bab ii tinjauan pustaka 2. 1. hasil belajar 2.1.1...

28
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. HASIL BELAJAR 2.1.1. Pengertian Belajar Menurut Hamalik, belajar dapat dibedakan menurut pandangan tradisional dan menurut pandangan modern. Belajar menurut pandangan tradisional adalah suatu usaha untuk memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan, sedangkan belajar menurut pandangan modern adalah suatu proses perubahan tingkah laku berkat interaksi dengan lingkungannya. (Hamalik,1986:40) Menurut M. Sobri Sutikno, belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. (http://indramunawar.blogspot.com) Menurut Sardiman, belajar merupakan usaha untuk mengubah tingkah laku individu-individu yang belajar, dan perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga dapat berbentuk kecakapan, ketrampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak dan penyesuaian diri. (Sardiman, 2003:121) Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa belajar merupakan usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya sehingga menghasilkan perubahan dan perubahan itu tidak

Upload: haminh

Post on 07-Jul-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. HASIL BELAJAR 2.1.1 ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/5/jhptump-a-wasih-220-2-babii.pdf11 5. Belajar insidental (incidental learning) Belajar insidental

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. HASIL BELAJAR

2.1.1. Pengertian Belajar

Menurut Hamalik, belajar dapat dibedakan menurut pandangan tradisional

dan menurut pandangan modern. Belajar menurut pandangan tradisional adalah

suatu usaha untuk memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan, sedangkan belajar

menurut pandangan modern adalah suatu proses perubahan tingkah laku berkat

interaksi dengan lingkungannya. (Hamalik,1986:40)

Menurut M. Sobri Sutikno, belajar merupakan suatu proses usaha yang

dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

(http://indramunawar.blogspot.com)

Menurut Sardiman, belajar merupakan usaha untuk mengubah tingkah

laku individu-individu yang belajar, dan perubahan itu tidak hanya berkaitan

dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga dapat berbentuk kecakapan,

ketrampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak dan penyesuaian diri.

(Sardiman, 2003:121)

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa belajar merupakan usaha

yang dilakukan individu untuk memperoleh pengetahuan dengan cara berinteraksi

dengan lingkungannya sehingga menghasilkan perubahan dan perubahan itu tidak

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. HASIL BELAJAR 2.1.1 ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/5/jhptump-a-wasih-220-2-babii.pdf11 5. Belajar insidental (incidental learning) Belajar insidental

10

hanya berbentuk penambahan pengetahuan baru tetapi dapat berupa pemahaman

terhadap sesuatu, perubahan sikap, minat, dan sebagainya.

2.1.2. Jenis-jenis Belajar

Ada bermacam-macam jenis belajar yang dapat dilakukan seseorang,

yaitu :

1. Belajar bagian (part learning, fractioned learning).

Belajar bagian dilakukan oleh seseorang bila dihadapkan pada materi belajar

yang bersifat luas atau ekstensif, misalnya mempelajari sajak ataupun

mempelajari gerakan-gerakan motoris seperti bermain silat.

2. Belajar dengan wawasan (learning by insight).

Wawasan (insight) merupakan pokok utama dalam pembicaraan psikologi

belajar dan proses berpikir. Belajar wawasan merupakan proses

mereorganisasikan pola-pola tingkah laku yang telah terbentuk menjadi satu

tingkah laku yang ada hubungannya dengan penyelesaian atau persoalan.

3. Belajar diskriminatif (discriminatif learning).

Belajar diskriminatif merupakan usaha untuk memilih beberapa sifat

situasi/stimulus dan menjadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku.

Subyek yang belajar akan diminta untuk berespon secara berbeda-beda

terhadap stimulus yang berlainan.

4. Belajar global/keseluruhan (global whole learning).

Belajar global adalah mempelajari bahan belajar secara keseluruhan berulang

ulang sampai pelajar menguasainya. Belajar global merupakan lawan dari

belajar bagian.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. HASIL BELAJAR 2.1.1 ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/5/jhptump-a-wasih-220-2-babii.pdf11 5. Belajar insidental (incidental learning) Belajar insidental

11

5. Belajar insidental (incidental learning)

Belajar insidental berlawanan dengan anggapan bahwa belajar itu selalu

berarah-tujuan (intensional), karena dalam belajar insidental pada individu

tidak ada sama sekali keinginan untuk belajar dan jumlah frekuensi materi

belajar yang diperlihatkan tidak memegang peranan penting.

6. Belajar instrumental (instrumental learning).

Reaksi-reaksi seseorang siswa yang diperlihatkan dalam belajar instrumental

ini diikuti oleh tanda-tanda yang mengarah pada apakah siswa tersebut akan

mendapat hadiah, hukuman, berhasil atau gagal. Individu diberi hadiah bila ia

bertingkah laku sesuai dengan tingkah laku yang dikehendaki, dan sebaliknya

dihukum bila bertingkah laku yang tidak sesuai dengan yang dikehendaki,

sehingga akhirnya akan terbentuk tingkah laku tertentu.

