bahan ajar dekon tp

Upload: ahmad-abdul-haq

Post on 04-Apr-2018

245 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/29/2019 Bahan Ajar Dekon Tp

    1/29

    PENGELOLAAN

    Konsepsi, pengertian Deko

    Seiring dengan teru

    menjalankan pemerintahan,

    Dekonsentrasi (Dekon), dan

    membentang dari Sabang s

    tersebar-sebar hingga ratusa

    memadai.

    Terutama untuk kewe

    Pemerintah pusat. Untuk itu

    mekanisme yang dipilih oleh

    Urusan pemerintaha

    sebagai berikut :

    1

    BAHAN AJAR

    DANA DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANT

    n/TP

    s bergeraknya laju reformasi disegala bid

    emerintah menganut beberapa asas yaitu 1

    3) Tugas Pembantuan (TP). Luas wilay

    ampai Merauke, dengan gugus pulau bes

    n ribu jumlahnya, membutuhkan mekanism

    nangan dan tugas yang masih menjadi kew

    mekanisme Dekonsentrasi dan Tugas P

    emerintah untuk saat ini.

    antara pusat dan daerah dapat dijelask

    UAN

    ng maka, dalam

    ) Desentrasilasi, 2)

    h Indonesia yang

    ar dan kecil yang

    pengelolaan yang

    nangan dan tugas

    embantuan adalah

    an dengan bagan

  • 7/29/2019 Bahan Ajar Dekon Tp

    2/29

    2

    Untuk itu pemerintah menganut asas desentralisasi berupa penyerahan wewenang

    pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

    urusan pemerintahan dalam sistem NKRI. Kewenangan daerah terdiri dari urusan wajib dan

    urusan pilihan. Urusan wajib terkait dengan pemenuhan pelayanan dasar seperti

    pendidikan, kesehatan, infrastruktur daerah dan lain-lain. Sedangkan urusan pilihan,

    merupakan urusan yang terkait dengan urusan keunggulan daerah masing-masing,

    misalnya daerah pesisir dengan perikanan lautnya, daerah dataran dengan pertaniaanya

    dan sebagainya.

    Pembagian kewenangan pelaksanaan ini diharapkan dapat menjadi jembatan dan

    memperpendek rentang kendali pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah termasuk

    didalamnya pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan pemerintah di

    daerah kabupaten maupun kota.

    Disamping itu kewenangan yang masih menjadi tanggungjawab Pemerintah yang

    pelaksanaanya terdapat di daerah-daerah maka pemerintah melaksanakannya dengan

    mekanisme Dekonsentrasi, yaitu pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah

    kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau instansi vertikal di wilayah tertentu.

    Mekanisme selanjutnya adalah Tugas Pembantuan, yaitu penugasan dari

    Pemerintah kepada daerah dan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota

    dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan

    tugas tertentu.

    Selanjutnya dalam bahan ajar ini akan diuraikan tentang pengelolaan Dekonsentrasi

    dan Tugas Pembantuan secara garis besar, dengan harapan dapat memberikan gambaran

    tentang bagaimana pengelolaan dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.

    Pola Hubungan Antar Isntansi Terkait dengan DekonTP

    Mekanisme pola hubungan antar instansi perlu untuk dipahami agar dapat

    memberikan gambaran secara menyeluruh bagaimana keterkaitan yang ada, sehugungan

    dengan pengelolaan DekonTP.

    Hubungan antar lembaga diawali dari tahap perencanaan ditingkat pusat.

    Sebagaimana diketahui bagi K/L yang memiliki kewenangan untuk urusan yang menjadi

    tugasnya dan pelaksanaan kegiatan berada di daerah, maka sudah memasukkan

    perencanaan beserta rencana pendanaan dalam draf Renja K/L nya.

    Dari Renja K/L tersebut selanjutnya dikoordinasikan dengan Bappenas, Kementerian

    Keuangan serta Menteri Dalam Negeri dalam Musrenbang tingkat Nasional maupun

  • 7/29/2019 Bahan Ajar Dekon Tp

    3/29

    3

    koordinasi-koordinasi sebelum Musrenbang. Pada tahap ini sudah mulai dibicarakan

    kegiatan/program apa yang akan dilaksanakan dengan mekanisme Dekon maupun TP.

    Proses tersebut terus bergulir ditingkat pemerintah pusat dan DPR. Namun juga

    diikuti dengan koordinasi dengan daerah calon peneriman pelaksanaan kegiatan Dekon-TP.

    Langkah-langkah persiapan mulai dilakukan mulai penandatanganan kesediaanmelaksanakan kegiatan Dekon-TP hingga penunjukan SKPD yang menjadi pelaksana.

    Setelah proses pembahasan dengan DPR mencapai kesepakatan maka

    ditindaklanjuti dengan proses penganggaran di Kementerian Keuangan (DJA + KL

    +BAPPENAS). Selanjutnya RKA-KL yang sudah dibahas menjadi dokumen DHP (Daftar

    Hasil Penelaahan) RKA-KL dan sekaligus menjadi lampiran UU APBN. DHP RKA-KL

    disampaikan ke K/L dan dijadikan dasar untuk penyusunan dan penerbitan DIPA oleh DJA.

    Untuk kegiatan Dekon-TP mulai Tahun 2013 pengesahan DIPA nya dilakukan di DJA

    dengan jenis DIPA petikan. Sedangkan DIPA induknya pada Unit Eselon I K/L yang men-

    Dekon/TP-kan.

    Selanjutnya atas dasar DIPA tersebut SKPD menjalankan kegiatan Dekon-TP, asset-

    aset yang dihasilkan dari kegiatan Dekon TP pada awalnya merupakan asset K/L asset

    pusat. Terkait dengan pengelolaan asset maka DJKN merupakan unit pembinanya.

  • 7/29/2019 Bahan Ajar Dekon Tp

    4/29

    4

    Pola Hubungan Penyelenggaraan Dekon/TP

    Antar Instansi Terkait

    Pelimpahan(Dekon) /

    Penugasan (TP)

    DJA

    DJPB

    DJKN

    DJPK DEPDAGRI(UU 32/2004)

    BAPPENAS(UU 25/2004)

    Pemerintah Daerah(Pelaksanaan Kegiatan Dekon/TP)

    PenetapanKegiatan, Lokasi

    dan AlokasiPendanaan

    Penetapan &Sinkronisasi

    Program

    PenataanUrusan

    Pemerintahan

    Penelaahan RKA-K/L,Penerbitan RABPP,

    , dan DIPA

    (PP 90/2010, PMK StandardBiaya)

    Pengelolaan Informasi,Evaluasi dan

    Rekomendasi Pendanaan(PP 7/2008,

    PMK 156/2008PMK/248/2010)

    Pencairan, Sanksi, SAI danPelaporan

    (PP 71/2010, PP 8/2006, PMK171/2007 (SAPKPP)

    Pelaporan BMN/D(PP 6/2006/PP 38/2008/

    PMK 125/2011)

    Penyalurandan Monev Pelaporan dan

    Pertanggungjawaban

    Koord inas iKeb i jakan ,

    Perencanaan danEvaluasi

    DEPKEU(UU 17/2003, UU 1/2004

    UU 33/2004)

    DEP.TEKNIS(UU Sektoral)

    Sik

    lus

    Pendanaan

    Sumber : DJPK diolah

    Dasar Hukum

    Pelaksanaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan, mendasarkan pada regulasi-

    regulasi yang telah ditetapkan oleh Pemerintah bersama DPR maupun regulasi-regulasi

    turunannya baik dalam bentuk PP maupun Peraturan Menteri. Berikut disajikan dasar

    hukum penyelenggaraan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.

