bab ii tinjauan pustaka a. batasan konsep 1. kdrt · disorganisasi, bilamana ia tidak ingin...

25
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Batasan Konsep 1. KDRT Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, karangan Poerwadarminta kekerasan dari kata dasar” Keras” diartikan sebagai sifat (hal tersebut) keras : kegiatan : kekuatan dsb : paksa (an) : kejang : kekejangan. Di dalamnya terdapat kata kekuatan yang diartikan sebagai tenaga : gaya : kekuasaan : keteguhan :kekukuhan : dan juga kata paksaaan yang diartikan tekanan : desakan keras : yang dipaksa. Jadi kekerasan berarti suatu kegiatan yang didalamnya terdapat komponen kekuasaan, tekanan dan paksaan. Kekerasan mengilustrasikan sifat aturan sosial, pelanggaran aturan, dan reaksi sosial terhadap pelanggaran aturan yang kompleks dan sering kali bertentangan. Kekerasan adalah suatu perlakuan atau situasi yang menyebabkan realitas aktual seseorang ada di bawah realitas potensialnya. Secara umum, terjadinya tindak kekerasan,memiliki keterkaitan dengan kondisi yang tidak seimbang baik yang menyangkut kondisi internal anggota keluarga maupun kondisi eksternal yang dapat mendorong terjadinya kekerasan. Keluarga itu sendiri salah satunya terbentuk dari susunan rumah tangga , yang berarti seseorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan tempat tinggal dan biasa tinggal bersama serta pengelolaan kebutuhan sehari-hari menjadi satu. Dan di dalam rumah tangga seluruh 11

Upload: others

Post on 03-Sep-2019

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Batasan Konsep 1. KDRT · disorganisasi, bilamana ia tidak ingin larutkan kedalam penjelasam psikologis mengenai agretivitas bawaan, turunan atau pun kebengalan

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Batasan Konsep

1. KDRT

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, karangan Poerwadarminta

kekerasan dari kata dasar” Keras” diartikan sebagai sifat (hal tersebut) keras :

kegiatan : kekuatan dsb : paksa (an) : kejang : kekejangan. Di dalamnya

terdapat kata kekuatan yang diartikan sebagai tenaga : gaya : kekuasaan :

keteguhan :kekukuhan : dan juga kata paksaaan yang diartikan tekanan :

desakan keras : yang dipaksa. Jadi kekerasan berarti suatu kegiatan yang

didalamnya terdapat komponen kekuasaan, tekanan dan paksaan. Kekerasan

mengilustrasikan sifat aturan sosial, pelanggaran aturan, dan reaksi sosial

terhadap pelanggaran aturan yang kompleks dan sering kali bertentangan.

Kekerasan adalah suatu perlakuan atau situasi yang menyebabkan

realitas aktual seseorang ada di bawah realitas potensialnya. Secara umum,

terjadinya tindak kekerasan,memiliki keterkaitan dengan kondisi yang tidak

seimbang baik yang menyangkut kondisi internal anggota keluarga maupun

kondisi eksternal yang dapat mendorong terjadinya kekerasan.

Keluarga itu sendiri salah satunya terbentuk dari susunan rumah tangga

, yang berarti seseorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau

seluruh bangunan tempat tinggal dan biasa tinggal bersama serta pengelolaan

kebutuhan sehari-hari menjadi satu. Dan di dalam rumah tangga seluruh

11

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Batasan Konsep 1. KDRT · disorganisasi, bilamana ia tidak ingin larutkan kedalam penjelasam psikologis mengenai agretivitas bawaan, turunan atau pun kebengalan

12

urusan keluarga untuk hidup bersama, dikerjakan bersama dibawah pimpinan

seorang ayah yang ditetapkan menurut tradisi. Konstruksi sosial yang

menggunakan ideology gender menetapkan bahwa pimpinan di dalam rumah

tangga adalah Ayah. Ada beberapa Peran dan fungsi rumah tangga tersebut

antara lain pemenuhan kebutuhan hidup seperti bekerja untuk memenuhi

papan, sandang, dan pangan, dll.. Namun, apabila fungsi-fungsi tersebut tidak

dapat dijalankan dengan baik, maka kemungkinan terjadinya penyimpangan di

dalam sebuah keluarg sangatlah besar. Salah satu contoh adalah apabila

seorang ayah menyalahgunakan peran dan fungsinya sebagai pemimpin, tetapi

lebih menganggap dirinya adalah penguasa yang harus ditakuti dan dituruti

setiap kehendaknya oleh setiap anggota keluarga lainnya. Hal tersebut dapat

mengakibatkan potensi yang ada dalam diri anggota keluarga lainnya tidak

berkembang. Selain itu, penyalahgunaan kekuasaan tersebut dapat berakhir

dengan tindak kekerasan dalam rumah tangga. Hal ini dikarenakan, seorang

kepala keluarga memiliki hak untuk menghukum setiap tindakan yang

dianggap tidak sesuai oleh kepala keluarga. Hukuman yang biasanya diberikan

berupa hukuman fisik yang mengakibatkan luka maupun kata-kata penghinaan

yang dapat berakibat terhadap psikologi korbannya.

Masalah psikologi dari pasangan, jika salah satu dari suami istri

memiliki tempramen yang tinggi (emosional) dan bahkan dengan mudah

“main tangan”, hal ini juga bisa menjadi pemicu. Selain itu Masalah

komunikasi dan kepercayaan, hal ini sangat penting dalam suatu hubungan

dan tidak menutup kemungkinan jika komunikasi dan kepercayaan tidak

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Batasan Konsep 1. KDRT · disorganisasi, bilamana ia tidak ingin larutkan kedalam penjelasam psikologis mengenai agretivitas bawaan, turunan atau pun kebengalan

13

terbangun dengan baik akan menimbulkan suatu konflikdi dalam rumah

tangga.

