bab ii tinjauan pustaka a. gambaran umum sungairepository.poltekkes-tjk.ac.id/894/5/bab ii.pdf ·...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum Sungai
Air sungai adalah air yang mengalir melalui terusan alami yang kedua pinggirnya dibatasi
oleh tanggul-tanggul dan airnya mengalir ke laut, ke danau, atau ke sungai lain yang merupakan
sungai induk. Sungai banyak terdapat di Indonesia yang berhulu di daerah pegunungan. Bagi
daerahdaerah tertentu kegunaan sungai-sungai itu berbeda-beda. Manfaat air sungai bagi
kehidupan sangat besar artinya seperti untuk mengairi pertanian di pesawahan, perikanan lalu
lintas perairan, pembangkit tenaga listrik, dan pariwisata. Sungai dapat dibagi atas dua jenis:
1. Sungai hujan, yaitu sungai yang airnya berasal dari hujan dan mata-mata air. Sungai
seperti ini airnya tidak tetap. Bila musim hujan airnya banyak, adakalanya banjir.
2. Sungai gletser, yaitu sungai yang mendapat airnya dari gletser (es) atau salju yang
mencair. Sungai seperti ini airnya tetap. Baik pada musim hujan maupun pada musim
kemarau.
1. Air Danau
Berasal dari air hujan, air tanah atuu mata air. Berkurangnya air danau disebabkan oleh
penguapan, perembesan ke dalam tanah, dan pengaliran daerah yang sangat lembab dan sangat
kering.
2. Air tanah 8
Air tanah adalah air yang berada pada lapisan di bawah permukaan tanah. Kedalaman air
tanah di tiap tempat tidak sama karena dipengaruhi oleh tebal atau tipisnya lapisan permukaan di
atasnya dan kedudukan lapisan air tanah tersebut. Kedalaman air dapat dilihat dari sumur-sumur
yang digali oleh penduduk. Permukaan bagian atas air itu lebih preatik.
Kelebihan air tanah daripada air permukaan yaitu:
a. Lebih steril, karena tidak terkontaminasi oleh organisme penyebab penyakit
b. Tersimpan pada lapisan batuan pada kedalaman tertentu atau di bawah permukaan
tanah
c. Temperaturnya relatif konstan
d. Tersedia di banyak tempat meskipun musim kemarau.
Air tanah dibedakan atas letak kedalamannya, yaitu:
1) Air tanah dangkal, yaitu air tanah yang berada di bawah permukaan tanah dan berada di atas
batuan yang kedap air atau lapisan yang tidak dapat meloloskan air. Air ini merupakan
akuifer atas atau sering disebut air freatis, yang banyak dimanfaatkan oleh penduduk untuk
membuat sumur.
2) Air tanah dalam, yaitu air tanah yang berada di bawah lapisan airtanah dangkal, dan berada
di antara lapisan kedap air. Air ini merupakan akuifer bawah, banyak dimanfaatkan sebagai
sumber airminum penduduk kota, untuk industri, perhotelan, dan sebagainya.
Diantara lapisan kedap dan tak kedap air terdapat lapisan peralihan.Air tanah pada lapisan
tak kedap mempengaruhi gerak aliran air. Jika lapisan yang kurang kedap terletak di atas dan di
bawah suatu tubuh air, maka akan menghasilkan lapisan penyimpanan air yaitu air tanah yang
tak bebas. Tekanan dari air tanah tak bebas bergantung pada keberadaan tinggi suatu tempat
dengan daerah tangkapan hujannya. Pada daerah yang air tanahnya lebih rendah daripada
permukaan air di daerah tangkapan hujan, air akan memancar keluar dari sumur yang dibor.
Sumur demikian disebut sumur freatis. (Visiuniversal, 2015)
Sungai merupakan jalan air alami, mengalir menuju samudera, danau, laut, atau ke sungai
yang lain. Pada beberapa kasus, sebuah sungai secara sederhana mengalir meresap ke dalam
tanah sebelum menemukan badan air lainnya. Melalui sungai merupakan cara yang biasa bagi air
hujan yang turun di daratan untuk mengalir ke laut atau tampungan air yang besar seperti danau.
Sungai terdiri dari beberapa bagian, bermula dari mata air yang mengalir ke anak sungai.
Beberapa anak sungai akan bergabung untuk membentuk sungai utama. Aliran air biasanya
berbatasan dengan saluran dasar dan tebing di sebelah kiri dan kanan. Penghujung sungai di
mana sungai bertemu laut dikenal sebagai muara sungai. Manfaat terbesar sebuah sungai adalah
untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air
limbah, bahkan sebenarnya potensial untuk dijadikan objek wisata sungai (Ahira, 2011).
Ada beberapa tipe perairan, yaitu:
1. Basin, adalah tipe perairan yang merupakan nama lain dari daerah aliran yang berkaitan
dengan aliran sungai yang dimulai dari hulu (mata air) sampai ke hilir (muara). Di
Indonesia terkenal dengan nama Daerah Aliran Sungai (DAS), yang dalam bahasa
inggris dikenal sebagai river basin. (Suyono, 2014:60).
