bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan umum tentang...
TRANSCRIPT
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum tentang Harmonisasi
1. Pengertian kata Harmonisasi dan makna kata harmonisasi dalam dunia hukum
Istilah harmonisasi dalam kajian ini berasal dari kata harmoni (bahasa Yunani
harmonia), yaitu terikat secara serasi dan sesuai. Ditinjau dari aspek filsafat, harmoni
diartikan kerja sama antara berbagai faktor yang sedemikian rupa sehingga faktor-
faktor tersebut menghasilkan kesatuan yang luhur, misalnya antara jasad seorang
manusia hendaknya harus ada harmoni, kalau tidak belum dapat disebut pribadi. Di
sisi lain, istilah harmoni diartikan juga sebagai pola, seperti di bidang sosiologi, yaitu
usaha untuk mempertemukan berbagai pertentangan dalam masyarakat, diterapkan
dalam hubungan-hubungan sosial ekonomi untuk menunjukkan pemikiran bahwa
kebijakan sosial ekonomi yang paling sempurna hanya dapat tercapai dengan
meningkatkan permusyawaratan antara berbagai anggota masyarakat, istilah ini disebut
juga pola integrasi 12.
Kusnu Goesniadhie tidak saja memberikan arti dari istilah harmonis secara
lebih lengkap, yaitu keselarasan, kecocokan, keserasian, keseimbangan, tetapi juga
menentukan unsur-unsur pengertian harmonisasi dan pemaknaannya, antara lain
terdiri dari:
a) Adanya hal-hal ketegangan yang berlebih
12Hassan Shaddly, dkk, Ensiklopedia Indonesia, Ichtisar Baru-Van Hoeve, Jakarta Hlm 1262
19
b) Menyelaraskan kedua rencana dengan menggunakan bagian masing-masing
agar membentuk sistem;
c) Proses atau upaya untuk merealisasi keselarasan, kesesuaian, keserasian,
kecocokan, dan keseimbangan;
d) Kerja sama antara berbagai faktor yang sedemikian rupa, hingga faktor-faktor
tersebut menghasilkan kesatuan yang luhur.
Makna harmonisasi menurut Kusnu Goesniadhie, sebagai upaya maupun
sebagai proses, yaitu sebagai upaya atau proses yang hendak mengatasi batasan-
batasan perbedaan, hal-Hal yang bertentangan, dan kejanggalan. Upaya atau proses
untuk merealisasikan keselarasan, keserasian, kecocokan dan keseimbangan, antara
berbagai faktor yang sedemikian rupa hingga faktor-faktor tersebut menghasilkan
kesatuan atau membentuk satu keseluruhan yang luhur sebagai bagian dari sistem.
Jadi istilah harmonisasi dapat diartikan sebagai proses atau upaya untuk
menyelaraskan, menyerasikan, atau menyesuaikan sesuatu yang dianggap tidak atau
kurang sesuai, kurang atau tidak pantas atau tidak serasi, sehingga menghasilkan
sesuatu yang baik atau harmonis di berbagai hal.
Pengertian harmonisasi hukum, sering pula diidentikkan dengan
pengertian sinkronisasi hukum. Sinkronisasiberasal dari kata sinkron yang berarti
terjadi atau berlaku pada waktu yang sama secara serentak, sedangkan sinkronisasi
diartikan sebagai “penyerentakan”, “keserentakan” atau “penyesuaian”. Secara literal
dikenal dengan istilah “koherensi”, “konsistensi” dan “comptabiliti”. Pranqois Rigaux
mendefinisikan coherence is a state of peace of the mind, of logical mind which is
disturbed when two competing concept or rules or two different meaning of the same
20
concepts are conflicting. Pengertian antara harmonisasi dan sinkronisasi, secara hakiki
terdapat perbedaan. Pengertian harmonisasi lebih luas dari pengertian sinkronisasi.
Sinkronisasi hanya merupakan bagian dari kegiatan harmonisasi hukum. Dalam
harmonisasi terdapat berbagai elemen yang didalamnya terkandung koheransi,
konsistensi dan korespondensi, masing-masing elemen ini dalam teori menjadi dasar
untuk mengungkapkan sesuatu adanya hubungan harmonis satu sama lain.
2. Harmonisasi Pengaturan Hukum
Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto menyimpulkan terdapat 9
(sembilan) macam arti hukum, yaitu 13:
a. Hukum sebagai ilmu pengetahuan, yaitu pengetahuan yang tersusun secara
sistematis atas dasar kekuatan pemikiran;
b. Hukum sebagai disiplin, yaitu sistem ajaran tentang kenyataan atau gejala-
gejala yang dihadapi;
c. Hukum sebagai kaidah, yaitu pedoman atau patokan sikap tindak atau perilaku
yang pantas atau diharapkan;
d. Hukum sebagai tata hukum, yaitu struktur dan proses perangkat kaidah-kaidah
hukum yang berlaku pada waktu dan tempat tertentu serta berbentuk tertulis;
e. Hukum sebagai petugas, yaitu pribadi-pribadi yang merupakan kalangan yang
berhubungan erat dengan penegak hukum (law enforcement officer);
f. Hukum sebagai keputusan penguasa, yaitu hasil proses diskresi yang
menyangkut decision making not strictly governed by legal rules, but rather with a
significant element of personal judgement. Dimaksud dengan diskresi menurut
13 Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, Sendi-Sendi Ilmu Hukum dan Tata Hukum,
Alumni, Bandung, Hlm 10-11
21
Roscoe Pound (1960) adalah an authority conferred by law to act in certain
conditions or situations in according with an official’s or an official agency’s
own considered judgment and conscience. It as an idea of morals, belonging to the
twilight zone between law and morals.
