bab ii tinjauan pustaka a. konsep keluargarepository.ump.ac.id/2721/3/sandytia wahyu p, bab...

23
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluarga 1. Pengertian Keluarga Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan- ikatan kebersamaan dan ikatan emosional serta mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 2003). Keluarga merupakan anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan (Setiadi, 2006). Menurut Peraturan Pemerintah No.21 tahun 1994 Bab I ayat 1, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Akhmadi, 2009). Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat mempunyai arti yang strategis dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Sistem keluarga merupakan sistem terbuka atau sistem sosial yang hidup, terdiri dari beberapa sub-sub atau komponen yaitu pasangan suami isteri, orangtua, anak, kakak adik (sibling), kakek-nenek-cucu, dan sebagainya. Semua sistem ini saling berinteraksi, saling ketergantungan, dan saling menentukan satu sama lain serta membentuk norma-norma atau ketentuan-ketentuan yang harus ditaati oleh seluruh anggota keluarga tersebut (Wahini dalam Trisfariani, 2007). Asuhan Keperawatan Keluarga..., SANDYTIA WAHYU PUSPITASARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

Upload: others

Post on 22-Jan-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-

ikatan kebersamaan dan ikatan emosional serta mengidentifikasikan diri

mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 2003). Keluarga merupakan

anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah,

adopsi atau perkawinan (Setiadi, 2006). Menurut Peraturan Pemerintah

No.21 tahun 1994 Bab I ayat 1, keluarga adalah unit terkecil dalam

masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami, istri dan anaknya, atau

ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Akhmadi, 2009).

Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat mempunyai arti yang

strategis dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Sistem

keluarga merupakan sistem terbuka atau sistem sosial yang hidup, terdiri dari

beberapa sub-sub atau komponen yaitu pasangan suami isteri, orangtua,

anak, kakak adik (sibling), kakek-nenek-cucu, dan sebagainya. Semua sistem

ini saling berinteraksi, saling ketergantungan, dan saling menentukan satu

sama lain serta membentuk norma-norma atau ketentuan-ketentuan yang

harus ditaati oleh seluruh anggota keluarga tersebut (Wahini dalam

Trisfariani, 2007).

Asuhan Keperawatan Keluarga..., SANDYTIA WAHYU PUSPITASARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

2. Tipe Keluarga

Secara tradisional, dikelompokkan menjadi 2 yaitu :

a. Keluarga inti (Nuclear Family) yang terdiri dari suami, istri, dan anak

mereka— anak kandung, adopsi, atau keduanya,

b. Keluarga besar (Extended Family) yang terdiri dari keluarga inti dan

orang-orang yang masih memiliki hubungan darah seperti kakek/nenek,

paman/bibi, dan sepupu (Friedman, 2003).

Secara Modern, dikelompokkan menjadi :

a. Tradisional Nuclear, adalah keluarga inti (ayah,ibu, dan anak) tinggal

dalam satu rumah yang ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam satu

ikatan perkawinan.

b. Reconstituted Nuclear, adalah pembentukan dari keluarga inti melalui

perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah

dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun

dari perkawinan baru.

c. Niddle Age/Age Couple, adalah keluarga dimana suami sebagai pencari

uang, istri di rumah atau kedua-duanya bekerja di rumah, anak-anak

sudah meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karir.

d. Dyadic Nuclear, adalah suami istri yang sudah berumur dan tidak

mempunyai anak yang keduanya atau salah satu bekerja di luar rumah.

Asuhan Keperawatan Keluarga..., SANDYTIA WAHYU PUSPITASARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

e. Single Parent, adalah keluarga dimana satu orang tua sebagai akibat

perceraian atau kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di

rumah atau di luar rumah (Setiadi, 2006).

3. Struktur Keluarga

Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, antara lain :

a. Patrineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari anak saudara sedarah

dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis

ayah.

b. Matrineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari anak saudara sedarah

dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis

ibu.

c. Matrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah istri.

d. Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah suami.

e. Keluarga Kawin, adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi

pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian

keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri (Setiadi, 2006).

Menurut Setyowati dan Murwani, 2008) struktur keluarga terdiri atas:

a. Pola dan proses komunikasi

Pola interaksi keluarga berfungsi untuk, membuat anggota keluarga

bersifat terbuka dan jujur, selalu menyelesaikan konflik keluarga, berfikiran

positif dan tidak mengulang – ulang isu dan pendapat sendiri.

