belajar tentang balok dan pelat beton bertulang

Upload: harfandialmi

Post on 09-Oct-2015

167 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

membahas tentang hal penting dalam desain beton bertulang

TRANSCRIPT

Belajar tentang balok dan pelat beton bertulang ( untukpemula)

Jul 30Posted by sanggapramana

14 Votes

Yah, kita ketemu lagi, sekarang saya akan membahas tentang Balok beton bertulang, ni tulisan saya bersumber dari buku Balok dan pelat beton bertulang oleh Ali Asroni penerbit graha ilmu bagi yang mau beli bukunya silahkan, bagi yang mau belajar dari sini juga bisa.maaf untuk simbol2 ada yang tidak dapat dimasukkan karena keterbatasan fitur ini. Lets start . . . . .

Balok tanpa tulanganKita tau sifat beton yaitu kuat terhadap gaya tekan tetapi lemah terhadap gaya tarik.Oleh karena itu, beton dapat mengalami retak jika beban yang dipikulnya menimbulkan tegangan tarik yang melebihi kuat tariknya.

Jika sebuah balok beton (tanpa tulangan) ditumpu oleh tumpuan sederhana (sendi dan rol), dan di atas balok tersebut bekerja beban terpusat P serta beban merata q, maka akan timbul momen luar sehingga balok akan melengkung ke bawah.Pada balok yang melengkung ke bawah akibat beban luar ini pada dasarnya ditahan oleh kopel gaya-gaya dalam yang berupa tegangan tekan dan tarik. Jadi pada serat-serat balok bagian tepi atas akan menahan tegangan tekan, dan semakin ke bawah tegangan tersebut akan semakin kecil. Sebaliknya, pada serat-serat bagian tepi bawah akan menahan tegangan tarik, dan semakin ke atas tegangan tariknya akan semakin kecil pula.

Pada tengah bentang (garis netral) , serat-serat beton tidak mengalami tegangan sama sekali (tegangan tekan dan tarik = 0).

Jika beban diatas balok terlalu besar maka garis netral bagian bawah akan mengalami tegangan tarik cukup besar yang dapat mengakibatkan retak pada beton pada bagian bawah.Keadaan ini terjadi terutama pada daerah beton yang momennya besar, yaitu pada lapangan/tengah bentang.

Balok Beton dengan tulanganUntuk menahan gaya tarik yang cukup besar pada serat-serat balok bagian tepi bawah, maka perlu diberi baja tulangan sehingga disebut dengan beton bertulang. Pada balok beton bertulang ini, tulangan ditanam sedemikian rupa, sehingga gaya tarik yang dibutuhkan untuk menahan momen pada penampang retak dapat ditahan oleh baja tulangan.Karena sifat beton yang tidak kuat tehadap tarik, maka pada gambar di atas, tampak bahwa balok yang menahan tarik (di bawah garis netral) akan ditahan tulangan, sedangkan bagian menahan tekan (di bagian atas garis netral) tetap ditahan oleh beton.

Fungsi utama beton dan tulanganDari uraian di atas dapat dipahami, bahwa baik beton maupun baja-tulangan pada struktur beton bertulang tersebut mempunyai fungsi atau tugas pokok yang berbeda sesuai dengan sifat bahan yang bersangkutan.Fungsi utama beton yaitu untuk

Fungsi utama beton Menahan beban/gaya tekan

Menutup baja tulangan agar tidak berkarat

Fungsi utama baja tulangan Menahan gaya tarik (meskipun kuat juga terhadap gaya tekan)

Mencegah retak beton agar tidak melebar

Faktor keamananAgar dapat terjamin bahwa suatu struktur yang direncankan mampu menahan beban yang bekerja, maka pada perencanaan struktur digunakan faktor keamanan tertentu.Faktor keamanan ini tersdiri dari 2 jenis , yaitu :

1. Faktor keamanan yang bekerja pada beban luar yang bekerja pada struktur, disebut faktor beban.

2. Faktor keamanan yang berkaitan dengan kekuatan struktur (gaya dalam), disebut faktor reduksi kekuatan.

Faktor beban luar/faktor bebanBesar faktor beban yang diberikan untuk masing-masing beban yang bekerja pada suatu penampang struktur akan berbeda-beda tergantung dari kombinasi beban yang bersangkutan. Menurut pasal 11.2 SNI 03-2847-2002, agar supaya struktur dan komponen struktur memenuhi syarat dan layak pakai terhadap bermacam-macam kombinasi beban, maka harus dipenuhi ketentuan kombinasi-kombinasi beban berfaktor sbb :

1. Jika struktur atau komponen hanya menahan beban mati D (dead) saja maka dirumuskan : U = 1,4*D

2. Jika berupa kombinasi beban mati D dan beban hidup L (live), maka dirumuskan : U = 1,2*D + 1,6*L + 0,5 ( A atau R )

3. Jika berupa kombinasi beban mati D,beban hidup L, dan beban angin W, maka diambil pengaruh yang besar dari 2 macam rumus berikut : U = 1,2*D + 1,0*L + 1,6*W + 0,5 ( A atau R ) dan rumus satunya : U = 0,9*D + 1,6*W

4. Jika pengaruh beban gempa E diperhitungkan, maka diambil yang besar dari dua macam rumus berikut : U = 0,9*D + 1*E

Keterangan :

U = Kombinasi beban terfaktor, kN, kN/m atau kNm

D = Beban mati (Dead load), kN, kN/m atau kNm

L = Beban hidup (Life load), kN, kN/m atau kNm

A = Beban hidup atap kN, kN/m atau kNm

R = Beban air hujan, kN, kN/m atau kNm

W = Beban angin (Wind load) ,kN, kN/m atau kNm

E = Beban gempa (Earth quake load), kN, kN/m atau kNm, ditetapkan berdasarkan ketentuan SNI 03-1726-1989-F, Tatacara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung, atau penggantinya.

Untuk kombinasi beban terfaktor lainnya pada pasal berikut :

1. Pasal 11.2.4 SNI 03-2847-2002, untuk kombinasi dengan tanah lateral

2. Pasal 11.2.5 SNI 03-2847-2002, untuk kombinasi dengan tekanan hidraulik

3. Pasal 11.2.6 SNI 03-2847-2002, untuk pengaruh beban kejut

4. Pasal 11.2.7 SNI 03-2847-2002, untuk pengaruh suhu (Delta T), rangkak, susut, settlement.

Faktor reduksi kekuatanKetidakpastian kekuatan bahan terhadap pembebanan pada komponen struktur dianggap sebagai faktor reduksi kekuatan, yang nilainya ditentukan menurut pasal 11.3 SNI 03-2847-2002 sebagai berikut :

1. Struktur lentur tanpa beban aksial (misalnya : balok), faktor reduksi = 0,8

2. Beban aksial dan beban aksial lentur

aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur : 0,8

aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur

1. komponen struktur dengan tulangan spiral atau sengkang ikat : 0,7

2. Komponen struktur dengan tulangan sengkang biasa : 0,65

3. Geser dan torsi : 0,75

4. Tumpuan pada beton, : 0,65

akhirnya selesai juga, males betul nulis yang begituan tapi aku gak papa untuk kalian semua.ntar malah gak tau dasarnya malah repot. . .wkwkwkwk. Lanjut . . . . .

