bab ii bahan rujukan 2.1 zakat 2.1.1 pengertian zakat menurut

26
BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Zakat 2.1.1 Pengertian Zakat Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 109, zakat merupakan harta yang wajib dikeluarkan oleh muzakki sesuai dengan ketentuan syariah untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya (mustahiq). Mustahiq adalah orang atau entitas yang berhak menerima zakat. Mustahiq terdiri dari : a. Fakir b. Miskin c. Riqab d. Muallaf e. Fisabilillah f. Orang yang terlilit utang (gharim) g. Orang yang dalam perjalanan (ibnu sabil) h. Pengurus zakat (amil) Untuk lebih jelasnya mengenai zakat, berikut akan dikemukakan beberapa pendapat mengenai pengertian zakat yang diambil dari beberapa sumber : Menurut Hasti Ernawati (2010) mendefinisikan zakat sebagai berikut : Zakat adalah kewajiban yang tegas berdasarkan perintah Allah SWT dan bukan sekedar tanggung jawab yang dibebankan kepada seseorang. Zakat ditunaikan oleh mereka yang mengharapkan balasan Allah SWT di akhirat, dan terkadang ditinggalkan oleh mereka yang kurang yakin terhadap akhirat. Sedangkan menurut A. Wahid.Sy (2009:13) mendefinisikan zakat sebagai berikut :

Upload: dangkhuong

Post on 12-Jan-2017

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Zakat 2.1.1 Pengertian Zakat Menurut

BAB II

BAHAN RUJUKAN

2.1 Zakat

2.1.1 Pengertian Zakat

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 109, zakat

merupakan harta yang wajib dikeluarkan oleh muzakki sesuai dengan ketentuan

syariah untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya (mustahiq). Mustahiq

adalah orang atau entitas yang berhak menerima zakat. Mustahiq terdiri dari :

a. Fakir

b. Miskin

c. Riqab

d. Muallaf

e. Fisabilillah

f. Orang yang terlilit utang (gharim)

g. Orang yang dalam perjalanan (ibnu sabil)

h. Pengurus zakat (amil)

Untuk lebih jelasnya mengenai zakat, berikut akan dikemukakan beberapa

pendapat mengenai pengertian zakat yang diambil dari beberapa sumber :

Menurut Hasti Ernawati (2010) mendefinisikan zakat sebagai berikut :

Zakat adalah kewajiban yang tegas berdasarkan perintah Allah SWT dan bukan sekedar tanggung jawab yang dibebankan kepada seseorang. Zakat ditunaikan oleh mereka yang mengharapkan balasan Allah SWT di akhirat, dan terkadang ditinggalkan oleh mereka yang kurang yakin terhadap akhirat.

Sedangkan menurut A. Wahid.Sy (2009:13) mendefinisikan zakat sebagai

berikut :

Page 2: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Zakat 2.1.1 Pengertian Zakat Menurut

Zakat adalah perbuatan menyisihkan sebagian harta yang dimiliki jika

telah cukup nisab dan memberikannya kepada orang yang berhak

menerimanya.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

zakat merupakan kewajiban bagi setiap umat muslim untuk menyisihkan harta

yang dimiliki jika telah cukup nisab dan memberikannya kepada orang yang

berhak menerimanya.

2.1.2 Karakteristik Zakat

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 109, zakat

merupakan kewajiban syariah yang harus diserahkan oleh muzakki kepada

mustahiq baik melalui amil maupun secara langsung. Ketentuan zakat mengatur

mengenai persyaratan nisab, haul (baik yang periodik maupun yang tidak

periodik, tarif zakat (qadar), dan peruntukannya.

Sedangkan menurut Muhammad (2005:160), zakat memiliki sifat khusus

yaitu :

1. Zakat merupakan salah satu rukun Islam.

2. Hasil zakat harus digunakan dan dibagikan kepada orang-orang tertentu

yang disebut dalam Al-Qur’an.

3. Tarif zakat sudah ditetapkan dari hadits dan tarif ini berbeda menurut atau

sesuai jenis kegiatan ekonomi.

4. Zakat hanya dikenakan pada pribadi muslim sebab hal ini merupakan

dasar agama dari Islam.

5. Utang tidak termasuk perhitungan zakat, zakat dikenakan atas aktiva

bersih.

6. Kekayaan yang dikenakan zakat harus melebihi batas jumlah tertentu

(nisab) yang diatur hadits. Batas ini merupakan jumlah harta yang

Page 3: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Zakat 2.1.1 Pengertian Zakat Menurut

diperlukan, dan pendapatan yang memberikan kebutuhan dasar dari

pemilik dan keluarganya.

7. Harta yang dikenakan zakatnya, dikenakan jika melebihi satu tahun.

2.1.3 Jenis-jenis Zakat

2.1.3.1 Zakat Maal

Menurut Wahbah Al-Zuhayly (2005:126) zakat maal diwajibkan

terhadap kelima jenis harta berikut ini, yaitu : nuqud (emas, perak, dan uang),

barang tambang dan barang temuan, harta perdagangan, tanaman dan buah-

buahan, dan binatang ternak (unta, sapi, dan kambing).