7. Belajar intensional (intentional learning).

Belajar intensional adalah belajar dalam arah tujuan. Belajar intensional

merupakan lawan dari belajar insidental.

8. Belajar laten (latent learning).

Perubahan-perubahan tingkah laku pada belajar laten tidak terjadi dengan

segera, sehingga disebut laten. Belajar laten biasanya dalam bentuk belajar

insidental.

9. Belajar mental (mental learning).

Perubahan tingkah laku yang mungkin terjadi tidak nyata terlihat, melainkan

hanya berupa perubahan proses kognitif karena ada bahan yang dipelajari.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. HASIL BELAJAR 2.1.1 ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/5/jhptump-a-wasih-220-2-babii.pdf11 5. Belajar insidental (incidental learning) Belajar insidental

12

Belajar mental juga bisa diartikan belajar dengan cara melakukan observasi

dari tingkah laku orang lain, membayangkan gerakan-gerakan orang lain.

10. Belajar produktif (productive learning).

Belajar produktif merupakan belajar dengan transfer yang maksimum yaitu

mengatur kemungkinan untuk melakukan transfer tingkah laku dari satu

situasi ke situasi lain. Belajar disebut produktif bila individu dapat

mentransfer prinsip menyelesaikan suatu persoalan dari satu situasi ke situasi

lain.

11. Belajar verbal (verbal learning).

Belajar verbal merupakan belajar mengenai materi verbal dengan melalui

latihan dan ingatan. Dasar dari belajar verbal diperlihatkan dalam eksperimen

klasik dari Ebbinghaus. Sifat eksperimen ini meluas dari belajar asosiatif

mengenai hubungan dua kata yang tidak bermakna sampai pada belajar

dengan wawasan mengenai menyelesailan persoalan yang kompleks yang

harus diungkapkan secara verbal.( Slameto,2003 : 5-8)

2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Menurut Slameto (1995:2) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

sebagai berikut :

1). Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam individu itu sendiri. Faktor

ini terdiri dari faktor biologis (jasmaniah) faktor psikologis (rohaniah) dan

kelelahan.

2). Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar individu lingkungan

keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. HASIL BELAJAR 2.1.1 ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/5/jhptump-a-wasih-220-2-babii.pdf11 5. Belajar insidental (incidental learning) Belajar insidental

13

2.1.4. Tujuan Belajar

Tujuan seseorang belajar adalah untuk meningkatkan kemampuan. Ada

tiga kemampuan yang dapat ditingkatkan dengan belajar, antara lain :

a. Meningkatkan kemampuan kognitif, yaitu kemampuan yang sifatnya

menambah pengetahuan, informasi, pemahaman, penerapan, analisis sintesis

dan evaluasi

b. Meningkatkan kemampuan psikomotor, yaitu kemampuan yang berhubungan

dengan keterampilan keaktifan fisik (motor skills).

c. Meningkatkan kemampuan afektif, yaitu kemampuan yang meliputi penelitian

sikap, apresiasi, nilai-nilai evaluasi, menyenangkan, menghormati, dan lain-

lain. (Dimyati dan Mujiono, 2002:20)

2.1.5. Dimensi Hasil Belajar

Hasil belajar disebut juga prestasi belajar. Tes hasil belajar merupakan

serangkaian pertanyaan atau tugas yang harus dikerjakan oleh siswa yang hasilnya

digunakan untuk mengukur kemampuan siswa.

Hasil belajar dapat dikaitkan dengan terjadinya perubahan kepandaian,

kecakapan, atau kemampuan seseorang dimana proses kepandaian itu terjadi tahap

demi tahap. Hasil belajar diwujudkan dalam lima kemampuan yaitu kemampuan

intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, kemampuan motorik dan sikap

(Sudjana,1988 : 45)

Dimensi hasil belajar seseorang ada tiga , yaitu :

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. HASIL BELAJAR 2.1.1 ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/5/jhptump-a-wasih-220-2-babii.pdf11 5. Belajar insidental (incidental learning) Belajar insidental

14

1. Dimensi kognitif, yaitu kemampuan yang berhubungan dengan berpikir,

mengetahui, dan memecahkan masalah seperti pengetahuan komprehensif,

aplikatif, sintetis, analisis dan pengetahuan evaluatif.

2. Dimensi afektif adalah kemampuan yang berhubungan dengan sikap, nilai,

minat dan apresiasi.

3. Dimensi psikomotorik adalah kemampuan yang berhubungan dengan

ketrampilan motori (Sudjana,1988:46)

2.1.5. Tipe Hasil Belajar

Tipe hasil belajar dapat dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Tipe hasil belajar bidang kognitif

a. Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan (knowledge) pengetahuan hafalan

dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata “knowledge” dari Bloom.

