bab ii kajian pustaka 2.1 2.1.1 2.1.1.1 hakikat belajar...motif, kematangan, kesiapan dan faktor...

19
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar 2.1.1.1 Hakikat Belajar Slameto (2010: 2) menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Selanjutnya diungkapkan ciri-ciri perubahan tingkah laku tersebut diantaranya: 1) perubahan terjadi secara sadar; 2) perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional; 3) perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif; 4) perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara; 5) perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah; 6) perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Purwanto (2011: 39) mendefinisikan belajar adalah proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Sedangkan menurut (Winkel 1999: 53 dalam purwanto) menyebutkan bahwa belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, ketrampilan, dan sikap. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan dalam diri seseorang yang berlangsung dalam interaksi aktif serta dapat menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, ketrampilan, dan sikap. 2.1.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar Ada berbagai faktor yang mempengaruhi belajar seseorang.Faktor tersebut Bisa dalam diri individu sendiri maupun berasal dari luar individu. Slameto (2010: 54) menggolongkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar ke dalam 2 jenis,yaitu : a. Faktor intern,yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor intern,terbagi ke dalam tiga faktor :

Upload: others

Post on 06-Feb-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Kajian Teori

    2.1.1 Hasil Belajar

    2.1.1.1 Hakikat Belajar

    Slameto (2010: 2) menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses yang

    dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

    secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

    lingkungannya. Selanjutnya diungkapkan ciri-ciri perubahan tingkah laku tersebut

    diantaranya: 1) perubahan terjadi secara sadar; 2) perubahan dalam belajar bersifat

    kontinu dan fungsional; 3) perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif; 4)

    perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara; 5) perubahan dalam belajar

    bertujuan dan terarah; 6) perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

    Purwanto (2011: 39) mendefinisikan belajar adalah proses dalam diri

    individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam

    perilakunya. Sedangkan menurut (Winkel 1999: 53 dalam purwanto) menyebutkan

    bahwa belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi

    aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

    pengetahuan, ketrampilan, dan sikap.

    Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses

    perubahan dalam diri seseorang yang berlangsung dalam interaksi aktif serta dapat

    menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, ketrampilan, dan sikap.

    2.1.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

    Ada berbagai faktor yang mempengaruhi belajar seseorang.Faktor tersebut

    Bisa dalam diri individu sendiri maupun berasal dari luar individu.

    Slameto (2010: 54) menggolongkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar

    ke dalam 2 jenis,yaitu :

    a. Faktor intern,yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar.

    Faktor intern,terbagi ke dalam tiga faktor :

  • 8

    1. Faktor jasmaniah, terdiri atas : faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh.

    2. Faktor psikologis, meliputi: intelligensi, perhatian, minat, bakat, motif,

    kematangan, kesiapan.

    3. Faktor kelelahan, meliputi : kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.

    b. Faktor Ekstern yaitu faktor yang ada di luar individu.

    Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap prestasi belajar dapat

    dikelompokkan menjadi 3 faktor,yaitu:

    1. Faktor keluarga, seperti: cara orang tua mendidik, hubungan antar anggota

    keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang

    tua, latar belakang kebudayaan.

    2. Faktor sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum, hubungan antar

    guru dengan siswa, hubungan antar siswa dengan siswa, disiplin sekolah,

    alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode

    belajar, tugas rumah.

    3. Faktor masyarakat, diantaranya: kegiatan siswa dalam masyarakat, media

    masa, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.

    Dapat disimpulkan ada dua faktor yang muncul dalam penelitian ini. Faktor

    tersebut adalah faktor psikologis, yang meliputi: intelligensi, perhatian, minat, bakat,

    motif, kematangan, kesiapan dan faktor sekolah, yang meliputi: metode mengajar.

    2.1.1.3 Pengertian Hasil Belajar

    Purwanto (2011: 44) Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua

    kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product)

    menunjukkan pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses

    yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Belajar dilakukan untuk

    mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Hasil belajar

    adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah

    lakunya (winkel, 1998: 51 dalam Purwanto).