1. Zakat Nuqud

Para fuqaha sepakat bahwa nuqud wajib dikeluarkan zakatnya, baik

nuqud yang berupa potongan, yang dicetak, yang berbentuk bejana, maupun

perhiasan. Nisab zakat emas adalah 20 mitsqal atau satu dinar. Kira-kira

kadar seperti itu sama dengan 14 lira emas atau setara 96 gram. Sedangkan

nisab zakat untuk perak sekitar 200 dirham yang kira-kira sama dengan 700

gram. Dalam mazhab Syafi’i diperbolehkan penggabungan kedua jenis

nuqud (emas dan perak) untuk menggenapkan jumlah nisab.

Firman Allah SWT yang menegaskan harusnya dikeluarkan zakat akibat

dari kepemilikan emas dan perak :

Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada

Page 4: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Zakat 2.1.1 Pengertian Zakat Menurut

mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih (QS. At – Taubah : 34)

Kadar zakat yang wajib dikeluarkan dari emas dan perak ialah 2,5 %.

Dengan demikian jika seseorang memiliki 200 dirham dan telah mencapai

masa hawl, zakat yang wajib dikeluarkan darinya adalah 5 dirham.

2. Zakat barang tambang dan barang temuan

Menurut mazhab Hanbali berpendapat bahwa yang dimaksud dengan

barang tambang adalah semua jenis barang tambang yang dikeluarkan dari

dalam bumi dan diciptakan oleh Allah SWT , baik yang bebentuk padat

maupun cair dan tidak sama dengan rikaz. Nisab barang hasil penambangan

untuk emas dan perak sama seperti halnya zakat nuqud yaitu seperlima

bagian. Firman Allah SWT :

Ketahuilah, Sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, Maka Sesungguhnya seperlima untuk Allah, rasul, Kerabat rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apayang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-Anfal : 41)

Adapun barang tambang selain keduanya, nisabnya sebanyak harga

keduanya. Barang tambang tidak diisyaratkan harus mencapai hawl karena

harta tersebut didapatkan secara langsung. Dengan demikian, ia disamakan

dengan tanaman dan buah-buahan. Barang tambang yang diperoleh dari

laut tidak wajib dizakati, seperti permata, batu karang, ikan paus, ikan dan

yang lainnya.

Page 5: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Zakat 2.1.1 Pengertian Zakat Menurut

3. Zakat harta perdagangan

Zakat harta perdagangan merupakan zakat yang wajib dikeluarkan

atas keuntungan bersih yang dihasilkan dari hasil usaha. Firman Allah SWT:

Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (QS. AL Baqarah : 267)

Komoditas perdagangan adalah komoditas yang diperjualbelikan. Satu

hal penting yang membedakan antara komoditas perdagangan dengan aset-

aset lainnya adalah adanya niat dan tujuan dari si pemilik aset untuk

memperdagangkan aset tersebut. Sebagai contoh, binatang ternak dapat

dikategorikan sebagai komoditas perdagangan apabila pemiliknya berniat

untuk diperdagangkan. Namun selain itu, binatang ternak juga dapat

dianggap sebagai aset tetap apabila pemiliknya hanya berniat

memanfaatkannya sebagai alat pembajak, transportasi, dan lain sebagainya.

Mayoritas fuqaha sepakat bahwa nisabnya adalah sepadan dengan nisab aset

keuangan, yaitu setara 85 gram emas atau 200 dirham perak. Penetapan

nilai aset telah mencapai nisab ditentukan pada akhir masa haul. Komoditas

perdagangan termasuk dalam kategori kekayaan bergerak (movable asset)

yang harus dikeluarkan zakatnya 2,5%.

Page 6: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Zakat 2.1.1 Pengertian Zakat Menurut

4. Zakat tanaman dan buah-buahan

Dalam kajian fiqih klasik, hasil pertanian adalah semua hasil pertanian

yang ditanam menggunakan bibit biji-bijian yang hasilnya dapat dimakan

oleh manusia dan hewan serta lainnya. Sedangkan yang dimaksud dengan

hasil perkebunan adalah buah-buahan yang berasal dari pepohonan atau

umbi-umbian. Sistem pengairan pertanian dan perkebunan objek zakat

mendapat perhatian lebih dalam kajian zakat karena kedua hal tersebut

berkaitan dengan volume presentase wajib zakat.

Mayoritas fuqaha berpendapat bahwa zakat hasil pertanian dan

perkebunan tidak wajib dikeluarkan kecuali telah mencapai nisab tertentu

yaitu 5 Sha’. Sedangkan bagi hasil bumi yang tidak dapat ditimbang seperti

kapas, linen, dan sayur, maka nisabnya adalah senilai harga 5 Sha’ atau

yang setara dengan 200 dirham. Nisab tersebut dihitung setelah panen dan

keringnya buah. Syariat Islam memberi batasan volume zakat untuk hasil

pertanian dan perkebunan berkisar antara 5% - 10% menurut cara

pengairannya dengan maksud memberikan penyesuaian dan kemudahan

bagi umat.

