bab ii tinjauan pustaka a. gigi tiruan mahkota 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/209/3/6. bab...
TRANSCRIPT
-
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gigi Tiruan Mahkota
1. Definisi Gigi Tiruan Mahkota
Menurut Martanto (1981) Mahkota adalah suatu restorasi
(alat pemugar gigi) berupa mahkota penuh atau sebagian dari suatu
gigi atau graham yang dibuat dari logam, porselen, atau kombinasi
dari bahan-bahan tersebut. Begitu pula Menurut McLand (1902)
Mahkota jacket adalah sebuah mahkota penuh, yang terbuat dari
porcelain atau kombinasi.
2. Tujuan Pembuatan Gigi Tiruan Mahkota
Tujuan pembuatan gigi tiruan mahkota adalah untuk
memulihkan daya kunyah (masticating efficiency) yang menjadi
kurang karena hilangnya satu atau lebih gigi asli. Tujuannya untuk
memperbaiki estetika, memelihara/mempertahankan kesehatan
gusi, memulihkan fungsi fonetik (pengucapan), serta mencegah
terjadinya pergeseran gigi ke ruangan kosong akibat kehilangan
gigi. Pergeseran gigi bisa berupa migrasi, rotasi, miring atau
ekstrusi (Martanto, 1981: 3).
B. Macam-macam Mahkota Tiruan
1. Mahkota sebagian
Menurut Martanto (1981: 76-77) merupakan restorasi yang hanya
sebagian dari permukaan gigi yang tertutup oleh mahkota. Bagian
yang tidak tertutup oleh mahkota adalah bagian labial atau bukal.
Indikasi mahkota sebagian untuk retainer yang baik pada gigi-gigi
adalah :
1) Bagian labial atau bukal dalam keadaan baik, maupun estetis.
2) Gigi yang cukup tebal untuk membuat parit-parit proksimal
yang cukup dalam untuk memberi retensi.
-
6
3) Mempunyai mahkota klinis yang cukup panjang, besar dan
tidak berkaries proksimal.
4) Mempunyai kedudukan normal (tidak malposisi).
2. Mahkota penuh
Menurut Martanto (1981: 61) adalah suatu restorasi yang
menutupi permukaan mahkota klinis dari suatu gigi. Mahkota ini
dapat berupa restorasi yang berdiri sendiri (single unit restoration)
atau sebagai retainer dari jembatan. Mahkota penuh yang khusus
dipakai pada gigi-gigi anterior dan dibuat seluruhnya dari porselen
atau akrilik yang disebut mahkota jacket.
Indikasi mahkota penuh :
1) Indikasi untuk gigi-gigi depan (anterior) dipakai untuk all
acrylic dan atau porselen, yaitu :
a) mempunyai permukaan labial yang berkaries, yang
mengalami erosi, perubahan warna (stained).
b) mempunyai permukaan proximal yang ada tambalan
besar atau berkaries dalam.
c) memerlukan perubahan kedudukan dan perubahan
bentuk.
2) Indikasi untuk gigi-gigi belakang (posterior) dipakai untuk
mahkota penuh logam dan porselen, yaitu:
a) gigi-gigi (geraham) yang terserang karies.
b) oleh karena kerusakan-kerusakan akibat karies atau
fraktur.
C. Jenis Bahan Pembuatan Mahkota
Jenis bahan pembuat mahkota penuh dibagi menjadi 6 (enam), yaitu:
1). Mahkota penuh akrilik
Menurut Martanto (1981) mahkota penuh yang menutupi
seluruh permukaan mahkota klinis gigi dengan menggunakan
bahan campuran dari bahan acrylic, dimana liquid sebagai
monomer dan resin sebagai polimer. Pemakaian protesa jacket all
-
7
acrylic bertujuan untuk memperbaiki gigi anterior yang terindikasi
mengalami masalah yang memungkinkan dibuatkan mahkota jaket.