2. Bendungan atau dam, adalah konstruksi artificial yang dibangun untuk menahan
kapasitas dan aliran air yang dapat dijadikan waduk, danau, tempat rekreasi ataupun
untuk keperluan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). (Suyono, 2014:60).
3. Danau, adalah sejumlah air (tawar atau asin) yang terakumulasi di suatu tempat atau
cekungan besar yang cukup luas di permukaan bumi yang seluruhnya dikelilingi oleh
daratan, sebagai kumpulan muara sungai kecil atau terjadi karena mencairnya glister
(periglasial), atau karena adanya mata air atau dapat berasal dari suatu kawah besar dari
bekas gunung berapi. (Suyono, 2014:61).
4. Kanal atau terusan (channel), adalah saluran air buatan yang digunakan untuk
mempersingkat perjalanan pelayaran kapal. Kanal terdiri dari dua macam, yaitu kanal
yang hanya digunakan untuk mengarahkan dan mengalirkan air dan kanal yang
merupakan jalur transportasi yang dapat dinavigasi, digunakan untuk angkutan barang
dan orang, yang seringkali terhubung dengan sungai, laut, dan danau. Kanal ini harus
memenuhi syarat memiliki kedalaman minimal 5 m (16,4 kaki) untuk dapat dipakai
sebagai terusan. Tujuan dibuatnya kanal adalah sebagai jalan singkat untuk menghindari
rute pelayaran yang lebih jauh, jalan antara dua laut atau danau yang tertutup oleh
daratan, dan sarana akses ke lautan bagi kota yang berada jauh di daratan. (Suyono,
2014:61).
5. Akuifer (aquifer), adalah suatu lapisan batuan permeable bawah tanah yang menyerap
air atau materi yang tidak dikonsolidasi (kerikil, pasir, debu, atau tanah liat), tempat air
tanah dapat bermanfaat untuk diekstraksi melalui air sumur. (Suyono, 2014:61).
6. Laut (sea) atau bahari, adalah kumpulan air asin yang luas dan berhubungan dengan
samudra. Air laut merupakan campuran dari 96,5% air murni dan 3,5% material lainnya
seperti garam, gas terlarut, bahan organic, dan partikel tak terlarut. Sifat fisis utama air
laut ditentukan oleh 96,5% air ,murni. (Suyono, 2014:61).
7. Samudra (ocean) atau lautan, adalah laut yang luas dan merupakan massa air asin yang
sambung-menyambung meliputi permukaan bumi yang dibatasi oleh benua ataupun
kepulauan yang besar. Ada lima samudra di bumi, yaitu samudra arktik, samudra
atlantik, samudra hindia, samudra pasifik/lautan teduh, dan samudra antartika/lautan
selatan. Samudra meliputi 71% permukaan bumi, dengan area sekitar 361 juta km2, isi
samudra sekitar 1.370 juta km3, dengan kedalaman rata-rata 3.790 meter. (Suyono,
2014:61).
8. Selat (srait), adalah suatu kawasan perairan yang relativ sempit di antara dua daratan
yang mengubungkan dua bagian perairan yang lebih besar. Selat buatan disebut terusan
atau kanal. (Suyono, 2014:61).
9. Sungai (river), adalah aliran air alami yang mengalir menuju samudra, danau, atau laut,
atau kesungai yang lebih besar lainnya. Sungai terdiri dari beberapa bagian, bermula dari
mata air yang mengalir keanak sungai, selanjutnya beberapa anak sungai akan bergabung
untuk membentuk sungai utama. (Suyono, 2014:62).
10. Teluk (gulf), adalah suatu kawasan perairan yang menjorok kedaratan dan dibatasi oleh
daratan pada ketiga sisinya. Karena letaknya yang strategis ini teluk banyak
dimanfaatkan sebagai pelabuhan. Teluk adalah kebalikandari tanjung (cape), dan
biasanya keduanya berdampingan pada suatu garis pantai yang sama. (Suyono, 2014:62).
B. Perlindungan dan Pemanfaatan Sungai
Di Indonesia sungai dapat dijumpai disetiap tempat dengan kelasnya masing-masing. Pada
masa lampau sungai dimanfaatkan untuk memenuhi keperluan sehari-hari, baik transportasi,
mandi, mencuci dan sebagainya bahkan untuk wilayah tertentu sungai dapat dimanfaatkan untuk
menunjang makan dan minum.Sungai sebagai sumber air, sangat penting fungsinya dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat dan sebagai sarana penunjang utama dalam meningkatkan
pembangunan nasional. Sebagai sarana transportasi yang relatif aman untuk menghubungkan
wilayah satu dengan lainnya. Pemerintah memperhatikan manfaatnya sungai yang tidak kecil
dalam kehidupan, maka untuk pelestariannya dipandang perlu melakukan pengaturan mengenai
sungai yang meliputi perlindungan, pengembangan, penggunaan dan pengendalian sungai dari
segala bentuk pencemaran yang berakibat rusaknya dan tidak berfungsinya kembali sungai yang
tidak sesuai dengan kualitas sebenarnya. Dengan dikeluarkannya peraturan Pemerintah Nomor :
35 Tahun 1991 tentang sungai, sebagai pelaksanaan Undang -Undang Nomor : 11 Tahun 1974
tentang pengairan, sehingga dapat digunakan sebagai pegangan dalam pengelolaan,
pengusahaan, pemeliharaan dan pengamanan, agar manfaat sungai tetap terjaga kelestariannya.