    1. UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

    2. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

    3. UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

    4. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

    5. PP No. 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah;

  • 7/29/2019 Bahan Ajar Dekon Tp

    5/29

    5

    6. PP No. 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran

    Kementerian Negara/Lembaga;

    7. PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara

    Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah

    Kabupaten/Kota;

    8. PP No. 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.

    9. PP No. 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewengan serta

    Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi

    10. PMK 156 Tahun 2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Dana

    Tugas Pembantuan

    11. PMK 248/PMK.07/2010 Tentang Perubahan atas PMK 156/PMK.07/2008

    Disamping referensi tersebut diatas dianjurkan pula untuk membaca peraturan

    yang terkait dengan pencairan dana APBN dan pelaporan dan pertanggungjawaban terkait

    dengan pelaksanaan APBN.

    Pengertian Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

    Sebelum lebih lanjut diuraikan tentang pengelolaan dana dekonsentrasi dan tugas

    pembantuan, terlebih dahulu perlu dipahami tentang pengertian Dekonsentrasi dan TugasPembantuan.

    Sebagaimana diuraikan di awal bahan ajar ini bahwa terdapat kewenangan Pusat

    yang berada di daerah (Provinsi), dan dalam pelaksanaanya kewenangan ini dijalankan

    dengan mekanisme dekonsentrasi yaitu pelimpahan wewenang dari Pemerintah kepada

    gubernur sebagai wakil Pemerintah.

    Disamping dekonsentrasi kewenangan pusat yang berada di daerah (Provinsi,

    Kab/Kota dan Desa) dalam pelaksanaanya dilaksanakan dengan mekanisme TugasPembantuan. Tugas Pembantuan yaitu penugasan dari Pemerintah kepada daerah

    dan/atau desa atau sebutan lain dengan kewajiban melaporkan dan

    mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan.

    Selanjutnya dalam rangka pendanaan kegiatan dekonsentrasi maka

    pendanaannya berasal dari dana APBN, dana inilah yang disebut dengan dana

    Dekonsentrasi. Pengertian dana dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN

    yang dilaksanakan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah yang mencakup semua

  • 7/29/2019 Bahan Ajar Dekon Tp

    6/29

    6

    penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi, tidak

    termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah. 1

    Sedangkan dana yang digunakan untuk mendanai kegiatan Tugas Pembantuan

    disebut dengan Dana Tugas Pembantuan. Dana tugas pembantuan seperti dana

    Dekonsentrasi sama-sama bersumber dari APBN. Secara utuh pengertian Dana Tugas

    Pembantuan adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh daerah dan

    desa yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan

    Tugas Pembantuan.

    Perlu diperhatikan bahwa dana dari APBN terkait dengan pendanaan atas kegiatan

    Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan tersebut pengalokasiaanya tetap melalui

    Kementerian/Lembaga, tidak sebagaimana dana perimbangan, Otsus dan Penyesuaian.

    Prinsip Penyelenggaraaan Kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

    Pemerintah dalam pelaksanaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan tentunya

    memiliki dasar-dasar. Dasar diselenggarakannya asas Dekonsentrasi diantaranya adalah :

    1. Terpeliharanya keutuhan NKRI;

    2. Terwujudnya pelaksanaan kebijakan nasional dalam mengurangi kesenjangan antar

    daerah;

    3. Terwujudnya keserasian hubungan antar susunan pemerintahan dan antarpemerintahan

    di daerah;

    4. Teridentifikasinya potensi dan terpeliharanya keanekaragaman sosial budaya daerah;

    5. Tercapainya efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan, serta pengelolaan

    pembangunan dan pelayanan terhadap kepentingan umum masyarakat ; dan

    6. Terciptanya komunikasi sosial kemasyarakatan dan sosial budaya dalam sistem

    administrasi NKRI

    Sementara itu dasar diselenggarakannya asas Tugas Pembantuan adalah :

    1. Tidak semua wewenang dan tugas pemerintah dapat dilaksanakan dengan

    menggunakan asas desentralisasi dan dekonsentrasi.

    1PMK 248/PMK.07/2010 Tentang Perubahan PMK Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas

    Pembantuan (PMK 156/PMK.07/2008)

  • 7/29/2019 Bahan Ajar Dekon Tp

    7/29

    7

    2. Dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan

    pemerintahan, pengelolaan pembangunan dan pelayanan umum.

    3. Ditujukan untuk memperlancar pelaksanaan tugas dan penyelesaian permasalahan,

    serta membantu penyelenggaraan pemerintahan dan pengembangan pembangunan

    bagi daerah dan desa.

    Kementerian/Lembaga yang menyelenggarakan asas Dekon/TP menetapkan

    norma, standar, prosedur, dan kriteria pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi dan TP.

    Dalam pelaksanaan Dekon/TP pendanaanya berasal dari APBN melalui K/L

    yang menjadi pembinannya. Selanjutnya pengelolaan anggaran untuk Dekon/TP harus

    dilakukan secara tertib, taat, pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, efisien,

    ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung jawab, dengan memperhatikan rasa keadilan

    dan kepatutan.

    Pelimpahan wewenang ke Gubernur dilaksanakamn oleh SKPD Provinsi,

    penugasan kepada Provinsi/Kab//Kota dilaksanaka oleh SKPD Provinsi/Kab/Kota

    sedangkan penugasan kepada desa dilaksanakan oleh Kepada Desa. Pelimpahan

    wewenang, dan penugasan tidak diperkenankan dilimpahkan/ditugaskan kembali kepada

    pemerintahan dibawahnya atau desa.

    Pemerintah dapat memberikan penugasan kepada desa, setelah ada persetujuan

    dari Presiden dengan terlebih dahulu mendapatkan pertimbangan dari Menteri Keuangan,

    Mendagri dan Bappenas. Selanjutnya menteri/pimpinan lembaga menetapkan peraturan

    untuk penugasan kepada Desa setelah mendapat persetujuan Presiden.

    Prinsip Pendanaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

    Berbicara mengenai prinsip pendanaan Dekonsentrasi maupun Tugas

    Pembantuan, tidak lepas dari jenis kewenangan yang diemban oleh pemerintah (Pusat)

    yang selanjutnya di Dekon dan di TP-kan ke Daerah.

    Dengan adanya pelimpahan kewenangan dan tugas kepada SKPD tersebut maka

    tentu diikuti dengan pendanaanya. Dalam pendanaan DK/TP terdapat kebijakan umum

    pendanaan DK/TP yaitu :

    1. Urusan pemerintahan yang dapat di-Dekonsentrasikan atau di-Tugas Pembantuankan dan

    didanai dari APBN merupakan urusan pemerintah pusat

    2. Pendanaan Dekonsentrasi dialokasikan untuk kegiatan nonfisik, seperti koordinasi,

    perencanaan, fasilitasi, pelatihan, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian. Sebagian kecil

  • 7/29/2019 Bahan Ajar Dekon Tp

    8/29

    8

    dapat digunakan untuk kegiatan penunjang berupa pengadaan barang/jasa dan penunjang

    lainnya

    3. Pendanaan Tugas Pembantuan dialokasikan untuk kegiatan fisik, seperti kegiatan

    pembangunan sarana dan prasarana, pengadaan peralatan dan mesin, gedung dan bangunan,

    jaringan dan kegiatan fisik lain yang menghasilkan keluaran dan menambah nilai aset

    pemerintah. Sebagian kecil dapat digunakan sebagai belanja penunjang pengadaan barang/jasa

    dan penunjang lainnya

    4. Kegiatan Dekon/TP yang didanai mengacu pada RKP dan Prioritas Nasional dalam rangka

    mendukung penguatan triple track strategy (pro growth, pro job, pro poor, pro environment )

    5. Pendanaan Dekon/TP memperhatikan keseimbangan pendanaan di daerah dan kebutuhan

    pembangunan daerah agar tepat sasaran dan tidak terkonsentrasi pada daerah tertentu

    6. K/L wajib memberitahukan kegiatan Dekon/TP kepada Gubernur/Bupati/Walikota sebelum

    pelimpahan/penugasan dalam rangka mendukung terwujudnya sinergisitas pusat dan daerah

    7. Pengelolaan Dana Dekon/TP dilakukan secara tertib, transparan dan akuntabel guna

    mewujudkan LKPP yang Wajar Tanpa Pengecualian (tidak disclaimer)

    Lebih rinci prinsip pendanaan dapat di bagi menjadi 2 kelompok yaitu untuk Dekon

    dan TP.

