bab ii kajian pustaka...6 bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 mata pelajaran matematika...

21
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata Pelajaran Matematika James and James (Dedi) Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak dan terbagi kedalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri. BSNP 2006 tentang standar isi menyatakan: Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit.Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Di dalam BSNP 2006 tentang standar isi dijelaskan bahwa mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1)Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. BSNP 2006 tentang standar isi, ruang lingkup mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek 1) Bilangan, 2) Geometri dan pengukuran, 3) Pengolahan data.

Upload: others

Post on 11-Feb-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 6

    BAB IIKAJIAN PUSTAKA

    2.1 Kajian Teori

    2.1.1 Mata Pelajaran Matematika

    James and James (Dedi) Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai

    bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang

    lainnya dengan jumlah yang banyak dan terbagi kedalam tiga bidang, yaitu

    aljabar, analisis dan geometri.

    BSNP 2006 tentang standar isi menyatakan:

    Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit.Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

    Di dalam BSNP 2006 tentang standar isi dijelaskan bahwa mata pelajaran

    matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

    1)Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

    BSNP 2006 tentang standar isi, ruang lingkup mata pelajaran matematika

    pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek 1) Bilangan, 2) Geometri

    dan pengukuran, 3) Pengolahan data.

  • 7

    Undang-undang republik indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem

    pendidikan nasional Bahan kajian matematika, antara lain, berhitung, ilmu ukur,

    dan aljabar dimaksudkan untuk mengembangkan logika dan kemampuan berpikir

    peserta didik.

    Dari beberapa pendapat tentang mata pelajaran matematika maka dapat

    diambil kesimpulan bahwa mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran

    yang dapat mengembangkan pola pikir dan logika peserta didik untuk

    memecahkan masalah dengan kajian yang meliputi bilangan, berhitung,

    mengukur, geometri dan aljabar.

    2.1.2 Model Pembelajaran Somatis, Auditori, Visual, Intelektual (SAVI)

    2.1.2.1 Pengertian Model Pembelajaran SAVI

    Meier mengungkapkan bahwa SAVI adalah bagian dari Accelerated Learning (AL) / belajar cepat.

    Russel (2011:5) menyatakan bahwa Accelerated Learning adalah sebuah

    proses perubahan kebiasaan yang disebabkan oleh penambahan keterampilan,

    penegtahuan atau sikapdengan meningkatkan kecepatan.

    Meier (2002:33) mengemukakan beberapa asumsi AL yaitu 1) Lingkungan

    belajar yang positif. 2) keterlibatan pembelajar sepenuhnya. 3) Kerja sama

    diantara pembelajar. 4) variasi yang cocok untuk semua gaya belajar. 5) Belajar

    kontekstual.

    Herdian berpendapat sebagai berikut:

    Pembelajaran SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan belajar yang paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan segenap kedalaman serta keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu lain dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara-cara yang berbeda. Mengkaitkan sesuatu dengan hakikat realitas yang nonlinear, nonmekanis, kreatif dan hidup.

    Rusman (2011:373) “SAVI menyajikan suatu sistem lengkap untuk

    melibatkan kelima indera dan emosi dalam proses belajar yang merupakan cara

    belajar secara alami yang dikenal dengan model SAVI, yaitu Somatis, Auditory,

    Visual dan Intelektual”. Somatis artinya belajar dengan bergerak dan berbuat.

  • 8

    Auditori, belajar dengan berbicara dan mendengar. Visual artinya belajar dengan

    memecahkan masalah dan menerangkan. Intelektual belajar dengan kegiatan

    berpikir.

    Menurut Herdian sesuai dengan singkatan dari SAVI sendiri yaitu

    Somatis, Auditori, Visual dan Intektual, maka dapat dijabarkan menjadi empat

    bagian yaitu:

    a) Somatis.

    “Somatis” berasal dari bahasa yunani tubuh-soma. Jika dikaitkan dengan

    belajar maka dapat diartikan belajar dengan bergerak dan berbuat. Sehingga

    pembelajaran somatic adalah pembelajaran yang memanfaatkan dan melibatkan

    tubuh (indera peraba, kinestetik, melibatkan fisik dan menggerakkan tubuh

    sewaktu kegiatan pembelajaran berlangsung).

    Berdasarkan pengertian tersebut, dapatlah ditegaskan bahwa cara belajar

    somatis adalah belajar dengan cara melibatkan aktivitas tubuh. Dalam hal ini

    siswa bergerak dan berbuat dalam mempelajari sesuatu, misalnnya meragakan

    sesuatu, membuat suatu karya, melakukan sesuatu kegiatan, dan lain-lain.

    Menurut pembelajaran SAVI, prinsip pelibatan aktivitas tubuh ini penting karena

    dengan bergeraknya tubuh otak peserta didik akan beranjak dan aktif bekerja.

    Tubuh dan pikiran itu satu. Tubuh adalah pikiran dan pikiran adalah tubuh.

    Keduanya merupakan suatu sistem elektris kimiawi-biologis yang benar-benar

    terpadu.

    Belajar secara somatis tesebut sejalan dengan salah satu prinsip yang

    menyatakan bahwa belajar adalah mengalami, belajar tidak bisa dilimpahkan

    kepada orang lain.

    b) Auditori

    Belajar dengan berbicara dan mendengar. Pikiran kita lebih kuat daripada

    yang kita sadari, telinga kita terus menerus menangkap dan menyimpan informasi

    bahkan tanpa kita sadari. Ketika kita membuat suara sendiri dengan berbicara

    beberapa area penting di otak kita menjadi aktif. Hal ini dapat diartikan dalam

    pembelajaran siswa hendaknya mengajak siswa membicarakan apa yang sedang

    mereka pelajari, menerjemahkan pengalaman siswa dengan suara. Mengajak

  • 9

    mereka berbicara saat memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan

    informasi, membuat rencana kerja, menguasai keterampilan, membuat tinjauan

    pengalaman belajar, atau menciptakan makna-makna pribadi bagi diri mereka

    sendiri

    c) Visual

    Belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Dalam otak kita terdapat

    lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indera

    yang lain. Setiap siswa yang menggunakan visualnya lebih mudah belajar jika

    dapat melihat apa yang sedang dibicarakan seorang perceramah atau sebuah buku

    atau program komputer. Sekarang khusus pembelajaran visual yang baik jika

    mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon dan

    sebagainya ketika belajar. Unsur atau cara keitiga dalam pembelajaran SAVI

    adalah cara belajar visual.

    d) Intelektual

    Belajar dengan memecahkan masalah dan merenung. Tindakan

    pembelajaran yang melakukan sesuatu dengan pikiran mereka secara internal

    ketika menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan

    menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Hal

    ini diperkuat dengan makna intelektual adalah bagian dari yang merenung,

    mencipta, dan memecahkan masalah.

    Untuk melatih aspek intelektual, aktivitas-aktivitas yang dapat dilakukan

    seperti memecahkan masalah, menganalisis pengalaman, melahirkan gagasan

    kreatif, mencari dan menjaring informasi, merumuskan pertanyaan, menciptakan

    model mental, menerapkan gagasan baru pada pekerjaan menciptakan makna

    pribadi, dan meramalkan implikasi suatu gagasan.

    Meier (2002:100) mengemukakan:

    Belajar bisa optimal jika keempat cara belajar SAVI yang telah diuraikan itu ada dalam suatu pristiwa pembelajaran. Misalnya, orang dapat belajar sedikit dengan menyaksikan presentasi (V), tetapi mereka dapat belajar jauh lebih banyak jika mereka dapat melakukan sesuatu ketika presentasi sedang berlangsung (S), membicarakan apa yang sedang mereka pelajari (A), dan memikirkan cara menerapkan informasi dalam presentasi

  • 10

    tersebut pada pekerjaan mereka (I). Atau, mereka dapat meningkatkan kemampuan mereka memecahkan masalah (I) jika mereka secara simultan menggerakkan sesuatu (S) untuk menghasilkan piktogram atau pajangan tiga dimensi (V) sambil membicarakan apa yang sedang mereka kerjakan (A).

    Jadi pada dasarnya pembelajaran SAVI ini lebih menonjolkan bagaimana

    siswa menciptakan kreativitasnya sendiri. Hal ini akan berpengaruh pada cara

    berpikir siswa menjadi lebih terbuka dan mencoba untuk menggali

    kemampuannya dalam memperoleh pengetahuan yang baru.

    2.1.2.2 Prinsip-Prinsip Cara Belajar SAVI

    Cara belajar SAVI termasuk konsep pembelajaran dipercepat (Accerelated

    Learning / AL). Oleh karena itu, pembelajaran tersebut memiliki prinsip-prinsip

    pokok yang mendorong keberhasilan belajar yang dipercepat. Meier (2002:54)

    mengemukakan prinsip pokok belajar sebagai berikut:

    a. Belajar melibatkan seluruh pikiran dan tubuh.

    Ini berarti belajar tidak hanya menggunakan otak (sadar, rasional,

    memakai otak kiri, dan verbal) tetapi juga melibatkan seluruh tubuh/pikiran

    dengan segala emosi, indera, dan sarafnya.

    b. Belajar adalah berkreasi, bukan mengonsumsi.

    Ini berarti dalam pembelajaran, pengetahuan bukanlah sesuatu yang

    diserap oleh peserta didik, melainkan sesuatu yang diciptakan peserta

    didik.Pembelajaran terjadi ketika seorang peserta didik memadukan pengetahuan

    dan keterampilan baru ke dalam struktur dirinya sendiri yang telah ada. Belajar

    secara harfiah adalah menciptakan makna baru, jaringan saraf baru, dan pola

    interaksi elektrokimia baru di dalam sistem otak / tubuh secara menyeluruh.

    c. Kerja sama membantu proses belajar.

