ca paru

32
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA MEDIK CITOMEGALOVYRUS (CMV) OLEH: NAMA : AKIFA SYAHRIR, S. KEP NIM : (70900115009) KELOMPOK : II (DUA) CI LAHAN CI INSTITUSI ( ) ( )

Upload: chyfa-ainur-al-qifthy

Post on 03-Feb-2016

17 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

asuhan keperawatan

TRANSCRIPT

Page 1: CA Paru

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA MEDIK

CITOMEGALOVYRUS (CMV)

OLEH:

NAMA : AKIFA SYAHRIR, S. KEP

NIM : (70900115009)

KELOMPOK : II (DUA)

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) (

)

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN IX

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

Page 2: CA Paru

2015

Page 3: CA Paru

BAB IKONSEP MEDIS

A. Pengertian

Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali

dalm jaringan paru-paru dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen,

lingkungan, terutama asap rokok

( Suryo, 2010).

Kanker paru adalah pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak dapat

terkendali dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah

karsinogen lingkungan terutama asap rokok (IlmuPenyakitDalam, 2001).

B. Etiologi

Seperti kanker pada umumnya, etiologi yang pasti dari karsinoma

bronkogenik masih belum diketahui, namun diperkirakan bahwa inhalasi

jangka panjang dari bahan karsinogenik merupakan factor utama, tanpa

mengesampingkan kemungkinan peranan predisposisi hubungan keluarga

ataupun suku bangsa/ rasserta status immunologis. Bahan inhalasi

karsinogenik yang banyak disorot adalah rokok. Selain itu beberapa factor

yang dimungkinkan dapat ikut berperan dalam peningkatan angka kejadian

kanker paru antara lain: asap dari pabrik/ industri yang mengandung asbestos,

bahan radioaktif, uranium; penyakit TB paru, serta faktor lingkungan lainnya.

C. Patofisiologi

Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus

menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan

karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan

metaplasia, hyperplasia dan displasia. Bila lesiperifer yang disebabka noleh

Page 4: CA Paru

metaplasia, hyperplasia dan di splasiamen embusruang pleura, biasa timbu

lefusi pleura, dan bias diikuti invasi langsung pada kostadankorpus vertebra.

Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang

terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti

dengan supurasi di bagian distal. Gejala-gejala yang timbul dapat berupa

batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin. Wheezing unilateral dapat

terdengar pada auskultasi.

Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan

adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke

struktur-struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus,

pericardium, otak, tulang rangka.

D. Manifestasi klinik

1. Gejala awal.

Stridor local dan di spnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi

bronkus.

2. Gejala umum.

a. Batuk

Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk

mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi

berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan

purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.

b. Hemoptisis

Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang

mengalami ulserasi.

c. Anoreksia, lelah, berkurangnyaberatbadan.

Page 5: CA Paru

E. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang

F. Komplikasi

1. Efusi pleura

2. Sindroma vena superior

3. Sidrom penekanan tulang belakang

4. Reseksi Bedah dapat mengakibatkan gagal napas

5. Terapi radiasi dapat mengakibatkan penurunan fungsi jantung paru

6. Kemoterapi kombinasi radiasi  dapat menyebabkan pneumonitis

7. Kemoterapi menyebabkan toksisitas paru dan leukemia

G. Penatalaksanaan

1. Radiologi

a. Foto thorax posterior-anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.

Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi

adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi.

Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural,

atelektasi serosi tulang rusuk atau vertebra.

b. Bronkhografi.

Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.

2. Laboratorium.

a. Sitologi (sputum, pleural, atau noduslimfe).

Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.

b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA

Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi

kebutuhan ventilasi.

c. Teskulit, jumlah absolute limfosit.

Page 6: CA Paru

Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada

kanker paru).

3. Histopatologi.

a. Bronkoskopi.

Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian, dan pembersihan

sitologilesi (besarnya karsinoma bronco genik dapat diketahui).

b. Biopsi Trans Torakal (TTB).

Biopsidengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer.

Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.

c. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.

Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien

maupun keluarga.

d. Supotif.

Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal seperti

pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti

nyeridan anti infeksi.

