselamatan para prajuritnya yang masih berperang. Hal

tersebut menunjukkan bahwa Prabu Karel tidak mementingkan diri sendiri dan

memiliki kepedulian yang besar terhadap para prajuritnya. Kisah selanjutnya

yang mencerminkan sikap tidak mementingkan diri sendiri adalah kisah

seorang Raja di Cina yang bernama Prabu Kam Iseng Iyok yang tertuang pada

Pupuh XLII. Raja tersebut memiliki kebiasaan buruk yaitu gemar minum-

minuman keras, tetapi pada akhirnya Raja menyadari bahwa minuman keras

tersebut membuat pengaruh yang tidak baik pada dirinya sendiri. Raja akhirnya

memutuskan untuk menyudahi kegemarannya minum-minuman keras, seperti

dalam kutipan têmbang Asmaradana di bawah ini:

20. sarta pitulunging Widhi/ narendra pênggalih ingkang/ tanpawit

paring So Sèng Wong/ sangking sumuking inuman/ anggur nora

raharja/ bêntèring padharan sumuk/ pênariking galih arda//

21. kêkasih wus dèn luwari/ saya sihe Sri Narendra/ tuwin mring

wadya gêbirèn/ ingêbyakan mulya suta/ ing mangke Sri Narendra/

amantuni nginum anggur/ amung ing yèn kala mangsa//

22. punika mawi ginalih/ datan arsa yèn kaduka/ gêjawi amung

sêpancèn/ kya patih sakancanira/ tuwin jalma sapraja/ asuka

sukuring kalbu/ wuwuh arjaning nagara//

Page 240: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

220

Terjemahan:

20. serta mendapat pertolongan Tuhan, apa yang menjadi keinginan

Raja, terlebih lagi pada So Seng Wong, akibat panasnya minuman,

anggur yang tidak baik, menjadikan badan panas dan gerah,

menyebabkan hati murka.

21. selir telah dibebaskan, semakin sayang sang Raja, kepada prajurit

yang dikebiri, menunjukkan anak yang mulia, maka nantinya sang

Raja, akan berhenti meminum anggur, hanya jika dikala waktu saja.

22. itulah yang menjadi keinginannya, tidak lagi menginginkan

minuman keras, kecuali hanya sekali waktu (kadang-kadang), patih

serta semua, juga seluruh rakyat, bersuka dan bersyukur, berharap

kesejahteraan negara.

Dari kutipan bait 20, 21 dan 22 cerita Pupuh XLII, tampak bahwa

Prabu Kam Iseng Iyok bersedia menghentikan kebiasaan buruknya

mengkonsumsi minum-minuman keras demi para prajurit dan rakyatnya.

Tetapi beliau juga mengatakan jika tidak masalah jika sesekali minum anggur,

sebab sudah merupakan tradisi dalam perjamuan atau acara-acara tertentu di

negaranya. Dari kedua cerita dalam naskah CAA tersebut, menunjukkan sikap

dua orang Raja yang tidak memikirkan diri sendiri. Yang pertama adalah Prabu

Karel yang tidak takut pada bahaya dan rela berkorban demi para prajuritnya,

sedangkan yang kedua adalah Prabu Kam Iseng Iyok yang rela meninggalkan

kebiasaan buruknya demi kebaikan bersama.

c. Welas Asih

Sifat welas asih merupakan sifat yang harus dimiliki oleh setiap

individu, tidak terkecuali sebagai seorang pemimpin. Welas asih atau kasih

sayang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari kepada sesama. Dalam

naskah CAA, ajaran welas asih disampaikan dalam beberapa bait. Yang

Page 241: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

221

pertama, tetuang dalam bait 9 dan 12 Pupuh XXVII têmbang Pocung yakni

pesan atau ajaran yang disampaikan oleh seorang pemimpin bernama Prabu

Alfonsus. Kutipan bait tersebut adalah sebagai berikut:

9. dene tutute wong kang ala sawêgung/ murang ing nêgara/ wit

sangking kawlasaning sih/ dadi tutut i-[70]lang karpanirèng

driya//

Terjemahan:

9. maka orang yang memiliki banyak sifat buruk, menyimpang dari

aturan negara, maka dari itu pula harus kita kasihi, sehingga

hilanglah keburukan dalam hatinya.

Pemimpin dalam hal ini seorang Raja juga harus memiliki rasa asih

terhadap musuh yang sudah menyerah. Sama halnya dengan pesan seorang

Raja pada bait ke-9 diatas, yang memiliki sifat penuh pengampunan pada

orang-orang yang menyimpang terhadap aturan negara dan berharap seluruh

keburukan atau penyimpangan tersebut akan hilang dengan sendirinya. Pesan

tentang sikap welas asih juga terdapat pada bait 12, yaitu:

12. apa sira kabèh nora sasumurup/ watak sato khewan/ ambêg siya-

siyèng jalmi/ yèn wêlasan angsur ambêking manungsa//

Terjemahan:

12. apa kalian semua tidak mengerti, watak dari hewan, adalah kejam

(bengis) pada manusia, sedangkan welas asih tentulah sifat dari

manusia.

Kutipan bait diatas merupakan pesan seorang Raja yang bernama

Prabu Alfonsus yang bertahta di negara Naplès. Dalam Pupuh XXVII tersebut

dikisahkan bahwa Prabu Alfonsus merupakan Raja yang bersifat halus hatinya,

berbudi luhur dan penuh pengampunan yang dapat kita lihat dari kedua bait

Page 242: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

222

têmbang diatas. Sifat-sifat tersebut juga harus dimiliki seorang pemimpin, agar

sebuah negara tercapai seluruh tujuannya, memperoleh keselamatan dan

kesejahteraan untuk semuanya.

