bab 2 tinjauan pustaka 1. pola asuh 1.1 defenisi ... -...

19
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh 1.1 Defenisi Pola Asuh Pengertian pola asuh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah merupakan suatu bentuk (struktur), sistem dalam menjaga, merawat, mendidik dan membimbing anak kecil (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Sedangkan pola asuh menurut Sunarti (2004) adalah suatu model atau cara mendidik anak yang merupakan suatu kewajiban dari setiap orang tua dalam usaha membentuk pribadi anak yang sesuai dengan harapan masyarakat pada umumnya. Pola asuh merupakan pola pengasuhan yang diberikan orangtua untuk membentuk kepribadian anak (Prasetya, 2003). Pola asuh orangtua adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan anak dari segi negatif maupun segi positif. Pengasuhan menurut Shochib, (2010) adalah orang yang melaksanakan tugas membimbing, memimpin, atau mengelola. Pengasuhan yang dimaksud di sini adalah mengasuh anak. Menurut Darajat (dalam Shochib, 2010) mengasuh anak maksudnya adalah mendidik dan memelihara anak itu, mengurus makan, minum, pakaiannya, dan keberhasilannya dalam periode yang pertama sampai dewasa. Dengan pengertian diatas dapatlah dipahami bahwa pengasuhan anak yang dimaksud adalah Universitas Sumatera Utara

Upload: phungphuc

Post on 05-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh 1.1 Defenisi ... - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40378/4/Chapter II.pdf · Pengertian pola asuh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

 

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pola Asuh

1.1 Defenisi Pola Asuh

Pengertian pola asuh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

merupakan suatu bentuk (struktur), sistem dalam menjaga, merawat, mendidik

dan membimbing anak kecil (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Sedangkan

pola asuh menurut Sunarti (2004) adalah suatu model atau cara mendidik anak

yang merupakan suatu kewajiban dari setiap orang tua dalam usaha membentuk

pribadi anak yang sesuai dengan harapan masyarakat pada umumnya.

Pola asuh merupakan pola pengasuhan yang diberikan orangtua untuk

membentuk kepribadian anak (Prasetya, 2003). Pola asuh orangtua adalah pola

perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif konsisten dari waktu ke

waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan anak dari segi negatif maupun segi

positif. Pengasuhan menurut Shochib, (2010) adalah orang yang melaksanakan

tugas membimbing, memimpin, atau mengelola. Pengasuhan yang dimaksud di

sini adalah mengasuh anak.

Menurut Darajat (dalam Shochib, 2010) mengasuh anak maksudnya adalah

mendidik dan memelihara anak itu, mengurus makan, minum, pakaiannya, dan

keberhasilannya dalam periode yang pertama sampai dewasa. Dengan pengertian

diatas dapatlah dipahami bahwa pengasuhan anak yang dimaksud adalah

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh 1.1 Defenisi ... - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40378/4/Chapter II.pdf · Pengertian pola asuh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

 

kepemimpinan, bimbingan, yang dilakukan terhadap anak berkaitan dengan

kepentingan hidupnya.

1.2 Jenis-Jenis Pola Asuh

Tipe pola asuh terdiri dari dua dimensi perilaku yaitu Directive Behavior

dan Supportive Behavior. (1) Directive Behavior melibatkan komunikasi searah di

mana orangtua menguraikan peran anak dan memberitahu anak apa yang harus

mereka lakukan, di mana, kapan, dan bagaimana melakukan suatu tugas. (2)

Supportive Behavior melibatkan komunikasi dua arah di mana orang tua

mendengarkan anak, memberikan dorongan, membesarkan hati, memberikan

teguran positif dan membantu mengarahkan perilaku anak. Anak yang disiplin diri

memiliki keteraturan diri berdasarkan nilai agama, nilai budaya, aturan-aturan

pergaulan, pandangan hidup, dan sikap hidup yang bermakna bagi dirinya sendiri,

masyarakat, bangsa dan Negara. Artinya, tanggung jawab orangtua adalah

mengupayakan agar anak berdisiplin diri untuk melaksanakan hubungan dengan

Tuhan yang menciptakannya, dirinya sendiri, sesama manusia, dan lingkungan

alam dan mahkluk hidup lainnya berdasarkan nilai moral. Orang tua yang mampu

berprilaku seperti diatas, berarti mereka telah mencerminkan nilai-nilai moral dan

bertanggung jawab untuk mengupayakannya (Shochib, 2010).

Masing-masing orangtua tentu saja memiliki pola asuh tersendiri dalam

mengarahkan perilaku anak. Hal ini sangat dipengaruhi oleh latar belakang

pendidikan orangtua, mata pencarian, keadaan sosial ekonomi, adat istiadat dan

sebagainya. Dengan kata lain, pola asuh orangtua petani tidak sama dengan pola

asuh pedagang. Demikian pola asuh orangtua yang berpendidikan rendah dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh 1.1 Defenisi ... - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40378/4/Chapter II.pdf · Pengertian pola asuh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

 

pola asuh orangtua yang berpendidikan tinggi. Dalam pelaksanaannya memang

orangtua menggunakan berbagai pola asuh sesuai dengan situasi baik secara

demokrasi, permisif, otoriter dan penelantar (Prasetya, 2003).

Tipe pola asuh menurut Prasetya (2003), yaitu :

a. Pola Asuh Demokrasi ( Autoritatif )

Pengasuhan Autoritatif adalah pola asuh demokrasi yang mendorong remaja

bebas tetapi tetap memberikan batasan dan mengendalikan tindakan-tindakan

mereka. Pada umumnya pola pengasuhan ini di terapkan oleh orangtua yang

menerima kehadiran anak dengan sepenuh hati serta memiliki pandangan atau

wawasan kehidupan masa depan dengan jelas. Mereka tidak hanya memikirkan

masa kini, tetapi memahami bahwa ke masa depan harus dilandasi oleh

tindakan-tindakan masa kini. Mereka menyadari dan menghayati adanya

kesinambungan perkembangan kepribadian anak sepanjang hidupnya.

Pola asuh ini lebih memprioritaskan kepentingan anak dibandingkan dengan

kepentingan dirinya sendiri tetapi mereka tidak segan-segan mengendalikan

anak. Berani menegur anak bila anak berperilaku buruk. Mereka mengerahkan

perilaku anak sesuai dengan kebutuhan anak agar memiliki sikap, pengetahuan,

dan keterampilan-keterampilan yang akan mendasari anak untuk membentuk

kepribadian dan kehidupan di masa yang mendatang. Komunikasi verbal

timbal balik bisa berlangsung dengan bebas, dan orangtua bersikap hangat dan

bersifat membesarkan hati remaja.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

anak-anak dengan tipe pola asuh autoritatif ini cenderung lebih mandiri, tegas

terhadap diri sendiri, memiliki kemampuan instropeksi dan mengendalikan diri,

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh 1.1 Defenisi ... - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40378/4/Chapter II.pdf · Pengertian pola asuh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

 

mudah bekerjasama dengan orang lain secara sinergik serta ramah terhadap

orang lain yang menyebabkan mereka mudah bergaul dengan teman-teman

sebayanya maupun dengan orang-orang yang lebih dewasa.

b. Pola Asuh Pemanja (Permisif)

Pola pengasuhan pemanja atau Permisif ini merupakan kebalikan dari pola

pengasuhan otoriter. Segala sesuatu justru berpusat pada kepentingan anak.

Orangtua tidak mengendalikan perilaku sesuai dengan kebutuhan

perkembangan kepribadian anak. Orangtua atau pengasuhan yang tidak pernah

menegur atau tidak berani menegur perilaku anak meskipun perilaku anak

tersebut sudah keterlaluan atau diluar batas kewajaran. Dalam kondisi yang

demikian terkadang terkesan jangan sampai mengecewakan anak atau yang

penting jangan sampai anak menangis.

Meskipun anak-anak dengan pola pengasuhan ini cenderung lebih energik

dan responsif dari dibandingkan anak-anak dengan pola pengasuhan otoriter,

namun mereka tampak matang secara sosial (manja), implusif, mementingkan

diri sendiri dan kurang percaya diri (cengeng). Bahkan sampai dewasa, ketika

mereka harus hidup dengan pasangannya bahkan menikah, kebiasaan-

kebiasaan kemanjaan tersebut sulit dihapuskan, lalu mereka menuntut

pasangannya atau setiap orang yang ada dilingkungan primernya untuk

memperlakukan dirinya seperti orangtua atau pengasuhannya yang dulu

melayani dan memanjakannya. Namun orangtua tipe pola pengasuhan seperti

ini biasanya bersifat hangat, sehingga sering kali disukai oleh anak.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh 1.1 Defenisi ... - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40378/4/Chapter II.pdf · Pengertian pola asuh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

 

c. Pola Asuh Otoriter ( Autoritarian )

Kebanyakan pola asuh ini diterapkan oleh orangtua yang berasal dari pola

pengasuhan otoriter pula dimasa kanak-kanaknya atau oleh orangtua yang

menolak kehadiran anaknya. Pengasuhan Autoritarian atau pola asuh otoriter

adalah gaya yang membatasi dan bersifat menghukum yang mendesak remaja

untuk mengikuti petunjuk orangtua dan untuk menghormati pekerjaan serta

usaha. Orang tua yang bersifat Autoritarian membuat batasan dan kendali yang

tegas terhadap remaja dan hanya sedikit melakukan komunikasi verbal.

Pengasuhan Autoritarian cenderung tidak memikirkan apa yang akan terjadi

dimasa depan, selalu menetapkan standart yang mutlak yang ditentukan secara

sepihak dan harus di turuti, biasanya di ikuti dengan ancaman-ancaman.

Misalnya kalau tidak makan, maka tidak akan di ajak bicara. Orangtua tipe ini

cenderung memaksa, memerintah, menghukum, tidak mengenal kompromi dan

dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah. Sebagai contoh, seorang

orangtua Autoritarian bisa berkata “ Kamu harus melakukan apa yang saya

katakan, tidak ada tawar-menawar!”

Mereka tidak menyadari bahwa dikemudian hari nanti anak-anak dengan

pola pengasuhan otoriter mungkin akan menimbulkan masalah yang lebih

rumit, memusingkan dan terkadang menyedot energi yang luar biasa besarnya.

Meskipun anak-anak dengan pola pengasuhan otoriter ini memiliki kompetensi

dan tanggung jawab yang cukup, namun kebanyakan cenderung menarik diri

secara sosial, kurang spontan dan tampak kurang percaya diri. Kebanyakan

anak-anak dari pola pengasuhan otoriter melakukan tugasnya karena takut akan

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh 1.1 Defenisi ... - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40378/4/Chapter II.pdf · Pengertian pola asuh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

 

mendapatkan hukuman. Dalam kondisi yang ekstrim ini, anak laki-laki dengan

pola pengasuhan otoriter sangat mungkin memiliki resiko berperilaku

antisosial, agresif, impuls dan perilaku maladaptif lainnya, misalnya

membunuh, mencuri, narkoba dan sebagainya.

d. Pola Pengasuhan Penelantar

Orangtua tipe pola pengasuhan ini bukan hanya berarti menelantarkan anak

secara fisik ataupun nutrisial tetapi juga berarti menelantarkan anak dalam

kaitan psikis. Bisa jadi secara fisik, anak sama sekali tidak terlantar dan

nutrisial serta papan pangan tecukupi. Orangtua atau pengasuh kurang atau

bahkan sama sekali tidak peduli perkembangan psikis anak. Anak di biarkan

berkembang sendiri. Pola pengasuhan seperti ini pada umumnya diterapkan

oleh orangtua yang sebenarnya menolak kehadiran anak dengan berbagai

macam alasan. Terkadang tidak disadarinya atau tidak di akuinya dengan jujur,

selanjutnya tidak terjadi perubahan sikap ketika anaknya lahir.

Pola pengasuhan penelantaran, orangtua telah memprioritaskan

kepentingannya sendiri dari pada kepentingan anak sehingga kepentingan

perkembangan kepribadian anak terabaikan. Banyak orangtua yang selalu

sibuk dengan kegiatannya sendiri dengan berbagai jenis alasan pembenaran.

Tidak jarang diantara mereka yang tidak peduli atau tidak tahu sama sekali

dimana anaknya berada, dengan siapa saja mereka bergaul, sedang apa anak

tersebut dan sebagainya. Anak-anak terlantar ini merupakan anak-anak yang

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh 1.1 Defenisi ... - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40378/4/Chapter II.pdf · Pengertian pola asuh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

 

paling potensial terlibat penggunaan obat-obatan terlarang (narkoba) dan

tindakan kriminal lainnya (Prasetya, 2003)

Sedangkan Diana Baumrind (dalam Santrock, 2007) berpendapat ada cara

yang terbaik dalam mengasuh anak. Dia percaya bahwa orangtua tidak boleh

menghukum atau menjauh. Sebaliknya,orangtua menetapkan aturan bagi anak dan

menyayangi mereka. Diana Baumrind juga mengatakan bahwa ada 4 bentuk pola

asuh orangtua, yaitu : pola asuh otoriter, pola asuh demokrasi, pola asuh

mengabaikan dan pola asuh yang menuruti. Akan tetapi banyak orangtua

menggunakan kombinasi beberapa teknik, dari pada satu teknik tertentu walaupun

salah satu teknik bisa dominan. Pengasuhan yang konsisten biasanya disarankan,

orang tua bijak dapat merasakan pentingnya bersikap lebih permisif dalam situasi

tertentu dan bersifat otoriter pada situasi yang lain, namun autoritatif di situasi

yang lain.

2. Keluarga

2.1 Defenisi Keluarga

Keluarga di defenisikan dalam berbagai cara. Defenisi keluarga berbeda

beda tergantung kepada orientasi teoritis “pembuat defenisi” yaitu dengan

menggunakan penjelasan yang penulis cari untuk menghubungkan keluarga

(Friedman, 1998). Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang di

ikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan tiap-tiap anggota keluarga

selalu berinteraksi satu sama lain ( Mubarak 2009).

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh 1.1 Defenisi ... - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40378/4/Chapter II.pdf · Pengertian pola asuh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

 

Pengertian keluarga dapat di tinjau dari dimensi hubungan darah dan

hubungan sosial. Keluarga dalam dimensi hubungan darah merupakan kesatuan

sosial yang di ikat oleh hubungan darah antara yang satu dengan yang lainnya.

Berdasarkan dimensi hubungan darah ini, keluarga dapat di bedakan menjadi

keluarga besar dan keluarga inti. Sedangkan dalam dimensi hubungan sosial,

keluarga merupakan suatu kesatuan sosial yang di ikat oleh adanya saling

berhubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang

lainnya, walaupun diantara mereka tidak terdapat hubungan darah. Keluarga

berdasarkan hubungan sosial ini dinamakan keluarga psikologis dan keluarga

pedagosis (Shochib, 2010).

Dalam pengertian psikologi, keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup

bersama dalam tempat tinggal bersama-sama dan masing-masing anggota

merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling

memperhatikan dan saling menyerahkan diri. Sedangkan dalam pengertian

pedagogis, keluarga adalah “satu” persekutuan hidup yang dijalani oleh kasih

sayang antara pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan pernikahan,

yang bermaksud untuk saling menyempurnakan diri (Soelaeman, 1994 dalam

Shochib 2010).

Burgess dkk (1993 dalam Friedman 1998) membuat defenisi yang

berorientasi pada tradisi dan digunakan sebagai refrensi secara luas, dimana

keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah

dan ikatan adopsi yang biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga,

atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh 1.1 Defenisi ... - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40378/4/Chapter II.pdf · Pengertian pola asuh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

 

tersebut sebagai rumah tangga dan anggota keluarga saling berinteraksi dan

berkomunikasi satu sama lain dalam peran-peran sosial keluarga seperti suami

istri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan anak perempuan, saudara-saudari. Seluruh

anggota keluarga sama-sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang di

ambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.

Uraian diatas menunjukkan bahwa keluarga juga merupakan suatu sistem.

Sebagai sistem yang mempunyai anggota, yaitu ayah, ibu, dan anak atau semua

individu yang tinggal di dalam rumah tangga tersebut. Anggota keluarga tersebut

saling berinteraksi, interalasi, interdependensi untuk mencapai tujuan bersama.

Keluarga merupakan sistem terbuka, sehingga dapat di pengaruhi oleh

suprasistemnya, yaitu lingkungan atau masyarakat. Sebaliknya, sebagai subsistem

dari lingkungan atau masyarakat, keluarga dapat mempengaruhi masyarakat. Oleh

karena itu, betapa pentingnya peran dan fungsi keluarga dalam membentuk

manusia sebagai anggota masyarakat yang sehat bio-psiko-sosial-dan spritual

(Mubarak 2009).

2.2 Fungsi Keluarga

Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya

mengembangkan kepribadian anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang

dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan bik agama maupun sosial budaya

yang diberikan merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapakan agar anak

menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat. Keluarga juga dipandang

sebagai institusi (lembaga) yang dapat memenuhi kebutuhan insani (manusiawi)

terutama kebutuhan bagi pengembangan kepribadian dan pengembangan ras

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh 1.1 Defenisi ... - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40378/4/Chapter II.pdf · Pengertian pola asuh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

 

manusia. Apabila mengaitkan peranan keluarga dengan upaya memenuhi

kebutuhan tersebut. Melalui kebutuhan-kebutuhan dasarnya, baik fisik-biologis

maupun sosiopsikologisnya. Apabila anak memperoleh rasa aman, penerimaan

sosial dan harga dirinya maka anak dapat memenuhi kebutuhan tertingginya, yaitu

perwujudan diri ( Self Actualization). Iklim keluarga yang sehat atau perhatian

orang tua yang penuh kasih sayang mempunyai faktor esensial yang memfasilitasi

perkembangan psikologis anak tersebut (Dahlan, 2004).

Mengkaji lebih jauh lagi tentang fungsi keluarga ini dapat di kemukakan

bahwa secara psikologis keluarga berfungsi sebagai pemberi rasa aman bagi anak

dan anggota keluarga lainnya. Sebagai pemenuhan kebutuhan baik fisik maupun

psikis, sumber kasih sayang dan penerimaan, model pola perilaku yang tepat bagi

anak untuk belajar menjadi anggota masyarakat yang baik, pemberi bimbingan

bagi perkembangan perilaku yang secara sosial dianggap tepat, membantu anak

dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dalam rangka menyesuaikan

dirinya terhadap kehidupan, pemberi bimbingan dalam belajar keterampilan

motorik, verbal, sosial yang dibutuhkan untuk penyesuain diri, stimulator bagi

pengembangan kemampuan anak untuk mencapai prestasi, baik di sekolah

maupun dimasyarakat, pembimbing dalam mengembangkan aspirasi dan sumber

persahabatan/teman bermain bagi anak sampai cukup usia untuk mendapatkan

teman diluar rumah, atau apabila persahabatan diluar rumah tidak memungkinkan.

Dalam suatu keluarga ada beberapa fungsi dan tugas keluarga yang dapat

dijalankan. Adapun fungsi keluarga adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh 1.1 Defenisi ... - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40378/4/Chapter II.pdf · Pengertian pola asuh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

 

1. Fungsi Biologis

Fungsi biologis yaitu fungsi untuk meneruskan keturunan, memelihara dan

membesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan gizi keluarga.

2. Fungsi Psikologis

Fungsi psikologis yaitu memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi

keluarga, memberikan perhatian diantara keluarga, memberikan kedewasaan

kepribadian anggota keluarga, serta memberikan identitas pada keluarga.

3. Fungsi Sosialisasi

Fungsi sosialisasi yaitu membina sosialisasi pada anak, mebentuk norma-

norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan masing-masing

dan meneruskan nilai budaya.

4. Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi yaitu mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi

kebutuhn keluarga dimasa yang akan datang.

5. Fungsi Pendidikan

Fungsi pendidikan yaitu menyekolahkan anak untuk memberikan

pengetahuan, keterampilan, membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat

dan minat yang dimilikinya, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa

yang akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa, serta

mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya (Mubarak, 2009).

Menurut Fridman 1998 dalam Mubarak 2009 yang mengidentifikasikan 5

fungsi keluarga, diantaranya adalah:

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh 1.1 Defenisi ... - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40378/4/Chapter II.pdf · Pengertian pola asuh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

 

1. Fungsi keluarga afektif (The Affective Function )

2. Fungsi Sosialisasi (The Socialization Fuction )

3. Fungsi Reproduksi ( The Reproductive Function )

4. Fungsi Ekonomi ( The Economic Fuction)

5. Fungsi Perawatan Keluarga/ Pemeliharaan Kesehatan ( The Health Care

Function ).

3. Belajar dan Prestasi Belajar

3.1 Defenisi Belajar

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat

fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini

berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat

bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada disekolah

maupun dilingkungan rumah atau keluarganya sendiri (Syah, 2003).

Reber (1989) dalam kamusnya, Dictionary of Psikology membatasi belajar

dengan 2 macam defenisi. Pertama, belajar adalah proses memperoleh

pengetahuan. Pengertian ini biasanya lebih sering dipakai dalam pembahasan

psikologis kognitif yang oleh sebagian ahli dipandang kurang representatif karena

tidak megikutsertakan perolehan keterampilan nonkognitif. Kedua, belajar adalah

suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan

yang diperkuat.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh 1.1 Defenisi ... - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40378/4/Chapter II.pdf · Pengertian pola asuh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

 

Untuk memperoleh pengertian yang objektif tentang belajar terutama belajar

di sekolah, perlu dirumuskan pengertian belajar secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto,2003).

Belajar tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia karena sejak

manusia dilahirkan proses belajar di mulai dan berlangsung secara terus-menerus.

Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahan-perubahan perilaku

yang terjadi pada individu, misalnya perubahan dari tidak mengetahui sesuatu

menjadi mengetahui sesuatu ( Bakti, 2000). Perubahan yang terjadi pada bidang

kognitif menyebabkan peserta didik mampu melakukan analisis dan pemecahan

terhadap masalah-masalah yang dihadapinya sesuai dengan disiplin atau bidng

ilmu yang dipelajarinya. Bila perubahan itu meliputi bidang afektif, peserta didik

diharapkan akan menjadi peka terhadap nilai dan etika yang berlaku dalam bidang

ilmunya. Perubahan psikomotorik terjadi karena peniruan perilaku kemudian

secara bertahap mampu menggunakan perilaku itu secara tepat dan berurutan.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan

bahwa belajar adalah aktivitas yang dilakukan secara sadar dan menghasilkan

perubahan tingkah laku pada individu yang belajar dan perubahan yang dimaksud

adalah bersifat aktual maupun potensial serta berlangsung secara dalam waktu

yang relatif lama ( Bakti, 2000).

3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar

secara global menurut Syah (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi

belajar siswa dapat kita bedakan menjadi 3 macam, yaitu :

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh 1.1 Defenisi ... - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40378/4/Chapter II.pdf · Pengertian pola asuh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

 

1. Faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan/kondisi

jasmani dan rohani siswa

2. Faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa), yakni kondisi lingkungan

disekitar siswa

3. Faktor pendekatan belajar (Approach to learning), yakni jenis upaya belajar

siswa meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan

kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran

Faktor-faktor diatas dalam banyak hal sering saling berkaitan dan

mempengaruhi satu sama lain. Seorang siswa yang bersikap conserving terhadap

ilmu pengetahuan atau bermotif ekstrinsik (faktor internal) umpamanya, biasanya

cenderung mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan tidak mendalam.

Sebaliknya, seorang siswa yang berintelegensi tinggi (faktor internal) dan

mendapat dorongan positif dari orangtuanya (faktor eksternal), mungkin akan

memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil belajar. Jadi,

karena pengaruh faktor-faktor diataslah muncul siswa-siswa yang berprestasi

tinggi dan siswa yang berprestasi rendah atau gagal sama sekali.

1. faktor internal siswa

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yakni :

(a.) Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan (b.) Aspek psikologis

(yang bersifat rohaniah)

a. Aspek Fisiologis

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat

kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya dapat mempengaruhi

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh 1.1 Defenisi ... - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40378/4/Chapter II.pdf · Pengertian pola asuh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

 

semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ

tubuh yang lemah, apalagi jika disertai pusing kepala berat misalnya

dapat menurunkan kualitas kognitif sehingga materi yang dipelajarinya

pun kurang atau tidak berbekas. Untuk mempertahankan tonus jasmani

agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan

minuman yang bergizi. Selain itu, siswa juga dianjurkan memilih pola

istirahat dan olahraga ringan yang sedapat mungkin terjadwal secara

tetap dan berkesinambungan.

b. Aspek Psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat

mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar siswa. Namun,

diantara faktor-faktor rohaniah siswa dipandang lebih esensial itu adalah

sebagai berikut, yaitu :

1. Tingkat kecerdasan/ intelegensi siswa

2. Sikap siswa

3. Bakat siswa

4. Minat siswa

5. Motivasi siswa

1. Intelegensi Siswa

Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-

fisik untuk mereaksi rangsangan atau memyesuaikan diri dengan cara

yang tepat (Reber,1988). Jadi, intelegensi sebenarnya bukan persoalan

kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh 1.1 Defenisi ... - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40378/4/Chapter II.pdf · Pengertian pola asuh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

 

Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya

dengan intelegensi manusia lebih menonjol dari pada peran organ-organ

dalam tubuh lainnya, karena otak merupakan “menara pengontrol”

hampir seluruh aktivitas manusia.

2. Sikap Siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa

kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif

tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya, baik secara positif

atau negatif.

3. Bakat Siswa

Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki

seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang

(Reber, 1988). Dengan demikian, sebenarn

ya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk

mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas

masing-masing. Jadi, secara global bakat itu mirip dengan intelegensi.

Itulah sebabnya seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas atau

cerdas luar biasa disebut juga sebagai anak-anak yang berbakat.

4. Minat Siswa

Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang

tinggi atau keinginan yang yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber

(1988), minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh 1.1 Defenisi ... - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40378/4/Chapter II.pdf · Pengertian pola asuh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

 

ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya,

seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.

5. Motivasi Siswa

Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme baik

manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.

Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasuk daya untuk bertingkah

laku secara terarah (Reber, 1988).

2. Faktor Eksternal

Seperti faktor internal siswa, faktor eksternal siswa juga terdiri atas dua

macam, yakni (1) Faktor lingkungan sosial dan (2) Faktor lingkungan

nonsosial.

3. Faktor Pendekatan Belajar

Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang

digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses

mempelajari materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat

langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan

masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu.

3.3 Prestasi Belajar

Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) prestasi belajar merupakan

penguasaan dan keterampilan yang dikembangkan dalam mata pelajaran,

lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar

atau disebut juga pencapaian belajar adalah tingkat keberhasilan peserta didik

selama mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah (Bakti, 2000).

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh 1.1 Defenisi ... - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40378/4/Chapter II.pdf · Pengertian pola asuh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

 

Menurut Sari, 2004 (dalam Bakti,200) bahwa prestasi belajar adalah suatu

gambaran dari penguasaan kemampuan kognitif para peserta didik sebagaimana

telah ditetapkan untuk suatu pelajaran tertentu. Bukti keberhasilan yang disebut

dengan prestasi belajar siswa pada umumnya bersifat dokumentatif berupa buku

laporan kemajuan siswa atau rapor. Abdulah (1979) dalam Bakti (2000)

berpendapat bahwa dokument tersebut mempunyai fungsi, yaitu :

a. Sebagai indikator dari kualitas pengetahuan yang telah dimiliki

b. Sebagai lambang pemenuhan keinginan

c. Sebagai perangsang untuk meningkatkan pengetahuan

d. Sebagai indikator daya serap dan kecerdasan siswa

Menetapkan batas minimum keberhasilan belajar siswa selalu berkaitan

dengan upaya pengungkapan hasil belajar. Ada beberapa alternatif norma

pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti proses belajar-mengajar.

Diantara norma-norma pengukuran tersebut adalah : (1) Norma skala angka dari 1

sampai 10 dan (2) norma skala angka dari 10 sampai 100 (Syah, 2003).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil

yang dicapai oleh siswa dari perbuatan usaha belajar serta bersifat dokumentatif.

Hasil belajar tersebut dituangkan kedalam bentuk nilai-nilai kuantitatif dan nilai

kualitatif. Nilai-nilai kuantitatif biasanya diwujudkan kedalam bentuk angka

dengan rentang waktu nilai 0 – 10 atau 10 – 100 (Bakti,2000).

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh 1.1 Defenisi ... - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40378/4/Chapter II.pdf · Pengertian pola asuh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

 

Klasifikasi belajar siswa/i menurut Departemen Pendidikan Nasional (2008)

terdiri dari :

1. 75 – 90 = Baik (B)

2. 60 – 74 = Cukup (C)

3. 40 – 59 = Kurang (K)

Nilai-nilai yang bersifat kualitatif biasanya diberikan dengan menggunakan

kata sifat, seperti Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K). Nilai-nilai tersebut diatas

dilaporkan oleh sekolah secara lengkap dalam buku laporan kemajuan siswa atau

raport sebagai dokument resmi dengan maksud sebagai laporan

pertanggungjawaban sekolah kepada pemakai jasa pendidikan, yaitu orangtua

siswa atau masyarakat pada umumnya. Nilai raport merupakan perumusan

terakhir yang diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau hasil belajar murid-

muridnya selama masa tertentu (Bakti, 2000).

 

Universitas Sumatera Utara