C. Jenis-Jenis Sungai
Sungai menurut jumlah airnya dibedakan menjadi :
1. Sungai Permanen, yaitu sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif tetap. Contoh
sungai jenis ini adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan Mahakam di Kalimantan.
Sungai Musi, Batanghari dan Indragiri di Sumatera.
2. Sungai Periodik, yaitu sungai yang pada waktu musim hujan airnya banyak,sedangkan
pada musim kemarau airnya kecil. Contoh sungai jenis ini banyakterdapat di pulau Jawa
misalnya sungai Bengawan Solo, dan sungai Opak diJawa Tengah. Sungai Progo dan
sungai Code di Daerah Istimewa Yogyakarta serta sungai Brantas di Jawa Timur.
3. Sungai Intermittent atau Sungai Episodik, yaitu sungai yang pada musimkemarau airnya
kering dan pada musim hujan airnya banyak. Contoh sungai jenis ini adalah sungai
Kalada di pulau Sumba.
4. Sungai Ephemeral, yaitu sungai yang ada airnya hanya pada saat musim hujan.Pada
hakekatnya sungai jenis ini hampir sama dengan jenis episodik, hanya saja pada musim
hujan sungai jenis ini airnya belum tentu banyak.
Sungai menurut genetiknya dibedakan menjadi :
1. Sungai Konsekuen, yaitu sungai yang arah alirannya searah dengan kemiringan lereng.
2. Sungai Subsekuen, yaitu sungai yang aliran airnya tegak lurus dengan sungai
konsekuen.
3. Sungai Obsekuen, yaitu anak sungai subsekwen yang alirannya berlawanan arah
dengan sungai konsekuen.
4. Sungai Insekuen, yaitu sungai yang alirannya tidak teratur atau terikat oleh lereng
daratan.
5. Sungai Resekuen, yaitu anak sungai subsekwen yang alirannya searah dengan sungai
konsekuen (Stanis, (2011). Dalam Septiani, (2012)
D. Persyaratan Air Sungai
Dalam peraturan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang
Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air.
Menyebutkan bahwa sumber air adalah wadah air yang terdapat di atas dan di bawah
permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini akuifer, mata air, sungai, rawa, danau, situ,
waduk dan muara.
Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas yaitu:
1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana atau sarana rekreasi
air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman,dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk membudidayakan ikan air
tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan
atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
E. Sumber-Sumber Air Limbah
1. Sumber Limbah Padat
Limbah padat berupa bahan padat seperti potongan kayu, serpihan logam, lumpur,
krak kotoran, kertas-kertas, kain-kain tekstil, tailing,ampas ubi kayu, ampas pabrik tahu
dan potongan-potongan karet serta debu dan lain-lain yang banyak terproduksi dari
pabrik-pabrik. Limbha ini merupakan sisa akhir proses yang sukar menghindarinya baik
karena sifat kondisi teknologi yang tidak mendukung maupun karena sifat alami bahan
baku itu sendiri, dimana tidak seluruh bahan baku dapat diolah seratus persen menjadi
produk jadi.
Limbah padat banyak dijumpai pada industri mesin dan logam serta aneka
industri kimia, industri hasil pertanian dan kehutanan demikian juga pada industri kecil.
Pada pabrik pengecoran logam-logam terdapat serpihan-serpihan besi, krak-krak kotoran
dari dapur yang tidak dapat lagi dimanfaatkan. Pada pabrik plywood yang merupakan
sumber limbah berupa kayu sampingan. Bahan-bahan pembungkus dari pabrik kertas,
abu pembakaran dari ruang boiler, lumpur dari treatmen pabrik Pulp dan Rayon. Buangan
padat yang lain banyak dijumpai pada pabrik pemotongan logam, pemotongan kayu,
proses grinding dan pabrik karet busa. (Ginting, 2007: 58-59).
2. Sumber Limbah Cair
Limbah cair dijumpai pada industri yang menggunakan air dalam proses
produksinya. Mulai dari pra pengelolaan bahan baku, seperti pencucian, sebagai bahan
penolong, sampai pada produksi akhir menghasilkan limbah cair. Limbah cair ini tidak
hanya bersumber dari air masuk melainkan air itu sendiri sudah ada dalam bahan baku
dan harus dikeluarkan. Ubi kayu mengandung kadar air mencapai 40% dari beratnya dan
pada proses produksinya masis membutuhkan air. Limbah cair yang dihasilkan nantinya
akan lebih banyak dari air yang dimasukan karena telah mendapat tambahan dari baku
mutu.