g. Hukum sebagai proses pemerintah, yaitu proses hubungan timbalbalik antara
unsur-unsur pokok dari sistem kenegaraan;
h. Hukum sebagai sikap tindak atau perilaku, yaitu perilaku yang diulang-ulang
dengan cara yang sama yang bertujuan untuk mencapai kedamaian;Hukum sebagai
jalinan nilai-nilai, yaitu jalinan dari konsepsi abstrak tentang apa yang
dianggap baik dan buruk.
Menurut H. Muchsin unsur-unsur hukum terdiri dari, yaitu:
a. Peraturan mengenai tingkah laku manusia;
b. Peraturan itu dibuat oleh badan berwenang;
c. Peraturan itu bersifat memaksa, walaupun tidak dapat dipaksakan;
d. Peraturan itu disertai sanksi yang tegas dan dapat dirasakan oleh yang
bersangkutan.
B. Tinjauan Umum Tentang Kewenangan
1. Pengertian Kewenangan
Menurut kamus besar bahasa indonesia, kata wewenang disamakan dengan
kata kewenangan, yang diartikan sebagai hak dan kekuasaan untuk bertindak,
kekuasaan membuat keputusan, memerintah dan melimpahkan tanggung jawab
kepada orang/badan lain14.
14 Kamal Hidjaz, Efektifitas Penyelenggaraan Kewenangan Dalam Sistem Pemerintah Daerah di Indonesia, Pustaka
Refleksi, Makassar 2010, Hlm 35
22
Menurut H.D Stout wewenang adalah pengertian yang berasal dari hukum
organisasi pemerintahan, yang dapat dijelaskan sebagai seluruh aturan-Aturan yang
berkenaan dengan perolehan dan penggunaan wewenang-wewenang pemerintahan
oleh subjek hukum publik didalam hubungan hukum publik.
Menurut Bagir Manan wewenang dalam bahasa hukum tidak sama dengan
kekuasaan. Kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk berbuat dan tidak
berbuat.Wewenang sekaligus berarti hak dan kewajiban 15.
Kewenangan adalah merupakan hak menggunakan wewenang yang dimiliki
seorang pejabat atau institusi menurut ketentuan yang berlaku, dengan demikian
kewenangan juga menyangkut kompetensi tindakan hukum yang dapat dilakukan
menurut kaedah-kaedah formal, jadi kewenangan merupakan kekuasaan formal yang
dimiliki oleh pejabat atau institusi. Kewenangan memiliki kedudukan yang penting
dalam kajian hukum tata negara dan hukum administrasi Negara 16.
Begitu pentingnya kedudukan kewenangan ini, sehingga F.A.M. Stroink dan
J.G.Steenbeek menyebut sebagai konsep inti dalam hukum tata negara dan hukum
administrasi Negara 17.
Berdasarkan definisi kewenangan menurut para ahli diatas, penulis
berpendapat bahwa kewenangan merupakan suatu hak yang dimiliki oleh seorang pejabat
atau institusi yang beritindak menjalankan kewenangannya berdasarkan peraturan
yang berlaku.
15 Ridwan HR.Hukum Administrasi Negara, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, Hlm 71 16 Nurmayani SH.,MH, Hukum Administrasi Negara, Lampung, 2009, Hlm 26 17 Ridwan HR, Op.Cit.,Hlm 90
23
C. Harmonisasi Kewenangan antara Lembaga Negara Polri dan Tim Satgas Saber
Pungli
Harmonisasi dapat diartikan sebagai proses atau upaya untuk
menyelaraskan, menyerasikan, atau menyesuaikan sesuatu yang dianggap tidak atau
kurang sesuai, kurang atau tidak pantas atau tidak serasi, sehingga menghasilkan
sesuatu yang baik atau harmonis di berbagai hal. Oleh karena itu, yang dimaksud
harmonisasi kewenangan disini adalah upaya atau proses untuk merealisasi keselarasan
dan keserasian asas dan sistem hukum sehingga menghasilkan pemahaman dan
pengertian menegnai hak dan kewajiban yang harmonis. Dengan kata lain
pengharmonisan merupakan upaya untuk menyelaraskan, menyesuaikan, menetapkan
dan membulatkan konsepsi suatu peraturan yang ada demi terciptanya kepastian hukum.
Suatu peraturan lain baik yang lebih tinggi (superior), sederajat, maupun yang lebih
rendah (inferior) dan lain-lain selain peraturan perundang-undangan, sehingga tersusun
secara sistematis, tidak saling bertentangan atau tumpang tindih (overlaping).
