bab ii tinjaukan pustaka - repository.poltekkes-tjk.ac.id
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUKAN PUSTAKA
A. Kebersihan Gigi dan Mulut
1. Pengertian
Kebersihan gigi dan mulut adalah suatu keadaan yang menunjukan bahwa
di dalam mulut seseorang bebas dari kotoran, seperti plak dan calculus. Plak
pada gigi geligi akan terbentuk dan meluas keseluruh permukaan gigi
apabila kebersihan gigi dan mulut terabaikan. Kondisi mulut yang selalu
basah, gelap, dan lembab sangat mendukung pertumbuhan dan
perkembangbiakan bakteri yang membentuk plak (Megananda, 2009).
Kebersihan mulut yang baik akan membuat gigi dan jaringan sekitarnya
sehat, seperti bagian tubuh lainnya gigi dan jaringan penyangga tidak mudah
terkena penyakit. Pemeliharaan dan perawatan yang baik akan menjaga gigi
dan jaringan penyangga dari penyakit (Boedihardjo 1985).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut
a. Menurut suwelo(1992), kebersihan gigi dan mulut dipengaruhi oleh
menyikat gigi dan jenis makanan.
1) Menyikat gigi
Cara yang paling mudah dilakukan unuk menghindari masalah
kesehatan gigi dan mulut dengan menjaga kebersihan gigi dan mulut
yang lazim dilakukan adalah dengan menyikat gigi.
2) Jenis makanan
Fungsi mekanis dari makanan yang dimakan berpengaruh dalam
menjaga kebersihan gigi dan mulut diantaranya :
6
7
a) Makanan yang bersifat membersihkan gigi, yaitu makanan yang
berserat dan berair seperti sayur-sayuran dan buah-buahan.
b) Sebaliknya makanan yang dapat merusak gigi yaitu makanan
yang manis dan mudah melekat pada gigi seperti: coklat,
permen, biskuit, dan lain-lain.
b. Menurut Edwina A.M (dalam Sholikah Nurhayati, 2010) faktor-faktor
yang mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut adalah :
1) Saliva
Secara mekanis air ludah berfungsi membasahi rongga mulut dan
makanan yang dikunyah, aliran saliva tersebut dapat menurunkan
akumulasi plak.
2) Flour
Flour diketahui dapat mengurangi terjadinya kerusakan gigi yaitu
membantu dan melawan asam. Flour dalam air liur dapat merubah
kembali bintik-bintik yang rusak menjadi mineral.
3) Frekuensi menggosok gigi
Kebiasaan menyikat gigi merupaka salah satu faktor yang menjadi
penyebab terjadinya karies gigi anak. Frekuensi menyikat gigi lebih
baik adalah dilakukan dua atau tiga kali sehari dan berkumur setelah
makan dapat mengurangi plak dan penyebab karies.
4) Waktu menggosok gigi
Waktu menyikat gigi yang tepat adalah pagi sesudah makan dan
malam sebelum tidur.
5) Cara menggosok gigi
8
Cara menyikat gigi yang dianjurkan adalah cara menyikat gigi
dengan gerakan-gerakan yang pendek yaitu membersihkan
permukaan dalam dan luar gigi bagian atas dan bawah,permukaan
gigi depan, bagian yang digunakan untuk menggunyah, bagian gigi
pipi yang berbatasan dengan gusi dan melakukan pemijatan gusi
dengan lembut, dengan sikat gigi.
6) Jenis sikat gigi
Pemilhan jenis sikat gigi juga berpengaruh terhadap kebersihan gigi
dan mulut.Jenis sikat gigi yang dipilih harus dengan kriteri yang baik
dan dapat membersikan seluruh permukaan gigi.
