bab ii tinjauan pustaka 2.1 persepsi 2.1.1 pengertian

26
16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian Persepsi Menurut Atkinson persepsi merupakan suatu proses mengorganisasikan dan mengartikan pola-pola stimulus yang ada dalam lingkungan. Menurut Milton (1981:22) bahwa persepsi merupakan suatu proses pemilihan, pengorganisasian dan penafsiran terhadap stimulus yang timbul dari lingkungan. Menurut Clifford T. Morgan (1981:299) persepsi adalah proses dimana kita membedakan antara stimulus satu dengan stimulus lain dan kemudian menafsirkan stimulus tersebut. Menurut Scheerer (1954) dalam (Sarwono, 1983:94) menyatakan bahwa persepsi adalah representasi fenomenal tentang obyek-obyek distal sebagai hasil pengorganisasian obyek distalitu sendiri, medium dan rangsang proksimal. Suprihanto dkk (2003:33) mengemukakan mengenai persepsi adalah suatu bentuk penilaian satu orang dalam menghadapi rangsangan yang sama, tetapi dalam kondisi lain akan menimbulkan persepsi yang berbeda. Indrawijaya (2000:47) menyatakan bahwa persepsi merupakan dimana manusia dalam mengorganisasikan, menafsirkan, dan memberi arti kepada suatu rangsangan selalu menggunakan inderanya, yaitu melalui mendengar, melihat, merasa, meraba, dan mencium, yang dapat terjadi terpisah-pisah atau serentak. repository.unisba.ac.id

Upload: others

Post on 07-Nov-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persepsi

2.1.1 Pengertian Persepsi

Menurut Atkinson persepsi merupakan suatu proses mengorganisasikan dan

mengartikan pola-pola stimulus yang ada dalam lingkungan.

Menurut Milton (1981:22) bahwa persepsi merupakan suatu proses pemilihan,

pengorganisasian dan penafsiran terhadap stimulus yang timbul dari lingkungan.

Menurut Clifford T. Morgan (1981:299) persepsi adalah proses dimana kita

membedakan antara stimulus satu dengan stimulus lain dan kemudian menafsirkan

stimulus tersebut.

Menurut Scheerer (1954) dalam (Sarwono, 1983:94) menyatakan bahwa

persepsi adalah representasi fenomenal tentang obyek-obyek distal sebagai hasil

pengorganisasian obyek distalitu sendiri, medium dan rangsang proksimal.

Suprihanto dkk (2003:33) mengemukakan mengenai persepsi adalah suatu

bentuk penilaian satu orang dalam menghadapi rangsangan yang sama, tetapi dalam

kondisi lain akan menimbulkan persepsi yang berbeda.

Indrawijaya (2000:47) menyatakan bahwa persepsi merupakan dimana

manusia dalam mengorganisasikan, menafsirkan, dan memberi arti kepada suatu

rangsangan selalu menggunakan inderanya, yaitu melalui mendengar, melihat, merasa,

meraba, dan mencium, yang dapat terjadi terpisah-pisah atau serentak.

repository.unisba.ac.id

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian

17

Menurut Davis and Newstrrom (1985:563) persepsi adalah pandangan

individu terhadap dunia lingkungan.

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

Ketika mengamati suatu objek, kadang-kadang suatu objek yang sama

dipersepsi berlainan oleh dua orang atau lebih. Charles R Milton (1981:22)

menjelaskan lebih rinci mengenai faktor -faktor yang berpengaruh terhadap persepsi

orang :

a. The person perceived (orang yang diamati) Setiap individu berusaha membuat

penilaian terhadap tingkah laku orang yang diamati, dengan memberikan

perhatian (attention) pada orang tersebut seringkali individu tidak menyadari

faktor yang mempengaruhi penilaiannya ini. Status dan kedudukan dengan

orang yang diamati secara sadar atau tidak seringkali mempengaruhi

perilakunya dalam berhubungan dengan orang lain.

b. The situation (situasi) Aspek – aspek dari situasi seperti pekerjaan dan atribut

– atribut lain yang melekat pada diri seseorang yang melakukan persepsi, akan

mempengaruhi pengamatannya terhadap objek, situasi atau manusia lainnya.

Oleh karena itu, masing – masing individu mempunyai persepsi yang berbeda

dalam mengamati lingkungannya.

c. Perceiver (pengamat) Persepsi juga dipengaruhi oleh kondisi individu dari si

pengamat. Salah satu aspek internal yang mempengaruhi persepsi seseorang

adalah faktor kebutuhan. Seseorang cenderung mengarahkan perhatiannya pada

hal-hal yang dapat memenuhi kebutuhan – kebutuhannya.

repository.unisba.ac.id

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian

18

d. Self perception (persepsi diri) Untuk memahami perilaku orang lain, seseorang

harus mengerti bagaimana ia mengamati dirinya sendiri atau bagaimana konsep

dirinya. Konsep diri dinyatakan sebagai gambaran mental mengenai apa

pendapat kita tentang diri kita sendiri. Konsep diri tentu saja unik, tetapi juga

bersifat menetap dalam diri individu, sehingga individu cenderung mempunyai

gaya hidup tersediri yang khas. Bereaksi, berpikir dan bertindak dengan cara

tertentu yang membedakannya dengan orang lain.

e. Self perception and perceiving other (persepsi diri dan pengamatan terhadap

orang lain) Dengan mengenal dan memahami diri sendiri memudahkan kita

untuk memahami orang lain dengan tepat dan lebih sedikit membuat kesalahan

menilai orang lain. Bila seseorang mau menerima dirinya sendiri, maka ia

cenderung dapat melihat aspek – aspek positif dari orang lain yang berarah akan

memperluas pandangannya dalam melihat dan menilai orang lain.

f. Personal characteristic (karakter pribadi) Karakter pribadi seseorang akan

mempengaruhi karakter yang dilihat pada orang lain. Kata – kata yang

digunakan dalam melukiskan orang lain, cenderung digunakan pula dalam

menggambarkan diri sendiri.