Pada dasarnya limbah air tidak member efek pencemaran sepanjang kandungan
dalam air tidak membawa senyawa-senyawa yang membahayakan ataupun bahan-bahan
endapan. Air adalah salah satu media yang sangat efektif untuk membawa limbah yang
pada gilirannya mencemari lingkungan. Air digunakan sebagai bahan penolong, sehingga
dalam air terdapat kandungan bahan organic dan anorganik yang berbahaya ataupun
beracun. Buangan dari pabrik pengalengan buah-buahan dan sayur-sayuran menyebabkan
terjadinya perubahan temperatur dan perubahan keasaman air. Pabrik-pabrik kimia
organik maupun anorganik yang menghasilkan buangan cair yang mengandung zat-zat
terlarut, minyak, lemak, seng, cyanida, sulfat, ammonia, phenol dan bahan-bahan beracun
lainnya. (Ginting, 2007: 59-60).
F. Bahan pencemar air sungai
1. Sumber pencemar
Sumber pencemar dapat dibedakan menjadi sumber domestik (rumah tangga) yaitu dari
perkampungan, kota, pasar, jalan, terminal, rumah sakit, dan sebagainya, serta sumber
nondomestic, yaitu dari pabrik, industry, pertanian, peternakan, perikanan, transportasi, dan
sumber-sumber lainnya. Sedangkan bentuk pencemar dapat dibagi menjadi bentuk cair. Bentuk
padat dan bentuk gas serta kebisingan.
2. Domestik
Limbah domestik adalah semua buangan yang berasal dari kamar mandi, kakus, dapur,
tempat cuci pakaian, cuci peralatan rumah tangga, apotik, rumah sakit, rumah makan, dan
sebagainya yang secara kuantitatif limbah tadi terdiri atas zat organik baik berupa padat atau
cair, bahan berbahaya, dan beracun (B3), garam terlarut, lemah dan bakteri terutama golongan
fekal coli, jasad patogen dan parasit (Sastrawijaya, 2009:123).
3. Nondomestik
Limbah nondomestik sangat bervariasi, terlebih-lebih untuk limbah industri. Limbah
pertanian biasanya terdiri atas bahan padat bekas tanaman yang bersifat organis, bahan
pemberantas hama dan penyakit (pestisida), bahan pupuk yang mengandung nitrogen, fosfor,
sulfur, mineral (K, Ca), dan sebagainnya
Air buangan dari PLTU yang sangat panas dapat merusak ekosistem dalam air. Limbah
perikanan dan peternakan pada umumnya berupa hasil samping system pengelolaan diperikanan
dan peternakan tersebut dan dari ternaknya sendiri.
Penyebaran pabrik-pabrik yang diperkirakan menghasilkan limbah B3 (Bahan Berbahaya Dan
Beracun) (Sastrawijaya, 2009:124).
G. Kegiatan Industri Yang Menghasilkan Limbah Cair
1. Industri kostik soda
2. Industri pelapisan logam
3. Industri penyamakan kulit
4. Industri minyak sawit
5. Industri pulp dan kertas
6. Industri karet
7. Industri gula tebu
8. Industri tapioka
9. Industri tekstil
10. Industri pupuk
11. Industri pupuk urea/nitrogen, dll. (Suharto, 2010:316)
H. Indikator Pencemar Air Sungai
Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau
tanda yang dapat diamati yang dapat digolongkan menjadi:
1. Pengamatan secara fisik, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan tingkat
kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna dan adanya perubahan warna dan bau.
2. Pengamatan secara kimia, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan zat kimia yang
terlarut dan perubahan pH.
3. Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan
mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya bakteri pathogen.
Indicator yang umum pada pemeriksaan pencemaran air sungai terbagi menjadi dua jenis,
yaitu parameter kimia dan parameter fisika.
a. Parameter fisik
Temperatur adalah suatu ukuran dingin atau panasnya keadaan atau sesuatu lainnya.
Satuan ukur dari temperatur yang banyak digunakan di Indonesia adalah o
C (derajat
celcius). Sementara satuan ukur yang banyak digunakan di luar negeri adalah derajat
Fahrenheit.
b. Parameter kimia
1) Derajat keasaman (pH), konsentrasi ion hidrogen adalah ukuran kualitas dari air
maupun dari air limbah. Adapun kadar yang baik adalah kadar dimana masih
memungkinkan kehidupan biologis di dalam air berjalan dengan baik. Air limbah
dengan konsentrasi air limbah yang tidak netral akan menyulitkan proses biologis,
sehingga mengganggu proses penjernihannya. pH yang baik bagi air minimum
dan air limbah adalah netral (7). Semakin kecil nilai pH nya, maka akan
menyebabkan air tersebut berupa asam (Sugiharto, 2014:31).
2) BOD 5 (Biologycal Oxygen Demand), adalah banyaknya oksigen dalam ppm atau
milligram/liter (mg/l) yang diperlukan untuk menguraikan benda organik oleh
bakteri, sehingga limbah tersebut menjadi jernih kembali. Untuk itu semua
diperlukan waktu 100 hari pada suhu 200 C. Akan tetapi di laboratorium
dipergunakan waktu 5 hari sehingga dikenal sebagai BOD 5 (Sugiharto, 2014:6).
