bab ii tinjauan pustaka a. anatomi fisiologi tulang kaki
TRANSCRIPT
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Fisiologi Tulang Kaki
1. Struktur Tulang Kaki
Ankle dan kaki merupakan struktur komplek yang terdiri dari 28
tulang dan 55 artikulasi yang dihubungkan dengan ligamen dan otot.
Ankle merupakan sendi yang menopang beban tubuh terbesar pada
permukaannya, puncak beban mencapai 120% ketika berjalan dan hampir
275% ketika berlari. Sendi dan ligamen berperan sebagai stabilitator
untuk melawan gaya dan menyesuaikan ketika aktivitas menahan beban
agar stabil (Dutton, 2012).
a. Struktur Tulang Regio Ankle
Bagian distal dari tulang tibia dan fibula berartikulasi dengan
tulang tarsal pada pergelangan kaki yang membentuk struktur kaki.
Yang termasuk tulang tarsal adalah calcaneus, talus, navicular,
cuneiform 1, cuneiform 2, cuneiform 3 dan cuboid, hampir sama
dengan tulang carpal pada tangan. Dikarenakan menumpu beban yang
besar maka bentuk dan ukurannya lebih luas. Kaki memiliki
persendian yang kompleks dengan 7 tulang tarsal, 5 tulang meta tarsal
dan 14 tulang phalang yang menopang beban tubuh ketika berdiri,
berjalan dan berlari (Wright, 2011).
12
Gambar 2.1 Tulang pada kaki (Gleneagles, 2019)
2. Stuktur Sendi Ankle
Menurut Taylor (2002), menyebutkan sendi ankle adalah sendi
yang paling utama bagi tubuh untuk menjaga keseimbangan saat berjalan
dipermukaan yang tidak rata, sendi ini tersusun dari tulang, ligamen,
tendon, dan sekitar jaringan penghubung. Sendi ankle dibentuk oleh
empat tulang yaitu tibia, fibula, talus, dan calcaneus, pergerakan utama
dari sendi ankle terjadi pada tulang tibia, talus dan calcaneus seperti
gambar dibawah ini:
Gambar 2.3 Ankle Joint (Faithanatomy, 2016)
13
Struktur sendi ankle sangatlah kompleks dan kuat karena sendi
ankle tersusun atas ligamen-ligamen yang kuat dan banyak. Ligament
yang terdapat pada sendi ankle berfungsi sebagai struktur yang
mempertahankan stabilitas sendi ankle dalam berbagai posisi. Secara
anatomi struktur ligament dari sendi ankle adalah sebagai berikut:
a. Posterior talofibular ligament adalah ligamen yang melekat pada
posterior tulang talus dan fibula.
b. Calcaneofibular ligament adalah ligamen yang melekat pada tulang
calcaneus dan fibula.
c. Anterior talofibular ligament adalah ligamen yang melekat pada
anterior tulang talus dan fibula.
d. Posterior tibiotalar ligament adalah ligamen pada posterior tulang
tibia.
e. Tibiocalcaneal ligament adalah ligamen yang melekat pada tulang
tibia dan calcaneus.
f. Tibionavicular ligament adalah ligamen yang melekat pada tulang
tibia dan navicular.
g. Anterior tibiotalar ligament adalah ligament yang melekat pada
anterior tulang tibia dan talus.
