bab ii tinjauan pustaka pengertian - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5214/2/vita fatimah...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang
disertai perdarahan interstisial substansi atau tanpa diikuti terputusnya
konsistinuitas otak (Hudak & Gallo, 1996).
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatic pada kepala tulang
tengkorak dan otak, pembuluh darah dan selaput otaknya (Junaidi,1998).
Cedera kepala adalah suatu penyebab kematian dan kecacatan utama
pada usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas
(Mansjoer, 2000).
Cedera kepala adalah satu di antara kebanyakan bahaya yang
menimbulkan kematian dan kecacatan pada manusia (Cholik Harun,dkk.2007)
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumamatik dari fungsi otak
yang di sertai atau tanpa disertai perubahan intestisial dalam substansi otak
tanpa di ikuti terputusnya kontuinitas otak (Walidi dan Aryadi,1997).
Cedera kepala adalah trauma otak sehingga dapat terjadi perubahan
pada fisik, emosional dan sosial (Black & Thafassarin – Jacop, 1997).
Cedera kepala adalah suatu traumatik dari fungsi otak yang disertai atau
tanpa di sertai perdarahan intertisial dalam substansi otak tanpa diikuti
terputusnya kontuniutas otak (Tarwoto,dkk.2007).
Asuhan Keperawatan pada..., Vita Fatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
Cedera kepala (cedera kraniocerebral) merupakan salah satu penyebab
utama kecacatan dan kematian (Tarwoto,dkk.2007)
B. Anatomi dan Fisiologi
1. Anatomi Otak
2. Fisiologi Otak
Menurut Syaifuddin (1999:125-127),otak terdiri dari 3 bagian penting ;
a. Serebelum (otak kecil)
Fungsi serebelum adalah ;
1. Pusat penerima implus dari reseptor sensori umum (Paleaserebelum).
2. Untuk keseimbangan dan rangsangan pendengaran ke otak (
Arkhioserebelum).
3. Untuk mengatur gerakan (Neoserebelum).
Asuhan Keperawatan pada..., Vita Fatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
b. Sereberum (Otak besar)
Otak besar merupakan bagian terluar dan terberas dari otak,
berbentuk telur dan mengisi penuh bagian depan atas rongga tengkorak.
Sereberum terdiri 4 lobus yaitu;
1. lobus frontalis
2. Lobus parietalis
3. Lobus temporalis
4. Lobus oktipitalis
Adapun fungsi sereberum terdiri dari :
1. Mengingat pengalaman masa lalu
2. Pusat persarafan yang menangani aktifitas mental, akal, intelegensi,
keinginan dan memori.
3. Pusat menangis, BAB, dan BAK.
c. Batang otak
Batang otak terdiri dari Diensefalon, mesensefalon, pons varoli dan
medula oblongata.
Diensevalon,bagian batang otak paling atas yang berfungsi;
1. Vasokonstriktor, mengecilkan pembuluh darah,
2. Respiratori/membantu proses pernafasan
3. Mengontrol kegiatan refleks,
4. Membantu pekerjaan jantung.
Asuhan Keperawatan pada..., Vita Fatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
Mesensefalon berfungsi:
1. Membantu pekerjaan bola mata dan mengangkat kelopak mata,
2. Memutar mata dan pusat pergerakan mata,
Pons varoli berfungsi ;
1. Penghubung antara kedua bagian serebelum,
2. Pusat syaraf trigeminus.
Medula Oblongata berfungsi;
1. Mengontrol pekerjaan jantung
2. Mengecilkan pembuluh darah
3. Pusat pernafasan
4. Mengontrol kegiatan refleks
Cairan serebro spinalis di peroleh dalam ventrikel-ventrikel otak,di
dalam kanalis sentralis medula spinalis dan di dalam organ-organ
subaraknoid. Lingual bekerja sebagai bantalan pada system syaraf dan
menunjang bobot otak. Cairan serebro spinal di buat pada ventrikel-
ventrikel dipleksus khoroideus,di dalam 24 jam pleksus khoroidesus
mensekresi 500-570ml cairan serebrospinal. Namun hanya 125-150ml saja
yang bersirkulasi di sekitar otak dan medula spinalis. Cairan kembali ke
otak dan diarbsorbsi di ruang subarakhoid. Kemudian cairan serebro
spinalis terus masuk ke dalam system venous dan mengalir ke vena
jugularis ke vena kava superior masuk ke dalam sirkulasi sistemik (Long,
1996;106).
Asuhan Keperawatan pada..., Vita Fatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
Sistem sirkulasi pada otak terdiri dari perpaduan arteri-arteri yang
besar dan pembuluh darah yang kecil. Arteri-arteri beras mengirimkan
darah ke daerah :
1. Atreri karotis antara 60%-80% dari suplai darah
a. Arteri serebral anterior
1) Permukaan medial dari modus frontalis dan parientalis
2) Basl ganglior
3) Bagian dan kapsul corpus colosum intana
b. Arteri serebral media
1) Permukaan lobus parietalis dan temporalis
2) Prasental (motorik)
3) Giri paksa sentral (sensori)
2. Arteri vertebralis 20% dari suplai darah
a. Arteri basilaris
1) Batang otak
2) Cerebelum
b. Arteri cerebral posterior
1) Sebagian lobus temporal dan oksipitalis
2) Organ-organ vestibular
3) Aparatus cochlear (Long: 1996:213-216)
Asuhan Keperawatan pada..., Vita Fatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
Meningen merupakan selaput yang membungkus orak dan sumsum
tulang belakang, melindungi struktur saraf halus yang membawa
pembuluh darah dan cairan seksesi selaput otak terdiri dari tiga lapisan
(Syaifudin, 1999).
1. Durameter
Merupakan lapisan paling luar, menutup otak dan medulla
spinalis. Sifat dura meterliat, tebal tidak elastis, berupa serabut dan
berwarna abu-abu. Bagian pemisah dura : faal-faal serebri yang
memisahkan kedua hemisfir dibagian longitudinal dan tentorium yang
merupakan lipatan dura yang membentuk jaring-jaring membran yang
kuat.
2. Arakhnoid
Meurpakan membran bagian tengah, membran yang bersifat
tipis dan lembut ini menyerupai sarang laba-laba karena itu disebut
Arachnoid. Membran ini berwarna putih karena tidak dialiri darah.
Pada dinding Arachnoid terdapat pleksus khoroid yang bertanggung
jawab memproduksi cairan serebrospinal (CSS).
3. Piameter
Merupakan membran yang paling dalam berupa dinding yang
tipis, transparan yang menutupi otak dan meluas kesetiap lapisan
daerah otak
Cerebrum terbagi menjadi 2 bagian, yaitu hemister kiri dan
kanan terdiri dari 4 lobus utama yaitu frontal, pariental, temporal,
Asuhan Keperawatan pada..., Vita Fatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
oksipital. Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak dibungkus dari
sebelah luar dengan serebral korteks. Bagian luar hemister serebri
terdiri dari substansia grisea yang disebut sebagai korteks serebri
terletak di atas substansial alba yang merupakan bagian dalam
hemisfer dan dinamakan pusat medula.