Kekuatan beton bertulang1. Jenis kekuatanMenurut SNI 03-2847-2002, pada perhitungan struktur beton bertulang, ada beberapa istilah untuk menyatakan kekuatan suatu penampang sebagai berikut

1. Kuat nominal (pasal 3.28)

2. Kuat rencana (pasal 3.30)

3. Kuat perlu (pasal 3.29)

Kuat nominal (Rn) diartikan sebagai kekuatan suatu komponen struktur penampang yang dihitung berdasarkan ketentuan dan asumsi metode perencanaan sebelum dikalikan dengan nilai faktor reduksi kekuatan yang sesuai.Pada penampang beton bertulang , nilai kuat nominal bergantung pada:

dimensi penampang,

jumlah dan letak tulangan

letak tulangan

mutu beton dan baja tulangan

Jadi pada dasarnya kuat nominal ini adalah hasil hitungan kekuatan yang sebenarnya dari keadaan struktur beton bertulang pada keadaan normal.Kuat nominal ini biasanya ditulis dengan simbol-simbol Mn, Vn, Tn, dan Pn dengan subscript n menunjukkan bahwa nilai-nilai

M = Momen

V = Gaya geser

T = Torsi (momen puntir)

P = Gaya aksial (diperoleh dari beban nominal suatu struktur atau komponen struktur)

Kuat rencana (Rr), diartikan sebagai kekuatan suatu komponen struktur atau penampang yang diperoleh dari hasil perkalian antara kuat nominal Rn dan faktor reduksi kekuatan.Kuat rencana ini juga dapat ditulis dengan simbol Mr, Vr, Tr, dan Pr( keterangan sama seperti diatas kecuali P = diperoleh dari beban rencana yang boleh bekerja pada suatu struktur atau komponen struktur.

Kuat perlu (Ru), diartikan sebagai kekuatan suatu komponen struktur atau penampang yang diperlukan untuk menahan beban terfaktor atau momen dan gaya dalam yang berkaitan dengan beban tersebut dalam kombinasi beban U.Kuat perlu juga bisa ditulis dengan simbol-simbol Mu, Vu, Tu, dan Pu.

Karena pada dasarnya kuat rencana Rr, merupakan kekuatan gaya dalam (berada di dalam struktur), sedangkan kuat perlu Ru merupakan kekuatan gaya luar (di luar struktur) yang bekerja pada struktur, maka agar perencanaan struktur dapat dijamin keamanannya harus dipenuhi syarat berikut :

Kuat rencanaRr harus > kuat perlu RuPrinsip hitungan beton bertulangHitungan struktur beton bertulang pada dasarnya meliputi 2 buah hitungan, yaitu hitungan yang berkaitan dengan gaya luar dan hitungan yang berkaitan dengan gaya dalam.

Pada hitungan dari gaya luar, maka harus disertai dengan faktor keamanan yang disebut faktor beban sehingga diperoleh kuat perlu Ru.Sedangkan pada hitungan dari gaya dalam, maka disertai dengan faktor aman yang disebut faktor reduksi kekuatan sehingga diperoleh kuat rencana Rr = Rn * faktor reduksi, selanjutnya agar struktur dapat memikul beban dari luar yang bekerja pada struktur tersebut, maka harus dipenuhi syarat bahwa kuat rencana Rr minimal harus sama dengan kuat perlu Ru.

Prinsip hitungan struktur beton bertulang yang menyangkut gaya luar dan gaya dalam tersebut secara jelas dapat dilukiskan dalam bentuk skematis, seperti gambar berikut :

Assalamualaikum, Wr.WbUntuk mendisain sebuah struktur beton, baik itu bangunan gedung, jembatan, bendungan, jalan layang, tandon air, dan lain-lain. Maka akan banyak faktor yang berpengaruh dalam jalannya pendisainan tersebut. Contohnya pada struktur gedung , beban mati pelat lantai, beban hidup manusia, beban mati plafon, ubin dan lain-lain akan berpengaruh terhadap pendisainan pelat lantai, balok anak maupun balok induk juga kolom nya. Untuk struktur bawah seperti fondasi diperlukan data tanah yang akan berpengaruh terhadap model pondasi yang akan digunakan.

Melihat diri saya yang masih belajar untuk S1 di Universitas Islam Sultan Agung dan masih semester 6, tentu pengetahuan saya masih sangat dangkal mengenai pendisainan struktur beton ini. Sehingga maklumlah kalo para pembaca merasa kurang, dapat melihat buku-buku mengenai desain struktur yang sudah banyak berada di pasaran .

Pertama-tama dalam merencanakan suatu struktur, hal yang paling utama adalah beban yang bekerja pada struktur tersebut. Perencanaan untuk pelat kantilever tentu berbeda dengan pelat yang digunakan untuk pelat lantai pada interior rumah. Pelat lantai sendiri memiliki perbedaan, yang umum digunakan. Antara lain :

Pelat terjepit pada satu sisi ( biasanya adalah kantilever/sunshiding pada jendela)

Pelat terjepit pada dua sisi (misalnya bordes tangga, balkon.dll)

Pelat terjepit pada tiga sisi (misalnya pada bordes tangga dan balkon,dll)

Pelat terjepit pada empat sisi (misalnya pelat lantai dalam rumah)

Untuk perencanaan pelat lantai itu sendiri, tentu berbeda antara pelat terjepit pada satu sisi, dua sisi, tiga sisi, dan empat sisi. Kenapa kok berbeda ?ya tentu berbeda, karena gaya dalam yang dihasilkan akibat masing-masing jepitan juga berbeda, sehingga akan berpengaruh terhadap penulangan yang sering kita sebut untuk penulangan pelat lantai sebagai one way slab dan two way slab .Apa sih one way slab itu ?One way slab atau penulangan satu arah yaitu tulangan utama atau tulangan pokok hanya bekerja pada satu arah saja. Misalnya ada arah x dan y , jadi tulangan pokok itu bekerja pada arah x saja dan arah y kita menggunakan tulangan bagi.

Kapan kita menggunakan sistem penulangan one way slab ?Sistem One way slab digunakan ketika momen yang bekerja pada pelat tidak seimbang antara arah x dan y . misalnya pada kantilever, karena dijepit di satu sisi saja, jadi misal hanya ada arah x saja sedangkan arah y sama dengan nol. berlaku juga untuk pelat yang dijepit di dua sisinya yang saling berhadap-hadapan. pada pelat lantai yang dijepit di tiga sisinya juga masih bisa menggunakan sistem penulangan one way slab.

Kalau Penulangan Two Way Slab itu bagaimana ?Penulangan Two Way Slab itu ketika momen pelat pada arah x dan y itu sama atau hampir sama besar. Hmmmm, Contohnya pada pelat yang berbentuk persegi dan dijepit di keempat sisinya, dengan ukuran balok yang sama pada keempat sisinya.

Lalu bedanya apa dengan One Way Slab ?Jadi kalo two slab kita pakai tulangan pokok pada semua arah baik x dan y, sehingga tidak ada tulangan bagi nya pada two way slab ini.

Tulangan bagi itu apa sih ?Tulangan bagi itu ya cuma sekedar tulangan sekunder istilah nya , bukan tulangan primer. Jadi tulangan bagi itu dimensi tulangannya bisa lebih kecil atau jarak antar tulangannya bisa lebih lebar .

Jadi kalo pelat terjepit di empat sisinya harus selalu pakai penulangan Two Way Slab ?Ya enggak juga, kalo pelatnya persegi panjang kan momennya beda tuh antara x dan y. (untuk perencanaan selanjutnya, silahkan baca PPIUG atau PPIURG 1983 untuk pembebanan, dan PBI 1971 dan peraturan lainnya juga SNI 91, SNI 2002)

Nah sekarang tentang balok beton bertulangUntuk mendisain sebuah balok pasti sama dengan mendisasin struktur yang lain,

Gimana sih nentuin dimensi balok yang tepat ?Untuk menentukan dimensi balok yang tepat tentu saja tergantung dari beban yang bekerja di atas balok. Apabila beban nya terlalu berat, maka daerah tekannya semakin besar, momennya juga besar. Jadi kalo dalam rumus rho max lebih besar dari rho maka dimensi balok harus diperbesar.

Kenapa nggak tulangannya aja diperbanyak ?Ya, karena semakin banyak tulangannya workability ketika pemasangan tulangan dan pemadatan semakin susah. Juga semakin jauh tulangan itu dari lokasi tegangan tarik (pada cover) maka semakin kecil konstribusinya untuk ikut menahan momen. belum lagi daerah tekan yang besar bisa-bisa mengakibatkan keruntuhan tekan pada balok yang akibatnya cukup fatal karena pelat lantai dan balok runtuh (lebih fatal keruntuhan tekan pada kolom karena berarti keruntuhan semua bangunan).