Menurut Walgito (2002:70-71) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi

persepsi antara lain :

a. Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus

dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam

repository.unisba.ac.id

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian

19

individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja

sebagai reseptor.

b. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu

juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima

reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran.

c. Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian

yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan

persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas

individu yang diajukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.

Persepsi sekalipun yang stimulusnya sama, tetapi karena pengalaman tidak

sama,kemampuan berfikir tidak sama, kerangka acuan tidak sama, adanya

kemungkinan hasil persepsi antara individu satu dengan yang lain tidak sama. Keadaan

tersebut memberikan sedikit gambaran bahwa persepsi itu memang bersifat individual

sehingga dapat menimbulkan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam persepsi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, meliputi :

Menurut Robbins (2001:89) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi

persepsi antara lain :

a. Pelaku persepsi

Bila seseorang individu memandang suatu objek dan mencoba menafsirkan

apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi

dari pelaaku persepsi individu itu.

repository.unisba.ac.id

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian

20

b. Objek atau target

Karakteristik-karakteristik dari objek atau target yang akan diamati dapat

mempengaruhi apa yang akan dipersepsikan oleh individu tersebut.

c. Kontek situasi itu dilakukan.

Penting bagi seorang individu melihat konteks objek aatau peristiwa, karena

unsur-unsur lingkungan disekitarnya sangat mempengaruhi persepsi individu

tersebut.

Pendapat lain Menurut Irwanto (1988:76) berpendapat mengenai faktor-faktor

yang mempengaruhi persepsi anatara lain :

a. Perhatian yang selektif

Setiap individu akan menerima banyak rangsang dari lingkungannya. Namun

demikian, ia harus memusatkan perhatiannya pada rangsangan-rangsangan tertentu

saja agar objek-objek atau gejala-gejala lain tidak tampil.

b. Ciri-ciri rangsang

Rangsang yang bergerak di antara rangsang yang diam akan lebih menarik

perhatian.

c. Nilai-nilai dan kebutuhan individu

Setiap individu mempunyai nilai dan kebutuhan yang tidak sama.

d. Pengalaman terdahulu

Pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana seseorang

mempersepsi dunianya.

Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan

pandangan seseorang yang timbul dari setiap individu yang menimbulkan sikap

repository.unisba.ac.id

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian

21

perilaku manusia yang mana merupakan suatu unsur dalam penyesuaian perilaku

manusia itu sendiri, faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi antara lain, Objek yang

dipersepsi, Objek atau target, Perhatian, Kontek situasi itu dilakukan, Ciri-ciri

rangsang, Pengalaman terdahulu, dan Nilai-nilai kebutuhan individu.

2.1.3 Proses Terjadinya Persepsi

Walgito (2002:71) menjelaskan proses terjadinya persepsi sebagai berikut :

a. Proses kealaman atau proses fisik, yaitu proses stimulus mengenai alat indera.

b. Proses fisiologis, stimulus yang diterima oleh alat inderaditeruskan oleh syaraf

sensoris ke otak.

c. Proses psikologis, terjadi di otak atau pusat kesadaran sehingga individu

menyadari apa yang dilihat, apa yang didengar, dan apa yang dirasa.

Menurut Indrawijaya (2000:48-51), proses terjadi persepsi melalui tahap-

tahap:

a. Proses masukan (input proces)

Proses persepsi dimulai dari tahap penerimaan rangsangan, yang ditentukan

baik oleh faktor luar maupun didalam manusia itu sendiri.

b. Selektifitas

Manusia memperoleh berbagai rangsangan dari lingkungannya, baik yang

bersifat terbatas atau sempit maupun yang bersifat luas lagi. Kemampuan manusia

terbatas sehingga cenderung memberi perhatian pada rangsangan tertentu saja yang

mempunyai relevansi, nilai dan arti baginya

repository.unisba.ac.id

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian

22

c. Proses penutupan (closure)

Proses penutupan merupakan proses untuk melengkapi atau menutupi jurang

informasi yang ada. Kecenderungan seseorang merasa sudah mengetahui keseluruhan,

merupakan suatu hal yang penting dalam proses perseptual, karena hal tersebut dapat

dipergunakan untuk memperkirakan hasil akhir proses persepsual.