    Prinsip Pendanaan Dekon :

    1. Pendanaan dari APBN BA. K/L melalui dana dekonsentrasi

    2. Dialokasikan setelah adanya pelimpahan wewenang

    3. Dialokasikan untuk kegiatan yang bersifat non-fisik

    Prinsip Pendanaan TP :

    1. Pendanaan berasal dari APBN BA K/L

    2. TP Dati I/II berasal dari APBD diatur dengan Permendagari

    3. Dialokasikan setelah adanya penugasan

    4. Pendanaan dalam rangka tugas pembantuan dialokasikan untuk kegiatan yang bersifat fisik.

    Sedangkan secara umum Kegiatan Dekon dan TP memiliki karakteristik sebagai berikut :

    Karakteristik Kegiatan Dekonsentrasi :

    1. Dialokasikan untuk kegiatan bersifat non-fisik (Belanja Barang)

    2. Sebagian kecil Dana Dekon dapat dialokasikan sebagai dana penunjang

    3. Dilaksanakan oleh Gubernur (SKPD) TK I

  • 7/29/2019 Bahan Ajar Dekon Tp

    9/29

    9

    4. Kewenangan tetap melekat pada institusi/lembaga

    5. Dana berasal dari APBN (Dana K/L)

    6. Barang yang diperoleh dari Dana Dekonsentrasi merupakan BMN.

    7. Pengawasan dan Pemeriksaan di lakukan pengawas internal pemerintah dan eksternal yaitu

    BPK.

    Karakteristik Kegiatan Tugas Pembantuan :

    1. Kegiatan bersifat fisik, fisik lainnya dan penunjang kegiatan.

    2. Dilaksanakan oleh Daerah TK I/Daerah TK II/Desa

    3. Kewenangan tetap melekat pada K/L

    4. Dana berasal dari APBN (Dana K/L)

    5. Barang yang diperoleh dari Dana Tugas Pembantuan merupakan BMN, kecuali ditentukan

    lain.

    6. Pengawasan dan Pemeriksaan kegiatan TP dilakukan pengawas internal pemerintah dan

    eksternal yaitu BPK

    Penganggaran Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

    Kegiatan Dekon dan TP merupakan kegiatan yang menjadi kewenangan pusat,

    maka pagu dana yang akan dilimpahkan/ditugaskan merupakan pagu dari K/L. Karena

    pagu K/L APBN maka Penganggaran dana dekosentrasi/tugas pembantuan dilakukan

    sesuai dengan ketentuan yang berlaku bagi APBN.

    Segala keperluan yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan Dekon dan TP harus

    disediakan danannya dari APBN. Hal-hal yang harus diperhatikan terkait penganggaran

    Dekon/TP berdasarkan PMK 112/PMK.05/2012 tentang pentunjuk penyusunan RKA-KL

    2013 yaitu :

    1. Program dan kegiatan yang didanai tertuang dalam RKA-K/L (merupakan kegiatan

    dari eselon I dan sesuai dengan rumusan hasil restrukturisasi program/kegiatan),

    dan sepenuhnya dari APBN melalui RKA-K/L/DIPA

    2. Target Kinerja (jenis, volume, dan satuan output) dan besarnya alokasi anggaran

    yang menjadi tanggung jawab masing-masing SKPD dituangkan dengan jelas dalam

    RKA-K/L

    3. K/L tidak diperkenankan mensyaratkan dana pendamping

  • 7/29/2019 Bahan Ajar Dekon Tp

    10/29

    10

    4. Pembebanan APBD hanya digunakan untuk mendanai urusan daerah yang

    disinergikan dengan program dan kegiatan yang akan didekonsentrasikan dan/atau

    ditugaskan

    5. Dana DK dilaksanakan setelah adanya pelimpahan wewenang Pemerintah melalui

    K/L kepada Gubernur;

    6. Dana TP dilaksanakan setelah adanya penugasan wewenang Pemerintah melalui

    K/L kepada Gubernur/Bupati/Walikota;

    7. Untuk mendukung pelaksanaan program dan kegiatan, K/L juga harus

    memperhitungkan kebutuhan anggaran:

    (a) Biaya penyusunan dan pengiriman laporan oleh SKPD;

    (b) Biaya operasional dan pemeliharaan atas hasil pelaksanaan kegiatan yang

    belum dihibahkan;

    (c) Honorarium pejabat pengelola keuangan dana dekonsentrasi dan/atau dana

    tugas pembantuan; dan

    (d) Biaya lainnya dalam rangka pencapaian target pelaksanaan kegiatan

    dekonsentrasi dan tugas pembantuan.

    8. Pengalokasian Dana DK dan Dana TP memperhatikan kemampuan keuangan

    negara, keseimbangan pendanaan di daerah (besarnya transfer ke daerah dan

    kemampuan keuangan daerah), dan kebutuhan pembangunan di daerah

    Terkait dengan keseimbangan pendanaan setiap tahun Menteri Keuanganmengeluarkan surat rekomendasi tentang keseimbangan pendanaan tersebut.

    Untuk TA 2013 secara garis besar keseimbangan pendanaan untuk dijadikan

    referensi dalam pengalokasian dana DK/ TP dapat disajikan sebagai berikut :

    (a) Kelompok daerah Prioritas I adalah daerah yang terdapat pada Kuadran III dengan

    jumlah daerah sebanyak 147 daerah terdiri dari 14 Provinsi dan 133 Kabupaten/Kota.

    Daerah tersebut mempunyai Kemampuan Fiskal Daerah (KFD) rendah, dan Indeks

    Pembangunan Manusia-nya (IPM) juga rendah.

    (b) Kelompok daerah Prioritas II adalah daerah yang terdapat pada Kuadran II dengan

    jumlah daerah sebanyak 234 daerah terdiri dari 12 Provinsi dan 222 Kabupaten/Kota.Daerah tersebut mempunyai Kemampuan Fiskal Daerah (KFD) rendah, namun Indeks

    Pembangunan Manusia-nya (IPM) tinggi.

    (c) Sedangkan Daerah yang berada pada Kuadran 1 dan Kuadran 4

    merupakan daerah non prioritas yaitu sebanyak 143 daerah yang terdiri dari 64 daerah

    pada kuadran 1 dan 79 daerah pada kuadran 4.

    9. Dokumen pendukung yang harus dilampirkan oleh SKPD harus sudah dilengkapi pada saat

    penelaahan RKA-K/L;

  • 7/29/2019 Bahan Ajar Dekon Tp

    11/29

    11

    Terkait penuangan dana didalam dokumen anggaran dapat dijelaskan secara singkat

    sebagai berikut :

    Pada pengalokasian dana untuk kegiatan Dekonsentrasi :

    1. Komponen Utama; yang bersifat non-fisik. Alokasi anggarannya menggunakan akun

    Belanja Barang sesuai peruntukannya.