Jadi untuk mendimensi balok itu pakai sistem coba-coba ya ?Ya bisa dibilang begitu, tapi kan selama ini ada rumus sederhana untuk menentukan tinggi balok dengan rumus 1/10 atau 1/12 bentang, lalu dicek daerah tekan, rho max, dan fs=fy yaitu tulangan leleh duluan sebelum beton retak, karena kalau beton retak duluan maka bangunan lebih cepat runtuh dan tanpa peringatan.

Kan balok itu umumnya menahan momen yang bekerja pada daerah tarik, lalu kenapa ada tulangan di bagian tekannya juga ?Memang tulangan itu kita gunakan untuk menahan tarik karena beton tidak dapat menahan tarik karena sifat getasnya ketika diberi tegangan tarik. Tulangan tekan itu sendiri digunakan untuk keperluan memasang tulangan geser (begel) dan juga kata dosen saya yang sudah S3 , tulangan tekan dapat berpengaruh terhadap umur beton, akibat adanya faktor kelelahan (fatigue) yang dapat mengakibatkan lendutan berlebihan seiring dengan berjalannya waktu.

Saya denger-denger ada desain balok T (T beam) dan balok persegi panjang biasa, apa sih bedanya ?kalo peraturan lama seperti PBI 1971 dan SNI 1991 masih menggunakan balok persegi panjang biasa untuk mendisain, sedangkan SNI 2002 ada yang menggunakan balok persegi panjang dan T beam dan ada juga L beam untuk balok yang menahan pelat pada ujung (exterior). Jadi kalo mendesain dengan balok T dimana balok dan plat lantai dicor monolit, karena daerah tekan semakin kecil akibat balok memiliki sayap yang ikut menahan tekan sehingga tulangan tarik yang dihasilkan lebih sedikit daripada menggunakan disain balok persegi panjang.

Ow gitu ya, Oke deh. lanjut ke disain kolom aja dehPada disain kolom sedikit berbeda dengan balok dan pelat, kalau balok dan pelat mereka dapat beban tegak lurus alias sumbu balok dan pelat itu tegak lurus sama arah gravitasi bumi pada umumnya. Kalau kolom kan sejajar , jadi yang diperhitungkan tentu saja gaya axial (gaya normal) dan Momen.

Untuk mendisain sebuah kolom diperlukan kecermatan yang tinggi karena keruntuhan kolom berarti keruntuhan seluruh bangunan. Bayangkan saja apabila ada satu saja kolom yang runtuh, saya pernah lihat di siaran National Geographic Channel , gedung hotel dan perkantoran lantai 7 di Singapura runtuh karena saah satu kolomnya runtuh. Setelah ditelusuri dengan forensic test ternyata adalah penambahan beban pada tingkat atas yang melebihi perhitungan beban dan umur bangunan yang tua sehingga tingkat fatigue nya juga sudah besar.

Karena adanya tingkat kelelahan struktur ini (fatigue) maka pada umunya gedung dirancang berumur 50 tahun saja.

Kok ada gedung yang belum 50 tahun sudah runtuh ya ?Bisa saja karena spesifikasi mutu tidak terpenuhi atau ada penambahan beban diluar perencanaan awal, contoh beban-beban tambahan , misal tidak dirancang untuk tempat mendarat helikopter tetapi digunakan untuk mendarat helikopter, atau tidak dirancang menahan gempa tapi mendapat gaya gempa . Direncanakan untuk menampung 1000 orang tetapi terdapat 2000 orang.

Kalau begitu saya buat kolom yang besar saja ya ? walaupun balok runtuh tapi kan bangunan keseluruhan tidak runtuh ?Boleh-boleh saja kalau anda punya banyak uang, karena kolom semakin besar berarti harga semakin mahal dan pondasi semakin besar , dalam dan mahal.

Kalo keruntuhan tekan sama keruntuhan tarik pada kolom itu bedanya apa ?Kalo keruntuhan tekan itu hampir sama ketika anda tes sample beton di lab, jadi keruntuhan tekan itu terjadi tiba-tiba dan berbahaya. Kalau keruntuhan tarik ada tanda-tandanya ketika tulangan kolom tertarik dan leleh, kolom terlihat retak-retak dahulu dan sedikit berubah bentuk sehingga anda dapat siaga sebelum terjadi keruntuhan.

Kalo tulangan dua sisi dan empat sisi itu gimana ?Tulangan dua sisi pada kolom digunakan akibat eksentrisitas yang melebihi batas yang ditetapkan sehingga tulangan hanya digunakan pada sisi x atau y saja. Umumnya pada eksentrisitas yang melebihi batas ini, dimensi kolom juga dibuat persegi panjang tidak persegi. Kalau tulangan 4 sisi itu biasanya digunakan untuk kolom dengan eksentrisitas kecil.

Okay, sampai di sini dulu, terima kasih Wassalamualaikum Wr.WbDitulis dalam Beton

8 KomentarBeton GeopolimerFeb 15Posted by sanggapramana

1 Vote

Geopolimer merupakan material ramah lingkungan yang biasa dikembangkan sebagai alternatif pengganti beton semen di masa mendatang.Sebagai terobosan baru, kini berhasil ditemukan jenis material beton baru Geopolimer yang konon lebih ramah lingkungan. Karena, material ini tersusun dari sintesa bahan-bahan alam non organik melalui proses polimerisasi.Bahan dasar utama pembuatan beton geopolimer, adalah bahan yang banyak mengandung silikon dan alumunium. Unsur-unsur ini, diantaranya banyak terdapat pada material buangan hasil sampingan industri, seperti abu terbang (fly ash) sisa pembakaran batu bara.

Selama ini, karena ukuran partikelnya yang kecil dan mudah berterbangan di udara, abu terbang lebih banyak dimanfaatkan sebagai bahan timbunan. Kalau penimbunannya dilakukan sembarangan, akan berpotensi mengancam kelestarian lingkungan. Karena, partikel partikel logam berat yang dikandungnya dengan mudah larut mencemari sumber-sumber air.Untuk melarutkan unsur-unsur silikon dan alumunium, serta memungkinkan terjadinya reaksi kimiawi, digunakan larutan bersifat alkalis. Material geopolimer ini jika digabungkan dengan agregat batuan, akan menghasilkan beton geopolimer tanpa perlu semen lagi.Geopolimer lebih ramah lingkungan, karena selain dapat menggunakan bahan pembuangan industri, proses pembuatannya juga tidak perlu energi, seperti pada proses pembuatan semen hingga suhu 800 C. Cukup dengan pemanasan 60 C selama sehari penuh, maka bisa dihasilkan beton berkualitas tinggi.Dari hasil riset yang telah dilakukan selama ini menunjukkan, bahwa beton geopolimer memiliki sifat-sifat teknis, seperti kekuatan dan keawetan yang tinggi. Sebuah perusahaan beton pracetak di Australia, bahkan sudah mulai memproduksi prototipe beton geopolimer pra-cetak dalam bentuk bantalan rel kereta, pipa beton untuk saluran pembuangan air kotor dan lainnya.Sumber : techno konstruksi majalahDitulis dalam Beton

2 KomentarBeton Ringan AerasiNov 25Posted by sanggapramana

2 Votes

Gambar 1 Beton ringan Aerasi type Wall- panel

( from : http://chensco1.en.made-in-china.com/)

Teknologi bahan bangunan kini berkembang pesat. Salah satu hasil inovasi tersebut adalah beton ringan aerasi atau Aerated Lightweight Concrete (ACL), yang sering disebut juga Autoclaved Aerated Concrete (AAC). Sebutan lainnya, adalah Autoclaved Concrete, Cellular Concrete, Porous Concrete, dan di Inggris disebut Aircate dan Thermalite.

