bab ii tinjauan pustaka a. balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5872/3/dimas akhmad...

28
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita 1. Pengertian Balita adalah bayi dan anak yang berusia tahun kebawah (Marimbi, 2010). Balita merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak yang sangat pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya (Supartini, 2004). Menurut Muaris (2006), anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun. Menurut Sutomo dan Anggraeni (2010), balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain masih terbatas. Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan. Hubungan Antara Perilaku..., Dimas Akhmad Ardiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Upload: others

Post on 01-Oct-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5872/3/Dimas Akhmad Ardiyanto BAB II.pdf · a. Sistem pernafasan adalah nafas tak teratur dan cepat, retraksi/tertariknya

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Balita

1. Pengertian

Balita adalah bayi dan anak yang berusia tahun kebawah (Marimbi,

2010). Balita merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak yang sangat

pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya (Supartini, 2004). Menurut

Muaris (2006), anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas

satu tahun atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima

tahun.

Menurut Sutomo dan Anggraeni (2010), balita adalah istilah umum

bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia

batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan

kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan

berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain

masih terbatas.

Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh

kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi

penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode

selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang

berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut

golden age atau masa keemasan.

Hubungan Antara Perilaku..., Dimas Akhmad Ardiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5872/3/Dimas Akhmad Ardiyanto BAB II.pdf · a. Sistem pernafasan adalah nafas tak teratur dan cepat, retraksi/tertariknya

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa balita adalah

bayi dan anak yang berusia 5 tahun kebawah yang perkembangan dan

pertumbuhan di masa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan

perkembangan anak di periode selanjutnya.

2. Karakteristik Balita

Karakteristik balita terbagi dalam dua kategori yaitu anak usia 1 – 3

tahun (batita) dan anak usia prasekolah (Uripi, 2004). Anak usia 1-3 tahun

merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang

disediakan ibunya. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa

usia pra-sekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar.

Namun perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang

mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil dari anak yang usianya

lebih besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil

dengan frekuensi sering.

Pada usia pra-sekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah

dapat memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini anak mulai bergaul

dengan lingkungannya atau bersekolah playgroup sehingga anak

mengalami beberapa perubahan dalam perilaku. Pada masa ini anak akan

mencapai fase gemar memprotes sehingga mereka akan mengatakan

“tidak” terhadap setiap ajakan. Pada masa ini berat badan anak cenderung

mengalami penurunan, akibat dari aktivitas yang mulai banyak dan

pemilihan maupun penolakan terhadap makanan. Diperkirakan pula bahwa

Hubungan Antara Perilaku..., Dimas Akhmad Ardiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5872/3/Dimas Akhmad Ardiyanto BAB II.pdf · a. Sistem pernafasan adalah nafas tak teratur dan cepat, retraksi/tertariknya

anak perempuan relative lebih banyak mengalami gangguan status gizi bila

dibandingkan dengan anak laki-laki (BPS, 1999).

B. Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA)

1. Definisi ISPA

Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) merupakan penyakit utama

penyebab penyakit kematian bayi dan sering menempati urutan pertama

angka kesakitan balita. Penanganan dini terhadap penyakit ISPA terbukti

dapat menurunkan kematian (Widoyono, 2008).

ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang berlangsung sampai 14

hari. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung

paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti sinus, ruang telinga tengah

dan selaput paru (Setiowulan, 2001).

Dalam penentuan klasifikasi penyakit ISPA dibedakan atas 2

kelompok yaitu kelompok umur 2 bulan sampai ≤ 5 tahun dan kelompok

umur < 2 bulan. Klasifikasi untuk kelompok 2 bulan sampai ≤ 5 tahun yaitu

(Dinkes Jateng, 2005) :

a. Pneumonia berat

b. Pneumonia

c. Bukan pneumonia

Klasifikasi untuk kelompok umur < 2 bulan dibagi atas:

a. Pneumonia berat

b. Bukan pneumonia

Hubungan Antara Perilaku..., Dimas Akhmad Ardiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5872/3/Dimas Akhmad Ardiyanto BAB II.pdf · a. Sistem pernafasan adalah nafas tak teratur dan cepat, retraksi/tertariknya

Dalam pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) klasifikasi

untuk kelompok umur < 2 bulan adalah infeksi serius dan infeksi bakteri

lokal

2. Penyebab ISPA

Penyebab ISPA terdiri dari :

a. Bakteri penyebab ISPA

Bakteri penyebab ISPA antara lain Genus Streptococcus, Staphylococcus,

Pneumococcus, Hemofilus, Bordetella dan Corynebacterium.

b. Virus

Virus penyebab ISPA antara lain golongan Miksovirus, Adenovirus,

Koronavirus, Pikomavirus, Mikooplasma, Herpesvirus dan lain-lain.

c. Jamur

Jamur penyebab ISPA antara lain Aspergilus sp, Candida albicans,

Histoplasma.

d. Aspirasi

Aspirasi penyebab ISPA antara lain makanan, asap kendaraan bermotor,

cairan amnion pada saat lahir, benda asing (mainan plastik, biji – bijian

dll) dan penggunaan kipas angin (Mandal et.al, 2008).

