bab ii tinjauan pustaka ii.1. taksiran berat...

Download BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Taksiran berat janinrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41532/4/Chapter II.pdf · (Jalan lahir). Maka taksiran ... fundus uteri dengan mengikuti

If you can't read please download the document

Upload: hoangtuong

Post on 06-Feb-2018

226 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1. Taksiran berat janin

    Sekitar 90% kematian ibu terjadi disaat persalinan dan kira-kira 95% dari

    penyebab kematian ibu tersebut adalah komplikasi obstetrik yang sering

    tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Salah satunya penyulit dalam

    proses persalaian akibat adanya distosia, diantaranya distosia power

    (kekuatan kontraksi uteri), passanger (janin/berat janin) danpassage

    (Jalan lahir). Maka taksiran berat janin mempunyaiarti yang sangat

    penting. Berat bayi yang sangat kecil atau sangat besar berhubungan

    dengan meningkatnya komplikasi selama masa persalinan dan nifas.

    Yang paling sering terjadi pada janin dengan berat lahir besar

    (makrosomia) salah satunya adalah distosia bahu. Sedangkan pada ibu

    dapat terjadi perlukaan jalan lahir, trauma pada otot-otot dasar panggul

    dan perdarahan pasca persalinan. Pada bayi dengan berat lahir rendah

    dapat terjadirespiratory distress syndrom atau hipoglikemi

    (Ghaemmaghami 2002,Winkjosastro 2008).

    Berdasarkan kenyataan diatas, perlu dipikirkan cara-cara untuk

    mendeteksi kesejahteraan janin termasuk perkiraan berat badan janin

    selama masa kehamilan dan saat persalinan, mengingat sebanyak 10%-

    20% dari seluruh proses kehamilan dan persalinan dapat mengalami

    komplikasi.Bagi penolong persalinan seperti bidan, berat badan bayi

    Universitas Sumatera Utara

  • 8

    mempunyai arti yang sangat penting dalam menentukan saat rujukan.

    Apabila ditemukan tinggi fundus uteri (TFU) 40 cm atau lebih yang

    mengindikasikan terjadinya makrosomia atau bayi besar yang merupakan

    salah satu faktor presdiposisi terjadinya distosia bahu dan perdarahan

    paska persalinan sebaiknya pasien dirujuk. Bagi obstetrikus, taksiran berat

    badan bayi sangat dirasakan kepentingannnya saat harus menentukan

    tindakan persalinan apakah secara pervaginam ataupun perabdominal.

    Singkatnya, berat badan janin penting diukur sebelum proses persalinan

    mulai. Berguna untuk mengantisipasi kemungkinan penyulit kehamilan-

    persalinan seperti gangguan pertumbuhan bayi atau makrosomia (Depkes

    RI, 2007).

    II.2. Berat Bayi Lahir

    Secara normal pertumbuhan janin mencerminkan interaksi potensi

    pertumbuhan yang telah ditentukan secara genetis janin dan modulasi

    dengan kesehatan janin, plasenta dan ibu. Pertumbuhan Normal janin

    terdiri dari tiga tahap berturut-turut dan agak tumpang tindih. Tahap

    pertama adalah tahap hiperplasia seluler dan mencakup 16 minggu

    pertama kehamilan. Tahap kedua, yang dikenal sebagai fase hiperplasia

    dan hipertrofi bersamaan, terjadi antara 16 dan 32 minggu dan melibatkan

    peningkatan ukuran sel dan jumlah sel. Tahap ketiga, yang disebut fase

    hipertropi seluler, terjadi antara minggu 32 dan jangka waktu dan ditandai

    dengan tumbuh kembang yang pesat dari segi jumlah dan ukuran. Secara

    kuantitatif, janin tunggal meningkatkan pertumbuhan janin dari kira-kira 5 g

    Universitas Sumatera Utara

  • 9

    / hari pada 14 sampai 15 minggu kehamilan sampai 10 g / hari pada 20

    minggu dan 30 sampai 35 g / hari pada 32-34 minggu, setelah itu tingkat

    pertumbuhan menurun (Resnik, 2002).

    Hubungan antara umur kehamilan dengan berat bayi lahir mencerminkan

    kecukupan pertumbuhan intrauterine. Penentuan hubungan ini akan

    memperbudah morbiditas dan mortalitas bayi. Menurut hubungan berat

    lahir/umur kehamilan maka berat bayi lahir dikelompokkan menjadi Sesuai

    Masa Kehamilan (SMK), Kecil Masa Kehamilan (KMK) dan Besar Masa

    Kehamilan (BMK) (Damanik, Sylviati 2008).

