laporan kinerja - :: sakip kementerian pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/data2/lakin pphh 2016...
TRANSCRIPT
1
LAPORAN KINERJA
DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN
PEMASARAN HASIL HORTIKULTURA
TA 2016
DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemaaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR LAMPIRAN iv
BAB. I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang
1.2 Kedudukan, Tugas dan Fungsi
1.3 Susunan Organisasi dan Tata Kerja
1.4 Dukungan Sumber Daya Manusia
1.5 Dukungan Anggaran
1
5
6
13
14
BAB. II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 15
2.1 Perencanaan Kinerja 15
2.1. Rencana Strategis
2.1.1. Visi
2.1.2. Misi
2.1.3. Tujuan dan Sasaran
15
16
16
17
2.1.4. Strategi
2.1.5. Arah Kebijakan
2.1.6. Program dan Kegiatan
21
21
27
2.1.7. Langkah Operasional
2.1.8. Rencana Aksi
2.1.9. Rencana Kinerja Tahunan
34
37
38
2.2 Perjanjian Kinerja 39
BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA 40
3.1 Kriteria Ukuran Keberhasilan
3.2 Pencapaian Kinerja Tahun 2016
40
40
3.3 Evaluasi dan Analisis Pencapaian
Kinerja Tahun 2016
3.3.1 Evaluasi dan Analisis Pencapaian
Fasilitasi Pemasaran Hortikultura
52
52
3.3.2 Evaluasi dan Analisis Pencapaian
Fasilitasi Penerapan Jaminan Mutu
54
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2016
ii
BAB IV. PENUTUP 64
LAMPIRAN
Halaman
3.3.3 Evaluasi dan Analisis Pencapaian
Pembinaan Peningkatan Nilai
Tambah dan Daya Saing Hortikultura
3.3.3.1. Evaluasi dan Analisis Pembinaan
Pengembangan Produk
Hortikultura
3.3.3.2. Evaluasi dan Analisis Pembinaan
Pengembangan Pascapanen
Produk Hortikultura
56
56
56
3.4 Capaian Kinerja Lainnya 58
3.5 Akuntabilitas Keuangan 63
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemaaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran
Strategis dan Indikator Kinerja Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Hortikultua
19
Tabel 2. Rencana Kinerja Tahunan (RKT)
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Hortikultura
38
Tabel 3. Pengukuran Kinerja Direktorat Pengolahan
dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun
2016
51
Tabel 4. Realisasi Anggaran Satuan Kerja Pusat
dan Daerah Untuk Pengolahan dan
Pemasaran Tahun 2016
63
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2016
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi Direktorat Pengolahan
dan Pemasaran Hasil Hortikultura
Lampiran 2. Daftar Nama Pegawai Direktorat Pengolahan
dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun
2016 Berdasarkan Golongan dan Tingkat
Pendidikan
Lampiran 3.
Lampiran 4.
IKSK Direktorat Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Hortikultura
Perjanjian Kinerja Eselon III dan IV
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Hortikultura
Sasaran Kerja Pegawai Eselon III dan IV
lingkup Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemaaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
i
KATA PENGANTAR
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hortikultura Tahun
2016 disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban atas mandat negara
dalam pengelolaan pembangunan hortikultura yang diukur berdasarkan
Perjanjian Kinerja Tahun 2016.
Capaian target pengolahan dan pemasaran hasil hortikultura Tahun 2016
sebagian besar telah sesuai dengan yang diharapkan. Atas keberhasilan ini
kami sampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih kepada seluruh
pemangku kepentingan dan semua pihak yang telah bekerjasama dengan
baik, dan semoga ke depan pengolahan dan pemasaran hasil hortikultura
akan semakin baik dan berkontribusi signifikan dalam pembangunan
pertanian.
Sementara itu, berbagai masalah dan hambatan yang ditemui pada tahun
2016 ini akan menjadi bahan evaluasi dan perbaikan pelaksanaan program
dan kegiatan di masa mendatang.
Kami berharap informasi yang tertuang dalam Laporan Kinerja Direktorat
Pengolahan Hasil Hortikultura Tahun 2016 ini dapat menjadi bahan
pertimbangan dan rujukan untuk langkah-langkah perbaikan strategi
pembangunan hortikultura di tahun-tahun yang akan datang.
Direktur
Sukarman
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Komoditas hortikultura telah tumbuh dan berkembang menjadi salah satu
komoditas pertanian yang cukup diminati di pasar. Kondisi ini dipengaruhi
oleh semakin tingginya kesadaran konsumen akan arti pentingnya
komoditas hortikultura yang tidak hanya sebagai kebutuhan pangan tapi
juga mempunyai peran terhadap peningkatan aspek kesehatan, estetika
dan lingkungan. Adanya Undang-Undang nomor 13 tahun 2010 tentang
Hortikultura telah memberikan payung hukum penyelenggaraan
pembangunan hortikultura secara lebih komprehensif dan intensif. Dengan
adanya legislasi ini diharapkan tujuan dari penyelenggaran pembangunan
hortikultura dapat tercapai sebagaimana yang diharapkan baik dari sasaran
produksi, produktivitas, mutu serta daya saing yang berkesinambungan. Di
sisi lain tuntutan kesehatan dan perkembangan gaya hidup masyarakat
menghendaki produk yang berkualitas baik, menyehatkan, dengan tampilan
menarik dan diproduksi secara ramah lingkungan. Sehubungan dengan hal
tersebut, pelaku usaha hortikultura dituntut untuk dapat meningkatkan daya
saing usahanya antara lain melalui penguasaan dan peningkatan teknologi,
penguasaan dan memanfaatkan teknologi informasi, meningkatkan
kerjasama dan kemitraan usaha, serta pemerintah memberikan dukungan,
fasilitasi dan pendampingan kepada pelaku usaha hortikultura.
Secara umum tantangan ke depan dalam kurun waktu 5 tahun
pembangunan hortikultura diantaranya: (1) Semakin ketatnya daya saing
produk hortikultura (2) menyediakan lahan baru untuk pengembangan
hortikultura (3) pengelolaan rantai pemasaran yang efisien dan efektif dari
lahan produksi ke pusat-pusat pemasaran (4) Penurunan ketersediaan
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
2
sumber daya dan akses modal investasi (5) krisis global financial yang
menyebabkan permintaan menurun dan lain sebagainya.
Beberapa permasalahan pengembangan hortikultura di Indonesia,
diantaranya rendahnya produksi; produktivitas dan mutu produk hortikultura;
sumberdaya manusia yang kurang mampu atau terampil baik aspek
manajerial maupun aspek teknis; payung hukum yang belum sepenuhnya
menjadi acuan dalam program dan kegiatan hortikultura; kelembagaan
hortikultura yang masih lemah; masih belum optimalnya penerapan
teknologi pengembangan hortikultura khususnya di tingkat hilir (off farm).
Hal ini menyebabkan produk hortikultura nasional kurang berdaya saing
baik untuk pasar domestik maupun ekspor.
Oleh karena itu untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kontribusi sub
sektor hortikultura ke depan diperlukan dukungan semua pihak secara
terintegrasi dan bersinergi sesuai tugas dan fungsinya. Selain itu yang tidak
kalah penting, adalah pengaturan penyelenggaraan sistem pembangunan
hortikultura yang menuntut kejelasan kewajiban dan kewenangan
pemerintah pusat dan pemerintah daerah, serta hak dan kewajiban pelaku
usaha dan masyarakat.
Kebijakan pengembangan usaha hortikultura yang semula berorientasi
produksi diarahkan kepada penerapan konsep pengembangan usaha
agribisnis yang utuh yaitu usahatani yang fokus dan terpadu antara usaha
agro input (hulu) kegiatan produksi (on farm) dan pascapanen, pengolahan
(processing) serta pemasaran (off farm), dengan berorientasi pada
peningkatan produksi serta nilai tambah dan daya saing hasil hortikultura.
Wujud pengembangan usaha yang dituju adalah berkembangnya agribisnis
baik di hulu maupun di hilir oleh petani dan masyarakat di pedesaan. Hal
tersebut dimaksudkan agar nilai tambah atau value added berada di tingkat
petani dan usaha kelompok/koperasi menjadi profit center di pedesaan.
Dalam upaya menghasilkan produk hortikultura yang bermutu dan
mempunyai nilai tambah dan daya saing hortikultura, Direktorat Pengolahan
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
3
dan Pemasaran Hasil hortikultura pada tahun 2016 melakukan upaya-
upaya seperti penanganan pascapanen dan pengolahan produk yang baik.
Penanganan pasca panen ditujukan agar produk panen tidak mudah rusak,
memperpanjang kesegaran serta kualitasnya tetap terjaga dengan baik.
Kegiatan kegiatan untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing
tersebut yaitu pengadaan bangsal pascapanen, cold storage, sarana
prasarana pengolahan dan pascapanen, fasilitasi penerapan jaminan mutu
dan pemasaran produk hortikultura. Dengan berbagai kegiatan tersebut
maka diperlukan pembinaan dalam rangka peningkatan nilai tambah dan
daya saing hortikultura. Pembinaan peningkatan nilai tambah dan daya
saing hortikultura merupakan upaya untuk memelihara dan
mengembangkan kegiatan penanganan pascapanen dan pengolahan hasil
hortikultura agar dapat memenuhi standar produk yang dibutuhkan oleh
konsumen dalam dan luar negeri.
Pemilihan dan penggunaan sarana dan prasarana yang tepat akan dapat
menghindari produk dari berbagai macam kerusakan, dan menjaga mutu
produk hortikultua yang dihasilkan sehingga dapat meningkatkan nilai jual
dan daya saing produk yang telah dihasilkan.
Dalam mendukung peningkatan nilai tambah dan daya saing produk
hortikultura, kegiatan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Hortikultura diarahkan untuk meningkatkan efisiensi pengolahan,
standardisasi mutu produk dan keamanan pangan, ramah lingkungan dan
peningkatan nilai tambah yang berkeadilan (berkelanjutan).
Terdapat tiga kata kunci dalam pengembangan pengolahan hasil pertanian,
termasuk hortikultura, yaitu poktan/gapoktan, pedesaan, dan konsep zero
waste. Ketiga kata kunci tersebut penting dalam perkembangan industri
pertanian nasional.
Sesuai dengan Perpres nomor 45 tahun 2015 maka salah satu fungsi
Direktorat Jenderal Hortikultura adalah merumuskan – melaksanakan
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
4
kebijakan, menyusunan NSPK, memberikan bimbingan teknis serta
melaksanakan evaluasi dan dukungan administrasi termasuk kepada usaha
peningkatan pascapanen, pengolahan, dan pemasaran hasil produksi
khususnya pada komoditas aneka cabai, bawang merah, aneka jeruk, dan
tanaman hortikultura lainnya. Kegiatan-kegiatan tersebut bermuara pada
usaha dalam rangka pencapaian nilai tambah dan peningkatan
kesejahteraan petani hortikultura.
Selanjutnya, sejalan dengan perubahan tugas dan fungsi organisasi di
lingkup Kementerian Pertanian, peningkatan daya saing juga masih menjadi
kebijakan prioritas dalam mendukung program Nawacita Presiden Jokowi
mewujudkan kedaulatan pangan dan peningkatan agroindustri.
Pembangunan hortikultura dari pemerintah bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan melalui
Kementerian Pertanian. Selanjutnya, Direktorat Jenderal Hortikultura
memiliki kebijakan mengalokasikan anggaran tersebut menjadi dana
dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan. Dukungan dana dekonsentrasi
dan tugas pembantuan tersebut dialokasikan untuk mendukung Pengolahan
dan Pemasaran Hasil Hortikultura yang dilakukan oleh daerah
(provinsi/kabupaten/kota).
Sebagai wujud pertanggungjawaban atas pelaksanaan program/kegiatan
pengolahan dan pemasaran hasil hortikultura, setiap akhir tahun Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura menyusun laporan kinerja
yang mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang
Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan
Presiden Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi pemerintah dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2015 tentang petunjuk
Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
5
1.2. Kedudukan, Tugas dan Fungsi
Dalam melaksanakan pengolahan dan pemasaran hasil hortikultura,
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura memiliki tugas
dan fungsi yang mengacu pada dasar hukum berikut; 1) Peraturan
Presiden Nomor 45 Tahun 2015 tentang Kementerian Pertanian, 2)
Permentan Nomor: 43/Permentan/OT.010/8/2015 tanggal 3 Agustus 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian.
Berdasarkan Permentan No. 43/2015, pasal 485 Direktorat Pengolahan
dan Pemasaran Hasil Hortikultura mempunyai tugas yaitu:
“Melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang peningkatan pascapanen, pengolahan, standardisasi mutu
dan pemasaran hasil hortikultura”. Dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud dalam Bab VII, Pasal 486 Direktorat Pengolahan
dan Pemasaran Hasil Hortikultura menyelenggarakan fungsi sebagai
berikut:
1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang peningkatan pascapanen,
pengolahan, standardisasi dan penerapan standar mutu serta
pemasaran dan investasi hortikultura;
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan pascapanen, pengolahan,
standardisasi dan penerapan standar mutu serta pemasaran dan
investasi hortikultura;
3. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang peningkatan
pascapanen, pengolahan, standardisasi dan penerapan standar mutu
serta pemasaran dan hasil investasi hortikultura;
4. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan
pascapanen, pengolahan standardisasi dan penerapan standar mutu
serta pemasaran dan investasi hortikultura;
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
6
5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang peningkatan
pascapanen, pengolahan, standardisasi dan penerapan standar mutu
serta pemasaran dan investasi hortikultura;
6. Koordinasi perumusan dan harmonisasi standar serta penerapan
standar mutu di bidang hortikultura; dan
7. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Hortikultura.
1.3. Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Sejalan dengan perombakan struktur organisasi yang terjadi di
Kementerian Pertanian pada pertengahan tahun 2015, struktur organisasi
Direktorat Jenderal Hortikultura mengalami perubahan sehingga tugas dan
fungsinya juga mengalami penyesuaian. Oleh karena itu, sejak tahun
2016 susunan organisasi dan tata laksana unit kerja Direktorat Jenderal
Hortikultura selanjutnya dijabarkan melalui unit-unit kerja Eselon II
mengacu pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor:
43/Permentan/OT.010/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pertanian termasuk unit kerja Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Hortikultura
Seperti yang tercantum pada Permentan No. 43/2015 Pasal 487, susunan
organisasi pada Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura
terdiri atas:
1. Subdirektorat Pascapanen;
2. Subdirektorat Pengolahan Hasil;
3. Subdirektorat Standardisasi dan Mutu;
4. Subdirektorat Pemasaran dan Investasi;
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
7
5. Subbagian Tata Usaha ; dan
6. Kelompok Jabatan Fungsional
Secara rinci, tugas dan fungsi unit kerja Eselon II lingkup Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura adalah sebagai berikut:
1. Subdirektorat Pascapanen mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur dan kriteria serta pemberian bimbingan
teknis dan evaluasi di bidang peningkatan pascapanen hortikultura;
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas
Subdirektorat Pascapanen menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang peningkatan
pascapanen sayuran dan tanaman obat, serta buah dan
florikultura;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan
pascapanen sayuran dan tanaman obat, serta buah dan
florikultura;
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur,dan kriteria di
bidang peningkatan pascapanen sayuran dan tanaman obat,
serta buah dan florikultura.;
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervise di bidang peningkatan
pascapanen sayuran dan tanaman obat, serta buah dan
florikultura;
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang
peningkatan pascapanen sayuran dan tanaman obat serta buah
dan florikultura.
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
8
Subdirektorat Pascapanen terdiri atas :
a. Seksi Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat; dan
b. Seksi Pascapanen Buah dan Florikultura
Secara rinci, Seksi Pascapanen Sayuran dan Tanaman obat
mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma standar, prosedur dan
kriteria serta bimbingan teknis, supervisi, evaluasi dan pelaporan
kegiatan di bidang peningkatan pascapanen sayuran dan tanaman
obat.