Gambar 2 Beton ringan Aerasi type EPS block (polysterene) ( from : http://www.hgtyn.com/)

Sekilas mengenai teknologi pembuatan beton ringan aerasi ini, pada prinsipnya adalah membentuk rongga udara di dalam beton. Mengenai metode pembuatan beton aerasi ini, setidaknya terdapat tiga macam cara yang bisa dilakukan, antara lain :

1. Dengan memberikan agregat atau campuran isian beton ringan, berupa batu apung, stereofom,batu alwa atau abu terbang yang dijadikan batu.

2. Dengan menghilangkan agregat halus, dimana agregat halusnya disaring, contoh debu atau abu terbang dihapuskan.

3. Dengan meniupkan atau mengisi udara di dalam beton, yang dapat dilakukan secara mekanis atau kimiawi.

Gambar 3 Beton AAC (ALC) type wall panels and blocks

( from : http://chensco1.en.made-in-china.com/)

Proses KimiawiProses pembuatan beton ringan secara kimiawi kini lebih sering digunakan. Sebelum beton di proses secara aerasi dan dikeringkan dengan autoclave, terlebih dahulu dibuat adonan dari pasir kwarsa, kapur, sedikit gypsum, air dan dicampur alumunium pasta sebagai bahan pengembang (pengisi udara secara kimiawi) dengan volume berkisar 5 8 persen dari adonan yang dibuat, tergantung kepadatan yang diinginkan. Alumunium pasta yang digunakan dalam adonan, selain berfungsi sebagai pengembang, juga berperan dalam mempengaruhi kekerasan beton.Pada saat pencampuran adonan dari pasir kwarsa, kapur, sedikit gypsum, air dan dicampur alumunium pasta akan terjadi reaksi kimia.

1. Bubuk alumunium bereaksi dengan kalsium hidroksida yang ada dalam pasir kwarsa dan air sehingga membentuk hidrogen.2. Gas hidrogen ini akan membentuk gelembung-gelembung udara di dalam campuran beton, setelah 7 8 jam, gelembung udara ini membentuk seperti busa dan menjadikan volume adonan menjadi 2 kali lebih besar dari volume semula. Di akhir proses pengembangan atau pembusaan ini, hidrogen akan terlepas ke atmosfir dan langsung digantikan oleh udara. Dan rongga-rongga udara tersebut, akan membuat beton menjadi ringan. Kendati hidrogennya hilang dan terlepas ke udara, namun tekstur beton tetap padat dan lembut. Dan setelah adonan aerasi mulai keras, akan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan.Untuk membentuknya adonan cukup dipotong dengan kawat sesuai ukuran yang diinginkan. Selanjutnya, dimasukkan dimasukkan dalam autoclave chamber selama 12 jam. Selama proses pengerasan ini berlangsung, temperatur mencapai 190 derajat celcius dan tekanannya mencapai 12 bar atau 174 psi.3. Pada saat ini, pasir kwarsa bereaksi dengan kalsium hidroksida menjadi kalsium hidrat silika. Dan proses inilah yang akan menentukan kekuatan atau kekerasan beton aerasi.4. Setelah keluar dari autoclave chamber, beton ringan aerasi ini telah mengeras dan siap digunakan untuk konstruksi bangunan. Karena 80 persen beton ini berupa rongga udara, maka bobot beton ringan aerasi ini sangat ringan. Meskipun berupa rongga udara, namun beton ringan aerasi dapat menahan beban hingga 1200 psi.Sumber : Techno konstruksi edisi 19 (november 2009)Ditulis dalam Beton

6 KomentarDari beton K200 sampai GreenConcreteAgu 26Posted by sanggapramana

1 Vote

Sekarang ini, semua pembangunan sebagian besar menggunakan beton. Perkembangan beton tidaklah meningkat karena dari dulu sampai sekarang bahan untuk membuat beton hanya itu-itu saja. Tapi mungkin sekarang telah dilakukan inovasi pembuatan beton dengan komposisi yang berbeda tetapi dengan tidak membuat kekuatannya semakin jauh berkurang.

Tahun 1950Kekuatan beton pada tahun 1950 paling tinggi adalah 200 kg/cm2 , atau kita sebut K200. Dia atas tahun 1950-an mulai dikembangkan beton dengan kekuatan 250 kg/cm2, dengan anggapan kekuatan beton berbanding terbalik dengan jumlah air yang diberikan terhadap semen.

Kalau terlalu banyak mengurangi air, untuk memperoleh kekuatan beton, maka dampaknya adonan beton sulit untuk dikerjakan (workability) baik itu pengadukan dan penuangan. Sehingga untuk memperoleh beton K250 perbandingan air dan semen (FAS) adalah 0,55.

Tahun 1960Pada tahun ini perkembangan kekuatan beton sudah mencapai 300 kg/cm2 atau K300. Dengan adanya proyek jembatan Semanggi yang harus menggunakan sistem beton prategang oleh Ir. Sutami mengharuskan mutu beton berkekuatan tinggi. Jika tidak maka beton dapat hancur saat dilakukan penarikan kabel prategang dengan sangat kuat.Dengan menurunkan kadaar air semen sedikit lagi maka beton K300 dapat dihasilkan.

Jembatan Semanggi 2002Tahun 1970Pada tahun ini muncul baha tambahan untuk campuran beton (Admixture) yang bisa meningkatkan kinerja beton. Dengan menggunakan admixture kita dapat menghasilkan adonan beton dengan air yang tidak terlalu sedikit dan masih mudah dikerjakan (workability) sehingga dapat dihasilkan beton mutu mnengah.Kemudian dilakukan pembangunan jembatan Rajamandala yang dirancang Rooseno dengan kekuatan beton K350 dengan sistem prategang.Tahun 1980Pada masa ini, tepatnya tahun 1987 Supartono bersama timnya dari Universitas Indonesia telah menghasilkan beton dengan kekuatan 1000 kg/cm2 dengan bahan tambahan (admixture) yang bernama Silica Fume.Silica FumeSilica fume adalah bahan admixture yang butirnya berukuran kurang dari 1 mikron, dibandingkan dengan butir semen yang halus yaitu 50 mikron, sehingga Silica Fume adalah populer dengan sebutan Nano Teknologi.Sekarang !!!!Pada jaman sekarang sudah melebihi beton High Strength Concrete, Ultra High Strength Concrete malahan Very High Strength Concrete, dengan kekuatan beton 1500 kg/cm2.Green ConcreteGreen Concrete adalah pembuatan beton menggunakan limbah lingkungan untuk menghasilkan beton bermutu tinggi, sebagai contoh : abu sekam gabah padi yang merupakan sampah yang sangat bermanfaat untuk campuran beton.Dikutip :Techno konstruksi, edisi Agustus 2010Ditulis dalam Beton

4 KomentarPenghematan proyek konstruksi dengan sistemPra-cetakJul 31Posted by sanggapramana

Rate This

Hai , kita bertemu lagi dengan Sangga disini. wkwkwkwkwkw. Pada tulisan saya kali ini, kita akan membahas tentang keuntungan menggunakan teknologi beton pracetak, terutama untuk menekan biaya konstruksi, jadi lebih murah donk. hehehe. Tulisan-tulisan di bawah saya ambil dari buku eksplorasi teknologi dalam proyek konstruksi, oleh Wulfram I. Ervianto, bagi yang mau langsung beli bukunya silahkan. Sukses selalu sipil Indonesia Jaya . . . .