(1) Pembedahan.

Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit

parulain, untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara

mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru-paru yang tidak

terkena kanker.

(a) Toraktomi eksplorasi.

Untuk mengkomfirmasi diagnose tersangka penyakit paru atau

toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.

(b) Pneumo nektomi pengangkatan paru).

Page 7: CA Paru

Karsinoma bronco genik bila mandengan lobektomi tidak

semua lesi bisa diangkat.

(c) Lobektomi (pengangkatan lobus paru).

Karsinoma bronco genik yang terbatas pada satulobus,

bronkiak tesis bleb atau bulaem fisematosa; absesparu; infeksi

jamur; tumor jinak tuberkulois.

(d) Resesi segmental.

Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.

(e) Resesi baji.

Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metasmetik, atau

penyakit peradangan yang terlokalisir. Merupakan

pengangkatan dari permukaan paru-paru berbentuk baji

(potonganes).

(f) Dekortikasi.

Merupakan pengangkatan bahan-bahan fibrin dari pleura

viscelaris.

(2) Radiasi

Pada beberapa kasus, radio terapi dilakukan sebagai pengobatan

kuratif dan bias juga sebagai terapi adjuvant/paliatifpada tumor

dengan kom plikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/penekanan

terhadap pembuluh darah/ bronkus.

(3) Kemoterafi.

Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan

tumor, untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau

dengan metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi

radiasi.

Page 8: CA Paru

H. Prognosis

Sebagian besar kanker paru tidak bisa disembuhkan secara total. Pada

lebih dari 50% pasien yang diagnosis, kanker telah menyebar ke seluruh

tubuh (metastasis). Melalui aliran darah dan getah bening, sel kanker dapat

menyebar ke tulang, otak, hati dan kelenjar adrenal.

Tidak ada yang dapat memastikan harapan hidup pasien. Hal ini

sangat tergantung pada tahap apa kanker ditemukan, kondisi dan usia

pasien, dan bagaimana respon kanker terhadap pengobatan. Karsinoma sel

kecil seringkali ditemukan terlambat sehingga penyembuhan tidak

mungkin lagi. Kelangsungan hidup rata-rata pasien ini sekitar 8-9 bulan.

Pasien karsinoma non-sel kecil cenderung memiliki prospek lebih baik,

bisa sampai 5 tahun sejak didiagnosis.

Page 9: CA Paru

BAB IIKONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Aktivitas/istirahat

Kelemahan, ketidak mampuan, mempertahankan kebiasaan

rutin, dispnoe karena aktivitas , kelesuan biasanya tahap lanjut.

2. Sirkulasi Peningkatan Vena Jugularis, Bunyi jantung:

gesekan perikordial (menunjukkan efusi ), takikardia, disritmia.

3. Integritas Ego

Ansietas, takut akan kematian, menolak kondisi yang berat,

gelisah, insomnia, pertanyan yang diulang-ulang

4. Eliminasi

Diare yang hilang timbul (ketidak seimbangan hormonal),

peningkatan frekuensi/jumlah urine.

5. Makanan/cairan

Penurunan Berat badan, nafsu makan buruk, penurunan

masukan makanan, kesulitan menelan, haus/peningkatan

masukan cairan Kurus, kerempeng, atau penampilan kurang

bobot ( tahap lanjut 0, edema wajah, periorbital ( ketidak

seimbangan hormonal ), Glukosa dalam urine.

6. Ketidak nyamanan/nyeri

Nyeri dada, dimana tidak/dapat dipengaruhi oleh perubahan

posisi. Nyeri bahu/tangan, nyeri tulang/sendi, erosi kartilago

sekunder terhadap peningkatan hormon pertumbuhan. Nyeri

abdomen hilang/timbul.

Page 10: CA Paru

7. Pernafasan

Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya ,

peningkatan produksi sputum, nafas pendek, pekerja terpapar

bahan karsinogenik, serak, paralisis pita suara, dan riwayat

merokok.Dsipnoe, meni gkat dengan kerja, peningkatan

fremitus taktil, krekels/mengi pada inspirasi atau ekspirasi

(gangguan aliran udara). Krekels/mengi yang menetap

penyimpangan trakeal (area yang mengalami lesi) Hemoptisis.