Seksi Pascapanen Buah dan Florikultura mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan, penyusunan norma standar, prosedur dan kriteria serta
bimbingan teknis, supervisi, evaluasi dan pelaporan kegiatan di
bidang peningkatan pascapanen buah dan florikultura.
2. Subdirektorat Pengolahan Hasil mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis dan
evaluasi di bidang peningkatan pengolahan hasil hortikultura.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Subdirektorat Pengolahan Hasil
menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang peningkatan
pengolahan hasil sayuran dan tanaman obat, buah dan
florikultura;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan
pengolahan hasil sayuran dan tanaman obat, buah dan
florikultura;
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
9
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria
di bidang peningkatan pengolahan hasil sayuran dan tanaman
obat, buah dan florikultura;
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
peningkatan pengolahan hasil sayuran dan tanaman obat,
buah dan florikultura;
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang
peningkatan pengolahan hasil sayuran dan tanaman obat,
buah dan florikultura
Subdirektorat Pengolahan Hasil terdiri atas :
a. Seksi Pengolahan Hasil Sayuran dan Tanaman Obat; dan
b. Seksi Pengolahan Hasil Buah dan Florikultura
Secara rinci, Seksi Pengolahan Hasil Sayuran dan Tanaman obat
mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma standar, prosedur dan
kriteria serta bimbingan teknis, supervisi, evaluasi dan pelaporan
kegiatan di bidang pengolahan hasil sayuran dan tanaman obat.
Seksi Pengolahan Hasil Buah dan Florikultura mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan, penyusunan norma standar, prosedur dan kriteria serta
bimbingan teknis, supervisi, evaluasi dan pelaporan kegiatan di
bidang pengolahan hasil buah dan florikultura.
3. Subdirektorat Standardisasi dan Mutu mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan,
bimbingan teknis dan evaluasi serta koordinasi di bidang perumusan
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
10
dan harmonisasi standar, dan penerapan standar mutu hasil
hortikultura.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 496,
Subdirektorat Standardisasi dan Mutu menyelenggarakan fungsi:
a. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan yiapan penyusunan
kebijakan di bidang standardisasi dan penerapan standar mutu
hasil hortikultura;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang standardisasi dan
penerapan standar mutu hasil hortikultura;
c. Pemberian bimbingan teknis dan supervise di bidang
standardisasi dan penerapan mutu hasil hortikultura;
d. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang
standardisasi dan penerapan standar mutu hasil hortikultura; dan
e. Penyiapan koordinasi perumusan dan harmonisasi standar serta
penerapan standar mutu di bidang hortikultura.
Subdirektorat Standardisasi dan Mutu terdiri atas :
a. Seksi Standardisasi; dan
b. Seksi Mutu
Secara rinci, Seksi Standardisasi mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan,
bimbingan teknis, supervisi, evaluasi dan pelaporan kegiatan di
bidang standardisasi serta koordinasi perumusan dan harmonisasi
standar di bidang hortikultura.
Seksi Pengolahan Mutu mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, bimbingan teknis,
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
11
supervisi, evaluasi dan pelaporan kegiatan serta koordinasi di bidang
penerapan standar mutu hasil hortikultura.
4. Subdirektorat Pemasaran dan Investasi mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian
bimbingan teknis dan evaluasi di bidang peningkatan pemasaran hasil
dan investasi hortikultura.
Dalam melaksanakan tugas tersebut Subdirektorat Pemasaran dan
Investasi menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang peningkatan
pemasaran hasil, promosi dan investasi hortikultura.
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan
pemasaran hasil, promosi, dan investasi hortikultura.;
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
peningkatan pemasaran hasil, promosi dan investasi hortikultura;
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervise di bidang peningkatan
pemasaran hasil, promosi dan investasi hortikultura; dan
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang
peningkatan pemasaran hasil, promosi dan investasi hortikultura,
Subdirektorat Pemasaran dan Investasi terdiri atas :
a. Seksi Pemasaran dan Promosi; dan
b. Seksi Investasi
Secara rinci, Seksi Pemasaran dan Promosi mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan, penyusunan norma standar, prosedur dan kriteria serta
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
12
bimbingan teknis, supervisi, evaluasi dan pelaporan kegiatan di
bidang peningkatan pemasaran hasil dan promosi hortikultura.
Seksi Investasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma standar,
prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis, supervisi, evaluasi dan
pelaporan kegiatan di bidang peningkatan investasi hortikultura.
5. Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan
kepegawaian, keuangan, perlengkapan, rumah tangga dan surat
menyurat, serta kearsipan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Hortikultura.
6. Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan
sesuai jabatan fungsional masing masing berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
- Kelompok Jabatan Fungsional terdiri atas jabatan fungsional
Pengawas Mutu Hasil Pertanian dan Analis Pasar Hasil Pertanian
masing masing dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior
yang ditunjuk Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Hortikultura.
- Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura
menempatkan pejabat fungsional Pengawas Mutu Hasil Pertanian
dan Analis Pasar Hasil Pertanian pada unit kerja eselon III sesuai
tugas masing masing jabatan fungsional.
- Jumlah pejabat fungsional sebagaimana dimaksud ditentukan
berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.
- Jenis dan jenjang jabatan fungsional sebagaimana dimaksud
diatur berdasarkan peraturan perundang undangan.
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
13
Secara rinci struktur organisasi Direktorat Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Hortikultura disajikan pada Lampiran 1.
1.4. Dukungan Sumber Daya Manusia
Jumlah Sumberdaya manusia (SDM) yang dimiliki oleh Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura dalam rangka mendukung
pembangunan Pengolahan dan Pemasaran dan Hasil Hortikultura Tahun
2016 adalah sebanyak 52 orang, dengan golongan I tidak ada, golongan
II sebanyak 9 orang, golongan III sebanyak 30 orang dan golongan IV
sebanyak 13 orang. Komposisi pegawai berdasarkan jenis kelamin yaitu
laki-laki sejumlah 25 orang, dan perempuan sebanyak 27 orang.
Sedangkan, rekapitulasi SDM berdasarkan tingkat pendidikan yaitu; Doktor
(S3) tidak ada, Master/Pasca Sarjana (S2) sebanyak 18 orang, Sarjana
(S1) sebanyak 18 orang, Diploma (D1) sebanyak 1 orang, SLTA
sebanyak 14 orang, SLTP tidak ada, dan SD sebanyak 1 orang.
Potensi SDM yang dimiliki oleh Direktorat Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Hortikultura ini tersebar pada masing-masing subdirektorat lingkup
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura dalam rangka
mendukung pencapaian kinerja sasaran Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Hortikultura dan Direktorat Jenderal Hortikultura.
Sebaran pegawai per unit Eselon III adalah sebagai berikut Subdirektorat
Pascapanen sebanyak 10 orang, Subdirektorat Pengolahan Hasil
sebanyak 8 orang, Subdirektorat Standardisasi dan Mutu sebanyak 9
orang, Subdirektorat Pemasaran dan Investasi sebanyak 8 orang,
Subbagian Tata Usaha sebanyak 17 orang. Rincian komposisi pegawai
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura berdasarkan
golongan dan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Lampiran 2.
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
14
1.5. Dukungan Anggaran
Pagu awal yang diterima untuk mendukung kegiatan Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura tingkat pusat pada tahun
2016 adalah sebesar Rp 11. 747.500,-. Namun, seiring dengan
pelaksanaan kegiatan, terjadi refokusing dan pengurangan anggaran
pada tahun 2016 yang selanjutnya menjadi Rp. 11.447.500.000,-
Sebagian besar anggaran yang diterima oleh Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Hortikultura dialokasikan untuk pelaksanaan kegiatan di
daerah dalam bentuk dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan
pada 36 satker.
Alokasi dana di Satker Pusat dan Daerah sebesar Rp. 48.503.400.000,-
yang digunakan untuk mendukung kegiatan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Hortikultura di daerah senilai Rp. 37.055.900.000,- yang terdiri dari
kegiatan, 1) Fasilitasi Pemasaran Hortikultura, 2) Fasilitasi Penerapan
Jaminan Mutu Hortikultura, 3) Bangsal Pascapanen, 4) Sarana Prasarana
Pengolahan, 5) Fasilitasi Horti Park, serta 6) Sarana Prasarana
Pascapanen.
Dari pagu senilai Rp. 11.447.500.000,- untuk pusat dialokasikan pada
masing-masing kegiatan pada subdirektorat sebagai berikut; 1) Fasilitasi
Pemasaran Hortikultura senilai Rp. 7.261.100,-, 2) Fasilitasi Penerapan
Jaminan Mutu Rp. 1.152.450.000,-. 3) Pembinaan Peningkatan Nilai
Tambah dan Daya Saing Hortikultura senilai Rp 1.944.350.000,- yang
dibagi atas a) Pembinaan Pengembangan Pengolahan Produk Hortikultura
senilai Rp. 1.016.800.000,- dan b) Pembinaan Pengembangan
Pascapanen Produk Hortikultura senilai Rp. 927.550.000,- , dan Layanan
Perkantoran senilai Rp. 1.089.600.000,-.
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
15
BAB II
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) tersusun atas
beberapa komponen yang merupakan satu kesatuan. Komponen-komponen
tersebut antara lain; Perencanaan Kinerja, Pengukuran Kinerja, Pelaporan
Kinerja dan Evaluasi Kinerja. Komponen Perencanaan Kinerja meliputi; a)
Indikator Kinerja Sasaran Program (IKSP), b) Rencana Strategis (Renstra), c)
Rencana Kinerja Tahunan (RKT), dan Perjanjian Kinerja (PK). Berikut
dipaparkan komponen terkait Perencanaan Kinerja Direktorat Jenderal
Hortikultura:
2.1 Rencana Strategis 2016 - 2019
Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Hortikultura 2016-2019 disusun dengan mengacu kepada Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN), Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2015-2019 serta Peraturan Menteri Pertanian Nomor:
19/Permentan/HK.140/4/2015 tentang Rencana Strategi Kementerian
Pertanian Tahun 2016-2019. Namun, seiring dengan dinamika
pelaksanaan kegiatan dan perubahan struktur organisasi di lingkup
Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian pada Tahun 2016
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil sebagai unit kerja baru
maka dilakukan revisi pada Renstra Direktorat Jenderal Hortikultura
Tahun 2016-2019. Sehingga penyusunan Laporan Kinerja Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016 ini mengacu
pada Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019 (Edisi Revisi),
Renstra Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2015-2019 (Edisi Revisi)
dan Renstra Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
16
Renstra Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura
menjabarkan visi, misi, tujuan dan sasaran, strategi serta kebijakan
sebagai berikut:
2.1.1 Visi
Visi Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura adalah
Menjadi institusi yang peduli dan memiliki komitmen tinggi untuk
mewujudkan masyarakat pertanian sejahtera, handal dan berdaya
saing di bidang pengolahan dan pemasaran hasil hortikultura
melalui penyelenggaraan birokrasi yang professional dan
berintegritas.
2.1.2 Misi
Untuk mencapai Visi Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Hortikultura mengemban Misi sebagai berikut:
1. Menumbuh kembangkan kelembagaan usaha pengolahan dan
pemasaran petani yang merupakan basis ekonomi perdesaan, yang
nantinya diharapkan sebagai wadah peningkatan peran dari petani
pemasok melalui penerapan manajemen, teknologi dan permodalan
secara profesional;
2. Mengembangkan sistem agroindustri terpadu di pedesaan melalui
keterpaduan sistem penanganan pascapanen, pengolahan,
pemasaran hasil pertanian dan penerapan sistem jaminan mutu,
sehingga mampu memberikan peningkatan nilai tambah produk
hortikultura secara adil dan profesional;
3. Mengembangkan penerapan sistem jaminan mutu hasil hortikultura
secara efektif dan operasional untuk meningkatkan daya saing produk
segar dan olahan, baik di pasar domestic maupun internasional.
4. Menigkatkan daya serap pasar domestik melalui kebijakan promosi
dan pemasaran produk pertanian yang efektif dan efisien.
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
17
5. Meningkatkan akses pasar luar negeri hasil hortikultura melalui
kebijakan promosi dan pemasaran produk pertanian yang efektif dan
efisien.
6. Mengembangkan kapasitas institusi Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Hortikultura yang professional dan berintegritas
moral tinggi.
2.1.3 Tujuan dan Sasaran
Tujuan Strategis Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Hortikultura adalah:
1. Menumbuh kembangkan manajemen usaha penanganan
pascapanen dan pengolahan hasil hortikultura;
2. Meningkatkan pemasaran dan investasi hasil hortikultura yang
memacu pertumbuhan ekonomi perdesaan;
3. Merumuskan dan harmonisasi standar, serta meningkatkan
penerapan standar mutu hasil hortikultura;
4. Meningkatkan daya serap pasar domestik dan ekspor.
Untuk mencapai Tujuan tersebut, maka ditetapkan Sasaran yang ingin
dicapai oleh Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura
yaitu:
1. Meningkatnya kapasitas, kemampuan dan kemandirian petani dan
pelaku usaha lainnya dalam usaha agroindustri serta
kelembagaannya
2. Meningkatnya kapasitas, kemampuan dan profesionalisme SDM
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura.
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
18
3. Berkembangnya agroindustri terpadu di perdesaan melalui
keterpaduan sistem produksi, penanganan pascapanen, pengolahan
dan pemasaran hasil hortikultura
4. Tercapainya penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan
pangan;
5. Meningkatnya kualitas dan jumlah olahan produk hortikultura untuk
mendukung peningkatan daya saing dan ekspor.
6. Meningkatnya daya serap pasar domestik dan devisa Negara dari
ekspor produk pertanian
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
19
Tabel. 1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura
VISI MISI TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA
Menjadi institusi yang peduli dan memiliki
komitmen tinggi untuk mewujudkan
masyarakat pertanian sejahtera, handal dan
berdaya saing di bidang pengolahan
dan pemasaran hasil hortikultura melalui penyelenggaraan
birokrasi yang profesional dan berintegritas.
1. Menumbuhkembangkan kelembagaan usaha pengolahan dan pemasaran petani yg berbasis ekonomi perdesaan, yg nantinya diharapkan sbg wadah peningkatan peran dari petani produsen menjadi petani pemasok melalui penerapan manajemen, teknologi dan permodalan secara profesional
1.
Menumbuh kembangkan manajemen usaha penanganan pascapanen dan pengolahan hasil hortikultura
1.
Meningkatnya kapasitas, kemampuan dan kemandirian petani dan pelaku usaha lainnya dalam usaha agroindustri serta kelembagaannya
1. Fasilitasi Bangsal Pascapanen 30 unit 2. Fasilitasi Sarana Prasarana Pascapanen 417 unit 3. Fasilitasi Pengolahan 162 unit 4. Fasilitasi Cold Storage 10 unit
2. Mengembangkan sistem agroindustri terpadu di pedesaan melalui keterpaduan sistem penanganan pascapanen, pengolahan, pemasaran hasil pertanian dan penerapan sistem jaminan mutu, sehingga mampu memberikan peningkatan pendapatan petani, kesempatan kerja di pedesaan dan peningkatan nilai tambah produk hortikultura secara adil dan profesional.
2.
Meningkatkan pemasaran dan investasi hasil hortikultura yang memacu pertumbuhan ekonomi pedesaan
2.
Meningkatnya kapasitas, kemampuan dan profesionalisme SDM Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura.
5. Fasilitasi Pemasaran Hortikultura 59 kali
3.
Merumuskan dan harmonisasi standar, serta meningkatkan penerapan standar mutu hasil hortikultura
3.
Berkembangnya Agroindustri terpadu di pedesaan melalui keterpaduan sistem produksi, penanganan pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil hortikultura.
