bab 2 tinjauan teoritis 2.1 tinjauan teoritis medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/bab 2.pdf ·...

50
10 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 Anatomi Fisiologi 2.1.1.1 Anatomi Tulang Komponen utama sistem muskoluskeletal adalah jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot, rangka, tendon, ligamen, bursa, dan jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini. Kerangka tulang merupakan kerangka yang kuat menyangga struktur tubuh. Sementara itu,otot yang melekat pada kerangka tulang memungkinkan tubuh untuk bergerak (Muttaqin, 2008). Gambar 2.1 Anatomi Tulang (Syaifuddin, 2011). Tulang terbentuk dari jaringan-jaringan mesenkim. Pada pembentukan tulang, zat-zat anorganik seperti kalsium,

Upload: others

Post on 18-Jan-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

10

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Teoritis Medis

2.1.1 Anatomi Fisiologi

2.1.1.1 Anatomi Tulang

Komponen utama sistem muskoluskeletal adalah jaringan

ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot, rangka,

tendon, ligamen, bursa, dan jaringan khusus yang

menghubungkan struktur-struktur ini. Kerangka tulang

merupakan kerangka yang kuat menyangga struktur tubuh.

Sementara itu,otot yang melekat pada kerangka tulang

memungkinkan tubuh untuk bergerak (Muttaqin, 2008).

Gambar 2.1

Anatomi Tulang (Syaifuddin, 2011).

Tulang terbentuk dari jaringan-jaringan mesenkim. Pada

pembentukan tulang, zat-zat anorganik seperti kalsium,

Page 2: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

11

fosfor, dan CO2 sangat diperlukan., selain zat-zat protein

dan lemak. Sementara itu, pertumbuhan tulang

dipengaruhi oleh vitamin D dan hormon-hormon, seperti

hormon tiroid dan pituitari. Sinar ultraviolet juga memiliki

pengaruh dalam proses biokimia pertumbuhan tulang

(Zairin, 2013).

Komponen utama dari jaringan tulang adalah mineral dan

jaringan organik (kolagen serta proteoglikan). Kalisum

dan dosfat membentuk suatu kristal garam

(hidroksiapatit), kemudian tertimbun pada matriks kolagen

dan proteoglikan. Matriks tulang disebut sebagai suatu

osteoid. Sekitar 70% dari osteoid adalah kolagen tipe I

yang mempunyai kekakuan dan kekerasan tinggi pada

tulang. Materi organik lain yang juga menyusun tulang

adalah proteoglikan (Muttaqin, 2008).

Tulang diselimuti di bagian luarnya oleh periosteum,

periosteum mengandung saraf, pembuluh darah dan

limfatik. Endosteum adalah membran vaskuler tipis yang

menutupi rongga sumsum tulang panjang dan rongga

dalam tulang kanselus. Sumsum tulang merupakan

jaringan vaskuler dalam rongga. Sumsum (batang) tulang

panjang dan tulang pipih, tulang kanselus menerima

asupan darah yang sangat banyak melalui pembuluh

metafisis dan epifisis (Muttaqin, 2008).

Tubuh manusia tersusun atas tulang-tulang dengan

berbagai bentuk dan jenisnya yang membentuk satu

rangkaian menjadi rangka. Fungsi umum rangka/tulang

adalah (Tarwoto & Wartonah, 2011)

a. Memberi bentuk pada tubuh. Seseorang terlihat tinggi

atau pendek karena penyusun rangkanya.

Page 3: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

12

b. Melindungi organ atau jaringan vital yang ada

didalamnya.

c. Menyangga berat badan. Tulang-tulang aksial yang

membentuk poros tubuh berfungsi menyanggah berat

badan misalnya tulang leher, tulang vertebra dan

tulang pelvis.

d. Tempat melekatnya otot yaitu otot-otot lurik atau otot

rangka.

e. Membantu pergerakan. Adanya persendian dan

kerjasama dengan otot serta sistem saraf

memungkinkan tulang dapat bergerak.

f. Tempat menyimpan energi, yaitu simpanan lemak

yang ada pada sumsum kering.

Gambar 2.2

Klasifikasi bentuk tulang (Muttaqin,2008).

Secara garis besar, tulang dibagi menjadi enam:

a. Tulang panjang (long bone)

Terdiri dari batang tebal panjang yang disebut diafisis

dan dua ujung yang disebut efisis. Di sebelah

proksimal dari efisis terdapat metafisis. Di antara

epifisis dan metafisis terdapat daerah tulang rawan

yang tumbuh, yang disebut lempeng efisis atau

Page 4: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

13

lempeng pertumbuhan. Tulang panjang tumbuh

karena akumulasi tulang rawan di lempeng efisis.

Tulang rawan digantikan oleh sel-sel tulang yang

dihasilkan oleh osteoblas, dan tulang yang

memanjang. Batang dibentuk oleh jaringan tulang

yang padat. Efisis dibentuk oleh jaringan tulang yang

padat. Efisis dibentuk dari spongi bone (cancellous

atau trabecular). Pada akhir tahun remaja tulang

rawan habis, lempeng efisis berfusi, dan tulang

berhenti tumbuh. Hormon pertumbuhan, estrogen, dan

testosteron merangsang pertumbuhan tulang panjang.

Estrogen, bersama dengan testosteron, merangsang

fusi lempeng epifisis. Batang suatu tulang panjang

memiliki rongga yang disebut kanalis medularis.

Kanalis medularis berisi sumsum tulang (Abdul

Wahid, 2013).

Contoh tulang panang adalah femur, tibia, fibula, ulna

dan humerus (Muttaqin, 2008).

b. Tulang pendek (short bone)

Bentuknya tidak teratur dan inti dari cansellous

(spongy) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang

padat (Abdul Wahid,2013). Contohnya: tulang-tulang

karpal (Muttaqin, 2008).

c. Tulang pipih (flat bone)

Misalnya tulang pariental, iga, skapula, dan pelvis

(Muttaqin, 2008).

d. Tulang yang tidak beraturan (irreguler bone) sama

seperti dengan tulang pendek, misalnya tulang

vertebra (Muttaqin, 2008).

e. Tulang Sesamoid, merupakan tulang kecil yang

terletak disekitar tulang yang berdekatan dengan

persendian dan didukung oleh tendon dan jaringan

Page 5: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

14

faisal, misalnya patella (kap lutut) (Abdul Wahid,

2013). Misalnya tulang patela (Muttaqin ,2008).

f. Tulang sutura (sutural bone)

Ada di atap tengkorak (Muttaqin, 2008).

Secara fisiologis tungkai bawah terdiri atas kaki dan

pergelangan kaki yang berfungsi sebagai suatu unit yang

terpadu serta bersama-sama memberikan dukungan stabil,

propriosepsi, keseimbangan, dan mobilitas. Untuk

mempertahankan fungsi tersebut, maka diperlukan kondisi

tulang dan jaringan lunak (otot, lemak, tendon jaringan

saraf, dan pembuluh darah) yang optimal. Tibia atau

tulang kering merupakan kerangka utama dari tungkai

bawah dan terletak medial dari fibula atau tulang betis.

Pada kondisi klinik perawat sering menemukan adanya

gangguan pada tungai bawah akibat trauma, tumor,

infeksi, in dan kelainan kongenital, serta setelah mendapat

intervensi medik (Muttaqin, 2010).

Tulang tungkai bawah terdiri dari tulang pipa yaitu tulang

tibia (Os Tibia) dan fibula (Os Fibula) .Tibia adalah tulang

pipa dengan sebuah batang dan dua ujung. Ujung atas

memperlihatkan adanya kondil medial dan lateral. Kondil-

kondil ini merupakan bagian yang paling atas dan paling

pinggir dari tulang. Permukaan superiornya

memperlihatkan dua dataran permukaan persendian untuk

femur dalam formasi sendi lutu. Permukaan-permukaan

tersebut halus dan diatas permukaannya yang terdapat

tulang rawan semilunar (setengah bulan) yang membuat

permukaan persendian lebih dalam untuk penerimaan

kondil femur (Wibowo Daniel, 2013).

Page 6: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

15

Bagian-bagian tulang Tibia (Tulang kering) (Pearce

Evelyn C, 2013):

a. Epiphysis Proximalis (Ujung atas)

Bagian ini melebar secara transversal dan memiliki

permukaan sendi superior pada tiap condylus, yaitu

condylus lateral. Ditengah-tengahnya terdapat suatu

peninggian yang disebut eminenta intercondyloidea.

b. Diaphysis (Corpus)

Pada penampang melintang merupakan segitiga dengan

puncaknya menghadap ke muka, sehingga corpus

mempunyai tiga sisi yaitu margo anterior (disebelah

muka), margo medialis (di sebelah medial), dan crista

interossea (di sebelah lateral) yang membatasi facies

lateralis, facies posterior dan facies medialis. Facies

medialis langsung terdapat dibawah kulit dan margo

anterior disebelah proximal.

c. Epiphysis diatalis (ujung bawah)

Ke arah medial bagian ini kuat menonjol dan disebut

maleolus medialis (mata kaki). Epiphysis distalis

mempunyai tiga dataran sendi yang horizontal (facies

articularis inferior) dan di sebelah lateral terdapat

cekungan sendi (incisura fibularis).

Gambar 2.3

Tulang Tibia Fibula (Wibowo Daniel,2013).

Page 7: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

16

Tulang Fibula adalah tulang betis yang berada disebelah

lateral tungkai bawah. Ujung atas berbentuk kepala dan

bersendi dengan bagian belakang sebelah luar dari tibia

tapi tidak ikut dalam formasi lutut. Ujung bawah

memanjang menjadi maleolus lateralis. Seperti tibia, arteri

yang memperdarahinya adalah arteri tibialis posterior.