Cakupan dalam pengetahuan hafalan termasuk pula pengetahuan yang

sifatnya faktual, di samping pengetahuan yang mengenai hal-hal yang

perlu diingat kembali seperti batasan, peristilahan, pasal, hukum, bab,

ayat, rumus, dan lain-lain.

b. Tipe hasil belajar pemahaman (comprehention). Tipe hasil belajar

pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari tipe hasil belajar pengetahuan

hafalan. Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti

dari sesuatu konsep.

c. Tipe hasil belajar penerapan (aplication).

Aplikasi adalah kesanggupan menerapkan dan mengabstraksi suatu

konsep, ide, rumus hukum dalam situasi yang baru. Misalnya memecahkan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. HASIL BELAJAR 2.1.1 ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/5/jhptump-a-wasih-220-2-babii.pdf11 5. Belajar insidental (incidental learning) Belajar insidental

15

persoalan dengan menggunakan rumus tertentu, menerapkan suatu dalil

atau hukum dalam suatu persoalan.

d. Tipe hasil belajar analisis (analysis)

Analisis adalah kesanggupan memecah, mengurangi suatu integritas

(kesatuan yang utuh) menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian yang

mempunyai arti, atau mempunyai tingkatan atau hirarki.

e. Tipe hasil belajar sintesis (synthesis)

Sintesis adalah lawan analisis. Bila pada analisis ditekankan pada

kesanggupan menguraikan suatu integritas menjadi bagian yang bermakna,

pada sintesis adalah kesanggupan menyatukan unsur atau bagian menjadi

satu integritas.

f. Tipe hasil belajar evaluasi (evaluation)

Evaluasi adalah kesanggupan memeberikan keputusan tentang nilai

sesuatu berdasarkan judgment yang dimilikinya dan kriteria yang

dipakainya. Tipe hasil belajar ini dikategorikan paling tinggi, dan

terkandung semua tipe hasil belajar yang telah dijelaskan sebelumnya.

2. Tipe hasil belajar afektif. Ada beberapa tingkatan bidang afektif sebagai

tujuan dari tipe hasil belajar. Tingkatan tersebut dimulai tingkat yang dasar

atau sederhana sampai tingkatan yang kompleks, yaitu :

a. Receiving atau attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima

rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang pada siswa, baik dalam

masalah situasi ataupun gejala.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. HASIL BELAJAR 2.1.1 ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/5/jhptump-a-wasih-220-2-babii.pdf11 5. Belajar insidental (incidental learning) Belajar insidental

16

b. Responding atau jawaban. Yakni yang diberikan seseorang terhadap

stimulasi yang datang dari luar. Dalam hal ini termasuk ketetapan reaksi,

perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang

kepada dirinya.

c. Valuing (penilaian). Yakni berkenaan dengan nilai dan kepercayaan

terhadap gejala atau stimulus tadi.

d. Organisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam satu sistem organisasi,

termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai lain dan

kemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.

e. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai yakni keterpaduan dari semua

sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola

kepribadian dan tingkah lakunya.

3. Tipe Hasil Belajar Bidang Psikomotor

Hasil belajar bidang psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan (skill),

kemampuan bertindak individu (seseorang). Ada enam tingkatan keterampilan

yakni:

a. Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar).

b. Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.

c. Kemampuan perseptual termasuk di dalamnya membedakan visual,

membedakan auditif motorik dan lain-lain.

d. Kemampuan dibidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan

ketepatan.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. HASIL BELAJAR 2.1.1 ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/5/jhptump-a-wasih-220-2-babii.pdf11 5. Belajar insidental (incidental learning) Belajar insidental

17

e. Gerakan-gerakan skill, nilai dari keterampilan sederhana sampai pada

keterampilan yang kompleks.

f. Kemampuan yang berkenaan dengan non decursive komunikasi seperti

gerakan ekspresif, interpretataif (Sudjana,1989:50-52).

Tipe hasil belajar di atas sangat penting untuk diketahui oleh guru agar

dapat merumuskan tujuan pengajaran yang sesuai dengan materi pelajaran.

2.2. PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran

yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan

mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara

Indonesia yang cerdas, terampil dan karakter yang diamanatkan oleh Pancasila

dan Undang-Undang Dasar 1945, disamping itu Pendidikan Kewarganegaraan

dimaksudkan untuk membekali budi pekerti, pengasahan kemampuan dasar

berkenaan dengan negara, serta pendidikan bela negara agar menjadi warga

negara yang baik (Depdiknas, Peraturan Menteri 2006).

Pendidikan Kewarganegaraan adalah konsep multi dimensional yang

dimaksudkan untuk meletakan dasar-dasar pengetahuan tentang masyarakat

politik, tentang persiapan yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam proses

politik secara menyeluruh, dan secara umum tentang apa definisi dan bagaimana

menjadi warganegara yang baik. Kalau dicermati bahwa Pendidikan

kewarganegaraan adalah suatu disiplin ilmu yang memberi kesempatan dalam

mengikuti arah perkembangan bangsa untuk itu kita harus mendukung tujuan dan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. HASIL BELAJAR 2.1.1 ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/5/jhptump-a-wasih-220-2-babii.pdf11 5. Belajar insidental (incidental learning) Belajar insidental

18

cita-cita yang telah dicantumkan dalam UUD 1945 .(Asykuri ibn chamim, 2003:

44)

Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan:

1. Berfikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu

kewarganegaraan.

2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, bertindak secara cerdas

dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta pencegahan

terhadap tindak korupsi, kolusi, dan nepotisme.

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan

pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama

dengan bangsa-bangsa lainnya.

4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara

langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan

komunikasi. (Diknas , 2006: 241)

Selain itu, Pendidikan Kewarganegaraan juga bertujuan untuk :

1. Menanamkan, memupuk dan mengembangkan rasa berbakti kepada Tuhan

Yang Maha Esa dan saling menghormati sesama manusia.

2. Memupuk dan mengembangkan rasa kekeluargaan dalam hidup sebagai

anggota masyarakat dan kasih sayang terhadap sesama manusia.

3. Memupuk dan mengembangkan rasa bangga dan cinta terhadap tanah air.

4. Memupuk dan mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi warga

negara yang demokratis yang berbudi luhur, cakap dan bertanggung jawab

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. HASIL BELAJAR 2.1.1 ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/5/jhptump-a-wasih-220-2-babii.pdf11 5. Belajar insidental (incidental learning) Belajar insidental

19

terhadap kesejahteraan bangsa dan negara serta mendahulukan kewajiban

daripada haknya.

5. Menanamkan, memupuk dan mengembangkan sifat dan sikap kewiraan

(keberanian berdasarkan kebenaran dan keadilan) (Oemar Hamalik, 2006:88)

Secara garis besar silabus mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

terdiri dari :

a. Dimensi pengetahuan Kewarganegaraan (Civics Knowledge) yang mencakup

bidang politik, hukum dan moral. Materi pengetahuan Pendidikan

Kewarganegaraan meliputi pengetahuan tentang lembaga pemerintahan,

identitas nasional, hak dan kewajiban warga negara.

b. Dimensi keterampilan Kewarganegaraan (Civics Skill) meliputi keterampilan

partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Contohnya :

keterampilan mempengaruhi dan memonitoring jalannya pemerintahan, proses

pengambilan keputusan politik, keterampilan memecahkan masalah-masalah

sosial, keterampilan pengadaan koalisi kerjasama dalam mengelola konflik.

c. Dimensi nilai-nilai Kewarganegaraan meliputi antara lain, percaya diri,

komitmen, penguasaan atas nilai-nilai religius, toleransi, kebebasan

individual, kebebasan pers. (Depdiknas, 2006:4)

Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-

aspek sebagai berikut :

a. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi : Hidup rukun dalam perbedaan,

Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda,

Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. HASIL BELAJAR 2.1.1 ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/5/jhptump-a-wasih-220-2-babii.pdf11 5. Belajar insidental (incidental learning) Belajar insidental

20

negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia,

Keterbukaan dan jaminan keadilan.

b. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga,

Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan

daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistem

hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional.

c. Hak asasi manusia meliputi : Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban

anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional Hak Asasi Manusia,

Pemajuan, penghormatan dan perlindungan Hak Asasi Manusia.

d. Kebutuhan warga negara meliputi : Hidup gotong royong, Harga diri sebagai

warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan

pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan

warga negara.

e. Konstitusi Negara meliputi : Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang

pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan

dasar negara dengan konstitusi.

f. Kekuasaan dan Politik meliputi : Pemerintahan desa dan kecamatan,

Pemerintahan daerah dan otonomi daerah, Pemerintah pusat, Demokrasi dan

sistem politik, budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani,

Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi.

g. Pancasila meliputi : kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi

negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. HASIL BELAJAR 2.1.1 ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/5/jhptump-a-wasih-220-2-babii.pdf11 5. Belajar insidental (incidental learning) Belajar insidental

21

nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi

terbuka.

h. Globalisasi, meliputi Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri

Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan

organisasi internasional, dan Mengevaluasi globalisasi. (Depdiknas, 2006 :

272)

2.3. MATERI ORGANISASI

Materi Organisasi merupakan salah satu materi yang diajarkan di kelas V

SD. Organisasi adalah sekelompok manusia yang diatur untuk bekerjasama dalam

rangka mencapai tujuan bersama. ( Setiati Widihastuti dan Fajar Rahayuningsih,

2008 : 57 )

Ciri-ciri organisasi :

1. Kumpulan manusia.

Sebuah organisasi tidak mungkin terdiri atas 1 orang saja, tetapi pasti terdiri

dari dua orang atau lebih.

2. Tujuan bersama

Untuk dapat disebut organisasi, sekumpulan manusia harus mempunyai tujuan

bersama. Sekumpulan manusia yang mempunyai tujuan sendiri-sendiri

bukanlah sebuah organisasi. Contohnya sekumpulan orang yang sedang

menunggu bus tidak dapat disebut organisasi karena mereka mempunyai

tujuan sendiri-sendiri.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. HASIL BELAJAR 2.1.1 ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/5/jhptump-a-wasih-220-2-babii.pdf11 5. Belajar insidental (incidental learning) Belajar insidental

22

3. Kerjasama

Harus ada kerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama itu harus

melibatkan semua orang yang terlibat dalam organisasi. Jika ada tujuan

bersama tetapi dikerjakan sendiri-sendiri tidak dapat disebut organisasi.

4. Pengaturan

Untuk dapat melakukan kerjasama dibutuhkan aturan. Maksud aturan ini

adalah agar semua orang dalam kelompok terlibat dalam kerja sama dan

mendapatkan tugasnya masing-masing sehingga organisasi dapat berjalan. (Setiati

Widihastuti dan Fajar Rahayuningsih, 2008 : 58)

Manfaat organisasi adalah :

1. Lebih mudah menjalani hidup, sebab memiliki teman-teman yang mempunyai

tujuan yang sama

2. Lebih mudah mencapai tujuan yang dicita-citakan, sebab seluruh teman satu

organisasi akan membantu dan mendukung mencapai cita-cita

Macam-macam organisasi :

1. Organisasi di sekolah, antara lain :

a. Pramuka

Manfaat pramuka adalah mendapat banyak keterampilan hidup,

mempunyai banyak teman dan mengajarkan hidup berorganisasi.

b. Koperasi sekolah

Koperasi sekolah adalah koperasi yang didirikan di lingkungan sekolah.

Anggotanya terdiri atas siswa sekolah. Koperasi sekolah biasanya menjual

peralatan sekolah, seperti pensil, buku tulis, buku gambar, dan lain-lain.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. HASIL BELAJAR 2.1.1 ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/5/jhptump-a-wasih-220-2-babii.pdf11 5. Belajar insidental (incidental learning) Belajar insidental

23

Pengurus koperasi sekolah berasal dari siswa sekolah yang dibina oleh

guru. Kekuasaan tertinggi organisasi koperasi adalah rapat anggota, yaitu

rapat yang diikuti oleh seluruh anggota.

Pada awal berdiri, jumlah anggota koperasi paling sedikit dua puluh orang,

kemudian mereka mengadakan rapat anggota untuk memilih pengurus dan

pengawas koperasi yang bertugas menjalankan koperasi.

Agar dapat berjalan, koperasi harus mempunyai dana. Sumber dana

koperasi terdiri dari :

1). Simpanan pokok, yaitu sejumlah uang yang wajib dibayarkan oleh

anggota kepada koperasi. Pembayaran dilakukan pada saat menjadi

anggota koperasi dan tidak dapat diambil selama yang bersangkutan

masih menjadi anggota koperasi.

2). Simpanan wajib, yaitu jumlah simpanan yang harus dibayarkan oleh

anggota kepada koperasi dalam waktu tertentu.

3). Dana cadangan, yaitu sejumlah uang yang diperoleh dari sisa hasil

usaha (SHU). Dana ini digunakan dalam keadaan darurat dan

keperluan penting lainnya.

4). Hibah, yaitu sejumlah uang atau barang yang bernilai yang diterima

dari pihak lain yang tidak mengikat.

2. Organisasi di masyarakaat

a. Organisasi kemasyarakatan, contohnya organisasi ibu-ibu PKK, organisasi

pemuda karang taruna, organisasi kesenian.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. HASIL BELAJAR 2.1.1 ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/5/jhptump-a-wasih-220-2-babii.pdf11 5. Belajar insidental (incidental learning) Belajar insidental

24

b. Organisasi pemerintahan, contohnya organisasi pemerintahan desa,

organisasi pemerintahan kecamatan, organisasi pemerintahan

kabupaten/kota, organisasi pemerintahan provinsi dan organisasi

pemerintahan pusat.

c. Organisasi politik.

Organisasi politik terbentuk untuk meraih tujuan, yaitu menempatkan

anggotanya di organisasi pemerintahan. Contohnya adalah partai politik.

d. Organisasi ekonomi, yaitu organisasi yang memiliki tujuan utnuk

memperoleh keuntungan ekonomi. Contohnya perusahaan, kelompok tani.

(Setiati Widihastuti dan Fajar Rahayuningsih, 2008 : 61-67 )

2.4. METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND

COMPOSITION (Mengarang dan Membaca Terintegrasi yang

Kooperatif)

Proses pembelajaran dalam suatu penyampaian materi pelajaran sangat

mendukung prestasi belajar siswa. Dalam suatu proses pembelajaran, guru

menggunakan metode untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Salah

satu alternatif metode yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran adalah

metode pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode

pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk

saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam

kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. HASIL BELAJAR 2.1.1 ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/5/jhptump-a-wasih-220-2-babii.pdf11 5. Belajar insidental (incidental learning) Belajar insidental

25

mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka

kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.

(Slavin, 2005 : 4)

Ada beberapa alasan yang menyebabkan penggunaan pembelajaran

kooperatif sangat penting dalam praktik pendidikan, yaitu untuk meningkatkan

pencapaian prestasi para siswa, mengembangkan hubungan antarkelompok,

penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik, dan

meningkatkan harga diri. Selain itu pembelajaran kooperatif juga dapat

menumbuhkan kesadaran bahwa para siswa perlu belajar untuk berpikir,

menyelesaikan masalah, dan mengintegrasikan serta mengaplikasikan

kemampuan dan pengetahuan mereka. ( Slavin, 2005 : 4-5 )

Pembelajaran kooperatif mempunyai unsur-unsur :

1. Ada saling ketergantungan positif antara anggota kelompok.

2. Ada tanggung jawab perseorangan, artinya setiap anggota kelompok harus

menyelesaikan tugas dengan baik untuk keberhasilan kelompok.

3. Ada tatap muka, setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap

muka dan berdiskusi.

4. Harus ada komunikasi antar anggota.

5. Ada evaluasi proses kelompok yang dijadwalkan dan dilaksanakan oleh

guru oleh guru. (Johnson dalam Anita Lie, 2005 : 30)

Hal-hal yang mendasari pembelajaran kooperatif adalah :

1. Para siswa harus memiliki persepsi yang sama bahwa mereka tenggelam atau

berenang bersama

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. HASIL BELAJAR 2.1.1 ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/5/jhptump-a-wasih-220-2-babii.pdf11 5. Belajar insidental (incidental learning) Belajar insidental

26

2. Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa yang lain dalam

kelompoknya, disamping tanggung jawab kepada diri sendiri dalam

mempelajari materi yang dihadapi.

3. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka memiliki tujuan yang sama

4. Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab yang sama

diantara para anggota kelompok.

5. Para siswa akan diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut

berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.

6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh ketrampilan

bekerja sama selama belajar.

7. Para siswa diminta mempertanggungjawabkan secara individu awal materi

yang ditangani dalam kelompok kooperatif (Linda dalam Ibrahim , 2006:67) :

Cooperative Integrated Reading and Composition (Mengarang dan

Membaca Terintegrasi yang Kooperatif) termasuk salah satu tipe model

pembelajaran kooperatif selain STAD (Students Teams Achievement Division),

TGT (Teams Games Tournaments), TAI (Teams Accelerated Instruction) dan

Jigsaw yang melibatkan penghargaan kelompok, tanggung jawab individual dan

kesuksesan yang sama (Slavin, 2005 : 11).

CIRC atau kooperatif terpadu membaca dan menulis yaitu suatu model

pembelajaran menyeluruh dengan cara membaca dan menulis yang melibatkan

kerjasama murid dalam suatu kelompok dimana kesuksesan kelompok tergantung

kepada kesuksesan masing-masing individu dalam kelompok tersebut

(Slavin.1995:5)

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. HASIL BELAJAR 2.1.1 ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/5/jhptump-a-wasih-220-2-babii.pdf11 5. Belajar insidental (incidental learning) Belajar insidental

27

Dalam CIRC, guru menggunakan bahan bacaan yang berisi latihan soal

atau cerita. Para siswa ditugaskan untuk berpasangan dalam tim mereka untuk

belajar dalam serangkaian kegiatan yang bersifat kognitif, termasuk membacakan

cerita satu sama lain, membuat prediksi bagaimana akhir dari sebuah cerita

naratif, saling merangkum cerita satu sama lain, dan menulis tanggapan terhadap

cerita. ( Slavin, 2005 : 16-17).

Langkah-langkah dalam proses pembelajaran yang menggunakan CIRC

adalah dengan media komik adalah sebagai berikut :

1. Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4 (empat) atau 5 (lima) orang

secara heterogen (berbeda jenis kelamin, latar belakang, status sosial,

kemampuan akademik, dan lain-lain).

2. Guru memberikan komik sesuai dengan topik/materi pembelajaran.

3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan

memberikan tanggapan terhadap komik dan ditulis pada selembar kertas.

4. Siswa mempresentasikan/membacakan hasil kelompok

5. Guru membuat kesimpulan bersama

6. Pada akhir pembelajaran, guru memberikan kuis / soal untuk mengetahui

tingkat kepahaman siswa pada materi yang telah diajarkan.

Setiap model pembelajaran mempunyai keuntungan dan kerugian. Pada

model pembelajaran CIRC, keuntungan dan kerugiannya adalah :

a. Keuntungan

1. Setiap siswa aktif dan terlibat dalam proses pembelajaran

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. HASIL BELAJAR 2.1.1 ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/5/jhptump-a-wasih-220-2-babii.pdf11 5. Belajar insidental (incidental learning) Belajar insidental

28

2. Melatih siswa untuk berani memberikan tanggapan, mengemukakan

pendapat atau sanggahan secara lisan maupun tertulis.