    Semua usaha belajar yang baik mempunyai landasan sosial. Kita biasanya

    belajar lebih banyak dengan berinteraksi dengan kawan-kawan daripada yang kita

    pelajari dengan cara lain mana pun. Persaingan di antara peserta didik

    memperlambat pembelajaran. Kerja sama di antara mereka mempercepatnya.

    Suatu komunitas belajar selalu lebih baik hasilnya daripada beberapa individu

    yang belajar sendiri-sendiri.

  • 11

    d. Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan belajar

    bukan hanya menyerap.

    Belajar bukan hanya menyerap satu hal kecil pada satu waktu secara linier,

    melainkan menyerap banyak hal sekaligus. Pembelajaran yang baik melibatkan

    orang pada banyak tingkatan secara simultan (sadar dan bawah sadar, mental dan

    pisik) dan memanfaatkan seluruh saraf reseptor, indera, jalan dalam sistem total

    otak atau tubuh seseorang. Bagaimanapun juga, otak bukanlah prosesor berurutan,

    melainkan prosesor paralel, dan otak akan berkembang pesat jika ia ditantang

    untuk melakukan banyak hal sekaligus.

    e. Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri (dengan umpan balik)

    Belajar paling baik adalah belajar dalam konteks. Hal-hal yang dipelajari

    secara terpisah akan sulit diingat dan mudah menguap. Kita belajar bereng dengan

    berenang, cara mengelola sesuatu dengan mengelolanya, cara bernyanyi dengan

    bernyanyi, cara menjual dengan menjual, dan cara memperhatikan kebutuhan

    konsumen dengan cara memperhatikan kebutuhannya. Pengalaman yang nyata

    dan kongkret daat menjadi guru yang jauh lebih baik daripada sesuatu yang

    hipotetis dan abstrak-asalkan di dalamnya tersedia peluang untuk erjun langsung

    secara total, mendapatkan umpan balik, merenung, dan menerjunkan diri kembali.

    f. Emosi Positif sangat membantu pembelajaran.

    Perasaan menentukan kualitas dan juga kuantitas belajar seseorang.

    Perasaan negatif menghalangi belajar. Perasaan positif mempercepatnya. Belajar

    yang penuh tekanan, menyakitkan dan bersuasana muram tidak dapat

    mengungguli hasil belajar yang menyenangkan, santai, dan menarik hati.

    g. Otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis.

    Sistem saraf manusia lebih merupakan prosesor citra daripada prosesor

    kata. Gambar kongkret jauh lebih mudah ditangkap dan disimpan daripada

    abstraksi verbal. Menerjemahkan abstraksi verbal menjadi berbagai jensis gambar

    kongkret akan membuat abstraksi verbal itu bisa lebih cepat dipelajari dan lebih

    mudah diingat.

  • 12

    Berdasarkan uraian prinsip pokok dapat disimpulkan bahwa cara belajar

    SAVI pada prinsipnya adalah pembelajaran yang komperhensif, kreatif,

    kolaboratif, aktif, dan menuntut emosi yang positif.

    2.1.2.3 Karakteristik Cara Belajar SAVI

    Herdian mengemukakan cara belajar SAVI memiliki karakteristik sebagai

    berikut:

    a. Mengutamakan hasil

    Cara belajar SAVI mengutamakan hasil yang dikaitkan dengan dampak

    (outcomes), yaitu aplikasianya dalam kehidupan sehari-hari serta perolehannya.

    Pembelajaran tersebut berorientasi pada kecakapan hidup (life skill).

    b. Bersifat alamiah

    Cara belajar SAVI bersifat alamiah karena berbasis pada cara bagaimana

    seseorang belajar secara alamiah seperi berbicara atau diskusi dengan temannya,

    mengamati alam dengan seluruh panca indera, pikiran, emosi, dan

    kepribadiannya, tidak hanya melalui duduk belajar di kelas menghadapi komputer

    atau membaca buku. Seorang anak belajar pada berbagai tingkat kesulitan secara

    simultan, dan menerima dengan terbuka semua rangsangan dari luar, serta

    mendapatkan apa yang mereka peroleh dari lingkungan.

    c. Penerimaan yang tinggi

    Cara belajar SAVI merupakan suatu usaha mempercepat tingkat

    penerimaan dan perolehan belajar siswa, melalui proses aktualisasi seluruh

    potensi yang dimiliki manusia, yaitu potensi panca indera dan hati (IQ, EQ, dan

    SQ) yang dilakukan secara simultan. Pembelajaran yang mengintegrasikan hati

    (kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual) dan panca indera, yang

    dilaksanakan secara simultan akan dapat meningkatkan penerimaan dan perolehan

    belajar atau peningkatan hasil belajar.

    d. Bersifat menyeluruh

    Cara belajar SAVI bersifat menyeluruh, yaitu mencakup penggunaan

    pikiran, emosi, fisik, dan intuisi secara serempak (dalam waktu yang bersamaan)

    Proses pembelajaran dengan aktualisasi seluruh potensi siswa secara simultan

  • 13

    sangat lebih cepat dibandingkan dengan proses pembelajaran secara parsial dan

    tidak kontekstual.

    2.1.2.4 Tahap Pembelajaran SAVI

    Meier menjabarkan implementasi cara belajar SAVI dalam pembelajaran

    dapat ditempuh dengan prosedur sebagai berikut:

    a. Tahap Persiapan

    Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan pembelajar untuk

    belajar. Tujuan tahap persiapan adalah menimbulkan minat para pembelajar,

    memberi mereka perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang

    dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar. Dalam tahap

    persiapan dapat dilakukan dengan 1) memberikan sugesti positif. 2) memberikan

    pernyataan yang memberi manfaat positif. 3) memberikan tujuan yang jelas dan

    bermakna. 4) membangkitkan rasa ingin tahu. 5) menciptakan lingkungan fisik

    yang positif. 6) menciptakan lingkungan emosional yang positif. 7) menciptakan

    lingkungan sosial yang positif. 8) menenangkan rasa takut. 9) menyingkirkan

    hambatan-hambatan belajar. 10) merangsang rasa ingin tahu pembelajar. 11)

    mengajak pembelajar terlibat penuh sejak awal.

    b. Tahap Penyampaian

    Tujuan tahap penyampaian adalah untuk membantu pembelajar

    menemukan materi yang baru dengan cara yang menarik, menyenangkan, relevan,

    melibatkan panca indera dan cocok untuk semaua gaya belajar. Tahap

    penyampaian dapat dilakukan dengan: 1) uji coba kolaboratif dan berbagi

    pengetahuan. 2) pengamatan fenomena dunia nyata. 3) pelibatan seluruh otak,

    seluruh tubuh. 4) presentasi interaktif. 5) grafik dan sarana presentasi berwarna-

    warni. 6) aneka macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya belajar.7)

    proyek belajar berdasar kemitraan dan berdasar tim. 8) pelatihan menemukan

    sendiri (sendiri, berpasangan, berkelompok) 9) pengalaman belajar di dunia nyata

    yang kontekstual. 10) pelatihan memecahkan masalah.

    c. Tahap Pelatihan

    Tahap pelatihan merupakan tahap paling penting dalam model SAVI.

    Tujuan tahap pelatihan adalah membantu pembelajar mengintegrasikan dan

  • 14

    menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Dalam tahap

    pelatihan dapat dilakukan dengan: 1) aktivitas pemprosesan pembelajar. 2) usaha

    aktif / umpan balik / renungan / usaha kembali. 3) simulasi dunia nyata. 4)

    permainan dalam belajar. 5) pelatihan aksi pembelajaran. 6) aktivitas pemecahan

    masalah. 7) refleksi dan artikulasi individu. 8) dialog berpasangan atau

    berkelompok. 9) pengajaran dan tinjauan kolaboratif. 10) aktivitas praktis

    membangun keterampilan. 11) mengajar balik.

    d. Tahap Penampilan Hasil

    Tujuan tahap penampilan hasil adalah membantu pembalajar menerapkan

    dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan

    sehingga hasil belajar akan melekat dan hasil belajar akan terus meningkat. Tahap

    penamilan dilaksanaan dengan: 1) penerapan di dunia nyata dalam tempo segera.

    2) penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi. 3) aktivitas penguatan penerapan. 4)

    materi penguatan pasca sesi.5) pelatihan terus menerus. 6) umpan balik dan

    evaluasi kinerja. 7) aktivitas dukungan kawan. 8) perubahan organisasi dan

    lingkungan yang mendukung.

    2.1.2.5 Sintaks / Langkah-langkah Penerapan Model Pembelajaran SAVI

    Dari tahap pembelajaran SAVI maka dapat ditarik sintaks/langkah-langkah

    pembelajaran SAVI yang dilaksanakan dalam penelitian yaitu sebagai berikut:

    1. Tahap persiapan / kegiatan awal:

    a) Guru menciptakan lingkungan yang positif.

    b) Guru memberikan tujuan pembelajaran yang jelas dan bermakna.

    c) Guru memberikan pernyataan yang memberi manfaat positif tentang

    pembelajaran matematika merupakan pelajaran yang menyenangkan dan

    tidak sulit.

    d) Guru membangkitkan rasa ingin tahu (audio/A ,intelektual/I).

    e) Guru mengajak pembelajar / siswa terlibat penuh sejak awal dengan

    membimbing berkomunikasi langsung dengan siswa selama pembelajaran.

    2. Tahap Penyampaian dan pelatihan (kegiatan inti)

  • 15

    a) Guru melakukan uji coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan dengan

    siswa melalui kerja kelompok dan membimbing siswa yang mengalami

    kesulitan (somatis/S, A, visual/V, I).

    b) Guru memberi kesempatan kepada siswa melakukan pengamatan

    fenomena dunia nyata (V).

    c) Guru melaksanakan kegiatan belajar yang melibatkan seluruh otak, seluruh

    tubuh (I,S).

    d) Guru menciptakan proyek belajar berdasar kemitraan / kelompok dan

    berdasar tim (S).

    e) Guru melatih siswa memecahkan masalah (I).