3) Chemical Oxygen Demand (COD), adalah banyaknya oksigen dalam ppm atau
milligram per liter yang dibutuhkan dalam kondisi khusus untuk menguraikan
benda organic secara kimiawi (Sugiharto, 2014:6).
4) Dissolved Oxygen (DO) adalah banyaknya oksigen yang terkandung di dalam air
dan diukur dalam satuan milligram per liter. Oksigen yang terlarut ini
dipergunakan sebagai tanda derajat pengotoran limbah yang ada. Semakin besar
oksigen yang terlarut, maka menunjukan derajat pengotoran yang relative kecil
(Sugiharto, 2014:7).
5) Arsenik (As), Arsen telah dikenal sebgai zat kimia yang sangaat berbahaya.
Keracunan arsen (warangan) yang akut dapat berasal dari makanan yang
jumlahnya lebih dari 100 mg unsure tersebut. Keracunan kronis dapat terjadi
melalui makanan dalam jumlah arsen yang sedikit dalam periode waktu yang
lama. Dari bermacam-macam kejadian telah diketahui bahwa arsen bersifat
karsiogenik. Dalam kerak bumi, arsen terdapat pada konsentrasi rata-rata 2-5
ppm. Pembakaran bahan bakar fosil terutama batubara, mengeluarkan sejumlah
warangan (As2O4) ke lingkungan, dimana sebagai besar akan masuk ke dalam
perairan alami. Arsen terdapat di alam bersama-sama dengan mineral-mineral
fosfat dan dilepaskan ke lingkungan bersama-sama dengan senyawa fosfor.
Beberapa pestisida, terutama yang digunakan untuk sebagai kegunaan yang luas
sebelum Perang Dunia ke II mengandung senyawa arsen yang sangat toksik. Yang
paling umum dari senyawa tersebut adalah Pb arsenat, Pb3 (AsO4); Natrium
arsenat, Na3AsO3; ijau paus, Cu3 (AsO3)2. Sumber utama lain dari arsen adalah
hasil akhir penambangan logam. Arsen yang dihasilkan sebagai hasil ikatan dari
pertambangan tembaga, emas, dan limbah terakumulasi sebagai limbah (Andi,
2004:98)
6) Kadmium (Cd), Logam Cd atau cadmium (kadmium) mempunyai penyebaran
yang sangat luas di alam. Hanya ada satu jenis mineral cadmium di alam, yaitu
greennockite (CdS) yang selalu ditemukan bersamaan dengan mineral spalerite
(ZnS). Mineral greenockite ini sangat jarang ditemukan di alam, sehingga dalam
eksploitasi logam Cd, biasanya merupakan produksi sampingan dari peristiwa
peleburan dan refining biji-biji Zn (seng). Biasanya pada konsentrat biji Zn,
didapatkan 0,2 sampai 0,3% logam Cd. Di samping itu Cd juga diproduksi dari
peleburan biji-biji logam Pb (Timah Hitam) dan Cu (tembaga). Namun demikian,
Zn merupakan sumber utama dari logam Cd, sehingga produksi dari logam
tersebut sangat dipengaruhi oleh Zn (Palar, 2004:116)
Logam cadmium sangat banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari manusia.
Logam ini telah digunakan semenjak tahun 1950 dan total produksi dunia adalah
sekitar 15.000-18.000 pertahun. Prinsip dasar atau prinsip utama dalam
penggunaan cadmium adalah sebagai bahan “stabilisasi” sebagai bahan pewarna
dalam industry plastic dan pada elektroplanting. Namun sebagian dari substansi
logam cadmium ini juga digunakan untuk solder dan alloy-alloynya digunakan
pula pada baterai. Umumnya logam cadmium (Cd) senyawa oksida dari cadmium
(CdO), Hidrat (CdH2), dan khoridanya yang paling banyak digunakan dalam
industry electroplating (Palar, 2004:117).
Penggunaan Cd dan persenyawanya ditemukan dalam industry pencelupan,
fotografi, dan lain-lain. Pemanfaatan Cd dan persenyawaannya dapat dilihat
sebagai berikut:
a) Senyawa CdS dan CdSeS, banyak digunakan sebagai zat pewarna
b) Senyawa Cd-sulfat (CdSO4) digunakan dalam industry baterai yang berfungsi
untuk pembuatan sel Weston karena mempunyai potensi stabil yaitu sebesar
1,0186 volt.
c) Senyawa cadmium bromide (CdBr2) dan cadmium ionida (CdI2) secara
terbatas digunakan dalam dunia fotografi.
d) Senyawa dietil cadmium {(C2H5)2Cd} digunakan dalam proses pembuatan
tetraetil-Pb.
e) Senyawa Cd-strearat banyak digunakan dalam perindustrian manufaktur
polyvinyl khlorida (PVC) sebagai bahan yang berfungsi untuk stabilizer.