3. Gejala dan Tanda ISPA

Gejala dari ISPA adalah badan pegal-pegal (myalgia), beringus

(rhinorrhea), batuk, sakit kepala, sakit pada tengorokan. Tanda-tanda klinis

dari ISPA adalah (Widoyono, 2008) :

Hubungan Antara Perilaku..., Dimas Akhmad Ardiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5872/3/Dimas Akhmad Ardiyanto BAB II.pdf · a. Sistem pernafasan adalah nafas tak teratur dan cepat, retraksi/tertariknya

a. Sistem pernafasan adalah nafas tak teratur dan cepat, retraksi/tertariknya

kulit kedalam dinding dada, nafas cuping hidung, sesak kebiruan, suara

nafas lemah atau hilang, suara nafas seperti ada cairannya sehingga

terdengar keras.

b. Sistem peredaran darah dan jantung denyut jantung cepat atau lemah,

hipertensi, hipotensi dan gagal jantung.

c. Sistem saraf adalah gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung,

kejang dan coma.

d. Hal umum adalah letih dan berkeringat banyak.

e. Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun

adalah tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi

buruk.

f. Tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah

kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari

setengah volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun,

mendengkur, mengi, demam dan dingin.

4. Cara Penularan ISPA

Penulran ISPA menurut Alsagaff (2002), yaitu:

a. Air ludah

b. Darah

c. Udara pernafasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang

sehat ke saluran pernafasannya.

Hubungan Antara Perilaku..., Dimas Akhmad Ardiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5872/3/Dimas Akhmad Ardiyanto BAB II.pdf · a. Sistem pernafasan adalah nafas tak teratur dan cepat, retraksi/tertariknya

Selain itu, faktor lingkungan rumah seperti ventilasi juga berperan

dalam penularan ISPA dimana ventilasi berguna untuk penyediaan udara

segar ke dalam dan pengeluaran udara dari ruang tertutup. Kurangnya

ventilasi akan menyebabkan kurangnya oksigen dan udara segar kedalam

rumah menyebabkan naiknya kelembaban udara, selain itu dapat

menyebabkan terakumulasinya polutan di dalam rumah khususnya kamar

tidur sehingga memudahkan terjadinya penularan (Umbul, 2004).

5. Faktor risiko ISPA

Secara umum terdapat 3 (tiga) faktor resiko terjadinya ISPA yaitu

faktor lingkungan, faktor individu anak , serta faktor perilaku.

a. Faktor lingkungan

1) Pencemaran udara dalam rumah

Asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk

memasak dengan konsentrasi tinggi dapat merusak mekanisme

pertahan paru sehingga akan memudahkan timbulnya ISPA. Hal ini

dapat terjadi pada rumah yang keadaan ventilasinya kurang dan dapur

terletak di dalam rumah, bersatu dengan kamar tidur, ruang tempat

bayi dan anak balita bermain. Hal ini lebih dimungkinkan karena bayi

dan anak balita lebih lama berada di rumah bersama ibunya sehingga

tingkat pencemaran tentunya akan lebih tinggi.

2) Kepadatan hunian rumah

Kepadatan hunian dalam rumah menurut keputusan menteri

kesehatan nomor 829/MENKES/SK/VII/1999 tentang persyaratan

Hubungan Antara Perilaku..., Dimas Akhmad Ardiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5872/3/Dimas Akhmad Ardiyanto BAB II.pdf · a. Sistem pernafasan adalah nafas tak teratur dan cepat, retraksi/tertariknya

kesehatan rumah, satu orang minimal menempati luas rumah 8 m².

Dengan kriteria tersebut, diharapkan dapat mencegah penularan

penyakit dan melancarkan aktivitas.

Keadaan tempat tinggal yang padat dapat meningkatkan faktor

polusi dalam rumah yang telah ada. Penelitian menunjukkan ada

hubungan bermakna antara kepadatan dan kematian dari

bronkopneumonia pada bayi, tetapi disebutkan bahwa polusi udara,

tingkat sosial, dan pendidikan memberi korelasi yang tinggi pada

faktor ini (Nastiti et al, 2008).

3) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Penyakit ISPA ini termasuk penyakit menular dan dipengaruhi

oleh faktor lingkungan seperti pencemaran udara dalam rumah,

kepadatan hunian dan keadaan rumah. Dengan perilaku hidup bersih

dan sehat akan menjadikan rumah yang bersih dan menyehatkan pula

sehingga penyakit ISPA dapat dicegah (Umbul, 2004).