    3. Tahap penampilan hasil (kegiatan penutup).

    a) Guru memberikan penguatan penerapan.

    b) Guru memberikan umpan balik dan evaluasi kinerja.

    c) Guru mendorong aktivitas dukungan kawan.

    2.1.3 Metode Ceramah

    2.1.3.1 Pengertian Metode Ceramah

    Gulo (2004:136) mengemukakan bahwa ceramah adalah pengajaran yang

    disampaikan secara lisan oleh guru kepada siswa. Ceramah merupakan satu-

    satunya metode yang konvensional yang tetap digunakan dalam strategi belajar

    mengajar.

    Gilstrap dan Martin dalam Dimyati dan Moedjiono (1992:29)

    mendefinisikan “metode ceramah sebagai suatu metode mengajar dimana guru

    memberi penyajian fakta-fakta dan prinsip-prinsip secara lisan”.

    Sagala (2010:201) berpendapat bahwa “ceramah adalah sebuah bentuk

    instruksi melalui penerangan dan penuturan lisan dari guru kepada peserta didik”.

    Sanjaya (2006:145) mengungkapkan bahwa “metode ceramah dapat

    diartikan sebagai cara penyajian pelajaran melalui penuturan secara lisan atau

    penjelasan langsung kepada sekelompok siswa”.

    Menurut Roestiyah (1989:137) “metode ceramah merupakan suatu cara

    mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi, atau

    uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan”.

  • 16

    Dari beberapa pendapat tentang metode ceramah maka dapat disimpulkan

    bahwa metode ceramah merupakan bentuk pelaksanaan pembelajaran dimana

    materi pembelajaran disampaikan secara lisan oleh guru, dan guru sebagai pusat

    informasi. Ceramah dapat disisipi dengan penampilan berbagai macam benda

    visual dan berbagai media lainnya untuk membantu pemateri menyampaiakan

    materi kepada pembelajar.

    2.1.3.2 Tujuan Pemakaian Metode Ceramah

    Tujuan metode ceramah menurut Dimyati dan Moedjiono (1992:30)

    adalah sebagai berikut:

    a) Menciptakan landasan pemikiran yang mendorong dan mengarahkan siswa

    untuk lebih banyak mempelajari isi pelajaran melalui bahan tertulis secara

    mandiri.

    b) Menyajikan garis-garis besar isi pelajaran dan permasalahan penting (esensial)

    yang terdapat dalam isi pelajaran.

    c) Memberikan motivasi kepada siswa, untuk belajar secara mandiri dan

    menemukan fakta, konsep, serta kaidah yang lebih luas daripada yang sudah

    disajikan oleh guru.

    d) Memperkenalkan hal-hal baru, memberikan gambaran yang lebih luas daripada

    buku teks atau bahan pembelajaran tertulis lainnya, mengkaitkan teoti dan

    praktek, dan menjelaskan hubungan informasi tertentu.

    e) Menjelaskan prosedur tugas-tugas belajar yang diberikan dengan format yang

    lain.

    2.1.3.3 Hal-hal yang Harus Diperhatikan Waktu Menyiapkan Metode Ceramah

    Menurut Roestiyah (1989:69-70) dalam metode ceramah perlu

    memperhatikan hala-hal berikut:

    a) Harus mengadakan persiapan yang intensif.

    b) Menggunakan alat-alat pembantu sebanyak-banyaknya.

    c) Menggunakan bahasa yang selaras.

    d) Membuat ceramah sesingkat mungkin.

    e) Dapat menghubungkan fakta-fakta yang akan diberikan dengan yang telah

    diketahui murid.

  • 17

    f) Guru harus mengerti secara dalam dan menentukan tujuan yang pasti dalam

    ceramahnya.

    g) Harus sesuai dengan pribadi penceramah.

    h) Mengadakan dramatisasi dan demonstrasi.

    i) Timbulkan keberanian murid untuk menyatakan dan memenangkan sesuatu.

    j) Memberi ikhtisar pada akhir ceramah.

    k) Mempersiapkan teknik evaluasi yang akan digunakan.

    2.1.3.4 Persiapan-persiapan Metode Ceramah

    Dalam metode ceramah guru harus memiliki persiapan agar pelaksanaan

    pembelajaran dapat berjalan baik. Menurut Roestiyah (1989:70) guru harus

    mempersiapkan hal berikut:

    a) Tujuan harus sekhusus-khusunya.

    b) Meneliti apakah pemilihan metode ceramah sudah tepat.

    c) Guru harus meneliti bahannya sehingga: 1) dapat dimengerti dengan jelas. 2)

    menangkap perhatian murid. 3) berguna bagi kehidupan mereka.

    d) Menanam penegertian yang jelas.

    e) Mengevaluasi hasil ceramah.

    2.1.3.5 Sintaks / Langkah-langkah Pembelajaran Metode Ceramah

    Menurut Sagala (2010:202) langkah-langkah pembelajaran metode

    ceramah sebagai berikut:

    a) Melakukan pendahuluan dengan cara sebagai berikut:

    1. Menjelaskan tujuan lebih dulu kepada peserta didik dengan maksud

    agar peserta didik mengetahui arah kegiatannya dalam belajar.

    2. Mengemukakan pokok-pokok materi yang akan dibahas.

    3. Memancing pengalaman peserta didik yang cocok dengan materi yang

    akan dipelajari.

    b) Menyajikan bahan dengan memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:

    1. Perhatian peserta didik dari awal sampai akhir harus tetap terpelihara.

    2. Menyajikan pelajaran secara sistematis, dan tidak berbelit-belit.

    3. Kegiatan belajar mengajar diciptakan secara variatif.

    4. Memberi ulangan pelajaran kepada responsi.

  • 18

    5. Membangkitkan motivasi belajar secara terus menerus selama pelajaran

    berlangsung.

    6. Menggunakan media pelajaran yang variatif yang sesuai dengan tujuan

    pelajaran.

    c) Menutup pelajaran

    1. Mengambil kesimpulan dari semua pelajaran yang telah diberikan.

    2. Memberi kesempatan pada peserta didik untuk menanggapi materi

    pelajaran yang telah diberikan.

    3. Melakukan penilaian secara komprehensif untuk mengukur perubahan

    tingkah laku.

    Menurut Dimyati dan Moedjiono (1989:32-39) secara garis besar terdapat

    4 langkah yang tercangkup dalam prosedur pemakaian metode ceramah dalam

    proses belajar mengajar yang meliputi:

    a) Tahap persiapan ceramah.

    1. Mengorganisasikan isi pelajaran yang akan disampaikan.

    2. Mempersiapkan pengusaan isi pelajaran yang akan diceramahkan.

    3. Memilih dan mempersiapkan media instruksional dan atau alat bantu

    instruksional yang akan digunakan.

    b) Tahap awal ceramah.

    1. Meningkatkan hubungan guru-siswa.

    2. Meningkatkan perhatian siswa.

    3. Mengemukakan pokok-pokok isi ceramah.

    c) Tahap pengembangan ceramah.

    1. Guru memberikan keterangan secara singkat dan jelas.

    2. Guru mempergunakan papan tulis.

    3. Guru memberi keterangan ulang dengan menggunakan istilah atau kata-

    kata lain yang lebih jelas.

    4. Guru merinci dan perluas pelajaran.

    5. Guru memberi balikan (feedback) sebanyak-banyaknya selama

    berceramah.

    6. Guru mengatur alokasi waktu ceramah.

  • 19

    d) Tahap akhir ceramah.

    1. Pembuatan rangkuman dari garis-garis besar isi pelajaran yang

    diceramahkan.

    2. Penjelasan hubungan isi pelajaran yang diceramahkan dengan isi

    pelajaran berikutnya.

    3. Penjelasan tentang kegiatan pada pertemuan berikutnya.

    Dari beberapa pendapat mengenai sintaks/langkah-langkah pembelajaran

    dengan metode ceramah maka sintaks/langkah-langkah pembelajaran dalam

    penelitian adalah sebagai berikut:

    1. Pra Pembelajaran.

    a) Menyiapkan peralatan yang akan dipakai dalam pembelajaran.

    b) Memeriksa kesiapan siswa.

    2. Kegiatan awal.

    a) Guru memberi salam, berdoa, dan presensi.

    b) Guru melakukan tanya jawab tentang bangun datar

    c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

    3. Kegiatan inti

    a) Guru menyampaikan materi dengan menujukkan gambar bangun datar.

    b) Guru memberikan tugas untuk dikerjakan

    c) Guru dan siswa membahas tugas yang telah diberikan

    d) Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya

    e) Guru meluruskan kesalahpahaman dan memberikan motivasi kepada siswa

    4. Kegiatan akhir

    a) Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran.

    b) Guru melakukan refleksi pembelajaran

    2.1.4 Hasil Belajar

    2.1.3.1 Pengertian Hasil Belajar

    Dimyati dan Mudjiono (2009:20) menyatakan bahwa hasil belajar

    merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama

    berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak

  • 20

    pengiring. Kedua dampak bermanfaat bagi siswa dan guru. Menurut Davies

    (Dimyati dan Mudjiono 2009: 201), ranah tujuan pendidikan berdasarkan hasil

    belajar siswa secara umum dapat diklasifikasikan menjadi 3, yakni ranah kognitif,

    afektif, dan psikomotor. Sementara menurut Lindgren dalam Suprijono (2011:7),

    hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap.

    Sedangkan menurut Sudjana (2009:22), bahwa hasil belajar adalah kemampuan

    kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil

    belajar digunakan untuk mengukur tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran oleh

    siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran”. Sudjana membagi tiga macam

    hasil belajar mengajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan

    pengarahan, dan (c) sikap dan cita-cita.

    Menurut Bloom dalam (Winkel, 2004:274-279) menyatakan bahwa hasil

    belajar mencakup tiga kemampuan, yatu kemampuan kognitif, kemampuan

    psikomotorik dan kemampuan afektif.