2.2. Pembinaan

Pembinaan adalah salah satu strategi pengembangan SDM. Menurut Jons

(1928) dalam Sarwono (1993), strategi pengembangan SDM antara lain :

1. Melalui pelatihan

2. Pendidikan

3. Pembinaan

4. Rekrutment

2.2.1 Pengertian Pembinaan

Menurut kamus pusat bahasa Depdiknas ( 2002; 152) kata pembinaan

mempunyai tiga makna, yaitu :

1. Proses, cara, perbutan untuk mengupayakan sesuatu menjadi lebih maju/baik.

2. Pembaruan, penyempurnaan.

3. Usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk

memperoleh hasil yang lebih baik.

Menurut Thoha (1987; 7) pembinaan adalah suatu tindakan, proses, hasil atau

penyataan yang lebih baik.

Menurut Mangunharjana (2001; 1 dan 14) pembinaan adalah sebagai proses

belajar dan mempelajari hal-hal baru yang belum dimiliki, dengan tujuan membantu

repository.unisba.ac.id

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian

23

orang yang menjalaninya untuk membetulkan dan mengembangkan pengetahuan serta

kecakapan baru, guna mencapai tujuan hidup dan kerja yang sedang dijalani agar lebih

efektif. Karena itu fungsi pokok dari pembinaan menyangkut tiga hal : 1. Penyampaian

informasi dan pengetahuan, 2. Perubahan dan pengembangan sikap, 3 latihan dan

pengembangan kecakapan serta keterampilan.

Secara konseptual pembinaan adalah terdiri dari empat unsur pengertian :

1. Pembinaan adalah suatu upaya atau usaha melalui tindakan, proses atau pernyataan

dari suatu tujuan.

2. Menunjukan kegiatan berupa penyampaian informasi dan pengetahuan, pengarahan

dan bimbingan, latihan dan pengembangan kecakapan, keterampilan dan

pengembangan sikap, sehingga menghasilkan perubahan dari individu maupun

kolektif.

3. Menunjukan kearah kemajuan berupa pertumbuhan, perbaikan, peningkatan,

pembaruan, pengembangan dan penyempurnaan atas sesuatu.

4. Ada prosedur dan proses evaluasi yang dilakukan terhadap upaya pembinaan.

2.2.3 Pembinaan Kuliah Karyawan

Pembinaan kuliah karyawan adalah suatu program yang dibentuk oleh RSAI

untuk membangun aqidah, perilaku yang baik dan benar meliputi Kognitif, Afektif dan

Psikomotor. Program kegiatan Pembinaan Kuliah Karyawan yang terdiri dari

Mentoring Diniah Karyawan (MDK), Pengajian Senin-Kamis, Mabit, Monday

Morning Meeting (3M), dan Klasikal Mentoring. Mentoring Diniah Karyawan (MDK)

bersifat wajib yang dilakukan sebulan 2 kali.

repository.unisba.ac.id

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian

24

2.2.4 Materi Pembinaan Kuliah Karyawan

Materi yang diberikan adalah turunan dari Core Beliefes RSAI yaitu Iman,

Islam, Ihsan.

1. Iman

Materi yang diturunkan dari 6 asas rukun iman yang terdiri dari iman kepada

Allah, Malaikat, Kitab-kitab, Rosul, Hari kiamat, Qada dan Qadar.

2. Islam

Materi yang diturunkan dari 5 asas rukun islam yang terdiri dari mengucapkan

dua kalimat syahadat, sholat, zakat, puasa dan haji.

3. Ihsan

Materi yang diberikan adalah untuk menjadi pribadi yang dapat menjalankan

iman dan islam dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Materi-materi yang diberikan adalah :

a. Memahami asma Allah

b. Memahami sifat Allah

c. Keutamaan menyempurnakan ibadah

d. Perbaikan diri

e. Kekuatan untuk istiqomah

f. Pentingnya lingkungan yang baik

g. Pentingnya memelihara iman dan amal shaleh

h. Itttiba’ terhadap Rosul

i. Terbiasa untuk saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran

repository.unisba.ac.id

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian

25

2.3 Beban Kerja

2.3.1 Pengertian Beban Kerja

Islilah beban kerja sering ditafsirkan sebagai suatu hal yang memberatkan atau

yang menekan bagi kehidupan seseorang. Pengertian beban kerja menurut Kamus besar

Bahasa Indonesia (KBBI) adalah barang yang berat yang dibawa (dipikul atau

dijunjung dan sebagainya); sesuatu yang berat (sukar) dilakukan, penekanan,

tanggungan atau kewajiban yang harus dilakukan.

Pekerjaan (job) memiliki pengertian sekumpulan kedudukan yang memiliki

persamaan kewajiban atau tugas pokok. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

kata kerja diartikan sebagai kegiatan melakukan sesuatu yang dilakukan berkaitan

dengan pekerjaan. Selanjutnya dalam Klasifikasi Jabatan Indonesia (KJI) diterangkan

bahwa pekerjaan terdiri atas unsur-unsur (elemen kerja). Unsur-unsur (elemen kerja)

merupakan komponen terkecil dari pekerjaan. Unsur pekerjaan dalam kumpulan yang

lebih besar disebut dengan tugas (task). Tugas merupakan kegiatan fisik atau mental

yang membentuk langkah-langkah logis yang diperlukan untuk melaksanakan suatu

pekerjaan. Kumpulan dari tugas-tugas, kewajiban dan tanggung jawab yang diebankan

kepada seseorang disebut kedudukan (position). Dengan demikian beban kerja menurut

uraian diatas merupakan tekanan dari pekerjaan beserta aspek-aspek

yangmenyertainyayang dirasakan oleh seseorangdalam melakukan pekerjaannya.

