bab iii kerjasama china dengan negara-negara...
TRANSCRIPT
59
BAB III
KERJASAMA CHINA DENGAN NEGARA-NEGARA AFRIKA
Dalam bab ini penulis akan memaparkan data mengenai proses kerjasama
antara China dengan negara-negara di Afrika dengan membentuk Forum On
China Africa Cooperation (FOCAC). Forum kerjasama tersebut sebagai media
yang digunakan China dalam melakukan diplomasi ekono0i di Afrika guna
memperluas wilayah kekuasaannya.
1.1 China di Afrika: The New Power in the Continent
China telah menjadi salah satu negara yang memiliki kekuatan ekonomi
yang besar di dunia, dimana kekuatan China ini telah menyaingi kekuatan dunia
lainnya seperti Jepang maupun Amerika Serikat. Pertumbuhan China yang begitu
pesat dalam ekonomi, bisa dilihat dari pertumbuhan dalam bidang industri
maupun teknologi yang telah dihasilkan oleh China.1
Ekspansi perdagangan hasil dari industri dan teknologi telah menyebar di
berbagai belahan dunia dimana barang-barang yang berasal dari China telah
banyak diminati. Hal tersebut dibuktikan pada orientasi ekspor China adalah
produk manufaktur dengan total ekspor pada 2000 mencapai 90%, dan meningkat
meningkat sebesar 5% pada 2008.2 Diminatinya produk-produk dari China juga
karena Pemerintah China memberlakukan pengurangan tarif atau bea cukai
lainnya terhadap produk-produk yang menopang eksistensi ekspor China di pasar
1 The World Bank, Overview China, diakses dalam :
http://www.worldbank.org/en/country/china/overview (02/03/2017,11.45 WIB) 2 Lardy, Nicholas R. 2009. China’s interaction with the global economy. dalam The Turning
Point in China’s Economic Development, ed. Ross Garnaut & Ligang Song, ANU E Press and Asia Pacific Press, Australia. Hal 35.
60
dunia sehingga biaya input bagi produksi nasional relatif murah, dan pada
akhirnya berdampak pada daya saing produk China yang kompetitif.3
Hal ini kemudian menjadikan China memerlukan sumber daya alam untuk
tetap dapat menghasilkan barang-barang tersebut bagi pabrik-pabrik yang
memproduksinya. Sumber daya alam yang dibutuhkan oleh China seperti minyak
dan material mentah lainnya. Penekanan penting disini adalah kebutuhan China
akan sumber energi minyak. Hal tersebut dibuktikan dengan pertumbuhan
tahunan permintaan minyak China pada tahun 2005-2008 yang rata-rata
mendekati 800 ribu barel/hari, yang berarti mencakup pertumbuhan berkala
sepertiga kebutuhan dunia atau sama dengan 70% pertumbuhan kebutuhan
minyak di kawasan Asia-Pasifik, dan 45% dari total konsumsi minyak mentahnya
berasal dari impor.4 Maka, tidak dipungkiri lagi bahwa China membutuhkan
sumber pemasok minyaknya.
Kebutuhan China akan minyak dikarenakan akibat perkembangan industri
China yang begitu pesat, membuat ketidaksepadanan antara jumlah produksi dan
konsumsi minyak yang dilakukan oleh China.
Ketimpangan antara jumlah produksi dan konsumsi minyak di China
tersebut, membuat China harus melakukan ekspansi ke negara-negara penghasil
minyak. Negara-negara kaya minyak menjadi sasaran bagi China untuk dijadikan
sebagai pemasok bagi kebutuhan minyak China. Sumber utama bagi minyak
China masih berasal dari negara-negara Arab, akan tetapi yang menjadi sorotan
3 Ibid., 4 Rene L. Pattiradjawane. 2009. Minyak Dunia dan Energi China.
http://www.pattiradjawane.com/index.php?option=com_content&task=view&id=262&Itemid=27 . Diakses pada 18 April 2017.
61
belakangan ini adalah tentang hubungan China dan Afrika.5 China telah mampu
memperluas pengaruhnya hingga Afrika dimana kemudian kepentingan China
adalah untuk memenuhi kebutuhan minyak dan energi bagi negaranya. Hubungan
China dengan Afrika sendiri telah terjalin lama, dimana sebelumnya sejak tahun
1990 China dan sudan menjalin kerjasama dibidang perdagangan, dan hal ini
berlanjut dan semakin meningkat saat China dan Afrika sendiri mendirikan forum
kerjasama yaitu FOCAC guna memudahkan dan membuka kerjasama di bidang
lain antar kedua negara.6 China melalui kebijakan luar negerinya melakukan
kerjasama dengan pemerintah di Afrika untuk membangun pipa minyak dan
melakukan investasi. Hal ini dilakukan China karena supaya Afrika berkenan
untuk melakukan kerjasama dalam bidang perminyakan untuk memenuhi
kebutuhan minyak di China.
Gambar 3.1 China’s Oil Import7
5 Adam Blenford. 2009. Saling Ketergantungan China dan Afrika.
http://www.bbc.com/indonesia/laporan_khusus/2009/11/091126_Chinaetiopia.shtml. Diakses pada tanggal 15 April 2017 pukul 19:10 WIB.
6 Ibid., 7 Lauren Gamache. China’s Trade And Investment Relationship With Africa. Diakses dalam
https://www.usitc.gov/publications/332/2013-04_China-Africa(GamacheHammerJones).pdf. Diakses tanggal 19 Februari 2017, pukul 21:26 WIB.
62
Pengaruh China di Afrika semakin lama semakin besar. Upaya China
dalam memperluas pengaruhnya di afrika semakin terlihat karena diperkuat akan
kebutuhan atau kepentingannya di Afrika. China terutama tertarik pada sumber
daya alam dan minyak dari Afrika. Bagi Afrika, kehadiran bisnis China juga
menguntungkan. Sejak pertengahan 1990, kegiatan China di Afrika terus meluas.8
Sekarang ini China aktif hampir di semua negara Afrika. Kepentingan utama
China adalah melakukan bisnis. Selain tertarik pada sumber daya alam, China
juga membidik kawasan Afrika sebagai pasar.9
Orientasi China di Afrika kemudian terlihat dari bagaimana meningkatnya
hubungan kerjasama bilateral antara China dan negara-negara di Afrika. Penting
untuk melihat bahwa strategi China tidak melewati isu-isu sentral yang sedang
berkembang di Afrika seperti masalah hak asasi manusia ataupun demokrasi.