Hal ini merupakan konsekuensi dari adanya hirarki peraturan perundang-
undangan. Dengan dilakukan harmonisasi akan tergambar dengan jelas dalam pemikiran
atau pengertian bahwa suatu peraturan perundang-undangan merupakan bagian integral
yang utuh dari keseluruhan sistem peraturan perundang-undangan. Lembaga polri
sebagai lembaga permanen Negara ada berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2002, sedangkan Tim Satgas Saber Pungli merupakan hasil dari produk hukum berupa
Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2016 tentang pembentukan Tim Satgas Saber Pungli
bersifat ad hoc, tidak permanen.
24
D. Tinjauan Umum tentang Kepolisian Republik Indonesia
1. Definisi Kepolisian Republik Indonseia
Kepolisian berasal dari istilah polisi yang beragam penyebutannya di setiap
negara. Istilah polisi pertama kali berasal dari Yunani yakni politeia dari tokoh Plato yang
berlatar belakang pemikiran bahwa suatu negara yang ideal sekali sesuai dengan cita-
citanya, suatu negara yang bebas dari pemimpin negara yang rakus dan jahat, tempat
keadilan dijunjung tinggi. Keragaman istilah lain dapat dilihat di Inggris dengan police,
Jerman polizei, dan Belanda dengan politie 18.
Sebagaimana Diketahui Indonesia dahulu pernah dijajah oleh Belanda, maka
secara historis istilah polisi di Indonesia dapat dikatakan mengikuti istilah polisi Negara
Belanda yaitu politie. Makna Politie menurut Van Vollenhoven adalah “organ
pemerintah yang bertugas mengawasi, jika perlu menggunakan paksaan supaya yang
diperintah menjalankan dan tidak melakukan larangan-larangan perintah”. Polisi sebagai
bagian dari organ pemerintah dapat dikatakan secara jelas bahwa polisi adalah organisasi
dan alat pemerintah.Selain itu, polisi adalah birokrasi tanpa loket dan sekat yang
memisahkannya dengan masyarakat, hubungan polisi dengan masyarakat itu bagai air
dengan ikan di dalamnya. Tidak ada masyarakat tanpa polisi (ubi society ubi politie) 19.
Pada Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002
tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2 (selanjutnya disebut UU Kepolisian) dinyatakan bahwa “Kepolisian adalah
segala hal ihwal yang berkaitan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan
18 Sadjiono, Memahami Hukum Kepolisian, Laksbangg Press Sindo, Yogyakarta, 2010. 19 Ismantoro Dwi Yuwono, Memahami Berbagai Etika Profesi & Pekerjaan, Pustaka Yustisia,
Yogyakarta, 2011, Hlm 64
25
perundang-undangan”.Pengertian tersebut memiliki dua makna yakni lembaga
kepolisian dan fungsi kepolisian. Lembaga kepolisian adalah suatu organ pemerintah
terorganisasi dan terstruktur yang ditetapkan sebagai suatu lembaga serta diberikan
kewenangan untuk menjalankan fungsinya berdasarkan peraturan perundangan-
undangan. Sedangkan fungsi kepolisian dalam Pasal 2 UU Kepolisian adalah salah satu
fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban
masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat.
Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) adalah Kepolisian Nasional di
Indonesia, yang bertanggung jawab langsung di bawah Presiden. Polri mengemban
tugas-tugas kepolisian di seluruh wilayah Indonesia yaitu memelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat; menegakkan hukum; dan memberikan perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
2. Kedudukan Kepolisian Menurut Hukum Positif di Indonesia
Mencermati hukum positif di Indonesia minimal ada empat instrument hukum
yang mengatur tentang kedudukan Polri, yakin Ketetapan MPR RI No.VII/MPR/2000,
Keputusan Presiden No 89 Tahun2000, Undang-Undang No 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia , dan Keputusan Presiden No. 70 Tahun 2002
tentang Organisasi Tata Kerja Kepolisian Republik Indonesia.20
3. Hukum Kepolisian
Hukum Kepolsian adalah segala peraturan yang mengatur segala hal yang
berkaitan dengan tugas pokok, fungsi, peranan, Polri dalam melindungi, mengayomi,
20 Dr. Sadjijono, SH, M.Hum, Fungsi Kepolisian dalam Pelaksanaan Good Governance, 2005, Hlm 263
26
melayani dan mengegakan hukum. apa saja yang termasuk dalam hukum Kepolisian itu,
tentunya apa saja yang dilakukan oleh Kepolisian dalam tersebut di atas, sehingga
peraturan peruyndang-undangan yang harus dilaksanakan oleh Kepolisian begitu banyak,
dan dalam pelaksanaan tugasnya itu Anggota Polisi selalu bersentuhan dengan Hak Azasi
Manuasia, Undang-undang telah memberikan kewenangan yang begitu besar kepada
setioap Anggota Polisi di lapangan agar kewenangan itu tidak disalah dinakan maka
Pimpinan Kepolisian membuat berbagai peraturan perundangan-undangan untuk
dijalankan dan ditaati oleh setiap anggota Polri agar dalam melaksnakan tugasnya tidak
menimbulkan penyalah gunaan wewenang dan tidak menimbulkan perbuatan yang
arogansi. sehingga pelayanan kepada masyarakat dapat dilaksnalkan dengan sebaik-
baiknya sesuai dengan harapan masyarakat negara hukum.21
4. Fungsi Kepolisian
Fungsi kepolisian adalah menyelenggarakan keamanan dan ketertiban
masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada
masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. Fungsi kepolisian yang
ada di masyarakat menjadi aman, tentram, tertib, damai dan sejahtera. Fungsi kepolisian
(POLRI) terkait erat dengan Good Governance, yakni sebagai alat Negara yang menjaga
kamtibmas (keamanan dan ketertiban masyarakat) yang bertugas melindungi,
mengayomi dan melayani masyarakat serta menegakkan hukum yaitu sebagai salah satu
fungsi pemerintahan hokum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat yang diperoleh secara atributif melalui ketentuan Undang-undang (Pasal 30