    2. Komponen Penunjang; untuk pelaksanaan tugas administrative dan/atau pengadaan

    input berupa pengadaan barang/jasa dan penunjang lainnya, dialokasikan dengan

    menggunakan akun belanja barang sesuai peruntukannya.

    3. Dalam hal Komponen Penunjang digunakan untuk pengadaan barang berupa aset tetap,

    pengalokasian anggarannya menggunakan akun Belanja Barang Penunjang Kegiatan

    Dekonsentrasi Untuk Diserahkan Ke Pemerintah Daerah (526211).

    Pada pengalokasian dana untuk kegiatan Tugas Pembantuan :

    1. Komponen Utama; yang bersifat fisik. Alokasi anggarannya menggunakan akun Belanja

    Modal sesuai peruntukannya.

    2. Komponen Utama; yang bersifat fisik lain. Alokasi anggarannya menggunakan akun

    Belanja Barang Fisik Lainnya Untuk Diserahkan Kepada Masyarakat/Pemda (526115).

    3. Komponen Penunjang; untuk pelaksanaan tugas administratif dan/atau pengadaan

    input berupa pengadaan barang/jasa dan penunjang lainnya, dialokasikan dengan

    menggunakan akun Belanja Barang sesuai peruntukannya.

    4. Dalam hal Komponen Penunjang digunakan untuk pengadaan barang berupa aset tetap,pengalokasian anggarannya menggunakan akun Belanja Barang Penunjang Kegiatan

    Tugas Pembantuan Untuk Diserahkan Ke Pemerintah Daerah (526212).

  • 7/29/2019 Bahan Ajar Dekon Tp

    12/29

    Secara ringkas meka

    sebagai berikut :

    Setelah ditetapkan

    kesepakatan dari daerah (Gu

    maka ditindaklanjuti dengan

    dengan memperhatikan pro

    dukung dan RKA-KL mak

    Keuangan untuk dilakukan p

    maka dokumen tersebut dis

    DIPA yang diajukan kepada

    Atas dasar usulan

    dengan Perpres Rincian AP

    ditetapkan maka SKPD dapat

    tahun berjalan. Perlu diperh

    alokasi dana Dekon, maka ha

    Sedangkan mekanisme peng

    bagan berikut ini :

    12

    isme penganggaran untuk kegiatan dekons

    dalam RKP hingga Renja K/L dan su

    bernur) untuk bersedia melaksanakan kegia

    jenjang penganggaran. Pengalokasian da

    ram dan kegiatan yang telah ditetapkan

    K/L mengajukan pembahasan RKA-K

    enelaahan. Setelah RKA-KL disetujui hingg

    ampaikan ke SKPD sebagai bahan untuk

    anwil Ditjen Perbendaharaan setempat.

    IPA tersebut Kanwil Perbendaharaan m

    N dan SAPSK untuk dasar pengesahan D

    menjalankan kegiatan Dekonsentrasi terhit

    atikan pula bahwa apabila daerah (Gube

    rus memberitahukan adanya kegiatan terse

    anggaran untuk Tugas Pembantuan dapat

    ntrasi dilakukan

    dah mendapatkan

    tan Dekonsentrasi,

    na dalam RKA-KL

    . Atas dasar data

    ke Kementerian

    a terbitnya SAPSK

    menyusun konsep

    eneliti kesesuaian

    IPA. Setelah DIPA

    ng mulai 1 Januari

    nur) mendapatkan

    ut kepada DPRD.

    igambarkan dalam

  • 7/29/2019 Bahan Ajar Dekon Tp

    13/29

    Mekanisme penganggaran

    penganggaran dana Dekons

    penganggaran TP untuk me

    untuk kegiatan non fisik.

    SKPD penerimannyapun ber

    kegiatan TP dapat dilaksanak

    13

    ana untuk kegiatan TP sebenarnya tida

    ntrasi. Yang paling prinsip perbedaanya di

    ndanai kegiatan yang sifatnya fisik sedan

    beda, kalau Dekon hanya SKPD dilingkun

    an oleh SKPD pada Kabupaten/Kota, Provin

    berbeda dengan

    sini adalah, bahwa

    gkan kalau Dekon

    an provinsi, maka

    si maupun Desa.

  • 7/29/2019 Bahan Ajar Dekon Tp

    14/29

    14

    Jan-Apr Mei - Jul Agu- Okt NovDes

    DPR

    Kabinet/

    Presiden

    KementerianPerencanaan

    KementerianKeuangan

    K/L

    SIKLUS PENYUSUNANdanPENETAPAN APBN MENURUT PP 90/2010

    Pembcranpendhluan:

    PPKF dan KEM; RKP;

    Rincian Belanja.

    Penetapan UU

    APBN

    Pengesahan

    konsep DIPA

    Pagu Indikatif/

    RancanganRKP

    Himp RKA-KL

    Konsep

    DIPA

    DIPA

    RKA-KLRenstra KL Renja KL

    Penetapan

    Prioritas

    Pembangunan

    New Initiatives

    proposal

    Pembhsan

    proposal K/L

    Pagu

    Sementara

    K/L

    Finalisasi :

    PPKFdan

    KEM;

    RKP dan RB;

    Kbijk umum;

    Prtas angg.

    1

    19

    BA Hasil

    Pembahasan

    18

    SP RKA-K/L

    Kerpres

    Alokasi

    Anggaran

    K/L

    Penyusunan :

    PPKFdan KEM;

    Paguawal

    APBN;

    Rincian Belanja.

    RUU APBN,

    Nota Keu

    2

    3

    4

    5

    6

    8

    12

    13

    15

    16

    16b

    Rekonslsi

    RKA-KL

    9

    Pembahasan:

    RUU APBN; NK.

    11

    14

    7

    Penetpn

    RKA-KL

    10

    RUU APBN,

    Nota Keu

    Penlhan

    RKA-KL 16a

    17

    17

    Penyaluran Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

    Penyaluran dana Dekon/ TP, karena menjadi kewenangan K/L dan dialokasikan dari

    dana APBN maka Penyaluran Dana Dekon/TP dilakukan melalui Rekening Kas Umum

    Negara yaitu melalui KPPN (Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara).

    Proses pencairan dana Dekon/TP persis seperti mekanisme pencairan dana APBN,

    DIPA yang telah disahkan disampaikan kepada SKPD penerima dana Dekon/TP sebagai

    dasar dalam pengusulan SPP. SPP yang telah diajukan selanjutnya oleh bagian pengujian

    SPM dilakukan penelitian. Apabila sudah memenuhi syarat maka diterbitkanlah SPM.

    Penerbitan SPM oleh SKPD selaku KPA didasarkan pada alokasi dana yang tersedia dalam

    DIPA. Kepala SKPD penerima Dana Dekon/TP menerbitkan dan menyampaikan SPM

    kepada KPPN, Setelah menerima SPM dari SKPD, KPPN setempat menerbitkan Surat

    Perintah Pencairan Dana (SP2D).

    Apabila terdapat penerimaan sebagai akibat pelaksanaan Dekon/TP merupakan

    penerimaan negara dan wajib disetor ke Rekening Kas Umum Negara. Dalam hal

  • 7/29/2019 Bahan Ajar Dekon Tp

    15/29

    15

    pelaksanaan Dekon/TP terdapat saldo kas pada akhir tahun anggaran harus disetor ke

    Rekening Kas Umum Negara.