Beban kerja tidak lepas dari persoalan beban kerja mental (mental workload) dan beban

fisik (physical workload).

Beberapa pengertian ada dari beberapa ahli yang mengemukakan pengertian

beban kerja.

repository.unisba.ac.id

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian

26

Keith Davis (1985) mengemukakan bahwa beban sebagai suatu kondisi

ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses pikiran dan kondisi fisik seseorang.

Ghoper & Dunchin (1986) menjelaskanbahwa kapasitas seseorangyang

dibutuhkan untuk mcngerjakan tugas sesuai dengan harapan (perforriance harapan)

berbeda dengan kapasitas yang tersedia pada saat itu (performance aktual) yang disebut

dengan beban kerja. Perbedaan diantara keduanya menunjukkan taraf kesukaran tugas

yang mencerminkan beban kcrja. Dengan kata lain, adanya tuntutan yang lebih tinggi

untuk mengerjakan tugas tidak sebanding dengan kapasitas yang dimiliki.

Menurut Gibson dan Ivancevich (1993:163) beban kerja adalah sebagai

berikut: “Tekanan sebagai tanggapan tidak dapat menyesuaikan diri, yang dipengaruhi

oleh perbedaan individual dan proses psikologis, yakni suatu konsekuensi dari setiap

tindakan ekstern (lingkungan, situasi, peristiwa atau fisik) yang terlalu banyak

mengadakan tuntutan psikologis dan fisik terhadap seseorang”. Dengan kata lain beban

kerja timbul karena adanya tekanan yang berasal dari tuntutan lingkungan dan

tanggapan setiap individu dalam menanggapinya dapat berbeda.

Menurut Cohen (1980) beban kerja merupakan kondisi pekerjaan yang

dirasakan oleh pekerja yang berkaitan dengan faktor situasional yang terdiri dari faktor

lingkungan fisik dan psikis.

Cohen, (1980), melakukan penelitian terhadap sejumlah orang yang

dihadapkan pada kondisi-kondisi yang tidak menyenangkan di dalam pekerjaannya.

Kondisi-kondisi itu berupa suara bising, kejutan listrik, hambatan-hambatan dalam

pekerjaan, birokrasi dan tugas-tugas yang diberikan. Hasil yang diperoleh

menunjukkan bahwa orang-orang dalam penelitian tersebut menjadi kurang efektif

repository.unisba.ac.id

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian

27

dalam menjalan tugas-tugas yang membutuhkan ketelitian konsentrasi, toleransi

terhadap frustasi rendah dan mengalami gangguan terhadap kemampuan persepsi,

mereka menujukkan penurunan kepekaan terhadap orang lain dan bertambahnya

perilaku agresi.

Berdasarkan pengertian beban kerja diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa

beban kerja adalah merupakan sesuatu yang dirasakan dan tanggapan terhadap faktor

situasional berupa lingkungan fisik maupun psikis oleh seseorang (pekerja). Jika

seseorang mampu menyesuaikan diri terhadap tuntutan tersebut maka hal ini tidak

menjadi suatu beban kerja, akan tetapi apabila usaha untuk menyesuaikan dirinya tidak

berhasil maka halini akan menjadi suatu beban kerja. Beban kerja adalah sesuatu

yangdirasakan beradadiluar kemampuan pekerja untuk melakukan pekerjaannya.

Selain itu beban kerja merupakan kondisi pekerjaan yang dirasakan oleh pekerja

berkaitan dengan faktor fisik dan psikis.

2.3.2 Proses terjadinya beban kerja

Beban kerja timbul karena adanya keterbatasan dalam kemampuan manusia

meproses informasi yang diterima. Dalam psikologi hal ini dikenal dengan fenomena

“bottleneck theory” atau kemandengan dalam kemampuan memproses informasi.

Wickens dan Hollands (2000) mengungkapkan tiga garis besar permasalahan

yang berkaitan dengan keterbatasan atensi manusia ini, yaitu :

1. Atensi Selektif (Selevtive Attention) . Terkadang manusia cenderung memilih hal-

hal yang kurang penting dari lingkungan untuk diproses. Akibatnya, stimuli yang

penting justru terabaikan. Jebakan kognisi ini sering disebut dengan kanal kognisi

(cognitive tunneling).

repository.unisba.ac.id

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian

28

2. Atensi Terfokus (focused Attention). Pada waktu-waktu tertentu kita terkadang gagal

dalam berkonsentrasi pada suatu sumber informasi dilingkungan, terkecuali kita

memang sangat terdorong untuk melakukannya.

3. Atensi yang terbagi (Divided Atenstion). Ketika masalah terjadi pada atensi yang

terfokus tadi, sebagian dari atensi kita secara tidak sengaja terarah pada stimuli yang

tidak kita harapkan untuk diproses, sedangkan bila masalah itu terjadi pada atensi yang

terbagi, kita tidak mampu membagi atensi kita diantara berbagai stimuli itu karena kita

ingin mengerjakan semuanya.