Beton pracetak Vs Beton cast-in-place (cetak di tempat)Sebenarnya beton pracetak tidak berbeda dengan beton biasa. Yang membuat berbeda adalah metode fabrikasinya.Pada umumnya penggunaan beton pracetak dianggap lebih ekonomis dibandingkan dengan pengecoran ditempat dengan alasan :

1. Mengurangi biaya pemakaian bekisting

2. Mereduksi biaya upah pekerja

3. Mereduksi durasi pelaksanaan proyek, sehingga overhead yang di keluarkan kecil.

Pada dasarnya beton pracetak itu dibuat tidak di tempat pelaksanaan proyek melainkan di tempat lain, misalnya pabrik dll. Sehingga akan menambah biaya angkut untuk transport beton pracetak ke lokasi proyek dan kelebihan juga, beton pracetak ini tidak terpengaruh cuaca yang berubah-ubah karena tidak dilakukan di lokasi proyek.

ayo kita bahas keuntungan lain dari beton pracetak ini

Kecepatan dalam pelaksanaan pembangunan

Dicapainya tingkat flexibilitas dalam proses perancangannya

Pekerjaan di lokasi proyek menjadi lebih sederhana

Pihak yang bertanggung jawab lebih sedikit

Mempunyai aspek positif terhadap schedule, terutama kemudahan di dalam melakukan pengawasan dan pengendalian biaya serta jadwal pekerjaan

Jumlah pekerja kantor proyek lebih sedikit. Demikian juga tenaga lapangan yang dibutuhkan untuk setiap unit komponen yang lebih kecil karena pekerjaan dapat dilaksanakan secara seri.

Menggunakan tenaga buruh kasar sehingga upah relatif lebih murah

Waktu konstruksi yang relatif lebih singkat karena pekerja lapangan (di lokasi proyek) hanya mengerjakan cast-in-situ dan kemudian menggabungkan dengan komponen-komponen beton pracetak.

Aspek kualitas, di mana beton dengan mutu prima dapat lebih mudah dihasilkan di lingkungan pabrik.

Produksinya hampir tidak terpengaruh oleh cuaca

Biaya yang dialokasikan untuk supervisi relatif lebih kecil. Hal ini disebabkan durasi proyek yang lebih singkat.

Kontinuitas proses konstruksi dapat terjaga sehingga perencanaan kegiatan dapat lebih akurat.

Mampu mereduksi biaya konstruksi.

Dapat dihasilkan bangunan akurasi dimensi dan mutu yang lebih baik.

Selain, keuntungan ada juga kelemahan beton pracetak dibandingkan dengan beton cast-in-place, sebagai berikut :

Kerusakan yang mungkin timbul selama proses transportasi

Dibutuhkan peralatan lapangan dengan kapasitas angkat yang cukup untuk mengangkat komponen konstruksi dan menempatkan pada posisi tertentu.

Biaya tambahan yang dibutuhkan untuk transportasi.

Munculnya permasalahan teknis dan biaya yang dibutuhkan untuk menyatukan komponen-komponen beton pracetak.

Diperlukan gudang yang luas dan fasilitas curing Diperlukan lapangan yang luas untuk produksi dalam jumlah yang besar.

Mana yang lebih menguntungkan pracetak atau cor di tempat????Dari pembahasan diatas, beton pracetak tetap lebih memiliki banyak kelebihan di bandingkan dengan kelemahannya.

Ditinjau dari pengalokasian dana dalam suatu proyek sipil dan gedung1. biaya kantor pusat : 6% 8%

2. biaya konstruksi: 65% 70%

3. biaya mekanikal : 10% -15%

4. biaya listrik : 10% 15%

5. biaya kontingental : 10% -15%

Dapat dilihat biaya yang paling besar, adalah biaya untuk konstruksi bangunan gedung itu sendiri. Maka untuk menghemat biaya proyek kita harus cermat-cermat dalam mereduksi biaya konstruksi. Salah satu teknologi untuk mereduksi biaya konstruksi adalah dengan beton pracetak. Penghematan biaya dari teknologi pracetak adalah sbb :

Upah tenaga pabrik (pembuat beton pracetak) lebih rendah daripada pekerja tukang kita di lapangan.

Pemakaian bekisting lebih hemat

Waktu penyelesaian proyek lebih cepat.

Produktivitas yang lebih besar dari pekerja karena sebagian besar bekerja di permukaan tanah.

Tidak terpengaruh cuaca.

Mari kita bahas lagi mengenai penghematan uang kita dengan menerapkan beton pracetak ini !!!!1. Durasi proyek yang lebih singkat : dengan menggunakan beton pracetak, pekerjaan struktur yang masih harus dilaksanakan di lapangan adalah pekerjaan fondasi, di mana pelaksanaannya dapat bersamaan dengan produksi beton pracetak. Pengaturan jadwal produksi elemen beton pracetak dapat diatur sedemikian rupa sehingga elemen-elemen yang akan dipasang lebih awal dapat diproduksi lebi dahulu dan pada saatnya nanti elemen tersebut telah cukup umur. Pada saat pekerjaan struktur bawah selesai ,maka elemen-elemen beton pracetak yang telah cukup umur tersebut dapat di-Erction dalam waktu yang relatif singkat dibanding dengan pekerjaan cor di tempat. Dengan kegiatan pekerjaan yang overlapping serta cycle time erection. Maka proyek akan selesai dalam waktu yang lebih singkat.

2. Mereduksi biaya konstruksi : Dengan durasi yang relatif lebih singkat maka dengan sendirinya biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan proyek akan menjadi lebih kecil.Satu hal yang jelas terlihat pengurangannya adalah biaya overhead proyek.Hal lain yang dapat mereduksi biaya adalah penggunaan tenaga kerja yang lebih sedikit yang menurunkan biaya upah ; berkurangnya kebutuhan material pendukung seperti scaffolding, penghematan material bekisting, serta material pembentuk beton bertulang.

3. Kontinuitas proses konstruksi dapat terjaga : Maksud dari kontinuitas adalah

Tulisan ini sedang saya tulis untuk saat ini, tapi sebagian dapat anda baca sekalian saya menyelesaikannya

Category Archives: pelat lantai

Perhitungan pelat lantai sederhana (part3)Agu 6Posted by sanggapramana

1 Vote

Langsung saja, tulisan ini lanjutan dari Part 1 dan Part 2 .

Pelat Tipe B

Pelat Tipe B pada konstruksi ini merupakan pelat yang terjepit elastis pada ketiga sisinya dengan sisi panjang (ly) = 4 meter dan sisi pendek (lx) = 0,8 meter. Sehingga ly/lx = 5

Dari tabel PBI 1971 diperoleh perhitungan momen sebagai berikut :

> Arah x = Mlx = -Mtx = 0,054 * q * lx2= 0,054 * 0,498 * 0,82= 0,017 tm

> Arah y = Mly = 0,019 * q * lx2= 0,019 * 0,498 * 0,82= 0,006 tm

> Mty = 0,056 * q * lx2=0,056 * 0,498 * 0,82= 0,018 tm

Dengan demikian, pembesian pelat tipe B ini adalah sebagai berikut :

Arah x = Mlx = -Mtx = 0,017 tm = 17 kgm (Momen kecil)

Arah y = Mly = 0,006 tm = 6 kgm (Momen kecil)

dan -Mty = 0,018 tm 18 kgm

Pustaka : Buku menghitung konstruksi beton bertulang, Griya kreasi

Ditulis dalam pelat lantai

3 KomentarSistem penulangan pelatAgu 3Posted by sanggapramana

13 Votes

Sistem perencanaan tulangan pada dasarnya dibagi menjadi 2 macam yaitu :

1. Sistem perencanaan pelat dengan tulangan pokok satu arah (selanjutnya disebut : pelat satu arah/ one way slab)

2. Sistem perencanaan pelat dengan tulangan pokok dua arah (disebut pelat dua arah/two way slab)

1) Penulangan pelat satu araha) Konstruksi pelat satu arah.Pelat dengan tulangan pokok satu arah ini akan dijumpai jika pelat beton lebih dominan menahan beban yang berupa momen lentur pada bentang satu arah saja.Contoh pelat satu arah adalah pelat kantilever (luifel) dan pelat yang ditumpu oleh 2 tumpuan.

