bab ii tinjaukan pustaka - repository.poltekkes-tjk.ac.id

21
BAB II TINJAUKAN PUSTAKA A. Kebersihan Gigi dan Mulut 1. Pengertian Kebersihan gigi dan mulut adalah suatu keadaan yang menunjukan bahwa di dalam mulut seseorang bebas dari kotoran, seperti plak dan calculus. Plak pada gigi geligi akan terbentuk dan meluas keseluruh permukaan gigi apabila kebersihan gigi dan mulut terabaikan. Kondisi mulut yang selalu basah, gelap, dan lembab sangat mendukung pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri yang membentuk plak (Megananda, 2009). Kebersihan mulut yang baik akan membuat gigi dan jaringan sekitarnya sehat, seperti bagian tubuh lainnya gigi dan jaringan penyangga tidak mudah terkena penyakit. Pemeliharaan dan perawatan yang baik akan menjaga gigi dan jaringan penyangga dari penyakit (Boedihardjo 1985). 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut a. Menurut suwelo(1992), kebersihan gigi dan mulut dipengaruhi oleh menyikat gigi dan jenis makanan. 1) Menyikat gigi Cara yang paling mudah dilakukan unuk menghindari masalah kesehatan gigi dan mulut dengan menjaga kebersihan gigi dan mulut yang lazim dilakukan adalah dengan menyikat gigi. 2) Jenis makanan Fungsi mekanis dari makanan yang dimakan berpengaruh dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut diantaranya : 6

Upload: others

Post on 29-Nov-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUKAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.id

BAB II

TINJAUKAN PUSTAKA

A. Kebersihan Gigi dan Mulut

1. Pengertian

Kebersihan gigi dan mulut adalah suatu keadaan yang menunjukan bahwa

di dalam mulut seseorang bebas dari kotoran, seperti plak dan calculus. Plak

pada gigi geligi akan terbentuk dan meluas keseluruh permukaan gigi

apabila kebersihan gigi dan mulut terabaikan. Kondisi mulut yang selalu

basah, gelap, dan lembab sangat mendukung pertumbuhan dan

perkembangbiakan bakteri yang membentuk plak (Megananda, 2009).

Kebersihan mulut yang baik akan membuat gigi dan jaringan sekitarnya

sehat, seperti bagian tubuh lainnya gigi dan jaringan penyangga tidak mudah

terkena penyakit. Pemeliharaan dan perawatan yang baik akan menjaga gigi

dan jaringan penyangga dari penyakit (Boedihardjo 1985).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut

a. Menurut suwelo(1992), kebersihan gigi dan mulut dipengaruhi oleh

menyikat gigi dan jenis makanan.

1) Menyikat gigi

Cara yang paling mudah dilakukan unuk menghindari masalah

kesehatan gigi dan mulut dengan menjaga kebersihan gigi dan mulut

yang lazim dilakukan adalah dengan menyikat gigi.

2) Jenis makanan

Fungsi mekanis dari makanan yang dimakan berpengaruh dalam

menjaga kebersihan gigi dan mulut diantaranya :

6

Page 2: BAB II TINJAUKAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.id

7

a) Makanan yang bersifat membersihkan gigi, yaitu makanan yang

berserat dan berair seperti sayur-sayuran dan buah-buahan.

b) Sebaliknya makanan yang dapat merusak gigi yaitu makanan

yang manis dan mudah melekat pada gigi seperti: coklat,

permen, biskuit, dan lain-lain.

b. Menurut Edwina A.M (dalam Sholikah Nurhayati, 2010) faktor-faktor

yang mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut adalah :

1) Saliva

Secara mekanis air ludah berfungsi membasahi rongga mulut dan

makanan yang dikunyah, aliran saliva tersebut dapat menurunkan

akumulasi plak.