    MEKANISME PENCAIRAN

    SKPD(DK/TP)

    SPM

    SP2D

    KPPN

    BUKTI2SPP

    DIPA

    DK/TP

    Pengelolaan BMN

    Sedangkan terkait dengan pengelolaan BMN, maka barang yang diperoleh dari hasil

    pelaksanaan Dekon/TP merupakan BMN. BMN tersebut dapat dihibahkan kepada Daerah.

    BMN yang akan dihibahkan terlebih dahulu harus ditatausahakan dalam Sistem Informasi

    Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN). Status BMN yang akan

    dihibahkan kepada daerah harus jelas dan dalam kondisi baik. Penetapan BMN yang akan

    dihibahkan kepada daerah dilakukan atas kesepakatan bersama antara K/L dan daerah.

    BMN yang akan dihibahkan terlebih dahulu harus diusulkan oleh K/L kepada Menkeu c.q.

    Dirjen Kekayaan Negara untuk mendapat persetujuan.

    Khusus untuk aset Dekon/TP yang diperoleh sebelum TA 2011 diatur dalam PMK

    125/PMK.06/2011.

  • 7/29/2019 Bahan Ajar Dekon Tp

    16/29

    Pertanggungjawaban Deko

    Dari bagan diatas da

    Aspek Manajerian dan Asp

    masalah teknis pelaksana

    memberikan alokasi Dekon

    pertanggungjawaban atas la

    adalah Kementerian Keuang

    Disamping itu atamempertanggungjawabkan k

    1. Kepala Daerah melam

    Pertanggungjawaban Pel

    2. Laporan tahunan Dana D

    APBD,

    3. Mekanisme penyampaia

    dapat dilakukan secara b

    Pembinaan Dekon-TP

    Pembinaan dan penga

    berkala. Menteri/Pimpinan l

    pengelolaan kegiatan DK/

    pengelolaan dana Dekon dan

    Pembinaan meliputi pembe

    pemantauan dan evaluasi.

    menetapkan norma, standardapat dilaksanakan secara t

    16

    -TP

    at difahami bahwa pertanggungjawaban a

    ek Akuntabilitas. Aspek managerial lebih

    n dan arah pertanggungjawabannya

    TP. Sedangkan aspek akuntabilitas lebi

    poran keuangan (akuntansi) disini yang

    n.

    s laporan keuangan Dekon/TP Keppada DPRD dengan ketentuan sebagai beri

    irkan laporan tahunan Dana Dekon/T

    ksanaan APBD kepada DPRD;

    ekon/TP bukan merupakan satu kesatuan d

    lampiran laporan tahunan Dana Dekon/

    rsama-sama atau terpisah dengan LPJ-AP

    asan terhadap penyelenggaraan DK/TP

    embaga melakukan pembinaan dan pen

    P. Menteri Keuangan melakukan pe

    TP dan pengawasan atas penyampaian la

    rian pedoman, fasilitasi, pelatihan, bimbi

    Dalam melakukan pembinaan kementer

    , prosedur, dan kriteria pelaksanaan kegirpadu dalam rangka meningkatkan kinerja,

    a dua aspek yaitu

    menyangkut pada

    epada K/L yang

    mengarah pada

    enjadi pelakunya

    la daerah jugaikut :

    dalam Laporan

    ri Dokumen LPJ

    TP kepada DPRD

    D.

    dilakukan secara

    awasan terhadap

    binaan terhadap

    oran Dana DK/TP.

    gan teknis, serta

    ian/lembaga wajib

    atan. Pembinaan, transparansi, dan

  • 7/29/2019 Bahan Ajar Dekon Tp

    17/29

    17

    akuntabilitas penyelenggaraan DK/TP di daerah. Pengawasan dilaksanakan dalam rangka

    peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan DK/TP di daerah.

    Sanksi

    Apabila dalam pelaksanaan Dekon/TP terdapat hal-hal yang mengindikasikan

    penyimpangan maka SKPD dapat dikenakan sanksi diantaranya diatur sebagai berikut :

    1. Sanksi penundaan pencairan apabila SKPD tidak melakukan rekonsiliasi laporan

    keuangan dengan KPPN setempat sesuai ketentuan PMK yang mengatur tentang

    Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat

    2. Penghentian pencairan dalam tahun berjalan dapat dilakukan apabila:

    SKPD tidak menyampaikan laporan keuangan triwulanan secara berturut-turut 2

    (dua) kali dalam tahun anggaran berjalan

    ditemukan adanya penyimpangan dari hasil pemeriksaan BPK, BPKP, aparat

    pemeriksa fungsional

    3. K/L tidak diperkenankan mengalokasikan Dana Dekon/TP untuk tahun berikutnya

    apabila SKPD penerima dana dimaksud:

    tidak memenuhi target kinerja pelaksanaan kegiatan tahun sebelumnya yang telah

    ditetapkan;

    tidak pernah menyampaikan laporan keuangan dan barang sesuai ketentuan yang

    berlaku pada tahun anggaran sebelumnya;

    melakukan penyimpangan sesuai hasil pemeriksaan BPK, BPKP, Itjen K/L atau

    aparat pemeriksa fungsional lainnya

    Terimakasih

    Referensi :

    1. UU 32 2004

    2. UU 33 2004

    3. PP 7 2008

    4. PP 90/2010

    5. PMK No.248/PMK.07/2010

    6. PMK 112/PMK.05/2012

    7. Materi Sosialisasi Dekon/TP DJPK

  • 7/29/2019 Bahan Ajar Dekon Tp

    18/29

    18

    MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA

    SALINAN

    PERATURAN MENTERI KEUANGAN

    NOMOR 248/PMK.07/2010

    TENTANG

    PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN

    NOMOR 156/PMK.07/2008 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAANDANA DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    MENTERI KEUANGAN,

    Menimbang : a. ahwa pedoman pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan TugasPembantuan telah diatur dalam Peraturan Menteri KeuanganNomor 156/PMK.07/2008;

    . ahwa dalam rangka mengoptimalkan pengelolaan DanaDekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan, dipandang perlumengubah beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri KeuanganNomor 156/PMK.07/2008;

    c. ahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalamhuruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan MenteriKeuangan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri KeuanganNomor 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan DanaDekonsentrasi dan Tugas Pembantuan;

    Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukandan Organisasi Kementerian Negara;

    2. Keputusan Presiden Nomor 56/P Tahun 2010;

    3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008 tentangPedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan TugasPembantuan;

    MEMUTUSKAN:

    Menetapkan: PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PERUBAHAN

    ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR156/PMK.07/2008 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA

  • 7/29/2019 Bahan Ajar Dekon Tp

    19/29

    19

    DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN.

    Pasal I

    Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasidan Tugas Pembantuan diubah sebagai berikut:

    1. Ketentuan Pasal 1 diubah dengan menambahkan 5 (lima) angkaaru setelah angka 20, yakni angka 21, angka 22, angka 23, angka

    24, dan angka 25, sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai berikut:

    Pasal 1

    Dalam Peraturan Menteri Keuangan ini yang dimaksud dengan:

    1. Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah, adalahPresiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaanpemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimanadimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945.

    2. Kementerian Negara, yang selanjutnya disebut Kementerian,adalah lembaga Pemerintah pelaksana kekuasaanpemerintahan yang membidangi urusan tertentu dalampemerintahan.

    3. Lembaga adalah organisasi non-kementerian negara daninstansi lain pengguna anggaran yang dibentuk untukmelaksanakan tugas tertentu berdasarkan Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 atau peraturanperundang-undangan lainnya.