Asuhan Keperawatan Keluarga..., SANDYTIA WAHYU PUSPITASARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

Komunikasi dalam keluarga berfungsi agar anggota keluarga yakin

dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat, apa yang disampaikan jelas

dan berkualitas, selalu meminta dan menerima umpan balik sehingga

anggota keluarga lain yang menerima pendapat tersebut dapat mendengarkan

dengan baik, memberikan umpan balik, dan melakukan validasi.

b. Struktur peran

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan

posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksudkan dengan posisi atau status

adalah posisi individu dalam masyarakat sebagai suami, istri, anak, orang

tua, dan sebagainya. Tetapi kadang peran ini tidak dapat dijalankan oleh

masing – masing individu dengan baik. Misalnya sebagai oarng tua ketika

salah seorang anggota keluarganya mengalami gangguan jiwa maka

sebaiknya orang tua harus memberikan dukungan dan perhatiannya bukan

mengucilkannya.

c. Struktur kekuatan

Kekuatan merupakan kemampuan individu untuk mengendalikan atau

mempengaruhi sehingga mengubah perilaku anggota keluarga yang lain ke

arah positif. Misalnya ketika salah seorang anggota keluarga mengalami

gangguan jiwa maka orang tua mempunyai kemampuan untuk

mempengaruhi perilaku dan sikap anggota keluarga yang lain ke arah yang

positif. Ada beberapa macam tipe struktur kekuatan yaitu, legitimat power

(hak untuk mengontrol), referent power (seseorang yang ditiru atau sebagai

Asuhan Keperawatan Keluarga..., SANDYTIA WAHYU PUSPITASARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

role model), reward power (kekuasaan penghargaan), coercive power

(kekuasaan paksaan atau dominasi), dan affective power (kekuasaan afektif).

d. Nilai – nilai keluarga

Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara

sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai

keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi perkembangan norma dan

peraturan. Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat

berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.

4. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas

dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Freedman (dalam

Setiadi, 2008) membagi tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus

dilakukan, yaitu:

a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya. Perubahan sekecil apapun

yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan

tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu

segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa

besar perubahannya.

b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga.

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan

yang tepat dan sesuai dengan keadaan keluarga , dengan pertimbangan siapa

diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk

Asuhan Keperawatan Keluarga..., SANDYTIA WAHYU PUSPITASARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

menentukan tindakan keluarga maka segera melakukan tindakan yang tepat

agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi, terutama dalam

mengatasi gangguan jiwa keluarga harus mengambil tindakan dengan segera

agar tidak memperburuk keadaan klien. Jika keluarga mempunyai

keterbatasan sebaiknya meminta bantuan orang lain di lingkungan sekitar

keluarga.

c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit terutama

anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa atau yang tidak dapat

membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.

Perawatan ini dapat dilakukan di rumah apabila keluarga memiliki

kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau pergi ke

pelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang

lebih parah tidak terjadi.

d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan

perkembangan keperibadian anggota keluarga..

e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga

kesehatan (pemanfaatan lembaga kesehatan yang ada).

5. Peran Keluarga

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain

terhadap seseorang sesuai kedudukanya dalam suatu sistem (Mubarak, 2009).

Peran merujuk kepada beberapa set perilaku yang kurang lebih bersifat

homogen, yang didefinisikan dan diharapkan secara normatif dari seseorang

Asuhan Keperawatan Keluarga..., SANDYTIA WAHYU PUSPITASARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

peran dalam situasi sosial tertentu (Mubarak, 2009). Peran keluarga adalah

tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga.

Jadi peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,

kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.

Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari

keluarga, kelompok dan masyarakat (Setiadi, 2008).

Menurut Setiadi (2008) setiap anggota keluarga mempunyai peran

masing-masing. Peran ayah yang sebagai pemimpin keluarga yang mempunyai

peran sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung atau pengayom, pemberi rasa

aman bagi setiap anggota keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat

kelompok sosial tertentu. Peran ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh

dan pendidik anak-anak, pelindung keluarga dan juga sebagai anggota

masyarakat kelompok sosial tertentu. Sedangkan peran anak sebagai pelaku

psikososial sesuai dengan perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual.