3. Cara memelihara kebersihan gigi dan mulut.
Menurut Agam Ferry Erwana(dalam Seputar kesehatan gigi&mulut) berikut
cara yang bisa dipraktikan untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut :
a. Bersihkan gigi secara teratur
Gigi dibersihkan supaya tidak ada plak yang terbentuk dan menjadi
tempat tingal bakteri pembentuk lubang gigi.
b. Bersihkan mulut secara menyeluruh
Menyikat gigi sebenarnya hanya membersihkan ¼ atau 25% dari
keseluruhan bagian gigi dan mulut. Pada bagia pipi, lidah, jaringan
lunak lainnya bisa berpotensi sebagi tempat tinggal bakteri jika tidak
tidak dibersihkan secara teratur. Maka dianjurkan menggunakan
bantuan benang gigi(dental floss), pembersih lidah, dan obat kumur
sebagai alat bantu pembersihan gigi selain menyikat gigi.
c. Kurangi makanan manis
9
Makanan manis dapat enjadi sumber makanan bagu bakteri pembentuk
lubang gigi. Minimal berkumur-kumur setelah makan manis bisa
mengurangi aktivitas bakteri dalam pembentukan plak dan lubang gigi.
d. Rutin kontrol ke dokter gigi
Dengan memeriksakan kesehatan gigi dan mulut secara teratur ke dokter
gigi maka kebiasaan-kebiasaan penyebab kerusakan gigi dapat
dihindari.
B. Pengunyahan
1. Pengertian mengunyah
Sistem pengunyahan merupakan tindakan memecah makanan menjadi
partikel yang siap untuk ditelan.Pemecahan makanan ini melibatkan stuktur
jaringan yang komplek dari sistem neurokmuskular dan sistem pencernaan.
(Suhartini JKG Unej,2011)
Proses pengunyahan merupakan proses yang kompleks, melibatkan
komponen-komponen yaitu hubungan gigi, sendi tempromandibular, otot-
otot, dan jaringan pendukung lainnya. Pengunyahan membantu proses
percernaan melalui dua peristiwa yang dimulai oleh proses mekanik dan
proses kimiawai. Pada proses pengunyahan mekanik ini terdiri atas gerakan
pengunyahan yang mempunyai kekuatan pengunyahan dan efesien
pengunyahan (MZ Lafif, 2019)
Pada kondisi normal terjadi hubungan intergritas dari semua sistem
pengunyahan seperti gigi geligi, otot-otot, tempromandibula, bibir, pipi,
palatum, lidah dan sekresi saliva. Gerakan rahang yang normal pada
10
aktivitas pengunyahan tidak hanya ke atas dan kebawah tetapi juga
kesamping. (Suhartini JKG Unej 2011)
2. Manfaat mengunyah
Mengunyah makanan dilakukam gigi geligi dengan bantuan otot-otot
pengunyahan. Susunan gigi geligi yang lengkap merupakan salah satu
faktor yang sangat penting, dimana dengan pengunyahan makanan yang
baik dengan gigi geligi sebelum penelanan membantu pemeliharaan
kesehatan rongga mulut dan aktivitas otot-otot sangat bertanggung jawab
selama proses pengunyahan untuk membantu gigi grligi berkontak pada saat
oklusi yang normal. (Mukti NAK 2014)
Mengunyah makanan dengan menggunakan kedua sisi mulut juga
bermanfaat untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut. Mengunyah sendiri
bersifat self-cleansing. Air liur di mulut akan banyak keluar saat kita
mengunyah dan air liur ini menstabilkan kondisi flora normal rongga mulut.
(Susanto dan Hanindriyo 2014)
3. Tahap-tahap pengunyahan
a. Menurut Wikipedia,2013 mengunyah terdiri atas 3 tahap yaitu sebagai
berikut :
1) Fase pembukaan, pada fase ini mulut dibuka dan gigi meninggalkan
kontak dengan lawannya atau rahang bawah menurun
2) Fase penutupan, rahang bawah naik ke arah rahang atas dan mulut
tertutup. Terjadi kontak antara gigi rahang bawah dan gigi rahang
atas.
11
3) Fase oklusi, rahang bawah tetap ditempat dan rahang atas mendekat.
