bab ii landasan teori 2.1. kajian teori 2.1.1. hakikat...

15
6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi 2.1.1.1. Pengertian Belajar Hakekat belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan secara sadar dan terus menerus melalui bermacam-macam aktivitas dan pengalaman guna memperoleh pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku yang lebih baik. Perubahan tersebut bisa ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan dalam hal pemahaman, pengetahuan, perubahan sikap, tingkah laku dan daya penerimaan. Pada dasarnya, belajar ialah merupakan masalah dari setiap orang. Dengan belajar maka nilai, sikap, tingkah, laku, semua perbuatan manusia terbentuk, kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, keterampilan, disesuaikan dan dikembangkan. Dalam proses belajar merupakan suatu proses dari berubahnya bentuk tingkah laku tertentu yang secara relative pemanen, perubahan akan tingkah laku tersebut hendaknya bukan hanya sekedar disebabkan oleh proses pertumbuhan fisik saja dan maupun juga bukan karena disebabkan perubahan kondisi fisik yg sifatnya temporer. Atas dasar definisi yang di atas bisa diambil kesimpulan bahwa belajar harus selalu melibatkan 3 (tiga) hal pokok, yakni: Adanya sifat perubahan yang relatif permanen, perubahan tingkah laku, serta di dalam perubahan tersebut disebabkan oleh interaksi interaksi dengan lingkungan, bukan hanya dari proses kedewasaan maupun perubahan-perubahan kondisi fisik yang sifatnya temporer. Oleh sebab itu, banyak ahli yg telah mencoba memberikan definisi definisi mengenai belajar. Menurut Witherington (1952) :Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan,sikap,kebiasaan,pengetahuan dan kecakapan”. Sedangkan Ahli lainnya Slameto (2003:13) menyatakan “belajar merupakan suatu proses usaha

Upload: leanh

Post on 16-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8222/2/T1_292010333_BAB II.pdfHakikat Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi

6

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Hakikat Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi

2.1.1.1. Pengertian Belajar

Hakekat belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan secara sadar dan

terus menerus melalui bermacam-macam aktivitas dan pengalaman guna

memperoleh pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku

yang lebih baik. Perubahan tersebut bisa ditunjukkan dalam berbagai bentuk

seperti perubahan dalam hal pemahaman, pengetahuan, perubahan sikap, tingkah

laku dan daya penerimaan. Pada dasarnya, belajar ialah merupakan masalah dari

setiap orang. Dengan belajar maka nilai, sikap, tingkah, laku, semua perbuatan

manusia terbentuk, kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, keterampilan,

disesuaikan dan dikembangkan.

Dalam proses belajar merupakan suatu proses dari berubahnya bentuk

tingkah laku tertentu yang secara relative pemanen, perubahan akan tingkah laku

tersebut hendaknya bukan hanya sekedar disebabkan oleh proses pertumbuhan

fisik saja dan maupun juga bukan karena disebabkan perubahan kondisi fisik yg

sifatnya temporer. Atas dasar definisi yang di atas bisa diambil kesimpulan

bahwa belajar harus selalu melibatkan 3 (tiga) hal pokok, yakni: Adanya sifat

perubahan yang relatif permanen, perubahan tingkah laku, serta di dalam

perubahan tersebut disebabkan oleh interaksi– interaksi dengan lingkungan, bukan

hanya dari proses kedewasaan maupun perubahan-perubahan kondisi fisik yang

sifatnya temporer. Oleh sebab itu, banyak ahli yg telah mencoba memberikan

definisi – definisi mengenai belajar.

Menurut Witherington (1952) :“Belajar merupakan perubahan dalam

kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk

keterampilan,sikap,kebiasaan,pengetahuan dan kecakapan”. Sedangkan Ahli

lainnya Slameto (2003:13) menyatakan “belajar merupakan suatu proses usaha

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8222/2/T1_292010333_BAB II.pdfHakikat Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi

7

yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya.

Berangkat dari tiga pengertian tersebut, maka dapat dipahami bahwa

belajar membutuhkan hubungan dialogis yang sungguh-sungguh antara guru dan

peserta didik, dimana penekanannya adalah pada proses belajar oleh peserta

didik (student of learning), dan bukan pengajaran oleh guru (teacher of teaching)

(Suryosubroto,1997:34). Konsep seperti ini membawa konsekuensi kepada fokus

belajar yang lebih ditekankan pada keaktifan peserta didik sehingga proses yang

terjadi dapat menjelaskan sejauh mana tujuan-tujuan belajar yang telah ditetapkan

dapat dicapai oleh peserta didik.