Disebutkan oleh juru bicara dari pemerintah Kenya mengenai hal ini dalam tulisan
David M. Tull10 adalah
“You never hear the Chinese saying that they will not finished a project because the government has not done enough to tackle corruption. If they are going to build a road, then it will be built”. Hal tersebut merujuk kepada Amerika Serikat atau negara Barat lainnya
yang ketika memberikan bantuan ke Afrika selalu memperhatikan dari aspek
politik atau militer. Sehingga inilah yang menjadikan China yang melalui kegiatan
ekonominya di Afrika dipandang berbeda oleh elit politik disana. Selanjutnya
adalah komitmen dari China sendiri ditunjukkan melalui penghapusan hutang
8 Hamish Mcrae. 2013. China’s Need for Oil Will Send It in Search of Skills. (Online) tersedia
dalam www.independent.co.uk. Diakses pada 03 Februari 2017, pukul 16:08 WIB. Hal 3. 9 Denis Tull. 2009. “China’s Engagement in Africa” dalam W. Harberson, John Rothchild, and
Donald Rothchild (eds.). Africa in World Politic: Reforming Political Order. Westview Press, Boulder, CO80301. Hal 46.
10 Ibid.,
63
Afrika, dimana China menghapus hutang dari 31 negara di Afrika11. Bantuan
China terhadap Afrika ini memang mengandung sangat sedikit konten politik
dimana berbeda dengan pendonor dari negara Barat dimana negara Afrika sendiri
harus memenuhi standar dalam hak asasi manusia ataupun demokrasi pada saat
bantuan tersebut akan diberikan kepada mereka. Misalnya saja, China tidak ikut
campur dalam konflik yang memecah salah satu negara di Afrika, yaitu Sudan
yang terpecah menjadi Sudan Utara dan Selatan.12
Melalui keinginan membangun dan adanya perasaan yang sama akan
kolonialisme, hubungan China dan Afrika ini berlanjut untuk mereduksi kekuatan
Barat atau Amerika Serikat. Pola-pola yang digunakan oleh China berbeda dengan
Barat ketika mereka datang ke Afrika dengan menginginkan adanya demokratisasi
atau kestabilan politik ketika memberikan bantuan.13 Keinginan China mereduksi
kekuatan Barat diikuti dengan keberpihakan negara di Afrika dengan kehadiran
China. Secara politik kemudian China lebih diterima oleh pemerintah negara-
negara di Afrika. Penerimaan hadirnya China secara politik akan membantu China
ketika berada dalam institusi internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) atau World Trade Organizations (WTO) yang mengusung kebijakan one
country one vote. Keuntungan dalam institusi ini adalah dukungan yang bisa
diberikan negara-negara di Afrika yang telah memiliki hubungan kerjasama
dengan China.14 Dalam institusi ini, China bisa memenangkan banyak suara
11 Ibid.,Hal 47. 12 Sara Lengauer. China’s Foreign Aid Policy: Motive and Method, Culture Mandala: The
Bulletin of The Centre Foe East-West Cultural and Economics Studies, Vol. 9, No. 3, 2011, Hal 40.
13 Ibid.,Hal 51. 14Marcus Power dan Giles Mohan. 2012. Towards A Critical of China’s Engagement with
African Development. Open University. Hal 23.
64
dalam isu tertentu ketika negara-negara di Afrika mendukung China. Kepentingan
China dapat terlindungi ketika memenangkan suara dari negara-negara di Afrika.
Hal ini karena di lembaga-lembaga dunia seperti PBB, China memerlukan
dukungan. Melalui kerjasama dengan Afrika, China menggalang dukungan
diplomasi. Berbeda dengan Barat, bagi China isu demokrasi dan hak asasi
manusia tidak jadi tema dalam menjalin kerjasama. Hal tersebut tentu
menyenangkan bagi sebagian besar pemerintahan Afrika yang cenderung bersifat
otoriter. Mereka bisa menghindari tekanan, terutama negara-negara dan lembaga
donor Barat sering menekan mereka dengan isu tersebut. Dengan China, tekanan
seperti itu mampu untuk dikurangi.
Banyak data yang memperlihatkan bahwa kehadiran China di Afrika telah
meningkat dalam hal kerjasama ekonomi. China mengekspor barang-barang
dengan harga rendah seperti tekstil, pakaian, alat elektronik, dan mesin dimana
kemudian ekspor tersebut memiliki pasar yang sangat besar peminatnya di Afrika.
Pada tahun 2003 sendiri, China telah menjadi negara kedua terbesar yang
mengekspor bagi negara-negara di Afrika yang tergabung dalam Economic
Community of West African States (ECOWAS)15. Tidak hanya itu, guna untuk
melancarkan kegiatan produksinya tersebut, tentu China membutuhkan sumber
daya alam. Dalam hal ini, negara-negara Afrika yang notabenenya kaya akan
sumber daya alam menjadi supplier bagi China dalam impor sumber daya alam.
China sendiri membutuhkan sumber daya mineral seperti aluminum dan nikel
15 Maria. 2013. Perpanjangan Pengaruh China di Afrika Melalui Minyak. (Online). http://maria-j-
r-fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-83030-Umum-China%20dan%20Afrika.html. Diakses Pada 02 Februari 2017, Pukul 14:08. Hal 3.
65
serta membutuhkan juga minyak16 . Data yang dihadirkan oleh Tull adalah
terdapat sepuluh mitra dagang terpenting bagi China di Afrika yaitu Angola,
Afrika Selatan, Sudan, Republik Kongo, Equatorial-Guinea, Gabon, Aljazair,
Nigeria, Maroko dan juga Chad. Menariknya lagi, sembilan dari sepuluh negara
tersebut adalah negara terkaya di Afrika dengan sumber daya alamnya.17
Meskipun banyak yang mengatakan bahwa hubungan kerjasama antara
China dan Afrika adalah tidak sepadan karena eksploitasi sumber daya alam
Afrika oleh China, dan Afrika hanya mengekspor bahan-bahan mentah ke China.
Akan tetapi yang perlu digaris bawahi adalah sebenarnya Afrika memiliki banyak
keuntungan dari kehadiran dan pertumbuhan China di benua hitam tersebut,
meskipun bukan tanpa efek negatif. Peningkatan perdagangan dan link investasi
yang sangat menjanjikan karena memiliki potensi untuk mendukung pengentasan
kemiskinan dan mempertahankan keuntungan ekonomi.18
Juru bicara dari Kementerian Perdagangan China, yaitu Shen Danyang
menggambarkan kerja sama saling menguntungkan China-Afrika. Investasi China
di Afrika meningkat dalam beberapa tahun terakhir telah mendorong pertumbuhan
ekonomi dan pendapatan pajak, menciptakan banyak lapangan kerja dan
membantu melatih tenaga kerja lokal. Sementara itu, turis-turis China membuat
870.000 perjalanan ke Afrika tahun 2015 dalam rangka berwisata.19
Dalam upayanya untuk menjalin hubungan yang saling menguntungkan
dan menjalin kerjasama secara resmi dengan Afrika, presiden China Hu Jintau
16Denis Tull. 2009. “China’s Engagement in Africa” dalam W. Harberson, John Rothchild, and
Donald Rothchild (eds.). Africa in World Politic: Reforming Political Order. Westview Press, Boulder, CO80301. Hal 51.