2) Flour

Flour diketahui dapat mengurangi terjadinya kerusakan gigi yaitu

membantu dan melawan asam. Flour dalam air liur dapat merubah

kembali bintik-bintik yang rusak menjadi mineral.

3) Frekuensi menggosok gigi

Kebiasaan menyikat gigi merupaka salah satu faktor yang menjadi

penyebab terjadinya karies gigi anak. Frekuensi menyikat gigi lebih

baik adalah dilakukan dua atau tiga kali sehari dan berkumur setelah

makan dapat mengurangi plak dan penyebab karies.

4) Waktu menggosok gigi

Waktu menyikat gigi yang tepat adalah pagi sesudah makan dan

malam sebelum tidur.

5) Cara menggosok gigi

Page 3: BAB II TINJAUKAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.id

8

Cara menyikat gigi yang dianjurkan adalah cara menyikat gigi

dengan gerakan-gerakan yang pendek yaitu membersihkan

permukaan dalam dan luar gigi bagian atas dan bawah,permukaan

gigi depan, bagian yang digunakan untuk menggunyah, bagian gigi

pipi yang berbatasan dengan gusi dan melakukan pemijatan gusi

dengan lembut, dengan sikat gigi.

6) Jenis sikat gigi

Pemilhan jenis sikat gigi juga berpengaruh terhadap kebersihan gigi

dan mulut.Jenis sikat gigi yang dipilih harus dengan kriteri yang baik

dan dapat membersikan seluruh permukaan gigi.

3. Cara memelihara kebersihan gigi dan mulut.

Menurut Agam Ferry Erwana(dalam Seputar kesehatan gigi&mulut) berikut

cara yang bisa dipraktikan untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut :

a. Bersihkan gigi secara teratur

Gigi dibersihkan supaya tidak ada plak yang terbentuk dan menjadi

tempat tingal bakteri pembentuk lubang gigi.

b. Bersihkan mulut secara menyeluruh

Menyikat gigi sebenarnya hanya membersihkan ¼ atau 25% dari

keseluruhan bagian gigi dan mulut. Pada bagia pipi, lidah, jaringan

lunak lainnya bisa berpotensi sebagi tempat tinggal bakteri jika tidak

tidak dibersihkan secara teratur. Maka dianjurkan menggunakan

bantuan benang gigi(dental floss), pembersih lidah, dan obat kumur

sebagai alat bantu pembersihan gigi selain menyikat gigi.

c. Kurangi makanan manis

Page 4: BAB II TINJAUKAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.id

9

Makanan manis dapat enjadi sumber makanan bagu bakteri pembentuk

lubang gigi. Minimal berkumur-kumur setelah makan manis bisa

mengurangi aktivitas bakteri dalam pembentukan plak dan lubang gigi.

d. Rutin kontrol ke dokter gigi

Dengan memeriksakan kesehatan gigi dan mulut secara teratur ke dokter

gigi maka kebiasaan-kebiasaan penyebab kerusakan gigi dapat

dihindari.

B. Pengunyahan

1. Pengertian mengunyah

Sistem pengunyahan merupakan tindakan memecah makanan menjadi

partikel yang siap untuk ditelan.Pemecahan makanan ini melibatkan stuktur

jaringan yang komplek dari sistem neurokmuskular dan sistem pencernaan.

(Suhartini JKG Unej,2011)

Proses pengunyahan merupakan proses yang kompleks, melibatkan

komponen-komponen yaitu hubungan gigi, sendi tempromandibular, otot-

otot, dan jaringan pendukung lainnya. Pengunyahan membantu proses

percernaan melalui dua peristiwa yang dimulai oleh proses mekanik dan

proses kimiawai. Pada proses pengunyahan mekanik ini terdiri atas gerakan

pengunyahan yang mempunyai kekuatan pengunyahan dan efesien

pengunyahan (MZ Lafif, 2019)

