bab i fix -...

27
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini perkembangan teknologi informasi sangat berkembang pesat. Kalangan pers mendapatkan kebebasan pemberitaan dan berbondong-bondong untuk memberikan informasi secara cepat dan aktual kepada masyarakat. Informasi adalah suatu komoditi yang merupakan kebutuhan hidup masyarakat informasi,maka bisnis untuk menjadi penyedia informasi adalah peluang bisnis yang menggiurkan. Tidak dipungkiri kehadiran media massa juga tidak lepas dari kehidupan masyarakat. Media massa telah melakukan inovasi dari zaman ke zaman. Di Indonesia penggabungan antara media konvensional (cetak maupun elektronik) dengan teknologi komunikasi telah dilakukan oleh media massa besar, dan biasa disebut media online.Walaupun media online sudah mulai berkembang tetapi media konvensional masih menjadi pilihan sebagian besar masyarakat indonesia. Jurnalisme konvensional (cetak maupun elektronik),adalah proses penyampaian informasi atau pesan yang menganut sistem penulisan berita dengan menggunakan teknik Piramida Terbalik dan 5W+1H. Pokok berita mendeskripsikan secara ringkas yang intinya sudah mencakup 5W+1H. Informasi yang tersaji dalam Jurnalisme Konvensional sebisa mungkin dipahami dan dimengerti oleh masyarakat luas. Media cetak terbit harian, mingguan, dwi mingguan, maupun bulanan, dengan adanya periodisasi semacam itu aktualitas suatu berita adalah sesuatu yang harus benar-benar diperjuangkan. Sedangkan Jurnalisme online adalah proses penyampaian informasi atau pesan yang menggunakan internet sebagai medianya sehingga mempermudah jurnalis dalam melakukan tugasnya.

Upload: others

Post on 21-Oct-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Di era globalisasi ini perkembangan teknologi informasi sangat berkembang

    pesat. Kalangan pers mendapatkan kebebasan pemberitaan dan berbondong-bondong

    untuk memberikan informasi secara cepat dan aktual kepada masyarakat. Informasi

    adalah suatu komoditi yang merupakan kebutuhan hidup masyarakat informasi,maka

    bisnis untuk menjadi penyedia informasi adalah peluang bisnis yang menggiurkan.

    Tidak dipungkiri kehadiran media massa juga tidak lepas dari kehidupan

    masyarakat. Media massa telah melakukan inovasi dari zaman ke zaman. Di Indonesia

    penggabungan antara media konvensional (cetak maupun elektronik) dengan teknologi

    komunikasi telah dilakukan oleh media massa besar, dan biasa disebut media

    online.Walaupun media online sudah mulai berkembang tetapi media konvensional masih

    menjadi pilihan sebagian besar masyarakat indonesia.

    Jurnalisme konvensional (cetak maupun elektronik),adalah proses penyampaian

    informasi atau pesan yang menganut sistem penulisan berita dengan menggunakan

    teknik Piramida Terbalik dan 5W+1H. Pokok berita mendeskripsikan secara ringkas yang

    intinya sudah mencakup 5W+1H. Informasi yang tersaji dalam Jurnalisme Konvensional

    sebisa mungkin dipahami dan dimengerti oleh masyarakat luas. Media cetak terbit harian,

    mingguan, dwi mingguan, maupun bulanan, dengan adanya periodisasi semacam itu

    aktualitas suatu berita adalah sesuatu yang harus benar-benar diperjuangkan. Sedangkan

    Jurnalisme online adalah proses penyampaian informasi atau pesan yang menggunakan

    internet sebagai medianya sehingga mempermudah jurnalis dalam melakukan tugasnya.

  • Media massa bertugas memberikan informasi menghibur dan mendidik

    masyarakat,sedangkan dalam politik pers media merupakan salah satu pilar-pilar

    demokrasi dengan tidakan kontrol sosial. Secara moral sebaiknya media massa

    memberikan kontribusi yang besar dalam memberdayakan pola pikir, pola sikap dan

    persamaan masyarakat. Informasi sangatlah penting untuk dimiliki dan dikuasai.

    Perkembangan dunia olahraga menunjukkan ketergantungan besar terhadap dunia

    politik dan bisnis. Manajemen olahraga di indonesia sampai saat ini merupakan warisan

    dari zaman orde baru sehingga sangat sentralistik. Semua diatur dari pusat yang ujung-

    ujungnya hanya untuk kepentingan politik pihak-pihak tertentu. Sedangkan dalam dunia

    bisnis,olahraga sangat bergantung pada sponsorship suatu produk perusahaan yang untuk

    kepentingan promosi produk tersebut. Semua bisa dilihat dari berbagai even olahraga

    ditanah air.

    Sepak bola bukan lagi hanya sekedar olahraga saja,melainkan sudah berkembang

    menjadi bertarungnya kepentingan politik maupun bisnis. Sepak bola telah membentuk

    suatu jaringan yaitu kepentingan politik dan bisnis yang saling berkaitan. Semakin tinggi

    gengsi dan prestasi klub tersebut semakin rumit pola kepentingannya

    Pemberitaan dunia olahraga sepak bola saat ini sangat diminati oleh masyarakat

    khususnya masyarakat Kota Malang. Para pecinta bola bisa mendapatkan informasi

    bukan hanya hasil akhir pertandingan (skor) saja, melainkan mendapatkan informasi

    tentang manajemen keuangan klub, profil pemain dan pelatih, komentar suporter,bursa

    transfer pemain dan banyak lagi informasi-informasi tentang klub tersebut.

    Pemberitan Sepak bola baik cetak maupun online bukan hanya sekedar olahraga

    melainkan telah berkembang sebagai komuditi atau “makanan sehari-hari” masyarakat

    malang (aremania). Mereka selalu mencari informasi yang “up to date” seputar klub

    Arema. Memang tidak bisa dipungkiri klub Arema mempunyai daya tarik tersendiri bagi

  • masyarakat malang walaupun masih banyak klub di kota Malang antara lain Persema,

    Persikoba, dan Persekam. Dari beberapa klub yang ada dikota malang hanya Arema yang

    “hidup” tanpa biaya dari APBD karena klub Arema dibentuk bukan dari Pemerintahan.

    Dengan tidak adanya dana APBD, klub arema menjadi incaran orang-orang besar untuk

    kepentingan politik maupun bisnis. Apalagi saat ini Arema termasuk salah satu klub besar

    dikancah persepakbolaan Nasional maupun Asia.

    Kisruh manajemen dan dualisme pengurus klub Arema sampai saat ini masih

    hangat diberitakan di sejumlah media cetak, elektronik, maupun media online. Kisruh dan

    dualisme pengurus ini terjadi sebelum akhir kompetisi liga ISL 2011. Diakhir kompetisi

    para jajaran pengurus manajemen arema banyak yang “menghilang”,tidak menduduki pos

    masing-masing. Seperti M.Nur (ketua yayasan) dan Siti Nurjanah (CO. Marketing),

    mereka adalah orang-orang yang sangat sentral ditubuh yayasan arema. Tetapi entah

    kemana mereka berdua tidak pernah terlihat dikantor arema dan banyak pecinta bola

    malang khususnya aremania mempertanyakan keberadaan mereka dan meminta

    pertanggungjawaban mereka selama mengarungi kompetisi ISL 2011 bersama arema.

    Banyak tunggakan utang klub arema kepada pihak luar dan gaji para punggawa arema

    belum terbayar selama 3 bulan. Padahal selama 1 tahun pemasukan untuk klub arema

    sendiri sangat besar,selain dari sponsor,dan tiket pertandingan,arema juga disokong

    dengan hasil penjualan merchandise tim kebanggaan arek malang ini.

    Baru reda masalah kekosongan kekuasaan ditubuh klub arema,kini arema

    dihadapkan dengan dualisme pengurus arema. Ada dua kubu yang mengklaim dan

    menginginkan klub arema. Kubu Rendra Kresna dan kubu Edy rumpoko. Mereka berdua

    adalah orang-orang besar dan berpengaruh di kota malang raya. Rendra Kresna misalnya,

    saat ini dia menjabat sebagai bupati malang dan pembina yayasan arema, sedangkan Edy

    Rumpoko adalah orang nomor 1 dikota Batu dan ingin memegang kendali awak tim singo

  • edan. Mereka berdua saling berebut untuk mendapatkan legalitas klub arema. Mungkin

    tidak hanya legalitas yang diperebutkan, melainkan adanya kepentingan-kepentingan

    politik dan bisnis.

    Kisruh dualisme pengurus ini berimbas pada pemain, para punggawa-punggawa

    arema mengancam akan hengkang jika gonjang-ganjing ditubuh arema tak kunjung

    berakhir, serta tunggakan gaji yang harus dibayar oleh pengurus.kalau tidak dipenuhi

    keinginan mereka, para punggawa tim berlogo singa akan out dari bumi arema. Tidak

    bisa dipungkiri juga, beberapa pemain bintang arema banyak yang dilirik klub-klub besar

    yang menjadi rival tim arema.

    Peneliti tertarik untuk meneliti peristiwa Dualisme dalam tubuh tim Arema

    dikarenakan beberapa alasan. Pertama,unsur kedekatan,karena peristiwa ini terjadi dikota

    Malang yang merupakan tempat dimana peniliti berdomisili dan menimba ilmu selama

    empat tahun,sehingga memudahkan peneliti mengikuti perkembangan dari peristiwa

    tersebut. Kedua peristiwa atau fenomena dualisme ditubuh Arema baru kali ini terjadi,

    ditahun-tahun sebelumnya pemberitaan dan peristiwa tentang kesulitan dana untuk

    pembiayaan tim Arema untuk mengarungi kompetisi tahun depan.

    Harian Surya dan Sportivo Radar Malang sebagai media cetak berbasis wilayah,

    tidak henti-hentinya memberitakan kejadian tersebut.. Mereka selalu berlomba-lomba

    menghadirkan berita terbaru, terhangat, termenarik dan terlengkap mungkin mengenai

    kasus lanjutan gonjang-ganjing ditubuh tim singo edan. Kedua media ini

    menghadirkannya dengan dilengkapi foto yang menarik dan kalimat-kalimat yang dibuat

    terstruktur untuk mengkonstruksikan suatu realitas. Sehingga suatu berita mengenai

    kisruh arema ini dapat mempersuasif pembaca, untuk menyikapi dan selalu mengikuti

    informasi atau berita tentang tim arema. Sebagaimana diketahui Arema adalah tim besar

  • dan sedikit banyaknya akan mempengaruhi pemberitaan Tim Arema itu sendiri dalam

    surat kabar.

    Persaingan pemberitaan kedua surat kabar ini menyebabkan keduanya ingin

    menyajikan sesuatu yang lebih dalam pemberitaan peristiwa tersebut. Dan kedua media

    ini mempunyai karakteristik dalam pemberitaan. Surya tetap dengan gaya pemberitaan

    yang independen,atau tanpa ada intervensi pihak luar dan pemilik modal sedangkan Radar

    Malang memberitakan suatu peristiwa selengkapnya dan relevan bagi pembacanya.

    Dalam hal ini peneliti ingin meniliti secara mendalam peristiwa tersebut dengan

    menggunakan analisis Framing. Analisis Framing adalah analisis yang memusatkan

    perhatian bagaimana cara media memaknai,memahami,dan membingkai peristiwa yang

    diberitakan.

    Dengan menggunakan analisis Framing penelitian ini dapat melihat secara detail

    bagaimana kedua media massa ini dalam mengkontruksi suatu berita Kisruh Manajemen

    Organisasi Klub AREMA pada Harian SURYA dan Sportivo,RADAR MALANG.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, perumusan masalah dalam

    penelitian ini adalah “ bagaimana kontruksi pemberitaan Kisruh Manajemen Organisasi

    klub Arema pada harian SURYA dan Sportivo, RADAR MALANG edisi bulan Juli

    2011?”.

    C. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana konstruksi

    berita harian Surya dan Sportivo, Radar Malang terhadap pemberitaan klub Arema. Dan

    mengetahui serta memahami perbedaan konstruksi pemberitaan klub Arema oleh harian

    Surya dan Sportivo,Radar Malang.