5. Zakat hewan atau binatang ternak

Dalam fiqih Islam, binatang ternak diklasifikasikan ke dalam beberapa

kelompok :

a. Pemeliharaan hewan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan-

kebutuhan pokok atau alat produksi, semisal memelihara kerbau yang

dimanfaatkan untuk kepentingan membajak sawah atau kuda yang

dimanfaatkan sebagai alat transportasi (penarikan delman).

b. Hewan yang dipelihara untuk tujuan memproduksi suatu hasil

komoditas tertentu seperti binatang yang disewakan atau hewan

Page 7: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Zakat 2.1.1 Pengertian Zakat Menurut

pedaging atau hewan susu perahan. Binatang semacam ini termasuk

jenis binatang ma’lufat (binatan ternak yang dikandangkan).

c. Hewan yang digembalakan untuk tujuan peternakan

(pengembangbiakan). Jenis hewan ternakan seperti inilah yang

termasuk dalam ketegori aset wajib zakat binatang ternak (zakat

an’am). Para ahli fiqih Islam membagi binatang ternak dalam

beberapa kelompok dan menentukan nisab bagi setiap kelompok

tersebut seperti di bawah ini :

a) Pertama, Unta : nisabnya 5 ekor, dan tidak wajib zakat apabila

jumlahnya di bawah 5 ekor, yaitu sepadan dengan 200 dirham

perak pada zaman Rosulullah SAW.

b) Kedua, Kambing dan sejenisnya : nisabnya 40 ekor, tidak wajib

zakat jika jumlahnya di bawah 40 ekor kambing.

c) Ketiga, Sapi dan sejenisnya : nisabnya 30 ekor, tidak wajib

zakat bila jumlahnya di bawah 30 ekor sapi.

d) Keempat, Binatang-binatang ternak lainnya yang dianalogikan

dari ketiga kelompok di atas. Sebagai contoh, nisab kerbau

dapat dianalogikan dengan nisab sapi, dan lain sebagainya.

2.1.3.2 Zakat Nafs

Selain zakat maal, dalam agama Islam terdapat jenis zakat pribadi yang

berupa zakat fitrah, yaitu zakat yang sebab diwajibkannya adalah futur (berbuka

puasa) pada bulan Ramadhan. Menurut Elsi Kartika Sari (2007:21)

“Zakat fitrah adalah zakat yang berfungsi mengembalikan manusia muslim kepada fitrahnya, dengan menyucikan jiwa mereka dari kotoran-kotoran (dosa-dosa) yang disebabkan oleh pengaruh pergaulan dan sebagainya sehingga manusia itu menyimpang dari fitrahnya.” Menurut Sulaiman Rasjid (2011:208) waktu wajib untuk membayar zakat fitrah

terbagi menjadi lima jenis, yaitu :

Page 8: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Zakat 2.1.1 Pengertian Zakat Menurut

1. Waktu yang diperbolehkan, yaitu dari awal Ramadhan sampai hari

penghabisan Ramadhan.

2. Waktu wajib, yaitu mulai terbenam matahari penghabisan Ramadhan.

3. Waktu yang lebih baik (sunat), yaitu dibayar sesudah sholat Subuh

sebelum dimulai nya shalat hari raya.

4. Waktu makrub, yaitu membayar fitrah sesudah shalat hari raya, tetapi

sebelum terbenam matahari pada hari raya.

5. Waktu haram lebih telat lagi,yaitu dibayar sesudah terbenam matahari

pada hari raya.

2.1.4 Pihak-pihak yang Terkait dengan Zakat

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 109

terdapat dua pihak utama terkait zakat, yaitu :

1. Muzakki

Dalam UU No 23 Tahun 2011 pasal 1 angka 5, muzakki adalah seorang

muslim atau badan usaha yang berkewajiban menunaikan zaka. Adapun

kewajiban muzakki adalah :

a. Mencatat harta kekayaan yang dimilikinya

b. Menghitung zakat dengan benar

c. Membayarkan zakat kepada amil zakat

d. Meniatkan membayar zakat karena Allah SWT

e. Melafalkan akad pada saat membayar zakat

f. Menunaikan infaq dan shadaqah jika harta masih berlebih

2. Mustahiq

Mustahiq adalah mereka yang berhak untuk menerima pembayaran zakat.

Pada dasarnya mustahiq dapat dikelompokkan menjadi delapan golongan

berdasarkan QS. At-Taubah ayat 60 :

Page 9: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Zakat 2.1.1 Pengertian Zakat Menurut

Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

a. Kelompok Fakir

Menurut Sri Nurhayati dan Wasilah (2014:276) fakir adalah mereka

yang tidak mempunyai harta atau penghasilan yang layak dalam memenuhi

keperluannya : sandang, pangan, tempat tinggal, dan segala kebutuhan pokok

lainnya, baik untuk diri sendiri maupun bagi mereka yang menjadi

tanggungannya.

b. Kelompok Miskin

Miskin adalah mereka yang mempunyai harta atau penghasilan layak

dalam memenuhi keperluannya dan orang yang menjadi tanggungannya, tapi tidak

sepenuhnya tercukupi. (Sri Nurhayati dan Wasilah, 2014:276)

Adapun indikator ketidakmampuan dalam mencari nafkah/hasil usaha

menurut Arif Mufraini (2008:178), yaitu :

a) Tidak mempunyai usaha sama sekali

b) Mempunyai usaha tapi tidak mencukupi untuk diri dan keluarganya,

yaitu penghasilannya tidak memenuhi separuh atau kurang dari

kebutuhan.