Pada kondisi normal terjadi hubungan intergritas dari semua sistem

pengunyahan seperti gigi geligi, otot-otot, tempromandibula, bibir, pipi,

palatum, lidah dan sekresi saliva. Gerakan rahang yang normal pada

Page 5: BAB II TINJAUKAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.id

10

aktivitas pengunyahan tidak hanya ke atas dan kebawah tetapi juga

kesamping. (Suhartini JKG Unej 2011)

2. Manfaat mengunyah

Mengunyah makanan dilakukam gigi geligi dengan bantuan otot-otot

pengunyahan. Susunan gigi geligi yang lengkap merupakan salah satu

faktor yang sangat penting, dimana dengan pengunyahan makanan yang

baik dengan gigi geligi sebelum penelanan membantu pemeliharaan

kesehatan rongga mulut dan aktivitas otot-otot sangat bertanggung jawab

selama proses pengunyahan untuk membantu gigi grligi berkontak pada saat

oklusi yang normal. (Mukti NAK 2014)

Mengunyah makanan dengan menggunakan kedua sisi mulut juga

bermanfaat untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut. Mengunyah sendiri

bersifat self-cleansing. Air liur di mulut akan banyak keluar saat kita

mengunyah dan air liur ini menstabilkan kondisi flora normal rongga mulut.

(Susanto dan Hanindriyo 2014)

3. Tahap-tahap pengunyahan

a. Menurut Wikipedia,2013 mengunyah terdiri atas 3 tahap yaitu sebagai

berikut :

1) Fase pembukaan, pada fase ini mulut dibuka dan gigi meninggalkan

kontak dengan lawannya atau rahang bawah menurun

2) Fase penutupan, rahang bawah naik ke arah rahang atas dan mulut

tertutup. Terjadi kontak antara gigi rahang bawah dan gigi rahang

atas.

Page 6: BAB II TINJAUKAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.id

11

3) Fase oklusi, rahang bawah tetap ditempat dan rahang atas mendekat.

Terjadi pergerakan antara gigi rahang atas dan gigi rahang bawah.

b. Menurut Suhartini (2011) ada dua gerakan utama pada saat

pengunyahan, yaitu:

1) Gerak rotasi

Adalah gerakan berputar pada sumbunya yang terjadi antara

permukaan superior dengan permukaan anterior

2) Gerakan meluncur atau translasi

Transalasi adalah gerakan dimana setiap titik dari objek bergerak

secara serempak dengan kecepatan dan arah yang sama, rahang

bawah bergerak lebih maju dan lebih menonjol.

4. Jenis-jenis pengunyahan

Menurut Endah wijayanti( 2019) untuk membangun pola makan dan

kebiasaan yang sehat perlu memperhatikan cara makan salah satunya adalah

cara mengunyah.Berikut beberapa cara mengunyah makanan yang baik :

a. Makanan dikunyah sebanyak 32 kali

b. Kunyah sampai benar-benar hancur

c. Kunyah perlahan-lahan sampai tidak ada tekstur kering

d. Pastikan makanan sudah ditelan sepenuhnya sebelum mengambil

suapan atau gigitan makanan yang baru

e. Minum dilakukan saat makanan sudah tertelan semua atau tunggu 15

sesudah makan. Menurut Erwana (dalam seputar kesehatan gigi dan

mulut, 2013) ada 2 jenis pengunyahan yaitu mengunyah dengan 2 sisi

dan satu sisi rahang.

Page 7: BAB II TINJAUKAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.id

12

5. Mengunyah 2 sisi rahang

a. Pengertian

Mengunyah menggunakan 2 sisi rahang merupakan suatu perilaku

mengunyah yang menggunakan kedua sisi rahang kanan dan kiri untuk

aktivitas mengunyah. Kegiatan ini dapat menimbulkan air liur lebih

banyak dan sehingga air liur tersebut dapat membantu membersihkan

gigi secara alami.

b. Manfaat mengunyah 2 sisi

1) Menghambat pembentukan plak atau karang gigi

2) Memudahkan proses penyerapan nutrisi dan energi dari makanan

yang dikonsumsi.