    Klasifikasi bayi menurut umur kehamilan dibagi dalam 3 kelompok yaitu

    bayi kurang bulan adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37

    minggu (259 hari), bayi cukup bulan adalah bayi dengan masa kehamilan

    dari 37 minggu sampai dengan 42 minggu (259 -293 hari), dan bayi lebih

    bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih

    (Sylviati, 2008). Dari pengertian di atas maka bayi dengan BBLR dapat

    dibagi menjadi 2 golongan, yaitu Prematur murni dan Dismaturitas.

    1. Prematur murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang

    dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat

    badan untuk masa kehamilan, atau biasa disebut neonatus kurang

    bulan sesuai masa kehamilan. Penyebabnya berasal dari berbagai

    faktor ibu, faktor janin maupun faktor lingkungan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 10

    2. Dismaturitas atau kecil untuk masa kehamilan adalah bayi lahir

    dengan berat badan kurang dari berat badan sesungguhnya untuk

    masa kehamilan. Hal ini karena janin mengalami gangguan

    pertumbuhan dalam kandungan dan merupakan bayi yang kecil

    untuk masa kehamilan (KMK) (Damanik, Sylviati 2008).

    II.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi berat bayi lahir

    Berat badan lahir merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor melalui

    suatu proses yang berlangsung selama berada dalam kandungan. Faktor-

    faktor yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir adalah factor intrinsic

    maupun factor ekstrinsik. Diantaranya adalah factor maternal, paternal,

    lingkungan, keadaan patologi dan komplikasi kehamilan seperti

    Hipertensi, preeklamsia dan diabetes mellitus gestasional (Nahum GG et

    all, 2002).

    Perbedaan nyata juga terlihat dalam berat badan lahir dari ibu yang

    berbeda etnis dan ras. Bergantung pada ras, rata-rata berat lahir bayi

    berbeda 141-395 gram pada kehamilan aterm. Penyebab pasti dari faktor

    ini belum diketahui pasti, namun disangkakan berkaitan dengan faktor

    genetik dan faktor metabolisme yang berbeda-beda pada setiap etnis dan

    ras. Sebagai contoh, bayi yang dilahirkan etnis Asia dan Afrika lebih kecil

    dibandingkan etnis Kaukasia pada usia kehamilan yang sama. Faktor lain

    yang mempengaruhi berat janin adalah tinggi ibu, tingkat obesitas ibu,

    pertambahan berat badan ibu selama kehamilan, jumlah paritas, jenis

    Universitas Sumatera Utara

  • 11

    kelamin janin, lokasi ketinggian tempat tinggal ibu, konsentrasi

    hemoglobin ibu, tinggi ayah, kebiasaan merokok dan keadaan toleransi

    glukosa ibu (Perry IJ,1995).

    II.3.1. Tinggi ibu

    Tinggi ibu merupakan pemeriksaan fisik yang mudah dilakukan dan

    berhubungan dengan berat janin. Tinggi badan seseorang merupakan

    gambaran nutrisi pada masa lampau dan merupakan faktor genetik yang

    diturunkan oleh kedua orang tua. Penelitian pada silsilah manusia

    menunjukkan bahwa secara umum kedua orang tua yang berbadan besar

    akan mempunyai bayi yang besar juga, begitu juga sebaliknya orang tua

    yang berbadan kecil akan mempunyai bayi yang kecil juga (Sahu MT,

    Agrarwal A, Das Vinita et al, 2007).

    II.3.2. Maternal obesitas

    Tingkat obesitas ibu sangat mempengaruhi berat janin, semakin besar

    berat ibu, semakin besar janin yang dilahirkan. Berat ibu dan berat janin

    berhubungan langsung (Sahu MT, Agrarwal A, Das Vinita et al, 2007).

    II.3.3. Pertambahan berat ibu selama kehamilan

    Pertambahan berat ibu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan janin

    dalam kandungan, semakin besar pertambah berat badan ibu , semakin

    besar janin yang akan dilahirkan (Steer PJ et al, 2005).

    Universitas Sumatera Utara

  • 12

    II.3.4. Paritas

    Jumlah paritas juga berhubungan dengan berat janin. Semakin banyak

    jumlah paritas, semakin besar janin bakal dilahirkan. Pada kehamilan

    aterm akan bertambah berat 0.2-0.5 gram/hari untuk setiap penambahan

    jumlah 1 persalinan (Nahum GG et all, 2002).