Selain itu banyak digunakan dalam industry-industri ringan, seperti pada proses
pengolahan roti, pengolahan ikan, pengolahan minuman, industry tekstil dan lain-
lain, banyak dilibatkan senyawa-senyawa yang dibentuk dengan logam Cd,
meskipun penggunaanya hanyalah dengan konsentrasi yang sangat rendah (Palar,
2004:117-118)
7) Chromium (Cr), Kata khromium berasal dari bahasa Yunani (Chroma) yang
berarti warna. Dalam bahan kimia, khromium dilambangkan dengan “Cr”.
Sebagai salah satu unsur logam berat, khromium mempunyai nomor atom (NA)
24 dan mempunyai berat atom (BA) 51,996. Logam Cr pertama kali ditemukan
oleh Vagueline pada tahun 1797. Satu tahun setelah insur ini ditemukan,
diperoleh cara untuk mendapatkan logam Cr (Palar, 2004:133)
Logam Cr murni tidak pernah ditemukan di alam. Logam ini di alam ditemukan
dalam bentuk persenyawaan padat atau mineral dengan unsure-unsur lain.
“Chromite” (FeOCr2O3). Kadang-kadang pada batuan mineral chromite juga
ditemukan logam-logam Mg (magnesium), Al (alumunium), dan senyawa SiO3
(silikat). Logam-logam dan senyawa silikat tersebut dalam mineral chrimite
bukanlah merupakan penyusunan pada chromite melainkan berperan
sebagai”pengotor”(impurities) (Palar, 2004:133).
Logam Cr dapat masuk ke dalam semua strata lingkungan, apakah itu pada strata
perairan, tanah ataupun udara (lapisan atmosfir). Khromium yang masuk kedalam
strata lingkungan dapat dating dari bermacam-macam sumber. Tetapi sumber-
sumber masukan logam Cr ke dalam strata lingkungan yang umum dan diduga
paling banyak adalah dari kegiatan-kegatan perindustrian, kegiatan rumah tangga
dan dari pembakaran serta mobilisasi bahan-bahan bakar (Palar, 2004:137).
8) Merkuri, Merkuri masuk ke lingkungan melalui banyak sumber. Merupakan salah
satu dari bahan pencemar logam berat yang sangat penting untuk diperhatikan.
Selain dapat masuk secara langsung ke dalam perairan alami dari buangan limbah
industry juga dapat masuk melalui air hujan dan pencucian tanah.
Merkuri terdapat sebagai komponen renik dari bahan mineral, dengan bantuan
continental yang rata-rata mengandung sekitar 80 ppb atau lebih kecil lagi.
Sinabor, merkuri sulfide, HgS, yang berwarna merah, merupakan bijih merkuri
utama yang diperdagangkan. Bahan bakar batubara fosil dan lignit sering
mencapai 100 ppb merkuri, bahkan lebih. Penggunaan logam-logam merkuri
misalnya pada peralatan vakum di laboratorium. Selain itu sebagai elektroda
dalam proses elektrolisa untuk menghasilkan gas klor. Sejumlah besar senyawa
merkuri organic digunakan secara luas sebagai pestisida, terutama fungis suda.
Sebagai contoh, merkuri dimetil ditio karbonat.
Merkuri masuk ke lingkungan perairan berasal dari berbagai sumber yang timbul
dari penggunaan unsure itu oleh manusia seperti buangan laboratorium kimia,
batu baterai bekas, pecahan thermometer, fungi sida kebun, tambal gigi amalgam
dan buangan farmasi. Pengaruh merkuri terhadap, tubuh antara lain: kerusakan
syaraf, termasuk menjadi pemarah, paralisys, kebutaan atau gangguan jiwa,
kerusakan khromosom dan cacat bayi dalam kandungan. Gejala-gejala ringan
akibat keracunan merkuri adalah depresi dan suka marah-marah yang merupakan
sifat dari penyakit kejiwaan (Andi, 2004:100-101)
9) Hidrogen Sulfida (H2S), Dihasilkan dari proses pembusukan bahan-bahan organik
yang mengandung belerang oleh bakteri anaerob. Juga sebagai hasil reduksi
dengan kondisi anaerob terhadap sulfat oleh mikroorganisme dan sebagai salah
satu bahan pencemar gas yang dikeluarkan dari air panas bumi. Bahan-bahan
pencemar dari industri kimia, pabrik kertas, pabrik tekstil dan penyamakan kulit
dapat mengandung H2S merupakan asam lemak dengan harga pKa (1)= 6,99 dan
pKa (2)= 12,92. Ion S2-
tidak pernah ditemukan dalam perairan alami yang
bersifat normal. Ion sulfide mempunyai affinitas yang menakjubkan dengan
banyak logam-logam berat, dan pengendapan dari logam-logam sulfide sering kali
menyertai terbentuknya H2S (Andi, 2004:102).