Terjadi pergerakan antara gigi rahang atas dan gigi rahang bawah.
b. Menurut Suhartini (2011) ada dua gerakan utama pada saat
pengunyahan, yaitu:
1) Gerak rotasi
Adalah gerakan berputar pada sumbunya yang terjadi antara
permukaan superior dengan permukaan anterior
2) Gerakan meluncur atau translasi
Transalasi adalah gerakan dimana setiap titik dari objek bergerak
secara serempak dengan kecepatan dan arah yang sama, rahang
bawah bergerak lebih maju dan lebih menonjol.
4. Jenis-jenis pengunyahan
Menurut Endah wijayanti( 2019) untuk membangun pola makan dan
kebiasaan yang sehat perlu memperhatikan cara makan salah satunya adalah
cara mengunyah.Berikut beberapa cara mengunyah makanan yang baik :
a. Makanan dikunyah sebanyak 32 kali
b. Kunyah sampai benar-benar hancur
c. Kunyah perlahan-lahan sampai tidak ada tekstur kering
d. Pastikan makanan sudah ditelan sepenuhnya sebelum mengambil
suapan atau gigitan makanan yang baru
e. Minum dilakukan saat makanan sudah tertelan semua atau tunggu 15
sesudah makan. Menurut Erwana (dalam seputar kesehatan gigi dan
mulut, 2013) ada 2 jenis pengunyahan yaitu mengunyah dengan 2 sisi
dan satu sisi rahang.
12
5. Mengunyah 2 sisi rahang
a. Pengertian
Mengunyah menggunakan 2 sisi rahang merupakan suatu perilaku
mengunyah yang menggunakan kedua sisi rahang kanan dan kiri untuk
aktivitas mengunyah. Kegiatan ini dapat menimbulkan air liur lebih
banyak dan sehingga air liur tersebut dapat membantu membersihkan
gigi secara alami.
b. Manfaat mengunyah 2 sisi
1) Menghambat pembentukan plak atau karang gigi
2) Memudahkan proses penyerapan nutrisi dan energi dari makanan
yang dikonsumsi.
3) Memudahkan proses pencernaan
4) Menjaga rahang agar tetap simetris
5) Menjaga berat badan tetap ideal
6) Mengurangi bakteri berlebih yang masuk kedalam usus
6. Mengunyah 1 sisi rahang
a. Pengertian mengunyah satu sisi
Mengunyah satu sisi merupakan salah satu kebiasaan buruk yang dapat
mempengaruhi status kebersihan gigi dan mulut. Mengunyah makanan
dengan satu sisi mulut menyebabkan otot tebal dan kuat hanya di satu
sisi tersebut. Otot muka di sisi kanan dan kiri menjadi asimetris.
13
Mengunyah makanan dengan dua sisi mulut juga bermanfaat untuk
menjaga kesehatan gigi dan mulut.
Penyebab seseorang lebih nyaman mengunyah satu sisi karena
adanya gigi berlubang yang sakit, ada gigi yang sakit pada saat
mengunyah, kebiasaan, karena ompong dan lain-lain. Mengunyah satu
sisi yang terus dilakukan maka lama-kelamaan bisa mengakibatkan
timbulnya masalah atau kelainan pada sendi rahang yang disebabkan
oleh ketidakseimbangan beban pengunyahan. Biasanya gigi di sisi
lawan yang tidak pernah dipakai mengunyah akan lebih kotor dan
banyak karang gigi karena proses pengunyahan sendiri juga mempunyai
kemampuan membersihkan gigi (Rudi Triyanto, 2017).
b. Kerugian mengunyah satu sisi
Kebiasaan mengunyah sebelah sisi memiliki beberapa kerugian yang
kadang sering tidak disadari diantaranya adalah :
1) Makanan yang seharusnya lumat sempurna hanya lumat ½
sempurna. Akibatnya, lambung bekerja dua kali lebih keras
2) Bahu sering pegal di salah satu satu sisi, biasanya terasa pada sisi
yang lebih dominan dipakai mengunyah
3) Pembukaan mulut menjadi tidak semistris. Mulut akan mencong ke
arah sisi yang kurang sering dipakai mengunyah.