Gambar 2.1 Mahkota Penuh Akrilik (McLean, 1980)
2). Mahkota Penuh Logam
Menurut Martanto (1981) mahkota penuh yang terbuat dari
logam yang dipakai sebagai retainer pada gigi-gigi posterior
dimana estetika tidak begitu penting untuk dipertahankan. Pada
gigi anterior biasanya mahkota penuh dari logam yang mempunyai
lapisan porselen atau akrilik pada bagian-bagian labial atau bukal
untuk memperbaiki estetika.
Gambar 2.2 Mahkota Penuh Logam (Fatmawati, 2011)
3). Mahkota Penuh Porcelain (full porcelain)
Menurut kamus kedokteran gigi mahkota penuh porcelain
(full porcelain crown) ialah suatu restorasi mahkota, sebagian atau
-
8
seluruhnya menutupi gigi dan mempunyai bahu servikal, yang
dibuat dari porcelain.
Gambar 2.3 Mahkota Penuh Porcelain (Fatmawati, 2011)
4). Mahkota Metal Porcelain (PFM)
Menurut Martanto (1981) mahkota metal porcelain
merupakan salah satu bagian dari mahkota tiruan penuh, dimana
mahkota jenis ini yaitu gabungan dari porcelain yang disertakan
pada logam, dalam restorasi ini sangat memungkinkan terdapatnya
kekuatan dan estetik, sehingga perkembangan ilmu kedokteran gigi
seperti sekarang ini restorasi mahkota metal porselen banyak
digunakan.
Gambar 2.4 Mahkota Metal Porselen (Fatmawati, 2011)
-
9
5) Mahkota Zirconia
Zirconia adalah substansi crystalline putih yang memiliki
titik lebur pada suhu 2677ºC dan merupakan senyawa yang
sangat tidak reaktif pada temperature kamar serta memiliki
nama kimia ZrO² (zirconium dioksida). Zirconia berasal dari
zirconium yang diduga dijumpai pada awal tahun 1789 dan
diisolasi pertama kali oleh J.J.Berzelius pada tahun 1824.
Penggunaan zirconia sebagai material medis tidak lepas dari
perkembangan penggunaan keramik sebagai material medis
yang telah digunakan sejak awal tahun 1933 (Afifuddin, 2002).
Menurut penelitian Elbanuswatri, dkk, (2018)
perkembangan bahan dalam bidang kedokteran gigi semakin
meningkat. Kebutuhan bahan restorasi non metal seperti
zirconia mulai banyak digunakan dalam bidang kedokteran
gigi, hal ini dikarenakan zirconia memiliki sifat mekanis baik,
estetis, daya tahan kimia yang kuat dan tahan korosi.
Gambar 2.5 Mahkota Zirconia (Arista, dkk 2016)
6) Resin komposit
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tulena M.P.
Devistha, dkk (2014) Resin komposit merupakan bahan adhesif
yang dapat berkaitan dengan jaringan keras gigi melalui dua
system bonding (ikatan) yaitu ikatan email dan ikatan dentin.
Bahan restorasi resin komposit pada bidang kedokteran gigi
dimulai pada awal 1960. Kandungan utama resin komposit
terdiri atas matriks resin dan bahan pengisi.
-
10
Matriks sendiri dapat terbagi menjadi tiga yaitu, komposit
matrik polimer yaitu menggunakan polimer sebagai pengikat,
komposit, matrik logam yaitu menggunakan logam sebagai
pengikat, serta komposit matrik keramik yaitu bahan keramik
yang dijadikan pengikat oleh komposit. Metal komposit adalah
salah satu jenis komposit yang memiliki matrik logam yang
mulai dikembangkan sejak tahun 1996. Metal komposit
memiliki kekuatan tekanan yang baik serta ketahanan aus lebih
baik (Nayiroh, 2015).
Gambar 2.6 Resin Komposit
Sumber Doc. Atas seizin Fredikoaldi
D. RESIN KOMPOSIT
1. Pengertian Resin Komposit
Menurut Mc Cabe & Walls (2008) Resin komposit merupakan
suatu material yang terbentuk dari kombinasi antara dua bahan atau
lebih yang memiliki sifat berbeda untuk mendapatkan sifat yang
lebih baik. Menurut penelitian Tulena, dkk (2014) komposit
merupakan bahan tumpatan gigi yang banyak digunakan untuk
menggantikan struktur gigi yang hilang serta memodifikasi warna
dan kontur gigi dengan tujuan estetik.