Hubungan antara PHBS dengan kejadian ISPA dapat dilihat dari

hasil penelitian bahwa semakin baik PBHS maka kejadian ISPA dapat

diminimalisir atau berkurang. Menurut Rihadi dalam Vijay Khana

(2006) bahwa kesehatan lingkungan berangkat dari konsep

konvensional dari pencegahan, termasuk dalam upaya pencegahan

primer yang menekankan pencegahan secara dini kejadian suatu

penyakit, ditujukan terutama kepada penghambatan

perkembangbiakan dan penularan serta kontak manusia dengan agen,

Hubungan Antara Perilaku..., Dimas Akhmad Ardiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5872/3/Dimas Akhmad Ardiyanto BAB II.pdf · a. Sistem pernafasan adalah nafas tak teratur dan cepat, retraksi/tertariknya

vektor ataupun faktor risiko yang berhubungan dengan penyakit

(seperti kuman patogen, vektor dan polutan). Misalnya mencuci

tangan dengan air bersih dan sabun cukup efektif memutuskan mata

rantai infeksi bakteri. Demikian pula klonirasi air minum dapat

mengurangi pemajanan kuman patogen. Kedua upaya seperti ini

dicontohkan diatas dapat merupakan cara sederhana guna mengurangi

risiko timbulnya beberapa penyakit seperti ISPA, diare dan lain-lain.

b. Faktor individu anak

1) Umur anak

Sejumlah studi yang besar menunjukkan bahwa insiden penyakit

pernafasan oleh virus melonjak pada bayi dan usia dini anak-anak dan

tetap menurun terhadap usia. Insiden ISPA tertinggi pada umur 6 –12

bulan.

2) Berat badan lahir

Berat badan lahir menentukan pertumbuhan dan perkembangan

fisik dan mental pada masa balita. Bayi dengan berat badan lahir

rendah (BBLR) mempunyai risiko kematian yang lebih besar

dibandingkan dengan berat badan lahir normal, terutama pada bulan-

bulan pertama kelahiran karena pembentukan zat anti kekebalan

kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena penyakit infeksi,

terutama pneumonia dan sakit saluran pernafasan lainnya.

Hubungan Antara Perilaku..., Dimas Akhmad Ardiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5872/3/Dimas Akhmad Ardiyanto BAB II.pdf · a. Sistem pernafasan adalah nafas tak teratur dan cepat, retraksi/tertariknya

3) Status gizi

Keadaan gizi yang buruk muncul sebagai faktor risiko yang

penting untuk terjadinya ISPA. Beberapa penelitian telah

membuktikan tentang adanya hubungan antara gizi buruk dan infeksi

paru, sehingga anak-anak yang bergizi buruk sering mendapat

pneumonia.

4) Vitamin A

Sejak tahun 1985 setiap enam bulan posyandu memberikan

kapsul 200.000 IU vitamin A pada balita dari umur satu sampai

dengan empat tahun. Pemberian vitamin A yang dilakukan bersamaan

dengan imunisasi akan menyebabkan peningkatan titer antibodi yang

spesifik dan tampaknya tetap berada dalam nilai yang cukup tinggi.

5) Status Imunisasi

Bayi dan balita yang pernah terserang campak dan selamat akan

mendapat kekebalan alami terhadap pneumonia sebagai komplikasi

campak. Sebagian besar kematian ISPA berasal dari jenis ISPA yang

berkembang dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi

seperti difteri, pertusis, campak, maka peningkatan cakupan imunisasi

akan berperan besar dalam upaya pemberantasan ISPA (Nastiti et al,

2008).

c. Faktor perilaku

Faktor perilaku dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit

ISPA pada bayi dan balita dalam hal ini adalah praktik penanganan ISPA

Hubungan Antara Perilaku..., Dimas Akhmad Ardiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5872/3/Dimas Akhmad Ardiyanto BAB II.pdf · a. Sistem pernafasan adalah nafas tak teratur dan cepat, retraksi/tertariknya

di keluarga baik yang dilakukan oleh ibu ataupun anggota keluarga

lainnya. Bila salah satu atau beberapa anggota keluarga mempunyai

masalah kesehatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota keluarga

lainnya.

Peran aktif keluarga dalam menangani ISPA sangat penting

karena penyakit ISPA merupakan penyakit yang ada sehari-hari di dalam

masyarakat atau keluarga. Hal ini perlu mendapat perhatian serius oleh

kita semua karena penyakit ini banyak menyerang balita, sehingga ibu

balita dan anggota keluarga yang sebagian besar dekat dengan balita

mengetahui dan terampil menangani penyakit ISPA ini ketika anaknya

sakit.

Keluarga perlu mengetahui serta mengamati tanda keluhan dini

ISPA dan pneumonia serta kapan mencari pertolongan dan rujukan pada

sistem pelayanan kesehatan agar penyakit anak balitanya tidak menjadi

lebih berat. Berdasarkan hal tersebut, dapat diartikan dengan jelas bahwa

peran keluarga dalam praktik penanganan dini bagi balita sakit ISPA

sangatlah penting, sebab bila praktik penanganan ISPA tingkat keluarga

yang kurang/buruk akan berpengaruh pada perjalanan penyakit dari yang

ringan menjadi bertambah berat (Prabu, 2009).