4) Pembentukan karang gigi akan terjadi lebih cepat dari yang
mengunyah normal dengan dua sisi. (Erwana, 2013)
c. Akibat Mengunyah Satu Sisi
14
Menurut penelitian yang dilakukan MZ latif (2019) akibat dari
mengunyah satu sisi menyebabkan penyakit gigi dan mulut yaitu :
1) Karang Gigi( Calculus)
Karang gigi dapat timbul bila seseorang mengunyah Akumulasi plak
terjadi karena kurangnya kebersihan gigi dan mulut, hal ini
dikarenakan mempunyai kebiasaan mengunyah satu sisi saja.
Pengunyahan dapat menyebabkan pada satu sisi saja sehingga pada
sisi yang tidak digunakan mengunyah biasanya mengalami
penimbunan plak kemudian menjadi karang gigi (Bakri, 2015).
2) Gingivitis
Gingivitis merupakan penyakit keradangan jaringan periodontal
yang banyak diderita masyarakat di Indonesia. Gingivitis terjadi
karena akumulasi plak. Akumulasi plak terjadi karena kurangnya
kebersihan gigi dan mulut, salah satunya adalah kebiasaan
mengunyah satu sisi. Gingivitis adalah radang pada gingiva dimana
epitelium jungsional masih utuh melekat pada gigi pada kondisi
awal sehingga pelekatannya belum mengalami perubahan.
(Megananda, 2014).
3) Periodontitis
Periodontitis merupakan suatu penyakit peradangan jaringan
pendukung yang disebabkan oleh kelompok mikroorganisme
tertentu yang mengakibatkan penghancuran progresif ligamentum
periodontal dan tulang alveolar dengan terbentuknya poket, resesi
15
gingiva, maupun keduanya. Periodontitis terjadi jika gingivitis
menyebar ke struktur penyangga gigi. Periodontitis. Sebagian besar
periodontitis merupakan akibat dari penumpukan plak dan karang
gigi diantara gigi dan gusi (Kusumawardani, 2011).
4) Temporomandibular Joint (TMJ) Syndrome
Temporomandibular Joint (TMJ) Sindrom adalah nyeri pada sendi
rahang yang disebabkan oleh berbagai masalah medis. TMJ
menghubungkan rahang bawah (mandi bula) ke tengkorak (temporal
bone) di depan telinga. Masalah di daerah ini dapat menyebabkan
rahang yang terkunci dalam posisi atau sulit membuka, masalah
menggigit, dan rahang mengklik atau muncul suara ketika menggigit
(Savitri, 2016).
C. OHI-S (Oral hygiene index simplified)
1. Pengertian OHI-S
Mengukur kebersihan gigi dan mulut merupakan upaya untuk menentukan
keadaan kebersihan gigi dan mulut seseorang. Pada umumnya untuk
mengukur kebersihan gigi dan mulut digunakan suatu indeks. Indeks adalah
suatu angka yang menunjukan keadaan klinis yang didapat pada waktu
dilakukan pemeriksaan dengan cara mengukur luas dari permukaan gigi
yang ditutupi oleh plak maupun kalkulus dengan demikian angka yang
diperoleh berdasarkan penilaian yang objektif. (Megananda, 2009).
Pengukuran kebersihan gigi dan mulut menurut Green dan Vermilion
(putri, Herijuanti, Nurjannah 2012) dapat menggunakan indeks yang
dikebal dengan Oral Hygiene Index (OHI ) dan Oral Hygiene Index
16
simplified ( OHI-S). Awalnya indeks ini digunakan untuk menilai penyakit
peradangan gusi dan penyakit periodontal, akan tetapi dari kata yang
diperoleh ternyata kurang berarti atau bermakna, oleh karena itu indeks ini
hanya digunakan untuk mengukur tingkat kebersihan gigi dan mulut dan
menilai efektivitas dari menyikat gigi.