  • 9

    Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh siswa akan menghasilkan hasil

    belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar sekaligus pendidik

    memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam rangka membantu

    meningkatkan keberhasilan siswa yang dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan

    faktor intern dari siswa itu sendiri.

    Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah sudah pasti setiap

    siswa mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab hasil belajar yang

    baik dapat membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya

    dicapai melalui proses belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat

    sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik.

    Hasan (1992: 23) hasil belajar dinyatakan dalam klasifikasi yang

    dikembangkan oleh bloom dan kawan-kawannya. Taksonomi Bloom membagi hasil

    belajar atas tiga ranah yaitu:

    a. Ranah kognitif

    Ranah Kognitif, berhubungan dengan kemampuan berpikir. Dalam

    taksonomi Bloom dikenal 6 jenjang ranah kognitif. Jenjang satu lebih tinggi dari yag

    lain, dan jenjang yang lebih tinggi akan dapat dicapai apabila yang rendah sudah

    dikuasai. Keenam jenjang tersebut adalah:

    1. Pengetahuan

    2. Pemahaman

    3. Aplikasi

    4. Analisis

    5. Sintesis

    6. Evaluasi

    b. Ranah afektif

    Ranah afektif berhubungan dengan minat, perhatian, sikap, emosi,

    penghargaan, proses internalisasi dan pembentukan karakteristik diri. Kathwol,

    Bloom dan Masia (1964) dalam Hasan (1992: 25) membagi ranah afektif dalam 5

    jenjang, yaitu:

  • 10

    1. Penerimaan

    2. Penanggapan

    3. Penghargaan

    4. Pengorganisasian

    5. Penjatidirian

    c. Ranah psikomotor

    Ranah Psikomotorik berhubungan dengan persoalan ketrampilan motorik

    yang dikendalikan oleh kematangan psikologis. Menurut Simpson (1996) dalam

    Hasan (1992: 27) memberikan tujuh jenjang psikomotor yaitu:

    1. Persepsi

    2. Kesiapan

    3. Penanggapan

    4. Terpimpin

    5. Mekanistik

    6. Penanggapan yang bersifat kompleks

    7. Adaptasi dan originalitas

    Dalam penelitian ini aspek yang muncul dalam pembelajaran adalah aspek

    kognitif yaitu hasil belajar dan aspek afektif yaitu keaktifan.

    Menurut Purwanto (2011: 47) hasil belajar perlu dievaluasi. Evaluasi yang

    dimaksudkan sebagai cermin untuk melihat kembali apakah tujuan yang ditetapkan

    telah tercapai dan apakah proses belajar mengajar telah berlangsung efektif untuk

    memperoleh hasil belajar. Dalam mengevaluasi hasil belajar diperlukan instrumen

    untuk mengupulkan data.

    Hasan (1992: 65) Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data ada

    2 macam yaitu tes dan nontes. Tes adalah alat pengumpul data atau informasi yang

    dirancang khusus sesuai dengan karaketristik informasi yang diinginkan evaluator.

    Tes dibagi menjadi empat macam yaitu tes formatif, tes sumatif, tes diagnostik dan

    tes penempatan (Gronlund dan Linn, 1990: 12-13, dalam Purwanto). Menurut

    Purwanto (2011: 70) berdasarkan bentuk pertanyaannya ada tes objektif dan tes esai.

  • 11

    Tes obyektif adalah tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan untuk menjawab

    tes telah tersedia, sedangkan tes esai adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari

    pertanyaan yang menghendaki jawaban yang berupa uraian-uraian yang relatif

    panjang (Nurkancana dan Sumartana, 1986: 42, dalam Purwanto).

    Hasan (1992: 65) Instrumen nontes dapat diperoleh melalui skala prosedur

    dan hasil, observasi, penggunaan skala sikap, daftar cek, catatan anekdot, pengukuran

    penyesuaian diri dan metode sosiometrik.

    Suprijono (2011) dan Narudin (2009) mengemukakan bahwa metode group

    investigation dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan belajar IPA. Dari pendapat

    Suprijono dan Narudin dapat disimpulkan bahwa metode group investigation adalah

    pembelajaran yang dapat melibatkan aktivitas siswa untuk aktif dalam proses belajar

    mengajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan belajar siswa.