6. Fasilitasi Penerapan Jaminan Mutu Hortikultura 50 kali
3. Mengembangkan penerapan sistem jaminan mutu hasil hortikultura
4.
Meningkatkan daya serap pasar domestik dan ekspor.
4 Tercapainya penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan.
7. Fasilitasi Jaminan Mutu Hortikultura
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
20
secara efektif dan operasional untuk meningkatkan daya saing produk segar dan olahan, baik di pasar domestik maupun internasional.
4. Meningkatkan daya serap pasar domestik melalui kebijakan promosi dan proteksi produk pertanian yang efektif dan efisien.
5.
Meningkatnya kualitas dan jumlah olahan produk hortikultura untuk mendukung peningkatan daya saing dan ekspor.
7. Penguatan Kawasan Hortipark 5 lokasi
5. Meningkatkan akses pasar luar negeri hasil hortikultura melalui kebijakan promosi dan proteksi produk pertanian yang efektif dan efisien.
6.
Meningkatnya daya serap pasar domestik dan devisa negara dari ekspor produk pertanian.
6. Mengembangkan kapasitas institusi Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura yang profesional dan berintegritas moral tinggi.
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
21
2.1.4. Strategi
Strategi yang dikembangkan dalam mewujudkan tujuan pembangunan
hortikultura diuraikan secara lebih rinci sebagai berikut:
1. Penerapan dan pengawasan system jaminan mutu komoditi strategis
dan keamanan pangan.
2. Pengembangan dan pengelolaan sarana kelembagaan pemasaran
produk hasil pertanian.
3. Pengembangan kewirausahaan dan investasi pengolahan dan
pemasaran hasil pertanian
4. Pemenuhan permintaan pasar dalam negeri dan penguatan ekspor
komoditas strategis.
2.1.5 Arah Kebijakan
Mengacu kepada arah kebijakan Kementerian Pertanian dan tugas pokok
dan fungsi Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura, maka
kebijakan pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura
Tahun 2016 ditetapkan sebagai berikut :
1. Kebijakan Pascapanen Hasil Hortikultura
Dalam upaya menekan kehilangan hasil produksi dan mempertahankan
mutu hasil hortikultura diperlukan dukungan sarana dan prasarana
penanganan pascapanen. Penanganan pascapanen yang baik harus
mampu menekan kehilangan hasil, memperpanjang umur simpan
(selflife), mempertahankan kesegaran (vaselife), meningkatkan daya
saing, meningkatkan nilai tambah, meningkatkan efisiensi penggunaan
sumber daya sarana, memberikan keuntungan yang optimum untuk
pengembangan hortikultura yang berkelanjutan. Penanganan
pascapanen itu merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
22
terhadap produk untuk siap jual di tingkat produsen terutama pada sentra
utama hortikultura.
Kebijakan mendorong penanganan pascapanen diarahkan pada
pembinaan dan bimbingan teknis serta dukungan fasilitasi bangsal
pascapanen/gudang pengering dan peralatan pascapanen lainnya pada
pengembangan kawasan, komoditas utama terutama cabai dan bawang
dan jeruk serta komoditas yang potensi dan berorientasi ekspor maupun
komoditas yang masif.
2. Kebijakan Pengolahan Hasil Hortikultura
Dalam upaya pengembangan pengolahan hasil hortikultura, dengan
karakteristik usaha yang berskala kecil dengan berbagai
keterbatasannya, memerlukan kebijakan pengembangan yang memiliki
keunggulan. Salah satu pendekatan terintegrasi yang dipandang sesuai,
adalah pendekatan kelompok yang memiliki jaringan usaha yang terkait.
Pendekatan pengembangan aktifitas usaha pengolahan secara
berkelompok dalam kegiatan usaha yang sejenis, tentunya dapat
meningkatkan kapasitas serta daya saing usaha, yang kemudian dapat
dikembangkan beberapa usaha yang cakupannya berbeda tetapi masih
saling terkait menjadi bentuk klaster (inti dan plasma). Keunggulan pola
klaster ini, mengacu pada argumentasi bahwa sulit bagi usaha berskala
kecil secara individual untuk bersaing dengan usaha berskala besar
dalam suatu aktifitasyang sama (economic of scale).
Pengembangan suatu usaha dengan pendekatan claster, dimana
kelompok usaha yang saling terkait dari berbagai jenis usaha dan
beroperasi dalam wilayah yang saling berdekatan, terbukti memiliki
kemampuan untuk tumbuh dan berkembang.
Usaha pengolahan yang berbasis klaster di beberapa Negara,
menunjukkan kemampuannya secara berkesinambungan untuk mampu
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
23
menembus pasar ekspor, menghasilkan nilai tambah yang memadai,
mampu menyerap tenaga kerja dan sangat responsive terhadap
pemanfaatan inovasi teknologi. Dengan demikian, pengembangan
agroindustry pedesaan, dengan karakter dan kondisi yang ada, pola
pengembangan klaster (inti plasma) merupakan pilihan yang tepat,
karena pelaku usaha pengolahan dapat meningkatkan kapasitas
produksi, meningkatkan akses pasar dan efisiensi usaha sebagai
dampak dari aktifitas usaha yang saling bersinergi.
Optimalisasi potensi perempuan dalam meningkatkan produktivitas
pertanian dapat dilakukan melalui kegiatan produktif dimana kesetaraan
gender menjadi inti pengembangan program peningkatan nilai tambah
dan daya saing produk pertanian. Oleh karena itu, perencanaan
pembangunan sector pertanian, khususnya usaha usaha agroindustri
pedesaan yang responsive gender sangat diperlukan. Hal tersebut
mempunyai peran untuk: 1) menjamin pelaksanaan pembangunan yang
lebih mantap, berkesinambungan, dan mencapai tingkat keberhasilan
yang tinggi, dengan mempertimbangkan pengalaman, aspirasi,
permasalahan dan kebutuhan perempuan dan laki laki; 2) memperkecil
kesenjangan gender yang terjadi di berbagai bidang pembangunan; 3)
meningkatkan pendapatan keluarga sehingga dapat mensejahterakan
keluarga.
Secara teknis usaha agroindustri terpadu adalah unti usaha yang telah
memperhatikan dan mengembangkan aspek aspek penyiapan bahan
baku yang bermutu, menerapkan prinsip Good Agricultural Practices
(GAP), Good Handling Practices (GHP) dan Good Manufacturing
Practices (GMP), menerapkan sistem jaminan keamanan mutu hasil
pertanian khususnya pangan, serta telah memanfaatkan dan mengelola
limbah dengan baik (zero waste). Usaha agroindustry tersebut
merupakan industry pengolahan hasil pertanian skala kecil menengah
dan skala rumah tangga yang pada umumnya berada dan dimiliki warga
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
24
di pedesaan yang bergerak dalam usaha pengolahan makanan
minuman, biofarmaka, bioenergi, dan pengolahan hasil samping.
Agroindustry terpadu ini dikembangkan dengan tujuan : meningkatkan
nilai tambah hasil panen di pedesaan, baik untuk konsumsi langsung,
maupun untuk bahan baku agroindustri lanjutan; memberikan jaminan
mutu dan harga sehingga tercapai efisiensi agribisnis; mengembangkan
diversifikasi produk sebagai upaya penggulangan kelebihan produksi
atau kelangkaan permintaan pada periode tertentu; sebagai wahana
pengenalan, penguasaan, pemanfaatan teknologi tepat guna dan
sekaligus sebagai wahana peran serta masyarakat pedesaan dalam
sistem agribisnis, dan menjaga kelestarian lingkungan.
Kebijakan pengembangan pengolahan hasil hortikultura antara lain
dilaksanakan dengan peningkatan nilai tambah melalui agroindustri
pedesaan, peningkatan inovasi dan diseminasi teknologi pengolahan,
peningkatan efisiensi usaha pengolahan hasil pertanian melalui
optimalisasi dan modernisasi sarana pengolahan dan peningkatan
kemampuan dan memberdayakan SDM pengolahan dan penguatan
lembaga usaha pengolahan hasil di tingkat petani.
3. Kebijakan Penerapan Jaminan Mutu Hortikultura
Kebijakan penerapan jaminan mutu hortikultura meliputi kebijakan di
bidang standardisasi dan mutu. Kebijakan standardisasi merupakan
bagian yang tak dapat dipisahkan dari pembinaan mutu hasil pertanian
sejak proses penyiapan bahan baku, produksi hingga produk di tangan
konsumen. Penerapan sistem standardisasi secara optimal sebagai alat
pembinaan mutu hasil pertanian bertujuan untuk meningkatkan efisiensi
proses produksi maupun produktivitas di bidang pertanian yang pada
akhirnya akan meningkatkan daya saing dan mendorong kelancaran
pemasaran komoditi pangan serta mendorng berkembangnya investasi
di sektor pertanian.
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
25
Untuk kebijakan mutu hasil pertanian, saat ini masih memfokuskan pada
aspek keamanan dan mutu produk merupakan salah satu syarat yang
harus dipenuhi untuk dapat memenangkan persaingan. Sistem
keamanan pangan dan mutu produk pangan hasil hortikultura harus
sudah mulai diterapkan sejak awal hingga pada akhir periode, sehingga
diharapkan system berjalan dengan baik. Di era pasar bebas ini industri
pangan Indonesia mau tidak mau harus mampu bersaing dengan
masuknya produk industri pangan negara lain yang telah mapan dalam
system manajemen mutunya. Kebijakan pengembangan standardisasi
dan mutu yang dilaksanakan dengan pengembangan standardisasi dan
mutu hasil hortikultura melalui perumusan SNI, sertifikasi organik, sistem
mutu dan keamanan pangan, pembinaan penerapan siatem jaminan
mutu dan keamanan pangan, dan pengembangan SDM melalui
bimbingan teknis editor/konseptor perumusan SNI.
4. Kebijakan dan Pemasaran Investasi
Kebijakan yang diambil dalam bidang pemasaran dan investasi
difokuskan pada pengembangan pemasaran dalam negeri yang
diarahkan bagi terciptanya mekanisme pasar yang berkeadilan, sistem
pemasaran yang efisien dan efektif, meningkatnya posisi tawar
petani/pelaku usaha, serta meningkatnya pangsa pasar produk lokal di
pasar domestik, dan meningkatnya konsumsi terhadap produk pertanian
Indonesia, serta terpantaunya harga komoditas hasil hortikultura di
seluruh provinsi. Untuk mencapai hal tersebut maka kebijakan yang
dilaksanakan adalah pengembangan jaringan pemasaran domestik,
pengembangan sarana dan kelembagaan pasar, kebijakan pemantauan
pasar dan stabilisasi harga dan pengembangan pelayanan informasi
pasar.
Untuk pengembangan pemasaran internasional dimaksudkan untuk
percepatan peningkatan ekspor hasil pertanian, baik dalam bentuk segar
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
26
maupun olahan, sehingga dapat meningkatkan pangsa pasar produk
lokal di pasar internasional dan sekaligus meningkatkan perolehan
devisa negara. Disamping itu, pengembangan pemasaran internasional
juga dimaksudkan untuk melindungi produk pertanian dalam negeri
melalui kebijakan yang kondusif dan tidak bertentangan dengan
peraturan yang berlaku pada WTO. Untuk mencapai hal tersebut maka
kebijakan pemasaran internasional yang dilaksanakan adalah
peningkatan negosiasi dan advokasi pemasaran internasional,
perumusan dan disiminasi kebijakan pemasaran internasional,
peningkatan akses pasar komoditi segar/produk olahan ekspor,
pengembangan Market Intelligence dan Database dan penguatan rantai
pasok.
Kebijakan pengembangan usaha pertanian yang semula berorientasi
produksi diarahkan kepada penerapan konsep pengembangan usaha
agribisnis yang utuh yaitu usaha tani yang fokus dan terpadu antara
usaha agroinput (hulu) kegiatan produksi (on farm) dan pengolahan
(processing) serta pemasaran dengan berorientasi kepada peningkatan
kesejahter4aan petani dan pelaku usaha disamping peningkatan
produksi. Dengan perkataan lain bahwa wujud pengembangan usaha
yang dituju adalah berkembangnya agribisnis hulu hilir oleh petani dan
masyarakat di pedesaan. Hal tersebut dimaksudkan agar nilai tambah
atau value added berada pada petani dan usaha kelompok/koperasi
menjadi profit center di perdesaan. Kebijakan dalam pengembangan
investasi duilaksanakan dengan memperkuat 4 (empat) pilar agribisnis
yaitu : Sumberdaya (sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan
kelembagaan usaha), teknologi, permodalan dan pasar.
Untuk melaksanakan kebijakan tersebut maka dilaksanakan kegiatan
pengembangan kelembagaan usaha dan penguatan manajerial dan
ketrampilan usaha, pengembangan promosi produk dan investasi di
dalam dan di luar negeri, pengembangan dan fasilitasi kemitraan usaha,
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
27
pengembangan kawasan produk speciality, pengembangan agrowisata
(hortipark) dan pengembangan kewirausahaan dan ekonomi kreatif.
2.1.6 Program dan Kegiatan
Program
Program Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura adalah :
“Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Saing Hortikultura”, dan hal ini telah
sejalan dengan program Direktorat Jenderal Hortikultura yaitu, “Peningkatan
Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura”
Kegiatan
1. Kegiatan Pusat
Kegiatan pengembangan pengolahan dan pemasaran hasil hortikultura di
pusat lebih bersifat pada pem binaan dan pengawalan kegiatan secara
makro serta perumusan kebijakan kebijakan yang dapat memenuhi
target prioritas dari Direktorat Jenderal Hortikultura, meliputi :
pengembangan kebijakan, koordinasi perencanaan dan pelaksanaan
program/kegiatan, pembinaan, bimbingan dan pengawalan teknis
terutama kegiatan fasilitasi di daerah dan manajemen usaha,
pengembangan data base dan sistem informasi publik, promosi produk
dan investasi di sektor hortikultura, serta monitoring, evaluasi dan
pelaporan.
2. Kegiatan Dekonsentrasi
Kegiatan dekonsentrasi merupakan pelimpahan wewenang dari
pemerintah pusat kepada gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di
daerah. Pendanaan dalam rangka dekonsentrasi dialokasikan untuk
kegiatan Dinas Pertanian Propinsi untuk melakukan pembinaan ke
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
28
kabupaten/kota, sehingga kegiatan yang dilaksanakan antara lain :
sinkronisasi, koordinasi, fasilitasi, bimbingan teknis, pelatihan,
penyuluhan, pembinaan, pengawasan serta pengendalian sehingga
kegiatannya bersifat non fisik. Kegiatannya hampir sama dengan
kegiatan pusat hanya saja ruang lingkupnya lebih kecil yaitu pembinaan
dan pengawalan kegiatan di lingkup dinas pertanian kabupaten/kota dari
masing masing propinsi. Kegiatan tersebut meliputi :
a. Fasilitasi Penerapan Sistem Jaminan Mutu Hortikultura
Peningkatan daya saing produk pertanian dapat dilakukan melalui
mekanisme penjaminan mutu dan keamanan pangan. Bentuk
jaminan mutu produk hasil pertanian adalah sertifikat jaminan mutu
dan atau label yang menyatakan kesesuaian produk terhadap
Standar Nasional Indonesia (SNI) atau persyaratan teknis minimal
lain yang diacu. Untuk mendapatkan sertifikat jaminan mutu dan
keamanan pangan, pelaku usaha pertanian harus menerapkan
sistem jaminan mutu dan mengajukan permohonan penilaian
(registrasi/sertifikasi) ke Lembaga Sertifikasi atau Otoritas Kompeten
Keamanan Pangan. Untuk produk pertanian non pangan penjaminan
dapat dilakukan melalui registrasi oleh instansi yang ditunjuk.