Otot penyusun sendi ankle adalah otot gastrocnemius, otot soleus,
otot fleksor hallucis longus, otot fleksor digitorum longus, otot tibialis
posterior, otot tibialis anterior, otot proneus longus, otot proneus brevis,
otot 9 popliteus, otot plantaris disatukan oleh tendon achilles seperti
gambar dibawah ini :
14
Gambar 2.4 Struktur Tulang Ankle (Profeet, 2018)
Tabel 2.1 Origo, Insersio, dan Fungsi
No Nama Otot Origo Insersio Inversi/Fungsi
1. Gastronecmius Femur (medial
condyle,
popliteal
surface),
(lateral
condyle)
TeTendon
calcaneus
Gerakan yang
ditimbulkan yaitu
plantar flekxi
2. SoSoleus
F Fibula (caput
fibulae) dan
Tibia
(popliteal line)
Tendon
calcaneus
Gerak yang
ditimbulkan yaitu
plantar flexi
3. Tibialis Anterior Tibialis
Anterior
Cuniform 1,
metatarsal 1
Gerak yang
ditimbulkan yaitu
dorsoflexi dan inversi
4. Peroneus Longus Condylus
lateral tibia
Metatarsal 1,
Cuniform 1
Gerak yang yang
yang ditimbulkan
yaitu plantarflexi,
dosrsoflexi
dan eversi
5. Peroneus Brevis Gerakan dorsoflexi
6. Extensor digitorum
longus
Ventral fibula,
prox capt
fibula, dan
membran
interossea
4 tendon
phalanx
medial dan
distal jari 2-5
Gerakan ekstensi jari
kaki 2 dan 5
7. Extensor hallucis
longus
Facies
anterior fibula
dan membran
interossea
Phalanx
distal jari 1
Gerakan ekstensi jari
kaki 1
15
Tulang penyusun sendi ankle terdiri atas: tulang fibula, tibia,
talus dan calcaneus. Sesuai dengan gambar di bawah ini:
Gambar 2.5 Struktur Tulang Ankle (Kidport, 2009)
3. Biomekanik
Secara umum biomekanik adalah sebuah ilmu mekanika teknik
yang bertujuan untuk menganalisa sistemkerangka otot manusia atau
dengan kata lain, biomekanika adalah kombinasi antara ilmu mekanika
terapan, fisiologi, anatomi, dan biologi. Biomekanika mencakup dua
perspektif yaitu kinematika dan kinetika (Kreshnanda, 2016).
Secara anatomi, pada saat kita berjalan, semua berat badan kita
bertumpu pada tumit yang kemudian tekanan ini akan disebarkan ke
ligamen plantar fascia. Sehingga ligamen tersebut akan tertarik ketika
kaki melangkah, tegang, berulang terus menerus, sehingga terasa nyeri
ringan yang akhirnya mengalami inflamasi pada tuberositas calcaneus
dan robekan kecil di serabut ligamen plantar fascia akan menjadi
teriritasi atau meradang (Cooper, 2007).
16
B. High Heels
Penggunaan high heels sepatu hak tinggi dapat menyebabkan
kerusakan kronis dan meningkatkan kemungkinan terjadi trauma. Efek jangka
pendek bagi pengguna sepatu hak tinggi khusus bagi mereka yang jarang
menggunakannya yaitu peradangan sendi dan pembengkakan kaki serta nyeri,
dapat pula terjadi fraktur dan patahan yang dapat dilihat secara mikroskopik.
Sedangkan efek jangka panjang ialah kaku pada otot punggung dan tendon
achilles, akibat untuk hal ini yaitu fraktur pada telapak kaki (Sinta 2014).
Gambar 2.6 High Heels (Shutter, 2019)
Gambar 2.7 Peradangan Plantar Fascia (Upstep, 2019)
17
1. Definisi
High Heels atau sepatu hak tinggi adalah suatu benda yang menarik
perhatian banyak orang terutama kaum perempuan. Dengan hak-nya yang
tinggi, sepatu hak tinggi bisa membuat penampilan perempuan terlihat
lebih sempurna dan berkarakter (Wulan dan Rahayu 2016).
Dalam sejarahnya, Trend sepatu berawal dari olahraga ke mode.
Bentuk pertama dari sepatu hak tinggi dimulai pada abad ke-14. Pada
tahun 1970 sepatu ber-hak setinggi 2-5 inci mulai diincar oleh para
pengikut mode. Trend sepatu kembali pada sepatu bersol rata pada 1990.
Sepatu high heels dengan model wedge shoes menjadi trend di kalangan
wanita pada era 2006-2008 (Wulan dan Rahayu 2016).
2. Kategori dan Karakteristik High Heels atau Sepatu Hak
Sepatu hak juga memiliki kategori pada kalangan fashion Italia.
Hak berukuran di atas 8 dan 9 cm dapat kategorikan sebagai high heels.
Sepatu hak yang memiliki dengan tinggi di bawah 6 dan 4 cm dianggap
sebagai sepatu hak rendah, antara 6 - 4 cm sampai 8 - 9 cm di kategorikan
dengan hak sedang, biasanya disebut (gambar 2.8) Kitten Heels (Suwarni,
2014). Sebagai kaum wanita wajar untuk mengetahui jenis – jenis dari
sepatu yang digunakan. Sangat banyak jenis – jenis sepatu dengan gaya
dan hak yang bervariasi, dapat di bedakan jenis sepatu dan tinggi hak
sepatu yaitu: (Anonim, 2014).