Tindakan kekerasan dalam rumah tangga juga dapat dikaitkan dengan

pengaruh sosial ekonomi di dalam sebuah rumah tangga. Rumah tangga yang

berasal dari keluarga dengan kondisi sosial ekonomi rendah, biasanya sering

terjadi konflik antara suami-istri. Hal tersebut biasanya disebabkan tuntutan

pemenuhan kebutuhan sehari-hari oleh anggota keluarga yang sulit untuk

terpenuhi akibat semakin tingginya harga kebutuhan pokok, sehingga

menyebabkan kepala keluarga yang menjadi tulang punggung perekonomian

bagi keluarga mendapatkan tekanan dari anggota keluarganya dan pada

akhirnya menimbulkan pertengkaran antara suami dan istri bahkan berakhir

dengan kekerasan fisik.

Menurut Hasbianto bahwa kekerasan dalam rumah tangga adalah

suatubentuk penganiayaan secara fisik maupun emosional atau psikologis,

yang merupakan suatu cara pengontrolan terhadap pasangan dalam kehidupan

rumah tangga. Dalam pengertian lain kekerasan dalam rumah tangga

merupakan suatu bentuk pelanggaran hak-hak asasi manusia dan kejahatan

terhadap kemanusiaan, juga merupakan tindakan diskriminasi.

Kekerasan pada rumah tangga mengacu pada tindakan yang dilakukan

dengan niat untuk menyakiti atau mencederai salah satu anggota keluarga.

Tindakan kekerasan tersebut bukan berarti tindakan tunggal, akan tetapi

merupakan tindakan yang dilakukan secara berulang-ulang dalam jangka

waktu yang sama dan terhadap korban yang sama pula. Menurut Undang-

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Batasan Konsep 1. KDRT · disorganisasi, bilamana ia tidak ingin larutkan kedalam penjelasam psikologis mengenai agretivitas bawaan, turunan atau pun kebengalan

14

undang Nomor 23 tahun 2004 mengenai Penghapusan Kekerasan dalam

Rumah Tangga (UU PKDRT). Di dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun

2004 dijelaskan bahwa “Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah setiap

perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya

kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau

penelantaraan rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan,

pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hokum dalam

lingkup rumah tangga.”

Jika melihat komposisi anggota di dalam sebuah rumah tangga yang

biasanya terdiri ayah, ibu, dan anak-anak serta beberapa kerabat yang masih

memiliki pertalian darah, maka akan terbayang suatu kehidupan yang dipenuhi

kehangatan, kasih sayang dan sikap saling menghormati. Sehingga sangat

mustahil apabila terjadi suatu tindakan kekerasan yang korbannya merupakan

bagian dari anggota keluarga dengan pelakunya juga anggota keluarga itu

sendiri. Fenomena kekerasan dalam rumah tangga dapat dikatakan sebagai

fenomena gunung es. Hal ini terjadi disebabkan korbannya sebagian besar

adalah para perempuan dan anak-anak mereka. Sehingga apabila korban

melaporkan tindakan kekerasan yang mereka alami, maka akan muncul

ketakutan tidak akan terpenuhinya kebutuhan sehari-hari karena pelakunya

adalah seorang suami yang merupakan tulang punggung keluarga.

Selain itu, keadaan sosial ekonomi yang rendah juga mempengaruhi

terjadinya kekerasan dalam rumah tangga. Tuntutan kebutuhan hidup yang

tinggi membuat emosi seseorang mudah terpancing. Apabila hal tersebut tidak

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Batasan Konsep 1. KDRT · disorganisasi, bilamana ia tidak ingin larutkan kedalam penjelasam psikologis mengenai agretivitas bawaan, turunan atau pun kebengalan

15

dapat diredam, maka suatu tindakan kekerasan atau bahkan penelantaran

keluarga oleh seorang suami terhadap kelurganya sangat mungkin terjadi.

Kurang tanggapnya keluarga terdekat dan masyarakat sekitar tempat tinggal

juga menyebabkan kekerasan dalam rumah tangga dianggap oleh korban

sebagai suatu yang normal akibat tidak adanya respon dari lingkungan

sekitarnya.

Dari pengamatan KDRT tersebut akan menimbulkan beberapa dampak,

antara lain berupa fisik dan psikis. Dampak fisik berupa Kekerasan secara

fisik, yaitu perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau luka

berat. Dan Dampak non fisik berupa psikis, yaitu Kekerasan secara psikologis

berupa perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri,

hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau

penderitaan psikis berat pada seseorang.

2. ANAK

Secara umum dikatakan adalah seorang yang dilahirkan dari

perkawinan antara seoramg perempuan dengan seorang laki- laki dengan tidak

menyangkut bahwa seseorang yang dilahirkan oleh wanita meskipun tidak

pernah melakukan pernikahan tetap dikatakan anak.

Anak juga meripakan cikal bakal lahirnya generasi baru yang

merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi

pembangunan Nasional. Anak adalah asset bangsa. Masa depan bangsa dan

Negara dimasa yang akan datang berada ditangan anak sekarang. Semakin

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Batasan Konsep 1. KDRT · disorganisasi, bilamana ia tidak ingin larutkan kedalam penjelasam psikologis mengenai agretivitas bawaan, turunan atau pun kebengalan

16

baik kepribadian anak sekarang maka semakin baik pula kehidupan masa

depan bangsa. Begitu pula sebaliknya,apabila kepribadian anak tersebut buruk

maka akan bobrok pula ehidupan bangsa yang akan datang.