21 Ibid .
27
Undang-undang Dasar Tahun 1945 dan Pasal 2 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002
tentang POLRI)
5. Dasar Profesi POLRI
Sebagai suatu profesi maka diperlukan suatu upaya pemolisian profesi, karena
polisi merupakan suatu pekerjaan yang memiliki status social yang tinggi dan bergengsi
tinggi. Di samping itu juga merupakan suatu pengkhususan (spesialisasi) yang
mempersyaratkan pendidikan formal yang dapat dipertanggung jawabkan. Profesi
POLRI memiliki standart persyaratan yang ketat untuk masuk, dan merupakan suatu
organisasi yang mengembangkan sendiri suatu pengetahuan teoritis. Kepolisian juga
merupakan suatu badan yang mempunyai dan melaksanankan kode etik dan memiliki
otonomi politik untuk mengontrol nasibnya sendiri. Kepolisian diatur di Undang-undang
nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik indonesia.22
6. Profesionalisme Kepolisian Mempunyai Ciri-Ciri
1. Jujur, taat terhadap kewajiban dan senantiasa menghormati hak-hak orang lain.
2. Tekad di dalam jiwanya, setiap amal perbuatan dilandasi oleh niat untuk beribadah
dan merupakan pengabdian dirinya kepada dan bagi kepentingan orang lain sebagai
bukti adanya kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya.
3. Memiliki sifat, watak dan akhlak serta kepribadian dan yang baik dengan
berlandaskan pada Taqwa dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa.
4. Amalan perbuatannya senantiasa diawali dengan niat dan itikad baik dan untuk
mencapai tujuan dilakukan dengan cara yang baik dan benar.
22 Bibit Samad Irianto, Pemikiran Menuju Polri yang Profesional, Mandiri, Berwibawa dan Dicintai Rakyat, Restu
Agung, Jakarta, 2006, hlm. 174
28
5. Tidak akan pernah berniat jelek terhadap tugas yang dipercayakan kepadanya, oleh
masyarakat dan Negara maupun bangsa berdasarkan hukum yang berlaku.
6. Memiliki kebanggan pada profesinya dengan mendahulukan kepentingan umum dari
pada kepentingan pribadinya.23
7. Ukuran Profesionalisme Kepolisian Republik Indonesia
Untuk mengukur profesionalisme,menurut Sullivan,pakar Ilmu Kepolisian dan
Kriminolog AS, dapat dilihat dari tiga parameter, yaitu motivasi, pendidikan dan
penghasilan. Agar diperoleh aparat penegak hukum (inklusif plisi) yang baik, maka
haruslah dipenuhi prinsip Well MES, yaitu well motivation (motivasi baggus), well
education (pendidikan baik), dan well salary (gaji layak). Prinsip Welll MES-nya
Sullivan kiranya dapat dijadikan acuan untuk menganalisis.
Pertama, well motivation, haruslah dilihat motivasi seseorang calin untuk
mengabdikan diri sebagai polisi. Sejak awal seorang calon harus mengetahui dan
bermotivasi bahwa menjadi polisi adalah tantangan sekaligus tugas berat. Sebagai polisi,
seseorang dituntut kesiapan mental dan fisik. Ia harus rela melayani masyarakat. Polisi
dituntut dapat berperan aktif pada saat terjadi kemacetan lalu lintas atau kerusuhan.
Pengorbanan polisi harus sedemikian total.
Kedua, well education, seharusnya polisi kita memnuhi standar pendidikan
tertentu. Polisi dituntut mempu memahamu modus operandi mekejahatan dan
mengetahui perangkat hukum yang hendak diancamkan kepada penjahat. Untuk
memenuhi kesemua itu maka pendidikan polisi “mutlak” harus bagus. Seperti kita
ketahui, modus dan teknik kejahatan semakin canggih seiring dengan perkembangan
23 Drs.H.Pudi Rahardi, M.H., Hukum Kepolisian (Profesionalisme dan Reformasi Polri), LAKSBANG
MEDIATAMA, Surabaya, 2007, hlm. 204-205
29
zaman. Sementara itu kualifikasi pendidikan bagus ternyata belum sepenuhnya dipenuhi
korps polisi kita. Sampai saat ini masih banyak bintara polisi lulusan SMTA atau SMTP,
bahkan masih ada beberapa yang lulusan SD. Kekurangan ini dapat ditutup dengan
pemberian Diklat lanjutan, seperti seminar, up granding dan short course, agar
pengetahuan polisi terus bertambah. Kebijakan pimpinan Polri menyekolahkan beberapa
anggotanya ke perguruan tinggi swasta patut mendapat acungan jempol. Layak pula
dipertimbangakan saran Harsya W Bachtiar tentang pendidikan pasca sarjana (S2 dan
S3) Ilmu Kepolisian bagi peningkatan profesionalisme anggota Polri. Untuk
mengimbangi irama kerja dengan aparat penegak hukum lainnya (dan hakim), dan untuk
mengantisipasi perkembangan dunia kejahatan, maka perlu dipikirkan pengisian jabatan
kapolsek oleh perwira berpangkat Ajun Komisaris Polisi (AKP plus), Yakni AKP yang
berpendidikan sarjana dan kalau perlu mempunyai pendidikan Magister atau Master.