Karena momen lentur hanya bekerja pada 1 arah saja, yaitu searah bentang L (lihat gambar di bawah), maka tulangan pokok juga dipasang 1 arah yang searah bentang L tersebut. Untuk menjaga agar kedudukan tulangan pokok (pada saat pengecoran beton) tidak berubah dari tempat semula maka dipasang pula tulangan tambahan yang arahnya tegak lurus tulangan pokok. Tulangan tambahan ini lazim disebut : tulangan bagi. (seperti terlihat pada gambar di bawah).

Kedudukan tulangan pokok dan tulangan bagi selalu bersilangan tegak lurus, tulangan pokok dipasang dekat dengan tepi luar beton, sedangkan tulangan bagi dipasang di bagian dalamnya dan menempel pada tulangan pokok.Tepat pada lokasi persilangan tersebut, kedua tulangan diikat kuat dengan kawat binddraad. Fungsi tulangan bagi, selain memperkuat kedudukan tulangan pokok, juga sebagai tulangan untuk penahan retak beton akibat susut dan perbedaan suhu beton.

Gambar di atas adalah pelat dengan tulangan pokok 1 arahb) Simbol gambar penulangan.Pada pelat kantilever, karena momennya negatif, maka tulangan pokok (dan tulangan bagi) dipasang di atas. Jika dilihat gambar penulangan Tampak depan (gambar (a)), maka tampak jelas bahwa tulangan pokok dipasang paling atas (dekat dengan tepi luar beton), sedangkan tulangan bagi menempel di bawahnya. Tetapi jika dilihat pada gambar Tampak Atas (gambar (a)), pada garis tersebut hanya tampak tulangan horizontal dan vertikal bersilangan, sehingga sulit dipahami tulangan mana yang seharusnya dipasang di atas atau menempel di bawahnya. Untuk mengatasi kesulitan ini, perlu aturan penggambaran dan simbol-simbol sbb :

2) Penulangan pelat 2 araha) Konstruksi pelat 2 arah.Pelat dengan tulangan pokok 2 arah ini akan dijumpai jika pelat beton menahan beban yang berupa momen lentur pada bentang 2 arah. Contoh pelat 2 arah adalah pelat yang ditumpu oleh 4 sisi yang saling sejajar.

Karena momen lentur bekerja pada 2 arah, yaitu searah dengan bentang (lx) dan bentang (ly), maka tulangan pokok juga dipasang pada 2 arah yang saling tegak lurus(bersilangan), sehingga tidak perlu tulangan lagi. Tetapi pada pelat di daerah tumpuan hanya bekerja momen lentur 1 arah saja, sehingga untuk daerah tumpuan ini tetap dipasang tulangan pokok dan bagi, seperti terlihat pada gambar dibawah. Bentang (ly) selalu dipilih > atau = (lx), tetapi momennya Mly selalu < atau = Mlx, sehingga tulangan arah (lx) (momen yang besar ) dipasang di dekat tepi luar (urutan ke-1)

Simbol gambar di atas sama dengan simbol pada gambar penulangan 1 arah.

Perlu ditegaskan : untuk pelat 2 arah, bahwa di daerah lapangan hanya ada tulangan pokok saja (baik arah lx maupun arah ly) yang saling bersilangan, di daerah tumpuan ada tulangan pokok dan tulangan bagi.pustaka : Balok dan pelat beton bertulang, Ali Asroni

sampai jumpa di artikel

perencanaan tulangan pelat

Ditulis dalam pelat lantai

22 KomentarPelat beton bertulang(pemula)Agu 2Posted by sanggapramana

7 Votes

Pengertian pelatYang dimaksud dengan pelat beton bertulang yaitu struktur tipis yang dibuat dari beton bertulang dengan bidang yang arahnya horizontal, dan beban yang bekerja tegak lurus pada apabila struktur tersebut.Ketebalan bidang pelat ini relatif sangat kecil apabila dibandingkan dengan bentang panjang/lebar bidangnya.Pelat beton ini sangat kaku dan arahnya horisontal, sehingga pada bangunan gedung, pelat ini berfungsi sebagai diafragma/unsur pengaku horizontal yang sangat bermanfaat untuk mendukung ketegaran balok portal.

Pelat beton bertulang banyak digunakan pada bangunan sipil, baik sebagai lantai bangunan, lantai atap dari suatu gedung, lantai jembatan maupun lantai pada dermaga. Beban yang bekerja pada pelat umumnya diperhitungkan terhadap beban gravitasi (beban mati dan/atau beban hidup). Beban tersebut mengakibatkan terjadi momen lentur (seperti pada kasus balok).

Tumpuan pelatUntuk merencanakan pelat beton bertulang yang perlu dipertimbangkan tidak hanya pembebanan saja, tetapi juga jenis perletakan dan jenis penghubung di tempat tumpuan. Kekakuan hubungan antara pelat dan tumpuan akan menentukan besar momen lentur yang terjadi pada pelat.

Untuk bangunan gedung, umumnya pelat tersebut ditumpu oleh balok-balok secara monolit, yaitu pelat dan balok dicor bersama-sama sehingga menjadi satu-kesatuan, seperti pada gambar (a) atau ditumpu oleh dinding-dinding bangunan seperti pada gambar (b). Kemungkinan lainnya, yaitu pelat didukung oleh balok-balok baja dengan sistem komposit seperti pada gambar (c), atau didukung oleh kolom secara langsung tanpa balok, yang dikenal dengan pelat cendawan, seperti gambar (d).

Jenis perletakan pelat pada balokKekakuan hubungan antara pelat dan konstruksi pendukungnya (balok) menjadi satu bagian dari perencanaan pelat. Ada 3 jenis perletakan pelat pada balok, yaitu sbb :

1) Terletak bebasKeadaanini terjadi jika pelat diletakkan begitu saja di atas balok, atau antara pelat dan balok tidak dicor bersama-sama, sehingga pelat dapat berotasi bebas pada tumpuan tersebut, lihat gambar (1). Pelat yang ditumpu oleh tembok juga termasuk dalam kategori terletak bebas.

2) Terjepit elastisKeadaan ini terjadi jika pelat dan balok dicor bersama-sama secara monolit, tetapi ukuran balok cukup kecil, sehingga balok tidak cukup kuat untuk mencegah terjadinya rotasi pelat. (lihat gambar (2))

3) Terjepit penuhKeadaan ini terjadi jika pelat dan balok dicor bersama-sama secara monolit, dan ukuran balok cukup besar, sehingga mampu untuk mencegah terjadinya rotasi pelat (lihat gambar(3)).

untuk perhitungan, ada artikel sendiri

salam sipil

pustaka : Balok dan pelat beton bertulang, Ali Asroni

Ditulis dalam pelat lantai

4 KomentarBelajar tentang balok dan pelat beton bertulang ( untukpemula)Jul 30Posted by sanggapramana

14 Votes

Yah, kita ketemu lagi, sekarang saya akan membahas tentang Balok beton bertulang, ni tulisan saya bersumber dari buku Balok dan pelat beton bertulang oleh Ali Asroni penerbit graha ilmu bagi yang mau beli bukunya silahkan, bagi yang mau belajar dari sini juga bisa.maaf untuk simbol2 ada yang tidak dapat dimasukkan karena keterbatasan fitur ini. Lets start . . . . .

Balok tanpa tulanganKita tau sifat beton yaitu kuat terhadap gaya tekan tetapi lemah terhadap gaya tarik.Oleh karena itu, beton dapat mengalami retak jika beban yang dipikulnya menimbulkan tegangan tarik yang melebihi kuat tariknya.

Jika sebuah balok beton (tanpa tulangan) ditumpu oleh tumpuan sederhana (sendi dan rol), dan di atas balok tersebut bekerja beban terpusat P serta beban merata q, maka akan timbul momen luar sehingga balok akan melengkung ke bawah.Pada balok yang melengkung ke bawah akibat beban luar ini pada dasarnya ditahan oleh kopel gaya-gaya dalam yang berupa tegangan tekan dan tarik. Jadi pada serat-serat balok bagian tepi atas akan menahan tegangan tekan, dan semakin ke bawah tegangan tersebut akan semakin kecil. Sebaliknya, pada serat-serat bagian tepi bawah akan menahan tegangan tarik, dan semakin ke atas tegangan tariknya akan semakin kecil pula.