3) Memudahkan proses pencernaan

4) Menjaga rahang agar tetap simetris

5) Menjaga berat badan tetap ideal

6) Mengurangi bakteri berlebih yang masuk kedalam usus

6. Mengunyah 1 sisi rahang

a. Pengertian mengunyah satu sisi

Mengunyah satu sisi merupakan salah satu kebiasaan buruk yang dapat

mempengaruhi status kebersihan gigi dan mulut. Mengunyah makanan

dengan satu sisi mulut menyebabkan otot tebal dan kuat hanya di satu

sisi tersebut. Otot muka di sisi kanan dan kiri menjadi asimetris.

Page 8: BAB II TINJAUKAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.id

13

Mengunyah makanan dengan dua sisi mulut juga bermanfaat untuk

menjaga kesehatan gigi dan mulut.

Penyebab seseorang lebih nyaman mengunyah satu sisi karena

adanya gigi berlubang yang sakit, ada gigi yang sakit pada saat

mengunyah, kebiasaan, karena ompong dan lain-lain. Mengunyah satu

sisi yang terus dilakukan maka lama-kelamaan bisa mengakibatkan

timbulnya masalah atau kelainan pada sendi rahang yang disebabkan

oleh ketidakseimbangan beban pengunyahan. Biasanya gigi di sisi

lawan yang tidak pernah dipakai mengunyah akan lebih kotor dan

banyak karang gigi karena proses pengunyahan sendiri juga mempunyai

kemampuan membersihkan gigi (Rudi Triyanto, 2017).

b. Kerugian mengunyah satu sisi

Kebiasaan mengunyah sebelah sisi memiliki beberapa kerugian yang

kadang sering tidak disadari diantaranya adalah :

1) Makanan yang seharusnya lumat sempurna hanya lumat ½

sempurna. Akibatnya, lambung bekerja dua kali lebih keras

2) Bahu sering pegal di salah satu satu sisi, biasanya terasa pada sisi

yang lebih dominan dipakai mengunyah

3) Pembukaan mulut menjadi tidak semistris. Mulut akan mencong ke

arah sisi yang kurang sering dipakai mengunyah.

4) Pembentukan karang gigi akan terjadi lebih cepat dari yang

mengunyah normal dengan dua sisi. (Erwana, 2013)

c. Akibat Mengunyah Satu Sisi

Page 9: BAB II TINJAUKAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.id

14

Menurut penelitian yang dilakukan MZ latif (2019) akibat dari

mengunyah satu sisi menyebabkan penyakit gigi dan mulut yaitu :

1) Karang Gigi( Calculus)

Karang gigi dapat timbul bila seseorang mengunyah Akumulasi plak

terjadi karena kurangnya kebersihan gigi dan mulut, hal ini

dikarenakan mempunyai kebiasaan mengunyah satu sisi saja.

Pengunyahan dapat menyebabkan pada satu sisi saja sehingga pada

sisi yang tidak digunakan mengunyah biasanya mengalami

penimbunan plak kemudian menjadi karang gigi (Bakri, 2015).

2) Gingivitis

Gingivitis merupakan penyakit keradangan jaringan periodontal

yang banyak diderita masyarakat di Indonesia. Gingivitis terjadi

karena akumulasi plak. Akumulasi plak terjadi karena kurangnya

kebersihan gigi dan mulut, salah satunya adalah kebiasaan

mengunyah satu sisi. Gingivitis adalah radang pada gingiva dimana

epitelium jungsional masih utuh melekat pada gigi pada kondisi

awal sehingga pelekatannya belum mengalami perubahan.

(Megananda, 2014).