18
Gambar 2.8 Kitten Heels (Themify, 2014)
Gambar: 2.9 Stiletto (Boyd, 2014)
Tabel 2.2 Klasifikasi Tinggi High Heel
No Ukuran Tinggi Hak High Heel Klasifikasi Tinggi Hak High Heel
1 4 - 6 cm Rendah
2 8 - 9 cm Sedang
3 9 > cm Tinggi
Sumber, (Suryakencanawati, Adiyani dan Primayanti 2015)
1. Prevalensi
Angka kejadian plantar fascitis secara global di Amerika
menunjukkan 10% dari populasinya mengalami nyeri pada tumitnya yang
disebabkan oleh plantar fasciitis dan hanya 11%-15% yang melakukan
pemeriksaan ketika mereka menderita sakit plantar fasciitis. Selain itu
juga, plantar fasciitis sering terjadi pada usia 40-70 tahun, tapi
kebanyakan yang terkena plantar fasciitis berjenis kelamin perempuan.
Sebanyak 40% terjadi pada pekerja yang bekerja dengan berdiri lebih dari
6 jam, 70% terjadi pada orang yang mengalami kegemukan/obesitas dan
19
lebih dari 30% pada orang berusia diatas 50 tahun. Telah dilaporkan
bahwa sekitar 1 dari 10 orang akan mengembangkan kronis nyeri tumit.
Gejala ini dapat menyebabkan keterbatasan fungsional yang cukup dan
berkepanjangan disability (Clelandet dkk., 2009).
Di Indonesia kasus plantar fasciitis masih dianggap sepele,
sehingga penanganan terhadap kasus ini masih terlambat dan
menyebabkan proses penyembuhannya menjadi sangat lama. Berdasarkan
hasil survei penelitian yang dilakukan di Klinik Fisioterapi Kalasan
Yogyakarta, pada periode bulan Januari – Maret tahun 2015, keluhan
nyeri pada tumit dan telapak kaki menempati posisi ke-3 di bawah nyeri
pinggang bawah dan lutut. Dari 26 orang pasien dengan keluhan nyeri
pada tumit, sebanyak 18 orang pasien mengalami nyeri tumit karena di
sebabkan oleh plantar fasciitis, selebihnya akibat dari calcaneus spur
(Hendarto, 2015).
C. Fasciitis Plantaris
Plantar fasciitis merupakan kondisi umum dimasyarakat pada
semua lapisan umur dan pada tingkat aktivitas yang bervariasi yang
disebabkan oleh perubahan atau peningkatan topangan pada telapak kaki,
kurangnya kelenturan otot-otot betis, kelebihan berat badan, dan luka tiba-
tiba. Penyakit ini ditandai adanya keluhan pada tumit pada injakan pertama di
pagi hari, rasa sakitnya dibagian depan dan dasar tumit (Rahayu dan Wulan,
2016).
Berbagai macam tinggi hak sepatu di koleksi oleh wanita, mulai
dari sepatu yang memiliki hak dengan tinggi 5 cm sampai dengan tinggi 17
cm. Tinggi hak sepatu sangat mempengaruhi bentuk kaki, semakin tinggi hak
20
sepatu akan membuat perubahan bentuk pada telapak kaki saat berjalan. Hal
ini membuat para ahli mengkhawatirkan jika para wanita yang gemar
menggunakan sepatu hak tinggi ini akan beresiko berakibat pada keluhan
muskuloskeletal, dan sampai terjadi nyeri pada telapak kaki
(Suryakencanawati, Adiyani dan Primayanti 2015).
Pramugari adalah suatu pekerjaan yang mengharuskan karyawannya
menggunakan high heels selama pelatihan bahkan bekerja di Pesawat.
Seorang Pramugari harus bekerja kurang lebih selama 7 jam dengan
menggunakan sepatu high heels. Pramugari sering mengalami nyeri di sekitar
daerah tumitnya dan mengalami penurunan pada fungsional pada bagian
tumit. Karyawan harus mendapatkan perhatian kusus dari Sekolah. Terutama
di bidang kesehatan selama mereka bekerja, sehingga dapat meningkatkan
produktivitas saat bekerja dan mencegah terjadinya disability akibat
kecelakaan kerja, bagi tubuh yang sering mengalami gangguan akibat
aktivitas fisik yang tidak seimbang adalah bagian kaki (Rica, 2013).