Dan otot-otot yang terdapat pada daerah betis adalah

msukulus gastroknemius dan muskulus soleus pada sisi

posterior serta muskulus peroneus dan tibialis anterior

pada sisi anterior. Nervus peroneus dan tibialis juga

mempersarafi daerah sekitar tulang fibula ini (Pearce

Evelyn C, 2013).

Pada fibula bagian ujung bawah disebut malleolus

lateralis. Disebelah bawah kira-kira 0,5cm disebelah

bawah medialits, juga letaknya lebih posterior. Sisi-sisinya

yang mendatar mempunyai permukaan anterior dan

posterior yang sempit dan permukaan-permukaan medialis

dan lateralis yang lebih lebar. Permukaan anterior menjadi

tempat lekat dari ligamentum talofibularis anterior.

Permukaan lateralis terletak subkutan dan berbentuk

sebagai penonjolan lubang. Pinggir lateral alur tadi

merupakan tempat lekat retina kulum. Permukaan sendi

yang berbentuk segitiga pada permukaan medialis

bersendi dengan ostalus, persendian ini merupakan

sebagian dari sendi pergelangan kaki. Fosa malleolaris

terletak disebelah belakang permukaan sendi, mempunyai

banyak foramina vaskularis dibagian atasnya. Pinggir

inferior malleolus mempunyai aspek yang menjorok

kebawah. Disebelah anterior dari aspek terdapat sebuah

insissura yang merupakan tempat lekat dari ligamentum

kalkaneofibularis (Pearce Evelyn C, 2013).

Page 8: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

17

2.1.1.2 Fisiologi Tulang

Fisiologi tulang adalah sebagai berikut :

a. Mendukung jaringan tubuh dan memberikan

bentuk tubuh.

b. Melindungi organ tubuh (misalnya jatung, otak,

dan paru-paru).

c. Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan

dengan kontraksi dan pergerakan).

d. Membentuk sel-sel darah merah didalam sumsum

tulang belakang (hema topoiesis)

e. Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium,

fosfor.

(Abdul Wahid, 2013).

Sedangkan menurut Muttaqin, 2008 Fungsi Utama

Tulang adalah :

a. Membentuk rangka tubuh

b. Sebagai pengumpil dan tempat melekat otot

c. Sebagai bagan dari dalam tubuh untuk melindungi

dan mempertahankan alat-alat dalam (seperti otak,

sumsum tulang belakang, jantung, dan paru-paru)

d. Sebagai tempat mengatur dan defosit kalsium,

fosfat, magnesium, dan garam

e. Ruang di tengah tulang tertentu sebagai organ yang

mempunyai fungsi tambahan lain, yaitu sebagai

jaringan hemopoietik untuk memproduksi sel darah

merah, sel darah putih dan trombosit.

2.1.2 Pengertian

Fraktur adalah patah tulang,biasanya disebabkan oleh trauma atau

tenaga fisik. Kekuatan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang,

dan jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah

Page 9: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

18

fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap (Huda &

Kusuma, 2013).

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang,

retak atau patahnya tulang yang utuh, yang biasanya disebabkan

oleh trauma/rudapaksa atau tenaga fisik yang ditentukan jenis dan

luasnya trauma (Lukman & Ningsih, 2012).

Fraktur yang terjadi pada tulang tibia dan fibula sering disebut

fraktur cruris. Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah

tulang tibia dan fibula yang biasanya terjadi pada bagian

proksimal (kondilus), diafisis atau persendian pergelangan kaki.

Pada beberapa rumah sakit, kejadian fraktur cruris biasanya

terbanyak kedua setelah fraktur femur. Oleh karen itu, peran

perawat dalam memberikan asuhan keperawatan trauma

muskoluskeletal pada fraktur cruris akan semakin besar sehingga

diperlukan pengetahuan-pengetahuan mengenai anatomi,

fisiologi, dan patofisiologi tulang normal dan kelainan yang

terjadi pada pasien fraktur cruris (Muttaqin, 2008).

Fraktur cruris terbuka adalah terputusnya hubungan tulang tibia

dan fibula disertai dengan kerusakan jaringan lunak (otot, kulit,

jaringan saraf, pembuluh darah) sehingga memungkinkan

terjadinya hubungan antara fragmen tulang yang patah dengan

udara luar yang disebabkan oleh cidera dari tulang langsung yang

mengenai kaki (Muttaqin, 2013)

2.1.3 Klasifikasi Fraktur

Penampikan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan

yang praktis, dibagi menjadi beberapa kelompok (Abdul wahid,

2013) :

a. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan)

1) Fraktur Tertutup (Closed)

Page 10: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

19

Bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan

dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih

utuh) tanpa komplikasi.

2) Fraktur Terbuka (Open/Compound)

Bila terdapat hubungan antara hubungan antara fragmen

tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.

b. Berdasarkan komplit atau ketidak komplitan fraktur

1) Fraktur Komplit

Bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau

melalui kedua korteks tulang seperti terlihat pada foto.

2) Fraktur Inkomplit

Bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang

seperti:

a) Hair Line Fracture

Salah satu jenis fraktur tidak lengkap pada tulang. Hal

ini disebabkan oleh “stres yang tidak biasa atau

berulang-ulang” dan juga karena berat badan terus

menerus pada pergelangan kaki atau kaki. Hal ini

berbeda dengan jenis patah tulang yang lain, yang

biasanya ditandai dengan tanda yang jelas. Hal ini

dapat digambarkan dengan garis sangat kecil atau retak

pada tulang, ini biasanya terjadi di tibia, metatarsal

(tulang kaki), dan walau tidak umum kadang bisa

terjadi pada tulang femur. Hairline fracture/stress

fracture umum terjadi pada cedera olahraga, dan

kebanyakan kasus berhubungan dengan olahraga.

b) Buckle atau Torus Fracture

Bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi

tulang spongiosa dibawahnya.

Page 11: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

20

c) Green Stick Fracture

Mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya

yang terjadi pada tulang panjang.

3) Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan

mekanisme trauma

a) Fraktur Transversal

Fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan

merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.

b) Fraktur Oblik

Fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut

terhadap sumbu tulang dan merupakann akibat trauma

angulasi juga.

c) Fraktur Spiral

Fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang

disebabkan trauma rotasi.

d) Fraktur Kompresi

Fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang

mendorong tulang ke arah permukaan lain.

e) Fraktur Avulsi

Fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau

traksi otot pada insersinya pada tulang.

4) Berdasarkan jumlah garis patah

a) Fraktur Komunitif

Fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling

berhubungan.

b) Fraktur Segmental

Fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak

berhubungan.

Page 12: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

21

c) Fraktur Multiple

Fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak

pada tulang yang sama.

5) Berdasarkan pergeseran fragmen tulang

a) Fraktur Undisplaced (tidak bergeser)

Garis patah lengkap tetapi kedua fragmen tidak

bergeser dan periosteum masih utuh.

b) Fraktur Displaced (bergeser)

Terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut

lokasi fragmen, terbagi atas :

(1) Dislokasi ad longitudinam cum contractionum

(pergeseran searah sumbu dan overlapping).

(2) Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk

sudut).

(3) Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua

fragmen saling menjauh).

6) Fraktur Patologis

Fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang.

7) Fraktur Kelelahan

Fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.

Klasifikasi Fraktur Tertutup Berdasarkan Keadaan Jaringan

Lunak di Sekitar Trauma (Asikin & Nasir, 2016) :

1) Tingkat 0 : Fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera

jaringan lunak sekitarnya.

2) Tingkat 1 : Fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit

dan jaringan subkutan.

3) Tingkat 2 : Fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan

lunak bagian dalam dan pembengkakan.

4) Tingkat 3 : Cedera berat dengan keruskan jaringan lunak yang

nyata dan ancaman sindroma kompartemen.

Page 13: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

22

2.1.4 Etiologi

Menurut Sugeng (2012), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi

tiga yaitu :

1. Cedera traumatik

Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh:

a. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang

sehingga tulang patah secara spontan. Pemukulan biasanya

menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit di

atasnya.

b. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh

dari lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur

dan menyebabkan fraktur klavikula.

c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak

dari otot kuat.

2. Fraktur Patologik

Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana

dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga

terjadi pada berbagai keadaan berikut:

a. Tumor tulang (jinak atau ganas): pertumbuhan jaringan baru

yang tidak terkendali dan prgresif

b. Infeksi seperti osteomielitis: dapat terjadi sebagai akibat

infeksi akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses

yang progresif, lambat dan sakit nyeri.

c. Rakhitis: suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh

defisiensi Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan

skelet lain, biasanya disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi

kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi

Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang

rendah.

Page 14: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

23

d. Secara spontan: disebabkan oleh stress tulang yang terus

menerus misalnya pada penyakit polio dan orang yang

bertugas dikemiliteran.

Menurut Kholid Rosyidi (2013), etiologi fraktur adalah :

1. Kekerasan langsung

Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik

terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur

terbuka dengan garis patah melintang atau miring.

2. Kekerasan tidak langsung

Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang

ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang

patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur

hantaran vektor kekerasan.

3. Kekerasan akibat tarikan otot

Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.

Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, dan

penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.

2.1.5 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi,

deformitas, pemendekan ekstremitas, krepitus, pembengkakan

lokal, dan perubahan warna (Smeltzer, 2008). Gejala umum

fraktur menurut Reeves (2011) adalah rasa sakit, pembengkakan,

dan kelainan bentuk.