Oral hygiene index (OHI-S) terdiri atas komponen indeks debris dan
indeks kalkulus, dengan demikian OHI-S merupakan hasil penjumlahan dari
Indeks debris dan indeks kalkulus. Pada penialian ini semua gigi diperiksa
baik gigi-gigi pada rahang atas maupun rahang bawah. (Megananda, 2009)
2. Pengertian Debris Index
Debris index merupakan nilai (skor) yang diperoleh dari hasil pemeriksaan
terhadap endapan lunak di permukaan gigi yang dapat berupa( plak,
material alba, dan food debris).
a. Plak
Plak merupakan deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi,
terdiri atas mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matrik
interseluler jika seseorang melalaikan kebersihan gigi dan mulutnya.
Plak gigi tidak dapat dibersihkan hanya dengan cara berkumur ataupun
semprotan air dan hanya dapat dibersihkan secara sempurna dengan cara
mekanis. Jika jumlahnya sedikit plak tidak dapat terlihat, kecuali
diwarnai dengan larutan disclosing. Jika menumpuk, plak akan terlihat
berwarna abu-abu, abu-abu kekuningan, dan kuning.Plak biasanya mulai
terbentuk pad sepertiga permukaan gingival dan pada permukaan gigi
yang cacat dan kasar. (Megananda, 2009).
17
b. Material Alba
Material Alba adalah suatu deposit lunak berwarna kuning atau putih
keabu-abuan yang melekat pada permukaan gigi restorasi, kalkulus,
gingiva. Tidak mempunyai struktur yang spesifik serta mudah
disingkirkan dengan semprotan air, akan tetapi untuk penyingkiran yang
sempurna diperlukan pembersihan secra mekanis. Deposit ini
pelekatannya kurang erat jika dibandingkan dengan plak gigi. Deposit ini
dapat terlihat jelas tanpa menggunakan larutan disclosing dan sering
menumpuk pada sepertiga gingival mahkota gigi dan pada gigi yang
malposisi.(Megananda, 2009).
c. Food Debris (Debris Makanan)
Kebanyakan debris makanan akan segera mengalami liquafikasi oleh
enzim bakteri dan bersih 5-30 menit setelah makan, tetapi ada
kemungkinan sebagian masih tertinggal pada permukaan gigi dan
membran mukosa.Aliran saliva, aksi mekanis dari lidah, pipi, serta
bentuk dan susunan gigi dan rahang akan mempengaruhi kecepatan
pembersihan sisa makanan. Walaupun food debris mengandung bakteri,
tetapi berbeda dari Plak dan Material Alba, debris ini lebih mudah
dibersihkan. (Megananda, 2009).
Kecepatan pembersihan debris makanan dari rongga mulut bervariasi
menurut jenis makanan dan individunya. Bahan makanan yang cair lebih
mudah dibersihkan dibandingkan yang padat. Gula yang dimakan dalam
keadan cair tertiggal dalam saliva selama 15 menit sedangkan gula yang
dimakan dalam keadaan padat tertinggal dalam saliva sampai 30 menit
18
setelah pengunyahan. Makanan yang panas akan lebih cepat dibersihkan
dibanding dengan makanan yang panas. (Megananda, 2009).
3. Pengertian Kalkulus Indeks
Kalkulus Indeks merupakan nilai (skor) dari endapan keras yang terjadi
akibat pengendapan garam-garam anorganik yang komposisi utama nya
adalah kalsium posfat yang bercampur dengan Debris, Mikroorganisme,
sel-sel ephitel deskuamasi (Megananda, 2009).
Kalkulus merupakan suatu massa yang mengalami kalsifikasi yang
terbentuk dan melekat erat pad permukaan gigi, dan objek solid lainnya
didalam mulut, misalnya restorasi dan gigi-geligi tiruan. Kalkulus adalah
plak yang terkalsifikasi. Tahap-tahap pembentukannya dapat dipantau
dengan mengamati vener plastik yang terpasang pada gigi-geligi atau geligi
tiruan. (Megananda, 2009).
Jenis kalkulus berdasarkan hubungan terhadap gingival margin,
kalkulus dikelompokan menjadi Supragingival dan Subgingival.
a. Kalkulus Supragingival
Kalkulus Supragingival adalah kalkulus yang melekat pada permukaan
mahkota gigi mulai dari puncak gingival margin dan dapat dilihat.