6. Pencegahan ISPA

Pencegahan ISPA dapat dilaksanakan melalui pelaksanaan PHBS

yang meliputi mencuci tangan sampai bersih dengan menggunakan sabun

menyebabkan infeksi kuman dari luar keluarga terutama yang menular

Hubungan Antara Perilaku..., Dimas Akhmad Ardiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5872/3/Dimas Akhmad Ardiyanto BAB II.pdf · a. Sistem pernafasan adalah nafas tak teratur dan cepat, retraksi/tertariknya

melalui sentuhan tangan dapat dihindari. Upaya pencegahan ISPA juga

dapat dilakukan dengan meningkatkan daya tahan tubuh keluarga melalui

aktifitas fisik yang dilaksanakan setiap hari. Terjadinya ISPA juga dapat

dilaksanakan dengan menghindari faktor pemungkin yaitu menjaga kondisi

udara dalam rumah tetap sehat melalui kebiasaan tidak merokok di dalam

rumah (Depkes RI, 2009).

C. Perilaku Hidup Bersih Sehat

1. Batasan perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas

organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Perilaku manusia pada

hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas dari manusia itu sendiri yang

mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara,

menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan lain

sebagainya. Secara singkat, aktivitas manusia tersebut dikelompokkan

menjadi 2 yaitu (Notoatmodjo, 2007) :

a. Aktivitas-aktivitas yang dapat diamati oleh orang lain, misalnya

berjalan, bernyanyi, tertawa dan lain-lain.

b. Aktivitas yang tidak dapat diamati orang lain (dari dalam) misalnya

berfikir, berfantasi, bersikap dan lain-lain.

2. Perilaku Kesehatan

WHO merumuskan kesehatan sebagai suatu keadaan sehat jasmani,

mental dan sosial yang sempurna dan bukan hanya keadaan tanpa penyakit

atau kelemahan. Kesehatan merupakan suatu kesatuan yang utuh dari

Hubungan Antara Perilaku..., Dimas Akhmad Ardiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5872/3/Dimas Akhmad Ardiyanto BAB II.pdf · a. Sistem pernafasan adalah nafas tak teratur dan cepat, retraksi/tertariknya

manusia, sebagai hasil dari hubungan yang seimbang antara komponen

jasmani, psikologi dan sosio-kultural. Konsep kesehatan yang

dikembangkan oleh Halbert (1996) dalam Sumijatun et al, (2005)

dikatakan bahwa sehat adalah suatu keadaan ketika seseorang dapat

berfungsi dengan baik karena potensi orang tersebut sedang di puncaknya.

Menurut Undang-Undang tentang kesehatan No.36 Tahun 2009 mencakup

4 aspek yaitu :

a. Kesehatan fisik

Kesehatan fisik terwujud apabila seseorang tidak merasa sakit

atau tidak adanya keluhan dan memang secara klinis tidak ada

penyakitnya. Semua organ tubuh berfungsi dengan normal atau tidak

ada gangguan fungsi tubuh.

b. Kesehatan mental (jiwa)

Kesehatan mental mencakup 3 komponen yaitu :

1) Pikiran yang sehat itu tercermin dari cara berpikir seseorang, yaitu

mampu berpikir logis (masuk akal) atau berpikir secara runtut.

2) Emosional yang sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk

mengekspresikan emosinya, misal takut, gembira, khawatir, sedih

dan lain sebagainya.

3) Spiritual yang sehat tercermin dari cara seseorang mengekspresikan

rasa syukur, pujian atau penyembahan terhadap sang pencipta alam

(Allah SWT). Secara mudah, spiritual yang sehat itu dapat dilihat

Hubungan Antara Perilaku..., Dimas Akhmad Ardiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5872/3/Dimas Akhmad Ardiyanto BAB II.pdf · a. Sistem pernafasan adalah nafas tak teratur dan cepat, retraksi/tertariknya

dari praktik keagamaan atau kepercayaanya, serta perbuatan baik

yang sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.

c. Kesehatan sosial

Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan

atau berkomunikasi dengan orang lain secara baik, atau mampu

berinteraksi dengan orang lain, tanpa membedakan ras, suku, agama

atau kepercayaan, status sosial, ekonomi, politik dan saling menghargai

serta toleransi.

d. Kesehatan aspek ekonomi

Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat dari seseorang itu

produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu

yang dapat menyokong secara finansial terhadap hidupnya sendiri atau

keluarga.

Perilaku kesehatan adalah tindakan yang dilakukan orang untuk

memahami status kesehatan, mempertahankan status kesehatan optimal,

mencegah penyakit dan cedera, dan mencapai potensi mental dan fisik

maksimum (Blais et al, 2006). Perilaku kesehatan adalah suatu respon

seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan

sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman

serta lingkungan (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Skinner (1928) dalam Notoatmodjo (2007), maka perilaku

kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus

atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan

Hubungan Antara Perilaku..., Dimas Akhmad Ardiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5872/3/Dimas Akhmad Ardiyanto BAB II.pdf · a. Sistem pernafasan adalah nafas tak teratur dan cepat, retraksi/tertariknya

kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini,

perilaku kesehatan dapat di klasifikasikan menjadi 3 kelompok (Maulana,

2009) :

a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance)

Perilaku pemeliharaan kesehatan adalah perilaku atau usaha-usaha

seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit

dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu, perilaku

pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek yaitu (Wawan dan Dewi,

2010) :

1) Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit,

serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.

2) Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan

sehat. Perlu dijelaskan di sini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis

dan relatif, maka dari itu orang yang sehatpun perlu diupayakan

supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.

3) Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman dapat

memelihara dan meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi

sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab

menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan

penyakit. Hal ini sangat tergantung pada perilaku orang terhadap

makanan dan minuman tersebut.

Hubungan Antara Perilaku..., Dimas Akhmad Ardiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5872/3/Dimas Akhmad Ardiyanto BAB II.pdf · a. Sistem pernafasan adalah nafas tak teratur dan cepat, retraksi/tertariknya

b. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan

kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health

seeking behavior).

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang

pada saat menderita penyakit atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku

ini di mulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari

pengobatan lain.

c. Perilaku kesehatan lingkungan

Perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang

merespons lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial

budaya sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi

kesehatannya. Dengan perkataan lain, bagaimana seseorang mengelola

lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri,

keluarga, atau masyarakat. Misalnya bagaimana mengelola

pembuangan tinja, air minum, tempat pembuangan sampah,

pembuangan limbah dan sebagainya (Maulana, 2009).

Becker (1979) dalam Notoatmodjo (2007) membuat klasifikasi lain

tentang perilaku kesehatan :

a. Perilaku hidup sehat.

Perilaku hidup sehat adalah hal-hal yang berkaitan dengan

tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan

kesehatannya.

Hubungan Antara Perilaku..., Dimas Akhmad Ardiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5872/3/Dimas Akhmad Ardiyanto BAB II.pdf · a. Sistem pernafasan adalah nafas tak teratur dan cepat, retraksi/tertariknya

b. Perilaku sakit

Perilaku sakit adalah segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan

oleh seseorang individu yang merasa sakit, untuk merasakan dan

mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit, termasuk juga

kemampuan atau pengetahuan individu untuk mengidentifikasi

penyakit, penyebab penyakit, serta usaha-usaha mencegah penyakit

tersebut (Wawan dan Dewi, 2010). Pada saat orang sakit atau anaknya,

ada beberapa tindakan atau perilaku yang muncul antara lain :

1) Didiamkan saja (No action) artinya sakit tersebut diabaikan dan tetap

menjalan kegiatan sehari-hari.

2) Mengambil tindakan dengan melakukan pengobatan sendiri (self

treatment). Pengobatan sendiri ini ada 2 cara yakni : cara tradisional

(kerokan, minum jamu, obat gosok) dan cara modern, misalnya

minum obat yang dibeli di warung, toko obat atau apotek.

3) Mencari penyembuhan atau pengobatan keluar yakni ke fasilitas

pelayanan kesehatan, yang dibedakan menjadi dua, yakni : fasilitas

pelayanan kesehatan tradisional (dukun, paranormal), dan fasilitas

atau pelayanan kesehatan modern atau professional (Puskesmas,

Poloklinik, Dokter atau Bidan, Rumah Sakit dan sebagainya).

c. Perilaku peran sakit

Perilaku peran sakit adalah segala tindakan atau kegiatan yang

dilakukan individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan.

Perilaku peran orang sakit ini antara lain (Maulana, 2009) :

Hubungan Antara Perilaku..., Dimas Akhmad Ardiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5872/3/Dimas Akhmad Ardiyanto BAB II.pdf · a. Sistem pernafasan adalah nafas tak teratur dan cepat, retraksi/tertariknya

1) Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.

2) Tindakan untuk mengenal atau mengetahui fasilitas kesehatan yang

tepat untuk memperoleh kesembuhan.

3) Melakukan kewajibannya sebagai pasien antara lain mematuhi

nasihat-nasihat dokter atau perawat untuk mempercepat

kesembuhannya.

4) Tidak melakukan sesuatu yang merugikan bagi proses

penyembuhannya.

5) Melakukan kewajiban agar tidak kambuh penyakitnya dan

sebagainya.

3. Perilaku Hidup Bersih Sehat

Perilaku hidup bersih dan sehat adalah upaya untuk memberikan

pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan,

keluarga, kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi,

memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan

pengetahuan, sikap dan perilaku guna membantu masyarakat mengenali dan

mengatasi masalahnya sendiri sehingga masyarakat sadar, mau dan mampu

mempraktekkan PHBS melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina

suasana (Sosial Suport) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment).

Terdapat 5 tatanan PHBS yaitu PHBS Rumah Tangga, PHBS Sekolah,

PHBS Tempat Kerja, PHBS Sarana Kesehatan, PHBS Tempat-tempat

Umum (Dinkes Jateng, 2009).

Hubungan Antara Perilaku..., Dimas Akhmad Ardiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5872/3/Dimas Akhmad Ardiyanto BAB II.pdf · a. Sistem pernafasan adalah nafas tak teratur dan cepat, retraksi/tertariknya

4. Perilaku Hidup Bersih Sehat pada Keluarga

a. PHBS Keluarga

PHBS keluarga adalah wahana atau wadah dimana orang tua

(bapak dan ibu) dan anak serta anggota keluarga yang lain dalam

melaksanakan kehidupan sehari-hari bertolak dari pengertian di atas

PHBS tatanan rumah tangga adalah suatu upaya yang dilakukan untuk

memberdayakan dan meningkatkan kemampuan keluarga dalam

berperilaku hidup bersih dan sehat (Dinkes Jateng, 2009).

b. Manfaat

Perilaku hidup bersih dan sehat sangat banyak bermanfaat bagi

penduduk Indonesia, yaitu (Kamisah, 2009) :

1) Setiap rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit.

2) Rumah tangga sehat dapat meningkat produktivitas kerja anggota

keluarga.

3) Dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya

yang tadinya dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk

biaya investasi seperti biaya pendidikan dan usaha lain yang dapat

meningkatkan kesejahteraan anggota rumah tangga.

4) Salah satu indikator menilai keberhasilan Pemerintah Daerah

Kabupaten /Kota di bidang kesehatan.

5) Meningkatkan citra pemerintah dalam bidang kesehatan.

6) Dapat menjadikan percontohan rumah tangga sehat bagi daerah lain.

Hubungan Antara Perilaku..., Dimas Akhmad Ardiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5872/3/Dimas Akhmad Ardiyanto BAB II.pdf · a. Sistem pernafasan adalah nafas tak teratur dan cepat, retraksi/tertariknya

c. Manajemen Pelaksanaan

Sasaran PHBS pada keluarga adalah seluruh anggota keluarga

yaitu pasangan usia subur, ibu hamil dan menyusui, anak dan remaja,

usia lanjut dan pengasuh anak (Kamisah, 2009).

d. Indikator PHBS Keluarga

Indikator PHBS adalah suatu alat ukur untuk menilai keadaan atau

permasalahan kesehatan. Indikator PHBS keluarga yang digunakan

yaitu mengacu kepada standar pelayanan minimal bidang kesehatan

antara lain (Dinkes, 2009) :

1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan (Dokter atau Bidan)

Pertolongan persalinan pada ibu yang dilakukan oleh tenaga

kesehatan (dokter, bidan, paramedis lainnya) sebagai penolong

pertama dalam proses lahirnya janin bayi, pemotongan tali pusat

dan keluarnya plasenta

2) Bayi diberi ASI saja sejak usia 0-6 bulan tanpa makanan tambahan

lain termasuk susu formula

3) Penimbangan balita dilakukan satu bulan sekali /minimal 8 kali

setahun di sarana kesehatan (Posyandu, PKD, puskesmas dan lain-

lain).

4) Anggota keluarga mengkonsumsi makanan yang bergizi dan

beraneka ragam

Anggota keluarga yangberumur 15 tahun keatas mengkonsumsi

sayur dan buah dengan perimbangan minimal 2 porsi sayur dan 3

Hubungan Antara Perilaku..., Dimas Akhmad Ardiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5872/3/Dimas Akhmad Ardiyanto BAB II.pdf · a. Sistem pernafasan adalah nafas tak teratur dan cepat, retraksi/tertariknya

porsi buah atau sebaliknya 3 porsi sayur dan 2 porsi buah selama 7

hari dalam seminggu.

5) Anggota keluarga menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-

hari

Sumber air minum rumah tangga yang berasal dari sumber air

dalam kemasan, leding, pompa, sumur terlindung, serta mata air

terlindung minimal berjarak 10 meter dari tempat penampungan

kotoran atau limbah.

6) Anggota keluarga menggunakan jamban sehat.

7) Anggota keluarga membuang sampah pada tempatnya.

8) Setiap anggota keluarga menempati ruangan rumah minimal 9 m².

9) Anggota keluarga yang berumur 10 tahun keatas melakukan

aktifitas fisik / olahraga.

10) Semua ruangan rumah berlantai kedap air (bukan tanah) dan dalam

keadaan bersih.

11) Anggota keluarga tidak ada yang merokok.

12) Anggota keluarga mencuci tangan sebelum makan dan sesudah

BAB.

13) Anggota keluarga menggosok gigi minimal 2 kali sehari sesudah

makan dan sebelum tidur.

14) Anggota keluarga tidak minum minuman keras dan tidak

menyalahgunakan narkoba.

Hubungan Antara Perilaku..., Dimas Akhmad Ardiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5872/3/Dimas Akhmad Ardiyanto BAB II.pdf · a. Sistem pernafasan adalah nafas tak teratur dan cepat, retraksi/tertariknya

15) Anggota keluarga menjadi peserta jaminan pemeliharaan kesehatan

(Dana Sehat, Askes Maskin, Jamsostek dan lain- lain).

16) Anggota keluarga melakukan PSN (Pemberantasan Sarang

Nyamuk).

e. Cara Ukur PHBS

Pengukuran dilakukan dengan secara langsung dan tidak langsung.

Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan

responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan

dengan pernyataan-pernyataan hipotetis, kemudian ditanyakan pendapat

responden (Notoatmodjo, 2007). Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan kuesioner sebagai alat ukur untuk indikator PHBS.

Untuk mencari nilai kriteria peneliti menggunakan rumus

kategorisasi dalam Syarifudin (2010) sebagai berikut, dengan jumlah

soal sebanyak 30 dengan kriteria jawaban sangat selalu, sering, kadang-

kadang dan tidak pernah. Untuk nilai skor jawaban menggunakan skala

likert adalah sebagai berikut:

1) Selalu : 4

2) Sering : 3

3) Kadang-kadang : 2

4) Tidak pernah : 1

Untuk mencari nilai kriteria peneliti menggunakan rumus kategorisasi

dalam Syarifudin (2010) sebagai berikut:

Hubungan Antara Perilaku..., Dimas Akhmad Ardiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5872/3/Dimas Akhmad Ardiyanto BAB II.pdf · a. Sistem pernafasan adalah nafas tak teratur dan cepat, retraksi/tertariknya

1) Tentukan skor maksimal ideal dengan cara skor tertinggi dari

jawaban dikali dengan jumlah butir soal.

2) Tentukan skor minimal ideal dengan cara skor terendah dari jawaban

dikali dengan jumlah butir soal.

3) Tentukan nilai rentang dengan cara skor mak ideal dikurangi skor

min ideal kemudian dibagi 3.

Sehingga didapatkan nilai sebagai berikut:

a) Nilai Maksimal (tertinggi) : 120

b) Nilai Minimal (terendah) : 30

c) Rentang Nilai : 30

Jadi kriteria beban kerja berdasarkan skala linkert adalah

a) Baik : 90-120

b) Cukup : 60-89

c) Kurang : 30-59

Jadi responden akan diketahui memiliki PHBS baik jika memperoleh

nilai sejumlah 90-120, memiliki PHBS cukup jika memperoleh nilai 60-

89 dan memiliki PHBS kurang jika memperoleh nilai 3-0-59.

f. Karaktersitik Keluarga dengan PHBS

1. Umur

Bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan

perilaku dan dengan bertambahnya umur seseorang akan sulit

menerima informasi, mereka kurang aktif, mudah terserang penyakit

dan cederung mengabaikan PHBS. Menurut Suryanto dalam

Hubungan Antara Perilaku..., Dimas Akhmad Ardiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5872/3/Dimas Akhmad Ardiyanto BAB II.pdf · a. Sistem pernafasan adalah nafas tak teratur dan cepat, retraksi/tertariknya

Wantiyah (2004) mengatakan bahwa usia muda lebih mudah

menerima informasi dan lebih bersifat dinamis dibandingkan usia tua

sehingga lebih mudah menerima perubahan perilaku. Disamping itu

pada usia dewasa muda apabila dilihat dari perkembangan

kongnifnya maka kebiasaan berfikir rasional mereka meningkat, juga

biasannya mereka cukup aktif dan jarang menerima penyakit yang

berat.

Hal ini didukung oleh hasil penelitian Harwinta (2008) yang

menyebutkan bahwa ada pengaruh variabel umur terhadap tingkat

PHBS. Dan ada interaksi signifikan antara variabel tindakan dengan

umur. Responden yang umurnya < 40 tahun memiliki probabilitas

peningkatan tingkat PHBS tatanan rumah tangga sebesar 55,9%. Hal

ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Yuningsih dalam Wantiyah

(2004) menyatakan bahwa ada hubungan yang negatif bermakna

antara umur dan perilaku, yaitu semakin muda umur seseorang maka

makin baik perilakunnya. Maulana (2009) menjelaskan bahwa umur

merupakan variabel yang kurang berkorelasi terhadap perilaku

karena dianggap diperantai oleh sikap.

2. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu usaha pengorganisasian

masyarakat untuk meningkatkan kesehatan karena tingkat

pendidikan dapat mempengaruhi perilaku sehat keluarga dengan

tingkat pendidikan yang kurang mendukung akan menyebabkan

Hubungan Antara Perilaku..., Dimas Akhmad Ardiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5872/3/Dimas Akhmad Ardiyanto BAB II.pdf · a. Sistem pernafasan adalah nafas tak teratur dan cepat, retraksi/tertariknya

rendahnya kesadaran lingkungan, semakin baik tingkat pendidikan

formal sehingga akan mematangkan pemahaman tentang

pengetahuan kesehatan lingkungan dan kesadaran menjaga

kesehatan lingkungan termasuk penerapan prinsip - prinsip PHBS.

Mubarak (2007) juga menjelaskan bahwa pendidikan sebagai

suatu proses dalam rangkaian mempengaruhi dan dengan demikian

akan menimbulkan perubahan perilaku pada diri nya, karena tidak

dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin

mudah pula mereka menerima informasi kesehatan. Sebaliknya jika

seseorang yang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat

perkembangan seseorang terhadap penerimaan, informasi kesehatan

dan nilai – nilai baru yang diperkenalkan.