2.1.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Menurut Muhibbin Syah (2010), Secara global, faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yaitu:

2.1.1.2.1. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu

dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi

faktor fisiologis dan faktor psikologis.

1) Faktor fisiologis

Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi

fisik individu.

2) Faktor psikologis

Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat

memengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama

mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi , minat, sikap

dan bakat.

a) kecerdasan /intelegensia siswa

Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses

belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi

iteligensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8222/2/T1_292010333_BAB II.pdfHakikat Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi

8

meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat

intelegensi individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan

belajar.

b) Motivasi

Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan

belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan

kegiatan belajar.

c) Minat

Menurut Reber (Syah, 2003) minat bukanlah istilah yang popular dalam

psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai factor internal

lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan

kebutuhan.

d) Sikap

Dalam proses belajar, sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan

proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif

berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dangan cara yang

relative tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebaginya, baik secara

positif maupun negative (Syah, 2003).

e) Bakat

Bakat adalah kemampuan seseorang menjadi salah satu komponen yang

diperlukan dalam proses belajar seseorang.

2.1.1.2.2. Faktor Eksternal

Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor

eksternal juga dapat mempengaruhi proses belajar siswa. Dalam hal ini, Syah

(2004) menjelaskan bahwa faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi balajar

dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan

faktor lingkungan nonsosial.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8222/2/T1_292010333_BAB II.pdfHakikat Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi

9

1. Lingkungan sosial

a. Lingkungan sosial sekolah

Seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi

proses belajar seorang siswa.

Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan, seorang guru atau

administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.

b. Lingkungan sosial masyarakat.

Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi

belajar siswa.

c. Lingkungan sosial keluarga.

Hubungan antara anggota keluarga, orang tua, anak, kakak, atau adik yang

harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.

2. Lingkungan non sosial.

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah,dan

letaknya, rumah tempat tinggal siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan

cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini turut

menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

2.1.2. Minat Belajar

Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri

sendiri dengan sesuatu di luar diri (Slameto, 1995: 180). Semakin kuat atau dekat

hubungan tersebut, maka semakin besar minat yang akan tumbuh.

Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang

menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, dapat

pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas siswa yang

memiliki minat terhadap subjek tersebut.Minat terhadap sesuatu dipelajari dan

mempengaruhi terhadap belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan

minat-minat baru. Jadi, minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan

menyokong belajar selanjutnya.

Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang

menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya,dapat

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8222/2/T1_292010333_BAB II.pdfHakikat Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi

10

pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang

memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian

yang lebih besar terhadap subyek tertentu.

Seseorang akan mengabaikan suatu kegiatan apabila ia kurang memiliki

pengetahuan mengenai kegiatan tersebut atau kegiatan tersebut kurang memiliki

nilai atau memiliki nilai yang rendah bagi seseorang. Minat berperan penting

dalam kegiatan seseorang dan berpengaruh besar pada tingkah laku dan sikap

seseorang. Menurut Hurlock (1989) ada empat cara minat mempengaruhi

perkembangan anak yaitu sebagai berikut :

1. Minat dapat mempengaruhi bentuk dan intensitas aspirasi.

2. Minat dapat sebagai pendorong

3. Minat berpengaruh pada prestasi

4. Minat yang berkembang pada masa anak–anak dapat menjadi minat

selamanya.

Perkembangan minat memiliki karakteristik – karakteristik sebagai berikut :

1. Minat berkembang sejalan dengan perkembangan fisik dan mental.

2. Minat sangat bergantung pada kesiapan belajar

3. Minat bergantung pada kesempatan untuk belajar dan kesempatan untuk

belajar bergantiung pada lingkungan serta minat dari anak maupun orang

dewasa disekitarnya.

4. Perkembangan minat mungkin saja terbatas tergantung dari kemampuan

fisik,mental serta pengalaman sosial anak.