Kalkulus ini berwarna putih kekuning-kuningan, konsistensinya serti
batu tanah liat dan mudah dilepaskan dari permukaan gigi dengan scaler.
Warna kalkulus dapat dipengaruhi oleh pigmen sisa makanan atau dari
merokok. Kalkulus supragingival dapat terjadi pada satu gigi,
sekelompok gigi, atau pada seluruh gigi, Biasanya banyak terdapat pada
19
bagian bukal molar rahang dan bagian lingual gigi depan rahang bawah.
Selain itu, kalkulus juga banyak terdapat pada bagian gigi yang tidak
digunakan.(Megananda, 2009).
b. Kalkulus Subgingival
Kalkulus Subgingival adalah kalkulus yang berada di bawah batas
gingiva margin, biasanya pada daerah saku gusi dan tidak dapat terlihat
pada waktu pemeriksaan. Kalkulus Subgingival biasanya padat keras,
warnanya cokelat tua atau hijau kehitam-hitaman, konsistensinya seperti
kepala korek api dan melekat erat pada permukaan gigi.Bentuk kalkulus
subgingival dapat dibagi menjadi deposit Neduler dan spining yang
keras, berbentuk cincin atau ledge yang mengelilingi gigi, berbrntuk
seperti jari yang meluas sampai ke dasar saku, bentuk bulat yang
terlokalisasi, atau gabungan dari bentuk-bentuk diatas.(Megananda,
2009).
4. Gigi Indeks OHI-S
Menurut green dan vermilion mengukur kebersihan gigi dan mulut
seseorang memilih enam permukaan gigi index tertentu yang cukup untuk
mewakili segmen depan maupun belakang dari seluruh permukaan gigi
yang ada dalam rongga mulut. Gigi-gigi yang dipilih sebagai gigi index
beserta permukaan gigi index yang dianggap mewakili tiap gigi segmen
adalah :
a. Gigi 16 pada permukaan bukal
20
b. Gigi 11 pada permukaan labial
c. Gigi 26 pada permukaan bukal
d. Gigi 36 pada permukaan lingual
e. Gigi 31 pada permukaan labial
f. Gigi 46 pada permukaan lingual
Permukaan yang diperiksa adalah permukaan gigi yang jelas terlihat
dalam mulut.gigi index yang tidak ada pada suatu segmen akan dilakukan
penggantian gigi tersebut dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Jika gigi molar pertama tidak ada, penilaian dilakukan pada molar
kedua,jika gigi molar pertama dan kedua tidak ada, penilaian dilakukan
pada molar ketiga, akan tetapi jika molar pertama, kedua, dan ketiga tidak
ada maka tidak ada penilaian untuk segmen tersebut.
b. Jika gigi insisif pertama kanan atas tidak ada, dapat diganti dengan gigi
insisif kiri dan jika gigi insisif kiri bawah tidak ada, dapat diganti dengan
gigi insisif pertama kanan bawah, akan tetapi jika gigi insisif pertama kiri
dan kanan tidak ada, maka tidak ada penilaian untuk segmen tersebut.
c. Gigi index dianggap tidak ada pada keadaan-keadaan seperti: gigi hilang
karena dicabut, gigi yang merupakan sisa akar, gigi yang merupakan
mahkota jaket, baik yang terbuat dari akrilik maupun logam, mahkota
gigi sudah hilang atau rusak lebih dari ½ bagiannya pada permukaan
index akibat karies maupun fraktur, gigi yang erupsinya belum mencapai
½ tinggi mahkota klinis
d. Penilaian dapat dilakukan jika minimal dua gigi index yang diperiksa
(Megananda, 2009).
21
5. Kriteria Debris Index (DI)
Tabel 2.1
Kriteria Debris index(CI)
Skor Kondisi
0 Tidak ada debris
1 Plak menutup tidak lebih dari 1/3 permukaan
servikal atau terdapat stai ekstrinsik di
permukaan gigi
2 Plak menutup lebih dari 1/3 tetapi kurang dari
2/3 permukaan yang di periksa
3 Plak Menutup lebih dari 2/3 permukaan
yang diperiksa
Sumber : (Megananda, 2009).