c) Sanggup bekerja dan mencari nafkah, dan dapat mencukupi dirinya

sendiri seperti tukang, pedagang, dan petani. Akan tetapi, mereka

Page 10: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Zakat 2.1.1 Pengertian Zakat Menurut

kekurangan alat pertukangan atau modal untuk berdagang, atau

kekurangan tanah, alat perdagangan, dan pengairan.

d) Tidak mampu mencari nafkah sebagai akibat dari adanya

kekurangan non materi (cacat fisik misalnya), seperti orang lumpuh,

tuna netra, janda, anak-anak, dan sebagainya. Kepada mereka boleh

diberikan zakat-zakat secukupnya.

c. Amil zakat atau pengumpul zakat

Yang dimaksud dengan amil zakat adalah mereka yang diangkat oleh

pihak yang berwenang yang diberikan tugas untuk melaksanakan berbagai

kegiatan yang berkaitan dengan urusan zakat. Termasuk dalam hal ini adalah

mengumpulkan dana zakat. Tugas utama para amil dalam menyalurkan zakat

adalah :

a) Menarik zakat dari para muzakki

b) Mendo’akan ketika muzakki menyerahkan zakatnya

c) Mencatat zakat dengan benar (yang diserahkan oleh muzakki)

d) Mengatur pembagian zakat dengan benar dan adil

e) Menyalurkan zakat kepada yang berhak menerimanya

d. Kelompok Muallaf

Muallaf adalah mereka yang baru masuk Islam, namun ada beberapa

pengertian mualaf yang perlu diketahui berdasarkan ilmu fiqih klasik, yaitu :

a) Muallaf muslim yang sudah masuk Islam, akan tetapi niat dan

imannya lemah. Kondisi ini akan semakin parah bila ia juga lemah

secara ekonomi yang dikhawatirkan akan semakin memperlemah

imannya.

b) Muallaf Islam, dimana niat dan imannya dalam Islam sudah cukup

kuat, dan juga orang terkemuka di kalangan kaumnya. Kaum yang

terkemuka ini biasanya diharapkan akan dapat mempengaruhi

pengikutnya atau kaumnya yang lain.

Page 11: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Zakat 2.1.1 Pengertian Zakat Menurut

c) Muallaf yang memiliki kemampuan dalam rangka menangkal tindak

kejahatan yang dilaksanakan oleh kaum kafir.

d) Muallaf yang memiliki kemampuan dalam mengatisipasi tindak

kejahatan yang datang dari pembangkang wajib zakat.

e. Kelompok Riqab

Kelompok riqab atau kelompok yang memerdekakan budak merupakan

orang-orang yang kehidupannya dikuasai secara penuh oleh majikannya.

Kelompok ini berhak mendapatkan dana zakat dengan tujuan agar mereka dapat

melepaskan diri dari perbudakan yang mereka alami. Dalam rangka membebaskan

budak, ada beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu :

a) Membantu budak mukattab, yaitu budak yang telah bersepakat

dengan tuannya bila ia dapat menghasilkan harta tertentu, maka ia

akan bebas.

b) Membeli budak untuk kemudian dirinya dimerdekakan

c) Melakukan kegiatan pendampingan agar mereka yang menjadi

budak yang dapat dibebaskan. (Elsi Kartika Sari, 2007)

f. Kelompok Gharimin

Kelompok gharimin atau kelompok yang berhutang adalah mereka yang

karena kegiatannya terhadap umat akhirnya menyebabkan dirinya tersangkut

utang piutang. Beberapa kegiatan tersebut antara lain adalah mereka yang

mendamaikan perselisihan antara umat Islam, melayani berbagai kegiatan umat,

dan juga kegiatan lain demi kepentingan umat Islam. Selain itu, juga terdapat

persyaratan agar seseorang dapat dikatakan sebagai gharimin, yaitu :

a) Orang yang memiliki kebutuhan untuk mendapatkan harta yang

dapat melunasi utang-utangnya.

b) Berutang untuk kepentingan ibadah kepada Allah atau mengerjakan

berbagai urusan yang dapat dibenarkan oleh hukum Islam.

Page 12: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Zakat 2.1.1 Pengertian Zakat Menurut

c) Ia merupakan orang yang berutang dan sudah jatuh tempo karena

bangkrut

g. Fisabilillah

Menurut Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy (2005:188) sabil

ialah jalan. Sabilullah ialah jalan baik berupa kepercayaan maupun amal yang

menyampaikan kita kepada keridhoan Allah. Sedangkan yang dimaksud dengan

fisabilillah adalah mereka yang berjuang terhadap umat agar mereka semua

mendapatkan ridho Allah SWT. Termasuk di sini adalah pengembangan agama

dan juga pembangunan negara.

h. Kelompok Ibnu Sabil

Kelompok ibnu sabil yaitu orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan

dimana perjalannanya ini adalah untuk keperluan baik. Termasuk dalam kelompk

ini adalah para musafir, mereka yang meminta suaka selaku pengungsi, kaum tuna

wisma, serta anak-anak yang dibuang oleh orang tuanya.