5. Minat dipengaruhi oleh budaya karena anak belajar dan memperoleh

pengalaman melalui keluarga guru ,dan orang dewasa lain yang tidak dapat

dilepaskan dari pengaruh budaya.

6. Minat dipengaruhi oleh emosi dan suasana hati .Jika suasana hati gundah

,minat pada sesuatu juga berkurang demikianpula sebaliknya.

7. Minat bersifat egosentris,hal ini dapat dilihat pada masa kanak-kanak.

Dari bahasan diatas dapat disimpulkan minat anak pada sekolah bukan

hanya dari diri sendiri tetapi juga dari situasi disekitarnya, terutama guru. Hal ini

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8222/2/T1_292010333_BAB II.pdfHakikat Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi

11

dapat dimengerti karena ninat seseorang berkembang melalui proses belajar, dan

dalam belajar tidak dapat diabaikan faktor lingkungan sekitar.

2.1.1.2.1.Meningkatkan Minat Siswa

Beberapa ahli berpendidikan berpendapat bahwa cara yang paling efektif

untuk membangkitkan minat pada suatu subyek yang baru adalah dengan

menggunakan minat-minat siswa telah ada.

Disamping memanfaatkan minat yang telah ada, Tanner & Tanner (1975)

menyarankan agar para pengajar juga berusaha membentuk minat-minat baru pada

diri siswa. Ini dapat dicapai dengan jalan memberikan informasi pada siswa

mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yanglalu, menguraikan

kegunaannya bagi siswa di masa yang akan dating. Rooijakkers (1980)

berpendapat hal ini dapat pula dicapai dengan cara menghubungkan bahan

pengajaran dengan suatu berita sensasional yang sudah diketahui kebanyakan

siswa.

Bila usaha-usaha di atas tidak berhasil, pengajar dapat memakai intensif

dalam usaha mencapai tujuan pengajaran. Intensif merupakan alat yang dipakai

untuk membujuk seseorang agar melakukan sesuatu yang tidak mau

melakukannya atau yang tidak dilakukannya dengan baik. Diharapkan pemberian

intensif akan membangkitkan motivasi siswa,dan mungkin minat terhadap

bahan yang diajarkan akan muncul.

2.1.3. Hasil Belajar

Mudjiono (1999:250), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang

dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil

belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila

dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut

terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari

sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.

Menurut Hamalik (2006:30), hasil belajar adalah bila seseorang telah

belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari

tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Berdasarkan

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8222/2/T1_292010333_BAB II.pdfHakikat Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi

12

teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga

kategori ranah, dua diantaranya adalah kognitif, dan afektif. Perinciannya adalah

sebagai berikut:

a. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu

pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian

b. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang

kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan

karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk

dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini

dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh

perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Howard Kingsley membagi 3

macam hasil belajar:

a. Keterampilan dan kebiasaan

b. Pengetahuan dan pengertian

c. Sikap dan cita-cita

Pendapat dari Horward Kingsley ini menunjukkan hasil perubahan dari

semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena

sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah

dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau

bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam

membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi

sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang

lebih baik. Cara mengukur hasil belajar dari teori-teori di atas adalah dengan

menggunakan penilaian dalam Nana Sudjana (2010) ada penilaian yang bisa

digunakan dalam menilai tercapai tidaknya Kriteria Ketuntasan Minimal belajar

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8222/2/T1_292010333_BAB II.pdfHakikat Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi

13

siswa yaitu dengan adanya hasil belajar siswa, di bawah ini ada satu penilaian

yang akan digunakan peneliti yaitu:

Berdasarkan alat penilaian, penilaian hasil belajar dapat dibedakan

menjadi tes dan bukan tes (nontes).

1. Tes

Tes yang digunakan penulis adalah tes tulisan (menuntut jawaban secara

tulisan), tes tindakan (menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan). Soal tes

disusun dalam bentuk objektif, bentuk esai dan uraian.

2. Nontes

Dalam nontes alat penilaian yang digunakan penulis adalah observasi

langsung yaitu pengamatan yang dilakukan terhadap gejala atau proses yang

terjadi dalam situasi yang sebenarnya dan langsung diamati oleh pengamat.