1. Definisi
Nyeri tumit (fasciitis plantaris) merupakan kondisi umum di
masyarakat pada semua lapisan umur dan pada tingkat aktivitas yang
bervariasi. Biasanya, sindroma nyeri tumit berhubungan dengan
peradangan atau iritasi pada fascia plantaris. Fascia plantaris adalah
bentuk jaringan ikat di bawah kaki yang membentuk lengkungan (arcus).
Berorigo pada tulang calcaneus, dan berinsersio pada caput metatarsal I-
V jari kaki (Sugiri, 2008).
Fasciitis plantaris adalah suatu kasus dimana terjadinya
peradangan pada fascia plantaris (Siburian, 2008). Fasciitis plantaris
21
diawali dengan adanya lesi pada soft tissue disisi tempat perlengketan
appneurosis plantaris yang letaknya dibawah tuberositas calcaneus.
Adanya radang pada sisi tempat perlengketan fascia akan menimbulkan
cidera, inflamasi dan nyeri pada fascia plantaris (Cooper, 2007).
Fasciitis plantaris adalah suatu kondisi terjadinya peradangan
yang terjadi akibat overstretch pada facia plantaris (aponeurosis)
(Muawanah dan Selviani, 2018).
Menurut Sari dan Irfan (2009), fasciitis plantaris adalah suatu
peradangan pada facia plantar yang disebabkan oleh penguluran yang
berlebihan pada facia plantaris yang dapat mengakibatkan
kerobekankemudian timbul suatu iritasi pada facia plantaris, khususnya
mengenai bagian anterior medial tuberositas calcaneus kadang dapat
juga terjadi pada bagian posterior calcaneus. Karena penguluran yang
berlebihan pada facia plantaris sehingga dapat menyebabkan nyeri pada
facia plantaris.
Menurut Widjaja (2018), fasciitis plantaris merupakan sindrom
degeneratif akibat trauma berulang pada bagian facia plantaris yang
melekat ditulang calcaneus.
Dan menurut Sari dan Irfan (2009), plantar fasciitis merupakan
rasa tidak nyaman/nyeri karena peradangan pada facsia plantaris yang
mengenai di anteromedial tuberositas calcaneus disebabkan penguluran
fascia plantaris yang berlebihan.
22
2. Mekasisme Nyeri Pada Fasciitis Plantaris
Pengaturan nyeri pada tingkat saraf perifer, yaitu berupa sensasi
yang dihantarkan oleh serabut saraf nyeri yaitu serabut Aδ dan C.
Rangsangan nyeri ini bisa timbul akibat adanya gangguan metabolik dan
penjepitan pada polimodal disekitar jaringan. Pada fasciitis plantaris
diawali karena adanya iritasi pada jaringan lunak disisi tempat perlekatan
plantar aponeurosis yang letaknya dibawah tuberositas calcaneus. Pada
kondisi ini akan terjadi iritasi pada tendon fascia plantaris akibat
penekanan dan penguluran yang berlebihan karena fascia plantaris ini
merupakan penutup semua struktur jaringan lunak pada kaki maka apabila
teriritasi akan menimbulkan kerusakan pada jaringan lunak (Muawanah
dan Selviani, 2018).
Mekanisme nyeri fasciitis plantaris diawali adanya lesi pada soft
tissue disisi tempat perlengkatan plantar aponeurosis yang letaknya
dibawah dari tuberositas calcaneus atau pada facia plantaris bagian
medial calcaneus akibat dari penekanan dan penguluran yang berlebihan.
Hal itu menimbulkan aksi potensial dari ujung saraf nocisensorik (serabut
saraf A-delta dan C) yang menghantarkan impuls nyeri ke cornu dorsalis
medulla spinalis lalu ke otak, dan diotak impuls tersebut di
interprestasikan sebagai nyeri (Siburian, 2008).
3. Keluhan Fasciitis Plantaris
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi
seseorang dan ekstendinya diketahui bila seseorang pernah mengalami
(Tamsuri, 2007).
23
Menurut Muljadi (2018), nyeri dapat digambarkan sebagai sensasi
tidak menyenangkan yang terjadi bila kita mengalami cedera atau
kerusakan pada tubuh kita.
Menurut Wibowo (2011), fasciitis plantar biasanya timbul secara
bertahap, tetapi dapat juga datang dengan tiba-tiba dan langsung nyeri
hebat. Dan meskipun dapat mengenai kedua kaki, akan tetapi lebih sering
hanya pada satu kaki saja. Perhatikan adanya :
a. Nyeri tajam dibagian dalam telapak kaki di daerah tumit, yang dapat
terasa seperti ditusuk pisau pada telapak kaki.
b. Nyeri tumit yang cenderung bertambah buruk pada beberapa langkah
pertama setelah bangun tidur, pada saat naik tangga atau pada saat
jinjit (berdiri pada ujung-ujung jari).
c. Nyeri tumit yang timbul setelah berdiri lama atausetelah duduk lama
kemudian bangkit dan berjalan maka timbul nyeri tumit.
d. Nyeri tumit yang timbul setelah berolahraga, tetapi tidak timbul pada
saat sedang berolahraga.
e. Pembengkakan ringan di tumit. Fascitis plantarisjuga bias tejadi pada
pria maupun wanita, namun frekuensi yang besar terjadi adalah pada
wanita umur 40-60 tahun.
4. Faktor Resiko
Menurut Lim dkk., (2016), faktor resiko dibedakan menjadi faktor
intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik meliputi obesitas, pes planus, pes
cavus, berkurangnya ROM ankle dorsi fleksi, dan calf muscle tightness.
Sedangkan faktor ekstrinsik meliputi lari di permukaan yang keras,
24
berjalan tanpa alas kaki, tiba- tiba menambah kecepatan berlari,
berjalan/berdiri dalam waktu yang lama.
Menurut Rani dan Shakya (2012), faktor penyebab lain yaitu
pengggunaan sepatu yang tidak sesuai seperti high heels.
Faktor biomekanik merupakan etiologi paling umum terjadinya
fasciitis plantaris (Magee dkk., 2016). Adapun manifestasinya menurut
Dubin (2007) diantaranya adalah :
a. Faktor Obesitas
Individu yang memiliki indeks masa tubuh yang besar rentan
mengalami fasciitis plantaris, karena tumpuan pada plantar fascia
lebih berat sehingga mengakibatkan penekanan yang berlebihan.
b. Faktor Usia
Pada lansia kekuatan dan elastisitas otot menurun dikarnakan
proses degenerasi jaringan sehingga lansia cenderung mengalami
fasciitis plantaris.
c. Faktor Pekerjaan
Pekerjaan yang membutuhkan ambulasi dan berdiri terlalu lama
berkontribusi terjadinya fasciitis plantaris. Beberapa pekerjaan yang
menempatkan individu mudah mengalami fasciitis plantaris seperti
guru, pembantu rumah tangga, perawat, personil militer, koki dan
pelayan. Selain faktor diatas pelatihan yang salah atau training error
pada atlit juga beresiko terjadinya fasciitis plantairis.
25
d. Jenis Kelamin
Kebanyakan fasciitis plantris mudah terjadi pada perempuan
namun bisa juga terjadi pada laki laki karena pada perempuan banyak
dipengaruhi oleh hormone, kehamilan dan proses monopose (Aplley,
1995).
e. Aktif Dalam Olahraga
Aktifitas yang menempatkan sejumlah stress pada tulang tumit
anda dan jaringan yang melekat di sekitar tumit adalah yang paling
sering menyebabkan plantar fasciitis. Ini antara lain berlari, dansa
balet, dan aerobik (Astuti, 2012).
f. Kaki Datar atau Mempunyai Lengkung Tinggi
Orang-orang dengan kaki datar mempunyai penyerapan kejutan
yang kurang, yang mana hal ini meningkatkan peregangan dan
tegangan pada plantar fascia. Orang-orang dengan lengkung kaki
yang tinggi mempunyai jaringan plantar yang lebih ketat, yang juga
menyebabkan penyerapan kejutan yang kurang (Astuti, 2012).
g. Kehamilan
Berat badan yang bertambah dan pembengkakan yang dialami
pada saat hamil dapat menyebabkan ligamen (jaringan pengikat) pada
tubuh termasuk di kaki – untuk mengendur. Ini dapat menyebabkan
permasalahan mekanikal dan peradangan (Astuti, 2012).
h. Mengenakan sepatu dengan support lengkung kaki yang kurang atau
alas sepatu yang kaku (Astuti, 2012).
26
5. Etiologi
Penyebab secara pasti fasciitis plantaris belum bisa di
identifikasikan. Tetapi ada beberapa faktor yang dianggap menjadi
penyebab dari keluhan ini yaitu :
a. Overuse
Gerakan yang berlebihan dan terlalu dibebani pada arcus
menyebabkan terjadinya peradangan fascia plantaris dengan
kerobekan kecil pada daerah yang melekat pada tulang tumit sebagai
akibat dari pergesekan dan tekanan. Overuse disebabkan oleh lamanya
posisi berdiri, perubahan pada tingkat aktivitas, peningkatan berat
badan, lemahnya penyangga pada sepatu, dan cidera kaki (Sugiri,
2008).
b. Trauma Langsung
Trauma langsung yang menyerang pada fascia plantar dapat
menyebabkan kerusakan jaringan serta peradangan yang bisa
menimbulkan reaksi nyeri. Untuk lebih jelas mengetahui adanya
fasciitis plantaris bisa dilakukan dengan melakukan pemeriksaan
spesifik yaitu fasciitis plantaris test posisi pasien tidur terlentang atau
dalam posisi relax, terapis menggerakkan ankle ke arah dorsi flexi
secara pasif dan ekstensi pasif jari-jari kaki, kemudian palpasi pada
perbatasan medial fascia plantar. Jika pasien mengalami nyeri maka
positif terkena fasciitis plantaris (Herlina, 2012).
27
6. Patofisiologi
Pain fasciitis plantris disebabkan oleh perubahan atau peningkatan
topangan pada telapak kaki,kurangnya kelenturan otot-otot
betis,kelebihan berat badan, luka tiba-tiba. Penyakit ini ditandai adanya
keluhan pada tumitpada injakan pertama pada pagi hari, rasa sakitnya
dibagian depan dan dasar tumit (Hudaya, 2002).
Penyebab lain plantar fasciitis dapat diakibatkan:
a. Aktivitas fisik yang berlebihan
Fasciitis plantaris umum dijumpai pada pelaripelari jarak jauh.
Jogging, berjalan atau naik tangga juga dapat menyebabkan stress
yang terlalu banyak pada tulang tumit dan jaringan lunak.
b. Arthritis
Beberapa tipe arthritis dapat menyebabkan peradangan pada
tendon dari telapak kaki, yang dapat menyebabkan fasciitis plantaris
c. Diabetes
Meskipun tidak diketahui mekanismenya, akan tetapi fasciitis
plantaris terjadi lebih sering pada orang dengan diabetes.
d. Mekanik kaki yang abnormal
Lengkung telapak kaki yang datar atau terlalu melengkung atau
pola berjalan yang abnormal dapat mengakibatkan distribusi berat
badan kita tidak seimbang diterima oleh kedua kaki, dan
menyebabkan stress tambahan pada plantar fascia.
e. Sepatu yang tidak cocok
Sepatu yang solnya tipis, longgal atau tidak ada dukungan untuk
lengkung kaki atau tidak ada kemampuan untuk menyerap hentakan
28
tidak melindungi kaki kita. Jika secara teratur memakai sepatu dengan
tumit tinggi maka tendon Achilles – yakni tendon yang melekat pada
tumit dapat berkontraksi atau tegang dan memendek, menyebabkan
strain pada jaringan di sekitar tumit (Widodo, 1998).
7. Tanda dan Gejala
Gejala terjadinya fasciitis plantaris adalah nyeri tajam dibagian
dalam telapak kaki di daerah tumit. Nyeri tumit yang cenderung
bertambah buruk pada beberapa langkah pertama setelah bangun tidur,
pada saat naik tangga atau pada saat jinjit, nyeri tumit setelah berdiri lama
kemudian bangkit dan berjalan. Area nyeri terdapat di bagian medial atau
lateral calcaneus atau dibagian lunak dari apponeurosis plantaris dari
bagian inferior tuberositas di calcaneus (Wibowo, 2011).
Fasciitis plantar menyebabkan nyeri seperti ditusuk atau rasa
terbakar yang biasanya bertambah buruk pada pagi hari karena fascia
mengencang (berkontraksi) sepanjang malam. Segera setelah kita
berjalan-jalan beberapa saat, nyeri yang disebabkan oleh plantar fasciitis
ini biasanya berkurang, tetapi mungkin akan terasa nyeri kembali setelah
berdiri beberapa lama atau setelah bangun dari posisi duduk (Astuti,
2012).
D. Nyeri
1. Definisi
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial atau
yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Nyeri adalah suatu
pengalaman sensorik yang multidimensional. Fenomena ini dapat berbeda
29
dalam intensitas (ringan,sedang, berat), kualitas (tumpul, seperti terbakar,
tajam), durasi (transien, intermiten,persisten), dan penyebaran (superfisial
atau dalam, terlokalisir atau difus). Meskipun nyeri adalah suatu sensasi,
nyeri memiliki komponen kognitif dan emosional, yang digambarkan dalam
suatu bentuk penderitaan. Nyeri juga berkaitan dengan reflex menghindar dan
perubahan output otonom (Meliala, 2004).
Nyeri merupakan pengalaman yang subjektif, sama halnya saat
seseorang mencium bau harum atau busuk, mengecap manis atau asin, yang
kesemuanya merupakan persepsi panca indera dan dirasakan manusia sejak
lahir. Walau demikian, nyeri berbeda dengan stimulus panca indera, karena
stimulus nyeri merupakan suatu hal yang berasal dari kerusakan jaringan atau
yang berpotensi menyebabkan kerusakan jaringan (Meliala, 2004).
Nyeri adalah suatu masalah yang membingungkan. Selain itu nyeri
merupakan alasan tersering yang dikeluhkan pasien ketika berobat kedokter.
Banyak institusi sekarang menyebut nyeri sebagai tanda vital kelima (fifth
vital sign), dan mengelompokkannya bersama tanda-tanda klasik seprti :
suhu, nadi, dan tekanan darah. Milton mengatakan “Pain is perfect miserie,
the worst /of evil. And excessive, overture / All patience”. Sudah menjadi
kewajaran bahwa manusia sejak awal berupaya sedemikian untuk mengerti
tentang nyeri dan mencoba mengatasinya (Bonica dan Loeser, 2001).
2. Fisiologi Nyeri
Mekanisme timbulnya nyeri didasari oleh proses multipel yaitu
nosisepsi, sensitisasi perifer, perubahan fenotip, sensitisasi sentral,
eksitabilitas ektopik, reorganisasi struktural, dan penurunan inhibisi.
Antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman subjektif nyeri terdapat
30
empat proses tersendiri : tranduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi
(Bahrudin, 2017).
a. Transduksi
Transduksi adalah suatu proses dimana akhiran saraf aferen
menerjemahkan stimulus (misalnya tusukan jarum) ke dalam impuls
nosiseptif. Ada tiga tipe serabut saraf yang terlibat dalam proses ini,
yaitu serabut A-beta, A-delta, dan C. Serabut yang berespon secara
maksimal terhadap stimulasi non noksius dikelompokkan sebagai
serabut penghantar nyeri, atau nosiseptor. Serabut ini adalah A-delta
dan C. Silent nociceptor, juga terlibat dalam proses transduksi,
merupakan serabut saraf aferen yang tidak bersepon terhadap
stimulasi eksternal tanpa adanya mediator inflamasi (Bahrudin, 2017).
b. Transmisi
Transmisi adalah suatu proses dimana impuls disalurkan menuju
kornu dorsalis medula spinalis, kemudian sepanjang traktus sensorik
menuju otak. Neuron aferen primer merupakan pengirim dan
penerima aktif dari sinyal elektrik dan kimiawi. Aksonnya berakhir di
kornu dorsalis medula spinalis dan selanjutnya berhubungan dengan
banyak neuron spinal.
c. Modulasi
Modulasi adalah proses amplifikasi sinyal neural terkait nyeri
(pain related neural signals). Proses ini terutama terjadi di kornu
dorsalis medula spinalis, dan mungkin juga terjadi di level lainnya.
Serangkaian reseptor opioid seperti mu, kappa, dan delta dapat
ditemukan di kornu dorsalis. Sistem nosiseptif juga mempunyai jalur
31
desending berasal dari korteks frontalis, hipotalamus, dan area otak
lainnya ke otak tengah (midbrain) dan medula oblongata, selanjutnya
menuju medula spinalis. Hasil dari proses inhibisi desendens ini
adalah penguatan, atau bahkan penghambatan (blok) sinyal nosiseptif
di kornu dorsalis.
d. Persepsi
Persepsi nyeri adalah kesadaran akan pengalaman nyeri.
Persepsi merupakan hasil dari interaksi proses transduksi, transmisi,
modulasi, aspek psikologis, dan karakteristik individu lainnya.
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima
rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri
adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap
stimulus kuat yang secaara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut
juga Nociseptor. Secara anatomis, reseptor nyeri (nociseptor) ada
yang bermiyelin dan ada juga yang tidak bermiyelin dari syaraf aferen
(Tamsuri, 2006).
3. Klasifikasi Nyeri
Menurut Zakiyah (2015) menyatakan bahwa berdasarkan keluhan
atau waktu kejadian, nyeri dibagi menjadi :
a. Nyeri akut
Ciri khas nyeri akut adalah nyeri yang diakibatkan kerusakan
jaringan yang nyata dan akan hilang seirama dengan proses
penyembuhannya, terjadi dalam waktu singkat dari 1 detik sampai
kurang dari 6 bulan.
32
b. Nyeri kronis
Nyeri kronis adalah nyeri yang menetap melampaui waktu
penyembuhan normal yakni enam bulan. Nyeri kronis dibedakan
menjadi dua, yaitu : nyeri nonmaligna (nyeri kronis persisten dan
nyeri kronis intermitten) dan nyeri kronis maligna.
4. Alat Ukur
NBM adalah salah satu tools yang digunakan untuk mengetahui
gambaran Musculoskeletal Disorders merupakan kuesioner Nordic Body
Map. Nordic Body Map merupakan kuesioner berupa peta tubuh yang
berisikan data bagian tubuh yang dikeluhkan oleh para pekerja. Kuesioner
Nordic Body Map adalah kuesioner yang paling sering digunakan untuk
mengetahui ketidaknyamanan pada para pekerja, dan kuesioner ini paling
sering digunakan karena sudah terstandarisasi dan tersusun rapi
(Kroemer, 1994).
Pengukuran menggunakan kuesioner Nordic Body Map dengan
alasan untuk melihat bagian kaki mana saja yang terasa nyeri akibat
pemakain high heels.
34
PROFIL SEKOLAH PRAMUGARI BINA AVIA PERSADA SEKOLAH
PRAMUGARI DAN STAF AIRLINE
Kesempatan Kerja di industri penerbangan masih terbuka luas.
Sesudah diterbitkan PP No. 40 tahun 2000, maka industri disektor jasa penerbangan
mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan, saat ini tercatat banyak sekali
maskapai penerbangan nasional yang telah maupun akan beroperasi di Indonesia,
Sementara SDM yang ada masih sangat sedikit sehingga peluang kerja dibidang ini
semakin terbuka lebar.
Untuk memenuhi kebutuhan SDM di industri maskapai penerbangan tersebut
maka pada April 2005 didirikanlah Lembaga Pelatihan Kerja Bina Avia Persada (
BAP ).Bina Avia Persada adalah lembaga pelatihan profesi yang mendidik dan atau
melatih para calon pekerja pada maskapai penerbangan nasional maupun
internasional yang handal dan profesional khususnya untuk program Pramugari
Udara, Staf Airlines (Ground Handling) & Ticketing Reservasi. BINA AVIA
PERSADA berada dibawah naungan Dinas Perizinan Kota Yogyakarta :
1. Program Pramugari No: 0029/UH/2011 3048/31
2. Program Staf Airline No : 0028/UH/2011 3047/31
3. Program Tiketing Reservasi No : 0027/UH/2011 3046/31
Saat ini pilihan yang tepat tentunya ada pada pelatihan yang bermutu, jarak
tempuh pelatihan yang relative singkat, berorientasi profesi dan mudah dalam
mencari kerja. Lokasi pelatihan yang nyaman dan tenang serta didukung dengan
penanganan yang optimal adalah kunci keberhasilan dalam membentuk
pribadi/karakter yang profesional dan siap kerja. Seiring dengan perkembangan
35
bisnis perusahaan maka Bina Avia Persada melebarkan sayapnya dengan membuka
cabang-cabang baru dibeberapa kota, antara lain di Solo, Malang ,Manado,
Pekanbaru ,Surabaya dan Jember. Bina Avia Persada juga berencana membuka
cabang-cabang di kota-kota lain untuk mempermudah putra-putri daerah yang ingin
berkarir di industri penerbangan. Hingga saat ini pelatihan di BINA AVIA
PERSADA telah mempunyai :
1. 28 Angkatan untuk Program Pramugari & Staf Airline
2. 31 Angkatan untuk Program Tiketing Reservasi
Dimana sekitar 90 % siswa BINA AVIA PERSADA telah tersalurkan bekerja
diberbagai perusahaan Maskapai Penerbangan Swasta & BUMN, Perusahaan Ground
Handling (Airport Services), Perusahaan Tour & Travel, dan beberapa
perusahaan/instansi umum lainnya seperti Hotel, Kereta Api dan perusahaan-
perusahaan umum di berbagai kota di Indonesia.