17 Ibid.,Hal 55. 18 Hamish Mcrae. 2013. China’s Need for Oil Will Send It in Search of Skills. (Online) tersedia
dalam www.independent.co.uk. Diakses pada 03 Februari 2017, pukul 16:08 WIB. Hal 5. 19 Ibid.,Hal 6.
66
mengadakan kunjungan ke berbagai kota Negara-negara Afrika. Banyak upaya
kerjasama yang telah dilakukan oleh China dengan Afrika, diantaranya
menetapkan dana pembangunan China dan Afrika senilai US$ 5 Miliar untuk
mendorong perusahaan-perusahaan China menanam modal di Afrika, menyedikan
pinjaman prefensial US$ 3 miliar dan kredit pembeli prefensial senilai US$ 2
miliar bagi Afrika selama 3 tahun kedepan, menghapus hutang-hutang Negara
Afrika paling terliit hutang dan paling terbelakang dalam bentuk hutang bebas
bunga yang jatuh tempo pada akhir 2005 dan dalam 3 tahun berikutnya melatih
15.000 profesional Afrika, selain itu mengirim 100 ahli pertanian ke Afrika,
membangun 30 rumah sakit dan 100 sekolah di pedesaan dan menambah jumlah
beasiswa pemerintah China bagi mahasiswa Afrika dari 2000 orang menjadi 4000
orang per tahun 2009. 20
1.2 Forum On China Africa Cooperation (FOCAC) Sebagai Media yang
Digunakan China dalam Diplomasi Ekonomi di Afrika
China dan Afrika mempunyai forum kerjasama yang dinamakan Forum On
China Africa Cooperation (FOCAC). Kerjasama antara China dan Afrika
sebenarnya sudah berlangsung sejak lama, akan tetapi forum kerjasama kedua
negara baru dilangsungkan untuk pertama kalinya di Beijing pada bulan Oktober
tahun 2000 yang diikuti oleh 80 kementrian dan 53 negara Afrika.21 Forum ini
berfokus pada peningkatan kegiatan investasi dan juga perdagangan antara China
dan Afrika, dimana kegiatan perdagangan bebas terbuka bagi China dan negara-
negara Afrika.
20 Martin,op.Cit,h.358 21 Dwijaya Kusuma, 2008, China Mencari Minyak : Diplomasi China ke Seluruh Dunia 1990-
2007. Jakarta, hal:47.
67
Pada forum tersebut, China menyatakan akan menghapus hutang negara-
negara di Afrika sebesar ¥10 Milyar (US$ 1,2 juta).22 FOCAC mencerminkan
bentuk dan isi dari hubungan sementara masa depan China-Afrika bagi kedua
belah pihak untuk mencapai kesejahteraan antara China dan Afrika.
Forum kerjasama China-Afrika (FOCAC) dimulai tahun 2000. FOCAC
yang pertama diselenggarakan di Beijing pada bulan Oktober 2000, yang kedua di
Addis Ababa pada bulan Desember 2003, yang ketiga di Beijing pada bulan
November 2006, yang keempat di Sharm El Sheik-Mesir pada bulan November
2009, yang kelima pada bulan Juli 2012 di Beijing, dan yang terakhir pada
Desember 2015 di Afrika Selatan.23 FOCAC bertujuan untuk lebih memajukan
hubungan antara China dan negara-negara Afrika yang memiliki hubungan
diplomatik. Hal tersebut penting untuk melihat retorika dan meneliti seberapa
sukses pelaksanaan janji FOCAC sudah diimplementasikan di negara-negara
Afrika.24
Anggota FOCAC itu sendiri ada 50 negara. Diantaranya adalah Afrika
Selatan, Aljazair, Angola, Benin, Botswana, Burundi, Chad, Djibouti, Eritrea,
Ethiopia, Gabon, Ghana, Guinea, Guinea-Bissau, Guinea Khatulistiwa, Kamerun,
Kenya, Komoro, Kongo, Lesotho, Liberia, Libia, Madagaskar, Malawi, Mali,
Maroko, Mauritania, Mauritius, Mesir, Mozambik, Namibia, Niger, Nigeria,
Pantai Gading, Republik Afrika Tengah, Republik Demokratik Kongo, Rwanda,
22 Ibid., 23 FOCAC. 2012. Forum on China-Africa Cooperation (FOCAC).
http://www.focac.org/eng/dwjbzjjhys/t952503.htm. Diakses pada tanggal 08 April 2017, pukul 21:15 WIB.
24 Ibid.,
68
Sierra Leone, Seychelles, Senegal, Somalia, Sudan, Sudan Selatan, Tanjung
Verde, Tanzania, Togo, Tunisia, Uganda, Zambia, Zimbabwe.25
FOCAC memfasilitasi kepentingan ekonomi China di Afrika seperti adanya
mekanisme pembebasan tarif, kemudahan investasi, dan keikutsertaan hampir
seluruh negara Afrika di dalam FOCAC tanpa memandang wilayah sub-regional
dan besarnya volume perdagangan dan investasi China dengan negara tersebut.
Dalam memudahkan kepentingan ekonomi China di Afrika, China harus bersaing
sebagai kekuatan baru dalam interaksi ekonomi antara negara-negara Afrika
dengan kekuatan-kekuatan ekonomi dunia.
Persaingan tersebut kemudian ditangani dengan strategi-strategi yang ada
dalam FOCAC, seperti pemberian bantuan luar negeri, penguatan sentimen anti
barat dan anti hegemoni, serta penggunaan sifat FOCAC yang fleksibel. Masing-
masing strategi ini digunakan untuk menghadapi jenis pesaing yang berbeda.
Selain itu adanya kemiripan diantara organisasi-organisasi kemitraan Afrika yang
dibentuk oleh Uni Eropa, China, dan India juga menjadi salah satu indikator yang
memperlihatkan kuatnya persaingan di antara negara-negara tersebut dalam
diplomasi dengan negara-negara Afrika.26
Keberadaan isu-isu non-ekonomi dalam FOCAC merupakan penunjang dari
kepentingan ekonomi China. Isu kerjasama politik internasional dan pembentukan
sistem ekonomi internasional yang baru merupakan bentuk sentiment anti barat
dan anti hegemoni yang dibangkitkan untuk menghadapi persaingan kepentingan
ekonomi dengan negara-negara kekuatan lama, yaitu Amerika dan Uni Eropa. Isu
25 Situs Resmi Forum On China Africa Cooperation (FOCAC). Diakses Online dalam
http://www.focac.org/eng/ltda/ltjj/t933522. Diakses pada tanggal 03 Februari 2017, pukul 20:19 WIB.