2.2 Pengelolaan Zakat

2.2.1 Pengertian pengelolaan zakat

Dalam UU No. 38 Tahun 1999 (pasal 1 angka 1) yang dimaksud dengan

pengeloaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan

dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan

zakat. Namun, pernyataan tersebut mengalami perubahan semenjak

diberlakukannya UU No. 23 Tahun 2011 sebagai pengganti UU No. 38 Tahun

1999. Dalam UU No. 23 Tahun 2011 (pasal 1 angka 1) yang dimaksud dengan

pengeloaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengoordinasian

dalam pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat. Jadi, dalam

pengelolaan zakat dapat dipikirkan cara-cara pelaksanaannya dengan ilmu

Page 13: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Zakat 2.1.1 Pengertian Zakat Menurut

pengetahuan yang sesuai dengan tujuan zakat ialah meningkatkan taraf hidup

anggota masyarakat yang lemah ekonomi dan mempercepat kemajuan agama

Islam menuju tercapainya masyarakat yang adil, maju dan makmur diridhoi oleh

Allah SWT.

2.2.2 Asas Pengelolaan

Menurut UU No. 23 Tahun 2011 pasal 2 pengelolaan zakat berasaskan :

a. Syariat Islam

b. Amanah

c. Kemanfaatan

d. Keadilan

e. Kepastian hukum

f. Terintegrasi

g. Akuntabilitas

2.2.3 Tujuan Pengelolaan

Dalam UU No. 23 Tahun 2011 pasal 3 tujuan pengelolaan zakat adalah:

a. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan dalam pengeloalaan zakat.

b. Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat

dan penanggulangan kemiskinan.

2.3 Organisasi Pengelola Zakat

Berdasarkan pasal 1 angka angka 7, 8, 9, UU No. 23 Tahun 2011,

organisasi pengelolaan zakat dapat dilakukan oleh Badan Amil Zakat Nasional

(BAZNAS), Lembaga Amil Zakat (LAZ), dan Unit Pengelola Zakat (UPZ).

BAZNAS, LAZ, dan UPZ mempunyai tugas pokok mengumpulkan,

mendistribusikan dan mendayagunaan zakat sesuai dengan ketentuan agama.

Page 14: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Zakat 2.1.1 Pengertian Zakat Menurut

2.3.1 Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)

BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas

pengelolaan zakat secara nasional. Badan Amil Zakat Nasional meliputi

BAZNAS Propinsi dan BAZNAS Kabupaten/Kota. Badan Amil Zakat Nasional

terdiri atas ulama, kaum cendekia, tokoh masyarakat, tenaga professional dan

wakil pemerintah. Mereka harus memenuhi persyaratan-persyaratan antara lain :

memiliki sifat amanah, adil, berdedikasi, professional dan berintergritas tinggi.

Masa tugas pelaksanaannya selama tiga tahun.

Menurut Arif Mufraini (2008:138) cakupan wilayah kerja BAZ biasanya

sangat terbatas, artinya anggaran amil akan sangat terkuras bila harus menjaring

daerah-daerah pelosok yang biasanya justru menuntut perhatian. Sedangkan

justifikasi fiqih menetapkan hak amil hanya 1/8 atau 12.5% saja dari dana yang

terkumpul. Alokasi dana ini akan cukup minim untuk biaya operasional yang

dikembangkan oleh BAZ, padahal besaran 1/8 ini sangat bergantung kepada

besaran hasil pengumpulan dana zakat itu sendiri. Tanggung jawab, wewenang

dan tata kerja BAZ meliputi :

a. Ketua badan pelaksana BAZ bertindak dan bertanggung jawab untuk dan

atas nama Badan Amil Zakat baik ke dalam maupun keluar.

b. Dalam melaksanakan tugasnya masing-masing BAZ menerapkan prinsip

koordinasi, integrasi dan sinkronisasi di lingkungan masing-masing, serta

melakukan konsultasi dan memberikan informasi antar BAZ di semua

tingkatan.

c. Setiap pimpinan satuan organisasi di lingkungan BAZ bertanggung jawab

mengkoordinasikan bawahannya masing-masing dan memberikan

bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahan.

d. Setiap pimpinan satuan organisasi di lingkungan BAZ wajib mengikuti dan

mematuhi ketentuan serta bertanggung jawab kepada atasan masing-masing

dan menyampaikan berkala tepat pada waktunya.

Page 15: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Zakat 2.1.1 Pengertian Zakat Menurut

e. Setiap kepala divisi/bidang/seksi/urusan BAZ menyampaikan laporan

dengan kepala BAZ melalui sekretaris, dan sekretaris menampung laporan-

laporan tersebut serta menyusun laporan-laporan berkala BAZ.

f. Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan BAZ wajib diolah dan

digunakan sebagai bahan untuk penyusunan laporan lebih lanjut dan untuk

memberikan arahan kepada bawahannya.

g. Dalam melaksanakan tugasnya setiap pimpinan satuan organisasi BAZ

dibantu oleh kepala satuan organisasi di bawahnya dan dalam rangka

pemberian bimbingan kepada bawahan masing-masing wajib mengadakan

rapat bekala.

h. Dalam melaksanakan tugasnya BAZ memberikan laporan tahunan kepada

pemerintah sesuai dengan tingkatannya.