3. Mempermudah siswa memahami materi pelajaran

4. Melatih siswa untuk bekerja sama dalam kelompok.

5. Meningkatkan kemampuan siswa dalam menemukan pokok pikiran suatu

peristiwa

6. Meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis/memaparkan suatu

peristiwa.

b. Kerugian

1. Membutuhkan banyak waktu

2. Guru sulit mengatur materi pelajaran agar tujuan pembelajaran dapat

tercapai sesuai alokasi waktu yang ditetapkan.

2.5. MEDIA PEMBELAJARAN

Kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting dalam proses

pembelajaran karena ketidakjelasan materi yang disampaikan guru dapat terbantu

dengan menghadirkan media sebagi perantara. Kerumitan materi pelajaran yang

akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan

media.

Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau

kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh

pengetahuan, keterampilan atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan

lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. HASIL BELAJAR 2.1.1 ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/5/jhptump-a-wasih-220-2-babii.pdf11 5. Belajar insidental (incidental learning) Belajar insidental

29

dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis,

photograpis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun

kembali informasi visual atau verbal (Gerlach dan Ely (1971) dalam Azhar

Arsyad, 2005:3)

Media pendidikan adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam

rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa

dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah (Hamalik,1986:23)

Media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan.

Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan

manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh

pengetahuan dan keterampilan (Syaiful Bahri Djamrah dan Aswan Zain,

2002:136)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat diambil kesimpulan

bahwa yang dimaksud dengan media adalah segala sesuatu yang dipergunakan

guru/ pendidik dalam proses pembelajaran untuk menyalurkan informasi ataupun

pesan kepada siswa agar pesan atau informasi tersebut dapat sampai dan lebih

dipahami oleh siswa.

Kriteria pemilihan media berdasarkan konsep bahwa media merupakan

bagian dari sistem instruksional secara keseluruhan. Beberapa kriteria yang patut

untuk diperhatikan dalam memilih media adalah :

a. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan tujuan

instruksional yang telah ditetapkan yang secara umum mengacu kepada salah

satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. HASIL BELAJAR 2.1.1 ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/5/jhptump-a-wasih-220-2-babii.pdf11 5. Belajar insidental (incidental learning) Belajar insidental

30

b. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau

generalisasi. Agar dapat membantu proses pembelajaran secara efektif, media

harus selaras dan sesuai dengan kebutuhan tugas pembelajaran dan

kemampuan mental siswa.

c. Praktis, luwes, dan bertahan. Jika tidak tersedia waktu, dana, atau sumber daya

lainnya untuk memproduksi, tidak perlu dipaksakan. Media yang dipilih

sebaiknya dapat digunakan di mana pun dan kapan pun dengan peralatan yang

tersedia di sekitarnya, serta mudah dipindahkan dan dibawa kemana-mana.

d. Guru terampil menggunakannya. Media tidak akan mempunyai arti apa-apa

jika guru belum dapat menggunakannya dalam proses pembelajaran sebagai

upaya mempertinggi mutu dan hasil belajar.

e. Pengelompokan sasaran. Media yang efektif untuk kelompok besar belum

tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan.

f. Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambar maupun fotografi harus

memenuhi persyaratan teknis tertentu (Azhar Arsyad, 2005:75-76).

Dick dan Carey (1978) dalam Arief S. Sadiman, dkk (1993:86),

menyebutkan 4 (empat) faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan

media, yaitu:

a) Ketersediaan sumber setempat, artinya bila media yang bersangkutan tidak

terdapat pada sumber-sumber yang ada, maka harus dibeli atau dibuat sendiri.

b) Apakah untuk membeli atau memproduksi sendiri tersebut ada dana, tenaga

dan fasilitasnya.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. HASIL BELAJAR 2.1.1 ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/5/jhptump-a-wasih-220-2-babii.pdf11 5. Belajar insidental (incidental learning) Belajar insidental

31

c) Faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan dan ketahanan media yang

bersangkutan untuk waktu yang lama. Artinya bisa digunakan dimanapun

dengan peralatan yang ada disekitarnya dan kapanpun serta mudah dijinjing

dan dipindahkan.

d) Efektivitas biayanya dalam jangka waktu yang panjang.

Pemilihan media seyogyanya tidak terlepas dari konteksnya, bahwasannya

media merupakan komponen dari sistem instruksional secara keseluruhan. Karena

itu, meskipun tujuan dan isinya sudah diketahui, faktor-faktor lain seperti

karakteristik siswa, strategi belajar mengajar, organisasi kelompok belajar, alokasi

waktu dan sumber, serta prosedur penilaiannya juga perlu dipertimbangkan (Arief

S. Sadiman, dkk, 1993:85).

Penggunaan media dalam proses pembelajaran dapat menimbulkan

keinginan dan minat yang baru, menimbulkan motivasi dan rangsangan kegiatan

belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.

Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat

membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi

pelajaran. Selain menimbulkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran

juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan

menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan

informasi.