2. Klasifikasi Resin Komposit
Resin komposit pada umumnya diklasifikasikan berdasarkan
ukuran, jumlah dan kandungan filler anorganik. Jenis-jenis resin
-
11
komposit, sejak pertama kali ditemukan, meliputi resin komposit
konvensional (makrofiller), resin komposit mikrofiller, resin
komposit hybrid, dan resin komposit nanofiller. Komposit juga
diklasifikasikan berdasarkan viskositasnya, seperti contohnya resin
komposit flowable dan resin komposit packable. Resin komposit
jenis flowable memiliki viskositas yang lebih rendah dibandingkan
resin komposit packable.
Menurut Thompson dan Bayne (2006), polimerisasi pada resin
komposit dapat digolongkan menjadi resin komposit light-cure,
light-curing sinar tampak, dual-curing, self-cure. Resin komposit
light-cure memerlukan bantuan sinar UV selama polimerisasi,
sedangkan resin komposit self-cure tidak memerlukan sinar UV
selama polimerisasi. Lain hal dengan dual-cure, resin komposit
jenis ini dapat terpolimerisasi dengan sendirinya atau menggunakan
sinar UV. Light-cure sinar tampak memerlukan panjang gelombang
sinar tampak selama polimerisasi.
a. Resin komposit konvensional (makrofiller)
Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Widyastuti, 2017)
Resin komposit jenis ini mempunyai ukuran bahan partikel
pengisi relatif besar yaitu 8-12µm dan banyaknya bahan
pengisi umumnya 70-80% berat atau 60-65% volume.
Besarnya bahan partikel pengisi pada resin komposit ini
menjadikan permukaannya kasar dan lebih tahan terhadap
abrasi. Permukaan yang kasar pada resin juga menjadi
kekurangannya yakni cenderung dapat berubah warna.
b. Komposit Mikrofiller
Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Widyastuti, 2017)
Resin komposit mikrofill mempunyai ukuran partikel pengisi
paling kecil yaitu dengan ukuran 0,04 µm. sehingga memiliki
permukaan yang halus dan mengkilap yang menyerupai email.
-
12
c. Komposit Hybrid
Resin komposit hybrid merupakan kombinasi sifat mekanis
dan fisik dari resin komposit konvensional (makrofiller)
dengan permukaan halus dan mengkilap yang dimiliki
komposit mikrofiller yang mengandung filler sebanyak 75%-
85% juga memiliki ukuran partikel filler sebesar 0,6-1,0 µm.
resin komposit ini mempunyai tingkatan kekuatan dan
kehalusan yang cukup baik sehingga dapat diindikasi untuk
restorasi gigi anterior maupun posterior. Resin komposit hybrid
juga dapat mengalami perubahan warna seperti resin komposit
konvensional.
d. Resin komposit nanofiller
Resin komposit jenis ini memiliki partikel filler yang sangat
kecil (0,005-0,01 µm). ukuran partikel filler yang sangat kecil
inilah yang menyebabkan partikel mudah menggumpal. oleh
karena itu, pada resin komposit ini dilakukan packaging yang
optimal. Ukuran partikel filler yang ini memudahkan proses
pemolesan.
e. Resin komposit flowable
Flowable komposit umumnya memiliki kandungan filler
yang lebih sedikit dan memiliki sifat fisik serta mekanis yang
lebih rendah dibandingkan dengan resin komposit jenis lain
yang mengandung filler lebih banyak. Resin jenis ini memiliki
resiko polimerisasi shrinkage yang lebih tinggi (Nurlatifah,
2014).
f. Resin Komposit packable
Packable merupakan suatu istilah yang digunakan untuk
menyebut resin komposit pasta yang memiliki viskositas
tinggi. Viskositas yang tinggi ini akan memudahkan saat
diaplikasikan pada gigi (Nurlatifah, 2014).