Selain tanggung jawab dan wewenangnya, BAZ juga memiliki tugas

sebagai berikut:

a. Menyelenggarakan tugas administratif dan teknis pengumpulan,

pendistribusian dan pendayagunaan zakat.

b. Mengumpulkan dan mengolah data yang diperlukan untuk penyusunan

rencana pengelolaan zakat.

c. Menyelenggarakan bimbingan di bidang pengelolaan, pengumpulan,

pendistribusian dan pendayagunaan zakat.

d. Melaksanakan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat,

menyusun rencana dan program pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian,

pendayagunaan dan pengembangan pengelolaan zakat. (tingkat

Kabupaten/Kota dan Kecamatan)

e. Menyelenggarakan tugas penelitian dan pengembangan, komunikasi

informasi, dan edukasi pengelolaan zakat. (tingkat Nasional dan propinsi)

Sebagaimana yang dicantumkan dalam UU Nomor 23 Tahun 2011 tentang

Pengelolaan Zakat disebutkan badan amil zakat mempunyai susunan hierarki

mulai dari BAZ Nasional yang berkedudukan di ibu kota negara, BAZNAS

provinsi berkedudukan di ibu kota provinsi, BAZNAS daerah berkedudukan di

Page 16: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Zakat 2.1.1 Pengertian Zakat Menurut

ibu kota kabupaten, serta unit pengelola zakat(UPZ) yang dibentuk oleh

BAZNAS. Maka hierarki organisasinya secara sederhana dapat diilustrasikan

sebagai berikut :

Gambar 2.1 Struktur Organisasi BAZ menurut UU no 38 Tahun 1999

Sumber : Arif Mufraini (2008:141)

2.3.2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)

Dalam UU No 23 Tahun 2011 pasal 1 angka 8 lembaga Amil Zakat

selanjutnya disingkat menjadi LAZ adalah lembaga yang dibentuk masyarakat

yang memiliki tugas membantu pengumpulan,pendistribusian dan pendayagunaan

zakat. LAZ wajib melaporkan pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan

pendayagunaan zakat yang telah diaudit kepada BAZNAS secara berkala.

Surat At - Taubah ayat 103 lebih lanjut dapat dijadikan acuan di dalam

membentuk suatu lembaga pengelolaan zakat :

BAZ Nasional

BAZ Kecamatan

BAZ Provinsi

BAZ Kecamatan

BAZ Daerah Kabupaten

MASJID MASJID MASJID MASJID

Page 17: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Zakat 2.1.1 Pengertian Zakat Menurut

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mend’oalah untuk mereka.Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”

Lembaga atau jamaah pengelola zakat tersebut tampaknya menuntut

kepempinan yang berwibawa, yakni yang mampu menggerakan kaum musilimin

bahwa zakat berfungsi membersihkan diri dari kekikiran dan cinta harta yang

berlebihan. Selain itu, mensucikan (menyuburkan sifat kebaikan) bahkan lebih

serius lagi haruslah sampai kepada tingkatan yang menentramkan jiwa. Dengan

begitu maka dalam tubuh pengelola zakat hendaknya terdapat kesatuan antara

amil yang terampil bekerja dan amil yang kharismatik, bertaqwa dan ikhlas

mendo’akan.

2.3.3 Unit Pengelola Zakat (UPZ)

UU No. 23 Tahun 2011 pasal 1 angka 9 mendefinisikan Unit Pengelola

Zakat (UPZ) adalah satuan organisasi yang dibentuk oleh BAZNAS untuk

membantu mengumpulkan zakat.

2.4 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 109 tentang Akuntansi

Zakat dan Infaq/Shadaqah

2.4.1 Pengakuan dan Pengukuran

1. Pengakuan awal

Penerimaan zakat diakui pada saat kas atau aset lainnya diterima. Zakat

yang diterima dari muzakki diakui sebagai penambah dana zakat :

a. Jika dalam bentuk kas maka sebesar jumlah yang diterima.

b. Jika dalam bentuk nonkas maka sebesar nilai wajar aset nonkas tersebut.

Page 18: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Zakat 2.1.1 Pengertian Zakat Menurut

Jurnal untuk mencatat transaksi di atas :

Jika dalam bentuk kas :

(D) Kas xxx

(K) Dana Zakat xxx

Jika dalam bentuk non kas :

(D) Aset non kas (sebesar nilai wajar) xxx

(K) Dana Zakat xxx

Penentuan nilai wajar aset nonkas yang diterima menggunakan harga

pasar. Jika harga pasar tidak tersedia, maka dapat menggunakan metode

penentuan nilai wajar lainnya sesuai yang diatur dalam PSAK yang relevan. Zakat

yang diterima diakui sebagai dana amil untuk bagian amil dan dana zakat untuk

bagian non amil. Penentuan jumlah atau presentase bagian untuk masing-masing

mustahiq ditentukan oleh amil sesuai dengan prinsip syariah dan kebijakan amil.

Jika muzakki menentukan mustahiq yang harus menerima penyaluran zakat

melalui amil maka aset zakat yang diterima seluruhnya diakui sebagai dana zakat.

Jika atas jasa tersebut amil mendapatkan ujrah/fee maka diakui sebagai penambah

dana amil.