3) Periodontitis

Periodontitis merupakan suatu penyakit peradangan jaringan

pendukung yang disebabkan oleh kelompok mikroorganisme

tertentu yang mengakibatkan penghancuran progresif ligamentum

periodontal dan tulang alveolar dengan terbentuknya poket, resesi

Page 10: BAB II TINJAUKAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.id

15

gingiva, maupun keduanya. Periodontitis terjadi jika gingivitis

menyebar ke struktur penyangga gigi. Periodontitis. Sebagian besar

periodontitis merupakan akibat dari penumpukan plak dan karang

gigi diantara gigi dan gusi (Kusumawardani, 2011).

4) Temporomandibular Joint (TMJ) Syndrome

Temporomandibular Joint (TMJ) Sindrom adalah nyeri pada sendi

rahang yang disebabkan oleh berbagai masalah medis. TMJ

menghubungkan rahang bawah (mandi bula) ke tengkorak (temporal

bone) di depan telinga. Masalah di daerah ini dapat menyebabkan

rahang yang terkunci dalam posisi atau sulit membuka, masalah

menggigit, dan rahang mengklik atau muncul suara ketika menggigit

(Savitri, 2016).

C. OHI-S (Oral hygiene index simplified)

1. Pengertian OHI-S

Mengukur kebersihan gigi dan mulut merupakan upaya untuk menentukan

keadaan kebersihan gigi dan mulut seseorang. Pada umumnya untuk

mengukur kebersihan gigi dan mulut digunakan suatu indeks. Indeks adalah

suatu angka yang menunjukan keadaan klinis yang didapat pada waktu

dilakukan pemeriksaan dengan cara mengukur luas dari permukaan gigi

yang ditutupi oleh plak maupun kalkulus dengan demikian angka yang

diperoleh berdasarkan penilaian yang objektif. (Megananda, 2009).

Pengukuran kebersihan gigi dan mulut menurut Green dan Vermilion

(putri, Herijuanti, Nurjannah 2012) dapat menggunakan indeks yang

dikebal dengan Oral Hygiene Index (OHI ) dan Oral Hygiene Index

Page 11: BAB II TINJAUKAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.id

16

simplified ( OHI-S). Awalnya indeks ini digunakan untuk menilai penyakit

peradangan gusi dan penyakit periodontal, akan tetapi dari kata yang

diperoleh ternyata kurang berarti atau bermakna, oleh karena itu indeks ini

hanya digunakan untuk mengukur tingkat kebersihan gigi dan mulut dan

menilai efektivitas dari menyikat gigi.

Oral hygiene index (OHI-S) terdiri atas komponen indeks debris dan

indeks kalkulus, dengan demikian OHI-S merupakan hasil penjumlahan dari

Indeks debris dan indeks kalkulus. Pada penialian ini semua gigi diperiksa

baik gigi-gigi pada rahang atas maupun rahang bawah. (Megananda, 2009)

2. Pengertian Debris Index

Debris index merupakan nilai (skor) yang diperoleh dari hasil pemeriksaan

terhadap endapan lunak di permukaan gigi yang dapat berupa( plak,

material alba, dan food debris).

a. Plak

Plak merupakan deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi,

terdiri atas mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matrik

interseluler jika seseorang melalaikan kebersihan gigi dan mulutnya.

Plak gigi tidak dapat dibersihkan hanya dengan cara berkumur ataupun

semprotan air dan hanya dapat dibersihkan secara sempurna dengan cara

mekanis. Jika jumlahnya sedikit plak tidak dapat terlihat, kecuali

diwarnai dengan larutan disclosing. Jika menumpuk, plak akan terlihat

berwarna abu-abu, abu-abu kekuningan, dan kuning.Plak biasanya mulai

terbentuk pad sepertiga permukaan gingival dan pada permukaan gigi

yang cacat dan kasar. (Megananda, 2009).

