bab ii tinjauan pustaka 2.1 persepsi
TRANSCRIPT
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persepsi
Berdasarkan latar belakang tentang persepsi
pasangan usia muda dalam penggunaan alat kontrasepsi maka
dapat di jelaskan pengertian tentang persepsi adalah sebagai
berikut:
2.1.1 Pengertian Persepsi
Persepsi adalah suatu proses pengorganisasian,
penginterpretasian terhadap suatu rangsang yang diterima
oleh organisme atau individu sehingga merupakan
sesuatu yang berarti dalam diri individu (Walgito dalam
Sunaryo, 2004).
Persepsi menurut Rakhmat dalam Muwarti
(2014) persepsi merupakan pengalaman tentang objek,
peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh
dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan
dari informasi tersebut.
Dengan demikian, persepsi dapat diartikan
sebagai proses diterimanya rangsang melalui pancaindra
yang didahului oleh perhatian sehingga individu mampu
mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal
12
yang diamati, baik yang ada di luar maupun dalam diri
individu.
2.1.2 Macam-Macam Persepsi
Terdapat dua jenis persepsi menurut Maramis
dalam Sunaryo (2004) yaitu:
1. External perception, yaitu persepsi yang terjadi karena
adanya rangsang yang berasal dari luar diri individu.
2. Self perception, yaitu persepsi yang terjadi karena
adanya rangsang yang berasal dari dalam diri individu.
Melalui persepsi, individu dapat menyadari dan
dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di
sekitarnya maupun tentang keadaan diri individu yang
bersangkutan (self perception). Alat penghubung antara
individu dengan dunia luar adalah alat indra. Persepsi
merupakan suatu proses yang didahului pengindraan,
yaitu dengan diterimanya stimulus oleh reseptor,
diteruskan ke otak atau pusat saraf yang diorganisasikan
dan diinterpretasikan sebagai proses psikologis. Akhirnya
individu menyadari tentang apa yang dilihat dan
didengarkan.
13
2.1.3 Aspek-Aspek Persepsi
Menurut Baron dan Bryne dalam Sunaryo (2004)
persepsi mengandung tiga komponen yang membentuk
sikap, yaitu :
1. Komponen kognitif (komponen perceptual), yaitu
komponen yang berkaitan dengan pengetahuan,
pandangan, dan keyakinan yang berhubungan
dengan bagaimana orang mempersepsikan suatu
objek.
2. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu
komponen yang berhubungan dengan rasa senang
atau tidak senang terhadap suatu objek.
3. Komponen konatif (komponen perilaku, atau action
component), yaitu komponen yang berhubungan
dengan kecenderungan untuk bertindak terhadap
suatu objek.
2.1.4 Syarat Terjadinya Persepsi
Persepsi dapat terjadi karena adanya syarat-
syarat yang harus terpenuhi, menurut Walgito dalam
Sunaryo (2004) syarat terjadinya persepsi adalah sebagai
berikut:
a) Adanya objek sebagai stimulus atau bagian dari
respon.
14
b) Adanya perhatian sebagai langkah utama untuk
mengadakan persepsi.
c) Adanya alat indra sebagai pengarah yang menerima
stimulus.
d) Saraf sensoris sebagai alat yang meneruskan stimulus
ke otak, dari otak stimulus dibawa melalui saraf
motoris sabagai alat untuk mengadakan respon.
2.1.5 Proses Terjadinya Persepsi.
Persepsi dapat terjadi karena adanya suatu proses
di dalam diri setiap individu, proses tersebut terjadi melalui
tiga tahap, yaitu:
a) Proses fisik (kealaman): objek menjadi stimulus yang
kemudian dibawa oleh reseptor atau alat indra
b) Proses fisiologis: stimulus dibawa oleh saraf sensoris
menuju otak
c) Proses psikologis: proses dalam otak dibawa oleh saraf
motoris untuk mengadakan persepsi.
Jadi, syarat untuk mengadakan persepsi perlu ada
proses fisik, fisiologis, dan psikologis. Proses terjadinya
suatu persepsi dapat dilihat pada gambar 1.
objek stimulus reseptor
Saraf sensorik otak
15
Gambar 1. Bagan Proses Persepsi Sumber: (Sunaryo, 2004)
Sehingga, melalui tahapan-tahapan proses
tersebut persepsi dapat terjadi.