Ketiga, well salary harus jeadi perhatian. Gaji anggota Polri memang kecil
disbanding penegak hukum lain (hakim dan jaksa). Sebagai gambaran seorang Ajun
Komisaris Polisi (dulu Kapten) misalnya, gajinya masih kalah dengan pegawai pemula
di bank swasta.24
Masih berkaitan dengan profesionalisme Polri, menurut Anton Tabah, di dunia
ini terdapat lima syarat yang harus dipenuhi oleh institusi kepolisian agar professional,
yaitu :
1. Well Motivated, yaitu seorang calon anggota polisi harus memliki motivasi yang
baik ketika dia menjatuhkan pilihan untuk menjadi polisi. Motivasi tersebut ikut
memberi warna pemolisian seorang anggota polisi dalam mengembangkan
24 Ibid., Hlm 207-208
30
kariernya. Well motivated dapat dipantau sejak awal, yakni ketika dilakukan
rekruitmen di institusi kepolisian.
2. Well Educated, yaitu untuk mendapatkan polisi yang baik maka harus dididik untuk
menjadi polisi yang baik. Hal ini menyangkut system pendidikan, kurikulum dan
proses belajar mengajar yang cukup ketat, disiplin yang rumit di lembaga pendidikan
kepolisian.
3. Well Trainned, yaitu perlu dilakukan pelatihan secara terus menerus bagi anggota
polisi melalui proses managerial yang ketat agar pendidikan dan pelatihan yang
sinkron mampu menjawab berbagai tantangan kepolisian actual dan tantangan di
masa depan.
4. Well Equipment, yakni menyangkut penyediaan saran dan prasarana yang cukup
bagi institusi kepolisian, serta penyediaan system dan sarana teknologi kepolisian
yang baik agar anggota polisi dapat menjalankan tugas dengan baik.
5. Wellfare, yakni diberikan kesejahteraan kepada anggota polisi dengan baik,
menyangkut gaji, tunjangan dan penghasilan lain yang sah yang cukup untuk
menghidupi polisi dan anggota keluarganya.25
Selanjutnya, menurut Sadjijono, khusus untuk kindisi Indonesia untuk mencapai
Profesionalisme Polri syarat-syarat yang telah dikemukakan oleh para ahli tersebut di
atas perlu ditambah dengan pengorganisasian dan pengawasan kepolisian. Hal ini
didasarkan pada kondisi Polri yang dihadapkan pada kultur, ideology bangsa, dan
25 Anton Tabah, Membngun Polri yang Kuat, Mitra Hardhasuma, Jakarta, 2001, Hlm 5-8
31
karakteristik masyarakat Indonesia yang bersifat khusus. Adapun mutu kepolisian yang
ideal di Indonesia meliputi26 :
1. Motivasi dan moralitas yang baik dari calon anggota dan setiap anggota Polri, yang
dapat ditelusuri sejak rekuitmen calon anggota hingga memasuki masa dinas
kepolisian.
2. Dasar pendidikan umum dan pendidikan kepolisian yang memadai, yakni dasar
pendidikan umum yang berorientasi pada relevansi kebutuhan tugas, sedangkan
pendidikan kepolisian harus sesuai dengan kurikulum yang berorientasi pada tugas
utama kepolisian dan tantangan tugas di masa depan
3. Melakukan pelatihan secara rutin dan berkelanjutan
4. Memiliki keahlian dan mampu menggunakan peralatan yang memadai sesuai dengan
kemajuan teknologi dan perkembangan masyarakat.
5. Pemberian kesejahteraan yang cukup berdasarkan kebutuhan normal dalam
masyarakat, yang berorientasi pada gradasi golongan kepangkatan dan masa
berdinas.
6. Pengorganisasian yang efektif yang berorientasi pada tugas dan wewenang serta
struktur ketatanegaraan. Hal ini dimaksudkan untuk mewujudkan kepolisian yang
benar-benar mandiri.
7. Adanya pengawasan yang baik dalam system organisasi
8. Tugas dan Wewenang Kepolisian
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian dalam
Pasal 13 tugas dan wewenang kepolisian ;
26 Sadjiono, Fungsi Kepolisian dalam pelaksanaan Good Governance, LaksbangPRESSindo, Yogyakarta, 2005, Hlm
236-237
32
1. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;
2. Menegakkan hukum; dan
3. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat27 .