Kegiatan penerapan sistim jaminan mutu, pendampingan penerapan
internal control system (ICS) dan pendampingan pra inspeksi dalam
proses sertifikasi/registrasi. Sasaran kegiatan fasilitasi sistem
jaminan mutu dan keamanan pangan adalah poktan/gapoktan yang
mengusahakan komoditi hortikultura dan yang telah mendapatkan
bantuan sarana prasarana budidaya, penanganan pascapanen atau
pengolahan hasil hortikultura yang tepat. Kegiatan ini harus
melibatkan pembina mutu atau pendamping dari kabupaten/kota dan
provinsi untuk melakukan pendampingan dan monitoring
pelaksanaan kegiatan dimaksud.
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
29
b. Fasilitasi Pemasaran Hortikultura
Dalam upaya meningkatkan akses pasar produk pertanian,
diperlukan berbagai perbaikan sarana dan prasarana fisik serta
kelembagaan pemasaran, guna memberikan manfaat yang optimal
bagi semua pelaku usaha yang terlibat. Pasar tani merupakan salah
satu sarana pemasaran bagi petani/poktan/gapoktan untuk
memasarkan produk yang dihasilkannya secara langsung kepada
konsumen, sehingga akan meningkatkan posisi tawar dan
pendapatan petani. Tujuan fasilitasi sarana dan kelembagaan pasar
tani untuk menggerakkan dan memperlancar pemasaran hasil
pertanian dari petani langsung kepada konsumen, menjadikan
produk pertanian yang dihasilkan petani menjadi produk yang utama
yang diperjual belikan, membangun kemampuan dan kemandirian
petani dalam memasarkan hasil pertanian yang diproduksinya, dan
membangun sistem pemasaran yang adil bagi petani dan konsumen
melalui penetapan melalui penetapan harga produk yang pantas
bagi kedua belah pihak. Sasaran fasilitasi sarana dan kelembagaan
pasartani adalah menjamin terserapnya produk pertanian yang
diproduksi oleh petani kepada konsumen, membangun ketahanan
produk pertanian petani dalam menghadapi persaingan produk
luar/impor. Fasilitasi sarana dan kelembagaan pasar tani didanai
melalui dana dekonsentrasi berupa dana pengawalan dan
pembinaan pasar tani.
Sub Terminal Agribisnis (STA) merupakan suatu tempat/sarana
pemasaran yang dibangun secara spesifik untuk melayani dan
melaksanakan kegiatan distribusi dan pemasaran hasil pertanian
petani/pelaku usaha pertanian dari sumber produksi ke lokasi tujuan
pemasaran. STA merupakan suatu lembaga yang mapan dan
mampu mengelola pasokan hasil pertanian yang memenuhi syarat
dari sumber produksi ke lokasi tujuan pemasaran, kualitas, kuantitas,
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
30
kontinuitas dan harga produk hasil pertanian yang pantas diterima,
baik oleh petani maupun konssumen. Tujuan fasilitasi dan
kelembagaaan STA adalah sebagai sarana untuk menggerakkan
dan memperlancar distribusi/pemasaran hasil pertanian dari sumber
produksi ke lokasi permintaan produk (pasar/konsumen) dan
sebagai fasilitator pemasaran hasil pertanian bagi petani/pelaku
usaha pertanian lainnya. Fasilitasi sarana dan kelembagaan STA di
daerah di danai melalui dana dekonsentrasi berupa dana
pengawalan dan pembinaan STA.
Fasilitasi Pemasaran untuk Poktan/Gapoktan dilakukan untuk
memperkuat peran kelembagaan pemasaran hasil pertanian di
tingkat petani yaitu Poktan PHP (Kelompok Tani Pemasar Hasil
Pertanian) agar dapat membantu petani dalam memperluas
jaaringan pemasaran. Fasilitasi Pemasaran untuk Poktan/Gapoktan
disediakan bagi Poktan/gapoktan yang sudah melaksanakan
kegiatan pemasaran secara rutin namun masih memiliki
keterbatasan dalam penyediaan sarana/prasarana dan kemampuan
manajemen pemasaran.
Fasilitasi dan Pembinaan Pemantauan dan Stabilisasi Harga
merupakan kegiatan terintegrasi dan menunjang program
peningkatan produksi dalam negeri guna mengendalikan stabilitas
nasional. Pemantauan pasar yang akurat untuk stabilisasi harga
yang tepat waktu akan membantu pemerintah dalam mengambil
kebijakan yang diperlukan. Mengingat adanya hubungan yang
sangat erat antara harga yang diterima petani dengan keinginan
pemerintah untuk meningkatkan produksi secara makro, maka
pemantauan pasar dan stabilisasi harga pada akhirnya sangat
menentukan keberhasilan program peningkatan produksi dalam
negeri. Pada waktu menjelang hari hari besar keagamaan dan
nasional seperti Idul Fitri, Idul Adha, Natal dan Tahun baru serta
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
31
menjelang akhir tahun sering terjadi gejolak harga yang ditandai
dengan naiknya permintaan pangan sesaat yang dibarengi juga
dengan kenaikan harga bahan pangan. Agar tidak terjadi spekulasi
yang terlalu besar, perlu diantisipasi penyediaan sesuai dengan
kebutuhan jangka pendek maupun jangka panjang. Pada umumnya
harga yang mengalami perubahan yang signifikan tersebut adalah
pangan pokok yang terkait dengan kepentingan sebagian besar
masyarakat, baik secara ekonomi, social maupun budaya, sehingga
komoditas pangan yang mengalami kenaikan tersebut dapat
menyebabkan inflasi. Komoditi pangan pokok tersebut menjadi
strategis seperti bawang merah dan cabai merah.
Fasilitasi dan Pembinaan PIP bertujuan untuk menciptakan system
Pelayanan Informasi Pasar yang cepat, tepat, kontinu, terkini dan
dapat dipercaya agar langsung dapat dimanfaatkan oleh para
penggunan informasi, meningkatkan kualitas data dan informasi
pasar sehingga lebih akurat, terkini, kontinu dan lengkap
meningkatkan kualitas sumber daya manusia pelaksana kegiatan
pelayanan informasi pasar. Pelaksanaaan kegiatan yang dilakukan
adalah :
1. Pertemuan Koordinasi Pembina PIP(Pelayanan Informasi
Pemasaran) di tingkat propinsi.
Kegiatan koordinasi Pembina PIP di tingkat propinsi merupakan
kegiatan yang rutin dilaksanakan pada setiap tahun yang
dimaksudkan untuk membahas evaluasi kegiatan PIP yang telah
dilaksanakan pada tahun sebelumnya sekaligus melakukan
koordinasi pelaksanaan PIP. Kegiatan ini akan dihadiri oleh
pejabat/Pembina yang menangani pelayanan informasi
pemasaran di dinas lingkup pertanian di tingkat propinsi.
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
32
2. Kegiatan Pertemuan petgas PIP juga merupakan kegiatan yang
rutin dilaksanakan pada setiap tahun dan dimaksudkan untuk
memberikan motivasi kepada para petugas PIP sehingga lebih
berperan aktif, mereview kegiatan yang telah dilakukan serta
memberikan workshop untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan dalam hal penyediaan layanan informasi
pemasaran.
Pengembangan Usaha dan Investasi diarahkan kepada
penerapan konsep pengembangan usaha agribisnis yang utuh
yaitu usaha tani yang fokus dan terpadu antara usaha agroinput
(hulu) kegiatan produksi (on farm) dan pengolahan (processing)
serta pemasaran dengan berorientasi kepada peningkatan
kesejahteraan petani dan pelaku usaha.
Fasilitasi Promosi untuk tahun 2016, agenda pameran di dalam
negeri antara lain adalah Agrinex, FBBN International yang lebih
diutamakan dalam bentuk Business Matching and Expo untuk
mempertemukan produsen dengan pelaku usaha pertanian di
beberapa sentra produksi pertanian di wilayah Indonesia
Fasilitasi Hortipark merupakan salah satu bentuk ekonomi
kreatif di sector pertanian yang dapat memberikan nilai tambah
bagi usaha agribisnis dalam rangka peningkatan kesejahteraan
petani. Beberapa dampak positif pengembangan agrowisata
antara lain meningkatkan nilai jual komoditi pertanian yang
dihasilkan dan berkembangnya sumber sumber pendapatan
lainnya yang dapat dinikmati oleh masyarakat setempat seperti
penyewaan homestay dan sarana rekreasi lainnya, kantin,
penjualan cindera mata dan lain lain.
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
33
c. Fasilitasi Pengolahan Hasil Hortikultura
Untuk mendukung keberhasilan terhadap pemanfaatan bantuan
sarana dan peralatan alat mesin pengolahan yang telah diadakan
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura, maka
perlu dilakukan pembinaan dan pengawalan terhadap
poktan/gapoktan penerima bantuan. Dalam melaksanakan
pembinaan dan pendampingan teknis maupun manajemen terhadap
kelompok tani/gapoktan/pelaku usaha dalam pengembangan
pengolahan hasil pertanian perlu dilakukan lebih insentif sehingga
pemanfaatan bantuan peralatan dan mesin dapat berjalan optimal
serta meningkatkan manajemen pengelolaan, efisiensi dan efektifitas
unit pengolahan hasil pertanian. Pembinaan, pengawalan dan
pendampingan dilakukan oleh petugas dinas propinsi dan
kabupaten/kota kepada kelompok tani/gapoktan/pelaku usaha di
sejauh mana perkembangan unit pengolahan hasil pertanian di
daerah saat ini wilayah yang menjadi binaannya. Implementasi
program peningkatan nilai tambah dan daya saing dan ekspor
diwujudkan dalam berbagai bentuk fasilitasi bantuan kepada
kelompok sasaran. Sehingga perlu dilihat sejauh mana
perkembangan program dan kegiatan di tingkat lapang.
Perkembangan pembangunan unit pengolah hasil pertanian di
daerah saat ini masih membutuhkan perhatian khusus dalam
operasionalisasinya. Hal ini memberikan gambaran bahwa
perkembangan pengolahan hasil pertanian di daerah harus
memberikan informasi yang dapat dideskripsikan antara lain UPH
dan kelembagaannya, operasionalisasi, keragaan alat dan mesin,
dan pelaku usahanya.
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
34
3. Kegiatan Dana Tugas Pembantuan Propinsi
Tugas Pembantuan adalah penugasan penugasan dari Pemerintah
kepada daerah dan/atau desa, dari pemerintah provinsi kepada
kabupaten atau kota dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten
atau kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu dengan
kewajiban melaporkan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaannya
kepada yang menugaskan.
Dana Tugas Pembantuan Propinsi adalah dana yang berasal dari APBN
yang dilaksanakan oleh kabupaten/kota akan tetapi lokasi anggarannya
berada di propinsi. Pendanaan dalam rangka Tugas Pembantuan
dialokasikan untuk kegiatan bersifat fisik yaitu bantuan sarana prasarana
pascapanen, pengolahan dan pemasaran yang diperlukan baik berupa
pembangunan/rehabilitasi bangunan dan atau peralatan dan mesin.
2.1.7 Langkah Operasional
Adapun langkah operasional Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura
yang akan dilakukan uadalah sebagai berikut:
1. Fasilitasi Pemasaran Hortikultura
- Pemetaan Jaringan Pemasaran dan Distribusi Produk Hortikultura
- Pelayanan Informasi Pasar
- Pengembangan Pemasaran Internasional
- Pemasyarakatan/promosi dan Investasi
Penyelenggaraan Pameran Agrinex 2016
Gelar Promosi Agribisnis (GPA) Soropadan
Penyelenggaraan Hari Pangan Sedunia
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
35
Promosi dan Investasi Produk Hortikultura Nusantara
Fasilitasi Pasar Murah Produk Hortikultura
Trade Expo Internasional (TEI)
Asean Flower Festival (AFF)
- Fasilitasi Gelar Produk Hortikultura
- Manajemen Rantai Pasok
- Pertemuan Koordinasi Teknis Pusat dan daerah
- Fruit Indonesia 2016
Exhibition
Business Matcmaking
Export Business Coaching
Aneka Lomba
Karnaval
Pembukaan
2. Fasilitasi Penerapan Jaminan Mutu Hortikultura
- Peningkatan Kapabilitas Petugas/Petani
- Pengembangan Standardisasi dan Mutu Produk Hortikultura:
Pengembangan Standardisasi Produk Hortikultura
Pengembangan dan Fasilitasi Mutu Produk Hortikultura
Fasilitasi Inisiasi Indikasi Geografis (IG) Produk Hortikultura
3. Pembinaan Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Saing Hortikultura.
- Pembinaan Pengembangan Pengolahan Produk Hortikultura
Pengembangan Pengolahan Produk Hortikultura
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
36
Pendampingan Penerapan Teknologi Pengolahan Produk
Hortikultura
Optimalisasi Manajemen Sentra Pengemasan Hortikultura
Pemutakhiran Data Profil Pelaku Usaha Pengolahan
Produk Hortikultura
Penyusunan Panduan Teknis Pengolahan Produk
Hortikultura
Pembinaan Pengembangan Pengolahan Sayuran dan
Tanaman Obat
Pembinaan Pengembangan Pengolahan Hasil Buah dan
Florikultura.
- Pembinaan Pengembangan Pascapanen Produk Hortikultura
Pengembangan Pascapanen Produk Hortikultura
Optimalisasi Sarana dan Prasarana Pascapanen
Hortikultura
Penyusunan Pedoman Teknis dan Bahan Advokasi
Pascapanen Produk Hortikultura
4. Layanan Perkantoran.
Dalam rangka penyelenggaran suatu organisasi tentunya memerlukan
dukungan/ fasilitasi layanan kantor yang didukung oleh kemampuan dan
kecekatan sumberdaya manusia yang baik. Hal ini akan berpengaruh
terhadap keberhasilan kinerja institusi, disamping tersedianya sumber
dana dan sarana yang memadai serta prosedur tata kelola administrasi
yang baik.
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
37
Proses dan pengelolaan kegiatan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Hortikultura didukung oleh layanan perkantoran yang dilaksanakan
dalam rangka memfasilitasi keperluan sarana administrasi, Pembinaan
kegiatan lapangan, surat menyurat, rapat-rapat/koordinasi dengan
instansi terkait, verifikasi, evaluasi serta pendampingan kegiatan terkait
fasilitasi barang kekayaan Negara, fasilitasi sarana administrasi,
penggandaan laporan, pendataan, serta kepegawaian di lingkungan
perkantoran.
Agar kinerja perkantoran dapat tercapai dengan baik dan efisien, maka
perlu dukungan kemampuan SDM yang handal, tersedianya sarana dan
prasarana kerja yang memadai, prosedur tata kelola administrasi yang
baik dan dukungan dana yang optimal.
Tujuan dan sasaran dapat diwujudkan, Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Hortikultura melakukan Peningkatan Capacity Building
bagi staf Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura.
Peningkatan Capacity Building ini bertujuan untuk pengembangan
karakter, memberi motivasi, meningkatkan persepsi dan kerja sama tim
yang kuat.