2.1.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Persepsi dapat terjadi karena adanya faktor-faktor
yang mendorong terjadinya proses tersebut. Menurut
Kozier dalam Sunaryo (2004) adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi seseorang untuk melakukan persepsi,
diantaranya:
a. Variabel demografis seperti: usia, jenis kelamin, ras,
dan suku bangsa. Suku merupakan klasifikasi dari
setiap kelompok dasar yang dibedakan oleh adat,
karakteristik, bahasa, atau faktor pembeda lain yang
sejenis. Melanggar aturan budaya menghasilkan rasa
bersalah dan rasa malu.
b. Variabel sosio-psikologis, yaitu faktor sosial dan
emosional. Faktor sosial dapat berasal dari lingkungan
Persepsi
Saraf Motorik
16
keluarga maupun di luar lingkungan keluarga. Faktor
emosional dapat berasal dari diri individu.
c. Tekanan sosial, merupakan pengaruh dari orang lain
yang mampu mempengaruhi persepsi seseorang
mengenai suatu hal.
d. Cues of action, berupa isyarat internal atau eksternal
misalnya perasaan lemah, gejala yang tidak
menyenangkan atau anggapan seseorang terhadap
kondisi orang terdekat yang menderita suatu penyakit.
Beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi
diatas secara garis besar dapat di bagi menjadi faktor
internal dan eksternal. Internal seperti faktor demografi,
psikologis dan emosional. Faktor eksternal seperti tekanan
sosial.
2.2 Pernikahan Usia Muda
2.2.1 Pengertian Pernikahan
Menurut Undang-Undang Pokok Perkawinan
No.1 Tahun 1974 pasal 1 dijelaskan bahwa perkawinan
merupakan ikatan antara seorang laki-laki dengan
perempuan sebagai suami istri dengan tujuan membentuk
rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa.
17
Ahmad dan Heriyanti dalam Priyanti (2013)
mendefinisikan pengertian perkawinan adalah sebagai
sebuah ikatan antara laki-laki dan perempuan atas dasar
persetujuan dari kedua belah pihak yang saling
berhubungan dengan masyarakat, dimana terdapat norma
atau aturan untuk mengikat dan menghalalkan hubungan
antara kedua belah pihak.
2.2.2 Pengertian Usia Muda
Usia muda merupakan masa peralihan dari anak-
anak menjadi dewasa. Batasan usia muda berbeda-beda
tergantung pada sosial budaya setempat. Menurut
departemen kesehatan, usia muda berkisar antara usia
10-19 tahun dan belum menikah. Diantara usia tersebut
sudah menunjukkan tanda-tanda seksualnya. Terdapat 3
kategori yang perlu diperhatikan, yaitu biologis, psikologis,
dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap definisi usia
muda adalah suatu masa dimana:
1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia
menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder sampai ia
mencapai kematangan.
2. Individu mengalami perkembangan psikologis dari
pemikiran kekanakan menjadi dewasa.
18
3. Terjadi pergantian dari ketergantungan sosial ekonomi
yang penuh kepada orang tua menjadi lebih mandiri.
Disamping itu menurut Sarwono dalam Priyanti
(2013), terdapat beberapa pengertian usia muda, salah
satunya adalah pengertian dari usia muda untuk
masyarakat Indonesia yang mengemukakan bahwa
batasan usia muda adalah diantara usia 11-24 tahun dan
belum menikah melalui pertimbangan sebagai berikut:
1. Usia 11 tahun merupakan usia mulai terlihatnya tanda-
tanda seksual sekunder pada seseorang.
2. Banyak masyarakat Indonesia menganggap usia 11
tahun sudah dianggap dewasa menurut adat maupun
agama setempat, sehingga masyarakat tidak lagi
memperlakukan mereka sebagai anak-anak.
3. Pada usia tersebut mulai terdapat tanda-tanda
tercapainya identitas diri.
4. Pada usia 24 tahun merupakan batas usia maksimal
untuk memberi kesempatan kepada mereka yang
sampai pada usia tersebut masih menggantungkan diri
pada orang tua secara ekonomi serta belum
mempunyai hak penuh sebagai orang dewasa baik
secara adat maupun tradisi setempat.
19
2.2.3 Batasan Usia Perkawinan
Berdasar pada hukum menurut undang-undang,
usia minimal untuk melakukan pernikahan adalah usia 16
tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria (Pasal 7 UU
No. 1/1974 tentang perkawinan). Terlihat bahwa UU
tersebut menganggap seseorang di atas usia tersebut
tidak lagi anak-anak sehingga mereka sudah boleh
menikah, batasan usia ini dimaksud untuk mencegah
perkawinan terlalu dini. Selama seseorang belum
mencapai usia 21 tahun maka masih diperlukan izin dari
orang tua untuk menikahkan anaknya. Setelah berusia di
atas 21 tahun boleh menikah tanpa izin orang tua (Pasal 6
ayat 2 UU No. 1/1974). Tampaklah di sini, bahwa
walaupun UU tidak menganggap mereka yang di atas usia
16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria bukan
anak-anak lagi, tetapi belum dianggap dewasa penuh.