    4. Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disingkatSKPD, adalah organisasi/lembaga pada pemerintah daerahyang bertanggung jawab terhadap pelaksanaanDekonsentrasi/tugas pemerintahan di bidang tertentu didaerah provinsi.

    5. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintahkepada gubernur sebagai wakil Pemerintah.

    6. Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepadadaerah dan/atau desa atau sebutan lain dengan kewajibanmelaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaannyakepada yang menugaskan.

    7. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, yang selanjutnyadisingkat APBN, adalah rencana keuangan tahunanpemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan PerwakilanRakyat, dan ditetapkan dengan undang-undang.

    8. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, yang selanjutnya

  • 7/29/2019 Bahan Ajar Dekon Tp

    20/29

    20

    disingkat APBD, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahdaerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

    9. Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yang

    dilaksanakan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah yangmencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangkapelaksanaan Dekonsentrasi, tidak termasuk dana yangdialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah.

    10. Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal dari APBNyang dilaksanakan oleh daerah dan desa yang mencakupsemua penerimaan dan pengeluaran dalam rangkapelaksanaan Tugas Pembantuan.

    11. Rencana Kerja Pemerintah, yang selanjutnya disingkat RKP,

    adalah dokumen perencanaan nasional untuk periode 1 (satu)tahun.

    12. Rencana Kerja Kementerian/Lembaga, yang selanjutnyadisebut Renja-KL, adalah dokumen perencanaanKementerian/Lembaga untuk periode 1 (satu) tahun.

    13. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga, yangselanjutnya disingkat RKA-KL, adalah dokumen perencanaandan penganggaran yang berisi program dan kegiatan suatuKementerian/Lembaga yang merupakan penjabaran dari

    Rencana Kerja Pemerintah dan Rencana StrategisKementerian/Lembaga yang bersangkutan dalam satu tahunanggaran, serta anggaran yang diperlukan untukmelaksanakannya.

    14. Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja, yang selanjutnyadisingkat RKA Satker, adalah RKA-KL pada tingkat satuankerja yang berisikan informasi mengenai rencana kerja, rincian

    elanja, target pendapatan, dan prakiraan maju.

    15. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran, yang selanjutnya disebut

    DIPA atau dokumen lain yang dipersamakan dengan DIPA,adalah suatu dokumen pelaksanaan anggaran yang dibuat olehmenteri/pimpinan Lembaga serta disahkan oleh MenteriKeuangan dan berfungsi sebagai dokumen pelaksanaanpendanaan kegiatan serta dokumen pendukung kegiatanakuntansi Pemerintah.

    16. Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebihkegiatan yang dilaksanakan instansi Pemerintah/Lembagauntuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasianggaran, atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan olehinstansi Pemerintah.

  • 7/29/2019 Bahan Ajar Dekon Tp

    21/29

    21

    17. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan olehsatu atau beberapa satuan kerja sebagai bagian dari pencapaiansasaran terukur pada suatu program dan terdiri darisekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik yang

    ersifat personil (sumber daya manusia), barang modaltermasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi darieberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut sebagai

    masukan untuk menghasilkan keluaran dalam bentukarang/jasa.

    18. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran/Barang-ilayah Dekonsentrasi, yang selanjutnya disebut UAPPA/B-W

    Dekonsentrasi, adalah unit akuntansi yang berada dipemerintah daerah provinsi yang melakukan kegiatanpenggabungan laporan keuangan/barang dari seluruh SKPD

    yang mendapatkan alokasi Dana Dekonsentrasi di wilayahkerjanya.

    19. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran/Barang-ilayah Tugas Pembantuan, yang selanjutnya disebut

    UAPPA/B-W Tugas Pembantuan, adalah unit akuntansi yangerada di pemerintah daerah yang melakukan kegiatan

    penggabungan laporan keuangan/barang dari seluruh SKPDyang mendapatkan alokasi Dana Tugas Pembantuan di wilayahkerjanya.

    20. Barang Milik Negara, yang selanjutnya disebut BMN, adalahsemua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau

    erasal dari perolehan lainnya yang sah.

    21. Hibah BMN adalah pengalihan kepemilikan barang daripemerintah pusat kepada pemerintah daerah, dari pemerintahdaerah kepada pemerintah pusat, antar pemerintah daerah,atau dari pemerintah pusat/pemerintah daerah kepada pihaklain, tanpa memperoleh penggantian.

    22. Akun adalah daftar perkiraan/kodefikasi yang disusun dan

    ditetapkan secara sistematis untuk memudahkan perencanaan,pelaksanaan anggaran, serta pertanggungjawaban danpelaporan keuangan pemerintah pusat.

    23. Pemindahtanganan adalah pengalihan kepemilikan barangmilik negara/daerah sebagai tindak lanjut dari penghapusandengan cara dijual, dipertukarkan, dihibahkan atau disertakansebagai modal pemerintah.

    24. Penghapusan adalah tindakan menghapus barang miliknegara/daerah dari daftar barang dengan menerbitkan surat

    keputusan dari pejabat yang berwenang untuk membebaskanpengguna dan/atau kuasa pengguna barang dan/atau

  • 7/29/2019 Bahan Ajar Dekon Tp

    22/29

    22

    pengelola barang dari tanggung jawab administrasi dan fisikatas barang yang berada dalam penguasaannya.

    25. Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atauperlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan

    operasional pemerintah, dan barang-barang yang dimaksudkanuntuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanankepada masyarakat.

    2. Ketentuan Pasal 2 diubah dengan menyisipkan 1 (satu) ayat diantara ayat (2) dan ayat (3) yakni ayat (2a) dan setelah ayat (4)ditambahkan 1 (satu) ayat yakni ayat (5), sehingga Pasal 2 berbunyisebagai berikut:

    Pasal 2

    (1) Pendanaan dalam rangka Dekonsentrasi dialokasikan untukkegiatan bersifat non-fisik, yaitu kegiatan yang menghasilkankeluaran yang tidak menambah aset tetap.

    (2) Kegiatan yang bersifat non-fisik sebagaimana dimaksud padaayat (1) antara lain berupa sinkronisasi dan koordinasiperencanaan, fasilitasi, bimbingan teknis, pelatihan,penyuluhan, supervisi, penelitian dan survey, pembinaan danpengawasan, serta pengendalian.

    (2a)Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2a) menggunakanakun Belanja Barang sesuai dengan peruntukannya.

    (3) Dalam rangka mendukung pelaksanaan kegiatanDekonsentrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sebagiankecil Dana Dekonsentrasi dapat dialokasikan sebagai danapenunjang untuk pelaksanaan tugas administratif dan/ataupengadaan input berupa pengadaan barang/jasa danpenunjang lainnya.

    (4) Penentuan besarnya alokasi dana penunjang sebagaimanadimaksud pada ayat (3) harus memperhatikan asas kepatutan,kewajaran, ekonomis, dan efisiensi, serta disesuaikan dengankarakteristik kegiatan masing-masing Kementerian/Lembaga.

    (5) Dana penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dalamhal digunakan dalam Pengadaan barang sebagaimanadimaksud pada ayat (3) menggunakan akun Belanja Barangpenunjang kegiatan Dekonsentrasi dengan kode akun 521311.

    3. Ketentuan Pasal 3 ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) diubah, diantara ayat (3) dan ayat (4) disisipkan 2 (dua) ayat yakni ayat (3a)dan ayat (3b), dan di antara ayat (4) dan ayat (5) disisipkan 1 (satu)ayat yakni ayat (4a), sehingga Pasal 3 berbunyi sebagai berikut:

    Pasal 3

  • 7/29/2019 Bahan Ajar Dekon Tp

    23/29

    23

    (1) Pendanaan dalam rangka Tugas Pembantuan dialokasikanuntuk kegiatan bersifat fisik, yaitu kegiatan yang menghasilkankeluaran yang menambah nilai aset pemerintah.