3. PENDIDIKAN FORMAL

Pendidikan menurut bahasa dan istilah Pendidikan menurut bahasa

Yunani : berasal dari kata pedagogi, yaitu darin kata “paid” artinya anak dan

“agogos”artinya membimbing.Itulah sebabnya isilah pedagogi dapat diartikan

sebagai “ilmu dan seni mengajar anak.

Pendidikan merupakann usaha sadar dan teratur serta sistematis yang

dilakukan oleh orang-orang yang bertanggung jawab, untuk mempengaruhi

anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita–cita pendidikan.

Dengan kata laindapatb disebutkan bahwa pendidikan adalah bantuan yang di

berikan dengan sengaja kepada anak, dalam pertumbuhan jasmani maupun

rohani untuk mencapai tingkat dewasa. Pandangan sosiologi melihat

pendidikan dari aspek sosial sehingga pendidikan diartikan sebagai usaha

pewrisan dari generasi kegenerasi berikutnya (Nasution, 1994 : 10).

Pengertian tersebut mengandung maksud bahwa pendidikan adalah sesuatu

yang dilakukan seseorang deengan tujuan membentuk sifat dasar yang baik

bagi seorang anak.

Pendidikan dalam arti luas adalah proses interaksi antara manusia

sebagai individu/ pribadi dan lingkungan alam semesta, lingkungan sosial,

masyarakat, sosial – ekonomi, sosial- politik dan sosial – budaya dan segala

pengalaman yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Batasan Konsep 1. KDRT · disorganisasi, bilamana ia tidak ingin larutkan kedalam penjelasam psikologis mengenai agretivitas bawaan, turunan atau pun kebengalan

17

Segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu,suatu proses

pertumbuhan dan perkembanga, sebagai hasil interaksi individu dengan

lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak

manusia lahir.

Sedangkan pendidikan dalam arti sempit adalah proses interaksi

antara pendidik dan peserta didik baik di keluarga, sekolah maupun

dimasyarakat. Prakteknya identik dengan persekolahan, yaitu pengajaran

formal di bawah kondisi – kondisi yang terkontrol.

Dalam definisi Pendidikan dapat dibedakan antara 2 aspek yaitu

Pendidikan Formal dan Non Formal :

1. Pendidikan Formal merupakan pendidikan sekolah yang diperoleh secara

teratur, sistematis, bertingkat, dan dengan mengikuti syarat – syarat yang

jelas. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah yang lahir dan

berkembang secara efektif dan efisien dari dan oleh serta untuk

masyarakat, merupakan perangkat yang berkewajiban memberi pelayanan

kepada generasi muda dalam mendidik warga Negara.

2. Sedangkan pendidikan Non Formal adalah : jalur pendidikan diluar formal

yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Hasil

pendidikan nin formal dapat dihragai dengan setara hasil pendidikan

formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang

ditunjuk oleh pemerintah atau pemerintah daerah dengan mengacu pada

standart nasional pendidikan.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Batasan Konsep 1. KDRT · disorganisasi, bilamana ia tidak ingin larutkan kedalam penjelasam psikologis mengenai agretivitas bawaan, turunan atau pun kebengalan

18

B. LANDASAN TEORI

Dalam penelitian ini permasalahan yang akan dikaji dengan pendekatan

sosiologi. Sosiologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari hubungan antara

manusia sehingga sikap atau perilaku kegiatan yang dipelajari dalam

kedudukannnya di dalam masyarakat termasuk di dalamnya perubahan–

perubahan sosial yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat tersebut.

(Soekanto, 1990 : 17).

Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma

struktur fungsional, dimana obyek studi berupa sesuatu yang saling

berhubungan antara teori dan fakta Sesuai dengan pendapat William J Goode

1985, sesuatu yang realitas. Dengan kata lain bahwa antara teori dan fakta

memiliki hubungan timbal balik dan saling berkaitan dan lebih identic dengan

sebuah hasil “spekulasi” pemikiran dan apabila hasil spekulasi tersebut

terbuktu maka teori menjadi fakta.Karena itu bahwa fakta-fakta adalah hasil

observasi, observasi yang tidak sembarangan, penuh arti dan relevant (sesuai

dengan tujuan : berhubungan dengan hal yang sedang ditangani) secara

teori.(Metode-metode peneltian social William J.Goode).

Dengan demikian maka penyimpangan adalah setiap perilaku yang

dinyatakan sebagai suatu pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau

masyarakat. Dan hal ini, tentunya menimbulkan berbagai masalah. Misalnya,

kekacauan keluarga yang dapat ditafsirkan sebagai pecahnya suatu unit

kesatuan social terkecil (keluarga), terputusnya atau retaknya struktur peran

sosial jika satu atau beberapa anggota gagal menjalankan kewajiban peran

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Batasan Konsep 1. KDRT · disorganisasi, bilamana ia tidak ingin larutkan kedalam penjelasam psikologis mengenai agretivitas bawaan, turunan atau pun kebengalan

19

mereka secukupnya. Disorganisasi suatu keluarga berkaitan erat dengan

disharmonisasi dalam suatu keluarga, yang berada dalam suatu masyarakat

secara keseluruhan. Kasus keluarga diawali dengan pasangan suami istri yang

menjalankan bahtera perkawinan yang mengharapkan kebahagiaan selamanya

tidak terwujud.

Sedangkan menurut teori William J. Goode dalam bukunya “sosiologi

keluarga th 1985” disharmonis keluarga (kekacauan keluarga) adalah

pasangan suatu unit keluarga, terputusnya atau retaknya struktur peran sosial

jika satu atau beberapa anggota gagal menjalankan kewajiban mereka

secukupnya, dapat dikatakan disharmonis merupakan struktur keluarga masih

lengkap didalamnya kurang adanya perhatian kepada keluarga khususnya

untuk anak, orang tua sering bertengkar, kurang komunikasi dan tidak ada

kesatuan dalam keluarga.