2.1.4.Pembelajaran IPA

2.1.4.1. Pengertian IPA

IPA didefinikan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara

alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditandai dengan adanya fakta, tetapi juga

oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Metode ilmiah dan pengamatan

ilmiah menekankan pada hakikat IPA.Secara rinci hakikat IPA menurut Bridgman

(dalam Lestari, 2002: 7) adalah sebagai berikut:

1) Kualitas; pada dasarnya konsep-konsep IPA selalu dapat dinyatakan dalam

bentuk angka-angka.

2) Observasi dan Eksperimen; merupakan salah satu cara untuk dapat memahami

konsep-konsep IPA secara tepat dan dapat diuji kebenarannya.

3) Ramalan (prediksi); merupakan salah satu asumsi penting dalam IPA bahwa

misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan. Dengan asumsi

tersebut lewat pengukuran yang teliti maka berbagai peristiwa alam yang akan

terjadi dapat diprediksikan secara tepat.

4) Progresif dan komunikatif; artinya IPA itu selalu berkembang ke arah yang

lebih sempurna dan penemuan-penemuan yang ada merupakan kelanjutan dari

penemuan sebelumnya.

5) Proses; tahapan-tahapan yang dilalui dan itu dilakukan dengan menggunakan

metode ilmiah dalam rangkan menemukan suatu kebernaran.

6) Universalitas; kebenaran yang ditemukan senantiasa berlaku secara umum.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8222/2/T1_292010333_BAB II.pdfHakikat Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi

14

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA merupakan

bagian dari IPA, dimana konsep-konsepnya diperoleh melalui suatu proses dengan

menggunakan metode ilmiah dan diawali dengan sikap ilmiah kemudian

diperoleh hasil (produk).

2.1.4.2. Proses Belajar-Mengajar IPA

Proses dalam pengertian disini merupakan interaksi semua komponen atau

unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling

berhubungan (inter independent) dalam ikatan untuk mencapai tujuan (Usman,

2000: 5).

Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu

berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Hal ini sesuai

dengan yang diutarakan Burton bahwa seseorang setelah mengalami proses

belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya,

keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa,

dari tidak mengerti menjadi mengerti. (dalam Usman, 2000: 5).

Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggungjawab

moral yang cukup berat. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam

kegiatan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan

anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar.

Proses belajar mengajar merupakan suatu inti dari proses pendidikan

secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegangn peran utama. Proses belajar

mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru

dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi

edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik

antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses

belajar mengajar (Usman, 2000: 4).

Sedangkan menurut buku Pedoman Guru Pendidikan Agama Islam, proses

belajar mengajar dapat mengandung dua pengertian, yaitu rentetan kegiatan

perencanaan oleh guru, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi program tindak

lanjut (dalam Suryabrata, 1997: 18).

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8222/2/T1_292010333_BAB II.pdfHakikat Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi

15

Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses belajar

mengajar IPA meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan,

pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung

dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran IPA.

2.1.4.3. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Belajar merupakan proses aktif (Rodriguez, 2001). Anak belajar dengan

cara mengonstruksi hal yang dipelajarinya berdasarkan pengetahuan yang

diketahuinya, bukan menerima suatu hal dengan pasif. Pengertian ini berakar dari

perspektif kons- truktivisma. konstrukvisma sendiri banyak dijumpai di berbagai

bidang antara lain psikologi, filosofi, sosiologi, dan pendidikan, serta

menimbulkan implikasi yang berarti dalam pembelajaran IPA.

Hal ini menimbulkan pertanyaan bahwa bagaimana cara membuat siswa

belajar aktif? Dan pertanyaan ini sangat menentukan cara mengajar dan

pembelajaran IPA di SD, bahwa pembelajaran IPA tidak hanya penentuan dan

penguasaan materi, tetapi aspek apa dari IPA yang perlu diajarkan dan dengan

cara bagaimana, supaya siswa dapat memahami konsep yang dipelajari dengan

baik dan terampil untuk mengaplikasikan secara logis konsep tersebut pada situasi

lain yang relevan dengan pengalaman kesehariannya.