2.1.8 Rencana Aksi
Dalam pencapaian sasaran Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Hortikultura maka disusun Rencana Aksi selama setahun yang
dilaksanakan dalam periode waktu triwulan dengan jenis kegiatan sebagai
berikut:
1. Penerbitan Pedoman Teknis Kegiatan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Hortikultura
2. Koordinasi Teknis Pusat dan daerah
3. Pengawalan dan pembinaan teknis terhadap pelaksanaan kegiatan
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
38
4. Pemantauan dan pengendalian secara periodik (triwulan dan semester)
5. Evaluasi pelaksanaan kegiatan
6. Pelaporan
2.1.9. Rencana Kinerja Tahunan
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Hortikultura Tahun 2016 dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 2. Rencana Kinerja Tahunan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura
Tahun 2016
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
1. Meningkatnya Nilai tambah dan daya saing hasil hortikultura
1. Fasilitasi Bangsal Pascapanen
30 Unit
2. Fasilitasi Sarana Prasarana Pascapanen
417 Unit
3. Fasilitasi Sarana Pengolahan
162 Unit
4. Fasilitasi Pemasaran Hortikultura
39 Kali
5. Fasilitasi Penerapan Jaminan Mutu Hortikultura
50 Kali
6. Fasilitasi Cold Storage 10 Unit
7. Penguatan Kawasan Hortipark
5 Lokasi
Sumber: RKT Dit.PPHH, 2016
2.2. Perjanjian Kinerja Tahun 2016
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura telah
menetapkan standar kinerja pada awal tahun 2016 yang merupakan
penjabaran dari Renstra Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Hortikultura Tahun 2016 - 2019. Standar kinerja tersebut dituangkan dalam
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
39
bentuk Perjanjian Kinerja (PK), terlampir. Perjanjian kinerja (PK)
merupakan kesepakatan/kontrak kerja antara Direktur Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Hortikultura dengan Direktur Jenderal Hortikultura untuk
melaksanakan Program dan Kegiatan yang mendukung Program
Direktorat Jenderal Hortikultura.
Pencapaian Sasaran Strategis Direktorat Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Hortikultura yaitu berkembangnya komoditas bernilai tambah dan
berdaya saing diukur melalui indikator kinerja
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
40
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
3.1 Kriteria Ukuran Keberhasilan
Gambaran kinerja Direktorat Pengolahan Hasil Hortikultura Tahun 2016 dapat
diketahui dari hasil pengukuran kinerja yang terdapat pada Perjanjian Kinerja
(PK) yaitu dengan membandingkan antara realisasi dengan target yang
ditentukan di awal tahun. Untuk mengukur tingkat capaian kinerja tahun 2016
tersebut digunakan metode scoring yang mengelompokkan capaian kedalam
4 (empat) kategori kinerja, yaitu: 1) sangat berhasil (capaian >100%),
2) berhasil (capaian 80 - 100%), 3) cukup berhasil (capaian 60 < 79%), dan
4) kurang berhasil (capaian < 60%) terhadap sasaran yang telah ditetapkan.
3.2 Pencapaian Kinerja Tahun 2016
Pengukuran capaian kinerja atas kegiatan pembangunan pengolahan dan
pemasaran hasil hortikultura yang telah difasilitasi melalui dukungan dana
APBN pada Tahun 2016 dilakukan dengan membandingkan target kinerja
yang telah ditetapkan dengan pencapaian realisasi target tersebut.
Pengukuran realisasi indikator kinerja diperoleh dengan cara sebagai berikut:
Indikator Kinerja Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura
1. Fasilitasi Pemasaran Hortikultura
Indonesia memiliki sumberdaya produk hortikultura yaitu buah dan sayuran,
tanaman obat/biofarmaka dan tanaman hias (florikultura) yang sangat
beragam dan dapat diandalkan sebagai kekuatan dalam peningkatan
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
41
perekonomian masyarakat. Dalam rangka pengembangan serta
meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk hortikultura, Direktorat
Jenderal Hortikultura telah melakukan pembinaan, pengawalan dan fasilitasi
kepada pelaku usaha produk segar dan olahan di daerah/propinsi sentra
hortikultura.
Potensi komoditi hortikultura Indonesia cukup besar, namun disisi lain
masih banyak kendala dalam pengembangannya. Misalnya, produk
hortikultura bersifat musiman sehingga harga masih fluktuatif, teknologi
pasacapanen dan pengolahan produk serta pengemasan produk
hortikultura masih sangat sederhana dan belum berkembang di tingkat
kelompok/gabungan kelompok tani produsen.
Peluang pasar yang cukup besar, baik untuk pasar domestik maupun
internasional menuntut adanya upaya peningkatan produksi dan mutu
melalui pascapanen dan pengolahan hasil yang baik. Begitu juga halnya
dengan komoditas hortikultura yang mencakup produk buah, sayuran,
biofarmaka dan tanaman hias/bunga. Dengan menerapkan teknologi
pascapanen dan pengolahan yang baik, produk hortikultura tersebut
diharapkan akan memiliki nilai tambah tinggi.
Jumlah penduduk Indonesia diperkirakan lebih dari 250 juta merupakan
suatu potensi pasar produk hortikultura dalam negeri. Produk hortikultura
yang dipasarkan sebagian besar dalam bentuk produk segar dan baru
sebagian kecil produk olahan. Untuk meningkatkan pengembangan
pemasaran produk hortikultura diperlukan upaya melalui pemasyarakatan
dan promosi produk tersebut, salah satunya melalui pameran yang
bertujuan mempromosikan perkembangan dan kemajuan produk
hortikultura berikut sarana penunjangnya kepada masyarakat sehingga
masyarakat dapat lebih mengenal perkembangan produk hortikultura dan
pada akhirnya dapat meningkatkan pemasaran serta meningkatkan
apresiasi dan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi produk
hortikultura Indonesia baik segar maupun olahan.
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
42
Beberapa fasilitasi promosi dan investasi di tahun 2016 yang dilaksanakan di
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Ditjen Hortikultura
adalah :
Agrinex Expo merupakan ajang pameran agribisnis yang diikuti oleh
beberapa instansi pemerintah baik pusat maupun daerah, Binaan Badan
Usaha Milik Negara, serta beberapa industri pendukung dibidang agribisnis
pertanian seperti industri perbenihan, alat dan mesin pertanian, maupun
sarana pendukung lainnya. Produk yang ditampilkan merupakan produk
hasil aplikasi teknologi pada komoditas pangan, teknologi benih, teknologi
pupuk, teknologi mesin dan peralatan pertanian, teknologi perkebunan,
teknologi perikanan dan teknologi peternakan dari hulu sampai hilir.
Agrinex Expo 2016 dilaksanakan setiap tahun di Assembly Hall Jakarta
Convention Center (JCC). Pada tahun 2016 dilaksanakan pada 1-3 April
Ditjen Hortikultura berpartisipasi pada 2 stand dengan menampilan produk
hortikultura strategis yaitu Aneka Cabai dan Bawang Merah berikut
informasi sentra produksi dan sentra pengembangannya.
Gelar Promosi Agribisnis (GPA) Soropadan yang dilaksanakan pada tanggal
26 – 30 Mei 2016. di Soropadan – Jawa Tengah dengan tema
“Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Produk Pertanian Dalam Era
pasar Bebas ASEAN”, sehingga produk usaha agribisnis Indonesia
menjadi tuan rumah dinegerinya sendiri dan dapat bersaing di manca
negara. Untuk menampilkan keanekaragaman dan keunggulan produk
Hortikultura nusantara, Ditjen Hortikultura berpartisipasi pada 2 both.
Penyelenggaraan Hari Pangan Se-Dunia ke-XXXVI di Boyolali Jawa Tengah
pada tanggal 28-30 Oktober 2016 merupakan momentum dalam
meningkatkan pemahaman dan kepedulian masyarakat serta stakeholders
terhadap pentingnya penyediaan pangan yang cukup dan bergizi dalam
rangka meningkatkan dan percepatan perbaikan gizi masyarakat, baik bagi
masyarakat Indonesia maupun dunia. Pada penyelenggaraan HPS XXXVI
di Boyolali, Ditjen Hortikultura berpartisipasi dalam pameran di stand
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
43
dengan menampilkan produk buah, sayur, biofarmaka dan florikultura
Indonesia.
Dalam upaya menghadapi Ramadhan dan Idul Fitri, Ditjen Hortikutura
bekerjasama dengan Perum Bulog melakukan Launching Bawang Merah
Murah Berkualitas bertempat di Pelataran Kantor Bulog Divisi Regional DKI
Jakarta. Target yang diharapkan adalah Bulog melakukan distribusikan dan
Operasi Pasar bawang merah murah dengan kualitas baik dan harga
murah ke pasar-pasar di diwilayah DKI Jakarta dan Bandung sekitarnya.
Beberapa pasar yang bakal menjadi sasaran distribusi bawang merah
diantaranya pasar Induk Kramat Jati, Pasar Induk Tanah Tinggi, Pasar
Induk Cibitung, Pasar Induk Caringin Bandung dan beberapa pasar besar
di propinsi Banten. Upaya ini dilakukan untuk melakukan stabilasasi harga
bawang merah jelang ramadhan dan lebaran.
Kampung Budaya Expo 2016 sebagai salah satu upaya untuk
menggerakkan dan mendorong usaha penyelenggaraan pangan yang
berkelanjutan dengan memaksimalkan peran masing-masing pemangku
kepentingan dalam rangka mewujudkan Kedaulatan Pangan Nasional,
disamping sebagai sarana promosi dan interaksi bisnis yang efektif bagi
pengembangan produk-produk pangan dan teknologi pangan unggulan
Indonesia beserta segenap sektor pendukung terkait lainnya.
Festival Buah dan Sayur di Pondok Indah Mall yang kegiatan ini baru
pertama kali melibatkan Pasar Tani yang diadakan dalam mal. Biasanya
program pemberdayaan petani tersebut berlangsung di Kementerian
Pertanian Ragunan setiap hari Jumat. “Program pemberdayaan petani ini
diharapkan agar mereka bisa memasarkan produknya langsung ke
konsumen. Sehingga Pasar Tani bisa memotivasi petani dalam berbisnis,
berjualan dan menghadapi konsumen. Apalagi dengan masuk ke mall bisa
semakin memotivasi mereka.
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
44
Pasar murah di beberapa lokasi/pasar yang mendekat kepada konsumen
merupakan solusi jangka pendek untuk menghadirkan produk-produk
hortikultura berkualitas dengan harga terjangkau (dibawah harga pasar
retail). Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura sebagai
bagian dari Direktorat Jenderal Hortikultura memiliki salah satu tugas dan
fungsi yaitu memfasilitasi pemasaran produk petani/kelompok tani baik
segar dan olahan, khususnya cabai dan bawang merah. Mekanisme
penentuan lokasi pelaksanaan pasar murah adalah
1) Lokasi yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Hortikultura : Pasar
Jaya di wilayah DKI Jakarta, di kantor Kementerian Pertanian (Ragunan
dan Pasar Minggu);
2) Permintaan Instansi terkait baik Kementerian dan Kantor Walikota di
Jakarta.
Trade Expo Internasional (TEI) merupakan ajang promosi tahunan yang
diselenggarakan oleh Kementerian Perdagangan, yang menampilkan
produk dan jasa Indonesia yang berorientasi ekspor yang bertujuan
memperluas jaringan bisnis/akses pasar, menyediakan platform bagi
perusahaan di Indonesia termaksud UKM Indonesia yang telah dan akan
melakukan ekspor untuk bertemu dengan pembeli mancanegara tanpa
harus keluar negeri untuk memperkenalkan/mempromosikan produk dan
jasanya, meningkatkan kebanggaan terhadap produk dan jasa dalam negeri
serta meningkatkan citra Bangsa Indonesia dimata dunia melalui promosi
produk dan jasa unggulan Indonesia. Trade Expo Internasional ke-31 tahun
2016 dilaksananakan pada tanggal 12 – 16 Oktober 2016 di JIEXPO
Kemayoran. Tujuan diselenggarakan Trade Expo adalah :
1. Untuk mempersiapkan eksportir Indonesia melakukan perdagangan
dengan importir Negara dari Negara lain
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
45
2. Untuk mengetahui produk Indonesia baik produk pertanian, industri,
kerajinan dan perikanan dan pertanian yang di butuhkan oleh pasar luar
negeri.
3. Memperbaiki struktur ekspor Indonesia yang semula bertumpu pada
produk primer menjadi produk manufaktur secara bertahap, sehingga
para pelaku usaha juga dapat termotivasi untuk meningkatkan kinerja
ekspor non migas lima tahun tahun ke depan.
Asean Flower Festival (AFF 2016) di Bandung pada tanggal merupakan
ajang promosi tanaman florikultura yang dimaksudkan untuk
memasyarakatkan hasil-hasil florikultura kepada para konsumen
potensial di tingkat nasional maupun di tingkat negara-negara ASEAN.
Kegiatan pameran dan bursa dalam rangka Fruit Indonesia dilaksanakan di
Parkir Timur Senayan Jakarta pada tanggal 17- 20 November 2016.
Exhibition dilaksanakan diarea Dome dan tenda di Parkir Timur Senayan
yang diikuti oleh pelaku usaha dan produsen hortikultura, asosiasi
hortikultura, usaha atau industri terkait dengan hortikultura (benih, pupuk,
pestisida dan sarana prasarana perbenihan) serta instansi terkait (pusat,
provinsi dan kabupaten/kota), serta lembaga penelitian. Provinsi maupun
kabupaten/kota yang berpartisipasi pada kegiatan stand pameran tidak
hanya menampilkan produk unggulan daerah saja, tetapi juga mengisi
produk yang merupakan hasil pelaksanaan program/kegiatan
pengembangan hortikultura.
Bursa diikuti oleh pelaku usaha yang tergabung dalam Pasar Tani,
penangkar benih buah, produsen olahan berbahan baku buah, pedagang
kuliner, alat mesin penunjang pengembangan buah, dan lain-lain. Kegiatan
bursa merupakan daya tarik bagi pengunjung, karena menampilkan produk-
produk dengan kualitas yang baik, bervariasi, segar dan murah
Dari ke 10 kegiatan fasilitasi promosi dan investasi yang terkait dan ada
keterlibatan daerah hanya pada event Fruit Indonesia 2016. Adapun propinsi
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
46
yang tidak terdapat fasilitasi pemasyaratan/ promosi di tahun 2016 adalah
Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Timur, Papua, Papua
Barat, Maluku Utara dan Kepulauan Riau. Hal ini dimungkinkan karena adanya
pemotongan anggaran yang terjadi sebanyak 2 kali pada tahun 2016.
2. Fasilitasi Penerapan Jaminan Mutu Hortikultura
Sistem standardisasi dan mutu merupakan bagian yang tak dapat
dipisahkan dari pembinaan mutu hasil hortikultura sejak proses penyiapan
bahan baku, produksi hingga produk di tangan konsumen. Penerapan
sistem standardisasi secara optimal sebagai alat pembinaan mutu hasil
pertanian bertujuan untuk meningkatkan efisiensi proses produksi
maupun produktivitas di bidang pertanian yang pada akhirnya akan
meningkatkan daya saing dan mendorong kelancaran pemasaran
komoditi pangan serta mendorong berkembangnya investasi di sektor
pertanian.
Daya saing menjadi kata kunci dalam rangka memenangkan kompetisi di
era persaingan global. Pada sektor pertanian, usaha mengarah pada
peningkatan peningkatan daya saing produk pertanian termasuk produk
hortikultura telah dilakukan sejak beberapa tahun terakhir. Peningkatan
produk hortikultura berdaya saing diarahkan melalui penerapan standar
mutu mulai dari kegiatan di lapangan hingga sampai ke meja konsumen
(from land to table). Peningkatan mutu dan standardisasi dilakukan
melalui kebijakan Penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) mulai dari
tingkat petani dan pelaku. Salah satu bagian dalam penerapan standar
mutu yaitu penerapan sistem jaminan mutu Good Agricultural Practices
(GAP), Good Handling Practices (GHP), Good Manufacturing Practices
(GMP) dan Sanitary and Phytosanitary (SPS) untuk perkarantinaan
pertanian, serta berbagai macam sertifikasi lainnya seperti global GAP,
Organic Farming, Keamanan Pangan/HACCP serta Maximum Residue
Limit (MRL) untuk komoditas strategis.