Dapat dikatakan bahwa Konflik Realitas yaitu konflik dari kekecewaan

terhadap tuntutan runtuhan khusus yang terjadi dalam hubungan dan dari

perkiraan kemungkinan keuntungan para partisipan, yang ditujukan pada

obyek yang dianggap mengecewakan. Konflik Realitas memiliki ciri antara

lain : Konflik muncul dari frustasi atas tuntutan khusus dalam hubungan dan

dari perkiraan keuntungan anggota yang diarahkan pada obyek frustasi. Di

samping itu, konflik merupakan keinginan untk mendapatkan sesuatu.

Konsep teori ini adalah wewenang dan posisi. Keduanya merupakan

fakta social. Distribusi kekuasaan dan wewenang secara tidak merata tanpa

kecuali menjadi faktor yang menentukan konflik sosial secara sistematis.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Batasan Konsep 1. KDRT · disorganisasi, bilamana ia tidak ingin larutkan kedalam penjelasam psikologis mengenai agretivitas bawaan, turunan atau pun kebengalan

20

Perbedaan wewenang adalah suatu tanda dari adanya berbagai posisi dalam

masyarakat. Perbedaan posisi serta perbedaan wewenang di antara individu

dalam masyarakat itulah yang harus menjadi perhatian utama para sosiolog.

Struktur yang sebenarnya dari penyimpangan harus diperhatikan di dalam

susunan peranan sosial yang dibantu oleh harapan-harapan terhadap

kemungkinan mendapatkan dominasi. Tugas utama menganalisa penelitian

adalah mengidentifikasi berbagai peranan kekuasaan dalam masyarakat.

Bagi William J. Goode bahwa struktur sosial ada di dalam dirinya

sendiri dan bergerak sebagai kendala, dan mengungkapkan penyimpangan

dalam keluarga harus mencari nilai-nilai serta kepentingan-kepentingan yang

tertanam secara struktural sehingga membuat manusia saling terlibat dalam

disorganisasi, bilamana ia tidak ingin larutkan kedalam penjelasam psikologis

mengenai agretivitas bawaan, turunan atau pun kebengalan manusia, dan

bersifat fungsional

Wlliam J. Goode menyatakan bahwa semakin dekat suatu hubungan

semakin besar kasih sayangyang sudah tertanam, sehingga dimana keterlibatan

total para partisipan membuat pengungkapan perasaan yang demikian

merupakan bahaya bagi hubungan tersebut. Apabila hubungan tersebut benar-

benar melampaui batas sehingga menyebabkan ledakan yang membahayakan

hubungan tersebut, seperti contoh penyimpangan antara suami-istri yang mana

dapat menimbulkan kekerasan dalam rumah tangga.

Teori William J.Goode (Tahun 1985) dalam sosiologi keluarga ini

merumuskan perhatiannya kepada hubungan antara akibat dari tingkah laku

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Batasan Konsep 1. KDRT · disorganisasi, bilamana ia tidak ingin larutkan kedalam penjelasam psikologis mengenai agretivitas bawaan, turunan atau pun kebengalan

21

yang terjadi dalam lingkungan aktor. Ini berarti bahwa teori ini berusaha

menerangkan tingkah laku yang terjadi dimasa sekarang melalui kemungkinan

akibatnya yang berlaku di masa yang akan datang( Ritzer, 1985 : 85-86 )

termasuk tindak kekerasan.

Adapun fungsi Keluarga mencakup beberapa fungsi, antara lain

1. Fungsi Afektif, yaitu dimana fungsi ini mencakup kasih sayang dalam

keluarga atau fungsi internal keluarga dan dasar kekuatan negara,

didalamnya terkait dengan saling mengasihi, saling endukung dan saling

menghargai antar anggota keluarga.

2. Fungsi Pendidikan dimana fungsi ini bertujuan untuk membimbing dan

mengarahkan, pengendali dan pembimbing, membekali, dan

mengembangkan pengetahuan nilai dan ketrampilan bagi anak-anaknya

sehingga mampu menghadapi tantangan hidup dimasa yang akan

datang.Selain itu keluarga juga diharapkan dapat mencetak anak agar

mempunyai kepribadian yang nantinya dapat dikembangkan dalam

lembaga-lembaga berikutnya

3. Fungsi ekonomi : Fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh

anggota keluarganya, yaitu sandang, pangan, dan papan ( www.fungsi

keluarga ekonomi )

4. Fungsi Perlindugan : Dalam hal ini setiap anggota keluarga wajib

memberikan perlindungan kepada anggota keluarga yang lain. Agar

mereka merasa aman, nyaman, dan terlindung. ( www.fungsi pemdidikan

keluarga.com)

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Batasan Konsep 1. KDRT · disorganisasi, bilamana ia tidak ingin larutkan kedalam penjelasam psikologis mengenai agretivitas bawaan, turunan atau pun kebengalan

22

5. Fungsu Reproduksi : Fungsi keluarga untuk meneruskan kelangsungan

keturunan dan menambah sumber daya manusia.

Apabila fungsi-fungsi tersebut tidak dijalankan dengan baik didalam

keluarga maka fungsi tersebut dapat berubah menjadi disfungsi yang

artinya tidak dapat berfungsi dengan normal sebagaimana mestinya.Akibat

dari disfungsi ini maka akan timbul konflik di dalam keluaarga.

Menurut Cooser (1956) yaitu Teori Konflik, dimana obyek studi berupa

sesuatu yang realitis dan non realistis. Sesuai dengan pendapat Coser Konflik

Realistas yaitu konflik dari kekecewaan terhadap tuntutan runtuhan khusus

yang terjadi dalam hubungan dan perkiraan kemungkinan keuntungan para

partisipan, yang ditunjukkan pada obyek yang dianggap mengecewakan.

(www.teori Coser.com). Dalam penelitian ini berpijak pada teori konflik

realistis, contohnya :

1. Frustasi yaitu keadaan batin seseorang atau ketidakseimbangan dalam

jiwa karena ketidakpuasan atau hasrat/dorongan yang ridak dapat

terpenuhi.

2. Depresi adalah suatu kondisi yang lebih dari suatu keadaan sedih, dan

menyebabkan terganggunya aktivitas social sehari-harinya.

3. Ekonomi yaitu dimana pemenuhan dalam kebutuhan hidup sehari hari

masih sangatlah berkurang, hal ini dikarenakan pendapat yang minim.

Suatu tindak kekerasan baik yang dilakukan terhadap orang dewasa

atau terhadap anak – anak merupakan bentuk perilaku yang menyimpang,

yang dapat menimbulkan akibat sesudahnya bagi obyek tindak kekerasan, dan

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Batasan Konsep 1. KDRT · disorganisasi, bilamana ia tidak ingin larutkan kedalam penjelasam psikologis mengenai agretivitas bawaan, turunan atau pun kebengalan

23

menimbulkan ganjaran (reward) yang negative bagi aktor yang melakukan

tindak kekerasan.

Tindak kekerasan yang dilakukan oleh seseorang tentu saja merupakan

yang merugikan bagi siapa saja yang menjadi korban. Kekerasan merupakan

salah satu bentuk kontes kekuasaan orang dewasa terhadap anak yang

dimaksudkan anak merasa takut dan tunduk pada kemauan atau aturan yang

dibuat oleh orang dewasa. Kekerasan juga digunakan sebagai alat disiplin dan

penghukuman dibanyak institusi keluarga dan sekolah.

C. Penelitian Terdahulu

Penulisan skripsi ini mengacu kepada penelitian sejenis yang

sebelumnya telah dilakukan mengenai tindak kekerasan dalam rumah tangga

yang berdampak kepada anak. Yang pertama yaitu penelitian yang dilakukan

oleh Sellie Feranie,M.Si dalam penelitiannya yang berjudul Kekerasan Dalam

Rumah Tangga pada tahun 2006 beranggapan bahwa Kkekerasan Dalam

Rumah Tangga identic dengan kentalnya budaya patriarki yang masih kental

dalam budaya budaya setiap perempuan, kedua adalah UU PDKDRT yang

belum terorsialisasi secara optimal dan juga hal ini ditunjukkan dengan

sedikitnya keeberanian untuk mengadukan kasus domestic violence yang

dialami perempuan-perempuan di kota Bandumg. Pandangan masyarakat yang

menganggap bahwa masalah kekerasan dalam rumah tangga adalah urusan

suami-istri yang bersangkutan, yang harus diselesaikan oleh mereka berdua,

juga turut menghambat prosese perlindungan terhadap perempua. Sebagian

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Batasan Konsep 1. KDRT · disorganisasi, bilamana ia tidak ingin larutkan kedalam penjelasam psikologis mengenai agretivitas bawaan, turunan atau pun kebengalan

24

besar masyarakat juga berpendapat bahwa campurtangan pihak lain seperti

keluarga,masyarakat, maupun pemerintah dianggap tidak lazim.

Penelitian kedua dilakukan oleh Julie L. Crouch, joel S. Milner dan

Cynthia Thomsen dalam hasil penelitiannya tentang Childhood Physical

Abuse, Early Sosial Support, And Risk For Maltreatment : Current Sosial

Support As A Mediator Of Risk for Child Physical Abuse.Chilhood physical

abuse and early sosial support cavaried, such that receipt of physical abuse

was associated with lower levels of perceived early sosial support. Early

support,butnot child physical abuse, had an indirect (i. e., trough current

support) on child physicalabuse risk, More specifically, levels of early support

were directlyrelatedto adult perceptions of support, and adult perceptions of

support were inversely associated with child physical abuse risk. Chilhood

physical abuse was directly related to child physical abuse risk.

Low levels of early support may impact risk for child physical abuse by

affecting perceptions of others as supportive in adulthood. The receipt of

physical abuse in childhood, however, does not appear to impact perceptions

of support in adulthood. Research is needed to identify additional factors that

may explain the association between receipt of physical abuse in childhood

and increased risk of child physical abuse in adulthood.

Hasil penelitiannya yang dikutip dari www.questia.com/ jurnals

menyatakan bahwa penyalahgunaan fisik terhadap orang lain yang tak lain

adalah pasangan hidup didalam anggota keluarga akan mempengaruhi

persepsi anak pada masa dewasa yang tak lain dampaknya terhadap

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Batasan Konsep 1. KDRT · disorganisasi, bilamana ia tidak ingin larutkan kedalam penjelasam psikologis mengenai agretivitas bawaan, turunan atau pun kebengalan

25

pendidikan formal anak anak sikap anak dimasa dewasa akan terpengaruh

dengan resiko kekerasan yang pernah diterimanya ketika masa kanak–kanak.

Data dianalisis korelasinya memberikan bukti empiris atas pengaruh negatif

jangka panjang trauma menyaksikan dan mengalami KDRT masa kanak. Studi

2 tidak menemukan hubungan antara trauma KDRT dengan pengalaman

sebagai korban kekerasan dalam relasi intim, namun dipertimbangkan

hubungan ini dapat terjadi secara tidak langsung. Diharapkan penelitian ini

dapat menjadi awal pengembangan studi longitudinal efek trauma terhadap

fungsi psikofisik manusia.