2.3.3 Beban Kerja Sebagai Faktor Situasional

Beban kerja yang dirasakan oleh seseorang pekerja dapat menjadi faktor

penekan yang menghasilkan kondisi-kondisi tertentu, sehingga menuntut manusia

memberikan energi atau perhatian yang lebih. Faktor penekan ini adalah beban yang

ditimbulkan dari pekerjaannya yang dirasakan pekerja. Faktor yang menjadi penekan

tersebut berasal dari luar diri yang terdiri dari lingkungan fisik dan lingkuan psikis.

2.3.2.1 Beban kerja lingkungan fisik

Kondisi-kondisi lingkungan fisik lingkungan kerja banyak berhubungan

dengan psikologi kerekayasaan, dimana kondisi fisik dapat membuat pekerjaan

menjadi lebih manusiawi. Kondisi fisik hampir sepenuhnya dapat diatur atau dirubah

dan dibuat sedemikian rupa sehingga kondisi fisik di lingkungan kerja dapat

meningkatkan produktivitas kerja manusia. Faktor lingkungan fisik adalah lingkungan

pekerjaan itu sendiri, kondisi-kondisi fisik di lingkungan kerja dapat mempengaruhi

kepuasan kerja dan kenyamanan kerja, yang meliputi (Cohen, 1980):

repository.unisba.ac.id

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian

29

a. Rancangan Ruang Kerja

Rancangan ruang kerja meliputi kesesuaian pengaturan susunan kursi, meja dan

fasilitas kantor lainnya. Hal ini mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap

kenyamanan dan tampilan kerja karyawan. Jika kenyamanan kerja tidak terpenuhi

atau tidak sesuai dengan harapan karyawan akibatnya akan menimbulkan stress.

b. Rancangan Pekerjaan (Work Space Design)

Rancangan pekerjaan meliputi peralatan kerja dan prosedur atau metode kerja.

Peralatan kerja yang tidak sesuai dengan pekerjaannya akan mempengaruhi

kesehatan dan hasil kerja. Masalah-masalah juga akan muncul apabila prosedur

kerja tidak dirancang dengan baik. Prosedur dan metode kerja sering telah

ditentukan oleh pihak perusahaan, sehingga karyawan mau tidak mau harus

menjalankan dan mengikuti prosedur yang telah ada. Birokrasi yang panjang dan

berbelit-belit dalam pengurusan surat-surat izin atau dinas merupakan salah satu

penyebab stres kerja.

c. Kondisi Lingkungan Kerja

Masalah penerangan dan kebisingan merupakan faktor penekan utama diantara

aspek-aspek fisik di lingkungan kerja. Penerangan dan kebisingan sangat

berhubungan dengan kenyamanan dalam bekerja. Pekerjaan-pekerjaan tertentu

yang menuntut kemampuan konsentrasi hingga seperti tugas seorang mekanik,

sangat diperlukan kondisi lingkungan yang tenang dan nyaman. Sirkulasi udara dan

suhu ruangan juga sangat berpengaruh terhadap kondisi seseorang dalam

menjalankan tugasnya. Polusi udara yang masuk ke dalam ruang kerja dapat

repository.unisba.ac.id

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian

30

mengakibatkan aktivitas kerja menurun, kemampuan ingatan jangka pendek juga

menurun (mudah lupa), dan gangguan kesehatan lainnya.

d. Tingkat privasi

Pekerjaan-pekerjaan tertentu membutuhkan tempat kerja yang dapat

memberikan privasi bagi karyawannya. Konsep mengenai privasi dapat diartikan

sebagai “keleluasaan pribadi” ̧ dimana seseorang memiliki keleluasaan pribadi

terhadap hal-hal yang menyangkut dirinya dari kelompoknya. Keleluasaan pribadi

seorang karyawan produksi pada suatu perusahaan akan memiliki arti yang berbeda

dengan keleluasaan pribadi staf personalia. Pada kenyataannya tempat kerja yang

memberikan keleluasaan pribadi. Keleluasaan pribadi merupakan faktor penting

bagi kenyamanan kerja. Tidak adanya keleluasaan pribadi dapat menimbulkan

ketidaknyamanan dan ketidakpuasan pekerja.

2.3.2.2 Beban kerja lingkungan psikis

Lingkungan psikis di tempat kerja dapat berdampak positif atau pun negatif,hal

ini sangat tergantung bagaimana individu menanggapinya. Faktor lingkungan psikis

merupakan hal-hal yang menyangkut hubungan sosial dan keorganisasian. Cohen

(1980), beban kerja lingkungan psikis diantaranya meliputi:

1. Pekerjaan yang berlebihan (Work overload)

Pekerjaan berlebihan adalah pekerjaan yang berlebihan yang memerlukan

kemampuan maksimal dari seseorang. Pada umumnya pekerjaan yang berlebihan

merupakan hal-hal yang menekan yang dapat menimbulkan ketegangan (tension).

2. Waktu yang terdesak atau terbatas (Time urgency)

repository.unisba.ac.id

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian

31

Waktu yang terbatas atau mendesakdalam menyelesaikan suatu pekerjaan,

merupakan hal-hal yang menekan yang dapat menimbulkan ketegangan (tension).

Seseorang karyawan rata-rata menggunakan waktu kerjanya dalam seminggu

mencapai 40 jam, tetapi waktu yang dimililkinya kadang-kadang tidak cukup unruk

melakukan tugas-tugasnya. Apabila pekerjaan yang dikerjakan terburu-buru maka

kemungkinan besar akan terjadi kesalahan dan dapat merugikan.