    2.1.2 Keaktifan Belajar Siswa

    Menurut Silberman, M dalam Jamal Ma’mur Asmani (2013: 65)

    menggambarkan bahwa saat belajar aktif, para siswa melakukan banyak kegiatan.

    Mereka menggunakan otak untuk mempelajari ide-ide, memecahkan permasalahan,

    dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif adalah mempelajari dengan

    cepat, menyenangkan, penuh semangat, dan terlibat secara pribadi untuk mempelajari

    sesuatu dengan baik.Oleh karena itu, siswa harus mendengar,melihat, menjawab

    pertanyaan, dan mendiskusikannya dengan orang lain.

    Menurut Glasgow (1996) dalam Jamal Ma’mur Asmani (2013: 66)

    berpendapat bahwa siswa aktif adalah siswa yang bekerja untuk bertanggung jawab

    dalam proses belajarnya sendiri. Mereka mengambil suatu peran yang lebih dinamis

    dalam mengetahui, memutusan dan melakukan sesuatu.

    Menurut Jamal Ma’mur Asmani (2013: 77-79) ada beberapa aspek yang

    terdapat dalam kegiatan belajar aktif, yaitu pengalaman, interaksi, komunikasi dan

    refleksi.

  • 12

    a. Pengalaman

    Anak akan belajar banyak melalui berbuat dan pengalaman dengan cara

    mengaktifkan lebih banyak indra daripada hanya melalui melalui mendengarkan.

    b. Interaksi

    Belajar akan terjadi dan meningkat kualitasnya bila terjadi interaksi dengan orang

    lain, misalnya berdiskusi, saling bertanya dan mempertanyakan, dan saling

    menjelaskan.

    c. Komunikasi

    Pengungkapan pikiran dan perasaan, baik lisan maupun tulis, merupakan

    kebutuhan setiap manusia dalam rangka mengungkapkan dirinya untuk mencapai

    kepuasan.

    d. Refleksi

    Umpan balik dari guru atau siswa lain terhadap hasil kerja seorang siswa, berupa

    pertanyaan yang menantang, membuat siswa berpikir dan terpacu untuk

    melakukan refleksi tentang apa yang sedang difikirkan atau dipelajari

    Menurut Jamal Ma’mur Asmani (2013: 81) kegiatan yang dilakukan saat

    belajar aktif adalah sebagai berikut:

    Komponen Kegiatan siswa

    Pengalaman 1. Melakukan pengamatan

    2. Melakukan percobaan

    3. Membaca

    4. Melakukan wawancara

    5. Menghitung

    6. Mengukur

    Interaksi 1. Berdiskusi

    2. Mengajukan pertanyaan

    3. Meminta pendapat orang lain

    4. Bekerja dalam kelompok

  • 13

    Komunikasi 1. Memperhatikan atau memberi

    komentar

    2. Menceritakan

    3. Mendengarkan dan bertanya

    4. Melaporkan secara lisan atau

    tertulis

    5. Mengemukakan pikiran atau

    pendapat

    Refleksi 1. Memikirkan kembali hasil kerja

    Pada saat pembelajaran IPA, siswa terlihat aktif saat berdiskusi tentang

    materi “proses pembentukan tanah karena pelapukan”. Siswa berdiskusi dengan

    temannya untuk memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru, kemudian

    menuliskannya di lembar kerja siswa, setelah itu salah satu siswa perwakilan dari

    kelompok maju untuk mempresentasikan hasil diskusinya, dan pada saat salah satu

    siswa maju mempresentasikan hasil diskusinya siswa yang lain terlihat antusias dan

    juga banyak yang mengajukan pertanyaan saat diberikan sesi tanya jawab. Jadi

    pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa, di mana siswa di

    tuntut untuk menemukan pengetahuan sendiri secara lebih luas, lebih dalam, dan

    lebih maju.

    2.1.3 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

    Corey (Umi Zulfa, 2010: 6 dalam Untari 2012 ) mendefinisikan

    pembelajaran pada hakekatnya adalah suatu proses di mana lingkungan

    seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam

    tigkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus dari pendidikan. Menurut

    aliran behavioristik pembelajaran adalah usaha guru membentuk tingkah laku

    yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan atau stimulus. ( Hamdani

    2010: 23 dalam Untari 2012).