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian dalam
Pasal 14 Kepolisian Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13, Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas :
a. melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap kegiatan
masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;
b. menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban, dan
kelancaran lalu lintas di jalan;
c. membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum
masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan
perundang-undangan;
d. turut serta dalam pembinaan hukum nasional;
e. memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;
f. melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap kepolisian
khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa;
g. melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai
dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya;
h. menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium
forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian;
27 Ibid .
33
i. melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan hidup
dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan
pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia;
j. melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh
instansi dan/atau pihak yang berwenang;
k. memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam
lingkup tugas kepolisian; serta (l). melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. (2) Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf f diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Pasal 15
dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan 14
Kepolisian Negara Republik Indonesia secara umum berwenang:
a. menerima laporan dan/atau pengaduan;
b. membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat mengganggu
ketertiban umum;
c. mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat;
d. mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan
dan kesatuan bangsa;
e. mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif
kepolisian;
f. melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam
rangka pencegahan;
g. melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;
34
h. mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang;
i. mencari keterangan dan barang bukti;
j. menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional;
k. mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam rangka
pelayanan masyarakat;
l. memberikan bantu an pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan
pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat; menerima dan
menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Pasal 16
dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan 14 di
bidang proses pidana, Kepolisian Negara Republik Indonesia berwenang untuk 28:
a. melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan;
b. melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk
kepentingan penyidikan;
c. membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan;
d. menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda
pengenal diri;
e. melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan
perkara;
h. mengadakan penghentian penyidikan;
28 Ibid .
35
i. menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum;
j. mengajukan permintaan secara langsungkepada pejabat imigrasi yang berwenang di
tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk
mencegah atau menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana;
k. memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai negeri sipil
serta menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk diserahkan
kepada penuntut umum; dan
l. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
E. Tinjaun Umum tentang Tim Satgas Saber Pungli
Tim Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar ( Tim Satgas Saber Pungli) adalah
tim yang lahir dari dikeluakan nya produk hukum berupa Peraturan Presdien Nomor 87
Tahun 2016 yang diundangkan pada tanggal 21 Oktober 2016. Amanat presdien untuk
setiap daerah membentuk tim satgas saber pungli di wilayah masing-masing. Daerah kota
Malang sendiri telah mengukuhkan Tim Satgas Saber Pungli pada 9 Januari 2017
berdasarkan surat keputusan walikota nomor:188.45/30/35.73.112.2017. Satgas Saber
Pungli bersifat ad hoc, tidak permanen.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2016 tentang
Pembentukan Satgas Saber Pungli pada Pasal 2 mempunyai tugas melaksanakan
pembeantasan pungutan liar secara efektif dan efisien dengan mengoptimalkan
pemanfaatan personil, satuan kerja, dan sarana prasarana, baik yang berada kementrian /
lembaga maupun pemerintah daerah.
36
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2016 tentang
Pembentukan Satgas Saber Pungli Pasal 3 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2, Satgas Saber Pungli menyelenggarakan fungsi:
a) intelijen;
b) pencegahan;
c) penindakan; dan
d) yustisi.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2016 tentang
Pembentukan Satgas Saber Pungli Pasal 4 Satgas Saber Pungli mempunyai wewenang:
a) membangun sistem pencegahan dan pemberantasan pungutan liar;
b) melakukan pengumpulan data dan informasi dari kementerian/lembaga dan
pihak lain yang terkait dengan menggunakan teknologi informasi;
c) mengoordinasikan,merencanakan, dan melaksanakan operasi pemberantasan
pungutan liar;
d) melakukan operasi tangkap tangan;
e) memberikan rekomendasi kepada pimpinan kementerian/lembaga serta kepala
pemerintah daerah untuk memberikan sanksi kepada pelaku pungli sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
f) memberikan rekomendasi pembentukan dan pelaksanaan tugas unit Saber Pungli
di setiap instansi penyelenggara pelayanan publik kepada pimpinan
kementerian/lembaga dan kepala pemerintah daerah; dan
g) melaksanakan evaluasi kegiatan pemberantasan pungutan liar.
F. Tinjauan Umum Tentang Pelayanan Publik
37
1. Pengertian Pelayanan Publik
Secara sederhana dalam arti konsep pelayanan berarti membicarakan tentang cara
yang dilakukan untuk memberikan servis atau jasa kepada orang yang membutuhkan.
Dalam pengertian secara etimologis, kata publik berasal dari bahasa Inggris, yakni public
berarti masyarakat, umum, rakyat umum, orang banyak, dan keperluan umum. Dalam
Bahasa Indonesia, publik berarti orang banyak (umum). Dengan demikian, pelayanan
publik merupakan kegiatan membantu masyarakat (stakeholders) dalam rangka
memperoleh servis dan advis yang terkait dengan kepentingan umum (orang banyak).
2. Pengertian Pelayanan Publik Menurut Para Ahli
Menurut Philp Kotler sebagaimana dikutip dalam buku Sampara Lukman
mengemukakan pandangannya mengenai konsep pelayanan sebagai berikut:
A service is any act or performance that one party can offer to another that is
essentially intangible and does not result in the ownership of anything. It’s production
may or may not be tied in physical produce” (Pelayanan merupakan setiap tindakan atau
pelaksanaan yang dapat diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya
menunjukkan tidak nyata dan tidak mengakibatkan kekuasaan atas segala sesuatunya).