6. Fungsi Keluarga

a. Fungsi Afektif

Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang

merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk memenuhi

kebutuhan psikososial terutama bagi pasien gangguan jiwa. Keberhasilan

melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari

seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan

iklim yang positif. Hal tersebut dapat dipelajari dan dikembangkan melalui

Asuhan Keperawatan Keluarga..., SANDYTIA WAHYU PUSPITASARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

interaksi dan hubungan dalam keluarga. Dengan demikian, keluarga yang

berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat

mengembangkan konsep diri positif.

Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi

afektif adalah:

1) Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling

mendukung antara keluarga dengan anggota keluarganya yang mengalami

gangguan jiwa, sehingga tercipta hubungan yang hangat dan saling

mendukung.

2) Saling menghargai, keluarga harus menghargai, mengakui keberadaan dan

hak anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa serta selalu

mempertahankan iklim yang positif.

Ikatan kekeluargaan yang kuat dikembangkan melalui proses identifikasi dan

penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga terutama pada

anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa yang sangat membutuhkan

perhatian dan dukungan dari keluarganya. Keluarga harus mengembangkan

proses identifikasi yang positif sehingga anggota keluarga dapat meniru

tingkah laku yang positif tersebut.

b. Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui

setiap anggota keluarga, yang menghasilkan interaksi sosial. Keluarga

merupakan tempat setiap anggota keluarga untuk belajar bersosialisasi.

Asuhan Keperawatan Keluarga..., SANDYTIA WAHYU PUSPITASARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

Keberhasilan perkembangan yang dicapai anggota keluarga melalui interaksi

atau hubungan antara anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi.

c. Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi

kebutuhan seluruh anggota keluarga.

d. Fungsi Perawatan Kesehatan

Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan

kesehatan, yaitu untuk mencegah dan merawat terjadinya penyakit.

Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi

status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan

pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang

dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksankan tugas kesehatan berarti

sanggup menyelesaikan masalah kesehatan (Setyowati & Murwani, 2008).

B. Diabetes Mellitus

1. Pengertian

Diabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau

gangguan metabolisme yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah

disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai

akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan oleh

gangguan atau defenisi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar

pankreas atau disebabkan kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin

(Ditjen Bina Farmasi & ALKES, 2005).

Asuhan Keperawatan Keluarga..., SANDYTIA WAHYU PUSPITASARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

Diabetes adalah suatu penyakit dimana metabolisme glukosa tidak

normal, suatu resiko komplikasi spesifik perkembangan mikrovaskular dan

ditandai dengan adanya peningkatan komplikasi perkembangan

makrovaskuler. Secara umum, ketiga elemen diatas telah digunakan untuk

mencoba menemukan diagnosis atau penyembuhan diabetes (Mogensen,

2007).

Pada beberapa populasi tetapi bukan semuanya, defenisi diabetes oleh

distribusi glukosa adalah pendistribusian glukosa ke seluruh jaringan dimana

berbeda distribusi glukosa pada setiap individual dengan atau tanpa diabetes.

Selain itu distribusi glukosa juga dapat menjadi parameter untuk penyakit

diabetes atau dengan kata lain, nilai defenisi diagnosis untuk diabetes

didasarkan pada nilai distribusi glukosa pada tingkat populasi bukan sering

atau tidaknya berolahraga. Besarnya komplikasi mikrovaskuler pada retina

dan ginjal spesifik menuju ke diabetes. Selain itu terjadinya komplikasi

makrovaskuler dapat menyebabkan kematian pada penderita diabetes. Hal ini

ditunjukkan bahwa nilai glukosa yang tidak normal seharusnya ditemukan

sebagai peningkatan cepat dari nilai glukosa, yang mana diapresiasikan

dengan peningkatan resiko penyakit kardiovaskuler (Mogensen, 2007).

2. Etiologi

Penyebab diabetes mellitus sampai sekarang belum diketahui dengan pasti

tetapi umumnya diketahui karena kekurangan insulin adalah penyebab utama

dan faktor herediter memegang peranan penting.