Pada tengah bentang (garis netral) , serat-serat beton tidak mengalami tegangan sama sekali (tegangan tekan dan tarik = 0).

Jika beban diatas balok terlalu besar maka garis netral bagian bawah akan mengalami tegangan tarik cukup besar yang dapat mengakibatkan retak pada beton pada bagian bawah.Keadaan ini terjadi terutama pada daerah beton yang momennya besar, yaitu pada lapangan/tengah bentang.

Balok Beton dengan tulanganUntuk menahan gaya tarik yang cukup besar pada serat-serat balok bagian tepi bawah, maka perlu diberi baja tulangan sehingga disebut dengan beton bertulang. Pada balok beton bertulang ini, tulangan ditanam sedemikian rupa, sehingga gaya tarik yang dibutuhkan untuk menahan momen pada penampang retak dapat ditahan oleh baja tulangan.Karena sifat beton yang tidak kuat tehadap tarik, maka pada gambar di atas, tampak bahwa balok yang menahan tarik (di bawah garis netral) akan ditahan tulangan, sedangkan bagian menahan tekan (di bagian atas garis netral) tetap ditahan oleh beton.

Fungsi utama beton dan tulanganDari uraian di atas dapat dipahami, bahwa baik beton maupun baja-tulangan pada struktur beton bertulang tersebut mempunyai fungsi atau tugas pokok yang berbeda sesuai dengan sifat bahan yang bersangkutan.Fungsi utama beton yaitu untuk

Fungsi utama beton Menahan beban/gaya tekan

Menutup baja tulangan agar tidak berkarat

Fungsi utama baja tulangan Menahan gaya tarik (meskipun kuat juga terhadap gaya tekan)

Mencegah retak beton agar tidak melebar

Faktor keamananAgar dapat terjamin bahwa suatu struktur yang direncankan mampu menahan beban yang bekerja, maka pada perencanaan struktur digunakan faktor keamanan tertentu.Faktor keamanan ini tersdiri dari 2 jenis , yaitu :

1. Faktor keamanan yang bekerja pada beban luar yang bekerja pada struktur, disebut faktor beban.

2. Faktor keamanan yang berkaitan dengan kekuatan struktur (gaya dalam), disebut faktor reduksi kekuatan.

Faktor beban luar/faktor bebanBesar faktor beban yang diberikan untuk masing-masing beban yang bekerja pada suatu penampang struktur akan berbeda-beda tergantung dari kombinasi beban yang bersangkutan. Menurut pasal 11.2 SNI 03-2847-2002, agar supaya struktur dan komponen struktur memenuhi syarat dan layak pakai terhadap bermacam-macam kombinasi beban, maka harus dipenuhi ketentuan kombinasi-kombinasi beban berfaktor sbb :

1. Jika struktur atau komponen hanya menahan beban mati D (dead) saja maka dirumuskan : U = 1,4*D

2. Jika berupa kombinasi beban mati D dan beban hidup L (live), maka dirumuskan : U = 1,2*D + 1,6*L + 0,5 ( A atau R )

3. Jika berupa kombinasi beban mati D,beban hidup L, dan beban angin W, maka diambil pengaruh yang besar dari 2 macam rumus berikut : U = 1,2*D + 1,0*L + 1,6*W + 0,5 ( A atau R ) dan rumus satunya : U = 0,9*D + 1,6*W

4. Jika pengaruh beban gempa E diperhitungkan, maka diambil yang besar dari dua macam rumus berikut : U = 0,9*D + 1*E

Keterangan :

U = Kombinasi beban terfaktor, kN, kN/m atau kNm

D = Beban mati (Dead load), kN, kN/m atau kNm

L = Beban hidup (Life load), kN, kN/m atau kNm

A = Beban hidup atap kN, kN/m atau kNm

R = Beban air hujan, kN, kN/m atau kNm

W = Beban angin (Wind load) ,kN, kN/m atau kNm

E = Beban gempa (Earth quake load), kN, kN/m atau kNm, ditetapkan berdasarkan ketentuan SNI 03-1726-1989-F, Tatacara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung, atau penggantinya.

Untuk kombinasi beban terfaktor lainnya pada pasal berikut :

1. Pasal 11.2.4 SNI 03-2847-2002, untuk kombinasi dengan tanah lateral

2. Pasal 11.2.5 SNI 03-2847-2002, untuk kombinasi dengan tekanan hidraulik

3. Pasal 11.2.6 SNI 03-2847-2002, untuk pengaruh beban kejut

4. Pasal 11.2.7 SNI 03-2847-2002, untuk pengaruh suhu (Delta T), rangkak, susut, settlement.

Faktor reduksi kekuatanKetidakpastian kekuatan bahan terhadap pembebanan pada komponen struktur dianggap sebagai faktor reduksi kekuatan, yang nilainya ditentukan menurut pasal 11.3 SNI 03-2847-2002 sebagai berikut :

1. Struktur lentur tanpa beban aksial (misalnya : balok), faktor reduksi = 0,8

2. Beban aksial dan beban aksial lentur

aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur : 0,8

aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur

1. komponen struktur dengan tulangan spiral atau sengkang ikat : 0,7

2. Komponen struktur dengan tulangan sengkang biasa : 0,65

3. Geser dan torsi : 0,75

4. Tumpuan pada beton, : 0,65

akhirnya selesai juga, males betul nulis yang begituan tapi aku gak papa untuk kalian semua.ntar malah gak tau dasarnya malah repot. . .wkwkwkwk. Lanjut . . . . .

Kekuatan beton bertulang1. Jenis kekuatanMenurut SNI 03-2847-2002, pada perhitungan struktur beton bertulang, ada beberapa istilah untuk menyatakan kekuatan suatu penampang sebagai berikut

1. Kuat nominal (pasal 3.28)

2. Kuat rencana (pasal 3.30)

3. Kuat perlu (pasal 3.29)

Kuat nominal (Rn) diartikan sebagai kekuatan suatu komponen struktur penampang yang dihitung berdasarkan ketentuan dan asumsi metode perencanaan sebelum dikalikan dengan nilai faktor reduksi kekuatan yang sesuai.Pada penampang beton bertulang , nilai kuat nominal bergantung pada:

dimensi penampang,

jumlah dan letak tulangan

letak tulangan

mutu beton dan baja tulangan

Jadi pada dasarnya kuat nominal ini adalah hasil hitungan kekuatan yang sebenarnya dari keadaan struktur beton bertulang pada keadaan normal.Kuat nominal ini biasanya ditulis dengan simbol-simbol Mn, Vn, Tn, dan Pn dengan subscript n menunjukkan bahwa nilai-nilai

M = Momen

V = Gaya geser

T = Torsi (momen puntir)

P = Gaya aksial (diperoleh dari beban nominal suatu struktur atau komponen struktur)

Kuat rencana (Rr), diartikan sebagai kekuatan suatu komponen struktur atau penampang yang diperoleh dari hasil perkalian antara kuat nominal Rn dan faktor reduksi kekuatan.Kuat rencana ini juga dapat ditulis dengan simbol Mr, Vr, Tr, dan Pr( keterangan sama seperti diatas kecuali P = diperoleh dari beban rencana yang boleh bekerja pada suatu struktur atau komponen struktur.

Kuat perlu (Ru), diartikan sebagai kekuatan suatu komponen struktur atau penampang yang diperlukan untuk menahan beban terfaktor atau momen dan gaya dalam yang berkaitan dengan beban tersebut dalam kombinasi beban U.Kuat perlu juga bisa ditulis dengan simbol-simbol Mu, Vu, Tu, dan Pu.