    Penelitian yang dilakukan untuk mengukur hasil belajar dari aspek

    kognitif. Hasil belajar kognitif Bloom dalam (Winkel, 2004: 274-279) adalah:

    Hasil belajar yang berkenaan dengan pemahaman pengetahuan dan pengertian pada suatu materi yang meliputi 1) pengetahuan yaitu kemampuan mengingat kembali hal-hal yang pernah dipelajari mancakup fakta, prinsip, dan metode yang diketahui. 2) pemahaman yaitu kemampuan memahami makna atau arti dari suatu konsep sehingga dapat menguraikan isi pokok dari suatu makna.3) penerapan yaitu kemampuan menerapkan dan mengabstrasikan suatu konsep atau ide dalam situasi yang baru. 4) analisis yaitu kemampuan untuk merinci satu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga organisasinya dapat dipahami dengan baik. 5) sintesis yaitu kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal dan dapat mempertanggungjawabkan berdasarkan kriteria tertentu.

    Dari pendapat yang dikemukakan oleh para tokoh mengenai hasil belajar,

    maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah tingkat perkembangan mental

    yang lebih baik dengan melakukan usaha secara maksimal yang dilakukan oleh

    seseorang setelah melakukan usaha-usaha belajar. Hasil belajar biasanya

  • 21

    dinyatakan dalam bentuk nilai. Penelitian ini yang diungkap adalah hasil belajar

    matematika kelas 5 SD Negeri 1 Ampel semester 2 tahun ajar 2012/2013.

    2.1.3.2 Faktor - faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

    Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan

    belajar yang kondusif, hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa.

    Adapun faktor yang mempengaruhinya adalah mendapatkan pengetahuan,

    penanaman konsep, keterampilan, dan pembentukan sikap. Menurut Slameto

    (2008:54-72) faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua

    yaitu: faktor intern meliputi: faktor jasmaniah, psikologis, dan kelelahan,

    sedangkan faktor ekstern meliputi: faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.

    Menurut Slameto (2008:54-72) menyatakan bahwa faktor-faktor yang

    mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua. Dua faktor tersebut akan

    dijelaskan dengan penjelasan sebagai berikut:

    a) Faktor-faktor intern

    Faktor intern adalah faktor yang berasal dari diri siswa. Faktor intern ini

    terbagi menjadi tiga faktor yaitu : faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor

    kelelahan.

    1. Faktor jasmaniah

    Pertama adalah faktor kesehatan. Sehat berarti dalam keadaan baik

    segenap badan beseta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan

    seseorang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Proses belajar akan

    terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu ia akan cepat lelah,

    kurang bersemangat, mudah pusing, mengantuk jika badannya lemah, kurang

    darah ataupun ada gangguan fungsi alat indera serta tubuhnya.

    Kedua adalah cacat tubuh. Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan

    kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh. Cacat ini dapat berupa : buta,

    tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh dan lain-lain. Jika ini terjadi maka belajar

    akan terganggu, hendaknya apabila cacat ia disekolahkan di sekolah khusus atau

    diusahakan alat bantu agar dapat mengurangi pengaruh kecatatan itu.

  • 22

    2. Faktor psikologis

    Sekurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis

    yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah: pertama inteligensi yaitu

    kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru

    dengan cepat dan efektif, menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara

    efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Kedua perhatian

    yaitu keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada

    suatu objek atau sekumpulan objek. Ketiga minat adalah kecenderungan yang

    tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. keempat bakat

    yaitu kemampuan untuk belajar. Kemampuan ini akan baru terealisasi menjadi

    kecakapan nyata sesudah belajar atau berlatih. Kelima motif harus diperhatikan

    agar dapat belajar dengan baik harus memiliki motif atau dorongan untuk berfikir

    dan memusatkan perhatian saat belajar. Keenam kematangan adalah suatu tingkat

    pertumbuhan seseorang. Ketujuh kesiapan adalah kesediaan untuk memberi

    renspon atau bereaksi. Dari faktor-faktor tersebut sangat jelas mempengaruhi

    belajar, dan apabila belajar terganggu maka hasil belajar tidak akan baik.

    b) Faktor kelelahan

    Kelelahan seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat

    dibedakan menjadi dua macam yaitu: kelelahan jasmani dan kelelahan rohani

    (bersifat praktis).

    Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul

    untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena kekacauan

    substansi sisa pembakaran di dalam tubuh. Sehingga darah tidak lancar pada

    bagian-bagian tertentu.

    Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan,

    sehingga minat untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa

    pada bagian kepala sehingga sulit untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak

    kehabisan daya untuk bekerja. Kelelahan rohani dapat terjadi terus-menerus

    karena memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa istirahat, menghadapi

    suatu hal yang selalu sama atau tanpa ada variasi dalam mengerjakan sesuatu

    karena terpaksa dan tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatiannya.

  • 23

    Menurut Slameto (2008:60) kelelahan baik jasmani maupun rohani dapat

    dihilangkan dengan cara sebagai berikut: tidur, istirahat, mengusahakan variasi

    dalam belajar, menggunakan obat-obat yang melancarkan peredaran darah,

    rekreasi atau ibadah teratur, olah raga, makan yang memenuhi sarat empat sehat

    lima sempurna, apabila kelelahan terus-menerus hubungi seorang ahli.

    c) Faktor-faktor ekstern

    Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar siswa. Faktor ini

    meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat yaitu dengan

    penjelasan sebagai berikut:

    1. Faktor keluarga

    Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara

    orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan

    keadaan ekonomi keluarga. Sebagian waktu seorang siswa berada di rumah. Oleh

    karena itu, keluarga merupakan salah satu yang berperan pada hasil belajar. Oleh

    sebab itu orang tua harus mendorong, memberi semangat, membimbing, memberi

    teladan yang baik, menjalin hubungan yang baik, memberikan suasana yang

    mendukung belajar, dan dukungan material yang cukup.

    2. Faktor sekolah

    Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode

    mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin

    sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode

    belajar, dan tugas rumah. Sekolah adalah lingkungan kedua yang berperan besar

    memberi pengaruh pada hasil belajar siswa. Sekolah harus menciptakan suasana

    yang kondusif bagi pembelajaran, hubungan dan komunikasi perorang di sekolah

    berjalan baik, kurikulum yang sesuai, kedisiplinan sekolah, gedung yang nyaman,

    metode pembelajaran aktif-interaktif, pemberian tugas rumah, dan sarana

    penunjang cukup memadai seperti perpustakaan sekolah dan sarana yang lainnya.

    3. Faktor masyarakat

    Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap

    hasil belajar siswa. Pengaruh ini karena keberadaan siswa dalam masyarakat.

    Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa ini meliputi: pertama kegiatan

  • 24

    siswa dalam mayarakat yaitu misalnya siswa ikut dalam organisasi masyarakat,

    kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajar akan terganggu, lebih-

    lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya. Kedua multi media

    misalnya: TV, radio, bioskop, surat kabar, buku-buku, komik dan lain-lain. Semua

    itu ada dan beredar di masyarakat. Ketiga teman bergaul, teman bergaul siswa

    lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang

    baik akan memberi pengaruh yang baik terhadap diri siswa begitu sebaliknya.

    Contoh teman bergaul yang tidak baik misalnya suka begadang, pecandu rokok,

    keluyuran minum-minum, lebih-lebih pemabuk, penjinah, dan lain-lain. Keempat

    bentuk kehidupan masyarakat. Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga

    berpengaruh pada hasil belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang

    yang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri, dan mempunyai kebiasaan yang

    tidak baik akan berpengaruh jelek kepada siswa yang tinggal di situ.

    Melalui penjelasan faktor intern dan ekstern yang mempengaruhi hasil

    belajar. Faktor intern meliputi: faktor jasmaniah, psikologis, dan kelelahan, dan

    faktor ekstern meliputi: faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.

    2.2 Kajian Penelitian yang Relevan

    Penelitian oleh Toni Agus Ardie (2012) “Peningkatan Motivasi dan Hasil

    Belajar IPA Menggunakan Model Pembelajaran Savi pada Siswa Kelas V SDN

    Salatiga 01 Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2011/2012” menyimpulkan bahwa

    Penerapan model pembelajaran SAVI dapat meningkatkan motivasi dan hasil

    belajar khususnya tentang pemahaman konsep sifat-sifat cahaya pada mata

    pelajaran IPA siswa kelas V SDN Salatiga 01 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga

    tahun pelajaran 2011 / 2012.

    Lia Widianingsih, 2012. Penerapan Pendekatan Somatis, Auditori, Visual,

    Intelektual (SAVI) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran

    IPA Pokok Bahasan Pesawat Sederhana Di Kelas V SDN 6 Cikidang Kecamatan

    Lembang Kabupaten Barat Semester 2 Tahun Ajaran 2011/2012 menyimpulkan

    bahwa dalam penerapan pendekatan somatis, auditori, visual, intelektual (SAVI)

    dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA.

  • 25

    Silviana, Purwanti, 2011. Pengaruh Penerapan Pembelajaran Tematik

    Kelas II SD dengan Menggunakan Model Pembelajaran SAVI terhadap

    Peningkatan Hasil Belajar Siswa SD Negeri Mangunsari 04 Salatiga Semester 2

    Tahun 2010/2011 menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar pada

    pembelajaran tematik dengan tema hewan dan tumbuhan. Dengan menggunakan

    model pembelajaran SAVI pada kelas eksperimen hasil belajar yang dicapai lebih

    tinggi dibandingkan denan hasil belajar kelas kontrol dengan pembelajaran

    konvensional.