Sehingga masih perlu izin untuk mengawinkan mereka.
Ditinjau dari segi kesehatan reproduksi wanita, usia 16
tahun belum berada dalam usia reproduksi yang sehat
untuk menghadapi kehamilan. Meskipun batas usia
pernikahan telah ditetapkan UU, namun pelanggaran
masih banyak terjadi di masyarakat terutama dengan
20
menaikkan usia agar dapat memenuhi batas usia minimal
tersebut (Sarwono dalam Priyanti, 2013).
2.2.4 Perkawinan Usia Muda
Perkawinan usia muda adalah perkawinan di
bawah usia yang seharusnya belum siap untuk
melaksanakan pernikahan dimana para pihaknya masih
sangat muda dan belum memenuhi persyaratan-
persyaratan yang telah ditentukan dalam melakukan
perkawinan (Bahar, 2013).
Sedangkan menurut BKKBN dalam Bahar
(2013), perkawinan usia muda adalah perkawinan yang
dilakukan di bawah usia. Dimana batas usia dewasa bagi
laki-laki 25 tahun dan bagi perempuan 20 tahun.
Sedangkan dari segi kesehatan, perkawinan usia muda
yang ideal untuk perempuan adalah di atas 20 tahun,
sebab perempuan yang menikah di bawah umur 20 tahun
berisiko terkena kanker leher rahim, karena pada usia
remaja sel-sel leher rahim belum matang, maka jika
terpapar Human Papiloma Virus (HPV) pertumbuhan sel
akan menyimpang menjadi kanker.
2.2.5 Faktor yang Mempengaruhi Perkawinan Usia Muda
Faktor yang yang mempengaruhi perkawinan
usia muda yaitu faktor ekonomi keluarga, kehendak orang
21
tua, kemauan anak, pendidikan, adat dan budaya (Bowner
dan Spanier dalam Astuty, 2013).
Hal tersebut juga diungkapkan oleh Fitra dalam
Astuty (2013) bahwa faktor yang mempengaruhi
perkawinan usia muda adalah faktor pengetahuan,
pendidikan, dorongan orang tua, pergaulan bebas, dan
budaya.
1. Faktor Pengetahuan
Faktor paling utama yang mempengaruhi
remaja untuk melakukan hubungan seks sebelum nikah
adalah untuk membaca buku porno dan menonton film
porno. Sehingga jika terjadi kehamilan akibat hubungan
seks sebelum menikah, maka jalan yang diambil adalah
menikah di usia muda. Namun, ada beberapa remaja
yang berpandangan bahwa menikah muda agar
terhindar dari perbuatan dosa, seperti seks sebelum
nikah. Hal tersebut tanpa didasari oleh pengetahuan
mereka tentang akibat menikah pada usia muda.
2. Faktor Pendidikan
Tingkat pendidikan yang rendah atau tidak
melanjutkan sekolah lagi untuk seorang wanita dapat
dijadkan alasan untuk segera menikah. Permasalahan
yang terjadi karena mereka tidak mengetahui seluk
22
beluk pernikahan, sehingga cenderung untuk cepat
berkeluarga dan melahirkan anak. Selain itu tingkat
pendidikan keluarga juga dapat mempengaruhi
terjadinya perkawinan usia muda. Perkawinan usia
muda juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan
masyarakat secara keseluruhan. Masyarakat dengan
tingkat pendidikan yang rendah akan cenderung untuk
mengawinkan anaknya dalam usia yang masih muda.
3. Faktor Pergaulan Bebas
Suasana Keluarga yang penuh konflik akan
berpengaruh negatip terhadap kepribadian dan
kebahagiaan remaja yang pada akhirnya, mereka
melampiaskan perasaan jiwa dalam berbagai pergaulan
dan perilaku yang menyimpang.
Kehidupan anak yang kurang mendapat
perhatian, kasih sayang dan pemantauan dari orang
tua. Sehingga mengakibatkan mereka melakukan
pergaulan secara bebas yang berdampak rusaknya
karakter pemuda sebagai makhluk Tuhan.
Usia dibawah 20 tahun yang pertumbuhan
seksualnya meningkat dan masa ini mereka mulai
berkembang menuju kedewasaan. Yang mana
memiliki daya seksual yang tinggi dan tak tertahan atau
23
terkendali sehingga memberanikan diri melakukan
hubungan seksual hanya demi penunjukkan rasa cinta
atau penasaran (Hairi, 2015).
4. Faktor budaya
Perkawinan usia muda terjadi karena orang
tua yang khawatir jika anaknya dikatakan perawan tua
sehingga segera dikawinkan tanpa melihat usia
mereka. Faktor adat dan budaya, di beberapa belahan
daerah di Indonesia, masih terdapat pemahaman
tentang perjodohan. Dimana anak gadisnya sejak kecil
telah dijodohkan orang tuanya dan segera dinikahkan
sesaat setelah anak tersebut mengalami masa
menstruasi. Padahal pada umumnya, anak perempuan
mulai mendapat haid pada usia 12 tahun. Maka dapat
dipastikan anak tersebut akan dinikahkan pada usia 12
tahun, jauh di bawah batas usia minimal sebuah
pernikahan yang diamanatkan UU (Hairi, 2015).
2.2.6 Dampak Perkawinan Usia Muda
Melva dalam Priyanti (2013) mengatakan bahwa
wanita yang menikah di bawah usia 16 tahun biasanya 10-
12 kali lebih besar kemungkinan terjadi kanker leher rahim
dibandingkan dengan mereka yang menikah di atas usia
20 tahun. Di bawah usia 18 tahun, alat-alat reproduksi
24
seorang perempuan masih sangat lemah. Jika dia hamil,
maka akibatnya akan mudah keguguran karena rahimnya
belum begitu kuat, sehingga sulit untuk terjadi perlekatan
janin di dinding rahim. Selain itu, kemungkinan mengalami
kelainan kehamilan dan kelainan waktu persalinan.
Selain hal tersebut dampak perkawinan usia
muda menurut Rosaliadevi dalam Priyanti (2013)
diantaranya:
1. Dampak Biologis
Anak secara biologis memiliki alat reproduksi
yang masih dalam proses menuju kematangan,
sehingga belum siap untuk menghadapi hubungan seks
dengan lawan jenisnya, kehamilan sampai kelahiran.
Jika dipaksakan maka akan terjadi trauma atau
perobekan yang luas serta infeksi yang akan
membahayakan organ reproduksinya hingga
membahayakan jiwa anak.
2. Dampak Psikologis
Secara psikis anak juga belum siap dan
mengerti mengenai hubungan seks, sehingga beresiko
menimbulkan trauma secara psikis yang
berkepanjangan dalam jiwa anak yang sulit
disembuhkan. Anak akan sedih dan menyesali
25
hidupnya yang berakhir pada perkawinan yang dia
sendiri tidak mengerti akan keputusan hidupnya. Selain
hal tersebut, ikatan perkawinan akan menghilangkan
hak anak untuk memperoleh pendidikan serta hak
untuk anak untuk bermain.
3. Dampak Sosial
Fenomena sosial berkaitan dengan faktor
sosial budaya dalam masyarakat yang menempatkan
perempuan pada posisi yang rendah dan hanya
dianggap pelengkap seks laki-laki saja. Kondisi ini
sangat bertentangan dengan ajaran agama apapun dan
hanya akan melestarikan budaya buruk yang akan
melahirkan kekerasan terhadap perempuan.
3.3 Alat Kontrasepsi
3.3.1 Pengertian Alat Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata ‘kontra’ yang
berarti mencegah atau menghalangi dan ‘konsepsi’ yang
berarti pembuahan atau pertemuan antara sel telur
dengan sperma. Jadi kontrasepsi dapat diartikan sebagai
suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan sebagai
akibat pertemuan antara sel telur dengan sperma. Tujuan
dari kontrasepsi adalah mencegah terjadinya kehamilan
26
sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang telah
matang dengan sel sperma (BKKBN, 2012).
3.3.2 Cara Kerja Alat Kontrasepsi
Menurut Sudarmo dalam Affandi (2012)
menyatakan bahwa prinsip kerja kontrasepsi adalah
mencegah pertemuan antara sel telur (ovum) dengan sel
mani (sperma) dengan cara:
a. Menekan keluarnya sel telur dari indung telur (ovulasi)
b. Menghalangi masuknya sperma ke dalam saluran
kelamin wanita hingga menuju ovum
c. Menghalangi nidasi yang merupakan peristiwa
masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam
endometrium
3.3.3 Macam-macam alat kontrasepsi
3.3.3.1 Kondom
Kondom merupakan alat kontrasepsi
yang terbuat dari karet dengan cara disarungkan
pada kelamin laki-laki ketika akan bersenggama.
Gambar 2: Kondom pria Sumber: (Wordpress, 2012)
27
1. Jenis-jenis Kondom
Jenis-jenis kondom menurut Hartanto
dalam Affandi (2012) dapat dibedakan
berdasarkan bahan dasar pembuatan kondom,
diantaranya:
a) Kondom yang terbuat dari kulit biasanya
terbuat dari membran usus biri-biri, tidak
meregang atau mengkerut, dapat
meneruskan panas tubuh sehingga dianggap
tidak mengurangi sensitifitas dalam
senggama. Harga jenis kondom ini lebih
mahal dari semua jenis kondom.
b) Kondom yang terbuat dari lateks paling
banyak dipakai, lebih murah dan elastis.
c) Kondom yang terbuat dari plastik lebih tipis,
dapat menghantarkan panas tubuh, dan lebih
mahal dari kondom lateks.
Jenis-jenis kondom berdasarkan
tipenya dapat dibedakan menjadi:
a. Kondom biasa
b. Kondom berkontur (bergerigi)
c. Kondom beraroma
d. Kondom tidak beraroma
28
e. Kondom pria dan wanita:
2. Cara Kerja
Kondom bekerja dengan cara
menghalangi pertemuan sperma dan sel telur
dengan cara mengemas sperma di ujung
selubung karet yang dipasang pada penis
sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke
dalam saluran reproduksi wanita.
3. Efektifitas
Kondom akan efektif apabila dipakai
secara benar pada setiap kali berhubungan
seksual. Pemakaian kondom tidak efektif
beresiko terjadinya kegagalan kontrasepsi.
Adapun angka kegagalan kondom yaitu 2-12
kehamilan per 100 perempuan per tahun.
4. Keuntungan
Kondom memiliki kelebihan yaitu
dapat melindungi dari penyakit menular seksual
seperti HIV/AIDS dan penyakit yang ditularkan
melalui hubungan seksual lainnya. Kondom
dapat dibeli secara bebas dan mudah
digunakan.
29
5. Keterbatasan
Kondom memiliki keefektivitas yang
tidak terlalu tinggi, mengurangi kenikmatan
dalam hubungan seks karena tidak ada
sentuhan langsung antara kulit dengan kulit,
serta harus selalu tersedia setiap kali
berhubungan.
6. Kontra indikasi
Kondom tidak sesuai untuk pria yang
mengalami alergi terhadap bahan dasar
kondom, menginginkan kontrasepsi jangka
panjang, serta tidak mau terganggu dengan
persiapan untuk melakukan hubungan seksual.
7. Efek Samping
Kondom dapat tertinggal dalam
vagina selama beberapa waktu, sehingga
menyebabkan wanita mengalami keputihan
yang banyak dan berbau, serta resiko terjadinya
infeksi ringan.
8. Cara Penggunaan
Pasangkan kondom saat penis
sedang ereksi, tempelkan ujung kondom pada
glans penis dan tempatkan bagian penampung
30
sperma pada ujung uretra. Lepaskan gulungan
karet dengan menggeser gulungan tersebut
kearah pangkal penis. Pemasangan dilakukan
sebelum penetrasi penis ke vagina. Kondom
dilepas sebelum penis melembek. Hanya untuk
sekali pakai.
3.3.3.2 Kontrasepsi Suntik KB
Suntik KB merupakan kontrasepsi
berbentuk cairan, yang berisi hormon progesteron
saja atau kombinasi dari progesteron dan estrogen
dan disuntikkan ke dalam tubuh wanita secara
periodik (Irianto, 2014).
Gambar 3: Kontrasepsi Suntik KB Sumber: (Wordpress, 2012)
1. Jenis kontrasepsi suntikan:
a) Kontrasepsi suntik golongan progestin
misalnya depo-provera 150 mg yang berisi 1
cc dan depo-progestin 150 mg yang berisi 3
cc dapat diberikan setiap tiga bulan sekali.
31
b) Kontrasepsi suntik golongan progestin
dengan campuran estrogen propionat
misalnya cyclofem dapat diberikan setiap
satu bulan sekali.
2. Cara kerja
Pemberian progesteron dapat
mempengaruhi pengeluaran hormon dari
glandula pituitaria yang mengatur ovulasi dan
menyebabkan lendir serviks menjadi lebih kental
sehingga lebih sulit ditembus oleh spermatozoa.
3. Efektifitas
Efektifitasnya dari suntik KB cukup
tinggi dengan angka kegagalan kurang dari 0,1
per 100 wanita dalam 1 tahun penggunaan.
4. Keuntungan
Pemberian suntik KB cukup
sederhana yaitu diberikan setiap 8 sampai 12
minggu. Suntik KB memiliki tingkat efektifitas
yang cukup tinggi, tidak mempengaruhi
hubungan suami istri. Tidak mengganggu
pengeluaran laktasi (kecuali suntikan cyclofem
karena mengandung estrogen).
32
5. Keterbatasan
Terjadinya perubahan pola haid,
amenore, spoting. Adanya gangguan mual, sakit
kepala, nyeri payudara ringan. Terlambat
kembalinya kesuburan setelah berhenti
menggunakan suntik KB serta permasalahan
berat badan.
6. Kontra indikasi
Suntik KB tidak boleh diberikan pada
Ibu penderita kanker payudara, kanker kelamin,
perdarahan pervaginam, hamil, penyakit hati
akut, tumor jinak, jantung, epilepsy,
tuberculosis, hipertensi, serta depresi.
7. Efek Samping
Adanya gangguan haid, menoragia,
keluhan mual, sakit kepala, mastalgia dan berat
badan yang bertambah.
8. Cara penggunaan
Suntik KB yang pertama kali
sebaiknya diberikan pada hari kelima haid untuk
memastikan bahwa ibu tidak sedang hamil,
dengan cara disuntik intramuscular (daerah
pantat). Pemberian suntikan berikutnya
33
tergantung pada macam obat yang digunakan,
yaitu bisa setiap satu bulan atau tiga bulan
sekali.
3.3.3.3 Pil Kontrasepsi
Pil kontrasepsi merupakan kontrasepsi
hormonal yang bertujuan untuk mencegah
terjadinya kehamilan dengan cara diminum (Irianto,
2014).
Gambar 4: Pil KB Sumber: (Wordpress, 2013)
1. Jenis-jenis pil kontrasepsi
a. Pil Kombinasi yang mengandung estrogen
dan progesteron dan diminum setiap hari
b. Minipil yang hanya mengandung progesteron
saja dan diminum setiap hari
c. Pil Sekunseal yang berisi estrogen dan
diberikan selama 2 minggu, kemudian
dilanjutkan pemberian pil kombinasi selama 1
minggu, dan pada minggu keempat akan
terjadi perdarahan haid
34
d. Pil Normofasik yaitu pada 7 hari pertama
diberikan estrogen, kemudian disusul pil
kombinasi selama 15 hari
e. Pil Trifasik merupakan pil kontrasepsi yang
lebih alamiah dan diminum dalam 3 fase
siklus haid dan bisa diminum pada hari
kelima menstruasi
f. After Morning Pills yaitu pil yang berisi
estrogen tinggi dan diminum di pagi hari
setelah melakukan koitus pada malam
harinya
2. Cara Kerja
Menekan ovulasi, mencegah
implantasi, serta mengakibatkan lendir serviks
menjadi kental sehingga sulit dilalui oleh
sperma.
3. Efektifitas
Efektifitas pil KB menyerupai efektifitas
tubektomi apabila dikonsumsi secara rutin, yaitu
dengan angka kegagalan 1 kehamilan per 1000
wanita dalam tahun pertama penggunaan.
35
4. Keuntungan
Efektifitas pil KB cukup tinggi apabila
dikonsumsi sesuai aturannya, kesuburan dapat
kembali dengan cepat setelah berhenti
pemakaian, tidak mengganggu hubungan suami
istri, melancarkan siklus menstruasi
5. Keterbatasan
Mahal dan membosankan karena
harus dikonsumsi setiap hari.
6. Kontra Indikasi
Tidak dianjurkan untuk perempuan
hamil, menyusui eksklusif, perdarahan,
hepatitis, jantung, stroke, kencing manis, kanker
payudara dan wanita yang tidak mau
menggunakan pil secara teratur tiap hari.
7. Efek Samping
a. Ringan
Berupa mual muntah, pertambahan
berat badan, perdarahan tidak teratur,
mastalgia, sakit kepala, timbulnya jerawat,
alopesia dan keluhan ringan lainnya.
36
b. Berat
Dapat terjadi trombo-embolisme,
mungkin karena terjadi peningkatan aktifitas
faktor-faktor pembekuan atau karena
pengaruh vaskuler secara langsung.
Memungkinkan timbulnya karsinoma servik
uteri.
8. Cara Penggunaan
Pil di minum berdasarkan jenis pil dan
petunjuk mengonsumsinya.
3.3.3.4 Implan
Implan merupakan metode kontrasepsi
yang mengandung progestin dengan masa kerja
panjang serta dosis yang rendah untuk wanita
(Irianto, 2014).
Gambar 5: Kontrasepsi Implan Sumber: (Wordpress, 2010)
1. Jenis-jenis implan
37
a. Implan yang terdiri dari 6 kapsul silastik,
setiap kapsul mengandung lenovogestrel 36
mg (Norplant)
b. Implan yang terdiri dari 2 kapsul silastik,
setiap kapsul mengandung lenovogestrel 75
mg (Jadena)
c. Implan yang terdiri dari 1 kapsul silastik,
setiap kapsul mengandung 3-ketodesogestrel
68 mg
2. Cara kerja
Implan bekerja dengan cara menekan
ovulasi dan mencegah lepasnya sel telur dari
indung telur. Mengentalkan lendir mulut rahim
sehingga sperma tidak mudah masuk kedalam
rahim. Menipiskan endometrium sehingga tidak
siap untuk midasi.
3. Efektifitas
Efektifitasnya 0,2-1 kehamilan per 100
perempuan (Affandi, 2012).
4. Keuntungan
Implan memberikan perlindungan
jangka panjang yaitu 3-5 tahun, aman
digunakan setelah melahirkan dan menyusui,
38
biaya ringan, tidak mengganggu hubungan
suami istri.
5. Keterbatasan
Membutuhkan tindak pembedahan
minor untuk insersi dan pencabutan, tidak
mencegah infeksi menular seksual, klien tidak
dapat menghentikan sendiri penggunaan alat
kontrasepsi, akan tetapi harus pergi ke klinik
untuk pencabutan.
6. Kontra indikasi
Wanita hamil, Perdarahan
pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya,
penderita penyakit hati, kanker payudara,
hipertensi, dan jantung.
7. Efek samping
Gangguan menstruasi, perubahan
berat badan, pusing, infeksi pada luka insisi,
gangguan pertumbuhan rambut.
8. Cara Penggunaan
Kapsul implan dipasang tepat
dibawah kulit, di atas lipat siku, di daerah medial
lengan atas dan pemasangan dilakukan pada
lengan yang jarang digunakan.
39
3.3.3.5 Intra Uterine Devices (IUD)
Intra uterine devices (IUD) atau spiral
atau alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
merupakan suatu alat atau benda yang
dimasukkan kedalam rongga rahim (Irianto, 2014).
Gambar 6: Kontrasepsi IUD Sumber: (Wordpress, 2011)
1. Macam-macam IUD
Berdasarkan bentuknya IUD dibagi
menjadi 2 jenis, yaitu:
a. IUD dengan bentuk terbuka (open device),
misalnya Lippes Loop, CU-T, Cu-7, Marguies,
Spring Cooil, Multiload, Nova-T, dan lainnya.
b. IUD dengan bentuk tertutup (closed device),
misalnya Ota ring, Antigon, Grafenberg, Hall-
stone ring, dll.
2. Cara Kerja
40
Mencegah terjadinya fertilisasi,
tembaga pada AKDR menyebabkan reaksi
inflamasi steril, toksik buat sperma sehingga
tidak mampu untuk fertilisasi.
3. Efektifitas
Efektifitas IUD sangat tinggi untuk
mencegah kehamilan dalam jangka waktu 3-10
tahun. Angka kegagalan IUD yaitu 0,6-0,8
kehamilan per 100 wanita.
4. Keuntungan
IUD dapat meningkatkan kenyamanan
hubungan suami istri karena rasa aman
terhadap risiko kehamilan, dapat dipasang
segera setelah melahirkan atau keguguran,
kesuburan cepat kembali setelah IUD dicabut/ di
buka. IUD dapat mencegah kehamilan atau
menjarangkan kehamilan dalam jangka panjang
serta tidak mengganggu laktasi.
5. Keterbatasan
Tidak mencegah infeksi menular
seksual, tidak baik digunakan pada perempuan
yang sering berganti pasangan, diperlukan
prosedur medis termasuk pemeriksaan pelvis.
41
6. Kontra indikasi
IUD tidak dapat digunakan pada
wanita yang mempunyai infeksi pelvis, menderita
penyakit hubungan seksual selama 3 bulan
terakhir, serta adanya kanker leher rahim.
7. Efek samping
IUD Dapat menyebabkan infeksi
panggul apabila pemasangan tidak tepat, dapat
terjadi rasa sakit berupa kram perut setelah
pemasangan, terdapat perubahan siklus haid,
sakit kepala, serta resiko ekspulsi.
8. Cara penggunaan
Prinsip pemasangan IUD adalah
menempatkan IUD setinggi mungkin dalam
rongga rahim (cavum uteri). Saat pemasangan
yang paling baik ialah pada waktu mulut
peranakan masih terbuka dan rahim dalam
keadaan lunak. Misalnya, 40 hari setelah
bersalin dan pada akhir haid.
3.3.3.6 Tubektomi MOW (Medis Operatif Wanita)
42
Tubektomi merupakan prosedur bedah
dengan mengikat atau memotong saluran telur
agar sel telur tidak dapat dibuahi oleh sperma
(Irianto, 2014).
Gambar 7: Tubektomi Sumber: (BKKBN, 2015)
1. Jenis-jenis tubektomi
a. Minilaparotomi
b. Laparoskopi
2. Cara Kerja
Dengan mengklusi tuba falopii
(mengikat dan memotong atau memasang
cincin) sehingga sperma tidak dapat bertemu
dengan ovum.
3. Efektifitas
Sangat efektif dalam mencegah
kehamilan hingga 99%, segera efektif post-
operatif.
4. Keuntungan
43
Tidak mengganggu asi, angka
kegagalan hampir tidak ada, tidak mengganggu
hubungan suami istri.
5. Keterbatasan
Harus dipertimbangkan sifat
permanen kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan
kembali, kecuali dengan operasi rekanalisasi),
dilakukan oleh dokter yang terlatih.
6. Kontra indikasi
Hamil, diabetes, hipertensi, penyakit
jantung dan paru-paru, stroke.
7. Efek Samping
a. Risiko trauma internal sedikit lebih tinggi
b. Kemungkinan infeksi serius sedikit tinggi
8. Cara Penggunaan
a. Minilaparotomi
Minilaparotomi dilakukan melalui
suatu insisi suprapubik kecil dengan panjang
3-5 cm, kemudian tuba di cari tindakan pada
tuba ialah lidasi dan eksisi serta reseksi
sebagian dapat dilakukan segera setelah
melahirkan.
b. Laparoskopi
44
Laparoskopi merupakan suatu
pemeriksaan endoskopik dari bagian dalam
rongga peritoneum dengan alat laparoskop
yang dimasukkan melalui dinding anterior
abdomen tindakan pada tuba ialah oklusi
dengan cincin falope atau kauterisasi.
3.3.3.7 Vasektomi MOP (Medis Operatif Pria)
Vasektomi merupakan sterilisasi pada
laki-laki dengan memotong saluran mani (vas
deverens) (Irianto, 2014).
Gambar 8: Vasektomi Sumber: (Wordpress, 2013)
1. Jenis Vasektomi
a. Vasektomi tanpa pisau bedah
b. Vasektomi dengan implan vasclip
c. Vasektomi laser
2. Cara Kerja
45
Sterilisasi yang dilakukan pada laki-
laki dengan cara memotong saluran mani (vas
deverens) kemudian kedua ujungnya di ikat,
sehingga sel sperma tidak dapat mengalir keluar
penis (uretra), tetap dapat terjadi ejakulasi
namun hanya semacam lendir yang tidak
mengandung sperma saja yang keluar.
3. Efektivitas
Efektifitas dibantu dengan menggunakan
kondom terjadi kehamilan pada 1 per 100
perempuan sedangkan bila tanpa dibantu
menggunakan kondom yaitu 2-3 per 100
perempuan pada tahun pertama penggunaan.
4. Keuntungan
Proses Vasektomi menggunakan tehnik
operasi kecil yang sederhana, jarang dijumpai
komplikasi, hasil yang diperoleh hampir 100%
efektif, biaya murah dan terjangkau oleh
masyarakat, bila pasangan suami istri
menginginkan keturunan lagi, kedua ujung vas
deferens dapat disambung kembali (operasi
rekanalisasi).
5. Keterbatasan
46
Tidak efektif segera, WHO
menyarankan kontrasepsi tambahan selama 3
bulan setelah prosedur.
6. Kontra indikasi
Hernia inguinalis, filariasis,
undersensus testikularis, anemia berat,
gangguan pembekuan darah.
7. Efek samping
Hampir tidak ada resiko trauma
internal, infeksi serius, serta kematian yang
berhubungan dengan anestesi
8. Cara Penggunaan
a. Vasektomi tanpa pisau bedah
Prosedur ini tidak menggunakan
pisau bedah tanpa ada sayatan yang dibuat
melainkan hanya dua tusukan kecil
dilakukan di masing-masing sisi untuk
mengambil vas deferens dan kemudian
mengklem, menutup atau mengikat dan
menempatkan kembali ketempatnya.
b. Vasektomi dengan implant vasclip
47
Prosedur ini, vas deferens ditutup dengan
alat yang disebut vasclip. Vas deferens tidak
dipotong sehingga mengurangi potensi rasa
sakit.
c. Vasektomi laser
Dalam metode ini laser digunakan untuk
menutup vas deferens sehingga rasa sakit
dan ketidaknyamanan minimal.
KERANGKA KONSEP
48
Berdasarkan latar belakang yang terjadi, maka di ambilah
penelitian mengenai “Persepsi Pasangan Usia Muda Dalam
Penggunaan Alat Kontrasepsi”, berikut adalah kerangka teori:
Gambar 9: Bagan Kerangka Konsep
Persepsi merupakan suatu proses diterimanya rangsang
melalui pancaindra yang didahului oleh perhatian sehingga
pasangan usia muda yang menikah diusia kurang dari 20 tahun
mampu mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang
penggunaan alat kontrasepsi, yang meliputi: kondom, suntik, pil
kontrasepsi, implan, AKDR, MOW, MOP.
Persepsi
Pasangan Usia
Muda
Alat
Kontrasepsi