Hasil dari pelayanan ini dapat atau tidak dapat dikaitkan dengan produk fisik. Pandangan
Kotler tersebut dapat dipahami bahwa pada hakikatnya pelayanan adalah setiap kegiatan
yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan
meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik.29
Sebagaimana konsep pelayanan menurut Philip Kotler tersebut, Sampara Lukman
juga berpendapat bahwa pelayanan adalah suatu kegiatan atau urusan kegiatan yang
29 Sampara Lukman, 2000, Manajemen Kualitas Pelayanan, STIA Lan Press, Jakarta.hlm.8
38
terjadi dalam interaksi langsung antar seorang dengan orang lain atau mesin secara fisik,
dan menyediakan kepuasan pelanggan.30
Disamping konsep pelayanan diatas, dalam memahami konsep pelayanan publik
maka juga harus diketahui mengenai konsep publik. Inu Kencana mendefinisikan publik
yakni: Sejumlah manusia yang memiliki kebersamaan berpikir, perasaan, harapan, dan
tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai-nilai norma yang mereka memiliki. Oleh
karena itu pelayanan publik diartikan sebagai setiap kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan yang
menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan
meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik.31
Pelayanan Publik Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 dimaksudkan
untuk memberikan kepastian hukum dalam hubungan antara masyarakat dan
penyelenggara dalam pelayanan publik.
Pasal 1 Angka 1 merumuskan Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian
kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa dan/atau
pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Dengan
demikian tugas utama dari setiap instansi pemerintahan adalah memberikan pelayanan
atau menyelenggarakan pelayanan publik (public service) dan kesejahteraan bagi
rakyatnya (public welfare) berdasarkan peraturan perundang-undangan. 32
3. Pelayanan Publik bertujuan:
30 Ibid., hlm.6 31 Lijian Poltak Sinambela, 2006, Reformasi Pelayanan Publik, Teori, Kebijakan dan
Implementasi,Bumi Aksara, Bandung, hlm.5. 32 M. Busrizalti, 2013, Hukum Pemda : Otonomi Daerah dan Implikasinya, Cet. I, Total Media, Yogyakarta, hlm. 140.
39
1) Terwujudnya batasan dan hubungan yang jelas tentang hak, tanggung jawab,
kewajiban dan kewenangan seluruh pihak yang terkait dengan penyelenggaraan
pelayanan publik;
2) Terwujudnya sistem penyelenggaraan pelayanan publik yang layak sesuai dengan
asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang baik;
3) Terpenuhinya penyelenggaraan pelayan publik sesuai dengan peraturan perundang-
undangan; dan
4) Terwujudnya perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dalam
penyelenggaraan publik.33
4. Asas-asas pelayanan public :
Di samping tujuan pelayanan publik, berdasarkan Undang-Undang Nomor 25
Tahun2009 tentang Pelayanan Publik dalam Pasal 4 tersebut juga harus dilaksanakan
dengan prinsip atau asas-asas sebagai berikut:
a. Kepentingan hukum artinya pemberian pelayanan tidak boleh mengutamakan
kepentingan pribadi dan/atau golongan;
b. Kepastian hukum, artinya terjaminnya hak dan kewajiban dalam pelayanan publik;
c. Persamaan hak, artinya tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, gender, dan
status ekonomi;
d. .Keseimbangan hak dan kewajiban, artinya pemenuhan hak harus sebanding dengan
kewajiban yang harus dilaksanakan, baik oleh pemberi maupun penerima pelayanan;
e. Keprofesionalan, artinya pelaksana pelayanan harus memiliki kompetensi yang
sesuai dengan tugasnya;
33 Ibid.
40
f. .Partisipatif, artinya peningkatan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
pelayanan dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan harapan mayarakat;
g. Persamaan perlakuan/tidak diskriminatif, artinya setiap warga masyarakat berhak
memperoleh pelayanan yang adil;
h. Keterbukaan, artinya setiap penerima pelayanan dapat dengan mudah mengakses
dan memperoleh informasi mengenai pelayanan yang diinginkan;
i. Akuntabilitas, artinya proses penyelenggaraan pelayanan harus dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
j. Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan, artinya pemberian kemudahan
terhadap kelompok rentan sehingga tercipta keadilan dalam pelayanan;
k. Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan, artinya pemberian kemudahan
terhadap kelompok rentan sehingga tercipta keadilan dalam pelayanan;
l. Kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan, artinya setiap pelaanan dilakukan
secara cepat, mudah, dan terjangkau
G. Tinjaun Umum tentang Pungli
1. Definisi Pungli
Arti kata Pungli di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI); pungli/pung·li/
akronim pungutan liar; memungli/me·mung·li/ v meminta sesuatu (uang dan sebagainya)
kepada seseorang (lembaga, perusahaan, dan sebagainya) tanpa menurut peraturan yang
lazim.34 Pungutan liar atau Pungli adalah perbuatan yang dilakukan oleh seseorang atau
Pegawai Negeri atau Pejabat Negara dengan cara meminta pembayaran sejumlah uang
34 Pengertian pungli di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
41
yang tidak sesuai atau tidak berdasarkan peraturan yang berkaitan dengan pembayaran
tersebut. Hal ini sering disamakan dengan perbuatan pemerasan, penipuan atau korupsi.35
Lijan Poltak dalam bukunya Reformasi Pelayanan Publik: Teori, Kebijakan dan
Implermentasi (2006) menjelaskan Pungli adalah ; pengenaan biaya di tempat yang tidak
seharusnya biaya dikenakan atau dipungut. Kegiatan pungutan liar (selanjutnya disebut
pungli) bukanlah hal baru. Pungli berasal dari frasa pungutan liar yang secara etimologis
dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang memungut bayaran/meminta uang secara
paksa. Jadi pungli merupakan praktek kejahatan. Istilah pungli ini juga terdapat dalam
kamus bahasa China. Li artinya keuntungan dan Pung artinya persembahan, jadi Pungli
diucapkan Pung Li, artinya adalah mempersembahkan keuntungan.