2. Pengukuran setelah pengakuan awal

Jika terjadi penurunan nilai aset zakat nonkas, jumlah kerugian yang

ditanggung harus diperlakukan sebagai pengurang dana zakat atau pengurang

dana amil tergantung dari sebab terjadinya kerugian tersebut.

3. Penurunan nilai aset zakat

Penurunan nilai aset zakat diakui sebagai :

a. Pengurang dana zakat jika terjadi tidak disebabkan oleh kelalaian amil.

b. Kerugian dan pengurang dana amil jika disebabkan oleh kelalaian amil.

Page 19: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Zakat 2.1.1 Pengertian Zakat Menurut

4. Penyaluran zakat

Zakat yang disalurkan kepada mustahiq diakui sebagai pengurang dana zakat

sebesar :

a. Jumlah yang diserahkan jika dalam bentuk kas

b. Jumlah tercatat jika dalam bentuk aset nonkas

Jurnal untuk transaksi di atas :

Jika dalam bentuk kas

(D) Dana Zakat xxx

(K) Kas xxx

Jika dalam bentuk non kas

(D) Dana Zakat xxx

(K) Aset Non Kas (sebesar nilai wajar) xxx

2.4.2 Penyajian

Amil menyajikan dana zakat, dana infaq/shadaqah, dana amil, dan dana

non halal secara terpisah dalam neraca (laporan posisi keuangan).

2.4.3 Pengungkapan

Amil harus mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan transaksi zakat,

tetapi tidak terbatas pada :

a. Kebijakan penyaluran zakat, seperti penentuan skala prioritas penyaluran

dan penerima.

b. Kebijakan pembagian antara dana amil dan dana non amil atas penerimaan

zakat seperti presentase pembagian, alasan, dan konsistensi kebijakan.

c. Metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk penerimaan zakat

berupa aset nonkas.

d. Rincian jumlah penyaluran dana zakat yang mencakup jumlah beban

pengelolaan dan jumlah dana yang diterima langsung oleh mustahiq.

Page 20: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Zakat 2.1.1 Pengertian Zakat Menurut

e. Hubungan istimewa antara amil dan mustahiq meliputi :

a) Sifat hubungan istimewa.

b) Jumlah dan jenis zakat yang disalurkan.

c) Presentase dari aset yang disalurkan tersebut dari total

penyaluran selama periode.

2.4.4 Laporan Keuangan Amil

1. Komponen Laporan Keuangan

Komponen laporan keuangan yang lengkap dari amil terdiri dari :

a. Neraca (laporan posisi keuangan)

b. Laporan perubahan dana

c. Laporan perubahan aset kelolaan

d. Laporan arus kas

e. Catatan atas laporan keuangan

2. Neraca

Entitas amil menyajikan pos-pos dalam neraca (laporan posisi keuangan)

dengan memperhatikan ketentuan dalam PSAK terkait, yang mencakup, tapi tidak

terbatas pada :

1) Aset

a. Kas dan setara kas

b. Instrumen keuangan

c. Piutang

d. Aset tetap dan akumulasi penyusutan

2) Kewajiban

a. Biaya yang masih harus dibayar

b. Kewajiban imbalan kerja

3) Saldo dana

a. Dana zakat

Page 21: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Zakat 2.1.1 Pengertian Zakat Menurut

b. Dana infaq/shadaqah

c. Dana amil

d. Dana non halal

Contoh laporan posisi keuangan (neraca) amil

Neraca (Laporan Posisi Keuangan)

BAZ “XXX”

Per 31 Desember 2XX2

Keterangan Keterangan

ASET

Aset Lancar

Kas dan setara kas

Instrumen keuangan

Piutang

Aset tidak lancar

Aset tetap

Akumulasi penyusutan

xxx

xxx

xxx

xxx xxx

KEWAJIBAN

Kewajiban jangka

pendek

Biaya yang masih harus

dibayar

Kewajiban jangka

panjang

Imbalan kerja jangka

panjang

Jumlah kewajiban

Saldo Dana

Dana zakat

Dana Infaq/shadaqah

Dana amil

Dana non halal

Jumlah dana

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

Jumlah Aset xxx Jumlah kewajiban dan

saldo dana

xxx

Page 22: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Zakat 2.1.1 Pengertian Zakat Menurut

Sumber : PSAK No. 109 (Akuntansi Zakat dan Infaq/Shadaqah)

3. Laporan Perubahan Dana

Amil menyajikan laporan perubahan dana zakat, dana infaq/shadaqah,

dana amil, dan dana non halal. Penyajian laporan perubahan dana mencakup,

tetapi tidak terbatas pada pos-pos berikut :

1) Dana zakat

a. Penerimaan dana zakat

Bagian dana zakat

Bagian amil

b. Penyaluran dana zakat

Entitas amil lain

Mustahiq lainnya

c. Saldo awal dana zakat

d. Saldo akhir dana zakat

2) Dana infaq/shadaqah

a. Penerimaan dana infaq/shadaqah

Infaq/shadaqah terikat (muqayyadah)

Infaq/shadaqah tidak terikat (mutlaqah)

b. Penyaluran dana infaq/shadaqah

Infaq/shadaqah terikat (muqayyadah)