  • D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Akademis

    Penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam pendalaman ilmu komuikasi,

    khususnya pada konsentrasi Jurnalistik dan Studi Media. selain itu, penelitian ini

    juga dapat memberikan kritik sosial terhadap pengelola media dalam

    mengkonstruksi berita khususnya berita olahraga.

    2. Manfaat Praktis

    Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi media massa di

    Indonesia untuk lebih memiliki tanggung jawab sosial dengan menyajikan berita

    yang berkualitas pada khalayak.

    E. Tinjauan Pustaka

    1. Pemahaman Media Massa

    1.1 Media Massa

    Media massa seperti halnya pesan lisan dan isyarat, sudah menjadi bagian tak

    terpisahkan dari komunikasi manusia. Pada hakikatnya, media adalah perpanjangan

    lidah dan tangan yang berjasa meningkatkan kapasitas manusia untuk

    mengembangkan struktur sosialnya. Namun banyak orang yang tidak menynadari

    hubungan fundamental antara manusia dan media itu, dan keliru menilai peran media

    kehidupan mereka (Rivers, 2008:27).

    Media massa telah menjadi fenomena tersendiri dalam proses komunikasi

    massa dewasa ini. Asumsi pokok akan arti penting media massa menurut Dennis

    McQuail (1987) sebagai berikut :

    1. Media merupakan industri yang berubah dan berkembang yang menciptakan

    lapangan kerja, barang, dan jasa serta menghidupkan industry lain yang terkait.

  • Media juga merupakan industry tersendiri yang memiliki peraturan dan norma-

    norma yang menghubungkan institusi sosial lainnya. Di pihak lain, institusi

    media diatur oleh masyarakat.

    2. Media massa merupakan sumber kekuatan-alat kontrol, manajemen, dan inovasi

    dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau

    sumber daya lainnya.

    3. Media merupakan lokasi (atau norma) yang semakin berperan untuk menampilkan

    peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf nasional maupun

    internasional.

    4. Media sering kali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan, bukan

    saja dalam pengertian pengembangan bentuk seni dan simbol tetapi jugga dalam

    pengertian pengembangan tata cara,mode, gaya hidup, dan norma-norma.

    5. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh

    gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok

    secara kolektif. Media juga menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang

    dibaurkan dengan berita dan hiburan (Nurudin, 2007 : 34).

    Berita dan informasi merupakan hal pokok yang harus dimiliki oleh media

    massa. Setiap hari media massa memberikan informasi dan berbagai kejadian di

    seluruh dunia kepada para audience-nya. Disamping itu media massa tidak sekedar

    memberitakan, tetapi juga mengevaluasi dan menganalisis setiap kejadian tersebut.

    Melalui keahlian dalam menginterpretasikan pesan dan fakta-fakta dari lapangan,

    media massa menyajikan berita yang mudah untuk dipahami (Nurudin, 2007:101).

    Lionberger (1994) mengatakan, media massa merupakan salah satu sarana

    penyampaian informasi dan divusi inovasi. Perkembangan media massa sebenarnya

    tidak terlepas dari ilmu komunikasi ynag intinya menyampaikan pesan, karena pada

  • dasarnya media massa, termasuk surat kabar harian berfungsi menyampaikan pesan

    kepada masyarakat luas. Lebih jauh dia mengatakan, informasi yang disampaikan

    media massa bersifat massal, sehingga hanya dapat meningkatkan pengetahuan. Bila

    ingin mencapai tingkat lebih dari itu, perlu ada lembaga atau orang-orang yang

    menindak lanjuti informasi media massa tersebut (Mondry, 2006:24).

    1.2 Jenis Media Massa

    a. Media Cetak

    Media cetak tidak hanya memberitakan dengan bentuk straight news semata,

    tetapi juga feature, investigative reporting (laporan investigasi), tajuk rencana, dan

    ulasan lain (Nurudin, 2007:101)

    Semua itu dihidupkan oleh kelembagaan media yang menetapkan peranan,

    tujuan, dan visi, sikap, serta orientasi nilai bagi masyarakat. Dalam bahasa teknis

    jurnalistiknya, misalnya menetapkan dengan baik kebijakan editorial dan

    kebijakan perusahaannya. Dari sanalah, dihasilkan berita, komentar, dan opini.

    Di sisi internal sebuah media cetak memang harus memiliki manajemen yang

    bagus untuk mengatur hubungan antara berbagai pihak seperti para pendiri,

    karyawan, wartawan, , mitra kerja, agen, loper, pemasang iklan, dan biro iklan

    khalayak pelanggan dan pembaca. Selaiin itu interaksi internalnya melalui surat

    pembaca, para kontributor, pemerhati dan pemberi masukan serta kritik.

    Setiap media massa memiliki kelebihan, media cetak memiliki kelebihan yang

    tidak dimiliki media elektronik, berupa “daya tahan” informasi. Artinya berita di

    media elektronik akan lebih sulit disimpan, Karena membutuhkan biaya

    tambahan. Sedang berita media massa cetak bisa lebih panjang dan lengkap serta

    dapat disimpan lebih lama tanpa biaya tambahan (Mondry, 2006:3).

  • Kehidupan media cetak juga ditentukan oleh “kondisi dimana ia hidup”, yakni

    : sistem politik, sistem kekuasaan, serta kultur kekuasaan. Dan pers di Indonesia

    amatlah dekat hal itu (Santana, 2005:85).

    b. Media elektronik

    Dunia media elektronik adalah dunia siaran. Dunia siaran berbeda dengan

    dunia cetak-mencetak Koran dan majalah, atau media cetak pers lainnya. Dunia

    siaran diantaranya mengenali bahasa siaran sebagai bahasa percakapan. Bukan

    bahasa teks yang dibaca, tetapi bahasa audio, atau audio+visual, yang ditangkap

    telinga dan mata pemirsa (Santana, 2005:97).

    Karena itu media eletronik sejak awal sudah bersifat demokratis, dan sejak

    awal pula khalayaknya adalah masyarakat luas. Secara keseluruhan, bukan

    kalangan tertentu saja. Dahulu tidak seperti media cetak, media elektronik

    menuntut khalayaknya member perhatian secara penuh karena apa yang

    disiarkannya tidak diulang (Rivers, 2008:60).

    Termasuk dalam media elektronik yaitu televisi. Seperti sudah diduga

    sebelumnya, televisi merupakan sarana multifungsi bagi masyarakat, selain

    berfungsi untuk mendapatkan hiburan, tidak sedikit televisi memiliki fungsi

    sebagai sumber informasi berita. Sejak media televisi masuk ke masyarakat mulai

    diminati, dengan segala kelebihannya disbanding jenis media massa lain,

    khususnya dengan tampilan audio-visual, televisi cepat diterima masyarakat,

    termasuk ke masyarakat pedesaan juga memiliki kecepatan yang sangat tinggi

    sehingga akhirnya bagi masyarakat desa diperkirakan televisi menjadi sumber

    informasi utama dan sekaligus sebagai sarana hiburan utama (Mondry, 2006:82).

    Gerbner, dkk dalam buku Bryant, dkk mengatakan, Televisi merupakan

    sebuah system puasat dari penceritaan. TV merupakan bagian dan bidan

  • kehidupan kita sehari-hari. Dramanya, iklannya, beritanya, dan program-program

    lainnya membawa dunia citra-citra dan pesan-pesan umum yang relatif berkaitan

    secara logis kerumah.

    Televisi mengembangkan masa pertumbuhan kecenderungan-kecenderungan

    dan pilihan-pilihan yang berguna untuk dipelajari dari sumber-sumber utama

    lainnya. Diluar hambatan-hambatan historis kemelekhurufan dan mobilitas,

    televisi telah menjadi sumber sosialisasi umum yang penting dan informasi sehari-

    hari (terutama dalam bentuk hiburan) dan media lain yang heterogen. Pola

    ulangan pesan-pesan dan citra-citra yang dihasilkan televisi membentuk arus

    utama lingkungan simbolik pada umumnya (Winarso, 2005:98).

    c. Media Online

    Perkembangan internet yang pesat kini telah melahirkan beragam bentuk

    media online. Pengertian media online adalah blog atau situs yang dijadikan

    sebagai media untuk menyebarkan berbagai berita atau informasi. Melalui

    website, situs, atau blog inilah terbuka peluang bagi siapapun untuk membuat

    media online. Melalui media online ini pula berbagai berita maupun informasi

    dengan cepat dapat disebarkan secara lebih luas, lebih cepat, lebih terbuka, dan

    tentunya juga lebih murah.

    Untuk mengakses dan memperoleh informasi melalui media online, siapapun

    bisa melakukannya. Bahkan tak ada yang mengawasi ataupun melarang bila isi

    berita atau informasi yang disajikan dalam media online tersebut memuat unsur

    pornografi, kekerasan, maupun mengandung unsur sara. Berbeda dengan media

    cetak atau elektronik dimana pemilik stasiun atau koran akan dikenakan sanksi

    bila melanggar aturan yang telah ditetapkan (www.AnneAhira.com).

  • 2. Jurnalisme Konvensional

    Jurnalisme pada umumnya dapat diartikan sebagai kegiatan dalam

    mengumpulkan, menulis, menyunting dan menyebarkan berita kepada khalayak atau

    masyarakat luas. Jurnalisme tidak bisa dilepaskan dengan masalah media, karena

    media merupakan institusi sedangkan jurnalisme sendiri adalah seperangkat

    pengetahuan yang membahas seluk-beluk kegiatan yang memungkinkan institusi

    tersebut hadir dan berfungsi dalam masyarakat.

    Dalam jurnalisme konvensional, mengandung unsur-unsur seperti Timelines

    atau termassa, Proximity atau kedekatan, Impact atau dampak, Magnitude, Conflict,

    Kemajuan, dan Manusiawi. Para jurnalis dalam jurnalisme konvensial ini juga hanya

    dibekali dengan pengetahuan yang elementer dan dikenal dengan 5W + 1H. Berita

    dianggap elementer bila didalamnya terdapat what, who, when, where, why, dan how.

    Serta dalam jurnalisme konvensional ini baru memaparkan reportase faktual, bersifat

    linier dan hanya dari satu dimensi saja. Penulisan berita jurnalisme konvensional ini

    juga menganut sistem piramida terbalik, diawali dengan berita-berita yang penting

    dan hingga akhirnya berita yang kurang penting / tidak penting.

    Dalam jurnalisme konvensional, wartawan juga dituntut untuk memiliki

    kemampuan / kepekaan terhadap situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan.

    Perjuangan serta proses yang dilakukan dalam mencari, mengolah sampai

    menyebarkan berita juga tidak semudah dan se-simple seperti yang terjadi dalam

    jurnalisme online.

    Surat kabar merupakan bagian dari jurnalisme konvensional. Menurut Agee,

    surat kabar memiliki tiga fungsi utama dan fungsi sekunder.

    Fungsi utama adalah :

  • 1. to inform (menginformasikan kepada pembaca secara objektif tentang apa yang

    terjadi dalam suatu komunitas, negara dan dunia,

    2. to comment (mengomentari berita yang disampaikan dan mengembangkannya ke

    dalam focus berita.

    3. to provide (menyediakan keperluan informasi bagi pembaca yang membutuhkan

    barang dan jasa melalui pemasangan iklan di media surat kabar.

    Fungsi Sekunder adalah :

    1. untuk mengkampanyekan proyek-proyek yang bersifat kemasyarakatan, yang

    diperlukan sekali untuk membantu kondisi-kondisi tertentu,

    2. memberikan hiburan kepada pembaca dengan sajian cerita komik,kartun dan

    cerita-cerita khusus,

    3. melayani pembaca sebagai konselor yang ramah, menjadi agen informasi dan

    memperjuangkan hak.

    Adanya jurnalisme konvensional ini, sangat membantu masyarakat / publik

    dalam memenuhi kebutuhannya dalam mendapatkan informasi, terutama bagi

    masyarakat yang tidak begitu bisa menggunakan media internet ( jurnalisme online )

    tersebut. Walaupun publik merupakan pemirsa / penonton yang pasif dalam

    mendapatkan informasi, karena hanya bersifat satu arah saja tidak seperti pada

    jurnalisme online, namun jurnalisme konvensional selalu berusaha menyuguhkan

    berita atau informasi penting bagi masyarakat yang penyampainnya juga faktual serta

    menurut kaidah-kaidah jurnalisme.

    3. Konstruksi Media Massa

    Media massa berperan aktif sebagai penyalur (deseminator) dan sentral informasi

    bagi masyarakat, tetapi dalam perkembangannya menunjukkan bahwa berbagai

  • kekuatan dalam masyarakat sangat berperan di bandingkan dengan pengaruh yang

    ditimbulkan media itu. Pada dasarnya media itu tergantung pendayagunaan kekuasaan

    dengan kekuatan lain, juga merupakan saluran yang dimanfaatkan untuk

    mengendalikan arah dan dorongan terhadap perubahan sosial (Mc Quail, 1994:4).

    Kekuasaan dalam konteks pemberitaan media selalu berhubungan dengan

    "kontrol", baik yang dilakukan oleh institusi (negara), kelompok, maupun perorangan,

    yang dalam perwujudannya tidak hanya berbentuk fisik yang langsung, namun juga

    kontrol secara mental dan psikis (Eriyanto, 2001:12).

    Dengan demikian, kekuasaan yang mengitari media bisa berwujud Negara

    (pemerintah), kekuasaan institusi, kekuasaan kelompok (seperti partai politik), dan

    kekuasaan perorangan.

    Beragam kepentingan dan kelompok dalam masyarakat menuntut media massa

    dapat mengaplikasikan fungsi dan perannya secara adil dan proporsional. Sebaliknya

    dengan adanya pluralitas kepentingan masyarakat tersebut juga membuat kepentingan

    dan tuntutan terhadap media massa menjadi beragam, yang sedikit banyak akan

    mempengaruhi arah dan orientasi media (termasuk fungsi dan tujuan media). Denis

    McQuail (1987:74) menawarkan perspektif alternative menyangkut fungsi dan tujuan

    media massa di tengah banyaknya kepentingan yang mengitarinya, dalam model

    sebagai berikut:

  • Masyarakat / bangsa 

    Sumber: Mc.Quail 1987 :74

    Model yang dibuat oleh McQuail di atas menjelaskan bagaimana banyaknya

    kepentingan yang berada di sekeliling media massa yang akan menentukan

    (mempengaruhi) mekanisme operasional dalam menjalankan fungsi dan tujuannya.

    Masyarakat/bangsa misalnya menginginkan media massa menjadi sarana pemeliharaan

    integrasi bangsa dan membantu mensosialisasikan dan mewujudkan tujuan dan

    program bangsa. Bagi kelas dominan menginginkan media massa sebagai sarana

    pelanggengan kekuasaan dengan terus mempublikasikan (kebaikan dan keunggulan)

    kelompoknya sembari memarjinalkan kelompok-kelompok lain yang dianggap

    mengancam eksistensi dominasi dan kekuasaannya. Tujuan yang agak berbeda berasal

    dari pemilik media. Bagi pemilik media, media massa dianggap sebagai lahan bisnis

    yang dapat meningkatkan keuntungan secara ekonomi. Sedangkan khalayak media

    Kelas dominan  Intregasi kontrol 

    Media Massa 

    kerja 

    Pemilik media 

    Keuntungan status 

    komunikator 

    kekuasaan 

    Suara masyarakat 

    kesempatan 

    Khalayak 

    Sumber informasi 

    Kelas lemah 

    Sarana kontrol  

    atau perubahan 

  • hanya mengharapkan media dapat menjadi sumber informasi yang dapat diakses oleh

    mereka dengan cepat akurat dan terpercaya.

    Khusus bagi komunitas masyarakat yang lemah, media diharapkan sebagai

    sarana kontrol bagi setiap kebijakan dan praktek kehidupan yang menyimpang

    sehingga dapat terwujud perubahan. Proses interaksi yang terjadi antara media massa

    dengan berbagai kepentingan yang ada, pada tataran praktis tidak selalu menghasilkan

    sebuah kepercayaan, kerjasama atau hubungan yang harmonis. Benturan-benturan

    yang terjadi diantara mereka sering sekali terjadi. Hal ini menandakan bahwa dalam

    hubungan tersebut terdapat dinamika yang akan membentuk proses “tawar menawar”.

    Selain dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan luar media, berita suatu media juga

    ditentukan oleh faktor-faktor internal yang ada dalam masing-masing institusi media.

    faktor-faktor tersebut akan banyak berpengaruh bagi orientasi dan mekanisme kerja

    awak media (wartawan) di lapangan. Adanya perbedaan versi pemberitaan antara

    media yang satu dengan media yang lain tentang suatu persoalan yang sama

    merupakan indikasi adanya agenda yang berbeda dari masing-masing media. Model

    “hierarchy of influence” dari Pamela Shoemaker dan Stephen D. Reese (1996:64)

    adalah model yang tepat untuk menggambarkan beberapa pengaruh faktor internal

    media (disamping dua faktor eksternal yang berada dalam lingkaran luar).

  • Gambar 2

    Model Hierarchy of influence

    Tingkat Ideologis Tingkat Ekstramedia Tingkat Organisasi Tingkat Rutinitas Media Tingkat Individu

    (Sumber: Shoemaker dan Reese, 1996)

    Model diatas menggambarkan beberapa pengaruh faktor internal media yaitu :

    1. Pengaruh individu pekerja media, diantaranya adalah karakteristik pekerja

    komunikasi, latar belakang personal dan profesional.

    2. Pengaruh rutinitas media. Apa yang dihasilkan oleh media massa dipengaruhi oleh

    kegiatan-kegiatan seleksi yang dilakukan oleh komunikator, termasuk deadline

    dan rintangan waktu yang lain, keterbatasan tempat (space), struktur piramida

    terbalik dalam penulisan berita dan kepercayaan reporter pada sumber-sumber

    resmi dalam berita yang dihasilkan.

    3. Pengaruh organisasional, yakni bahwa media mencari keuntungan materi. Tujuan

    dari media akan berpengaruh pada isi yang dihasilkan.

    4. Pengaruh dari luar organisasi media. Pengaruh ini meliputi lobi dari kelompok

    kepentingan terhadap isi media, pseudoevent dari praktisi public relation pada

    pemerintah yang membuat peraturan-peraturan di bidang pers.

  • 5. Pengaruh ideologi, yakni merupakan sebuah pengaruh yang paling menyeluruh dari

    semua pengaruh. Idiologi disini diartikan sebagai mekanisme simbolik yang

    menyediakan kekuatan kohesif yang mempersatukan di dalam masyarakat.

    Faktor-faktor internal sebuah media massa memberi kontribusi yang besar

    terhadap orientasi dan kebijakan media. Wartawan dan pekerja media lainnya di

    samping bekerja berdasarkan nilai-nilai individu yang dianut oleh masing-masing

    mereka, juga dikendalikan oleh rutinitas media serta kebijakan dari organisasi media

    dimana mereka bekerja. Dengan demikian, berita yang ada pada setiap media

    merupakan hasil akhir dari kerja jurnalistik yang telah dipengaruhi oleh aspek internal

    dan eksternal media massa.

    4. Ekonomi Politik Media

    Ekonomi politik media sangat erat sekali hubungannya dengan hubungan

    sosial media mengenai hubungan kekuasaan dan motif ekonomi yang terkait dengan

    komunikasi. Setiap media massa memiliki karakter dan latar belakang sendiri-sendiri.

    Berdirinya suatu media ada yang dilator belakangi oleh kepentingan politik, ekonomi

    ataupun yang lainnya. Adanya beragam kepentingan dalam media massa adalah hal

    yang tidak bisa dipungkiri bahwasanya media massa memiliki kepentingan politik,

    karena di support oleh kekuatan politik yang menyertainya. Lalu motif ekonomi

    dimana keuntungan materiil adalah target utama dari berdirinya suatu media massa.

    Pendekatan ekonomi politik, melihat media massa dari siapa penguasa

    sumber-sumber produksi media massa, siapa pemegang rantai distribusi media massa,

    siapa yang menciptakan pola konsumsi masyarakat atas media massa dan komoditas

    lain sebagai efek kerja dari media. Siapa penguasa sumber-sumber media dapat dilihat

    atara lain dari kepemilikan media massa.

  • Di Indonesia kepemilikan media massa konvensional dapat dilihat antara lain,

    Jawa Pos dan Anak cabang daerah Jawa pos dimiliki Dahlan Iskan, Kompas dan

    Surya dimiliki oleh Yakob Oetama, Sindo dimiliki oleh kelompok MNC Group, dan

    masih banyak lagi kelompok usaha kepemilikan media di Indonesia. Dari contoh-

    contoh diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pemilik media bukan berlatar

    belakang dari pendidikan media melainkan pengusaha-pengusaha besar. Dari

    kenyataan tersebut dapat dilihat bahwa penguasa media adalah penguasa ideologi

    yang membentuk persepsi masyarakat untuk mendapatkan profit atau keuntunngan.

    Penciptaan pola konsumsi masyarakat secara tidak langsung dipengaruhi oleh

    media. Melalui iklan-iklan yang ditayangkan di media massa, perlahan pola konsumsi

    masyarakat terbentuk di dalam dirinya, pengaruh iklan praktis membuat pihak

    produksi untuk terus meningkatkan belanja iklannya di media massa. Dalam hal inilah

    tercipta pola ekonomi yang memberikan keuntungan bagi pengusaha media.

    Pendekatan ekonomi politik terjadi karena adanya hubungan yang kompleks. Hal

    yang terpenting adalah penciptaan produksi hingga penerimaan berita (dan konteks

    sekelilingnya) dikemas se-perfect mungkin.

    5. Teori Konstruksi Sosial

    Berger dan Luckman (1994) menyatakan bahwa masyarakat secara empirik

    berproses melalui tiga langkah yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi.

    Eksternalisasi adalah suatu pencurahan kedirian manusia secara terus menerus

    kedalam dunia sekelilingnya baik dalam aktivitas fisik maupun mentalnya. Manusia

    tidak bisa menutup diri tinggal diam melainkan bergerak keluar untuk

    mengekspresikan dirinya. Objektivasi adalah suatu realitas baik material maupun non

    material, yang bisa berhadapan dengan para produsennya semula, dalam suatu bentuk

  • kefaktaan (faktisitas) yang eksternal “yang berada diluar sana”, sekaligus bisa

    merupakan sesuatu yang lain terhadap dan dari produsennya itu sendiri.

    Menurut McQuail cabang dari teori Marxis, diantaranya political-economic

    media theory dan hegemonic theory.

    a. Political-Economic Media Theory (teori media ekonomi politik)

    Ini merupakan teori yang dekat dengan Marxisme klasik dimana teori itu

    menyalahkan struktur kepemilikan dalam masyarakat terhadap penyakit sosial.

    Dalam aliran pemikiran ini, isi media adalah suatu komoditas yang dijual dipasar,

    dan informasi yang disebarluaskan diawasi oleh pasar.

    b. Hegemonic Theory (teori hagemonik)

    Hegemoni adalah dominasi dari suatu ideologi palsu atau cara berfikir

    terhadap cara-cara pemahaman lain. Ideologi tidak disebabkan oleh sistem

    ekonomi itu sendiri dan secara mendalam ditanamkan pada semua aktivitas

    masyarakat. Dengan demikian ideologi tidak dipaksa oleh suatu kelompok

    terhadap kelompok lain, melainkan merembes dan tak disadari. Ideologi dominan

    mengabadikan kepentingan-kepentingan kelas tertentu terhadap lainnya, dan

    dengan jelas media mengambil peran utama dalam proses ini (Winarso, 2005 :

    67).

    6. Analisis Framing

    Berita bukan refleksi dari realitas. Ia hanyalah konstruksi dari realitas. Dalam

    pandangan positivis, berita adalah informasi. Ia dihadirkan kepada khalayak sebagai

    representasi dari kenyataan. Kenyataan itu ditulis kembali dan ditransformasikan

    lewat berita. Tetapi dalam pandangan konstruksionis, berita itu ibaratnya seperti

  • sebuah drama. Ia bukan menggambarkan realitas, tetapi potret dari arena pertarungan

    antara berbagai pihak yang berkaitan dengan peristiwa (Eriyanto, 2002:24).

    Gans (1979) berpendapat, bahwa isi berita tidak hanya nilai-nilai melainkan

    juga ideologi, bahkan jika hal itu berisi ide-ide yang hanya sebagian dipertimbangkan.

    Ia menyebut “kumpulan nilai-nilai ini dan pertimbangan realitas (reality judgements)

    yang berkaitan dengan para-ideologi, khususnya untuk membedakan hal tersebut dari

    seperangkat nilai cermat, terpadu, dan lebih bersifat doktriner yang biasanya

    didefinisikan sebagai ideologi : itulah ideologi” (Winarso, 2005:153).

    Berita dalam pandangan Fishman, bukanlah refleksi atau distorsi dari realitas

    yang seakan berada diluar sana. Titik perhatian tentu saja bukan apakah berita

    merefleksikan realitas. Atau apakah berta distorsi atas realitas. Apakah berita sesuai

    dengan kenyataan ataukah bias terhadap kenyataan yang digambarkannya.

    Menurutnya ada dua kecenderungan studi bagaimana proses produksi berita

    dilihat. Pandangan pertama sering disebut sebagai pandanagan seleksi berita

    (selectivity of news). Dalam bentuknya yang umum pandangan ini sering kali

    melahirkan teori seperti gate keeper. Intinya, proses produksi berita adalah proses

    seleksi. Pendekatan kedua adalah pendekatan pembentukan berita (creation of news).

    Dam perspektif ini, peristiwa itu bukan diseleksi, melainkan sebaliknya dibentuk.

    Wartawan lah yang membentuk peristiwa : mana yang disebut berita dan mana yang

    tidak. Peristiwa dan realitas bukanlah diseleksi, malainkan dikreasi oleh wartawan

    (Eriyanto, 2002:100).

    Dalam mengkonstruksi suatu realitas, wartawan juga cenderung menyertakan

    pengalaman serta pengetahuannya yang sudah mengkristal menjadi skemata

    interpretasi (schemata of interpretation). Dengan skema ini pula wartawan cenderung

    menbatasi atau menyeleksi sumber berita, menafsirkan komentar-komentar sumber

  • berita, serta memberi porsi yang berbeda terhadap tafsir atau perspektif yang muncul

    dalam wacana media. Pada dasarnya pekerjaan media massa dalam konsep ini adalah

    mengkonstruksikan realitas (Sobur, 2002:166).

    7. Model Framing Pan dan Kosicki

    Zongdang Pan dan Gerald M. Kosicki (1993) melalui tulisan mereka

    “Framing Analysis: An Approach to News Discourse” mengoperasionalisasikan

    empat dimensi structural teks berita sebagai perangkat framing. Yakni sintaksis, skrip,

    tematik, dan retoris. Model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang

    berfungsisebagai tempat organisasi ide. Frame merupakan suatu ide yang

    dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita (kutipan sumber, latar

    informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu ) kedalam teks secara keseluruhan

    (Sobur, 2006:175 ).

    Framing didefinisikan sebagai proses membuat suatu pesan lebih menonjol,

    menempatkan informasi lebih daripada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada

    pesan tersebut.

    Menurut Pan dan Kosicki, ada dua konsepsi dari framing yang saling

    berkaitan. Pertama, dalam konsepsi psikologi framing lebih menekanan pada

    bagaimana seseorang memproses informasi dalam dirinya. Kedua, konsepsi

    sosiologis. Kalau pandangan psikologis lebih menekankan pada proses internal

    seseorang, bagaimana individu secara kognitif menafsirkan suatu peristiwa dalam cara

    pandang tertentu, maka pandangan sosiologis lebih melihat pada bagaimana

    konstruksi social atas realitas. Frame disini dipahami sebagai proses bagaimana

    seseorang mengklasifikasikan, mengorganisasikan, dan menafsirkan pengalaman

    sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas di luar dirinya (Eriyanto, 2009:253).

  • Sobur (2006) menuliskan bahwa dalam pendekatan ini perangkat framing

    dibagi menjadi empat struktur besar. Pertama, struktur Sintaksis. Kedua, struktur

    skrip. Ketiga, struktur tematik, dan yang keempat adalah struktur retoris. Berikut

    adalah tebel kerangka framing Pan dan Kosicki.

    Tabel 1 KERANGKA FRAMING PAN DAN KOSICKI

    STRUKTUR PERANGKAT FRAMING UNIT YANG

    DIAMATI

    Sintaksis: Cara wartawan menyusun fakta

    1. skema berita

    Headline, lead, latar informasi, kutipan, sumber, pernyataan, penutup

    Skrip : Cara wartawan mengisahkan fakta

    2. kelengkapan berita 5W + 1H

    Tematik : Cara wartawan menulis fakta

    1. Detail 2. Maksud kalimat,

    hubungan 3. Nominalisasi

    antarkalimat 4. koherensi 5. bentuk kalimat 6. kata ganti

    Paragraf, proposisi

    Retoris : Cara wartawan menekankan fakta

    7. leksikon 8. Grafis 9. metafor 10. Pengandaian

    Kata, idiom, gambar/foto, grafik

    (Sobur, 2006 : 176)

    a. Sintaksis

    Sintaksis adalah susunan kata atau frase dalam kalimat. Dalam wacana berita,

    sintaksis menunjuk pada pengertian susunan dari bagian berita (headline, lead,

    latar informasi, sumber, penutup) dalam satu kesatuan teks berita secara

    keseluruhan (Eriyanto, 2009:257).

    Struktur sintaksis bisa diamati dari bagan berita. Sintaksis berhubungan

    dengan bagaimana wartawan menyusun peristiwa pernyataan, opini, kutipan,

  • pengamatan atas peristiwa kedalam bentuk susunan kisah berita (Sobur,

    2006:175).

    b. Skrip

    Struktur skrip melihat bagaimana strategi bercerita atau bertutur yang dipakai

    wartawan dalam mengemas peristiwa. Laporan berita sering disusun sebagai suatu

    cerita. Hal ini karena dua hal. Pertama, banyak laporan berita yang berusaha

    menunjukkan hubungan, peristiwa yang ditulis merupakan kelanjutan dari

    peristiwa sebelumnya. Kedua, berita umumnya mempunyai orientasi

    menghubungkan teks yang ditulis dengan lingkungan komunal pembaca. Bentuk

    umum dari struktur skrip ini adalah 5W + 1H (who, what, when, where, why dan

    how). Meskipun pola ini tidak selalu dapat dijumpai dalam setiap berita yang

    ditampilkan, kategori informasi ini yang diharapkan diambil oleh wartawan untuk

    dilaporkan. Unsur kelengkapan berita ini dapat menjadi penanda framing yang

    penting (Eriyanto, 2009:260).

    c. Tematik

    Struktur tematik berhubungan dengan cara wartawan mengungkapkan

    pandangannya atas peristiwa kedalam proposisi, kalimat, atau hubungan antar

    kalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Struktur ini akan melihat

    bagaimana pemahaman itu diwujudkan kedalam bentuk yang lebih kecil (Sobur,

    2006:176).

    Dalam menulis berita wartawan mempunyai tema tertentu atau suatu

    peristiwa. Ada beberapa elemen yang dapat diamati dari perangkat tematik ini.

    Diantaranya adalah koherensi: pertalian atau jalinan antar kata, proposisi atau

  • kalimat. Dua buah kalimat atau proposisi yang menggambarkan fakta yang

    berbeda dapat dihubungkan dengan menggunakan koherensi. Sehingga fakta yang

    tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika seseorang

    menghubungkannya (Eriyanto, 2002:263).

    d. Retoris

    Struktur retoris dari wacana berita menggambarkan pilihan gaya atau kata

    yang dipilih oleh wartawan untuk menekankan arti yang ingin ditonjolkan oleh

    wartawan. Wartawan menggunakan perangkat retoris untuk membuat citra,

    meningkatkan kemenonjolan pada sisi tertentu dan meningkatkan gambaran yang

    diinginkan dari suatu berita. Struktur retoris dari wacana berita juga menunjukkan

    kecenderungan bahwa apa yang disampaikan tersebut adalah suatu kebenaran

    (Eriyanto, 2002:264).

    F. DEFINISI KONSEPTUAL

    1. AREMA

    Arema merupakan sebuah Tim sepakbola dari kota Malang yang didirikan pada tahun

    1987 oleh Purnawirawan Acub Zainal yang pada waktu itu menjabat sebagai Gubernur

    Papua. Tim berlogo Singa ini mulai tahun 1987 hingga sekarang menggantungkan

    seluruh biaya kompetisi dari dana sponsor dan hasil tiket supporter serta merchandise.

    Karena Arema bukan milik pemerintah, dan Sebagai klub professional pertama di

  • Indonesia, Arema sering kali dijadikan contoh oleh banyak klub baik klub dari super

    league maupun divisi-divisi dibawahnya.

    Meskipun dijadikan panutan oleh klub-klub bola Indonesia ,arema masih saja diterpa

    masalah internal baik financial maupun kisruh pembayaran gaji pemain. Dan yang paling

    hangat diberitakan saat ini adalah masalah dualisme kepemilikan.

    2. MEDIA MASSA

    Media massa atau Pers adalah suatu istilah yang mulai dipergunakan pada tahun 1920-an

    untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai

    masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari-hari, istilah ini sering disingkat

    menjadi media.

    G. METODE PENELITIAN

    Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Analisis Framing untuk mengetahui

    bagaimana realitas dikonstruksi oleh media. Analisis framing secara sederhana dapat

    digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor,

    kelompok, atau apa saja) dibingkai oleh media. Disini realitas sosial dimaknai dan

    dikonstruksi dengan makna tertentu. (Eriyanto, 2002 : 3).

    1. Jenis Penelitian

    Adapun jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dimana data yang

    terkumpul berbentuk kata-kata, gambar-bambar, dan kalaupun ada angka-angka,

    sifatnya hanya sebagai penunjang data penelitian. (Chairun Nasirin, 2009 : 14).

    2. Obyek Penelitian

    Obyek penelitian ini adalah pemberitaan tentang Pemberitaan Kisruh

    Manajemen Organisasi Dan Pemain Klub sepak Bola AREMA Pada Surat Kabar

    Harian Surya dan Sportivo Radar Malang Edisi Bulan Juli 2011.

    Tabel I

  • Objek Penelitian

    No Edisi Pemberitaan Surya Pemberitaan Radar malang

    1 13 Juli 2011 Sam Ikul Berang

    Yayasan Kisruh

    2 15 juli 2011 Cari Ketua Yayasan Sinyal konflik mereda

    3 18 juli 2011 Bingung Dana Rendra berhak diyayasan arema

    4 19 juli 2011 Yayasan Makin Kisruh dua jendral pimpin arema

    5 20 juli 2011 Kubu Rendra Meradang sebulan susunan pengurus

    6 25 Juli 2011 Pengurus Belum Jelas Dua jendral tunggu konflik reda -

    7 26 juli 2011 Abriadi didepak -

    8 28 juli 2011 Ajak damai Rendra-M.Nur

    9 29 juli 2011 Rendra Legal Rendra Legal

    10 30 juli 2011 Desak Rendra terbuka -

  • 3. Teknik Pengumpulan Data

    Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan:

    a. Data Primer dengan cara mendokumentasikan berita-berita terkait kisruh

    manajemen organisasi dan pemain klub sepak bola Arema dalam edisi bulan juli

    2011 pada surat kabar harian Surya dan Sportivo Radar.

    b. Data Sekunder diperoleh dari kepustakaan yang ada baik dari buku, data

    pendukung dari internet seperti artikel maupun lainnya.

    4. Teknik Analisa Data

    Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

    menggunakan model analisis Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki.

    Analisis ini menjadi pilihan peneliti karena merupakan analisis terlengkap elemenya

    dalam membedah suatu berita. Data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini akan

    dianalisis dengan menggunakan elemen sintaksis (cara wartawan menyusun fakta),

    Skrip (cara wartawan mengisahkn berita), tematik (cara wartawan menulis fakta), dan

    retoris (cara wartawan menekankan fakta).