Menurut Asikin & Nasir (2016) tanda dan gejala fraktur:

a. Deformitas

b. Bengkak/edema

c. Ekimosis (Memar)

d. Spasme otot

e. Nyeri

f. Kurang/hilang sensasi

Page 15: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

24

g. Krepitasi

h. Pergerakan abnormal

Menurut Lukman & Ningsih (2012) tanda dan gejala fraktur

adalah sebagai berikut:

a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen

tulang di imobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur

merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk

meminimalkan gerakan antarfragmen tulang.

b. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian yang tak dapat

digunakan dan cenderung bergerak secara tidak alamiah

(gerakan luar biasa) bukannya tetap rigid seperti normalnya.

Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai

menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ekstremitas

yang bisa diketahui dengan membandingkan ekstremitas

normal. Ekstremitas tak dapat berfungsi dengan baik karena

fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat

melengketnya otot.

c. Pada fraktur tulang panjang , terjadi pemendekan tulang yang

sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat di atas dan

bawah temoat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu

sama lain sampai 2,5-5 cm (1-2 inchi).

d. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya

derik tulang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan

antara fragmen satu dengan lainnya. Uji krepitus dapat

mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.

e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi

sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti

fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi setelah beberapa jam atau

hari setelah cedera.

Page 16: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

25

2.1.6 Patofisiologi

Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan

gaya pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang

datang lebih besar dari yang diserap tulang, maka terjadilah

trauma pada tulang kon yang mengakibatkan rusaknya atau

terputusnya tinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum

pembuluh darah serta saraf dalam konteks, marrow dan jaringan

lunak yang membungkus tulang rusak perdarahan terjadi karena

kerusakan tersebut dan terbentuklah berdekatan medula tulang

(Abdul wahid, 2013).

Fraktur kruris dapat terjadi akibat daya puntar atau puntir yang

menyebabkan fraktur spiral pada kedua tulang kaki dalam tingkat

yang berbeda; daya angulasi menimbulkan fraktur melintang atau

oblik pendek, biasanya pada tingkat yang sama (Muttaqin, 2011).

Kondisi klinis fraktur kruris tertutup menimbulkan berbagai

masalah keperawatan kepada klien, meliputi respons nyeri hebat

akibat rusaknya jaringan lunak dan kompresi saraf, risiko tinggi

cedera jaringan akibat kerusakan vaskular dengan pembengkakan

lokal yang menyebabkan sindrom kompartemen yang sering

terjadi pada proksimal tibia, dan hambatan mobilitas fisik

sekunder akibat kerusakan fragmen tulang. Pada beberapa

keadaan, perawat sering melakukan asuhan keperawatan klien

fraktur kruris tertutup. Fraktur kruris tertutup menyebabkan

terjadinya mau-union, non-union, dan delayed union (Muttaqin,

2011).

Jaringan segera kebagian tulang yang patah. Jaringan yang

mengalami nekrosis terjadinya respon inflamasi yang ditandai

dengan vasodilatasi, eksudasi dan leukosit, dan infiltrasi sel darah

Page 17: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

26

putih. Inilah yang merupakan dasar dan proses penyembuhan

tulang nantinya (Abdul wahid, 2013).

Intervensi medis dengan penatalaksanaan pemasangan fiksasi

interna menimbulkan masalah risiko tinggi infeksi pasca-bedah,

nyeri akibat trauma jaringan lunak, dampak psikologis ansietas

sekunder akibat rencana bedah dan prognosis penyakit serta

pemenuhan informasi (Muttaqin, 2011).

Page 18: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

27

2.1.7 Pathway

Gambar 2.1 Patofisologi Fraktur Cruris Terbuka (Muttaqin, 2008).

Trauma pada ekstremitas bagian bawah

Kekuatan daya trauma lebih besar daripada

kemampuan daya menahandari tulang kruris

Fraktur kruris

Fraktur kruris terbuka

Prosedur

pemasangan

OREF

Kerusakan

neurovaskular Kerusakan

pembuluh darah

- Keluhan nyeri

- Keterbatasan

melakukan pergerakan

- Penurunan

kemampuan otot

- Perubahan bentuk

tubuh

- Perubahan status

psikologis

- Pemenuhan informasi

program pengobatan

1. Kerusakan fragmen

tulang

2. Spasme otot

3. Cedera jaringan

lunak

4. Deformitas

5. Kerusakan

neuromuskular

Nyeri Hambatan

mobilitas

fisik

Resiko

tinggi

trauma

Ganggua

n citra

diri

Ansietas Defisiensi

pengetahuan

dan informasi

Ketidakefe

ktifan

koping

individu

Adanya port

de entree

Vaskularisasi yang

kurang pada ujung

fragmen

Perubahan

peran

dalam

keluarga,

biaya

operasi

Resiko sindrom

kompartemen

Resiko

komplikasi

delayed union,

non-union,

dan mal-union

Banyak darah

yang keluar

Resiko tinggi

infeksi

Resiko syok

hipovolemik

Page 19: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

28

2.1.8 Faktor-faktor penyembuhan fraktur

Terdapat beberapa faktor yang bisa menentukan lama

penyembuhan fraktur. Setiap faktor akan memberikan pengaruh

penting terhadap proses penyembuhan. Faktor yang bisa

menurunkan proses penyembuhan fraktur pada pasien harus

dikenali sebagai parameter dasar untuk pemberian intervensi

selanjutnya yang lebih komprehensif. Penyembuhan fraktur

berkisar antara tiga minggu sampai empat bulan. Waktu

penyembuhan pada anak secara kasar separuh waktu

penyembuhan daripada dewasa (Zairin, 2013).

a. Umur penderita

Waktu penyembuhan tulang pada anak-anak jauh lebih cepat

daripada orang dewasa. Hal ini terutama disebabkan karena

aktivitas proses osteogenisis pada periosteum dan endosteum,

serta proses remodeling tulang. Pada bayi proses penyembuhan

sangat cepat dan aktif, namun kemampuan ini makin

berkurang apabila umur bertambah.

b. Lokalisasi dan konfigurasi fraktur

Lokalisasi fraktur memegang peranan penting. Fraktur

metafisis penyembuhannya lebih cepat daripada diafisis.

Disamping itu konfigurasi fraktur seperti fraktur transversal

lebih lambat penyembuhannya dibandingkan dengan fraktur

oblik karena kontak yang lebih banyak.

c. Pergeseran awal fraktur

Pada fraktur yang tidak bergeser dimana periosteum tidak

bergeser, maka penyembuhan dua kali lebih cepat

dibandingkan pada fraktur yang bergeser.

d. Vaskularisasi pada kedua fragmen

Apabila kedua fragmen mempunyi vaskularisasi yang baik,

maka penyembuhan biasanya tanpa komplikasi. Namun,

apabila salah satu sisi fraktur vaskularisasinya buruk, maka

Page 20: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

29

akan menghambat atau bahkan tidak terjadi tautan yang

dikenal dengan non-union.

e. Reduksi serta imobilisasi

Reposisi fraktur akan memberikan kemungkinan untuk

vaskularisasi yang lebih baik dalam bentuk asalnya.

Imobilisasi yang sempurna akan mencegah pergerakan dan

kerusakan pembuluh darah yang akan mengganggu dalam

penyembuhan fraktur.

f. Waktu imobilisasi

Jika imobilisasi tidak dilakukan sesuai waktu penyembuhan

sebelum terjadi tautan (union), maka kemungkinan terjadinya

non-union sangat besar.

g. Ruangan diantara kedua fragmen serta interposisi oleh jaringan

lunak

Jika ditemukan interposisi baik berupa periosteum maupun

otot atau jaringan vibrosa lainnya, maka akan menghambat

vaskularisasi kedua ujung fraktur.

h. Faktor adanya infeksi dan keganasan lokal

Infeksi dan keganasan akan memperpanjang proses inflamasi

lokal yang akan menghambat proses penyembuhan dari

fraktur.

i. Cairan sinovia

Pada persendian, dimana terdapat cairan sinovia merupakan

hambatan dalam penyembuhan fraktur.

j. Gerakan aktif dan pasif pada anggota gerak

Gerakan aktif dan pasif pada anggota gerak akan

meningkatkan vaskularisasi daerah fraktur, tetapi gerakan yang

dilakukan daerah fraktur tanpa imobilisasi yang baik juga akan

mengganggu vaskularisasi.

k. Nutrisi

Asupan nutrisi yang optimal dapat memberikan suplai

kebutuhan protein untuk proses perbaikan. Pertumbuhan tulang

Page 21: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

30

menjadi lebih dinamis bila ditunjang dengan asupan nutrisi

yang optimal.

l. Vitamin D

Vitamin D mempengaruhi deposisi dan absorbsi tulang.

Vitamin D dalam jumlah besar dapat menyebabkan absorpsi

tulang seperti yang terlihat pada kadar hormon paratiroid yang

tinggi. Vitamin D dalam jumlah yang sedikit akan membantu

klasifikasi tulang (membantu kerja hormon paratiroid), antara

lain dengan meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfat oleh

usus halus.

Faktor yang mempengaruhi fraktur menurut Abdul Wahid, 2013:

a. Faktor Ekstrinsik

Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang

tergantung terhadap besar, waktu dan arah tekanan yang dapat

menyebabkan fraktur.

b. Faktor Instrinsik

Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan

daya tahan untuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi

dari tekanan, elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau

kekerasan tulang.