Minat siswa pada IPA juga penting untuk belajar IPA yang efektif,

terutama untuk mengembangkan rasa percaya diri dalam berpendapat, beralasan,

dan menentukan cara untuk mencari tahu jawabannya. Apabila demikian halnya,

selama enam tahun siswa akan mempunyai pengalaman belajar yang bermakna

sehingga pada tahap ini siswa mampu mengembangkan sikap dan nilai-nilai dari

pembelajaran IPA. Siswa yang berminat pada IPA akan merasakan bahwa belajar

IPA itu menyenangkan sehingga akan antusias mengenai bagaimana pelajaran

IPA berimbas pada pengalaman kesehariannya (Murphy and Beggs, 2003).

2.1.5. Model Pembelajaran Discovery Learning

Model pembelajaran berbasis penemuan atau discovery learning adalah

model mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak

memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum di ketahui nya tidak melalui

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8222/2/T1_292010333_BAB II.pdfHakikat Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi

16

pemberitahuan, namun di temukan sendiri.Dalam menemukan konsep, siswa

melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik

kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa atau prinsip.

Pada intinya, model pembelajaran discovery learning ini mengubah

kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang

teacher oriented dimana guru menjadi pusat informasi menjadi student oriented;

siswa menjadi subjek aktif belajar. Peran aktif anak dalam belajar ini diterapkan

melalui cara penemuan.Discovery merupakan proses mental di mana siswa

mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip.Proses mental yang di

maksud antara lain : mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan,

membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya.

Dengan teknik tersebut, siswa dibiarkan menemukan sendiri atau

mengalami proses mental sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan

intruksi.Sedangkan menurut Budiningsih (2005), model discovery learning adalah

memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya

sampai kepada suatu kesimpulan.

Prinsip belajar yang tampak jelas dari model pembelajaran ini adalah

materi atau bahan pembelajaran yang akan disampaikan tidak disampaikan dalam

bentuk final melainkan melalui proses yang aktif. Siswa secara aktif

merekonstruksi pengalamannya dengan internal modal atau struktur kognitif yang

telah dimiliki.

Menurut Bell (1978), beberapa tujuan spesifik dari pebelajaran dengan

penemuan, yakni sebagai berikut:

1) Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam

pembelajaran. Kenyataan menunjukkan bahwa partisipasi banyak siswa dalam

pembelajaran meningkat ketika penemuan digunakan.

2) Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola

dalam situasi kenkret maupun abstrak, juga siswa banyak meramalkan

(extrapolate) informasi tambahan yang diberikan.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8222/2/T1_292010333_BAB II.pdfHakikat Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi

17

3) Siswa juga belajar merumuskan strategi Tanya jawab yang tidak rancu dan

menggunakan Tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat

dalam menemukan.

4) Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja

bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan

menggunakan ide-ide orang lain.

5) Terdapat beberapa fakta yang menunjukkan bahwa keterampilan-

keterampilan,konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui

penemuan lebih bermakna.

6) Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dan beberapa

kasus,lebih mudah ditransfer untuk aktivitas baru dan diaplikasikan dalam

situasi belajar yang baru.

2.1.6. Hubungan Minat dan Hasil Belajar Terhadap Model Pembelajaran

Discovery Learning

Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang

menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, dapat

pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas siswa yang

memiliki minat terhadap subjek tersebut.Minat terhadap sesuatu dipelajari dan

mempengaruhi terhadap belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan

minat-minat baru. Jadi, minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan

menyokong belajar selanjutnya.Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan

ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat

tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan

tingkah laku yang lebih baik lagi.

Discovery merupakan proses mental di mana siswa mampu

mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip.Proses mental yang di maksud antara

lain : mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan,

menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya.Dengan teknik

tersebut, siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental

sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan intruksi.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8222/2/T1_292010333_BAB II.pdfHakikat Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi

18

Dari pengertian di atas hubungan minat dan hasil belajar terhadap model

pembelajaran Discovery Learning adalah minat siswa terhadap sesuatu yang

merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya. Siswa dapat

berusaha sendiri dalam memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah

laku antara lain: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan,

membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan

sebagainya.Dengan teknik tersebut, siswa dibiarkan menemukan sendiri atau

mengalami proses mental sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan

intruksi.