    II.3.5. Jenis kelamin janin

    Jenis kelamin janin berhubungan langsung dengan berat janin, variasi

    berkisar 2 %. Janin perempuan lebih kecil dibanding janin laki-laki pada

    usia kehamilan yang sama. Perbedaan rata-rata janin laki-laki

    dibandingkan janin perempuan berkisar 136 gram (Nahum GG et all,

    2002).

    II.3.6. Ketinggian tempat tinggal

    Ketinggian tepat tinggal juga mempengaruhi berat janin yang dikandung

    oleh ibu. Kadar hemoglobin orang dewasa meningkat 1,52 gr/dl setiap

    kenaikan 1000 meter dari permukaan laut. Berat janin pada usia aterm

    berkurang 30-43 gram setiap kenaikan 1000 meter dari permukaan laut.

    Beberapa penjelasan yang mungkin menerangkan hubungan ini, yaitu :

    Penurunan tekanan oksigen yang sebanding dengan

    peningkatan ketinggian tempat tinggal.

    Peningkatan kadar hemoglobin ibu dengan peningkatan tempat

    tinggal.

    Universitas Sumatera Utara

  • 13

    Penurunan volume plasma ibu dengan peningkatan ketinggian

    tempat tinggal (Nahum GG et all, 2002).

    II.3.7. Konsentrasi hemoglobin maternal

    Konsentrasi hemoglobin maternal menerangkan 2,6 % dari variasi berat

    lahir bayi, terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhi berat janin.

    Berat badan lahir dengan konsentrasi hemoglobin berbanding terbalik,

    dimana setiap peningkatan 1,0 g/dl konsentrasi hemoglobin ibu , berat

    janin aterm akan berkurang 89 gram. Efek ini disebabkan oleh perubahan

    viskositas darah, kenaikan nilai hematokrit yang disebabkan oleh kadar

    hemoglobin darah yang meningkat. Peningkatan viskositas darah

    menyebabkan aliran darah menuju pembuluh-pembuluh darah kecil

    terhambat, termasuk yang di plasental bed. Efek ini menjelaskan kenapa

    ibu yang bertempat tinggal di daerah tinggi cendrung melahirkan janin

    dengan berat lahir rendah (Nahum GG et all, 2001).

    II.3.8. Tinggi ayah

    Postur tubuh ayah yang tinggi menyumbangkan sekitar 2 % dari variasi

    berat janin lahir. Hal ini lebih pada sifat genetik yang diturunkan sang

    ayah kepada anaknya.

    II.3.9. Diabetes melitus

    Penyakit diabetes melitus gestasional yang tidak terkontrol pada ibu hamil

    merupakan penyebab paling sering bayi makrosomia. Ketika kadar

    Universitas Sumatera Utara

  • 14

    glukosa ibu meningkat berlebihan, pertumbuhan janin yang abnormal

    akan terjadi. Jika pada populasi umum angka kejadian janin makrosomia

    hanya 2-15 %, maka angka kejadian pada ibu dengan diabetes melitus

    gestasional yang tidak terkontrol meningkat sekitar 20-33 % (William

    Obstetric, 2005).

    Bayi dengan taksiran berat janin lebih dari 4000 gram selayaknya

    mendapatkan perhatian khusus, karena berhubungan dengan persalinan

    lama, peningkatan angka operasi obstetri, distosia bahu dan cedera

    pleksus brakialis yang menyebabkan kecacatan permanen. Berat bayi

    lebih dari 4500 gram meningkatkan angka kematian bayi, dimana dapat

    terjadi gangguan pernafasan dan aspirasi meconium (Suneet P et al,

    2005).

    II.4. Berbagai Teknik Taksasi Berat badan janin

    Terdapat berbagai cara untuk menentukan taksiran berat badan anak,

    yaitu dengan palpasi uterus, pemeriksaan ultrasonografi, dengan

    pengukuran diameter biparietal, pengukuran tinggi fundus uteri maupun

    pengukuran lingkaran perut. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

    pengukuran atau taksiran dan diperkirakan tidak dapat dikoreksi seperti

    tumor rahim,hidramnion, plasenta previa, kehamilan ganda dikeluarkan

    dari penelitian, sedangkan obesitas, paritas, kondisi selaput ketuban,

    penurunan bagian terbawah janin (station).