Selain dua bait diatas, dalam naskah CAA juga terkandung pesan

moral untuk mengasihi sesama. Pesan moral tersebut tidak hanya ditujukan

untuk seorang pemimpin saja, melainkan lebih kepada semua manusia yang

wajib mengasihi sesama. Pesan moral untuk saling mengasihi tersebut tertuang

dalam Pupuh XLVIII bait ke-34 dan 35. Pada Pupuh XLVIII dikisahkan seorang

buronan yang bernama Endroklis melarikan diri ke tengah hutan. Dalam

persembunyiannya ia menolong seekor harimau hutan yang terluka. Hingga

akhirnya harimau menjadi jinak dan membalas budi baik Endroklis dengan

mencarikan makanan untuknya setiap hari. Pada saat Raja berburu di hutan,

harimau tersebut tertangkap, begitu pula dengan Endroklis. Raja berniat

menghukum Endroklis dengan cara bertarung dengan harimau tersebut dengan

ditonton seluruh rakyatnya di tengah arena. Pada hari dimana Endroklis harus

bertarung melawan harimau tersebut, justru harimau tidak menyerangnya dan

terlihat jinak dengan menjilati wajah Endroklis penuh kasih sayang. Sang Raja

yang menyaksikan kejadian tersebut segera membebaskan Endroklis dan

harimau. Sang Raja belajar dari sifat kasih sayang antara hewan dan manusia,

seperti kutipan têmbang Pangkur di bawah ini:

34. êliting dongèng mêngkana/ dene iku sato galak maluwih/ tur wus

panganane jalmu/ sêpa dènira bisa/ sirna ilang galake maluwih

tutut/ anrima ing kabêcikan/ nira jalma amalês sih//

35. manungsa manèh mêngkana/ wus wajibe trima sokur ing ati/

amalês sih lan rahayu/ mring sapadhaning jalma/ kang bêciki

Page 243: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

223

karya arja badanipun/ saha nampani ganjaran/ ing sukma tikel

sêdèsi//

Terjemahan:

34. maksud dari dongeng tersebut, bahwa hewan yang begitu liarnya,

yang biasanya memangsa manusia, yang tidak berperasaan pun

akhirnya dapat, lenyap seluruh sifat liar dan keburukannya,

menerima kebaikan, dan membalas kebaikan manusia.

35. apalagi manusia, sudah menjadi kewajibannya bersyukur dalam

hati, membalas dengan penuh kasih sayang, terhadap sesama

manusia, yang baik terhadap dirinya, dan menerima pahala, berlipat

ganda jumlahnya.

Dari kutipan kedua bait diatas, kita dapat melihat bahwa hewan yang

begitu liarnya seperti harimau mampu membalas rasa kasih sayang dari

seorang manusia yang ikhlas menolongnya. Tentu kita sebagai manusia yang

tidak seliar harimau atau binatang lainnya, memiliki rasa kasih sayang yang

lebih terhadap sesama manusia, makhluk hidup lain dan juga lingkungan.

d. Berbudi Bawaleksana

Dalam janturan pewayangan, pemimpin atau Raja harus memiliki

watak berbudi bawaleksana. Berbudi artinya selalu memberi tanda jasa atau

penghormatan kepada orang-orang yang berjasa terhadap bangsa dan negara.

Bawaleksana artinya seorang pemimpin harus menetapi janji dalam usaha

menyejahterakan masyarakat. Dalam naskah CAA ajaran berbudi tersebut

tampak dalam Pupuh XXIX tentang seorang Raja yang menerima surat dari

Jendral Val Abrêt yang tewas dalam peperangan. Isi surat tersebut adalah

permohonan Val Abrêt agar sang Raja selalu mengingat jasanya sebagai

pahlawan negara. Sang Raja yang halus budinya merasa sedih karena

Page 244: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

224

kehilangan seorang prajurit dan akan mengenang seluruh jasa Val Abrêt. Bait

yang menunjukkan isi surat tersebut adalah bait terakhir têmbang Durma,

seperti di bawah ini:

16. mugi-mugi èngêta panduka nata/ pun Val Albrêt ta Gusti/ titi

ponang surat/ nata saklangkung tikbra/ pinundhut jendral kang

siwi/ ginêntya dadya/ jendral anyênapati//

Terjemahan:

16. Semoga ingatlah paduka Raja, kepadaku Val Abrêt wahai Raja,

berakhirlah surat tersebut, sang Raja sangat sedih, telah meninggal

Jendral yang terbaik, maka demikianlah, Jendral memimpin.

Dari kutipan diatas, maka seorang pemimpin wajiblah mengingat

seluruh jasa orang-orang (pahlawan) yang telah berkorban demi negara, karena

kesejahteraan sebuah negara juga dapat kita lihat dari cara seorang pemimpin

tersebut menghargai jasa para pahlawan. Selain itu, pemimpin juga harus

memiliki sifat bawaleksana. Dalam naskah CAA Pupuh XLI, pada bait 24 dan

25 tertulis perintah seorang Raja muda bernama Sultan Mahmut dari negara

Farsa (Persia) yang menetapi janjinya untuk membangun kembali negaranya

yang telah rusak. Kutipan dua bait têmbang Durma, sebagai berikut:

24. aluwêran narendra sarwi parentah/ lah iya bapa patih/ mêngko

karsa sandhang/ kutha pêraja rusak/ sadaya tan ana malih/

arahkên bapa/ ngungkuli arja dhingin//

25. tandurana bupati kang papa lena/ ngrungkêbi nalar sisip/ tuwin

arja raja/ nêgarane kang rusak/ mêngko dèn wanguna malih/

mêngko pintamba/ mung mulya awal akir//

Terjemahan:

24. keluarlah sang Raja sembari memerintah, baiklah patih, maka

laksanakanlah, kota dan negara yang telah rusak, semuanya tatalah

kembali, aturlah patih, melebihi kesejahteraan yang sebelumnya.

Page 245: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

225

25. tugaskanlah kembali bupati yang (sebelumnya) sengsara dan

terkena musibah, untuk menutupi seluruh keburukan, juga untuk

keselamatan raja, negaranya yang telah rusak, maka bangunlah

kembali, itulah pintaku, hanya berharap kemulyaan awal hingga

akhir.

