bab ii kajian pustaka 2.1 2.1 -...
TRANSCRIPT
18
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Metode Ceramah
Ceramah merupakan salah satu metode mengajar yang paling
banyak digunakan dalam proses belajar mengajar. Metode ceramah ini
dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran kepada peserta
didik secara langsung atau dengan cara lisan. Penggunaan metode ini
sifatnya sangat praktis dan efisien bagi pemberian pengajaran yang
bahannya banyak dan mempunyai banyak peserta didik. Metode ceramah
merupakan cara mengajar yang paling tradisional dan telah lama
dijalankan dalam sejarah pendidikan, oleh karena itu metode ini boleh
dikatakan sebagai metode pengajaran tradisional karena sejak dulu
metode ini digunakan sebagai alat komunikasi guru dalam
menyampaikan materi pelajaran.
Menurut Winarno Surahmad, (1980) ceramah adalah penerangan
dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya, sedangkan
peranan murid mendengarkan dengan teliti, serta mencatat yang pokok
dari yang dikemukakan oleh guru.
Menurut Team Didaktik Metodik (1995) metode ceramah adalah
Penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelas dengan
berbagai macam pendapat yang penulis paparkan di atas, maka setelah
dianalisa dengan baik dan seksama maka pada dasarnya pengertian itu
sama, yaitu penulis mengambil kesimpulan bahwa metode ceramah
merupakan suatu cara penyampaian informasi dengan lisan dari seorang
kepada sejumlah pendengar di suatu ruangan.
Menurut Suryono (1992) Metode ceramah adalah Penuturan atau
penjelasan guru secara lisan, di mana dalam pelaksanaanya guru dapat
menggunakan alat bantu mengajar untuk memperjelas uraian yang
disampaikan kepada murid-muridnya.
19
Gage dan Berliner (1981), menyatakan metode ceramah cocok
untuk digunakan dalam pembelajaran dengan ciri-ciri tertentu. Ceramah
cocok untuk penyampaian bahan belajar yang berupa informasi dan jika
bahan belajar tersebut sukar didapatkan.
Menurut Roestiyah (2001) Metode ceramah adalah Suatu cara
mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi
atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas peneliti memberi
kesimpulan bahwa metode ceramah adalah cara menyampaikan sebuah
materi pelajaran atau informasi dengan penuturan lisan kepada siswa.
2.1.2 Kelebihan dan Kekurangan Metode Ceramah
2.1.2.1 Kelebihan Metode Ceramah
a. Suasana kelas berjalan dengan tenang karena melakukan aktivitas
yang sama, sehingga dapat mengawasi murid sekaligus secara
konfrehensif.
b. Tidak membutuhkan tenaga yang banyak dan waktu yang lama
dengan waktu yang singkat murid dapat menerima perlajaran
sekaligus secara bersama.
c. pelajaran bisa dilaksanakan dengan cepat karena dalam waktu yang
sedikit dapat diuraikan bahan yang banyak.
d. Dapat menampung kelas besar, tiap siswa mempunyai kesempatan
yang sama untuk mendengarkan, dan karenanya biaya yang
diperlukan menjadi relatif lebih murah.
e. Konsep yang disajikan secara hirarki akan memberikan fasilitas
belajar kepada siswa.
f. Guru dapat memberi tekanan terhadap hal-hal yang penting hingga
waktu dan energi dapat digunakan sebaik mungkin.
g. Kekurangan atau tidak adanya buku pelajaran dan alat bantu
pelajaran, tidak menghambat terlaksananya pelajaran dengan
ceramah.
20
2.1.2.2 Kelemahan Metode Ceramah
a. Interaksi cenderung bersifat centered (berpusat pada guru)
b. Guru kurang dapat mengetahui dengan pasti sejauh mana siswa telah
menguasai bahan ceramah.
c. Kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan kecakapan dan kesempatan mengeluarkan
pendapat.
d. Pelajaran berjalan membosankan dan siswa-siswa menjadi pasif,
karena tidak berkesempatan untuk menemukan sendiri oleh konsep
yang diajarkan. Sisawa hanya aktif membuat catatan saja.
e. Kepadatan konsep-konsep yang diberikan dapat berakibat siswa
tidak mampu menguasai bahan yang diajarkan.
f. Pengetahuan yang diperoleh melaui ceramah lebih cepat terlupakan.
g. Ceramah menyebabkan belajar siswa menjadi “Belajar Menghafal”
yang tidak mengakibatkan timbulnya pengertian.
2.1.3 Belajar
Menurut Robert M. Gagne (1989) Belajar adalah perubahan yang
terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus,
bukan hanya disebabkan karena proses pertumbuhan saja.
Slameto (2010) Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam
interaksi dengan lingkungannya.
Menurut James L. Mursell belajar adalah upaya yang dilakukan
dengan mengalami sendiri, menjelajahi, menelusuri, dan memperoleh
sendiri.
Menurut Winkel, belajar adalah aktivitas mental atau psikis, yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai
dan sikap.
21
Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu proses usaha individu untuk memperoleh suatu perubahan.
2.1.4 Hasil Belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam Lina (2009), Hasil belajar
merupakan hal yang dapat di pandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari
sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan
mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Dari
sisi guru, adalah bagaimana guru bisa menyampaikan pembelajaran dengan
baik dan siswa bisa menerimanya.
Menurut Winkel dalam Lina (2009), “mengemukakan bahwa hasil
belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang.
Mnurut Arif Gunarso dalam Lina (2009),” hasil belajar adalah usaha
maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha
belajar”.
Menurut Anni (2004), hasil belajar adalah merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar.
Menurut Sujana (2000), hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan hasil belajar merupakan hasil
akhir yang diperoleh seseorang dari proses kegiatan belajar dari seluruh
kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas dan menerima suatu
pelajaran untuk mencapai hasil belajar dengan baik.
2.1.5 Materi Pembelajaran IPA untuk Penelitian di Sekolah
Sifat-sifat Cahaya dan Pemanfaatannya
A. Sifat-sifat cahaya
1. Cahaya merambat lurus
Saat bejaran dikegelapan, kamu memerlukan senter. Ketika
senter kamu nyalakan, bagaimana arah rambatan cahaya yang keluar
dari senter tersebut? Cahaya dari lampu senter dari arah rambatnya
menurut garis lurus. Berdasarkan dapat tidaknya memancarkan
cahaya, benda dikelompokkan menjadi benda sumber cahaya dan
22
benda gelap. Benda sumber cahaya dapat memancarkan cahaya.
Contoh benda sumber cahaya yaitu matahari, lampu dan nyala api.
Sementara itu, benda gelap tidak dapat memancarkan cahaya. Contoh
benda gelap yaitu batu, kayu, dan kertas.
Berdasarkan dapat tidaknya meneruskan cahaya, benda
dibedakan menjadi benda tidak tembus cahaya dan benda tembus
cahaya. Benda tidak tembus cahaya tidak dapat meneruskan cahaya
yang mengenainya. Apabila dikenai cahaya, benda ini akan
membentuk bayangan. Contoh benda tidak tembus cahaya yaitu
kertas, karton, tripleks, kayu, dan tembok.
Sementara itu, benda tenbus cahaya dapat meneruskan cahaya
yang mengenainya. Contoh benda tembus cahaya yaitu kaca.
2. Cahaya dapat dipantulkan
Coba ambil sentermu! Nyalakan lampu senter itu dan
arahkan kecermin! Apa yang kamu lihat? Setelah mengenai
permukaan cermin, cahaya lampu senter itu dipantulkan. Permantulan
cahaya ada dua jenis yaitu pemantulan luar (pemantulan difus) dan
pemantulan teratur.
Pemantulan baur terjadi apabila cahaya mengenai permukaan
yang kasar atau tidak rata. Pada pemantulan ini, sinar pantul arahnya
tidak beraturan. Sementara itu, pemantulan teratur terjadi jika cahaya
mengenai permukaan yang rata, licin, dan mengilap. Permukaan yang
mempunyai sifat seperti ini misalnya cermin. Pada pemantulan ini
sinar pantul memiliki arah yang teratur.
Cermin merupakan salah satu benda yang memantulkan cahaya.
Berdasarkan bentuk permukaannya ada cermin datar dan cermin
lengkung. Cermin lengkung ada dua macam, yaitu cermin cembung
dan cermin cekung.
a) Cermin datar
Cermin datar yaitu cermin yang permukaan bidang
pantulannya datar dan tidak melengkung. Cermin datar biasa
23
kamu gunakan untuk bercermin. Pada saat bercermin, kamu akan
melihat bayanganmu di dalam cermin.
b) Cermin cembung
Cermin cembung yaitu cermin yang permukaan bidang
pantulnya melengkung kearah luar. Cermin cembung biasa
digunakan untuk spion pada kendaraan bermotor. Bayangan pada
cermin cembung bersifat maya, tegak, dan lebih kecil (diperkecil)
dari pada benda yang sesungguhnya.
c) Cermin cekung
Cermin cekung yaitu cermin yang bidang pantulnya
melengkung kearah dalam. Cermin cekung biasanya digunakan
sebagai reflektor pada lampu mobil dan lampu senter. Sifat
bayangan benda yang dibentuk oleh cermin cekung sangat
bergantung pada letak benda terhadap cermin.\Jika benda dekat
dengan cermin cekung, bayangan benda bersifat tegak, lebih
besar, dan semu (maya).
Jika benda jauh dari cermin cekung, bayangan benda
bersifat nyata (sejati) dan terbalik.
3. Cahaya dapat dibiaskan
Apabila cahaya merambat melalui dua zat yang kerapatannya
berbeda, cahaya tersebut akan dibelokkan. Peristiwa pembelokan
arah rambatan cahaya setelah melewati medium rambatan yang
berbeda disebut pembiasan.
Apabila cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yang
lebih rapat, cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal. Misalnya
cahaya merambat dari udara ke air. Sebaliknya, apabila cahaya
merambat dari zat yang lebih rapat ke zat yang kurang rapat, cahaya
akan dibiaskan menjauhi garis normal. Misalnya cahaya merambat
dari air ke udara.
Pembiasan cahaya sering kamu jumpai dalam kehidupan sehari-
hari. Misalnya dasar kolam terlihat lebih dangkal dari pada
kedalaman sebenarnya. Gejala pembiasan juga dapat melihat pada
24
pensil yang dimasukkan ke dalam gelas yang berisi air. Pensil
tersebut akan tampak patah.
4. Cahaya dapat diuraikan
Pelangi terjadi karena peristiwa penguraian cahaya (dispersi).
Dispersi merupakan penguraian cahaya putih menjadi berbagai
cahaya berwarna. Cahaya matahari yang kita lihat berwarna putih.
Namun, sebenarnya cahaya matahari tersusun atas banyak cahaya
berwarna. Cahaya matahari diuraikan oleh titik-titik air di awan
sehingga terbentuk warna-warna pelangi.
B. Pemanfaatan sifat-sifat cahaya dalam karya sederhana
1. Periskop
Awak kapal selam yang berada di kedalaman laut dapat
mengamati permukaan laut menggunakan periskop. Periskop
menerapkan sifat cahaya yang berupa pemantulan. Cahaya dari atas
permukaan laut ditangkap oleh suatu cermin, kemudian dipantulkan
menuju mata pengamat di dalam kapal selam.
2. Kaleidoskop
Kaleidoskop adalah mainan yang dibuat menggunakan cermin.
Dengan alat ini, kamu dapat membuat aneka macam pola yang
mengagumkan. Pola-pola ini diperoleh karena bayangan benda-benda
dalam kaleidoskop mengalami pemantulan berkali-kali. Dengan
demikian, jumlah benda terlihat lebih banyak dari pada benda
aslinya.
3. Lup
Lup merupakan alat optik yang sangat sederhana. Alat ini
berupa lensa cembung. Lup berfungsi membantu mata untuk melihat
benda-benda kecil agar tampak besar dan jelas.
2.1.6 Model Pembelajaran SAVI
Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara gaya belajar mereka
sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai
model pembelajaran. Dalam prakteknya, guru harus ingat bahwa tidak ada
model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi.
25
Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah
memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang
tersedia, dan kondisi guru itu sendiri. Berikut ini disajikan beberapa model
pembelajaran, untuk dipilih dan dijadikan alternatif sehingga cocok untuk
situasi dan kondisi yang dihadapi, yaitu model pembelajaran SAVI.
A. Pembelajaran SAVI
Menurut Dave Meier Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran
yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra
yang dimiliki siswa. Istilah SAVI sendiri adalah kependekan dari: Somatic
yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) di mana belajar
dengan mengalami dan melakukan; Auditory yang bermakna bahwa
belajar haruslah dengan melalui mendengarkan, menyimak, berbicara,
presentasi, argumentasi, mengemukakan penndepat, dan menaggapi;
Visualization yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata
melallui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca,
menggunbakan media dan alat peraga; dan Intellectualy yang bermakna
bahawa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-on)
belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya
melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan,
menciptakan, mengkonstruksikan, memecahkan masalah, dan
menerapkannya.
B. Tahapan Perencanaan Pembelajaran SAVI
Menurut Henry (2009), pembelajaran SAVI dapat direncanakan
dan dikelompokkan dalam empat tahap:
1. Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan)
Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan
perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan
menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar.
26
Secara spesifik meliputi hal:
a) Memberikan sugesti positif.
b) memberikan pernyataan yang
memberi manfaat kepada
siswa.
c) memberikan tujuan yang
jelas dan bermakna.
d) membangkitkan rasa ingin
tahu.
e) menciptakan lingkungan fisik
yang positif.
f) menciptakan lingkungan
emosional yang positif
g) menciptakan lingkungan sosial
yang positif.
h) menenangkan rasa takut.
i) menyingkirkan hambatan-
hambatan belajar.
j) banyak bertanya dan
mengemukakan berbagai
masalah.
k) merangsang rasa ingin tahu
siswa.
l) mengajak pembelajar terlibat
penuh sejak awal.
2. Tahap Penyampaian (kegiatan inti)
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menemukan
materi belajar yang baru dengan cara melibatkan pancaindera, dan
cocok untuk semua gaya belajar.
Hal-hal yang dapat dilakukan guru:
a) uji coba kolaboratif dan
berbagi pengetahuan.
b) pengamatan fenomena dunia
nyata.
c) pelibatan seluruh otak, seluruh
tubuh.
d) presentasi interaktif.
e) grafik dan sarana yang
presentasi berwarna-warni.
f) aneka macam cara untuk
disesuaikan dengan seluruh gaya
belajar.
g) proyek belajar berdasar kemitraan
dan berdasar tim.
h) latihan menemukan (sendiri,
berpasangan, berkelompok).
i) pengalaman belajar di dunia nyata
yang kontekstual.
j) pelatihan memecahkan masalah.
3. Tahap Pelatihan (kegiatan inti)
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa mengintegrasikan
dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai
cara.
Secara spesifik, yang dilakukan guru yaitu:
27
a) aktivitas pemrosesan siswa.
b) usaha aktif atau umpan balik
atau renungan atau usaha
kembali.
c) simulasi dunia-nyata.
d) permainan dalam belajar.
e) pelatihan aksi pembelajaran.
f) Aktivitas pemecahan masalah.
g) refleksi dan artikulasi
individu.
h) dialog berpasangan atau
berkelompok.
i) pengajaran dan tinjauan
kolaboratif.
j) aktivitas praktis membangun
keterampilan.
4. Tahap penampilan hasil (kegiatan penutup)
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menerapkan dan
memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada
pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil
akan terus meningkat.
Hal-hal yang dapat dilakukan adalah:
a) penerapan dunia nyata dalam
waktu yang segera.
b) penciptaan dan pelaksanaan
rencana aksi.
5. pelatihan terus menerus.
6. umpan balik dan evaluasi
kinerja.
a) Aktivitas penguatan
penerapan.
b) materi penguatan prsesi.
7. aktivitas dukungan kawan.
8. perubahan organisasi dan
lingkungan yang mendukung.
2.2 Kajian yang Releven
Ika Fitrianingsih- A.410050075 (2009), “Pembelajaran Matematika
dengan Pendekatan SAVI Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa”, melakukan
penelitian terhadap 80 siswa yang kemudian dijadikan kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Kelas VIII B sebanyak 40 siswa sebagai kelas eksperimen
diberikan pendekatan SAVI sedangkan kelas VIII D sebanyak 40 siswa
sebagai kontrol diberikan metode konvensional dengan teknik random
sampling hasilnya:
A. Terdapat perbedaan prestasi belajar pada pokok bahasan lingkaran
ditinjau dari perbedaan penggunaan pendekatan pembelajaran dengan
diperoleh sig. 0,001 < 0,05 yang berarti bahwa pendekatan pembelajaran
SAVI lebih baik dalam meningkatkan nilai siswa pada pokok bahasan
lingkaran sehingga prestasi belajar yang dicapai lebih tinggi, dengan
28
hasil rata-rata prestasi 8.0500 untuk kelas eksperimen dan 7.4375 untuk
kelas kontrol.
B. Terdapat perbedaan prestasi belajar pada pokok bahasan lingkaran
ditinjau dari motivasi belajar siswa dengan diperoleh sig. 0,036 < 0,05
yang berarti bahwa siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi akan
memiliki prestasi belajar yang tinggi, siswa dengan motivasi belajar
sedang akan memiliki prestasi belajar sedang, dan siswa yang
mempunyai motivasi belajar yang rendah akan memiliki prestasi belajar
yang rendah pula.
C. Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran yang digunakan
dengan tingkat motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar
matematika pada pokok bahasan lingkaran dengan diperoleh sig. 0.186 >
0.05 yang berarti bahwa metode pembelajaran dan tingkat motivasi
belajar siswa secara bersama-sama tidaklah memberikan hasil yang
signifikan terhadap prestasi belajar matematika atau dengan kata lain
bahwa rata-rata prestasi belajar siswa dari kelompok eksperimen selalu
lebih tinggi dari siswa kelompok kontrol, baik untuk motivasi belajar
tinggi, sedang atau rendah.
Hasil analisis post hoc menunjukan perbedaan antar motivasi siswa
(tinggi, sedang, dan rendah) menunjukan nilai signifikansi atau
probabilitas < 0,05 yang berarti perbedaan antar tingkat motivasi siswa
signifikan (berbeda secara bermakna).
Purwanti Silvianawati, 2010/2011 dalam penelitiannya ‘’ Pengaruh
Penerapan Pembelajaran Tematik Dengan Menggunakan Model
Pembelajaran SAVI Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas II
SD Negeri Mangunsari 04 Salatiga Semester 2 Tahun 2010/2011’’.
Menyimpulkan bahwa terdapat ada pengaruh yang positif dan signifikan
antara model pembelajaran SAVI dengan hasil belajar siswa.
2.3 Kerangka Berpikir
Berdasarkan penyajian deskripsi teoritik dapat disusun suatu kerangka
berpikir untuk memperjelas arah dan maksud penelitian. Kerangka berpikir
29
ini disusun berdasarkan variabel yang dipakai dalam penelitian yaitu,
pengaruh penerapan metode pembelajaran dengan model SAVI.
Gambar 2.1
Kerangka berpikir dalam penelitian
Guru menyampaikan pembelajaran dengan metode ceramah saja dan
siswa hanya mendengarkan tanpa terlibat dalam kegiatan belajar mengajar,
akhirnya siswa pasif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, setelah
kegiatan belajar mengajar berlangsung guru membagikan soal yang berupa
prettest hasil belajar siswa rendah.
Setelah beberapa saat kemudian guru mengulangi kegiatan belajar
mengajar dengan menggunakan model pembelajaran SAVI, karena model ini
dengan melibatkan siswa dan banyak menggunakan alat peraga yang sesuai
dengan materi pelajaran siswa pun aktif dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar setelah itu guru membagikan soal posttest untuk dikerjakan siswa
dan hasil belajar siswa pun tinggi.
2.4. Hipotesis penelitian
Ada perbedaan pengaruh yang signifikan penerapan metode ceramah dengan
model SAVI terhadap peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas V.
Proses
pembelajaran
Metode Ceramah Siswa pasif Hasil belajar
rendah
Model SAVI Siswa aktif Hasil belajar
tinggi