2.1.9 Proses penyembuhan tulang

Menurut Asikin & Nasir (2016), Tulang dapat beregenerasi sama

seperti jaringan tubuh yang lain. Fraktur yang merangsang tubuh

untuk menyembuhkan tulang yang patah dengan jalan

membentuk tulang baru diantara ujung patahan tulang. Tulang

baru dibentuk oleh aktivitas sel tulang. Sejumlah tahapan dalam

penyembuhan tulang yaitu inflamasi, proliferasi sel, pembentukan

kalus, osifikasi, dan remoeling menjadi tulang dewasa. Ada lima

stadium penyembuhan tulang, yaitu:

Page 22: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

31

a. Stadium Satu - Pembentukan Hematoma

Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar dan

didalam area fraktur. Sel darah membentuk fibrin untuk

melindungi tulang yang rusak dan sebagai tempat tumbuhnya

kapiler baru dan fibroblast. Stadium ini berlangsung 24-48 jam

dan perdarahan berhenti sama sekali. Tulang pada permukaan

fraktur mati sekitar 1-2mm akibat kekurangan suplai darah.

b. Stadium Dua - Inflamasi dan Poliferasi Seluler

Pada stadium ini terjad reaksi inflamasi akut dengan

perpindahan sel inflamasi, serta proliferasi dan diferensiasi sel

menjadi fibro kartilago yang berasal dari periosteum,

endosteum, dan sumsum tulang yang telah mengalami trauma.

Sel yang mengalami proliferasi ini akan masuk kedalam

lapisan yang lebih dalam dan osteoblast beregenerasi.

Kemudian, terjadi proses osteogenesis. Dalam beberapa hari,

terbentuklah tulang baru yang menggabungkan kedua fragmen

tulang yang patah. Fase ini berlangsung selama 8 jam setelah

terjadinya fraktur sampai selesai, tergantung dari frakturnya.

c. Stadium Tiga - Pembentukan kalus

Sel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan

osteogenik. Jika berada pada keadaan yang tepat, maka sel

tersebut akan mulai membentuk tulang dan kartilago. Populasi

sel ini dipengaruhi oleh kegiatan osteoblast dan osteoklast

yang mulai berfungsi dengan mengabsorpsi sel tulang yang

mati. Massa sel yang tebal dengan tulang imatur dan kartilago

membentuk kalus pada permukaan endosteal dan periosteal.

Sementara itu, tulang yang imatur (anyaman tulang) menjadi

lebih padat sehingga gerakan pada tempat fraktur berkurang

pada 4 minggu setelah fraktur menyatu.

d. Stadium Empat - Konsolidasi

Jika aktivitas osteoklast dan osteoblast berlanjut, maka

anyaman tulang berubah menjadi lamellar. Sistem ini telah

Page 23: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

32

cukup kuat untuk osteoklast menerobos melalui reruntuhan

pada garis fraktur, dan berada tepat di belakangnya. Osteoklast

mengisi celah yang tersisa diantara fragmen dengan tulang

yang baru. Hal ini merupakan proses yang lambat dan

membutuhkan waktu beberapa bulan sebelum tulang kuat

untuk membawa beban yang normal.

e. Stadium Lima - Remodeling

Fraktur telah dijembatani oleh suatu tulang yang padat. Selama

beberapa bulan atau tahun, pengerasan kasar ini dibentuk ulang

oleh proses resorpsi dan pembentukan tulang yang terus

menerus. Lamellae/lamela tulang yang lebih tebal diletakkan

pada tempat yang tekanannya lebih tinggi, dinding yang tidak

diperlukan dibuang, rongga sumsum dibentuk, dan akhirnya

membentuk struktur yang mirip dengan normalnya.

2.1.10 Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Lukman & Ningsih (2012), pemeriksaan diagnostik pada

pasien fraktur adalah :

a. Pemeriksaan Rontgen: menentukan lokasi/luasnya

fraktur/trauma, dan jenis fraktur.

b. Scan tulang, tomogram,CT Scan/MRI: memperlihatkan

tingkat keparahan fraktur, juga dapat untuk mengidentifikasi

kerusakan jaringan lunak.

c. Arteriogram: dilakukan bila dicurigai adanya kerusakan

vaskular.

d. Hitung darah lengkap: Ht mungkin meningkat

(hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna pada

sisi fraktur atau organ jauh pada multipel trauma).

Peningkatan jumlah SDP adalah proses stress normal setelah

trauma.

e. Kreatinin: trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk

klien ginjal.

Page 24: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

33

f. Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan

darah, transfusi multipel atau cedera hati.

Pemeriksaan diagnostik pada pasien fraktur adalah (Abdul wahid,

2013) :

a. Pemeriksaan radiologi

Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah

“pencitraan” menggunakan X-ray. Untuk mendapatkan

gambaran 3 dimensi keadaan dan kedudukan tulang yang sulit,

maka diperlukan 2 proyeksi yaitu AP atau AP dan lateral.

Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi tambahan khusus

ada indikasi untuk memperlihatkan patologi yang dicari karena

adanya supersiposisi. Perlu disadari bahwa permintaan X-ray

harus atas dasar indikasi kegunaan pemeriksaan penunjang dan

hasilnya dibaca sesuai dengan permintaan. Hal yang harus

dibaca pada X-ray.

1) Bayangan jaringan lunak.

2) Tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum

atau biomekanik atau juga rotasi.

3) Trobukulasi ada tidaknya rare fraction.

4) Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi.

Selain foto polos X-ray (Plane X-ray mungkin perlu teknik

khususnya seperti:

1) Tomografi menggambarkan tidak satu struktur saja tapi

struktur saja tapi struktur yang lain tertutup yang lain

divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan kerusakan struktur

yang kompleks dimana tidak pada satu struktur saja tapi

pada struktur lain yang mengalaminya.

2) Myelografi menggambarkan cabang-cabang saraf spinal

dan pembuluh darah diruang tulang vertebra yang

mengalami kerusakan akibat trauma.

Page 25: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

34

3) Arthrografi menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang

rusak karena ruda paksa.

4) CT-Scan menggambarkan potongan secara transversal dari

tulang dimana didapatkan suatu struktur yang rusak.

b. Pemeriksaan laboratorium

1) Kalsium serum dan fosfor serum meningkat pada tahap

penyembuhan tulang

2) Alkalin fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan

menunjukkan kegiatan dalam membentuk tulang

3) Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat

Dehidrogenase (LDH-5), Aspartat Amino Transferase

(AST, Aldolase yang meningkat pada tahap penyembuhan

tulang).

c. Pemeriksaan lain-lain

1) Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas.

Didapatkan mikroorganisme penyebab infeksi.

2) Biopsi tulang dan otot, pada intinya pemeriksaan ini sama

dengan pemeriksaan diatas tapi lebih diindikasikan bila

terjadi infeksi.

3) Elektromyografi terdapat kerusakan konduksi saraf yang

diakibatkan fraktur.

4) Arthroscopy di dapat sak atau sobek karena trauma yang

berlebihan.

5) Indium Imaging pada pemeriksaan ini didapatkan adanya

infeksi pada tulang.

6) MRI menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.

(Ignatavicius, Donna D, 2010).

Page 26: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

35

2.1.11 Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan kedaruratan menurut Asikin & Nasir (2016) :

a. Segera setelah cedera, klien berada dalam keadaan bingung,

tidak menyadari adanya fraktur, dan berusaha berjalan

dengan tungkai yang patah. Oleh karena itu, jika dicurigai

adanya fraktur, maka penting untuk segera imobilisasi bagian

tubuh sebelum klien dipindahkan.

b. Jika klien yang mengalami cedera harus dipindahkan dari

kendaraan sebelum dapat dilakukan pembidaian, maka

ekstremitas harus disangga pada bagian atas dan bagian

bawah tempat terjadinya fraktur untuk mencegah gerakan

rotasi maupun angulasi.

c. Gerakan fragmen patah tulang dapat menyebabkan nyeri,

kerusakan jaringan lunak, dan perdarahan lebih lanjut.

d. Nyeri sehubungan dengan fraktur merupakan hal yang sangat

berat dan dapat dikurangi dengan menghindari gerakan

fragmen tulang dan sendi sekitar fraktur. Pembidaian yang

memadai sangat penting untuk mencegah kerusakan jaringan

lunak dan fragmen tulang.

e. Area yang cedera di imobilisasi dengan memasang bidai

sementara dengan bantalan yang memadai, yang kemudian di

bebat dengan kencang.

f. Imobilisasi tulang panjang ekstremitas bawah juga dapat

dilakukan dengan membebat kedua tungkai bersama, dengan

ekstremitas yang sehat bertindak sebagai bidai bagi

ekstremitas yang cedera. Pada cedera lengan dapat

dibebatkan ke dada, atau lengan bawah yang cedera yang

digantung pada sling.

g. Peredaran darah pada bagian distal dari cedera harus dikaji

untuk menentukan kecukupan perfusi jaringan perifer.

h. Pada fraktur terbuka, luka ditutup dengan pembalut bersih

(steril) untuk mencegah kontaminasi jaringan yang lebih

Page 27: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

36

dalam. Tidak boleh melakukan reduksi fraktur, bahkan jika

terdapat fragmen tulang yang keluar melalui luka.

i. Pada bagian gawat darurat, klien dievaluasi dengan lengkap

dan pakaian dilepas dengan lembut. Pertama, dilakukan pada

bagian tubuh yang sehat. Setelah itu, dilanjutkan ke bagian

sisi yang cedera. Pakaian klien harus dipotong pada sisi yang

cedera. Pada bagian ekstremitas, sebisa mungkin tidak boleh

digerakkan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.

Menurut buku Arif Muttaqin (2008) ada 2 penatalaksanaan medis,

yaitu:

a. Penatalaksaan Konservatif

Proteksi adalag proteksi fraktur terutama untuk mencegah

trauma lebih lanjut dengan cara memberikan sling (mitela)

pada anggota gerak atas atau tongkat pada anggota gerak.

Imobilisasi dengan bidai ekstren. Imobilisasi pada fraktur

dengan bidai ekstrena hanya memberikan imobilisasi.

Biasanya menggunakan gips atau dengan macam-macam

bidai dari plastik atau metal.

Reduksi tertutup dengan menggunakan manipulasi dan

imobilisasi eksterna yang menggunakan gips. Reduksi

tertutup yang diartikan manipulasi dilakukan dengan

pembiusan umum dan lokal. Reduksi tertutup dengan traksi

kontinu dan counter traksi. Tindakan ini mempunyai tujuan

utama, yaitu beberapa reduksi yang bertahap dan imbolisasi.

b. Penatalaksanaan Pembedahan

Penatalaksaan ini sangat penting diketahui oleh perawat, jika

ada keputusan bahwa pasien diindikasikan untuk menjalani

pembedahan, perawat mulai berperan dalam asuhan

keperawatan tersebut.

Page 28: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

37

Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal atau fiksasi

perkutan dengan K-Wire. Reduksi terbuka dan fiksasi

internal dan eksternal tulang yaitu Open Reduction and

Internal Fixation (ORIF) atau Reduksi Terbuka dengan

Fiksasi Internal.

ORIF akan mengimobilisasi fraktur dengan melakukan

pembedahan untuk memasukan paku, sekrup atau pen

kedalam tempat fraktur untuk memfiksasi bagian-bagian

tulang pada fraktur secara bersamaan. Fiksasi internal sering

digunakan untuk merawat fraktur pada tulang pinggul yang

sering terjadi pada orangtua.

Open Reduction and Eksternal Fixation (OREF) atau

Reduksi Terbuka dengan Fiksasi Eksternal. Tindakan ini

merupakan pilihan bagi sebagian besar fraktur. Fiksasi

eskternal dapat menggunakan konselosascrew atau dengan

metilmetakrilat (akrilik gigi) atau fiksasi eksterna dengan

jenis-jenis lain seperti gips.

Menurut Brunner & Suddarth (2015) penatalaksaan komplikasi

pada pasien fraktur adalah:

a. Terapi syok terdiri dari menstabilkan fraktur untuk mencegah

hemoragi lebih lanjut, mengembalikan volume dan sirkulasi

darah, meredakan nyeri pasien, memberikan imobilisasi yang

tepat, dan melindungi pasien dari cedera lebih lanjut dan dari

komplikasi lain.

b. Pencegahan dan penatalaksanaan embolisme lemak mencakup

mengimobilisasi fraktur dengan cepat, menopang tulang yang

mengalami fraktur ketika berpindah dan memperbaiki posisi

secara tepat, dan mempertahankan keseimbang cairan dan

eletrolit.

Page 29: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

38

c. Sindrom kompartemen ditangani dengan mengendalikan

pembengkakan dengan meninggikan ekstremitas setinggi

jantung atau dengan melepaskan alat restriktif (balutan dan

gips). Fasiotomi (dekompresi bedah dengan eksisi fasia)

mungkin diperlukan untuk meredaka fasia otot yang

mengalami kontriksi.

d. Fraktur yang tidak menyatu (non-union) (kegagalan ujung

tulang fraktur untuk menyatu) diterapi dengan fiksasi internal,

tandur tulang (osteogenesis, osteokonduksi, osteoinduksi),

stimulasi tulang elektrik, atau kombinasi dari semua ini.

e. Penatalaksanaan reaksi terhadap alat fiksasi internal mencakup

perlindungan dari refraktur akibat osteoporosis, perubahan

struktur tulang, dan trauma.

f. Penatalaksanaan CRPS mencakup upaya meninggikan

ekstremitas; pereda nyeri, latihan rentang pergerakan; dan

membantu pasien mengatasi nyeri kronis, atrofi otot akibat

tidak digunakan (disuse atrophy) dan osteoporosis. Hindari

memeriksa tekanan darah atau melakukan punki vena di

ekstremitas yang terganggu.

g. Komplikasi lain diterapi sesuai indikasi.

Penatalaksanaan fraktur terbuka (Brunner & Suddarth, 2015):

a. Sasaran penatalaksanaan adalah untuk mencegah infeksi luka,

jaringan lunak, dan tulang serta untuk meningkatkan

pemulihan tulang dan jaringan lunak. Pada kasus fraktur

terbuka, terdapat risiko osteomielitis, tetanus, dan gas

ganggren.

b. Berikan antibiotik IV dengan segera saat pasien tiba di rumah

sakit bersama dengan tetanus toksoid jika diperlukan.

c. Lakukan irigasi luka dan debridemen.

d. Tinggikan ekstremitas untuk meminimalkan edema.

e. Kaji status neurovaskular dengan sering.

Page 30: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

39

f. Ukur suhu tubuh pasien dalam interval teratur, dan pantau

tanda-tanda infeksi.

Menurut buku Brunner & Suddarth (2015), Penatalaksanaan

fraktur pada tempat spesifik adalah:

a. Tibia dan Fibula

1) Fraktur Tibia dan Fibula (fraktur paling sering terjadi

dibawah lutut) cenderung terjadi akibat pukulan langsung,

jatuh dengan posisi tungkai fleksi, atau akibat gerakan

memuntir yang keras.

2) Ajarkan tentang langkah perawatan long leg walking cast

atau patella-tendon-bearing cast.

3) Ajarkan dan bantu pasien untuk menopang sebagian berat

badannya, biasanya dalam 7 sampai 10 hari.

4) Ajarkan pasien mengenai perawatan gips atau short leg

brace (dalam 3 sampai 4 minggu), yang memungkinkan

gerakan lutut.

5) Ajarkan pasien tentang perawatan traksi skeletal, jika

dapat diterapkan. Dorong pasien untuk melakukan latihan

pinggul, kaki, dan lutut dalam batasan alat imobilisasi.

6) Instruksikan pasien untuk mulai menopang berat badannya

ketika sudah diprogramkan (biasanya sekitar 4 sampai 8

minggu).

7) Instruksikan pasien untuk meninggikan esktremitas guna

mengontrol edema.

8) Lakukan evaluasi neurovaskular kontinu.

2.1.12 Prognosis

Prognosis dari fraktur tibia fibula untuk kehidupan adalah bonam.

Pada sisi fungsi dari kaki yang cedera, kebanyakan pasien

kembali ke perfoma semula, namun hal ini sangat tergantung dari

gambaran frakturnya, macam terapi yang dipilih, dan bagaimana

Page 31: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

40

respon tubuh terhadap pengobatan. Komplikasi infeksi yang

menyebabkan osteomielitis biasanya merupakan akibat dari

fraktur terbuka meskipun tidak jarang terjadi setelah reposisi

terbuka.

2.1.13 Komplikasi

Menurut Abdul Wahid (2013) Komplikasi Fraktur dibagi

menjadi:

a. Komplikasi Awal

1) Kerusakan Vaskular

Pecahnya arteri karena trauma ditandai dengan nadi tidak

teraba, CRT menurun, sianosis bagian distal, hematoma

yang lebar, dan ekstremitas teraba dingin yang

disebabkan oleh tindakan emergencysplinting, perubahan

posisi bagian yang sakit, tindakan reduksi, dan

pembedahan.

2) Sindrom Kompartemen

Sindrom kompartemen merupakan komplikasi serius

yang terjadi karena otot, tulang, saraf, dan pembuluh

darah terjebak dalam jaringan parut. Kondisi ini

disebabkan oleh edema atau perdarahan yang menekan

otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu, juga

disebabkan oleh adanya tekananan dari luar, misalnya

bidai dan pembebatan yang terlalu kuat. Tanda khas

untuk sindrom kompartemen adalah 5P, yaitu: pain

(nyeri lokal), paralysis (kelumpuhan tungkai), pallor

(pucat bagian distal), parestesia (tidak ada sensasi) dan

pulsesessness (tidak ada denyut nadi, perubahan nadi,

perfusi yang tidak baik, dan CRT >3 detik pada bagian

distal kaki).

Page 32: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

41

3) Fat Embolism Syndrome (FES)

FES merupakan komplikasi serius yang sering kali

terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi

karena sel lemak yang dihasilkan sumsum tulang kuning

masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen

dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan

pernafasan, takikardia, hipertensi, takipnea, dan demam.

4) Infeksi

Sistem pertahanan tubuh akan rusak jika terdapat trauma

pada jaringan. Pada trauma ortopedik, infeksi dimulai

pada kulit (superfisial) dan pada lapisan kulit bagian

dalam. Kondisi ini biasanya terjadi pada kasus fraktur

terbuka. Selain itu, juga dapat disebabkan oleh

penggunaan bahan lain dalam pembedahan, misalnya pin

dan plat.

5) Avaskular Nekrosis (AVN)

AVN terjadi karena terganggunya aliran darah ke tulang

yang dapat menyebabkan nekrosis tulang dan diawali

dengan adanya Volkman’s ischemia.

6) Syok

Syok terjadi karena kehilangan banyak darah dan

meningkatnya permeabilitas kapiler yang dapat

menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya

terjadi pada fraktur.

b. Komplikasi dalam Waktu Lama

1) Delayed Union

Delayed Union merupakan kegagalan fraktur

berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan

tulang untuk menyambung. Hal ini disebabkan oleh

penurunan suplai darah ke tulang, kerusakan jaringan

lunak yang berat, atau perioteum yang robek.

Page 33: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

42

2) Non-Union

Non-Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi

dan memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan

stabil setelah 6-9 bulan, jika tidak dilakukan intervensi.

Non-Union ditandai dengan adanya pergerakan yang

berlebih pada sisi fraktur yang membentuk celah

antarfraktur atau pseudoartrosis.

3) Mal-Union

Mal-Union merupakan penggabungan fragmen tulang

dalam posisi yang tidak memuaskan (angulasi, rotasi,

atau pemendekan). Pada Mal-Union dilakukan

pembedahan dan remobilisasi yang baik.

2.2 Tinjauan Teoritis Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian pada gangguan muskuloskeletal adalah salah satu dari

komponen usaha yang dilakukan oleh dokter untuk menetapkan

diagnosis yang optimal. Data tentang kondisi fisik, emosi,

pertumbuhan, dan perkembangan, sosial, kebudayaan, intelektual,

dan aspek spiritual menjadi materi pengting dalam melakukan

pengkajian (Zairin, 2013).

2.2.1.1 Identitas atau biodata klien

Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, pendidikan,

pekerjaan, status perkawinan, agama, suku/bangsa, tanggal

masuk rumah sakit, diagnosa medis, dan nomor rekam

medik.

2.2.1.2 Keluhan utama

Diisi tentang keluhan yang dirasakan klien pada saat

perawat melakukan pengkajian pada kontak pertama

dengan klien. Pada umumnya keluhan utama pada kasus

Page 34: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

43

muskuloskeletal adalah rasa nyeri hebat. Untuk

memperoleh pengkajian yang lengkap mengenai rasa nyeri

klien, perawat dapat menggunakan PQRST.

a. Provokingincident : pengkajian untuk menentukan

faktor atau peristiwa yang mencetuskan keluhan nyeri.

b. Quality of pain : pengkajian sifat keluhan (karakter),

seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan

pasien.

c. Region, refered : pengkajian untuk menentukan area

atau lokasi keluhan nyeri, apakah nyeri menyebar dan

apakah nyeri menjalar ke area lain.

d. Scale of pain : pengkajian seberapa jauh rasa nyeri

yang dirasakan pasien.

e. Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah

bertambah buruk pada malam hari dan siang hari.

2.2.1.3 Riwayat kesehatan

Pengkajian riwayat kesehatan diperlukan untuk

mendukung hasil anamnesis keluhan utam. Setiap keluhan

utama yang dinyatakan oleh penderita perlu diklarifikasi

secara lengkap dengan menggali riwayat kesehatan.

Riwayat kesehatan yang diperlukan, meliputi riwayat

penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat

penyakit keluarga, serta riwayat psiko-sosio-spiritual

(Zairin, 2013).

a. Riwayat penyakit sekarang

Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan

sebab dari fraktur, yang nantinya membantu dalam

membuat rencana tindakan terhadap klien.

Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut

sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi

dan bagian tubuh mana yang terkena. Selain itu, dengan

Page 35: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

44

mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa

diketahui luka kecelakaan yang lain. Pengkajian

lainnya yang juga penting adalah pengkajian pada

status kesehatan secara umum dan sistem lainnya yang

berhubungan dengan penjadwalan operasi (pada pasien

yang direncanakan operasi selektif), meliputi status

sistem kardiovaskular, pernapasan, perkemihan, dan

gastrointestinal yang semuanya bisa berpengaruh pada

jenis pembiusan secara umum.

b. Riwayat penyakit dahulu

Penyakit-penyakit yang dialami sebelumnya yang

kemungkinan mempunyai hubungan dengan masalah

yang dialami pasien sekarang, seperti apakah pasien

pernah mengalami fraktur atau trauma sebelumnya,

peningkatan kadar gula darah, atau tekanan darah

tinggi. Hal lain yang perlu ditanyakan adalah

penggunaan obat-obatan yang digunakan oleh pasien

sebelumnya perlu dilakukan karena dapat menimbulkan

komplikasi misalnya pemakaian kortison dapat

menimbulkan nekrosis avaskular pada panggul. Selain

itu ditanyakan pula pada pasien tentang adanya riwayat

alergi terhadap obat-obatan.

c. Riwayat penyakit keluarga

Penelusuran riwayat keluarga sangat penting, karena

beberapa penyakit muskuloskeletal berkaitan dengan

kelainan genetik dan dapat diturunkan. Perlu

ditanyakan apakah pada generasi terdahulu ada yang

mengalami keluhan sama dengan keluhan pasien saat

ini.

d. Riwayat psiko-sosio-spiritual

Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang

dideritanya, peran klien dalam keluarga dan

Page 36: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

45

masyarakat, serta repon dan pengaruhnya dalam

kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun

dalam masyarakat.

e. Pola-pola fungsi kesehatan (Abdul wahid, 2013):

1) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat

Pada kasus fraktur akan timbul ketidakutan akan

terjadinya kecacatan pada dirinya dan harus

menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk

membantu penyembuhan tulangnya.

2) Pola Nutrisi dan Metabolisme

Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi

melebihi kebutuhan sehari-harinya seperti kalsium,

zat besi, protein, Vitamin C dan lainnya untuk

membantu proses penyembuhan tulang. Evaluasi

terhadap pola nutrisi klien bisa membantu

menentukan penyebab masalah muskoluskeletal

dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang

tidak adekuat terutama kalsium atau protein.

3) Pola Eliminasi

Untuk kasus fraktur cruris tidak ada gangguan pada

pola eliminasi, tapi walaupun begitu perlu juga

dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feses

pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola

eliminasi urin dikaji frekuensi, kepekatannya,

warna, bau, dan jumlah.

4) Pola Aktivitas

Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka

semua bentuk kegiatan klien menjadi berkurang

dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh

orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk

aktivitas klien terutama pekerjaan klien.

Page 37: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

46

5) Pola Hubungan dan Peran

Klien akan kehilangan peran dalam peran dalam

keluarga dan dalam masyarakat. Karena klien

harus menjalani rawat inap.

6) Pola Persepsi dan Konsep Diri

Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu

timbul ketidakutan akan kecacatan akibat

frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan

untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan

pandangan terhadap dirinya yang salah.

7) Pola Sensori dan Kognitif

Pada klien fraktur daya rabanyaberkurang terutama

pada bagian distal fraktur, sedang pada indera yang

lain tidak timbul gangguan. Begitu juga pada

kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu

juga, timbul rasa nyeri akibat fraktur.

8) Pola Reproduksi Seksual

Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa

melakukan hubungan seksual karena harus

menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta

rasa nyeri yang dialami klien.

9) Pola Penanggulangan Stress

Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang

keadaan dirinya, yaitu timbul kecacatan pada diri

dan fungsi tubuhnya. Mekanisme koping yang

ditempuh klien bisa tidak efektif.

10) Pola Tata Nilai dan Keyakinan

Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan

kebutuhan beribadah dengan baik terutama

frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan

karena nyeri dan keterbatasan gerak klien.

Page 38: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

47

2.2.2 Pemeriksaan Fisik

Menurut Zairin (2013), ada dua macam pemeriksaan fisik, yaitu

pemeriksaan umum (status general) untuk mendapatkan gambaran

umum dan pemeriksaan setempat (lokal). Pengkajian fisik ini

dilakukan sebagaimana pengkajian fisik lainnya dan bertujuan

untuk mengklarifikasi hasil temuan dari anamnesis, untuk

mengevaluasi keadaan fisik pasien secara umum, serta melihat

apakah ada indikasi penyakit lainnya selain kelainan

muskuloskeletal.

a. Gambaran umum

1) Keadaan umum

Keadaan baik dan buruknya klien. Tanda-tanda vital tidak

normal karena ada gangguan lokal,baik fungsi maupun

bentuk. Adanya defisit neurologis dan status kesadaran pada

fase awal kejadian trauma, terutama pada klien yang

menunjukkan tanda cedera spina tidak stabil. Setiap ada

perubahan keadaan umum, tanda vital, defisit neurologis,

dan tingkat kesadaran secara bermakna, harus secepatnya

dilakukan kolaborasi dengan dokter.

b. Secara sistemik dari kepala sampai kelamin (Abdul wahid,

2013)

1) Sistem integumen

Terdapat eritema, suhu sekitar daerah trauma meningkat,

bengkak, odema, nyeri tekan.

2) Kepala

Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan,

tidak ada nyeri kepala.

3) Leher

Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan,

refleks menelan ada.

Page 39: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

48

4) Muka

Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan

fungsi maupun bentuk. Tidak ada lesi, simetris, dan

oedema.

5) Mata

Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karen

tidak terjadi perdarahan).

6) Telinga

Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak

ada lesi atau nyeri tekan.

7) Hidung

Tidak ada deformitas, tidak ada pernafasan cuping hidung.

8) Mulut dan Faring

Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan,

mukosa mulut tidak pucat.

9) Thoraks

Tidak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada

simetris.

10) Paru

a) Inspeksi

Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung

pada riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan

paru.

b) Palpasi

Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.

c) Perkusi

Suara ketok sonor, tidak ada redup atau suara tambahan

lainnya.

d) Auskultasi

Suara nafas normal, tidak ada wheezing, atau suara

tambahan lainnya seperti stidor dan ronchi.

Page 40: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

49

11) Jantung

a) Inspeksi

Tidak tampak ictus cordis.

b) Palpasi

Nadi meningkat, ictus tidak teraba.

c) Auskultasi

Suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada mur-mur.

12) Abdomen

a) Inspeksi

Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.

b) Palpasi

Turgor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak

teraba

c) Auskultasi

Peristaltik usus normal ± 20 kali/menit.

13) Genetalia

Tidak ada hernia, tidak ada pembesaran limfe, tidak ada

kesulitan BAB.

c. Keadaan Lokal

Harus diperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal

terutama mengenai status neurovaskuler (untuk status

neurovaskuler → 5 P yaitu Pain, Palor, Parestesia, Pulse,

Pergerakan. Pemeriksaan pada sistem muskuloskeletal adalah

(Abdul wahid, 2013)

1) Look (Inspeksi)

Terlihat adanya luka pada tungkai bawah dengan deformitas

yang jelas. Kaji berapa luas kerusakan jaringan lunak yang

terlibat. Kaji apakah pada luka terbuka ada fragmen tulang

yang keluar dan apakah ada kerusakan arteri yang beresiko

meningkatkan respons syok hipovolemik. Pada fase awal

trauma, sering didapatkan adanya serpihan didalam luka,

Page 41: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

50

terutama pada trauma kecelakaan lalu lintas darat yang

mempunyai indikasi untuk risiko tinggi infeksi.

Kaji adanya keluhan nyeri lokal hebat disertai parastesia,

perubahan nadi, perfusi yang tidak baik (akral dingin dan

pucat pada sisi lesi), dan CRT >3 detik pada bagian distal

kaki yang merupakan respons terhadap pembengkakan pada

bagian proksimal betis.

Hal ini merupakan tanda-tanda penting terjadinya sindrom

kompartemen yang harus dihindari perawat. Apabila tidak

segera dilakukan intervensi lebih dari 6 jam dalam batas

waktu kemampuan jaringan perifer, akan terjadi nekrosis

jaringan distal.

Pada kondisi klinis, perawat sering menemukan klien

fraktur kruris terbuka dengan komplikasi lanjut. Komplikasi

tersebut adalah non-union akibat infeksi dan kerusakan

jaringan lunak luas yang menyebabkan asuhan keperawatan

yang lama (Muttaqin, 2018).

2) Feel (Palpasi)

Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi penderita

diperbaiki mulai dari posisi netral (posisi anatomi). Pada

dasarnya ini merupakan pemeriksaan yang memberikan

informasi dua arah, baik pemeriksa maupun klien. Yang

perlu dicatat adalah: Apabila ada pembengkakan, apakah

terdapat fluktuasi atau odema terutama disekitar persendian,

nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainan (1/3

proksimal, tengah atau distal)

(Abdul wahid, 2013).

3) Move

Setelah melakukan pemeriksaan feel, kemudian diteruskan

dengan menggerakan ekstremitas dan dicatat apakah

Page 42: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

51

terdapat keluhan nyeri pada pergerakan. Pencatatan lingkup

gerak ini perlu, agar dapat mengevaluasi keadaan sebelum

dan sesudahnya. Gerakan sendi dicatat dengan ukuran

derajat, dari tiap arah pergerakan mulai dari titik 0 (posisi

netral) atau dalam ukuran metrik. Pemeriksaan ini

menentukan apakah ada gangguan gerak (mobilitas) atau

tidak. Pergerakan yang dilihat adalah gerakan aktif dan

pasif (Abdul wahid, 2013).

2.2.3 Pemeriksaan Penunjang

2.2.3.1 Pemeriksaan Khusus

a) Sinar X

Sinar X diperlukan untuk pengkajian paripurna struktur

yang sedang diperiksa. Sinar X korteks tulang dapat

menunjukkan adanya pelebaran, penyempitan, dan

tanda iregularitas.

b) CT Scan (Computed Tomografi Scan)

CT Scan digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan

panjangnya patah tulang didaerah yang sulit dievaluasi,

seperti asetabulum. Pemeriksaan dilakukan bisa dengan

atau tanpa kontras dan berlangsung sekitar satu jam.

c) MRI (Magnetic Resonance Imaging)

MRI adalah teknik pencitraan khusus, non invasif yang

menggunakan medan magnet, gelombang radio, dan

komputer untuk memperlihatkan abnormalitas, misal

tumor atau penyempitan jaringan lunak.

d) Angiografi

Angiografi adalah pemeriksaan sistem arteri.

Pemeriksaan ini sangat baik untuk mengkaji perfusi

arteri dan bisa digunakan untuk indikasi tindakan

amputasi yang akan dilaksanakan. Perawatan setelah

dilakukan prosedur yaitu, klien dibiarkan berbaring

Page 43: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

52

selama 12-24 jam untuk mencegah perdarahan pada

tempat penusukan arteri.

e) Mielografi

Suatu pemeriksaan dengan menyuntikkan bahan

kontras kedalam rongga subarakhnoid spinal lumbal,

dilakukan untuk melihat adanya herniasi diskus,

stenosis spinal (penyempitan kanalis spinalis) atau

adanya tumor.

f) Artroskopi

Merupakan prosedur endoskopi yang memungkinkan

pandangan langsung kedalam sendi. Pemeriksaan ini

dilakukan dikamar operasi, dan memerlukan anastesi

lokal atau umum sebelumnya.

g) Skintigrafi Tulang (Pemindai Tulang)

Menggambarkan derajat sejauh mana matriks tulang

“mengambil” isotop radioaktif khusus tulang yang

diinjeksikan kedalam sistem tersebut. Pemindai

dilakukan empat sampai enam jam setelah isotop

diinjeksikan.

h) Termografi

Mengukur derajat pancaran panas dari permukaan kulit.

Kondisi inflmasi seperti artitis dan infeksi, neoplasma

harus dievaluasi.

i) Elektromiografi

Memberi informasi mengenai potensial listrik otot dan

saraf yang menyarafi. Tujuannya adalah menentukan

abnormalitas fungsi unit motor end.

(Lukman & Ningsih, 2012).

2.2.3.2 Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan darah lengkap meliputi kadar hemoglobin dan

hitung sel darah putih. Pemeriksaan darah dan urine dapat

Page 44: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

53

memberikan informasi penyakit Paget, infeksi, serta acuan

pemberian tetapi antikoagulan. Pemeriksaan kimia darah

memberikan data mengenai berbagai macam kondisi

muskuloskeletal. Kadar kalsium serum berubah pada

osteomalasia, fungsi paratiroidm penyakit Paget, tumor

tulang metastatis, dan pada imobilisasi lama

(Lukman & Ningsih, 2012).

2.2.4 Diagnosa keperawatan

2.2.4.1 Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot, gerakan

fragmen tulang, edema, cedera jaringan lunak,

pemasangan traksi, stress/ansietas.

2.2.4.2 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan

rangka neuromuskuler, nyeri, terapi restriktif (imobilisasi).

2.2.4.3 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan fraktur

terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat, sekrup).

2.2.4.4 Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan

pertahanan primer (kerusakan kulit, trauma jaringan lunak,

prosedur invasif/traksi tulang).

2.2.4.5 Kurang pengetahuan tentang kondisi,prognosis dan

kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang

terpajan atau salah interpersi terhadap informasi,

keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi

yang ada.

2.2.4.6 Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pemasangan

fiksasi eksterna, rencana amputasi.

2.2.4.7 Resiko cedera berhubungan dengan hilangnya kekuatan

otot dan sendi.

2.2.4.8 Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan

mengenai proses penyakitnya.

Page 45: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

54

2.2.4.9 Resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan

hilangnya darah dari luka terbuka, kerusakan vaskular, dan

cedera pada pembuluh darah.

2.2.5 Intervensi Keperawatan

Tabel 2.1 Diagnosa, Intervensi dan Rasional

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1 Nyeri akut

berhubungan

dengan spasme

otot, gerakan

fragmen tulang,

edema, cedera

jaringan lunak,

pemasangan

traksi,

stress/ansietas

Klien mengatakan

nyeri berkurang

atau hilang dengan

menunjukkan

tindakan santai,

mampu

berpartisipasi dalam

beraktivitas, tidur,

istirahat dengan

tepat, menunjukkan

penggunaan

keterampilan

relaksasi dan

aktivitas terapeutik

sesuai indikasi

untuk situasi

individual.

1. Kaji keluhan

nyeri (skala,

petunjuk verbal

dan non verbal,

perubahan tanda-

tanda vital).

2. Tinggikan posisi

esktremitas yang

terkena.

3. Lakukan dan

awasi latihan

gerak. pasif/aktif .

4. Ajarkan

penggunaan

teknik

manajemen nyeri

(latihan nafas

dalam, imajinasi

visual, aktivitas

dipersional).

5. Kolaborasi

pemberian

analgetik sesuai

indikasi.

1. Menilai

perkembangan

masalah klien.

2. Meningkatkan

aliran balik vena,

mengurangi

edema/nyeri.

3. Mempertahankan

kekuatan otot dan

meningkatkan

sirkulasi vaskular.

4. Mengalihkan

perhatian terhadap

nyeri,

meningkatkan

kontrol terhadap

nyeri yang

mungkin

berlangsung lama.

5. Menurunkan nyeri

melalui

mekanisme

penghambatan

rangsang nyeri

baik secara sentral

maupun perifer.

2 Ganguan

mobilitas fisik

berhubungan

dengan

kerusakan

rangka

neuromuskular,

nyeri, terapi

restriktif

Klien dapat

meningkatkan/mem

empertahankan

mobilitas pada

tingkat paling tinggi

yang mungkin

dapat

mempertahankan

posisi fungsional

1. Kaji kemampuan

mobilisasi klien

dan program

imobilisasi.

2. Bantu latihan

rentang gerak

pasif aktif pada

1. Menilai

perkembangan

masalah klien.

2. Meningkatkan

sirkulasi darah

muskuloskeletal,

Page 46: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

55

(imobilisasi) meningkatkan

kekuatan/fungsi

yang sakit dan

kompensasi bagian

tubuh menunjukkan

teknik yang

memampukan

melakukan

aktivitas.

ekstremitas yang

sakit maupun

yang sehat sesuai

keadaan klien.

3. Ubah posisi

secara periodik

sesuai keadaan

klien.

4. Berikan papan

penyangga kaki,

gulung

troknter/tangan

sesuai indikasi.

5. Kolaborasi

pelaksanaan

fisioterapi sesuai

indikasi.

mempertahankan

tonus otot,

mempertahankan

gerak sendi.

3. Menurunkan

insoden

komplikasi kulit

dan pernapasan

(dekubitus,

atelektasis,

penumonia).