    Menurut Jantoro Dwi. S, 292008198, 2012. Perbedaan Hasil Belajar IPA

    Siswa Kelas III Antara Yang Menggunakan Model Pembelajaran SAVI Dan

    Model Pembelajaran Konvensional menyimpulkan terdapat perbedaan hasil

    belajar IPA siswa kelas III pada pembelajaran dengan tema Energi. Dengan

    menggunakan model pembelajaran SAVI pada kelas eksperimen hasil belajar

    yang dicapai lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar kelas kontrol dengan

    model pembelajaran konvensional.

    Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan

    adanya peningkatan hasil belajar dengan menerapkan model pembelajaran SAVI.

    Oleh karena itu penelitian yang dilakukan di SD Negeri 1 Ampel untuk

    mengetahui perbedaan pengaruh penerapan model SAVI dengan metode ceramah

    terhadap hasil belajar matematika kelas 5 SD Negeri 1 Ampel semester 2 tahun

    Pelajaran 2012/2013.

    2.3 Kerangka Pikir

    Proses belajar itu sendiri menyangkut perubahan tingkah laku, seperti

    pengetahuan, sikap dan keterampilan. Matematika menjadi salah satu mata

    pelajaran pokok pada jenjang sekolah dasar. Belajar matematika tidak hanya

    menekankan pada apa yang dipelajari, tetapi juga menekankan bagaimana siswa

    belajar. Pembelajaran matematika di SD harus disesuaikan dengan pola

    perkembangan intelektual anak. Pelaksanaan pembelajaran matematika masih

    sering disajikan dalam bentuk yang abstrak. Belajar matematika akan menjadi hal

    yang menyenangkan bagi siswa apabila ada variasi dalam belajar. Belajar dengan

    melibatkan seluruh indera dalam tubuh akan menjadikan siswa menjadi semangat

  • 26

    dalam belajar. Siswa tidak dibatasi dalam belajar dan bergerak. Pembelajaran

    dengan menggunakan model SAVI merupakan alternativ bagi guru untuk

    menciptakan suasana belajar yang sesuai dengan pola pikir anak SD.

    Pembelajaran matematika yang sesuai dengan karakter dan pola pikir siswa akan

    membuat materi pembelajaran akan dapat diterima dengan baik dan hasil belajar

    akan meningkat. Dengan menerapkan model SAVI akan diketahui signifikasi

    pengaruhnya terhadap hasil belajar matematika kelas 5 SD.

    2.4 Hipotesis penelitian

    Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir maka dapat dirumuskan

    hipotesis penelitian yaitu terdapat pengaruh yang signifikan penerapan model

    SAVI terhadap Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas 5 SD Negeri 1 Ampel

    Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Semester 2 Tahun pelajaran 2012/2013.

    7

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Kajian Teori

    2.1.1 Mata Pelajaran Matematika

    James and James (Dedi) Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak dan terbagi kedalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri.

    BSNP 2006 tentang standar isi menyatakan:

    Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit.Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

    Di dalam BSNP 2006 tentang standar isi dijelaskan bahwa mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

    1)Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

    BSNP 2006 tentang standar isi, ruang lingkup mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek 1) Bilangan, 2) Geometri dan pengukuran, 3) Pengolahan data.

    Undang-undang republik indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bahan kajian matematika, antara lain, berhitung, ilmu ukur, dan aljabar dimaksudkan untuk mengembangkan logika dan kemampuan berpikir peserta didik.

    Dari beberapa pendapat tentang mata pelajaran matematika maka dapat diambil kesimpulan bahwa mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang dapat mengembangkan pola pikir dan logika peserta didik untuk memecahkan masalah dengan kajian yang meliputi bilangan, berhitung, mengukur, geometri dan aljabar.

    2.1.2 Model Pembelajaran Somatis, Auditori, Visual, Intelektual (SAVI)

    2.1.2.1 Pengertian Model Pembelajaran SAVI

    Meier mengungkapkan bahwa SAVI adalah bagian dari Accelerated Learning (AL) / belajar cepat.

    Russel (2011:5) menyatakan bahwa Accelerated Learning adalah sebuah proses perubahan kebiasaan yang disebabkan oleh penambahan keterampilan, penegtahuan atau sikapdengan meningkatkan kecepatan.

    Meier (2002:33) mengemukakan beberapa asumsi AL yaitu 1) Lingkungan belajar yang positif. 2) keterlibatan pembelajar sepenuhnya. 3) Kerja sama diantara pembelajar. 4) variasi yang cocok untuk semua gaya belajar. 5) Belajar kontekstual.

    Herdian berpendapat sebagai berikut:

    Pembelajaran SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan belajar yang paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan segenap kedalaman serta keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu lain dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara-cara yang berbeda. Mengkaitkan sesuatu dengan hakikat realitas yang nonlinear, nonmekanis, kreatif dan hidup.

    Rusman (2011:373) “SAVI menyajikan suatu sistem lengkap untuk melibatkan kelima indera dan emosi dalam proses belajar yang merupakan cara belajar secara alami yang dikenal dengan model SAVI, yaitu Somatis, Auditory, Visual dan Intelektual”. Somatis artinya belajar dengan bergerak dan berbuat. Auditori, belajar dengan berbicara dan mendengar. Visual artinya belajar dengan memecahkan masalah dan menerangkan. Intelektual belajar dengan kegiatan berpikir.

    Menurut Herdian sesuai dengan singkatan dari SAVI sendiri yaitu Somatis, Auditori, Visual dan Intektual, maka dapat dijabarkan menjadi empat bagian yaitu:

    a) Somatis.

    “Somatis” berasal dari bahasa yunani tubuh-soma. Jika dikaitkan dengan belajar maka dapat diartikan belajar dengan bergerak dan berbuat. Sehingga pembelajaran somatic adalah pembelajaran yang memanfaatkan dan melibatkan tubuh (indera peraba, kinestetik, melibatkan fisik dan menggerakkan tubuh sewaktu kegiatan pembelajaran berlangsung).

    Berdasarkan pengertian tersebut, dapatlah ditegaskan bahwa cara belajar somatis adalah belajar dengan cara melibatkan aktivitas tubuh. Dalam hal ini siswa bergerak dan berbuat dalam mempelajari sesuatu, misalnnya meragakan sesuatu, membuat suatu karya, melakukan sesuatu kegiatan, dan lain-lain. Menurut pembelajaran SAVI, prinsip pelibatan aktivitas tubuh ini penting karena dengan bergeraknya tubuh otak peserta didik akan beranjak dan aktif bekerja. Tubuh dan pikiran itu satu. Tubuh adalah pikiran dan pikiran adalah tubuh. Keduanya merupakan suatu sistem elektris kimiawi-biologis yang benar-benar terpadu.

    Belajar secara somatis tesebut sejalan dengan salah satu prinsip yang menyatakan bahwa belajar adalah mengalami, belajar tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain.

    b) Auditori

    Belajar dengan berbicara dan mendengar. Pikiran kita lebih kuat daripada yang kita sadari, telinga kita terus menerus menangkap dan menyimpan informasi bahkan tanpa kita sadari. Ketika kita membuat suara sendiri dengan berbicara beberapa area penting di otak kita menjadi aktif. Hal ini dapat diartikan dalam pembelajaran siswa hendaknya mengajak siswa membicarakan apa yang sedang mereka pelajari, menerjemahkan pengalaman siswa dengan suara. Mengajak mereka berbicara saat memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, membuat rencana kerja, menguasai keterampilan, membuat tinjauan pengalaman belajar, atau menciptakan makna-makna pribadi bagi diri mereka sendiri

    c) Visual

    Belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Dalam otak kita terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indera yang lain. Setiap siswa yang menggunakan visualnya lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang dibicarakan seorang perceramah atau sebuah buku atau program komputer. Sekarang khusus pembelajaran visual yang baik jika mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon dan sebagainya ketika belajar. Unsur atau cara keitiga dalam pembelajaran SAVI adalah cara belajar visual.

    d) Intelektual

    Belajar dengan memecahkan masalah dan merenung. Tindakan pembelajaran yang melakukan sesuatu dengan pikiran mereka secara internal ketika menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Hal ini diperkuat dengan makna intelektual adalah bagian dari yang merenung, mencipta, dan memecahkan masalah.

    Untuk melatih aspek intelektual, aktivitas-aktivitas yang dapat dilakukan seperti memecahkan masalah, menganalisis pengalaman, melahirkan gagasan kreatif, mencari dan menjaring informasi, merumuskan pertanyaan, menciptakan model mental, menerapkan gagasan baru pada pekerjaan menciptakan makna pribadi, dan meramalkan implikasi suatu gagasan.

    Meier (2002:100) mengemukakan:

    Belajar bisa optimal jika keempat cara belajar SAVI yang telah diuraikan itu ada dalam suatu pristiwa pembelajaran. Misalnya, orang dapat belajar sedikit dengan menyaksikan presentasi (V), tetapi mereka dapat belajar jauh lebih banyak jika mereka dapat melakukan sesuatu ketika presentasi sedang berlangsung (S), membicarakan apa yang sedang mereka pelajari (A), dan memikirkan cara menerapkan informasi dalam presentasi tersebut pada pekerjaan mereka (I). Atau, mereka dapat meningkatkan kemampuan mereka memecahkan masalah (I) jika mereka secara simultan menggerakkan sesuatu (S) untuk menghasilkan piktogram atau pajangan tiga dimensi (V) sambil membicarakan apa yang sedang mereka kerjakan (A).

    Jadi pada dasarnya pembelajaran SAVI ini lebih menonjolkan bagaimana siswa menciptakan kreativitasnya sendiri. Hal ini akan berpengaruh pada cara berpikir siswa menjadi lebih terbuka dan mencoba untuk menggali kemampuannya dalam memperoleh pengetahuan yang baru.

    2.1.2.2 Prinsip-Prinsip Cara Belajar SAVI

    Cara belajar SAVI termasuk konsep pembelajaran dipercepat (Accerelated Learning / AL). Oleh karena itu, pembelajaran tersebut memiliki prinsip-prinsip pokok yang mendorong keberhasilan belajar yang dipercepat. Meier (2002:54) mengemukakan prinsip pokok belajar sebagai berikut:

    a. Belajar melibatkan seluruh pikiran dan tubuh.

    Ini berarti belajar tidak hanya menggunakan otak (sadar, rasional, memakai otak kiri, dan verbal) tetapi juga melibatkan seluruh tubuh/pikiran dengan segala emosi, indera, dan sarafnya.

    b. Belajar adalah berkreasi, bukan mengonsumsi.

    Ini berarti dalam pembelajaran, pengetahuan bukanlah sesuatu yang diserap oleh peserta didik, melainkan sesuatu yang diciptakan peserta didik.Pembelajaran terjadi ketika seorang peserta didik memadukan pengetahuan dan keterampilan baru ke dalam struktur dirinya sendiri yang telah ada. Belajar secara harfiah adalah menciptakan makna baru, jaringan saraf baru, dan pola interaksi elektrokimia baru di dalam sistem otak / tubuh secara menyeluruh.

    c. Kerja sama membantu proses belajar.

    Semua usaha belajar yang baik mempunyai landasan sosial. Kita biasanya belajar lebih banyak dengan berinteraksi dengan kawan-kawan daripada yang kita pelajari dengan cara lain mana pun. Persaingan di antara peserta didik memperlambat pembelajaran. Kerja sama di antara mereka mempercepatnya. Suatu komunitas belajar selalu lebih baik hasilnya daripada beberapa individu yang belajar sendiri-sendiri.

    d. Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan belajar bukan hanya menyerap.

    Belajar bukan hanya menyerap satu hal kecil pada satu waktu secara linier, melainkan menyerap banyak hal sekaligus. Pembelajaran yang baik melibatkan orang pada banyak tingkatan secara simultan (sadar dan bawah sadar, mental dan pisik) dan memanfaatkan seluruh saraf reseptor, indera, jalan dalam sistem total otak atau tubuh seseorang. Bagaimanapun juga, otak bukanlah prosesor berurutan, melainkan prosesor paralel, dan otak akan berkembang pesat jika ia ditantang untuk melakukan banyak hal sekaligus.

    e. Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri (dengan umpan balik)

    Belajar paling baik adalah belajar dalam konteks. Hal-hal yang dipelajari secara terpisah akan sulit diingat dan mudah menguap. Kita belajar bereng dengan berenang, cara mengelola sesuatu dengan mengelolanya, cara bernyanyi dengan bernyanyi, cara menjual dengan menjual, dan cara memperhatikan kebutuhan konsumen dengan cara memperhatikan kebutuhannya. Pengalaman yang nyata dan kongkret daat menjadi guru yang jauh lebih baik daripada sesuatu yang hipotetis dan abstrak-asalkan di dalamnya tersedia peluang untuk erjun langsung secara total, mendapatkan umpan balik, merenung, dan menerjunkan diri kembali.

    f. Emosi Positif sangat membantu pembelajaran.

    Perasaan menentukan kualitas dan juga kuantitas belajar seseorang. Perasaan negatif menghalangi belajar. Perasaan positif mempercepatnya. Belajar yang penuh tekanan, menyakitkan dan bersuasana muram tidak dapat mengungguli hasil belajar yang menyenangkan, santai, dan menarik hati.

    g. Otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis.

    Sistem saraf manusia lebih merupakan prosesor citra daripada prosesor kata. Gambar kongkret jauh lebih mudah ditangkap dan disimpan daripada abstraksi verbal. Menerjemahkan abstraksi verbal menjadi berbagai jensis gambar kongkret akan membuat abstraksi verbal itu bisa lebih cepat dipelajari dan lebih mudah diingat.

    Berdasarkan uraian prinsip pokok dapat disimpulkan bahwa cara belajar SAVI pada prinsipnya adalah pembelajaran yang komperhensif, kreatif, kolaboratif, aktif, dan menuntut emosi yang positif.

    2.1.2.3 Karakteristik Cara Belajar SAVI

    Herdian mengemukakan cara belajar SAVI memiliki karakteristik sebagai berikut:

    a. Mengutamakan hasil

    Cara belajar SAVI mengutamakan hasil yang dikaitkan dengan dampak (outcomes), yaitu aplikasianya dalam kehidupan sehari-hari serta perolehannya. Pembelajaran tersebut berorientasi pada kecakapan hidup (life skill).

    b. Bersifat alamiah

    Cara belajar SAVI bersifat alamiah karena berbasis pada cara bagaimana seseorang belajar secara alamiah seperi berbicara atau diskusi dengan temannya, mengamati alam dengan seluruh panca indera, pikiran, emosi, dan kepribadiannya, tidak hanya melalui duduk belajar di kelas menghadapi komputer atau membaca buku. Seorang anak belajar pada berbagai tingkat kesulitan secara simultan, dan menerima dengan terbuka semua rangsangan dari luar, serta mendapatkan apa yang mereka peroleh dari lingkungan.

    c. Penerimaan yang tinggi

    Cara belajar SAVI merupakan suatu usaha mempercepat tingkat penerimaan dan perolehan belajar siswa, melalui proses aktualisasi seluruh potensi yang dimiliki manusia, yaitu potensi panca indera dan hati (IQ, EQ, dan SQ) yang dilakukan secara simultan. Pembelajaran yang mengintegrasikan hati (kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual) dan panca indera, yang dilaksanakan secara simultan akan dapat meningkatkan penerimaan dan perolehan belajar atau peningkatan hasil belajar.

    d. Bersifat menyeluruh

    Cara belajar SAVI bersifat menyeluruh, yaitu mencakup penggunaan pikiran, emosi, fisik, dan intuisi secara serempak (dalam waktu yang bersamaan) Proses pembelajaran dengan aktualisasi seluruh potensi siswa secara simultan sangat lebih cepat dibandingkan dengan proses pembelajaran secara parsial dan tidak kontekstual.

    2.1.2.4 Tahap Pembelajaran SAVI

    Meier menjabarkan implementasi cara belajar SAVI dalam pembelajaran dapat ditempuh dengan prosedur sebagai berikut:

    a. Tahap Persiapan

    Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan pembelajar untuk belajar. Tujuan tahap persiapan adalah menimbulkan minat para pembelajar, memberi mereka perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar. Dalam tahap persiapan dapat dilakukan dengan 1) memberikan sugesti positif. 2) memberikan pernyataan yang memberi manfaat positif. 3) memberikan tujuan yang jelas dan bermakna. 4) membangkitkan rasa ingin tahu. 5) menciptakan lingkungan fisik yang positif. 6) menciptakan lingkungan emosional yang positif. 7) menciptakan lingkungan sosial yang positif. 8) menenangkan rasa takut. 9) menyingkirkan hambatan-hambatan belajar. 10) merangsang rasa ingin tahu pembelajar. 11) mengajak pembelajar terlibat penuh sejak awal.

    b. Tahap Penyampaian

    Tujuan tahap penyampaian adalah untuk membantu pembelajar menemukan materi yang baru dengan cara yang menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan panca indera dan cocok untuk semaua gaya belajar. Tahap penyampaian dapat dilakukan dengan: 1) uji coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan. 2) pengamatan fenomena dunia nyata. 3) pelibatan seluruh otak, seluruh tubuh. 4) presentasi interaktif. 5) grafik dan sarana presentasi berwarna-warni. 6) aneka macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya belajar.7) proyek belajar berdasar kemitraan dan berdasar tim. 8) pelatihan menemukan sendiri (sendiri, berpasangan, berkelompok) 9) pengalaman belajar di dunia nyata yang kontekstual. 10) pelatihan memecahkan masalah.

    c. Tahap Pelatihan

    Tahap pelatihan merupakan tahap paling penting dalam model SAVI. Tujuan tahap pelatihan adalah membantu pembelajar mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Dalam tahap pelatihan dapat dilakukan dengan: 1) aktivitas pemprosesan pembelajar. 2) usaha aktif / umpan balik / renungan / usaha kembali. 3) simulasi dunia nyata. 4) permainan dalam belajar. 5) pelatihan aksi pembelajaran. 6) aktivitas pemecahan masalah. 7) refleksi dan artikulasi individu. 8) dialog berpasangan atau berkelompok. 9) pengajaran dan tinjauan kolaboratif. 10) aktivitas praktis membangun keterampilan. 11) mengajar balik.

    d. Tahap Penampilan Hasil

    Tujuan tahap penampilan hasil adalah membantu pembalajar menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan hasil belajar akan terus meningkat. Tahap penamilan dilaksanaan dengan: 1) penerapan di dunia nyata dalam tempo segera. 2) penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi. 3) aktivitas penguatan penerapan. 4) materi penguatan pasca sesi.5) pelatihan terus menerus. 6) umpan balik dan evaluasi kinerja. 7) aktivitas dukungan kawan. 8) perubahan organisasi dan lingkungan yang mendukung.

    2.1.2.5 Sintaks / Langkah-langkah Penerapan Model Pembelajaran SAVI

    Dari tahap pembelajaran SAVI maka dapat ditarik sintaks/langkah-langkah pembelajaran SAVI yang dilaksanakan dalam penelitian yaitu sebagai berikut:

    1. Tahap persiapan / kegiatan awal:

    a) Guru menciptakan lingkungan yang positif.

    b) Guru memberikan tujuan pembelajaran yang jelas dan bermakna.

    c) Guru memberikan pernyataan yang memberi manfaat positif tentang pembelajaran matematika merupakan pelajaran yang menyenangkan dan tidak sulit.

    d) Guru membangkitkan rasa ingin tahu (audio/A ,intelektual/I).

    e) Guru mengajak pembelajar / siswa terlibat penuh sejak awal dengan membimbing berkomunikasi langsung dengan siswa selama pembelajaran.