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
47
Kebijakan pengembangan mutu dan standardisasi mutu melalui (1)
Pengembangan standardisaasi mutu dan keamanan hasil pertanian
(pengembanganSNI, Skema Sertifikasi dan Registrasi Mutu dan
Keamanan Pangan Sertifikasi Sistem Mutu dan keamanan pangan,
Kerjasama dan Harmonisasi Standar, (2) Pembinaan Penerapan Sistem
jaminan mutu dan keamanan pangan (operasional pengawasan mutu dan
keamanan pangan produk pertanian, (3) Pemberian jaminan berupa
registrasi (PSAT), registrasi packing house.
Dalam rangka sertifikasi produk hortikultura, tahapan yang dilakukan
adalah penyiapan dokumen sistem mutu (doksistu) dan Sistem Kendali
Internal (SKI) yang dilakukan melalui rapat/pertemuan
koordinasi/bimbingan teknis yang melibatkan petugas, kelompok
tani/gapoktan serta pemangku kepentingan lainnya. Dalam rangka
pembinaannya, dilakukan juga kegiatan pendampingan penerapan
jaminan mutu hortikultura. Selain itu kegiatan fasilitasi penerapan jaminan
mutu hortikultura juga membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang
berkompeten dan berkualitas melalui peningkatan kapabilitas bagi para
petugas dan petani. Berdasarkan target capaian kinerja, pada tahun 2016
kegiatan Fasilitasi Jaminan Mutu Hortikultura mempunyai target 50
dokumen dan tercapai 36 dokumen. Dokumen Sistem Mutu (doksistu)
yang sudah disusun merupakan bahan yang dapat digunakan dalam
sertifikasi. Tahapan selanjutnya adalah proses sertifikasi. Beberapa
daerah dapat melakukan sertifikasi pada tahun 2016, meski ada yang
tidak dapat melakukan sertifikasi pada tahun 2016 karena keterbatasan
anggaran.
Daerah yang tidak tercapai antara lain adalah :
Propinsi Kalimantan Selatan sebanyak 5 unit.
Kegiatan Fasilitasi Jaminan Mutu Hortikultura di propinsi Kalimantan
Selatan tidak dapat dilaksanakan karena keterbatasan waktu dalam
melaksanakan kegiatan setelah anggaran tidak jadi dipotong.
Propinsi Sumatera Utara sebanyak 5 unit
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
48
Tidak terlaksana karena pemotongan anggaran
Propinsi Papua Barat sebanyak 2 unit
Kegiatan Fasilitasi Jaminan Mutu Hortikultura tidak dapat
dilaksanakan karena keterbatasan waktu dalam melaksanakan
kegiatan setelah anggaran tidak jadi dipotong.
3. Pembinaan Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Saing Hortikultura
Komoditas hortikultura mempunyai karakteristik yang mudah rusak
(perishable) sehingga memerlukan penanganan secara baik agar produk
yang dihasilkan dapat dipertahankan jumlah dan mutunya, mulai dari
penanganan budidaya, pascapanen, dan pengolahan hasil. Penanganan
pascapanen dan kegiatan pengolahan merupakan tahapan yang sangat
berpengaruh terkait dengan keamanan pangan dan standard mutu produk
hortikultura.
Dalam mendukung peningkatan nilai tambah dan daya saing produk
hortikultura maka pengembangan pengolahan produk hortikultura adalah
salah satu upaya untuk meningkatkan nilai jual, sehingga dapat menambah
pemasukan bagi masyarakat/petani/pelaku usaha dalam membangun
pengembangan industri pengolahan produk hortikultura yang ramah
lingkungan.
a. Pembinaan Pengembangan Pengolahan Produk Hortikultura
Pengolahan hasil hortikultura untuk meningkatkan nilai tambah, dan
daya saing produk hortikultura serta memperpanjang masa simpan
terutama pada saat panen raya, dimana harga jualnya menjadi sangat
rendah. Pengembangan pengolahan hasil hortikultura diarahkan untuk
meningkatkan efisiensi pengolahan, standardisasi mutu produk dan
keamanan pangan, ramah lingkungan dan peningkatan nilai tambah
yang kerkeadilan (berkelanjutan).
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
49
Pengembangan pengolahan hortikultura disinergikan dengan
pengembangan agroindustri pedesaan berbasis kelompok komoditi
hortikultura. Oleh karena karakter dan budaya yang beragam, maka
pengetahuan tentang sifat dan karakteristik produk hortikultura di
suatu lokasi sentra pengembangan pengolahan hortikultura menjadi
sangat penting. Untuk mendukung kemajuan usaha pengolahan hasil
hortikultura sesuai TUSI dalam Perpres nomor 45 tahun 2015, maka
dilakukan kegiatan dengan menyediakan sarana pengolahan bagi
pelaku usaha hortikultura di Indonesia.
Fasilitasi Sarana Pengolahan Hasil Hotikultura pada tahun 2016
awalnya diberikan pada 32 propinsi di Indonesia dengan jumlah 162
unit. Namun tidak semua dapat terlaksana karena adanya efisiensi
penganggaran sehingga beberapa propinsi tidak terealisasi.
Secara keseluruhan dari anggaran Fasilitasi Sarana Prasarana
Pengolahan di 32 propinsi tersebut nilai pagu awal untuk adalah
sebesar Rp. 7.300.000.000 dan realisasi sebesar Rp 5.181.163.350,
maka realisasi anggaran adalah sebesar 70,97 %, hal ini dianggap
berhasil.
Kegiatan kegiatan yang dilaksanakan untuk meningkatkan nilai
tambah dan daya saing antara lain:
Pengembangan Pengolahan Produk Hortikultura
Pendampingan Penerapan Teknologi Pengolahan Produk
Hortikultura
Optimalisasi Manajemen Sentra Pengemasan Hortikultura
Pemutakhiran Data Profil Pelaku Usaha Pengolahan Produk
Hortikultura
Penyusunan Panduan Teknis Pengolahan Produk Hortikultura
Pembinaan Pengembangan Pengolahan Sayuran dan Tanaman
Obat
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
50
Pembinaan Pengembangan Pengolahan Hasil Buah dan
Florikultura.
b. Pembinaan Pengembangan Pascapanen Produk Hortikultura
Penanganan pascapanen produk hortikultura merupakan salah satu
kegiatan dalam usahatani yang perlu mendapat perhatian, karena
menyangkut kehilangan hasil baik yang diakibatkan dari kerusakan
produk, penyusutan bobot maupun adanya produk tercecer selama
kurun waktu tersebut.
Penanganan pascapanen yang baik bisa dipakai sebagai acuan dalam
usaha menekan kehilangan hasil dan pencapaian standar mutu produk.
Apalagi sampai saat ini belum ada hasil kajian ilmiah berupa angka yang
menyatakan tingkat kehilangan hasil masing - masing produk hortikultura.
Namun demikian berdasar pendapat ilmuwan, diperkirakan tingkat
kehilangan hasil produk hortikultura secara umum mencapai 30% - 50%,
bila penanganan saat panen dan pascapanen kurang tepat atau tidak
dilakukan secara baik. Sebaliknya, apabila panen dan pascapanen
ditangani dengan secara baik dan benar, maka dapat memperpanjang
kesegaran produk, memperlambat penurunan mutu hasil panen,
memperpanjang umur simpan, menekan kehilangan hasil dan pada
akhirnya meningkatkan pendapatan.
Kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan penanganan pascapanen
dapat berupa kegiatan yang sederhana sampai kompleks; namun
demikian pada dasarnya terdiri dari beberapa kegiatan sebagai berikut :
pengumpulan produk, sortasi (pemilahan produk); pembersihan atau
pencucian; pengkelasan (grading); pengepakan (packaging); dan
penyimpanan sebelum pengangkutan. Untuk itu bisa diartikan bahwa
pekerjaan penanganan pascapanen yang dilakukan secara baik bisa
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
51
dijadikan indikator kinerja untuk menekan / mengurangi kehilangan hasil
serta usaha untuk pencapaian mutu yang maksimal.
Pencapaian Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura
Tahun 2016 secara ringkas dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 3 . Pengukuran Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Hortikultura Tahun 2016
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target * Realisasi** % Kategori
1. Terpenuhinya standar mutu, nilai tambah dan daya saing produk hortikultura
1. Bangsal Pascapanen
Unit 30 28 93 Berhasil
2. Sarana Prasarana Pascapanen
Unit 417 316 76 Berhasil
3. Sarana Prasarana Pengolahan
Unit 162 120 75 Berhasil
4. Fasilitasi Pemasaran Hortikultura
Kali 39 30 77 Berhasil
5. Fasilitasi Penerapan Jaminan Mutu Hortikultura
Kali 50 38 76 Berhasil
6. Cold Storage Unit 1 1 100 Berhasil
7. Fasilitasi Hortipark Lokasi 5 5 100 Berhasil
Keterangan: *) Berdasarkan angka dalam Perjanjian Kinerja (PK) Ditjen Hortikultura Tahun 2016
Berdasarkan hasil pengukuran kinerja, pencapaian kinerja Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura dapat dikatakan Berhasil. Hal
ini dikarenakan adanya komitmen dan upaya keras dari Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura yang dilakukan melalui sinergi
dengan seluruh pemangku kepentingan dan stake holders untuk
mewujudkan tercapainya kemajuan dan peningkatan kinerja pembangunan
hortikultura. Hail capaian terebut seperti dalam table adalah karena
pemotongan anggaran. Cold storage rencana awal adalah 10 unit, karena
pengurangan anggaran menjadi 1 unit, demikian juga dengan pengadaan
yang lainnya karena terjadinya penghematan anggaran.
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
52
3.3. Evaluasi dan Analisis Pencapaian Kinerja
Tahun 2016
Berdasarkan pengukuran kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Hortikultura Tahun 2016, ada 7 indikator kinerja sasaran kegiatan
yaitu Bangsal Pascapanen, Sarana Prasarana Pengolahan, Fasilitasi
Pemasaran Hortikultura, Fasilitasi Penerapan Jaminan Mutu Hortikultura,
Sarana Prasarana Pascapanen, Fasilitasi Cold Storage dan Hortipark
menghasilkan kinerja dengan capaian kategori Berhasil
3.3.1. Evaluasi dan Analisis Pencapaian Fasilitasi Pemasaran
Hortikultura
1. Pada tahun 2016 Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura,
yang dilaksanakan oleh Sub Direktorat Pemasaran dan Investasi telah
melaksanakan 5 kegiatan Pemasyarakatan yang berupa pameran dan
promosi yaitu :
(i) Agrinex Expo 2016, (ii) Gelar promosi Agribisnis Soropadan 2016 di
Jawa Tengah, (iii) HPS XXXVI di Boyolali, iv) Trade Expo Internasional di
JIEXPO Kemayoran dan v) Festival Fruit Indonesia 2016 di Pelataran Parkir
Timur Senayan. Kegiatan pemasyarakatan/promosi dan investasi
diharapkan dapat meningkatkan apresiasi masyarakat baik yang berperan
sebagai pembeli (buyers) untuk pasar dalam negeri dna ekspor, juga
pelaku usaha yang akan berinvestasi di bidang hortikultura. Selain itu
pemasyarakatan dan promosi dapat menjadi sarana informasi dan
pengenalan kepada masyarakat terhadap pengembangan dan kemajuan
produk hortikultura Indonesia, melalui pengenalan beberapa jenis produk
hortikultura baik segar dan olahan yang di tampilkan dan di rasakan kepada
masyarakat.
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
53
2. Partisipasi dan dukungan penyelenggaraan pameran dan promosi
dilakukan dengan menampilkan produk-produk hortikultura yang dihasilkan
dari petani-petani produsen (on-farm/hulu) dan atau pelaku usaha (off-
farm/hilir) binaan Direktorat Jenderal Hortikultura. Hal ini untuk melakukan
optimalisasi sumber daya lokal sangat diperlukan untuk mencapai
kemandirian pangan.
3. Kelembagaan pemasaran yang sudah dibentuk dan dikembangkan untuk
mening kerjasama dan sinergitas diantara berbagai stakeholders baik
produsen dan pelaku pemasaran sangat diperlukan. Kelembagaan
pemasaran yaitu pasar tani dan sub terminal agribisnis masih perlu
dilakukan fasilitasi dan pembinaan dalam peningkatan produksi pangan
yang bergizi dan berkelanjutan, untuk pemenuhan pangan secara nasional,
yang pada akhirnya juga dapat berkontribusi terhadap pemenuhan pangan
dunia.
4. Dalam era liberalisasi dewasa ini, produk hortikultura Indonesia dituntut
mempunyai keunggulan daya saing (competitive advantage) dengan
penampilan dan dan kualitas tinggi, terstandarisasi sesuai preferensi
konsumen, serta harga yang layak. Untuk itu perlu dilakukan peningkatan
produktivitas, efisiensi produksi, penanganan pasca panen, pengolahan
hasil dan promosi pemasaran sehingga juga memberikan nilai tambah dan
keuntungan yang layak bagi pelaku usaha.
5. Lingkungan strategis pasar global yang ditandai dengan perubahan tatanan
ekonomi dunia mengalami perubahan yang mengarah pada liberalisasi
perdagangan. Kemampuan bersaing komoditas hortikultura di pasar lokal
maupun pasar global sangat mempengaruhi pendapatan di tingkat petani.
Oleh kerana itu kegiatan kerjasama pemasaran baik dengan pelaku usaha
dalam negeri dan luar negeri perlu dibanngun dan difasilitasi dengan
mengikuti perkembangan kerjasama luar negeri.
6. Pameran/promosi yang selalu menjadi agenda tetap dari kegiatan promosi
dalam negeri bertujuan untuk mengajak para investor maupun pengusaha
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
54
besar untuk dapat melakukan kemitraan dengan petani untuk dapat
menanamkan modalnya di sektor pertanian (hortikultura). Melalui event
promosi produk agar dapat dikenal luas oleh masyarakat konsumen baik
melalui event-event baik regional maupun nasional.
7. Dalam upaya promosi dan memberikan apresiasi serta meningkatkan akses
pemasaran produk hortikultura segar dan olahan Direktorat Jenderal
Hortikultura perlu mengagendakan kegiatan rutin pemasyarakatan/
pameran/ promosi untuk mengenalkan produk hortikultura yang sudah
mampu meningkatkan nilai tambahnya.
3.3.2. Evaluasi dan Analisis Pencapaian Failitasi Penerapan
Jaminan Mutu Hortikultura
Sistem standardisasi dan mutu merupakan bagian yang tak dapat
dipisahkan dari pembinaan mutu hasil hortikultura sejak proses
penyiapan bahan baku, produksi hingga produk di tangan konsumen.
Penerapan sistem standarsasi secara optimal sebagai alat pembinaan
mutu hasil pertanian bertujuan untuk meningkatkan efisiensi proses
produksi maupun produktivitas di bidang pertanian yang pada akhirnya
akan meningkatkan daya saing dan mendorong kelancaran pemasaran
komoditi pangan serta mendorong berkembangnya investasi di sektor
pertanian.
Daya saing menjadi kata kunci dalam rangka memenangkan kompetisi
di era persaingan global. Pada sektor pertanian, usaha mengarah pada
peningkatan daya saing produk pertanian termasuk produk hortikultura
telah dilakukan sejak beberapa tahun terakhir. Peningkatan produk
hortikultura berdaya saing diarahkan melalui penerapan standar mutu
mulai dari kegiatan di lapangan hingga sampai ke meja konsumen (from
land to table). Peningkatan mutu dan standarisasi dilakukan melalui
kebijakan Penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) mulai dari
tingkat petani dan pelaku usaha. Salah satu bagian dalam penerapan
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
55
standar mutu yaitu penerapan sistem jaminan mutu Good Agricultural
Practices (GAP), Good Handling Practices (GHP), Good Manufacturing
Practices (GMP) dan Sanitary and Phytosanitary (SPS) untuk
perkarantinaan pertanian, serta berbagai macam sertifikasi lainnya
seperti Global GAP, Organic Farming, Keamanan Pangan/HACCP, serta
Maximum Residue Limit (MRL) untuk produk komoditas strategis.
Kebijakan pengembangan mutu dan standardisasi yang dilaksanakan
melalui (1) Pengembangan standardisasi mutu dan keamanan hasil
pertanian (pengembangan SNI, Skema Sertifikasi dan Registrasi Mutu
dan Keamanan Pangan Sertifikasi sistem mutu dan keamanan pangan,
Kerjasama dan Harmonisasi standar), (2) Pembinaan Penerapan
sistem jaminan mutu dan keamanan pangan (operasionalisasi
Pengawasan Mutu dan Keamanan pangan produk pertanian, (3)
Pemberian jaminan berupa registrasi PSAT, registrasi packing house.
Dalam rangka sertifikasi produk hortikultura, tahapan yang dilakukan
adalah penyiapan dokumen sistem mutu (doksistu) dan Sistem Kendali
Internal (SKI) yang dilakukan melalui rapat/pertemuan
koordinasi/bimbingan teknis yang melibatkan petugas, kelompok
tani/gapoktan serta para pemangku kepentingan lainnya. Dalam rangka
pembinaannya, dilakukan juga kegiatan pendampingan penerapan
jaminan mutu hortikultura. Selain itu, kegiatan fasilitasi penerapan
jaminan mutu hortikultura juga membutuhkan Sumber Daya Manusia
(SDM) yang berkompeten dan berkualitas melalui peningkatan
kapabilitas bagi para petugas dan petani.
Berdasarkan target capaian kinerja, pada tahun 2016, kegiatan Fasilitasi
Jaminan Mutu Hortikultura mempunyai target 50 dokumen dan tercapai
.... dokumen. Dokumen Sistem Mutu (doksistu) yang sudah disusun
merupakan bahan yang dapat digunakan dalam sertifikasi. Tahapan
selanjutnya adalah proses sertifikasi. Beberapa daerah dapat
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
56
melakukan sertifikasi pada tahun 2016, meski ada yang tidak dapat
melakukan sertifikasi pada tahun 2016 karena keterbatasan anggaran.
3.3.3. Evaluasi dan Analisis Pencapaian Pembinaan Peningkatan
Nilai Tambah dan Daya Saing Hortikultura
3.3.3.1. Evaluasi dan Analisis Pembinaan Pengembangan
Pengolahan Produk Hortikultura
Sarana Prasarana Pengolahan
Dalam rangka mendukung pengolahan hasil hortikultura, bantuan
Fasilitasi Sarana Pengolahan Hasil Hotikultura pada tahun 2016 awalnya
diberikan pada 32 propinsi di Indonesia dengan jumlah 162 unit. Namun
dengan adanya penghematan anggaran, umumnya kegiatan yang
dihemat adalah kegiatan Pengolahan Produk Hortikultura sehingga yang
terealisir menjadi 120 unit untuk 24 propinsi. Propinsi yang terkena
pemotongan adalah propinsi Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan,
Sulawesi Tenggara, Banten, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Papua
Barat, sedangkan propinsi Jawa Barat dari 20 unit menjadi 8 unit,
walaupun propinsi yang terkena pemotongan ini sebenarnya sudah
melakukan CPCL. Fasilitasi Sarana Pengolahan Hasil Hortikultura untuk
24 propinsi tersebut sudah terlaksana.
3.3.3.2. Evaluasi dan Analisis Pembinaan Pengembangan
Pascapanen Produk Hortikultura
Produk hortikultura memiliki sifat dan karakteristik tidak tahan lama,
bulky, mudah rusak dan nilai ekonomis produknya tergantunga pada
tingkat kesegarannya sehingga pelu penanganan panen dan
pascapanennya. Dalam upaya mempertahankan kualitas produk
hortikultura tesebut, diperlukan tindakan yang dapat memperpanjang
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
57
umur simpan poduk segar hortikultura serta mempertahankan value dari
poduk tersebut. Penanganan pascapanen ditujukan agar produk panen
tidak mudah rusak, memperpanjang kesegaran serta kualitasnya tetap
terjaga dengan baik aga bisa diproses lagi. Penanganan pascapanen
memerlukan teknologi dan sarana yang baik. Selain penanganan
pascapanen, pengolahan produk segar juga merupakan upaya untuk
menjaga kualitas poduk agar dapat bertahan lebih lama dan menambah
nilai tambah dan daya saing dari produk segar hotikultura tersebut.
Dalam upaya peningkatan nilai tambah dan daya saing hortikultura,
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hortikultura pada tahun 2016
melakukan upaya seperti pengadaan Bangsal Pascapanen, Cold
Storage, Sarana Prasarana Pengolahan dan Pascapanen. Dengan
berbagai kegiatan tersebut maka diperlukan Pembinaan dalam Rangka
Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Saing Hotikultura sebagai upaya
untuk memelihara dan mengembangkan kegiatan penanganan
pascapanen dan pengelolaan hasil hortikultura agar dapat memenuhi
standar produk yang dibutuhkan oleh konsumen dalam dan luar negeri.
Sarana Bangsal Pascapanen) dan Prasarana Pascapanen
Dalam rangka mendukung pengembangan penanganan pascapanen
hortikultura, pada tahun 2016, Direktorat Jenderal Hortikultura telah
mengalokasikan pengadaan bangsal pascapanen yang keseluruhan
berjumlah 29 Unit pada 25 provinsi, sarana prasarana pascapanen
sejumlah 408 unit pada 32 provinsi dan Cold Storage 1 unit yang
dialokasikan di Kab. Probolinggo. Namun demikain dalam perjalanan
waktu tidak semua pengadaan tersebut dapat terealisasi sesuai
rencana, karena ada yang terkena pemotongan / penghematan
anggaran. Hal ini terjadi antara lain pada Provinsi Sumatera Utara yang
semula ada bangsal pascapanen 1 Unit dan Sarana pascapanen 15 Unit
menjadi tidak ada, Provinsi Bangka Belitung yang semula terdapat
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
58
pengadaan sarana prasarana pascapanen 10 unit menjadi tidak ada,
Provinsi Bengkulu yang semula ada pengadaan bangsal pascapanen
menjadi tidak ada. Sedangkan provinsi Jawa Barat yang semula
dialokasikan sarana pascapanen sebanyak 20 unit ada pengurangan
menjadi 8 unit. Dengan demikian total alokasi semula bangsal
pascapanen 29 unit yang terealisasi sebanyak 26 unit dan sarana
prasarana pascapanen yang semula 408 unit menjadi 362 unit.
Sedangkan Cold Storage sebanyak 1 unit yang dialokasikan di Kab.
Probolinggo sudah terealisasi. Saat ini barang yang diadakan sebagian
sudah digunakan dan disalurkan, tetapi sebagian masih dalam proses
penyelesaian administrasi.
3.4. Capaian Kinerja Lainnya
3.4.1. Peningkatan Nilai Ekspor Hortikultura
Volume dan nilai ekspor seluruh komoditas hortikultura (segar dan
olahan)
Ekspor Buah.
Buah nusantara juga telah berhasil menembus pasar di beberapa negara
seperti nenas, mangga, manggis, salak, melon dan semangka,
rambutan, dan alpukat
Saat ini nenas merupakan penyumbang devisa terbesar mencapai
232.311 ton senilai US$ 232.311.283 dengan negara tujuan ekspor
diantaranya Korea, Mesir, Hongkong, China, Malaysia dan United
Emirates Arab. Ekspor nenas sebagian besar dalam bentuk olahan yang
diproduksi oleh PT. Great Giant Pineaple yang merupakan produsen
nenas terbesar di Indonesia
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
59
Manggis sebagai queen of fruit juga diekspor dengan volume ekspor di
tahun 2015 mencapai 38.071 ton dengan nilai ekspor US$ 17.096.349
dengan negara tujuan ekspor meliputi Timur Tengah, Hongkong, China,
dan Malaysia. Manggis untuk ekspor dipasok oleh petani dari Kabupaten
di wilayah Sumatera (Kab Limapuluhkota dan Kab Sijunjung), wilayah
Jawa (Tasikmalaya, Sukabumi, Bogor, Subang) hingga Nusa Tenggara
Barat (Lombok Tengah) dan Bali (Tabanan)
Urutan ketiga ekspor terbesar adalah pisang dengan volume ekspor
sebesar 22.308 ton senilai US$ 13.006.378 dengan negara tujuan
diantaranya Singapura, Korea, China, United Arab Emirates, dan
Malaysia. Pada tahun 2015, Indonesia tidak melakukan impor untuk
komoditas pisang karena produksi pisang nasional telah mampu
memenuhi permintaan pasar domestik. Pisang yang diekspor sebagian
besar berasal dari Kabupaten Malang, Lumajang, dan Lampung Selatan.
Ekspor mangga tahun 2015 sebesar 1.241 ton dengan nilai US$
1.816.195 dan cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya minat
masyarakat terhadap mutu mangga dari Indonesia. Kawasan yang
mengekspor mangga adalah Kab. Cirebon, Indramayu, Kuningan,
Majalengka, Pasuruan, Madiun, Pemalang, Situbondo dan Probolinggo
Salak juga mampu menembus pasar luar negeri. Kawasan salak yang
menjadi pemasok utama eksportir dan pasar modern adalah Kabupaten
Magelang dan Kabupaten Sleman. Saat ini salak dari petani Kec.
Srumbung Kab. Magelang sudah diekspor ke beberapa negara yaitu
China, Singapura dan Malaysia. Salah satu eksportir yang telah bermitra
adalah PT. Agung Mustia Selaras. Pasar ekspor salak ke depan akan
ditingkatkan sampai mencapai 50% dari potensi produksi nasional.
Jeruk juga telah diekspor ke Malaysia, Singapura dan Timor Leste
dengan .volume ekspor sebesar 3.224 ton senilai US$ 2.201.735 Kendati
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
60
demikian,tingginya permintaan pasar dalam negeri menyebabkan volume
impor jeruk jauh lebih besar dibandingkan volume ekspor yaitu sebesar
121.476 ton senilai US$ 162.458.116
Posisi kelima ditempati oleh salak dengan volume ekspor sebesar 2.201
ton senilai US$ 1.665.684 dengan negara tujuan ekspor diantaranya
China, Malaysia dan Saudi Arabia. Impor salak tidak dilakukan karena
tidak ada negara pesaing yang menghasilkan salak sebaik salak dalam
negeri dan pasokan salak untuk pasar domestik cukup tersedia.
- Buah lainnya yang juga menunjukkan peningkatan ekspor adalah
rambutan dan mangga. Rambutan diekspor ke beberapa negara yaitu
United Arab Emirates, Qatar, dan Saudi Arabia. dengan volume ekspor
sebesar 801 ton senilai US$ 828.641 dengan Meskipun ada yang
diekspor, tetapi ada juga rambutan yang diimpor seiring dengan
meningkatnya permintaan pasar domestik dengan volume sebesar 1,5
ton senilai US$ 2,798 terutama dari Thailand yang dilakukan ketika
rambutan dalam negeri belum musim produksi.
Ekspor Sayuran
- Selain untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri, beberapa jenis
sayuran juga telah diekspor yaitu jagung manis, kubis, cabai, bawang
merah, dan kentang
- Jagung manis sebagai penyumbang devisa terbesar dengan volume
ekspor sebesar 79.205 ton senilai US$ 18.933.743. Kemudian dikuti
dengan komoditas kubis dengan volume ekspor mencapai 40.008 ton
senilai US$ 7.834.110, namun nilai impor untuk komoditas ini juga
cenderung tinggi yaitu sebesar 7.548 ton di tahun 2015.
- Urutan ketiga adalah komoditas cabai dengan volume ekspor sebesar
14.888 ton senilai US$ 37.945.214. Meskipun ekspor cabai menduduki
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
61
peringkat tiga terbesar di komoditas sayuran tetapi tidak dapat dipungkiri
bahwa untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik, Indonesia juga
mengimpor cabai dengan volume sebesar 29.195 ton senilai US$
35.602.911.
- Sementara itu, volume ekspor bawang merah meningkat menjadi
peringkat keempat sebesar 8.418 ton senilai US$ 7.846.299. Terakhir
adalah komoditas kentang dengan volume ekspor sebesar 7.142 ton
senilai US$ 5.049.439 dengan negara tujuan ekspor diantaranya
Thailand, Vietnam dan Malaysia, sedangkan volume impor bawang
merah sebesar 17.428 ton senilai US$ 5.441.126. Pada kelompok
komoditas sayuran, volume impor tertinggi diduduki oleh bawang putih,
pada tahun 2015 volume impor mencapai 482.665 ton senilai US$
347.534.708. Urutan kedua adalah kentang dengan volume impor
sebesar 101.557 ton senilai US$ 82.562.549.
- Bawang putih dengan volume impor yang tinggi disebabkan komoditas
tersebut sedang digiatkan lagi pengembangannya setelah mengalami
penurunan dari swasembada yang dicapai pada tahun 1996. Sedangkan
kentang yang diimpor adalah varietas yang sesuai untuk industri.
Produksi kentang Indonesia yang dikembangkan oleh petani adalah jenis
Granola atau kentang sayur
Ekspor Florikultura
- Komoditas florikultura lainnya yaitu Dracaena telah mampu menembus
pasar international. Dracaena merupakan salah satu bentuk ekonomi
kreatif komoditas florikultura yang diusahakan oleh Gapoktan Alamanda
yang bertempat di Sukabumi. Dari bahan-bahan Dracaena yang ada,
dirangkai menjadi suatu bentuk kreatifitas yang beranekeragam.
Beberapa rangkaian tanaman yang telah diekspor, antara lain adalah:
Dracaena sanderiana(Putih, Hijau, Kuning), D. fragrans, D. compacta, D.
fruticase, D. angustifolia.
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
62
- Permintaan akan rangkaian dracaena ini sangat tinggi dimana 90%
diutamakan untuk ekspor antara lain ke Singapura, Malaysia Jepang,
Korea, Azarbaijan, Iran, Uni Emirat Arab, Saudi Arabia dan beberapa
negara Timur Tengah lainnya. Dalam satu tahun, Gapoktan Alamanda
dapat mengekspor rangkaian dracaena sebanyak 3-4 container
berukuran 40 feet bahkan dapat mencapai 4-7 container. Dracaena
bentuk curly diekspor dengan harga jual $0,7 per rangkaian. Gapoktan
Alamanda melalui Bapak Anas Anis telah mendapatkan penghargaan
dari Menteri Pertanian pada saat puncak acara Hari Pangan Sedunia
yang telah diselenggarakan pada bulan Oktober 2015 di Kota Palembang
- Dukungan untuk pengembangan dracaena telah diberikan oleh
Kementerian Pertanian berupa bantuan fasilitasi packing house pada
tahun 2012, mobil box berpendingin pada tahun 2013, dan green house
pada tahun 2014. Pada tahun 2015, telah dilaksanakan kegiatan
pembinaan dan pendampingan penerapan teknologi budidaya dan
pascapanen dalam pengembangan Dracaena.
- Pada komoditas florikultura, terdapat 4 (empat) komoditas yang dijadikan
unggulan ekspor yaitu krisan, mawar, dan anggrek. Volume ekspor
krisan sebesar 59 ton senilai US$ 709.698 dengan negara tujuannya
yaitu Jepang dan Australia. Mawar diekspor dengan volume sebesar 48
ton senilai US$ 345.272. Sedangkan, volume ekspor anggrek pada tahun
2015 sebesar 35 ton senilai US$ 314.454 dengan negara tujuan
diantaranya Jepang, Amerika Serikat dan Singapura.
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
63
3.5. Akuntabilitas Penganggaran
Realisasi keuangan berdasarkan laporan pemantauan keuangan spanint
per tanggal 23 Januari 2017 menurut jenis kewenangan adalah sebesar
Rp.40.572.375.856,- atau 83,65 %, secara rinci dapat dilihat pada Tabel
berikut.