    Universitas Sumatera Utara

  • 15

    II.4.1 Penaksiran berat badan janin dengan cara Palpasi

    Penaksiran berat badan janin secara Palpasi kurang akurat karena

    dipengaruhi oleh volume cairan ketuban, Obesitas ibu, dan kelainan

    Rahim ( Petterson1985, Hirate et. al. 1990).

    II.4.2 Penentuan berat janin dengan rumus Johnson Thousack

    Mc Donald melaporkan pada tahun 1906 dan 1910 adalah orang pertama

    yang mengukur tinggi simfisi fundus untuk memperkirakan usia

    kehamilan. Pada tahun 1953, pengukuran tersebut diperkenalkan pada

    asuhan antenatal untuk mendeteksi bayi yang memiliki berat badan yang

    rendah dan pada kasus insufisiensi plasenta. Ini merupakan awal dimana

    pengukuran simfisis fundus ini dimaksudkan untuk membantu

    mengkonfirmasi perkiraan tanggal persalinan (Rumbozt WL, McGoogan

    LS, 1953).

    Dalam publikasi original tahun 1954, Jonsondan Toshach melaporkan

    bahwa berat janin berkisar antara 353 gr dari berat badan janin yang

    sebenarnya pada 68% dari 200 kasus. Dalam studi saat ini dengan

    menggunakan formulasi yang sama, sekitar 57 % estimasinya masih

    dalam rentang tersebut. Salah satu penjelasan yang memungkinkan

    untuk perbedaan ini adalah obesitas pada ibu (>90 kg) yang lebih sering

    pada studi saat ini dibandingkan pada saat studi Johnson dan Toshach

    (24% berbanding 5,5%). Hal ini perlu diperhatikan, bahwa penemu

    formula ini memberikan koreksi pada wanita yang obese (1cm) hanya

    Universitas Sumatera Utara

  • 16

    berdasarkan dari 11 kasus. Sangat memungkin bahwa kegemukan pada

    ibu memiliki dampak yang lebih besar dari estimasi berat janin dari pada

    yang dibayangkan, dan sebaiknya factor koreksi pada wanita yang obese

    harus dievaluasi kembali dengan menggunakan sampel yang lebih besar

    (Johnson RW, Toshach CE 1954).

    Sebagai alat untuk menentukan usia kehamilan, umumnya dilaporkan

    bahwa pengukuran tinggi simfisi fundal dalam cm sama dengan usia

    kehamilan antara 18 31 minggu dan sampai usia kehamilan 34 minggu.

    Jimenez (1983) dan rekan rekannya menunjukkan bahwa antara usia

    kehamilan 20 31 minggu yang diukur dari tinggi fundus dalam

    centimeter sama dengan usia kehamilan dalam minggu. Quantana dan

    rekan rekannya (1981), dan Calvert beserta rekannya (1982)

    melaporkan bahwa observasi sampai usia kehamilan 34 minggu adalah

    sejalan dengan pengukuran tinggi simfisi fundus dalam sentimeter.

    Suatu penelitian menunjukkan bahwa usia kehamilan 24 minggu,

    pengukuran tnggi simfisis fundus dapat memperkirakan usia kehamilan

    36 minggu secara akurat (Low JA and Galbraith RS, 1974).

    Johnson dan Tosbach (1954) menggunakan suatu metode untuk

    menaksir berat janin dengan pengukuran ( TFU ) tinggi fundus uteri, yaitu

    dengan mengukur jarak antara tepi atas symfisis pubis sampai puncak

    fundus uteri dengan mengikuti lengkungan uterus, memakai pita pengukur

    serta melakukan pemeriksaan dalam ( vaginal toucher ) untuk mengetahui

    Universitas Sumatera Utara

  • 17

    penurunan bagian terendah (pengukuran Mc Donald) dikurangi dengan

    13 yang kemudian dibagi dinyatakan dalam lbs atau pon. dikenal juga

    dengan rumus Johnson-Thousack. Rumus terbagi tiga berdasarkan

    penurunan kepala janin.

    Berat janin = (Tinggi fundus uteri - 13) x 155, bila kepala

    janin masih floating

    Berat janin = (Tinggi fundus uteri 12) x 155, bila kepala

    janin sudah memasuki pintu atas panggul / H II

    Berat janin = (Tinggi fundus uteri 11) x 155, bila kepala

    janin sudah melawati H III

    Sebelum dilakukan pemeriksaan, terlebih dahulu dilakukan pengosongan

    kandung kemih. Bila ketuban sudah pecah ditambah 10% dan tinggi

    fundus diukur dalam sentimeter.