    2. Tahap Penyampaian dan pelatihan (kegiatan inti)

    a) Guru melakukan uji coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan dengan siswa melalui kerja kelompok dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan (somatis/S, A, visual/V, I).

    b) Guru memberi kesempatan kepada siswa melakukan pengamatan fenomena dunia nyata (V).

    c) Guru melaksanakan kegiatan belajar yang melibatkan seluruh otak, seluruh tubuh (I,S).

    d) Guru menciptakan proyek belajar berdasar kemitraan / kelompok dan berdasar tim (S).

    e) Guru melatih siswa memecahkan masalah (I).

    3. Tahap penampilan hasil (kegiatan penutup).

    a) Guru memberikan penguatan penerapan.

    b) Guru memberikan umpan balik dan evaluasi kinerja.

    c) Guru mendorong aktivitas dukungan kawan.

    2.1.3 Metode Ceramah

    2.1.3.1 Pengertian Metode Ceramah

    Gulo (2004:136) mengemukakan bahwa ceramah adalah pengajaran yang disampaikan secara lisan oleh guru kepada siswa. Ceramah merupakan satu-satunya metode yang konvensional yang tetap digunakan dalam strategi belajar mengajar.

    Gilstrap dan Martin dalam Dimyati dan Moedjiono (1992:29) mendefinisikan “metode ceramah sebagai suatu metode mengajar dimana guru memberi penyajian fakta-fakta dan prinsip-prinsip secara lisan”.

    Sagala (2010:201) berpendapat bahwa “ceramah adalah sebuah bentuk instruksi melalui penerangan dan penuturan lisan dari guru kepada peserta didik”.

    Sanjaya (2006:145) mengungkapkan bahwa “metode ceramah dapat diartikan sebagai cara penyajian pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa”.

    Menurut Roestiyah (1989:137) “metode ceramah merupakan suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi, atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan”.

    Dari beberapa pendapat tentang metode ceramah maka dapat disimpulkan bahwa metode ceramah merupakan bentuk pelaksanaan pembelajaran dimana materi pembelajaran disampaikan secara lisan oleh guru, dan guru sebagai pusat informasi. Ceramah dapat disisipi dengan penampilan berbagai macam benda visual dan berbagai media lainnya untuk membantu pemateri menyampaiakan materi kepada pembelajar.

    2.1.3.2 Tujuan Pemakaian Metode Ceramah

    Tujuan metode ceramah menurut Dimyati dan Moedjiono (1992:30) adalah sebagai berikut:

    a) Menciptakan landasan pemikiran yang mendorong dan mengarahkan siswa untuk lebih banyak mempelajari isi pelajaran melalui bahan tertulis secara mandiri.

    b) Menyajikan garis-garis besar isi pelajaran dan permasalahan penting (esensial) yang terdapat dalam isi pelajaran.

    c) Memberikan motivasi kepada siswa, untuk belajar secara mandiri dan menemukan fakta, konsep, serta kaidah yang lebih luas daripada yang sudah disajikan oleh guru.

    d) Memperkenalkan hal-hal baru, memberikan gambaran yang lebih luas daripada buku teks atau bahan pembelajaran tertulis lainnya, mengkaitkan teoti dan praktek, dan menjelaskan hubungan informasi tertentu.

    e) Menjelaskan prosedur tugas-tugas belajar yang diberikan dengan format yang lain.

    2.1.3.3 Hal-hal yang Harus Diperhatikan Waktu Menyiapkan Metode Ceramah

    Menurut Roestiyah (1989:69-70) dalam metode ceramah perlu memperhatikan hala-hal berikut:

    a) Harus mengadakan persiapan yang intensif.

    b) Menggunakan alat-alat pembantu sebanyak-banyaknya.

    c) Menggunakan bahasa yang selaras.

    d) Membuat ceramah sesingkat mungkin.

    e) Dapat menghubungkan fakta-fakta yang akan diberikan dengan yang telah diketahui murid.

    f) Guru harus mengerti secara dalam dan menentukan tujuan yang pasti dalam ceramahnya.

    g) Harus sesuai dengan pribadi penceramah.

    h) Mengadakan dramatisasi dan demonstrasi.

    i) Timbulkan keberanian murid untuk menyatakan dan memenangkan sesuatu.

    j) Memberi ikhtisar pada akhir ceramah.

    k) Mempersiapkan teknik evaluasi yang akan digunakan.

    2.1.3.4 Persiapan-persiapan Metode Ceramah

    Dalam metode ceramah guru harus memiliki persiapan agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan baik. Menurut Roestiyah (1989:70) guru harus mempersiapkan hal berikut:

    a) Tujuan harus sekhusus-khusunya.

    b) Meneliti apakah pemilihan metode ceramah sudah tepat.

    c) Guru harus meneliti bahannya sehingga: 1) dapat dimengerti dengan jelas. 2) menangkap perhatian murid. 3) berguna bagi kehidupan mereka.

    d) Menanam penegertian yang jelas.

    e) Mengevaluasi hasil ceramah.

    2.1.3.5 Sintaks / Langkah-langkah Pembelajaran Metode Ceramah

    Menurut Sagala (2010:202) langkah-langkah pembelajaran metode ceramah sebagai berikut:

    a) Melakukan pendahuluan dengan cara sebagai berikut:

    1. Menjelaskan tujuan lebih dulu kepada peserta didik dengan maksud agar peserta didik mengetahui arah kegiatannya dalam belajar.

    2. Mengemukakan pokok-pokok materi yang akan dibahas.

    3. Memancing pengalaman peserta didik yang cocok dengan materi yang akan dipelajari.

    b) Menyajikan bahan dengan memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:

    1. Perhatian peserta didik dari awal sampai akhir harus tetap terpelihara.

    2. Menyajikan pelajaran secara sistematis, dan tidak berbelit-belit.

    3. Kegiatan belajar mengajar diciptakan secara variatif.

    4. Memberi ulangan pelajaran kepada responsi.

    5. Membangkitkan motivasi belajar secara terus menerus selama pelajaran berlangsung.

    6. Menggunakan media pelajaran yang variatif yang sesuai dengan tujuan pelajaran.

    c) Menutup pelajaran

    1. Mengambil kesimpulan dari semua pelajaran yang telah diberikan.

    2. Memberi kesempatan pada peserta didik untuk menanggapi materi pelajaran yang telah diberikan.

    3. Melakukan penilaian secara komprehensif untuk mengukur perubahan tingkah laku.

    Menurut Dimyati dan Moedjiono (1989:32-39) secara garis besar terdapat 4 langkah yang tercangkup dalam prosedur pemakaian metode ceramah dalam proses belajar mengajar yang meliputi:

    a) Tahap persiapan ceramah.

    1. Mengorganisasikan isi pelajaran yang akan disampaikan.

    2. Mempersiapkan pengusaan isi pelajaran yang akan diceramahkan.

    3. Memilih dan mempersiapkan media instruksional dan atau alat bantu instruksional yang akan digunakan.

    b) Tahap awal ceramah.

    1. Meningkatkan hubungan guru-siswa.

    2. Meningkatkan perhatian siswa.

    3. Mengemukakan pokok-pokok isi ceramah.

    c) Tahap pengembangan ceramah.

    1. Guru memberikan keterangan secara singkat dan jelas.

    2. Guru mempergunakan papan tulis.

    3. Guru memberi keterangan ulang dengan menggunakan istilah atau kata-kata lain yang lebih jelas.

    4. Guru merinci dan perluas pelajaran.

    5. Guru memberi balikan (feedback) sebanyak-banyaknya selama berceramah.

    6. Guru mengatur alokasi waktu ceramah.

    d) Tahap akhir ceramah.

    1. Pembuatan rangkuman dari garis-garis besar isi pelajaran yang diceramahkan.

    2. Penjelasan hubungan isi pelajaran yang diceramahkan dengan isi pelajaran berikutnya.

    3. Penjelasan tentang kegiatan pada pertemuan berikutnya.

    Dari beberapa pendapat mengenai sintaks/langkah-langkah pembelajaran dengan metode ceramah maka sintaks/langkah-langkah pembelajaran dalam penelitian adalah sebagai berikut:

    1. Pra Pembelajaran.

    a) Menyiapkan peralatan yang akan dipakai dalam pembelajaran.

    b) Memeriksa kesiapan siswa.

    2. Kegiatan awal.

    a) Guru memberi salam, berdoa, dan presensi.

    b) Guru melakukan tanya jawab tentang bangun datar

    c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

    3. Kegiatan inti

    a) Guru menyampaikan materi dengan menujukkan gambar bangun datar.

    b) Guru memberikan tugas untuk dikerjakan

    c) Guru dan siswa membahas tugas yang telah diberikan

    d) Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya

    e) Guru meluruskan kesalahpahaman dan memberikan motivasi kepada siswa

    4. Kegiatan akhir

    a) Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran.

    b) Guru melakukan refleksi pembelajaran

    2.1.4 Hasil Belajar

    2.1.3.1 Pengertian Hasil Belajar

    Dimyati dan Mudjiono (2009:20) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak bermanfaat bagi siswa dan guru. Menurut Davies (Dimyati dan Mudjiono 2009: 201), ranah tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar siswa secara umum dapat diklasifikasikan menjadi 3, yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sementara menurut Lindgren dalam Suprijono (2011:7), hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Sedangkan menurut Sudjana (2009:22), bahwa hasil belajar adalah kemampuan kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan untuk mengukur tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran oleh siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran”. Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengarahan, dan (c) sikap dan cita-cita.

    Menurut Bloom dalam (Winkel, 2004:274-279) menyatakan bahwa hasil belajar mencakup tiga kemampuan, yatu kemampuan kognitif, kemampuan psikomotorik dan kemampuan afektif.