26 Hong Zhao. China’s New Energy Diplomasi In Afrika: Progress and Problems. ICW Working Paper No. 2009-11. Kuala Lumpur: Institute of China Studies University Of Malay. 2009.
69
keamanan non tradisional merupakan isu penunjang kepentingan ekonomi China
di Afrika, karena China membutuhkan stabilitas keamanan untuk menunjang
aktivitas ekonominya dengan negara-negara Afrika. isu sosial dan juga budaya
digunakan sebagai bagian dari bantuan luar negeri, yang berfungsi sebagai bagian
dari strategi China dalam menghadapi persaingan dengan kekuatan-kekuatan lain
yang mencoba menjalin kerjasama dengan negara-negara Afrika.
Analisis terhadap hubungan China menjelang terbentuknya FOCAC
memperlihatkan bahwa peningkatan kepentingan ekonomi China di Afrika dan
persaingan antara China dengan negara-negara lain dalam pencapaian kepentingan
tersebut menjadi alasan bagi China untuk membentuk FOCAC. Menguatnya
kepentingan ekonomi China di Afrika ini terlihat dari adanya peningkatan volume
perdagangan antara China-Afrika, terbukti hingga tahun 2012, arus perdagangan
antara China dan Afrika terus meningkat.
Secara singkat dapat dijelaskan bahwa alasan China membentuk FOCAC
adalah untuk memfasilitasi kepentingan ekonomi China di Afrika dan sebagai
tindakan atas rivalitas dalam pencapaian kepentingan ekonominya.
70
Gambar 3.2 China-Afrika Trade Volume (2000-2012)27
Selain itu, menguatnya kepentingan ekonomi China di Afrika juga terlihat
dari adanya peningkatan arus investasi dari China ke negara-negara Afrika dalam
berbagai sektor. Investasi China pada bagian pertambangan sebesar 72%, sektor
jasa sebesar 24%, dan sektor industri sebesar US$ 200 juta.28 Sedangkan yang
berkaitan dengan investasi minyak China adalah ditandai dengan adanya
perusahaan minyak yang berada di Sudan, yaitu (China National Petroleum
Corporation) (CNPC). Dimana CNPC memiliki 40% yang merupakan saham
tunggal terbesar, dari Greater Nile Petroleum Operating Company (GNPC).
Dalam upaya untuk mencapai kepentingan ekonominya di Afrika, China
menghadapi persaingan dengan negara-negara lain, seperti Uni Eropa, Amerika
Serikat, Jepang, India, dan juga Brazil. Negara-negara tersebut adalah pesaing-
pesaing China dalam hal perdagangan dengan negara-negara Afrika. selain itu,
persaingan juga terjadi dalam diplomasi pembentukan kemitraan dengan negara-
negara Afrika.29 Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Jepang telah membentuk
organisasi kemitraan dengan negara-negara Afrika sebelum dibentuknya FOCAC,
sedangkan India membentuk kemitraan setelah dibentuknya FOCAC. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa kepentingan ekonomi China di Afrika dan
persaingan antara China dan negara-negara lain dalam pencapaian kepentingan
tersebut merupakan alasan China membentuk FOCAC.
Kemudian juga terdapat beberapa analisis lain dalam kepentingan ekonomi
China di Afrika. pertama adalah posisi Afrika sebenarnya kurang signifikant jika
27 https://www.wto.org/english/res_e/statis_e/its2015_e/its2015_e.pdf. Hal 287. Diakses tanggal
19 Februari 2017, pukul 20:09 WIB. 28 Kang Wu dan Lan Storey. Op.cit 29 Hong Zhao. China’s New Energy Diplomasi In Afrika: Progress and Problems. ICW Working
Paper No. 2009-13. Kuala Lumpur: Institute of China Studies University Of Malay. 2009.
71
dibandingkan dengan posisi kawasan lain seperti Asia, Eropa, dan Amerika Utara
bagi kepentingan China, Afrika hanya berkontribusi sekitar 5% dari total
perdagangan dan investasi global China.30 Akan tetapi, kuatnya rivalitas dalam
pencapaian kepentingan tersebut mendorong China untuk dapat mengamankan
kepentingan ekonominya di Afrika dari pengaruh negara-negara lain.
Kedua, berdasarkan analisis perdagangan dan investasi yang dilakukan
China di Afrika, terlihat bahwa dalam pencapaian kepentingan ekonomi China di
Afrika, China melihat Afrika sebagai sebuah kawasan bukan sebagai kumpulan
hubungan bilateral antara China dengan negara-negara Afrika secara terpisah. Hal
ini terlihat melalui analisis data perdagangan dan investasi China di Afrika. data
perdagangan China dan negara-negara Afrika menunjukkan bahwa tidak terjadi
pemusatan hubungan perdagangan antara China-Afrika pada beberapa negara
tertentu, kecuali Afrika Selatan.31 Negara-negara Afrika lainnya memiliki peran
berbeda dalam perdagangan dengan China. Sebagian negara berperan sebagai
tujuan ekspor, dan sebagian lain berperan sebagai sumber bahan baku untuk
produksi bahan (impor), seperti kebutuhan akan energi dan minyak. Situasi serupa
juga terjadi pada bidang investasi. Investasi China tersebar di banyak negara
Afrika dan ditujukan pada berbagai sektor. Situasi perdagangan dan investasi
China di Afrika ini menunjukkan bahwa kepentingan ekonomi China di Afrika
sudah menjangkau banyak negara, sehingga tidak lagi memungkinkan bagi China
untuk membentuk organisasi yang hanya mengikutsertakan sebagian negara
Afrika, baik dikategorikan berdasarkan kontribusi ekonomi maupun berdasarkan
30 Parks Strange, Tiemey, Fuchs, Dreher, and Ramachandran. China’s Development Finance To
Afrika: A Media-Based Approach to Data Collection. (Online) http://aiddatachina.org/projects/2017. Hal 37.
31 Ibid.,Hal 38.
72
kawasan. Situasi ini menjelaskan keikutsertaan hampir seluruh negara Afrika dan
organisasi regional Afrika di dalam FOCAC. Tidak mengherankan pula jika
tindakan mengikutsertakan seluruh negara-negara di kawasan Afrika dalam
organisasi kemitraan khusus Afrika ini juga dikuti oleh pesaing-pesaing China,
seperti Uni Eropa, Jepang, dan India.