3. Sistem pengawasan yang tidak effisien (Poor quality of supervisor)

Sistem pengawasan yang tidak efisien atauburuk dapat menimbulkan

ketidaktenangan bagi karyawan dalam bekerja karena salah satuharapan karyawan

dalam memenuhi kebutuhan kerjanya adalah adanya bimbingan dan pengawasan

yang baik dan objektif dari atasannya.

4. Kurang tepatnya pemberian kewenangan sesuai dengan tanggung jawab yang

diberikan (Inadequate authority to match responsibilities).

Akibat dari Sistem pengawasan yang buruk akan menimbulkan efek pada

pemberian wewenang yang tidak sesuai dengan tanggung jawab yang dituntut

pekerja. Pekerja yang tanggung jawabnya lebih besar dari wewenang yang

diberikan akan mudah mengalami perasaan tidak sesuai yang akhirnya berpengaruh

pada kinerjanya.

5. Kurang umpan balik prestasi kerja (Insufficeient performance feedback)

Kurangnya umpan balik prestasi kerja dapat mcnimbulkan ketidakpuasan

kerja. Misalnya mendapatkan pujian atau kenaikan gaji ketika bekerja dengan baik.

6. Ketidakjelasan peran (Role ambiguity)

repository.unisba.ac.id

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian

32

Agar menghasilkan performa yang baik, karyawan perlu mengetahui tujuan

dari pekerjaan, apa yang diharapkan untuk dikerjakan serta tanggungjawab dari

pekerjaan mereka. Ketidakjelasan peran dapat dikarenakan informasi yang tidak

lengkap dan ketidaksesuaian status kerja.

7. Perubahan-perubahan dalam pekerjaan (Change of any type)

Perubahan-perubahan yang terjadi dalam pekerjaan akan mempengaruhi

cara orang-orang dalam bekerja. Hal ini berarti terjadinya ketidakstabilan pada

situasi kerja. Perubahan menuntut penyesuaian agar terjadi ketasbilan. Perubahan

di lingkungan kerja dapat berupa perubahan jenis pekerjaan, perubahan organisasi,

pergantian pemimpin maupun perubahan kebijakan pemilik perusahaan.

8. Konflik antar pribadi dan antar kelompok dan seterusnya (Interpersonal and

intergroup conflict)

Perselisihan juga dapat terjadi akibat perbedaan tujuan dan nilai-nilai yang

dianut dua pihak. Dampak negatif perselisihan adalah terjadinva gangguan dalam

komunikasi, kekompakkan dan kerjasama. Situasi yang sering menimbulkan

perselisihan di tempat kerja.

9. Suasana politik yang tidak aman (Insecure political climate)

Ketidakstabilan suasana politik dapat terjadi di lingkungan kerja maupun di

lingkungan lebih luas lagi. Misalnya situasi politik yang tidak menentu, yang

mengganggu kestabilan perubahan-perubahan dan ekonomi.

10. Frustrasi (Frustration)

Frustasi sebagai kelanjutan dari konflik yang berdarnpak pada

terhambatnya usaha mencapai tujuan. Missalnya harapan perusahaan yang tidak

repository.unisba.ac.id

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian

33

sesuai dengan harapan pekerja. Hal ini akan menimbulkan stres apabila

berlangsung terus-menerus.

11. Perbedaan nilai-nilai perusahaan dengan nilai-nilai yang dimiliki pekerja

(Differences between company's and employee's values).

Kebijakan perusahaan kadang-kadang sering bertolak belakang dengan diri

pekerja. Hal ini merupakan sesuatu yang wajar, karena pada dasamya perusahaan

lebih berorientasi pada keuntungan (provit). Sedangkan pekerja menuntut upah

yang tinggi, kesejahteraan serta adanya jaminan kerja yang memuaskan. Pada

umumunya pekerjaan yang berlebihan itu sebagai hal yang menjadi sumber

penekan yang dapat menimbulkan ketegangan, hal ini sering menjadi beban bagi

sebagian orang, tetapi bisa juga bukan merupakan sebagai tekanan bagi sebagian

orang lainnya. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan, proses psikologis dan

penghayatan individu tentang beban kerja yang dihadapinya berbeda-beda.

2.4 Perawat

2.4.1 Pengertian Perawat

Perawat (nurse) berasal dari bahasa latin yaitu kata nutrix yang berarti merawat

atau memelihara. Menurut Kusanto (2003), perawat adalah seseorang (seorang

profesional) yang mempunyai kemampuan tanggung jawab dan kewenangan

melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan kepada berbagai jenjang pelayanan

keperawatan.