Page 12: BAB II TINJAUKAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.id

17

b. Material Alba

Material Alba adalah suatu deposit lunak berwarna kuning atau putih

keabu-abuan yang melekat pada permukaan gigi restorasi, kalkulus,

gingiva. Tidak mempunyai struktur yang spesifik serta mudah

disingkirkan dengan semprotan air, akan tetapi untuk penyingkiran yang

sempurna diperlukan pembersihan secra mekanis. Deposit ini

pelekatannya kurang erat jika dibandingkan dengan plak gigi. Deposit ini

dapat terlihat jelas tanpa menggunakan larutan disclosing dan sering

menumpuk pada sepertiga gingival mahkota gigi dan pada gigi yang

malposisi.(Megananda, 2009).

c. Food Debris (Debris Makanan)

Kebanyakan debris makanan akan segera mengalami liquafikasi oleh

enzim bakteri dan bersih 5-30 menit setelah makan, tetapi ada

kemungkinan sebagian masih tertinggal pada permukaan gigi dan

membran mukosa.Aliran saliva, aksi mekanis dari lidah, pipi, serta

bentuk dan susunan gigi dan rahang akan mempengaruhi kecepatan

pembersihan sisa makanan. Walaupun food debris mengandung bakteri,

tetapi berbeda dari Plak dan Material Alba, debris ini lebih mudah

dibersihkan. (Megananda, 2009).

Kecepatan pembersihan debris makanan dari rongga mulut bervariasi

menurut jenis makanan dan individunya. Bahan makanan yang cair lebih

mudah dibersihkan dibandingkan yang padat. Gula yang dimakan dalam

keadan cair tertiggal dalam saliva selama 15 menit sedangkan gula yang

dimakan dalam keadaan padat tertinggal dalam saliva sampai 30 menit

Page 13: BAB II TINJAUKAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.id

18

setelah pengunyahan. Makanan yang panas akan lebih cepat dibersihkan

dibanding dengan makanan yang panas. (Megananda, 2009).

3. Pengertian Kalkulus Indeks

Kalkulus Indeks merupakan nilai (skor) dari endapan keras yang terjadi

akibat pengendapan garam-garam anorganik yang komposisi utama nya

adalah kalsium posfat yang bercampur dengan Debris, Mikroorganisme,

sel-sel ephitel deskuamasi (Megananda, 2009).

Kalkulus merupakan suatu massa yang mengalami kalsifikasi yang

terbentuk dan melekat erat pad permukaan gigi, dan objek solid lainnya

didalam mulut, misalnya restorasi dan gigi-geligi tiruan. Kalkulus adalah

plak yang terkalsifikasi. Tahap-tahap pembentukannya dapat dipantau

dengan mengamati vener plastik yang terpasang pada gigi-geligi atau geligi

tiruan. (Megananda, 2009).

Jenis kalkulus berdasarkan hubungan terhadap gingival margin,

kalkulus dikelompokan menjadi Supragingival dan Subgingival.

a. Kalkulus Supragingival

Kalkulus Supragingival adalah kalkulus yang melekat pada permukaan

mahkota gigi mulai dari puncak gingival margin dan dapat dilihat.

Kalkulus ini berwarna putih kekuning-kuningan, konsistensinya serti

batu tanah liat dan mudah dilepaskan dari permukaan gigi dengan scaler.

Warna kalkulus dapat dipengaruhi oleh pigmen sisa makanan atau dari

merokok. Kalkulus supragingival dapat terjadi pada satu gigi,

sekelompok gigi, atau pada seluruh gigi, Biasanya banyak terdapat pada

Page 14: BAB II TINJAUKAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.id

19

bagian bukal molar rahang dan bagian lingual gigi depan rahang bawah.