    Penelitian yang dilakukan untuk mengukur hasil belajar dari aspek kognitif. Hasil belajar kognitif Bloom dalam (Winkel, 2004: 274-279) adalah:

    Hasil belajar yang berkenaan dengan pemahaman pengetahuan dan pengertian pada suatu materi yang meliputi 1) pengetahuan yaitu kemampuan mengingat kembali hal-hal yang pernah dipelajari mancakup fakta, prinsip, dan metode yang diketahui. 2) pemahaman yaitu kemampuan memahami makna atau arti dari suatu konsep sehingga dapat menguraikan isi pokok dari suatu makna.3) penerapan yaitu kemampuan menerapkan dan mengabstrasikan suatu konsep atau ide dalam situasi yang baru. 4) analisis yaitu kemampuan untuk merinci satu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga organisasinya dapat dipahami dengan baik. 5) sintesis yaitu kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal dan dapat mempertanggungjawabkan berdasarkan kriteria tertentu.

    Dari pendapat yang dikemukakan oleh para tokoh mengenai hasil belajar, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah tingkat perkembangan mental yang lebih baik dengan melakukan usaha secara maksimal yang dilakukan oleh seseorang setelah melakukan usaha-usaha belajar. Hasil belajar biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai. Penelitian ini yang diungkap adalah hasil belajar matematika kelas 5 SD Negeri 1 Ampel semester 2 tahun ajar 2012/2013.

    2.1.3.2 Faktor - faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

    Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif, hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang mempengaruhinya adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep, keterampilan, dan pembentukan sikap. Menurut Slameto (2008:54-72) faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua yaitu: faktor intern meliputi: faktor jasmaniah, psikologis, dan kelelahan, sedangkan faktor ekstern meliputi: faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.

    Menurut Slameto (2008:54-72) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua. Dua faktor tersebut akan dijelaskan dengan penjelasan sebagai berikut:

    a) Faktor-faktor intern

    Faktor intern adalah faktor yang berasal dari diri siswa. Faktor intern ini terbagi menjadi tiga faktor yaitu : faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.

    1. Faktor jasmaniah

    Pertama adalah faktor kesehatan. Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beseta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Proses belajar akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, mengantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan fungsi alat indera serta tubuhnya.

    Kedua adalah cacat tubuh. Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh. Cacat ini dapat berupa : buta, tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh dan lain-lain. Jika ini terjadi maka belajar akan terganggu, hendaknya apabila cacat ia disekolahkan di sekolah khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat mengurangi pengaruh kecatatan itu.

    2. Faktor psikologis

    Sekurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah: pertama inteligensi yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Kedua perhatian yaitu keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu objek atau sekumpulan objek. Ketiga minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. keempat bakat yaitu kemampuan untuk belajar. Kemampuan ini akan baru terealisasi menjadi kecakapan nyata sesudah belajar atau berlatih. Kelima motif harus diperhatikan agar dapat belajar dengan baik harus memiliki motif atau dorongan untuk berfikir dan memusatkan perhatian saat belajar. Keenam kematangan adalah suatu tingkat pertumbuhan seseorang. Ketujuh kesiapan adalah kesediaan untuk memberi renspon atau bereaksi. Dari faktor-faktor tersebut sangat jelas mempengaruhi belajar, dan apabila belajar terganggu maka hasil belajar tidak akan baik.

    b) Faktor kelelahan

    Kelelahan seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat praktis).

    Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh. Sehingga darah tidak lancar pada bagian-bagian tertentu.

    Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala sehingga sulit untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk bekerja. Kelelahan rohani dapat terjadi terus-menerus karena memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa istirahat, menghadapi suatu hal yang selalu sama atau tanpa ada variasi dalam mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatiannya.

    Menurut Slameto (2008:60) kelelahan baik jasmani maupun rohani dapat dihilangkan dengan cara sebagai berikut: tidur, istirahat, mengusahakan variasi dalam belajar, menggunakan obat-obat yang melancarkan peredaran darah, rekreasi atau ibadah teratur, olah raga, makan yang memenuhi sarat empat sehat lima sempurna, apabila kelelahan terus-menerus hubungi seorang ahli.

    c) Faktor-faktor ekstern

    Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar siswa. Faktor ini meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat yaitu dengan penjelasan sebagai berikut:

    1. Faktor keluarga

    Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. Sebagian waktu seorang siswa berada di rumah. Oleh karena itu, keluarga merupakan salah satu yang berperan pada hasil belajar. Oleh sebab itu orang tua harus mendorong, memberi semangat, membimbing, memberi teladan yang baik, menjalin hubungan yang baik, memberikan suasana yang mendukung belajar, dan dukungan material yang cukup.

    2. Faktor sekolah

    Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. Sekolah adalah lingkungan kedua yang berperan besar memberi pengaruh pada hasil belajar siswa. Sekolah harus menciptakan suasana yang kondusif bagi pembelajaran, hubungan dan komunikasi perorang di sekolah berjalan baik, kurikulum yang sesuai, kedisiplinan sekolah, gedung yang nyaman, metode pembelajaran aktif-interaktif, pemberian tugas rumah, dan sarana penunjang cukup memadai seperti perpustakaan sekolah dan sarana yang lainnya.

    3. Faktor masyarakat

    Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Pengaruh ini karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa ini meliputi: pertama kegiatan siswa dalam mayarakat yaitu misalnya siswa ikut dalam organisasi masyarakat, kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajar akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya. Kedua multi media misalnya: TV, radio, bioskop, surat kabar, buku-buku, komik dan lain-lain. Semua itu ada dan beredar di masyarakat. Ketiga teman bergaul, teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan memberi pengaruh yang baik terhadap diri siswa begitu sebaliknya. Contoh teman bergaul yang tidak baik misalnya suka begadang, pecandu rokok, keluyuran minum-minum, lebih-lebih pemabuk, penjinah, dan lain-lain. Keempat bentuk kehidupan masyarakat. Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh pada hasil belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri, dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik akan berpengaruh jelek kepada siswa yang tinggal di situ.

    Melalui penjelasan faktor intern dan ekstern yang mempengaruhi hasil belajar. Faktor intern meliputi: faktor jasmaniah, psikologis, dan kelelahan, dan faktor ekstern meliputi: faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.

    2.2 Kajian Penelitian yang Relevan

    Penelitian oleh Toni Agus Ardie (2012) “Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Menggunakan Model Pembelajaran Savi pada Siswa Kelas V SDN Salatiga 01 Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2011/2012” menyimpulkan bahwa Penerapan model pembelajaran SAVI dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar khususnya tentang pemahaman konsep sifat-sifat cahaya pada mata pelajaran IPA siswa kelas V SDN Salatiga 01 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga tahun pelajaran 2011 / 2012.

    Lia Widianingsih, 2012. Penerapan Pendekatan Somatis, Auditori, Visual, Intelektual (SAVI) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Pokok Bahasan Pesawat Sederhana Di Kelas V SDN 6 Cikidang Kecamatan Lembang Kabupaten Barat Semester 2 Tahun Ajaran 2011/2012 menyimpulkan bahwa dalam penerapan pendekatan somatis, auditori, visual, intelektual (SAVI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA.

    Silviana, Purwanti, 2011. Pengaruh Penerapan Pembelajaran Tematik Kelas II SD dengan Menggunakan Model Pembelajaran SAVI terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa SD Negeri Mangunsari 04 Salatiga Semester 2 Tahun 2010/2011 menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar pada pembelajaran tematik dengan tema hewan dan tumbuhan. Dengan menggunakan model pembelajaran SAVI pada kelas eksperimen hasil belajar yang dicapai lebih tinggi dibandingkan denan hasil belajar kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional.

    Menurut Jantoro Dwi. S, 292008198, 2012. Perbedaan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III Antara Yang Menggunakan Model Pembelajaran SAVI Dan Model Pembelajaran Konvensional menyimpulkan terdapat perbedaan hasil belajar IPA siswa kelas III pada pembelajaran dengan tema Energi. Dengan menggunakan model pembelajaran SAVI pada kelas eksperimen hasil belajar yang dicapai lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar kelas kontrol dengan model pembelajaran konvensional.

    Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar dengan menerapkan model pembelajaran SAVI. Oleh karena itu penelitian yang dilakukan di SD Negeri 1 Ampel untuk mengetahui perbedaan pengaruh penerapan model SAVI dengan metode ceramah terhadap hasil belajar matematika kelas 5 SD Negeri 1 Ampel semester 2 tahun Pelajaran 2012/2013.

    2.3 Kerangka Pikir

    Proses belajar itu sendiri menyangkut perubahan tingkah laku, seperti pengetahuan, sikap dan keterampilan. Matematika menjadi salah satu mata pelajaran pokok pada jenjang sekolah dasar. Belajar matematika tidak hanya menekankan pada apa yang dipelajari, tetapi juga menekankan bagaimana siswa belajar. Pembelajaran matematika di SD harus disesuaikan dengan pola perkembangan intelektual anak. Pelaksanaan pembelajaran matematika masih sering disajikan dalam bentuk yang abstrak. Belajar matematika akan menjadi hal yang menyenangkan bagi siswa apabila ada variasi dalam belajar. Belajar dengan melibatkan seluruh indera dalam tubuh akan menjadikan siswa menjadi semangat dalam belajar. Siswa tidak dibatasi dalam belajar dan bergerak. Pembelajaran dengan menggunakan model SAVI merupakan alternativ bagi guru untuk menciptakan suasana belajar yang sesuai dengan pola pikir anak SD. Pembelajaran matematika yang sesuai dengan karakter dan pola pikir siswa akan membuat materi pembelajaran akan dapat diterima dengan baik dan hasil belajar akan meningkat. Dengan menerapkan model SAVI akan diketahui signifikasi pengaruhnya terhadap hasil belajar matematika kelas 5 SD.

    2.4 Hipotesis penelitian

    Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian yaitu terdapat pengaruh yang signifikan penerapan model SAVI terhadap Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas 5 SD Negeri 1 Ampel Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Semester 2 Tahun pelajaran 2012/2013.

    6