Tabel 4. Realisasi Anggaran Satuan Kerja Pusat dan Daerah Untuk Pengolahan dan Pemasaran Tahun 2016
No Kegiatan Pagu (Rp )
Realisasi*)
(Rp.) (%)
1. Pusat 11.447.500.000 10.979.698.636 95,91
2. Bangsal Pacapanen
4.325.000.000 3.815.770.667 88,23
3 Sarana Prasarana Pengolahan
7.300.000.000 5.181.163.350 70,97
4 Fasilitasi Pemasaran Hortikultura
17.293.100.000 15.500.648.683 89,63
5
Fasilitasi Penerapan Jaminan Mutu Hortikultura
3.546.350.000 2.766.993.237 78,02
6 Fasilitasi Coldstorage
1.300.000.000 1.280.800.000 98,52
7 Fasilitasi Hortipark 1.750.000.000 1.368.735.070 78,21
TOTAL 48.503.400.000 40.572.375.856 83,65
Sumber: SmArt-Kemenkeu
Dari tabel diatas bahwa penyerapan anggaran beberapa kegiatan
Pengolahan dan Pemasaran Hortikultura antara lain Bangsal Pascapanen,
Sarana Prasarana Pengolahan, Fasilitasi Penerapan Jaminan Mutu
Hortikultura tidak mencapai 90 % adalah karena mengalami pengurangan
anggaran
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
64
BAB IV P E N U T U P
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura ini
merupakan bagian dari pelaksanaan SAKIP, sebagai bentuk
pertanggungjawaban segenap pimpinan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Hortikultura selaku penerima mandat Negara dalam melaksanakan
pembangunan di sub sektor Hortikultura pada Tahun 2016.
Capaian sasaran strategis Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Hortikultura sebagian besar sudah dianggap berhasil seperti yang ditunjukkan
pada capaian kinerja
Keberhasilan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura banyak ditentukan
oleh peran institusi lain diluar Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Hortikultura. Untuk perbaikan pencapaian kinerja Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Hortikultura kedepan, maka perlu dilakukan beberapa upaya
tindaklanjut antara lain; 1) Penerapan SPI secara optimal, 2) Pencermatan
pedoman, juklak dan POK agar kegiatan berjalan sesuai dengan rencana, 3)
Penyempurnaan dokumen-dokumen, pengawalan dan pembinaan pelaksanaan
pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura untuk
pencapaian target output fisik di lapangan, 4) Pelaksanaan identifikasi CP/CL di
tahun sebelumnya, proses lelang dapat dilakukan di awal tahun, sehingga
pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan pada awal tahun, 5) Peningkatan
kualitas SDM pengelola kegiatan hortikultura di pusat dan daerah, 6) Koordinasi
secara intensif antara pelaksana kegiatan di pusat dan daerah.
Kerjasama yang harmonis, sinergis, dan terintegrasi selalu diharapkan agar
kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura dapat berjalan dengan
baik dan dapat sejalan dengan peran swasta dan pemangku kepentingan
lainnya. Saran, kritik dan masukan yang konstruktif untuk perbaikan program
Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016
65
dan kegiatan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura ke depan
sangat kami hargai.
Lampiran 1
STRUKTUR ORGANISASI
DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL HORTIKULTURA
DIREKTUR
KAUBDIT PASCAPANEN
KASI PASCAPANEN SAYURAN DAN
TANAMAN OBAT
KASI PASCAPANEN BUAH DAN
FLORIKULTURA
KASUBDIT PENGOLAHAN
HASIL
KASI PENGOLAHAN HASIL SAYURAN DAN TANAMAN
OBAT
KASI PENGOLAHAN HASIL BUAH DAN FLORIKULTURA
KASUBDIT STANDARISASI
MUTU
KASI STANDARISASI
KASI MUTU
KASUBDIT PEMASARAN DAN
INVESTASI
KASI PEMASARAN DAN PROMOSI
KASI INVESTASI
KASUBAG TATA USAHA
MANUAL IKSK
DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HORTIKULTURA
Nama IKSK
Jumlah Bangsal Pascapanen (Unit)
Penanggung Jawab
Direktur Pengolahan dan Pemasaran
Hortikultura
Definisi
Bangsal pascapanen merupakan fasilitas bangunan sebagai tempatkegiatan pascapanen
dalam mendukung pengembangan kawasan hortikultura yang penganggarannya melalui
Tugas Pembantuan dan pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pertanian
Propinsi/Kabupaten/Kota pada tahun berjalan.
Teknik Menghitung
Menghitung jumlah realisasi fisik bangunan bangsal pascapanen berdasarkan laporan
realisasi fisik 100% (persen) di lokasi-lokasi sasaran yang dibiayai oleh anggaranTugas
Pembantuan Diperta Propinsi/Kabupaten/Kota pada tahun berjalan.
Lokasi Data
Satker pada Dinas Pertanian Propinsi yang menerima dana APBN(Tugas Pembantuan).
MANUAL IKSK
DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HORTIKULTURA
Nama IKSK
Jumlah Sarana Prasarana Pascapanen (Unit)
Penanggung Jawab
Direktur Pengolahan dan Pemasaran
Hortikultura
Definisi
Sarana prasarana pascapanen merupakan peralatan pendukung kegiatan pascapanen dalam
mendukung pengembangan kawasan hortikultura di kabupaten/kotayang penganggarannya
melalui TP Propinsi/Kabupaten/Kota dan pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pertanian
Propinsi/Kabupaten/Kota dengan alokasi prioritas mendukung bangsal pascapanen pada
tahun berjalan.
Teknik Menghitung
Menghitung jumlah realisasi fisik sarana dan prasarana pascapanen berdasarkan laporan
realisasi fisik 100% (persen) di lokasi-lokasi sasaranyang dibiayai anggaran Tugas
Pembantuan Diperta Propinsi/Kabupaten/Kota pada tahun berjalan.
Lokasi Data
Satker pada Dinas Pertanian Propinsi yang menerima dana APBN(TP
Propinsi/Kabupaten/Kota).
MANUAL IKSK
DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HORTIKULTURA
Nama IKSK
Fasilitasi Sarana Prasarana Pengolahan (Unit)
Penanggung Jawab
Direktur Pengolahan dan Pemasaran
Hortikultura
Definisi
Instalasi yang telah dilengkapi dengan peralatan yang berada di tempat/rumah produksi
(home industry)untuk mengolah hasil hotikultura yang berasal dari bahan baku segar
berkualitas dengan memperhatikan keamanan pangan.
Teknik Menghitung
Menghitung jumlah fasilitasi peralatanpengolahan untuk mendukung pelaku usaha
hortikultura (UKM) dalam pengolahan hasil hortikultura pada tahun berjalanan
Lokasi Data
Dinas Pertanian Propinsi yang menerima dana APBN (Tugas Pembantuan).
MANUAL IKSK
DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HORTIKULTURA
Nama IKSK
Fasilitasi Pemasaran Hortikultura (Kali)
Penanggung Jawab
Direktur Pengolahan dan Pemasaran
Hortikultura
Definisi
Jumlah fasilitasi pemasaran dan investasi melalui pengembangan jaringan dan akses
pemasaran serta promosi bagi petugas informasi pasar, gapoktan/poktan dan kelembagaan
pemasaran dengan pelaku usaha pemasaran (avalis, supplier, eksportir, industri pengolahan)
produk hortikultura. Dalam hal pelaksanaannya dapat bekerjasama dengan instansi/lembaga
terkait pada tahun berjalan
Teknik Menghitung
Menghitung jumlah fasilitasi pemasaran, investasi dan promosi kepada pelaku usaha untuk
peningkatan jumlah produk hortikultura yang dipasarkan dan optimalisasi kerjasama
pemasaran yang dapat terjalin dan berkelanjutan melalui banyaknya jenis dan jumlah
produk hortikultura yang dapat dibeli oleh pelaku pasar.
Lokasi Data
Satker pada Dinas Propinsi yang menerima dana APBN (Dekonsentrasi).
MANUAL IKSK
DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HORTIKULTURA
Nama IKSK
Fasilitasi Penerapan Jaminan Mutu Hortikultura
(Kali)
Penanggung Jawab
Direktur Pengolahan dan Pemasaran
Hortikultura
Definisi
Memfasilitasi kelompok usaha tani dan institusi yang terkait dalam hal sertifikasi dan mutu
dalam menunjang kegiatan penerapan jaminan mutu hortikultura agar dihasilkan produk
segar/olahan hortikultura memenuhi standardisasi mutu nasional dan internasional (SNI,
GAP,GHP, GMP)
Teknik Menghitung
Menghitung jumlah kegiatan fasilitasi penerapan jaminan mutu hortikultura di pusat dan
lokasi-lokasi sasaranyang dibiayai anggaran APBN yang dialokasikan di pusat dan Dinas
Pertanian Propinsi/Kabupaten/Kota pada tahun berjalan.
Lokasi Data
Satker pada pusat (Ditjen Hortikultura) dan Dinas Propinsi yang menerima dana APBN
(Dekonsentrasi).
MANUAL IKSK
DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HORTIKULTURA
Nama IKSK
Jumlah Cold Storage Hortikultura (Unit)
Penanggung Jawab
Direktur Pengolahan dan Pemasaran
Hortikultura
Definisi
Cold storage merupakan fasilitas penyimpanan sementara produk hortikultura berpendingin
untuk mendukung kegiatan pascapanen dalam pengembangan kawasan hortikultura yang
penganggarannya melalui TP Propinsi/Kabupaten/Kota dan pelaksanaannya dilakukan oleh
Dinas Pertanian Propinsi pada tahun berjalan.
Teknik Menghitung
Menghitung jumlah realisasi fisik Cold Storage berdasarkan laporan realisasi fisik 100%
(persen) pada TP Dinas Pertanian Propinsi/Kabupaten/Kotapada tahun berjalan.
Lokasi Data
Satker pada Dinas Pertanian yang menerima dana APBN(TP Propinsi/Kabupaten/Kota).
MANUAL IKSK
DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HORTIKULTURA
Nama IKSK
Fasilitasi Hortipark (Lokasi)
Penanggung Jawab
Direktur Pengolahan dan Pemasaran
Hortikultura
Definisi
Merupakan areal budidaya hortikultura yang dijadikan tempat rekreasi dan wahana wisata
pendidikan atau sekolah alam hortikultura yang terpadu.
Teknik Menghitung
Menghitung lokasi-lokasi sasaranyang akan difasilitasi baik kegiatan maupun bantuan fisik
yang menunjang Horti Park, yang dibiayai anggaran APBN yang dialokasikan di Dinas
Pertanian Propinsi/Kabupaten/Kota pada tahun berjalan.
Lokasi Data
Dinas Pertanian Propinsi (Dekonsentrasi)
Lampiran 2
PEMBINA TK. I (IV/B)
1 Ir. Sukarman 19630106 198903 1 001 IV/b S1
2 Ir. Diyosi Exva, MM 19670911 199403 1 003 IV/b S2
3 Ir. Aminudin Aziz, MM 19600728 199002 1 001 IV/b S2
PEMBINA (IV/A)
4 Ir. Pinondang Silalahi, MM 19601120 198709 2 001 IV/a S2
5 Ir. Samsuardi, MM 19640612 199303 1 001 IV/a S2
6 Ir. Tommy Nugraha, MM 19690702 199303 1 002 IV/a S2
7 Ir. Aneng Hermami, M.Si 19681019 199803 2 001 IV/a S2
8 Ermia Sofiyessi, STP, M.Agr 19750403 199803 2 001 IV/a S2
9 Diah Ismayaningrum, SP, SE 19701230 199903 2 001 IV/a S1
10 Ofi Nidausoleha, SP, MP 19750717 199903 2 001 IV/a S2
11 Ir. Yuliastuti Purwaningsih, MM 19670717 199703 2 001 IV/a S2
12 Mujiana, S.Sos, M.Si 19611009 198503 1 003 IV/a S2
13 Sriyanta, SP, MM 19640704 198603 1 001 IV/a S2
PENATA TK. I (III/D)
14 Ir. Maisaroh 19620510 198903 2 001 III/d S1
15 Dra. Nurhayati 19640408 199403 2 001 III/d S1
16 Siti Pudjiarti, SP 19691215 199803 2 001 III/d S1
17 Issusilaningtyas Uswatun Hasanah, S.Sos, M.Si 19740411 199503 2 001 III/d S2
18 Bambang Suprayitno, S.Sos 19620629 199303 1 001 III/d S1
19 Junika Megawaty Pasaribu, SP, M.Si 19720603 200312 2 001 III/d S2
20 Adityo Utomo, SE 19740218 200312 1 001 III/d S1
21 Luster Sudarsono Manurung, SE, M.Si 19771023 200312 1 001 III/d S2
22 Sekar Insani Sumunaringtyas, STP, M.Si 19790426 200312 2 001 III/d S2
23 Supardi, S.Sos 19610609 199803 1 001 III/d S1
PENATA (III/C)
24 Irpan Sugandi, SP, MM 19700504 199803 1 001 III/c S2
25 Ansar Usman, SP 19740907 200501 1 015 III/c S1
26 Mimat Ruhimat, STP, M.APP, M.PP 19780404 200501 1 001 III/c S2
27 Desy Wulandari, SE 19771205 200604 2 021 III/c S1
28 Dewi Sari Nurwulan, SP 19690604 199503 2 001 III/c S1
N I P Golongan Pendidikan
DAFTAR NAMA PEGAWAI
DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL HORTIKULTURA
PER : PEBRUARI 2017
No Nama Pegawai
N I P Golongan PendidikanNo Nama Pegawai
PENATA MUDA TK. I (III/B)
29 Farida 19601125 198203 2 002 III/b SMA
30 Hesi Madyanti 19600516 198703 2 001 III/b D1
31 Mulhadi 19640203 198903 1 001 III/b SMA
32 Nanik Rukmini, SE 19750905 200604 2 001 III/b S1
33 Lusi Indriyani, SE, M.Si.M 19800904 200910 2 001 III/b S2
34 Pristiana Puspitaningrum, SE 19850628 200912 2 004 III/b S1
35 Wahyu Wibawa 19640530 199503 1 001 III/b SMA
36 Asdjaruddin 19650719 199503 1 001 III/b SMA
37 Eryk Barlianto, SP 19830325 201101 1 007 III/b S1
38 Saodah 19671225 199703 2 004 III/b SMA
39 Nurul Hudha, SP 19801005 201001 2 008 III/b S1
PENATA MUDA (III/A)
40 Rachmawati, SP 19781109 200312 2 002 III/a S1
41 Feliana Wahyu Widonita, SP 19830213 200604 2 026 III/a S1
42 Nabilla Affilia Zanda Arifin, SP 19930404 201503 2 002 III/a S1
43 Mugeni Zein 19620702 199903 1 001 III/a SMA
PENGATUR TK. I (II/D)
44 Amir Supriyanto 19700904 199903 1 001 II/d SMA
45 Bustom Apriadi 19730804 200112 1 001 II/d SMA
46 Evi Palupi 19810223 200212 2 001 II/d SMA
PENGATUR (II/C)
47 Tapi Mombang Sari Harahap 19710803 200604 2 001 II/c SMA
48 Razab Fauzie 19730826 200604 1 007 II/c SMA
49 Yuli Heryanto 19780706 200701 1 001 II/c SMA
PENGATUR MUDA TK. I (II/B)
50 Suhendar 19770807 200910 1 001 II/b SMA
51 Novriandi 19841108 200910 1 001 II/b SMA
PENGATUR MUDA (II/A)
52 Syamsudin 19611220 199803 1 001 II/a SD
Kepala Sub Bagian Tata Usaha,
Issusilaningtyas Uswatun H, S.Sos, M.Si
NIP. 19740411 199503 2 001
Jakarta, 1 Pebruari 2017