Untuk mengitung DI, digunakan rumus sebagai berikut :
Debris Index = Jumlah skor debris
Jumlah gigi yang diperiksa
22
6. Kriteria Calculus Index (CI)
Tabel 2.2
Kriteria Calculus index(CI)
Skor Kondisi
0 Tidak ada calculus
1 Calculus supra gingival menutup tidak lebih
dari 1/3 permukaan servikal yang diperiksa
2 Calculus supra gingival menutup lebih dari
1/3 tetapi kurang dari 2/3 permukaan yang
diperiksa, atau ada bercak-bercak calculus
sub gingival disekelilingi servikal gigi
3 Calculus supra gingival menutup lebih dari
2/3 permukaan atau ada calculus sub
singival disekeliling servikal gigi
Sumber : (Megananda, 2009).
Untuk menghitung CI, digunakan rumus sebagai berikut :
Calculus index =Jumlah skor calculus
Jumlah gigi yang diperiksa
23
7. Cara melakukan penilaian Debris dan Calculus
Menurut Green dan Vermilion (Megananda, 2009) Skor indeks debris
maupun skor indeks calculus ditentukan dengan cara menjumlahkan seluruh
skor kemudian membaginya dengan jumlah segmen yang diperiksa
misalnya sebagai berikut:
DI CI
2 1 3
2 2 3
Maka Skor DI = 13 = 2,17
6
Skor CI = 9 = 1,50
6
Sedangkan Skor OHI-S adalah jumlah skor debris dan skor kalkulus
sehingga pada perhitungan di atas Skor OHI-S didapat 3,67.
Kriteria penilaian debris dan kalkulus sama,yaitu :
a. Baik : Jika nilainya antara 0-0,6
b. Sedang : Jika nilainya antara 0,7-1,8
c. Buruk : Jika nilainya antara 1,9-3,0
OHI-S mempunyai kriteria sebagai berikut :
a. Baik : Jika nilainya antara 0-1,2
b. Sedang : Jika nilainya antara 1,3-3,0
c. Buruk : Jika nilainya antara 3,1-6,0
2 0 2
2 1 2
CI
24
D. Kerangka Teori
Gambar 2.1
Kerangka teori
Sumber : (Megananda, 2009)
Pengunyahan
Mengunyah satu sisi Mengunyah dua sisi
OHI-S Kriteria:
-0-1,2 (Baik)
-1,2-3,0 (sedang)
-3,1- 6-0(Buruk)
25
E. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian merupakan suatu hubungan antara konsep satu
terhadap konsep lainya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konsep ini
untuk menghubungkan atau menjelaskan secara panjang lebar tentang suatu
topik yang akan dibahas. Kerangka ini didapat dari konsep/ilmu yang dipakai
sebagai landasan penelitian yang didapatkan di bab tinjauan pustaka atau
merupakan ringkasan dari tinjauan pustaka yang dihubungkan dengan garis
sesuai variabel yang diteliti (Setiadi, 2013).
Gambar 2.2
Kerangka konsep
Nilai OHI-S Pada Siswa Yang Mengunyah
Satu Sisi Rahang
26
F. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang
akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya
mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi, 2013).
Tabel 3.1
Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala
Ukur
1.
OHI-S pada
Siswa yang
Mengunyah
Satu Sisi
Rahang
Pemeriksaan Status
Kebersihan Gigi dan
Mulut(OHI-S) dengan
meneteskan disclosing
untuk melihat adanya
debris dan kalkulus
pada siswa yang
mengunyah satu sisi
rahang.
b. Lembar
pengukuran
indeks OHI-
S(kartu
status)
c. AlatOD(Pins
et, kaca
mulut,sonde,
excavator)
d. Kuisioner
Menghitung
DI dan CI
pada gigi
indeks, lalu
menjumlahkan
DI dan CI
maka
didapatkan
hasil OHI-S.
1. Baik dengan
nilai 0-1,2
2. Sedang
dengan nilai
1,3-3,0
3. Buruk
dengan nilai
3,1-6,0.
Ordinal