Penelitian yang ketiga adalah oleh Assegaf (2002), Hubungan antara situs

krisis dan kekerasan tidak hanya berdampak pada kehidupan sehari–hari,

namun juga berdampak pada kondisi pendidikan saat ini, tidak hanya krisis

ekonomi dan moneter, tapi juga krisis moral. Dalam penelitiannnya

menyatakan bahwa Kondisi dan pemicu kekerasan dalam rumah tangga

memberikan gambaran nyata tindak kekerasan terjadi di lembaga keluarga

sebagai akibat adanya krisis multidimensi, namun lebih mengarah pada krisis

moral. Adanya bentuk kekerasan dalam rumah tangga yang masih merajalela

merupakan indicator bahwa proses atau aktivitas hubungan keluarga masih

jauh dari nilai–nilai kemanusiaan. Disinilah urgensi humanisasi pendidikan.

Humanisasi pendidikan merupakan upaya untuk meyiapkan generasi yang

cerdas nalar, cerdas emosionalnya, dan cerdas spiritualnya, bukan

menciptakan manusia yang kerdil, pasif, dan tidak mampu mengatasi

persoalan yang dihadapi. Pendidikan bukan hanya memberikan keleluasaan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Batasan Konsep 1. KDRT · disorganisasi, bilamana ia tidak ingin larutkan kedalam penjelasam psikologis mengenai agretivitas bawaan, turunan atau pun kebengalan

26

terhadap pengabdian spiritual, melainkan yang lebih penting lagi harus

memungkinkannya berbagai peristiwa tragis kemanusiaan seperti penindasan,

pembodohan, terror, radikalisme, keterbelakangan, dan permasalahan

lingkungan. Agar wawancara kemanusiaan tanpa kekerasan tetap

dikedepankan dalam pendidikan, kurikulum harus menyajikan materi yang

memungkinkan bagi tumbuhnya sikap kritis bagi peserta didik. Agar

pendidikan berjalan tanpa kekerasan, maka perlu dipertimbangkan dalam

sebuah lembaga pendidikan adalah nialian yang efektif, penerapan metode

pembelajaran yang humanis, dan internalisasi nilai – nilai islam, moral dan

budaya nasional dalam keseluruhan proses pendidikan. Untuk itu, pemahaman

yang cukup tentang pendidikan yang humanis perlu diketahui semua pihak

yang terlibat dalam pendidikan.

Penelitian keempat yang dilakukan oleh Rochmat Wahab (2004), Setiap

keluarga memimpikan dapat membangun keluarga yang harmoni, bahagia,

dan saling mencintai. Namun pada kenyataannya banyak keluarga yang

merasa tidak nyaman, tertekan, sedih karena terjadi kekerasan dalam rumah

tangga, baik kekerasan bersifat fisik, psikologis maupun seksual, emosional

maupun penelantaran. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dapat

disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal, baik secara sendiri- sendiri

maupun bersama – sama, terlebih–lebih di era terbuka dan informasi yang

kadang kala budaya kekerasan yang muncul lewat informasi tidak bisa terfilter

pengaruh negatifnya terhadap kenyamanan hidup dalam rumah tangga.

Kondisi yang demikian cenderung mengganggu dan menghambat

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Batasan Konsep 1. KDRT · disorganisasi, bilamana ia tidak ingin larutkan kedalam penjelasam psikologis mengenai agretivitas bawaan, turunan atau pun kebengalan

27

perkembangan anak, sehingga mereka tidak bisa tumbuh dan berkembang

secara natural, bahkan menghambat anak berprestasi di sekolah, untuk dapat

menyelamatkan pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal, kiranya

perlu dilakukan penanganan secara psikologis dan edukatif terhadap kasus

KDRT, baik yang sifatnya kuratif maupun preventif, sehingga bukan saja

berarti pelaku dari KDRT, melainkan utamanya bagi pelaku korban KDRT,

melainkan utamanya bagi korban KDRT dan masyarakat secara lebih luas.

Penelitian Kelima yang dilakukan oleh Nini Fachrina, MSi (2007)

berdasarkan hasil penelitian sesuai dengan tujuan dilakukannya penelitian ini

maka dapat disimpulkan bahwa kekerasan terhadap perempuan dalam

keluarga, dalam hal ini tindakan suami terhadap istri ditemui terjadi dalam

masyarakat Minangkabau dalam berbagai bentuk Kekerasan Ekonomi, dan

sebagian kecil kekerasan seksual. Faktor yang melatarbelakangi terjadinya

tindakan KDRT terhadap istri secara umum ditemui bervariasi. Mulai dari

karena emosional atau ksal terhadap perilaku istri, tidak patuh kepada suami,

pertengkaran karena masalah anak, ekonomi, tidak beres mengurus rumah

tangga sampai karena factor cemburu.

Penelitian yang keenam yang dilakukan oleh John Dirk Pasalobessy, 2005.

Dalam hasil penelitiannya tentang violence is not just an individual problem

or a national problem, but is already non-.global problem, even transnational.

In the context of human rights, as human beings, women and children also

have the same rights. Efforts to prevent or cope with a variety of behaviors

and violence experienced by women and children already have received

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Batasan Konsep 1. KDRT · disorganisasi, bilamana ia tidak ingin larutkan kedalam penjelasam psikologis mengenai agretivitas bawaan, turunan atau pun kebengalan

28

serious attention and treatment. Therefor, the approach in handling these

issues must be integrated, where in addition to the legal approach should

also consider non-legal approach which is precisely the cause of violence.

Dalam penelitiannya mengemukakan tentang

Kekerasan bukan hanya masalah individu atau masalah nasional, tetapi sudah

menjadi masalah global, bahkan transnasional. Dalam konteks hak asasi manusia,

sebagai manusia, perempuan dan anak-anak juga memiliki hak yang sama. Upaya

untuk mencegah atau mengatasi berbagai perilaku dan kekerasan yang dialami

oleh perempuan dan anak-anak sudah mendapat perhatian dan penanganan serius.