-
13
3. Sifat-sifat Bahan Resin Komposit
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Aprilia, dkk (2007) bahan
resin mempunyai sifat menyerap air secara perlahan-lahan dalam
jangka waktu tertentu yang mengakibatkan terjadinya perubahan
warna. Sifat yang menyebabkan resin komposit dapat mengalami
perubahan warna adalah dikarenakan sifatnya yang mampu
mengabsorbi cairan.
4. Kelebihan dan Kekurangan Resin Komposit
Dalam penggunaanya sebagai bahan tumpatan, resin komposit
memiliki kekurangan dan kelebihan. Berikut merupakan kelebihan
serta kekurangan resin komposit yang tertuang pada tabel yaitu :
Tabel 1. Kelebihan dan kekurangan resin komposit
Sumber. (Widyastuti, 2017)
No Kelebihan Kekurangan
1 Bahan tidak berbahaya
(tidak mengandung bahan
merkuri).
Bahan ini dapat berubah
warna saat pemakaian
jangka panjang.
2 Warna resin komposit
yang sewarna dengan gigi
asli.
Terjadi pengerutan saat
polimerisasi.
3 Sifat mekanik dan sifat
fisik yang cukup baik.
Serta biaya yang relatif
mahal.
E. Alat dan Bahan Yang Digunakan Dalam Pembuatan Crown Metal
Komposit
Adapun alat dan bahan khusus pembuatan resin komposit yang
digunakan pada prosedur ini yaitu:
a) Light-Cure unit
Alat ini berbentuk seperti oven, alat ini menggunakan
cahaya UV sebagai polimerisasi dan terdapat dudukan di
dalam nya alat ini akan berputar saat digunakan agar cahaya
mengenai seluruh permukaan yang teraplikasi oleh bahan.
-
14
Dan terdapat tombol yang diberi angka, tombol itu
merupakan menit untuk menentukan berapa lama
polimerisasi dilakukan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Annete
Alexandra, 2005) Penyinaran resin komposit setidaknya
dilakukan 30-40 detik, hal ini dilakukan untuk mendapatkan
polimerisasi yang maksimal. Penyinaran yang kurang akan
mengakibatkan mengerasnya lapisan luar saja dan
menghasilkan lapisan yang tidak matang atau lunak pada
bagian dasar. Penyinaran yang tidak menyeluruh pada
permukaan tumpatan resin komposit juga akan
menyebabkan penyusutan.
Gambar 2.7 Alat Light-Cure Unit
b) Bahan komposit
Resin komposit terdiri dari beberapa campuran material
yaitu resin matriks, filler dan coupling agent. Sistem
activator-inisiator juga diperlukan untuk mengubah pasta
resin dari lunak, moldable, sampai keras. Komponen lain
ditambahkan untuk meningkatkan kualitas kinerja,
penampilan dan durabilitas material. Pigmen atau zat warna
ditambahkan untuk menyesuaikan warna gigi. Ultraviolet
(UV) dan bahan tambahan lain berfungsi untuk
-
15
meningkatkan stabilitas warna, dan inhibitor dapat
mempercepat waktu kerja pada pengaktifan resin secara
kimiawi (Anusavice, 2004).
(a) Matriks organik
Kebanyakan bahan komposit menggunakan campuran
monomer diakrilat aromatik atau alipatik seperti yang
paling sering digunakan yaitu bisphenol-A-glycidyl
methacrylate (Bis-GMA), urethane dimethacrylate
(UDMA), dan trietilen glikol dimetakrilat (TEGDMA).
Gambar 2.8 Struktur Kimia Bis-GMA, UDMA dan TEGDMA
(Anusavice,2004)
Molekul monomer dengan berat molekul tinggi memiliki
viskositas yang tinggi sehingga untuk memudahkan proses
resin memerlukan bahan tambahan untuk mengencerkannya.