Selain itu, kalkulus juga banyak terdapat pada bagian gigi yang tidak

digunakan.(Megananda, 2009).

b. Kalkulus Subgingival

Kalkulus Subgingival adalah kalkulus yang berada di bawah batas

gingiva margin, biasanya pada daerah saku gusi dan tidak dapat terlihat

pada waktu pemeriksaan. Kalkulus Subgingival biasanya padat keras,

warnanya cokelat tua atau hijau kehitam-hitaman, konsistensinya seperti

kepala korek api dan melekat erat pada permukaan gigi.Bentuk kalkulus

subgingival dapat dibagi menjadi deposit Neduler dan spining yang

keras, berbentuk cincin atau ledge yang mengelilingi gigi, berbrntuk

seperti jari yang meluas sampai ke dasar saku, bentuk bulat yang

terlokalisasi, atau gabungan dari bentuk-bentuk diatas.(Megananda,

2009).

4. Gigi Indeks OHI-S

Menurut green dan vermilion mengukur kebersihan gigi dan mulut

seseorang memilih enam permukaan gigi index tertentu yang cukup untuk

mewakili segmen depan maupun belakang dari seluruh permukaan gigi

yang ada dalam rongga mulut. Gigi-gigi yang dipilih sebagai gigi index

beserta permukaan gigi index yang dianggap mewakili tiap gigi segmen

adalah :

a. Gigi 16 pada permukaan bukal

Page 15: BAB II TINJAUKAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.id

20

b. Gigi 11 pada permukaan labial

c. Gigi 26 pada permukaan bukal

d. Gigi 36 pada permukaan lingual

e. Gigi 31 pada permukaan labial

f. Gigi 46 pada permukaan lingual

Permukaan yang diperiksa adalah permukaan gigi yang jelas terlihat

dalam mulut.gigi index yang tidak ada pada suatu segmen akan dilakukan

penggantian gigi tersebut dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Jika gigi molar pertama tidak ada, penilaian dilakukan pada molar

kedua,jika gigi molar pertama dan kedua tidak ada, penilaian dilakukan

pada molar ketiga, akan tetapi jika molar pertama, kedua, dan ketiga tidak

ada maka tidak ada penilaian untuk segmen tersebut.

b. Jika gigi insisif pertama kanan atas tidak ada, dapat diganti dengan gigi

insisif kiri dan jika gigi insisif kiri bawah tidak ada, dapat diganti dengan

gigi insisif pertama kanan bawah, akan tetapi jika gigi insisif pertama kiri

dan kanan tidak ada, maka tidak ada penilaian untuk segmen tersebut.

c. Gigi index dianggap tidak ada pada keadaan-keadaan seperti: gigi hilang

karena dicabut, gigi yang merupakan sisa akar, gigi yang merupakan

mahkota jaket, baik yang terbuat dari akrilik maupun logam, mahkota

gigi sudah hilang atau rusak lebih dari ½ bagiannya pada permukaan

index akibat karies maupun fraktur, gigi yang erupsinya belum mencapai

½ tinggi mahkota klinis

d. Penilaian dapat dilakukan jika minimal dua gigi index yang diperiksa

(Megananda, 2009).

Page 16: BAB II TINJAUKAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.id

21

5. Kriteria Debris Index (DI)

Tabel 2.1

Kriteria Debris index(CI)

Skor Kondisi

0 Tidak ada debris

1 Plak menutup tidak lebih dari 1/3 permukaan

servikal atau terdapat stai ekstrinsik di

permukaan gigi

2 Plak menutup lebih dari 1/3 tetapi kurang dari

2/3 permukaan yang di periksa

3 Plak Menutup lebih dari 2/3 permukaan

yang diperiksa

Sumber : (Megananda, 2009).