Pungutan liar merupakan perbuatan yang dilakukan oleh seseorang atau Pegawai
Negeri atau Pejabat Negara dengan cara meminta pembayaran sejumlah uang yang tidak
sesuai atau tidak berdasarkan peraturan yang berkaitan dengan pembayaran tersebut. Hal
ini sering disamakan dengan perbuatan pemerasan.36
2. Unsur-unsur Obyektif
Pada pungutan liar yang menjadi unsur- unsur objektif dalam hal ini diatur dalam
rumusan korupsi pada Pasal 12 huruf e UU Nomor 20 Tahun 2001berasal dari Pasal 423
KUHP adalah :
1. Pegawai negeri atau penyelenggara negara (deambtenaar);
2. Menyalahgunakan kekuasaan (misbruik van gezag);
3. Memaksa seseorang (iemand dwigen om) untuk :
35 Muchsilin Riadi, Pungutan Liar(PUNGLI), http://www.kajianpustaka.com/2016/10/pungutan-liar-pungli.html 36 Lijan Poltak Sinambela. 2006. Reformasi Pelayanan Publik: Teori, Kebijakan dan Implermentasi.Sinar Grafika
Offset.Jakarta.hal 96
42
a) Memberikan sesuatu (iets af geven);
b) Membayar (uitbetaling);
c) Menerima pembayaran dengan potongan, atau (eene terughouding genoegen
nemenbij eene uitbetaling);
d) Mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri (een persoonlijken dienst verrichten).
3. Unsur-unsur Subyektif
Pada pungutan liar yang menjadi unsur- unsur subjektif dalam hal ini diatur dalam
rumusan korupsi pada Pasal 12 huruf e UU Nomor 20 Tahun 2001 berasal dari Pasal 423
KUHP adalah :
1. Atau dengan maksud untuk (met het oogmerk om) menguntungkan diri sendiri
atau orang lain secara melawan
hukum (zich of een ander wederrechtelijk te bevoordelen);
2. Menguntungkan secara melawan hukum (wederrechtelijk te bevoordelen).
4. Tindak Pidana Pungutan Liar
Dalam kasus tindak pidana pungutan liar tidak terdapat secara pasti dalam KUHP,
namun demikian pungutan liar dapat disamakan dengan perbuatan pidana penipuan,
pemerasan dan penipuan serta korupsi yang diatur sebagai berikut di dalam KUHP:
1. Pasal 368 KUHP: "Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri
atau orang lain secara melawan hukum, memaksa orang lain dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan, untuk memberikan sesuatu barang, yang seluruhnya atau
sebagian adalah milik orang lain, atau supaya memberikan hutang maupun
menghapus piutang, diancam, karena pemerasan, dengan pidana penjara paling lama
sembilan tahun".
43
2. Pasal 378 KUHP : “Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri
atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat
palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang
lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi hutang
rnaupun menghapuskan piutang diancam karena penipuan dengan pidana penjara
paling lama empat tahun”
Berdasarkan ketentuan pidana tersebut di atas, praktek pungutan liar juga dapat
di jerat dengan tindak pidana yang di atur dalam UU No 20 Tahun 2001 dengan pidana
penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)”
1. Pasal 12 huruf (a) UU No 20 Tahun 2001 pegawai negeri atau penyelenggara
negara yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga
bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan agar melakukan
atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan
kewajibannya
2. Pasal 12 huruf (b) UU No 20 Tahun 2001 pegawai negeri atau penyelenggara
negara yang menerima hadiah, padahal diketahui atau patut diduga bahwa
hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah
melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang
bertentangan dengan kewajibannya;
44
3. Pasal 12 huruf (e) UU No 20 Tahun 2001 pegawai negeri atau penyelenggara
negara yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain
secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa
seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan
potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri;
4. Pasal 12 huruf (f) UU No 20 Tahun 2001pegawai negeri atau penyelenggara
negara yang pada waktu menjalankan tugas, meminta, menerima, atau
memotong pembayaran kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
yang lain atau kepada kas umum, seolah-olah pegawai negeri atau
penyelenggara negara yang lain atau kas umum tersebut mempunyai
utang kepadanya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan
utang;
5. Pasal 12 huruf (g) UU No 20 Tahun 2001 pegawai negeri atau penyelenggara
negara yang pada waktu menjalankan tugas, meminta atau menerima
pekerjaan, atau penyerahan barang, seolah-olah merupakan utang kepada
dirinya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang