bab ii perjanjian dan transaksi e-commerce 2.1. …
TRANSCRIPT
Universitas Indonesia
10
BAB II
PERJANJIAN DAN TRANSAKSI E-COMMERCE
2.1. Perjanjian Pada Umumnya
Istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan dari
istilah “Overeenkomst” dalam bahasa belanda atau “Agreement” dalam bahasa
Inggris.11 “Hukum Perjanjian” mempunyai cakupan yang lebih sempit dari istilah
“Hukum Perikatan”. Jika dengan istilah “Hukum Perikatan” dimaksudkan untuk
mencakup semua bentuk perikatan dalam buku ketiga Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (KUH Perdata), jadi termasuk ikatan hukum yang berasal dari
perjanjian dan ikatan hukum yang terbit dari undang-undang, maka dengan istilah
hukum “Hukum Perjanjian” hanya dimaksudkan sebagai pengaturan tentang
ikatan hukum yang terbit dari perjanjian saja.12
Selanjutnya dalam Black’s Law Dictionary dibedakan antara Agreement,
Contract dan Transaction.
Agreement is a concord of understanding and intention between two or more parties with respect to the upon relative rights and duties, of certain past or future fact or performance. Contract is an agreement between two or more person which creates an obligation to do or not to do a particular thing. Transaction consists of an act or agreement or several acts or agreement having some conection with each other,in which more than one person is concerned, and by which the legal relation of such person between themselves are altered. It is a border term than “contract”.13
Pasal 1313 KUH Perdata menyebutkan bahwa “suatu perjanjian adalah
suatu perbuatan yang dilakukan oleh satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap satu orang lain atau lebih.”
Menurut Prodjodikoro, bahwa yang dimaksud dengan perjanjian adalah
suatu perhubungan mengenai harta benda antara dua pihak, dimana salah satu
pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan sesuatu hal atau untuk
11 Munir Fuady, Hukum Kontrak: Dari sudut Pandang Hukum Bisnis, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2001), hal. 2. 12 Ibid. 13 Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary, (ST.Paul Minn: West Publishing, 1979).
Perlindungan hak..., Serena Claudia, FH UI, 2011.
Universitas Indonesia
11
tidak melakukan suatu hal, sedangkan pihak lain berhak menuntut pelaksanaan
janji tersebut.14
Menurut Subekti, perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang
berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk
melaksanakan suatu hal.15
Menurut Setiawan, perjanjian adalah suatu perbuatan hukum dimana
seseorang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap orang lain.16
Menurut Sudikno Mertokusumo, perjanjian adalah hubungan hukum antar
dua belah pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat
hukum. Dua pihak itu sepakat untuk menentukan peraturan atau kaedah hukum
atau hak dan kewajiban yang mengikat mereka untuk ditaati dan dijalankan.
Kesepakatan itu menimbulkan akibat hukum dan bila kesepakatan dilanggar,
maka akibat hukumnya si pelanggar dapat dikenakan akibat hukum atau sanksi.17
Definisi serupa tentang perjanjian diungkapkan oleh J. Satrio, yaitu
perjanjian adalah peristiwa yang menimbulkan akibat hukum dan berisi ketentuan
hak dan kewajiban antara dua pihak dengan perkataan lain perjanjian berisi
perikatan.18
Abdulkadir Muhammad mengungkapkan bahwa ketentuan Pasal 1313
KUH Perdata sebenarnya kurang begitu memuaskan, sehingga dalam Pasal 1313
tersebut terdapat kelemahan-kelemahan, yaitu:19
1. Hanya menyangkut sepihak saja. Hal ini diketahui perumusan “satu orang atau
lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya”. Kata kerja
“mengikatkan” sifatnya hanya datang dari satu pihak saja, tidak dari kedua
belah pihak. Seharusnya perumusan itu “saling mengikatkan diri”, jadi ada
konsensus antara pihak-pihak.
2. Kata perbuatan mencakup juga tanpa konsensus. Dalam pengertian
“perbuatan” termasuk juga tindakan melaksanakan tugas tanpa surat kuasa
14 Wiryono Prodjodikoro, Asas–asas Hukum Perjanjian, (Bandung: Bale, 1979), hal. 9. 15 R.Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: PT.Intermessa, 1996), hal. 1. 16 Setiawan, Pokok-pokok Hukum Perikatan, (Bandung,: Binacipta, 1999), hal. 77. 17 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, (Yogyakarta: Liberty, 1990), hal. 97. 18 J.Satrio, Hukum Perikatan, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1995), hal. 15. 19 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1999), hal. 78.
Perlindungan hak..., Serena Claudia, FH UI, 2011.
Universitas Indonesia
12
(Zaakwaarneming), tindakan melawan hukum (onrechtmatige daad) yang
tidak mengandung suatu konsensus, seharusnya dipakai kata “persetujuan”.
3. Pengertian perjanjian terlalu luas. Pengertian perjanjian dalam pasal tersebut
terlalu luas, karena mencakup juga pelangsungan perkawinan, janji kawin
yang diatur dalam lapangan hukum keluarga. Padahal yang dimaksud adalah
hubungan antara kreditur dan debitur dalam lapangan harta kekayaan saja.
Perjanjian yang dikehendaki oleh buku ketiga KUH Perdata sebenarnya
hanyalah perjanjian yang bersifat kebendaan, bukan perjanjian yang bersifat
personal.
4. Tanpa menyebut tujuan. Dalam perumusan pasal ini tidak disebutkan tujuan
mengadakan perjanjian, sehingga pihak-pihak mengikatkan diri itu tidak jelas
untuk apa.
Menurut Setiawan, perlu diadakan perbaikan terhadap pengertian
persetujuan menurut KUH Perdata Pasal 1313, yaitu:20
1. Perbuatan hukum diartikan sebagai perbuatan hukum yaitu perbuatan yang
bertujuan untuk menimbulkan akibat hukum
2. Menambah “perkataan” atau “saling mengikatkan dirinya”.
2.1.1 Asas-Asas Perjanjian
Asas dalam pengertian ini merupakan landasan di atas mana dibangun
tertib hukum. Asas-asas ini diperoleh melalui konstruksi yuridis, yaitu dengan
menganalisa data yang sifatnya nyata untuk kemudian mengambil sifat-sifatnya
yang umum atau abstrak. Secara garis besar terdapat beberapa asas penting yang
dikenal dalam hukum perjanjian, yaitu:21
1. Asas konsensualisme: suatu perjanjian lahir manakala telah terjadi
kesepakatan antara para pihak. Asas ini sangat erat hubungannya dengan
prinsip kebebasan dalam mengadakan perjanjian.
2. Asas kekuatan mengikat: terikatnya para pihak pada apa yang disepakati
dalam perjanjian dan juga terhadap beberapa unsur lain sepanjang dikehendaki
oleh para pihak adalah sama halnya dengan kekuatan mengikat undang-
undang. 20 Setiawan, Op. Cit, hal.49 21 Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, (Bandung: Alumni, 1994), hal. 42.
Perlindungan hak..., Serena Claudia, FH UI, 2011.
Universitas Indonesia
13
3. Asas kepercayaan: seseorang yang mengadakan perjanjian dengan pihak yang
lain harus dapat menumbuhkan kepercayaan di antara kedua belah pihak
bahwa satu sama lain akan memenuhi prestasinya di kemudian hari. Tanpa
adanya kepercayaan, maka perjanjian itu tidak mungkin akan diadakan oleh
para pihak. Dengan kepercayaan ini kedua belah pihak mengikatkan dirinya
kepada perjanjian yang telah mempunyai kekuatan mengikat sebagai undang-
undang.
4. Asas persamaan hak: asas ini menempatkan para pihak di dalam persamaan
derajat, tidak ada perbedaan, masing-masing pihak wajib melihat adanya
persamaan ini dan mengharuskan kedua belah pihak untuk menghormati satu
sama lain.
5. Asas keseimbangan: asas ini menghendaki kedua belah pihak untuk
memenuhi dan melaksanakan perjanjian. Asas ini merupakan kelanjutan dari
asas persamaan. Kreditur mempunyai kekuatan untuk menuntut pelunasan
prestasi melalui kekayaan debitur, namun kreditur memikul pula beban untuk
melaksanakan perjanjian itu dengan itikad baik. Dengan demikian kedudukan
kreditur yang kuat juga diimbangi dengan kewajiban untuk memperhatikan
itikad baik melaksanakan segala kewajibannya, sehingga kedudukan debitur
dan kreditur seimbang.
6. Asas moral: Asas ini sangat nampak dalam perikatan wajar, dimana suatu
perbuatan sukarela dari seorang tidak menimbulkan hak baginya untuk
menuntut kontraprestasi dari pihak debitur. Adapun faktor-faktor yang
memberi motifasi pada yang bersangkutan untuk melakukan perbuatan hukum
adalah berdasarkan pada aspek kesusilaan (moral) sebagai panggilan dari hati
nuraninya.
7. Asas kepatutan: asas ini dituangkan dalam Pasal 1339 KUH Perdata yang
berhubungan dengan isi perjanjian, dimana titik beratnya adalah mengenai
aspek keadilan dalam masyarakat.
8. Asas kebiasaan: suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang
diatur secara tegas, akan tetapi juga hal-hal yang dalam keadaan dan kebiasaan
yang lazim diikuti.
Perlindungan hak..., Serena Claudia, FH UI, 2011.
Universitas Indonesia
14
9. Asas kepastian hukum: perjanjian sebagai suatu figur hukum harus
mengandung kepastian hukum. Kepastian ini terungkap dari kekuatan
mengikatnya perjanjian tersebut, yaitu undang-undang bagi para pihak.
10. Asas kebebasan berkontrak: setiap orang bebas untuk mengadakan perjanjian
apa saja, asal tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum dan
kesusilaan.
2.1.2 Syarat-Syarat Sahnya Perjanjian
Pasal 1320 KUH Perdata menyatakan untuk sahnya perjanjian diperlukan
empat syarat, yaitu :
1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan diri
Kata sepakat dalam suatu perjanjian merupakan suatu keadaan yang
menunjukkan kehendak kedua belah pihak lawannya dengan tiada kesesatan
atau kekeliruan, paksaan atau penipuan. Menurut Pasal 1321 KUH Perdata
“tiada kata sepakat yang sah apabila sepakat itu diberikan karena kekhilafan,
atau diperolehnya dengan paksaan atau penipuan”. Dengan adanya kata
sepakat, maka perjanjian itu telah ada, mengikat kedua belah pihak dan dapat
dilaksanakan.
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
Menurut Pasal 1329 KUH Perdata bahwa “Setiap orang adalah cakap untuk
membuat perikatan-perikatan, jika ia oleh undang-undang tidak dinyatakan tak
cakap”. Menurut ketentuan hukum yang berlaku (Pasal 1330 KUH Perdata),
bahwa semua orang cakap (berwenang) membuat perjanjian kecuali mereka
yang tergolong sebagai berikut:
a. Orang yang belum dewasa;
b. Orang yang ditempatkan di bawah pengampuan.
3. Suatu hal tertentu
Suatu hal tertentu dalam perjanjian adalah barang yang menjadi objek
perjanjian. Jadi, suatu perjanjian haruslah mempunyai objek tertentu.
Beberapa persyaratan ditentukan dalam KUH Perdata terhadap obyek tertentu
dari suatu perjanjian, khususnya jika obyek kontrak tersebut berupa barang,
sebagai berikut:
Perlindungan hak..., Serena Claudia, FH UI, 2011.
Universitas Indonesia
15
a. Benda yang merupakan obyek kontrak tersebut haruslah barang yang
dapat diperdagangkan (Pasal 1332).
b. Pada saat kontrak dibuat, minimal barang tersebut sudah dapat ditentukan
jenisnya (Pasal 1333 ayat (1)).
c. Jumlah barang tersebut boleh tidak tertentu, asal saja jumlah tersebut
kemudian dapat ditentukan atau dihitung (Pasal 1333 ayat (2))
d. Barang tersebut dapat juga barang yang baru akan ada dikemudian hari
(Pasal 1334 ayat (1)).
e. Tetapi tidak dapat dibuat kontrak terhadap barang yang masih ada dalam
warisan yang belum terbuka (Pasal 1334 ayat (2))
4. Suatu sebab yang halal
Suatu sebab yang halal merupakan syarat terakhir untuk sahnya perjanjian.
Menurut KUH Perdata, Pasal 1335, disebutkan bahwa “suatu perjanjian tanpa
sebab atau yang telah dibuat karena sesuatu sebab yang palsu atau terlarang,
tidak mempunyai kekuatan”. Pengertian sebab yang halal menurut Pasal 1337
KUH Perdata, adalah:
a. Sebab yang tidak terlarang atau bertentangan dengan undang-undang
b. Sebab yang sesuai dengan kesusilaan
c. Sebab yang sesuai dengan ketertiban umum.
Mengenai syarat sahnya suatu perjanjian seperti yang tersebut dalam Pasal
1320 KUH Perdata, dimana jika tidak dipenuhinya dua syarat pertama, yaitu
syarat sepakat antar kedua belah pihak dan kecakapan, akan berakibat perjanjian
dapat dibatalkan.
Pihak yang dapat meminta pembatalan itu adalah pihak yang tidak cakap
atau pihak yang memberikan sepakatnya tidak secara bebas. Jadi, perjanjian yang
telah dibuat itu mengikat juga selama tidak dibatalkan atas permintaan pihak yang
berhak meminta pembatalan tersebut. Dengan demikian, nasib suatu perjanjian
seperti itu tidaklah pasti dan tergantung pada kesediaan suatu pihak yang
mentaatinya. Dua syarat pertama dalam Pasal 1320 KUH Perdata disebut syarat
subyektif, karena mengenai orang-orangnya atau subyeknya yang mengadakan
perjanjian.
Perlindungan hak..., Serena Claudia, FH UI, 2011.
Universitas Indonesia
16
Sedangkan, jika tidak dipenuhinya salah satu dari dua syarat terakhir
dalam Pasal 1320, yaitu syarat suatu hal tertentu dan sebab yang halal, maka
perjanjian tersebut batal demi hukum. Artinya, dari semula tidak pernah
dilahirkan suatu perjanjian dan tidak pernah ada suatu perikatan. Tujuan para
pihak yang mengadakan perjanjian tersebut untuk melahirkan suatu perikatan
hukum adalah gagal. Dua syarat terakhir ini disebut syarat obyektif, karena
berkaitan langsung dengan obyek perjanjian.
Dalam sistem Anglo Saxon, suatu metode analisis yang biasanya
digunakan untuk menguji adanya a meeting of minds dari para pihak adalah teori
atau metode penawaran dan penerimaan (offer and acceptance). Penawaran (offer)
adalah suatu komunikasi yang dilakukan oleh pihak yang menawarkan sesuatu
(offeror) dengan pihak yang ditawarkan sesuatu (offeree), dimana rangkaian kata-
kata atau tindakan yang dilakukan sedemikian rupa dan memadai, sehingga dapat
membentuk suatu perjanjian dengan adanya faktor penerimaan, sebagaimana
dikatakan oleh Michael Chissik:22
“When a person makes an offer, he/she is expressing a desire to enter into
a contract (based on specified terms and conditions) on the understanding that if
the other party accepts it, the agreement will legally binding. Offers can be made
using virtually any form of communication – by post, fax, telex, telephone, by e-
mail and the World Wide Web.”
Untuk melindungi diri mereka sendiri, merchant/penjual harus dapat
membedakan antara offer (penawaran) dan invitation to treat (undangan untuk
masuk ke dalam suatu kontrak). Invitation to treat adalah suatu iklan dimana
merchant/penjual mempromosikan produk yang mereka jual, tetapi bukan offer
atas produk yang dimaksud. Contohnya, hukum Inggris menyatakan bahwa
pemajangan atas produk-produk dan harga produk tersebut merupakan invitation
to treat. Ketika konsumen mendekati loket toko, hal tersebut merupakan offer
untuk membeli, bukan acceptance (penerimaan) atas offer. Toko kemudian
mempunyai pilihan untuk menerima offer konsumen tersebut dan membuat suatu
perjanjian atau menolaknya. Setelah offer dibuat, pihak yang ditawarkan
menerima, maka terbentuklah suatu kontrak. 22 Michael Chissick dan Alistair Kelman, Electronic Commerce: Law and Practice, (London: Sweet & Maxwell Limited, 2002), hal. 81.
Perlindungan hak..., Serena Claudia, FH UI, 2011.
Universitas Indonesia
17
Acceptance (penerimaan) adalah suatu komunikasi yang dilakukan oleh
pihak yang ditawarkan sesuatu (offeree) kepada pihak yang menawarkan sesuatu
(offeror) dimana rangkaian kata-kata atau tindakan yang dilakukan secara objektif
dapat diterjemahkan atau diartikan membuktikan adanya maksud untuk
menyetujui offer yang sebelumnya diajukan kepada pihak yang ditawarkan
(offeree).
Michael Chissick menambahkan bahwa:
“Acceptance is the unconditional agreement to the presented offer. It
cannot be a message merely notifying the offeror that the offer has been received;
nor can it involve a change of terms, as this amounts to a counter-offer. Unless
explicitly specified in the offer, acceptances can generally be made via any
communication method that is “reasonable” in the circumstances.”23
Kecepatan (speed) dan reabilitas (reability) atas suatu metode adalah yang
menentukan apa yang disebut dengan “reasonable”. Contoh, penerimaan melalui
pos atas suatu penawaran yang diajukan melalui e-mail dapat dikatakan tidak
reasonable. Pada umumnya, menerima suatu penawaran melalui media yang sama
(atau dengan menggunakan metode yang lebih cepat dan lebih terpercaya) sudah
cukup untuk dikatakan reasonable, kecuali ketentuan dalam offer menentukan
suatu metode tertentu.
2.1.3 Unsur-Unsur Perjanjian
Kalau suatu perjanjian diamati dan diurakan unsur-unsur yang ada
didalamnya, maka unsur-unsur yang ada di sana dapat kita kelompok-
kelompokkan dalam beberapa kelompok sebagai berikut:24
1. Unsur Essensialia
Essensialia adalah unsur perjanjian yang selalu harus ada di dalam suatu
perjanjian, unsur mutlak, dimana tanpa adanya unsur tersebut perjanjian tidak
mungkin ada. Contohnya: “Sebab yang halal” merupakan unsur essensialia
untuk adanya perjanjian. Dalam perjanjian jual-beli, harga dan barang yang
disepakati kedua belah pihak harus ada.
23 Ibid., hal. 85. 24 J.Satrio, Op. Cit., hal. 57.
Perlindungan hak..., Serena Claudia, FH UI, 2011.
Universitas Indonesia
18
2. Unsur Naturalia
Naturalia adalah unsur perjanjian yang oleh undang-undang diatur tetapi oleh
para pihak dapat disingkirkan atau diganti. Di sini unsur tersebut oleh undang-
undang diatur dengan hukum yang mengatur/menambah (regeland/aanvullend
recht). Contohnya: kewajiban penjual untuk menanggung biaya penyerahan
(Pasal 1476) dan untuk menjamin/vrijwaren (Pasal 1491) dapat disimpangi
atas kesepakatan kedua belah pihak.
3. Unsur Accidentalia
Accidentalia adalah unsur perjanjian yang ditambahkan oleh para pihak,
undang-undang sendiri tidak mengatur tentang hal tersebut. Contoh: di dalam
perjanjian jual beli benda-benda pelengkap tertentu bisa dikecualikan.
2.1.4 Akibat Hukum Perjanjian
Sebuah perjanjian yang dibuat secara sah (sesuai yang disebutkan dalam
undang-undang) membawa konsekuensi yuridis tertentu bagi para pihak yang
melakukannya. Konsekuensi yuridis tersebut timbul sebagai akibat dari adanya
kesepakatan yang dituangkan dalam klausula perjanjian.
J.Satrio menyebutkan ada empat akibat hukum yang timbul dari suatu
perjanjian yang dibuat secara sah, yaitu:25
1. Perjanjian mengikat para pihak sebagai undang- undang
Di dalam KUH Perdata Pasal 1338 menyebutkan “semua perjanjian yang
dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya”. Kata “secara sah” berarti memenuhi semua syarat-syarat yang
ditentukan oleh undang undang sedangkan kata “berlaku sebagai undang-
undang” berarti mengikat para pihak yang membuatnya. Jadi, dalam hal ini
para pihak dengan membuat perjanjian seolah-olah membuat undang-undang
bagi mereka sendiri.
2. Asas “Janji itu mengikat”
Janji itu mengikat berarti keterkaitan para pihak dengan isi perjanjian yang
dibuat oleh para pihak tersebut. Jadi, dalam hal ini sebenarnya para pihak
25 J.Satrio, Ibid., hal.141
Perlindungan hak..., Serena Claudia, FH UI, 2011.
Universitas Indonesia
19
terikat pada janjinya sendiri, janji yang diberikan kepada pihak lain dalam
perjanjian.
3. Asas kebebasan berkontrak
Berdasarkan Pasal 1320 Jo Pasal 1338 orang bebas untuk melakukan
perjanjian, mengatur sendiri isi perjanjian yang akan mengikat pembuatnya.
Bahkan orang dapat memperjanjikan bahwa ia tidak bertanggungjawab
terhadap kerugian yag timbul karena kelalaiannya atau bertanggungjawab
samapai batas-batas tertentu saja. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa para pihak
sendirilah yang menentukan, apakah mereka mau terikat dalam suatu
perjanjian atau tidak dan samapi sejauh mana mereka hendak terikat pada
perjanjian tersebut sebab pada akhirnya mereka sendirilah yang akan
bertanggungjawab terhadap pelaksanaan isi perjanjian.
4. Perjanjian tak dapat dibatalkan secara sepihak
Perjanjian yang telah dibuat secara sah sesuai undang-undang tidak dapat
dibatalkan secara sepihak. Secara sepihak di sini berarti tanpa kesepakatan
pihak lainya. Sehingga dapat ditafsirkan bahwa perjanjian dapat dibatalkan
atas persetujuan dari kedua belah pihak.
Jika dihubungkan dengan Pasal 1338 dimana ada unsur “dibuat secara
sah” dan “mengikat sebagai undang-undang” berarti perjanjian tersebut memenuhi
semua syarat yang ditentukan oleh undang-undang Pasal 1320 dan tidak bisa
dibatalkan secara sepihak karena dibuat secara sah.
2.1.5 Tinjauan Mengenai Perjanjian Baku
Pada dasarnya suatu perjanjian terjadi berlandaskan asas kebebasan
berkontrak diantara dua pihak yang mempunyai kedudukan yang seimbang dan
kedua belah pihak berusaha untuk mencapai kesepakatan yang diperlukan bagi
terjadinya perjanjian itu melalui suatu proses negosiasi diantara mereka. Namun,
dewasa ini ada kecenderungan bahwa banyak perjanjian dalam transaksi bisnis
yang terjadi dilakukan bukan melalui suatu proses negosiasi yang seimbang
diantara para pihak melainkan pihak yang satu telah menyiapkan suatu syarat
baku pada suatu formulir perjanjian dan pihak yang lain tinggal menyetujuinya
saja. Perjanjian yang demikian ini disebut perjanjian baku atau standar.
Perlindungan hak..., Serena Claudia, FH UI, 2011.
Universitas Indonesia
20
E.H.Hondius mendefinisikan perjanjian baku sebagai konsep perjanjian
tertulis yang disusun tanpa membedakan isinya, serta pada umumnya dituangkan
dalam perjanjian-perjanjian yang tidak terbatas jumlahnya, namun sifatnya
tertentu.26
Mariam Darus Badrulzaman mendefinisikannya sebagai perjanjian yang
didalamnya dibakukan syarat eksenorasi dan dituangkan dalam bentuk formulir,
dengan ciri-ciri sebagai berikut:27
1. Isinya ditetapkan secara sepihak oleh kreditur yang posisinya relatif lebih kuat
dari debitur;
2. Debitur sama sekali tidak menentukan isi perjanjian;
3. Terdorong oleh kebutuhannya, debitur terpaksa menerima perjanjian itu;
4. Bentuknya tertulis;
5. Dipersiapkan terlebih dahulu secara massal atau individu.
Menurut Sutan Remy Sjahdeini, perjanjian baku adalah perjanjian yang
hampir seluruh klausul-klausulnya sudah dibakukan oleh pemakainya dan pihak
yang lain pada dasarnya tidak mempunyai peluang untuk merundingkan atau
meminta perubahan. Yang belum dibakukan hanyalah beberapa hal saja, misalnya
menyangkut jenis, harga, warna, jumlah, tempat, waktu dan beberapa hal lainnya
yang spesifik dari objek yang diperjanjikan.28
Dari pemahaman terhadap uraian dan beberapa definisi tersebut diatas,
dapatlah disimpulkan lebih lanjut karakteristik utama kontrak standar, yaitu
bahwa kontrak-kontrak semacam itu:29
1. Dibuat agar suatu industri atau bisnis dapat melayani transaksi-transaksi
tertentu secara efisien, khususnya untuk digunakan dalam aktivitas
transaksional yang diperkirakan akan berfrekuensi tinggi;
2. Dimaksudkan untuk memberikan pelayanan yang cepat bagi pembuatnya
dan/atau pihak-pihak yang akan mengikatkan diri didalamnya;
26 Mariam Darus Badrulzaman, Op. Cit., hal. 45. 27 Ibid., hal. 50. 28 Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank Di Indonesia, (Jakarta: Institut Bankir Indonesia, 1993), hal. 66. 29 Laboratorium Hukum FH UNPAD, Keterampilan Hukum, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1999), hal. 182.
Perlindungan hak..., Serena Claudia, FH UI, 2011.
Universitas Indonesia
21
3. Demi pelayanan yang cepat, sebagian besar atau seluruh persyaratan
didalamnya atau ditetapkan terlebih dahulu secara tertulis dan dipersiapkan
untuk dapat digandakan dan ditawarkan dalam jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan;
4. Biasanya isi dan persyaratan distandarisasi atau dirumuskan terlebih dahulu
secara sepihak oleh pihak yang langsung berkepentingan dalam memasarkan
produk barang atau layanan jasa tertentu kepada masyarakat;
5. Dibuat untuk ditawarkan kepada publik secara massal dan tidak
memperhatikan kondisi dan/atau kebutuhan-kebutuhan khusus dari setiap
konsumen dan karena itu pihak konsumen hanya perlu menyetujui atau
menolak sama sekali seluruh persyaratan yang ditawarkan.
Hal ini umumnya menyebabkan posisi tawar pihak konsumen di dalam
kontrak-kontrak standar pada umumnya tidak lagi sederajat dengan produsen atau
penjual. Konsumen hanya dapat menerima atau menolak isi kontrak secara utuh
atau secara keseluruhan (take it or leave it).
Penggunaan perjanjian baku dalam kehidupan kita dan khususnya di dunia
bisnis sudah lazim, namun, penggunaan perjanjian baku ini bukan tanpa masalah
hukum apabila dihubungkan dengan keempat syarat sahnya perjanjian yang salah
satunya adalah “sepakat mereka yang mengikatkan dirinya” serta hubungannya
dengan asas kebebasan berkontrak. Permasalahan kemudian muncul apakah kata
sepakat dan asas kebebasan berkontrak yang merupakan dasar perjanjian masih
dipenuhi dalam perjanjian baku.
Sluijter dalam karangannya “De Standaard Contrac de Grenzen van de
Partuculiere Wetgever” menyatakan bahwa perjanjian baku bukanlah perjanjian,
sebab kedudukan pengusaha di dalam perjanjian itu adalah seperti pembentuk
undang-undang swasta (Legio aticuliere wetgever). Syarat-syarat yang ditentukan
pengusaha di dalam perjanjian itu adalah undang-undang bukan perjanjian.30
Pitlo mengatakannya sebagai perjanjian paksa (dwang contract), walaupun
secara teoritis yuridis perjanjian baku tidak memenuhi ketentuan undang-undang
30 Amrul Partomuan Pohan, Penggunaan Kontrak Baku (Standard Contract) dalam Praktek Bisnis di Indonesia, dimuat dalam majalah hukum nasional, (Jakarta: BPHN, Departemen Kehakiman, 1994), hal. 64.
Perlindungan hak..., Serena Claudia, FH UI, 2011.
Universitas Indonesia
22
dan oleh beberapa ahli hukum ditolak, namun kenyataanya kebutuhan masyarakat
berjalan dalam arahyang berlawanan dengan keinginan hukum.31
Stein mencoba memecahkan masalah ini dengan mengemukakan pendapat
bahwa perjanjian baku dapat diterima sebagai perjanjian, berdasarkan fiksi adanya
kemauan dan lepercayaan (fictie van will en verthouwen) yang membangkitkan
kepercayaan bahwa para pihak mengikatkan diri pada perjanjian itu. Jika debitur
menerima perjanjian itu berarti ia secara sukarela setuju pada isi perjanjian itu.32
Asser Rutten mengatakan pula bahwa setiap orang yang menandatangani
perjanjian bertanggungjawab pada isi dan apa yang ditandatanganinya. Jika ada
orang yang membubuhkan tanda tangan pada suatu formulir perjanjian baku,
tanda tangan itu membangkitkan kepercayaan bahwa yang bertanda tangan
mengetahui dan menghendaki isi formulir yang ditanda tangani. Tidak mungkin
seseorang menandatangani apa yang tidak diketahui isinya.33
Hondius dalam desertasinya mempertahankan bahwa perjanjian baku
mempunyai kekuatan mengikat, berdasarkan “kebiasaan” (gebruik) yang berlaku
di lingkungan masyarakat dan lalulintas perdagangan.34
Adapun yang dikemukakan oleh Stein, Asser dan Hondius menurut
Mariam Darus Badrulzaman, sebagai alasan untuk menerima perjanjian baku,
motivasinya tidak lain adalah menunjukkan bahwa hukum berfungsi untuk
melayani kebutuhan masyarakat dan bukan sebaliknya.35
Persoalan ini berkenaan dengan banyak digunakannya perjanjian baku di
dunia bisnis, yaitu mengenai pencantuman klausul eksenorasi. Klausul eksenorasi
adalah syarat yang secara khusus membebaskan pengusaha dari tanggung jawab
terhadap akibat yang merugikan yang timbul dari pelaksanaan perjanjian.
Menurut Abdulkadir Muhammad, klausula eksenorasi mempunyai tujuan
utama yaitu mencegah pihak konsumen merugikan kepentingan pengusaha karena
dalam hubungan ekonomi dikatakan bahwa pembeli adalah raja, sebagai raja
konsumen dapat berbuat semaunya sehingga merugikan pengusaha. Pengusaha 31 Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Baku (Standard) Perkembangan di Indonesia, dimuat dalam beberapa Guru Besar Berbicara tentang Hukum dan Pendidikan Hukum, (Bandung: Alumni, 1981), hal. 105. 32 Ibid., hal. 106. 33 Ibid. 34 Ibid. 35 Ibid.
Perlindungan hak..., Serena Claudia, FH UI, 2011.
Universitas Indonesia
23
mencoba menghindari kemungkinan timbulnya kerugian dengan menciptakan
syarat baku yang disebut eksenorasi.36
1. Tinjauan mengenai syarat sahnya perjanjian
2. Akibat hukum dari perjanjian yang dilakukan
Menurut Pasal 1338 KUH Perdata yang menyatakan bahwa “Semua
persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka
yang membuatnya. Persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan
kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang ditentukan oleh
undang-undang. Persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik. Jadi,
berdasarkan pasal tersebut, akibat hukum dari suatu perjanjian yang dibuat secara
sah adalah perjanjian tersebut berlaku sebagai undang-undang bagi kedua belah
pihak.
2.2 Pengertian Perjanjian Jual Beli
Untuk mengetahui pengertian perjanjian jual beli ada baiknya dilihat Pasal
1457 KUH Perdata yang menentukan “Jual beli adalah suatu persetujuan yang
mengikat pihak penjual berjanji menyerahkan sesuatu barang/benda (zaak) dan
pihak lain yang bertindak sebagai pembeli mengikat diri berjanji untuk membayar
harga”.
Wirjono Prodjodikoro mengatakan “Jual beli adalah suatu persetujuan
dimana suatu pihak mengikat diri untuk berwajib menyerahkan suatu barang, dan
pihak lain berwajib membayar harga, yang dimufakati mereka berdua”.37
Wolmar sebagaimana dikutip oleh Suryodiningrat mengatakan “jual beli
adalah pihak yang satu penjual (verkopen) mengikat diri kepada pihak lainnya
pembeli (loper) untuk memindahkan tangankan suatu benda dalam eigendom
dengan memperoleh pembayaran dari orang yang disebut terakhir, sejumlah
tertentu, berwujud uang”.38
Menurut hukum adat Indonesia, yang dinamakan jual beli, bukanlah
persetujuan belaka yang berada di antara kedua belah pihak, tetapi adalah suatu
36 Abdulkadir Muhammad, Perjanjian Baku dalam Praktek Perusahaan Perdagangan, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1992), hal. 20. 37 Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu, (Bandung, 1991), hal. 17. 38 R.M. Suryodiningrat, Perikatan-Perikatan Bersumber Perjanjian, (Bandung, 1996), hal. 14.
Perlindungan hak..., Serena Claudia, FH UI, 2011.
Universitas Indonesia
24
penyerahan barang oleh si penjual kepada si pembeli dengan maksud
memindahkan hak milik atas barang itu dengan syarat pembayaran harga tertentu,
berupa uang oleh pembeli kepada penjual. Dengan demikian, dalam hukum adat,
setiap hubungan jual beli tidak mengikat kepada asas atau sistem obligator atau
sistem/asas yang lainnya.
Wirjono Prodjodikoro mengemukakan bahwa dalam hukum adat ada juga
persetujuan antara kedua belah pihak yang berupa mufakat tentang maksud untuk
memindahkan hak milik dari tangan penjual ke tangan pembeli dan pembayaran
harga pembeli oleh pembeli kepada penjual, tetapi persetujuan itu hanya bersifat
pendahuluan untuk suatu perbuatan hukum tertentu yaitu berupa penyerahan tadi.
Selama penyerahan barang belum terjadi, maka belum ada jual beli.
Tentang perjanjian jual beli, dianggap sudah berlangsung antara pihak
penjual dan pembeli, apabila mereka telah menyetujui dan bersepakat tentang
keadaan benda dan harga barang tersebut, sekalipun barangnya belum diserahkan
dan harganya belum dibayarkan (Pasal 1458 KUH Perdata). Jual beli tiada lain
dari persesuaian kehendak (wis overeensteeming) antara penjual dan pembeli
mengenai barang dan harga. Barang dan hargalah yang menjadi essensial
perjanjian jual beli. Tanpa ada barang yang hendak dijual, tidak mungkin terjadi
jual beli. Sebaliknya jika barang objek jual beli tidak dibayar dengan sesuatu
harga, jual beli dianggap tidak ada.
Cara dan terbentuknya perjanjian jual beli, bisa terjadi secara
openbar/terbuka, seperti yang terjadi pada penjualan atas dasar eksekutorial atau
yang disebut excutoriale verkoop. Penjualan eksekutorial mesti dilakukan melalui
lelang di muka umum oleh pejabat lelang, akan tetapi cara dan bentuk penjualan
eksekutorial yang bersifat umum ini, jarang sekali terjadi. Penjualan demikian
harus memerlukan keputusan pengadilan.
Dari pembahasan di atas dapat dipahami bahwa jual beli yang terjadi
dalam lalu lintas kehidupan masyarakat sehari-hari, adalah jual beli antara tangan
ke tangan, yakni jual beli yang dilakukan antara penjual dan pembeli tanpa
campur tangan pihak resmi dan tidak perlu di muka umum. Bentuk jual belinya
pun, terutama jika objeknya barang-barang bergerak cukup dilakukan dengan
lisan, kecuali mengenai benda-benda tertentu, terutama mengenai objek benda-
Perlindungan hak..., Serena Claudia, FH UI, 2011.
Universitas Indonesia
25
benda tidak bergerak pada umumnya, selalu memerlukan bentuk akta jual beli.
Tujuan akta ini hanya sekedar mempelajari jual beli itu dengan keperluan
penyerahan yang kadang-kadang memerlukan penyerahan yuridis di samping
penyerahan nyata.
2.2.1 Kewajiban Penjual Dalam Perjanjian Jual Beli
Tentang kewajiban penjual ini, pengaturannya dimulai dari Pasal 1427
KUH Perdata, yaitu jika pada saat penjualan, barang yang dijual sama sekali telah
musnah, maka pembelian adalah batal. Memang ketentuan ini menimbulkan
penafsiran yang seolah-olah merugikan penjual, akan tetapi, barangkali rasionya
terletak pada hakekat jual beli itu sendiri. Umumnya pada jual beli, pihak penjual
mempunyai kedudukan lebih kuat dibanding dengan kedudukan pembeli yang
lebih lemah. Jadi, penafsiran yang rncmbebankan kerugian pada penjual tentang
pengertian persetujuan yang kurang jelas atau yang mengandung pengertian
kembar, tidak bertentangan dengan ketertiban umum (openbare-orde).
Jika Pasal 1473 KUH Perdata tidak menyebut apa-apa yang menjadi
kewajiban pihak penjual, kewajiban itu baru dapat dijumpai pada pasal
berikutnya, yakni Pasal 1473 KUH Perdata. Pada pokoknya kewajiban penjual
menurut pasal tersebut terdiri dari dua, yaitu:
1. kewajiban penjual untuk menyerahkan barang yang dijual kepada pembeli,.
2. kewajiban penjual untuk memberi pertanggungan atau jaminan (vrijwaring)
bahwa barang yang dijual tidak mempunyai sangkutan apapun, baik yang
berupa tuntutan maupun pembedaan.
Penyerahan barang dalam jual beli, merupakan tindakan pemindahan
barang yang dijual ke dalam kekuasaan dan pemilikan pembeli. Kalau pada
penyerahan barang tadi diperlukan penyerahan yuridis (juridische levering) di
samping penyerahan nyata (eitel jke levering), agar pemilikan pembeli menjadi
sempurna, penjual harus menyelesaikan penyerahan tersebut (Pasal 1475 KUH
Perdata), misalnya penjualan rumah atau tanah. Penjual menyerahkan kepada
pembeli, baik secara nyata maupun secara yuridis, dengan jalan melakukan akte
balik nama (overschijving) dari nama penjual kepada nama pembeli, umumnya
terdapat pada penyerahan benda-benda tidak bergerak. Lain halnya dengan benda-
Perlindungan hak..., Serena Claudia, FH UI, 2011.
Universitas Indonesia
26
benda bergerak, penyerahannya sudah cukup sempurna dengan penyerahan nyata
saja (Pasal 612 KUH Perdata).
Mengenai ongkos penyerahan barang yang dijual, diatur dalam Pasal 1874
KUH Perdata yang menyatakan biaya penyerahan dipikul oleh si penjual,
sedangkan biaya pengambilan dipikul oleh si pembeli jika tidak telah
diperjanjikan sebaliknya. Namun demikian, kedua belah pihak dapat mengatur
lain di luar ketentuan yang disebut di atas, karena Pasal 1476 KUH Perdata itu
sendiri ada menegaskan, ketentuan pembayaran ongkos penyerahan yang
dimaksud Pasal 1476 KUH Perdata tersebut berlaku sepanjang para pihak penjual
dan pembeli tidak memperjanjikan lain. Bahkan dalam praktek sering ditemukan,
pembelilah yang menanggung ongkos penyerahan. Jika demikian halnya, sedikit
banyak harga penjualan akan lebih tinggi dari jika pembeli yang menanggung
ongkos penyerahan.
Adapun barang yang diserahkan harus dalam keadaan sebagaimana adanya
pada saat persetujuan dilakukan. Sejak saat terjadinya penjualan, segala hasil dan
buah yang timbul dari barang, menjadi kepunyaan pembeli (Pasal 1481 KUH
Perdata). Berarti sejak terjadinya persetujuan jual beli, pembeli berhak atas segala
hasil dan buah yang dihasilkan barang, sekalipun barang belum diserahkan kepada
pembeli. Hal ini erat sekali hubungannya yang dijual itu berupa suatu barang yang
sudah ditentukan, maka barang ini sejak saat pembelian adalah atas tanggung si
pembeli meskipun penyerahannya belum dilakukan dan si penjual berhak
menuntut harganya. Atas pembebanan resiko yang demikian, tentu pantas untuk
mensejajarkannya dengan kemungkinan keuntungan yang akan diperoleh dari
benda tersebut sejak persetujuan jual beli diadakan, adalah pantas menjadi hak
pembeli sekalipun barangnya belum diserahkan, karena itu semua hasil atau buah
yang timbul sebelum saat penyerahan harus dipelihara dan diurus oleh penjual
sebagaimana layaknya seorang bapak yang berbudi baik.
2.2.2 Kewajiban Pembeli Dalam Perjanjian Jual Beli
Adapun kewajiban utama pembeli menurut Pasal 1513 KUH Perdata
berbunyi sebagai berikut: “kewajiban utama si pembeli ialah membayar harga
pembelian, pada waktu dan tempat sebagaimana ditetapkan menurut persetujuan”.
Perlindungan hak..., Serena Claudia, FH UI, 2011.
Universitas Indonesia
27
Kewajiban membayar harga merupakan kewajiban yang paling utama bagi pihak
pembeli. Pembeli harus menyelesaikan pelunasan harga bersamaan dengan
penyerahan barang. Jual beli tidak akan ada artinya tanpa pembayaran harga.
Itulah sebabnya Pasal 1513 KUH Perdata sebagai pasal yang menentukan
kewajiban pembeli dicantumkan sebagai pasal pertama, yang mengatur kewajiban
pembeli membayar harga barang yang dibeli. Oleh karena itu, sangat beralasan
sekali menganggap pembeli yang menolak melakukan pembayaran berarti telah
melakukan “perbuatan melawan hukum” (onrechtmaig).
Tempat dan saat pembayaran pada prinsipnya bersamaan dengan tempat
dan saat penyerahan barang. lnilah prinsip umum mengenai tempat dan saat
pembayaran. Tentu tempat dan saat pembayaran yang utama harus dilakukan di
tempat dan saat yang telah ditentukan dalam persetujun. Jika tempat dan saat
pembayaran tidak ditentukan dalam perjanjian, maka pembeli wajib melakukan
pembayaran di tempat dan saat dilakukan penyerahan barang.
Atas dasar aturan yang diuraikan, maka dapat dilihat:
a. Pembayaran barang generik harus dilakukan di tempat tinggal pembeli. Hal ini
sesuai dengan ketentuan, bahwa penyerahan atas barang generik dilakukan di
tempat tinggal/kediaman pembeli.
b. Pembayaran barang-barang tertentu dilakukan di tempat dimana barang
tertentu tadi terletak39 ataupun di tempat penjual. Hal ini sesuai dengan
ketentuan Pasal 1429 KUH Perdata, yang menentukan penyerahan atas
barang-barang tertentu harus dilakukan di tempat dimana barang tertentu
terletak ataupun di tempat kediaman penjualan.
Berdasarkan Pasal 1516 KUH Perdata, pembeli memiliki hak
menangguhkan/menunda pembayaran. Hak menangguhkan/menunda pembayaran
terjadi sebagai akibat gangguan (stornis) yang dialami oleh pembeli atas barang
yang dibelinya. Gangguan itu berupa gugatan/tuntutan berupa hak hipotik pihak
ketiga yang masih melekat pada barang, bisa juga berupa gabungan hak reklame
penjual semula oleh karena harganya belum dilunasi. Gangguan itu sedemikian
39 Sesuatu hal yang barangkali dikejar oleh ketentuan Pasal 1514 KUH Perdata, yang pembayaran harus dilakukan di tempat penyerahan barang, bertujuan agar pembayaran dan penyerahan barang yang dibeli, terjadi bersamaan dalam waktu yang sama, sehingga pembayaran dan penyerahan barang terjadi serentak pada tempat dan saat yang sama.
Perlindungan hak..., Serena Claudia, FH UI, 2011.
Universitas Indonesia
28
rupa sehingga pembeli benar-benar terganggu dalam menguasai dan memiliki
barang tersebut. Hak menunda pembayaran sengaja diberikan kepada pembeli
demi untuk memlindungi kepentingan pembeli atas kesewenangan penjual yang
tidak bertanggung jawab atas jaminan barang yang dijualnya. Oleh karena itu, hak
menangguhkan pembayaran akibat gangguan baru berakhir sampai ada kepastian
lenyapnya gangguan.
Dalam hal pembeli mengalami gangguan hanya sebagian saja tidak ada
diatur di dalam Pasal 1516 KUH Perdata, sehingga untuk mencari
penyelesaiannya atas kasus-kasus seperti itu, paling tepat pergunakan analogi
aturan yang dirumuskan pada Pasal 1500 KUH Perdata yang berbunyi “Jika yang
harus diserahkan hanya sebagian dari harganya, sedangkan bagian itu dalam
hubungan dengan keseluruhannya adalah sedemikian pentingnya, hingga si
pembeli seandainya bagian itu tidak ada takkan membeli barangnya, maka ia
dapat meminta pembatalan pembelinya”. Dengan demikian, jika yang terganggu
hanya sebahagian saja pembeli dapat memilih:
a. menuntut pembatalan jual beli,
b. jual beli berjalan terus, dan menangguhkan pembayaran hanya untuk sejumlah
harga bahagian yang terganggu saja.
2.2.3 Saat Terjadinya Perjanjian Jual Beli
Sifat konsensuil dari jual-beli dapat dilihat pada Pasal 1458 KUH Perdata,
yang mengatakan: “Jual beli sudah dianggap terjadi antara kedua belah pihak
seketika setelah mereka mencapai sepakat tentang barang dan harga, meskipun
barang itu belum diserahkan maupun harganya belum dibayar”. Jadi, dengan
lahirnya kata sepakat mata lahirlah perjanjian itu dan sekalian pada saat itu
menyebabkan timbulnya hak dan kewajiban, oleh karena itu perjanjian jual-beli
dikatakan juga sebagai perjanjian konsensuil dan sering juga disebut perjanjian
obligatoir.
Kadang-kadang para pihak yang mengadakan perjanjian setelah lahimya
hak dan kewajiban menganggap dirinya sudah mempunyai status yang lain,
artinya sudah menganggap dirinya sebagai pemilik atas barang yang diperjanjikan
itu, sebenarnya belum, pembeli baru menjadi pemilik atas barang semenjak
Perlindungan hak..., Serena Claudia, FH UI, 2011.
Universitas Indonesia
29
diadakannya penyerahan atau sudah diadakan penyerahan. Mengenai penyerahan
hak milik ini, perlu diperhatikan barang-barang yang harus diserahkan, karena
penyerahan barang tidak bergerak berbeda dengan penyerahan barang yang
bergerak. Kalau barang bergerak penyerahannya cukup dilakukan penyerahan
secara nyata saja atau penyerahan dari tangan ke tangan atau penyerahan yang
menyebabkan seketika si pembeli menjadi pemilik barang. Penyerahan ini
dilakukan berdasarkan Pasal 612, 613 dan 616 KUH Perdata. Hal ini ditegaskan
pula dalam Pasal 1459 KUH Perdata, yang mengatakan hak milik atas barang
yang dijual tidaklah berpindah kepada si pembeli selama penyerahannya belum
dilakukan menurut Pasal 612, 613 dan 616 KUH Perdata.
Dalam Pasal 616 KUH Perdata dikatakan bahwa penyerahan atau
penunjukkan akan kebendaan tak bergerak dilakukan dengan Pengumuman akan
akta yang bersangkutan dengan cara seperti ditentukan dalam Pasal 620 KUH
Perdata. Supaya penyerahan itu sah, harus dipenuhi dua syarat :
1. Adanya alasan hal yang sah (titel)40
2. Orang yang dapat berbuat bebas atas barang itu.41
2.3 Transaksi E-Commerce
2.3.1 Pengertian E-Commerce
Bagi banyak kalangan e-commerce merupakan suatu terminologi baru
yang belum cukup dikenal. Masih banyak yang beranggapan bahwa e-commerce
ini sama dengan aktivitas jual beli alat-alat elektronik. Oleh karena itu, dalam bab
ini, penulis akan mencoba menjelaskan pengertian dari e-commerce tersebut.
Onno w. Purbo dan Aang Arif Wahyudi mencoba mengambarkan e-
commerce sebagai suatu cakupan yang luas mengenai teknologi, proses dan
praktik yang dapat melakukan transaksi bisnis tanpa menggunakan kertas sebagai
40 Titel adalah hubungan hukum yang mengakibatkan terjadinya penyerahan itu misalnya, jual-beli, pemberian hibah, tukar menukar. Kalau perjanjian ini tidak sah maka penyerahannya tidak sah pula, atau dianggap tidak ada pemindahan hak milik. 41 Orang yang dapat membuat bebas atas barang itu, yaitu orang yang berkewenangan penuh untuk memindah-tangankan barang itu atau orang yang diberi kuasa oleh si pemiliknya. Ini juga harus diperhatikan supaya penyerahannya itu sah.
Perlindungan hak..., Serena Claudia, FH UI, 2011.
Universitas Indonesia
30
sarana mekanisme transaksi. Hal ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti
melalui e-mail atau bisa melalui World Wibe Web.42
Secara umum David Baum, yang dikutip oleh Onno w. Purbo dan Aang
Arif Wahyudi “E-commerce is a dynamic set of technologies, applications, and
business process that link enterprieses, consumer and comunnities through
electronic transactions and the electronic exchange of goods, services and
information”. E-commerce merupakan satu set dinamis teknologi, aplikasi dan
proses bisnis yang menghubungkan perusahaan, konsumen dan komunitas tertentu
melalui transaksi elektronik dan perdagangan barang, jasa, dan informasi yang
dilakukan secara elektronik.43
Assosiation for Electronic Commerce secara sederhana mendefinisikan e-
commerce sebagai mekanisme bisnis secara elektrinis. CommerceNet, sebuah
konsorsium industri memberikan definisi lengkap yaitu penggunaan jaringan
komputer sebagai sarana penciptaan relasi bisnis. Tidak puas dengan definisi
tersebut, CommerceNet menambahkan bahwa di dalam e-commerce terjadi proses
pembelian dan penjualan jasa atau produk antara dua belah pihak melalui internet
atau pertukaran dan distribusi informasi antar dua pihak dalam satu perusahaan
dengan menggunakan internet. Sementara itu, Amir Hatman, dalam bukunya Net
Ready: Strategies for Success in the e-Conomy, secara lebih terperinci lagi
mendefinisikan ecommerce sebagai suatu mekanisme bisnis secara elektronis
yang memfokuskan diri pada transaksi bisnis berbasis individu dengan
menggunakan internet sebagai medium pertukaran barang atau jasa baik antara
dua institusi (Business to business) maupun antar institusi dan konsumen langsung
(Business to Consumer).44
Menurut ECEG-Australia (Electronic Commerce Expert Group)
“Electronic Commerce is a board concept that covers any commercial
transaction that is effected via electronic means and would include such means as
facsimile, telex, EDI, internet and telephone”.45 Berdasarkan pengertian dari
42 Onno W. Purbo dan Aang Arif Wahyudi, Mengenal e-Commerce, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2001), hal. 1-2. 43 Ibid., hal. 2. 44 Sebagaimana dikutip oleh Richardus Eko Indrajit, E-Commerce: Kiat dan Strategi Bisnis Di Dunia Maya, (Jakarta: PT.Elex Media Komputindo, 2001), hal. 3. 45 www.law.gov.au/aghome/advisory/eceg/single.htm. diakses 10 april 2007
Perlindungan hak..., Serena Claudia, FH UI, 2011.
Universitas Indonesia
31
ECEG-Australia, e-commerce meliputi transaksi perdagangan melalui media
elektronik. Dalam arti kata, tidak hanya media internet yang dimaksud, tetapi juga
meliputi semua transaksi perdagangan melalui media elektronik lainnya seperti
faxsimile, telex, EDI dan telephone.
Julian Ding dalam bukunya E-Commerce : Law and Office mendefinisikan
ecommerce sebagai berikut : “ Electronic commerce or e-commerce as it is also
known is a commercial transaction between a vendor and purchase or parties in
similar contractual relationship for the supply of goods, services or acquisition of
“right”. This commercial transaction is executed or entered into electronic
medium )or digital medium) where the physical presence of parties is not required
and medium exist in a public network or sistem as opposed to private network
(closed sistem). The public netwirk sistem must consedered on open sistem (e.g
the internet or world wibe web). The transaction concluded regardless of nation
boundaries or local requairment”.46 Dalam pengertian ini, e-commerce
merupakan suatu transaksi komersial yang dilakukan antar penjual dan pembeli
atau dengan pihak lain dalam hubungan perjanjian yang sama untuk mengirimkan
sejumlah barang, pelayanan atau peralihan hak. Transaksi komersial ini terdapat
di dalam media elektronik (media digital) yang secara fisik tidak memerlukan
pertemuan para pihak yang bertransaksi dan keberadaan media ini di dalam public
network atau sistem yang berlawanan dengan private network (sistem tertutup).
Lain halnya dengan Kosiur, mengungkapkan e-ecommerce bukan hanya
sebuah mekanisme penjualan barang atau jasa melalui medium internet tetapi
lebih pada transformasi bisnis yang mengubah cara-cara perusahaan dalam
melakukan aktivitas usahanya sehari-hari.47
Dari berbagai definisi yang ditawarkan dan dipergunakan oleh berbagai
kalangan, terdapat kesamaan dari masing-masing definisi tersebut. Kesamaan
tersebut memperlihatkan bahwa e-commerce mempunyai karakteristik sebagai
berikut:
1. Terjadinya transaksi antar dua belah pihak;
2. Adanya pertukaran barang, jasa atau informasi;
46 Julian Ding, E-Commerce:Law and Office, (Malaysia: Sweet and Maxwell Asia, 1999), hal. 25. 47 David Kosiur, Understanding Electronic Commerce, (Washington: Microsoft Press, 1997), hal. 24.
Perlindungan hak..., Serena Claudia, FH UI, 2011.
Universitas Indonesia
32
3. Internet merupakan medium utama dalam proses atau mekanisme
perdagangan tersebut.
Dari karakteristik tersebut terlihat jelas bahwa pada dasarnya e-commerce
merupakan dampak dari perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi,
dan secara signifikan mengubah cara manusia melakukan interaksi dengan
lingkungannya, yang dalam hal ini terkait dengan mekanisme dagang.
2.3.2 Pra-Kontrak dalam Transaksi Bisnis yang Menggunakan E-
Commerce
Pra kontrak dalam transaksi bisnis yang menggunakan e-commerce
biasanya akan didahului oleh penawaran jual, penawaran beli. Sebelum itu, dapat
saja terjadi penawaran secara online, misalnya melalui website48, situs internet
48 Website atau situs dapat diartikan sebagai kumpulan halaman-halaman yang digunakan untuk menampilkan informasi teks, gambar diam atau gerak, animasi, suara, dan atau gabungan dari semuanya itu baik yang bersifat statis maupun dinamis yang membentuk satu rangkaian bangunan yang saling terkait dimana masing-masing dihubungkan dengan jaringan-jaringan halaman (hyperlink). Untuk menyediakan keberadaan sebuah website, maka harus tersedia unsur-unsur penunjangnya, adalah sebagai berikut: 1. Nama domain (Domain name/URL – Uniform Resource Locator)
Pengertian Nama domain atau biasa disebut dengan Domain Name atau URL adalah alamat unik di dunia internet yang digunakan untuk mengidentifikasi sebuah website, atau dengan kata lain domain name adalah alamat yang digunakan untuk menemukan sebuah website pada dunia internet. Contoh : http://www.baliorange.net, http://www.detik.com Nama domain diperjualbelikan secara bebas di internet dengan status sewa tahunan. Nama domain sendiri mempunyai identifikasi ekstensi/akhiran sesuai dengan kepentingan dan lokasi keberadaan website tersebut. Contoh nama domain ber-ekstensi internasional adalah com, net, org, info, biz, name, ws. Contoh nama domain ber-ekstensi lokasi Negara Indonesia adalah co.id (untuk nama domain website perusahaan), ac.id (nama domain website pendidikan), go.id (nama domain website instansi pemerintah), or.id (nama domain website organisasi).
2 Rumah tempat website (web hosting) Pengertian Web Hosting dapat diartikan sebagai ruangan yang terdapat dalam harddisk tempat menyimpan berbagai data, file-file, gambar dan lain sebagainya yang akan ditampilkan di website. Besarnya data yang bisa dimasukkan tergantung dari besarnya web hosting yang disewa/dipunyai, semakin besar web hosting, semakin besar pula data yang dapat dimasukkan dan ditampilkan dalam website. Web Hosting juga diperoleh dengan menyewa. Besarnya hosting ditentukan ruangan harddisk dengan ukuran MB (Mega Byte) atau GB (Giga Byte). Lama penyewaan web hosting rata-rata dihitung per tahun. Penyewaan hosting dilakukan dari perusahaan-perusahaan penyewa web hosting yang banyak dijumpai, baik di Indonesia maupun luar negeri.
3. Bahasa Program (scripts program) Bahasa Program adalah bahasa yang digunakan untuk menerjemahkan setiap perintah dalam website yang pada saat diakses. Jenis bahasa program sangat menentukan statis, dinamis atau interaktifnya sebuah website. Semakin banyak ragam bahasa program yang digunakan maka akan terlihat website semakin dinamis, dan interaktif serta terlihat bagus. Beragam bahasa program saat ini telah hadir untuk mendukung kualitas website. Jenis jenis bahasa program
Perlindungan hak..., Serena Claudia, FH UI, 2011.
Universitas Indonesia
33
atau melalui posting di mailing list dan news group atau melalui undangan para
customer melalui model business to business. Penawaran dalam hukum Indonesia
merupakan suatu “invitation to enter into a binding agreement”.49 Tawaran
merupakan suatu tawaran jika pihak lain menganggap atau memandangnya
sebagai suatu tawaran, suatu perbuatan seseorang beralasan bahwa perbuatan itu
sendiri sebagai ajakan untuk masuk kedalam suatu ikatan kontrak, maka hal ini
dapat dianggap sebagai suatu tawaran. Dalam transaksi bisnis yang menggunakan
e-commerce, khususnya jenis business to customer yang melakukan penawaran
adalah merchant atau produsen/penjual. Para merchant atau penjual tersebut
yang banyak dipakai para desainer website antara lain HTML, ASP, PHP, JSP, Java Scripts, Java applets dsb. Bahasa dasar yang dipakai setiap situs adalah HTML sedangkan PHP, ASP, JSP dan lainnya merupakan bahasa pendukung yang bertindak sebagai pengatur dinamis, dan interaktifnya situs. Bahasa program ASP, PHP, JSP atau lainnya bisa dibuat sendiri. Bahasa program ini biasanya digunakan untuk membangun portal berita, artikel, forum diskusi, buku tamu, anggota organisasi, email, mailing list dan lain sebagainya yang memerlukan update setiap saat.
4. Desain website Setelah melakukan penyewaan domain name dan web hosting serta penguasaan bahasa program (scripts program), unsur website yang penting dan utama adalah desain. Desain website menentukan kualitas dan keindahan sebuah website. Desain sangat berpengaruh kepada penilaian pengunjung akan bagus tidaknya sebuah website. Untuk membuat website biasanya dapat dilakukan sendiri atau menyewa jasa website designer. Saat ini sangat banyak jasa web designer, terutama di kota-kota besar. Perlu diketahui bahwa kualitas situs sangat ditentukan oleh kualitas designer. Semakin banyak penguasaan web designer tentang beragam program/software pendukung pembuatan situs maka akan dihasilkan situs yang semakin berkualitas, demikian pula sebaliknya. Jasa web designer ini yang umumnya memerlukan biaya yang tertinggi dari seluruh biaya pembangunan situs dan semuanya itu tergantung kualitas designer.
Keberadaan situs tidak ada gunanya dibangun tanpa dikunjungi atau dikenal oleh masyarakat atau pengunjung internet. Karena efektif tidaknya situs sangat tergantung dari besarnya pengunjung dan komentar yang masuk. Untuk mengenalkan situs kepada masyarakat memerlukan apa yang disebut publikasi atau promosi. Publikasi situs di masyarakat dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti dengan pamlet-pamlet, selebaran, baliho dan lain sebagainya tapi cara ini bisa dikatakan masih kurang efektif dan sangat terbatas. Cara yang biasanya dilakukan dan paling efektif dengan tak terbatas ruang atau waktu adalah publikasi langsung di internet melalui search engine (mesin pencari, spt : Yahoo, Google, Search Indonesia, dsb). Cara publikasi di search engine ada yang gratis dan ada pula yang membayar. Situs yang gratis biasanya terbatas dan cukup lama untuk bisa masuk dan dikenali di search engine terkenal seperti Yahoo atau Google. Cara efektif publikasi adalah dengan membayar, walaupun harus sedikit mengeluarkan akan tetapi situs cepat masuk ke search engine dan dikenal oleh pengunjung. Untuk mendukung kelanjutan dari situs diperlukan pemeliharaan setiap waktu sesuai yang diinginkan seperti penambahan informasi, berita, artikel, link, gambar atau lain sebagainya. Tanpa pemeliharaan yang baik situs akan terkesan membosankan atau monoton juga akan segera ditinggal pengunjung. Pemeliharaan situs dapat dilakukan per periode tertentu seperti tiap hari, tiap minggu atau tiap bulan sekali secara rutin atau secara periodik saja tergantung kebutuhan (tidak rutin). Pemeliharaan rutin biasanya dipakai oleh situs-situs berita, penyedia artikel, organisasi atau lembaga pemerintah. Sedangkan pemeliharaan periodik bisanya untuk situs-situs pribadi, penjualan/e-commerce, dan lain sebagainya. 49 Mariam Darus Badrulzaman, E-Commerce: Tinjauan dari Hukum Kontrak Indonesia, Jurnal Hukum Bisnis XII, hal. 33.
Perlindungan hak..., Serena Claudia, FH UI, 2011.
Universitas Indonesia
34
memanfaatkan website untuk menjajakan produk dan jasa pelayanan. Para penjual
ini menyediakan semacam storefront yang berisikan katalog produk dan
pelayanan yang diberikan dan para pembeli seperti berjalan-jalan di depan toko-
toko dan melihat-lihat barang-barang di dalam etalase. Keuntungannya melakukan
belanja di toko online ini adalah kita dapat melihat dan berbelanja kapan saja dan
dimana saja tanpa dibatasi oleh jarak lintas suatu daerah, kota, bahkan negara dan
jam buka serta tutup toko, dan kita juga tidak akan risih dengan penjaga toko yang
mengawasi kegiatan kita.
Dalam website tersebut biasanya ditampilkan barang-barang yang
ditawarkan, harganya, nilai rating atau poll otomatis tentang barang itu yang diisi
oleh pembeli sebelumnya, spesifikasi tentang barang tersebut dan menu produk
lain yang berhubungan, dan penawaran tersebut terbuka bagi semua orang
sehingga semua orang yang tertarik dapat melakukan window shopping di toko-
toko online ini. Tawaran ini adalah pernyataan mengenai syarat-syarat yang
dikehendaki oleh penawar supaya mengikat, jika suatu tawaran diterima
sebagaimana adanya berarti persetujuan itu tercapai. Dalam transaksi bisnis yang
menggunakan e-commerce ini, suatu tawaran boleh dilakukan terhadap seseorang
tertentu dan hanya terbuka baginya untuk menerimanya. Selain itu tawaran juga
boleh diberikan dan hanya terbuka kepada kelompok dan dalam hal ini hanya
orang-orang yang tergabung dalam kelompok itu saja yang diperbolehkan untuk
menerima tawaran tersebut.
Akan tetapi yang harus menjadi perhatian terkait dengan penawaran dalam
transaksi bisnis yang menggunakan e-commerce ini bahwa tidak semua tawaran
termasuk dalam tawaran yang membawa konsekuensi hukum. Berikut ini
beberapa kriteria tawaran yang tidak termasuk dalam arti hukum, yaitu:50
1. Ajakan untuk melayani semata-mata, dalam hal ini ada suatu indikasi bahwa
seseorang berkehendak untuk melakukan perundingan, akan tetapi tidak
berkehendak untuk terikat dengan syarat-syarat yang disebutkan, daftar
barang dagangan atau media dalam mengiklankan barang-barang untuk
dijual. Indikasi yang sama berlaku juga apabila usaha yang besar
mengundang para penawar untuk menyediakan barang-barang atau jasa-jasa, 50 SB. Marsh dan J. Soulsby, alih bahasa Abdulkadir Muhammad, Business Law (Hukum Perjanjian), (Bandung: Alumni, 2006), hal. 110.
Perlindungan hak..., Serena Claudia, FH UI, 2011.
Universitas Indonesia
35
misalnya suatu iklan perusahaan di website yang mengundang para penanam
modal untuk membeli saham-saham perusahaannya juga merupakan ajakan,
bukan suatu tawaran, sebab perusahaan itu masih dapat menolak membagikan
saham-sahamnya itu kepada mereka yang mengajukan permohonan untuk
memperolehnya.
2. Isapan jempol atau bualan semata-mata, dalam hal ini tidak seorang pun yang
akan memperhatikan secara serius, seperti merek yang tertera dalam paket
bahwa: “Merek X mencuci paling bersih”, tidak akan dianggap sebagai
tawaran tetap, akan tetapi dapat ditarik garis batas yang sempit antara bualan
semata-mata dan janji-janji yang akan diterima serius oleh orang awam.
Contohnya dalam kasus Carlil melawan Carbolic Smoke Ball Co (1893), para
tergugat mengiklankan bahwa mereka akan membayar €100, kepada setiap
orang yang terkena influenza setelah memakai bola-bola asap mereka, dan
bahwa sebagai bukti kejujuran, mereka telah menyediakan uang €100 pada
sebuah bank ternama. Ny. Carlil mengikuti petunjuk-petunjuk mereka, akan
tetapi masih terkena influenza, dan akibatnya Ny. Carlil menuntut ganti rugi
€100. Salah satu dari banyak pembelaan yang diajukan tergugat adalah bahwa
iklan itu bukan tawaran. Diputuskan pengadilan bahwa dalam keadaan ini,
iklan tersebut adalah tawaran, orang biasa akan tertarik dan menerima janji
itu secara serius dan menganggap bahwa pemasang iklan itu bermaksud untuk
terikat dengan syarat-syarat yang dinyatakan itu.
3. Pernyataan kehendak, ini sama juga halnya dengan tidak bermaksud untuk
membentuk dasar perjanjian dan bukan suatu tawaran. Misalnya iklan
pelelangan umum, dalam kasus Harris melawan Nickerson (1873), suatu
pelelangan diiklankan dan kemudian dibatalkan, dan penggugat yang telah
berpergian ke tempat pelelangan tersebut menuntut ongkos perjalanannya
sebagai ganti rugi, dan gugatannya tidak dikabulkan oleh pengadilan, karena
iklan itu bukanlah suatu tawaran yang dapat diterima dengan melakukan
perjalanan tersebut.
4. Semata-mata memberikan informasi, pada prinsipnya dalam website atau
situs banyak berisi informasi-informasi menyangkut suatu barang bahkan
Perlindungan hak..., Serena Claudia, FH UI, 2011.
Universitas Indonesia
36
sampai harga dari barang tersebut. Hal ini tidak dapat dikatakan sebagai suatu
tawaran.
Transaksi prakontrak secara online dalam e-commerce ini menurut
Research Paper on Contract Law memiliki banyak variasi, yakni:51
1. Transaksi melalui chatting dan video conference.
2. Transaksi melalui e-mail.
3. Transaksi melalui Web atau Situs.
Transaksi melalui chatting atau video conference adalah seseorang dalam
melakukan penawaran sesuatu barang dengan menggunakan model dialog
interaktif melalui internet, seperti melalui telepon, chatting dilakukan melalui
tulisan, sedangkan video conference dilakukan melalui media elektronik, dimana
seseorang dapat melihat langsung gambar dan mendengar suara pihak lain yang
melakukan penawaran dengan menggunakan alat ini.
Transaksi dengan menggunakan e-mail dapat dilakukan dengan cara
mudah dimana dalam hal ini kedua belah pihak harus memenuhi syarat, yaitu
memiliki e-mail address. Selanjutnya sebelum melakukan transaksi, konsumen
sudah mengetahui e-mail yang akan dituju dan jenis barang serta jumlah yang
akan dibeli, kemudian konsumen menulis nama produk dan jumlah produk,
alamat pengiriman, dan metode pembayaran yang digunakan. Konsumen
selanjutnya akan menerima konfirmasi dari merchant mengenai order barang
yang telah dipesan tersebut.
Model transaksi melalui web atau situs yaitu dengan cara dimana merchant
menyediakan daftar atau katalog barang yang dijual disertai dengan deskripsi
produk yang dijual dalam web atau situs yang telah dibuat oleh penjual. Pada
model transaksi ini dikenal istilah order form dan shopping cart.52
Belanja dengan menggunakan order form merupakan salah satu cara
belanja yang sering digunakan dalam bisnis e-commerce, dengan cara merchant
menyediakan daftar atau katalog barang (product table) yang dijual. Saat tahap
order dilaksanakan, biasanya produk yang dijual tidak divisualisasikan dalam
51 Haris Faulidi Asnawi, Transaksi Bisnis E-Commerce: Perspektif Islam, (Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2004), hal. 5. 52 Ibid.
Perlindungan hak..., Serena Claudia, FH UI, 2011.
Universitas Indonesia
37
bentuk gamnbar, akan tetapi dalam deskripsi produk. Dalam sebuah halaman
order form, sesi penawaran produk terbagi dalam empat bagian, yaitu:
1. Check box, yang dibuat untuk memberi kesempatan kepada konsumen untuk
memiliki produk yang ditawarkan dengan mengklik kotak tersebut sehingga
bertanda check.
2. Penjelasan produk yang ditawarkan.
3. Kuantitas barang yang dipesan.
4. Harga untuk tiap-tiap produk.
Selain tabel produk ditawarkan juga jenis pembayaran. Jenis-jenis
pembayaran yang ditawarkan berbeda-beda sesuai dengan layanan yang
disediakan oleh merchant, seperti dengan credit card, transfer lewat bank, check,
dan lain-lain. Pada saat pengisian formulir, konsumen juga diminta untuk mengisi
formulir yang bersifat informasi kontak untuk konsumen (sering disebut dengan
Contact Information Table). Bila pembayaran menggunakan credit card, maka
formulir akan diisi dengan mengisi jenis atau tipe credit card, nomor credit card,
tanggal kadaluarsa (expiry date) serta informasi pemegang kartu (card holder).
Setelah pengisian order form dilakukan, selanjutnya akan disediakan tombol
untuk konfirmasi order, biasanya digunakan tombol Submit dan tombol Reset, jika
di klik Reset, proses akan mereset semua pilihan dan informasi yang telah
dimasukkan oleh customer dan dapat diulang dari awal. Jika yang di klik adalah
tombol Submit, maka proses akan dilanjutkan ke tahap pengesahan dan
pengecekan order. Pada bagian ini dipasang sistem keamanan, misalnya SSL
(Secure Sockets Layer)53 untuk melindungi dari tindakan penipuan. Selanjutnya
53 SSL merupakan salah satu metode enkripsi dalam komunikasi data yang dibuat oleh Netscape Communication Corporation. Sebagaimana yang dijelaskan dalam SSL Protocol Internet Draft (The SSL Protocol, Version 3.0 oleh Alan O. Freier dan Paul C. Kocher. SSL adalah protokol berlapis. Dalam tiap lapisannya, sebuah data terdiri dari panjang, deskripsi dan isi. SSL mengambil data untuk dikirimkan, dipecahkan kedalam blok-blok yang teratur, kemudian dikompres, jika perlu, dienkripsi, dan hasilnya dikirimkan. Di tempat tujuan, data didekripsi, verifikasi, dekompres, dan disusun kembali. Hasilnya dikirimkan ke klien di atasnya. SSL hanya mengenkripsikan data yang dikirim lewat http. Bagaimana SSL berjalan dapat digambarkan sebagai berikut : • Pada saat koneksi mulai berjalan, klien dan server membuat dan mempertukarkan kunci
rahasia, yang dipergunakan untuk mengenkripsi data yang akan dikomunikasikan. Meskipun sesi antara klien dan server diintip pihak lain, namun data yang terlihat sulit untuk dibaca karena sudah dienkripsi.
• SSL mendukung kriptografi public key, sehingga server dapat melakukan autentikasi dengan metode yang sudah dikenal umum seperti RSA dan Digital Signature Standard (DSS).
Perlindungan hak..., Serena Claudia, FH UI, 2011.
Universitas Indonesia
38
jika informasi yang dikirimkan oleh konsumen telah memenuhi persyaratan atau
dinyatakan valid, maka merchant akan mengirimkan berita konfirmasi kepada
konsumen dalam bentuk e-mail.
Jika seseorang berbelanja di salah satu pasar swalayan tentunya
memerlukan dan membutuhkan kereta belanja untuk mempermudah meletakkan
barang-barang yang akan dibeli. Selama belum dilakukan pembayaran di kasir,
maka orang tersebut dapat membatalkan pembelian barang dan menukarkannya
dengan yang lain. Demikian juga halnya dengan berbelanja melalui e-commerce.
Dalam e-commerce, untuk memilih barang yang akan dibeli, ada semacam
formulir yang harus diisi dalam web tempat ia akan melakukan transaksi. Formulir
pengisian barang yang akan dibeli dinamakan shopping cart yang berfungsi
seperti kereta belanja. Shopping cart merupakan sebuah software di dalam web
yang mengijinkan seorang konsumen untuk melihat toko yang dibuka dan
kemudian memilih item-item untuk diletakkan dalam “kereta belanja” yang
kemudian membelinya saat melakukan check out. Software ini akan melakukan
penjumlahan terhadap biaya transportasi pengiriman barang (jika ada), kuantitas
barang dan harga total barang yang dibeli. Seseorang bisa memilih barang yang
dibutuhkan untuk dimasukkan ke dalam shopping cart dan masih bisa
membatalkan sebelum mengadakan transaksi. Setelah semua barang yang akan
dibeli dimasukkan ke dalam shopping cart, kemudian melakukan check out,
selanjutnya adalah mengisi formulir trasnsaksi yang berupa data identitas pembeli
dan jenis pembayaran yang digunakan. Setelah semua ketentuan terpenuhi,
merchant segera mengirim barang yang dipesan kepada konsumen.
Dalam situs airasia.com, calon pembeli diberikan suatu tampilan table
dimana calon pembeli dapat mengecek terlebih dahulu penerbangan yang mereka
kehendaki, mulai dari hari sampai dengan jam yang dikehendaki. Dari tampilan
yang muncul kemudian, calon pembeli diberi kesempatan lagi untuk dapat
memilih harga yang lebih sesuai dengan budget si calon pembeli, bahkan si calon
pembeli dapat melihat total biaya yang harus dikeluarkan apabila menghendaki
hari dan jam yang dimaksud, termasuk pajak dan biaya-biaya lain yang akan
• SSL dapat melakukan verifikasi integritas sesi yang sedang berjalan dengan menggunakan
algoritma digest.
Perlindungan hak..., Serena Claudia, FH UI, 2011.
Universitas Indonesia
39
dikenakan. Selama proses ini, calon pembeli belum dinyatakan telah melakukan
kesepakatan, sehingga pembeli masih diberi kebebasan untuk melakukan
pengecekan sampai mendapatkan sesuai yang ia inginkan.
Lain halnya dengan situs belibarang.com, karena situs ini adalah situs yang
menjual barang, sehingga mengenal sistem shopping cart. Seperti halnya dengan
situs airasia.com, calon pembeli dapat melihat dengan bebas barang-barang yang
ditawarkan, sampai dengan deskripsi barang yang dimaksud. Calon pembeli juga
diberikan kemudahan dengan tampilan dimana barang-barang dikategorisasikan
menjadi jenis-jenis tertentu. Apabila setelah memilih satu barang, namun calon
pembeli hendak melihat-lihat kembali barang-barang lainnya, calon pembeli dapat
memasukkan barang yang telah dipilih terlebih dahulu ke dalam shopping cart.
Selama proses pemilihan, termasuk memasukkan barang-barang yang dipilih ke
dalam shopping cart, calon pembeli belum dinyatakan telah melakukan
kesepakatan.
2.3.3 Saat Terjadinya Kontrak dalam Transaksi Bisnis yang Menggunakan
E-Commerce
Dalam kontrak transaksi bisnis yang menggunakan e-commerce
berdasarkan komponennya terdapat beberapa macam kontrak, yaitu:54
1. Kontrak yang berkenaan dengan perangkat keras (hardware contract), baik
berkaitan dengan jual-beli (purchasing) maupun sewa menyewa (leasing),
yang juga mencakup pemasangan (installation) dan perawatannya
(maintenance);
2. Kontrak yang berkenaan dengan perangkat lunak (software contract), baik
untuk software yang dibuat secara khusus berdasarkan pesanan si pengguna
jasa (bespoke/customized software) maupun yang telah dibuat umum oleh
para vendor dalam bentuk paket-paket aplikasi maupun tools yang telah
beredar umum (off the self software);
3. Kontrak yang berkenaan dengan jasa-jasa teknologi (service contract) yang
mencakup: (i) perjanjian pendidikan dan pelatihan (training/education
services contract); dan (ii) perjanjian perawatan dan pemeliharaan 54 Edmon Makarim, Pengantar Hukum Telematika (Suatu Kompilasi Kajian), (Jakarta: Rajawali Pers, 2005), hal. 252.
Perlindungan hak..., Serena Claudia, FH UI, 2011.
Universitas Indonesia
40
(maintenance contract), yang esensinya adalah penggunaan intelektual
dan/atau sumber daya manusia, baik yang menggunakan pihak dalam
(internal) maupun pihak luar (out-sourcing). Dalam hal ini, umumnya, pihak
luar tersebut adalah konsultan yang mencakup sebagai konsultan perancang
sistem, juga sebagai kontraktor sistem dan juga sebagai pengawas serta
pemelihara sistem, oleh karena itu sebagai hasil suatu konstruksi, umumnya
hanya pihak pemberi jasa sajalah yang tahu material hasil kosntruksi tersebut.
Pengguna jasa malahan tidak akan mengetahui apa yang ada di dalam
konstruksi tersebut, karena si pengguna hanya terbatas menggunakan, namun
tidak memilikinya, sehingga source code kebanyakan tidak diberikan
melainkan hanya object code-nya dan dokumen penggunaan sistem saja
(user’s guide).
Pada dasarnya semua kontrak tersebut dapat dilakukan secara terpisah
maupun dikombinasikan secara bersama-sama, misalnya perjanjian jual-beli
ditambah maintenance, kontrak pengembangan sistem ditambah pelatihan dan
perawatan. Jika dilakukan ke dalam satu kesatuan sebagai sebuah proyek
umumnya dikategorikan sebagai turn key control, dimana pihak pengguna jasa
telah menyerahkan semua urusannya kepada penyedia jasa, sehingga baginya ia
hanya tinggal memutar kunci saja sebagai bukti tanda terima dan atau pengguna
jasa sistem tersebut. Secara garis besar, sebagai pengetahuan umum, dapat
disebutkan beberapa jenis perjanjian atau kontrak yang berkenaan dengan bisnis
komputerisasi atau multimedia yang tengah berkembang saat ini sebagaimana
yang dikategorikan berdasarkan atas komponen-komponen yang mendasarinya
sebagaimana dikemukakan oleh Edmon Makarim, antara lain:55
1. Hardware Contract, meliputi: hardware purchase agreement, equipment loan
agreement, hardware maintenance agreement, installation and
implementation agreement, reciprocal back up site agreement, confidentiality
and non-disclosure technology agreement.
2. Software Contract, meliputi: software development agreement, software
license agreement, end-user single cpu license agreement atau public license
55 Ibid., hal. 253.
Perlindungan hak..., Serena Claudia, FH UI, 2011.
Universitas Indonesia
41
agreement, software maintence agreement, escrow agreement, assignment of
copyright, software distribution agreement.
3. Service Contract.
4. Information Contract/Data Kontrak, meliputi: bureau processing agreement,
data base/network accesss agreement, confidentiality/non-disclosure
agreement.
5. Procedures Contract, meliputi: management/consultant agreement,
professional services contract.
6. Brainware Contract, meliputi: employment agreement, work for hire
agreement.
7. Turnkey Contract (mixed goods and services), meliputi: general contractor
agreement, facilities management agreement, work for hire agreement.
8. Multimedia Contract, meliputi: web site development and maintenance
agreement, internet hosting agreement, multimedia right license, development
and publishing agreement, location agreement, independent contractor
agreement, music and sound recording license, model release/development
company, interactive media agreement, writers guild agreement, etc.
Proses pertama transaksi bisnis yang menggunakan e-commerce ini
dinamakan information sharing. Dalam proses ini prinsip penjual adalah mencari
atau menjaring calon pembeli sebanyak-banyaknya, sementara prinsip pembeli
adalah berusaha sedapat mungkin mencari produk atau jasa yang diinginkan dan
mencoba untuk mencari tahu penilaian orang lain terhadap produk atau jasa
tersebut. Setelah aktivitas tukar-menukar informasi dilakukan, proses bisnis
selanjutnya adalah melakukan pemesanan produk atau jasa secara elektronik. Dua
pihak yang bertransaksi haruslah melakukan aktivitas kontrak tertentu, sehingga
proses pembelian dapat dilakukan secara sah, benar dan aman. Pembelian antar
dua entitas bisnis biasanya dilakukan melalui jaringan tertentu, seperti EDI
(Electronic Data Interchange) atau ekstranet. Di dalam proses bisnis ini, ada
empat aliran entitas yang harus dikelola dengan baik, yaitu:56
1. Flow of goods (aliran produk).
2. Flow of information (aliran informasi).
56 Haris Faulidi Asnawi, Op. Cit., hal. 26.
Perlindungan hak..., Serena Claudia, FH UI, 2011.
Universitas Indonesia
42
3. Flow of money (aliran uang).
4. Flow of documents (aliran dokumen).
Dalam transaksi bisnis yang menggunakan e-commerce, biasanya fasilitas
untuk menyinkronisasikan keempat aliran ini telah tersedia, sehingga proses
transaksi dapat dilakukan secara efisien, efektif dan terkontrol dengan baik.
Bahkan dalam beberapa situs tertentu fasilitas yang tersedia dalam transaksi bisnis
yang menggunakan e-commerce ini meliputi mekanisme pasca transaksi usai dan
produk telah didistribusikan, yaitu meliputi aktivitas atau komunikasi yang
berkaitan dengan:
1. Keluhan terhadap kualitas produk.
2. Pertanyaan atau permintaan informasi mengenai produk-produk lain.
3. Pemberitahuan akan produk-produk baru yang ditawarkan.
4. Diskusi mengenai cara penggunaan produk dengan baik, dan lain-lain..
Target dari fasilitas interaksi ini adalah agar di kemudian hari terjadi
kembali transaksi bisnis antara kedua belah pihak yang didasari kepada kepuasan
pelanggan atas produk yang dibelinya. Ketiga proses utama dalam value chain
sistem e-commerce ini dapat dilakukan selama 24 (dua puluh empat) jam sehari
dan 7 (tujuh) hari seminggu. Berdasarkan kenyataan website dan e-mail
merupakan dua sarana penting yang dipergunakan dalam transaksi bisnis yang
menggunakan e-commerce ini, dan hal yang harus diperhatikan dalam transaksi
bisnis yang menggunakan e-commerce ini adalah bahwa pihak penjual harus
memiliki pusat basis data (corporate database) yang berisi informasi mengenai
produk dan jasa perusahaan beserta semua rekaman interaksi antara penjual dan
pembeli (formal maupun informal) yang terjadi. Sistem basis data ini akan
menjadi sebuah pusat pengetahuan korporat (corporate knowledge) yang
meyediakan data mentah maupun informasi mengenai prilaku konsumen dan
pasar.
Adapun dua hal utama yang biasanya dilakukan oleh konsumen di area
transaksi bisnis yang menggunakan e-commerce ini, pertama adalah melihat
produk-produk atau jasa-jasa yang ditawarkan dalam iklan di website (online ads)
oleh perusahaan dan yang kedua adalah mencari data atau informasi tertentu yang
dibutuhkan sehubungan dengan proses transaksi jual-beli yang akan dilakukan.
Perlindungan hak..., Serena Claudia, FH UI, 2011.
Universitas Indonesia
43
Jika tertarik dengan produk atau jasa yang ditawarkan, konsumen dapat
melakukan transaksi perdagangan dengan cara melakukan pemesanan secara
elektronik (online orders) yaitu dengan cara menggunakan perangkat komputer
dan jaringan internet. Berdasarkan pesanan tersebut, merchant akan
mendistribusikan barangnya kepada customer melalui dua jalur, pertama, bagi
perusahaan yang melibatkan barang secara fisik, perusahaan akan
mengirimkannya melalui kurir ke tempat pemesanan berada. Jalur kedua
disediakan bagi produk atau jasa yang dapat digitalisasi (diubah menjadi sinyal
digital), produk-produk yang semacam teks, gambar, video, dan audio secara fisik
tidak perlu lagi dikirimkan, namun dapat disampaikan melalui jalur internet,
misalnya electronic newspapers, digital library, virtual school, dan sebagainya.
Selanjutnya, melalui media internet juga dapat pula dilakukan aktivitas
perdagangan pasca pembelian melalui transaksi bisnis yang menggunakan e-
commerce yang disebut dengan pelayanan purnajual (electronic customer
support).
Sebelum dibahas lebih jauh berkaitan dengan saat terjadinya kontrak
dalam transaksi bisnis yang menggunakan e-commerce ini, untuk lebih jelasnya
menyangkut transaksi online-nya sebagai mana yang dikemukakan oleh Onno W.
Purbo dan Aang Arif Wahyudi dapat dilihat pada gambar berikut ini:57
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa proses transaksi bisnis yang
menggunakan e-commerce pada dasarnya ada lima tahap yang runtut, yakni:
1. Find it, pada tahap ini pembeli bisa mengetahui dengan pasti dan mudah jenis
barang apa yang dia inginkan. Ada beberapa metode yang dapat dilakukan,
yaitu dengan metode search dan browse. Dengan metode search, pembeli bisa
mendapatkan tipe-tipe barang yang diinginkan dengan hanya memasukkan
keywords (kata kunci) barang yang diinginkan pada kotak search, sedangkan
browse menyediakan menu-menu yang terdiri atas jenis-jenis barang yang
disediakan.
57 Ibid.
(1) Find it
(1) Find it
(2) Explore it
(3) Select it
(1) Buy it
(1) Ship it
Perlindungan hak..., Serena Claudia, FH UI, 2011.
Universitas Indonesia
44
2. Explore it, setelah memilih jenis barang tertentu yang diinginkan, maka akan
dijumpai keterangan lebih jelas mengenai barang yang dipilih itu, antara lain
terdiri dari informasi penting tentang produk tersebut (seperti harga dan
gambar barang tersebut), nilai rating barang itu yang diperoleh dari poll
otomatis tentang barang itu yang diisi oleh para pembeli sebelumnya (apakah
barang tersebut baik, cukup baik, atau bahkan mengecewakan), spesifikasi
(product review) tentang barang tersebut, dan menu produk-produk lain yang
berhubungan. Jika ternyata barang yang dilihat tersebut sudah cocok, maka
siap untuk melakukan transaksi (add an item to your shopping cart).
3. Select it, seperti halnya toko sebenarnya, shopping cart akan menyimpan
terlebih dahulu barang yang diinginkan sampai siap untuk check out. Dalam
shopping cart dapat melakukan, antara lain menghapus atau menyimpan daftar
belanja untuk keperluan nanti.
4. Buy it, setelah semua yang di atas dilakukan, selanjutnya dilakukan proses
check out. Pada tahap ini dilakukan proses transaksi pembayaran setelah
terlebih dahulu mengisi formulir yang telah disediakan oleh penjual. Pihak
penjual tidak akan menarik pembayaran pada credit card, sampai kita sudah
menyelesaikan proses perintah untuk pengiriman.
5. Ship it, setelah proses transaksi selesai, pihak penjual akan mengirimkan e-
mail lain yang akan memberitahukan pengiriman barang telah dilakukan.
Toko online juga menyediakan account untuk para pelanggan mereka, seperti
memasuki mail box pada layanan fasilitas e-mail gratis, sehingga pembeli
dapat mengetahui status order pada account yang telah tersedia di situs
tersebut.
Keberadaan suatu perjanjian, termasuk kontrak dalam transaksi bisnis
yang menggunakan e-commerce, tidak terlepas dari terpenuhinya syarat-syarat
mengenai sahnya suatu perjanjian/kontrak seperti yang tercantum dalam Pasal
1320 KUH Perdata, sebagai berikut:
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
Dalam transaksi bisnis yang menggunakan e-commerce, pihak yang
memberikan penawaran adalah pihak penjual yang dalam hal ini menawarkan
barang-barang dagangannya melalui website yang dirancang sedemikian rupa
Perlindungan hak..., Serena Claudia, FH UI, 2011.
Universitas Indonesia
45
agar menarik untuk disinggahi. Semua pihak pengguna internet (netter) dapat
dengan bebas masuk untuk melihat-lihat toko virtual tersebut atau untuk
membeli barang yang mereka butuhkan atau minati. Jika memang pembeli
tertarik untuk membeli suatu barang, maka ia hanya perlu mengklik barang
yang sesuai dengan keinginannya, biasanya setelah pesanan tersebut sampai
kepada penjual, maka penjual akan mengirimkan e-mail atau melalui telepon,
mengkonfirmasi pesanan tersebut kepada konsumen.
Proses terciptanya penawaran (offer) dan penerimaan (acceptance) tersebut
memang menimbulkan keragu-raguan kapan terciptanya suatu kesepakatan
dalam transaksi bisnis yang menggunakan e-commerce ini. Negara-negara
yang bergabung dalam masyarakat ekonomi Eropa telah memberikan garis-
garis petunjuk kepada para negara anggotanya, dengan memberlakukan sistem
“3 klik”, yaitu:58
a. Setelah calon pembeli melihat di layar komputer adanya penawaran dari
calon penjual (klik pertama),
b. Si calon pembeli memberikan penerimaan terhadap penawaran tersebut
(klik kedua), dan
c. Masih disyaratkan adanya peneguhan dan persetujuan dari calon penjual
kepada pembeli perihal diterimanya penerimaan dari calon pembeli (klik
ketiga).
Dalam UU ITE Indonesia, ketentuan menyangkut saat terjadinya kontrak ini,
diatur dalam Pasal 20 ayat 1 dan 2 yang berbunyi: “Kecuali ditentukan lainh
oleh para pihak, transaksi elektronik terjadi pada saat penawaran transaksi
yang dikirim pengirim telah diterima dan dietujui penerima (ayat 1), dan
persetujuan atas penawaran transaksi elektronik sebagaimana dimaksud dalam
ayat 1 harus dilakukan dengan pernyataan penerimaan secara elektronik (ayat
2).
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
Dalam transaksi bisnis yang menggunakan e-commerce sangat sulit dalam
menentukan seseorang yang melakukan transaksi telah dewasa atau tidak
berada di bawah pengampuan, karena proses penawaran dan penerimaan tidak
58 Edmon Makarim, Op. Cit., hal. 267.
Perlindungan hak..., Serena Claudia, FH UI, 2011.
Universitas Indonesia
46
secara langsung dilakukan, akan tetapi hanya melalui media virtual yang
rawan kamuflase, rekayasa dan penipuan. Sebagaimana layaknya transaksi
bisnis biasa, jika ternyata yang melakukan transaksi bisnis yang menggunakan
e-commerce ini adalah orang yang tidak cakap, pihak yang dirugikan atas
perjanjian tersebut dapat menuntut agar perjanjian itu dibatalkan.
3. Suatu hal tertentu
Dalam transaksi bisnis yang menggunakan e-commerce ini, tidak semua jenis
barang dapat diperjualbelikan begitu saja, karena ada barang tertentu yang
tidak boleh diperjualbelikan, misalnya memperjualbelikan hewan, narkotika
(obat-obat terlarang), termasuk juga jual-beli tanah yang mensyaratkan jual-
beli tanah tersebut harus dituangkan ke dalam akta autentik. Dalam kasus jual-
beli tanah, si penjual dapat melakukan pengiklanan (advertising) terhadap
tanah yang hendak dijual, namun untuk validitas dari kesepakatan itu sendiri
harus dilakukan secara fisik, yakni para pihak secara bersama-sama
menghadap pada Notaris atau Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) untuk
mengutarakan kesepakatan yang akan dituangkan dalam suatu akta, yang
kemudian para pihak disertai para saksi menandatangani akta tersebut.
4. Suatu sebab yang halal
Undang-undang tidak memperdulikan apa yang menjadi sebab orang
mengadakan perjanjian, yang diperhatikan atau diawasi oleh undang-undang
adalah “isi perjanjian itu”, yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai
apakah dilarang oleh undang-undang itu atau tidak, apakah bertentangan
dengan kepentingan umum atau kesusilaan atau tidak.
Sebagaimana transaksi bisnis biasa, dalam transaksi bisnis yang
menggunakan e-commerce ini, antara penawaran dan akseptasi, selalu ada selang
jangka waktu tertentu yang bisa singkat saja dan bisa juga memakan waktu yang
cukup lama. Dalam transaksi bisnis biasa sebelum penawaran diakseptir oleh
pihak lain, penawaran tersebut dapat ditarik kembali, akan tetapi jika penawaran
tersebut telah diakseptir, maka penawaran tersebut tidak dapat ditarik kembali,
sedangkan dalam transaksi bisnis yang menggunakan e-commerce, penawaran
dapat saja ditarik walaupun sudah ada akseptir oleh pihak lain. Hal ini akan
menimbulkan masalah, yaitu berkaitan dengan apakah dalam hal sesudah ada
Perlindungan hak..., Serena Claudia, FH UI, 2011.
Universitas Indonesia
47
akseptasi tersebut tetapi sebelum jawaban tersebut sampai kepada pihak yang
menawarkan, orang yang menawarkan mengirimkan berita yang menyatakan
menarik kembali penawarannya dapat dikatakan telah terjadinya
kontrak/perjanjian atau tidak. Persoalan ini tentu saja akan bergantung pada
jawaban kapan sebenarnya kita dapat menganggap telah terjadi/lahir suatu
perjanjian.
Dalam teori-teori hukum perdata, penetapan mengenai lahirnya/timbulnya
perjanjian/kontrak ada beberapa teori, antara lain:59
a. Teori Pernyataan (Uitings Theorie)
Menurut teori ini, perjanjian/kontrak telah ada pada saat atas suatu penawaran
telah ditulis surat jawaban penerimaan. Dengan perkataan lain, perjanjian itu
ada, pada saat pihak lain menyatakan penerimaan/akseptasinya (penerimaan
yang dinyatakan dalam bentuk/wujud suatu tulisan). Pada saat tersebut,
pernyataan kehendak dari orang yang menawarkan dan akseptor saling
bertemu. Dalam transaksi bisnis yang menggunakan e-commerce berpijak
pada teori pernyataan teori ini, maka dapat dikatakan bahwa
perjanjian/kontrak itu sudah ada sejak pihak penerima tawaran menulis e-mail
(apabila transaksi menggunakan sarana e-mail) atau dalam transaksi yang
menggunakan website/situs, pada saat akseptor mengetik untuk mengisi form
khusus yang telah disediakan oleh pihak penawar. Adapun keberatan terhadap
teori ini adalah bahwa orang tidak dapat menerapkan secara pasti kapan
perjanjian telah terjadi/lahir, karena sangat sulit bagi kita untuk mengetahui
dengan pasti dan membuktikan kapan saat penulisan jawaban penerimaan
tersebut, apalagi menyangkut transaksi bisnis yang menggunakan e-
commerce. Disamping itu, perjanjian sudah terjadi pada saat akseptor masih
mempunyai kekuasaan penuh atas surat jawaban tersebut. Ia dapat mengulur
atau bahkan membatalkan akseptasinya, sedangkan orang yang menawarkan
sudah terikat.
b. Teori Pengiriman (Verzendings Theorie)
Dalam teori ini ditetapkan bahwa saat pengiriman jawaban akseptasi adalah
saat lahirnya perjanjian, maka orang mempunyai pegangan yang relatif sedikit
59 J. Satrio, Op.Cit., hal. 180.
Perlindungan hak..., Serena Claudia, FH UI, 2011.
Universitas Indonesia
48
pasti mengenai saat terjadinya perjanjian/kontrak. Untuk transaksi bisnis biasa
relatif lebih mudah, karena misalnya tanggal cap pos dapat dijadikan sebagai
salah satu patokan utama. Sejak saat surat itu dikirimkan, akseptor tidak lagi
mempunyai kekuasaan atas surat tersebut dan sejak saat itu pulalah kontrak
telah terjadi. Teori ini pada prinsipnya masih memiliki kekurangan dan
kelemahan, yaitu bahwa perjanjian tersebut telah lahir dan mengikat pihak
yang menawarkan pada saat yang menawarkan tersebut belum mengetahui
tentang hal itu. Konsekuensi dari teori ini adalah bahwa dalam hal orang yang
menawarkan telah mengirim berita penarikan kembali penawarannya lebih
dahulu daripada tanggal pengiriman berita penerimaan pihak akspetor, maka
tidaklah lahir perjanjian antara mereka. Teori pengiriman ini sulit untuk
diterima berdasarkan asas kepatutan (billijkheid), ada sesuatu yang dirasakan
tidak adil, ditinjau dari sudut orang yang menawarkan selalu masih ada
kemungkinan untuk menarik kembali penawarannya, asal penarikan itu
sampai pada orang yang ditawari sebelum ia mengirimkan jawaban
penerimaannya, tetapi sebaliknya si penerima tidak mempunyai kesempatan
seperti itu, sebab perjanjian sudah lahir dan karenanya sudah mengikat dengan
dikirimkannya jawaban persetujuan, sekalipun belum sampai pada orang yang
menawarkan.
c. Teori Pengetahuan (Vernemings Theorie)
Untuk mengatasi kelemahan teori pengiriman, maka saat terjadinya
perjanjian/kontrak kemudian digeser sampai pada jawaban akseptasinya
diketahui oleh orang yang menawarkan. Berdasarkan teori ini, dapat
dikatakan, bahwa dalam transaksi bisnis yang menggunakan e-commerce,
kontrak terjadi pada saat e-mail atau pada saat form konfirmasi jawaban atas
penawaran dibuka dan dibaca pihak yang memberikan penawaran. Teori
pengetahuan ini sebenarnya sudah nampak baik dan adil, akan tetapi dapat
menimbulkan masalah, yakni dalam hal penerima surat membiarkan dan tidak
membuka suratnya, atau kepastian kapan surat itu benar-benar telah dibuka
dan dibaca, karena yang tahu pasti hanya si penerima saja, maka ia bebas
untuk mengundurkan saat lahirnya perjanjian.
Perlindungan hak..., Serena Claudia, FH UI, 2011.
Universitas Indonesia
49
d. Teori Penerimaan (Ontvangst Theorie)
Sebagai jawaban atas kekurangan teori pengetahuan, maka muncullah teori
lain, yaitu teori penerimaan. Dalam teori ini, saat diterimanya jawaban,
terlepas dari apakah surat itu telah dibuka atau dibiarkan tidak dibuka,
menentukan saat lahir/terjadinya perjanjian/kontrak. Intinya adalah saat surat
tersebut sampai pada alamat si penerima, maka saat itulah perjanjian/kontrak
terjadi. Penerimaan ini harus terjadi selama penawaran masih terbuka.
Penerimaan harus bersifat absolut dan tanpa syarat atas tawaran tersebut,
sebagaimana adanya syarat yang melekat padanya atau sebagaimana telah
diketahui syarat-syarat lain yang berlaku sebagai penolakan. Jika kita
berpegang pada teori penerimaan ini, dalam menentukan saat terjadinya
kontrak dalam transaksi bisnis yang menggunakan e-commerce, maka dapat
dikatakan bahwa sejak e-mail jawaban atas penerimaan tawaran yang
dikirimkan oleh pembeli diterima oleh penjual, sejak saat itulah, terjadinya
kontrak dalam transaksi bisnis yang menggunakan e-commerce ini.
Pada situs airasia.com, kontrak dinyatakan terjadi pada saat pembayaran
telah dilakukan dan dikonfirmasi. Setelah pembeli memilih penerbangan yang ia
kehendaki, ia akan dimintakan data-data pribadinya dan data-data yang diperlukan
untuk melakukan pembayaran, misalnya pembayaran dengan menggunakan kartu
kredit. Sebelumnya pembeli masih diberikan kesempatan untuk memilih apakah
pembeli menghendaki pelayanan-pelayanan lainnya dari layanan penerbangan
AirAsia, seperti asuransi, pemesanan tempat duduk dan bagasi pesawat. Pembeli
dapat menerima atau menolak tawaran tersebut dengan cara meng-klik pada
layanan yang dikehendaki. Setelah pembeli melewati semua proses tersebut,
terutama memasukkan data perihal kartu kredit yang dipergunakan, dan meng-klik
Submit, maka pembeli dinyatakan telah terikat kontrak dengan AirAsia dan
pembeli tidak dapat menyatakan batal atas transaksi yang dimaksud. AirASia
akan melakukan konfirmasi lebih lanjut dengan mengirimkan email kepada si
pembeli (berdasarkan data yang dimasukkan oleh si pembeli) dengan attachment
yang berisi keterangan penerbangan si pembeli, yang mana si pembeli dapat
mencetak lampiran tersebut sebagai dokumen yang ditunjukkan kepada petugas
airport pada saat si pembeli melakukan penerbangan tersebut.
Perlindungan hak..., Serena Claudia, FH UI, 2011.
Universitas Indonesia
50
Untuk proses lahirnya kontrak dalam situs belibarang.com, tidak jauh
berbeda dengan proses dalam situs airasia.com. Seperti telah dikatakan di dalam
bab sebelumnya, situs belibarang.com pada saat ini hanya dapat dipergunakan
oleh pengguna kartu kredit Citibank dan yang telah melakukan registrasi di situs
tersebut. Pembeli yang hendak menyelesaikan pembeliannya, dapat melakukan
check out, untuk kemudian mengkonfirmasi data-data yang telah dimasukkan
sebelumnya pada saat registrasi, dan dengan meng-klik Submit, maka si pembeli
telah terikat kontrak atas pembelian barang tersebut. Bedanya dengan situs
airasia.com, di situs belibarang.com ini, si pembeli yang telah melakukan
registrasi diberi kemudahan untuk tidak berulang-ulang memberikan data-data
yang diperlukan, namun setiap pembeli diharapkan untuk tetap berhati-hati dalam
melakukan pembelian (baik barang maupun jasa) agar tidak dirugikan.
Perlindungan hak..., Serena Claudia, FH UI, 2011.