Oleh karena itu, pendekatan dalam menangani isu-isu ini harus terintegrasi, di

mana selain pendekatan hukum juga harus mempertimbangkan pendekatan non-

hukum yang justru merupakan penyebab kekerasan. Dalam konteks perlindungan

HAM, sebaagai manusia, perempuan dan anak juga memiliki hak yang sama

dengan manusia yang lainnya, yakni hak yang sudah melekat secara alamiah sejak

ia dilahirkan , dan tanpa itu manusia terutama wanita dan anak tidak bisa hidup

sebagai manusia secara wajar.Kekerasan terhadap perempuan merupakan

rintangan terhadap keberhasilan pembangunan. Bagimanapun tindak kekerasan

akan berdampak pada kurangnya rasa percaya diri,menghambat perempuan untuk

berpartisipasidalam kegiatan social, mengganggu kesehatannya, dan berdampak

pada perkembangan ekonomi, politik, social budaya serta fisik. Demikian juga

dengan anak kepercayaan pada diri sendiri dalam pertumbuhan jiwanya akan

terganggu dan menghambat proses perkembangan jiwanya dimasa depan.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Batasan Konsep 1. KDRT · disorganisasi, bilamana ia tidak ingin larutkan kedalam penjelasam psikologis mengenai agretivitas bawaan, turunan atau pun kebengalan

29

Akan tetapi dalam penelitian ini mengemukakan bahwa KDRT dalam

keluarga miskin pendapatannya berkurang dalam memenuhi kebutuhan hidup

keluarga, sehingga muncullah disharmonisasi sebagai pemicu konflik antara

suami istri dan terjadi KDRT yang berdampak negatif pada pendidikan formal

anak.

D. Kerangka Berpikir

Suatu Perilaku Sosial yang terjadi diantara pelaku dan korban di dalam

rumah tangga di wilayah Semanggi, Pasar Kliwon, Surakarta adalah perbuatan

yang saling berkaitan dan membawa dampak. Dimana di dalam keluarga

terdapat disintegrasi sosial berupa konflik suami dan istri yang dapat

menimbulkan kekerasan di dalam keluarga “KDRT” yang sangat berdampak

pada anak terutama pada pendidikan formal anak. KDRT dan dampaknya

terhadap pendidikan formal anak, dapat digambarkan dalam bagan sebagai

berikut :

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Batasan Konsep 1. KDRT · disorganisasi, bilamana ia tidak ingin larutkan kedalam penjelasam psikologis mengenai agretivitas bawaan, turunan atau pun kebengalan

30

Gambar 1. Kerangka Berpikir

Putus Sekolah

Keluarga Miskin

Faktor Non Ekonomi

- Ketidakharmonisan

- Saling tidak percaya

- Kecemburuan

Faktor Ekonomi

- Pendapatan Rendah

- Keadaan Rumah

KDRT

- Kekerasan Fisik

- Kekerasan Psikis

- Kekerasan Ekonomi

Dampak Terhadap Pendidikan Formal Anak

Depresi Proses belajar anak tidak fokus/

terganggu atau prestasi menurun

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Batasan Konsep 1. KDRT · disorganisasi, bilamana ia tidak ingin larutkan kedalam penjelasam psikologis mengenai agretivitas bawaan, turunan atau pun kebengalan

31

Dari bagan diatas dapat dilihat alur berfikir dari penelitian ini berawal

dari sebuah keluarga, bagian pertama atau tingkat paling atas ditempati oleh

keluarga miskin. Dalam hal ini perlu adanya pemahaman tentang definisi

keluarga miskin

Kemudian untuk tingkat ke dua adalah faktor keluarga miskin, ada dua

faktor penyebab terjadinya keluarga miskin yaitu faktor ekonomi dan faktor

non ekonomi. Masing-masing faktor terdapat penyebab pula yang dapat

mendorong KDRT itu terjadi yaitu pendapatan rendah serta keadaan rumah

yang tidak layak huni, kemudian faktor non ekonomi terdapat faktor

pendorong yaitu ketidakharmonisan, kecemburuan, dan saling tidak percaya.

Menurut teori William J. Goode dalam struktur fungsional keluarga Ada

beberapa fungsi dalam keluarga itu sendiri antara lain fungsi afektif, fungsi

pendidikan, fungsi perlindungan, fungsi ekonomi, fungsi reproduksi (William

J.Goode, 1985). Apabila fungsi-fungsi tersebut tidak berjalan dengan

semestinya dalam keluarga maka fungsi tersebut berubah menjadi disfungsi

dalam keluarga yang mana dapat mengakibatkna konflik itu sendiri muncul

dalam rumah tangga. Menurut teori Coser dalam teori konflik ada 2 yaitu

realistas dan nin realistas, namun dalam penelitian ini teori konflik yang

digunakan adalah teori konflik realistas yang mana konflik ini benar-benar

terjadi didalam rumah tangga akibat fungsi-fungsi dan wewenang tidak

berjalan dengan selayknya sehingga menimbulkan Kekerasan Dalam Rumah

Tangga.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Batasan Konsep 1. KDRT · disorganisasi, bilamana ia tidak ingin larutkan kedalam penjelasam psikologis mengenai agretivitas bawaan, turunan atau pun kebengalan

32

Dan untuk tingkatan selanjutnya adalah Kekerasan Dalam Rumah

Tangga,dimana kedua factor pemicu tersebut yaitu factor kemiskinan dan

factor non ekonomi yang berawal dari keluarga miskin dapat menimbulkan

adanya Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Berbagai bentuk kekeraasan dalam

rumah tangga yaitu Kekerasan Fisik, Kekerasan Psikis,dan Kekerasan

Ekonomi.