Asuhan Keperawatan Keluarga..., SANDYTIA WAHYU PUSPITASARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

a. Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)

Sering terjadi pada usia sebelum 30 tahun. Biasanya juga disebut

Juvenille Diabetes, gangguan ini ditandai dengan adanya hiperglikemia

(meningkatnya kadar gula darah) (Bare & Suzanne, 2002). Faktor genetik

dan lingkungan merupakan faktor pencetus IDDM. Oleh karena itu insiden

lebih tinggi atau adanya infeksi virus (dari lingkungan) misalnya

coxsackievirus B dan streptococcus sehingga pengaruh lingkungan

dipercaya mempunyai peranan dalam terjadinya DM ( Bare & Suzanne,

2002). Virus atau mikroorganisme akan menyerang pulau – pulau

langerhans pankreas, yang membuat kehilangan produksi insulin. Dapat

pula akibat respon autoimmune, dimana antibody sendiri akan menyerang

sel bata pankreas. Faktor herediter, juga dipercaya memainkan peran

munculnya penyakit ini (Bare & Suzanne, 2002).

b. Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)

Virus dan kuman leukosit antigen tidak nampak memainkan peran

terjadinya NIDDM. Faktor herediter memainkan peran yang sangat

besar. Riset melaporkan bahwa obesitas salah satu faktor determinan

terjadinya NIDDM sekitar 80% klien NIDDM adalah kegemukan.

Overweight membutuhkan banyak insulin untuk metabolisme.

Terjadinya hiperglikemia disaat pankreas tidak cukup menghasilkan

insulin sesuai kebutuhan tubuh atau saat jumlah reseptor insulin

Asuhan Keperawatan Keluarga..., SANDYTIA WAHYU PUSPITASARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

menurun atau mengalami gangguan. Faktor resiko dapat dijumpai pada

klien dengan riwayat keluarga menderita DM adalah resiko yang besar.

Pencegahan utama NIDDM adalah mempertahankan berat badan

ideal. Pencegahan sekunder berupa program penurunan berat badan,

olah raga dan diet. Oleh karena DM tidak selalu dapat dicegah maka

sebaiknya sudah dideteksi pada tahap awal tanda-tanda atau gejala yang

ditemukan adalah kegemukan, perasaan haus yang berlebihan, lapar,

diuresis dan kehilangan berat badan, bayi lahir lebih dari berat badan

normal, memiliki riwayat keluarga DM, usia diatas 40 tahun, bila

ditemukan peningkatan gula darah (Bare & Suzanne, 2002).

3. Patofisiologi

a. DM Tipe I

Pada Diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan pankreas

menghasilkan insulin karena hancurnya sel-sel beta pulau langerhans.

Dalam hal ini menimbulkan hiperglikemia puasa dan hiperglikemia post

prandial (Corwin, 2000).

Dengan tingginya konsentrasi glukosa dalam darah, maka akan

muncul glukosuria (glukosa dalam darah) dan ekskresi ini akan disertai

pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan (diuresis osmotic)

sehingga pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria)

dan rasa haus (polidipsia) (Corwin, 2000). Defisiensi insulin juga

mengganggu metabolisme protein dan lemak sehingga terjadi penurunan

Asuhan Keperawatan Keluarga..., SANDYTIA WAHYU PUSPITASARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

berat badan akan muncul gejala peningkatan selera makan (polifagia).

Akibat yang lain yaitu terjadinya proses glikogenolisis (pemecahan glukosa

yang disimpan) dan glukogeonesis tanpa hambatan sehingga efeknya

berupa pemecahan lemak dan terjadi peningkatan keton yang dapat

mengganggu keseimbangan asam basa dan mangarah terjadinya

ketoasidosis (Corwin, 2000).

b. DM Tipe II

Terdapat dua masalah utama pada DM Tipe II yaitu resistensi

insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan berkaitan

pada reseptor kurang dan meskipun kadar insulin tinggi dalam darah

tetap saja glukosa tidak dapat masuk kedalam sel sehingga sel akan

kekurangan glukosa (Corwin, 2000). Mekanisme inilah yang dikatakan

sebagai resistensi insulin. Untuk mengatasi resistensi insulin dan

mencegah terbentuknya glukosa dalam darah yang berlebihan maka

harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Namun

demikian jika sel-sel beta tidak mampu mengimbanginya maka kadar

glukosa akan meningkat dan terjadilah DM tipe II (Corwin, 2000).