10) Timbal (Pb), Timbal atau dalam keseharian lebih dikenal dengan nama timah
hitam, dalam bahasa ilmiahnya dinamakan Plumbum, dan logam ini disimbolkan
dengan Pb. Logam ini termasuk kedalam kelompok logam-logam golongan IV-A
pada table periodic unsure kimia. Mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan bobot
atau berat atom (BA) 207,2 (Palar, 2004:74)
Logam timbal atau Pb mempunyai sifat-sifat yang khusus seperti berikut:
a) Merupakan logam yang lunak, sehimgga dapat dipotong dengan menggunakan
pisau atau dengan tangan dan dapat dibentuk dengan mudah.
b) Merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi atau karat, sehingga logam
timbal sering digunakan sebagai bahan coating
c) Mempunyai titik lebur rendah, hanya 327,5 derajat C.
d) Mempunyai kerapatan yang lebih besar dibandingkan dengan logam-logam biasa,
kecuali emas dan merkuri.
e) Merupakan penghantar listrik yang tidak baik (Palar, 2004:75)
Pb yang masuk kedalam badan perairan sebagai dampak dari aktivitas kehidupan
manusia ada bermacam bentuk. Di antaranya adalah air buangan (limbah) dari industri
yang berkaitan dengan Pb, air buangan dari pertambangan bijih timah hitam dan
buangan sisa industry baterai. Buangan-buangan tersebut akan jatuh pada jalur-jalur
perairan seperti anak-anak sungai untuk kemudian akan dibawa terus menuju lautan.
Umumnya jalur buangan dari bahan sisa perindustrian yang mengguanakan Pb akan
merusak tata lingkungan perairan yang dimasukinya (menjadikan sungai dan alurnya
tercemar) (Palar, 2004:81).
I. Efek Buruk Air Limbah
Sesuai dengan batasan dari air limbah yang merupakan benda sisa, maka sudah barang tentu
bahwa air limbah merupakan benda yang sudah tidak dipergunakan lagi. Akan tetapi, tidak
berarti bahwa air limbah tersebut tidak perlu dilakukan pengelolaan, karena apabila limbah ini
tidak dikelola secara baik akan dapat menimbulkan gangguan, baik terhadap lingkungan maupun
terhadap kehidupan yang ada (Sugiharto, 2014:41).
1. Ganguan terhadap kesehatan
Air limbah sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia mengingat bahwa banyak
penyakit yang dapat ditularkan melalui air limbah. Air limbah ini ada yang hanya berfungsi
sebagai media pembawa saja seperti penyakit kolera, radang usus, hepatitis infektiosa, serta
skhistosomiasis. Selain sebagai pembawa penyakit di dalam air limbah itu sendiri banyak
terdapat bakteri pathogen penyebab penyakit seperti:
a. Virus, menyebabkan penyakit polio myelitis dan hepatitis. Secara pasti modus
penularannya masih belum diketahui dan banyak terdapat pada air hasil pengolahan
(effluent) pengolahan air limbah.
b. Vibrio Kolera, menyebabkan penyakit kolera asiatika dengan penyebaran utama
melalui air limbah yang telah tercemar oleh kotoran manusia yang mengandung
vibrio kolera.
c. Salmonella typhosa a dan salmonella typhosa b, merupakan penyebab tiphus
abdominalis dan para tiphus yang banyak terdapat di dalam air limbah bila terjadi
wabah. Prinsip penularannya adalah melalui air dan makanan yang telah tercemar
oleh kotoran manusia yang berpenyakit tiphus.
d. Salmonella Spp, dapat menyebabkan keracunan makanan dan jenis bakteri banyak
terdapat pada air hasil pengolahan (Sugiharto, 2014:45).
2. Gangguan terhadap kehidupan biotik
Dengan banyaknya zat pencemar yang ada di dalam air limbah, maka akan menyebabkan
menurunya kadar oksigen yang terlarut di dalam air limbah. Dengan demikian akan
menyebabkan kehidupan di dalam air yang membutuhkan oksigen akan terganggu, dalam hal ini
akan mengurangi perkembangannya. Selain kematian kehidupan di dalam air dapat juga
disebabkan karena adanya zat beracun yang berada di dalam air limbah tersebut. Selain matinya
ikan dan bakteri-bakteri di dalam air juga dapat menimbulkan kerusakan pada tanaman atau
tumbuhan air. Sebagai akibat matinya bakteri-bakteri, maka proses penjernihan sendiri yang
seharusnya bias terjadi pada air limbah menjadi terhambat. Sebagai akibat selanjutnya adalah air
limbah akan sulit untuk diuraikan. Selain bahan-bahan kimia yang dapat mengganggu kehidupan
di dalam air, maka kehiupan di dalam air juga dapat terganggu dengan adanya pengaruh fisik
seperti adanya temperatur tinggi yang dikeluarkan oleh industry yang memerlukan proses
pendinginan. Panasnya air limbah ini dapat mematikan semua organisme apabila tidak dilakukan
pendinginan terlebih dahulu sebelum dibuang kedalam saluran air limbah (Sugiharto, 2014:47).