Infaq/shadaqah tidak terikat (mutlaqah)

c. Saldo awal dana infaq/shadaqah

d. Saldo akhir dana infaq/shadaqah

3) Dana amil

a. Penerimaan dana amil

Bagian amil dari dana zakat

Page 23: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Zakat 2.1.1 Pengertian Zakat Menurut

Bagian amil dari dana infaq/shadaqah

Penerimaan lainnya

b. Penyaluran dana infaq/shadaqah

Beban umum dan administrasi

c. Saldo awal dana amil

d. Saldo akhir dana amil

4) Dana nonhalal

a. Penerimaan dana nonhalal

Bunga bank

Jasa giro

Penerimaan nonhalal lainnya

b. Penyaluran dana nonhalal

c. Saldo awal dana nonhalal

d. Saldo akhir dana nonhalal

Contoh Laporan Perubahan Dana

Laporan Perubahan Dana

BAZ “XXX”

Untuk periode yang berakhir 31 Desember 2XX2

Keterangan

DANA ZAKAT

Penerimaan

Penerimaan dari muzakki

Muzakki entitas

Muzakki individual

Hasil penempatan

Jumlah penerimaan dana zakat

Bagian amil atas penerimaan dana zakat

Jumlah penerimaan dana zakat setelah bagian amil

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

Page 24: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Zakat 2.1.1 Pengertian Zakat Menurut

Penyaluran

Fakir-miskin

Riqab

Gharim

Muallaf

Sabilillah

Ibnu sabil

Jumlah penyaluran dana zakat

Surplus (defisit)

Saldo awal

Saldo akhir

(xxx)

(xxx)

(xxx)

(xxx)

(xxx)

(xxx)

(xxx)

xxx

xxx

xxx

DANA INFAQ/SHADAQAH

Penerimaan

Infaq/shadaqah terikat atau muqayyadah

Infaq/shadaqah tidak terikat atau mutlaqah

Bagian amil atas penerimaan dana infaq/shadaqah

Hasil pengelolaan

Jumlah penerimaan dana infaq/shadaqah

Penyaluran

Infaq/shadaqah terikat atau muqayyadah

Infaq/shadaqah tidak terikat atau mutlaqah

Alokasi pemanfaatan aset kelolaan

(misalnya beban penyusutan dan penyisihan)

Jumlah penyaluran dana infaq/shadaqah

Surplus (defisit)

Saldo awal

Saldo akhir

xxx

xxx

(xxx)

xxx

xxx

(xxx)

(xxx)

(xxx)

(xxx)

xxx

xxx

xxx

DANA AMIL

Penerimaan

Bagian amil dari dana zakat

xxx

Page 25: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Zakat 2.1.1 Pengertian Zakat Menurut

Bagian amil dari dana infaq/shadaqah

Penerimaan lainnya

Jumlah penerimaan dana amil

Penggunaan

Beban pegawai

Beban penyusutan

Beban umum dan administrasi lainnya

Jumlah penggunaan dana amil

Surplus (defisit)

Saldo awal

Saldo akhir

xxx

xxx

xxx

(xxx)

(xxx)

(xxx)

(xxx)

xxx

xxx

xxx

DANA NONHALAL

Penerimaan

Bunga bank

Jasa giro

Penerimaan nonhalal lainnya

Jumlah penerimaan dana nonhalal

Penggunaan

Jumlah penggunaan dana nonhalal

Surplus (defisit)

Saldo awal

Saldo akhir

xxx

xxx

xxx

xxx

(xxx)

xxx

xxx

xxx

Jumlah saldo dana zakat, dana infaq/shadaqah, dana amil, dan

dana zakat xxx

Sumber : PSAK No. 109 (Akuntansi Zakat dan Infaq/Shadaqah)

4. Laporan Perubahan Aset Kelolaan

Entitas amil menyajikan laporan perubahan aset kelolaan yang mencakup

tetapi tidak terbatas pada :

Page 26: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Zakat 2.1.1 Pengertian Zakat Menurut

1) Aset kelolaan yang termasuk aset lancar

2) Aset kelolaan yang termasuk tidak lancar dan akumulasi penyusutan

3) Penambahan dan pengurangan

4) Saldo awal

5) Saldo akhir

Contoh Laporan Perubahan Aset Kelolaan

Laporan Perubahan Aset Kelolaan

BAZ “XXX”

Untuk periode yang berakhir 31 Desember 2XX2

Saldo awal

Penambahan

Pengurang

an

Penyisihan

Ak.Penyusustan

Saldo Akhir

Dana infaq/shadaqah –

aset kelolaan lancar (misal

piutang bergulir)

xxx

xxx

(xxx)

(xxx)

-

xxx

Dana infaq/shadaqah –

aset kelolaan tidak

lancar (misal rumah

sakit atau sekolah)

xxx

xxx

(xxx)

-

(xxx)

xxx

Sumber : PSAK No. 109 (Akuntansi Zakat dan Infaq/Shadaqah)

5. Laporan Arus Kas

Entitas amil menyajikan laporan arus kas sesuai dengan PSAK No. 2 :

Laporan Arus Kas dan PSAK yang relevan.

6. Catatan atas Laporan Keuangan

Amil menyajikan catatan atas laporan keuangan sesuai dengan PSAK 101 :

Penyajian Laporan Keuangan Syariah dan PSAK yang relevan.