Hal ini didukung oleh hasil penelitian Kusumawati, et. al

(2008) menjelaskan bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan

perilaku hidup bersih dan sehat. Hal ini juga sesuai dengan hasil

penelitian Zaahara dalam Kusumawati, et. al (2008) yang juga

mengemukakan bahwa status sosial ekonomi yang didalamnya

termasuk pendidikan mempunyai hubungan dengan perilaku hidup

bersih dan sehat. Adanya keterkaitan antara pendidikan dengan

perilaku hidup bersih dan sehat mempunyai hubungan yang

signifikan dengan tingkat kesehatan. Makin tinggi tingkat

pendidikan semakin mudah menerima konsep hidup sehat secara

mandiri, kreatif dan berkesinambungan. Hasil penelitian Amalia

Hubungan Antara Perilaku..., Dimas Akhmad Ardiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5872/3/Dimas Akhmad Ardiyanto BAB II.pdf · a. Sistem pernafasan adalah nafas tak teratur dan cepat, retraksi/tertariknya

(2009) menyebutkan adanya hubungan yang sangat signifikan antara

tingkat pendidikan dengan PHBS.

3. Pekerjaan

Di dalam lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang

memperoleh informasi kesehatan baik secara langsung maupun tidak

langsung. Perilaku Hidup Bersih dan sehat keluarga tidak hanya

diukur dari aspek fisik dan mental saja, tetapi juga diukur dari

produktivitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau

menghasilkan secara ekonomi sehingga diharapkan dapat lebih

mendorong atau memfasilitasi keluarga untuk PHBS.

Hal ini didukung oleh hasil penelitian Zaahara dalam

Kusumawati, et. al (2008) yang menjelaskan jenis pekerjaan

mempunyai hubungan yang signifikan dengan perilaku hidup bersih

dan sehat dalam keluarga. Makin tinggi status sosial ekonomi yang

meliputi jenis pekerjaan, maka makin tinggi pula semakin baik

perilaku hidup bersih dan sehat dalam keluarga, dan sebaliknya

semakin rendah makin buruk perilaku hidup sehatnya.

Hubungan Antara Perilaku..., Dimas Akhmad Ardiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5872/3/Dimas Akhmad Ardiyanto BAB II.pdf · a. Sistem pernafasan adalah nafas tak teratur dan cepat, retraksi/tertariknya

D. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber : Notoatmodjo (2007), Widoyono (2008), Nastiti et al (2008).

PHBS dalam Keluarga a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan b. Bayi diberi ASI eksklusif 0-6 bulan c. Penimbangan balita dilakukan 1 bulan sekali (minimal 8 kali setahun) d. Anggota keluarga mengkonsumsi makanan yang bergizi e. Anggota keluarga menggunakan air bersih f. Anggota keluarga menggunakan jamban sehat g. Setiap anggota keluarga membuang sampah pada tempatnya h. Setiap anggota keluarga menempati ruangan 9 m². i. Anggota keluarga melakukan aktifitas fisik /olahraga j. Semua ruangan rumah berlantai kedap air k. Anggota keluarga tidak ada yang merokok l. Anggota keluarga mencuci tangan sebelum makan dan sesudah BAB m. Anggota keluarga menggosok gigi minimal 2 kali sehari n. Anggota keluarga tidak minum miras dan menyalahgunakan NAPZA o. Anggota keluarga menjadi peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan p. Anggota keluarga melakukan PSN seminggu sekali

Kejadian ISPA pada Balita

Perilaku a. Batasan perilaku b. Perilaku kesehatan c. Perilaku hidup bersih sehat

ISPA pada balita dipengaruhi oleh : a. Umur b. Status Gizi c. Status Imunitas d. Vitamin A e. Polusi Udara

Hubungan Antara Perilaku..., Dimas Akhmad Ardiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5872/3/Dimas Akhmad Ardiyanto BAB II.pdf · a. Sistem pernafasan adalah nafas tak teratur dan cepat, retraksi/tertariknya

E. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu :

Variabel Bebas Variabel Terikat

Variabel Luar

Keterangan

: Diteliti

: Tidak ditelit

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

F. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan penelitian yang

telah dirumuskan (Hidayat, 2007). Berdasarkan tinjauan pustaka dan landasan

teori diatas maka hipotesis dalam penelitian ini yaitu terdapat hubungan antara

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pada

Keluarga

Kejadian ISPA pada balita : a. ISPA b. Tidak ISPA

ISPA pada balita dipengaruhi oleh :

a. Umur b. Status Gizi c. Status Imunisasi d. Vitamin A e. Polusi Udara

Karakteristik Keluarga dengan PHBS: a. Umur b. Pendidikan c. Pekerjaan

Hubungan Antara Perilaku..., Dimas Akhmad Ardiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5872/3/Dimas Akhmad Ardiyanto BAB II.pdf · a. Sistem pernafasan adalah nafas tak teratur dan cepat, retraksi/tertariknya

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada keluarga dengan kejadian

infeksi saluran pernafasan atas pada balita.

Hubungan Antara Perilaku..., Dimas Akhmad Ardiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015