Kedua bait kutipan diatas terlihat bahwa Raja memiliki keinginan

untuk membangun dan memiliki sifat bawaleksana yaitu menetapi janjinya

untuk membangun negaranya menjadi lebih baik. Seorang pemimpin yang baik

adalah pemimpin yang mampu meningkatkan kesejahteraan negaranya,

sehingga pantas jika cerita di atas dijadikan contoh untuk para pemimpin. Dari

cerita-cerita dalam naskah CAA diatas kita dapat belajar banyak hal tentang

sifat adil, bijaksana, tidak mementingkan diri sendiri dan rasa kasih sayang

sebagaimana kita sebagai makhluk individu dan sosial, terutama sebagai

seorang pemimpin.

2. Ajaran untuk Prajurit

Prajurit merupakan pasukan pertahanan suatu negara atau kerajaan

yang melindungi Raja, rakyat dan seluruh elemen yang berada dalam satu wilayah

negara atau kerajaan. Menjadi seorang prajurit bukanlah hal yang mudah,

diperlukan latihan dan kerja keras serta sifat-sifat yang mendukung seseorang

untuk menjadi seorang prajurit, misalnya saja berani dan teguh hati, ikhlas dan

sebagainya. Dalam naskah CAA juga tertulis beberapa kisah inspiratif tentang

keteguahan dan keberanian menjadi seorang prajurit yang dapat kita jadikan

teladan, antara lain:

Page 246: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

226

a. Keikhlasan

Keikhlasan adalah ketulusan dan kerelaan hati untuk berkorban tanpa

mengharapkan imbalan. Ikhlas merupakan salah satu sifat yang perlu dimiliki

oleh seorang prajurit. Dalam naskah CAA terdapat beberapa kisah tentang para

prajurit perang yang memiliki keikhlasan yang luar biasa. Salah satunya adalah

kisah seorang pemimpin perang yang harus kehilangan salah satu kakinya yang

tertembus peluru. Peluru tersebut menembus hingga ke tulangnya yang

mengakibatkan salah satu kaikinya harus diamputasi. Kisah tersebut tertulis

dalam naskah CAA Pupuh IX têmbang Kinanthi. Kutipannya adalah sebagai

berikut:

6. rêmbage kang para dhukun/ kang tatu tan kêna mari/ sungsum

balung katêrajang/ ing mimis angèl jinampin/ iyêg rêmbage wus

dadya/ kinêthok kang ponang rijlin//

7. pêngagêng Prêsman kang tatu/ miyarsa dhukun kang dêling/ ayêm

sêmu tan nglagewa/ pudhake asru anangis/ moring jalma kathah

miyat/ tuwane kang nandhang kanin//

8. alon dènira amuwus/ eh ya gene kowe nangis/ lah ta apa ora sira/

bêja kowe dina kari/ yèn kinêthok sikilingwang/ mung suci kêstiwêl

siji//

Terjemahan:

6. kata para tabib, lukanya tidak dapat disembuhkan, tulang sungsum

diterajang peluru, dan peluru tidak dapat dikeluarkan, hingga

semuanya setuju, untuk mengamputasi salah satu kakinya.

7. komandan Prêsman (Perancis) yang terluka, memperhatikan apa

yang diucapkan tabib, tenang hatinya dan agak lega, pengawalnya

menangis sesenggukan, bersama banyak orang yang

memperhatikan, tuannya yang sedang menderita.

8. dengan suara pelan ia berkata, hei kenapa kau menangis, apakah

kau ini tidak merasa, beruntung kau hari esok, jika benar satu

kakiku harus dipotong, kau hanya akan memakaikan satu sepatu

saja ke kakiku.

Page 247: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

227

Dari kutipan bait ke-6, 7 dan 8 tersebut dapat terlihat ketenangan hati

pemimpin prajurit yang mengikhlaskan salah satu kakinya yang harus

diamputasi. Ia tidak merasa sedih atau kecewa akibat peristiwa tersebut,

melainkan menghibur para prajurit lain dan pengawalnya bahwa tidak menjadi

masalah jika ia harus kehilangan salah satu kakinya. Hal tersebut

mencerminkan keikhlasan seorang prajurit dalam berkorban membela

negaranya.

Selain kisah yang tertulis dalam Pupuh IX diatas, ada pula kisah lain

yang menunjukkan sifat ikhlas dan rela berkorban seorang jendral perang

bernama Jendral Val Abrêt (Val Albert). Kisah Jendral Val Abrêt tersebut

tertuang dalam Pupuh XXIX. Dikisahkan bahwa Jendral Val Abrêt tewas di

tengah peperangan, tetapi satu jam sebelumnya ia sempat menulis sepucuk

surat untuk Raja yang isinya tertulis pada bait 14 dan 15 têmbang Durma,

yaitu:

14. ing salêbêtipun saêjam punika/ kawula badhe lalis/ ananging

kawula/ datan angeman yuswa/ awit kawula sang Mulki/ atumut

ngundha/ bantu ungguling jurit//

15. ingkang nêtêpakên panduka narendra/ mêngkoni ing rat bumi/

panuwun kawula/ amung panduka narpa/ anggalih di dalêm sami/

kang wantêring prang/ têmên-têmên ing Gusti//

Terjemahan:

14. satu jam yang akan datang, aku akan mati, tetapi aku, merelakan

umurku, sang Raja hingga akhirnya aku, ikut berperang, membantu

para prajurit yang unggul.

15. apa yang telah paduka Raja perintahkan, yang menguasai tanah

airku, aku berterima kasih, hanya kepada sang Raja, juga pada

seluruh prajurit, yang berani dalam berperang, juga syukur

sebanyak-banyaknya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Page 248: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

228

Jendral Val Abrêt merupakan salah satu prajurit teladan yang berani

berkorban dan bertaruh nyawa demi kemenangan negaranya. Ia ikhlas

mengorbankan nyawanya untuk kemerdekaan negaranya. Seorang prajurit

wajib memiliki sifat tersebut dalam membela bangsa dan tanah air.

b. Berani dan Teguh Hati

Sebagai seorang prajurit, sifat berani dan teguh hati merupakan hal

yang utama, karena tidaklah mudah menjadi seorang prajurit dan pastilah hal

yang akan dihadapi bukanlah perkara kecil. Kisah yang memuat ajaran untuk

berani dan teguh hati seorang prajurit adalah Pupuh XXVI dalam naskah CAA.

Ajaran yang mencerminkan sikap berani ditunjukkan dalam dua bait têmbang

Dhandhanggula di bawah ini:

4. kêrsaningsun dina injing-injing/ ingsun nêmpuh maguting ngayuda/

rampunga sêdina bae/ anêtêpakên tamtu/ kang duwèni nagri Silesi/

mulane kapya padha/ ingsun adhêdhawuh/ kang êndi

prajuritingwang/ aja jêrih sadurunge anulari/ mring kapya

kancanira//

5. ingsun copot ing sadina iki/ nora nganggo sun pikir prakara/ sarta

ingsun wirangake/ anuli ingsun tundhung/ ciptaningsun sadina iki/

wadyaningsun sêdaya/ ta-[66]n ana kang kuthuh/ kabèh

kanggonan prawira/ angatokkên karyane madyaning jurit/ ngalingi

prênajèngwang//

Terjemahan:

4. keinginanku untuk hari esok, saat aku menempuh peperangan,

semoga selesai satu hari saja, maka sudah ditetapkan, oleh yang

memerintah negara Silesi, maka dari itu semuanya, aku

perintahkan, yang mana menjadi prajuritku, jangan takut sebelum

bersama (bergabung atau saling mengajak), seluruh kawan-

kawanmu.

5. maka akan aku lepas jabatan kalian hari ini juga, tanpa aku

pertimbangkan lagi, serta aku permalukan, kemudian aku usir, apa

yang aku katakan hari ini, berlaku untuk seluruh prajuritku, tidak

Page 249: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

229

ada yang takut, jadilah pemberani, saat berperang sebagai prajurit,

menutupi apa yang ada dalam hatiku.

Sikap berani dalam menghadapi peperangan dituangkan dalam dua

bait diatas, sehingga dapat kita teladani bahwa dalam menjadi seorang prajurit

harus berani menghadapi apapun serta tidak pantang menyerah. Selain

keberanian, pada bait ke-6 dan 7 Pupuh XXVI juga tertuang ajaran untuk

prajurit yaitu teguh hati. Teguh hati dapat diartikan bahwa sebagai seorang

prajurit haruslah yakin pada diri sendiri, pemimpin dan kelompok, sehingga

dalam menjalankan tugas tidak setengah hati. Teguh hati juga dapat diartikan

bahwa menjadi seorang prajurit haruslah yakin dalam mencapai cita-cita dan

tujuan bersama. Ajaran tersebut tertuang dalam têmbang Dhandhanggula di

bawah ini:

6. lan ngalingi awake pribadi/ apadene ngalingi nêgara/ sabab sesuk

jênêng ingong/ ing dhadha unggyaningsun/ ing pênjawat kanan lan

kering/ tuwin baris wurinya/ wira-wiri ingsun/ krana kabèh

wadyaningwang/ sun kawruhi tandange manglawan jurit/ juga tan

kaliwatan//

7. ingkang maju ngamuk ngowak-awik/ pêsthi ingsun êrobi kamulyan/

sarta dadi kêkasih ngong/ kurnèl mayor biyantu/ myang kapitan

para upêsir/ sujud prasêtyèng narpa/ sarwi marêbês luh/ duh

prabuku kang utama/ tingalana pêngamuk ngong binjing-injing/

kang nglêbur satru jaya//

Terjemahan:

6. dan melindungi diri sendiri, juga melindungi negara, sebab kelak

namaku, aku tempatkan di dada, di sebelah kanan dan kiri, juga

seluruh barisan di belakangnya, mondar-mandir aku, sebab seluruh

prajuritku, aku perlihatkan bagaimana caranya menghadapi musuh,

tidak ada yang terlewatkan.

7. yang maju memporak-porandakan, pasti aku berikan banyak

keagungan dan kemuliaan, serta menjadi orang yang kusayangi,

kolonel dan mayor semua membantu, juga kapten dan para opsir,

Page 250: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

230

mematuhi perintah sang Raja, dengan air mata mengalir, duh

Rajaku yang utama, saksikanlah peperangan kami esok hari, yang

melebur musuh dan menang.

Dari kedua bait diatas, bahwa seorang prajurit harus teguh dalam

menjalankan perintah dari pimpinan dan teguh untuk memperoleh

kemenangan. Sebagai prajurit juga memiliki kewajiban untuk melindungi

negara.

c. Tidak Sembarangan Membunuh

Membunuh merupakan suatu perbuatan menghilangkan nyawa orang

lain atau sama artinya dengan mencabut hak seseorang untuk hidup. Dalam

naskah CAA Pupuh XLVI pada 18 dan 19 tertulis hukuman untuk seseorang

yang melakukan pembunuhan. Hal tersebut dituangkan dalam cerita orang

Spanyol yang membunuh anak bangsawan, tetapi bangsawan yang luhur

budinya mengampuni orang Spanyol, kutipan dari kedua bait tersebut adalah

sebagai berikut:

18. ya wus bênêr sun waliyut mami/ kuwasa malês ngong/amatèni

wêwalês patinê/ nanging kukum iku tri prakawis/ matèni pinatin/

de ping kalihipun//

19. angapura lan dèn diyat dhuwit/ katrine mêngkono/ angapura

ingkang bae-bae/ tanpa sabab mung eklasing Widi/ kang luwih

utami/ iku kang sun sarju//

Terjemahan:

18. memang benar apa yang diajarkan sebelumnya kepadaku, berhak

untukku membalas, membunuh akan dibalas pembunuhan (dibayar

dengan nyawa), tetapi hukum itu ada tiga hal, membunuh maka

harus dibunuh, lalu yang kedua.

19. memaafkannya dengan syarat membayar sejumlah uang, yang

ketiga adalah, mengampuninya begitu saja, tanpa sebab hanya

Page 251: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

231

ikhlas kepada Tuhan, itu lebih baik (tindakan utama), dan itulah

yang aku setujui.

Sebagai seorang prajurit, membunuh bukanlah hal yang dianjurkan.

Tetapi dalam sebuah peperangan, membunuh merupakan hal yang wajar ketika

masing-masing prajurit membela tanah airnya. Misalnya saja peperangan yang

terjadi sebelum kemerdekaan, banyak rakyat pribumi yang bersatu melawan

prajurit Belanda yang telah lama menjajah bangsa Indonesia. Perlawanan

tersebut terjadi akibat penindasan bangsa Belanda selama berabad-abad. Dalam

naskah CAA juga tertulis ajaran untuk prajurit dalam hal tidak sembarangan

membunuh lawan kecuali saat mendesak atau dalam keadaan tertindas. Ajaran

tersebut tertuang dalam Pupuh XXVI têmbang Dhandhanggula bait 8, yaitu:

8. lêga lila dasih woring siti/ lamun Gusti batên kinarilan/ mêngku

Silesingrat gêdhe/ wus iyêk sabiyantu/ wong tri lêkas nêmèwu dadi/

golong pipis ubaya/ lir têlor nèng tumbu/ rêmuk siji ja sêlaya/ ja

matèni sujalma liyaning tindhih/ pinungsêng pinrih sirna//

Terjemahan:

8. lega seluruh perasaan bercampur, jika tuan tidak merelakan,

memerintah tanah agung Silesi, sudah tentu sepakat untuk

menolong, tiga orang mengawali (memimpin) enam ribu orang,

membuat janji dan berkumpul jadi satu, seperti telur di dalam

sebuah keranjang, pecah satu janganlah menjadi masalah, jangan

membunuh kecuali dalam keadaan tertindas (dan mendesak), atau

menghadapi kematian.

Dari kutipan diatas terlihat bahwa seorang prajurit tidak boleh

semena-mena atau sembarangan membunuh orang kecuali lawan dan dalam

hal-hal yang mendesak, misalkan saja dalam peperangan. Selain itu, ajaran

untuk tidak sembarangan membunuh juga terdapat pada Pupuh LVI têmbang

Page 252: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

232

Mijil. Pada bait ke-11 tertuang ajaran agar para prajurit tidak menyakiti

tawanan perang, kecuali atas hukum yang berlaku. Misalnya saja, seorang

prajurit diperbolehkan untuk mengeksekusi tahanan jika hukum menentukan

bahwa tahanan dijatuhi hukuman mati, maka sebagai prajurit wajib mematuhi

hukum yang berlaku.

11. aja kongsi lawan anyakiti/ mring prajurit Sêkot/ kang kacêkêl

madyèng ngalagane/ ari Èsnèn kinon ngukum pati/ sêdiaa kardi/

adat ngukum-ukum//

Terjemahan:

11. jangan sampai menyakiti, prajurit Sêkot (Sekotlandia), yang

tertangkap ditengah peperangan, hari Senin diperintahkan untuk

menghukum mati, laksanakanlah, seperti aturan hukum yang

berlaku.

Walaupun seorang prajurit dilarang semena-mena atau tidak boleh

sembarangan membunuh, tetapi jika diperintahkan untuk mengeksekusi

tawanan sesuai dengan hukum yang berlaku, maka seorang prajurit wajib

mematuhi hukum. Karena seorang prajurit sebenarnya juga memiliki andil

dalam menegakkan keadilan.

d. Pantang Menyerah

Selain sikap-sikap keprajuritan yang telad dibahas diatas, sebagai

seorang prajurit perlu memiliki sikap pantang menyerah dalam membela

bangsa dan negara. Dalam naskah CAA Pupuh XXIX yang mengisahkan

tentang seorang Jendral perang yang bernama Jendral Val Abrêt memiliki sikap

pantang menyerah sebagai seorang prajurit yang memiliki tanggung jawab

Page 253: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

233

besar dalam membela negaranya. Hal tersebut tampak pada bait 8 dan 9

têmbang Durma, kutipannya adalah sebagai berikut:

8. tiba sangking turangga kudane pêjah/ kasabêt bolang-baling/

sêkala umiyat/ suldhat kang cêlak mêngsah/ grêg kèndêl kang

ponang baris/ arsa tulunga/ pinikul ingkang kanin//

9. têksih kiyat Val Abrêt asru parentah/ padha elinga sami/ kang wus

dadi printah/ suldhat kang sabêrgada/ mangamuk kiwul ing jurit/

arêbut papan/ papulihing ngajurit//

Terjemahan:

8. terjatuh dari tunggangannya dan kudanya mati, terkena sabitan

bolang-baling, segera terlihat, prajurit yang dekat, seketika terdiam

dalam barisannya, kemudian memberikan pertolongan, dipikulah

yang terluka.

9. masih kuat Val Abrêt memberi perintah, ingatlah semua, yang

sudah menjadi perintah, banyaknya prajurit, beringas menempuh

peperangan, untuk merebut wilayah, menakhlukkan peperangan.

Jendral Val Abrêt dapat menjadi teladan bagi prajurit karena

semangatnya yang luar biasa dalam membela negaranya. Walaupun ia terluka

parah, tetapi ia tetap memberikan perintah kepada para prajurit agar pantang

menyerah dalam berperang. Semangat itulah yang akhirnya membawa negara

mereka pada sebuah kemenangan. Dari cerita-cerita dalam naskah CAA diatas

kita dapat belajar banyak hal tentang kepemimpinan prajurit, antara lain sifat-

sifat keprajuritan yaitu ikhlas, berani, pantang menyerah dan memiliki

keteguhan hati dalam membela negara.