    (2) Kegiatan yang bersifat fisik sebagaimana dimaksud pada ayat

    (1) antara lain pengadaan tanah, bangunan, peralatan danmesin, jalan, irigasi dan jaringan, serta kegiatan fisik lain yangmenambah nilai aset pemerintah.

    (3) Kegiatan fisik lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) antaralain pengadaan barang habis pakai, seperti obat-obatan, vaksin,pengadaan bibit dan pupuk yang akan diserahkan kepadapemerintah daerah.

    (3a)Pengadaan aset sebagaimana dimaksud pada ayat (2)menggunakan akun Belanja Modal sesuai dengan

    peruntukannya.

    (3b)Pengadaan aset sebagaimana dimaksud pada ayat (3)menggunakan akun Belanja Barang fisik lainnya TugasPembantuan ( 521411).

    (4) Dalam rangka mendukung pelaksanaan kegiatan TugasPembantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sebagiankecil Dana Tugas Pembantuan dapat dialokasikan sebagai danapenunjang untuk pelaksanaan tugas administratif dan/ataupengadaan input berupa pengadaan barang/jasa dan

    penunjang lainnya.

    (4a)Dana penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) yangmenghasilkan aset tetap menggunakan akun Belanja BarangPenunjang Kegiatan Tugas Pembantuan dengan kode akun521321.

    (5) Penentuan besarnya alokasi dana penunjang sebagaimanadimaksud pada ayat (4) harus memperhatikan asas kepatutan,kewajaran, ekonomis, dan efisiensi, serta disesuaikan dengankarakteristik kegiatan masing-masing Kementerian/Lembaga.

    4. Ketentuan Pasal 5 ayat (1) diubah, sehingga Pasal 5 berbunyisebagai berikut:

    Pasal 5

    (1) Pemberitahuan indikasi program dan kegiatan yang akandidekonsentrasikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat(2) huruf b dijadikan dasar bagi gubernur untuk menetapkanSKPD yang sesuai dengan bidang tugas yang ditangani.

    (2) Pemberitahuan indikasi program dan kegiatan yang akan

    ditugaskan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3)huruf b dijadikan dasar bagi gubernur/bupati/walikota untuk

  • 7/29/2019 Bahan Ajar Dekon Tp

    24/29

    24

    mengusulkan SKPD yang sesuai dengan bidang tugas yangditangani.

    (3) Penyampaian usulan SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dan ayat (2) dilakukan paling lambat akhir bulan Juni.

    5. Ketentuan Pasal 12 ayat (1), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) diubah,sehingga Pasal 12 berbunyi sebagai berikut:

    Pasal 12

    (1) Kementerian/Lembaga menyampaikan RKA Satker kepadagubernur untuk diteruskan kepada SKPD yang telahditetapkan, sebagai bahan penyusunan konsep DIPA.

    (2) Penyampaian RKA Satker sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan bersamaan dengan penyampaian Peraturan

    Menteri/Pimpinan Lembaga tentang pelimpahan wewenang.

    (3) Setelah menerima pelimpahan wewenang dariKementerian/Lembaga, gubernur menetapkan pejabatpengelola keuangan.

    (4) Pejabat pengelola keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat(3) meliputi Kuasa Pengguna Anggaran/Barang, PejabatPembuat Komitmen, Pejabat Penguji Tagihan/PenandatanganSurat Perintah Membayar, Pejabat Akuntansi dan BendaharaPengeluaran.

    (5) Gubernur menyampaikan hasil penetapan Kuasa PenggunaAnggaran/Barang dan pejabat pengelola keuangan kepadamenteri/pimpinan Lembaga dengan tembusan kepada MenteriKeuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan.

    6. Ketentuan Pasal 15 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

    Pasal 15

    (1) Kementerian/Lembaga menyampaikan RKA Satker kepadagubernur/bupati/walikota untuk diteruskan kepada SKPD

    yang telah ditetapkan oleh Kementerian/Lembaga, sebagaiahan penyusunan konsep DIPA.

    (2) Setelah menerima RKA Satker dari Kementerian/Lembaga,gubernur/bupati/walikota mengusulkan pejabat pengelolakeuangan kepada menteri/pimpinan Lembaga.

    (3) Pejabat pengelola keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat(2) meliputi Kuasa Pengguna Anggaran/Barang, PejabatPembuat Komitmen, Pejabat Penguji Tagihan/PenandatanganSurat Perintah Membayar, Pejabat Akuntansi, dan Bendahara

    Pengeluaran.

  • 7/29/2019 Bahan Ajar Dekon Tp

    25/29

    25

    (4) Kementerian/Lembaga menetapkan pejabat pengelolakeuangan dan menyampaikannya kepada Direktur JenderalPerbendaharaan selambat-lambatnya pada pertengahan bulanNovember.

    7. Di antara Pasal 15 dan Pasal 16 disisipkan 1 (satu) pasal, yakniPasal 15A sehingga berbunyi sebagai berikut:

    Pasal 15A

    Gubernur/Bupati/Walikota memberitahukan RKA Satkersebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) kepada DewanPerwakilan Rakyat Daerah pada saat pembahasan APBD sebagai

    ahan sinkronisasi pendanaan program dan kegiatan.

    8. Ketentuan Pasal 26 diubah dengan menambahkan 1 (satu) ayat

    setelah ayat (2) yakni ayat (3), sehingga Pasal 26 berbunyi sebagaierikut:

    Pasal 26

    (1) SKPD yang mendapatkan alokasi Dana Dekonsentrasimerupakan Unit Akuntansi Kuasa PenggunaAnggaran/Barang (UAKPA/B) Dekonsentrasi.

    (2) Penanggung Jawab UAKPA/B Dekonsentrasi adalah kepalaSKPD.

    (3) SKPD sebagai penanggungjawab UAKPA/B DanaDekonsentrasi wajib menyusun Laporan Keuangan danLaporan Barang.

    9. Ketentuan Pasal 27 diubah dengan menambahkan 1 (satu) ayatsetelah ayat (2) yakni ayat (3), sehingga Pasal 27 berbunyi sebagai

    erikut:

    Pasal 27

    (1) SKPD yang mendapatkan alokasi Dana Tugas Pembantuanmerupakan Unit Akuntansi Kuasa Pengguna

    Anggaran/Barang (UAKPA/B) Tugas Pembantuan.

    (2) Penanggung Jawab UAKPA/B Tugas Pembantuan adalahkepala SKPD.

    (3) SKPD sebagai penanggungjawab UAKPA/B Dana TugasPembantuan wajib menyusun Laporan Keuangan dan LaporanBarang.

    10.Pasal 36 dihapus.

    11.Pasal 37 dihapus.

    12. Di antara Pasal 37 dan Pasal 38 disisipkan 3 (tiga) pasal, yakni Pasal

  • 7/29/2019 Bahan Ajar Dekon Tp

    26/29

    26

    37A, Pasal 37B, dan Pasal 37C, sehingga berbunyi sebagai berikut:

    Pasal 37A

    (1) Barang yang diperoleh dari Dana Dekonsentrasi merupakanBMN.

    (2) BMN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat sebagaipersediaan (eks Dekonsentrasi).

    (3) BMN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harusditatausahakan dalam Sistem Informasi Manajemen danAkuntansi Barang Milik Negara.