8. Keamanan

Demam, mungkin ada/tidak, kemerahan, kulit pucat.

9. Seksualitas

Ginekomastia, amenorea, atau impoten.

10. Penyuluhan/pembelajaran

Faktor resiko keluarga : adanya riwayat kanker paru, TBC.

Kegagalan untuk membaik.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan napas tidak efektif

2. Pola napas tidak efektif

3. Gangguan pertukaran gas

4. Nyeri akut

5. Hipetermi

6. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

7. Gangguan mobilitas fisik

Page 11: CA Paru

C. Rencana/Intervensi Keperawatan

1. Bersihan jalan napas tidak efektif

NOC:

Status respirasi : kepatenan jalan nafas

Indikator:

rata- rata pernafasan

ritme pernafasan

kedalaman inspirasi

kemampuan membersihkan sekresi

Status respirasi : ventilasi

Indikator :

rata-rata pernafasan

ritme perafasan

kedalaman inspirasi

suara perkusi

volume tidal

kapasitas vital

NIC

Monitor Respirasi

Aktifitas:

- buka jalan nafas dengan meggunakan teknik chin lift atau

jaw thrust, bila perlu

- monitor frekuensi, ritme, dan usaha respirasi

- catat pergerakan dada, lihat kesimetrisan.

- monitor pola nafas

- monitor kebisingan respirasi

Page 12: CA Paru

- catat letak trakea

- palpasi kesamaan ekspansi paru

- monitor sekresi respirasi pasien

- Auskultasi bunyi paru setelah perawatan dan catat hasilnya

- Monitor kemampuan pasien untuk batuk secara efektif

- Monitor dyspnea dan hal-hal yang meingkatkan atau

memperburuknya

Airway Management

Aktifitas :

- Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau ut;ter thrust

bila perlu

- Posisikan pasien untuk memaksimalkanventilasi

- Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas

buatan

- Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

- Berikan bronkodilator bila perlu

- Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.

- Monitor respirasi dan position O2

2. Pola napas tidak efektif

NOC

Kepatenan jalan nafas:

Indikator :

- Frekuensi nafas normal

- Irama nafas normal

- Tidak ada demam

Page 13: CA Paru

- Tidak cemas

- Bebas dari suara nafas tambahan

Ventilasi

Indikator :

- Pengembangan dada simetris

- Kenyamanan dalam bernafas

- Frekuensi nafas normal

- Suara nafas normal

- Tidak ada suara nafas tambahan

Status tanda-tanda vital

Indikator :

- suhu badan

- denyut nadi

- pernapasan

- tekanan darah diastolic

- tekanan darah sistolik

NIC

Manajemen jalan nafas

Aktivitas :

- Buka jalan nafas dengan teknik mengangkat dagu atau

dengan mendorong rahang sesuai keadaan

- Beri aerosol, pelembab/oksigen, ultrasonic humidifier jika

diperlukan

- Posisikan pasien untuk mengurangi dispnu

- Monitor pernafasan dan status oksigen

Page 14: CA Paru

- Dorong nafas dalam, pelan dan batuk

- Identifikasi masukan jalan nafas baik yang aktual ataupun

potensial

- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi yang

potensial

Monitor pernafasan

Aktivitas :

- Monitor frekuensi, rata-rata, irama, kedalaman dan usaha

bernafas

- Catat pergerakkan dada, lihat kesimetrisan, penggunaan otot

tambahan, dan supraklavikula dan retaksi otot intercostal

- Monitor bising pernafasan seperti ribut atau dengkuran

- Monitor pola nafas seperti bradipnu, takipnu, hiperventilasi,

pernafasan kussmaul, Ceyne stokes, apnu, biot dan pola

ataksi

3. Gangguan pertukaran gas

NOC

Keseimbangan elektrolit dan asam basa

Indikator :

- Denyut jantung

- Irama jantung

- Pernapasan

- Irama napas

- Sodium serum

- Pottasium serum

- Klorida serum

Page 15: CA Paru

- Kalsium serum

- Magnesium serum

- pH serum : DBN*

- Albumin serum : DBN

- Kreatinin serum : DBN

- Bikarbonat serum :DBN

NIC

Manajemen asam basa

Aktivitas :