3. Ajaran Moral Kepemimpinan Hakim dan Jaksa

Hakim dan Jaksa merupakan elemen penegak hukum dalam sebuah

negara. Keduanya memiliki tanggung jawab yang besar terhadap hukum yang

berlaku dalam negara atau kerajaan. Sehingga untuk menjadi hakim dan jaksa

Page 254: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

234

diperlukan intelegensi yang tinggi serta sifat-sifat yang mendukung seperti adil,

tegas dan jujur. Dalam naskah CAA terdapat dua kisah mengenai hakim dan jaksa

yang didalamnya terkandung ajaran moral yang dapat dijadikan teladan.

a. Adil

Hakim adalah orang yang bertugas untuk mengadili sebuah perkara.

Menjadi seorang hakim tidaklah mudah, karena filosofi seorang hakim ialah

ditegakkannya keadilan-keadilan Ilahi sebab ia memutuskan perkara dengan

didahuluinya sumpah dan Demi Keadilan berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam naskah CAA Pupuh XLV tertulis kisah tentang seorang hakim yang

memutuskan sebuah perkara dengan adil. Cerita berawal dari seorang saudagar

yang kehilangan uangnya dan mengadu pada pihak kerajaan agar ia dibantu

menemukan kembali uang emasnya yang kira-kira berjumlah delapan ratus.

Saudagar juga berjanji akan menghadiahkan seratus uang emas pada siapa saja

yang dapat menemukannya. Tetapi saudagar berbuat curang, ia mengaku

bahwa seharusnya ada sembilan ratus uang emas dalam kantong dan menuduh

bahwa tukang kayu yang menemukannya telah mengambil seratus uang emas

dalam kantong tersebut. Hakim menyelesaikan permasalahan tersebut dengan

berusaha berbuat seadil-adilnya. Akhirnya, diketahuilah bahwa saudagar yang

telah berbohong.

Kisah tersebut ditulis dalam bentuk têmbang Kinanthi, bait 24 hingga

27 menunjukkan hakim yang bersikap adil dalam menyelesaikan masalah.

Kutipannya adalah sebagai berikut:

Page 255: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

235

24. bênêr kalih aturipun/ juragan darbe ing melik/ èstu yèn durung

kêpanggya/ pawilangane gèsèhi/ iku dudu melikira/ lah ta sira kya

undhagi//

25. wus abênêring aturmu/ sarta gêlêm supatani/ iku pratandha

raharja/ nanging yèn ana ing wingking/ angaku inguwangira/

pêpak sêksi anêksèni//

26. nuli sungêna dèn gupuh/ jroning patang puluh ari/ luwih catur

dasa dina/ bêjamu sira darbèni/ katrangan mêngkono praja/

angalêm kapya sujalmi//

27. juragan anggana jêrgug/ anutuh-nutuhi dhiri/ gya amantuk

calurutan/ amanggih sakêthi angsan/ atobat marang ing sukma/

têmbe amanggih raharji//

Terjemahan:

24. benar apa yang dikatakan keduanya, saudagar yang memiliki

keinginan untuk menguasai, tentu belum menemukan, hitungan

yang ternyata luput, itu bukanlah miliknya, dan kamu tukang kayu.

25. juga benar apa yang kau katakan, serta mau untuk mengungkapkan

kebenaran dengan bersumpah, itu pertanda kebaikan, tetapi jika

pada akhirnya, mengaku uang itu milikmu, maka akan lengkap

saksi yang memberikan kesaksian.

26. segera berikanlah, selama empat puluh hari, lebih dari empat

puluh hari, keberuntunganmu memiliki, keterangan seperti itu baik,

orang-orang memuji.

27. saudagar hanya terdiam, menyumpah serapahi diri sendiri,

tergopoh-gopoh berlari pulang ke rumah, menemukan seratus uang

emasnya di dalam sebuah laci, bertobatlah ia kepada Tuhan,

berharap keselamatan esok hari.

Dari kutipan diatas, hakim berusaha menyelesaikan permasalahan

tersebut dengan bersikap adil. Tukang kayu yang menemukannya mengaku

hanya ada delapan ratus uang emas saja dalam kantong, tetapi saudagar

mengaku jika seharusnya ada sembilan ratus uang emas. hakim memberikan

kesempatan untuk keduanya saling memberikan kesaksian dan memutuskan

permasalahan tersebut dengan adil. Hakim akhirnya membebaskan tukang

kayu yang bersumpah berkata jujur, sedangkan saudagar yang mendapat malu

Page 256: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

236

pulang ke rumah dan emnemukan uang emasnya yang berjumlah seratus,

ternyata berada di laci lemarinya sendiri.

b. Tegas

Selain harus memiliki sikap adil dan jujur, seorang hakim juga harus

tegas dalam mengambil sebuah keputusan dalam perkara sesuai dengan hukum

yang berlaku. Dalam naskah CAA Pupuh I tertulis sebuah kisah tentang

seorang hakim yang sedang mengadili seorang pandai besi. Pandai besi

tersebut telah melakukan pembunuhan dan harus dihukum mati sesuai hukum

yang berlaku. Sesaat hakim merasa bimbang dengan keputusannya

menghukum pandai besi, sebab ia khawatir jika pandai besi tersebut dihukum

gantung, maka tidak akan ada lagi orang yang membuat peralatan pertanian

seperti cangkul, golok dan sebagainya. Tetapi datanglah seorang lelaki yang

menghadap hakim dan memberitahukan padanya bahwa desanya hanyalah desa

kecil dan tidak masalah jika pandai besi tersebut dihukum gantung sesuai

dengan hukum yang berlaku. Maka tanpa berpikir panjang lagi, hakim segera

menjatuhkan hukuman gantung pada pandai besi tersebut. Kutipan dari pupuh

tersebut adalah bait ke-6 dan 7 têmbang Dhandhanggula seperti di bawah ini :

6. priye olèh sun matrapkên adil/ dadi bubrah tataning agama/ tandya

na jalma sawiyos/ majêng gadhêpêk ngayun/ ulun matur panduka

Khakim/ lah ta inggih punika/ dwi sujalma tênun/ ingatasipun ing

desa/ anyêkapi pandhe gintungnya sawiji/ juganya ingapura//

7. kapênuju turirèng sujalmi/ pan wus kêlakwan gintung sajuga/ juga

ginêsangan muleh/ mring wismanira dhusun/ iku kukum nora

raharji/ jalma dwi nandhang dosa/ agêng raja lampus/ wusana

kinukum juga/ lah dèn awas praparentah dipun eling/ dadi têpa

tuladha//

Terjemahan:

Page 257: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

237

6. bagaimana aku menerapkan keadilan, menjadi rusak tatanan agama,

tanda ada seseorang saat itu, berdiri dihadapanku, bolehkah aku

berbicara paduka hakim, ini tentulah, ada dua orang yang berguna

(sama pekerjaannya), di desa ini, cukuplah jika salah satu pandai

besi dihukum mati, jika hanya seorang bolehlah diampuni.

7. setelah orang tersebut berbicara, maka dilaksanakan hukum

gantung, yang lain pulang dalam keadaan hidup, di rumahnya di

sebuah desa, itu hukum yang tidak beruntung, pandai besi yang

berdosa, dosa sangat besar yaitu membunuh, akhirnya dihukum

juga, maka waspada pada perintah yang harus di ingat, menjadi

sebuah contoh (panutan).

Dari kedua bait diatas, menunjukkan bahwa seorag hakim haruslah

tegas dalam mengambil keputusan dalam sebuah perkara dan senantiasa

mematuhi hukum yang berlaku dalam menegakkan keadilan. Selain itu,

menjadi seorang hakim haruslah teguh pada pendirian dan tunduk pada aturan

hukum yang berlaku agar mencapai keadilan untuk bersama.

c. Jujur dan Menolak Suap

Seorang jaksa memiliki posisi yang sangat penting dalam penegakan

hukum di peradilan. Menjadi seorang jaksa diperlukan sifat jujur dan adil

dalam menangani sebuah perkara. Seperti salah satu cerita yang tertulis dalam

naskah CAA Pupuh XXX têmbang Sinom. Dalam pupuh tersebut diceritakan

seorang jaksa yang menolak seekor kambing suapan seseorang yang

menghadapi perkara di pengadilan. Jaksa tersebut dengan tegas menolak

kambing tersebut, tetapi si penyuap pun bersikukuh tidak mau membawa

kembali kambing yang sudah dikirimkan kepada jaksa. Jaksa teguh tidak mau

disuap dan akhirnya membayar kambing kiriman si penyuap tersebut.

6. kari dhawuhkên kewala/ kalah siji mênang siji/ iyêg sakonca

manira/ nanging tan rampung saiki/ yèn durung ingsun yêkti/

Page 258: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

238

balèkkên darbèkmu wêdhus/ domba gêbirèn ingkang/ kowe

kirimakên mami/ lah ta pira rêgane kang wêdhus domba//

7. ing saiki ingsun bayar/ gugat amangsuli angling/ kula botên sade

menda/ tan wrin aosirèng kambing/ inggih tuwan pirsani/ kanca

panduka sêdarum/ kang sampun sami tampa/ rumiyin pakintun

mami/ kula sampun lêga lila yya sumêlang//

8. lah aja dadi tyasira/ yèn sira nora nampani/ baline wêdhusmu

domba/ tan rampung sadina iki/ nuli bayar tinampin/ sapuluh

rupiyah rampung/ wong gugat garundêlan/ tobat yèn manèh

nglakoni/ amêminta adil marang ing pajêksan//

Terjemahan:

6. tinggal menentukan saja, yang satu kalah dan satunya lagi menang,

ucap majikan, namun tidak dapat selesai sekarang, jika belum aku

tahu kebenarannya, ambil kembali kambing milikmu, tentu

kambing ini, yang kau kirimkan padaku, berapa harga kambing itu

katakanlah.

7. akan aku bayar sekarang, yang memiliki perkara menjawab, aku

tidak menjual kambing ini, tidak tampakkah tujuanku memberikan

kambing ini, ketahuilah tuan, teman anda semuanya, yang sudah

diterima, yang sebelumnya sudah aku kirimkan, aku sudah ikhlas

dan janganlah khawatir.

8. jangan menjadi sakit hatimu, jika kau tidak menerima, saat aku

kembalikan kambingmu itu, hari ini juga, maka akan aku bayar,

sepuluh rupiah dan selesai, orang yang menggugat bersumpah

serapah, tidak akan mengulang lagi, jika menghadapi hukum di

pengadilan.

Dari kutipan diatas, terlihat bahwa jaksa tersebut sama sekali tidak

tergoda dengan suap. Jaksa dalam cerita di atas merupakan jaksa yang pantas

dijadikan teladan karena keteguhan hatinya dalam menjalankan profesinya

serta masih memegang etika dalam pekerjaannya yaitu berusaha jujur dan

menolak suap. Hal tersebut berbeda jauh dengan keadaan zaman sekarang yang

dapat kita saksikan adalah maraknya kasus jaksa yang mau menerima suap.

Ajaran-ajaran moral kepemimpinan diatas masih relevan dengan

keadaan sekarang dan sangat bermanfaat untuk dijadikan teladan bagi para

Page 259: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

239

pemimpin di Indonesia. Mengingat banyaknya peristiwa yang akhir-akhir ini

terjadi, yang dirasa masyarakat bahwa pemimpin negara telah mengalami

kemerosotan moral. Misalnya saja tentang pemimpin yang tidak menetapi

janjinya, yang mana pada masa kampanye banyak mengumbar janji-janji,

tetapi pada saat terpilih pelaksanaan dari janji tersebut kurang maksimal atau

bahkan ada yang tidak sanggup memenuhi janji-janjinya.