  • 14

    Sedangkan IPA merupakan pelajaran wajib di sekolah dasar. Dengan

    belajar IPA siswa dapat mempelajari diri-sendiri dan alam sekitar.Pendidikan

    IPA menekankan pada pemberian pemahaman langsung dan kegiatan praktis

    untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu memahami alam

    sekitar secara alamiah. Dalam hal ini IPA dapat melatih anak dapat berfikir

    kritis dan objektif (Samatowa, 2010: 4 dalam Untari 2012)

    Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu

    pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari bahasa inggris “science”

    sendiri berasal dari kata dalam bahasa latin “scientia” yang berarti saya tahu,

    “science” terdiri dari social science (ilmu pengetahuan social) dan natural

    science (ilmu pengetahuan alam)

    Menurut Trianto (2010: 136) suatu kumpulan teori yang sistematis,

    penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan

    berkembang melalui metode ilmiah, seperti obsevasi dan eksperimen serta

    menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya.

    Sedangkan menurut (Abdullah Aly 2010: 18 dalam Untari 2012) IPA adalah

    suatu pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas

    atau khusus, yaitu melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan,

    penyusunan teori, eksperimentasi observasi, dan demikian seterusnya kait

    mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain.

    2.1.4 Pembelajaran Kooperatif

    2.1.4.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif

    Model pembelajaran kooperatif berasal dari dasar pemikiran “getting better

    together” yang menekankan pada pemberian kesempatan belajar yang lebih luas dan

    suasana yang kondusif kepada siswa untuk memperoleh, dan mengembangkan

    pengetahuan, sikap, nilai, serta ketrampilan-ketrampilan sosial yang bermanfaat bagi

    kehidupannya di masyarakat. Melalui pembelajaran kooperatif, siswa bukan hanya

    belajar menerima apa yang disampaikan oleh guru dalam KBM, melainkan bisa juga

    dapat belajar dari siswa lainnya, dan sekaligus mempunyai kesempatan untuk saling

  • 15

    membantu dan bertukar pikiran dengan siswa yang lain. Menurut Kunandar (2009:

    359) Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja

    mengembangkan interaksi yang saling membantu dan bertukar pikiran antar siswa

    untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan

    permusuhan. Roger dan David Johnson (Anita Lie, 2002: 30 dalam Untari 2012) juga

    mengemukakan ada berbagai unsur dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:

    a. Saling ketergantungan positif

    b. Tanggung jawab perseorangan

    c. Tatap muka

    d. Komunikasi antar kota

    e. Evaluasi proses kelompok

    Dari beberapa uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

    kooperatif yaitu, kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dan dipimpin oleh guru

    yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil untuk melatih kerjasama antar siswa

    2.1.4.2 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

    Menurut Wina Sanjaya (2006: 247 dalam Untari 2012) beberapa keunggulan dan

    kelemahan dalam pembelajaran kooperatif:

    1. Kelebihan dalam pembelajaran kooperatif:

    a. Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu berfokus pada guru,

    akan tetapi dapat berfikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai

    sumber, dan belajar dari siswa yang lain.

    b. Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan

    mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan

    membandingkannya dengan ide-ide orang lain.

    c. Pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang

    lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala

    perbedaan.

    d. Pembelajaran kooperatif dapat membantu setiap siswa untuk dapat

    bertanggung jawab dalam belajar.

  • 16

    e. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi akademik sekaligus

    kemampuan sosial.

    f. Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk

    menguji ide dan pemahamannya sendiri, serta menerima umpan balik.

    g. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa

    menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata

    (riil)

    h. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi dan memberikan

    rangsangan untuk berfikir.

    2. Kelemahan dalam pembelajaran kooperatif

    a. Untuk memahami dan mengerti filosofis pembelajaran kooperatif memang

    butuh waktu. Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan contohnya,

    mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki

    kemampuan

    b. Antara siswa yang satu dengan yang lain saling membantu dan bertukar

    pikiran dalam kegiatan pembelajaran.

    c. Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif didasarkan pada

    hasil kerja kelompok.

    d. Pembelajaran kooperatif memerlukan periode waktu yang sangat panjang.

    Pembelajaran kooperatif merupakan konsep yang lebih luas meliputi semua

    jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau

    diarahkan oleh guru (Agus Suprijono, 2011: 54). Pada saat belajar dalam kelompok

    akan berkembang suasana belajar yang terbuka dalam dimensi kesejawatan, karena

    pada saat itu akan terjadi proses belajar kolaboratif dalam hubungan pribadi yang

    saling membutuhkan. Pada saat itu juga siswa yang belajar dalam kelompok kecil

    akan tumbuh dan berkembang pola belajar tutor sebaya (per group) dan belajar secara

    bekerjasama (kooperatif). Menurut Agus Suprijono (2011) ada 12 metode yang

    terdapat dalam pembelajaran kooperatif yaitu: Jigsaw, Think-Pair-Share, Numbered

    Heads Together, Group Investigation, Two stay Two Stray, Make a Match, Listening

  • 17

    Time, Inside-Outside Circle, Bambo Dancing, Point-Counter-Point, The Power of

    Two, Listening Team.Salah satu metode pembelajaran kooperatif yang peneliti

    gunakan adalah Group Investigation.

    2.1.5 Group Investigation

    Metode ini merupakan perencanaan pengaturan kelas yang umum di mana para

    siswa bekerja dalam kelompok kecil menggunakan pertanyaan kooperatif, diskusi

    kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif. Pada metode ini para guru yang

    menggunakan metode GI umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang

    beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen (Kunandar,

    2009: 366).

    Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau

    kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih yang ingin

    dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah

    dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan laporan di depan kelas secara

    keseluruhan.

    Menurut Suprijono mengemukakan bahwa penggunaan metode group

    investigation maka setiap kelompok akan bekerja untuk melakukan investigasi sesuai

    masalah yang sedang di bahas. Menurut Narudin (2009) Group Investigation

    merupakan salah satu bentuk metode pembelajaran kooperatif yang menekankan pada

    partisipasi aktif siswa dalam proses belajar mengajar. Dari pendapat Suprijono dan

    Narudin dapat disimpulkan bahwa metode group investigation adalah pembelajaran

    yang dapat melibatkan aktivitas siswa untuk aktif dalam proses belajar mengajar

    sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan belajar siswa.

    2.1.5.1 Tahap-tahap Pembelajaran Group Investigaion

    Robert E. Slavin (2005: 218) mengemukakan enam langkah dalam pembelajaran GI

    yaitu:

    1. Mengidentifikasi topik dan mengatur siswa ke dalam kelompok

    Tahap ini secara khusus ditujukan untuk masalah pengaturan. Guru

    mempresentasikan serangkaian permasalahan dan para siswa mengidentifikasi dan

  • 18

    memilih berbagai macam subtopik untuk dipelajari, berdasarkan pada ketertarikan

    dan latar belakang mereka.

    Langkah berikutnya adalah membuat agar semua usulan tersebut bisa dimiliki

    oleh seluruh kelas. Guru atau siswa dapat melakukan ini dengan menuliskan seluruh

    usulan tersebut pada papan tulis atau dicetak pada kertas yang digantung di dinding

    atau bisa juga dengan membuat kopiannya dan membagikan kepada setiap siswa.

    Pada langkah akhir bab ini subtopik tersebut dipresentasikan kepada seluruh

    siswa, biasanya di papan tulis. Kelompok-kelompok dibentuk berdasarkan pada

    ketertarikan siswa, setiap siswa bergabung dalam kelompok untuk mempelajari

    subtopik dari pilihan mereka sendiri. Guru boleh saja membatasi jumlah anggota pada

    satu kelompok. Apabila satu subtopik tertentu paling popular, dua kelompok bisa saja

    dibentuk untuk menginvestigasinya.karena perbedaan kebutuhan dan ketertarikan

    anggota kelompok, tiap dua kelompok akan menghasilkan sebuah karya yang unik

    dan berbeda, meskipun subtopiknya sama.

    2. Merencanakan Tugas yang akan dipelajari

    Setelah mengikuti kelompok-kelompok penelitian mereka masing-masing, para

    siswa mengalihkan perhatian mereka kepada subtopik yang mereka pilih. Pada tahap

    ini anggota kelompok menentukan aspek dari subtopik masing-masing (satu demi

    satu atau berpasangan) akan mereka investigasi.

    Guru dapat memasang selembar fotokopi dari tiap lembar kerja kelompok dengan

    tujuan untuk menampilkan bukti bahwa kelas tersebut adalah sebuah “kelompok

    yang terdiri dari kelompok-kelompok”. Tiap siswa berkontribusi terhadap Group

    Investigation kelompok kecil, dan tiap kelompok berkontribusi terhadap

    pembelajaran seluruh kelas atas unit yang lebih besar.

    3. Melaksanakan Investigasi

    Dalam tahap ini kelompok melaksanakan rencana yang telah disiapkan

    sebelumnya. Biasanya ini adalah tahap yang paling banyak membutuhkan waktu.

    Walaupun para siswa mungkin memang diberikan batas waktu pengerjaan, pasti

    jumlah dari sesi yang mereka perlukan untuk menyelesaikan investigasi mereka tidak

  • 19

    selalu dapat dipastikan jumlahnya. Guru harus mengupayakan berbagai cara untuk

    memungkinkan sebuah proyek kelompok berjalan tanpa terganggu sampai

    investigasinya selesai, atau paling tidak sampai sebagian besar dari pekerjaan tersebut

    selesai.

    4. Menyiapkan Laporan Akhir

    Tahap ini merupakan tahap transisi dari tahap pengumpulan data dan klasifikasi

    ke tahap di mana kelompok-kelompok yang ada melaporkan hasil investigasi mereka

    kepada seluruh siswa dalam satu kelas. Ini terutama merupakan sebuah tahap

    pengaturan, tetapi seperti pada tahap 1 juga memerlukan semacam kegiatan-kegiatan

    intelektual yang mengabstraksikan gagasan utama dari proyek kelompok,

    mengintegrasi semua bagiannya menjadi satu keseluruhan,dan merencanakan sebuah

    presentasi yang bersifat instruktif sekaligus menarik.

    Bagaimana kelas merencanakan presentasi akhirnya? Pada tahap kesimpulan

    dari investigasi guru meminta tiap kelompok untuk menunjuk satu wakil sebagai

    anggota panitia acara dalam presentasi. Panitia ini akan mendengarkan masing-

    masing rencana kelompok untuk laporan mereka. Panitia akan mencatat semua

    permintaan penyediaan materi, mengkoordinasi jadwal waktu, dan memastikan

    bahwa gagasan-gagasan presentasi yang akan dilakukan cukup realistis dan menarik.

    Guru melanjutkan dan berperan sebagai penasihat, serta membantu panitia

    apabila diperlukan dan memastikan bahwa tiap rencana kelompok memungkinkan

    tiap anggota untuk terlibat. Sebagian kelompok menentukan sifat dari laporan akhir

    mereka ketika mereka mulai melakukan tugasnya. Dalam kelompok lainnya rencana

    untuk laporan akhir baru muncul pada tahap 4, atau baru dikembangkan pada saat

    kelompok tersebut terlibat dalam investigasi. Bahkan bila kelompok memang telah

    mulai membicarakan gagasan-gagasan mengenai laporan akhir mereka selama fase

    investigasi, mereka masih akan meminta waktu untuk melakukan diskusi sistematik

    dari rencana mereka. Selama sesi perencanaan transisi ini para siswa mulai mengenal

    sebuah peran baru (peran guru). Para siswa tentunya selama ini sudah mengatakan

    kepada teman satu kelompoknya mengenai apa yang mereka lakukan dan pelajari,

  • 20

    tetapi sekarang mereka mulai merencanakan bagaimana mengajar teman kelasnya

    dengan cara yang lebih teratur mengenai inti dari apa yang telah mereka pelajari.

    5. Mempresentasikan Laporan Akhir

    Masing-masing kelompok mempersiapkan diri untuk mempresentasikan

    laporan akhir mereka kepada teman sekelas. Pada tahap ini mereka berkumpul dan

    kembali kepada posisi kelas sebagai satu keseluruhan.

    Para siswa yang akan melakukan presentasi harus mengisi peran yang sebagian besar

    dari peran tersebut merupakan hal yang baru bagi mereka. Mereka harus mampu

    mengatasi bukan hanya dari tuntutan tugas tersebut, gagasan dan prosedur tetapi juga

    harus mampu mengatasi masalah-masalah organisasional yang berkaitan dengan

    koordinasi seluruh pekerjaan dan perencanaan, serta membawakan presentasi.

    Laporan akhir ini menghasilkan sebuah pengalaman dimana upaya mengejar

    kemampuan intelektual dibarengi dengan sebuah pengalaman emosional mendalam.

    Semua anggota kelas dapat berpartisipasi lebih dari satu kali presentasi, dengan

    menampilkan tugas mereka atau menjawab pertanyaan, presentasi tersebut bukan

    hanya sekedar masalah latihan peran untuk tampil dan membacakan tulisan.

    6. Evaluasi Pencapaian

    Group Investigasi menantang peran guru untuk menggunakan pendekatan

    inovatif dalam menilai apa yang telah dipelajari siswa-siswa. Dalam pengajaran

    dikelas tradisional, semua siswa diharapkan untuk mempelajari materi yang sama dan

    serangkaian konsep yang seragam.

    Dalam group investigasi para guru harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi

    siswa mengenai subyek yang dipelajari, bagaimana mereka menginvestigasikan

    aspek-aspek tertentu dari subyek, bagaimana mereka mengaplikasikan pengetahuan

    mereka terhadap solusi dari masalah-masalah baru, bagaimana mereka menyimpulan

    dari apa yang mereka pelajari dalam mendiskusikan pertanyaan yang membutuhkan

    analisis dan penelitian.

    Metode group investgasi ini guru hanya berperan sebagai mediator, fasilitator,

    dan pemberi. Guru tersebut berkeliling di antara kelompok-kelompok yang ada untuk

  • 21

    melihat apakah mereka bisa mengelola tugasnya, dan membantu tiap kesulitan yang

    mereka hadapi, dalam interaksi kelompok, termasuk masalah dalam kinerja terhadap

    tugas-tugas khusus yang berkaitan dengan proyek pembelajaran.

    2.1.5.2 Kelebihan dan Kelemahan Group Investigation (Robert E. Slavin, 2005)

    a. Beberapa kelebihan dari group investigation, yaitu:

    1. Kegiatan belajar berfokus pada siswa sehingga pengetahuannya benar-benar

    diserap dengan baik.

    2. Meningkatkan keterampilan sosial dimana siswa dilatih untuk bekerja sama

    dengan siswa lain.

    3. Mampu menumbuhkan sikap saling menghargai, saling menguntungkan,

    tumbuh sikap untuk lebih mengenal kemampuan diri sendiri, bertanggung

    jawab dan merasa berguna untuk orang lain.

    b. Beberapa kelemahan dari group investigasi yaitu :

    1. Menuntut kesiapan guru untuk menyiapkan materi atau topik investigasi

    secara keseluruhan. sehingga akan sulit terlaksana bagi guru yang kurang

    kesiapannya.

    2. Memerlukan waktu untuk penyesuaian sehingga suasana kelas menjadi

    mudah ribut.

    3. Pendekatan ini mengutamakan keterlibatan pertukaran pemikiran para siswa

    kegiatan mengobservasi secara rinci dan menilai secara sistematis, sehingga

    tujuan tidak akan tercapai pada siswa yang tidak turut aktif.

    2.1.6 Kajian Yang Relevan

    Penelitian oleh Ratih Endarini Sudarmono (2011) dengan judul “Peningkatan

    Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V Melalui Penerapan Metode Group

    Investigation Pada Pembelajaran IPA di SD Sidorejo lor 02 Salatiga Semester I

    Tahun Ajaran 2009/2010”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan

    pembelajaran group investigation dapat menigkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa

    terhadap pelajaran IPA pada siswa kelas V SD Sidorejo Lor 02. Hal ini ditunjukkan

    dari hasil analisa data dari aktivitas siswa pada kondisi awal hanya 51%, siklus 1

  • 22

    mencapai 77%, dan siklus 2 dengan presentase 89%.Peningatan aktivitas siswa

    memberi dampak pada peningkatan hasil belajar siswa, yaitu pada ulangan harian

    siswa pada kondisi awal hanya mencapai niai rata-rata 66, siklus 1 dengan rata-rata

    78, dan siklus 2 dapat mencapai rata-rata 88.