    Grafik 1. Hubungan tinggi fundus uteri terhadap usia kehamilan dan berat

    badan janin

    Universitas Sumatera Utara

  • 18

    II.4.3. Penentuan berat janin dengan formula Dares

    Pada Agustus 1986 sampai Juli 1989, Departemen Obstetri dan

    Ginekologi Institute of Medical Sciences, Universitas Hindu Banaras,

    menyatakan bahwa TFU dan pengukuran lingkar perut akan berkolrelasi

    dengan berat badan bayi baru lahir (S. Swain et al, 1993).

    Pada tahun 1990, Dare et al mengajukan suatu formula yang lebih

    sederhana untuk menghitung taksiran berat badan janin, yaitu perkalian

    antara SFH dengan AG. Dalam tulisan aslinya , dare et al, mencobakan

    metode ini pada 498 pasien dan mendapatkan korelasi yang baik antara

    angka taksiran dengan berat janin sesungguhnya (r=0,742). Dalam studi

    saat ini, rumus Dare sedikit lebih akurat dibandingkan dengan rumus

    Johnson. Hal ini dapat dijelaskan dengan kurangnya koreksi untuk

    obesitas pada model Dare dan tingginya prevalensi wanita >90 kg dalam

    populasi studinya. Studi lebih besar yang melibatkan pasien obese

    dibutuhkan untuk menguji hipotesis dari rumus Dare untuk taksiran berat

    janin pada wanita obese (Dare FO, et al, 1990).

    Metode yang dipakai berupa pengukuran lingkar perut ibu dalam

    centimeter kemudian dikalikan dengan ukuran fundus uteri dalam

    centimeter, maka akan didapat taksiran berat janin.

    Metode ini dikenal dengan nama Formula Dares.

    TBBJ = FU X AG

    Universitas Sumatera Utara

  • 19

    Keterangan :

    TBBJ = Taksiran Berat badan janin

    FU = Fundus Uteri

    AG = Lingkar Perut

    Metode ini dianggap lebih mudah digunakan berbagai kalangan dan

    memiliki nilai bias yang minimal dibandingkan penggunaan tinggi

    symphysial-fundal. Dari penelitian Mohanty, Das dan Misra didapatkan

    bahwa metode abdominal girth memiliki nilai prediktif yang baik untuk bayi

    berat lahi rendah (Mohanty, 2000).

    Pengukuran abdominal girth memberikan indikasi kasar untuk

    pertumbuhan janin dalam meter. Lingkar perut meningkat dengan

    ketebalan sekitar 2,5cm (1inch) perminggu melampaui 30 minggu dan

    pada saat aterm sekitar 95-100 cm (38 inci sampai 40 inci) . Biasanya

    lingkar perut meningkat terus sampai dengan penyelesaian 38 minggu

    dan tetap stabil sesuai dengan panjang. Setelah aterm, jika kehamilan

    terus berlangsung, lingkar perut secara bertahap akan berkurang. Jika

    lingkar mulai menurun terjadi sebelumnya,dapat dicurigai adanya

    kecukupan sirkulasi plasenta. Ini adalah dapat menjadi predictor dalam

    kelompok kasus seperti pre-eklamsia, hipertensi kronis, nefritis kronis,

    riwayat buruk obstetri dan IUGR (Shiavkumar, 2001).

    Universitas Sumatera Utara

  • 20

    II.4.4. Penentuan berat janin dengan rumus Niswander

    Niswander melakukan penelitian dan menemukan rumus yang berbeda

    untuk menentukan berat badan janin.

    Rumus Niswander :

    TBBJ = (FU 13) / 3

    Keterangan :

    TBBJ = Taksiran Berat badan janin

    FU = Fundus Uteri

    Syahrir dan kawan-kawan pada tahun 2001 di Makasar melakukan

    pengukuran dengan mendapatkan modifikasi rumus Johnson yang

    disederhanakan oleh Niswander. Sehingga rumus Johnson dimodifikasi

    ke dalam bentuk :

    TBBJ = (TFU 13) 151 + 1030 gram

    II.4.5 Penentuan berat badan janin dengan Ultrasonografi (USG)

    Penentuan berat badan janin dengan USG menggunakan beberapa

    parameter, seperti; Biparietal Diameter (BPD), Femur Length (FL),

    Abdominal Circumference (AC), Cross sectional Area of Thigh (CSAT).