- Jaga kepatenan jalan napas

- Pantau ABG dan level elektrolit

- Monitor status hemodinamik termasuk CVP (tekanan vena

sentral), MAP (tekanan arteri rata-rata), PAP (tekanan arteri

paru)

- Pantau kehilangan asam (muntah, diare, diuresis, melalui

nasogastrik) dan bikarbonat (drainase fistula dan diare)

- Posisikan untuk memfasilitasi ventilasi yang adekuat seperti

membuka jalan napas dan menaikkan kepala tempat tidur

- Pantau gejala gagal pernapasan seperti PaO2 yang rendah,

peningkatan PaCO2, dan kelemahan otot napas

- Pantau pola napas

- Pantau factor penentu pengangkutan oksigen jaringan

seperti PaO2, SaO2, kadar Hb dan cardiac output

- Sediakan terapi oksigen

- Berikan dukungan ventilasi mekanik

Page 16: CA Paru

- Pantau factor penentu konsumsi oksigen seperti SvO2,

avDO2 (perbedaan oksigen arterivena)

- Pantau ketidakseimbangan elektrolit yang semakin buruk

dengan mengoreksi ketidakseimbangan asam basa

- Dorong pasien dan keluarga untuk aktif dalam pengobatan

ketidakseimbangan asam basa

Manajemen Jalan Nafas

Aktivitas :

- Buka jalan nafas dengan teknik mengangkat dagu atau

dengan mendorong rahang sesuai keadaan

- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi yang

potensial

- Identifikasi masukan jalan nafas baik yang aktual ataupun

potensial

- Masukkan jalan nafas/ nasofaringeal sesuai kebutuhan

- Keluarkan sekret dengan batuk atau suction/pengisapan

- Kaji keinsetifan spirometer

- Auskultasi bunyi nafas, catat adanya ventilasi yang turun

atau yang hilang dan catat adanya bunyi tambahan

- Lakukan pengisapan endotrakeal atau nasotrakeal

- Beri bronkodilator jika diperlukan

- Beri aerosol, pelembab/oksigen, ultrasonic humidifier jika

diperlukan

- Atur intake cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan

cairan

- Posisikan pasien untuk mengurangi dispnue

Page 17: CA Paru

- Monitor pernafasan dan status oksigen.

Monitor Pernafasan

Aktivitas :

- Monitor frekuensi, rata-rata, irama, kedalaman dan usaha

bernafas

- Catat pergerakkan dada, lihat kesimetrisan, penggunaan otot

tambahan, dan supraklavikula dan retaksi otot intercostal

- Monitor bising pernafasan seperti ribut atau dengkuran

- Monitor pola nafas seperti bradipnu, takipnu, hiperventilasi,

pernafasan kussmaul, Ceyne stokes, apnu, biot dan pola

ataksi

- Palpasi jumlah pengembangan paru

- Perkusi anterior dan posterior torak dari apeks sampai basis

secara bilateral

- Catat lokasi trakea

- Monitor kelemahan otot diafragma

- Auskultasi bunyi nafas, catat ventilasi yang turun atau

hilang

- Tentukan apakah harus dilakukan pengisapan dari hasil

auskultasi seperti adanya ronkhi atau wheezing

- Auskultasi lagi paru setelah dilakukan treatmen

- Monitor sekresi pernafasan pasien

- Monitor dispnu dan persitiwa yang bisa meningkatkan

kejadian dispnu

- Monitor hasil penyinaran (X-Ray)

Page 18: CA Paru

4. Nyeri akut

NOC

Kontrol Nyeri

Indikator :

- Menilai factor penyebab

- Recognize lamanya Nyeri

- Penggunaan analgesic yang tepat

- Gunakan tanda-tanda vital memantau perawatan

- Menilai gejala dari nyeri

- Gunakan catatan nyeri

- Laporkan bila nyeri terkontrol

Tingkat Nyeri

- Melaporkan Nyeri

- Frekuensi nyeri

- Panjangnya episode nyeri

- Ekspresi nyeri lisan

- Ekspresi wajah saat nyeri

- Melindungi bagian tubuh yang nyeri

- Kegelisahan

- Hilangnya Nafsu makan

NIC

Manajemen nyeri

Lakukan penilaian nyeri secara komprehensif dimulai dari

lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas

dan penyebab.