Ketiga, dokumen-dokumen FOCAC telah menunjukkan bahwa meskipun
ekonomi merupakan faktor dominan kepentingan China di Afrika, di dalam
FOCAC juga diatur isu-isu lain di luar isu ekonomi, seperti isu keamanan non-
tradisional, kerjasama politik internasional, dan isu sosial budaya. Isu-isu tersebut
merupakan penunjang dari pencapain kepentingan ekonomi China di Afrika. isu
keamanan non tradisional berfungsi untuk menunjang keamanan aktivitas
perdagangan dan investasi China di Afrika. Isu kerjasama politik internasional
dan isu sosial budaya berfungsi sebagai pengikat hubungan antara China dan
negara-negara Afrika. informalitas FOCAC memungkinkan China memasukkan
isu-isu tersebut sebagai bidang kerjasama dalam FOCAC.32
Sehingga dapat disimpulkan bahwa FOCAC didirikan sebagai sarana
pencapaian kepentingan ekonomi China di Afrika dan sebagai bentuk strategi
pemenangan atas rivalitas yang terjadi antara China dengan negara-negara lain
dalam pencapaian kepentingan ekonomi tersebut.
3.3 Karakteristik FOCAC Sebagai Organisasi Internasional
FOCAC sebagai organisasi internasional memiliki enam (6) karakteristik.
Fleksibilitas dalam FOCAC terlihat dari tidak adanya aturan dan mekanisme
32 Chuka Enuka. The Forum on China-Africa Cooperation (FOCAC): A Framework for China’s
Re Engagement with Africa in the 21st Century. Pakistan Journal of Social Sciences (PJSS) Vol. 30, No. 2 (December 2010). Hal 17.
73
resmi mengenai pengambilan keputusan dalam forum, serta tidak mengikatnya
deklarasi dan rencana aksi yang dihasilkan dari forum ini.33 Otonomi yang terletak
pada negara anggota FOCAC terjadi karena pada forum ini tidak terdapat
penyerahan wewenang negara pada organisasi. Kontrol terhadap informasi bagi
anggota tampak pada FOCAC karena pada organisasi ini tidak terdapat aturan
mengikat mengenai peredaran informasi yang terkait dengan forum, baik antar
sesama anggota forum maupun kepada publik. Minimalisasi biaya transaksi
jangka pendek dalam FOCAC terjadi karena proses pengambilan keputusan di
dalam forum ini bersifat sederhana dan tidak terikat oleh prosedur formal.
Minimalisasi birokrasi pada FOCAC teramati dari tidak adanya sekretariat
permanen untuk forum ini. Seluruh urusan-urusan administrasi FOCAC ditangani
oleh pemerintah China.34 Penanganan terhadap situasi ketidakpastian terdapat
dalam FOCAC karena informalitas forum ini memberi ruang gerak yang besar
bagi China untuk mengatur dan mengarahkan organisasi sesuai dengan situasi dan
kepentingan China, tanpa adanya prosedur formal yang berpotensi memberi ruang
bagi negara-negara anggota FOCAC lain untuk menghambat kepentingan dari
China sendiri.
Keenam sifat tersebut memberikan kemudahan dan keuntungan bagi China
dalam upaya pencapaian kepentingannya. Fleksibilitas FOCAC memberikan
China kemampuan untuk mengubah bidang-bidang kerja sama, nilai nominal
komitmen, dan susunan keanggotaan FOCAC sesuai dengan situasi yang dihadapi
33 Ibid.,Hal 19. 34 Sanusha Naidu. The Forum on China-Africa Cooperation (FOCAC): What Does the Future
Hold?. (Online). http://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1177/000944550704300301. Diakses pada tanggal 4 Februari 2017, pukul 14:59 WIB. Hal 4.
74
dan kepentingan yang ingin dicapai oleh China.35 Otonomi FOCAC yang terletak
pada negara anggota, memberi China sebagai inisiator dan kekuatan dominan
pada forum ini, keleluasaan untuk mengendalikan forum dan anggota-anggotanya
untuk mendukung kepentingan China. Kontrol informasi FOCAC yang terdapat
pada negara anggota memberi kemampuan bagi China untuk mengontrol jenis-
jenis informasi yang dapat dipublikasikan kepada seluruh anggota organisasi dan
publik, serta merahasiakan informasi yang berpotensi menghambat pencapaian
kepentingannya. Minimalisasi biaya transaksi jangka pendek memudahkan China
untuk mengambil keputusan dengan cepat tanpa hambatan prosedur formal.36
Kemudian Birokrasi yang minimal menguntungkan China karena negara ini
tidak perlu mengeluarkan anggaran yang besar untuk pembentukan sekretariat dan
dapat melaksanakan administrasi organisasi tanpa melakukan power sharing
dengan negara-negara afrika di sekretariat.37 Penanganan terhadap ketidakpastian
memberikan China kemampuan untuk menghadapi ketidakpastian dalam kerja
sama dengan negara-negara Afrika. ketidakpastian ini timbul karena adanya
ketidakpastian mengenai kelanjutan kepentingan dan kerjasama ekonomi China di
Afrika, komitmen dan preferensi negara-negara Afrika pada China, situasi
kawasan Afrika, dan situasi internasional. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa keenam sifat organisasi internasional informal dalam FOCAC tersebut
memberikan keuntungan dan kemudahan tersendiri bagi China dalam upaya untuk
mencapai kepentingannya di Afrika.
35 Ibid.,Hal 5. 36 Garth Shelton and Farhana Paruk. 2008. Th e Forum on China–Africa cooperation A strategic
opportunity. (Online). https://www.files.ethz.ch/isn/103618/MONO156FULL.PDF. Diakses pada tanggal 5 Februari 2017, pukul 13:41 WIB. Hal 3.
37 Ibid., Hal 4.
75
Kepentingan ekonomi China mencakup bidang investasi dan perdagangan,
baik mencari pangsa ekspor, juga mencari bahan-bahan baku produksi seperti
energi dan minyak untuk diekspor. Salah satu negara yang sedang mengalami
peningkatan grafik perdagangan dengan China adalah Sudan. Sudan merupakan
produsen minyak dengan jumlah kandungan yang besar. Cadangan minyak Sudan
sendiri menguasai hampir 50% dari total pengeluaran ekonomi setiap tahun, 90%
dari total ekspor dan 80% dari pendapatan pemerintah. Puncak hubungan China
dan Sudan ini terjadi pada tahun 2004 ketika Export-Import Bank of China
(EXIM Bank) memberikan pinjaman sebesar US$ 2 Milyar untuk mendanai
rekonstruksi infrastruktur di Sudan. 38 Sejak itu, hubungan antara keduanya
diwarnai oleh kunjungan bilateral atas petinggi negara yang bertujuan untuk
memperkuat hubungan antara China dan Sudan. Sudan menunjukkan grafik
penaikan yang signifikan dari tahun ke tahun. Selain itu Sudan juga merupakan
penghasil berlian, mineral, kopi, ikan, timber, dengan Gross National Income
(GNI)-nya US$ 3.450.39
Hubungan perdagangan bilateral antara China dan Sudan tumbuh semenjak
pertengahan 1990an. Pada tahun 1990an, perdagangan bilateral antara keduanya
berkisar antara US$ 150 Juta sampai US$ 700 Juta. Pada tahun 2000,
perdagangan ini mencapai US$ 1,8 Milyar dan akhir tahun 2005 meningkat empat
38 Ana Cristina Alves. 2010. The Oil Factor in Sino- Angolan Relations at the start of the 21st
century, South African Institute of International Affairs (SAIIA). Diakses dalam http://www.saiia.org.za/images/stories/pubs/occasional_papers/saia_sop_55_alves_20100225.pdf. Diakses pada 04 Februari 2017, pukul 23:59 WIB.