Peristiwa-peristiwa lain yang membuat masyarakat kehilangan

kepercayaan terhadap para pemimpin negara adalah kasus suap hakimdan jaksa

yang akhir-akhir ini banyak di blow up oleh media massa, serta kasus-kasus

korupsi yang menjatuhkan martabat para pemimpin negara. Kisah-kisah dalam

naskah CAA yang sarat akan ajaran moral kepemimpinan tersebut, diharapkan

dapat menjadi inspirasi di berbagai kalangan.

Page 260: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

240

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan uraian analisis yang telah dilakukan terhadap naskah

Cariyos Anèh-Anèh di atas, maka simpulan penelitian ini adalah:

1. Cariyos Anèh-Anèh koleksi Perpustakaan Museum Negeri Sonobudoyo

Yogyakarta Hadiningrat bernomor katalog MSB/ L.81 SK 93 Rol 06 No.03

yang berbentuk têmbang macapat adalah naskah tunggal. Di dalamnya

ditemukan banyak varian seperti kesalahan pemenuhan metrum têmbang

meliputi lacuna (77), adisi (39) dan kesalahan pemenuhan guru lagu (2).

Varian kesalahan penulisan kata yang meliputi lacuna (40), adisi (18),

hipercorect (61), corrupt (2), dan transposisi (1). Dan varian

ketidakkonsistenan penulis yaitu ketidakkonsistenan penulis dalam

menggunakan huruf atau aksara, misalnya saja aksara rekan. Naskah tersebut

telah melalui cara kerja filologi mulai deskripsi naskah, kritik teks, aparat

kritik, transliterasi dan suntingan teks. Metode penyuntingan naskah tersebut

menggunakan metode standar. Suntingan teks CAA dengan edisi standar ini

dijadikan dasar suntingan teks dengan pembetulan kesalahan berdasarkan

interpretasi penulis dan konteks kalimat dengan pertanggungjawaban secara

ilmiah yaitu berdasarkan konvensi têmbang dengan memperhatikan guru gatra,

guru lagu dan guru wilangan. Selain konvensi têmbang juga disertai dengan

pertimbangan linguistik yaitu pembetulan ejaan dan kesesuaian maknanya.

Page 261: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

241

Setelah melalui proses atau cara kerja filologis, maka penulis dapat menyajikan

suntingan teks CAA yang bersih dari kesalahan dan dekat dengan naskah asli.

2. Cariyos Anèh-Anèh adalah naskah berjenis sastra, yang merupakan kumpulan

58 cerita yang ber-genre anekdot dan lelucon yang dituangkan dalam 62 pupuh

têmbang. Dari ke-58 cerita dalam naskah CAA, penulis memilih ajaran moral

kepemimpinan yang terkandung dalam lima belas pupuh naskah CAA yang

ceritanya merupakan anekdot dari kolektif pemimpin. Ajaran moral

kepemimpinan yang terkandung di dalam naskah CAA, antara lain ajaran moral

kepemimpinan Raja, prajurit, hakim dan jaksa. Ajaran moral kepemimpinan

Raja yaitu ajaran untuk berbuat adil, bijaksana, tidak mementingkan diri

sendiri, welas asih, menghormati orang-orang (pahlawan) yang telah berjasa

terhadap negara dan sebagai seorang pemimpin harus dapat menetapi janji

(berbudi bawaleksana). Ajaran moral untuk prajurit yaitu harus memiliki sikap

ikhlas, berani, teguh, pantang menyerah dan sebagai seorang prajurit tidak

boleh sembarangan membunuh atau main hakim sendiri serta patuh terhadap

hukum yang berlaku. Ajaran moral kepemimpinan untuk hakim dan jaksa yaitu

tegas, jujur, adil dan tidak takut untuk menolak suap.

B. Saran

1. Penelitian terhadap Cariyos Anèh-Anèh ini terbatas pada kajian filologis dan

kajian isi mengenai ajaran moral kepemimpinan yang berkaitan dengan

kepemimpinan Raja, prajurit, hakim dan jaksa. Untuk kajian yang lebih

mendalam, maka peneliti menyarankan kepada semua pihak dari berbagai

Page 262: CARIYOS ANÈH-ANÈH - digilib.uns.ac.id/Cariyos... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v MOTTO “ Aku tak berharap lebih pada dirimu, kecuali kesetiaanmu pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

242

bidang ilmu, misalnya linguistik khususnya stilistika, sastra, filsafat, sosiologi

maupun bidang ilmu lain untuk dapat memanfaatkan penelitian ini sebagai data

dengan kajian lanjutan. Khususnya para filolog yang mau mengadakan

penelitian yang ditinjau dari sudut lain. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan

penelitian yang lengkap dan utuh.

2. Cariyos Anèh-Anèh sebagai salah satu karya sastra lama yang di dalamnya

mengandung nilai-nilai luhur budaya, dapat dijadikan referensi dan pelengkap

dalam usaha menciptakan minat baca dan aprresiasi masyarakat terhadap karya

sastra lama, masih sangat terbatas peminatnya, khususnya generasi muda yang

kurang mengenal kebudayaannya sendiri (kebudayaan Jawa). Oleh karena itu,

perlu adanya kesadaran masyarakat dalam penanganan dan penyelamatan

naskah, baik koleksi pribadi maupun yang tersimpan di berbagai museum dan

perpustakaan yang keadaannya sudah mulai rapuh.

3. Kepada pemerintah diharapkan untuk menaruh perhatian yang lebih terhadap

naskah-naskah lama, karena naskah lama merupakan aset negara yang tak

ternilai harganya sebab di dalamnya memuat informasi yang sangat penting

berupa sejarah maupun ajaran luhur yang bisa digunakan untuk memperbaiki

moral bangsa.