Asuhan Keperawatan Keluarga..., SANDYTIA WAHYU PUSPITASARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

4. Pathway

Gambar 2.1. Pathway Diabetes Mellitus

Sumber : Bare & Suzanne (2002) ; Corwin (2000) dan Doengoes (2000)

Genetik Obesitas / penyakit kronis

Autoimun/idiopanik

Perusakan imunologik sel beta yg memproduksi insulin

Penurunan sel pulau langerhans

Sekresi insulin kurang

Diabetes millitus

Diuresis osmosis

glikosuria

hiperglikemi

Defisiensi insulin

Resiko infeksi

Proses autoimun

Kurang pengetahuan

Pengeluaran urin

Penurunan kesadaran

Resiko kekurangan

Resiko cidera

diorientasi

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

Keseimbangan kalori kurang

Asuhan Keperawatan Keluarga..., SANDYTIA WAHYU PUSPITASARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

5. Diagnosa

Kriteria untuk diagnosis termasuk pengukuran kadar A1c hemoglobin

(HbA1c), kadar glukosa darah sewaktu atau puasa, atau hasil dari pengujian

toleransi glukosa oral. The American Diabetes Association mendefinisikan

diabetes mempunyai dua kemungkinan yaitu pada pengukuran kadar glukosa

darah puasa,ia menunjukkan bacaan sebanyak minimal 126 mg / dL setelah

puasa selama 8 jam. Kriteria lainnya adalah kadar glukosa darah sewaktu

minimal 200 mg / dL dengan adanya kelainan berupa poliuria, polidipsia,

penurunan berat badan, kelelahan, atau gejala karakteristik lain dari diabetes.

Pengujian kadar glukosa sewaktu dapat digunakan untuk skrining dan

diagnosis, namun sensitivitas hanyalah 39% hingga 55% (Barclay, 2010).

Uji diagnostik yang utama untuk diabetes adalah tes toleransi glukosa

oral, di mana pasien akan diminta untuk berpuasa selama 8 jam dan

kemudian ditambah dengan beban 75 g glukosa. Diagnosis terhadap diabetes

akan ditegakkan sekiranya kadar glukosa darah melebihi 199 mg / dL. Selain

itu, kadar glukosa darah puasa dianggap abnormal sekiranya berkisar antara

140-199 mg / dL selepas 2 jam mengambil beban glukosa. American

Diabetes Association mendefinisikan terdapat gangguan pada kadar glukosa

darah puasa sekiranya KGD diantara 100-125 mg / dL (Barclay, 2010).

Pengujian tingkat HbA1c, yang tidak memerlukan puasa sangat berguna baik

untuk diagnosis atau skrining. Diabetes dapat didiagnosa sekiranya kadar

HbA1c adalah minimum 6,5% pada 2 pemeriksaan yang terpisah. Antara

Asuhan Keperawatan Keluarga..., SANDYTIA WAHYU PUSPITASARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

keterbatasannya adalah, mempunyai uji sensitivitas yang rendah dan terdapat

perbedaan pada interpretasi mengikut ras, ada tidaknya anemia, dan pada

penggunaan obat-obatan yang tertentu ( Barclay L,2010). Dengan demikian,

meminum larutan glukosa 50 g (Glucola; Ames Diagnostik, Elkhart, Indiana)

adalah tes yang paling umum dilakukan untuk Gestational Diabetes dimana

diperlukan 75-g atau 100-g uji toleransi glukosa oral untuk mengkonfirmasi

hasil tes skrining yang positif (Barclay L, 2010).

6. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala diabetes mellitus menurut (Bare & Suzanne, 2002)

a. Poliuria

Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membrane

dalam sel menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat

atau hiperosmolariti menyebabkan cairan intrasel berdifusi kedalam

sirkulasi atau cairan intravaskuler, aliran darah ke ginjal meningkat sebagai

akibat dari hiperosmolariti dan akibatnya akan terjadi diuresis osmotic

(poliuria).

b. Polidipsia

Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler

menyebabkan penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah

dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi sel mulut menjadi kering dan sensor

haus teraktivasi menyebabkan seseorang haus terus dan ingin selalu minum

(polidipsia).