    (4) Persediaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diserahkanoleh Pengguna Barang kepada Pemerintahan Daerah c.q SKPDpelaksana tugas Dekonsentrasi dengan Berita Acara Serah

    Terima selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah realisasipengadaan barang.

    (5) Berdasarkan Berita Acara Serah Terima, SKPD penerimasebagaimana dimaksud pada ayat (4) wajib menatausahakandan melaporkan pada neraca Pemerintahan Daerah.

    (6) Pengguna barang melaporkan serah terima barang kepadaMenteri Keuangan selaku Pengelola Barang c.q Direktorat

    Jenderal Kekayaan Negara dengan melampirkan Berita AcaraSerah Terima.

    (7) Dalam hal Kementerian/Lembaga tidak menyerahkan dalamangka waktu 6 (enam) bulan sejak pengadaan atau SKPD tidakersedia menerima BMN sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

    maka BMN yang dimaksud direklasifikasi menjadi aset tetappada Kementerian/Lembaga.

    Pasal 37B

    (1) Barang yang diperoleh dari dana Tugas Pembantuanmerupakan BMN.

    (2) BMN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) selain yangerasal dari kegiatan fisik lain dicatat sebagai aset tetap.

    (3) BMN yang dihasilkan dari kegiatan fisik lain sebagaimanadimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) dan yang berasal dari danapenunjang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4)dicatat sebagai persediaan.

    (4) BMN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harusditatausahakan dalam Sistem Informasi Manajemen danAkuntansi Barang Milik Negara oleh SKPD pelaksana Tugas

    Pembantuan.

  • 7/29/2019 Bahan Ajar Dekon Tp

    27/29

    27

    Pasal 37C

    (1) Aset Tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37B ayat (2)dihibahkan oleh Pengguna Barang kepada PemerintahanDaerah c.q SKPD pelaksana tugas Pembantuan sepanjang pihak

    Kementerian/Lembaga bermaksud menyerahkan yangdituangkan dalam Surat Pernyataan Kesediaan Menghibahkandan Pemerintah Daerah menyatakan kesediaannya untukmenerima aset tetap dimaksud yang dituangkan dalam SuratPernyataan Kesediaan Menerima Hibah.

    (2) Surat Pernyataan Kesediaan Menghibahkan dan SuratPernyataan Kesediaan Menerima Hibah sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diterbitkan sebelum disampaikannyasurat Keputusan Menteri K/L tentang penugasan atas program

    dan kegiatan yang akan dilaksanakan di daerah.(3) Pelaksanaan Hibah BMN sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    dilakukan sesuai dengan ketentuan hibah BMN sebagaimanadiatur dalam Peraturan Menteri Keuangan yang mengaturmengenai tata cara pelaksanaan penggunaan, pemanfaatan,penghapusan, dan pemindahtanganan BMN.

    (4) Permohonan persetujuan hibah kepada Menteri Keuangan c.q.Direktorat Jenderal Kekayaan Negara harus diajukan olehmenteri/pimpinan Lembaga selambat-lambatnya 6 (enam)

    ulan setelah realisasi pengadaan barang.(5) Pengguna barang melaporkan pelaksanaan Hibah kepada

    Menteri Keuangan selaku Pengelola Barang c.q DirektoratJenderal Kekayaan Negara, Direktorat Jenderal PengelolaanUtang dan Direktorat Jenderal Anggaran dengan melampirkanBerita Acara Serah Terima.

    (6) Dalam hal Kementerian/Lembaga tidak melaksanakanketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) makaKementerian/Lembaga tidak diperkenankan mengalokasikan

    anggaran untuk pengadaan aset tetap dalam rangka TugasPembantuan untuk tahun berikutnya.

    (7) Dalam hal SKPD tidak bersedia menerima BMN sebagaimanadimaksud pada ayat (2), maka BMN yang dimaksud tetapdicatat sebagai aset tetap pada Kementerian/Lembaga.

    13. Di antara Pasal 38 dan Pasal 39 disisipkan 1 (satu) pasal, yakniPasal 38A sehingga berbunyi sebagai berikut:

    Pasal 38A

    (1) BMN sebagaimana dimaksud pada pasal 37B ayat (3)diserahkan oleh Pengguna Barang kepada Pemerintahan

  • 7/29/2019 Bahan Ajar Dekon Tp

    28/29

    28

    Daerah c.q SKPD pelaksana tugas Pembantuan dengan BeritaAcara Serah Terima selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelahrealisasi pengadaan barang.

    (2) Berdasarkan Berita Acara Serah Terima, SKPD penerima

    sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib mentatausahakandan melaporkan pada neraca Pemerintahan Daerah.

    (3) Pengguna barang melaporkan serah terima barang kepadaMenteri Keuangan c.q DJKN dengan melampirkan BAST.

    (4) Dalam hal Kementerian/Lembaga tidak menyerahkan, makaBMN yang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) direklasifikasimenjadi aset tetap pada Kementerian/Lembaga.

    14.Pasal 39 dihapus.

    15. Ketentuan Pasal 45 diubah dengan menambahkan 1 (satu) ayatsetelah ayat (3) yakni ayat (4), sehingga Pasal 45 berbunyi sebagai

    erikut:

    Pasal 45

    (1) Aparat pengawas intern Kementerian/Lembaga melakukanreviu atas laporan keuangan Dana Dekonsentrasi dan/atauDana Tugas Pembantuan.

    (2) Apabila Kementerian/Lembaga belum memiliki aparatpengawas intern, Sekretaris Jenderal/pejabat yang setingkatpada Kementerian/Lembaga menunjuk beberapa orang pejabatdi luar Biro/Bidang Keuangan untuk melakukan reviu ataslaporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

    (3) Tata cara reviu dan penyampaian hasil reviu laporan keuanganmengacu kepada Peraturan Menteri Keuangan yang mengaturmengenai sistem akuntansi dan pelaporan keuanganpemerintah pusat.

    (4) Hasil reviu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) memuat BMNyang belum dan/atau tidak dihibahkan beserta alasan.

    16.Ketentuan Pasal 51 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

    Pasal 51

    Kementerian/Lembaga tidak diperkenankan mengalokasikan DanaDekonsentrasi dan/atau Dana Tugas Pembantuan untuk tahun

    erikutnya apabila SKPD penerima dana dimaksud:

    a. tidak memenuhi target kinerja pelaksanaan kegiatan tahunsebelumnya yang telah ditetapkan;

    . tidak pernah menyampaikan laporan keuangan dan barangsesuai ketentuan yang berlaku pada tahun anggaran

  • 7/29/2019 Bahan Ajar Dekon Tp

    29/29

    sebelumnya;

    c. melakukan penyimpangan sesuai hasil pemeriksaan BadanPemeriksa Keuangan, Badan Pengawas Keuangan danPembangunan, Inspektorat Jenderal Kementerian/Lembaga

    yang bersangkutan atau aparat pemeriksa fungsional lainnya;dan/atau

    d. tidak bersedia menerima hibah terhadap BMN yang disetujuiuntuk diterima.

    Pasal II

    1. Pengelolaan BMN yang berasal dari Dana Hasil Dekosentrasi danTugas Pembantuan sebelum Tahun Anggaran 2011 diatur dalamPeraturan Menteri Keuangan tersendiri.

    2. Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal 1Januari 2011.

    Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganPeraturan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam BeritaNegara Republik Indonesia.

    Ditetapkan di Jakarta

    pada tanggal 27 Desember2010

    MENTERI KEUANGAN,

    AGUS D.W.MARTOWARDOJO

    Diundangkan di Jakarta

    pada tanggal 27 Desember 2010

    MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA,

    PATRIALIS AKBAR

    BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2010 NOMOR 660