Dalam UU RI No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, Perawat adalah mereka

yang memiliki kemampuan dan kewenangan yang melakukan tindakan keperawatan

berdasarkan ilmu yang dimiliki diperoleh melalui pendidikan keperawatan.

repository.unisba.ac.id

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian

34

Keputusan Menteri Kesehatan Nomer 1239/MenKes/SK/XI/2001 tentang

registrasi dan praktik perawat, pada pasal 1 ayat 1 yang berbunyi bahwa perawat adalah

seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar negeri

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

2.4.2 Konsep utama keperawatan

Terdapat lima dasar konsep utama keperawatan (Suwignyo 2007) :

a. Tanggung jawab perawat

Tanggung jawab perawat yaitu membantu apapun yang pasien butuhkan untuk

memenuhi kebutuhan tersebut. Perawat harus menegetahui kebutuhan pasien untuk

membantu memenuhinya.

b. Mengenal perilaku pasien

Mengenal perilaku pasien yaitu dengan mengobservasi apa yang dikatakan pasien

maupun perilaku nonverbal yang ditunjukan pasien.

c. Reaksi segera

Meliputi persepsi, ide dan perasaan perawat pelaksana rawat inap dan pasien.

Reaksi segera adalah respon segera atau respon internal dari perawat pelaksana rawat

inap dan persepsi individu pasien, berfikir dan merasakan.

d. Disiplin proses keperawatan

Menurut George (dalam Suwignyo, 2007) mengartikan disiplin proses

keperawatan sebagai interaksi total (totally interactive) yang dilakukan tahap demi

tahap, apa yang terjadi antara perawat dan pasien dalam hubungan tertentu, reaksi

perawat terhadap perilaku tersebut dan tindakan yang harus dilakukan,

repository.unisba.ac.id

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian

35

mengidentifikasi kebutuhan pasien untuk membantunya serta untuk melakukan

tindakan yang tepat.

e. Kemajuan/peningkatan

Peningkatan berarti tumbuh lebih, pasien menjadi lebih berguna dan produktif.

2.4.3 Pengertian Perawat pelaksana

Perawat pelaksana pelaksana adalah perawat pelaksana rawat inap yang

berperan memberi asuhan keperawatan pada pasien secara langsung, mengikuti

timbang terima, melaksanakan tugas yang didelegasikan dan mendokumentasikan

asuhan keperawatan (Suarli dan Bachtiar, 2005 ). Bentuk asuhan keperawatan

tersebut berupa antara lain :

1. Bentuk asuhan keperawatan pada manusia sebagai klien yang memiliki

ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar ini dapat diberikan melalui

pelayanan keperawatan untuk meningkatkan atau memulihkan kemampuan dalam

memenuhi kebutuhan dasarnya khususnya kebutuhan fisiologis.

2. Bentuk asuhan keperawatan pada manusia sebagai klien yang memiliki

ketidakmauan dalam memenuhi kebutuhan dasar ini dapat di berikan melalui

pelayanan keperawatan yang bersifat bantuan dalam pemberian motivasi pada klien

yang memiliki penurunan dalam kemauan sehingga diharapkan terjadi motivasi

yang kuat untuk membangkitkan semangat hidup agar terjadi peningkatan.

3. Bentuk asuhan keperawatan pada manusia sebagai klien yang memiliki

ketidaktahuan dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia ini dapat diberikan

melalui pelayanan keperawatan yang bersifat pemberi pengetahuan, yang berupa

pendidikan kesehatan (health education) yangdapat dilakukan pada individu,

repository.unisba.ac.id

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian

36

keluarga atau masyarakat yang mempunyai pengetahuan yang rendah dalam

masalah perawat pelaksana rawat inapan kesehatan sehingga diharapkan dapat

terjadi perubahan peningkatan kebutuhan dasar. Agar mampu melaksanakan

asuhan keperawatan maka perawat pelaksana rawat inap harus memepunyai

beberapa peran.

2.4.4 Peran Perawat

Peran perawat adalah merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain

terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana dapat dipengaruhi

oleh keadaan sosial baik dari profesi maupun dari luar profesi keperawat pelaksana

rawat inapan yang bersifat konstan (Hidayat, 2006). Peran perawat menurut

konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari peran sebagai pemberi asuahan

keperawat pelaksana rawat inapan, advokat klien, pendidik, koordinator, kolaborator,

konsultan dan peneliti.

a. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan

Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan

memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui

pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan

sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan

dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat dasar kebutuhan dasar

manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan

keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai yang kompleks.

repository.unisba.ac.id

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian

37

b. Peran sebagai advokat klien

Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam

menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain

khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang

diberikan kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi

hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas

informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya

sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.

c. Peran edukator

Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat

pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga

terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

d. Peran koordinator

Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi

pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan

dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.

e. Peran kolaborator

Peran perawat pelaksana rawat inap disini dilakukan karena perawat bekerja

melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi, dan lain-

laindengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan

termasuk diskusiatau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan

selanjutnya.

repository.unisba.ac.id

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian

38

f. Peran konsultan

Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan

keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilaksanakan atas permintaan

klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.

g. Peran pembaharu

Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja

sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian

pelayanan keperawatan

2.5 Kerangka Pikir

Rumah sakit sebagai suatu badan yang memberikan pelayanan jasa kesehatan

bagi masyarakat akan selalu dibutuhkan dan diharapkan untuk selalu dapat

memberikan bantuan pelayanan kesehatan yang maksimal bagi masyarakat.