Bahan tersebut berupa monomer lain yang kekentalannya
lebih rendah seperti bisphenol A dimetakrilat (Bis-DMA),
etilen glikol dimetakrilat (EGDMA), trietilen glikol
dimetakrilat (TEGDMA), metil metakrilat (MMA).
Sayangnya penambahan TEGDMA atau dimetakrilat dengan
molekul rendah meningkatkan polimerisasi shrinkage
(Anusavice, 2004).
-
16
(b) Filler
Filler adalah partikel anorganik yang umumnya
dihasilkan dari pengolahan quartz atau kaca dengan
ukuran partikel 0,1-100µm. filler yang paling digunakan
adalah quartz, campuran silica dan beberapa jenis glass
sebanyak 60%-80%, berdasarkan berat, dengan ukuran
partikel antara 1-50µm. partikel filler dapat mengurangi
shrinkage pada resin kamposit, mengurangi penyerapan
air, meningkatkan sifat mekanis seperti kekuatan,
kekakuan, kekerasan dan ketahanan abrasi.
(c) Coupling agent
Ikatan antara partikel filler dan matriks resin didapatkan
dengan penggunaan campuran silikon organik, atau silane
coupling agent. Coupling agent memperkuat ikatan antara
filler dan matriks dengan cara bereaksi secara kimia
dengan kedua material. Ikatan yang terjadi ini akan
memungkinkan matrik resin menyalurkan tekanan kepada
partikel filler. Selama polimerisasi, ikatan ganda pada
molekul silane juga akan bereaksi dengan matriks
polimer. Ikatan antara filler dan matriks yang terbentuk
akan memungkinkan terjadinya tekanan yang dapat
dikendalikan. Ikatan tersebut akan membantu material
lebih kuat.
F. Prosedur Pembuatan Crown Metal Komposit
Setelah mengetahui alat serta bahan komposit utama yang akan
digunakan selanjutnya adalah prosedur pembuatan crown metal
komposit dengan metode indirek. Pertama-tama dokter mencetak gigi
pasien dengan menggunakan bahan alginate hal ini dilakukan untuk
mendapatkan cetakan negative yang hasilnya nanti akan di berikan
pada tekniker dan dikerjakaan didalam laboratorium.
-
17
Prosedur laboratorium :
1). Prosedur pembuatan coping
a. Persiapan Model Kerja
Model kerja dibersihkan dari nodul-nodul menggunakan lecron
dan tepi ataupun bawah model dirapikan dengan mesin trimer, hal
ini dilakukan agar mempermudah dan memperlancar pembuatan
gigi tiruan.
b. Penanaman model kerja pada okludator
Tahap penanaman model kerja pada okludator dilakukan untuk
memudahkan pembentukan pola malam dengan memperhatikan
oklusinya.
c. Pembuatan coping malam
Coping malam ialah suatu model dari lilin yang kemudian
diproduksi menjadi logam. Ketebalan coping malam dibuat 0,3mm
dan rata pada seluruh permukaan serta tidak boleh ada sudut yang
tajam (Martanto, 1981: 141)
d. Pemasangan Sprue
Pemasangan sprue berfungsi sebagai jalur masuknya logam cair
menuju mould space selama proses pengecoran. Ukuran diameter
dari sebuah sprue bergantung pada macam dan ukuran coping wax
dan alat pengecoran yang digunakan. Ukuran diameter sprue 2,5-
3,0 mm, dan panjang sprue ± 1,5 cm (Martanto, 1981: 164).
e. Penanaman pola malam (Investing)
Merupakan proses penanaman pola malam kedalam casting ring
dengan bahan pospate bonded investment. Pengadukan bahan
tanam dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu manual tanpa mesin
dan menggunakan alat vakum (Martanto, 1981: 184).
f. Burn out
Pola malam yang telah ditanam didalam ring dipanaskan secara
perlahan dalam mesin burn out furnace dengan suhu yang telah
ditentukan. Suhu yang diperlukan lilin menguap tanpa sisa dan
menghasilkan mould space dengan sempurna adalah 900º-950ºC,
-
18
untuk titik lebur pada bahan pospate bonded yaitu ± 1200ºC
(Gunadi, 1995: 390)
g. Pengecoran logam (Casting)
Merupakan proses masuknya logam cair kedalam mould space
(Martanto,1981 : 194). Ada beberapa jenis alat yang digunakan
yaitu, sentrifugal, induction, dan vacuum casting.
h. Sandblasting
Merupakan proses membersihkan coping metal dari bahan tanam
setelah casting menggunakan mesin sandblast dengan alumunium
oxide berukuran 250µ.
i. Finishing coping metal
Coping metal adalah struktur dasar dari lapisan metal tipis
berbentuk preparasi gigi yang akan dilapisi bahan porcelain.
Permukaan coping tidak boleh bersudut tajam untuk mencegah
terjadinya daya yang dapat meretakkan porcelain (Martanto,
1981:216). Ketebalan coping dapat mempengaruhi kekuatannya
yaitu 0,3-0,5 mm dan ketebalan porcelain adalah 1,2-1,5 mm
(Shillingburg, 1981 : 423). Dalam pembuatan komposit ketebalan
coping yaitu 0,3 mm dan ketebalan komposit adalah 1,2-1,5 mm
(Ceramage, 2000).
j. Penblasting
Tahap ini dilakukan menggunakan mesin penblast dengan
alumunium oxide berukuran 150µ untuk mengkasarkan permukaan
coping metal sebagai retensi saat pengaplikasian porcelain. Pada
tahap ini komposit menggunakan bahan seperti beads atau manik-
manik sebagai perlekatan retensi, dikarenakan sifat fisik yang
kurang baik maka digantikan menggunakan penblast sama seperti
porcelain.
-
19
2). Aplikasi Komposit Pada Coping Metal
Metal coping akan dilapisi dengan tiga lapisan komposit tahap
aplikasi lapisan biasa disebut dengan teknik layering, lapisan itu
terdiri dari:
a. Opaque
Pelapisan opaque dilakukan untuk menutupi lapisan metal,
sehingga pada lapisan berikutnya memberikan warna yang
baik. Pelapisan bahan opaque memegang peranan yang
penting dalam ikatan antara komposit dengan metal.
Aplikasikan opaque pada permukaan logam dengan kuas
no.4 lalu melakukan pembakaran dengan alat porcelain
furnice. Aplikasi pemberian opaque dilakukan dua kali sampai
permukaan logam tertutupi.
b. Dentin
Pelapisan ini memberikan bentuk menyerupai gigi asli dan
memberikan sebagian besar warna pada restorasi. Aplikasikan
pasta dentin secara bertahap dari area servikal ke pusat
mahkota atau incisal dengan ketebalan 1,2 mm dengan
membentuk kontur gigi.
c. Enamel atau transparan
Pelapisan ini akan memberikan translusen bagi restorasi, dan
penambahan lapisan ini akan menghasilkan lapisan tipis
didaerah insisal sepertiga tengah. Aplikasi enamel atau
transparan ini dilakukan untuk menyempurnakan kontur dan
menyesuaikan incisal dengan ketebalan 1,5 mm pemberian
trasparan dilakukan 1/3 pada bagian incisal.
d. Carving, Grinding, dan Correcting
Bertujuan untuk memastikan restorasi keramik-logam telah
masuk dengan baik pada die, dengan cara pembentukan sisi
proksimal incisal/oklusal, agar bentuk dan ukuran sama dan
sesuai dengan gigi tetangga.
-
20
e. Staining dan glazing
Tujuan dari staining dan glazing yaitu meningkatkan aspek
estetika, higienis, dari restorasi. Staining merupakan tahapan
pewarnaan gigi porselen, sedangkan glazing adalah tahap
mengkilapkan dan mencegah terjadinya keretakan. Pada tahap
ini dilakukan pengulasan pasta menggunakan kuas pada
permukaan komposit yang bertujuan untuk pemberian warna
serta mengkilapkan permukaan komposit juga memberi efek
hidup pada gigi agar tampak seperti gigi asli.