Karena pada dasarnya kuat rencana Rr, merupakan kekuatan gaya dalam (berada di dalam struktur), sedangkan kuat perlu Ru merupakan kekuatan gaya luar (di luar struktur) yang bekerja pada struktur, maka agar perencanaan struktur dapat dijamin keamanannya harus dipenuhi syarat berikut :

Kuat rencanaRr harus > kuat perlu RuPrinsip hitungan beton bertulangHitungan struktur beton bertulang pada dasarnya meliputi 2 buah hitungan, yaitu hitungan yang berkaitan dengan gaya luar dan hitungan yang berkaitan dengan gaya dalam.

Pada hitungan dari gaya luar, maka harus disertai dengan faktor keamanan yang disebut faktor beban sehingga diperoleh kuat perlu Ru.Sedangkan pada hitungan dari gaya dalam, maka disertai dengan faktor aman yang disebut faktor reduksi kekuatan sehingga diperoleh kuat rencana Rr = Rn * faktor reduksi, selanjutnya agar struktur dapat memikul beban dari luar yang bekerja pada struktur tersebut, maka harus dipenuhi syarat bahwa kuat rencana Rr minimal harus sama dengan kuat perlu Ru.

Prinsip hitungan struktur beton bertulang yang menyangkut gaya luar dan gaya dalam tersebut secara jelas dapat dilukiskan dalam bentuk skematis, seperti gambar berikut :

Ditulis dalam pelat lantai, perhitungan balok

66 KomentarPerhitungan pelat lantai sederhana(part2)Jul 29Posted by sanggapramana

12 Votes

Assalamualikum, mari kita lanjutkan perhitungan plat lantai lanjutan dari part 1, karena kemarin terhalang oleh seminar ATWP di d3 ftsp ITS Surabaya.Tapi perhitungan ini ada kaitannya dengan yang part 1 dengan adanya beban total, dll. Mari

1. Pelat Tipe A

Pelat tipe A ini adalah pelat lantai yang terjepit pada ke-empat sisinya, dengan sisi panjang nya (ly) = 4 meter, dan panjang sisi lebar nya (lx) = 2,5 meter, sehingga ly/lx = 1,6

Nilai ly/lx ini dicari untuk mendapatkan momen yang sesuai dengan tabel 13.32. PBI 1971

Menghitung Pembesian PelatUntuk menghitung pembesian pelat tipe A, perlu dihitung momen-momen pada pelat tersebut.Dalam menghitung momen pelat, jarak terhadap gaya atau beban yang ada dihitung langsung ke arah x dan arah y.Dengan demikian, penghitungan momen pada pelat lantai digunakan tabel 13.32.2 dari PBI 1971. Dengan ly/lx = 1,6 maka diperoleh

Momen ke arah x ( Mlx) = Mtx = 0,058 * q * lx2= 0,058 * 0,498 * 2,52 = 0,181 tm

Momen kea rah y (Myx) = -Mty = 0,036 * q * lx2 = 0,036 * 0,498 * 2,52= 0,112 tm

Keterangan :

Arah x = perhitungan ke arah lebar pelat

Arah y = perhitungan ke arah panjang pelat

Mlx = momen lapangan ke arah x

Mtx = momen tumpuan ke arah x

Mly = momen lapangan ke arah y

Mty = momen tumpuan ke arah y

Dari pembebanan pelat lantai atap yang sudah dihitung momennya tersebut, dapat dihitung besi yang akan digunakan untuk pelat tersebut. Pembesian pelat ini dihitung per meter panjang (m1).Sementara momen ke arah x (Mlx) = 0,181 kgm.Namun, sebelum menghitung pembesian tersebut perhatikan gambar denah pembesian pelat atap.

Tebal pelat bersih (h) diperoleh dengan rumus berikut :

h= ht d

= 10 1/10 ht

= 10 8 = 8 cm

Denah pembesian pelatSelanjutnya dihitung dahulu perbandingan antara tegangan baja tarik dan n kali tegangan tekan beton di serat yang paling tertekan pada keadaan seimbang.Tujuannya untuk pembesian dengan ketentuan

Untuk mendapatkan pembesian pelat ruang dapur tersebut digunakan perhitungan lentur dengan cara n sebagai berikut :

Berdasarkan PBI 1971 disebutkan bahwa tulangan minimum pelat ialah :

A min = 0,25 * b * ht

= 0,25 * 100 * 10

= 2,5 cm2Bila menggunakan tulangan 8 mm atau 0,8 cm, maka luas penampang tulangan adalah :

A = 0,25 * pi * d2= 0,25 * 3,14 * 0,82= 0,502 cm2Catatan : Menurut ketentuan, untuk rumah tinggal digunakan tulangan 8 mm, sedangkan ruko 10 mm dan untuk gedung bertingkat banyak seperti perkantoran dan pertokoan 10 12 mm ( tergantung luas pelat dan besar kecilnya beban-beban yang bekerja pada pelat tersebut )

Banyaknya tulangan

From : buku menghitung konstruksi beton , griya kreasi

Ditulis dalam pelat lantai

90 KomentarPerhitungan pelat lantai (sederhana)part1Jul 26Posted by sanggapramana

8 Votes

Pelat lantai atap terbuat dari bahan beton

Tebal = 10 cmBeban-beban yang bekerja pada pelat beton lantai atap tersebut dihitung setiap meter panjang(m1)

menjadi berat total pelat (q) dengan satuan t/ m1 .

Berat total pelat merupakan penjumlahan dari

Berat sendiri pelat

Beban hidup pada pelat

Berat sendiri plafond

Berat penutup aspal/ubin

Adukan

a) Berat sendiri pelat = 0,10 x 1 x 2,4 t/ m1 = 0,240 t/ m1b) Beban hidup pada pelat = 0,150 t/ m1 ( diambil beban hidup untuk lantai )

c) Berat sendiri plafond = 0,018 t/ m1d) Berat penutup aspal/ubin = ( ketebalan 2 cm ) = 2 x ( 21 + 24 ) = 0,090 t/ m1 ( angka 21 dan 24 diperoleh dari PMI 1971 ).

Jadi, berat total pelat adalah 0,498 t/ m1MOMENSelain beban dari pelat atap juga bekerja momen-momen sehingga perlu dihitung. Momen adalah gaya atau beban yang bekerja pada suatu benda kemudian dikalikan jarak, sehingga satuan untuk momen adalah ton meter ( tm ). Bekerjanya gaya selalu tegak lurus terhadap jarak.

Sebagai missal, di suatu perumahan terdapat portal untuk menyaring agar kendaraan-kendaraan dengan tinggi tertentulah yang hanya dapat melewati portal tersebut, jika kita berjalan di atas portal tersebut, bila sudah sampai ditengah bentang maka portal akan semakin lentur.Kelenturan portal maximum terdapat ditengah-tengah portal diantara 2 tiang,Dalam istilah teknik tengah balok portal itu adalah lapangan . Lenturan inilah yang dinamakan momen lapangan maximum ( Mlap.Max ) dengan satuan ton meter ( tm ). Itulah sebabnya dalam perhitungan konstruksi beton, momen tersebut akan menimbulkan pembesian sebagai penahan lentur. Adanya momen akan berakibat suatu bangunan lama kelamaan runtuh.

Pada saat kita berdiri di atas sautu tiang atau dalam istilah teknik dinamakan tumpuan maka mengalami pembebanan adalah tiang. Bila tiang tersebut dari beton maka tiang hanya menerima daya tekan murni sehingga tidak diperlukan pembesian. Hal ini sesuai dengan sifat beton yang kuat terhadap daya tekan, tetapi lemah terhadap daya tarik. Namun, kenyataannya gaya yang bekerja pada tiang selalu terdapat jarak dari pusat penampang tiang sehingga menimbulkan momen. OLeh karena itu, tiang beton perlu pembesian.

masi ada lanjutannya harap sabar . . . .!!!hehehe

From : buku menghitung konstruksi beton , griya kreasi

Ditulis dalam pelat lantai