    Devi (2010) dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran

    Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Untuk Meningkatkan Pemahaman Gaya

    Magnet Pada Pembelajaran IPA bagi siswa kelas V SD Negeri 2 Wanaraja

    Wanarasa Banjarnegara Tahun Ajaran 2010/2011.”Menyimpulkan bahwa penerapan

    metode Group Investigation dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam belajar

    IPA ( magnet ) yang ditandai dengan kenaikan hasil belajar siswa. Peningkatan ini

    terlihat dari kondisi awal sebesar 64,89, siklus I mencapai 67,32 dan pada siklus II

    menjadi 70,08.

    Winoto (2011) dalam skripsi PTK yang berjudul “Penerapan Model Group

    Investigation Untuk Meningkatkan Pembelajaran IPA kelas V SDN Kidul Dalem 2

    Malang”. Menarik kesimpulan bahwa penerapan pembelajaran dengan menggunakan

    model Group Investigation dapat meningkatkan pembelajaran IPA materi "Bumi

    dan Alam Semesta" pada siswa kelas V SDN Kidul Dalem 2 Malang. Kondisi awal

    siswa yang sebelum menggunakan metode group investigaton terlihat ramai, tapi

    keramaian itu tidak disebakan siswa membahas tentang pembelajaran tetapi karena

    hal lain selain itu pembelajaran masih berpusat pada guru. Dengan digunakannya

    pembelajaran dengan group investigation maka didapati hasil belajar yang meningkat,

    yaitu pada siklus I hasil belajar 55 % dan disiklus II mengalami peningkatan yaitu

    75,93 %. Sedangkan pada aspek aktivitas siswa meningkat dari sebesar 42,34% pada

    siklus I dan pada siklus II meningkat menjadi 64,03%

  • 23

    2.1.7 Kerangka Berfikir

    Seorang guru dapat melakukan berbagai macam cara (memilih strategi,

    pendekatan, dan model belajar) untuk meningkatkan hasil belajar dan keaktifan

    belajar khususnya mata pelajaran IPA. Salah satu model yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif metode group investigation

    karena model kooperatif metode group investigation merupakan salah satu cara yang

    dapat melatih kemandirian siswa dalam belajar, menjadikan siswa aktif dan melatih

    kerjasama antar siswa. Dari uraian tentang kelebihan model pembelajaran kooperatif

    metode group investigation dan kajian teori dari hasil penelitian yang relevan maka

    penulis mempunyai pendapat. Pendapat tersebut penulis sampaikan dalam bagan 2.1

    tentang skema kerangka berfikir sebagai berikut :

  • 24

    Skema Kerangka Berfikir

    Bagan 2.1

    Kondisi awal

    Tindakan

    Kondisi akhir

    Metode konvensional /

    ceramah

    Metode group

    investigation :

    1. Mengidentifika

    si topik dan

    mengatur siswa

    dalam

    kelompok

    2. Merencanakan

    tugas yang akan

    dipelajari

    3. Malaksanakan

    investigasi

    4. Menyiapkan

    laporan akhir

    5. Mempresentasi

    kan laporan

    akhir

    6. Evaluasi

    pencapaian

    Siswa:

    Hasil belajar dan keaktifan

    belajar IPA belum

    mencapai KKM (66)

    Di duga melalui model

    kooperatif tipe GI dapat

    meningkatkan hasil

    belajar dan keaktifan

    belajar IPA siswa kelas

    V SDN Bendoharjo 1

    tahun 2013/2014

    Pembelajaran siklus 1

    Pembelajaran siklus 2

    dan refleksi siklus 1

  • 25

    2.1.8 Hipotesis Penelitian

    Melalui model pembelajaran kooperatif metode group investigation pada

    pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan belajar IPA siswa

    kelas V SDN Bendoharjo 01 kabupaten Grobogan semester II tahun 2013/2014.