Asuhan Keperawatan Keluarga..., SANDYTIA WAHYU PUSPITASARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

c. Poliphagia

Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya

kadar insulin maka produksi energi menurun, penurunan energi akan

menstimulasi rasa lapar. Maka reaksi yang terjadi adalah seseorang akan

lebih banyak makan (poliphagia).

d. Penurunan berat badan

Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel

kekurangan cairan dan tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat dari

itu maka sel akan menciut, sehingga seluruh jaringan terutama otot

mengalami atrofidan penurunan secara otomatis.

e. Malaise atau kelemahan

7. Penatalaksanaan

Diabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan

berbagai penyakit dan diperlukan kerjasama semua pihak untuk meningkatan

pelayanan kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan berbagai

usaha, antaranya :

a. Perencanaan Makanan

Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang

seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai dengan

kecukupan gizi baik yaitu : Karbohidrat sebanyak 60 – 70 % 2) Protein

sebanyak 10 – 15 % 3) Lemak sebanyak 20 – 25 % Jumlah kalori

disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut dan

Asuhan Keperawatan Keluarga..., SANDYTIA WAHYU PUSPITASARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

kegiatan jasmani. Untuk kepentingan klinik praktis, penentuan jumlah

kalori dipakai rumus Broca yaitu Barat Badan Ideal = (TB-100) x 90%,

sehingga didapatkan :

1) Berat badan kurang = < 90% dari BB Ideal

2) Berat badan normal = 90-110% dari BB Ideal

3) Berat badan lebih = 110-120% dari BB Ideal

4) Gemuk = > 120% dari BB Ideal.

b. Latihan Jasmani yang dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali

seminggu) selama kurang lebih 30 menit yang disesuaikan dengan

kemampuan dan kondisi penyakit penyerta. Sebagai contoh olah raga

ringan adalah berjalan kaki biasa selama 30 menit, olehraga sedang

berjalan cepat selama 20 menit dan olah raga berat jogging (Iwan S,

2010).

c. Obat Hipoglikemik :

1) Sulfonilurea

Obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara :

a) Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan.

b) Menurunkan ambang sekresi insulin.

c) Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa.

Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien dengan BB normal

dan masih bisa dipakai pada pasien yang beratnya sedikit

lebih.Klorpropamid kurang dianjurkan pada keadaan insufisiensi renal

Asuhan Keperawatan Keluarga..., SANDYTIA WAHYU PUSPITASARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

dan orangtua karena resiko hipoglikema yang berkepanjangan,

demikian juga gibenklamid. Glukuidon juga dipakai untuk pasien

dengan gangguan fungsi hati atau ginjal (Iwan S, 2010).

2) Biguanid

Preparat yang ada dan aman dipakai yaitu metformin.Sebagai obat

tunggal dianjurkan pada pasien gemuk (IMT 30) untuk pasien yang

berat lebih (IMT 27-30) dapat juga dikombinasikan dengan golongan

sulfonylurea (Iwan S, 2010).

3) Insulin

Indikasi pengobatan dengan insulin adalah :

a) Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM maupun

NIDDM) dalam keadaan ketoasidosis atau pernah masuk kedalam

ketoasidosis (Bare & Suzanne, 2002).

b) DM dengan kehamilan/ DM gestasional yang tidak terkendali

dengan diet (perencanaan makanan) (Bare & Suzanne, 2002).

DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral

dosif maksimal. Dosis insulin oral atau suntikan dimulai dengan dosis

rendah dan dinaikkan perlahan – lahan sesuai dengan hasil glukosa darah

pasien. Bila sulfonylurea atau metformin telah diterima sampai dosis

maksimal tetapi tidak tercapai sasaran glukosa darah maka dianjurkan

penggunaan kombinasi sulfonylurea dan insulin (Bare & Suzanne, 2002).

Asuhan Keperawatan Keluarga..., SANDYTIA WAHYU PUSPITASARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

d. Penyuluhan untuk merancanakan pengelolaan sangat penting untuk

mendapatkan hasil yang maksimal. Edukator bagi pasien diabetes yaitu

pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan keterampilan yang

bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan

pemahaman pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai

keadaan sehat yang optimal. Penyesuaian keadaan psikologik kualifas

hidup yang lebih baik. Edukasi merupakan bagian integral dari asuhan

keperawatan diabetes (Bare & Suzanne, 2002).