3. Gangguan terhadap keindahan
Dengan semakin banyaknya zat organik yang dibuang oleh perusahaan yang
memproduksi bahan organik seperti tapioka, maka setiap hari akan dihasilkan air limbah yang
berupa bahan-bahan organik dalam jumlah yang sangat besar. Ampas yang berasal dari pabrik ini
perlu dilakukan pengendapan terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran air limbah, akan tetapi
memerlukan waktu yang sangat lama. Selama waktu tersebut maka air limbah mengalami proses
pembusukan dari zat organik yang ada di dalamnya. Sebagai akibat selanjutnya adalah timbulnya
bau hasil penguraian dari zat organik yang sangat menusuk hidung.
Di samping bau yang ditimbulkan, maka dengan menumpuknya ampas akan memerlukan
tempat yang banyak dan mengganggu keindahan tempat disekitarnya. Pembuangan yang sama
akan dihasilkan juga oleh perusahaan yang menghasilkan minyak dan lemak, selain
menimbulkan bau juga menyebabkan tempat disekitarnya menjadi licin (Sugiharto, 2014:48).
4. Gangguan terhadap kerusakan benda
Apabila air limbah mengandung gas karbondioksida yang agresif, maka mau tidak mau
akan mempercepat proses terjadinya karat pada benda yang terbuat dari besi serta bangunan air
kotor lainnya. Dengan cepat rusaknya benda tersebut maka biaya pemeliharaannya akan semakin
besar juga, yang berarti akan menimbulkan kerugian material. Selain karbondioksida agresif,
maka tidak kalah pentingnya apabila air limbah itu adalah air limbah yang berkadar pH rendah
atau bersifat asam maupun pH tinggi yang bersifat basa. Melalui pH yang rendah maupun pH
yang tinggi akan mengakibatkan timbulnya kerusakan pada benda-benda yang dilaluinya.
Lemak yang merupakan sebagian dari komponen air limbah mempunyai sifat yang
menggumpal pada suhu udara normal, dan akan berubah menjadi cair apabila berada pada suhu
yang lebih panas. Lemak yang berupa benda cair pada saat dibuang ke saluran air limbah akan
menumpuk secara kumulatif pada saluran air limbah karena mengalami pendinginan dan lemak
ini akan menempel pada dinding saluran air limbah yang pada akhirnya akan dapat menyumbat
aliran air limbah. Selain penyumbatan akan dapat juga terjadi kerusakan pada tempat di mana
lemak tersebut menempel yang bias berakibat timbulnya kebocoran (Sugiharto, 2014:50).
J. Pencegahan Pencemaran Sungai
Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah pencemaran sungai:
1. Penggunaan deterjen secukupnya
2. Tidak membuang sampah kesungai
3. Penggunaan pupuk dan pestisida secukupnya
4. Setiap industry atau pabrik menyediakan instalasi pengelolaan air limbah (IPAL)
5. Reboisasi
6. Pengomposan sampah organic
7. Pendaurulangan sampah anorganik
K. Penanggulangan pencemaran air sungai
Pengendalian/penanggulangan pencemaran air di Indonesia telah diatur melalui peraturan
pemerintah nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitan dan Pengendalian Pencemaran
Air. Secara umum hal ini meliputi pencemaran air baik oleh instansi maupun non-instansi. Salah
satu upaya serius yang dilakukan pemerintal dalam pengendalian pencemaran air adalah melalui
program Kali Bersih (PROKASIH), program ini merupakan upaya untuk menurunkan beban
limbah cair khususnya yang berasal dari kegiatan usaha skala menengah dan besar, serta
dilakukan secara bertahap untuk mengendalikan beban pencemaran dari sumber-sumber lainnya.
Program ini juga berusaha untuk menata pemukiman dibantaran sungai dengan melibatkan
masyarakat setempat (KLH,2004)
Pada prinsipnya ada 2 (dua) usaha untuk menanggulangi pencemaran yaitu penanggulangan
secara non-teknis dan secara teknis. Penanggulangan secara non-teknis yaitu suatu usaha untuk
mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan peraturan perundang yang dapat
merencanakan, mengatur dan mengawasi segala macam bentuk kegiatan industry dan teknologi
sehingga tidak terjadi pencemaran.
Peraturan perundangan ini hendaknya dapat memberikan gambaran secara jelas tentang
kegiatan industri yang akan dilaksanakan, misalnya meliputi AMDAL, pengaturan dan
pengawasan kegiatan dan menanamkan prilaku disiplin. Sedangkan penanggulangan secara
teknis bersumber pada perlakuan industry.
L. Kerangka Teori
Pencemaran kualitas air sungai
secara fisik
Pencemaran kualitas air sungai
secara kimia
Pencemaran kualitas air sungai
secara mikrobiologi
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber: Permenkes RI No.82 tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian
Pencemaran Air & (Sugiharto, 2014).
Kualitas air sungai
M. Kerangka Konsep
Pencemaran kualitas air
sungai secara fisik:
Temperatur
Pencemaran kualitas air
sungai secara kimia:
1. PH
2. BOD
3. COD
4. DO
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Kualitas air sungai