Untuk mengitung DI, digunakan rumus sebagai berikut :

Debris Index = Jumlah skor debris

Jumlah gigi yang diperiksa

Page 17: BAB II TINJAUKAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.id

22

6. Kriteria Calculus Index (CI)

Tabel 2.2

Kriteria Calculus index(CI)

Skor Kondisi

0 Tidak ada calculus

1 Calculus supra gingival menutup tidak lebih

dari 1/3 permukaan servikal yang diperiksa

2 Calculus supra gingival menutup lebih dari

1/3 tetapi kurang dari 2/3 permukaan yang

diperiksa, atau ada bercak-bercak calculus

sub gingival disekelilingi servikal gigi

3 Calculus supra gingival menutup lebih dari

2/3 permukaan atau ada calculus sub

singival disekeliling servikal gigi

Sumber : (Megananda, 2009).

Untuk menghitung CI, digunakan rumus sebagai berikut :

Calculus index =Jumlah skor calculus

Jumlah gigi yang diperiksa

Page 18: BAB II TINJAUKAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.id

23

7. Cara melakukan penilaian Debris dan Calculus

Menurut Green dan Vermilion (Megananda, 2009) Skor indeks debris

maupun skor indeks calculus ditentukan dengan cara menjumlahkan seluruh

skor kemudian membaginya dengan jumlah segmen yang diperiksa

misalnya sebagai berikut:

DI CI

2 1 3

2 2 3

Maka Skor DI = 13 = 2,17

6

Skor CI = 9 = 1,50

6

Sedangkan Skor OHI-S adalah jumlah skor debris dan skor kalkulus

sehingga pada perhitungan di atas Skor OHI-S didapat 3,67.

Kriteria penilaian debris dan kalkulus sama,yaitu :

a. Baik : Jika nilainya antara 0-0,6

b. Sedang : Jika nilainya antara 0,7-1,8

c. Buruk : Jika nilainya antara 1,9-3,0

OHI-S mempunyai kriteria sebagai berikut :

a. Baik : Jika nilainya antara 0-1,2

b. Sedang : Jika nilainya antara 1,3-3,0

c. Buruk : Jika nilainya antara 3,1-6,0

2 0 2

2 1 2

CI

Page 19: BAB II TINJAUKAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.id

24

D. Kerangka Teori

Gambar 2.1

Kerangka teori

Sumber : (Megananda, 2009)

Pengunyahan

Mengunyah satu sisi Mengunyah dua sisi

OHI-S Kriteria:

-0-1,2 (Baik)

-1,2-3,0 (sedang)

-3,1- 6-0(Buruk)

Page 20: BAB II TINJAUKAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.id

25

E. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian merupakan suatu hubungan antara konsep satu

terhadap konsep lainya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konsep ini

untuk menghubungkan atau menjelaskan secara panjang lebar tentang suatu

topik yang akan dibahas. Kerangka ini didapat dari konsep/ilmu yang dipakai

sebagai landasan penelitian yang didapatkan di bab tinjauan pustaka atau

merupakan ringkasan dari tinjauan pustaka yang dihubungkan dengan garis

sesuai variabel yang diteliti (Setiadi, 2013).

Gambar 2.2

Kerangka konsep

Nilai OHI-S Pada Siswa Yang Mengunyah

Satu Sisi Rahang

Page 21: BAB II TINJAUKAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.id

26

F. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang

akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya

mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi, 2013).

Tabel 3.1

Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala

Ukur

1.

OHI-S pada

Siswa yang

Mengunyah

Satu Sisi

Rahang

Pemeriksaan Status

Kebersihan Gigi dan

Mulut(OHI-S) dengan

meneteskan disclosing

untuk melihat adanya

debris dan kalkulus

pada siswa yang

mengunyah satu sisi

rahang.

b. Lembar

pengukuran

indeks OHI-

S(kartu

status)

c. AlatOD(Pins

et, kaca

mulut,sonde,

excavator)

d. Kuisioner

Menghitung

DI dan CI

pada gigi

indeks, lalu

menjumlahkan

DI dan CI

maka

didapatkan

hasil OHI-S.

1. Baik dengan

nilai 0-1,2

2. Sedang

dengan nilai

1,3-3,0

3. Buruk

dengan nilai

3,1-6,0.

Ordinal