Akibat dari Kekerasan Dalam Rumah Tangga dapat mengakibatkan

dampak terhadap pendidikan formal anak. Sedangkan lembaga pendidikan

merupakan tempat dimana proses pewarisan sifat dasar dan segala bentuk

pengetahuan yang baik itu berlangsung. Adanya dampak terhadap pendidikan

formal anak yaitu anak menjadi depresi, Kesulitan Belajar, dan mengalami

Putus Sekolah.

E. Definisi konseptual

1. Keluarga Miskin adalah Keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk

memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, tempat berlindung,

kesehatan, bahkan pendidikan sehingga kondisi ini rentan terhadap

timbulnya permasalahan social yang lain di dalam keluarga.

2. Ada dua factor pemicu terjadinya Kekerasan Dalam Rumah Tangga yaitu

Faktor Kemiskinan dan Faktor Non Ekonomi. Faktor Kemiskinan itu

sendiri merupakan factor pemicu yang mana dipandang sebagai kondisi

sekelompok orang yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya secara layak

untuk menempuh dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Batasan Konsep 1. KDRT · disorganisasi, bilamana ia tidak ingin larutkan kedalam penjelasam psikologis mengenai agretivitas bawaan, turunan atau pun kebengalan

33

Faktor Ekonomi itu sendiri disebabkan beberapa penyebab yaitu

pendapatan rendah dan keadaan rumah. Pendapatan Rendah yaitu dimana

penghasilan kita kurang dari standart dan tidak bisa memenuhi kebutuhan

hidup sehari-hari di dalam keluarga. Kemudian penyebab dari Faktor

Kemiskinan yaitu Keadaan Rumah, dimana kondisi tempat tinggal yang

tidak layak untuk dijadikan tempat tinggal yang mana dapat

mengakibatkan konflik antara keluarga dan tidak adanya kenyamanan

dalam hidup. Kemudian factor pemicu dari KDRT selanjutnya adalah

Faktor Non Ekonomi. Penyebab timbulnya Faktor Non Ekonomi di dalam

penelitian ini ada tiga yaitu Ketidakharmonisan, Kecemburuan, dan Saling

tidak percaya. Ketidakharmonisan keluarga dimana antara anggota

keluarga merasa tidak disayang atau tidak dihargai bahkan tidak

dihiraukan ataupun merasa tersisih dalam rumah tangga, serta seringnya

terjadinya konflik antara suami dan istri sehingga kekerasan dalam rumah

tangga itu terjadi.Kemudian Ketidak saling percayaan yang mempengaruhi

persepsi. Selanjutnya Kecemburuan rasa cemburu sering terjadi antar

pasangan dan biasanya tumbuh secara subur dalam cinta antar lawan jenis

karena cinta dalam hubungan lawan jenis bersifat eksklusif.

3. KDRT adalah suatu hal yang mengilustrasikan sifat keras, adanya

pemaksaan, memuat kekuasaan, serta adanya pelanggarang terhadap hak

asasi manusia, yang dapat dilakukan oleh individu maupun kelompok,

dapat terjadi kapan saja dan dimana saja, dengan berbagai pemicu dan

tujuan yang ,elatarbelakangi tindakan tersebut, jadi Kekerasan dalam

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Batasan Konsep 1. KDRT · disorganisasi, bilamana ia tidak ingin larutkan kedalam penjelasam psikologis mengenai agretivitas bawaan, turunan atau pun kebengalan

34

lembaga keluarga adalah perilaku yang memuat pemaksaan, kekuasaan,

dan pelanggaran aturan yang mengarah pada pelanggaran hak asasi

manusia yang terjadi dalam lembaga keluarga serta melibatkan anggota

keluarga atau struktur lembaga keluarga.

4. Dampak Pendidikan Formal, pendidikan merupakan usaha yang dilakukan

seseorang secara sadar dan sistematis, yang ditujukan kepada anak, dengan

tujuan untuk mewariskan segala bentuk pengetahuan, sifat dasar dan tabiat

yang baik dari satu generasi ke generasi berikutnya. Lembaga pendidikan

formal adalah tempat dimana proses pewarisan sifat dasar dan segala

bentuk pengetahuan yang baik, yang dilakukan oleh guru terhadap siswa

sebagai struktur utama dalam lemabaga pendidikan formal. Jadi dampak

itu sendiri adalah Pengaruh atau akibat dalam setiap keputusan yang

diambil, baik yang berpengaruh dalam positif maupun negatif. Namun

didalam penelitian ini diutarakan dampak negatif dalam penddidikan

formal anak akibat dari KDRT, antara lain :

a. Depresi Anak

Merupakan pengaruh yang terjadi akibat peristiwa yang terjadi di

lingkungan yang berupa gangguan mental umum yang ditandai dengan

kesedihan, perasaan bersalah, kesulitan berkonsentrasi yang dapat

mengakibatkan terganggunya aktivitas dalam proses belajar.

b. Proses belajar anak tidak focus/ terganggu atau prestasi menurun

Ini disebabkan karena kurangnya perhatian dan pola asuh orang tua

dalam menerapkan proses asuhan atau pengajaran terhadap pentingnya

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Batasan Konsep 1. KDRT · disorganisasi, bilamana ia tidak ingin larutkan kedalam penjelasam psikologis mengenai agretivitas bawaan, turunan atau pun kebengalan

35

pendidikan formal yang dikarenakan adanya kekerasan dalam rumah

tangga

c. Putus Sekolah

Adalah proses berhentinya siswa secara terpaksa sari suatu lembaga

pendidikan formal.Hal ini terjadi apabila si anak kurang adanya niat

dalam menempuh pendidikan formal dan kurangnya pengawasan serta

perhatian dari orang tua itu sendiri.