berat badan lahir rendah

26
BERAT BADAN LAHIR RENDAH A. Defenisi Bayi Prematur Berberat Badan Lahir Rendah Usia kehamilan normal bagi manusia adalah 40 minggu. Menurut World Health Organization (WHO), usia kehamilan pada bayi yang baru lahir dikategorikan menjadi prematur, normal, dan lebih bulan. Kelahiran prematur terjadi sebelum 37 minggu usia kehamilan dan bisa dibagi dalam moderate premature atau prematur sedang, very premature atau sangat prematur ,dan extremely premature atau amat sangat prematur.Usia kehamilan ini dihitung dari hari pertama setelah siklus menstruasi terakhir. Prematuritas ini juga dibedakan dalam dua kelompok: 1. Prematuritas murni. Merupakan bayi yang lahir dengan berat badan sesuai dengan masa kehamilan, seperti masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat badan 1800-2000 gram.

Upload: aprlia

Post on 24-Nov-2015

24 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

BBLR

TRANSCRIPT

BERAT BADAN LAHIR RENDAHA. Defenisi Bayi Prematur Berberat Badan Lahir Rendah Usia kehamilan normal bagi manusia adalah 40 minggu. Menurut World Health Organization (WHO), usia kehamilan pada bayi yang baru lahir dikategorikan menjadi prematur, normal, dan lebih bulan. Kelahiran prematur terjadi sebelum 37 minggu usia kehamilan dan bisa dibagi dalam moderate premature atau prematur sedang, very premature atau sangat prematur ,dan extremely premature atau amat sangat prematur.Usia kehamilan ini dihitung dari hari pertama setelah siklus menstruasi terakhir. Prematuritas ini juga dibedakan dalam dua kelompok: 1. Prematuritas murni. Merupakan bayi yang lahir dengan berat badan sesuai dengan masa kehamilan, seperti masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat badan 1800-2000 gram. 2. Bayi dismatur/ small for gestational age. Merupakan bayi dengan berat badan lahir tidak sesuai dengan masa kehamilan, seperti bayi lahir setelah sembilan bulan dengan berat badan tidak mencapai 2500 gram.