RSAI merupakan salah satu Rumah Sakit Swasta tipe B dan merupakan rumah

sakit dengan nuansa dan citra islami yang mencoba mengupayakan pelayanan

kesehatan kepada pasien sebaik-baiknya. RSAI memiliki Visi menjadi rumah sakit

yang unggul, terpercaya dan islami dan Misi melaksanakan dan menerapkan nilai-nilai

islami kedalam seluruh aspek pelayanan maupun pengelolaan rumah sakit, membantu

dan mendukung program pemerintah dalam bidang kesehatan, melakukan kerjasama

lintas sektoral dan ikut berperan aktif dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat, melakukan pelayanan kesejatan dengan memberi kepuasan kepada

konsumen sehingga melebihi apa yang diharapkan, mengembangkan kemampuan dan

meningkatkan kesejahteraan sumber daya yang dimiliki.

repository.unisba.ac.id

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian

39

Selain Visi dan Misi islami, di RSAI juga ditetapkan program 4SGRT yaitu

senyum, salam, sapa, sopan santun, gesit responsip dan ucapan terima kasih. Kemudian

sebagai core values-nya ditetapkan 7 nilai RSAI yaitu kasih sayang, bersih, jujur

disiplin, tanggung jawab, kerjasama, dan ridho Allah. Sementara core believes-nya

adalah ihsan, iman, dan pengamalan rukun islam.

Perawat pelaksana rawat inap memiliki beban kerja yang cukup berat dimana

perbandingan antara perawat pelaksana rawat inap dan pasien tidak ideal yaitu 1 : 6.

Selain perbandingan yang tidak ideal, perawat pelaksana rawat inap juga mengerjakan

pekerjaan lain diluar kompetensi mereka, seperti melakukan administrasi pasien BPJS,

melakukan Billing (merinci biaya selama pasien dirawat) ketika ada pasien pulang,

khususnya pada saat shift siang dan malam karena bagian administrasi sudah tidak ada

ditempat kerja. Selain itu, mereka juga mengerjakan tugas lain seperti memisah-

misahkan alat tenun (seprai, selimut, baju pasien) yang seharusnya tugas laundry, dan

tugas membereskan obat-obatan yang harusnya tugas farmasi. Perawat pelaksana rawat

inap juga menyebutkan tentang banyaknya pasien dengan penyakit berat yang

menambah beban kerja, seperti adanya pasien observasi. Karena seharusnya pasien

observasi berada pada ruangan khusus seperti ICU, tapi karena ruangan khusus penuh

ditempatkan di ruangan biasa. Selain itu, perawat pelaksana rawat inap juga merasakan

pasien yang kurang mengerti akan kesibukan perawat pelaksana rawat inap, seperti

terus-terusan memencet bel meminta dilayani padahal ada keluarganya, sedangkan

mereka sedang melakukan tugas yang lainnya

Selain beban kerja, perawat pelaksana rawat inap juga mendapatkan program

pembinaan yaitu sebagai upaya internalisasi VISI-MISI, nilai-nilai 4SGRT, Core

repository.unisba.ac.id

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian

40

Values 7 nilai RSAI, dan Core Beliefes Iman, Islam, Ihsan di RSAI yang terdiri dari

Mentoring Diniah Karyawan (MDK), Monday Morning Meeting (3M), Mabit, dan

Klasikal Mentoring. Mentoring Diniah Karyawan (MDK) bersifat wajib yang

dilakukan sebulan 2 kali, apabila tidak hadir akan berdampak pada pemotongan insentif

yang didapatkan karyawan. Tujuan program Pembinaan ini adalah membangun aqidah,

perilaku yang baik dan benar meliputi Kognitif, Afektif dan Psikomotor.

Dalam menghadapi situasi kerja yang memiliki beban kerja yang berat, tentu

individu akan memberikan reaksi yang berbeda-beda. Selain beban kerja, terdapat juga

program pembinaan kuliah karyawan, yang dipersepsikan sebagai sesuatu yang

berbeda oleh setiap perawat pelaksana rawat inap. Menurut Milton, Charles R

(1981;22) persepsi adalah suatu proses pemilihan, pengorganisasian, penafsiran dan

pemaknaan stimulus yang muncul dari lingkungan kerja.

Aspek-aspek yang berkaitan dengan pembinaan dalam penelitian ini yaitu

penyampaian informasi dan pengetahuan, perubahan dan pengembangan sikap,

Latihan dan pengembangan kecakapan serta keterampilan.

Dengan adanya persepsi terhadap program pembinaan yang diterima oleh

perawat pelaksana rawat inap pelaksana memuncul penghayatan yang berbeda

terhadap beban kerja yang mereka hadapi.

repository.unisba.ac.id

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian

41

Skema kerangka pikir

2.6. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang

sebenarnya masih harus diuji secara empiris. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian

ini adalah “semakin positif persepsi terhadap pembinaan semakin ringan beban kerja

yang hayati oleh perawat pelaksana rawat inap di RSAI Bandung”.

Perawat

pelaksana

rawat inap

Pembinaa

n

Persepsi

positif

Persepsi

negatif

Meningkatnya

pemahaman

agama

Muamalah

dalam

bekerja

menjadi

lebih baik

Beban kerja ringan

secara fisik

Pemahaman

agama tidak

meningkat

Beban kerja

berat secara fisik Muamala

h dalam

bekerja

tidak

lebih baik

Beban kerja

ringan secara

psikis

Beban kerja

berat secara

psikis

repository.unisba.ac.id