8. Komplikasi

Jika gula darah tidak terkontrol dengan baik beberapa tahun kemudian

akan timbul komplikasi. Komplikasi akibat diabetes yang timbul dapat berupa

komplikasi akut dan kronis.

a. Komplikasi akut

Komplikasi yang muncul secara mendadak. Keadaan bisa fatal jika tidak

segera ditangani. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah (Harrison, et

al, 2005) :

1) Hipoglikemi

Menurut Fishbein dan Palumbo, hipoglikemia adalah suatu

keadaan di mana konsentrasi atau kadar gula di dalam darah terlalu

rendah (<60mg/dl), yang dapat terjadi pada pasien yang menerima

suntikan insulin dan obat anti diabetes. Hipoglikemia ini terjadi jika

pemberian dosis insulin atau obat anti diabetes tidak tepat, latihan fisik

Asuhan Keperawatan Keluarga..., SANDYTIA WAHYU PUSPITASARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

atau olah raga berlebihan, menunda jadwal makan setelah minum obat,

serta kebiasaan konsumsi alkohol.

2) Ketoasidosis

Pada diabetes melitus yang tidak terkendali dengan kadar gula

darah yang tinggi dan kadar hormon yang rendah, tubuh tidak dapat

menggunakan glukosa sebagai sumber energi. Sebagai gantinya tubuh

akan memecah lemak untuk sumber energi pemecahan lemak tersebut

kemudian menghasilkan badan-badan keton di dalam darah (ketosis).

Ketosis ini menyebabkan derajat keasaman (PH) dalam darah menurun

(asidosis). Pada pasien dengan ketoasidosis diabetik umumnya

memilki riwayat asupan kalori (makanan) yang berlebihan atau

penghentian obat diabetes atau insulin. Gejala yang timbul dapat

berupa kadar gula darah tinggi (>240 mg/dl). Terdapat keton dalam

urin, buang air kecil banyak hingga dehidrasi, napas berbau aseton,

lemas hingga koma.

3) Hiperosmolar Non-Ketotik (HONK)

Pada keadaan tertentu gula darah dapat sedemikian tingginya sehingga

darah menjadi kental. Dalam keadaan seperti ini dinamakan

Hiperosmolar Non-Ketotik (HNOK), atau Diabetic Hiperosmolar

Syndrome (DHS). Kadar glukosa darah dapat mencapai nilai

600mg/dl. Glukosa dapat menarik air keluar sel dan selanjutnya keluar

bersama urin, dan tubuh mengalami dehidrasi. Penderita diabetes

Asuhan Keperawatan Keluarga..., SANDYTIA WAHYU PUSPITASARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

dalam keadaan ini menunjukkan gejala nafas cepat dan dalam, banyak

kencing, sangat haus, lemah, kaki dan tulang kram, bingung, nadi

cepat, kejang dan koma. Hiperglikemia dapat terjadi jika masukan

kalori yang berlebihan, penghentian obat oral maupun insulin yang

didahului stress akut.

b. Komplikasi kronik

Komplikasi ini terjadi karena glukosa darah berada di atas normal

berlangsung secara selama bertahun-tahun. Komplikasi timbul secara

perlahan, kadang tidak diketahui, tetapi berangsur semakin berat dan

membahayakan. Yang termasuk dalam komplikasi kronik adalah

(Harrison, et al, 2005):

1) Mikrovaskular

a) Penyakit Mata

(1) Retinopati (nonproliferatif/proliferatif)

(2) Macular edema

b) Neuropati

(1) Sensorik dan motorik (mononeuropati dan polineuropati)

(2) Autonomik

c. Nefropati

2) Makrovaskular

a) Penyakit arteri koronari

b) Penyakit vaskular perifer

Asuhan Keperawatan Keluarga..., SANDYTIA WAHYU PUSPITASARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

c) Penyakit cerebrovaskular

3) Lain-lain

a) Gastrointestinal

(1) Gastroparesis

(2) Diare

b) Genitourinary

(1) Uropati/disfungsi ereksi

(2) Ejakulasi retrograde

c) Dermatologi

d) Infeksi

e) Katarak

f) Glaukoma

Asuhan Keperawatan Keluarga..., SANDYTIA WAHYU PUSPITASARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012