Area broca terletak di tengah konvulsi arteri serebral bagian
tengah, daerah ini bertanggung jawab untuk mengontrol kombinasi
gerakan otot yang dibutuhkan untuk mengucapkan maisng-masing
kata, sel-sel yang menentukan otot-otot bicara berada di dalam area
motorik pada korteks, pengucapan membutuhkan sebuah kombinasi
atau rangkaian kombinasi kontraksi, tetapi juga tengkorak, lidah,
pelatum mole, bibir dan dinding dada harus berkontraksi. Sel-sel
konvulsi broka langsung berhubungan dengan sel-sel area motorik
yang membuat kontraksi otot pada waktu yang telat dan dengan
kekuatan yang sesuai.
C. Etiologi
Menurut Black (1997,741)
1. Kecelakaan kendaraan bermotor seperti kendaraan bermotor dan mobil
2. Tembakan yang merupakan trauma tembus dan pukulan langsung pada
kepala yang merupakan truma pukulan
3. Jatuh dan kecelakaan olah raga
Asuhan Keperawatan pada..., Vita Fatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
Menurut Syamsuhidayat (1997). Cedera dapat terjadi benturan
langsung / tanpa benturan langsung pada kepala. Pada suatu benturan dapat di
bedakan beberapa macam kekuatan yakni komprei, aselerasi, di deselerasi.
Sulit di pastikan kekuatan mana yang paling berperan. Cedera percepatan
(aselerasi) terjadi jika benda sedang bergerak membentur kepala yang sedang
diam eperti trauma akibat pukulan benda tumpul atau karena lemparan benda
tumpul.
Menurut Tarwoto, dkk. 92007) cidera kepala dapat di sebabkan karena
kecelakaan lalu lintas, terjatuh, kecelakaan industri, kecelakaan olah raga, luka
pada persalinan.
D. Patofisiologi
Cedera kepala bervariasi dari luka kulit yang sederhana seperti gegar
otak, luka terbuka dari tengkorak, di sertai kerusakan – kerusakan otak.
Luasnya luka buka merupakan indikasi berat ringannya gangguan. Pengaruh
umum dari cedera kepala yaitu dari tingkat ringan sampai tigkat berat ialah
cedera otak, devisit sensorik dan motorik. Peningkatan tekanan intrakranial,
kerusakan selanjutnya timbul herniasi otak laniscemia dan hipoksia.
(Long,1996)
Pertimbangan paling penting cedera kepala manapun adalah apakah
otak tidak mengalami cedera, keadaan cedera ”minor” dapat menyebabkan
kerusakan otak bermakna cedera otak sering terjadi / tanpa fraktur tengkorak,
setelah pukulan / cedera pada kepala yang menimbulkan komosio, kotusio,
laserasi, hemoragi. Kromosio serebral setelah cedra kepala adalah hilangnya
Asuhan Keperawatan pada..., Vita Fatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
fungsi neurologis sementara tanpa kerusakan struktur. Kromosio umumnya
meliputi sebuah periode tidaak sadarkan dir waktu yang berakhir salama
beberapa detik sampai beberapa menit. Getaran otak sedikit saja hanya akan
menimbulkan pusing / berkunang – kunang, atau dapat juga kehilangan
kesadaran komplit sewaktu. Jika jaringan otak silobus rasional yang aneh,
dimana keterlibatan lobus temporal dapat menimbulkan amnesia / disorientasi.
Setelah cedera kepala, darah berkumpul di daerah epidural (eksta dural) di
antara tengkorak dan dura. Keadaan ini sering di akibatkan dari fraktur tulang
tengkorak yang menyebakan arteri meningkat, tengah putus atau rusak
(laserasi), di mana arteri ini berada pada dura dan terngkorak daerah inferior
menuju bagian tipis tulang tengkorak, hemoragi karena arteri ini menyebabkan
penekanan pada otak.
E. Gejala Klinis
1. Nyeri akibat benturan
2. Amnesia pasca traumatik selama kurang dari 30 menit serta masalah
memori yang dapat secara bermakna mengubah gaya hidup klien pasca
cidera
3. Hematoma kulit kepala.
Tanda gejala menurut Tarwoto, dkk.(2007) secara umum tanda dan
gejala pada cedera kepala meliputi ada atau tidaknya ffraktur tengkorak,
tingkat kesadaran dan kerusakan jaringan otak.
Asuhan Keperawatan pada..., Vita Fatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
1. Fraktur tengkorak
Fraktur tengkorak dapat melalui pembulah darah dan syaraf-syaraf
cairan cerebrospinal. Jika terjadi fraktur tengkorak kemungkinan yang
terjadi adalah:
1. Keluarnya cairan cerebrospinalis atau cairan lain dari hidung
(rhinorrhoe) dan telinga (otorrhoe).
2. Kerusakan saraf intrakranial.
3. Perdarahan di belakang membran timpani.
4. Ekimosis pada priorbital.
Jika terjadi fraktur basiler, kemungkinaan adanya gangguan pada
syaraf kranial dan kerusakan bagian dalam telinga. Sehingga
kemungkinan tanda dan gejalanya:
a. Perubahan tajam penglihatan karena kerusakan nervus optikus.
b. Kehilangan pendengaran karena kerusakkan pada nervus auditorius.
c. Dilatasi pupil dan hilangnya kemampuan pergerakkan beberaapa otot
mata karena kerusakan nervus okulomotorius.
d. Peresis wajah karena kerusakan nervus fasialis.
e. Vertigo karena kerusakan nervus fasialis
f. Nistagmus karena kerusakan pada sistem vestibular.
g. Warna kebiruaan di belakang telinga di atas mastoid (battle sign).
2. Kesadaran
Tingkat kesadaran pasien tergantung dari berat ringannya cedera
kepala, ada atau tidaknya amnesia retrograt, mual dan muntah.
Asuhan Keperawatan pada..., Vita Fatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
3. Kerusakan jaringan otak.
4. Manifestasi klinik kerusakan jaringan otak bervariasi dari cedera kepala.
Untuk melihatnya kerusakan cedera kepala perlu di lakukan pemeriksaan
Computed Tomography Scanning (CT scan) atau Magnetic Resonance
Imaging (MRI).
Tanda dan gejala dari cedera kepala menurut Smeltzer (1997) adalah :
1. Tingkat kesadaran berubah
2. Bingung.
3. Abnormalitas pupil
4. Tidak ada refleks muntah
5. Nyeri akibat benturan
6. Amnesia pasca traumatik selama kurang dari 30 menit
7. Hematome kulit kepala
Menurut Carpenito (2000) gejala-gejala yang ditimbulkan
tergantung pada besarnya dan distribusi cedera otot yang di jabarkan
sebagai berikut:
1. Nyeri menetap atau setempat biasanya menunjukan adanya fraktur.
2. Fraktur pada kubah kranial menyebabkan hemoragi pada hidung,
faring/telinga/konjungtiva.
3. Ekomosis mungkin terlihat di atas mastoid.
4. Drainase cairan serebro spinal dapat menyebabkan infeksi serius.
5. Cairan serebrospinal yang mengandung darah menunjukkan laserasi
otak/kontusio.
Asuhan Keperawatan pada..., Vita Fatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
F. Klasifikasi Cedera Kepala
1. Berdasarkan kerusakan jaringan otak
a. Komosio serebri (gegar otak) : Gangguan fungsi neurologik ringan tanpa
adanya kerusakan stuktur otak, terjadi hilangnya kesadaran kurang dari
10 menit atau tanpa di sertai amnesia retrograd, mual,muntah,nyeri
kepala.
b. Kontosio serebri (memar) : gangguan fungsi neurologik disertai
kerusakan jaringan otak tetapi kontuniutas otak masih utuh, hilangnya
kesadaran lebih dari 10 menit.
c. Laserasio serebri: gangguan fungsi neurologik di sertai kerusakan otak
yang berat dengan fraktur tengkorak terbuka. Masa otak terkelupas ke
luar ke rongga intrakranial.
2. Berdasarkan berat ringannya cidera kepala:
a. Cidera kepala ringan: jika GCS antara 13-15, dapat terjadi kehilangan
kesadaran kurang dari 30 menit, tidak terdapat fraktur tengkorak,
kontusio atau hematom.
b. Cidera kepala sedang: jika nilai GCS antara 9-12, hilang kesadaran
antara 30 menit sampai dengan 24 jam, dapat di sertai fraktur
tengkorak, disorientasi ringan.
c. Cidera kepala berat: jika GCS antara 3-8, hilang kesadaran lebih dari
24 jam, biasanya di sertai kontusio, laserasi atau adanya hematom,
edema serebral.
Asuhan Keperawatan pada..., Vita Fatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
G. Mekanisme cedera
Ada 3 mekanisme yang berpengaruh dalam trauma kepala yaitu:
akselerasi, deselerasi, dan deformitas (Tarwoto,dkk.2007)
a. Akselerasi yaitu jika benda bergerak membentur kepala diam, misalnya
orang yang diam kemudian di pukul atau terlempar batu.
b. Deselerasi yaitu jika kepala bergerak membentur benda yang diam,
misalnya pada saat kepala terbentur.
c. Deformitas yaitu perubahan atau kerusakan pada bagian tubuh yang terjadi
akibat trauma, misalnya adanya fraktur kepala, kompresi, ketegangan
ataupemotonganpada jaringan otak.
Pada saat deselerasi ada kemungkinan terjadi rotasi kepala
sehingga dapat menambah kerusakan. Mekanisme cedera kepala dapat
mengakibatkan kerusakan pada daerah dekat benturan (kup) dan kerusakan
pada daerah yang berlawanan dengan benturan (kontra kup).
H. Komplikasi
1. Menurut Tarwoto, dkk.(2007), Komplikasi yang mungkin terjadi pada
cidera kepala diantaranya:
a. Defisit neurologik
b. Kejang
c. Pneumonia
d. Perdarahan
e. Perdarahan gastrointestinal
f. Disritmia jantung
Asuhan Keperawatan pada..., Vita Fatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
g. Syndrom of inappropriate secretion of antidiuretuc hormone (SIADH)
h. Hidrocepalus
i. Kerusakan kontrol respirasi
j. Inkontinensia bladder dan bowel
I. Tipe Trauma Kepala
a. Trauma kepala terbuka
Trauma ini dapat menyebabkan fraktur tulang tengkorak dan
laserasi durameter. Kerusakan otak dapat terjadi bila tulang tengkorak
menusuk otak, misalnya akibat benda tajam atau tembakan.
Fraktur linear di daerah temporal, dimana arteri meningeal media
berada dalam jalur tulang temporal, sering menyebabkan perdarahan
epidural. Fraktur linear yang melintang garis tengah, sering menyebabkan
perdarahan sinus dan robekannya sinus sagitalis superior.
Fraktur di daerah basis, di sebabkan karena trauma dari atas atau
kepala bagian atas yang membentur jalan atau benda diam. Fraktur difosa
anterior, sering terjadi keluarnya liquor melalui hidung (rhinorhoe) dan
adanya brill hematoma (raccoon eyes).
Fraktur pad os petrosus, berbentuk longitudinal dan transversal
(lebih jarang). Fraktur anterior biasanya karena trauma di daerah temporal,
sedang yang posterior di sebabkan trauma di daerah oksipital.
Fraktur longitudinal sering menyebabkan kerusakan pada meatus
akustikus intrnal, foramen jugularis dan tube eusthakhius. Setelah 2-3 hari
akan tampak battle sign (warna biru di belakang telinga). Perdarahan dari
Asuhan Keperawatan pada..., Vita Fatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
telinga dengan trauma kepala hampir selal;u di sebabkan oleh retak tulang
dasar tengkorak. Pada dasarnya fraktur tulang tengkorak itu sendiri tidaklah
menimbulkan hal yang emergensi, namun yang sering menimbulkan
masalah adalah fragmen tulang itu menyebabkan robekan pada durameter,
pembuluh darah jaringan otak. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pusat
vital, syaraf kranial, dan saluran syaraf (nerve pathway).
Fraktur basis tengkorak tidak selalu dapat di deteksi oleh foto
rontgen, karena terjadi sangat besar. Tanda-tanda klinik yang dapat
membantu mendiagnosa adalah:
1. Battle sign (warna biru/ ekhimosis di belakang telinga di atas os
mastoid)
2. Hemotimpani (perdarahan di aerah gendng telinga)
3. Periorbital ecchymosis (mata warna hitam tanpa trauma langsung)
4. Rhinorrhoe (liquor keluar dari hidung)
5. Otorrohoe (liquor keluar dari telinga)
Komplikasi pada trauma kepala terbuka adalah infeksi, meningitis
dan perdarahan/ serosaninguis.
b. Trauma kepala tertutup
1. Komusio serebri /gegar otak
Merupakan bentuk trauma kapitis ringan, dimana terjadi pingsan
(kurang dari 10 menit). Gejala-gejala lain mungkin termasuk pusing,
noda-noda di depan mata dan linglung. Komusio serebri tidak
Asuhan Keperawatan pada..., Vita Fatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
meninggalkan gejala sisa atau tidak menyebabkan kerusakkan struktur
otak.
2. Kontusio serebri/memar otak
Merupakan perdarahan kecil/ptechie pada jaringan otak akibat
pecahnya pembuluh darah kapiler. Hal ini bersama-sama dengan
kerusaknya jaringan syaraf dan otak yang akan menimbulkan edema
jaringan otak di daerah sekitarnya. Bila daerah yang mengalami edema
cukup luas akan terjadi peningkatan tekanan intrakranial dapat
menimbulkan herniasi serebri yang mengakibatkan penekanan batang
otak. Bila edema mengenai batang otak akan menyebabkan fatal.
Berdasarkan atas lokasi benturan, lesi diedakan atau kup
kontusio di mana lesi terjadi lesi koup, sedang kepala dalam keadaan
bebas bergerak akan terjadi kontra koup.
J. Hematom Intrakranial Listiono, DSBD.(1998)
Kejadian komplikasi ini dapat menjadikan penderita cedera kepala
derajat ringan dalam waktu yang singkat masuk ke dalam suatu keadaan yang
gawat mengancam jiwanya. Di satu pihak memang hanya sebagian saja kasus
cedera kepala yang datang ke rumah sakit berlanjut menjadi hematom, tetapi
di lain pihak frekuensi hematom ini terdapat pada 75% kasus yang datang
sadar dan keluar meninggal.
Asuhan Keperawatan pada..., Vita Fatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
Hematom intrakranial di kelompokkan menjadi; hematom yang
terletak di luar durameter yaitu; hematom epidural, dan yang terletak di dalam
durameter yaitu; hematom subdural dan hematom intraserebral,; di mana
masing-masing dapat terjadi sendiri ataupun bersamaan.
a. Hematom Epidural
Hematom epidural merupakan pengumpulan darah di antara tengkorak
dalam durameter (di kenal dengan hematom ekstradural). Hematom jenis
ini biasanya berasal dari perdarahan atrerial akibat adanya fraktur linear
yang menimbulkan laserasi langsung atau robekan arteri-arteri meninges.
b. Hematom subdural
Hematom subdural merupakan perdarahan yang mengumpul di antara
korteks serebri dan durameter. Ia di sebabkan olah regangan dan robekan
vena-vena drainase yang berjalan melintang – menggantung di rongga
subdural antara permukaan kortikal otak dengan sinus duramatris.
Hematom subdural di klasifikasikan berdasarkan kronologisnya menjadi;
1. Hematom subdural akut ; 1-3 hari pasca trauma.
2. Hematom subakut; 4-12 hari pasca trauma
3. Hematom kronis; lebih dari 21 hari pasca trauma
c. Hematoma Intraserebral
Hematoma intraserebral paska traumatik merupakan koleksi darah fokal
yang biasanya di akibatkan oleh regangan atau robekan rotasional terhadap
pembuluh – pembuluh darah intra parenkimial otak, atau kadang-kadang .
Asuhan Keperawatan pada..., Vita Fatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
K. Faktor Basis Kranii dan Kebocoran Likuor
Faktor basis kraniidapat di duga berdasarkan tampilan klinis berupa
ekhimosis periobital (Raccon’s eyes atau brill hematome) dan rinorre pad
fraktur bagian anterior, dan battle sign serts otorre untuk fraktur basis fosa
media.
Permasalahan dalam kasus-kasus dengan fraktur basis kranii adalah
terjadinya robekan durameter dengan segala konsekuensi patologisnya,
yaitu : kebocoran likuor melalui hidung, aerokel, meningitis, posisi
fragmen fraktur sendiri.
a. Rinore Likuor
Keadaan ini terjadi pada seperempat penderita fraktur basis
kranii anterior, dan kadang ada beberapa kasus yang likuornya keluar
melalui segmen timpani ke dalam telinga tengah dan baru keluar
melalui tube eustakhius sampai ke hidung. Rinnore yang terjadi
belakangan kemungkinan di akibatkan karena sebelumnya kebocoran
itu tertutup oleh hematom yang kemudian mengalami resolusi atau
otak yang bengkak.
Pada tahap awal biasanya penderita di istirahatkan berbaring
dan di berikan suntikan antibiotik seperti : Deca-durabolin, serta
pervensi terhadap kemungkinan infeksi. Penanganan bedah untuk
menutup kebocoran biasanya di terapkan setelah 10 – 14 hari
kemudian bila tidak ada tanda-tanda penyembuhan.
Asuhan Keperawatan pada..., Vita Fatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
b. Otorre Likuor
Kejadian ini terjadi pada kira – kira 7% kasus fraktur basis
kranii. Walaupun sering kali kebocorannya profus, ia hampir selalu
dapat pulih secara spontan setelah 5 – 10 hari. Prinsip penanganannya
secara umum mirip dengan kebocoran likuor melalui hidung.
L. Pemeriksaan penunjang,
Pemeriksaan penunjang menurut Doenges, Moorhouse, & Geissler. (2000).
a. CT Scan (Computed Tomography Scanning)
Mengidentifikasikan adanya hemoragik, menentukan ukuran ventrikuler,
pergeseran jaringan otak, pemeriksaan penunjang di perlukan untuk
iskemia atau infrak mungkin tak terdeteksi dalam 24-27 jam paska
trauma.
b. Angiografi serebral
Menunjukkan kelainan sirkulasi serebral seperti pergeseran jaringan efek
akibat edema, perdarahan, trauma.
c. EEG (Elektro Ensefalo Grafik)
Untuk memperlihatkan keberadaan perkembangan gelombang
patologis.
d. Sinar X
Mendeteksi adanya perubahan stuktur tulang (fraktur), pergeseran
stuktur dari garis tengah (karena perdarahan edema), adanya fragmen
tulang.
Asuhan Keperawatan pada..., Vita Fatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
e. GDA (analisa gas darah)
Mengetahui ketidak seimbangan yang berperan dalam meningkatkan
TIK / perubahan mental.
f. Pemantauan kesadaran
Klasifikasi yang mendekati keadaan klinis adalah berdasarkan nilai GCS
yang di keluarkan oleh The traumatik Coma Data Bank ; (Hudak &
Gallo,1996) .
Kategori penentuan keparahan cedera kepala berdasarkan nilai skala
koma gaslow :
1. Ringan (GCS = 13 – 15 )
Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari 30
menit. Tidak ada fraktur tengkorak, disorientasi ringan.
2. Sedang (GCS =9 - 12 )
Kehilangan kesadaran dan / amnesia lebih dari 30 menit tetapi
kurang dari 24 jam. Dapat mengalami fraktur tengkorak, disorientasi
ringan
3. Berat (GCS =3 – 8 )
Hilang kesadaran lebih dari 24 jam, biasanya disertai kontusio,
laserasi atau adanya hematom.
d. Serum alkohol : Mendeteksi penggunaan sebelum cedera kepala, di
lakukan terutama pada cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas.
e. Serum obat : Mengetahui penyalahgunaan obat sebelum cedera kepala.
f. Pemeriksaan obat dalam urine : Mengetahui pemakaian obat sebelum
kejadian.
Asuhan Keperawatan pada..., Vita Fatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
M. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Penatalaksanaan keperawatan
a. Pemasangan infus dengan cairan Nacl 0,9% atau RL lebih efektif cairan
isotoner dalam mengganti volume intravaskuler dari pada cairan
hipotonis dan larutan ini tidak menambah edema serebri.
b. Pada klien dengan koma (skor GCS <8) atau pada kllien dengan tanda
herniasi lakukan tindakan berikut:
1. Elerasi kepala 30
2. Hiperventilasi : intubasi dan berikan ventilasi mardatorik intermiten
dengan kecepatan 16 -20x /mnt dengan volume tidal 10 – 12ml /kg
BB.
3. Pemberian manitol 20% IV dalam 20 -30 menit. Dari ulangan dapat
diberikan 4 -6 jam sampai maksimal 48 jam .
4. Konsul bedah syaraf bila terdapat indikasi (hematoma epidural
besar, hematoma subdural, cedera kepala terbuka dan fraktur
impresi).
Asuhan Keperawatan pada..., Vita Fatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Pathway dan perumusan diagnosa keperawatan
Kecelakaan Tembakan Jatuh Pukulan Cedera kepala Laserasi pada Kulit kepala Tulang tengkorak Jaringan otak area tubuh hematome Fr. contusio - Contusio cerebral yang lain laserasi kulit kepala Fr. impresi - Hematome epidural - Hematome subdural Edema serebri Isi kranium membentur dinding tulang Sistem persyarafan Herniasi otak - Sakit kepala - Wajah meringis Peningkatan TIK - Respon menarik Pada rangsangan Nyeri yang hebat Perdarahan intra serebral Gangguan pada Gangguan pada sistem Paralisis Neruos vagus saraf Gangguan Sistem muskulus keleta - Mual, muntah Gangguan medula area broca - Merasa lemah, lelah - disfagia Oblangata - Perubahan kesadaran - Anireksia Disfasia rentang gerak - Kelemahan otot Dispnea, apnea Mengunyah
- Abrasi - Kontusio - Laserasi - Avulsi
Gambar 2. Pathway Cedera Kepala Sedang dan Perumusan diagnosa keperawatan (Lang & Phipps, 1996, Doengoes, 2000,
Carpenito 2000).
Resiko Infeksi
Nyeri
Perubahan perfusi serebri
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Pola nafas tidak efektif
Kerusakan komunikasi verbal
Intoleransi aktifitas
Asuhan Keperawatan pada..., Vita Fatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
H. Fokus Intervensi Keperawatan
1. Perubahan perfusi jairngan berhubungan dengan penghentian aliran darah
oleh SOL (hemorage, hematoma); idema serebral (respons local atau
umum pada cedera, perubahan merabolik, takar lajak obat/alcohol);
penurunan TD sistemik / hipoksi (hipovvolemi, distritmia, jantung).
Tujuan dan kriteria hasil. ;
a. Mempertahankan tingkat kesadaran biasa/perbaikan, kognisi dan fungsi
motorik / sensori.
b. Mendemonstrasikan tanda vital stabil dan tak ada tanda-tanda
peningkatan
Intervensi :
a. Tentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu atau
menyebabkan koma/penurunan perfusi jaringan otak dan potensial
peningkatan TIK.
Rasional :
Menentukan pilihan intervensi. Penurunan tanda/gejala neurologis atau
kegagalan dalam pemilihannya setelah serangan awal mungkin
menunjukkan bahwa pasien itu perlu dipindahkan ke perawatan intensif
untuk memantau tekanan TIK dan/atau pembedahan.
b. Pantau/catat status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan
nilai standar (misalnya skala normal Glascow).
Rasional :
Asuhan Keperawatan pada..., Vita Fatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
Mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran dan potensial
peningkatan TIK dan bermanfaat dalam menentukan lokasi, perluasan
dan perkembangan kerusakan SSP.
c. Pantau TD
Rasional :
Normalnya, autoregulasi mempertahankan aliran darah otak yang
konstan pada saat ada fluktuasi tekanan darah sistemik.
d. Frekuensi jantung, catat adanya pradikardia, takikardia, atau bentuk
disritmia lainnya.
Rasional :
Perubahan pada ritme (paling sering bradikardia) dan disritmia dapat
timbul yang mencerminkan adanya depresi/trauma pada batang otak
pada pasien yang tidak mempunyai kelainan jantung sebelumnya.
e. Evaluasi keadaan pupil, catat ukuran, ketajakan, kesamaan antara kiri
dan kanan, dan reaksinya terhadap cahaya.
Rasional :
Reaksi pupil diatur oleh saraf cranial akulomotor (III) dan berguna
untuk menentukan apakah batang otak masih baik.UKuran/kesamaan
ditentukan oleh keseimbangan antara persarafan simatis dan
parasimpatis. Respons terhadap cahaya mencerminan fungsi yang
terkombinasi dari saraf cranial optikus (II) dan akulomotor (III).
f. Kaji perubahan pada penglihatan, seperti adanya penglihatan yang
kabur, ganda, lapang pandang menyempit dan kedalaman persepsi.
Asuhan Keperawatan pada..., Vita Fatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
Gangguan penglihatan, yang dapat diakibatkan oleh kerusakan
mikroskopik pada otak, memunyai konsekuensi terhadap keamanan
dan juga akan mempengaruhi pilihan intervensi.
g. Pertahankan kepala/leher pada posisi tengah atau pada posisi netral,
sokong dengan gulungan handuk kecil atau bantal kecil. Hindari
pemakaian bantak besar pada kepala.
Rasional :
Kepala yang miring pada salah satu sisi menekan bena jugularis dan
menghambat aliran darah vena, yang selanjutnya akan meningkatkan
TIK.
h. Berikan waktu istirahat diantara aktivis keperawatan yang dilakukan
dan batasi waktu dari setiap prosedur tersebut.
Rasional :
Aktivitas yang dilakukan terus-menerus dapat meningkat kan TIK
dengan menimbulkan efek stimulasi kumulatif.
i. Perhatikan adanya gelisah yang meningkat, peningkatan keluhan, dan
tingkah laku yang tidak sesuai lainnya.
Rasional :
Petunjuk nonverbal ini mengidentifikasikan adanya peningkatan TIK
atau menandakan adanya nyeri ketika pasien tidak dapat
mengungkapkan keluhannya secara berbal. Nyeri yang tidak hilang
dapat menjadi pemacu.
Asuhan Keperawatan pada..., Vita Fatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
j. Observasi adanya aktivitas kejang dan lindungi pasien dari cedera.
Rasional :
Kejang dapat terjadi sebagai akibat dari iritasi serebral, hioksia, atau
peningkatan TIK dan kejang dapat meningkatkan TIK lebih lanjut
yang meningkatkan kerusakan jaringan serebral.
k. Kaji adanya peningkatan rigiditas, regangan, meningkatnya
kegelisahan, peka rangsang, serangan kejang.
Rasional :
Merupakan indikasi dari iritasi meningeal yang dapat terjadi
sehubungan dengan kewrusakan pada durameter dan/atau
perkembangan infeksi selama periode akut atau penyembuhan dari
trauma kepala.
l. Tinggikan kepala pasien 15-45 derajat sesuai indikasi/yang dapat
ditoleransi.
Rasional :
Meningkatkan aliran balik vena dari kepala, sehingga akan
mengurangi kongesti dan edema atau risiko terjadinya peningkatan
TIK.
m. Batasi pemberian cairan sesuai indikasi. Berikan cairan melalui IV
dengan alat kontrol.
Rasional :
Asuhan Keperawatan pada..., Vita Fatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
Pembatasan cairan mungkin diperlukan untuk menurunkan edema
serebral; meminimalkan fluktuasi aliran vakuler, rekanan darah (TD)
dan TIK.
n. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
Rasional :
Menurunkan hipoksemia, yang mana dapat meningktkan vasodilatasi
dan volume darah derebral yang meningkatkan TIK.
2. resiko tinggi nafas tidak efektif berhubungan kerusakan neurovaskuler
(cedera dan pusat pernapasan otak). Obstruksi trakeobronkial.
Tujuan dan criteria Hasil :
a. Mempertahankan pola pernapasan normal/efektif, bebas sisonis dengan
GOA dalam batas normal pasien.
Intervensi :
a. Pantau frekuensi, irama, kedalaman pernapasan. Catat ketidakteraturan
pernapasan.
Rasional :
Perubahan dapat menandakan awitan komplikasi pulmonal (umumnya
mengikuti cedera otak) atau mendandakan lokasi/luasnya keterlibatan
otak. Pernapasan lambat, periode apnea dapat menandakan perlunya
ventilasi mekanis.
b. Angkat kepala tempat tidur sesuai aturannya, posisi miring sesuai
indikasi.
Asuhan Keperawatan pada..., Vita Fatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
Rasional :
Untuk memudahkan ekspansi paru/ventilasi paru dan menurunkan
adanya kemungkinan ekspansi paru/ventilasi paru dan menurunkan
adanya kemungkinan lidah jatuh yang menyumbat jalan napas.
c. Anjurkan pasien untuk melakukan napas dalam yang efektif jika pasien
sadar
Rasional :
Mencegah/menurunkan atelektasis
d. Auskultasi suara napas, perhatikan daerah hipovetilasi dan adanya
suara-suara tambahan yang tidak normal seperti krekels, ronki, mengik.
Rasional :
Untuk mengidentifikasi adanya masalah paru seperti atelektasis,
kongesti, atau obstruksi jalan nafas yang membahayakan oksigenasi
serebral dan/atau menandakan terjadinya infeksi paru (umumnya
merupakan komplikasi dari cedera kepala).
e. Pantau penggunaan dari obat-obat depresan pernapasan, seperti
sedative.
Rasional :
Dapat meningkatkan gangguan/komplikasi pernapasan.
f. Kolaborasi :
Pantau atau gambarkan analisa gas darah, tekanan oksimetri.
Asuhan Keperawatan pada..., Vita Fatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
Rasional:
Menentukan ukupan pernapasan, keseimbangan asam basa dan
kebutuhan akan terapi.
g. Lakukan rongen toraks ulang
Rasional :
Melihat kembali keadaan ventilasi dan tanda-tanda komplikasi yang
berkembang (seperti etelektasis atau bronkopneumonia).
h. Berikan oksigen
Rasional :
Memaksimalkan oksigen pada darah arteri dan membantu dalam
pencegahan hipoksia. Jika pusat pernapasan tertekan, mungkin
diperlukan ventilasi mekanik.
3. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan respirasi
sensori, transmisi atau integriras (trauma atau deficit neurologist).
Tujuan dan kriteria hasil :
a. Melakukan kembali atau memperhatahankan tingkat kesadaran
biasanya dan fungsi persepsi.
b. Mengkaji perubahan dalam kemampuan dan adanya keterlibatan residu
c. Mendemonstrasikan perubahan perilaku atau gaya hidup untuk
mengkompensasi/defisit hasil.
Intervensi :
a. Evaluasi/pantau secara teratur prubahan orientasi, kemampuan
berbicara, alam perasaan/afektif, sensorik, dan proses pikir.
Asuhan Keperawatan pada..., Vita Fatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
Rasional :
Fungsi serbral bagian a tas biasanya terpengaruh lebih dulu oleh
adanya gangguan sirkulasi, oksogenasi.
b. Kaji kesadaran sensorik seperti respon sentuhan, panas/dingin, benda
tajam/tumpul dan kesadaran terhadap gerakan dan letak tubuh.
Perhatikan adanya masalah penglihatan atau sensasi yang lain.
c. Informasi penting untuk keamanan pasien. Semua system sensorik
dapat terpengaruh dengan adanya perubahan yang melibatkan
peningkatan atau penurunan sensitivitas atau kehilangan
sensasi/kemampuan untuk menerima dan berespon secara sesuai pada
suatu stimulasi.
d. Berikan lingkungan terstruktur termasuk terapi, aktivitas. Buatkan
jadwal untuk pasien (jika memungkinkan) dan tinjau kembali secara
teratur.
Rasional :
Meningkatkan konsistensi dan keyakinan yang dapat menurunkan
ansietas yang berhubungan dengan ketidaktahuan pasien tersebut.
Meningkatkan rasa terhadap control diri atau melatih kognitif kembali.
e. Buat jadwal istirahat yang adekuat/periode tidur tanpa ada gangguan
Rasional :
Mengurangi kelelahan, mencegah kejenuhan, memberikan kesempatan
untuk tidur REM (ketidakadaan tidur REM ini).
Asuhan Keperawatan pada..., Vita Fatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
f. Berikan kesempatan yang lebih banyak untuk berkomunikasi dan
melakukan aktivitas.
Rasional :
Menurunkan frustasi yang berhubungan dengan perubahan
kemampuan/pola respon yang memanjang.
Kolaborasi :
Rujuk pada ahli fisioterapi, terapi okupasi, terapi wicara, dan terapi
kognitif.
g. Pendekatan antardisiplin dapat menciptakan rencana penatalaksanaan
terintegrasi yang didasarkan atas kombinasi
kemampuan/ketidakmampuan secara individu yang unik dengan
berfokus pada peningkatan evaluasi dan fungsi fisik, kognitif, dan
keterampilan perceptual.
4. Perubahan proses piker berhubungan dengan perubahan fisiologis, konflik
psikologis.
Tujuan dan kriteria hasil :
a. Mempertahankan atau melakukan kembali orientasi mental dan realitas
biasanya.
b. Mengenali perubahan berpikir atau prilaku
c. Berpartisipasi dalam aturan teraputik atau penyerapan kognitif.
Intervensi :
a. Kajian rentang perhatian, kebingungan, dan catat tingkat ansietas
pasien.
Asuhan Keperawatan pada..., Vita Fatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
Rasional :
Rentang perhatian/kemampuan untuk berkonsentrasi mungkin
memendek secara tajam.
b. Pastikan dengan orang terdekat untuk membandingkan kepribadian
tingkah laku pasien sebelum mengalami trauma dengan respo pasien
sekarang.
Rasional :
Masa pemulihan cedera kepala meliputi fase agitasi, respons marah,
dan berbicara/proses pikir yang kacau.
c. Pertahankan bantuan yang konsisten oleh staf atau keberadaan staf
sebanyak mungkin.
Rasional :
Memberikan pasien perasaan yangs tabil dan mampu mengontrol
situasi.
d. Usahakan untuk menghadirkan realitas secara konsisten dan jelas,
hindari pikiran-pikiran yang tidak masuk akal.
Rasional :
Pasien mungkin tidak menyadari adanya trauma secara total (amnesia(
atau dari perluasan trauma dan arena itu pasien perlu dihadapkan pada
kenyataan terhadao terjadinya cedera pada dirinya. Orientasi realitas
yang terstruktur dapat menurunkan reaksi perlawanan dari pasien
sendiri.
Asuhan Keperawatan pada..., Vita Fatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
e. Jelaskan pentingnya melakukan pemeriksaan neurologist secara
berulang dan teratur.
Rasional :
Pemahaman bahwa pengkajian dilakukan secara teratur untuk
mencegah / membatasi komplikasi yang mungkin terjadi dan tidak
menimbulkan suatu hal yang serius pada pasien dapat membantu
menurunkan ansietas.
f. Kurangi stimulus yang merangsang, kritis yang negative, argumentasi,
dan konfrontasi.
Rasional :
Menurunkan risiko terjadinya respons pertengkaran atau penolakan.
Pasien dengan cedera kepala berat mungkin menajdi kasar atau
menyiksa secara fisik/verbal.
g. Instruksikan untuk melakukan teknik relaksasi. Berikan aktivitas yang
beragam.
Rasional :
Dapat membantu untuk memfokuskan kembali perhatian pasien dan
untuk menurunkanansietas pada tingkat yang dapat ditanggulangi.
5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan perubahan persepsi atau
kognitif, penurunan kekuatan atau tahanan, terapi pembatasan atau
kewaspadaan keamanan.
Tujuan dan criteria hasil :
Asuhan Keperawatan pada..., Vita Fatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
a. Melakukan kembali/mempertahankan posisi fungsi optimal, dibuktikan
oleh tak adanya kontraktuas, footdrop.
b. Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh
yang sakit dan atau kompensasi.
c. Mendemonstrasikan teknik atau perilaku yang memungkinkan
dilakukannya kembali aktivitas.
Intervensi :
a. Periksa kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional pada
kerusakan yang terjadi.
Rasional :
Mengidentifikasi kemungkinan kerusakan secara fungsional dan
mempengaruhi pilihan intervensi yang akan dilakukan.
b. Berikan/Bantu untuk melakukan latihan rentang gerak
Rasional :
Mempertahankan mobilisasi dan fungsi sendi/posisi normal
ekstremitas dan menurunkan terjadinya vena yang statis.
c. Instruksi/Bantu pasien dengan program latihan dan penggunaan alat
mobilisasi. Tingkatkan aktivitas dan dan partidipasi dalam merawat
diri sendiri sesuai kemampuan.
Rasional :
Proses penyembuhan yang lambat seringkali menyertai trauma kepala
dan pemulihan secara fisik merupakan bagian yang amat penting dari
suatu program pemulihan tersebut. Keterlibatan pasien dalam
Asuhan Keperawatan pada..., Vita Fatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
perencanaan dan kegiatan adalah sangat penting untuk meningkatkan
kerjasama pasien atau keberhasilan dari suatu program tersebut.
d. Berikan perawatan kulit dengan cermat, masase dengan pelembab, dan
ganti linen/pakaian yang basah dan pertahankan linen tersebut tetap
bersih dan bebas dari kerutan.
Rasional :
Meningkatkan sirkulasi dan elastisitas kulit dan menurunkan risiko
terjadinya ekskoriasi kulit.
e. Pantau saluran urine. Catat warna dan bau dari urine. Bantu dengan
latihan kandung kemih jika memungkinkan.
Rasional :
Pemakaian kateter Foley selama fase akut mungkin dibuuthkan untuk
jangka wakut yang panjang sebelum memungkinkan untuk melakukan
latihan kandung kemih.
f. Pantau pola eliminasi dan berikan/bantu untuk dapat melakukan
defekasi secara teratur.
Rasional :
Defekasi yang teratur merupakan kebutuhan yang sederhana tetapi
merupakan tindakan yang amat penting untuk mencegah terjadinya
komplikasi.
6. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan jairngan trauma, kulit
rusak, prosedur invasive. Penurunan kerja silia, statis cairan tubuh,
Asuhan Keperawatan pada..., Vita Fatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
kekurangan nutrisi, respon inflamasi tertekan (penggunaan steroid),
perubahan integritas system tertutup kebocoran (CSS).
Tujuan dan criteria hasil :
a. Mempertahankan normotemia, bebas tanda-tanda infeksi.
b. Mencapai penyembuhan luka tepat waktu bila ada.
Intervensi :
a. Berikan perawatan aseptic dan antiseptic, pertahankan teknik cuci
tangan yang baik.
Rasional :
Cara pertama untuk menghindari terjadinya infeksi nosokomial.
b. Observasi daerah kulit yang mengalami kerusakan (seperti luka, garis
jahitan), daerah yang terpasang alat invasi (terpasang infuse dan
sebagainya), catat karakteritrik dari drainase dan adanya inflamasi.
Rasional :
Deteksi dini perkembangan infeksi memungkinkan untuk melakukan
tindakan dengan cara dan pencegahan terhadap komplikasi
selanjutnya.
c. Pantau suhu tubuh secara teratur. Catat adanya demam, menggigil
diaforesis, dan perubahan fungsi mental (penurunan kesadaran).
Rasional :
Dapat mengindikasikan perkembangan sepsis yang selanjutnya
memerlukan evaluasi atau tindakan dengan segera.
Asuhan Keperawatan pada..., Vita Fatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
d. Anjurkan untuk melakukan napas dalam, latihan pengeluaran secret
paru secara terus menerus. Observasi karakteriastik sputum.
Rasional :
Peningkatan mobilisasi dan pembersihan sekresi paru untuk risiko
terkadnya pneumonia, atelektasis.
e. Batasi pengunjung yang dapat menularkan infeksi atau cegah
pengunjung yang mengalami infeksi saluran napas bagian atas.
Rasional :
Menurunkan pemajanan terhadap “pembawa kuman penyebab
infeksi”.
f. Kolaborasi :
Berikan antibiotic sesuai indikasi
Rasional :
Terapi profilaktik dapat digunakan pada pasien yang mengalami
trauma (perlukaan), kebocoran CSS atau setelah dilakukan
pembedahan untuk menurunkan risiko terjadinya infeksi nosokomial.
7. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk mencerna nutrisi
(penurunan tingkat kesadaran). Kelemahan otot yang diperlukan untuk
mengucah, menelan. Status hipermetabolik.
Tujuan dan kriteria hasil :
a. Mendemonstrasikan pemeliharaan atau kemajuan peningkatan berat
badan sesuai tujuan
Asuhan Keperawatan pada..., Vita Fatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
b. Tidak mengalami tanda-tanda malnutrisi, dengan nilai laboratorium
dalam rnatang normal.
Intervensi :
a. Kaji kemampuan pasien untuk mengunyak, menelan, batuk, dan
mengatasi sekresi.
Rasional :
Faktor ini menentukan pemilihan terhadap jenis makanan sehingga
apsien harus terlindungi dari aspirasi.
b. Auskultasi bising usus, catat adanya penurunan/hilangnya atau suara
yang hiperaktif.
Rasional :
Fungsi saluran pencernaan biasanya tetap baik pada kasus cedera
kepala, jadi bising usus membantu dalam menentukan respons untuk
makan atau berkembangnya komplikasi, seperti paralitik uleus.
c. Timbang berat badan sesuai indikasi
Rasional :
Mengevaluasi keefektifan atau kebutuhan mengubah pemberian nutrisi
d. Jaga keamanan saat memberikan makan pada pasien, seperti tinggikan
kepala tempat tidur selama makan atau selama pemberian makan lewat
lewat selang NG.
Rasional :
Menurunkan resiko reguritasi dan/atau terjadinya aspirasi.
Asuhan Keperawatan pada..., Vita Fatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
e. Berikan makan dalam jumlah kecil dan dalam waktu yang sering
dengan teratur.
Rasional :
Meningkarkan proses pencernaan dan toleransi pasien terhadap nutrisi
yang diberikan dan dapat meningkatkan kerjasama apsien saat makan.
f. Tingkatkan kenyamanan, lingkungan yang santai trmasuk sosialisasi
saat makan, Ajarkan orang terdekat untuk membawa makanan yang
disukai pasien.
Rasional :
Meskipun proses pemilihan pasien memerlukan bantuan makan
dan/atau menggunakan alat Bantu, sosialisasi waktu makan dengan
orang terdekat atau teman dapat meningkatkan pemasukan dan
menormalkan fungsi makan.
g. Kaji feses, cairan lambung, muntah darah dan sebagainya
Rasional :
Perdarahan subakut/akut dapat terjadi (ulkus Cushing) dan perlu
intervensi dan metode alternative pemberian makan.
Kolaborasi :
Konsultasi dengan ahli gizi
Rasional :
Merupakan sumber yang efektif untuk mengidentifikasi kebutuhan
kalori/nutrisi tergantung pada usia, berat badan, ukuran tubuh, keadaan
penyakit sekarang (trauma, penyakit jantung/masalah metabolisme).
Asuhan Keperawatan pada..., Vita Fatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
8. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan transisi dan krisis
situasional. Ketidakpastian tentang hasil atau harapan.
Tujuan dan kriteria hasil :
a. Mulai mengekspresikan perasaan dengan bebas dan tetap.
b. Mengidentifikasi sumber-sumber internal dan eksternal untuk
menghadapi situasi.
c. Mengarahkan energi dalam cahaya yang bertujuan untuk merencanakan
revolusi krisis.
d. Mendorong dan memungkinkan anggota yang cedera untuk maju
kearah kemandirian
Intervensi :
a. Anjurkan keluarga untuk mengemukakan hal-hal yang menjadi
perhatiannya tentang keseriusan kondisi, kemungkinan untuk
meningal, atau kecacatan (ketidakmampuan).
Rasional :
Pengungkapan tentang rasa takut secara tebruka dapat menurunkan
ansietas dan meningkatkan koping terhadap realitas.
Rasional :
Pengungkapan tentang rasa takut secara terbuka dapat menurunkan
ansietas dan meningkatkan ko[ing terhadao realitas.
b. Dengarkan pasien dengan penuh perhatian selama pasien
mengungkapkan ketidakberdayaannya / yang membuatnya gelisah.
Asuhan Keperawatan pada..., Vita Fatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
Rasional :
Kegembiraan dapat berubah menjadi kesedihan/kemarahan akan
“kegilangan” dan kebutuhan pertemuan dengan “orang baru yang
mungkin asing bagi keluarga dan bahkan tidak disukai oleh
keluarganya.” Berlarutnya perasaan seperti tersebut di atas dapat
menimbulkan depresi.
c. Demonstrasikan dan anjurkan penggunaan ketrampilan penanganan
stress, seperti teknik relaksasi, latihan bernapas, visualisasi.
Rasional :
Membantu mengarahkan perhatian terhadao vitalitas sendiri untuk
meningkatkan kemampuan koping seseorang.
Kolaborasi :
d. Identifikasi sumber-sumber komunitas yang ada seperti perawatan di
rumah, konselor mengenai hokum/financial. Rujuk pada terapi
keluyarga, atau kelompok-kelompok penyokong lainnya.
Rasional :
Perubahan kognitif / kepribadian biasanya sangat sulit untuk diterima
keluarga. Penurunan impuls control, emosi yang labil, seksual yang
tidak sesuai atau perilaku agresif/bermusuhan dapat mengganggu
keluarga dan mengakibatkan perceraian dan sebagainya. Terapis dan
model peran teman sebaya mungkin membantu keluarga menghadapi
perasaan/ situasi/ memberikan dukungan untuk keputusan yang dibuat.
Asuhan Keperawatan pada..., Vita Fatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
9. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang pemahaman, tidak mengenak informasi atau
sumber-sumber, kurang mengingat atau keterbatasan kognitif
Tujuan dan kriteria hasil :
a. Berpartisipasi dalam proses belajar
b. Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi, aturan pengobatan,
potensial komplikasi.
c. Memulai perubahan gaya gidup baru atau keterbatasan dalam program
rehabilitasi
d. Melakukan prosedur yang diperlukan dengan benar
Intervensi :
a. Berikan kembali informasi yang berhubungan dengan proses trauma
dan pengaruh sesudahnya.
Rasional :
Membantu dalam menciptakan harapan yang realitas dan
meningkatkan pemahaman pada keadaan saat ini dan kebutuhannya.
b. Diskusikan rencana untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.
Rasional :
Berbagai tingkat bantuan mungkin perlu direncanakan yang didasarkan
atas kebutuhan yang bersifat individual.
c. Anjurkan untuk mengakui perasaannya. Jangan menyangkal atau
meyakinkan bahwa segala sesuatunya akan beres / baik-baik saja.
Rasional :
Berikan instruksi dalam bentuk tulisan dan jadwal mengenai aktivitas,
obat-obatan, dan faktor-faktor pentingnya lainnya.
Asuhan Keperawatan pada..., Vita Fatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010