bab ii tinjauan pustaka a. gigi tiruan mahkota 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/209/3/6. bab...

16
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gigi Tiruan Mahkota 1. Definisi Gigi Tiruan Mahkota Menurut Martanto (1981) Mahkota adalah suatu restorasi (alat pemugar gigi) berupa mahkota penuh atau sebagian dari suatu gigi atau graham yang dibuat dari logam, porselen, atau kombinasi dari bahan-bahan tersebut. Begitu pula Menurut McLand (1902) Mahkota jacket adalah sebuah mahkota penuh, yang terbuat dari porcelain atau kombinasi. 2. Tujuan Pembuatan Gigi Tiruan Mahkota Tujuan pembuatan gigi tiruan mahkota adalah untuk memulihkan daya kunyah (masticating efficiency) yang menjadi kurang karena hilangnya satu atau lebih gigi asli. Tujuannya untuk memperbaiki estetika, memelihara/mempertahankan kesehatan gusi, memulihkan fungsi fonetik (pengucapan), serta mencegah terjadinya pergeseran gigi ke ruangan kosong akibat kehilangan gigi. Pergeseran gigi bisa berupa migrasi, rotasi, miring atau ekstrusi (Martanto, 1981: 3). B. Macam-macam Mahkota Tiruan 1. Mahkota sebagian Menurut Martanto (1981: 76-77) merupakan restorasi yang hanya sebagian dari permukaan gigi yang tertutup oleh mahkota. Bagian yang tidak tertutup oleh mahkota adalah bagian labial atau bukal. Indikasi mahkota sebagian untuk retainer yang baik pada gigi-gigi adalah : 1) Bagian labial atau bukal dalam keadaan baik, maupun estetis. 2) Gigi yang cukup tebal untuk membuat parit-parit proksimal yang cukup dalam untuk memberi retensi.

Upload: others

Post on 23-Oct-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Gigi Tiruan Mahkota

    1. Definisi Gigi Tiruan Mahkota

    Menurut Martanto (1981) Mahkota adalah suatu restorasi

    (alat pemugar gigi) berupa mahkota penuh atau sebagian dari suatu

    gigi atau graham yang dibuat dari logam, porselen, atau kombinasi

    dari bahan-bahan tersebut. Begitu pula Menurut McLand (1902)

    Mahkota jacket adalah sebuah mahkota penuh, yang terbuat dari

    porcelain atau kombinasi.

    2. Tujuan Pembuatan Gigi Tiruan Mahkota

    Tujuan pembuatan gigi tiruan mahkota adalah untuk

    memulihkan daya kunyah (masticating efficiency) yang menjadi

    kurang karena hilangnya satu atau lebih gigi asli. Tujuannya untuk

    memperbaiki estetika, memelihara/mempertahankan kesehatan

    gusi, memulihkan fungsi fonetik (pengucapan), serta mencegah

    terjadinya pergeseran gigi ke ruangan kosong akibat kehilangan

    gigi. Pergeseran gigi bisa berupa migrasi, rotasi, miring atau

    ekstrusi (Martanto, 1981: 3).

    B. Macam-macam Mahkota Tiruan

    1. Mahkota sebagian

    Menurut Martanto (1981: 76-77) merupakan restorasi yang hanya

    sebagian dari permukaan gigi yang tertutup oleh mahkota. Bagian

    yang tidak tertutup oleh mahkota adalah bagian labial atau bukal.

    Indikasi mahkota sebagian untuk retainer yang baik pada gigi-gigi

    adalah :

    1) Bagian labial atau bukal dalam keadaan baik, maupun estetis.

    2) Gigi yang cukup tebal untuk membuat parit-parit proksimal

    yang cukup dalam untuk memberi retensi.

  • 6

    3) Mempunyai mahkota klinis yang cukup panjang, besar dan

    tidak berkaries proksimal.

    4) Mempunyai kedudukan normal (tidak malposisi).

    2. Mahkota penuh

    Menurut Martanto (1981: 61) adalah suatu restorasi yang

    menutupi permukaan mahkota klinis dari suatu gigi. Mahkota ini

    dapat berupa restorasi yang berdiri sendiri (single unit restoration)

    atau sebagai retainer dari jembatan. Mahkota penuh yang khusus

    dipakai pada gigi-gigi anterior dan dibuat seluruhnya dari porselen

    atau akrilik yang disebut mahkota jacket.

    Indikasi mahkota penuh :

    1) Indikasi untuk gigi-gigi depan (anterior) dipakai untuk all

    acrylic dan atau porselen, yaitu :

    a) mempunyai permukaan labial yang berkaries, yang

    mengalami erosi, perubahan warna (stained).

    b) mempunyai permukaan proximal yang ada tambalan

    besar atau berkaries dalam.

    c) memerlukan perubahan kedudukan dan perubahan

    bentuk.

    2) Indikasi untuk gigi-gigi belakang (posterior) dipakai untuk

    mahkota penuh logam dan porselen, yaitu:

    a) gigi-gigi (geraham) yang terserang karies.

    b) oleh karena kerusakan-kerusakan akibat karies atau

    fraktur.

    C. Jenis Bahan Pembuatan Mahkota

    Jenis bahan pembuat mahkota penuh dibagi menjadi 6 (enam), yaitu:

    1). Mahkota penuh akrilik

    Menurut Martanto (1981) mahkota penuh yang menutupi

    seluruh permukaan mahkota klinis gigi dengan menggunakan

    bahan campuran dari bahan acrylic, dimana liquid sebagai

    monomer dan resin sebagai polimer. Pemakaian protesa jacket all

  • 7

    acrylic bertujuan untuk memperbaiki gigi anterior yang terindikasi

    mengalami masalah yang memungkinkan dibuatkan mahkota jaket.

    Gambar 2.1 Mahkota Penuh Akrilik (McLean, 1980)

    2). Mahkota Penuh Logam

    Menurut Martanto (1981) mahkota penuh yang terbuat dari

    logam yang dipakai sebagai retainer pada gigi-gigi posterior

    dimana estetika tidak begitu penting untuk dipertahankan. Pada

    gigi anterior biasanya mahkota penuh dari logam yang mempunyai

    lapisan porselen atau akrilik pada bagian-bagian labial atau bukal

    untuk memperbaiki estetika.

    Gambar 2.2 Mahkota Penuh Logam (Fatmawati, 2011)

    3). Mahkota Penuh Porcelain (full porcelain)

    Menurut kamus kedokteran gigi mahkota penuh porcelain

    (full porcelain crown) ialah suatu restorasi mahkota, sebagian atau

  • 8

    seluruhnya menutupi gigi dan mempunyai bahu servikal, yang

    dibuat dari porcelain.

    Gambar 2.3 Mahkota Penuh Porcelain (Fatmawati, 2011)

    4). Mahkota Metal Porcelain (PFM)

    Menurut Martanto (1981) mahkota metal porcelain

    merupakan salah satu bagian dari mahkota tiruan penuh, dimana

    mahkota jenis ini yaitu gabungan dari porcelain yang disertakan

    pada logam, dalam restorasi ini sangat memungkinkan terdapatnya

    kekuatan dan estetik, sehingga perkembangan ilmu kedokteran gigi

    seperti sekarang ini restorasi mahkota metal porselen banyak

    digunakan.

    Gambar 2.4 Mahkota Metal Porselen (Fatmawati, 2011)

  • 9

    5) Mahkota Zirconia

    Zirconia adalah substansi crystalline putih yang memiliki

    titik lebur pada suhu 2677ºC dan merupakan senyawa yang

    sangat tidak reaktif pada temperature kamar serta memiliki

    nama kimia ZrO² (zirconium dioksida). Zirconia berasal dari

    zirconium yang diduga dijumpai pada awal tahun 1789 dan

    diisolasi pertama kali oleh J.J.Berzelius pada tahun 1824.

    Penggunaan zirconia sebagai material medis tidak lepas dari

    perkembangan penggunaan keramik sebagai material medis

    yang telah digunakan sejak awal tahun 1933 (Afifuddin, 2002).

    Menurut penelitian Elbanuswatri, dkk, (2018)

    perkembangan bahan dalam bidang kedokteran gigi semakin

    meningkat. Kebutuhan bahan restorasi non metal seperti

    zirconia mulai banyak digunakan dalam bidang kedokteran

    gigi, hal ini dikarenakan zirconia memiliki sifat mekanis baik,

    estetis, daya tahan kimia yang kuat dan tahan korosi.

    Gambar 2.5 Mahkota Zirconia (Arista, dkk 2016)

    6) Resin komposit

    Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tulena M.P.

    Devistha, dkk (2014) Resin komposit merupakan bahan adhesif

    yang dapat berkaitan dengan jaringan keras gigi melalui dua

    system bonding (ikatan) yaitu ikatan email dan ikatan dentin.

    Bahan restorasi resin komposit pada bidang kedokteran gigi

    dimulai pada awal 1960. Kandungan utama resin komposit

    terdiri atas matriks resin dan bahan pengisi.

  • 10

    Matriks sendiri dapat terbagi menjadi tiga yaitu, komposit

    matrik polimer yaitu menggunakan polimer sebagai pengikat,

    komposit, matrik logam yaitu menggunakan logam sebagai

    pengikat, serta komposit matrik keramik yaitu bahan keramik

    yang dijadikan pengikat oleh komposit. Metal komposit adalah

    salah satu jenis komposit yang memiliki matrik logam yang

    mulai dikembangkan sejak tahun 1996. Metal komposit

    memiliki kekuatan tekanan yang baik serta ketahanan aus lebih

    baik (Nayiroh, 2015).

    Gambar 2.6 Resin Komposit

    Sumber Doc. Atas seizin Fredikoaldi

    D. RESIN KOMPOSIT

    1. Pengertian Resin Komposit

    Menurut Mc Cabe & Walls (2008) Resin komposit merupakan

    suatu material yang terbentuk dari kombinasi antara dua bahan atau

    lebih yang memiliki sifat berbeda untuk mendapatkan sifat yang

    lebih baik. Menurut penelitian Tulena, dkk (2014) komposit

    merupakan bahan tumpatan gigi yang banyak digunakan untuk

    menggantikan struktur gigi yang hilang serta memodifikasi warna

    dan kontur gigi dengan tujuan estetik.

    2. Klasifikasi Resin Komposit

    Resin komposit pada umumnya diklasifikasikan berdasarkan

    ukuran, jumlah dan kandungan filler anorganik. Jenis-jenis resin

  • 11

    komposit, sejak pertama kali ditemukan, meliputi resin komposit

    konvensional (makrofiller), resin komposit mikrofiller, resin

    komposit hybrid, dan resin komposit nanofiller. Komposit juga

    diklasifikasikan berdasarkan viskositasnya, seperti contohnya resin

    komposit flowable dan resin komposit packable. Resin komposit

    jenis flowable memiliki viskositas yang lebih rendah dibandingkan

    resin komposit packable.

    Menurut Thompson dan Bayne (2006), polimerisasi pada resin

    komposit dapat digolongkan menjadi resin komposit light-cure,

    light-curing sinar tampak, dual-curing, self-cure. Resin komposit

    light-cure memerlukan bantuan sinar UV selama polimerisasi,

    sedangkan resin komposit self-cure tidak memerlukan sinar UV

    selama polimerisasi. Lain hal dengan dual-cure, resin komposit

    jenis ini dapat terpolimerisasi dengan sendirinya atau menggunakan

    sinar UV. Light-cure sinar tampak memerlukan panjang gelombang

    sinar tampak selama polimerisasi.

    a. Resin komposit konvensional (makrofiller)

    Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Widyastuti, 2017)

    Resin komposit jenis ini mempunyai ukuran bahan partikel

    pengisi relatif besar yaitu 8-12µm dan banyaknya bahan

    pengisi umumnya 70-80% berat atau 60-65% volume.

    Besarnya bahan partikel pengisi pada resin komposit ini

    menjadikan permukaannya kasar dan lebih tahan terhadap

    abrasi. Permukaan yang kasar pada resin juga menjadi

    kekurangannya yakni cenderung dapat berubah warna.

    b. Komposit Mikrofiller

    Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Widyastuti, 2017)

    Resin komposit mikrofill mempunyai ukuran partikel pengisi

    paling kecil yaitu dengan ukuran 0,04 µm. sehingga memiliki

    permukaan yang halus dan mengkilap yang menyerupai email.

  • 12

    c. Komposit Hybrid

    Resin komposit hybrid merupakan kombinasi sifat mekanis

    dan fisik dari resin komposit konvensional (makrofiller)

    dengan permukaan halus dan mengkilap yang dimiliki

    komposit mikrofiller yang mengandung filler sebanyak 75%-

    85% juga memiliki ukuran partikel filler sebesar 0,6-1,0 µm.

    resin komposit ini mempunyai tingkatan kekuatan dan

    kehalusan yang cukup baik sehingga dapat diindikasi untuk

    restorasi gigi anterior maupun posterior. Resin komposit hybrid

    juga dapat mengalami perubahan warna seperti resin komposit

    konvensional.

    d. Resin komposit nanofiller

    Resin komposit jenis ini memiliki partikel filler yang sangat

    kecil (0,005-0,01 µm). ukuran partikel filler yang sangat kecil

    inilah yang menyebabkan partikel mudah menggumpal. oleh

    karena itu, pada resin komposit ini dilakukan packaging yang

    optimal. Ukuran partikel filler yang ini memudahkan proses

    pemolesan.

    e. Resin komposit flowable

    Flowable komposit umumnya memiliki kandungan filler

    yang lebih sedikit dan memiliki sifat fisik serta mekanis yang

    lebih rendah dibandingkan dengan resin komposit jenis lain

    yang mengandung filler lebih banyak. Resin jenis ini memiliki

    resiko polimerisasi shrinkage yang lebih tinggi (Nurlatifah,

    2014).

    f. Resin Komposit packable

    Packable merupakan suatu istilah yang digunakan untuk

    menyebut resin komposit pasta yang memiliki viskositas

    tinggi. Viskositas yang tinggi ini akan memudahkan saat

    diaplikasikan pada gigi (Nurlatifah, 2014).

  • 13

    3. Sifat-sifat Bahan Resin Komposit

    Menurut penelitian yang dilakukan oleh Aprilia, dkk (2007) bahan

    resin mempunyai sifat menyerap air secara perlahan-lahan dalam

    jangka waktu tertentu yang mengakibatkan terjadinya perubahan

    warna. Sifat yang menyebabkan resin komposit dapat mengalami

    perubahan warna adalah dikarenakan sifatnya yang mampu

    mengabsorbi cairan.

    4. Kelebihan dan Kekurangan Resin Komposit

    Dalam penggunaanya sebagai bahan tumpatan, resin komposit

    memiliki kekurangan dan kelebihan. Berikut merupakan kelebihan

    serta kekurangan resin komposit yang tertuang pada tabel yaitu :

    Tabel 1. Kelebihan dan kekurangan resin komposit

    Sumber. (Widyastuti, 2017)

    No Kelebihan Kekurangan

    1 Bahan tidak berbahaya

    (tidak mengandung bahan

    merkuri).

    Bahan ini dapat berubah

    warna saat pemakaian

    jangka panjang.

    2 Warna resin komposit

    yang sewarna dengan gigi

    asli.

    Terjadi pengerutan saat

    polimerisasi.

    3 Sifat mekanik dan sifat

    fisik yang cukup baik.

    Serta biaya yang relatif

    mahal.

    E. Alat dan Bahan Yang Digunakan Dalam Pembuatan Crown Metal

    Komposit

    Adapun alat dan bahan khusus pembuatan resin komposit yang

    digunakan pada prosedur ini yaitu:

    a) Light-Cure unit

    Alat ini berbentuk seperti oven, alat ini menggunakan

    cahaya UV sebagai polimerisasi dan terdapat dudukan di

    dalam nya alat ini akan berputar saat digunakan agar cahaya

    mengenai seluruh permukaan yang teraplikasi oleh bahan.

  • 14

    Dan terdapat tombol yang diberi angka, tombol itu

    merupakan menit untuk menentukan berapa lama

    polimerisasi dilakukan.

    Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Annete

    Alexandra, 2005) Penyinaran resin komposit setidaknya

    dilakukan 30-40 detik, hal ini dilakukan untuk mendapatkan

    polimerisasi yang maksimal. Penyinaran yang kurang akan

    mengakibatkan mengerasnya lapisan luar saja dan

    menghasilkan lapisan yang tidak matang atau lunak pada

    bagian dasar. Penyinaran yang tidak menyeluruh pada

    permukaan tumpatan resin komposit juga akan

    menyebabkan penyusutan.

    Gambar 2.7 Alat Light-Cure Unit

    b) Bahan komposit

    Resin komposit terdiri dari beberapa campuran material

    yaitu resin matriks, filler dan coupling agent. Sistem

    activator-inisiator juga diperlukan untuk mengubah pasta

    resin dari lunak, moldable, sampai keras. Komponen lain

    ditambahkan untuk meningkatkan kualitas kinerja,

    penampilan dan durabilitas material. Pigmen atau zat warna

    ditambahkan untuk menyesuaikan warna gigi. Ultraviolet

    (UV) dan bahan tambahan lain berfungsi untuk

  • 15

    meningkatkan stabilitas warna, dan inhibitor dapat

    mempercepat waktu kerja pada pengaktifan resin secara

    kimiawi (Anusavice, 2004).

    (a) Matriks organik

    Kebanyakan bahan komposit menggunakan campuran

    monomer diakrilat aromatik atau alipatik seperti yang

    paling sering digunakan yaitu bisphenol-A-glycidyl

    methacrylate (Bis-GMA), urethane dimethacrylate

    (UDMA), dan trietilen glikol dimetakrilat (TEGDMA).

    Gambar 2.8 Struktur Kimia Bis-GMA, UDMA dan TEGDMA

    (Anusavice,2004)

    Molekul monomer dengan berat molekul tinggi memiliki

    viskositas yang tinggi sehingga untuk memudahkan proses

    resin memerlukan bahan tambahan untuk mengencerkannya.

    Bahan tersebut berupa monomer lain yang kekentalannya

    lebih rendah seperti bisphenol A dimetakrilat (Bis-DMA),

    etilen glikol dimetakrilat (EGDMA), trietilen glikol

    dimetakrilat (TEGDMA), metil metakrilat (MMA).

    Sayangnya penambahan TEGDMA atau dimetakrilat dengan

    molekul rendah meningkatkan polimerisasi shrinkage

    (Anusavice, 2004).

  • 16

    (b) Filler

    Filler adalah partikel anorganik yang umumnya

    dihasilkan dari pengolahan quartz atau kaca dengan

    ukuran partikel 0,1-100µm. filler yang paling digunakan

    adalah quartz, campuran silica dan beberapa jenis glass

    sebanyak 60%-80%, berdasarkan berat, dengan ukuran

    partikel antara 1-50µm. partikel filler dapat mengurangi

    shrinkage pada resin kamposit, mengurangi penyerapan

    air, meningkatkan sifat mekanis seperti kekuatan,

    kekakuan, kekerasan dan ketahanan abrasi.

    (c) Coupling agent

    Ikatan antara partikel filler dan matriks resin didapatkan

    dengan penggunaan campuran silikon organik, atau silane

    coupling agent. Coupling agent memperkuat ikatan antara

    filler dan matriks dengan cara bereaksi secara kimia

    dengan kedua material. Ikatan yang terjadi ini akan

    memungkinkan matrik resin menyalurkan tekanan kepada

    partikel filler. Selama polimerisasi, ikatan ganda pada

    molekul silane juga akan bereaksi dengan matriks

    polimer. Ikatan antara filler dan matriks yang terbentuk

    akan memungkinkan terjadinya tekanan yang dapat

    dikendalikan. Ikatan tersebut akan membantu material

    lebih kuat.

    F. Prosedur Pembuatan Crown Metal Komposit

    Setelah mengetahui alat serta bahan komposit utama yang akan

    digunakan selanjutnya adalah prosedur pembuatan crown metal

    komposit dengan metode indirek. Pertama-tama dokter mencetak gigi

    pasien dengan menggunakan bahan alginate hal ini dilakukan untuk

    mendapatkan cetakan negative yang hasilnya nanti akan di berikan

    pada tekniker dan dikerjakaan didalam laboratorium.

  • 17

    Prosedur laboratorium :

    1). Prosedur pembuatan coping

    a. Persiapan Model Kerja

    Model kerja dibersihkan dari nodul-nodul menggunakan lecron

    dan tepi ataupun bawah model dirapikan dengan mesin trimer, hal

    ini dilakukan agar mempermudah dan memperlancar pembuatan

    gigi tiruan.

    b. Penanaman model kerja pada okludator

    Tahap penanaman model kerja pada okludator dilakukan untuk

    memudahkan pembentukan pola malam dengan memperhatikan

    oklusinya.

    c. Pembuatan coping malam

    Coping malam ialah suatu model dari lilin yang kemudian

    diproduksi menjadi logam. Ketebalan coping malam dibuat 0,3mm

    dan rata pada seluruh permukaan serta tidak boleh ada sudut yang

    tajam (Martanto, 1981: 141)

    d. Pemasangan Sprue

    Pemasangan sprue berfungsi sebagai jalur masuknya logam cair

    menuju mould space selama proses pengecoran. Ukuran diameter

    dari sebuah sprue bergantung pada macam dan ukuran coping wax

    dan alat pengecoran yang digunakan. Ukuran diameter sprue 2,5-

    3,0 mm, dan panjang sprue ± 1,5 cm (Martanto, 1981: 164).

    e. Penanaman pola malam (Investing)

    Merupakan proses penanaman pola malam kedalam casting ring

    dengan bahan pospate bonded investment. Pengadukan bahan

    tanam dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu manual tanpa mesin

    dan menggunakan alat vakum (Martanto, 1981: 184).

    f. Burn out

    Pola malam yang telah ditanam didalam ring dipanaskan secara

    perlahan dalam mesin burn out furnace dengan suhu yang telah

    ditentukan. Suhu yang diperlukan lilin menguap tanpa sisa dan

    menghasilkan mould space dengan sempurna adalah 900º-950ºC,

  • 18

    untuk titik lebur pada bahan pospate bonded yaitu ± 1200ºC

    (Gunadi, 1995: 390)

    g. Pengecoran logam (Casting)

    Merupakan proses masuknya logam cair kedalam mould space

    (Martanto,1981 : 194). Ada beberapa jenis alat yang digunakan

    yaitu, sentrifugal, induction, dan vacuum casting.

    h. Sandblasting

    Merupakan proses membersihkan coping metal dari bahan tanam

    setelah casting menggunakan mesin sandblast dengan alumunium

    oxide berukuran 250µ.

    i. Finishing coping metal

    Coping metal adalah struktur dasar dari lapisan metal tipis

    berbentuk preparasi gigi yang akan dilapisi bahan porcelain.

    Permukaan coping tidak boleh bersudut tajam untuk mencegah

    terjadinya daya yang dapat meretakkan porcelain (Martanto,

    1981:216). Ketebalan coping dapat mempengaruhi kekuatannya

    yaitu 0,3-0,5 mm dan ketebalan porcelain adalah 1,2-1,5 mm

    (Shillingburg, 1981 : 423). Dalam pembuatan komposit ketebalan

    coping yaitu 0,3 mm dan ketebalan komposit adalah 1,2-1,5 mm

    (Ceramage, 2000).

    j. Penblasting

    Tahap ini dilakukan menggunakan mesin penblast dengan

    alumunium oxide berukuran 150µ untuk mengkasarkan permukaan

    coping metal sebagai retensi saat pengaplikasian porcelain. Pada

    tahap ini komposit menggunakan bahan seperti beads atau manik-

    manik sebagai perlekatan retensi, dikarenakan sifat fisik yang

    kurang baik maka digantikan menggunakan penblast sama seperti

    porcelain.

  • 19

    2). Aplikasi Komposit Pada Coping Metal

    Metal coping akan dilapisi dengan tiga lapisan komposit tahap

    aplikasi lapisan biasa disebut dengan teknik layering, lapisan itu

    terdiri dari:

    a. Opaque

    Pelapisan opaque dilakukan untuk menutupi lapisan metal,

    sehingga pada lapisan berikutnya memberikan warna yang

    baik. Pelapisan bahan opaque memegang peranan yang

    penting dalam ikatan antara komposit dengan metal.

    Aplikasikan opaque pada permukaan logam dengan kuas

    no.4 lalu melakukan pembakaran dengan alat porcelain

    furnice. Aplikasi pemberian opaque dilakukan dua kali sampai

    permukaan logam tertutupi.

    b. Dentin

    Pelapisan ini memberikan bentuk menyerupai gigi asli dan

    memberikan sebagian besar warna pada restorasi. Aplikasikan

    pasta dentin secara bertahap dari area servikal ke pusat

    mahkota atau incisal dengan ketebalan 1,2 mm dengan

    membentuk kontur gigi.

    c. Enamel atau transparan

    Pelapisan ini akan memberikan translusen bagi restorasi, dan

    penambahan lapisan ini akan menghasilkan lapisan tipis

    didaerah insisal sepertiga tengah. Aplikasi enamel atau

    transparan ini dilakukan untuk menyempurnakan kontur dan

    menyesuaikan incisal dengan ketebalan 1,5 mm pemberian

    trasparan dilakukan 1/3 pada bagian incisal.

    d. Carving, Grinding, dan Correcting

    Bertujuan untuk memastikan restorasi keramik-logam telah

    masuk dengan baik pada die, dengan cara pembentukan sisi

    proksimal incisal/oklusal, agar bentuk dan ukuran sama dan

    sesuai dengan gigi tetangga.

  • 20

    e. Staining dan glazing

    Tujuan dari staining dan glazing yaitu meningkatkan aspek

    estetika, higienis, dari restorasi. Staining merupakan tahapan

    pewarnaan gigi porselen, sedangkan glazing adalah tahap

    mengkilapkan dan mencegah terjadinya keretakan. Pada tahap

    ini dilakukan pengulasan pasta menggunakan kuas pada

    permukaan komposit yang bertujuan untuk pemberian warna

    serta mengkilapkan permukaan komposit juga memberi efek

    hidup pada gigi agar tampak seperti gigi asli.