4. Mempertahankan

posisi fungsional

ekstremitas.

5. Kerjasama dengan

fisioterapis perlu

untuk menyusun

program aktivitas

fisik secara

individual.

3 Gangguan

integritas kulit

berhubungan

dengan fraktur

terbuka,

pemasangan

traksi (pen,

kawat, sekrup)

Klien menyatakan

ketidaknyamanan

hilang,

menunjukkan

perilaku teknik

untuk mencegah

kerusakan

kulit/memudahkan

penyembuhan

sesuai indikasi,

mencapai

penyembuhan luka

sesuai

waktu/penyembuha

n lesi terjadi

1. Observasi

keadaan kulit,

penekanan

gips/bebat

terhadap kulit,

inserasi

pen/traksi.

2. Pertahankan

tempat tidur yang

nyaman dan aman

(kering, bersih,

alat tenun

kencang, bantalan

bawah siku,

tumit).

3. Massase kulit

terutama daerah

penonjolan tulang

dan area distal

bebat/gips.

4. Lindungi kulit

dan gips pada

daerah perianal.

1. Menilai

perkembangan

masalah klien.

2. Menurunkan

resiko

kerusakan/abrasi

kulit yang lebih

luas.

3. Meningkatkan

sirkulasi perifer

dan meningkatkan

kelemasan kulit

dan otot terhadap

tekanan yang

relatif konstan

pada imobilisasi.

4. Mencegah

gangguan

integritas kulit dan

jaringan akibat

kontaminasi fekal.

4 Resiko infeksi

berhubungan

dengan

Klien mencapai

penyembuhan luka

sesuai waktu, bebas

1. Observasi tanda-

tanda vital dan

tanda-tanda

1. Mengevaluasi

perkembangan

masalh klien.

Page 47: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

56

ketidakadekuata

n pertahanan

primer

(kerusakan

kulit, trauma

jaringan lunak,

prosedur

invasif/traksi

tulang)

drainase purulen

atau eritema dan

demam.

peradangan lokal

pada luka.

2. Analisa hasil

pemeriksaan

laboratorium

(hitung darah

lengkap, LED,

kultur dan

sensitivitas

luka/serum/tulang

).

3. Lakukan

perawatan

penstreril dan

perawatan luka

sesuai protokol.

4. Ajarkan klien

untuk

mempertahankan

sterilitas inserasi

pen.

5. Kolaborasi

pemberian

antibiotika dan

toksoid tetanus

sesuai indikasi.

2. Leukositosis

biasanya terjadi

pada proses

infeksi, anemia

dan peningkatan

LED dapat terjadi

pada osteomielitis.

3. Mencegah infeksi

sekunder dan

mempercepat

penyembuhan

luka.

4. Meminimalkan

kontaminasi.

5 Kurang

pengetahuan

tentang kondisi,

prognosis dan

kebutuhan

pengobatan

berhubungan

dengan kurang

terpajan atau

salah

interpretasi

terhadap

informasi,

keterbatasan

kognitif, kurang

akurat/lengkapn

ya informasi

yang ada.

Klien akan

menunjukkan

pengetahuan

meningkat dengan

kriteria klien

mengerti dan

memahami tentang

penyakitnya.

1. Kaji kesiapan

klien mengikuti

program

pembelajaran.

2. Diskusikan

metode mobilitas

dan ambulasi

sesuai program

terapi fisik.

3. Ajarkan

tanda/gejala klinis

yang memerlukan

evaluasi medik

(nyeri berat,

demam,

perubahan sensasi

kulit distal

cedera).

1. Efektivitas proses

pembelajaran

dipengaruhi oleh

kesiapan fisik dan

mental klien untuk

mengikuti

program

pembelajaran.

2. Meningkatkan

partisipasi dan

kemandirian klien

dalam

perencanaan dan

pelaksanaan

program terapi

fisik.

3. Meningkatkan

kewaspadaan

klien untuk

mengenali

tanda/gejala dini

yang memerlukan

intervensi yang

lanjut.

Page 48: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

57

4. Persiapkan klien

utnuk mengikuti

terapi

pembedahan bila

diperlukan.

5. Jelaskan kapan

klien harus

kontrol (periksa

ulang).

4. Upaya

pembedahan

mungkin

diperlukan untuk

mengatasi

masalah sesuai

kondisi klien.

5. Memberikan

gambaran tentang

perkembangan

penyakit dalam

rangka proses

penyembuhan

penyakit.

6 Gangguan citra

tubuh

berhubungan

dengan

pemasangan

fiksasi eksterna,

rencana

amputasi.

Klien mampu

mengimplementasik

an pola koping

yang baru dan

mengungkapkan,

serta menunjukkan

rasa percaya diri.

1. Motivasi klien

untuk

mengungkapkan

rasa takut dan

kecemasannya

dalam

menghadapi

proses penyakit.

2. Berikan

dukungan

emosional yang

sesuai.

3. Identifikasi

kekuatan/kelebiha

n lain yang

dimiliki oleh

klien agar dapat

membantu fokus

klien pada konsep

diri yang baru.

4. Fasilitasi

lingkungan dan

aktivitas yang

dapat

meningkatkan

harga diri klien.

1. Kondisi ini dapat

membantu untuk

menyadari

keadaan diri klien.

2. Hal ini dapat

membantu

meningkatkan

upaya penerimaan

dirinya.

3. Aspek positif yang

dimiliki klien

sangat

berkontribusi

dalam

pembentukan

konsep

penerimaan

dirinya.

4. Modifikasi

lingkungan dapat

membantu klien

untuk beradaptasi

dengan

lingkungannya.

7 Resiko cedera

berhubungan

dengan

hilangnya

kekuatan otot

dan sendi.

Klien terbebas dari

cedera dan mampu

menjelaskan

cara/metode untuk

mencegah

terjadinya cedera.

1. Anjurkan klien

untuk

menggunakan

sepatu untuk

menyokong.

1. Untuk

menghindari

cedera yang

mungkin terjadi

akibat jatuh.

Page 49: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

58

2. Berikan

lingkungan yang

aman, misalnya

hindari lantai

yang licin dan

gunakan

pegangan

dikamar mandi.

3. Motivasi klien

untuk

menggunakan alat

bantu ambulasi

(misalnya tongkat

atau walker).

4. Motivasi klien

dan keluarga

untuk

mempertahankan

aktivitas sehari-

hari sesuai

kemampuan.

2. Untuk

menghindari

cedera yang

mungkin terjadi

akibat jatuh.

3. Mempertahankan

aktivitas normal

dengan

meminimalkan

resiko jatuh

4. Meningkatkan

mobilitas dan

kekuatan otot,

serta

mempertahankan

fungsi gerak

semaksimal

mungkin.

8 Ansietas

berhubungan

dengan

kurangnya

pengetahuan

mengenai proses

penyakitnya.

Klien mampu

mengidentifikasi

dan

mengungkapkan

gejala ansietas,

serta mampu

menunjukkan

teknik untuk

mengontrol

ansietas.

1. Kaji tingkat

ansietas pasien.

2. Berikan

lingkungan yang

tenang di mana

pasien merasa

diterima untuk

mendiskusikan

perasaan.

3. Ajarkan pasien

metode untuk

menurunkan

kecemasan

(misalnya teknik

nafas dalam,

distraksi,

visualisasi,

meditasi,

relaksasi otot

progresif, dan

mendengarkan

musik yang

menyenangkan)

jika diperlukan.

4. Berikan informasi

yang benar tentan

prosedur yang

1. Mengetahui tingkat

kecemasan pasien

dan menentukan

intervensi

selanjutnya.

2. Membantu klien

agar pasien merasa

diterima dan

diperhatikan.

3. Membantu pasien

untuk mengetahui

cara mengatasi

ansietas.

4. Agar pasien

mengerti tentang

penyakitnya dan

Page 50: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 ...eprints.umbjm.ac.id/700/4/BAB 2.pdf · Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang

59

akan dijalani

pasien.

5. Beri dukungan

spiritual.

tidak cemas lagi.

5. Memberikan

pemahaman bahwa

selain pengobatan

dan perawatan

masih ada yang

lebih kuasa

menyembuhkan

penyakitnya.

9. Resiko tinggi

syok

hipovolemik

berhubungan

dengan

hilangnya darah

dari luka

terbuka,

kerusakan

vaskular, dan

cedera pada

pembuluh darah

Klien tidak

mengeluh pusing,

membran ukosa

lembab, turgor kulit

norma, TTP dalam

batas norma, CRT

<3 detik, urin >600

ml/hari.

1. Kaji warna kulit,

suhu, nadi perifer,

dan diaforesis

secara teratur.

2. Pantau status cairan

( turgor kulit,

membran

mukosa, halu aran

urine ).

3. Auskultasi tekanan

darah.

4. Pantau frekuensi

kehilangan cairan.

5. Kolaborasi

pemberian cairan

intervena.

1. Mengetahui adanya

pengaruh

peningkatan tekanan

perifer.

2. Jumlah dan tipe

cairan pengganti di

tentukan oleh

keadaan status

cairan.

3. Hipotensi dapat

terjadi pada

hipovolemi yang

menunjukkan

terjadinya sistem

kardiovaskuler

untuk melakukan

kompensasi

mempertahankan

tekanan darah.

4. Kehilangan cairan

dapat berasal dari

faktor ginjal.

Penyakit yang

mendasari

terjadinya

kekurangan volume

cairan ini juga harus

di atasi. Perdarahan

harus di kendalikan.

5. Jalur yang paten

penting untuk

pemberian cairan

yang cepat dan

memudahkan

perawat dalam

melakukan kontrol

asupan dan haluaran

cairan.