2.2. Kajian Penelitian Yang Relevan

Adapun hasil penelitian yang relevan yang mendekati judul penelitian ini adalah:

1. Penelitian Sibarani,Hartha L dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Discovery Pada Mata Pelajaran

Ipa Kelas V Sd Negeri 101880 Tanjung Morawa Tahun Ajaran

2012/2013.Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil

belajar siswa pada pokok bahasan sifat-sifat cahaya di kelas V SD Negeri

101880 Tanjung Morawa Jalan Batang Kuis No.1 Tanjung Morawa.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan

menggunakan model pembelajaran Discovery pada pokok bahasan sifat-sifat

cahaya dan untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran

Discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian yang dilakukan

adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) dan

dilaksanakan dengan dua siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu

perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah tes dan observasi. Analisis data menggunakan data

kuantitatif dan kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD

Negeri 101880 Tanjung Morawa Tahun Ajaran 2012/1013 dengan jumlah

siswa 40 orang yang terdiri dari 23 perempuan dan 17 laki-laki. Waktu

penelitian dilaksanakan mulai dari bulan April sampai dengan bulan Mei

2013. Sebelum dilakukan tindakan pada siklus I peneliti memberikan pre test

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8222/2/T1_292010333_BAB II.pdfHakikat Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi

19

kepada 40 orang siswa untuk mengetahui letak kesulitan siswa pada materi

pokok gaya sifat-sifat cahaya. Kemudian di akhir siklus I dan siklus II

diberikan post test I dan post test II. Hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata

pada tes awal dari 40 orang siswa sebesar 48.00 dimana terdapat 8 orang siswa

yang tuntas (20%) dan sebanyak 32 orang siswa (80%) yang belum tuntas.

Pada siklus I nilai rata-rata dari 40 orang siswa meningkat menjadi 67.12

dimana terdapat 21 orang siswa (52.5%) yang memperoleh nilai tuntas dan 19

orang siswa (47.5%)yang belum memperoleh nilai tuntas. Pada siklus II nilai

rata-rata dari 40 orang siswa meningkat menjadi 81.00 dimana terdapat 36

orang siswa (90%) yang memperoleh nilai tuntas dan 4 orang siswa (10%)

yang belum mendapat nilai tuntas. Pada hasil pengamatan observasi yang

dilakukan guru dengan menggunakan model Discovery pada siklus I masih

dalam kategori Cukup atau hasilnya 66.25% dan pengamatan observasi yang

dilakukan guru pada siklus II dengan menggunakan model Discovery sudah

dalam kategori tuntas atau berhasil dengan nilai 92.00%. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode Discovery dapat meningkatkan

hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi Sifat-Sifat Cahayakelas V

SDN 101880 Tanjung Morawa Tahun Ajaran 2012/2013,sehingga

pembelajaran dengan menggunakan metode Discovery dapat diterapkan

sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa

2.3. Kerangka Pikir

Upaya meningkatkan minat dan hasil belajar bagi siswa kelas 5 SD Negeri

Tlogo semester 2 tahun 2013/2014, dilakukan guru melalui model Discovery

diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Dari uraian tersebut dan mendasarkan beberapa kajian teori dan hasil

penelitian yang relevan maka penulis memiliki pendapat atau gagasan.

Berdasarkan kenyataaan pada pra penelitian, ditemukan bahwa guru masih

menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran IPA. Akibatnya adalah

minat dan hasil belajar IPA siswa menjadi rendah. Dengan kondisi ini,

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8222/2/T1_292010333_BAB II.pdfHakikat Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi

20

direncanakan untuk didesain tindakan dalam rangka mengubah situasi

pembelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran discovery.

Pembelajaran didesain dalam dua siklus, dimana pada siklus I akan

didesain perencanaan, kemudian melaksanakan perencanaan yang direncanakan,

mengamati keterlaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan model

discovery, dan refleksi. Pada siklus II, juga dilakukan hal yang sama, namun

perbedaan dengan siklus I adalah perencanaan yang didesain didasarkan pada

hasil observasi maupun refleksi pada siklus I dalam rangka memperbaiki

keseluruhan proses pembelajaran yang hendak dilaksanakan. Hasil akhir dari

penelitian ini adalah dengan menerapkan model pembelajaran discovery, minat

dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan.

2.4. Hipotesa Tindakan

Berdasarkan permasalahan di atas hipotesis yang diajukan adalah: ”

Dengan menggunakan model pembelajaran discovery dalam proses

pembelajaran dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas 5 pada

mata pelajaran IPA di SD Negeri Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang

semester II tahun pelajaran 2013/2014.