Gambar 1. Kategori usia kehamilan pada saat kelahiran dalam hitungan mingguBayi Berat Lahir Rendah atau Low Birth Weight (LBW) adalah berat lahir kurang dari atau sama dengan 2500 gram. Very Low Birth Weight (VLBW) adalah berat bayi lahir kurang dari 1500 gram dan Extremely Low Birth Weght (ELBW) adalah berat bayi lahir kurang dari 1000 gram. Kelahiran bayi prematur berberat badan lahir rendah atau prematur BBLR adalah kelahiran bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram dan lahir sebelum 37 minggu usia kehamilan. B. Faktor Risiko Kelahiran Bayi Prematur Berberat Badan Lahir Rendah Berbagai faktor telah dikaitkan dengan kelahiran bayi prematur BBLR. Kurang lebih 25% dari kelahiran bayi prematur berberat badan lahir rendah terjadi tanpa adanya faktor risiko, yang menunjukkan pemahaman terbatas mengenai penyebab dan patofisiologi dari masalah tersebut. Walaupun upaya telah dilakukan untuk mengurangi dampak dari faktor risiko melalui perawatan sebelum kelahiran, insidens dari kelahiran bayi prematur BBLR belum berkurang secara signifikan selama dekade terakhir.Sebagian besar kelahiran prematur terjadi tanpa diketahui penyebabnya, namun faktor risiko utama dari ibu yang dikaitkan dengan prematur BBLR adalah: 1. Faktor Demografik Ras telah dipelajari secara luas sebagai faktor risiko selama beberapa tahun. Wanita berkulit hitam mengalami rasio kelahiran prematur dua kali lebih banyak dari wanita berkulit putih dan dihitung untuk hampir sepertiga dari seluruh bayi prematur. Selain itu, usia ibu hamil yang kurang dari 17 tahun atau lebih dari 34 tahun serta status soal ekonomi yang rendah.2. Faktor Tingkah Laku Nutrisi kehamilan yang buruk meningkatkan risiko kelahiran bayi prematur BBLR. Perokok dan penyalahgunaan obat-obatan berperan penting dan kemungkinan menghasilkan vasokontriksi dari uteroplasenta yang mendorong peningkatan rasio kelahiran tiba-tiba. Perawatan prenatal yang inadekuat juga sering dihubungkan dengan kelahiran prematur.3. Kondisi Medis Kehamilan Sejarah kelahiran prematur pada kehamilan sebelumnya atau komplikasi perinatal menempatkan wanita pada risiko yang lebih tinggi untuk kelahiran prematur. Faktanya, kelahiran prematur pada anak pertama merupakan ramalan terbaik bagi kelahiran prematur berikutnya. Komplikasi kehamilan lain mencakup kelainan uterin dan servikal, trauma, perdarahan vagina, polyhydramnios, ruptur prematur dari membran, dan chorioamnionitis. Penyakit kehamilan akut ataupun kronis seperti infeksi saluran kemih, hipertensi , preeclampsia, dan diabetes juga merupakan faktor risiko.4. Faktor Janin Kehamilan kembar, infeksi kronis janin (seperti infeksi TORCH yaitu toxoplasmosis, rubella, and cytomegalovirus),dan anomali kromosom dan kongenital merupakan faktor risiko.5. Polusi Udara Paparan polusi udara seperti zat-zat ozon, karbon monoksida,dan nitrat dioksida, telah dilaporkan dalam beberapa penelitian meningkatkan risiko kelahiran prematur dalam dosis tertentu.6. Infeksi Infeksi bakteri vaginosis dan intraurin merupakan faktor risiko umum dari kelahiran prematur. Bakteri vaginosis dapat meningkatkan faktor risiko kelahiran sangat prematur sebanyak dua kali lipat, dan infeksi intraurin berhubungan dengan risiko yang lebih tinggi. Infeksi yang terlokalisasi pada organ lain selain saluran reproduksi juga penting, salah satunya infeksi periodontal yang memiliki risiko lebih dari dua kali lipat untuk kelahiran prematur. 7. Penyakit Seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain8. Usia Ibu dan paritasFaktor paritas ibu Faktor paritas sering dihubungkan dengan kejadian BBLR. BBLR terjadi karena sistem reproduksi ibu sudah mengalami penipisan akibat dari sering melahirkan. Hasil analisis bivariabel menyatakan bahwa paritas menyumbang terjadinya berat badan lahir yang rendah. Megadhana (1997) menyatakan bahwa kematian perinatal yang rendah terjadi pada paritas dua sampai dengan tiga. Kematian perinatal meningkat pada paritas empat. Angka kematian perinatal tertinggi terjadi pada paritas enam ke atas. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian di Jamaika bahwa resiko kematian wanita yang mengalami persalinan ke lima dan selanjutnya. Prevalensi kematiannya sekitar dua kali lipat jika dibandingkan dengan persalinan kedua. Wanita yang telah partus ke sepuluh atau lebih resiko menjadi tiga kali lipat. Wiknjosastro (1999), menyatakan dalam teori ilmu kebidanan bahwa makin tinggi paritas ibu makin kurang baik endometrium (dinding uterus). Hal ini diterangkan bahwa setiap kehamilan yang disusul dengan persalinan akan menyebabkan kelainan pada uterus. Kehamilan yang berulang-ulang mempengaruhi sirkulasi nutrisi kejanin dimana jumlah nutrisi akan berkurang dibanding dengn kehamilan sebelumnya. Keadaan ini menyebabkan gangguan pertumbuhan janin sehingga dilahirkan BBLR. 9. Status gizi ibuStaus gizi ibu hamil pada penelitian ini didasarkan pada usuran antropometri Lingkar Lengan Atas (LILA). Hasil analisis bivariabel dan multivariabel menggambarkan bahwa kejadian BBLR pada ibu dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm. Saraswati (1998) menyatakan bahwa ibu hamil dengan LILA kurang dari 23,5 cm mempunyai resiko 2,32 kali lebih besar untuk melahirkan bayi dengan BBLR dibandingkan dengan ibu yang ukuran LILA lebih dari 23 cm. Hal serupa dikemukakan oleh sayogyo (1997) bahwa wanita hamil dengan malnutrisi kronik mempunyai risiko untuk melahirkan bayi dengan berat rendah jenis kecil untuk masa kehamilan. Malnutrisi juga berdampak retardasi mental setelah dilahirkan. Status gizi ibu hamil selain berpengaruh terhadap ibu juga berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin yang sedang dikandung. Ibu hamil dengan kekurangan zat gizi akan menyebabkan ibu kekurangan energi selama kehamilan maupun setelah persalinan. Selama awal masa kehamilan didalam tubuh ibu telah terjadi penyesuaian. Penyesuaian untuk mempersiapkan pertumbnuhan janin, masa persalinan dan menyusui. Aspek biologisnya dapat ditarik kesimpulan bahwa bahwa janin ataupun bayi yang akan disusui mendapat konsumsi zat gizi dari ibunya, jika konsumsi zat gizi selama kehamilan tidak mencukupi maka akan menggunakan cadangan zat gizi pada ibu. Wanita dengan kebiasaan makan yang baik dan mempunyai berat badan normal sebelum kehamilan tidak akan menyebabkan masalah selama kehamilan. Sebaliknya pada ibu yang mengalami kurang gizi akan melahirkan bayi BBLR. Guna menjamin pertumbuhan dan perkembangan janin yang optimal maka peranan gizi sangat menentukan. Ekekurangan gizi selama hamil dapat menyebabkan abortus, partus prematur atau perkembangan bayi tidak sempurna. Adapun Faktor Janin adalah:Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.C. EpidemiologiPrevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram (4). BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan (1,2). Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7% .D. KomplikasiKomplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain:1. Hipotermia2. Hipoglikemia3. Gangguan cairan dan elektrolit4. Hiperbilirubinemia5. Sindroma gawat nafas6. Paten duktus arteriosus7. Infeksi8. Perdarahan intraventrikuler9. Apnea of Prematurity10. AnemiaMasalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) antara lain:1. Gangguan perkembangan2. Gangguan pertumbuhan3. Gangguan penglihatan (Retinopati)4. Gangguan pendengaran5. Penyakit paru kronis6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit7. Kenaikan frekuensi kelainan bawaanE. DiagnosisMenegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam jangka waktu dapat diketahui dengan dilakukan anamesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.1. AnamnesisRiwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR:a. Umur ibub. Riwayat hari pertama haid terakirc. Riwayat persalinan sebelumnyad. Paritas, jarak kelahiran sebelumnyae. Kenaikan berat badan selama hamilf. Aktivitasg. Penyakit yang diderita selama hamilh. Obat-obatan yang diminum selama hamil2. Pemeriksaan FisikYang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain :a. Berat badan < >b. Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)c. Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan).3. Pemeriksaan penunjangPemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:a. Pemeriksaan skor ballardb. Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulanc. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit dan analisa gas darah.d. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.e. USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan F. Penatalaksanaan/ terapi1. Medikamentosaa. Pemberian vitamin K1 b. Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atauc. Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu)2. Diatetik Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama:a. Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali.b. Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan keadaan bayi adalah sebagai berikut:a. Berat lahir 1750 2500 gram- Bayi SehatBiarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering (contoh; setiap 2 jam) bila perlu.Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.- Bayi SakitApabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan minum seperti pada bayi sehat.Apabila bayi memerlukan cairan intravena: Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap untuk menyusu. Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh; gangguan nafas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung : o Berikan cairan IV dan ASI menurut umuro Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila bayi telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.b. Berat lahir 1500-1749 gram- Bayi SehatBerikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak dapat diberikan menggunakan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke dalam paru (batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa lambung. Lanjutkan dengan pemberian menggunakan cangkir/ sendok apabila bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung setela 1-2 hari namun ada kalanya memakan waktu lebih dari 1 minggu)Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.- Bayi SakitBerikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertamaBeri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan IV secara perlahan.Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila kondisi bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedakApabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.c. Berat lahir 1250-1499 gram- Bayi SehatBeri ASI peras melalui pipa lambungBeri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minumLanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.- Bayi SakitBeri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan intravena secara perlahan.Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minumLanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.d. Berat lahir tidak tergantung kondisi)Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertamaBerikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi pemberian cairan intravena secara perlahan.Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minumLanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.3. SuportifHal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal:a. Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator atau ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk.b. Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dinginc. Ukur suhu tubuh dengan berkalaYang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah:a. Jaga dan pantau patensi jalan nafasb. Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolitc. Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia, kejang, gangguan nafas, hiperbilirubinemia)d. Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnyae. Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.G. Pemantauan (Monitoring)1. Pemantauan saat dirawata. Terapi Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggub. Tumbuh kembang Pantau berat badan bayi secara periodik Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk bayi dengan berat lair 1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat lahir Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari :1) Tingkatkan jumlah ASI denga 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180 ml/kg/hari2) Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi agar jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari3) Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian ASI hingga 200 ml/kg/hari4) Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap minggu.2. Pemantauan setelah pulangDiperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi dan mencegah/ mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang sebagai berikut:a. Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap bulan.b. Hitung umur koreksic. Pertumbuhan; berat badan, panjang badan dan lingkar kepala.d. Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST)e. Awasi adanya kelainan bawaanH. PencegahanPada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan:1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik.3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-34 tahun)4. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil