berat badan lahir rendah
DESCRIPTION
BBLRTRANSCRIPT
BERAT BADAN LAHIR RENDAH
A. Defenisi
Bayi Prematur Berberat Badan Lahir Rendah Usia kehamilan normal
bagi manusia adalah 40 minggu. Menurut World Health Organization
(WHO), usia kehamilan pada bayi yang baru lahir dikategorikan menjadi
prematur, normal, dan lebih bulan. Kelahiran prematur terjadi sebelum 37
minggu usia kehamilan dan bisa dibagi dalam moderate premature atau
prematur sedang, very premature atau sangat prematur ,dan extremely
premature atau amat sangat prematur.Usia kehamilan ini dihitung dari hari
pertama setelah siklus menstruasi terakhir. Prematuritas ini juga dibedakan
dalam dua kelompok:
1. Prematuritas murni. Merupakan bayi yang lahir dengan berat badan sesuai
dengan masa kehamilan, seperti masa kehamilan kurang dari 37 minggu
dengan berat badan 1800-2000 gram.
2. Bayi dismatur/ small for gestational age. Merupakan bayi dengan berat
badan lahir tidak sesuai dengan masa kehamilan, seperti bayi lahir setelah
sembilan bulan dengan berat badan tidak mencapai 2500 gram.
Gambar 1. Kategori usia kehamilan pada saat kelahiran dalam hitungan minggu
Bayi Berat Lahir Rendah atau Low Birth Weight (LBW) adalah berat
lahir kurang dari atau sama dengan 2500 gram. Very Low Birth Weight
(VLBW) adalah berat bayi lahir kurang dari 1500 gram dan Extremely Low
Birth Weght (ELBW) adalah berat bayi lahir kurang dari 1000 gram.
Kelahiran bayi prematur berberat badan lahir rendah atau prematur BBLR
adalah kelahiran bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram dan lahir
sebelum 37 minggu usia kehamilan.
B. Faktor Risiko Kelahiran Bayi Prematur Berberat Badan Lahir
Rendah Berbagai faktor telah dikaitkan dengan kelahiran bayi prematur
BBLR. Kurang lebih 25% dari kelahiran bayi prematur berberat badan lahir
rendah terjadi tanpa adanya faktor risiko, yang menunjukkan pemahaman
terbatas mengenai penyebab dan patofisiologi dari masalah tersebut.
Walaupun upaya telah dilakukan untuk mengurangi dampak dari faktor risiko
melalui perawatan sebelum kelahiran, insidens dari kelahiran bayi prematur
BBLR belum berkurang secara signifikan selama dekade terakhir.
Sebagian besar kelahiran prematur terjadi tanpa diketahui penyebabnya,
namun faktor risiko utama dari ibu yang dikaitkan dengan prematur BBLR
adalah:
1. Faktor Demografik
Ras telah dipelajari secara luas sebagai faktor risiko selama beberapa
tahun. Wanita berkulit hitam mengalami rasio kelahiran prematur dua kali
lebih banyak dari wanita berkulit putih dan dihitung untuk hampir
sepertiga dari seluruh bayi prematur. Selain itu, usia ibu hamil yang
kurang dari 17 tahun atau lebih dari 34 tahun serta status soal ekonomi
yang rendah.
2. Faktor Tingkah Laku
Nutrisi kehamilan yang buruk meningkatkan risiko kelahiran bayi
prematur BBLR. Perokok dan penyalahgunaan obat-obatan berperan
penting dan kemungkinan menghasilkan vasokontriksi dari uteroplasenta
yang mendorong peningkatan rasio kelahiran tiba-tiba. Perawatan prenatal
yang inadekuat juga sering dihubungkan dengan kelahiran prematur.
3. Kondisi Medis Kehamilan
Sejarah kelahiran prematur pada kehamilan sebelumnya atau
komplikasi perinatal menempatkan wanita pada risiko yang lebih tinggi
untuk kelahiran prematur. Faktanya, kelahiran prematur pada anak
pertama merupakan ramalan terbaik bagi kelahiran prematur berikutnya.
Komplikasi kehamilan lain mencakup kelainan uterin dan servikal, trauma,
perdarahan vagina, polyhydramnios, ruptur prematur dari membran, dan
chorioamnionitis. Penyakit kehamilan akut ataupun kronis seperti infeksi
saluran kemih, hipertensi , preeclampsia, dan diabetes juga merupakan
faktor risiko.
4. Faktor Janin
Kehamilan kembar, infeksi kronis janin (seperti infeksi TORCH yaitu
toxoplasmosis, rubella, and cytomegalovirus),dan anomali kromosom dan
kongenital merupakan faktor risiko.
5. Polusi Udara
Paparan polusi udara seperti zat-zat ozon, karbon monoksida,dan nitrat
dioksida, telah dilaporkan dalam beberapa penelitian meningkatkan risiko
kelahiran prematur dalam dosis tertentu.
6. Infeksi
Infeksi bakteri vaginosis dan intraurin merupakan faktor risiko umum dari
kelahiran prematur. Bakteri vaginosis dapat meningkatkan faktor risiko
kelahiran sangat prematur sebanyak dua kali lipat, dan infeksi intraurin
berhubungan dengan risiko yang lebih tinggi. Infeksi yang terlokalisasi
pada organ lain selain saluran reproduksi juga penting, salah satunya
infeksi periodontal yang memiliki risiko lebih dari dua kali lipat untuk
kelahiran prematur.
7. Penyakit Seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain
8. Usia Ibu dan paritas
Faktor paritas ibu Faktor paritas sering dihubungkan dengan kejadian
BBLR. BBLR terjadi karena sistem reproduksi ibu sudah mengalami
penipisan akibat dari sering melahirkan. Hasil analisis bivariabel
menyatakan bahwa paritas menyumbang terjadinya berat badan lahir yang
rendah. Megadhana (1997) menyatakan bahwa kematian perinatal yang
rendah terjadi pada paritas dua sampai dengan tiga. Kematian perinatal
meningkat pada paritas empat. Angka kematian perinatal tertinggi terjadi
pada paritas enam ke atas. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil
penelitian di Jamaika bahwa resiko kematian wanita yang mengalami
persalinan ke lima dan selanjutnya. Prevalensi kematiannya sekitar dua
kali lipat jika dibandingkan dengan persalinan kedua. Wanita yang telah
partus ke sepuluh atau lebih resiko menjadi tiga kali lipat. Wiknjosastro
(1999), menyatakan dalam teori ilmu kebidanan bahwa makin tinggi
paritas ibu makin kurang baik endometrium (dinding uterus).
Hal ini diterangkan bahwa setiap kehamilan yang disusul dengan
persalinan akan menyebabkan kelainan pada uterus. Kehamilan yang
berulang-ulang mempengaruhi sirkulasi nutrisi kejanin dimana jumlah
nutrisi akan berkurang dibanding dengn kehamilan sebelumnya. Keadaan
ini menyebabkan gangguan pertumbuhan janin sehingga dilahirkan BBLR.
9. Status gizi ibu
Staus gizi ibu hamil pada penelitian ini didasarkan pada usuran
antropometri Lingkar Lengan Atas (LILA). Hasil analisis bivariabel dan
multivariabel menggambarkan bahwa kejadian BBLR pada ibu dengan
lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm. Saraswati (1998) menyatakan
bahwa ibu hamil dengan LILA kurang dari 23,5 cm mempunyai resiko
2,32 kali lebih besar untuk melahirkan bayi dengan BBLR dibandingkan
dengan ibu yang ukuran LILA lebih dari 23 cm. Hal serupa dikemukakan
oleh sayogyo (1997) bahwa wanita hamil dengan malnutrisi kronik
mempunyai risiko untuk melahirkan bayi dengan berat rendah jenis kecil
untuk masa kehamilan. Malnutrisi juga berdampak retardasi mental setelah
dilahirkan. Status gizi ibu hamil selain berpengaruh terhadap ibu juga
berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin yang sedang dikandung. Ibu
hamil dengan kekurangan zat gizi akan menyebabkan ibu kekurangan
energi selama kehamilan maupun setelah persalinan.
Selama awal masa kehamilan didalam tubuh ibu telah terjadi penyesuaian.
Penyesuaian untuk mempersiapkan pertumbnuhan janin, masa persalinan
dan menyusui. Aspek biologisnya dapat ditarik kesimpulan bahwa bahwa
janin ataupun bayi yang akan disusui mendapat konsumsi zat gizi dari
ibunya, jika konsumsi zat gizi selama kehamilan tidak mencukupi maka
akan menggunakan cadangan zat gizi pada ibu. Wanita dengan kebiasaan
makan yang baik dan mempunyai berat badan normal sebelum kehamilan
tidak akan menyebabkan masalah selama kehamilan. Sebaliknya pada ibu
yang mengalami kurang gizi akan melahirkan bayi BBLR. Guna menjamin
pertumbuhan dan perkembangan janin yang optimal maka peranan gizi
sangat menentukan. Ekekurangan gizi selama hamil dapat menyebabkan
abortus, partus prematur atau perkembangan bayi tidak sempurna.
Adapun Faktor Janin adalah:
Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.
C. Epidemiologi
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari
seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi
di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik
menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan
angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat
lahir lebih dari 2500 gram (4). BBLR termasuk faktor utama dalam
peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak
serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa
depan (1,2). Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah
dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah
multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara
nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka
ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program
perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7% .