39 Zainuddin Djafar, Gayatri Marisca, & Raisa Muthmaina. 2012. Afrika Barat, Afrika Tengah, & Afrika Selatan: Kajian atas pasar dan politik domestik, relevansi perjanjian Cotonou, dan marketing power diplomasi piala dunia 2010. Universitas Indonesia (UI-Press). Hal:45.
76
kali yaitu sebesar US$ 6,9 Milyar, dan kemudian meningkat lagi menjadi US$ 12
Milyar dan Sudan menjadi salah satu partner dagang utama China di Afrika.40
Salah satu kepentingan China ialah untuk mendapatkan pasokan minyak
demi memenuhi kebutuhan negaranya yang semakin meningkat dari tahun ke
tahun. China memilih Sudan untuk mendapatkan pasokan minyaknya dikarenakan
Sudan merupakan salah satu negara penghasil minyak terbesar di benua Afrika
dengan kandungan minyak sebesar 631,5 juta barel. Sudan diperkirakan memiliki
cadangan minyak mentah yang besar yaitu dengan total ekspor 500.000
barel/harinya, Hal ini membuat Sudan berada di urutan ke-34 negara penghasil
minyak Dunia.41 Hubungan kedua negara tersebut terjadi karena kedua negara
benar-benar saling membutuhkan. Sudan yang sedang memerlukan bantuan
negara lain untuk dapat membantu membangun kembali perekonomian
negaranya, diberikan tawaran bantuan oleh China yang sedang memerlukan
pasokan minyak bagi negaranya. Berbagai pihak telah menawarkan bantuan,
tetapi hanya negara China lah yang menawarkan bantuan dengan syarat yang
paling menguntungkan bagi negara Sudan. Prasyarat tersebut yaitu pengembalian
berupa minyak mentah untuk China.
Selain itu China memberikan waktu yang panjang untuk mengembalikan
pinjamannya tersebut. China juga menjanjikan bantuan bagi bangkitnya ekonomi
Sudan. Ekspor minyak dan pinjaman luar negeri sangat membantu mendorong
tingkat pertumbuhan ekonomi. Karena kepentingan China dan Sudan yang saling
40 Indira Campos and Alex Vines. 2007. Sudan and China : pragmatic partnership: working
paper presented at a CSIS conference “praspect for improving US. -China – Africa Cooperation,CSIS. http://csis.org/files/media/csis/pubs/080306_angolachina.pdf. Diakses pada 04 Februari 2017, pukul 0:09 wib. Hal 12.
41 Ikhrotul Fitriyah, 2012, Strategi China Dalam Persaingan Dengan Amerika Serikat Untuk Memperebutkan Hak Eksplorasi Minyak Di Sudan, Skripsi HI, FISIP-UMM, hal 3
77
membutuhkan tersebut, saat ini kerjasama keduanya masih terus berlanjut dengan
berbagai rencana kerjasama yang akan di jalankan oleh kedua negara.
3.4 Conference dalam Forum On China Africa Cooperation (FOCAC)
Selama 12 tahun terakhir, FOCAC telah melembagakan beberapa
mekanisme pemetaan dan dialog di berbagai tingkat dan dalam berbagai bentuk,
termasuk Konferensi Tingkat Menteri, konsultasi politik antara menteri luar negeri
China dan Afrika di sela-sela Sidang Umum PBB, Pertemuan Pejabat Tinggi
(SOM), dan konsultasi antara Secretariat of the Chinese Follow-up Committee dan
the African Diplomatic Corps in China. Dalam kerangka FOCAC, Konferensi
Bisnis China-Afrika, Forum Rakyat China-Afrika mengenai pertanian, sains dan
teknologi, keuangan, budaya, undang-undang, pemuda dan wanita telah diadakan
secara reguler atau ad hoc.
Beberapa pertemuan atau Conference yang telah dilakukan dalam Forum On
China Africa Cooperation (FOCAC) adalah sebagai berikut42 :
1. The First Ministerial Conference (October 2000, Beijing, China)
Tujuan dilakukannya konferensi ini adalah melakukan konsultasi,
memperdalam pemahaman, memperluas konsensus, memperkuat persahabatan
dan mempromosikan kerja sama. Dalam pertemuan ini dihadiri lebih dari 80
menteri dari China dan 44 negara Afrika, perwakilan dari 17 organisasi
internasional dan regional, dan pemimpin bisnis dari China dan Afrika.
Hasil konferensi menyatakan bahwa konferensi mengadopsi Deklarasi
Beijing dan Program untuk Kerjasama China-Afrika dalam Pembangunan
42 FOCAC. 2012. Forum on China-Africa Cooperation (FOCAC). (Oniine).
http://www.focac.org/eng/dwjbzjjhys/t952503.htm. Diakses pada tanggal 24 Mei 2017, pukul 02:31 WIB.
78
Ekonomi dan Sosial; Dan mengusulkan untuk membentuk jenis kemitraan
China-Afrika baru yang mencakup stabilitas jangka panjang, kesetaraan dan
keuntungan bersama. Keberhasilan Konferensi Tingkat Menteri Pertama
menandai peresmian FOCAC dan menciptakan sebuah platform baru untuk
dialog dan kerjasama China-Afrika.
Pelaksanaan nyata dari konferensi ini adalah China membatalkan
10,9 US$ miliar hutang untuk 31 Negara Afrika, membentuk dana
pinjaman bagi pengembangan Sumber Daya Manusia Afrika, melatih
hampir 7.000 tenaga profesional Afrika, dan memberikan dana khusus
untuk mendukung dan mendorong investasi oleh perusahaan China di
negara-‐negara Afrika. Bantuan-bantuan yang diberikan tersebut juga
diharapkan dapat mempermudah China dalam mencapai kepentingannya di
Afrika, yaitu untuk minyak.
2. The Second Ministerial Conference (December 2003, Addis Ababa, Ethiopia)
Tujuan dilakukannya konferensi ini adalah untuk melakukan kerja
sama praktis dan melakukan tindakan tertentu. Konferensi ini dihadiri
sebanyak 70 menteri luar negeri dan ekonomi dari China dan 44 negara
Afrika, dan perwakilan organisasi internasional dan regional.