Kemp dan Dayton (1985) dalam Azhar Arsyad (2005:21-23), berpendapat

ada beberapa dampak positif dari penggunaan media sebagai bagian integral

pembelajaran di kelas atau sebagai cara utama pembelajaran langsung, yaitu :

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. HASIL BELAJAR 2.1.1 ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/5/jhptump-a-wasih-220-2-babii.pdf11 5. Belajar insidental (incidental learning) Belajar insidental

32

a) Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiap pelajar yang melihat atau

mendengar penyajian melalui media menerima pesan yang sama.

b) Pembelajaran bisa lebih menarik. Media dapat diasosiasikan sebagai penarik

perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan.

c) Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan

prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan

balik, dan penguatan.

d) Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat karena

kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan

pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan

kemungkinannya dapat diserap oleh siswa.

e) Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bilamana integrasi kata dan gambar

sebagai media pembelajaran dapat mengkomunikasikan elemen-elemen

pengetahuan dengan cara yang terorganisasikan dengan baik, spesifik, dan

jelas.

f) Pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimana diinginkan atau diperlukan

terutama jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara

individu.

g) Sikap positif siswa terhadap yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar

dapat ditingkatkan.

h) Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif: beban guru untuk

penjelasan berulang-ulang mengenai isi pelajaran dapat dikurangi, bahkan

dihilangkan sehingga guru dapat memusatkan perhatian kepada aspek penting

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. HASIL BELAJAR 2.1.1 ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/5/jhptump-a-wasih-220-2-babii.pdf11 5. Belajar insidental (incidental learning) Belajar insidental

33

lain dalam proses belajar mengajar (Kemp dan Dayton (1985) dalam Azhar

Arsyad,2005:21-23),

Manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran dalam proses

pembelajaran sebagai berikut:

a. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi

sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.

b. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak

sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung

antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar

sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

c. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu.

d. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa

tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan

terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya

(Azhar Arsyad, 2005:26-27)

Selain manfaat di atas, masih terdapat manfaat yang lain dari media

pembelajaran, yaitu

1) memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis,

2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera,

3) dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat

diatasi sikap pasif anak didik,

4) dengan sifat yang unik pada tiap siswa, ditambah lagi dengan lingkungan dan

pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. HASIL BELAJAR 2.1.1 ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/5/jhptump-a-wasih-220-2-babii.pdf11 5. Belajar insidental (incidental learning) Belajar insidental

34

ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalami

kesulitan bila semua harus diatasi sendiri, apalagi bila latar belakang

lingkungan guru dengan siswa juga berbeda, masalah ini dapat diatasi dengan

media yang berfungsi sebagai perangsang yang sama; mempersamakan

pengalaman; menimbulkan persepsi yang sama (Arief S. Sadiman

dkk,1993:16-17)

Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli di atas,

maka dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya manfaat media dalam proses

pembelajaran adalah untuk memperjelas materi pelajaran yang diberikan oleh

guru dan untuk merangsang siswa agar lebih memahami materi pelajaran melalui

media pendidikan.

2.6. MEDIA KOMIK

Menurut Shadely, komik berbentuk angkaian gambar-gambar dalam kotak

yang keseluruhannya merupakan rentetan suatu cerita. Gambar-gambar itu

dilengkapi balon-balon ucapan (speak balloons) adakalanya masih disertai

penjelasan. (http://docs. google. com).

Menurut Trimo, komik sebagai media pembelajaran mempunyai beberapa

kelebihan, yaitu :

a. Komik menambah pembendaharaan kata-kata pembacanya

b. Mempermudah anak didik menangkap hal-hal atau rumusan yang abstrak

c. Dapat mengembangkan minat baca anak dan salah satu bidang studi yang lain

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. HASIL BELAJAR 2.1.1 ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/5/jhptump-a-wasih-220-2-babii.pdf11 5. Belajar insidental (incidental learning) Belajar insidental

35

d. Seluruh jalan cerita komik menuju satu hal yakni kebaikan atau studi yang

lain. (http://docs.google.com).

Disamping mempunyai kelebihan, komik sebagai media pembelajaran juga

mempunyai kelamahan-kelemahan, yaitu :

a. Kemudahan orang membaca komik membuat malas membaca sehingga

menyebabkan penolakan-penolakan atas buku-buku yang tidak bergambar

b. Ditinjau dari segi bahasa, komik hanya menggunakan kata-kata kotor ataupun

kalimat-kalimat yang kurang dapat dipertanggungjawabkan

c. Banyak aksi-aksi yang menonjolkan kekerasan ataupun tingkah laku yang

sinting (perverted)

d. Banyak adegan percintaan yang menonjol (http://docs.google.com).

Media komik dalam penelitian ini tidak menggunakan kata-kata kotor atau

adegan percintaan tetapi menggunakan kata-kata yang mengandung pesan-pesan

pengetahuan yang berhubungan dengan materi pelajaran.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. HASIL BELAJAR 2.1.1 ...digilib.ump.ac.id/files/disk1/5/jhptump-a-wasih-220-2-babii.pdf11 5. Belajar insidental (incidental learning) Belajar insidental

36