D. Komplikasi
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah
antara lain:
1. Hipotermia
2. Hipoglikemia
3. Gangguan cairan dan elektrolit
4. Hiperbilirubinemia
5. Sindroma gawat nafas
6. Paten duktus arteriosus
7. Infeksi
8. Perdarahan intraventrikuler
9. Apnea of Prematurity
10. Anemia
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan
berat lahir rendah (BBLR) antara lain:
1. Gangguan perkembangan
2. Gangguan pertumbuhan
3. Gangguan penglihatan (Retinopati)
4. Gangguan pendengaran
5. Penyakit paru kronis
6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
7. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan
E. Diagnosis
Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi
dalam jangka waktu <> dapat diketahui dengan dilakukan anamesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk
menegakkan mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
terjadinya BBLR:
a. Umur ibu
b. Riwayat hari pertama haid terakir
c. Riwayat persalinan sebelumnya
d. Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
e. Kenaikan berat badan selama hamil
f. Aktivitas
g. Penyakit yang diderita selama hamil
h. Obat-obatan yang diminum selama hamil
2. Pemeriksaan Fisik
Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara
lain :
a. Berat badan < >
b. Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)
c. Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa
kehamilan).
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:
a. Pemeriksaan skor ballard
b. Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan
c. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas
diperiksa kadar elektrolit dan analisa gas darah.
d. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan
umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau
didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.
e. USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan <>
F. Penatalaksanaan/ terapi
1. Medikamentosa
a. Pemberian vitamin K1
b. Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
c. Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir,
umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu)
2. Diatetik
Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena
refleks menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI
dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan
pipa lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah
dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah
dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel
pada puting. ASI merupakan pilihan utama:
a. Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang
cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai
kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali.
b. Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20
g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat
badan lahir dan keadaan bayi adalah sebagai berikut:
a. Berat lahir 1750 – 2500 gram
- Bayi Sehat
Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah
merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering (contoh;
setiap 2 jam) bila perlu.
Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas
menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
- Bayi Sakit
Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan
minum seperti pada bayi sehat.
Apabila bayi memerlukan cairan intravena:
· Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
· Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi stabil.
Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap
untuk menyusu.
· Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh; gangguan
nafas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung :
o Berikan cairan IV dan ASI menurut umur
o Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila bayi telah
mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar berikan
tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi
sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan dapat menyusu
tanpa terbatuk atau tersedak.
b. Berat lahir 1500-1749 gram
- Bayi Sehat
Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak
dapat diberikan menggunakan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke
dalam paru (batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa lambung.
Lanjutkan dengan pemberian menggunakan cangkir/ sendok apabila bayi dapat
menelan tanpa batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung setela 1-2 hari namun
ada kalanya memakan waktu lebih dari 1 minggu)
Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan
ASI setiap kali minum.
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,
coba untuk menyusui langsung.
- Bayi Sakit
Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan
IV secara perlahan.
Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan
ASI setiap kali minum.
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila kondisi
bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,
coba untuk menyusui langsung.
c. Berat lahir 1250-1499 gram
- Bayi Sehat
Beri ASI peras melalui pipa lambung
Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,
coba untuk menyusui langsung.
- Bayi Sakit
Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.
Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan
intravena secara perlahan.
Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan
minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap
kali minum
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,
coba untuk menyusui langsung.
d. Berat lahir <>tidak tergantung kondisi)
Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama
Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi pemberian
cairan intravena secara perlahan.
Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,
coba untuk menyusui langsung.
3. Suportif
Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh
normal:
a. Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu
tubuh bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care,
pemancar panas, inkubator atau ruangan hangat yang tersedia di tempat
fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk.
b. Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
c. Ukur suhu tubuh dengan berkala
Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah:
a. Jaga dan pantau patensi jalan nafas
b. Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
c. Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh;
hipotermia, kejang, gangguan nafas, hiperbilirubinemia)
d. Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya
e. Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan,
biarkan ibu berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.
G. Pemantauan (Monitoring)
1. Pemantauan saat dirawat
a. Terapi
Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan
Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu
b. Tumbuh kembang
Pantau berat badan bayi secara periodik
Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama
(sampai 10% untuk bayi dengan berat lair ≥1500 gram dan 15%
untuk bayi dengan berat lahir <1500>
Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua
kategori berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari :
1) Tingkatkan jumlah ASI denga 20 ml/kg/hari sampai tercapai
jumlah 180 ml/kg/hari
2) Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan
bayi agar jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari
3) Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah
pemberian ASI hingga 200 ml/kg/hari
4) Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala
setiap minggu.
2. Pemantauan setelah pulang
Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui
perkembangan bayi dan mencegah/ mengurangi kemungkinan untuk
terjadinya komplikasi setelah pulang sebagai berikut:
a. Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap
bulan.
b. Hitung umur koreksi
c. Pertumbuhan; berat badan, panjang badan dan lingkar kepala.
d. Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST)
e. Awasi adanya kelainan bawaan
H. Pencegahan
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif
adalah langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan:
1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali
selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu
hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah
melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada
institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu
2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin
dalam rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri
selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin
yang dikandung dengan baik.
3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur
reproduksi sehat (20-34 tahun)
4. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam
meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka
dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan
status gizi ibu selama hamil