Hasil konferensi tersebut menyatakan bahwa konferensi mengadopsi
Rencana Aksi Addis Ababa (2004-2006), dan mengusulkan untuk membentuk
jenis kemitraan baru antara China dan Afrika yang memiliki stabilitas jangka
panjang, persamaan, saling menguntungkan dan kerjasama yang
komprehensif. Menekankan kerja sama praktis dan komprehensif, Konferensi
79
tersebut selanjutnya mempromosikan perkembangan suara hubungan China-
Afrika.
Hasil nyata yang telah dilaksanakan melalui konferensi ini adalah
Pemerintah China menandatangani 382 perjanjian bantuan dengan negara-
negara Afrika, melatih 12.600 profesional Afrika, memberikan perlakuan
tanpa tarif untuk ekspor dari 28 negara maju di Afrika dengan 190 item tarif,
dan memberi ijin bagi 17 negara Afrika untuk dijadikan destinasi wisata bagi
turis China. Mengadakan Festival Seni Internasional "Meet in Beijing",
"Voyage of Chinese Culture to Africa" dan dua Festival Pemuda China-Afrika
berhasil dilaksanakan. Hal-hal tersebut dilakukan untuk dapat mempermudah
China dalam mencapai kepentingannya di Afrika, yaitu untuk minyak.
3. The Third Ministerial Conference (November 2006, Beijing, China)
Pada tahun 2006 menandai peringatan 50 tahun peresmian hubungan
diplomatik antara Republik Rakyat China dan negara-negara Afrika. Untuk
merayakan kesempatan tersebut, kedua belah pihak bersama-sama memulai
KTT Beijing dan Konferensi Tingkat Menteri Ketiga FOCAC.
Konferensi ini dihadiri oleh 70 menteri luar negeri atau ekonomi dan
perwakilan dari China dan 48 negara Afrika. Hasil konferensi ini menyatakan
bahwa konferensi meninjau pelaksanaan tindak lanjut dari Konferensi Tingkat
Menteri Kedua dan menyelesaikan persiapan untuk KTT Beijing. Dalam
konferensi ini hanya meninjau pelaksanaan tindak lanjut dari Konferensi
Tingkat Menteri Kedua dan menyelesaikan persiapan untuk KTT Beijing.
4. The Beijing Summit I (November 2006, Beijing, China)
80
Tujuan sekaligus tema pertemuan ini adalah persahabatan, perdamaian,
kerjasama dan pembangunan. Pertemuan ini dihadiri oleh Presiden Hu Jintao
dari China dan kepala perwakilan negara swadaya masyarakat dari 48 negara
Afrika.
Hasilnya menyatakan bahwa pertemuan tersebut mengadopsi
Deklarasi Beijing Summit dan Beijing Action Plan (2007-2009), dan
memutuskan untuk membentuk jenis kemitraan strategis baru antara China
dan Afrika yang menampilkan kesetaraan dan kepercayaan bersama,
kerjasama ekonomi saling menguntungkan dan pertukaran budaya. China
mengumumkan delapan langkah kebijakan untuk memperkuat kerjasama
dengan Afrika dan mendukung pembangunannya. The Beijing Summit I
mengangkat hubungan China-Afrika ke tingkat yang telah disahkan dan
meletakkan dasar politik yang solid untuk pembangunan hubungan China-
Afrika yang berkelanjutan.
Pelaksanaan nyata dari adanya konferensi ini adalah Presiden Hun
Jintao melipatgandakan bantuan ke Afrika dalam tiga tahun pasca konferensi.
Selain itu China juga bersedia memberi bantuan kepada Afrika sebesar 3
miliar dolar AS dalam bentuk pinjaman, 2 miliar dolar AS dalam piutang
ekspor, dan 5 miliar dolar AS untuk memperkenalkan investasi China di
Afrika. China berharap bisa membantu untuk meningkatkan taraf kehidupan
rakyat Afrika karena menurut China, Afrika mempunyai tujuan yang sama
untuk meningkatkan pembangunan dan kepentingan yang sama. Bantuan-
bantuan yang diberikan tersebut juga diharapkan dapat mempermudah China
dalam mencapai kepentingannya di Afrika, yaitu untuk minyak.
81
5. The Fourth Ministerial Conference (November 2009, Sharm El Sheikh,
Egypt)
Tujuan dari konferensi ini adalah memperdalam kemitraan strategis
jenis baru China-Afrika untuk pembangunan berkelanjutan. Konferensi ini
dihadiri oleh negara asing atau perwakilan menteri ekonomi dari China dan 49
negara Afrika. Hasil pertemuan menyatakan bahwa konferensi mengadopsi
Deklarasi Sharm El Sheikh dan Rencana Aksi Sharm El Sheikh (2010-2012).
China mengumumkan delapan langkah baru untuk memajukan kerjasama
China-Afrika.
Hasil pelaksanaan yang nyata dengan adanya konferensi ini adalah
sebagai berikut :
a. China memberi pinjaman kepada Negara-Negara Afrika lebih dari US $ 10
miliar. Kemudian juga memberikan pinjaman khusus untuk UKM DI
Afrika yang berkomitmen sebesar US $ 966 juta untuk 38 proyek UKM di
Afrika.
b. China membatalkan hutang yang terhutang oleh negara-negara miskin yang
berhutang dan negara-negara terbelakang di Afrika yang memiliki
hubungan diplomatik dengan China sejak akhir tahun 2009. Semua negara
yang paling tidak berkembang di Afrika yang memiliki hubungan
diplomatik dengan China menikmati perlakuan dengan tarif nol untuk 60%
Ekspor ke China.
c. China menerapkan 105 proyek energi bersih di Afrika, membangun lima
pusat demonstrasi agroteknologi baru, mengirim 50 tim agroteknologi ke
negara-negara Afrika, menyediakan peralatan medis, bahan dan obat-
82
obatan ke 30 rumah sakit dan 30 pusat pencegahan dan pengobatan
malaria, membangun 19 sekolah baru dan menyediakan pasokan Ke 42
sekolah di Afrika.
d. China melatih 24.000 tenaga profesional untuk Afrika, termasuk 1.500
kepala sekolah dan guru, 3.000 pakar pertanian dan 3, petugas medis, dan
menawarkan 5.710 dan 6.316 beasiswa pemerintah pada tahun 2010 dan
2011 masing-masing.
e. Pada akhir tahun 2011, di bawah Program Kemitraan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi China-Afrika, China telah menerapkan 88 proyek penelitian
dan demonstrasi bersama China-Afrika dan menjadi tuan rumah 42 personil
penelitian Afrika untuk studi pasca-doktor di China.
f. Program Penelitian dan Penukaran SDM China-Afrika mendukung 14
seminar internasional di China dan Afrika, dan mensponsori 500 ilmuwan
China dan Afrika untuk pertukaran akademis dan kunjungan. Di bawah
kerangka Program, institusi akademis China dan Afrika melaksanakan 28
proyek.