Page 19: CA Paru

Kaji ketidaknyamanan secara nonverbal, terutama untuk

pasien yang tidak bisa mengkomunikasikannya secara

efektif

Pastikan pasien mendapatkan perawatan dengan analgesic

Tentukan dampak nyeri terhadap kehidupan sehari-hari

(tidur, nafsu makan, aktivitas, kesadaran, mood, hubungan

sosial, performance kerja dan melakukan tanggung jawab

sehari-hari)

Gunakan metoda penilaian yang berkembang untuk

memonitor perubahan nyeri serta mengidentifikasi faktor

aktual dan potensial dalam mempercepat penyembuhan

Tentukan tingkat kebutuhan pasien yang dapat memberikan

kenyamanan pada pasien dan rencana keperawatan

Menyediakan informasi tentang nyeri, contohnya penyebab

nyeri, bagaimana kejadiannya, mengantisipasi

ketidaknyamanan terhadap prosedur

Pilihlah variasi dari ukuran pengobatan (farmakologis,

nonfarmakologis, dan hubungan atar pribadi) untuk

mengurangi nyeri

Pertimbangkan tipe dan sumber nyeri ketika memilih

metoda mengurangi nyeri

Mendorong pasien dalam memonitor nyerinya sendiri

Pemberian Analgesik

Menentukan lokasi , karakteristik, mutu, dan intensitas

nyeri sebelum mengobati pasien

Page 20: CA Paru

Periksa order/pesanan medis untuk obat, dosis, dan

frekuensi yang ditentukan analgesik

Cek riwayat alergi obat

Tentukan jenis analgesik yang digunakan berdasarkan tipe

dan tingkat nyeri.

Tentukan analgesik yang cocok, rute pemberian dan dosis

optimal.

Utamakan pemberian secara IV dibanding IM sebagai

lokasi penyuntikan, jika mungkin

Cek pemberian analgesik selama 24 jam untuk mencegah

terjadinya puncak nyeri tanpa rasa sakit, terutama dengan

nyeri yang menjengkelkan

Mengkaji pengetahuan pasien atau anggota keluarga

mengenai analgesic, terutama sekali opioids(karena resiko

kecanduan tinggi)

Dokumentasikan respon pasien tentang analgesik, catat efek

yang merugikan

5. Hipetermi

NOC

Termoregulasi

Indikator:

Tidak adanya sakit kepala

Tidak adanya ngilu pada otot

Tidak adanya iritabilitas

Tidak adanya perasaan mengantuk

Tidak adanya perubahan warna kulit

Page 21: CA Paru

Tidak adanya kejang pada otot

Tanda-tanda vital

Indikator:

Suhu tubuh

Denyut jantung

Ritme jantung

Denyut nadi radial

Tingkat pernafasan

Ritme nafas

Tekanan sistol darah

Tekanan diastol darah

Tekanan nadi

NIC

Pengobatan demam

Tindakan:

Pantau suhu berkali-kali jika diperlukan

Adakan pemantauan suhu secara berkelanjutan, jika

diperlukan

Pantau warna kulit dan suhu

Pantau tekanan darah, nadi dan pernafasan, jika diperlukan

Pantau untuk penurunan tingkat kesadaran

Pantau aktivitas berlebihan

Pantau intake dan output

Pantau selalu suhu untuk mencegah indikasi hipotermia

Page 22: CA Paru

Monitor tanda-tanda vital

Tindakan:

Monitor tekanan darah, temperatur, status respirasi

Monitor irama paru-paru

Monitor bunyi jantung

Identifikasi penyebab terjadinya perubahan tanda-tanda

vital

6. Gangguan mobilitas fisik

NOC

Tingkat pergerakan

Keseimbangan penampilan

Posisi tubuh

Ambulansi : berjalan

Perpindahan sendi

Perpindahan otot

Ambulansi : berjalan

Pertahanan berat

Berjalan dengan langkah efektif

Berjalan dengan langkah sedang

Berjalan dengan cepat

Berjalan dengan langkah naik

Berjalan dengan langkah turun

Berjalan dengan miring ke atas

Berjalan dengan miring ke bawah

Page 23: CA Paru

NIC

Terapi latihan : ambulansi

Mengatur tinggi rendah tempat tidur, jika diperlukan

Mengganti posisi tidur dengan mudah dilakukan

Meningkatkan kemampuan untuk bangun dari tidur atau

dari kursi roda

Membantu pasien untuk duduj dan menyamping dari tempat

tidur

Konsultasi dengan terapi fisik tentang rencana ambulansi,

jika diperlukan

Mengintruksikan penggunaan alat bantu, jika diperlukan

Mengintruksikan pasien bagaiman posisi yang benar dalam

proses berpindah

Gunakan gaitbelt untuk membentu berpindah dan

ambulansi, jika diperlukan

Menolang pasien untuk berpindah, jika dibutuhkan

Menyediakan cueing ard di kepala sebagai fasilitas untuk

berpindah

Membantu pasien dengan inisial ambulansi dan jika

dibutuhkan

Mengintruksikan pasien tentang keamanan berpindah dan

teknik ambulansi

Mengontrol pasien menggunakan crutches atau alat bantu

jalan lainya

Membantu pasien untuk berdiri dan ambulansi jarak jauh

Page 24: CA Paru

Membantu pasien untuk meningkatkan kemandirian dalam

ambulansi jarak jauh

Meningkatkan kemandirian ambulansi dengan batas aman

7. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

NOC

Status nutrisi

Asupan zat gizi

Asupan makanan dan cairan

Energi

Indeks masa tubuh

Berat badan

Status nutrisi : intake nutrien

- Intake kalori

- Intake ptotein

- Intake lemak

- Intake karbohidrat

- Intake zat besi

- Intake vitamin

- Intake mineral

- Intake kalsium

Pengontrolan berat badan

Menggunakan suplemen nutrisi jika diperlukan

Mempertahankan pola makan yang dianjurkan

Mempertahankan intake kalorioptimal harian

Page 25: CA Paru

NIC

Manajemen nutrisi

Mengontrol penyerapan makanan/cairan dan menghitung

intake kalori harian, jika diperlukan

Memantau ketepatan urutan makanan untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi harian

Menetukan kebutuhan makanan saluran nasogastric

Anjurkan pasien untuk memilih makanan ringan, jika

kekurangan air liur mengganggu proses menelan

Memastikan bahwa makanan berupa makanan yang tinggi

serat untuk mencegah konstipasi

Membantu pasien membentuk posisi duduk yang benar

sebelum makan

Mengajarkan pasien dan kelurga tentang memilih makanan

Monitor Nutrisi

Aktivitas:

Timbang berat badan klien

Monitor kehilangan dan pertambahan berat badan

Monitor respon emosi klien terhadap situasi dan tempat

makan

Monitor adanya mual dan muntah

Monitor nilai albumin, total protein, hemoglobin dan

hematokrit

Monitor nilai limfosit dan elektrolit

Monitor menu makanan dan pilihannya

Page 26: CA Paru

Monitor pertumbuhan dan perkembangan

Monitor tingkat energi, lelah, lesu, dan lemah

Monitor intake kalori dan nutrisi

Page 27: CA Paru
Page 28: CA Paru

DaftarPustaka

Brunner & Suddarth.2009.Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah edisi 8

vol.1.Jakarta :Salemba Medika

Elizabeth, J. Corwin.2008. BukuSakuPatofisiologis. Jakarta: ECG

Herdman, Heather T. 2010. Diagnosis KeperawatanDefinisidanKlasifikasi 2009-

2011. Jakarta: EGC. Allihbahasa: Made Sumarwati, DwiWidiarti,

EtsuTiar.

Suryo, Joko. 2010. Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem Pernapasan.

Yogyakarta: B First

Wilkinson, M. Judith. 2007. BukuSaku Diagnosis Keperawatanedisi 7. Jakarta :

EGC.