    Pengukuran BPD diambil dari tepi luar tulang tengkorak janin proksimal

    ke tepi luar tulang distal. Diameter transversal dan lingkar batang janin

    Universitas Sumatera Utara

  • 21

    diukur dalam bidang melintang standar pada tingkat perut dan pusat urat-

    ductus venosus kompleks. FL diukur dari ujung proksimal lebih besar

    trokanter ke metaphysis distal. Untuk CSAT, maka didefinisikan sebagai

    luas penampang otot dan tulang paha di bidang sebelah kanan sudut

    terhadap sumbu panjang tulang paha, di mana kawasan ini merupakan

    bagian terbesar.

    Metode yang digunakan untuk mengukur CSAT adalah sebagai berikut.

    FL pertama kali diukur, maka probe itu cenderung berada di sudut kanan

    ke panjang sumbu femur dan bergerak cepat di sepanjang permukaan.

    Pada titik di mana luas penampang otot-otot dan tulang paha mencapai

    nya maksimum, gerak probe dihentikan. Daerah kemudian diukur dengan

    menggunakan fungsi elips. Pengukuran lingkar paha janin elips.

    Pengukuran lingkar paha janin tercatat di bidang melintang di

    persimpangan atas dan tengah pertiga dari paha, di proksimal foramen

    nutrien dari femur.

    Sehingga dari beberapa parameter di atas, didapatkan sebuah formula,

    yaitu: (Aoki, 1990)

    TBBJ = 13 (FL CSAT) + 39 (gm)

    Keterangan :

    TBBJ = Taksiran Berat badan janin

    FL = Femur Length

    CSAT = Cross sectional Area of Thigh

    Universitas Sumatera Utara

  • 22

    II.5 Cara pengukuran tinggi fundus uteri

    Dalam pengunaan klinis sehari-hari, metode yang sering digunakan

    adalah rumus Johnson-Tausak. Namun rumus tersebut hanya dapat

    digunakan pada presentasi vertex, dimana pemeriksa sebelumnya

    melakukan pengukuran tinggi fundus uteri, turunnya kepala dan

    dimasukkan kedalam rumus. Untuk dapat mengukur tinggi fundus uteri

    dengan baik, sebelumnya kantung kencing harus dalam keadaan kosong,

    kemudian tinggi fundus uteri di ukur dalam satuan sentimeter dengan pita

    meteran. Ujung dari pita meteran diletakkan pada tepi atas simfisis pubis

    melalui garis tengah abdomen dilakukan pengukuran sampai puncak

    fundus uteri. (Numprasert 2004)

    Gambar 1. Cara pengukuran tinggi fundus uteri.

    Universitas Sumatera Utara

  • 23

    Sedangkan untuk penurunan bagian terbawah janin digambarkan dalam

    hubungannya dengan spina ischidica yang terletak ditengah-tengah

    antara pintu atas panggul dan pintu bawah panggul. Pada tahun 1988,

    American College of Obstetricians and Gynecologist mulai mengunakan

    suatu klasifikasi station yang membagi panggul atas dan bawah menjadi

    lima bagian. Pembagian ini mengambarkan ukuran diatas dan dibawah

    spina. Jadi saat bagian terbawah janin turun dari pintu atas panggul

    menuju spina ischiadica disebut station -5,-4,-3,-2,-1 lalu 0 (spina

    ischiadica). Dibawah spina ischiadica bagian terbawah janin melewati

    +1,+2,+3,+4,+5, dimana +5 setara dengan kepala janin terlihat diintroitus

    vagina. Ada juga yang menggunakan bidang Hodge (bagian-bagian dari

    panggul), yang terdiri dari (Cuningham 2006, Mochtar 1998)

    Bidang Hodge I : Promontorium pinggir atas simfisis

    Bidang Hodge II : Tepi bawah simfisis

    Bidang Hodge III : Sejajar spina ischiadica

    Bidang Hodge IV : Ujung Os.coccygeus

    Belizan dalam penelitiannya mengemukakan bahwa tidak ada variasi

    dalam distribusi tinggi fundus uteri antara presentasi kepala atau

    presentasi bokong, kepala yang sudah engaged atau belum, nulli atau

    multipara. Kesalahan dalam pengukuran mungkin terjadi dalam teknik

    mengukur dan hal ini dapat dikurangi dengan cara membandingkan

    Universitas Sumatera Utara

  • 24

    ukuran dari fundus uteri kearah simfisis dengan dari simfisi ke fundus

    uteri.

    Universitas Sumatera Utara