Bantuan-bantuan yang diberikan oleh China tersebut juga diharapkan
dapat mempermudah China dalam mencapai kepentingannya di Afrika, yaitu
untuk minyak. Hal ini karena memang tujuan utama China mendekat kepada
Negara-Negara Afrika adalah untuk memenuhi pasokan minyak dalam
negerinya.
6. The Beijing Summit II (December 2015, South Africa)
Pertemuan ini dihadiri oleh lima puluh Kepala Negara dan
Pemerintahan Afrika, Presiden China, Ketua Komisi Uni Afrika (AU), dan
83
kepala organisasi internasional dan regional berpartisipasi dalam forum
tersebut. Siaran Pers AU yang dikeluarkan di akhir Forum Uni Afrika,
menyatakan hal berikut43 :
a. Ketua Komisi AU Dr. Nkosazana Dlamini Zuma, dan Presiden Republik
Rakyat China, Xi Jinping, telah bertukar tempat di bidang kritis untuk
memperkuat hubungan antara Uni Afrika dan China. Mereka bertemu
pada tanggal 3 Desember 2015, di sela pertemuan Forum untuk China-
Africa Cooperation (FOCAC) Summit yang kedua, di Pretoria, Republik
Afrika Selatan.
b. Kedua pemimpin tersebut bertemu di Afrika Selatan hampir sebulan
setelah pertemuan mereka di Beijing, China, ketika Ketua Komisi AU
melakukan kunjungan resmi.
c. Kali ini, mereka bertukar tempat di bidang utama yang bertujuan
memperkuat hubungan Afrika-China, termasuk pelatihan keterampilan,
industrialisasi, pengentasan kemiskinan, Pusat Pengendalian Penyakit
Afrika, perdamaian dan keamanan, perubahan iklim, serta pelaksanaan
MoU di dalam Kerangka Rencana Pelaksanaan 10 Tahun Agenda 2063.
d. Setelah pertemuan tersebut, Ketua Komisi AU mengatakan bahwa dia
sangat terinspirasi oleh bagaimana China dapat mengangkat lebih dari 700
juta orang keluar dari kemiskinan dalam waktu yang cukup singkat. China
berencana untuk mengangkat 70 juta orang yang tersisa keluar dari
kemiskinan dalam lima tahun.
43 OSSA. 2015. Second China-Africa Cooperation Forum (FOCAC) Summit (4 - 5 December
2015). (Online). http://www.un.org/en/africa/osaa/events/2015/focac20151210.shtml. Diakses pada tanggal 24 Mei 2017, pukul 02:21 WIB.
84
e. Bidang kolaborasi yang diidentifikasi akan membantu Afrika
memindahkan orang-orang Afrika keluar dari kemiskinan, melompati
perkembangannya dan menetapkan langkah untuk sebuah benua yang
terintegrasi, damai dan sejahtera, seperti yang dibayangkan dalam Agenda
Afrika 2063. Kemitraan antara AU dan China sejalan dengan kebutuhan
Afrika dan Prioritas.
f. Kedua pemimpin tersebut mengharapkan hasil KTT FOCAC kedua dan
AU dan pelaksanaannya oleh AU dan Negara-negara Anggotanya
mengenai hasil untuk hubungan China-Afrika yang saling
menguntungkan.
g. Ketua Komisi AU mengumumkan bahwa dia akan segera menunjuk
seorang Duta Besar yang berdedikasi ke China setelah MoU
ditandatangani antara AU dan China pada bulan Januari 2015. Pihak China
telah menunjuk satu.
h. Presiden Xi Jinping mengucapkan terima kasih kepada Ketua AUC atas
komitmennya dalam mengembangkan hubungan yang kuat antara China
dan Afrika. Dia mengatakan bahwa China menghargai hubungannya
dengan Afrika, yang juga dicontohkan oleh kunjungan resmi Ketua ke
China sebulan sebelumnya.
Pada intinya pertemuan atau konferensi yang diadakan dalam FOCAC
bertujuan meningkatkan kerjasama investasi dan perdagangan antara Cina dan
Afrika. Hingga saat ini ada sekitar 49 negara di Afrika yang menjadi anggota
FOCAC dimana kegiatan perdagangan bebas terbuka bari Cina dan negara-negara
AFrika. selain itu peningkatan kerjasama dalam mengeksplorasi SDA menjadi hal
85
terpenting kedua disamping perdagangan. Ini membuktikan keseriusan Cina untuk
mengepakkan sayapnya lebih lebar sebagai mitra dagang strategis Afrika. Potensi
pasar yang baik dan juga pembangunan infrastruktur yang berkesinambungan
menciptakan kondisi yang lebih harmonis di antara Cina dan Afrika.
Selain itu, pertemuan tersebut dijadikan oleh China untuk memeperkuat
bargaining position negaranya di mata dunia internasional melalui dukungan
banyak negara Afrika dalam berbagai keanggotaan rezim internasional, organisasi
internasional seperti PBB, institusi internasional dan lainnya.
Namun, yang jauh lebih penting pada intinya juga merupakan salah satu
langkah strategis yang dilakukan China untuk menguasai sumber-sumber minyak
Afrika. Hal tersebut karena negara-negara di Afrika terkenal sebagai negara
penghasil minyak. Sehingga kepentingan akan minyak juga menjadi hal yang tidak
kalah pentingnya bahkan menjadi prioritas bagi China untuk mengadakan
kerjasama dengan negara-negara Afrika melalui FOCAC.
Kerjasama yang dilakukan China dengan Negara-Negara Afrika didasarkan
pada kepentingan China untuk melakukan ekspansi Minyak. Salah satu negara
penghasil minyak terbesar di Afrika adalah Sudan yang memiliki kandungan
minyak sebesar 631,5 juta barel. Sudan diperkirakan memiliki cadangan minyak
mentah yang besar yaitu dengan total ekspor 500.000 barel/harinya, Hal ini
membuat Sudan berada di urutan ke-34 negara penghasil minyak Dunia.44 Itulah
yang membuat China gencar melakukan diplomasi ekonomi ke Sudan. Proses atau
tahapan dari diplomasi ekonomi China ke Sudan dijelaskan pada bab selanjutnya.
44 Ikhrotul Fitriyah,(07260119),2012,Strategi China Dalam Pwerasaingan Dengan Amerika
Serikat Untuk Memperebutkan Hak Eksplorasi Minyak Di Sudan,Skripsi HI,FISIP-UMM,hal 3
86